EVALUASI KONDISI SUMBER DAYA AIR TAHUN 2011/2012 Status 31 Januari 2012
1. Prakiraan Musim Bulan Januari Tahun 2012
Puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember dan Januari. Prediksi jumlah curah hujan (satu musim / 6 bulan) pada musim hujan 2011 / 2012 pada umumnya normal. Berdasarkan tinjauan kondisi atmosfer skala Global / Regional yang dilakukan oleh BMKG curah hujan sampai dengan Maret 2012 akan mengalami peningkatkan meskipun tidak signifikan. La Nina Moderate akan terjadi pada bulan Nopember 2011 sampai dengan bulan Februari 2012. Sifat Hujan selama musim hujan 2011/2012 di sebagian besar daerah di Indonesian, yaitu 78,07% diprakirakan normal (curah hujan antara 85%115% terhadap rata-ratanya), 11,70% di atas normal (curah hujan > 115% terhadap rata-ratanya) dan 10,23% di bawah normal (curah hujan < 85% terhadap rata-ratanya). Curah hujan yang sangat tinggi (401 - > 500 mm) diprakirakan terjadi di sebagian kecil Sumatera Selatan dan Lampung, sebagian besar P.Jawa, P.Bali, sebagian besar P.Flores, sebagian kecil P.Sumba, sebagian kecil Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian P.Muna dan P.Kabaena, sebagian kecil Sulawesi Utara dan sebagian kecil Papua. (Gambar 1)
Gambar 1. Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2012
1
2. Kondisi Air di Beberapa Waduk Utama dan Perkembangan Tanam Padi a. Dari hasil pantauan 70 (tujuh puluh) waduk, dilaporkan kondisi ketersediaan air (status pemantauan 10 Desember 2011 s/d 31 Januari 2012) sebagai berikut:
Jawa Barat Waduk utama di Jawa Barat, yaitu Waduk Djuanda, Cirata dan Saguling berada dalam kondisi normal (status 31 Januari 2012).
Jawa Tengah 4 (empat) waduk utama di Jawa Tengah, yaitu Waduk Kedungombo, Wonogiri, Sempor dan Wadaslintang berada dalam kondisi normal (status 24 Januari 2012). Untuk kondisi waduk-waduk kecil lainnya (status 24 Januari 2012): 32 (tiga puluh dua) waduk dalam kondisi normal; 2 (dua) waduk (Lalung dan Tempuran) dalam kondisi waspada;
DI. Yogyakarta Waduk Sermo berada dalam kondisi normal (status 30 Desember 2011).
Jawa Timur 5 (lima) waduk utama di Jawa Timur yaitu Waduk Sutami, Lahor, Selorejo, Bening dan Wonorejo berada dalam keadaan normal sedangan (status 20 Januari 2012). Untuk kondisi waduk-waduk kecil lainnya: 13 (tiga belas) waduk kecil di Jawa Timur berada dalam kondisi normal (status 31 Desember 2011).
Sulawesi Selatan Waduk Bili-bili berada dalam kondisi normal (10 Desember 2011).
Rincian data tentang kondisi muka air pada waduk-waduk tersebut di atas, dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Kondisi alokasi air di beberapa lokasi sumber air yang masih dibawah pola/rencana adalah sebagai berikut :
Wilayah sungai Brantas (status 30 Desember 2011) Mrican Kiri, Mrican Kanan, Jatimlerek, Jatikulon dan DI Kali Konto
Wilayah Sungai Bengawan Solo (status 29 Januari 2012) Tidak ada lokasi sumber air yang berada di bawah pola/rencana
Wilayah Sungai Pemali Juana (status 29 Januari 2012) Tidak ada lokasi sumber air yang berada di bawah pola/rencana
Wilayah Sungai Serayu Opak (status 29 Januari 2012) Tidak ada lokasi sumber air yang berada di bawah pola/rencana
Wilayah sungai Citanduy (30 Nopember 2011) Cikunten I, Cikunten II, Cijolang, Citanduy-Manganti.
2
Rincian data tentang kondisi ketersediaan air pada lokasi sumber air selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 2 dan untuk mengetahui daerah irigasi layanan dan luasnya untuk masing-masing waduk dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Dengan kondisi di atas, maka kondisi rencana dan realisasi tanam dan panen Padi Rendeng/Gadu adalah sebagai berikut: c.1. Wilayah sungai Citanduy (periode 21 s.d 30 Nopember 2011) Realisasi aktivitas sesuai target, yaitu 42.078 ha, dengan rincian untuk aktivitas bibit dan garap seluas 10.306 ha, aktivitas tanam 12.803 ha dan aktivitas panen 18.969 ha. Sedangkan rincian target untuk masing-masing DI yaitu : DI Cikunten I seluas 3.352 ha, DI Cikunten II seluas 4.393 ha, DI Lakbok Selatan seluas 4.537 ha, DI Lakbok Utara seluas 5.869 ha, DI Rawa Onom seluas 947 ha, DI Panulisan seluas 563 ha dan DI Sidareja-Cihaur seluas 22.417 ha. Rincian data tentang realisasi perkembangan tanam dan panen Padi Rendeng/Gadu selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 4. c.2. Wilayah sungai Sumatera I (s.d 20 Oktober 2011) Padi Rendeng/ Gadu MT 2011: Daerah irigasi di Kabupaten Aceh Besar, yaitu DI Kr. Jreue dan DI Kr. Aceh, target rencana tanam seluas 5.240,9 ha, realisasi aktivitas panen seluas 5.183,84 ha. Rencana tanam di luar target seluas 4.292,63 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Pidie, yaitu DI Baroe, DI Kr. Tiro dan DI Reubee, target rencana tanam seluas 15.657 ha, realisasi aktivitas panen seluas 12.583 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu DI Meureudu, DI Beuracan, DI Ulee Glee, DI Ulim dan DI Cubo Trienggading target rencana tanam seluas 6.039,40 ha dan realisasi aktivitas tanam seluas 4.905,47 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Bireuen, yaitu DI Pandrah, Di Samalanga, DI Peudada, DI Nalan, DI Panthe Long dan DI Paya Nie, target rencana tanam seluas 20.384 ha, realisasi aktivitas panen seluas 15.937,90 ha.
Daerah irigasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu DI Pase, target rencana tanam seluas 4.249,00 ha dan realisasi aktivitas panen seluas 5.369,00 ha.
d. Luas banjir dan kekeringan lahan beririgasi adalah sebagai berikut : -
Luas tanaman padi terkena banjir a. Musim Kemarau (April - Mei) MK 2010 mencapai 6.853 ha, MK 2009 mencapai 8.712 ha dan rata-rata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 22.554 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 1.529 ha, 1.330 ha dan 2.006 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas. 3
b. Tahun Tahun 2011 mencapai 107.386,3 ha, tahun 2010 mencapai 90.548 ha, tahun 2009 mencapai 29.404 ha dan rata-rata 5 tahun (2004 – 2008) mencapai 111.656 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 14.123,1 ha, 20.000 ha, 2.656 ha dan 14.277 ha berurutan untuk tahun tersebut. -
Luas tanaman padi terkena kekeringan a. Musim Kemarau (April - Mei) MK 2010 mencapai 5.074 ha, MK 2009 mencapai 609 ha dan rata-rata 5 tahun MK (MK 2004 – MK 2008) mencapai 27.372 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 703 ha, 24 ha dan 3.007 ha berurutan untuk periode musim kemarau di atas. b. Tahun Tahun 2011 mencapai 191.845 ha, tahun 2010 mencapai 173.641 ha, tahun 2009 mencapai 317.360 ha dan rata-rata 5 tahun (2004 – 2008) mencapai 361.095 ha, dengan luas sawah yang terkena puso mencapai 16.565 ha, 14.477 ha, 103.762 ha dan 63.934 ha berurutan untuk tahun tersebut.
Rincian data tentang luas lahan beririgasi selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 5.
terkena
kekeringan
e. Perbandingan TMA tahun 2012 pada periode yang sama dengan tahun sebelumnya. No.
Waduk Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
Wd. Djuanda Wd. Kedungombo Wd. Wonogiri Wd. Sempor Wd. Wadaslintang Wd. Sermo Wd. Sutami-Lahor Wd. Selorejo Wd. Bening Wd. Wonorejo Wd. Bili-bili
Tinggi Muka Air (m) Th. 2011 Th. 2012 98.37 94.80 87.57 88.79 134.90 133.59 71.50 71.79 184.82 183.64 135.63 130.55 268.38 263.22 620.18 613.77 103.92 105.02 171.70 163.71 98.02 81.74
Deviasi (m) -3.57 1.22 -1.31 0.29 -1.18 -5.084 -5.16 -6.41 1.1 -7.99 -16.28
Periode Januari Dasarian III Januari Dasarian III Januari Dasarian III Januari Dasarian III Januari Dasarian III Desember Dasarian III Januari Dasarian II Januari Dasarian II Januari Dasarian II Januari Dasarian II Desember Dasarian I
f. Waduk-waduk yang dioperasikan dengan pola kering, untuk alokasi airnya diatur berdasarkan:
Prioritas I
: air baku untuk kebutuhan pokok sehari-hari (agar semua waduk utama menjamin terpenuhinya air). Prioritas II : air untuk irigasi pertanian rakyat. Prioritas III : air untuk industri dan kebutuhan lainnya. 4
3. Langkah antisipasi yang telah Dilaksanakan a.
Pengamanan awal musim tanam (MT II)
Pengelolaan air. Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan antara lain dengan : - Selalu memperhatikan hasil evaluasi dan prakiraan awal musim hujan dan musim kering yang dilakukan oleh BMG setiap bulan. - Melakukan pemantuan intensif terhadap ketersediaan air di waduk untuk mengetahui tingkat kekeringan melalui monitoring elevasi muka air waduk. - Untuk sungai yang alirannya dikendalikan melalui waduk diupayakan agar muka air waduk tetap berada diatas pola operasi musim kering dengan melakukan penyesuaian pengaturan alokasi air sesuai dengan kondisi curah hujan melalui penerapan sistem prioritas penggunaan air dan optimalisasi areal tanam. - Melaksanakan efisiensi penggunaan air baik pada sungai yang ada waduknya maupun yang tidak punya waduk. Efisiensi penggunaan air dilakukan melalui sistem pergiliran dalam penggunaan air dan teknologi irigasi hemat air. - Meminimalkan kebocoran air di sepanjang jaringan irigasi. - Melaksanakan pengawasan intensif atas terjadinya kebocoran pada jaringan irigasi, serta mencegah terjadinya pengambilan air ilegal baik di sungai maupun di saluran. - Melakukan kaji ulang terhadap pola tanam dan tata tanam oleh Panitia Irigasi Kabupaten.
Pemberdayaan petani Pada awal dan selama kekeringan dilakukan pembinaan terhadap petani mengenai bagaimana menggunakan air secara hemat, efisien, adil dan merata, pembinaan antara lain mengenai: -
Pola tanam dan tata tanam yang disepakati dan ditetapkan bagi pergiliran masa tanam dan jenis tanaman yang ditetapkan sebagai hasil kesepakatan dalam Komisi Irigasi agar ditaati oleh petani. Penyuluhan terhadap petani pemakai air (P3A, GP3A, IP3A) untuk menjelaskan bagaimana memanfaatkan air secara efisien dan efektif, sehubungan dengan terbatasnya jumlah air yang ada terhadap bertambahnya permintaan akan air melalui Gerakan Hemat Air dan meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan, antara lain melalui SRI yang pada tahun 2009 penerapannya sudah mencakup 6 propinsi dengan luas total 69,50 Ha dan pada tahun 2010 luas total 3.159,90 ha (Lampiran 6).
Penyediaan Prasarana Sumber Daya Air Dalam rangka mengurangi dampak kekeringan perlu dilakukan upaya meningkatkan keandalan prasarana sumber daya air sebagai berikut : -
Meningkatkan kapasitas penyediaan air dengan memperbaiki waduk atau embung, serta mengoptimalkan fungsi danau dan situ sebagai sumber air. 5
-
Mendistribusikan 95 unit pompa air berkapasitas 25 liter/detik, ke beberapa wilayah melalui Balai Besar dan Balai Wilayah Sungai dengan rincian sebagai berikut:
BBWS : 15 unit BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 10 unit BBWS Citanduy, 10 unit BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian dan 30 unit BBWS Sumatera VIII. BWS : 25 unit BWS Sumatera V dan 5 unit BWS Sulawesi IV
Untuk selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 7. -
-
Menerapkan prinsip penggunaan air secara berulang kali, misalnya di daerah irigasi yang saluran drainasenya masih terdapat air, dilakukan pemompaan ke lahan pertanian agar air tetap dapat dapat termanfaatkan. Membangun tampungan-tampungan air hujan (waduk lapangan) pada sebagian lahan pertanian, agar air hujan tidak terbuang percuma. Meningkatkan kesiapan prasarana dan sarana sumber daya air melalui kegiatan Rehabilitasi dan Upgrading, dan Pemeliharaan yang konsisten dan mantap melalui penyediaan dana O&P yang memadai. Memberi kesempatan kerja kepada para petani dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi khususnya para petani yang sawahnya kekeringan.
b. Upaya mengantisipasi ketersediaan air bersih di perkotaan dan perdesaan.
Peringatan dini (early warning) tentang ketersediaan air baku. - Menyebarluaskan informasi BMKG terakhir ke seluruh daerah, Pemkot/Pemkab dan PDAM. - Memantau perkembangan kondisi kemarau di daerah-daerah rawan kekeringan. Mengadakan dropping air bersih melalui mobil dan hidran umum kepada daerah-daerah yang mengalami rawan air bersih. Upaya yang bersifat preventif, misalnya : - Memperkenalkan teknologi pemanenan air hujan serta jaringan penangkap aliran permukaan terutama pada daerah-daerah yang seringkali dilanda krisis air bersih karena kondisi alamnya yang memang kering. - Meningkatkan kapasitas resapan air pada beberapa wilayah yang kondisi tanahnya memungkinkan terjadinya resapan air, misalnya dengan membuat sumur-sumur resapan air hujan guna meningkatkan ketersediaan air tanah sekaligus mengurangi beban jaringan drainase.
6