Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
PENGARUH GENANGAN TERHADAP BANGUNAN *) Oleh Lasino **)
Abstrak: Bencana alam baik yang disebabkan oleh gejala alamiah maupun akibat kelalaian manusia senantiasa menimbulkan akibat-akibat atau dampak yang tidak diinginkan, seperti rusaknya bangunan dan lingkungan, kerugian harta benda, stagnasi usaha dan kegiatan/kerja bahkan tidak jarang sampai menelan korban jiwa. Dalam usaha mengurangi besarnya kerugian yang timbul, perlu dilakukan usaha pencegahan atau penanggulangan secara terencana, terpadu dan terus menerus yang mencakup berbagai aspek baik dalam proses pembangunan maupun dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai sumber bencana yang sering terjadi seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin topan, kebakaran dan sebagainya yang semuanya mempunyai dampak negatif terhadap tata kehidupan atau lingkungan. Usaha-usaha pencegahan sangat tergantung dari jenis bencana yang akan terjadi karena masing-masing mempunyai fenomena dan karakteristik yang berbeda, seperti: 1. Genangan yang diakibatkan oleh peningkatan muka air laut, adalah suatu fenomena alam yang dipengaruhi oleh meningkatnya suhu udara secara global yang beberapa tahun terakhir ini cenderung meningkat, sehingga perlu antisipasi secara terencana terutama untuk wilayah atau kota tepi pantai. 2. gempa bumi, tsunami & angin puyuh, adalah merupakan kejadian alam semata sehingga manusia hanya dapat mempersiapkan bangunan dan lingkungan yang aman terhadap jenis bencana tersebut, 3. banjir & longsor selain merupakan fenomena alam juga banyak dipengaruhi oleh campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam sehingga manusia dapat melakukan pencegahan atau mengurangi terjadinya bencana yang lebih parah dengan melakukan pengelolaan alam secara bijaksana, 4. kebakaran, merupakan bencana akibat kelalaian manusia belaka, sehingga dapat dilakukan pencegahan secara dini baik pada saat melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan. Banjir merupakan bencana alam yang juga dipengaruhi oleh ulah manuasia, maka sebenarnya dapat dilakukan usaha pencegahan untuk mengurangi atau meminimasi kerugian yang akan terjadi.
*) Disajikan dalam seminar Dampak Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota-Kota Pantai di Indonesiadi Bandung tanggal 12-13 Maret 2002 **) Peneliti Madya Bidang Bahan Bangunan, Pusat Litbang Permukiman Balitbang Dep. Kimpraswil
Makalah dan Presentasi
304
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
UMUM Genangan merupakan bencana alam yang sering terjadi dengan tingkat keparahan yang cenderung meningkat karena adanya perubahan alam akibat meningkatnya kegiatan industri, proses pembangunan dan juga adanya eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Banjir dapat berupa genangan ataupun limpasan, tergantung dari penyebab, kondisi geografis dan kondisi bantaran sungai. Banjir yang disebabkan oleh hujan yang berlebihan akan menimbulkan banjir limpasan dan genangan, tetapi banjir yang disebabkan oleh meningkatnya permukaan air laut biasanya merupakan banjir genangan. Sedangkan banjir yang disebabkan oleh gelombang tsunami merupakan banjir limpasan gelombang yang sangat dahsyat. Dari kedua tipe banjir tersebut dapat mengakibatkan dampak yang berbeda pula dimana banjir limpasan dapat menyebabkan robohnya bangunan dan terhanyutnya barang atau benda bahkan manusia akibat hantaman yang kuat dari arus air yang disertai benda yang terbawa, sedangkan banjir genangan kurang memberikan dampak kerusakan langsung secara signifikan.
PENGARUH GENANGAN • Pengaruh genangan terhadap manusia Berbagai pengaruh yang diakibatkan terjadinya genangan terhadap manusia, tergantung dari sifat jenis dan kondisi lingkumgan yang dilanda. Pada pemukiman yang terletak didaerah pantai, tetapi arus atau gelombang lautnya tidak terlampau kuat, maka kenaikan permukaan air laut hanya akan menggenangi daerah permukiman. Tetapi didaerah yang memiliki gelombang laut yang kuat maka pemngaruhnya akan lebih kompleks lagi seperti terjadinya abrasi dan sebagainya. Dengan uraian diatas, secara umum pengaruh genangan terhadap kehidupan manusia dapat dipilah menjadi 2 tahap yaitu tahap gangguan dan tahap ancaman ; 1. Tahap gangguan, dimana pada tahap ini masyarakat baru merasa terganggu kenyamanannya sehingga tidak dapat menjalankan aktivitasnya seperti biasa atau berkurangnya fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan pembinaan keluarga serta berkurangnya fungsi fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. 2. Tahap ancaman, dimana pada tahap ini masyarakat sudah mulai terancam keselamatannya baik pada saat terjadinya banjir akibat derasnya aliran atau longsor yang dapat merobohkan bangunan maupun pasca banjir dengan munculnya berbagai wabah penyakit serta gangguan kesehatan lainnya. Tahapan gangguan dan ancaman tersebut dapat dirasakan setelah terjadinya bencana banjir, dan masyarakat pada umumnya tidak mengetahui sebelumnya besarnya banjir yang akan terjadi atau tingkat bahaya yang akan mengancam karena banjir terjadi secara tibatiba, dalam kurun waktu yang singkat dan melanda pada kawasan yang luas. Berbeda dengan banjir yang disebabkan oleh hujan, genangan yang diakibatkan oleh meningkatnya permukaan air laut biasanya telah diprediksi oleh masayarakat, karena terjadi secara periodik dengan kurun waktu tertentu, meningkat secara bertahap dan terjadi secara perlahan sehingga dapat diantisipasi secara dini.
Makalah dan Presentasi
305
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Namun demikian untuk jangka waktu yang panjang akan mencapai pada titik maksimum dimana kondisi lahan sudah tidak memungkinkan lagi untuk menghindari genangan yang berlebihan tanpa adanya suatu penanggulangan secara menyeluruh. •
Pengaruh genangan pada bangunan
Dampak langsung akibat genangan terhadap bangunan adalah hilangnya fungsi bangunan dan kerusakan fisik yang keduanya dapat dikomulasikan menjadi kerugian finansial (ekonomis), karena selain adanya biaya yang harus disediakan untuk perbaikan juga hilangnya kesempatan untuk melakukan aktivitas lainnya. Ada tiga aspek penting pengaruh banjir pada bangunan, yaitu terhadap sifat fisis, sifat mekanis dan kimia. 1. Pengaruh terhadap sifat fisis ini ditandai dengan adanya perubahan warna, pengelupasan lapis permukaan dinding, penyerapan air, kelembaban dan porositas, yang sangat mengganggu tingkat kenyamanan dari penghuni. 2. Sedangkan pengaruh terhadap sifat mekanik adalah menurunnya kekuatan komponen bangunan akibat pengaruh air terutama untuk komponen organik yang kurang tahan terhadap pengaruh cuaca atau kelembaban. 3. Selain perubahan fisis dan mekanis, adanya unsur kimia yang agresif seperti sulfat dan chlorida sangat mempengaruhi terhadap stabilitas bangunan karena dapat menimbulkan korosi dan rusaknya komponen terutama terhadap bahan bersemen dan besi, yang dalam jangka waktu tertentu akan menjadi rapuh. Rusaknya bangunan akibat genangan seperti yang telah diuraikan diatas, biasanya ditandai dengan gejala secara fisis yang dapat dilihat dengan kasat mata seperti ; 1. Adanya bercak warna asing (putih, kuning, merah), yang tersebar pada permukaan dinding yang tergenang sehingga dapat merusak secara arsitekturis atau keindahan bangunan. 2. Adanya pelapukan dan pengelupasan plesteran dinding akibat pengaruh garam sulfat yang terbawa oleh rambatan air dari dasar bangunan, dimana setelah air menguap garam tertinggal dan lama kelamaan menumpuk didaerah tersebut dan bereaksi dengan adukan, Secara umum reaksi garam tersebut dapat dituliskan sebagai berikut ; a) Ca (OH)2 + CO2 + H2 Ca CO3 + H2O Ca CO4 + Mg (OH)2 b) Mg SO4 + Ca (OH)2 c) Mg Cl2 + Ca (OH)2+ 10 H2O Ca Cl2 + Mg (OH)2 Pada umumnya pelapukan/pengelupasan ini terjadi mulai dari dasar dinding sampai dengan ketinggian 120 cm, karena pada ketinggian ini adalah batas kemampuan air untuk merambat dan kemudian mulai menguap. Kondisi ini biasanya terjadi lebih disebabkan oleh rendahnya mutu mortar yang kurang mempertimbangkan terhadap pengaruh lingkungan atau garam sulfat. 3. Runtuhnya pasangan dinding akibat lapuknya mortar pada pasangan, maka akan membahayakan kekuatan dinding secara menyeluruh karena hilangnya pengikat antar elemen bata sehingga bangunan dapat roboh. 4. Tanda kerusakan lainnya yang banyak dijumpai adalah timbulnya retak struktural pada dinding akibat gaya dorong dari aliran air dan pengaruh penurunan tanah setempat yang sangat membahayakan. Sedemikian kompleksnya pengaruh genangan air pada bangunan, maka perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan dampak yang lebih fatal mulai dari pemahaman lokasi Makalah dan Presentasi
306
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
dimana bangunan akan didirikan, melalui perencanaan yang cermat, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang akurat. Dengan demikian diharapkan bangunan yang akan didirikan akan mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap lingkungan. •
Pengaruh genangan pada lingkungan
Dampak yang lebih luas dari banjir adalah rusaknya lingkungan, yang akan berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan atau ekosistem yang ada. Pada lingkungan permukiman ini akan berakibat pada terhentinya kegiatan ekonomi dan stagnasi usaha, pendidikan, perdagangan, industri dan sebagainya, disamping rusaknya sarana dan prasarana yang tersedia. Perubahan kondisi lingkungan ini juga akan berpengaruh terhadap fungsi lahan dan nilai ekonomis terutama akibat adanya genangan yang secara langsung akan mengganggu aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini akan menambah deretan nilai kerugian yang timbul, sehingga perlu kebijaksanaan penangan yang lebih tepat dan strategis. Perubahan lingkungan yang tidak diantisipasi secara dini akan menimbulkan rasa sock dan cemas pada manusia yang mengalami sehingga secara spikologis menjadi beban yang sangat berat atau dapat disebut stress pada seseorang. Reaksi seseorang dalam menghadapi kondisi genangan atau situasi tersebut sangat berbeda-beda bergantung pada kemampuan dari masing-masing individu dalam mengolah situasi lingkungan yang menjadi penyebabnya. Pada daerah permukiman yang mengalami genangan dengan kenaikan permukaan air laut yang berangsur-angsur sehingga fenomenanya dapat terprediksi lebih awal, kondisi ini dapat diantisipasi secara disi sehingga tidak menimbulkan sock kepada masyarakat yang lebih berat, hanya secara jangka panjang perlu penanganan yang lebih baik dan terencana lagi. Sedangkan kondisi banjir yang datang secara tiba-tiba akan lebih memberikan stress yang lebih besar sehingga selain kerugian fisik juga dapat mengakibatkan perubahan perilaku pada masyarakat akibat gangguan pada kehidupan yang lebih besar. Adanya peristiwa banjir atau genangan yang sering menimpa dirinya, maka masyarakat diwilayah tersebut akan semakin terbiasa dengan kondisi yang dialami sehingga lama-lama pengaruh secara spikologis akan semakin berkurang sehingga mereka tidak lagi mengeluh kondisi fisiknya. Keluhan fisik dan spikologis dapat muncul manakala kondisi masyarakat sedang mangalami genangan yang cukup lama, atau besarnya banjir yang menimpa permukiman. Oleh karena itu nampaknya masyarakat didaerah genangan dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Selanjutnya bagaimana dengan masyarakat pantai yang mengalami genangan air laut dengan gejala yang semakin meningkat dengan naiknya permukaan air laut, tentunya hal ini yang perlu mendapat perhatian terutama bagi pengambil kebijakan dalam merencanakan pengembangan lingkungan secara lebih luas dalam jangka yang lebih panjang lagi. Besarnya kerugian akibat genangan sangat tergantung dari kondisi geografis wilayah dan pemanfaatan lahan atau jenis bangunan, karena akan berpengaruh terhadap luas wilayah yang tergenang dan aktivitas yang terganggu. Sebagai contoh berikut disajikan data genanagan air dan kerusakan prasarana dan sarana akibat banjir yang terjadi di Kotamadya Jakarta Utara pada tanggal 30 Januari sampai dengan 12 Pebruari 2002 yang lalu pada tabel 1 dan tabel 2 berikut;
Makalah dan Presentasi
307
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Tabel 1 Ketinggian Air di Lokasi Banjir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Daerah Pengamatan Penjaringan Pejagalan Kapuk Muara Pluit Kamal Muara Pademangan Brt Pademangan Tmr Ancol Tugu Selatan Tugu Utara Rawa Badag Sel. Rawa Badak Utara Lagoa Koja Priok Sungai Bambu Kb. Bawang Warakas Papanggo Sunter Jaya Sunter Agung Klp Gading Brt Klp Gading Tmr Pegangsaan Dua Cilincing Semper Barat Semper Timur Marunda Sukapura Kalibaru Rorotan
4/Peb 20 40 100 80 55 30 20 0 50 50 60 60 30 0 20 40 40 20 0 15 20 100 60 50 0 40 0 0 60 30 50
Ketinggian Air pd Tanggal (cm) 5/Peb 6/Peb 7/Peb 8/Peb 70 50 70 70 180 80 70 60 150 100 60 40 160 80 80 50 0 0 40 50 10 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 80 80 30 15 50 50 5 0 60 60 10 0 5 5 5 0 10 10 10 0 40 40 40 0 10 0 0 0 15 0 0 0 5 0 0 0 5 0 0 0 10 0 0 0 30 30 30 30 45 45 45 0 30 75 30 15 50 70 30 0 80 70 50 30 30 0 20 0 90 20 30 0 60 30 60 10 30 0 0 0 90 50 50 10 0 0 0 0 0 0 0 0
9/Peb 60 80 40 70 60 20 0 0 20 0 20 20 0 0 10 20 20 0 0 30 0 50 60 70 0 0 10 0 70 0 0
Sumber : Posko Banjir Kodya Jakarta Utara
Makalah dan Presentasi
308
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Tabel 2 Data Kerusakan Bangunan Jenis Bangunan
Jalan Saluran Waduk Tanggul Pompa Taman Lampu jln Kebersihan Pasar Bang SD Bang SLTP Bang SLTA Puskesmas Rumah
Kec. Penjaringan
Kec. Pademangan
Kec. Tj. Priok
Volume
Kerugian (RPx 1000)
Volume
Kerugian (Rpx1000)
Volume
Kerugian (Rpx1000)
34.000 m 84 Ha
5.110.000,-
41.324 m 11.250 m
46.511 28.000 m
42.500.000, 3.300.000,200.000,44.390,-
-
6.660.000 ,-
1.000 m 1 Unit 1.780 m2
600.000,50.000,44.156,-
75.861,18.827,-
880 m 980 m3
144.321,7.753,-
1 Unit 11.600 m2 245 m 3.185 m3
25.950.000, 20.000.000, 1.000.000,258.030,-
27.841,217.950,41.950,-
2 bh 4 Unit -
22.400,-
5 bh 6 Unit 4 Unit
33.618,22.325,29.925,-
3 Unit
154.225,-
1 Unit
30.500,-
3 Unit
89.050,-
2 Unit 248 Unit
41.700,708.620,-
230 Unit
1.096.592 ,-
445 Unit
1.413.808,-
3.300 m 1 Unit 4.950 m2 360 m 2.380 m3 4 bh 24 Unit 4 Unit
40 Ha
42.852,26.691,-
Sumber : Posko Banjir Kodya Jakarta Utara
Jenis Bangunan
Jalan Saluran Waduk Tanggul Pompa Taman Lampu jln Kebersihan Pasar Bang SD Bang SLTP Bang SLTA Puskesmas Rumah
Kec. Koja Volume Kerugian (RPx 1000)
Kec. Cilincing Volume Kerugian (Rpx1000)
Kec. Kelapa Gading Volume Kerugian (Rpx1000)
2.150 m 8.000 m 700 m 10.054 m 260 m 2.730 m3 5 bh 28 Unit 9 Unit
2.370.000,700.000,93.360,-
6.000 m 14.160 m
1.850.000 117.280,-
46.220 m 24.000 m 400 m 19.210 m
1.200.000,300.000,362.080,-
60.412,21.596,-
430 m 1.316 m3
83.215,10.408,-
46 m 1.834 m3
11.338,14.508,-
21.596,125.775,80.725,-
3 bh 11 Unit -
35.200,-
2 bh 5 Unit 22 Unit
16.380,23.050,192.350,-
6 Unit
39.750,-
3 Unit
550.460,-
24 Unit
1.504.910,-
3 Unit 179 Unit
6.500,1.422.320,-
7 Unit 225 Unit
19.300,1.486.680
3 Unit -
17.005,-
Sumber : Posko Banjir Kodya Jakarta Utara
Makalah dan Presentasi
309
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Dengan adanya ketinggian genangan yang hampir mencapai 200 cm, maka sudah sangat mengganggu dan mengancam kehidupan masyarakat baik secara fisik maupun sosial, yang berdampak terhadap kerugian matriil. Kerugian materiil ini dapat diperhitungkan secara komulatif dari hilangnya suatu nilai akibat kejadian, tambahan biaya yang harus dikeluarkan akibat kejadian serta hilangnya kesempatan akibat kejadian, baik saat banjir maupun pasca banjir. Kerugian pasca banjir tersebut sampai saat ini masih terasa dengan munculnya berbagai penyakit yang menimpa pada masyarakat seperti sesak nafas, diare, sakit kulit dan sebagainya.
PENANGGULANGAN GENANGAN Peristiwa naiknya permukaan air laut sudah barang tentu bukanlah merupakan sesuatu yang dapat dimaknakan secara wajar tetapi sudah merupakan peristiwa bencana yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanggulangannya, sebagai langkah adaptasi terhadap lingkungan sehingga kerugian yang akan ditimbulkan dapat dikurang. Untuk mengurangi kerugian akibat genangan perlu adanya usaha penanggulangan secara komprehensip yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus terutama penataan daerah yang akan tergenang disamping harus diikuti juga penataan daerah aliran sungai (DAS) yang merupakan sumber air limpasan yang dapat menambah peristiwa genangan. Disamping hat tersebut juga perlu dibentuk sistem drainasi yang tepat pada wilayah yang terkena genangan terutama pada kota pantai dan daerah hilir sungai. •
Penanggulangan pada kawasan
Proses adaptasi sebagai langkah penanggulangan dapat dilakukan dengan mengacu pada kondisi wilayah yang bersangkutan, baik dari aspek teknis, kondisi fisik dan sosial yang ada dalam masyarakat bersangkutan termasuk aktivitas yang biasa mereka lakukan. Ada beberapa pilihan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat dalam proses asdaptasi tersebut, namun biasanya akan terbentur oleh beberapa masalah seperti latar belakang kenapa mereka memilih tinggal dikawasan tersebut, kondisi ekonomi, dan faktor lainnya. Seandainya dalam masyarakat telah mempunyai kondisi ekonomi yang cukup mampu tentu akan memilih pindah ketenpat lain dari pada menghadapi situasi yang selalu mengganggu dalam kehidupannya. Penanggulangan genangan sebaiknya dilakukan secara menyeluruh pada suartu kawasan dan tidak secara parsial, sehingga permasalahan dapat diselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru ditempat lainnya walaupun memerlukan tenaga dan biaya yang lebih besar. Kebijakan strategis ini perlu diambil berdasarkan rumusan strategis dari berbagai sumber dan hasil kajian kondisi lapangan terutama pengalaman dari banjir yang pernah terjadi dan prediksi yang akan datang. Penetapan sistem yang akan diterapkan memerlukan kajian tersendiri, baik secara teknis, ekonomis dan praktis, sehingga dapat berfungsi dengan baik, murah dan dapat diterapkan sesuai kondisi lapangan. Beberapa teknologi alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengamanan atau penanggulangan banjir pada suatu wilayah antara lain adalah pembuatan sistem drainase, pembuatan tanggul pengaman, pembuatan banjir kanal yang dilengkapi dengan pinti otomatis, pembuatan waduk penampung air, pembuatan sistem polder yang dikombinasikan dengan pompa, serta pintu pengendali banjir.
Makalah dan Presentasi
310
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
•
Penanggulangan pada bangunan
Kehilangan tempat tinggal bagi penduduk yang kurang mampu dalam sosial ekonominya, merupakan suatu permasalahan yang berat karena selain kurang dapat melakukan adaptasi secara fisik, juga dengan adanya gangguan dalam melakukan aktivitasnya akan menambah beban dalam kehidupannya. Sasaran utama yang harus dicapai dalam penanggulangan pada bangunan adalah menjaga kondisi bangunan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan menghindari terjadinya kerusakan struktural yang dapat menimbulkan korban jiwa. Usaha tersebut diantaranya dengan melakukan peningkatan kualitas bangunan sehingga mempunyai ketahanan terhadap lingkungan dan pengaruh mekanik lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan bahan yang lebih baik, disain bangunan dan sistem konstruksi yang disempurnakan, serta penataan lingkungan perumahan yang berimbang. Berdasarkan pengamatan lapangan, beberapa kerusakan pada bangunan yang sering terjadi akibat banjir dan genangan air laut adalah ; 1. Komponen pondasi pasangan batu kali, yang di tandai dengan adanya retakan dan pelapukan pada mortar sehingga ikatan antar elemen batu sangat lemah. Kejadian ini disebabkan oleh adanya pengaruh garam sulfat dan chlorida serta adanya penurunan tanah setempat yang kurang stabil. Untuk menanggulangi kejadian ini dengan penggunaan bahan yang lebih tahan terhadap garam, proporsi campuran yang lebih tepat, sistem konstruksi yang baik dan stabilisasi tanah dasar. 2. Komponen Dinding, yang ditandai dengan adanya perubahan fisis, pengelupasan dan retak pada permukaan dinding.Kejadian ini disebabkan oleh adanya pengaruh garam sulfat dan chlorida serta adanya gangguan mekanik atau gaya dari luar. Untuk menanggulangi kejadian ini dengan penggunaan bahan yang memenuhi syarat, proporsi campuran dan sistem konstruksi yang tepat dan pemberian rangka pemikul beban. 3. Komponen lantai, yang ditandai dengan adanya perubahan fisis, pengelupasan lapisan penutup lantai dan retak pada permukaan sehingga sering muncul rembesan air dari bawah.Kejadian ini disebabkan oleh adanya pengaruh garam sulfat dan chlorida serta adanya gangguan mekanik atau tekanan air dari bawah. Untuk menanggulangi kejadian ini dengan penggunaan bahan yang memenuhi syarat, proporsi campuran dan sistem konstruksi yang tepat dan stabilisasi tanah dasar yang lebih baik. 4. Komponen atap, bagian yang banyak mengalami kerusakan pada komponen atap adalah pada rangka dimana umumnya terbuat dari bahan organik / kayu yang sangat rentan terhadap pengaruh air. Pada saat genangan air mencapai bagian atap, maka air yang mengenai sebagian rangka akan terus terserap dan merambat kebagian yang lebih atas terutama bila mutu kayu sangat rendah dan porus. Kondisi ini akan mempengaruhi umur kayu karena akan mengalami perubahan sifat fisis dan penurunan kekuatan akibat pelapukan. Untuk menanggulangi kejadian ini dengan penggunaan kayu yang memenuhi syarat, pengeringan yang cukup, pemberian bahan pengawet dan sistem konstruksi yang lebih baik terutama sambungan antar elemen. 5. Rangka pintu dan jendela, elemen ini merupakan bagian yang sangat rentan terhadap kerusakan karena selain terbuat dari bahan kayu yang sering mendapat serangan organis, juga posisinya yang secara langsung berhubungan dengan daerah lembab menyebabkan komponen ini sering mengalami kerusakan akibat pelapukan. Untuk menanggulangi kejadian ini dengan penggunaan kayu yang memenuhi syarat, pengeringan yang cukup, pemberian bahan pengawet dan sistem konstruksi yang lebih baik terutama sambungan antar elemen. Makalah dan Presentasi
311
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
6.
Secara umum, penanggulangan bangunan terhadap bahaya banjir atau genangan dapat disampaikan dengan melakukan perencanaan yang cermat, pelaksanaan yang tepat serta pengendalian yang ketat, maka adan diperoleh suatu bangunan yang mempunyai kehandalan baik terhadap pengaruh lingkungan maupun gangguan mekamis lainnya.
KESIMPULAN • •
• •
•
Banjir merupakan bencana alam yang juga dapat dipengaruhi oleh kelalaian manusian dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara berlebihan, Pengendalian banjir dapat dilakukan dengan menjaga kondisi lingkungan terutama penghijauan pada daerah aliran sungai (DAS), normalisasi dan menjaga kebersihan badan sungai serta pembuatan bangunan pengendali banjir baik berupa tanggul, waduk, kanal, pintu air, sistem polder dan pompa, maupun sistem drainase lainnya. Dampak banjir terhadap kawasan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografi, fungsi lahan serta daya dukung kawasan yang ada. Kerugian yang timbul akibat banjir dapat dikomulasikan dari hilangnya fungsi lahan dan bangunan, rusaknya sarana dan prasarana lingkungan, hilangnya kesempatan kerja dan stagnasi usaha, besarnya biaya tambahan yang harus dikeluarkan, serta kerugian sosial lainnya. Untuk meminimasi pengaruh banjir terhadap bangunan dapat diantisipasi melalui pemilihan bahan dan pelaksanaan yang tepat, perencanaan yang akurat, pengawasan yang ketat serta pengembangan kondisi lingkungan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA 1. Aswito Asmaningprodjo, (1999) Dampak Penggunaan Jenis Bahan Bangunan terhadap Lingkungan Perumahan Kota, Bandung 2. Dott. Sampurno, Prof. (2001), Pengembangan Kawasan Pantai Kaitannya dengan Geomorfologi, Bandung. 3. Subandono Diposaptono, Dr. Ir. (2001), Karakteristik Laut pada Kota Pantai, Bandung. 4. Syamsudin, Dr. Ir dan Iskandar Ideris, Ir (2001), Penanganan Kota Lama Semarang terhadap ROB, Bandung. 5. Ida medawati, Ir (2001), Pengendalian Pencemaran Udara dengan Sistem penghijauan, Bandung. 6. Kobayashi. H, Dr (2001), Dampak Lingkungan Dunia Berkaitan Permukiman dabn Wilayah, Bandung 7. Iwan Suprianto, Ir. MT.Ars. (2001), Karakteristik Spesifik, Permasalahan dan Potensi Pengembangan Kawasan Kota Tepi Laut/Pantai di Indonesia, Bandung. 8. Puthut samyaharja, Ir. MSc (2001), Kemungkinan Bentuk Penyesuaian Dalam Suatu Proses Adaptasi Lingkungan, Bandung.
Makalah dan Presentasi
312
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
LAMPIRAN
Gambar & Data Penelitian Di Kota Madaya Jakarta Utara
Wilayah Penelitian
Gambar 1. Wilayah Kodya Jakarta Utara
Data Kerusakan Infrastruktur Akibat Genangan di Kec. Penjaringan Th 2002 Jenis Kerusakan No. Bangunan Volume Kerugian (x 1000 Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Saluran Waduk Tanggul Pompa Taman Lampu jln Kebersihan Pasar Bang SD Bang SLTP Bang SLTA Puskesmas Rumah
34.000 m 84 Ha 3.300 m 1 Unit 4.950 m2 360 m 2.380 m3 4 bh 24 unit 4 Unit 3 Unit 2 Unit 248 Unit
5.110.000,42.500.000,3.300.000,200.000,44.390,75.861,18.827,27.841,217.950,41.950,154.225,41.700,41.700,-
Gbr 2.Genangan yg menimpa pada perumahan
Gbr 3. Lalulintas terganggu/macet akibat genangan
Makalah dan Presentasi
313