3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juni hingga Desember 2006. Lokasi penelitian adalah beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Pasuruan yang merupakan cakupan wilayah kerja dua LKM, yaitu KSU Mikro Mitra Mina yang mereplikasi Grameen Bank (Kabupaten Tangerang) dan KSU LEPP yang mereplikasi Bank Konvensional di Kabupaten Pasuruan (gambar 3 dan 4).
U
Laut Jawa
Tangerang
Lokasi Penelitian
DKI J a k a r ta
PULAU JAWA
Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang)
U Selat Madura
Lokasi Penelitian
Pasuruan
PULAU JAWA Gambar 4. Lokasi Penelitian (Kabupaten Pasuruan)
50
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah berbagai data dan informasi yang diperoleh langsung dari informan maupun responden di lapangan yang merupakan pengurus dan anggota LKM. Data sekunder adalah berbagai data dan informasi yang diperoleh dari berbagai literatur maupun referensi yang terkait dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data sekunder
didapatkan
dari
laporan
dan
penelitian
terdahulu
mengenai
Pengembangan KUKM. Data sekunder didapat dari sejumlah dinas dan instansi pemerintah seperti Kantor Statistik, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kelautan dan Perikanan maupun instansiinstansi penelitian.
3.3 Metode Pengumpulan Data Data tentang aspek kelembagaan dari LKM yang dianalisis (KSU M3 dan LEPP) diperoleh melalui wawancara semi terstruktur dengan informan kunci yang merupakan pengelola masing-masing LKM. Informasi tambahan diperoleh dari para anggota LKM yang dipilih secara acak berdasarkan latar belakang mata pencaharian. Instrumen pengumpulan data dalam hal ini adalah berupa panduan pertanyaan tentang kelembagaan LKM (lampiran 1). Data mengenai kinerja keuangan LKM diperoleh melalui penelusuran laporan keuangan masing-masing lembaga serta wawancara semi terstruktur dengan pengelola LKM untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan yang tertuang didalam laporan keuangan. Data mengenai dampak intermediasi LKM berupa tingkat kesejahteraan diperoleh melalui wawancara terstruktur. Sedangkan data mengenai dampak intermediasi LKM berupa persepsi dan aspirasi diperoleh melalui Focus Group Discussion. Topik didalam FGD adalah hal-hal yang terkait dengan fokus kajian, mencakup: kemudahan memperoleh kredit, waktu penyaluran, kesesuaian jumlah dan bentuk kredit dengan kebutuhan usaha dan suku bunga. Peserta FGD adalah para anggota dari masing-masing LKM yang mewakili keragaman anggota LKM berdasarkan jenis mata pencaharian. Pemilihan peserta dilakukan secara acak di lokasi penelitian. Penggalian data terhadap aspek dampak ini dilengkapi dengan
51
pengamatan langsung terhadap kegiatan usaha responden yang dipandu dengan instrumen berupa daftar obyek pengamatan. Tabel 5
No.
Dimensi, fokus kajian (variabel) serta faktor (parameter) penelitian analisis pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir melalui pengembangan LKM
Dimensi
Fokus Kajian / Variabel
Faktor / Parameter
1. Kelembagaan Kebijakan dan prosedur • Kesesuaian kebijakan dengan syarat LKM replikasi Grameen Bank/LEPP • Kesesuaian prosedur dengan syarat replikasi Grameen Bank/LEPP Pengelolaan Organisasi • Kelengkapan struktur dan uraian pekerjaan jabatan personel pengurus • Kesesuaian kualifikasi SDM pengurus • Pemahaman atas tupoksi jabatan per pengurus Jaringan • Perkembangan jumlah kelompok/nasabah • Perkembangan lapangan usaha • Perkembangan mitra kerja 2. Kinerja Struktur keuangan • Rasio total modal terhadap simpanan Keuangan nasabah/KMP LKM Aktiva produktif • Rasio total pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan Likuiditas • Rasio total pembiayaan terhadap dana (Kemampuan menutupi yang diterima dari anggota (Loan to penarikan simpanan Deposit Ratio) nasabah) Efisiensi • Rasio biaya operasional terhadap jumlah (Kemampuan pendapatan operasional (Operating Profit pengendalian biaya Margin Ratio) - BOPO operasional) Rentabilitas • Rasio laba bersih terhadap total (Kemampuan harta/asset (Return on Assets) menghasilkan • Rasio laba bersih terhadap total modal keuntungan) sendiri (Return on Equity) 3. Dampak Tingkat kesejahteraan • Tingkat pendapatan Intermediasi anggota • Kepemilikan asset LKM • Jumlah tanggungan keluarga • Frekuensi kredit • Total nominal kredit Persepsi masyarakat • Kesesuaian kredit dengan kebutuhan terhadap keberadaan / usaha fungsi Program dan • Suku bunga LKM • Motivasi menabung
52
3.4 Metode Analisis Data Data terkumpul diolah dan dianalisis secara kuantitatif atau kualitatif. Secara rinci, analisis terhadap setiap aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut: 3.4.1 Analisis kelembagaan LKM Kehadiran koperasi di perekonomian dunia dilatarbelakangi oleh “gerakan otomatis untuk membela diri” dari suatu kelompok masyarakat terhadap tekanantekanan hidup yang dilakukan oleh kelompok lain dalam masyarakat, baik yang berupa dominasi sosial maupun yang berupa eksploitasi ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan mereka (Hendrojogi, 2004). Latar belakang koperasi ini tercermin dari salah satu definisi koperasi yaitu perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya (Djojohadikoesoemo, 1941 yang diacu dalam Hendrojogi, 2004). Berdasarkan latar belakang dan definisi tersebut maka analisis kelembagaan koperasi didalam penelitian ini diarahkan pada jawaban atas seberapa jauh aturan main (rules of the game) yang dikembangkan dalam wadah koperasi seperti KSU M3 di Kabupaten Tangerang dan KSU LEPP di Kabupaten Pasuruan dapat hidup dan berjalan di atas realitas sosial masyarakat. Pada saat aturan main yang dikembangkan oleh kedua koperasi dapat diterima oleh kelompok miskin di masyarakat pesisir maka diharapkan kelompok sasaran dari kedua koperasi ini akan dapat keluar dari tekanan sosial ekonomi yang menimpa mereka selama ini. Analisis kelembagaan LKM (KSU) dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu “teknik evaluasi implementasi” (Patton, 2006). Secara prinsip, dengan teknik tersebut dianalisis bagaimana dan pada tingkatan mana aturan main yang berlaku di masing-masing pendekatan (Grameen Bank dan LEPP) diterapkan oleh kedua KSU. Tiga fokus kajian/variabel untuk mendapatkan gambaran tentang dua hal tersebut adalah: (1) Kesesuaian antara kebijakan dan prosedur berdasarkan pendekatan pengelolaan LKM (Grameen Bank dan LEPP) yang ditetapkan dengan yang diterapkan oleh pengelola LKM di lokasi penelitian; (2) Kesesuaian kebutuhan pengelolaan organisasi dibandingkan dengan kelengkapan dan dinamika struktur dan uraian jabatan pengelola LKM, 53
kualifikasi dan pemahaman terhadap uraian jabatan para pengelola LKM. Aspek ini krusial untuk dianalisis mengingat organisasi adalah suatu alat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang strukturnya bersifat relatif permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya regorganisasi apabila hal itu dipandang perlu, baik demi percepatan laju usaha pencapaian tujuan maupun dalam usaha peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktifitas kerja; (3) Ada tidaknya dan atau seberapa jauh pengembangan jaringan usaha LKM. Penambahan jumlah dan jaringan anggota/nasabah maupun jaringan dengan instansi pemerintah maupun non-pemerintah mengindikasikan berkembangnya prinsip kemitraan. Prinsip ini merupakan indikator penting terpenuhi atau tidaknya konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat didalam suatu program pembangunan dengan berbasis pada pengembangan koperasi. Hasil evaluasi dengan teknik analisis kualitatif terhadap parameter-parameter atau faktor penyusun ketiga fokus kajian kelembagaan LKM selanjutnya menjadi landasan nilai kategorik didalam analisis MDS (tabel 6). Tabel 6
No.
Pengkategorian dan nilai kategori untuk masing-masing parameter dalam analisis kelembagaan LKM Parameter
1. Kesesuaian kebijakan dengan syarat
1
Tidak replikasi Sesuai Tidak 2. Kesesuaian prosedur dengan syarat replikasi Sesuai Tidak 3. Kelengkapan struktur dan uraian pekerjaan jabatan personel pengurus Sesuai Tidak 4. Kesesuaian kualifikasi SDM pengurus Sesuai Tidak 5. Pemahaman atas tupoksi jabatan per pengurus Sesuai Tidak 6. Perkembangan jumlah kelompok/nasabah Sesuai Tidak 7. Perkembangan lapangan usaha Sesuai Tidak 8. Perkembangan mitra kerja Sesuai Keterangan: Penentuan selang nilai kategorik didasarkan pada parameter kinerja kelembagaan LKM.
Nilai Kategorik 2 3
4
Kurang Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai Kurang Cukup Sesuai Sesuai bobot kepentingan masing-masing
54
3.4.2 Analisis kinerja keuangan LKM Kinerja keuangan LKM adalah cerminan dari hasil kegiatan operasional dan non-operasional LKM yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil analisis kinerja keuangan merupakan informasi bagi manajemen untuk membuat berbagai keputusan di bidang pembiayaan, investasi dan operasi. Dalam hal ini, setiap manajer membutuhkan informasi keuangan untuk membuat program kerja, anggaran dan pengendalian. Untuk itu, analisis kinerja keuangan LKM (KSU M3 dan LEPP) dilakukan dengan melakukan analisis vertikal dan analisis horizontal serta analisis rasio keuangan. 3.4.2.1 Analisis vertikal dan analisis horizontal Analisis vertikal adalah upaya menganalisis laporan keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan persentase dimana salah satu pos ditetapkan sebagai patokan 100%. Analisis horizontal adalah perbandingan antar pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan dan perkembangan masing-masing pos selama jangka waktu tertentu. Sebagai patokan digunakan kondisi satu tahun pertama terhadap tahun-tahun berikutnya. Keterkaitan antara neraca keuangan dan laporan laba rugi diperuntukkan untuk melihat faktor yang dominan mempengaruhi kondisi atau kinerja keuangan masing-masing LKM yang diteliti. 3.4.2.2 Analisis rasio keuangan Dalam penelitian ini analisis rasio keuangan yang digunakan dikelompokkan kedalam lima indikator, masing-masing ditentukan berdasarkan kebutuhan, yaitu: (1) Struktur keuangan Struktur
keuangan
secara
umum
didefinisikan
sebagai
aktiva
perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban (jangka pendek dan jangka panjang) dan modal sendiri (Darsono, 2006). Dalam kasus perusahaan pembiayaan, seperti LKM, kewajiban sebagian besar berupa simpanan pihak ketiga yang setiap saat dapat ditarik. Oleh karena itu, agar suatu LKM dapat terjamin kondisi keuangannya maka diperlukan suatu jumlah modal tertentu
55
yang harus dimiliki dan siap dikeluarkan oleh LKM untuk mengantisipasi terjadinya penarikan dana oleh pihak ketiga. Kondisi keuangan LKM akan semakin baik apabila persentase modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Struktur Keuangan =
∑ Total mod al
∑ Total simpanan pihak ketiga
x 100%
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4) jika bernilai >25%, “Cukup Baik” (nilai 3) jika bernilai >15-25%, “Cukup Buruk” (nilai 2) jika bernilai >5-15% dan “Buruk” (nilai 1) jika bernilai <5%.
Nilai
kategorik dari analisis rasio ini akan ditabulasi untuk keperluan analisis MDS. (2) Aktiva Produktif Aktiva produktif mengindikasikan kemampuan pihak pengelola mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan (Darsono, 2006). Dalam kasus lembaga pembiayaan, seperti LKM, kinerja keuangannya
akan
mengoptimalkan
semakin
aktiva
yang
baik
jika
dimiliki
pihak
dengan
pengelola seminimal
mampu mungkin
menimbulkan pembiayaan bermasalah. Adapun suatu pembiayaan diartikan bermasalah apabila nasabah gagal dalam memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran setelah jatuh tempo seperti yang telah disepakati bersama.
Aktiva Produktif =
∑ Total pembiayaan bermasalah x 100% ∑ Total pembiayaan diberikan
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4) jika bernilai <3%, “Cukup Baik” (nilai 3) jika bernilai >3-5%, “Cukup Buruk” (nilai 2) jika bernilai >5-10% dan “Buruk” (nilai 1) jika bernilai >10%. Nilai kategorik dari analisis rasio ini akan ditabulasi untuk keperluan analisis MDS. (3) Likuiditas/Loan to Deposit Ratio Likuiditas secara umum didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan (LKM) untuk memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo (Darsono,
56
2006). menyediakan dana lancar setiap saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan simpanan. Kinerja keuangan LKM dalam hal ini dianalisis berdasarkan nilai rasio total pembiayaan terhadap total kewajiban dalam bentuk modal, simpanan pihak ketiga dan pembiayaan dari pihak lain.
LDR =
∑ Total pembiayaan
∑ [Total mod al + simpanan + pembiayaan pihak lain]
x 100%
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4) jika bernilai 81-85%, “Cukup Baik” (nilai 3) jika bernilai 75-80% atau 86-90%, “Cukup Buruk” (nilai 2) jika bernilai 71-74% atau 91-94% dan “Buruk” (nilai 1) jika bernilai <71% atau >94%. Nilai kategorik dari analisis rasio ini akan ditabulasi untuk keperluan analisis MDS. (4) Efisiensi/BOPO Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan dana didalam menghasilkan pendapatan. Semakin kecil
rasio
menunjukkan
pengelola
LKM
semakin
efisien
dalam
menggunakan dana untuk menghasilkan pendapatan.
BOPO =
∑ Biaya operasional
∑ Pendapa tan operasional
x 100%
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4) jika bernilai <60%, “Cukup Baik” (nilai 3) jika bernilai 60-75%, “Cukup Buruk” (nilai 2) jika bernilai >75-90% dan “Buruk” (nilai 1) jika bernilai >90%. Nilai kategorik dari analisis rasio ini akan ditabulasi untuk keperluan analisis MDS. (5) Rentabilitas Return on Asset (ROA) atau disebut juga Return on Investment (ROI) merupakan indikator tingkat pengembalian dari usaha yang dilakukan atas seluruh investasi yang telah dilakukan (Jusuf, 1996). Semakin tinggi nilai rasio ROA berarti semakin baik kinerja pengelola LKM. Sedangkan nilai rasio Return on Equity (ROE) menunjukkan keberhasilan usaha yang dilakukan oleh LKM untuk meningkatkan kekayaan pemberi modal (Jusuf, 57
1996). Rasio ini sangat tepat untuk digunakan karena LKM memiliki karakter modal bersumber dari banyak pihak. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan kinerja LKM yang semakin baik.
∑ Laba tahun berjalan x 100% ∑ Total aktiva ∑ Laba tahun berjalan x 100% ROE = ∑ Total mod al
ROA =
Nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4) jika bernilai >25%, “Cukup Baik” (nilai 3) jika bernilai >15-25%, “Cukup Buruk” (nilai 2) jika bernilai 5-15% dan “Buruk” (nilai 1) jika bernilai <5%. Nilai kategorik dari analisis rasio ini akan ditabulasi untuk keperluan analisis MDS. Disamping
pengkategorian
yang
menunjukkan
kinerja
keuangan
berdasarkan rasio keuangan yang dianalisis, masing-masing nilai rasio keuangan juga dikaji berdasarkan perbandingan antar waktu (tahun 2003 – 2005) serta diperbandingkan dengan nilai rasio keuangan yang sama dari perusahaan yang sejenis. 3.4.3
Analisis dampak intermediasi LKM Analisis dampak intermediasi LKM mencakup analisis tentang dampak
yang ditimbulkan kepada masyarakat karena beroperasinya LKM. Analisis ini terbagi kedalam dua fokus kajian yaitu dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dan dampaknya terhadap persepsi masyarakat terhadap keberadaan KSU. 3.4.3.1 Tingkat kesejahteraan anggota Analisis terhadap tingkat kesejahteraan dilakukan dengan cara pentabulasian dan pengkategorian data. Tingkat pendapatan, kondisi rumah, nilai kepemilikan aset produktif, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi penerimaan kredit dan total nominal pinjaman diterima ditabulasi. Kemudian nilai-nilai dari setiap variabel tingkat kesejahteraan tersebut dikategorisasi kedalam empat kategori, yaitu nilai rasio yang diperoleh akan tergolong “Baik” (nilai 4), “Cukup Baik” (nilai 3), “Cukup Buruk” (nilai 2) dan “Buruk” jika (nilai 1). Pemberian nilai dilakukan
58
dengan teknik justifikasi kepakaran (expert judgement) yang dikelola obyektivitas penilaiannya melalui pendekatan studi analog terhadap kasus-kasus yang relatif serupa dengan variabel yang diukur. 3.4.3.2 Persepsi masyarakat Analisis terhadap persepsi masyarakat dilakukan dengan cara pentabulasian dan pengkategorian persepsi yang muncul dari jawaban responden terkait dengan kemudahan memperoleh kredit, waktu penyaluran kredit, kesesuaian jumlah nominal kredit yang diberikan dengan kebutuhan usaha, kesesuaian bentuk kredit yang diberikan dengan kebutuhan usaha serta suku bunga dikelompokkan dan diberi nilai kategori yang masing-masing sesuai dengan kategori yang diberikan (tabel 7). Pemberian nilai dilakukan dengan teknik justifikasi kepakaran yang dikelola obyektivitas penilaiannya melalui pendekatan studi analog terhadap kasus-kasus yang relatif serupa dengan variabel yang diukur. Tabel 7
Pengkategorian dan nilai kategori untuk masing-masing variabel dalam analisis persepsi masyarakat terhadap keberadaan LKM, 2006.
No. Variabel 1. Kesesuaian kredit dengan kebutuhan usaha 2. Suku bunga
3. Motivasi menabung
Belum Sesuai (nilai 1)
Kategori / Nilai Kategori Sesuai (nilai 3)
Tidak Sesuai (nilai 1)
Sesuai (nilai 2)
Tidak Penting (nilai 1)
Belum Penting (nilai 2)
Sangat Sesuai/ dipertahankan (nilai 4) Penting (nilai 4)
Kajian tentang persepsi diperlukan untuk mengukur kondisi sesuatu kejadian atau hal. Semakin baik persepsi seseorang terhadap suatu kejadian yang diamati pada umumnya merupakan cerminan semakin baik kejadian atau hal yang diamatinya tersebut. 3.4.4 Analisis kebijakan pengembangan LKM dalam mengentaskan kemiskinan di masyarakat pesisir Untuk mengintegrasikan hasil analisis ketiga dimensi (kelembagaan, keuangan maupun dampak intermediasi) sehingga didapat suatu kebijakan dan strategi pengembangan LKM dalam mengentaskan kemiskinan di masyarakat pesisir digunakan suatu pendekatan analisis. Pengolahan Analisis MDS dan 59
Analisis Leverage dilakukan dengan menggunakan program RAPFISH (Pitcher and Preikshot, 2001) yang telah dimodifikasi sesuai dengan fokus kajian yang digunakan. Analisis ini adalah suatu teknik multi-diciplinary rapid appraisal untuk mengevaluasi comparative sustainability (Fauzi dan Anna, 2002). Lembaga keuangan mikro sebagai suatu entitas dalam lingkup yang luas seperti dalam suatu kawasan tertentu atau dalam lingkup yang sempit seperti model LKM itu sendiri. Atribut dari setiap demensi yang akan dievaluasi harus merefleksikan perkembangan LKM dalam mengentaskan kemiskinan. Ordinasi dari set atribut digambarkan dengan menggunakan multi-dimensional scaling (MDS). MDS sendiri pada dasarnya adalah teknik statistik yang mencoba
melakukan transformasi multi dimensi kedalam demensi yang lebih rendah (Fauzi dan Anna, 2002). Dimensi dalam penelitian ini adalah menyangkut aspek pengembangan LKM dari sisi kelembagaan, kinerja keuangan dan dampak intermediasi. Setiap dimensi memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan pengembangan LKM dalam mengentaskan kemiskinan, sebagaimana dalam lampiran 9. Analisis ini dilakukan melalui tiga tahapan, mencakup: (1) Tabulasi dan pelevelan data; (2) Analisis Multidimensional Scaling (MDS); dan (3) Analisis Leverage. Penjabaran masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
(1) Tabulasi dan pelevelan data Data-data kualitatif maupun kuantitatif yang dikumpulkan dan menjelaskan kondisi parameter-parameter penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis seluruh parameter kemudian dikuantitatifkan (penilaian/skoring kategorik) dan ditabulasikan. Teknik skoring ini dilakukan terhadap seluruh parameter yang mencerminkan kinerja kelembagaan, kinerja keuangan dan kinerja dampak intermediasi dari KSU M3 Kabupaten Tangerang dan KSU LEPP Kabupaten Pasuruan didalam mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir. Rentang nilai dalam skoring sesuai dengan pengkategorian untuk masing-masing indikator/parameter. Proses tabulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat MS Excel 2003.
60
(2) Analisis MDS Analisis MDS digunakan untuk mengetahui gambaran posisi/status kinerja KSU M3 dan KSU LEPP didalam upaya pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir. Didalam MDS, obyek atau titik yang diamati dipetakan dalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga obyek atau titik tersebut diupayakan sedekat mungkin dengan titik asal. Sebaliknya titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi (penentuan jarak) di dalam MDS didasarkan pada Euclidian distance yang dalam ruang yang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut (Fauzi dan Anna, 2002): d=
( x1 − x2
2
2
2
)
+ y1 − y 2 + z1 − z 2 + ....
Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek atau titik dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak euclidian (dij) dari titik i ke titik j dengan titik asal (dij) sebagaimana dalam persamaan : dij = a + bdij + e
Teknik regresi yang digunakan adalah algoritma ALSCAL yang biasa digunakan pada software statistika (Alder et al. dalam Fauzi dan Anna, 2002). Metode ALSCAL mengoptimalisasi jarak kuadrat (square distance = dijk) terhadap data kuadrat (titik asal = Oijk) yang dalam tiga dimensi ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut : m
S=
1 ∑ m k =1
(
∑∑ d ijk2 − Oijk2 i j Oijk4 ∑∑ i j
) 2
Dimana jarak kuadrat merupakan jarak euclidian yang dibobot, atau ditulis : d
2
= ∑ wka (xia − x ja ) r
2 ijk
a =1
Pada setiap pengukuran yang bersifat mengukur (metric) seberapa fit (goodness of fit), jarak titik pendugaan dengan titik asal menjadi sangat penting. Goodness of fit dalam MDS adalah mengukur seberapa tepat (how well) konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aslinya. Hal ini
61
dicerminkan dari besaran nila S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S diatas. Nilai S yang rendah menunjukkan good fit sementara nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Didalam RAPFISH model, nilai S yang baik adalah lebih kecil dari 0,25 (S<0,25). Untuk memudahkan penggambaran status kinerja LKM, analisis MDS dilakukan dalam bentuk skala persentase dari 0% (buruk) hingga 100% (baik) pada suatu sumbu x. Nilai 0% atau buruk mengindikasikan kinerja LKM sama sekali belum mampu berperan dengan baik didalam mengentaskan kemiskinan
masyarakat
pesisir.
Sebaliknya
nilai
100%
atau
baik
mengindikasikan kinerja LKM sudah mampu berperan dengan baik didalam mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir. Adapun selang nilai 0-100% tersebut dibagi kedalam empat kategori status kinerja LKM, yaitu: Tabel 8
Pengkategorian status kinerja LKM berdasarkan rentang nilai hasil analisis MDS Rentang Nilai Kategori 0,00 – 25,00 Buruk > 25,00 – 50,00 Cukup Buruk > 50,00 – 75,00 Cukup Baik > 75,00 – 100,00 Baik
(3) Analisis Leverage Analisis Leverage merupakan bagian dari Analisis MDS. Analisis statistik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh parameter-parameter di setiap hal yang dikaji atau fokus kajian kinerja LKM. Dengan menggunakan metode analisis ini akan dapat dinilai parameter-parameter kunci atau parameter-parameter yang paling berpengaruh (baik bersifat mendukung maupun menghambat) terhadap kinerja LKM. Melalui hasil analisis leverage ini (parameter-parameter kunci), selanjutnya akan dapat diperoleh bahan rumusan kebijakan pengembangan LKM dalam pengentasan kemiskinan di masyarakat pesisir.
Untuk menggambarkan penggunaan analisis tersebut, secara sistimatika diuraikan dalam gambar 5 sebagai berikut :
62
Desain Penelitian
Penetapan Lokasi
Data Primer
- FGD - Kuestioner
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Tabulasi Data -Kelembagaan LKM -Keuangan LKM -Dampak LKM
- Laporan Manajemen Koperasi - Laporan Keuangan LKM
Identifikasi dan Pendefinisian (didasarkan kriteria yang konsisten)
Review Attribut (meliputi berbagai kategori dan skoring kriteria)
Skoring Data (Mengkonstruksi reference point untuk good dan bad serta anchor)
Multi dimensional Scaling Ordination (untuk setiap attribut) Menggambarkan status kinerja LKM
Analisis Leverage (Analisis Anomali) Menilai parameter kunci terhadap kinerja LKM
Perumusan strategi intermediasi LKM dalam pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir
Gambar 5 Alur pikir metodologi penelitian dengan aplikasi RAPFISH (analisis MDS dan leverage)
63