2.5
PRASAMNA DAN SARANA DAERAH Pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya kemampuan
pemerintah Kabupaten Jepara untuk menyediakannya. Pada sebagian infrastruktur, pemerintah masih beftanggungjawab terhadap pembangunan dan pemeliharaannya, misalnya pembangunan jalan, air bersih dan listrik. Beberapa masalah infrastruktur yang perlu mendapat perhatian antara lain
meningkatnya permintaan perumahan, menurunnya pelayanan transportasi dan peningkatan permintaan tenaga listrik dan air bersih.
2.5.1 Perumahan Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, salah satunya
adalah
perumahan yang mana Pemerintah Kabupaten Jepara perlu mengembangkan
pola kemitraan dengan pihak pengembang perumahan untuk
memenuhi
kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah kebawah. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat menengah ke atas sudah
dilakukan oleh pengembang swasta. Sedangkan untuk masyarakat menengah kebawah melalui KPR/BTN, pada tahun 2004 sebanyak 830 unit dan pada tahun
2006 menjadi 1.301 unit. Luas kawasan permukiman pada tahun 2004 adalah 22.528,256 Ha beftambah menjadi 22.532,256 pada tahun 2006.
Dilihat dari kelayakan rumah, tahun 2002 jumlah KK berumah tak layak
huni sebanyak 6.984 KK, tahun 2006 menjadi 7.446 KK. Permasalahan pokok perumahan dan permukiman adalah kurang konsistennya pelaksanaan tata ruang, semakin keterbatasan lahan, pertumbuhan rumah tidak sebanding dengan
peftumbuhan penduduk, dan keterbatasan kemampuan masyarakat. Disamping
itu masih banyak perumahan kumuh sefta masih banyaknya bangunan
yang
menempati tanah negara.
Tabel 2.40 Perkembanqan Keluarqa Berumah Tidak Keluarga Berumah Tidak No. Tahun Lavak 2042 2003 2004
6.984 7.095 7.881 3. 4, 7.224 2005 2006x 7.446 5, Sumber: Badan Kesbanglinmas Kabupaten Jepara, 2006 1.
2.
Aspek lain yang sangat erat kaitannya dengan perumahan adalah aspek pertamanan dan penerangan Jalan. Perkembangan taman kota dilihat dari luasan
taman mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, apabila tahun 1995 seluas 6.200 m2, tahun 2005 sudah mencapai 38.156 mz, mengalami peningkatan rata43
rata sebesar 5L,5o/o per tahun. Penerangan jalan umum tersebar di seluruh wilayah, tahun 1995 sebanyak 343 titik dan pada tahun 2005 sebanyak 1.264
titik atau rata-rata mengalami
peningkatan sebesar 2,69o/a
tiap
tahun.
Permasalahan pertamanan dan penerangan jalan adalah keterbatasan jumlah
di
ruang terbuka
perkotaan, belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan maupun perawatan taman, terbatasnya
titik
penerangan jalan
umum dan pemeliharaan oleh masyarakat.
2.5.2 Pasar Sarana perdagangan yang ada ditunjukkan berkut
:
di Kabupaten
Jepara pada tahun 2006
pasar tradisionil 21 buah, pasar swalayan
1 buah,
pasar
grosir 1 buah dan mini market 18 buah. Saat ini hampir diseluruh daerah mengalami hal yang sama, dalam penanganan keberadaan pasar tradisionil yang
mulai terdesak oleh pasar modern (supermarket, hipermarket). Kondisi pasar tradisionil di Kabupaten Jepara masih didominasi oleh pasar tradisionil. Berdasar
hal tersebut seyogyanya di Kabupaten Jepara diperlukan suatu regulasi yang mengatur keberdaan pasar modern. Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu lima tahun mendatang akan lebih banyak muncul pasar-pasar modern baru.
2.5.3
Jaringan Transpoftasi Panjang jalan di Kabupaten Jepara sampai tahun 2006 cenderung tetap. Dari panjang jalan tersebut terdiri dari Jjalan Negara, lalan Provinsi dan lalan Kabupaten
atau lokal.
Klasifikasi tersebut sesuai dengan kewenangan
penanganannya. Sedangkan transportasi darat dalam pelayanan transportasi khususnya pelayanan angkutan umum yang terdaftar di Kabupaten Jepara terdiri
dari beberapa trayek, yang meliputi AKAP, AKDP maupun Angkutan Perkotaan (Angkota) dan Angkutan Pedesaan (Angkudes). Untuk trayek Angkota dan Angkudes cenderung mengalami peningkatan
dan
diharapkan pelayanan
angkutan umum semakin optimal.
Tabel 2.4La kota dan Armada
dan No
Kondisi
1.
2002 2003 2004 2005 2006
2. 3.
4. 5.
Trayek Anqkota
Anqkudes
t2
1B
Angkudes 263
19
Anqkota 195 207
13 13
2t
2:07
30
2L4
308 397 419
L4
32 223 15 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara, 2006
2t4
Jumlah Anqkota 30 32 34 44 47
Anqkudes 456 421 515 611 642
44
Pesatnya keramaian wilayah tertentu
di
Kabupaten Jepara akibat dari
adanya proyek-proyek besar yang kontinuitasnya lama, menyebabkan munculnya
terminal-terminal bayangan. Berdasar hal tersebut lima tahun kedepan perlu dipikirkan keberadaan terminal dan sub terminal baru di wilayah pengembangan. Kondisi prasarana jalan tahun 2001, panjang jalan Kabupaten 703,68 km, berdasarkan kondisi jalan, diketahui jalan baik 570,26 km, sedang 105,21 km,
rusak 28,22 km. Pada tahun 2006 panjang jalan menjadi 703,68
km,
berdasarkan kondisijalan, diketahuijalan baik 623,52 km, sedang 74,3t km, dan rusak 5,85 km.
PA
No.
Kondisi
Tabel 2.41b dan Kondisi Jalan Tahun 2004 2002 2003
2005
2006
703,68 7,43
785,00 7.43
t7,62
t7,62
Kelas Jalan 1.
Aspal
675,77
2, 3.
Kerikir Tanah
7,AA
703.68 7.00
20,92
t7,62
703,68 7,40 L7.62
702,69
728,30
728.,30
729,73
810,05
574,26 105,21 28,22
574.40 L29,28
574.40 L29,28 27.91
615.90 87,78 35.18
623,52 80,16 5,85
703,69
728,3
724.3
724.73
8to,os
Jumlah Kondisi Jalan 1.
2.
3.
Baik Sedanq Rusak
Iumlah
?Lgl
Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Jepara, 2006
Transportasi laut
adanya
2
di
Kabupaten Jepara ditunjang keberadaannya dengan
pelabuhan laut (regional),
2 pelabuhan penyeberangan
(lokal), 4
2
buah kapal penyeberangan.
Pelabuhan
pelabuhan khusus (nasional) dan
Jepara sebagai bagian dari pelabuhan laut Indonesia dalam kerangka negara
maritim merupakan garda depan yang harus dibenahi untuk meningkatkan pengelolaan potensi laut dan lingkungan sekitarnya.
laut menunjukkan adanya peningkatan aktifitas pelayaran yang direpresentasikan pada tingkat kunjungan kapal serta Kondisi transportasi
produktifitas angkutan orang dan barang yang mengalami peningkatan, tahun 2001 kunjungan kapal sebanyak 470, penumpang 35.105 orang, barang 2.589
ton, pada tahun 2006 jumlah kunjungan kapal menjadi 621, penumpang 42.328 orang dan barang 2.850 ton.
45
n
No.
TAHUN
1.
2002
2. 3.
2003
4. 5.
KUNJUNGAN KAPAL
Tabel 2.4tc I dan Produksi PRODUKSI ANGKUTAN
Penumpang
483 49L 561 582 591
2004 2005 2006
Baranq
Kendaraan
(orans)
(ton)
R-2 R-4
33.152 33.308 39.626 40.843
2.763 2.798 2.801 2.803 2.850
t.547
203
1.619 2.095 2.088 3.09s
274 365
42328
Ket.
922 1.358
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara, 2005
Permasalahan pokok transportasi dan telekomunikasi adalah masih banyak
jalan dalam kondisi belum baik dan penurunan kualitas jalan, terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan.
2.5.4
Jaringan Air Bersih
Kebutuhan
air bersih pada masa mendatang harus menjadi
perhatian
Kabupaten Jepara, mengingat air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital
bagi masyarakat. Permasalahan klasik yang dihadapi berkaitan dengan air bersih
adalah masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem jaringan air bersih dan masih minimnya kapasitas air bersih.
Jumlah pelanggan PDAM mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 11.118 pelanggan, menjadi L8.577 pelanggan tahun 2006 (angka sementara).
Volume air PDAM yang disalurkan juga mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 3.356.150 m3, menjadi 4.093.983 m3 tahun 2006 (angka sementara)
Data tersebut menunjukkan bahwa semakin lama tingkat kebutuhan akan air
bersih dari PDAM semakin meningkat, baik untuk keperluan rumah tangga ataupun non rumah tangga. Permasalahan pokok air bersih adalah masih banyak
penduduk atau rumah tangga yang belum mendapatkan air bersih. Hal inim menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin
hak setiap orang dalam mendapatkan air minum sebagai kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat dan bersih.
Tabel 2.41 Ba
No.
Tahun
Jumlah Pelanqqan
1.
2001
11.118
2.
2042 2003 2004 2005 2006
r2.749
3.
4. 5,
6.
t4.2t3 15.700 17.008 t8.577
Air Bersih Air yang Disalurkan (m') 3.360.000 3.855.000 4.067.000 4.597.000 5.114.000 5.573.000
Sumber: Jepara Dalam Angka 2001-2005
46
2.5.5
Jaringan lrigasi
Lahan pertanian yang masih cukup luas
di
Kabupaten Jepara, perlu
dukungan pengairan yang baik. Fungsi irigasi sangat diperlukan mengingat untuk menunjang penyediaan bahan pangan.
Tabel 2,41 Luas Sawah, Bangunan Ai r dan Su TAHUN Jenis Data 2001 2002 2003 2004 Luas sawah iriqasi r 8.660 1. Irigasi Teknis 8.625 8.628 8.630 2.853 2. Irigasi 7z teknis 2,391 2.487 2.473 12.810 12.725 12.709 L2.749 3. irigasi sederhana Bangunan Air:
2005 8.660 2.8s3 L2.749
1. Bendung
2.
3.
a. Permanen b. Bronjong
260
260
260
Lt4
L27
260 L37
260 L37
c.
272
LL4 272
269
259
259
8.702
8.702
8.702
8.702
8.702
Rumpon Saluran Primer Sekunder Bangunan Lainnya Sungai
a. b.
327.A90 327.090 327.090 827.090 327.090 495 480 487 495 495 38 38 38 38 38
Sumber: Dinas PU, Jepara 2006
2.5.5
Persampahan
Volume sampah, baik sampah cair maupun sampah padat, dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan sejalan dengan makin bertambahnya aktivitas masyarakat. Volume sampah padat tahun 2001 sebesar 175,5 m3, tahun 2006 menjadi 7L3,05 m3. Jumlah sampah terangkut ke TPA tahun 2002 sebesar 165,5 m3, tahun 2006 menjadi 569,3 m3. Permasalahan persampahan adalah masih rendahnya cakupan pelayanan persampahan
dan bertambahnya volume
sampah
yang didaur ulang sefta belum optimalnya tingkat kesadaran masyarakat tentang kebersihan.
Tabel2,42 Perkemba No,
Kondisi
1.
Volume sampah/hari (m'
2. 3.
Samoah teranqkut (m") Daerah pelayanan (Ha) TPA (buah)
n
Tahun 2AO2
2003
L75,5 165.5
205
1.170 4
2.026 4
4. Sumber: DKPPK Kabupaten Jepara, 2006
185
2004 528 422,5 2.443 4
2005 619,5 502 3.116 4
2006* 713,05 569,3 3.6s3.3 4
47
2.5.7 Jaringan Listrik Kemajuan pembangunan segala bidang
di
Kabupaten Jepara, menuntut
penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Lima tahun terakhir menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat Kabupaten Jepara meningkat tajam dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya peftambahan pemasangan, baik bagi perumahan, perkantoran maupun industri. Jangkauan pelayanan listrik hingga tahun 2006 telah mencakup 197 desa atau 100 persen wilayah telah terlayani.
Tabel 2.43 Banyaknya Pelanggan Listrik PLN No.
Tahun
t.
2402
Jumlah Pelanqqan
2003 2004 4. 2005 5. 2006 Sumber: Jepara Dalam 2. 3.
2.6
82.290 85.457 88.847
92.I39
Daya Tersambunq
Kwh Terjual
121.531.260 133.523.310 L37.838.778 138.318.428 1s0.31s.s38
182.580.124 200.879.L43 237.744.605 239.70t.670 272.47L.L62
Angka 2002-2006
PEMERINTAHAN UMUM Berlakunya otonomi daerah memberi peluang Kabupaten Jepara, berupa
kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri dan demokratis. Tujuan pemberian otonomi yang luas kepada daerah diarahkan
untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui pelaksanaan
otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing, dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kata lain tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan otonomi adalah mewujudkan Good Governance penyelenggaraan pemerintahan dengan tiga pilar utamanya yaitu demokratisasi, transparansi dan partisipasi yang bermuara pada perwujudan pelayanan masyarakat.
2.6.1
Aparatur Pemerintahan
Otonomi menuntut aparatur Pemerintah Daerah untuk lebih profesional dan
mandiri dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
48
Selain aparatur Pemerintah Daerah (eksekutif), pada pemerintahan daerah
juga memberi penegasan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan badan legislatif daerah. Adanya ketegasan fungsi dari kedua lembaga
ini sangat bermanfaat bagi proses demokratisasi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan, sehingga check and balances dapat diterapkan menuju ke tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
No. 1.
Tabel2,44 Jumlah mlah PNS dan Peqawai Non PNS Tahun Data Pegawai 2005 2004 2002 2003 PNS
o Golonqan IV
. Golonqan III
4L6 5.540
4L6 5.520 2.400 439
1.166
5.22t
o Golonqan II 2.029 2.4t6 . Golonqan I 439 L79 1.596 16 29 2. Peqawai Non PNS Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara,2006
2.6.2
2005
L.367 5.460 1.918 145 1.895
t.574 5.3r3 1.816 109
2.L47
Kelembagaan
ini
Sampai saat
kelembagaan yang ada
di
Kabupaten Jepara masih
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, belum disesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dengan jumlah perangkat daerah sebagai berikut:
Tabel 2.45 intah Kabu SOTK Pemerintah No. 1.
2. 3. 4.
Perangkat Daerah Setda dan Sekwan Dinas Badan Kantor Kecamatan Kelurahan
n
Jumlah 2 13 5
3 L4
5, 11 6. 183 7. Desa Sumber: Setda Bagian Hukum Pemkab Jepara, 2006
2.6.3 Produk Hukum Daerah Program legislasi daerah yaitu peraturan daerah yang diterbitkan selama
lima tahun menunjukkan angka yang fluktuatif tiap tahunnya.
Sedangkan
Peraturan Bupati dua tahun terakhir menjukkan angka kenaikan. Tabel berikut ini
adalah produk Perda dan Perbup yang diterbitkan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005.
49
Tabel 2.46 Jumlah Produk Hukum Daerah Perda Perbup SK Buo No. Tahun 1.
2002
26s 236
L7 15
2. 2003 t73 3. 2004 L2 165 16 4. 2005 9 Sumber: Setda Bagian Hukum Pemkab Jepara, 2005
2.6.4
Pelayanan Publik
Pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang
nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut pelayanan publik yang dilakukan harus dalam kerangka menuju kepuasan masyarakat. Dalam pelayanan publik
ini harus disesuaikan dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Tabel2.47 Ca
1.
3. 4. 5.
6.
7. 8.
9.
n
URAIAN
NO 2.
nan
Iiin Ganoouan / HO Surat Iiin Usaha Perdaqanqan Tanda Daftar Perusahaan IUI dan Perluasan Iiin Mendirikan Banqunan
Iiin Reklame Iiin Usaha Anqkutan Iiin Peruntukan Penqqunaan Tanah Pemda Iiin Perubahan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Iiin Lokasi
10. 11. Usaha Pariwisata Sumber: Kantor Yantap Kabupaten Jepara, 2005
2.6.5
2003 545
570 284 L24 342 588
83 0
Tahun 2004
2005
60s 745
1198
752 292
1351
670 205
t347 339 1157
234
r07
318
102
249 4
3
7
8 37
2
5
B
4
Pengawasan
Jumlah temuan selama tahun 2001 sampai dengan 2005 terus
dari t44 obyek pemeriksaan ditemukan 456 temuan, sedangkan pada tahun 2005 dari 108 obyek menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2001
pemeriksaan ditemukan 500 temuan. Uang negara yang berhasil diselamatkan kembali juga meningkat dari sejumtah Rp. 130.109.245 (2001) menjadi Rp. 271.093.510 (2005). Kondisi ini menunjukkan kinerja aparat pengawasan yang
semakin meningkat seiring dengan upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Permasalahan bidang pengawasan adalah meningkatnya jumlah temuan yang mengakibatkan kerugian pada negara.
50
No.
Tahun
1.
2001
2. 3.
2042
4.
2004 2005
5.
Obrik (LHP) L44 L44 L44 L44 108
2003
Tabel 2.48 Pemeriksaan Jenis Data Tindak Temuan
Setoran ke Neqara
Laniut 456 6s0 476 44L
456 650 476 437 s00
130.109.245 L09.2s0.2s2 197.520.115 318.004.139 271.093.510
500
Sumber: Bawasda Kabupaten Jepara, 2006
2.6.6
Aset Daerah
Pengelolaan
aset atau barang
daerah, untuk aset bergerak pada tahun
2004 sebanyak 6,25 unit naik menjadi 7.089 unit pada tahun 2006. Sedangkan
aset tidak bergerak pada tahun 2004 sebanyak 7.945.0t6 mz naik menjadi 8.A49.479 pada tahun 2006.
Perkemba
Tabel 2.49 Aset k dan Tidak
Jenis Data
No
2001
Roda 2 Roda 4
51 L2 1B
4.
Meia Kursi
5.
Sertifikat tanah Pemda & Wakaf
1l
1. 2. 3.
Tahun 2AO2 2003
18
51 L2 10 10
43 20 10
57
23
2004
10
81 L4 30 30 19
2005 50 11
79 80 58
Sumber: Bagian Umum dan Pemerintahan Setda Kabupaten Jepara, 2006
Upaya pengamanan aset tidak bergerak yang berupa tanah baru mulai dilaksanakan pada tahun 2000 sebanyak
23 bidang tanah, yang
kemudian
berturut-turut sebanyak 11 bidang pada tahun 2001, 57 bidang pada tahun 2002, 23 bidang pada tahun 2003, 19 bidang pada tahun 2004 dan 58 bidang
pada tahun 2005; sehingga secara keseluruhan aset yang berupa tanah dan bangunan yang telah bersertifikat baru mencapai 191 bidang. Permasalahannya
adalah belum optimalnya pendataan dan pengelolaan aset daerah yang dilindungi dengan status hak kepemilikan yang sah.
2,6.7 Politik Kabupaten Jepara terkenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi keragaman, kondisi ini berdampak pada terciptanya peluang setiap komponen masyarakat terlibat dalam penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif. Jumlah
paftai politik peserta Pemilu 1997 sebanyak 3 Parpol, Pemilu 1999 sebanyak 48 Parpof, Pemilu 2004 sebanyak 24 Parpol. Jumlah pemilih terdaftar tahun 1999 sebanyak 570.020 orang sedangkan jumlah pencoblos sebanyak 537.854 orang,
51
atau dengan tingkat partisipasi sebesar 94,35o/o; pada tahun 2004 jumlah pemilih
terdaftar sebanyak 733.4t5 orang, sedangkan jumlah pencoblos sebanyak 560.609 orang, atau dengan tingkat partisipasi sebesar 76,430/o. Berdasarkan
data diketahui bahwa situasi politik pada saat pemilu relatif aman terkendali,
yang ditunjukkan dengan menurunnya partisipasi politik masyarakat
pada
Pemilu. Permasalahan politik lokal adalah menurunnya tingkat paftisipasi politik masyarakat.
2.6.8
Perpustakaan, Data, Informasi dan Komunikasi
Jumlah koleksi buku di Perpustakaan Daerah pada tahun 2004 mencapai 3.297 buah, jumlah pengunjung meningkat dari 22.260 (2001) menjadi 39.788
(2005), atau mengalami kenaikan rata-rata 8,90/o per tahun. Jumlah anggota sebanyak 1.104 pada tahun 1999 meningkat menjadi 28.427 pada tahun 2005.
Teknologi informasi dan komunikasi internal Pemerintah Kabupaten Jepara
yang telah digunakan adalah jaringan intranet maupun internet sebagai bagian
dari
pengembangan e-government
yang
menghubungkan semua unit
pemerintah. lumlah arsip dinamis in-aktif tahun 2001 berjumlah 2.422 buah,
tahun 2005 mencapai 5.463 buah. lumlah media cetak yang beredar di Kabupaten Jepara tahun 2004 sebanyak 8 buah, tahun 2005 menjadi 11 buah. Jumlah media penyiaran (radio) cenderung tetap, 5 buah. Permasalahan terkait
dengan perpustakaan, data, informasi dan komunikasi adalah
belum
berkembangnya perpustakaan daerah, kurangnya kepedulian dan pemahaman
pentingya arsip, masih terbatasnya aplikasi sistem informasi dan komunikasi pada satuan kerja (terutama yang jauh lokasinya dari pusat kota).
2.6.9 Keteftiban dan Keamanan Jumlah konflik
di
masyarakat mengalami kenaikan pada tahun 2A04,
terutama menjelang pelaksanaan Pemilu ataupun Pilkada. Jumlah personil Hansip
(Linmas) mengalami peningkatan, tahun 1995 sebanyak 7.300 orang, menjadi 7.39L orang pada tahun 2005. Jumlah pelanggaran ketertiban oleh Pedagang
Kaki Lima, meningkat dari 170 kasus (2000) menjadi 450 kasus (2005). Permasalahan keteftiban dan keamanan adalah adanya konflik akibat proses
demokratisasi, masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat, dan belum optimalnya fungsi penegakan hukum.
52
2.7 ISU.ISU
PEMBANGUNAN
Gambaran umum atau potret kondisi daerah yang telah diuraikan
sebelumnya, dijadikan dasar dalam mengidentifikasi isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Jepara dalam menghadapi permasalahan dan tantangan pembangunan lima tahun ke depan. Sehingga isu-isu pembangunan yang faktual tersebut akan menentukan agenda aktual kebijakan, sasaran serta program dan kegiatan pembangunan yang akan digulirkan selama kurun waktu lima tahun mendatang. Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), sasaran dan program pembangunan Kabupaten Jepara juga harus menampung berbagai sasaran dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan komitmen Pemerintah Indonesia pada dunia internasional. Berdasarkan hal di atas isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Jepara antara lain adalah
1, 2. 3. 4. 5.
:
Belum mantapnya kondisi perekonomian daerah. Masih tingginya penyandang masalah kesejahteraan sosial. Masih kurangnya lapangan kerja dan masih banyaknya pengangguran. Potensi sumberdaya alam dan kelautan belum dikelola secara optimal.
Masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan belum optimalnya peran BUMD.
6.
Masih rendahnya daya saing produk lokal dalam persaingan pasar nasional dan global.
7. 8, 9.
Belum optimalnya relevansi dan kualitas pelayanan pendidikan. Cakupan infrastruktur Kabupaten yang masih terbatas. Kurang optimalnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
10. Belum terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik
(good
governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governmenfl,
11.
Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah belum optimal.
L2. Belum optimalnya pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup. 13. Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan potensi Kepulauan Karimunjawa.
53
BAB
III
WSI DAN MISI
Dalam rangka meningkatkan dan atau mempertahankan
kinerja
pembangunan menghadapi perkembangan perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis sefta faktor-faktor berpengaruh yang berubah dengan cepat dan
sering tidak terduga, maka diwujudkan visi dan misi berbasis pada analisis lingkungan strategis dan isu-isu strategis. Sepefti moto Kabupaten Jepara yaitu
oTrus Katya Tataning Bumi" yang artinya terus bekerja keras membangun daerah, diharapkan
visi Kabupaten Jepara sebagai pemicu bagi seluruh
komponen masyarakat (stakeholders) untuk terus bekerja keras membangun daerah dalam rangka untuk mencapai visi yang dicita-citakan.
3.M5r Berbekal pada potensi dan kondisi strategis yang dimiliki, maka Kabupaten
Jepara menetapkan visi lima tahun kedepan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007-20t2, sebagai berikut:
"Terwujudnya Kabupaten Jepara sebagai daerah yang religius, aman, maju, demokratis dan sejahtera dengan beftumpu pada potensi budaya lokal, melalui peningkatan kualitas sumber daya yang terlayani oleh pemerintahan yang bersih"
Secara komprehensif perwujudan visi tersebut menggambarkan harapan
yang dicita-citakan kedepan oleh segenap komponen masyarakat Kabupaten Jepara yaitu menjadikan Jepara yang religius, aman, maju, demokratis dan sejahtera yang kelimanya tidak dapat dipisahkan sefta merupakan rangkaian proses bersama yang bertumpu pada potensi budaya lokal, melalui peningkatan kualitas sumber daya dan pernerintahan yang bersih.
54
Selanjutnya, dalam rangka untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang makna filosofisi visi di atas maka perlu dirumuskan pengeftian dari beberapa kata
kunci berikut ini, yaitu:
.
Religius, kondisi dan sikap masyarakat yang menjunjung tinggi nilai agama, moral dan etika yang didukung oleh imtaq dan iptek.
t
AmaD merupakan
suasana yang kondusif dalam kehidupan masyarakat,
sehingga merasa nyaman untuk berusaha dan melakukan aktivitas.
.
Maju, suatu daerah yang didukung dengan tersedianya kebutuhan sarana prasarana dan utilitas yang memadai disemua wilayah, sehingga perkembangan wilayah satu dengan lainnya tidak akan teftinggal.
o
Demokratis, masyarakat dapat berekspresi menggunakan haknya,
saling
menghargai dan punya tanggung jawab terhadap daerahnya.
.
Sejahtera, masyarakat dapat merasakan pelayanan dasar yang
layak
sesuai dengan kebutuhannya.
.
Potensi budaya lokal, masyarakat memiliki landasan yang kokoh dan berorientasi pada kearifan lokal dalam pembangunan dan memiliki kebanggaan terhadap daerahnya.
.
Kualitas sumberdaya, kondisi sumber daya yang baik (sumberdaya manusia, sumberdaya alam mapun sumber daya buatan) merupakan tuntutan dasar dalam mendukung pembangunan daerah.
.
Pemerintahan yang bersih, ditunjukkan dengan penyelenggaraan yang transparan, partisipatif dan akuntabel serta berorientasi pada kepuasan masyarakat.
Berdasar
hal diatas visi tersebut mengandung filosofi bahwa
Jepara
merupakan daerah dengan masyarakat yang maju serta menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan supremasi hukum, didukung suasana warga masyarakat yang
dapat berekspresi menggunakan haknya, saling menghargai dan
punya
tanggung jawab sosial, serta dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dengan tetap mengedepankan kearifan budaya lokal dan dukungan kualitas sumber daya yang ada dalam kondisi pemerintahan yang bersih.
3.2 MISI Selanjutnya visi tersebut dijabarkan dalam misi yang pada hakekatnya di arahkan untuk mendukung terwujudnya visi lima tahun kedepan, dengan tujuan
55
agar tercipta kesinambungan arah pembangunan yang diinginkan. Misi yang dirumuskan untuk mengemban pencapaian visi selama lima tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
1.
Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, beretika, berbudaya sefta memPunyai rasa toleransi antar dan intern umat beragama. Misi pertama difokuskan pada peningkatan kualitas manusia yang agamis,
bermoral, beretika dan berbudaya, karena kita bersama-sama menyadari bahwa manusia merupakan faktor paling determinan bagi berhasil tidaknya proses pembangunan dilaksanakan.
2.
Mewujudkan masyarakat yang rukun dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dengan nyaman. Misi kedua terfokus pada pelestarian kultur daerah yang selaras dalam menajalankan hak dan kewajiban, sehingga kehidupan dalam masyarakat
terlihat tentram dan damai. Adanya pengertian tersebut diharapkan akan mendukung terselenggaranya kehidupan masyarakat Jepara yang lebih baik.
3.
Membangun ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan pema nfaatan sumberdaya. Misi ketiga merupakan salah satu upaya untuk meningkatan kesejahteraan
dengan jalan meningkatkan pendapatan masyarakat. Untuk
itu
upaya
pengembangan ekonomi yang berbasis kerakyatan harus dijaga karena
telah terbukti bahwa hanya perekonomian yang berbasis kerakyatan yang mampu tetap eksis walau diterjang badai krisis. Sehingga potensi peftanian
dan industri pengolahan merupakan sumber daya yang perlu dikelola secara berkesinambungan sebagai salah satu pilar kesejahteraan masyarakat.
4.
Menciptakan demokratisasi
iklim yang kondusif bagi da
lam keh id upa n berma sya
ra
berkembangnya
kat.
Misi keempat difokuskan pada ketetapan menjadikan Jepara sebagai hunian
yang nyaman, untuk itu perlu didukung susana wilayah yang kondusif. Ketertiban dan keamanan lingkungan masyarakat merupakan prasyarat
bagi terciptanya suasana tersebut. Oleh karenanya antar
anggota
56
masyarakat saling menghargai satu sama lain dan tidak mengedepankan kepentingannya sendiri.
5.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemerataan pelayanan, pendidikan, derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Misi kelima adalah merupakan tugas luhur dan mulia untuk menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik, karena SDM merupakan modal dasar pembangunan yang harus terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Untuk
itu
perbaikan penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan
penanganan kesejahteraan sangat penting dilakukan, dengan lebih memberi kemudahan dan layanan yang memadai untuk mendapatkannya.
6.
Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur melalui profesionalisme aparatur yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) untuk menciptakan good governance dan clean
government Misi keenam difokuskan pada optimalisasi pelakanaan otonomi ditujukan
untuk mewujudkan good governance dan clean governmenf melalui pemberdayaan aparatur pemerintah, penciptaan pemerintahan yang demokratis, aspiratif dan partisipatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik dengan dukungan masyarakat.
57
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
4.1
STRATEGI PEMBANGUNAN KABUPATEN JEPARA
Dalam rangka pencapaian visi dan misi jangka menengah Kabupaten Jepara, maka perlu dirumuskan strategi yang dapat mendukung keb'tjakan dan
sasaran pembangunan yang akan dicapai, Memperhatikan pada keenam misi yang ada, maka strategi pembangunan daerah yang dilakukan terwujud dalam konsep "Tri Bina" yang terdiri dari:
1. Bina Manusia pada strategi penguatan
masyarakat
dan
strategi
pengembangan sumber daya manusia.
2. 3.
Bina Usaha pada strategi peftumbuhan.
Bina Lingkungan pada strategi optimalisasi aparatur dan strategi dinamika yang terkendali. Dengan kelima strategi pembangunan daerah berikut ini diharapkan akan
tercipta keterpaduan antara membangun manusia, kesejahteraan dan lingkungan
..Tri Bina" juga mampu dapat berlangsung secara sinergis dan kokoh. Konsep
menggambarkan hubungan sinergis diantara pemangku kepentingan pembangunan, sehingga merupakan pondasi yang kokoh bagi program pembangunan Kabupaten Jepara ditengah terpaan perubahan yang akan terjadi lima tahun kedepan.
4.1.1
StrategiPenguatarrMasyarakat
Strategi ini digunakan untuk mendukung misi peftama dan kedua. Strategi
ini
bertujuan memantapkan kehidupan beragama melalui pengembangan kegiatan kehidupan beragama dan peningkatan kerukunan beragama, sefta mendorong kemampuan masyarakat dalam menjaga keharmonisan kehidupan masyarakat yang heterogen.
4.L.2
Strategi Pertumbuhan Usaha
Strategi pertumbuhan digunakan untuk melaksanakan misi ketiga. Strategi
pertumbuhan ditakukan dengan memfasilitasi dan mendorong masyarakat dan
dunia usaha dalam setiap usaha dengan harapan dapat
menciptakan
pertumbuhan ekonomi secara luas, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perwujudan perekonomian daerah yang
kuat
dan 58
berkeadilan, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha pada bidang-bidang yang menjadi unggulan daerah.
4.1.3
Strategi Dinamika Yang Terkendali
ini
digunakan untuk mendukung pelaksanaan misi keempat. Dinamika yang terkendali dimaksudkan agar terdapat ruang yang cukup bagi
Strategi
tumbuh dan berkembangnya dinamika pembangunan dari dan oleh berbagai elemen masyarakat dalam kerangka hukum, budaya dan agama.
4.L,4
Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Strategi
ini untuk
mendukung misi kelima. Peningkatan kualitas dan
daya manusia dimaksudkan untuk mewujudkan pemberdayaan sumber daya manusia sesuai peran dan fungsinya dalam kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah melalui perluasan dan pemberdayaan sumber
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin sefta kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
4.1.5
StrategiOptimalisasiAparatur
Strategi ini untuk melaksanakan misi keenam. Strategi ini menonjolkan peran SDM aparatur pemerintah pada percepatan pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan pada setiap fungsi sesuai kewenangan daerah
dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan untuk antisipasi terhadap perkembangan lingkungan global, sefta untuk mewujudkan good governance.
4.2
FAKTOR,.FAKTOR KUNCI DAN ASUMSI KEBERHASILAN
Dalam rangka menunjang perwujudan visi dan misi serta melaksanakan
strategi pembangunan Kabupaten Jepara, maka diperlukan faktor-faktor kunci
dan asumsi keberhasilan pembangunan. Faktor-faktor kunci dan
asumsi
keberhasilan pembangunan tersebut adalah:
t.
Adanya situasi dan kondisi daerah yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan.
2.
Adanya konsistensi kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat, khusunya kelompok yang kurang beruntung. 59
3. 4.
Semakin baiknya kondisi pertumbuhan makro dan mikro ekonomi daerah.
Adanya pemanfaatan dan pemeliharaan kondisi sumber daya alam dan kelautan secara bertanggung jawab.
5,
Semakin jelasnya pembagian kewenangan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah dan komitmen pada pembangunan perekonomian daerah.
6.
Terbangunnya jejaring pengembangan dan ekspansi produk lokal pada pasar global.
7.
Konsistensi komitmen dalam prioritas peningkatan pembangunan pendidikan, kesehatan, fasilitas umum dan kebutuhan pelayanan dasar lainnya.
8.
Meningkatnya responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas aparatur penyelenggara pemerintahan.
9.
Adanya perangkat hukum dan upaya hukum yang tegas dibidang tata ruang dan lingkungan hidup.
10.
Adanya dukungan dan komitmen utuh segenap stakeholders, terkait
kebijakan hingga operasional dalam pengembangan
Kepulauan
Karimunjawa.
60
BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Sebagai gambaran Perkembangan sumber daya keuangan daerah yang
direpresentasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang
signifikan terhadap kemampuan APBD Kabupaten Jepara dari
sebesar
Rp. 374.385.005.000,- tahun 2003 naik menjadi Rp. 558.129.120.000,- pada tahun 2006 atau mengalami kenaikan sebesar t4,39o/o dari tahun sebelumnya (200s). Berdasarkan hal tersebut di atas maka prospek ekonomi Kabupaten Jepara
dalam kurun waktu lima tahun kedepan diprediksi mengalami perkembangan yang cukup cerah dan signifikan, hal tersebut tentu akan berpengaruh juga pada
kemampuan pembiayaan pembangunan daerah. Proyeksi APBD Kabupaten Jepara 2007-2012 menunjukkan bahwa APBD Kabupaten Jepara tahun 2012 akan menjadi sebesar Rp. 1,025 trilyun.
Dari proyeksi APBD tersebut, agar pembiayaan pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara optimal maka diperlukan suatu arah kebijakan keuangan
yang tepat. Sehingga perlu ditetapkan faktor-faktor yang mendasari dalam menentukan kebijakan keuangan daerah, yaitu:
1,
Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia,
2.
Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah mendesak dan diperlukan oleh masyarakat luas secara langsung, agar tercipta stabilitas ekonomi dan daerah.
3. 4,
Keb'rjakan yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan yang berhubungan dengan tumpuan hajat hidup sebagian besar masyarakat.
5.
Kebijakan yang secara nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
6. 7.
Kebijakan yang dapat mempercepat peftumbuhan ekonomi. Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja setempat.
Kebijakan keuangan daerah untuk RPJMD berlandaskan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang pelaksanaannya berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam
61
Negeri Nomor 13 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan regulasi tersebut dokumen RPJMD memuat kebijakan pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan, serta disertai proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan untuk periode lima tahun kedepan.
5.1
ARAH PENGETOLAAN PENDAPATAN DAERAH
Dalam struktur anggaran pada pemerintah daerah terdapat tiga pos Pendapatan daerah yang merupakan sumber keuangan daerah, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab Kabupaten Jepara memiliki kewenangan dan harus mempunyai kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Namun umumnya sebagian besar pemerintah daerah
di
Indonesia dari sisi
pendapatannya, masih besar ketergantungannya terhadap dana perimbangan
dari Pemerintah Pusat. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah,
maka Kabupaten Jepara lima tahun kedepan akan berupaya untuk menggali
potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat.
Dengan
harapan secara beftahap daerah dapat meningkatkan kemampuan kemandirian keuangan daerah dalam memenuhi pembiayaan pembangunan. Pelaksanaan pendapatan daerah selama ini diperoleh baik dari kewenangan
yang dimiliki daerah sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengelola Pendapatan
Asli Daerah maupun kewenangan lain yang bersumber
ketentuan perundang-undan gan
ya
dari
ng berlaku u ntuk membiayai penyelenggaraan
pembangunan daerah. Perkembangan yang telah dicapai empat tahun terkahir masih didominasi oleh dana perimbangan terhadap total penerimaan. Komponen
yang terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU), selanjutnya diikuti oleh Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Provinsi. Sedangkan komponen terbesar dari PAD diperoleh
dari retribusi daerah sebesar Rp. 31,2145 milyar.
62
Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Kabupaten Jepara NO
UR.AIAN
2004
2005
2006
47265.545.8&
5{t.71t5.470.55i 11.340.431 .06: 27.93{.8E6.741
54.1,|0.689.68(
2003
53.2r0.237.8 8.682 152.58i 20.907.579.20!
Daerah
Laba Perusahaan Milik
798.356.71(
AsliDaerah
23.352.'149.311 288.964.242.88(
2r.335.539.26!
10.239_0r9 78' 24,649.950.671
1.931.3't5.3fi
877.354.55{
2.683.450.29;
31.445.499.451 1.659.234..19:
I 1.s00.220.86(
8.766.702_561
9.074.639,35!
308.586.176,96i 23.275_222.42!
347.667.705.291 26.391_296.75
508.391,757.361 37-248.924.58(
Oana Alokasi Umum
248.660.000.00(
258.973.000.00C
276.946.000.00(
403.1 90.000.00(
fana Ajokasi Khusus
1.000.000.00(
6.500.000.00t
14.060.000.00(
26.080.000.00(
17.968.703.6,|1
19.837.954.54'
30.260.408.54r
41.872.832.77i
16.195.512.000
12.597.000.00(
3agi Hasil Pajak dan Bantuan Keuanoan dari Propinsi
3( Lain-laln Pendapatan Yang Sah Bantuan Dana Kontinjensi / Penyeimbang dari Pemerintah Dana Darurat
t.-tor.t1z.ovl 17.167 .212.001
16.1
96.512.00(
12.597.000.00(
Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006
Kemampuan kemandirian keuangan daerah merupakan faktor yang esensial
dalam mengukur tingkat kemampuan daerah pada pelaksanaan otonomi. Salah satu yang dapat d'tjadikan ciri kemampuan daerah adalah melalui perkembangan
PAD dalam struktur APBD. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir dari tahun 2003 hingga tahun
2006 menunjukkan angka yang fluktuatif. Perbandingan tahun 2003 dengan 2004 mengalami penurunan, namun dari 2004 sampai 2006 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,2Lo/o. Sedangkan dilihat dari kontribusinya terhadap APBD selama empat tahun
terakhir, maka ratio kemandirian keuangan daerah masih rendah atau rerata per
tahun baru menyumbang 12,05o/o. Oleh karena
itu perlu adanya upaya
penggalian pendapatan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin, yang mana untuk menggali potensi pendapatan harus dilakukan secara sistematis dan terarah.
Tabel 5.2 Persentase PAD terhadap APBD No.
Tahun
1.
2003
2. 3.
2004 2005 2006
4.
APBD Ro. 374.785.025.000 Ro. 392,594.936.000 Rp. 410.061.649.000 Rp, 558.129.120.000
Rp. Ro. Rp. Ro.
PAD 53.740 .237.824 47.266.545.884 50.745.470.662 54.110.689.680
o/o
PAD/APBD L4,340/o L2,040/o L2,370/o 9,690/o
Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006
Perkembangan keseluruhan sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Jepara pada tahun 2006 sebesar Rp. 558,129 milyar dan diprediksi tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. t,02L trilyun. Untuk dapat
63
merealisasikan penerimaan daerah tersebut dalam rangka kemandirian keuangan
daerah, maka kedepan harus direncanakan dengan akurat model intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah serta lain-lain pendapatan yang sah sesuai dengan potensi pungutan.
Tabel 5.3 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Jepara Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 20L2
RD. Ro. Ro.
Proyeksi
657.IL5.940.000 707.99A.L00.000 786.484.200.000 864.978.300.000 943.472.400.000 1.021.966.500,000
Ro. Ro. Ro.
Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006, Diolah
5.2
ARAH PENGELOLAAN BELANJA DAERAH Belanja daerah merupakan pengeluaran untuk kebutuhan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah, sehingga alokasinya diarahkan guna meningkatkan efisiensi, efeKifitas,
dan proporsionalitas, berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan. Belanja daerah terdiri dari belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa setiap jenis belanja yang dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasiltersebut.
64
Tabel 5.4 Kabupaten Jepara Belanja Realisasi
Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006
Anggaran Belanja Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2003 hingga 2006 mengalami kenaikan, dimana dari sisi Belanja Daerah
telah menunjukkan peranan yang cukup berarti terhadap
pembiayaan
pembangunan. Pada tahun 2003 total belanja daerah Kabupaten Jepara sebesar Rp, 370,344 milyar naik menjadi Rp. 539,720 milyar pada tahun 2006.
Belanja daerah Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 14,23o/o. Namun kenaikan belanja daerah pada tahun terakhir
naik sangat besar yaitu sekitar 30,47o/o. Berdasarkan realisasi
belanja,
diperkirakan belanja daerah pada tahun 2011 akan meningkat dari Rp. 539,720 milyar (tahun 2006) menjadi Rp. 1,015 trilyun pada tahun 20L2.
65
Tabel 5.5
.679.278.387.000
.861.232.500.000 1.015.644.700.000 Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006, Diolah
5.3
KEBUAKAN UMUM ANGGARAN Berdasar pendapatan daerah dan belanja daerah selama empat tahun
terakhir (2003-2006), menunjukan bahwa belanja daerah lebih besar dari pendapatan daerah. Untuk menutup defisit anggaran yaitu selisih antara pendapatan dan belanja yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran, maka
diakumulasikan dalam pembiayaan. Pembiayaan
terdiri dari
pembiayaan
penerimaan dan pembiayaan pengeluaran. Pembiayaan penerimaan merupakan
alokasi anggaran yang dilakukan untuk menguatkan struKur pendapatan, sedangkan pembiayaan pengeluaran dilakukan sebagai konsekuensi kebutuhan yang mendesak. Dimana kebijakan umum anggaran yang diambil tetap mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Tabel 5.7 No
Belania dan Belania Tahun 20a2 R0.290.306.77t,335
Pendapatan
R0.328.357.330.408 Ro.359.871 .692.704 Rp.370.334.030.830 2003 Rp.372.049.234.851 Ro.385.527.376.77O 2004 Ro.411.000 .t75.957 Rp.401.140.563.519 2005 Ro.539,720.2L3.322 Ro.562.502.447.046 2006 5. Sumber: Dispenda Kabupaten Jepara Tahun 2006 1.
2. 3. 4.
Secara umum keb'rjakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan
dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk kapasitas
meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah berikut:
1.
Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
daerah
khususnya
- melalui optimalisasi pendataan 66
dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2.
Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.
3.
Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah
yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.
4.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah.
5.
Penataan pefformance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau
kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.
5.
Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Jepara, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.
Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana
33 Tahun 2004 tentang Pusat dan Daerah, membawa
perimbangan. Berlakunya Undang-undang Nomor Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-undang
tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana
perimbangan. Untuk
itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana
perimbangan antara lain melalui:
l.
Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.
67
Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari
Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.
68
BAB
VI
KEBIJAKAN UMUM DAERAH
Kebijakan umum pembangunan jangka menengah Kabupaten Jepara akan
menentukan agenda, tujuan dan sasaran program pembangunan lima tahun
kedepan. Sesuai dengan strategi dan dengan tetap mengacu kepada visi Kabupaten Jepara, maka dirumuskan keb'rjakan pembangunan sebagai dasar penetapan pokok-pokok pikiran. Hal itu sebagai suatu upaya untuk melanjutkan
dan mempertajam penyelesaian masalah-masalah mendesak, sekaligus sebagai upaya pencapaian pembangunan yang diharapkan. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan daerah terdapat kesatuan arah yang jelas terhadap pemecahan
masalah yang dihadapi oleh daerah sesuai dinamika masyarakat yang berkembang.
Kebijakan pembangunan daerah
juga
mengandung
arti sebagai
operasionalisasi dari visi dan misi daerah untuk jangka waktu teftentu. Oleh
karenanya kebijakan pembangunan Kabupaten Jepara pada RPJMD periode
Tahun 2007-20L2, tetap merujuk pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 20052025. Dengan demikian kebijakan pembangunan lima tahun kedepan disesuaikan dengan Tahapan Pertama RPJPD (fahun 2005-2009) dan Tahapan Kedua RPJPD
flahun 2010-2014), sepefti berikut:
1.
Tanapan
PERTAMA RPJPD KABUPATEN
lrplnn
(2OO5-2OO9)
Memperhatikan kinerja pelaksanaan pembangunan tahapan lima tahun sebelumnya, maka pada tahapan lima tahun pertama (2005-2009) dalam kerangka pembangunan jangka panjang ini diarahkan untuk melanjutkan derap langkah pembangunan yang sudah senafas dengan tuntutan peningkatan kinerja penyelenggaraan pembangunan, pemerintahan, pelayanan dan pemberdayaan di
segala bidang. Tahapan lima tahun pertama akan lebih difokuskan pada penataan dan pembangunan sistem, regulasi, keb'rjakan dan peraturan sebagai basis bagi pembangunan tahapan lima tahun berikutnya. Beberapa kebijakan pembangunan pada tahap pertama yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut.
Acuan pertama adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
berilmu (cerdas), sehat dan religius melalui pembangunan multi seKor yang bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Jepara,
69
yang ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang menangani bidang pendidikan (tenaga pendidik dan non pendidik). Oleh karena
itu target yang diharapkan antara lain meningkatnya kualitas pelayanan dasar yang berdampak pada meningkatnya indeks pembangunan manusia (berilmu,
sehat, berdaya beli), menurunnya bias gender, meningkatnya etos kerja, meningkatnya etika dan moralitas, meningkatnya keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan toleransi antar umat beragama, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatnya kesejahteraan
dan perlindungan terhadap anak, remaja, dan wanita, meningkatnya kinerja pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya penangatan mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi Kabupaten Jepara. Acuan kedua adalah peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah berbasis
pada industri, pertanian dan pariwisata, didukung dengan sektor lain yang berdayasaing tinggi akan diupayakan pencapaiannya pada tahapan lima tahun
pertama dengan fokus pada peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana ekonomi daerah yang diharapkan akan meningkatkan iklim kondusif dalam berusaha yang akan berdampak pada peningkatan kinerja ekonomi makro
daerah dan penguatan kapasitas keuangan daerah. Lima tahun pertama pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin menunjukkan pergeseran
dalam sektor basis ekonomi daerah, industri-peftanian (agro industri) akan semakin meningkat peranannya dalam perekonomian daerah, disamping tepat eksisnya industri pengolahan sebagai icon Kabupaten Jepara. Upaya pelestarian
dan pengembangan kekayaan budaya, berbasis pada budaya bahari dan pesisir akan semakin relevan. Kondisi pertumbuhan perekonomian Jepara yang semakin baik diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jepara yang akan ditandai dengan menurunnya angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Acuan ketiga adalah pengembangan tata pemerintahan yang baik didukung
dengan kompetensi dan profesionalitas aparatur dalam
pelaksanaan
pembangunan, pemerintahan dan pelayanan publik; pada tahapan lima tahun
pertama akan ditekankan pada peningkatan komitmen dan tindakan pengurangan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam penyelenggaraan pembangunan, pemerintahan, dan pelayanan publik. Muara dari upaya pemberantasan KKN adalah terciptanya kinerja pelayanan publik yang semakin
prima, konsistensi regulasi daerah-pusat, dan tegaknya hukum, kesemuanya mendukung percepatan terwujudnya tata kepemerintahan
yang yang
baik.
7A
Acuan keempat adalah peningkatan prasarana dan sarana yang menunjang
pengembangan kawasan (wilayah) berbasis pada kemampuan dan potensi lokal
yang akan diprioritaskan pada peningkatan dan pemeliharaan (rehabilitasi) sarana dan prasarana wilayah (terutama di kawasan pedesaan, kawasan Kepulauan Karimunjawa), misalnya kebersihan, transportasi, kelistrikan, telekomunikasi, perumahan, air bersih, pertamanan, penerangan jalan, dan lain-
lain. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kesenjangan desa-kota, bahkan mampu untuk membangun embrio pagi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana kewilayahan harus menjadi
prloritas daerah dan mendapat dukungan atau peran serta swasta, yang hanya
bisa tenrrrujud apabila disertai dengan langkah-langkah penataan kebijakan keruangan dan kewilayahan yang konsisten dan terpadu.
Acuan kelima yaitu pengembangan kehidupan sosial budaya dalam rangka
mendukung terciptanya kondisi daerah yang teftib, aman, demokratis, dan kondusif yang akan diprioritaskan pada langkah-langkah pemantapan situasi dan kondisi politik lokal yang kondusif, penguatan ketertiban dan keamanan daerah,
dan tegaknya supremasi hukum untuk menopang (menjadi basis) kelancaran pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan pelayanan publik, Kabupaten
Jepara yang tertib, aman dan damai ditandai dengan menurunnya tingkat kerawanan daerah, menurunnya tingkat konfli( menurunnya indeks kriminalitas, meningkatnya demokratisasi lokal, yang pada akhirnya akan berdampak pada kepatuhan pada hukum sehingga persatuan dan kesatuan tetap dapat terjaga dengan baik.
Acuan keenam yaitu meningkatan kualitas lingkungan hidup didukung
dengan pengelolaan
tata ruang dan
sumber daya alam
secara
berkesinambungan; yang akan ditekankan pada langkah-langkah pemantapan
dalam perencanaan pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan tata ruang dan lingkungan hidup. Dengan adanya pemantapan dalam aspek perencanaan,
regulasi, dan kebijakan tentang keruangan dan lingkungan hidup
maka
diharapkan akan membawa efek pada semakin membaiknya pengelolaan sumber
daya alam dan mutu lingkungan hidup, pencemaran lingkungan menurun, peningkatan konsistensi peruntukan lahan, peningkatan kesadaran lingkungan hidup, ketepatan penanganan penambangan.
7l
2.
TAHAnATT
Kroul RPJPDJTpTm (2010-2014)
Berdasar periode waktu RPJMD Kabupaten Jepara dari 2005 sampai 20t2,
maka kebijakan pembangunannya juga harus memperhatikan tahapan kedua
RPiPD. Arahan kebijakannya merupakan langkah-langkah untuk memantapkan penataan kembali Kabupaten Jepara
di
lebih
segala urusan yang
menjadi kewenangan daerah.
Acuan pertama yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berilmu (cerdas), sehat dan religius, yang pada tahapan lima tahunan kedua
difokuskan pada optimalisasi (bila perlu maksimalisasi) upaya pemerataan
memperoleh pendidikan sampai jenjang SMA/Seder{at
bagi
penduduk
Kabupaten Jepara. Langkah ini harus disertai dengan meningkatnya komitmen
tiga pilar pendidikan
pemerintah, sekolah
dan
masyarakat
-
untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, misalnya melalui penyediaan
biaya pendidikan (bea siswa, BOS, dan lain-lain), penyediaan dan penyelenggaraan lembaga pendidikan, dan lain-lain. Capaian lain yang diharapkan adalah peningkatan kesejahteraan rakyat (pendapatan per kapita naik; angka kemiskinan turun; tingkat pengangguran turun), peningkatan derajat kesehatan (usia harapan hidup naik; status gizi naik), peningkatan kesejahteraan
anak, remaja dan wanita (kesetaraan gender naik; perlindungan anak naik; laju
peftumbuhan penduduk terkendali; kesenjangan kesejahteraan turun), dan peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Acuan kedua yaitu peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah berbasis
pada industri, pertanian dan pariwisata, didukung dengan sektor lain yang
tinggi. Setelah pada tahapan pertama difokuskan untuk mengembangkan prasarana dan sarana ekonomi, maka pada tahapan
berdayasaing
pembangunan lima tahunan kedua diprioritaskan pada penanganan yang lebih
konkrit dan optimal terhadap pembangunan dan pengembangan sektor basis Jepara (industri, pertanian dan pariwisata). Pengembangan sektor basis akan bermuara pada dimilikinya daya saing yang tinggi pada tingkat nasional dan internasional dari produk-produk unggulan dan andalan Kabupaten Jepara, yang berasal dari sektor industri, peftanian, pariwisata atau perpaduannya. Daya saing akan dapat meningkat bila didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan
yang tepat guna sehingga dapat memberikan daya guna dan hasil guna yang tinggi, pembinaan dan
dimanfaatkaannya teknologi produksi
pengembangan kelembagaan ekonomi lokal sehingga mampu berperilaku dan
berkinerja global, pengembangan jaringan infrastruktur transpoftasi
dan
72
telekomunikasi yang memadai. Acuan ketiga yaitu pengembangan tata pemerintahan yang baik didukung
dengan kompetensi dan profesionalitas aparatur dalam
pelaksanaan
pembangunan, pemerintahan dan pelayanan publik. Harapan masyarakat akan ditegakkannya pemberantasan KKN dalam lingkungan birokrasi semakin kuat diharapkan pada pembangunan lima tahunan pertama fokus ini sudah mampu memberikan hasil yang cukup signifikan. Selanjutnya akan diikuti dengan langkah
prioritas kedua, yaitu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia aparatur yang handal untuk memenuhi tuntutan birokrasi masa depan, didukung
dengan disediakannya berbagai prasarana dan sarana pelaksanaan tugas/pekerjaan yang memadai. Sehingga mendukung penyediaan dan penyelenggaraan pelayanan publik yang semakin berkualitas, lebih murah, cepat,
transparan, dan akuntabel, didukung dengan adanya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah, bahkan bila perlu diperkuat dengan kontrak pelayanan (citizen's chartefi dan pelayanan yang berseftifikat ISO. Acuan keempat yaitu peningkatan prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan kawasan (wilayah) berbasis pada kemampuan dan potensi lokal. Pelaksanaan misi keempat ini, untuk tahapan lima tahun kedua diprioritaskan
pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang pembangunan kawasan, misalnya prasarana dan sarana transpoftasi, perdagangan, telekomunikasi, air
bersih, kelistrikan, penerangan jalan, dan sebagainya. Selain
itu
perlu
ditekankannya peningkatan kualitas dan kuantitas perumahan dan permukiman
yang layak dan sehat, dilengkapi dengan sarana prasarana pendukungnya yang memadai, Jumlah penduduk akan terus meningkat maka harus disertai dengan penyediaan fasilitas perumahan dan
permukiman.
{
Acuan kelima yaitu pengembangan kehidupan sosial budaya dalam rangka
mendukung terciptanya kondisi daerah yang tertib, aman, demokraUs, dan
kondusif. Pada tahapan pembangunan lima tahunan kedua diprediksi akan semakin meningkat jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), karena kurang beruntung dalam persaingan diberbagai bidang yang semakin
ketat/keras. Fenomena
ini menjadi prioritas
penanganan pada tahapan ini.
Melihat kondisi kamtibmas Kabupaten Jepara sernakin kondusif, didukung dengan komitmen segenap pemangku kepentingan dan profesionalitas aparatur penegak hukum daerah. Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan
penegakan hukum, tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum daerah.
73
Sejalan dengan
itu, kehidupan demokratisai lokal semakin terwujud
ditandai
kuatnya peran masyarakat sipil, partai politi( dan lembaga kemasyarakatan.
Acuan keenam yaitu meningkatan kualitas lingkungan hidup didukung
dengan pengelolaan tata ruang
dan sumber daya alam
secara
berkesinambungan, akan dilaksanakan dengan prioritas pada penanganan aktivitas terkait dengan lingkungan hidup dan tata ruang. Langkah ini perlu dioptimalkan setelah pada tahap pertama ditekankan pada aspek perencanaan dan perumusan kebijakan, dan regulasi tata ruang dan lingkungan hidup. Dalam
kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konseruasi sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang sefta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan
penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan pada sisi pertambangan dan energi akan diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya bioenergi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan.
Adanya arahan pembangunan pada RPJPD dan memperhatikan evaluasi pembangunan lima tahun sebelumnya serta melihat kondisi kebutuhan kedepan,
oleh karena itu kebijakan pembangunan daerah yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam rencana strategis, harus seoptimal mungkin memperhatikan empat hal berikut:
1.
Dukungan sumber daya, kemampuan sumberdaya yang tersedia dalam
jumlah yang cukup, terutama kemampuan keuangan daerah.
2.
Tingkat kebutuhan, kebutuhan tersebut mendesak atau tak dapat ditunda
dan apabila tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas warga masyarakat.
3.
Kebermanfaatan, kebutuhan tersebut kebermanfaatannya
menyangkut
tinggi
hajat hidup orang banyak, jika tak dipenuhi
dan
akan
mengakibatkan munculnya masalah lain.
4.
Dampak pada lingkungan, kalau tidak segera diatasi akan mengakibatkan dampak yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Pembangunan Kabupaten Jepara periode tahun 2007-20L2 diarahkan pada
pembangunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, pemulihan
74
kepercayaan masyarakat, dan pemberian pelayanan yang langsung dapat bermanfaat bagi masyarakat, sefta pengembangan investasi sarana-prasarana ekonomi yang akan berfungsi sebagai penggerak roda perekonomian daerah. Untuk mewujudkannya diperlukan serangkaian kebijakan yang dapat mendorong
dan mengembangkan potensi daerah, dalam rangka memacu percepatan pembangunan daerah, sehingga mampu mendorong dan mewujudkan percepata n pening katan kua itas keseja hteraa n masya rakat. I
Dalam rangka pencapaian visi Kabupaten Jepara 'Telwujudnya Kabupaten Jepara sebagai daerah yang religius, aman, maju, demokratis dan sejahtera dengan beftumpu pada potensi budaya lokal, melalui peningkatan kualitas sumber daya yang terlayani oleh pemerintahan yang bersih", maka kebijakan umum dikelompokkan menurut fungsi-fungsi pemerintahan yang dirinci menjadi kebijakan umum fungsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelaksanaan misi Kabupaten Jepara tersebut. Arah kebijakan umum dalam kerangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Jepara tahun 2A07-20L7- adalah sebagai berikut:
L.
Misi Peftama: Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa kepada
Tuhan
Yang Maha Esa, bermoral, beretika, berbudaya serta mempunyai
rasa
toleransi antar dan intern umat beragama. Misi Pertama ini terkait dengan empat fungsi pemerintahan, yaitu fungsi Ketertiban dan Keamanan, fungsi Pariwisata dan Budaya, fungsi Pendidikan, dan fungsi Perlindungan Sosial.
Untuk fungsi Ketertiban dan Keamanan kebijakannya diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berbasis religius, karena
itu
pembangunan yang dilaksanakan senantiasa menempatkan manusia
sebagai titik sentral. Sehingga perlu dipahami bahwa pembangunan sumber
daya manusia merupakan salah satu outpuf penting dalam suatu proses perencanaan pembangunan, dengan jalan mewujudkan pemerataan dan
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta memelihara kelestarian kearifan budaya lokal. Untuk
fungsi Pariwisata
dan Budaya diarahkan pada kebijakan untuk mengendalikan
pengaruh
negatif dari budaya luar dalam rangka lebih meningkatkan kepedulian dan perhatian atas pembinaan dan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dan
daerah melalui berbagai upaya pengelolaan kekayaan budaya
lokal,
pembinaan kelompok kesenian, pengadaan even kesenian dan kebudayaan.
Untuk fungsi Pendidikan terkait dengan pembentukan sumber daya manusia yang beretika dan berbudaya d'rjangkau melalui pengembangan
75
pendidikan keagamaan secara integratif antar pemerintah Daerah dan Pusat. Langkah yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan bantuan
terhadap pendidikan keagamaan, Untuk Fungsi Perlindungan Sosial kebijakan yang ada diarahkan pada peningkatan kehidupan dan kerukunan
antar umat beragama agar mampu memberikan peningkatan kualitas dalam sumber dayan manusia dibidang moral dan etika. Beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti pembinaan kerukunan antar umat beragama, peningkatan kegiatan keagamaan, peningkatan bantuan perawatan tempat atau rumah ibadah. 2.
Misi Kedua: Mewujudkan masyarakat yang rukun dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dengan nyaman. Misi Kedua ini terkait dengan pelaksanaan fungsi Pelayanan Umum
dan fungsi Ketertiban
dan
Ketentraman. Fungsi Pelayanan Umum diarahkan pada peningkatan
keadilan (persamaan hak dan kewajiban) diantara penduduk dalam memperoleh pelayanan publik, perluasan informasi atas kinerja pemerintah,
dan sosialisasi produk-produk hukum daerah. Fungsi Ketertiban dan Keamanan, namun dalam fokus arahan kebijakan yang berbeda dengan misi peftama. Keb'rjakan pada fungsi ini diarahkan pada upaya-upaya peningkatan kesadaran hukum pada masyarakat, untuk mendukung suasana kehidupan berpolitik yang demokratis, serta adanya sistem penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM) yang berkeadilan. Keb'rjakan tersebut untuk membentuk kekuatan rakyat dan bela negara
demi menjaga ketertiban dan keamanan, sehingga masyarakat
akan
mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan kapasitasnya.
Misi
Ketiga:
Membangun ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya. Misi Ketiga
ini terkait
dengan tiga fungsi
pemerintahan berikut Fungsi Ekonomi, Fungsi Lingkungan Hidup serta Fungsi Pariwisata dan Budaya. Pada fungsi Ekonomi, untuk mendukung
misi ini kebijakannya diarahkan pada pengembangan usaha andalan berdasarkan potensi lokal untuk mengurangi disparitas kesejahteraan antar
wilayah. Sehubungan dengan hal tersebut maka pelaku ekonomi kerakyatan mendapatkan prioritas untuk berperan
aktif
dalam
pembangunan ekonomi. Untuk fungsi Lingkungan Hidup terkait misi ini keb'rjakannya diarahkan pada meningkatkan potensi sumber daya lokal dan
menjaga kelestarian sumber daya produksi secara berkelanjutan, sehingga
sumber daya yang ada dapat dipertahankan keberadaannya. Sedangkan
76
pada
fungsi Pariwisata dan Budaya,
kebijakannya diarahkan pada
upaya-upaya pengembangan dan peningkatan obyek wisata dan budaya dengan melibatkan para pelaku usaha dan masyarakat, sehingga pariwisata dapat menjadi pendorong roda perekonomian daerah. 4.
Misi Keempat: Menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya demokratisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Misi keempat berkenaan
dengan Fungsi Ketertiban dan Keamanan dan Fungsi Perlindungan Sosial.
Fungsi Keteftiban dan Keamanan diarahkan pada pengakuan akan hak dasar rakyat dalam pembangunan, sehingga setiap aspek pembangunan
tidak mengabaikan keadilan dan pemenuhan hak dasar politik dan
sosial
rakyat. Hal ini terus dikembangkan untuk menjaga kondisi daerah agar tetap kondusif. Fungsi Perlindungan Sosial diarahkan khusus terhadap peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan, dimana salah satunya adalah dalam politik dan demokrasi.
Misi Kelima:
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pemerataan pelayanan pendidikan, derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Berdasar misi kelima ini berkaitan dengan beberapa fungsi
yaitu fungsi Pendidikan, fungsi Kesehatan, fungsi Perlindungan Sosial dan
fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum. Fokus kebijakan pada misi ini adalah memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial serta penyediaan perumahan layak. Pada
fungsi Pendidikan
keb'ljakannya diarahkan pada
peduasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi
seluruh masyarakat dengan sasaran meningkatnya derajat pendidikan masyarakat, terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun sefta meningkatkan kompetensi tenaga pendidik melalui kerjasama
dengan berbagai pihak. Kemudian fungsi Kesehatan kebijakannya diarahkan pada peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan dengan sasaran meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, utamanya bagi penduduk miskin. Sedangkan fungsi Perlindungan Sosial kebijakannya
diarahkan pada pemenuhan hak-hak masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, utamanya bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Bersinggungan dengan fungsi ini adalah
fungsi Perumahan dan
Fasilitas Umum, kebijakannya diarahkan pada penyediaan perumahan layak bagi keluarga kurang mampu. Diharapkan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka peluang hidup layak akan dapat
77
tercapai. Sehingga setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk berpendidikan dan berketerampilan, hidup sehat dan panjang umur, sefta mempunyai kebutuhan sandang, pangan dan papan yang diperlukan.
6. Misi Keenam: Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur melalui profesionalisme aparatur yang bebas KKN untuk menciptakan good governance dan clean governmenf. Misi keenam
fungsi Pelayanan Umum.
ini berkenaan dengan
Kebijakannya diarahkan pada penciptaan
penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel, transparan, membuka
ruang partisipasi, keadilan dan responsibel, sehingga menjadikan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat menjadi optimal. Hal tersebut sebagai
langkah antisipasi tingginya penyalahgunaan kewenangan dan penyimpangan, rendahnya kinerja sumberdaya aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan, rendahnya kesejahteraan PNS, serta banyaknya peraturan perundangundangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan
tuntutan pembangunan. Berpijak pada kebijakan umum yang telah ditetapkan pada tiap misi dan dengan memperhatikan kondisi daerah sefta aspirasi masyarakat, maka disusun sasaran pembangunan yang ingin dicapai dalam lima tahun kedepan. Tujuannya
adalah agar sasaran pembangunan tersebut dapat mendorong terwujudnya visi
dan misi, serta bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga sasaran-sasaran yang ingin dicapai ini, harus didukung oleh programprogram yang direncanakan lima tahun kedepan. Sasaran dari kebijakan umum tersebut meliputi:
1. 2.
Peningkatan Wajar Dikdas 9 Tahun, termasuk pemberantasan buta aksara. Peningkatan pengembangan pendidikan melalui program EERMWU (Better
Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading).
3,
Peningkatan kualitas
dan kuantitas
pelayanan kesehatan
kepada
masyarakat, terutama untuk kelompok masyarakat miskin.
4.
Peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana (infrastruktur)
untuk peftumbuhan perekonomian daerah dan peningkatan pelayanan publik.
5.
Peningkatan kinerja investasi, guna mendukung penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan.
78
6.
Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).
7.
Pengembangan Jepara The World Carving Centre
-
saat ini Kabupaten
Jepara telah mengekspor produk berbahan baku kayu sampai ke 84 negara
- sebagai
pusat pengolahan dan perdagangan produk berbahan baku kayu,
seperti kerajinan, ukiran, meubel, dan lain-lain.
8.
Revitalisasi sektor peftanian dengan menciptakan agrobisnis dan agroindustri.
9,
Penurunan angka konflik horisontal dan vertikal, untuk menjaga dan memelihara suasana kondusif.
10.
Pemeliharaan konseruasi lahan melalui penghijauan pada daerah pegunungan dan lahan kritis untuk mengurangi resiko bencana alam.
11.
Peningkatan pengembangan Kepulauan Karimunjawa, melalui pelestarian
lingkungan hidup dan SDA, mengubah pola budaya tangkap potensi kelautan menjadi pola budi daya dan jasa, pengembangan bandara, pengembangan wisata dan budaya, dan lain-lain.
t2.
Peningkatan aplikasi Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) bagi kerajinan lokal.
13.
Peningkatan pengelolaan tata ruang sesuai dengan regulasi yang berlaku berbasis Sub Wilayah Pembangunan (SWP)
pengembangan SWP
3
-
- dimana akan ditekankan pada
sebagai pusat pertumbuhan baru yang berbasis
kawasan industri strategis.
14.
Peningkatan perumahan
dan permukiman masyarakat pantai
pesisir,
melalui pembangunan rumah susun.
15.
Pengembangan kawasan utara untuk industri strategis, sebagai pusat pertumbuhan baru.
16.
Peningkatan pengembangan sumber energi alternatif.
t7.
Peningkatan peran BUMD, agar dapat memberikan kontribusi yang cukup bagi peningkatan PAD.
18.
Peningkatan efisiensi angEaran dalam penggunaan
dan
pengelolaan
keuangan daerah.
19.
Peningkatan kualitas pelayanan publik diseftai dengan peningkatan kesejahteraan PNS dan Perangkat Desa.
79
BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Berdasarkan pada regulasi otonomi daerah yang bersumber pada Undang-
Undang 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang 33 Tahun 2004, yang diperkuat
dengan berbagai regulasi operasionalisasinya, terutama yang terkait dengan kewenangan/urusan pemerintah daerah, organisasi perangkat daerah, dan keuangan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Jepara menyusun rangkaian program dan kegiatan pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007 -20L2 ya n g senafas denga
n reg ulasi tersebut.
Pada sisi lain, penyusunan program dan kegiatan RPJMD Kabupaten Jepara
Tahun 2007-20t2 harus mengacu pada visi, misi dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam penjabarannya, komponen visi, misi, dan kebijakan tersebut harus dikaitkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Mendasari hal
tersebut program dan kegiatan yang disusun adalah untuk mendukung komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap urusan pemerintah daerah selama lima tahun. Kemudian sesuai regulasi
tersebut pada program dan kegiatan juga diurai dalam program dan kegiatan yang ada pada setiap SKPD sefta program dan kegiatan pada urusan wajib dan urusan pilihan.
Dalam penyusunan program dan kegiatan dilakukan memperhatikan aspirasi masyarakat
dengan
dan mempeftimbangkan kondisi serta
kemampuan daerah, termasuk kinerja pembangunan yang telah dicapai dalam lSma
tahun sebelumnya. Namun dikarenakan keterbatasan sumber daya yang
dimiliki, maka semua kebutuhan pembangunan tidak dapat dipenuhi.
Oleh
karena itu, diperlukan penentuan prioritas untuk mangatasi keterbatasan sumber
daya; baik dana, tenaga maupun waKu yang dimiliki. Sehingga berbagai program dan kegiatan yang dirumuskan baik program dan kegiatan tahunan maupun lima tahunan, merupakan langkah pilihan indikatif yang telah disesuaikan dengan potensi daerah dan masalah yang dihadapi.
Pada RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 20A7-20L2, program dan kegiatan
dikelompokan untuk mendukung misi, dan pada setiap misi diurai dalam
kelompok fungsi besefta urusan yang menjadi kewenangan daerah yang menyertainya. Pada
tiap urusan tersebut akan disampaikan
permasalahan,
80
sasaran dan kebijakan masing-masing urusan, besefta matrik program dan kegiatan selama tahun 2007-20t2.
7.L MISI
PERTAMAT Mewujudkan masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bermoral, beretika, berbudaya sefta mempunyai
rasa
toleransi antar dan intern umat beragama. Langkah-langkah dalam upaya pelaksanaan misi pertama dilakukan melalui beberapa rumpun fungsi, yaitu: 1) Keteftiban dan Keamanan, ydng terdiri atas
sebuah urusan yaitu urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; 2)
Pariwisata
dan Budaya, yang terdiri atas sebuah urusan yaitu
Kebudayaan;
3)
Pendidikan; dan
urusan
Pendidikan, ydng terdiri atas sebuah urusan yaitu urusan
4) Perlindungan Sosial, yang terdiri atas sebuah urusan yaitu
urusan Sosial.
7.t.L
Fungsi Keteftiban dan Keamanan
7.1.L.!
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang terkait dengan aspek agama, moral, etika, dan budaya adalah:
1. 2.
Semakin merebaknya penyakit masyarakat. Besarnya tantangan terhadap peningkatan rasa solidaritas dan ikatan sosial
masyarakat, termasuk dalam toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama.
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri adalah:
1,
Mencegah penggunaan
dan peredaran narkoba dan miras,
serta
tumbuhnya penyakit masyarakat.
2.
Meningkatnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat, termasuk dalam kehidupan beragama. KebUakan. Kebijakan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
diarahkan pada:
1. 2.
Mencegah berkembangnya penyakitmasyarakat. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agamis dalam kehidupan masyarakat.
81
Program. Program urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2.
Program pengembangan wawasan kebangsaan. Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat).
7,I.2
Fungsi Pariwisata dan Budaya
7.L.z.L Urusan Kebudayaan Masalah. Permasalahan pokok urusan kebudayaan yang terkait dengan misi
peftama adalah:
1. 2.
Banyaknya pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh budaya dari luar.
Banyak kesenian dan budaya daerah yang belum dioptimalkan sebagai sarana memupuk nilai-nilai budaya bangsa. Sasaran. Beberapa sasaran dalam pembangunan kebudayaan antara lain:
1.
Meningkatnya pembinaan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa (daerah).
2.
Terbinanya berbagai kelompok kesenian dan budaya lokal.
Keb'riakU. Kebijakan yang dirumuskan bagi pembangunan Kebudayaan antara lain:
1.
Peningkatan pembinaan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa (daerah), termasuk pembinaan terhadap kelompok kesenian dan budaya. Program. Program pembangunan urusan Kebudayaan adalah:
1.
Program pengelolaan kekayaan budaya.
7.L.3 FungsiPendidikan 7.t.3.1
UrusanPendidikan
Masalah. Masalah urusan Pendidikan yang terkait dengan pelaksanaan misi
pertama, adalah:
1.
Masih terbatasnya pengembangan pendidikan keagamaan yang integratif antar instansi pemerintah di tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Sasaran. Sasaran pembangunan pada urusan Pendidikan yang terkait dengan pelaksanaan misi pertama adalah:
1.
Meningkatnya pembinaan pendidikan dibidang keagamaan.
82
KebUakan: Kebijakan urusan Pendidikan diarahkan pada:
1.
Peningkatan pembinaan pendidikan dibidang keagamaan.
Program: Program yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan urusan Pendidikan adalah:
1.
Program pelayanan bantuan terhadap pendidikan keagamaan.
7.L.4 Fungsi Perlindungan 7.1.4.L
Sosial
Urusan Sosial
Masalah. Masalah dalam urusan sosial yang terkait dengan pelaksanaan misi pertama adalah:
1.
Masih banyaknya tempat atau rumah ibadah yang perlu mendapatkan perawatan.
2.
Masih terbatasnya jumlah kegiatan keagamaan.
Sasaran. Beberapa sasaran yang akan dicapai terkait dengan pelaksanaan misi peftama untuk urusan sosial adalah:
1. 2.
Terselenggaranya kegiatankeagamaan. Meningkatnya alokasi bantuan untuk perawatan tempat atau rumah ibadah.
Kebijakan. Kebijakan yang dicanangkan untuk pelaksanaan misi pertama
terkait dengan urusan sosial adalah:
1. 2.
Peningkatan kerukunan dalam pelaksanaan kehidupan beragama. Meningkatnya kuantitas dan kualitas tempat atau rumah ibadah.
Program. Program yang ditetapkan untuk pelaksanaan misi pertama yang terkait dengan urusan sosial adalah:
1.
Program peningkatan kehidupan sosial keagamaan.
7.2 MISI
KEDUAT Mewujudkan masyarakat yang rukun dalam melaksanakan
hak dan kewajibannya dengan nyaman.
Langkah-langkah dalam upaya pelaksanaan misi kedua dilakukan melalui beberapa rumpun fungsi, yaitu: 1) Pelayanan umum, yang terdiri atas dua buah
urusan yaitu: a) urusan Pemerintahan Umum dan b) urusan Komunikasi dan Informasi; dan 2) Ketertiban dan Keamanan, yang terdiri atas sebuah urusan yaitu urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri.
83
7,2.1
Fungsi Pelayanan Umum
7.z.L.L Urusan Pemerintahan
Umum
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Pemerintahan Umum
terkait dengan pelaksanaan misi kedua adalah:
1.
Masih terjadinya ketimpangan dalam pemberian pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah.
2.
Masih terbatasnya pemahaman masyarakat atas produk-produk hukum daerah.
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Pemerintahan Umum adalah:
1.
Meningkatnya kualitas pelayanan publik, terutama pada dimensi keadilan dan persamaan dalam pelayanan publik.
2,
Tersosilisasikannya berbagai produk hukum daerah.
KebUakan. Kebijakan urusan Pemerintahan Umum diarahkan pada beberapa hal:
1.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi.
2.
Peningkatan pemahaman masyarakat atas produk hukum.
Program. Program urusan Pemerintahan Umum yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2. 3.
Program peningkatan kualitas pelayanan publik. Program pelayanan mekanisme penanaman modal. Program penataan peraturan perundang-undangan.
7.2,L.2
Urusan Informasi dan Komunikasi
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Komunikasi dan Informasi adalah:
1.
Masih terbatasnya akses informasi publik terhadap kegiatan dan kinerja pemerintahan daerah.
2,
Terbatasnya jaringan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi internal dan eksternal pemerintah daerah.
3.
Masih terbatasnya kapasitas SDM yang membidangi dan menjalankan urusan komunikasi dan informasi.
84
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Komunikasi dan Informasi adalah:
1.
Tersedianya layanan informasi cepat
dan akurat berbasis jaringan
komputer, aplikasi dan internet di lingkungan pemerintah daerah.
2.
Meningkatnya arus komunikasi yang baik antara masyarakat yang membutukan informasi dan media yang memberitakan.
3.
Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap perencanaan
dan
pelaksanaan pembangunan daerah lewat media massa.
4.
Meningkatnya peran serta masyarakat didalam membangkitkan komunikasi sebagai wahana saling memberikan informasi bagi pemerintah daerah.
5. 6.
Meningkatnya akses informasiyang valid bagi masyarakat.
Meningkatnya kreativitas dan peran serta masyarakat dalam membina lingkungan dengan peningkatan wawasan kebangsaan yang baik.
7.
Meningkatkan kapasitas SDM yang membidangi dan menjalankan urusan komunikasi dan informasi. KebUakan. Keb'rjakan urusan Komunikasi dan Informasi diarahkan pada:
1. 2. 3.
Peningkatan sarana prasarana jaringan dan sumber informasi daerah. Penyediaan media untuk promosi dan komunikasi. Peningkatan penyediaan dan penguasaan teknologi di bidang komputer dan
jaringan.
4.
Peningkatan
sefta pemberdayaan yang membidangi komunikasi
dan
informasi.
Program. Program urusan Komunikasi dan Informasi yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2.
Program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa. Program peningkatan kualitas pelayanan informasi.
7,2,2
Fungsi Ketertiban dan Keamanan
7.2,2.t
Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri adalah:
1.
Semakin lunturnya rasa kesetiakawanan masyarakat dalam sendi-sendi kehidupan.
85
2.
Masih kurang optimalnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya.
3.
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap undang-undang bidang politik.
4.
Masih perlu ditingkatkannya kemampuan pencegahan dan penanganan bencana alam.
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri adalah:
1. 2. 3. 4.
Meningkatkan perlindungan dan keamanan lingkungan. Mencegah terjadinya konflik sosial baik horisontal maupun vertikal.
Meningkatnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat.
Meningkatnya pemahaman tentang kehidupan berpolitik yang benar di lingkungan masyarakat.
5.
Terpantaunya dan teftanganinya korban bencana alam. Kebijakan. Kebijakan urusan Kesatuan Bangsa
diarahkan pada
1. 2. 3. 4.
dan
Politik Dalam Negeri
:
Meningkatkan pengendalian keamanan dan ketertiban lingkungan. Penyebarluasanundang-undangbidangpolitik. Menumbuhkembangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Meningkatkan kinerja penanganan bencana.
Program. Program urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2. 3.
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan. Program peningkatan kesadaran bela negara dan cinta tanah air. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam.
7.3 MISI KETIGA: Membangun
ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya.
Langkah-langkah dalam upaya pelaksanaan misi ketiga dilakukan melalui beberapa rumpun fungsi, yaitu: 1) Ekonomi, yang terdiri atas beberapa urusan
yaitu a) Perhubungan, b) Tenaga Kerja, c) Koperasi dan UKM, d) Penanaman Modal, e) Pemberdayaan Masyarakat Desa,
f) Pertanian, g) Kehutanan, h) Energi
dan Sumber Daya Mineral, i) Kelautan dan Perikanan,
j)
Perdagangan,
k) Perindustrian, l) Transmigrasi; 2) Lingkungan Hidup, yang terdiri atas sebuah
86
urusan yaitu: a) Lingkungan Hidup; 3) Pariwisata dan Budaya, yang terdiri atas beberapa urusan, yaitu: a) Pariwisata, b) Kebudayaan.
7,3.1
Fungsi Ekonomi
7.3.1.1
Urusan Perhubungan
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan
1. 2. 3.
Masih kurangnya sarana, prasarana dan fasilitas perhubungan. Belum tersedianya peta jaringan transportasi dan tatanan transpoftasi lokal. Belum optimalnya pelayan terminal. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Perhubungan adalah
1. 2.
:
Terciptanya pelayanan angkutan yang tertib, aman dan lancar.
Tersedianya prasarana, fasilitas perlengkapan dan fasilitas pendukung jalan.
3. 4.
Meningkatnya pembangunan dermaga dan fasilitasnya. Terlaksanya pembangunan unit uji kelayaikan kendaraan bermotor. Kebijakan. Kebijakan urusan Perhubungan diarahkan pada:
1.
Peningkatan peran transportasi untuk mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan.
2.
Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana, prasarana serta
fasilitas
perhubungan yang berbasis pada pelayanan masyarakat.
Program. Program urusan Perhubungan yang dilaksanakan
guna
pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2. 3. 4.
Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan. Program peningkatan kelayakan pengoperasian kendaraan bermotor. Program peningkatan pelayanan angkutan.
7,3.L.2
Urusan Tenaga Kerja
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Tenaga Ke[a adalah:
1. 2.
Terbatasnya kualitas SDM pencari kerja dan tenaga kerja.
Masih rendahnya pemahaman dan pelaksanaan peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan.
3.
Masih banyaknya pencari kerja yang belum tertampung dibeberapa lapangan usaha.
87
4.
Masih kurangnya pemahaman pengusaha dan tenaga kerja terhadap peraturan perundangan-undangan dibidang ketenagakerjaan. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Tenaga Kerja adalah:
1. 2. 3.
Pembinaan, perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, Peningkatan ketrampilan sumber daya manusia tenaga kerja.
Mengurangi angka pengangguran dan penciptaan lapangan pekerjaan. KebUakan. Kebijakan urusan Tenaga Kerja diarahkan pada:
1.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia pencari kerja dan tenaga kerja serta peningkatan penghasilan tenaga kerja.
2.
Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.
Program. Program urusan Tenaga Kerja yang dilaksanakan
guna
pencapaian sasaran tersebut adalah:
t. 2. 3.
Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan. Program peningkatan kesempatan kerja. Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
7.3.1.3
Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah:
1. 2. 3.
Masih lemahnya manajemen koperasi dan UMKM. Akses permodalan bagi koperasi dan UMKM masih rendah.
Terbatasnya akses teknologi dan pemasaran bagi IKM. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah adalah:
1. 2. 3.
Meningkatnya kemampuan manajerial UMKM. Meningkatnya akses modal koperasi dan UMKM. Meningkatnya volume usaha koperasi dan UMKM.
Kebijakan. Kebijakan urusan Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah
diarahkan:
1.
Pembangunan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan koperasi dan UMKM.
2.
Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal.
Program. Program urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1.
Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM. 88
2. 3.
Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.
7.3.L.4
Urusan Penanaman Modal
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Penanaman Modal adalah:
1.
Kurangnya optimalnya promosi potensi investasi daerah dan pengelolaan asset daerah.
2. 3.
Proses optimalnya pelayanan per'rjinan yang mendukung investasi.
Belum kondusifnya iklim investasi daerah.
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Penanaman Modal adalah:
1. 2. 3.
Meningkatnya penanaman modal di daerah. Meningkatnya pengelolaan investasi dan aset daerah. Berkurangnya faktor-faktor penghambat perkembangan/realisasi investasi. KebUakan. Kebijakan urusan Penanaman Modal diarahkan pada:
1. 2. 3.
Meningkatkanpelayanan perijinan investasi. Optimalisasi penerapan standar pelayanan minimal di bidang investasi. Mempromosikan potensi sumberdaya daerah.
Program. Program urusan Penanaman Modal yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah :
1. 2. 3.
Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. Program penyiapan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah.
7.3.1.5
Urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan
Pemberdayaan
Masyarakat Desa adalah:
t. 2. 3. 4.
Belum optimalnya pemberdayaan potensi lokal. Belum terbatasnya tingkat kemampuan dan partisipasi masyarakat. Masih tingginya angka kemiskinan.
Belum optimalnya keterlibatan lembaga sosial masyarakat
dalam
pembangunan.
Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan
Pemberdayaan
Masyarakat Desa adalah:
89
1. 2. 3.
Peningkatan paftisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Berkurangnya jumlah warga miskin. Peningkatan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Kebijakan, Kebijakan urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa diarahkan pada:
1.
Meningkatkan partisipasi masyarakat
dan lembaga sosial dalam
pembangunan.
2. 3.
Menstimulasi swadaya masyarakat khususnya masyarakat desa.
Meningkatkan program pengentasan kemiskinan.
Program. Program urusan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1.
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
7.3,1.5
Urusan Pertanian
7.3.L.6.L
Pertaniandan Perkebunan
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Pertanian adalah:
1. 2. 3.
Terbatasnya luas lahan pertanian dan perkebunan. Tingkat produktivitas pertanian dan perkebunan yang relatif masih terbatas.
Intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi pertanian dan perkebunan belum sepenuhnya dilaksanakan.
4. 5. 6. 7.
Kondisi prasarana dan sarana pengairan yang masih terbatas.
Terbatasnya dukungan teknologi pertanian. Belum optimalnya perlindungan tanaman pangan dan hasil perkebunan. Masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia petani. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Pertanian adalah:
1. 2.
Peningkatan produksi dan produKivitas pertanian dan perkebunan.
Peningkatan kualitas
dan kuantitas produksi untuk
memantapkan
ketahanan pangan.
3.
Peningkatan intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi pertanian dan perkebunan.
4. 5.
Meningkatnya penanganan pasca panen.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengairan yang masih terbatas.
6. 7.
Meningkatnyadukunganteknologi. Meningkatnya perlindungantanaman.
8.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia petani. KebUakan. Kebijakan urusan Pertanian diarahkan pada:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembangunan dan pemulihan prasarana dan sarana. Pemanfaatan dan perluasan usaha. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Mengembangkan sentra produksi unggulan daerah. Pengembangan agribisnis di daerah. Peningkatan pemasaran hasil.
Program. Program Pertanian dan Perkebunan yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Program peningkatan kesejahteraan petani. Program peningkatan ketahanan pangan (pertanian/perkebunan). Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan. Program peningkatan penerapanteknologipeftanian/perkebunan. Program peningkatan produksi peftanain/perkebunan. Program pemberdayaan penyuluhan pertanian/perkebunan lapangan. Program pengembangan agribisnisperkebunan. Program peningkatan sarana prasarana pertanian.
Program peningkatan penerapan teknologi produksi, pengolahan produksi dan pasca panen.
7.3,L.6.2
Peternakan
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Peternakan adalah:
1. 2.
Masih terbatasnya jumlah populasi ternak.
Terbatasnya ketersediaan teknologi peternakan, misalnya dalam h'tjauan pakan ternak.
3. 4, 5.
Belum optimalnya pengelolaan kesehatan hewan. Belum optimalnya pembudidayaan ternak jenis unggul. Keterbatasan kualitas sumber daya manusia peternak. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Peternakan adalah:
1. 2.
Peningkatan produksipeternakan.
Peningkatan kualitas
dan kuantitas produksi untuk
memantapkan
ketahanan pangan hewani.
3, 4.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia peternak.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan
sarana
peternakan
yang masih terbatas. 91
5. 6.
Meningkatnya dukungan teknologi hasil ternak. Meningkatnya pengelolaan kesehatan hewan. KebUakan. Kebijakan urusan Peternakan diarahkan pada:
1. 2. 3. 4. 5.
Pembangunan dan pemulihan prasarana dan sarana peternakan. Pemanfaatan dan perluasan usaha peternakan. Pengembangan kualitas sumber daya manusia peternak. Mengembangkan sentra produksi peternakan unggulan daerah, Peningkatan pemasaran hasil peternakan.
Program. Program urusan Peternakan yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2. 3. 4.
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak. Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan. Program peningkatan penerapan teknologi peternakan.
Programpengembanganagribisnispeternakan.
7.3.L.7
UrusanKehutanan
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Kehutanan adalah:
1. 2. 3.
Masih adanya lahan kritis dan penanganannya masih belum optimal. Masih lemahnya pengelolaan kehutanan secara tertib dan berkelanjutan.
Masih kurangnya paftisipasi dan kepedulian masyarakat dalam dukungan penyelamatan, pemulihan, pemeliharaan dan pemberdayaan sumberdaya alam dan hutan. Sasaran. Sasaran yang Ingin dicapai pada urusan Kehutanan adalah:
1. 2.
Meningkatnya penanganan lahan kritis.
Terpenuhi/tersedianya sarana
dan prasarana penunjang pelaksanaan
pengembangan kehutanan.
3.
Berkembang/meningkatnya kesadaran dan parsipasi masyarakat terhadap
dukungan pengelolaan nilai-nilai potensi sumber daya alam dan hutan (sDA/SDH). KebUakan. Kebijakan urusan Kehutanan diarahkan pada:
1. 2.
Peningkatan penanganan lahan kritis (pelestarian sumber daya hutan).
Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan hutan (SDA/SDH) secara tertata yang saling sinergi antara sektor/sub sektor yang ada.
3.
Meningkatkan prasarana
dan sarana
kehutanan dalam rangka
pengembangan kawasan/wilayah hutan.
92
Program. Program urusan Kehutanan yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
:
Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan. Program rehabilitasi hutan dan lahan. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan. Program perencanaan dan pengembangan hutan, Program pengembangan fungsi hidrologis. Program peningkatan produksi kehutanan. Program peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan.
7.3.1.8
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral
Masalah. Permasalahan yang dihadapi pada urusan Energi dan Sumber Daya Mineral adalah:
1.
Banyaknya pertambangan rakyat dengan motif ekonomi yang cenderung merusak lingkungan.
2. 3. 4. 5.
Masih adanya wilayah yang belum terjangkau listrik. Belum terkendalinya usaha pertambangan rakyat. Masih terbatasnya sumber-sumber energi alternatif. Belum tersedianya peta potensi pertambangan. Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai pada urusan Energi dan Sumber Daya
Mineral adalah:
1. 2.
Terselenggaranya konseruasi sumber daya alam. Terselenggaranya pengawasan dan pengendalian aKivitas pertambangan agar ramah lingkungan.
3. 4.
Meningkatnya penyediaan energi listrik non PLN (sumber energi alternatif). Tersedianya peta potensi pertambangan. KebUakan. Keb'rjakan urusan Energi dan Sumber Daya Mineral diarahkan
pada:
1. 2. 3.
Monitoring kegiatan penambangan (penegakan hukum). Pemerataan energi listrik bagi seluruh rakyat. Peningkatan pengembangan sumber-sumberenergi alternatif.
Program. Program urusan Energi dan Sumber Daya Mineral yang dilaksanakan guna pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. 2.
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan.
93