“PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA MTS AL-KHAIRIYAH TEGAL PARANG JAKARTA SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2105”
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: NURFADILAH 1110015000001
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA MTS AL.KHAIRIYAH
TEGAL PARANG JAKARTA SELATAN TAHUN AJARAN 2014 I2IO5'
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Nurfadilah NIM. 1110015000001
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
r@4
Anissa windarti. M.Sc NIP. 19820802 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGBTAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH
Skripsi berjudul "Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105 " disusun oleh Nurfadilah, NIM 1110015000001 telah disajikan dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada ujian munaqosah tanggal 08 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S.Pd) padajurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, program studi ekonomi.
lakarta,08 Mei 2015
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan
IPS)
oI?94
Dr. Iwan Purwanto, M Pd NrP. 19730424 20080 |
I
TandaTangan
012
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)
Drs.Svaripulloh. M.Si NIP. t9670909 200701
' tl-4-' lD * a6 - doly<1--"
1 033
Penguji I
Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd NrP. 19761 118 20t101 1006 Penguj
i II
Andri Noor Ardiansvah. M.Si NIP" 198403 t2 201 503 1002
d
t-
o.b *?^)t{-
Mengetahui Dekan Fakul
./
Ilmu Tarbiah
Prof. Dr. Ahma NrP. 1955042
8203
I
007
LEMBAR PERTANYATAAN UJI RBFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul "Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khuriyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105 " yang disusun oleh:
Nama
:
Nim
: 1110015000001
Jurusan
: Pendidikan
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurfadilah
Ilmu Pengetahuan Sosial
Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 08 April 2015.
lakarta,08 April 2015
Yang Mengesahkan Pembimbing
m
Anissa windarti. M.Sc NIP. 19820802 201101 2 005
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nurfadilah
Nama
:
NIM
: 1 I 10015000001
Jurusan
: Pendidikan IPS/Ekonomi
Angkatan Tahun
:2010
Alamat
: Jln. Mampang
Prapatan
VII buncit V no: 30 RT/RW:
001/006, Tegal Parang, Jakarta Selatan.
MENYATATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa Skripsi yang berjudul ooPengaruh Penggunaan Strategi Mostery Leurning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Dosen
Jurusan
: Pendidikan IPS
Demikian surat pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta,08 April 2015
Nurfadilah
ABSTRAK Nurfadilah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi, Program Studi Ilmu Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas 8C dan 8D berjumlah 33 orang dari kelas 8C sebagai kelompok eksperimen dan 33 orang dari kelas 8D sebagai kelompok kontrol. Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen menggunakan tes objektif yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebanyak 20 soal. Kemudian untuk teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan rumus uji liliefors dan uji homogenitas menggunakan rumus uji fisher selanjutnya uji hipotesis menggunakan rumus uji t. untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka dilakukan uji N-Gain menggunakan rumus N-Gain. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 8.65 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1.67 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan α = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015.
Kata Kunci : Strategi mastery learning, Hasil Belajar IPS Siswa.
i
ABSTRACK Nurfadilah, "Influence of Mastery Learning Strategies Against IPS Student Learning Outcomes Mts Al-Khairiyah". Skripsi, Department of Economics of Education Sciences, Department of Social Education, Faculty of Science Tarbiah And Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. The objective of this research is to find the influence of using mastery learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) of MTs Al-Khairiyah. This research is conducted at MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015. The method used in this research is experiment and the sample was taken by using cluster sampling technique. Then, the sample of this research is consisted of two classes, 8C and 8D, 33 students from 8C as experiment class and 33 students from 8D as controlled class. The instrument used in this research is objective test that consist of 20 questions that has been examined its validity and reliability. The technique of data analyzes used in this research is normality test, liliefors test and homogeneity test by using the formula of fisher test, then, the hypothesis is examined by using t test. In order to find the comparison of students’ outcome and understanding between experiment and controlled class, the researcher used N-Gain test. Based on the calculation of the data, ttest that was 8.65 is higher than ttable that was 1.67. It means Ho is rejected and Ha is accepted in the value of t-table significant degree α = 0,05. In other word, it can be concluded that there is significant effect of using mastery learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) at MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015.
Keywords: Strategy Of Mastery Learning, Student Learning Outcomes IPS.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini, dan dengan petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts AlKhairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Shalawat serta salam semoga terlimpah selalu kepada revolusioner terbesar nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan suatu proses yang harus dijalani. Kemudian dengan selesainya penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:
1. Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, hidayah serta anugerahnya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua jurusan ilmu pengetahuan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin penelitian serta memberikan motivasi pada penulis. 4. Bapak
Drs.Syaripulloh, M.Si, selaku wakil
ketua jurusan ilmu
pengetahuan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan masukan dan nasehat serta semangat pada penulis. 5. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat pada penulis.
iii
6. Ibu Anissa Windarti, M.Sc, selaku pembimbing skrispi yang telah banyak meluangkan waktu untuk penulis guna kepentingan skripsi ini. 7. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh karyawan dan staf-stafnya di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. 8. Kedua Orang Tua (H.Suryani Ahmad, S.Pd dan Hj.Nuroniah) yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil. Terima kasih untuk semuanya. 9. Kakak-kakak saya (Rahmawati, MA, Sukriah, M.Pd, Abdul Azim, dan Abdul Hafiz) dan tak lupa pula kepada kakak ipar dan keponakankeponakan saya (Dr.Abdul Muid Nawawi, MA, Silmya Aqila dan Kyara Aisha) yang selalu menyemangati dan mengingatkan untuk cepat menyelesaikannya serta selalu setia mendo’akan saya. 10. Keluarga besar H.Fadlullah Ahmad yang tak pernah bosan untuk selalu mendo’akan saya. 11. Keluarga besar H.Abdullah khususnya Ahmad Fauzi yang telah memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Kepala MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan (A. Hidayat. S.Pd, M.Si) yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 13. Ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI selaku guru pendamping dalam kegiatan penelitian skripsi ini. Dan lupa pula seluruh tenaga pengajar, karyawan, dan peserta didik MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan yang telah membantu pengumpulan data penyusunan skripsi ini. 14. Berbagai instansi yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. 15. Teman-teman seperjuanganku (Chentauri Galih, Lilian Paramitha, Frisca Fauziah, Dini Halimah, Gina Rosdianti, Desdemonawita, Cindy Febri) serta teman-temanku di jurusan IPS Angkatan 2010 (yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) yang selalu menemaniku disaat aku merindukan kegembiraan
dan
kesenangan
perkuliahan.
iv
serta
mengisi
hari-hariku
selama
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis merasa tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta,
Penulis
v
Maret 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
i
HALAMAN ABSTRACK ..........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
3
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
3
D. Perumusan Masalah ...............................................................
3
E. Tujuan Penelitian ...................................................................
3
F. Manfaat Penelitian .................................................................
4
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ..................................................................
5
1. Hasil Belajar ..................................................................
5
2. Strategi Pembelajaran ....................................................
14
3. Pengertian Mastery Learning Dan Strategi Konvensiona
15
4. Pengertian IPS Sebagai Bidang Kajian Penelitian ..........
30
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ..............................................
32
C. Kerangka Berfikir ..................................................................
33
D. Hipotesis Penelitian ...............................................................
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ...............................................
35
B. Metode Dan Desain Penelitian. ............................................
35
vi
C. Populasi Dan Sampel .............................................................
37
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
37
E. Uji Instrumen Tes .................................................................
40
F. Uji Prasyarat Analisis ...........................................................
45
G. Uji Hipotesis ..........................................................................
47
H. Teknik Analisis Data ...........................................................
48
BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Deskripsi Data........................................................................
50
B. Hasil Penelitian ......................................................................
57
C. Pembahasan ...........................................................................
73
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
76
B. Saran-Saran ...........................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
77
LAMPIRAN ...............................................................................................
79
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Uji Referensi ..........................................................................
79
Lampiran 2: Rpp .........................................................................................
84
Lampiran 3: Instrumen Kisi-Kisi ................................................................
94
Lampiran 4: Soal Pretest-Posttest ...............................................................
96
Lampiran 5: Wawancara Guru ....................................................................
99
Lampiran 6: Wawancara Siswa ...................................................................
100
Lampiran 7: Observasi Guru .......................................................................
101
Lampiran 8: Observasi Siswa......................................................................
103
Lampiran 9: Uji Validitas............................................................................
108
Lampiran 10: Uji Reliabilitas ......................................................................
109
Lampiran 11: Uji Tingkat Kesukaran .........................................................
110
Lampiran 12: Uji Daya Beda ......................................................................
111
Lampiran 13: Distribusi Pretest-Posttest.....................................................
112
Lampiran 14: Uji Normalitas ......................................................................
120
Lampiran 15: Uji Homogenitas ...................................................................
124
Lampiran 16: Uji Hipotesis .........................................................................
126
Lampiran 17: Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................................
130
Lampiran 18: Foto Kegiatan .......................................................................
132
Lampiran 19: Riwayat Hidup ......................................................................
134
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1:Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas
Dengan
Pembelajaran Konvensional .......................................................................
28
Tabel 3.1: Paradigma Penelitian .................................................................
36
Tabel 3.2: Daftar Nama Guru .....................................................................
40
Tabel 3.3: Daftar Nama Siswa ....................................................................
40
Tabel 3.4: Kategori Nilai N-Gain................................................................
49
Tabel 4.1: Daftar Nama-Nama Guru & Karyawan .....................................
54
Tabel 4.2: Sarana Dan Prasaranan ..............................................................
57
Tabel 4.3: Hasil Uji Validitas ....................................................................
58
Tabel 4.4: Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................
58
Tabel 4.5: Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran ............................................
58
Tabel 4.6: Hasil Uji Daya Beda ..................................................................
59
Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Pretest .....................................................
59
Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas Posttest .....................................................
60
Tabel 4.9: Uji Homogenitas Pretest ...........................................................
61
Tabel 4.10: Uji Homogenitas Posttest ........................................................
62
Tabel 4.11: Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest ...........................................
63
Tabel 4.12: Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen ...................................
63
Tabel 4.13: Perhitungan N-Gain 8d ( Kelas Kontrol) .................................
65
Tabel 4.14: Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol .................................................................................................
67
Tabel 4.15: Pedoman Wawancara Siswa ...................................................
67
Tabel 4.16: Pedoman Wawancara Guru......................................................
68
ix
Tabel 4.17: Lembar Observasi Partisipasi Siswa .......................................
71
Tabel 4.18: Instrumen Observasi Guru .......................................................
73
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai lembaga pendidikan selalu berusaha terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan di berbagai bidang, termasuk salah satunya adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pembelajaran, guru memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kembali diingatkan pada sebuah hikmah “At-thoriqotu ahammu min al-maaddah” (metode itu lebih signifikan perannya dari pada materi). Bukan berarti materi, media, tujuan maupun evaluasi tidak penting, akan tetapi hikmah tersebut merupakan bentuk penekanan khusus. Seorang guru tidak akan mampu mengantarkan siswanya untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tanpa memiliki metode yang baik, dengan kata lain mempunyai keterampilan dalam menyampaikan materi. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama setiap murid adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara belajar dengan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran La Costa mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking, teaching for thinking, and teaching about thinking. Berdasarkan pengamatan observasi peneliti di kelas VIII MTs AlKhairiyah Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada pada pelajaran IPS yang masih di bawah nilai KKM sebesar 50% dari jumlah siswa pada semester ganjil kelas VIII tahun ajaran 2014/2015. Dimana nilai KKM yang ditentukan untuk mata pelajaran IPS adalah 6.60. Hal ini dikarenakan dalam materi-materi pelajaran IPS banyak memuat kata kata istilah, tanggal sejarah yang harus diingat, dihafal dan dimengerti. Selain itu menurut peneliti kurangnya
1
2
penguasaan guru akan penggunaan strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pemahaman siswa akan materi ajar IPS. Penggunaan strategi pembelajaran dengan model ceramah yang dianggap sebagai model pembelajaran yang monoton dan membosankan dapat mengurangi minat belajar siswa. Oleh karena itu guru harus mampu membenahi cara belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi mastery learning. Keberhasilan guru dilihat dari sejauh mana siswa telah memiliki kompetensi melalui proses belajar. Dengan demikian, setelah proses pembelajaran selesai sebaiknya guru bertanya: “Apakah melalui proses pembelajaran siswa telah berhasil mencapai sejumlah kompetensi seperti yang dirumuskan?”guru tidak bertanya: “sejauh mana materi telah tersampaikan kepada siswa”. Hal ini sangat penting, oleh sebab melalui pertanyaan pertama yang menjadi sasaran keberhasilan adalah siswa sebagai subyek belajar, sedangkan pertanyaan kedua yang menjadi sasaran adalah guru. Oleh karena itu penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang benar dan tepat akan berpengaruh terhadap pembelajaran siswa sebagai upaya pencapaian kompetensi seperti yang diharapkan.1 Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Killen dalam buku Wina Sanjaya: “No teaching strategy is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a variety of teaching strategy, and make rational decisions about when each of the teaching strategy is likely to most effective”. Apa yang dikemukan oleh Killen itu jelas, bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan.
2
Strategi mastery
learning dipilih karena di dalamnya mengandung kegiatan-kegiatan yang menarik serta mengarahkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk berkompetisi dengan teman sebayanya, melatih bekerjasama dalam sebuah tim serta mengembangkan sikap siswa. 1
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: kencana, 2006), h. 87. 2 Ibid., h. 103
3
Pembelajaran tuntas juga dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan. Dengan penggunaan mastery learning tersebut diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, kerjasama, bertukar pikiran, menjawab bahkan memberikan pertanyaan. Di samping itu juga telah dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran IPS terkait dengan penerapan strategi mastery learning dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian ini dengan “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPS rendah 2. Penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang kurang dikuasai oleh guru 3. Kurangnya penerapan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
C. Pembatasan Masalah Dalam
penelitian
ini
penulis
memberikan
pembatasan
terhadap
permasalahan guna mempermudah dalam pembahasan penelitian, yaitu: Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan mastery learning terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII
4
D. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yaitu, Bagaimana pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi mastery learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan?
E. Tujuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah Jakarta selatan.
F. Manfaat Penelitian Secara teoritis: Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan suatu sistem atau strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning) 1) Bagi sekolah yaitu, 2) Bagi peneliti yaitu, 3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya yaitu, 4) Bagi para siswa yaitu, Secara praktis: 1) Bagi sekolah yaitu, Mata pelajaran IPS dalam hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai target belajar siswa yang diinginkan.
Serta dapat dijadikan
sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan mastery learning pada mata pelajaran IPS khususnya dan pelaksanaan bidang studi yang lainnya. 2) Bagi peneliti yaitu penelitian ini sebagai bekal teoritis dan praktis dalam mengimplementasikan mastery learning di lapangan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sarana belajar untuk menjadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan.
5
3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya, diharapkan dapat memberikan pemahaman ilmu pendidikan, pemecahan masalah dalam mastery learning serta dapat memberikan konstribusi penilaian bagi dunia pendidikan pada umumnya. 4) Bagi para siswa yaitu dengan model pembelajaran tuntas (mastery learning) ini diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, kondusif dan efektif. Siswa juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran IPS.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Hasil Belajar 1) Pengertian Belajar Dalam hidup manusia dituntut unuk selalu menuntut ilmu dengan banyak belajar. Jangan pernah ada kata lelah dalam belajar. Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupan manusia akan terus belajar. Dalam sebuah hadits nabi yang artinya: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”. Dan dalam hadits lain yang Artinya: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina”, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu Abdil Bar). Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli tentang belajar. Salah satunya adalah pendapat dari Hilgard. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan
alamiah.
Belajar
bukanlah
sekedar
mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.3 Sedangkan menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pencaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (SR). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan Stimulus dan Respons sebanyakbanyaknya. Salah seorang tokoh behaviorist, yaitu Therndike dengan teori 3
Ibid., h. 89
5
7
belajarnya koneksionisme mengemukakan bahwa agar terjadi hubungan StimulusRespons perlu memperhatikan hukum-hukum belajar sebagai berikut: a) hukum kesiapan b) hukum latihan c) hukum akibat.4 2) Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar dengan segala interaksi di dalamnya. Kata “pembelajaran” adalah terjemah dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi
yang diasumsikan
dapat
mempermudah
siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televise, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne, yang menyatakan bahwa: “instruction is a set of event that effect learners in such a waythat learning is facilitated” Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan bgian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengarasemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Lebih lengkap Gagne mnyatakan: why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may plan an essential role in the arrangement of any of these events Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga 4
Ibid., h. 91
8
dalam setting poses belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau istilah “mengajar” atau “teaching” menempatkan guru sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka dalam istilah “instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. 5 3) Definisi hasil belajar Dalam proses belajar mengajar guru juga ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman yang telah dicapai oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana: Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa. Sementara menurut Gronlund: hasil belajar adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sedangkan Spears berpendapat bahwa pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, mengikuti perintah. Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni: 5
Ibid, h. 78
9
gerakan
refleks,
keterampilan
gerakan
dasar,
kemampuan
perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada tingkat kognitifnya saja. 4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam proses belajar pasti ada yang mempengaruhi siswa baik dalam motivasi belajar, minat belajar bahkan terhadap hasil belajar itu sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang tidaklah sama, tetapi sangat berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari dalam diri seseorang (intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic). Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic) 1.Inteligensi Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan. Dari pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya. 2.Motivasi Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman (2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
10
Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari seseorang. 3.Sikap Sarwono (1988) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk dikembangkan/ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip terhadap rangsangan yang diterima yang pada gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar yang optimal. 4.Minat Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu. Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat belajarnya. 5.Bakat Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989), adalah kapasitas seseorang atau potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih dahulu.
11
Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi akan berkembang menjadi kecakapan yang nyata. 6.Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan melalui latihan. Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic) 1.Faktor Keluarga Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa. Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya. Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua dengan
sekolah
anaknya,
yaitu
dengan
memperhatikan
pengalaman-
pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. 2.Faktor Sekolah Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan menggunakan metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan
membelajarkan dan
kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai serta kemampuan menciptakan situasi dan kondisi belajar.
12
Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar. 3.Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna bagi anak didik. Hal ini didukung pendapat Glesser (1987) yang mengatakan, “manusia normal adalah seorang manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada taraf tertentu merasa bahagia dan dianggapnya
perlu,
ia
harus
menunjukkan prestasi dibidang yang
pula
dapat
bertingkah
laku
dengan
mempertimbangkan norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal dan hidup”.6 5) Jenis-jenis hasil belajar Menurut Bloom dalam buku Nana Sudjana 2008 membagi hasil belajar dalam tiga ranah,yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. a. Ranah kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek yakni: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.7
6
http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasibelajar.html diakses pada 14 maret 2015 7 Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar, (bandung: PT Remaja Rosdakarya.2008) h.22
13
6) Pentingnya penilaian hasil belajar Menurut pendapat Suharsimi dalam buku Eko Putro Widoyoko : “Guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, bagi siswa, guru maupun sekolah”. Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah: 1) Makna bagi siswa Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada dua kemungkinan: memuaskan atau tidak memuaskan. 2) Makna bagi guru Guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang diharapkan. Guru akan dapat mengetuhi apakah pengalaman belajar (materi pelajaran) yang disajikan sudah tepat pada siswa sehingga untuk kegiatan pembelajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. Guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh strategi atau metode pembelajaran yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus introspeksi diri dan mencoba mencari strategi lain dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 3) Makna bagi sekolah Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, maka akan dapat diketahui pula akademik
14
yang diciptakan oleh sekolah sudah dengan harapan atau belum. Hasil belajar siswa merupakan cermin kualitas sekolah Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagimana dituntut standar nasional pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar siswa. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan disekolah untuk masa-masa yang akan datang.8
2. Strategi Pembelajaran a. Pengertian strategi pembelajaran Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Menurut J.R David dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Jadi, dengan demikian startegi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas, pertama, strategi pembelajaran merupakan rencanan tindakan (rangkaian) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Artinya arah arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
8
Eko Putro Wodoyoko, EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan Praktis Bagi Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, 2009). h. 36-38
15
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah “suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in achieving something.9 b. Jenis jenis strategi pembelajaran Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau expositiondiscovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning.
10
Selain pendapat Rowntree, Roy
Killen mencatat beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan seperti: a) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction), b) Stratergi pembelajaran dengan diskusi, c) Strategi pembelajaran dengan kerja kelompok kecil, d) Strategi pembelajaran cooperative learning, e) strategi pembelajaran problem solving.11 Carleston Washburne dan teman-temannya mengembangkan strategi mastery learning.12
9
Wina. Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:kencana, 2008), hal 125-127 10 Wina, Sanjaya. Pembelajaran Dalam Implementasi,….. h. 104 11 Ibid,. h. 105-107 12 “Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery Learning, (Jakarta: 1980).h.1”
16
3. Pengertian Mastery Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Dan Pengertian Strategi Konvensional a. Strategi mastery learning 1) Pengertian Mastery Learning (Belajar Tuntas) Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas. Pendekatan ini diharapkan dapat mempertinggi ratarata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai dan memberikan perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar.13 Konsep mastery learning (belajar tuntas) sesungguhnya bukanlah barang baru. Konsep ini sesungguhnya sudah cukup tua dan sudah berkembang sejak tahun 1920, yaitu dikembangkan oleh Carleston Washburne dan teman-temannya melalui Winnetka Plan pada tahun 1992 dan oleh Prof. Henry C. Morrison di Laboratory school Universitas Chicago tahun 1926. Maksud utama dari mastery learning adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai hasil belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Demikian pula maksud mastery learning tersebut adalah meningkatkan efisiensi belajar, meningkatkan minat belajar, dan meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipelajari melalui metode-metode belajar dalam kesatuan kelas. Gambaran pendekatan yang dilakukan oleh kedua ahli tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Mastery learning didefinisikan dalam hubungan dengan tujuan pendidikan khusus yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Bagi 13
Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Suksen dalam sertifikasi guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007). h . 327
17
Washburne tujuan kognitif sedangkan bagi Morrison tujuan-tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Pengajaran diorganisasikan menjadi satuan-satuan pengajaran yang tertentu. Setiap satuan terdiri dari kumpulan materi pengajaran yang diatur secara sistematik untuk diajarkan guna mencapai tujuan-tujuan satuan pelajaran (Morrison) c. Penguasaan bahan yang komplit untuk setiap satuan pelajaran dituntut dari siswa-siswa sebelum guru maju lebih lanjut pada satuan pelajaran berikutnya. Gambaran ini khususnya penting dalam Winnetka Plan yang satuan-satuan pelajarannya telah diurutkan sehingga mempelajari setiap suatu pelajaran menjadi prasyarat untuk mempelajari satuan pelajaran berikutunya. d. Diagnostic
progress
test,
dilaksanakan
setelah
para
siswa
menyelesaikan kegiatan belajar untuk setiap satuan pelajaran yang gunanya untuk memperoleh umpan balik mengenai ketepatan cara belajar siswa, yaitu sejauh mana tingkat penguasaan bahan oleh siswa dan sejauh mana pula mereka masih memerlukan penguasaan lebih lanjut. e. Untuk penyempurnakan bahan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari diagnostic progress test, dilaksanakan learning correctives, yang menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar, dan pengajaran kembali kebiasaankebiasaan belajar siswa. Waktu yang disediakan untuk learning correctives menurut metode Morrison ditentukan sendiri oleh guru, sedangkan menurut metode Winnetka Plan ditentukan sendiri oleh siswa. Ide kedua ahli tersebut menghilang untuk beberapa tahun dan baru diingat kembali pada saat Skinner memperkenalkan pengajaran berprograma pada tahun 1954. Secara nyata ide mastery learning timbul kembali dengan munculnya gagasan “Model of school learning” pada tahun 1963 dari John B. Caroll
18
professor dari Harvard University yang mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa disekolah, dan ia menunjukkan interaksi diantara faktor-faktor tersebut.14 2) Pelopor-Pelopor Strategi Mastery Learning Pada Abad Ke 20 Ini Pelopornya Antara Lain: Carleton Washburne (1922), Morrison (1926). Skinner (1954), Goodlad and Anderson (1959), Carroll (1963), Bruner (1966), Suppes (1966), Glaser (1968), Bloom (1968) dan James H. Block (1971).15 3) Strategi Mastery Learning Menurut James H. Block James H. Block dari Universitas California, Santa Barbara, Amerika Serikat, memandang mastery learning sebagai falsafah persekolahan atau strategi pengajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas. Falsafah tersebut mengatakan bahwa di dalam kondisi pengajaran yang tepat semua siswa akan dapat dan akan mau belajar dengan baik sekali. Menurut James falsafah ini sesungguhnya telah cukup tua. Hal tersebut tersirat dalam tulisan-tulisan kaum Jezuit, Commenius, Pestalozzi, dan Herbart. Namun demikian gagasan tentang mastery learning ini baru dilaksanakan di Amerika Serikat pada akhir abad ke 20 oleh perorangan, seperti Washburne pada Winnetka Plan dan Morrison di Universitas Chicago. Ada 2 jenis gagasan mengenai mastery learning ini, yaitu: 1) Yang menitik beratkan pendidikan perorangan 2) Yang menitik beratkan pendidikan melalui pendekatan kerja kelompok Walaupun demikian keduanya berusaha untuk mengembangkan individu siswa sebaik-baiknya, yaitu dengan cara: 1) Membantu siswa yang mengalami kesulitan 14
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y. loc. Cit. h. 2
15
Ibid,. .hal 4
19
2) Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk belajar 3) Menentukan bahan yang harus dipelajari secara jelas ruang lingkupnya dan tingkat kesukarannya. Menurut pendapat James H. Block (1971) tidak banyak sekolah yang mempunyai persyaratan untuk menyelenggarakan format pendidikan individual, karena ia memusatkan perhatiannya pada strategi mastery learning dengan orientasi pada kerja kelompok. Untuk keperluan itu ia mengolah kembali strategi mastery learning yang dikemukakan oleh Bloom (1968). Bloom menyebutkan istilah mastery learning dengan istilah: learning for master. 4) Prosedur Mastery Learning Untuk
menciptakan
suatu
pembelajaran
yang
berhasil,
Bloom
mengembangkan suatu prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada suatu kelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun khusus. b) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran. c) Member pelajaran secara klasikal (kelompok), sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari d) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran e) Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan penuh, diberikan bantuan khusus. f) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran tersebut, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran yang berikutnya. g) Unit pelajaran yang menyusul diajarkan secara kelompok dan diakhiri dengan memberikan tes.
20
h) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran tersebut, barulah guru mengajar unit pelajaran yang ketiga. i) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lainnya, sampai seluruh rangkaian selesai. j) Setelah seluruh rangkain unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup seluruh rangkaian unit pelajaran16 Strategi mastery learning dari Bloom tersebut dikembangkan oleh James H. Block (1971) yang perinciannya mencakup: 1) Prakondisi untuk mastery learning a) Guru yang ingin berhasil dengan mastery learning mulai dengan suatu asumsi bahwa sebagian besar murid belajar dengan baik, dan bahwa ia dapat mengajar sehingga sebagian besar siswa akan berhasil baik. b) Langkah berikutnya ialah identifikasi masalah yang dihadapi guru, yaitu merumuskan maksud mastery learning itu. c) Hasil test ini diukur dengan jalan membandingkan dengan keberhasilan yang distandarkan sehingga pengajaran tersebut dapat dilihat berhasil atau tidaknya. 2) Pelaksanaan mastery learning Sekarang guru siap untuk mulai mengajar. Karena siswa belum biasa dengan mastery learning ataupun dengan gagasan tentang penilaian A, B, C dan seterusnya guru berkewajiban untuk memberikan pengarahan mengenai pelaksanaannya. Harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Siswa dinilai hanya atas dasar ujian sumatif b) Penilaian atas standar keberhasilan yang sudah ditentukan. c) Tahap keberhasilan mungkin A, B, C, D, atau F.
16
Dewi Atikoh, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 15.
21
d) Selama masa belajar, akan diberikan diagnostic progress test dengan tujuan maningkatkan kemampuan belajar siswa. e) Setiap siswa mendapatkan bentuan yang diperlukan agar mau belajar sebagai berikut: a. Masa pengarahan Untuk menumbuhkan dorongan belajar, harus menimbulkan pada diri siswa bahwa dia dapat sanggup belajar. b. Setelah masa pengarahan Guru lalu mengajarkan unti pertama dengan pendekatan kelompok. Pada akhir pelajaran guru memberikan test formatif untuk melihat keberhasilan dan bukan langsung diteruskan dengan unit berikutnya. Pencatatan skor dilakukan bersama siswa – siswa sendiri. c. Berdasarkan hasil penilain test. Lalu guru menilai kemajuan siswa, agar dapat diketahui siapa yang harus terus membimbing yang belum berhasil, dan siswa harus mempelajari bagianbagian yang belum dikuasai sebelum melanjutkan pelajaran untuk unit berikutnya. Waktu untuk membimbingnya ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan. Siswa yang mencapai hasil diatas criteria tingkatan yang ditentukan memperoleh A, sedangkan yang lebih rendah diberikan nilai yang lebih rendah walaupun umunya dengan mastery learning nilai B, C hanya sedikit, D dan F hampir tidak ada. 3) Hasil belajar siswa Umumnya, siswa yang menggunakan strategi mastery learning berlipat 23 kali lebih besar jumlahnya yang memperoleh skala A dibandingkan dengan mereka yang menggunakan metode konvensional dan kelompok biasa. Jadi, perbandingan keberhasilan dengan tingkat A dan B itu berkisar antara 25%,. Datadata menunjukkan mastery learning dapat secara drastis mengurangi jumlah siswa yang memperoleh C, D dan F. Sebegitu jauh kita telah melihat hasil-hasil yang
22
bersifat kognitif atau aspek kecerdasan. Terdapat juga kenyataan adanya pengaruh terhadap aspek afektif. 4) Implikasi mastery learning bagi guru a) Impilikasi mastery learning bagi guru ialah bahwa dia harus terbiasa terhadap penilain yang eksplisit. b) Guru harus mempertanggung jawabkan nilai yang diberikannya. c) Implikasi lainnya ialah bahwa guru harus memelihara mutu-mutu pengajarannya. d) Impilkasi
berikutnya
ialah
bahwa
guru
harus
memonitor
keberhasilan belajar secara terus-menerus. Cara mengajar dapat diperbaiki dengan melihat hasil test formatif. e) Terakhir ialah bahwa guru harus selalu melakukan hubungan kerja sama dengan teman sejawat dan dengan siswa. 17 Sedangkan tahap pembelajaran mastery learning yang dikembangkan oleh John B. Caroll dan Benjamin Bloom adalah sebagai berikut: a) Orientasi Pada tahap orientasi ini dilakukan penetapan kerangka isi pembelajaran b) Penyajian Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. c) Latihan Terstruktur Dalam tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian suatu masalah atau tugas. d) Latihan Terbimbing Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk letihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan.
17
“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, op. cit., hal 15-21
23
e) Latihan Mandiri Tahap latihan mandiri merupakan inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing.18
5) Kelebihan serta Kekurangan strategi Mastery Learning a. Kelebihan Mastery Learning a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar kelompok. b) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri. c) Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya. d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar. e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi. b. Kekurangan Mastery Learning a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh. b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai. 18
“Dewi Atikoh , op. cit., H 17-18.
24
c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru. d) Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu yang cukup besar. e) Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber yang lebih luas19 b. Strategi Konvensional Strategi/metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Diantara metode-metode konvensional meliputi: 1. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah dapat juga didefinisikan sebagai suatu cara penyampaian pesan dan informasi secara satu arah lewat yang diterima melalui indra pendengaran.20 Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya kebiasaan baik dari guru atau pun siswa, guru biasanya belum merasa puas jika dalam pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa. Mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang ceramah berarti adanya proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar.21 19
Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. hal: 86 20 Iwan purwanto (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012). Hal. 194 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, op.cit.hal 147
25
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut : 1) Kelebihan Metode Ceramah a. dapat dipakai orang dewasa b. menghabiskan waktu dengan baik c. dapat digunakan dalam kelompok besar d. dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah di baca e. dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau aktifitas. 2) Kekurangan Metode Ceramah a. daya tahan anak didik untuk berkonsentrasi dan mengendalikan alat indra terbatas. b. ketika mendengar, peserta didik sangat mudah terganggu karena peserta didik lebih fokus dengan apa yang dilihat (visual) dari pada yang didengar (audio) c. peserta didik tidak dapat membandingkan, menganalisis, mengevaluasi gagasan atau informasi yang disampaikan ketika ia sedang berceramah. 2. Metode Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah penyajian materi dengan menggunakan pertanyaan baik dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke guru. Biasanya metode ini tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan dengan metode ceramah. Metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain : 1) Kelebihan Metode Tanya Jawab a. melatih kerjasama b. memusatkan perhatian c. melihat kemajuan d. menguarangi kebosanan e. meningkatkan daya piker
26
2) Kekurangan Metode Tanya Jawab a. akan menimbulkan frustasi peserta didik bila guru tidak menggunakan cara-cara bertanya yang baik22 3. Metode Latihan Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara belajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Metode ini diakui banyak mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut : 1) Kelebihan Metode Latihan a. Meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan b. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi c. Gerakan yang kompleks bisa menjadi otomatis 2) Kekurangan Metode Latihan a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. b. Membosankan,
karena
selalu
diulang-ulang
apalagi
jika
pengulangannya monoton. c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena penekanan lebih pada mendapatkan kebiasaan secara otomatis, sehingga tidak memerlukan intelegensi. d. Menimbulkan verbalisme, karena penekanan pada menghafal.23 3.
Perbedaan
antara
Pembelajaran
Tuntas
dengan
Pembelajaran
Konvensional Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk 22 23
Iwan purwanto (ed),op.cit. hal 196 Ibid,. hal.199
27
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masingmasing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik. Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu,
pembelajaran
harus
menggunakan
strategi
pembelajaran
yang
berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas). Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan
28
ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut, TABEL 2.1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran Konvensional A. Persiapan
Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta
Setiap peserta didik harus
didik dalam setiap unit (satuan
mencapai nilai 75 Diukur dari
kompetensi atau kemampuan
performance peserta didik yang
dasar
dilakukan secara acak
Satuan Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan dipakai
pembelajaran, dan hanya dipakai
sebagai pedoman guru serta
sebagai pedoman guru
Dibuat untuk satu minggu
diberikan kepada peserta didik Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
Kemampuan hampir sama,
Kemampuan peserta didik
namun tetap ada variasi
dianggap sama
B. Pelaksanaan pembelajaran Bentuk pembelajaran
Dilaksanakan melalui
pendekatan klasikal, kelompok dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
29
Cara pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui
Dilakukan melalui
penjelasan guru (lecture),
mendengarkan (lecture), tanya
membaca secara mandiri dan
jawab, dan membaca (tidak
terkontrol, berdiskusi, dan belajar
terkontrol)
secara individual Orientasi pembelajaran
Pada bahan pembelajaran24
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual
Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran
Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual
seluruh peserta didik dalam kelas
Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing
Ditujukan kepada peserta didik
peserta didik secara individual
dengan kemampuan menengah
Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
dengan bantuan guru C. Umpan Balik Instrumen umpan balik
24
Menggunakan berbagai jenis
Lebih mengandalkan pada
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learningdalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014
30
serta bentuk tagihan secara
penggunaan tes objektif untuk
berkelanjutan
penggalan waktu tertentu
Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam
Dilakukan oleh guru dalam
diskusi kelompok (small-group
bentuk tanya jawab secara
learning activities) dan tutor
klasikal
yang dilakukan secara individual
4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang kajian penelitian 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or aspect of social sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain). Paul Mathias dalam buku The Teacher’s Handbook for Social Studies memberikan penjelasan bahwa “Studi Sosial merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan dating”. Karena itu Studi Sosial membahas ciri kemasyarakatan yang mendasar dari manusia, meliputi studi banding tentang perbedaan-perbedaan rasial dan lingkungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya.
31
John Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah “bagian dari kurikulum sekolah dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan ekonomi”. Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah studi tentang manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain, di dalam suatu masyarakat yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau waktu sebagai individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya melalui berbagai institusi seperti halnya manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang baik. Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat pendidikan IPS adalah “berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmuilmu sosial, misalnya tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan sebagainya yang dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya pencapaian tujuan di berbagai jenjang pendidikan”. Berbagai realitas tersebut dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah dalam melakukan berbagai prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik. Nu‟man Sumantri (2001) mengaskan bahwa IPS adalah “suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Makna synthetic discipline, bahwa IPS bukan sekedar mensintesiskan konsepkonsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.25
25
http://www.tuanguru.com/2012/07/pengertian-ilmu-pengetahuan-sosial-ips.html
32
2) Sejarah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relative baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 menadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS. Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan pada tahun 1990, merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Martorella pada tahun 1987 mengatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya. 3) Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (Pendidikan IPS), para ahli sering mengaitkan dengan berbagai sudut kepentingan dan penekankan dari program pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengetakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society”. Selain itu , tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya. Serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.26 B. Hasil Penelitian Yang Relevan Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh “ Dewi Atikoh “ dalam penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh strategi Pembelajaran 26
Entin Solihatin, COOPERATIVE LEARNING analisis model pembalajaran IPS, (Jakarta:bumi aksara. 2008) h.14
33
Mastery Learning (Belajar Tuntas) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.27 Pada hasil relevan yang kedua yang dilakukan oleh “Nurhafifah” dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Belajar Tuntas (mastery learning) Sebagai Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan Pondok Pinang Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan adalah 70. Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85% sedangkan pada kelas control 70% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas.28 Pada hasil relevan ketiga ini yang dilakukan oleh “Hidayattulloh” dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tuntas (mastery learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran
2012/2013 berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan mastery learning pada pembelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat membantu guru dan juga peserta didik dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang terlihat dari hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis permasalahan dan juga lebih bijaksana dalam bersikap.29
27
Dewi Atikoh , op. cit., h.77 Nurhafifah, “Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HARAPAN”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h: 46 29 Hidayattulloh, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ar28
34
C. Kerangka Berpikir Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan komponen-komponen pembelajaran yang terdapat dalam kompetensi dasar dan kompetensi inti dengan menggunakan berbagai macam model atau metode pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar benar-benar terserap dibenak siswa. Oleh karena itu, pemilihan model atau metode pembelajaran haruslah tepat dan relevan agar dapat efektif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model atau strategi belajar tuntas (mastery learning) yang berorientasi pada kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Model atau strategi ini akan mengacu pada target untuk mencapai suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh KKM yang ada. Sehingga siswa dapat mencapai target atau dapat terjadi ketuntasan dalam belajar Selama ini guru kurang mampu menguasai berbagai macam model atau metode pembelajaran, sehingga materi pembelajaran kurang tuntas bahkan kurang dikuasai oleh siswa itu sendiri secara menyeluruh. Oleh sebab itu, dengan menggunakan model atau strategi belajar tuntas (mastery learning ) ini diharapkan dapat mencapai pembelajaran secara tuntas. Untuk itu perlu diadakan penelitian terkait model atau strategi belajar tuntas untuk menguji apakah penerapan strategi mastery learning ini efektif dalam mencapai ketuntasan pembelajaran. Untuk itu penulis menggunakan metodologi eksperimen dalam penelitian.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas maka hipotesis pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang menggunakan strategi mastery learning diduga akan lebih baik dari hasil belajar IPS yang tidak menggunakan strategi mastery learning. Maka hipotesisnya adalah:
Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,hal.87
35
Ha (hasil kerja) : ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS Ho (hasil nol) : tidak ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian: Adapun penelitian ini dilaksanakan di MTs AlKhairiyah yang terletak di Jl. Mampang Prapatan 4 no 71/74 Jakarta Selatan. Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu disemester ganjil tahun ajaran 2014/2015 tepatnya pada pertemuan materi Proses Kebangkitan Nasional pada mata pelajaran IPS terpadu. Penelitian ini dimulai terhitung dari tanggal 22 October 2014 sampai dengan 27 November 2014. B. Metode Dan Desain Penelitian Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masingmasing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X1) dan yang kelompok lain tidak diberi perlakuan (X2). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok Kontrol. Kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O2 – O1) – (O4 – O3). Dalam penelitian ini pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda menggunakan statistic t-test.30 Paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
30
Sugiyono, metode penelitian pendidikan, Bandung, Alfabeta: 2012 h.112
36
37
TABEL.3.1 Paradigma penelitian KELOMPOK
PERLAKUAN
TES AKHIR
R-E
O1
O2
R-K
O3
O4
Keterangan: R-E
:kelompok eksperimen
R-K
:kelompok Kontrol
O1
:hasil pretest kelompok eksperimen
O2
:hasil posttest kelompok eksperimen
O3
:hasil pretest kelompok kontrol
O4
:hasil posttest kelompok control
C. Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.31 Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MTs ALKHAIRIYAH. Sedangkan sampelnya adalah kelas VIII C dan VIII D yang siswanya berjumlah antara 33 siswa dan 33 siswa siswa. Sampel diambil dengan menggunakan cluster sampling (Area sampling).
31
Ibid., h.117
38
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah: Tes, Observasi, Wawancara. 1. Tes: Menurut Djemari dalam buku Eko Putro Wodoyoko “tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung,
yaitu
melalui
respons
seseorang
terhadap
stimulus
dan
pertanyaan”.32 Tes juga merupakan alat pengukur yang utama dalam penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes terbagi menjadi dua jenis yaitu tes objektif dan subjektif. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah jenis tes objektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah disediakan oleh penyusun butir soal.peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.33 Tes ini dilakukan dengan menggunakan butir soal untuk mengukur hasil belajar siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan selama tindakan berlangsung, dan kemampuan pada akhir siklus. Pada pra siklus atau sebelum melakukan tindakan tes juga dilakukan Pre-test dan Post-test dilakukan pada akhir tiap siklus yang tengah berlangsung. Hal tersebut sebagai pembanding pada tes yang dilakukan ketika tindakan berlangsung. a) Pretest: suatu bentuk pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada muridnya sebelum memulai suatu pelajaran. Pertanyaan yang ditanya adalah materi yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Pertanyaan itu biasanya dilakukan guru pada awal pembukaan pelajaran. b) Postest: suatu bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi telah disampaikan. Dapat dikatakan pula sebagai evaluasi akhir 32 33
Eko Putro Wodoyoko, op.cit., h.45 Ibid., hal. 49
39
saat materi yang diajarkan pada pertemuan hari itu telah diberikan oleh guru. a. Kelebihan Tes Objektif 1) lebih respresentatif mewakili isi dan luas bahan. 2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner. 3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain 4) Dalam pemeriksaanmaupun penskoran, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa. b. Kekurangan Tes Objektif 1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit dari pada tes esai. Karena butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain. 2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan pengenalan kembali (recalling) saja, dan sukar untuk mengukur kemampuan berpikir yng tinggi seperti sintesis maupun kreativitas. 3) Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untunguntungan (guessing) dalam menjawab soal tes. 4) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.34 2. Observasi: adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti melihat situasi penelitian. Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktifitas siswa dalam KBM dan implementasi metode mastery learning dalam mata pelajaran IPS Terpadu. 3. Wawancara:
wawancara
adalah
komunikasi
langsung
antara
yang
mewawancarai dengan yang diwawancarai.35 wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan 34
Ibid., h..49-50 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi…… op. cit., h. 193
35
40
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.36 Sasaran isi wawancara biasanya ditujukan untuk : a) Memperoleh dan memastikan data b) Memperkuat kepercayaan c) Memperkuat perasaan d) Menggali standar kegiatan e) Mengetahui alasan seseorang f) Mengetahui prilaku sekarang dan prilaku terdahulu.37 Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa orang, diantaranya: TABEL 3.2 daftar nama Guru: No
Nama
Guru Mata Pelajaran
1
Shafaul Bariyyah, S.EI
IPS 8C-8D
TABEL 3.3 daftar nama Siswa:
36
No
Nama
Kelas
1
Ahmad Sholikhin
8C
2
Alfi Nurfitriani
8C
3
Khaka Noerwahida
8C
Sugiono, op. cit., h. 194 Adang Rukhiyat, Dkk. PANDUAN PENELITIAN BAGI REMAJA. (Jakarta: Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003). h.29 37
41
E. Uji Intrumen Tes 1.
Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.38 Tujuan validitas item tes adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. 39 Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: Ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Angka yang menujukkan besarnya validitas soal disebut dengan indeks validitas soal yang besarnya berkisar antara -1 sampai dengan +1. Pada tes obyektif maka menggunakan teknik korelasi point biserial. Di mana angka indeks korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: rpbi= dimana: rpbi = koefisien korelasi point biserial yang melambungkan kekuatan korelasi antara variable 1 dengan variable 2, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisen validitas item. Mp = skor rata-rata hitung dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul 38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012). h. 12 39 Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013). h.111
42
Mt = skor rata-rata dari skor total SDt = deviasi standar dari skor total p
= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q
= proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.40
2.
Reliabilitas Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Ujian reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. 41 Salah satu syarat agar hasil ukur suatu tes dapat dipercaya ialah tes tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Dalam buku ini reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan dan reliabilitas konsistensi gabungan item. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes atau instrumen yaitu: teknik test retest, teknik belah dua, dan teknik ekuivalen.42 Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu kelompok kuisioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai alpha > 0,60 maka reliable. Dengan rumus sebagai berikut :
40
Ibid., h. 112-113 Syofian siregar. Statistic Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2013). h; 87 42 Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, op.cit., h.120 41
43
Keterangan : r = koefisien reliability instrument (Cronbach alpha) k = banyaknya pertanyaan = total varian butir pertanyaan = total varian43 Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada tes obyektif adalah K-R.21
keterangan: r11 = koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya soal butir soal M = Mean atau rata-rata skor soal yang valid S = Simpangan baku Untuk menginterpretasikan besarnya r11 r11 : 0,8–1,0 reliabilitas sangat tinggi 0,6–0,8 reliabilitas tinggi 0,4–0,6 reliabilitas cukup 0,2–0,4 reliabilitas rendah 0,0–0,2 reliabilitas sangat jelek 3.
Uji tingkat kesukaran Taraf tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kriteria tiap buti soal
tergolong sukar, sedang, atau mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal
43
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014). h: 85
44
itu terlalu sukar. Sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah.44 Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes dapat digunakan rumus:
keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar, JS = jumlah seluruh siswa peserta tes45 Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah46 4.
Daya beda Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (=pandai), dengan testee yang kemampuan rendah (=bodoh) demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuan rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak menjawab item dengan betul. Mengetahui daya pembeda itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir-butir ite tes hasil belajar itu haruslah mampu 44
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).
h.207 45 46
Ibid., h. 208 Ibid., hal. 210
45
memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan testee tersebut. Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indek diskriminasi item. Angka indek diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item.47 Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas 33%, kelompok bawah 33% dan sisanya adalah kelompok tengah. Rumus yang digunakan adalah :
keterangan: D = daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = BA / JA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JB = BB / JB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar kriteria, jika D bernilai: 0,00–0,20 : soal jelek
0,40–0,70 : soal baik
0,20–0,40 : soal sedang/cukup
0,70–1,00 : soal baik sekali48
Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.49 47
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009).Ed.1-9. h.385-387 48 Suharsimi Arikunto. Op.cit., h.213 49 Ibid., h.211
46
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama dengan nol. Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah ketimbang siswa kelompok atas.50 F. Uji Prasyarat Analisis Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji normalitas dan homogenitas data. a. Normalitas Data yang berdistribusi normal artinya data yang mempunyai sebaran yang normal, dengan profil yang dapat dikatakan bisa mewakili populasi. Sedangkan uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik. Jika data tidak berdistribusi normal dapat dipakai statistik non parametik. Uji normalitas adalah melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita51
50 51
Anas Sudijono, op.cit,. h.388 V. wiratna, sujarweni. Op.cit., h.102
47
Untuk mengetahui distribusi pada kedua kelas maka dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan langkah sebagai berikut52: a.
Hitung rata-rata nilai skor sampel
b.
Hitung standar deviasi nilai skor sampel
c.
Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga ke yang besar (X1, X2, …, Xn). Nilai Xi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …, Zn. dimana nilai baku Zi ditentukan dengan rumus Zi =
d.
Tentukan besar peluang masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z (luas lengkung dibawah kurva normal standar dari 0 ke Z, dan disebut dengan F(Zi)
e.
Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut dengan S(Zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of chases (N) sampel
f. Tentukan nilai L0(hitung) = F(Zi) – S(Zi) dan bandingkan dengan Ltabel (tabel nilai kritis untuk uji Liliefors) g.
Apabila L0(hitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengatahui kesamaan antara dua varains atau kedua kelompok. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas dua varians, rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu:
Keterangan:
52
F
: homogenitas
S12
: varians data pertama
S22
: varians data kedua
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. ke-1, h. 173.
48
Fhitung < Ftabel : sampel homogen, Fhitung > Ftabel : sampel tidak homogen G. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:53 t=
dimana: =
=
dengan
Keterangan: D : nilai beda (skor pretest - skor posttest) ∑D : jumlah seluruh nilai D : rata-rata D SD : simpangan baku D : rata-rata simpangan baku D n
: banyaknya sampel
Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah: Jika thitung < ttabel maka H0 diterima Ha ditolak Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak Ha diterima
H. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah. Analisis data dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Tanpa analisis data, maka data mentah yang telah terkumpul tidak ada gunanya karena dengan analisislah data tersebut diberi makna dan diberi arti.
54
Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah 53 54
Ibid, h. 208. Adang Rukhiyat, Dkk. Op. cit., h.55
49
dalam penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan masalah.55 Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan statistik yang sudah tersedia.56 1. Uji Normalitas Gain ( N-GAIN ) Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Rumus: N-GAIN =
Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut: TABEL 3.4 KATEGORI NILAI N-GAIN G-Tinggi
nilai G
G-Sedang
nilai 0,30
G-Rendah
0,70 G > 0,70
nilai G < 0,30
2. Observasi Dalam menganalisis data observasi dalam penelitian ini, peneliti membagi kriteria bentuk penilaian data sebagai berikut:
55 56
Sangat baik
: diberi skor 4
Baik
: diberi skor 3
Cukup
: diberi skor 2
V. wiratna, sujarweni. Op.cit., h. 103 Sugiono, op.cit,. h.51
50
Kurang baik
: diberi skor 1
Adapun dalam pengolahannya dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Menjumlahkan perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan. b) Mencari skor rata-rata dengan cara membagi jumlah perolehan skor oleh banyaknya pertanyaan. c) Setelah itu, mencari nilai prosentasinya dengan cara membagi skor rata-rata dengan nilai maksimum 100%. Dengan menggunakan skala prosentasi dengan tingkat kriteria sebagai berikut: 90%-100%= sangat baik 80%-89% = baik 70%-79% = cukup 60%-69% = kurang baik <60%
57
= sangat kurang baik57
http://banjirembun.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-penelitian-tindakan_1446.html diakses pada bulan februari 2014
BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA 1.Profil Sekolah a. Sejarah singkat Berangkat dari Program Yayasan Al-Khairiyah yang akan menjadikan Lembaga ini sebagai Lembaga Pendidikan yang bercirikan Islam (Madrasah), yaitu Lembaga Pendidikan tingkat Ibtidaiyah (setingkat SD), Lembaga Pendidikan tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP), Lembaga Pendidikan tingkat Aliyah (setingkat SMA), bahkan jika memungkinkan akan didirikan Perguruan Tinggi Islam. Setelah keberadaan Madrasah tingkat Ibtidaiyah sekian lama, maka Pengurus Yayasan Al-Khairiyah bermaksud melangkah lebih jauh dengan mendirikan lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah. Langkah ini didasari perkembangan pendidikan yang semakin hari semakin maju dan semakin dituntut keberadaan Madrasah Tsanawiyah. Latar Belakang Didirikan Mts. Al-Khairiyah antara lain: 1. Melaksanakan Program Yayasan Al-Khairiyah 2. Lembaga pendidikan yang ada, yaitu Madrasah tingkat Ibtidaiyah sudah berdiri sejak tahun 1928 3. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah dibawah naungan Yayasan Al-Khairiyah mendapat pengakuan dari Pemerintah, dalam hal ini Dep. Agama (walaupun tidak secara tertulis). Pengakuan tersebut bisa dibuktikan dengan : a. Diutusnya beberapa pelajar PGAAN ke Madrasah Ibtidaiyah AlKhairiyah untuk praktek pengajar setiap tahun ajaran. b. Sejak tahun ajaran 1966 Tamatan Madrasah Ibtidaiyah AlKhairiyah
dibolehkan
mengikuti 50
Ujian
Akhir
Persamaan
51
(Extranei), Ijazah yang dikeluarkan oleh Madrasah Ibtidaiyah AlKhairiyah diakui oleh Dep. Agama, dengan ikut menandatangani Ijazah tersebut oleh Pejabat berwenang. 4. Tuntutan masyarakat yang menginginkan Yayasan Al-Khairiyah mendirikan Lembaga Pendidikan Tingkat Tsanawiyah, agar dapat menampung
putra-putri
mereka
yang
telah
tamat
Tingkat
Ibtidaiyah/SD. 5. Setiap tahun tamatan Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah cukup banyak 6. Khusus di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan belum ada Madrasah Tingkat Tsanawiyah. Berdasarkan data-data di atas, maka disponsori oleh KH. Abdullah Musa sebagai Pimpinan Umum Yayasan Al-Khairiyah dibantu oleh Pengurus Yayasan lainnya, para guru Madrasah Ibtidaiyah dan juga dibantu oleh tokoh-tokoh masyarakat, pada tanggal 1 Oktober 1967 diadakan suatu pertemuan yang khusus membahas rencana didirikan Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah dibawah naungan Yayasan Al-Khairiyah. Peserta pertemuan yang hadir: 1. KH. Abdullah Musa 2. KH. Ishak Musa 3. KH. Abdul Hadi Musa 4. KH. Bunyamin Musa 5. KH. Muhammad Nuh Tabrani 6. Kol. H. Ahmad Effendi Ilyas 7. Ustadz Muhammad Shoheh Usman 8. Ustadz Zainal Bakri 9. Ustadz Ahmad Hilmani Ishak
52
10. Ustadz Ahmad Fahmi Bunyamin 11. Ustadz Marullah Jailani Dengan latar belakang dan tujuan tersebut di atas serta fasilitas yang ada, maka pada tanggal tersebut yaitu tanggal 1 Oktober 1967 dideklarasikan bahwa pada tahun ajaran 1968 Yayasan Al-Khairiyah memulai lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah yang langsung dipimpin (Kepala Sekolah) oleh pimpinan Umum Yayasan Al-Khairiyah yaitu KH. Abdullah Musa, dengan menggunakan Kurikulum Departemen Agama. b. Tujuan sekolah 1) Turut membantu Program Pemerintah dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 2) Menampung aspirasi masyarakat sekitar Yayasan Al-Khairiyah 3) Menampung peserta didik belajar di Madrasah Tsanawiyah yang dekat dengan tempat tinggal mereka. 4) Menjadikan Lembaga Yayasan Al-Khairiyah sebagai Lembaga Perguruan Islam dibawah naungan Yayasan Al-Khairiyah 5) Mendidik generasi muda Islam menjadi generasi yang berpengetahuan luas, khususnya pengetahuan Islam 6) Menampung
tenaga
pengajar
(guru)
untuk
mengembangkan
pengetahuannya.
c. Visi, Misi dan Motto 1)
Visi: Beriman, bertaqwa, berbudi luhur, unggul dalam prestasi dan Istiqomah.
2)
Misi: a) Melatih siswa agar tekun beribadah, tertib dan Istiqomah b) Menumbuhkan perilaku aktif, kreatif dan menyenangkan dalam membina hubungan harmonis antara warga madrasah. c) Bekerja sama, tertib bicara, tertib berpakaian dan berpendapat.
53
d) Menjadikan
lembaga
yang
mandiri,
bertanggung
jawab
dan
mengamalkan akhlakul Islam. e) Membina sikap dan perilaku kehidupan yang sesuai dengan normanorma agama Islam. f) Menciptakan keluarga beriman, bertaqwa, terampil, cerdas dan siap hidup dalam masyarakat. 3) Motto : a) Mencetak generasi yang mampu berilmu amaliah dan beramal ilmiyah. b) Karena keterbatasan segala sesuatunya, maka untuk sementara fasilitas yang digunakan baik fisik maupun SDM menggunakan fasilitas yang ada, yaitu fasilitas yang biasa digunakan oleh Madrasah Ibtidaiyah. c) Tanggal 2 Januari 1968 adalah hari dimulai tahun ajaran baru 1968, pada hari tersebut adalah hari pertama Yayasan Al-Khairiyah mendidik siswa tingkat Tsanawiyah. Tahun pertama siswa yang masuk belajar sebanyak 38 siswa, semuanya perempuan dan semua tamatan dari Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah. Priode perdana ini awalnya berjumlah 38 siswa, tiga tahun berjalan pendidikan, yang mengikuti Ujian Akhir Persamaan MTsN sebanyak 32 orang. d) MTs. Al-Khairiyah selama 2 tahun tidak mendapat siswa putra, yaitu tahun ajaran 1968 dan 1969, baru pada tahun 1970 ada siswa putra yang mendaftar dan belajar di MTs. Al-Khairaiyah, sampai sekarang. e) Demikian sekelumit sejarah berdirinya MTs. Al-Khairiyah, Mampang Prapatan yang bernaung dibawah Yayasan Al-Khairiyah. d.
Keadaan Guru Dan Peserta Didik
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU No. 14 tahun 2005:2)
54
Dalam proses pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan memegang peranan yang strategis dalam upaya membentuk watak bangsa melaluui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Berikut jumlah staf pengajar dan karyawan : 1) Guru/Pengajar TABEL. 4.1 DAFTAR NAMA-NAMA GURU & KARYAWAN MTs. Al-Khairiyah 2014 – 2015 NO.
NAMA
TINGKATAN
JABATAN
1
A. Hidayat, S.Pd, M.Si
Tsanawiyah
Kepala Madrasah
2
Dra. Saidah Ahfas
Tsanawiyah
Wk. Kepala Madrasah
3
Hj. Zikro AM
Tsanawiyah
Guru
4
Dra. Hj. Himlah
Tsanawiyah
Guru
5
Drs. Khairuddin
Tsanawiyah
Guru
6
Hj. Kholifah Thabrani
Tsanawiyah
Guru
7
Hj. Rusydah, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
8
Tugino, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
9
Darniah, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
10
Ummi Anjariyah, M.Pd
Tsanawiyah
Guru / Staff Kurikulum
11
Alfi Rusydiawati S.Ag
Tsanawiyah
Guru / Staff Sapras
12
DR. H. Ahmad Faiz, Lc, MA
Tsanawiyah
Guru
13
Ria Chairiah, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
14
H. Ma'mun Asmat, BA
Tsanawiyah
Guru
15
Hj. Cholilah AM, S.PdI
Tsanawiyah
Guru
55
16
Iwan Syafei, S.Pd
Tsanawiyah
Guru / Staff Kesiswaan
17
H. Syamsul Bahri, S.Ag
Tsanawiyah
Guru
18
Hj. Nurmilah, S.PdI
Tsanawiyah
Guru
19
Siti Makbullah, SEI
Tsanawiyah
Guru
20
Bustami
Tsanawiyah
Guru
21
Dra. Eny Maryani
Tsanawiyah
Guru
22
Nur Qomariyah
Tsanawiyah
Guru
23
Fifit Fitriah, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
24
Selly Revianty, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
25
Hj. Shafaul Bariyyah SEI
Tsanawiyah
Guru
26
Puji Astuti, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
27
Mardhani, S.Sos
Tsanawiyah
Guru
28
Ihsan, S.Pd
Tsanawiyah
Guru
29
H. Ma'mun Ibrahim
Tsanawiyah
Ka. TU
30
Fikri AM
Tsanawiyah
Staff TU
31
Megawati, S.Pd
Tsanawiyah
Staff TU
32
Ahmad Shobro Malisi
Tsanawiyah
Staff TU
33
As'adi, S.Pd
Tsanawiyah
Perpustakawan
34
A. Rifqi BM
Tsanawiyah
Pembantu Umum
35
M. Yusuf
Tsanawiyah
Kebersihan
36
Ali Imron
Tsanawiyah
Satpam
37
Endang
Tsanawiyah
Kebersihan
Sumber: Tata Usaha MTs. Al-Khairiyah
56
2) Peserta didik Jumlah keseluruhan siswa dari kelas VII sampai kelas IX semuanya berjumlah 423 orang, dengan rincian sebagai berikut : Kelas VII A
: 35 orang
Kelas VII C
:34 orang
Kelas VII B
: 34 orang
Kelas VII D
:34 orang
Kelas VIII A : 33 orang
Kelas VIII C : 33 orang
Kelas VIII B : 33 orang
Kelas VIII D : 33 orang
Kelas IX A
: 38 orang
Kelas IX C
: 38 orang
Kelas IX B
: 39 orang
Kelas IX D
: 39 orang
e. Keadaan Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah unsur yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, hal ini disebabkan karena fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk memperlancar proses kegiatan tersebut. Ditinjau dari pengertian secara umum sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan (media), sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses, usaha atau kegiatan. 1) Sarana dan Prasarana Kegiatan Belajar Mengajar a) Perpustakaan Perpustakaan adalah tempat yang dibutuhkan siswa untuk mencari informasi tentang sesuatu atau menambah ilmu pengetahuan dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah. Kegiatan siswa diperpustakaan umumnya adalah: Membaca buku-buku ditempat tersebut waktu istirahat atau jam kosong dan meminjam buku-buku yang diperlukan. koleksi buku-buku diperpustakaan MTs Al Khairiyah adalah: 1) Buku Paket Depdikbud/Nas 2) Buku Bacaan Fiksi 3) Buku Bacaan Non Fiksi
57
4) Kamus 5) Ensiklopedi 6) Dan Lain-Lain 2) Sarana dan Prasarana sekolah Sarana dan prasarana sekolah meliputi Musholla, Lab Bahasa, Lab IPA, Lab Komputer, Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Ruang TU, dan prasarana Olah Raga adalah alat yang menunjang mata pelajaran Olahraga MTs Al Khairiyah, adapun sarana yang ada di MTs Al Khairiyah adalah
lapangan
Footsal, Bola, dan Basket. TABEL.4.2 Sarana Dan Prasaranan NO
SARANA PENDUKUNG
KET**
NO
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
KET**
1.
Mesjid/Mushola
√
1.
Pramuka
√
2.
Perpustakaan
√
2.
Palang Merah
3.
Lapangan Olah Raga
√
3.
Pengajian Siswa/Lembaga Dakwah Siswa
4.
Alat-alat Kesenian
√
4.
Buletin/Majalah Sekolah
5.
Alat-alat Keterampilan
√
5.
Seni Musik
√
6.
Laboratorium M-IPA
√
6.
Seni Lukis/Kaligrafi
√
7.
Laboratorium Komputer
√
7.
Olah Raga (Termasuk Bela Diri)
√
√
B. Hasil Penelitian 1. Uji Validitas Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel:
58
TABEL.4.3 Hasil Uji Validitas Statistik Jumlah Soal
40
Jumlah Responden
39
jumlah soal valid
21
Nomor Soal Valid
3, 7, 8, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 40
Nomor Soal Tidak Valid
1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 15, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 38, 39
2. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel TABEL.4.4 Hasil Uji Reliabilitas statistic 0,66 kesimpulan
tingkat reliabilitas tinggi
3. Tingkat Kesukaran Pengujian taraf tingkat kesukaran dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan taraf tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel TABEL.4.5 Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran Kategori Soal
Jumlah Soal
Sukar
14
Sedang
16
Mudah
10
Jumlah
40
4. Daya beda Pengujian daya beda dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel. Hasil perhitungan daya beda dapat dilihat pada tabel
59
TABEL.4.6 Hasil Uji Daya Beda Kriteria
Jumlah
Sangat Baik
0
Baik
0
Cukup
7
Jelek
33
Jumlah
40
5. Uji Normalitas Uji normalitas data pretest Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua data yaitu data pretest dan data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, uji normalitas di dapat dengan menggunakan uji liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah datat berdistribusi normal atau tidak. Dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria thitung < ttabel dengan taraf signifikasi α=0.05. untuk lebih jelas hasil uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel. Penyebaran data dapat dilihat pada lampiran TABEL.4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Data Statistik
Pretest
Pretest
Eksperimen
control
N
33
33
X ( NILAI MEAN)
67.5
71
SD
10.77
10.68
Lhitung
0.001684
-0.09495
Ltabel
0,15424
0,15424
KESIMPULAN
normal
normal
Berdasarkan tabel pada kelompok eksperimen untuk skor pretest menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.001684 < 0.15424.
60
sedangkan kelompok kontrol untuk skor pretest menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, -0.09495 < 0.15424. Jadi kesimpulan dari distribusi ini yaitu data skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Karena taraf signifikasi untuk populasi normal yaitu α=0.05. TABEL.4.8 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Data Statistik
Posttest
posttest
Eksperimen
control
N
33
33
X ( NILAI MEAN)
87
76
SD
12.07
12.57
Lhitung
0,009954
0.035729
Ltabel
0.15424
0.15424
KESIMPULAN
normal
normal
Berdasarkan tabel pada kelompok eksperimen untuk skor prosttest menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.009954 < 0.15424. sedangkan kelompok control untuk skor postest menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.0357295 < 0.15424. jadi kesimpulan dari distribusi ini yaitu data skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok control berdistribusi normal. Karena taraf signifikasi untuk populasi normal yaitu α=0.05. penyebaran data dapat dilihat pada lampiran. 6. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, langkah selanjutnya mencari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini nilai homogenitas didapat menggunakan uji fisher pada taraf signifikasi α=0.05. untuk baris atas dan baris bawah taraf signifikasi α=0.01 pada sampel ini dinyatakan homogeny apabila Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok saat penelitian dapat dilihat dari tabel.
61
TABEL.4.9 Uji Homogenitas Pretest Eksperimen
Kontrol
S²
115.99
114.06
N
33
33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus: =
Fhitung =
= 1.016
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db pembilang= n-1 = 33-1 = 32 db penyebut= n-1 = 33-1 = 32 3. Menentukan Ftabel menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebu t= 32, dan taraf signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.82 Perbandingan antara Ftabel pada db pembilang 32 dan db penyebut 32. Pada taraf signifikan 5% = Ftabel(0.05 x 32 x 32) = 1.82 dan taraf signifikan 1%= Ftabel(0.01 x 32 x32) = 2.34 Ftabel = 1.82 sedangkan Fhitung =1.02 Jadi Fhitung < Ftabel (1.02 < 1.82) karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka kedua data populasi dinyatakan homogen. Kemudian untuk perhitungan uji homogenitas varians posttest bisa dilihat pada tabel. Penyebaran data dapat dilihat pada lampiran.
62
TABEL.4.10 Uji Homogenitas Posttest Eksperimen
Kontrol
S²
145.68
158
N
33
33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus: =
Fhitung =
= 1.084
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db pembilang= n-1 = 33-1 = 32 db penyebut= n-1 = 33-1 = 32 3. Menentukan Ftabel menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.82 perbandingan antara Ftabel pada db pembilang 32 dan db penyebut 32. Pada taraf siginifikan 5%= Ftabel = (0.05 x 32 x 32) = 1.82 dan pada taraf signifikan 1%=Ftabel = (0.01 x 32 x32) = 2.34 Ftabel = 1.82 sedangkan Fhitung = 1.08 Jadi Fhitung < Ftabel (1.08 < 1.82) Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka kedua data populasi dinyatakan homogen. 7. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil pretest dan posttest siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t karena berdasarkan hasil perhitungan secara statistik data pretest dan data posttest berdistribusi normal dan homogen. Hasil perhitungan uji hipotesis pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan
63
kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel. Penyebaran data dapat dilihat pada lampiran. TABEL.4.11 Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest kelompok
DK
Thitung
Ttabel
kesimpulan
eksperimen
64
8.65
1.67
Ho ditolak / Ha diterima
control
64
2.21
1.67
Ho ditolak / Ha diterima
Hasil perhitungan uji hipotesis kelompok eksperimen diperoleh “t” hitung sebesar 8.65 dengan “t” tabel sebesar 1.67 pada taraf signifikasi α= 0.05 dan DK=(N1+N2-2) maka DK (33+33-2)= 64. Karena “t”hitung lebih besar dari “t” tabel maka Ho ditolak Ha diterima. Ditolaknya Ho menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi mastery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 8. Uji N-Gain TABEL.4.12 Perhitungan n-gain kelas eksperimen NO
NAMA
NILAI
KATEGORI
PRE TEST
POST TEST
N-Gain
1
Achmad Pajri . D
80
100
1.00
tinggi
2
Affan Eki . S
65
75
0.29
rendah
3
Ahmad Misbah . H
70
95
0.83
tinggi
4
Ahmad Sholikhin
90
95
0.50
sedang
5
Aldi Zamzami . M
60
95
0.88
tinggi
6
Alfi Nurfitriani
80
85
0.25
rendah
7
Amar Tafakurniallah
70
100
1.00
tinggi
8
Clarannisa Ulyandra
65
95
0.86
tinggi
9
Danu Anggoro Agung
65
70
0.14
rendah
64
10
Edenia Ghina Fadia
65
95
0.86
tinggi
11
Fadilah Edi Saputro
65
90
0.71
tinggi
12
Fahruzi
75
90
0.60
sedang
13
Haikal Nurfauzi
65
80
0.43
sedang
14
Inka Azrita
65
70
0.14
rendah
15
Jihan Salsabila
65
90
0.71
tinggi
16
Khaka Noerwahida
70
65
-0.17
rendah
17
Mahasthy Harita
65
100
1.00
tinggi
18
Mugyasmi Nur . C
70
90
0.67
sedang
19
Muhammad Lutfi
55
70
0.33
sedang
20
Muhammad Daffa
40
95
0.92
tinggi
21
Muhammad Firly . I
65
70
0.14
rendah
22
Muhammad Risky . A
60
100
1.00
tinggi
23
Prizka Fitriyani
75
100
1.00
tinggi
24
Rafli Syahrain
60
80
0.50
sedang
25
Ridwan Adam
45
75
0.31
sedang
26
Sarah Elvira . R
60
90
0.75
tinggi
27
Surya Al-Ghazali
70
75
0.17
rendah
28
Syahrul Ramadhan
55
75
0.44
sedang
29
Syifa Lailatis . S
80
85
0.25
rendah
30
Syintia Efriani
65
70
0.14
rendah
31
Vinka Romadona . K
85
100
1.00
tinggi
32
Zidane As‟sajad . P
65
90
0.71
tinggi
33
M. Fardhan . M
75
95
0.80
tinggi
JUMLAH
2205
2850
19.16
Rata-Rata
66.82
86.36
0.58
65
Tinggi
16/33 x 100% = 0.4849 / 48.49%
Sedang
8/33 x 100% = 0.2424 / 24.24%
Rendah
9/33 x 100% = 0.2728 / 27.28%
TABEL.4.13 Perhitungan n-gain 8D ( kelas kontrol) NO
NAMA
NILAI
KATEGORI
PRE TEST
POST TEST
N-GAIN
1
Adam Faturrahman
75
70
-0.20
rendah
2
Ahmad Nalal Khoir
65
65
0.00
rendah
3
Ahmad Reza Maulana
60
60
0.00
rendah
4
Ahmad Zahrin
80
70
-0.50
rendah
5
Alfiansyah
70
60
-0.33
rendah
6
Anggi Irawan
70
70
0.00
rendah
7
Daula Nahdah
85
90
0.33
sedang
8
Femi Syarif . F
55
60
0.11
rendah
9
Hany Safira
80
95
0.75
tinggi
10
Intan Deviant
60
70
0.25
rendah
11
Kartika Indah Purnama
55
90
0.78
tinggi
12
Kotrun Nada
60
65
0.13
rendah
13
Mandha Aulia
70
90
0.67
sedang
14
Muhamad Anis
75
55
-0.80
rendah
15
Muhammad Khadavi
50
75
0.50
sedang
16
Muhammad Miftah
80
65
-0.75
rendah
17
Muhammad Naufal
85
75
-0.67
rendah
18
Muhammad Wahyu
75
70
-0.20
rendah
19
Nadiyah Ulfa
70
90
0.67
sedang
66
20
Nur Amalina
55
70
0.33
sedang
21
Putri Husnul . K
60
95
0.88
tinggi
22
Raeyhan Ardianto
85
75
-0.67
rendah
23
Raihan Hanif
75
65
-0.40
rendah
24
Risa Andini
65
85
0.57
sedang
25
Rizhal Rasofi
75
70
-0.20
rendah
26
Risky Hidayat
85
80
-0.33
rendah
27
Shella Risky . P
65
70
0.14
rendah
28
Siska Monika
70
80
0.33
sedang
29
Tiara Azkia
80
100
1.00
tinggi
30
Yasmin Utami. N
85
100
1.00
tinggi
31
Yudha Prasetyo
75
65
-0.40
rendah
32
Zahrah Firyal. A
85
100
1.00
tinggi
33
Rayhan Saputra
75
75
0.00
rendah
2355
2515 76.21
JUMLAH Rata-Rata
71.36
3.99 0.12
Tinggi
6/33 x100%=0.181818 /18.18%
Sedang
7/33 x 100%=0.21212 / 21.21%
Rendah
20/33 x 100%=0.60606 / 60.61%
Setelah melakukan dua pengujian data, selanjutnya data dihitung uji Ngain yang berguna untuk mengetahui perbandingan antara nilai pretest dan posttest dari kedua kelas penelitian. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
67
Tabel 4.14 Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
∑
Eksperimen Pretest Posttest N-gain 2205 2850 19.16
Pretest
66.82
71.36
86.36
0.58
2355
Kontrol Posttest 2515 76.21
N-gain 3.99 0.12
Berdasarkan data di atas, dapat dianalisis bahwa selisih antara nilai pretest dan posttest menghasilkan nilai N-gain. Untuk kelas eksperimen rata-rata nilai pretest sebesar 66.82 dan rata-rata nilai posttest sebesar 86.36 dengan perolehan rata-rata N-gain sebesar 0,58 dan masuk dalam kategori sedang. Kemudian untuk kelas kontrol rata-rata nilai pretest sebesar 71.36 dan rata-rata nilai posttest sebesar 76.21 dengan perolehan rataan N-gain sebesar 0,12 dan masuk dalam kategori rendah. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelas ini memiliki perbedaan pada hasil belajar IPS siswa. 9. Hasil wawancara TABEL.4.15 Pedoman wawancara guru no 1
pertanyaan
jawaban
Bagaimana kondisi kelas pada saat proses KBM?
pada
saat
proses
KBM
terkadang kondusif, tapi tidak jarang kelas terasa cukup gaduh 2
Seberapa jauh pencapaian siswa pada materi ajar?
sampai saat ini Alhamdulillah baik dan bagus
3
Berapa nilai KKM untuk matpel IPS?
untuk tahun ini nilai KKM 6.60
4
Berapa persen siswa yang mampu mencapai nilai KKM?
sekitar 50% dari jumlah siswa
5
Strategi pembelajaran apa yang sering digunakan pada menggunakan saat proses KBM?
6
Bagaimana
respon
ceramah
plus
diskusi siswa
digunakan pada proses KBM?
terhadap
strategi
yang cukup mengamati meski kadang
68
mereka kurang konsen/fokus 7
Bagaimana cara menyikapi kemampuan siswa yang dengan melakukan pendekatan berbeda-beda?
8
dan sharing
Kendala/kesulitan apa yang sering terjadi pada saat kurang aktifnya siswa dalam proses KBM?
9
proses KBM
Apa yang guru lakukan jika masih ada siswa yang masih paling tidak dengan melakukan belum mampu mencapai target pembelajaran?
10
remedial dan pengayaan
Media apa saja yang guru gunakan pada saat proses buku cetak, internet, LKS belajar mengajar?
TABEL.4.16 Pedoman wawancara siswa No 1
Pertanyaan
Jawaban
cara mengajar guru seperti apa yang diinginkan
siswa menginginkan cara mengajar
siswa?
guru yang asik, yang tidak membuat ngantuk,
yang tidak membosankan,
tidak membuat siswa tegang, tidak arogan dan cara mengajar yang nyantai tapi bermakna. 2
bagaimana respon siswa terhadap cara mengajar
cukup mengikuti dan menikmati cara
guru yang digunakan?
belajar yang digunakan oleh guru, meski terkadang masih sulit untuk dipahami dan dimengerti.
3
apa hambatan dan kesulitan siswa dalam
terkadang siswa mengalami kesulitan
memahami pelajaran?
dalam menghafal rumus dan namanama latin dalam pelajaran IPS. Terutama
pada
mata
pelajaran
69
sejarah. Siswa sulit untuk mengahafal tanggal bersejarah dan nama-nama tokohnya. 4
apa yang siswa lakukan pada saat guru tidak
mengerjakan tugas yang diberikan
hadir (izin/sakit)?
oleh guru piket atau mengerjakan tugas lainnya.
5
apakah siswa sudah mampu mencapai nilai
50% sudah mampu mencapai target
sesuai KKM?
nilai KKM (6.60). sedangkan 50% lagi belum mampu memncapai target nilai KKM (6.60)
6
apakah siswa mengetahui kemampuan diri
kebanyakan siswa belum mampu
masing-masing?
untuk mengetahui kemampuan diri masing-masing
7
bagaimana penilaian siswa terhadap metode
cukup menyenangkan, tapi kadang
yang digunakan guru?
membuat siswa bingung, dan kadang membuat
ngantuk
karna
terlalu
monoton. 8
apakah
tugas
kelompok
lebih
efektif
dibandingkan dengan tugas individu?
siswa lebih menyukai tugas individu dari pada kelompok, dikarnakan jika tugas kelompok terkadang ada siswa yang enggan ikut mengerjakan tugas tersebut
9
10
apa faktor penyebab siswa malas, nakal, tidur di
tidur terlalu malam, terlalu banyak
kelas bahkan membolos?
bermain, pengaruh lingkungan.
apa tujuan siswa datang kesekolah?
belajar dan menuntut ilmu
70
Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, peneliti menyimpulkan bahwa strategi dan metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS kelas 8C dan 8D yang bernama ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI sudah cukup baik namun kurang menguasai perhatian dan fokus siswa. Terkadang pula metode yang digunakan membuat siswa merasa bosan dan jenuh yang mengakibatkan siswa mengantuk dikelas dan tidak memperhatikan guru. Melihat standar nilai KKM yang harus siswa capai dapat dikatakan bahwa masih 50% dari jumlah siswa yang masih belum mampu untuk mencapai nilai KKM yang sudah ditargetkan. Ini menjadi salah satu tugas seorang guru untuk membimbing dan lebih memperhatikan siswanya agar semua mampu mencapai target nilai KKM 6.60 minimal 85% dari jumlah siswa. Hal demikian banyak sekali faktor yang mempengaruhi siswa belum mampu mencapai target nilai KKM. Beberapa faktornya antara lain adalah siswa terlalu banyak bermain, kurang istirahat/tidur terlalu malam, bahkan faktor dari lingkungan pun kerap terjadi. Oleh karena itu, guru juga harus mampu memilih strategi/metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik pula.
71
10. Hasil observasi TABEL.4.17 Instrumen Observasi Guru Nama Sekolah
: Mts Al-Khairiyah
Nama Guru
: Nurfadilah
Mata Pelajaran
: Ips Terpadu
Materi Pokok Kelas
: Memahami Proses Kebangkitan Nasional : VIII
Jumlah Siswa
: 33 Orang
PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH ANGKA YANG SESUAI UNTUK MENGGAMBARKAN AKTIFITAS GURU DALAM SETIAP KEGIATAN PEMBELAJARAN.
NO
ASPEK YANG DIAMATI
KRITERIA PENILAIAN TIDAK BAIK
KURANG BAIK
CUKUP BAIK
BAIK
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
II
PENDAHULUAN 1. MEMBERITAHUK AN SK, KD, DAN INDIKATOR 2. MENULISKAN TOPIK PEMBELAJARAN 3. APERSEPSI DAN MOTIVASI KEGIATAN POKOK
1. PENYAJIAN SESUAI DENGAN URUTAN MATERI 2. METODE/PENDEK ATAN SESUAI DENGAN MATERI 3. MENGARAHKAN KETERLIBATAN SISWA
CATAT AN
72
III
4. MEMBIMBING SISWA MELAKUKAN KEGIATAN 5. PENGELOLAAN KELAS 6. PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SISWA 7. MENGAWASI SETIAP SISWA SECARA BERGILIRAN 8. MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN 9. PELAKSANAAN SESUAI DENGAN WAKTU PENUTUP
1. MEMBIMBING SISWA MEMBUAT KESIMPULAN 2. MEMBERIKAN EVALUASI JUMLAH
ARTI ANGKA
: 1= TIDAK BAIK 3= CUKUP BAIK 2= KURANG BAIK 4= BAIK KESAN UMUM: …………………………………………………........................ SARAN: …………………………………………………………………………… Jakarta, 07 november 2014 Observer Pendamping
Guru Mata Pelajaran
Shafaul Bariyyah, S.Ei
Nurfadilah
73
TABEL.4.18 Instrumen Lembar Observasi Siswa Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok : EKSPERIMEN Materi
:
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
kelompok
1
I
23
25
26
21
19
17
2
II
23
22
25
21
17
18
3
III
22
23
25
21
19
17
4
IV
19
19
21
18
16
15
5
V
19
19
21
18
14
13
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
C. PEMBAHASAN Pada dasarnya belajar tuntas (mastery learning) akan menciptakan siswa memiliki
kemampuan
dan
mengembangkan
potensi
yang
dimilikinya,
mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas (mastery learning) menciptakan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran. John B Carrol menyatakan dalam buku Martinis Yamin bahwa siswa yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Siswa
74
dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pengajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.58 Berdasarkan teori mastery learning, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 % dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65% sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.59 Peningkatan kualitas pembelajaran siswa dilihat dari perolehan nilai hasil belajar siswa dan suasana pembelajaran didalam kelas memberi indikasi yang kuat terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu pembelajaran dengan strategi mastery learning (belajar tuntas) selain meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan mutu proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Dengan menggunakan uji N-gain dapat dilihat bahwa data pretest untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar 66.82 sedangkan posttest diperoleh nilai rata-rata sebesar 86.36. Maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 19.41 yang berarti adanya pengaruh yang signifikan antara strategi mastery learning dengan hasil belajar siswa. Temuan diatas sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh oleh “Dewi Atikoh“ dalam penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh strategi Pembelajaran mastery learning (Belajar Tuntas) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional. Diungkapkan juga oleh “Nurhafifah” dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Model
Belajar
Tuntas
(mastery
learning)
Sebagai
Upaya
Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan Pondok Pinang 58
Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik”Implementasi KTSP & UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. Gaung Persada Press. Jakarta. Indonesia. 2008. h. 216 59 Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. h.99
75
Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan adalah 70. Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85% sedangkan pada kelas kontrol 70% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas. Sedangkan menurut penelitian “Hidayattulloh” dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tuntas (mastery learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunkan mastery learning pada pembelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat membantu guru dan juga peserta didik dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang terlihat dari hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis permasalahan dan juga lebih bijaksana dalam bersikap. Dari penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang relevan yang sudah ada sebelumnya dapat diambil kesimpulan yang sama yaitu; berdasarkan data hasil analisis, terlihat bahwa tingkat kualitas pembelajaran dan kemampuan guru dalam metode pembelajaran yang berbeda dari metode pembelajaran yang biasa digunakan yaitu metode ceramah dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran dan nilai hasil belajar siswa. Hasil penelitian-penelitian diatas juga menunjukkan bahwa peningkatan kualitas pembelajaran berbanding lurus dengan tingkat kemampuan mengajar guru.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil posttest kelas kontrol. Dari hasil keduanya memiliki selisih nilai rata-rata, yaitu untuk kelas eksperimen 86.36 dan 76.21 untuk kelas kontrol. Demikian juga berdasarkan hasil perhitungan uji “t” untuk data posttest diperoleh nilai thitung sebesar 8.65, sedangkan ttabel sebesar 1.67. Maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan startegi mastery learning sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS. 2. Guru hendaknya menggunakan startegi mastery learning sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Guru bidang studi IPS hendaknya memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, yang menjadikan siswa sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran dapat bermakna. 4. Penelitian ini masih banyak memiliki kelemahan. Oleh sebab itu disarankan untuk penelitian selanjutknya agar lebih baik dan melengkapi segala kekurangan dalam penelitian ini. Salah satu kekurangan dalam penelitian ini adalah perbedaan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sebaiknya dalam kedua kelas ini menggunakan strategi/metode yang sama.
76
77
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006). Atikoh, Dewi. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta A. Y , Maman Achdiat Ngadiyono. Beberapa Catatan Tentang Mastery Learning, (Jakarta: 1980). Hamalik, Oemar.. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. 2001 Hidayattulloh, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Suksen dalam sertifikasi guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007). Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2003). Nurhafifah, “Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HARAPAN”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, Purwanto, Iwan (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012). Rukhiyat, Adang. Dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003). Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: kencana, 2006) ------------------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:kencana, 2008), Siregar, Syofian . Statistic Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta; PT Bumi Aksara, 2013. Sudaryono, dkk. Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013).
78
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009). Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009). -----------------. penilaian hasil proses belajar mengajar, (bandung: PT Remaja Rosdakarya.2008) Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, an R&D. (Bandung, Alfabeta, 2012) h.51 Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014). Susetyo, Budi. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. ke-1, Solihatin, Entin. COOPERATIVE LEARNING analisis model pembalajaran IPS, (Jakarta:bumi aksara. 2008) Wodoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Bagi Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, 2009). Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik”Implementasi KTSP & UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. (Jakarta: Gaung Persada Press. 2008). https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-masterylearning-dalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014 http://banjirembun.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-penelitian tindakan_1446.html diakses pada bulan februari 2014 http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhiprestasi-belajar.html diakses pada 14 maret 2015 http://www.tuanguru.com/2012/07/pengertian-ilmu-pengetahuan-sosial-ips.html
79
LAMPIRAN 1 Uji referensi I]AB
i-
BUKU
PARAF
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.87
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
-lr
---'A
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h. 1 03
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
---6*-ts
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.89
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Ko mpe t ens
i, Q al<arta: kencana, 2006),
h.9
1
Wina Sanjaya, Pembelajaron Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
--='A*--'--
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.78 http //m. kompasiana. com I postl readl :
55
8299 I I I faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-prestasi-belaj ar.html diakses pada | 4 maret 201 5
Nana Strdjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, @andung: PT Remaja Rosdakarya 2008). h.22
Eko Putro Wodoyoko, EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan
Bugi Pendidikan Dan Calon Pendidik.
( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah,
2009). h.36-38
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaron Berorientasi Standar P
en
di di
kan. (J akarta kencana, :
2008
Proses
), h.125 - 127
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Ko mpe tens
i,
Q akarta:
---Aa
kencana, 2006), h. 1 04
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
----A*--""--
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h. 105- 107
Maman Achdiat Ngadiyono
A. Y, Beberapa Catatan Tentang
Mastery
Learning, Qal<arta: 1980) h.1
Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
6fSP) dan Suksen dalam sertifikasi
guru.
Qakarta: Raja
80
G rafi
ndo Persada, 2007 ).h.327
Maman Achdiat Ngadiyono
A. Y, Beberapa Catatan Tentang
Mastery
A. Y, Beberapa Catatan Tentang
Mastery
Learning, Qakarta: 1980) h.2 Maman Achdiat Ngadiyono
k
Learning, Qal<arta 1980) h.4 Dewi Atikoh, "Pengaruh Strategi Pembelaj ararl Mastery Learning Terhadap
Hasil Belajar Sosiologi Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah .lal
D.*i
Atil.olr"
----A--r'
"P*g"r"t Strrt.g, P"-b.l"Ja*
Hasil Belajar Sosiologi Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h.15
Maman Achdiat Ngadiyono
A. Y, Beberapa Catatan Tentang
Mastery *----'--*A**-'-.?
Learning, Qakarta: 1980) h.l5-21 Dewi Atikoh, "Pengaruh Strategi Pembelaj ararl Mastery Learning Terhadap
Hasil Belajar Sosiologi Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah .lakarta. h.17-18
Oemar Hamalik . Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
/--'*"^*-*"-*
(.'BSA. Bandung: Sinar Baru. 2001.h.86
Iwan Purwanto (Ed), Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Cahaya Digita, 2012).
h.r94
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaron Berorientasi Standar P
e
ndidikan.
(J akarta:kencana,
Proses
-'-z\--
2008), h.l 47
-. -----7-
h.1 96
-'
lwan Purwanto (Ed), Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Cahaya Digita, 2012). h.1 99
-:"4\--*-
I /--'A--g
nrastery-learning-dalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014 http : /iwww.tuangurt .coml 20
ips.html
12 I 07 I
pengertian-ilmu-pengetahuan-
so
sial-
----a-
"-^
8t
Entin Solihatin, COOPERATIVE LEARI{ING analisis model pembalajaron /PS, (Jakarta:bumi aksara. 2008) h.l4 Dewi Atikoh, "Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap
Hasil Belajar Sosiologi Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. h.77
Nr"rrhafifah, " Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai [Jpcrya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HAMPAN',
skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.h.46 Hidayattulloh, "(Jpaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswo Melalui Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas
IV Madrasah lbtidaiyah
Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun
-----'*f-
Pelajaran 2012/2013", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.h.87
III
Sr-rgiono.
METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif
kualitatif, an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.ll2 Srrgiono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif,
kualitatif, an R& D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.l Eko Putro Wodoyoko, EVALLIASI
17
P ROGRAM P EMBELAJARAI{
Panduan
Bugi Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah,
H
2009). h.4s E[
Bagi Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, 2009). h.4e.
Eko Putro Wodoyoko, EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan lSctgi Pendidikan Dan Calon Pendidik.
( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah,
e-----71+-
2009). h.49-s0
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompete ns i, Q akafia: kencana, 2006), h. I 93
Srrgiono. METODE PENELITIAI\I PEI{DIDIKAN pendekatan kuantitatif,
-7P
ktrulitatif, an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.194 Adang Rukhiyat, Dkk. PAI{DUAI{ PENELITIAN BAGI REMAJA. Jakarta: Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003).h.29
-*:?^-
82
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belojar Mengajar, @andung: PT Remaj a Ro sdakary a 20 12).h.12
Sudaryono, Gaguk Margono,
dan Wardani Rahayu,
Pengembangan
Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013).h.1 1 I
Gaguk Margono,
Sudaryono,
dan
Wardani
Rahayu, Pengembangan I
lns'lrument
P
enelitian
P
endidikan, (Yogyak arta; Graha Ilmu, 201 3).h. 112-
---'k-
I
r 13
Syofian Siregar. statistik parametik untuk penelitian kuantitatif, Jakarta; PT Bumi Aksara, 2013.h.87
I
Sudaryono, Gaguk Margono, In
s' I
r um
e
nt
P e n e I i t i an P e ndi
dan
Wardani
-l
Rahayu, Pengembangan
I
dikan, (Y o gy akarta; Graha Ilmu, 2013).h.120
I
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru I
Press, 2014).h.85
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi Aksara, 2010).h.207
tu
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi Aksara, 201 0).h.208 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi Aksara, 2010).h.210
Anas
Sudijono
,
Pengantar Evaluasi Pendidikan
,
(
Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2009).Ed. 1 -9.h.385-387 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi
*___--X___
Aksara, 2010).h.213 Sr"rharsimi
Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikon, Qakarta: PT. Bumi
k
Aksara, 2010).h.211
Anas
Sudijono
,
Pengantar Evaluasi Pendidikan
Grafindo Persada, 2009).8d. 1 -9.h.3
,
(
Jakarta: PT.Raja
88
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014).h.102
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara
83
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama,2010), cet. ke-1 .h.173
Bndi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Caro Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama , 2010),, cet. ke- 1 .h.208
Adang Rukhiyat, Dkk. PAI\TDUAI\I PEI{ELITIAN BAGI REMAJA. Jakafia: Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003).h.55
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014).h.103
Sugiono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif, kuulitaty') an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2072)h.5 I hfitp
:
II
b anj i re mb un. b I o g sp ot. c oml 20
13 I
05I
conto h- skrip
si
-p enel iti
an-
tindakan _l446.html diakses pada bulan februari 2014
IV
---?\---
Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik" Implementasi K'\SP
& UU No.I4 Tahun
Persada Press.2008)h.2
1
2005 tentang Guru dan Dosen" (jakarta: Gaung
6
Mrrlyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.h.99
/"---^--
84
LAMPIRAN 2 RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah
: MTs AL-KHAIRIYAH
Mata pelajaran
: IPS TERPADU
Kelas /semester
: VIII /1 (satu)
Alokasi waktu
: 8 X 40MENIT (4x pertemuan)
Standar Kompetensi : 2.Memahami Proses Kebangkitan Nasional Kompetensi
Dasar:
2.2
menguraikan
proses
terbentuknya
kesadaran
nasionalisme, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.
A.
Indikator : 1. Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan Kolonial, perkembangan pendidikan
barat,
dan
perkembangan
pendidikan
islam
terhadap
munculnya nasionalisme Indonesia 2. Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar, profesional, dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia 3. Mendiskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan,
keagamaan
sampai
terbentuknya
nasionalisme
Indonesia 4. Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, konggres pemuda 1928, dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia
B. Tujuan Pembelajaran : Setelah selesai kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu : 1. Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial, perkembangan pendidikan barat,
dan
perkembangan pendidikan islam
munculnya nasionalisme Indonesia
terhadap
85
2. Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar, profesional, dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia 3. Mendiskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan,
keagamaan
sampai
terbentuknya
nasionalisme
Indonesia 4. Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, konggres pemuda 1928, dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia C. Materi Pembelajaran : Pergerakan perkembangan kebangsaan Indonesia: 1. Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia 2. Peranan
golongan
terpelajar,
professional
dan
pers
dalam
bersifat
etnik,
menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia. 3. Perkembangan
pergerakan
nasional
dari
yang
kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia. 4. Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan indonesia D. Metode Pembelajaran a. Membaca b. Mencatat c. ekspositori d. Bamboo dancing e. Tugas Latihan E. Karakter siswa yang diharapkan : a. Disiplin b. Rasa hormat dan perhatian c. Tekun d. Tanggung jawab e. Ketelitian
86
F. Langkah-Langkah Pembelajaran : Pertemuan Ke 1, 2 Materi pembelajaran : 1. Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia 2. Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia. 1. Pendahuluan: a. Membaca do‟a b. Memeriksa daftar hadir siswa, kebersihan dan kerapihan kelas c. Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa Apersepsi : Pendidikan merupakan upaya untuk mengangkat derajat bangsa Indonesia dan memberikan pelajaran tentang pentingnya persatuan dalam memperjuangkan sesuatu apalagi nasib sebuah bangsa. Motivasi : Memberi semangat atau motivasi kepada siswa tentang pentingnya untuk selalu menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan Indonesia dalam diri kita 2. Kegiatan inti : Eksplorasi : Dalam kegiatan eksplorasi, guru : 1. guru meminta siswa untuk memperhatikan dan menjawab siapa saja pahlawan nasional 2. siswa menyebutkan pahlawan nasional 3. guru menjelaskan proses terbentuknya beberapa sekolah yang didirikan oleh pemerintah belanda 4. guru meminta siswa melihat surat kabar yang terbit pada jaman belanda melalui gambar 5. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dengan topic/tema materi yang akan dipelajari
87
6. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain 7. memfasilitaskan terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan. 8. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap pembelajaran Elaborasi : Dalam Kegiatan Elaborasi, Guru : 1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna 2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis 3. siswa menyebutkan berbagai surat kabar yang terbit saat pendudukan belanda 4. guru menyimpulkan pendapat siswa 5. guru membiarkan pertanyaan siswa dengan diskusi interaktif 6. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut 7. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran strategi mastery learning 8. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi dan hasil belajar 9. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok 10. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik Konfirmasi : Dalam kegiatan konfirmasi guru : 1. guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum dikehatui siswa 2. guru bersama peserta didik melakukan tanya jwab untuk meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan jawaban dan menyimpulkan.
88
3. Kegiatan penutup : Dalam kegiatan penutup guru : 1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau guru sendiri membuat rangkuman atau kesimpulan dari materi pelajaran 2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram 3. memberikan umpan balik terhadap proses an hasil pembelajaran 4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedial, pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas tambahan baik individu maupun kelompok, sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peserta didik 5. meminta seluruh siswa untuk menyebutkan organisasi pendidikan islam, kelompok golongan terpelajar dan professional, dan pers dalam tumbuh kembang nasionalisme bangsa Indonesia Pertemuan Ke 3, 4 Materi pembelajaran : 3. Perkembangan
pergerakan
nasional
dari
yang
bersifat
etnik,
kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia. 4. Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia 1. Pendahuluan: a. Membaca do‟a b. Memeriksa daftar hadir siswa, kebersihan dan kerapihan kelas c. Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa Apersepsi : dapatkah kalian menyebutkan organisasi pergerakan nasioanal yang bersifat keagamaan? ingatkah kalian dengan bunyi ikrar sumpah pemuda? Motivasi : Memberi semangat atau motivasi kepada siswa tentang pentingnya untuk selalu menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan Indonesia dalam diri kita
89
2. Kegiatan inti : Eksplorasi : Dalam kegiatan eksplorasi guru : 1. membaca buku referensi tentang perkembangan pergerakan nasioanl dari yang bersifat etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuk nasionalisme indonesial 2. menelaah peran manifesto politik 1928, dan kongres pemuda 1928 dan kongres wanita 3. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dengan topic/tema materi yang akan dipelajari 4. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain 5. memfasilitaskan terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan. 6. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap pembelajaran Elaborasi : Dalam kegiatan elaborasi guru : 1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna 2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis 3. siswa menyebutkan berbagai surat kabar yang terbit saat pendudukan belanda 4. guru menyimpulkan pendapat siswa 5. guru membiarkan pertanyaan siswa dengan diskusi interaktif 6. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut 7. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran strategi mastery learning 8. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi dan hasil belajar
90
9. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok 10. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik 11. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik 12. memfasilitaskan peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 13. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber 14. memfasilitaskan peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar 3. Kegiatan penutup : Dalam kegiatan penutup guru : 1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau guru sendiri membuat rangkuman atau kesimpulan dari materi pelajaran 2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram 3. memberikan umpan balik terhadap proses an hasil pembelajaran 4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedial, pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas tambahan baik individu maupun kelompok, sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peserta didik G. Alat dan Sumber Pembelajaran Alat : kertas no acak Sumber : buku paket IPS terpadu, LKS, Internet H. Penilaian 1. Jenis : Tugas Mencatat Dan Tugas Latihan 2. Bentuk Instrumen : Resume/Ringkasan Dan Tes Tertulis 3. Instrumen Soal tes tertulis : 1. Siapakah penganut liberal yang mendesak pemerintah belanda… a.Soekarno
c. E.E.EDouwes Dekker
91
b. Ratu Wilhelmina
d. Van De Ventere
2. Pada masa kolonialisme pendidikan bertujuan untuk… a.Mencerdaskan rakyat Indonesia b.Memajukan pendidikan pribumi c.Meningkatkan pendidikan di Indonesia d.Menghasilkan tenaga terampil yg murah 3. Anak bumi putera kalangan bawah yang pandai akan memperoleh kesempatan belajar disekolah lanjutan yang disebut… a.Rajatschool
c. HIS
b.Vervolgschool
d. HBS
4. Apa yang dimaksud dengan perguruan kebangsaan… a.Pendidikan yang diorganisasikan oleh pendidik colonial b.Pendikan yang diorganisasikan oleh bangsa Indonesia c.Pendidikan yang diorganisasikan atas kerja sama colonial dan Indonesia d.Pendidikan yang diorganisasikan oleh para Gujarat arab 5. Nama lain dari indonesische nederlandsche kayu taman adalah… a.Perguruan kebangsaan
c. Perguruan taman siswa
b.perguruan kayu taman
d. perguruan kesantrian
6. Siapa pendiri perguruan kesatrian pada tahun 1924… a.E.E.E Douwes Dekker b.Mohammad Syafei
c. Ki Hajar Dewantara d. Mohammad Hatta
7. Masyarakat indonesia pada saat sebelum politik etis terdiri atas beberapa golongan berdasarkan status sosialnya, yaitu… a.Kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas b.Kalangan bawah dan kalangan atas, kalangan artis c.Kalangan bawah dan kalangan menengah d.Kalangan menengah dan kalangan atas 8. Yang termasuk sebagai tokoh pergerakan nasional sebagai pejuang muslim kecuali…
92
a.KH.Ahmad Dahlan
c. Budi Utomo
b.Abdullah Ahmad
d. H.Zainuddin
9. siapa saja yang berperan dalam pergerakan nasional, kecuali… a. golongan terpelajar
c. peran kolonial
b. golongan professional
d. peran pers
10. motivasi awal pembentukan sarekat dagang islam ialah… a. untuk memperjuangkan kepentingan pribumi di hindia belanda b. untuk meluaskan pemasaran di hindia belanda c. untuk mengembangkan bakat dibidang perdagangan d. untuk menguasai bidang ekonomi (perdagangan) 11. pada masa kebangkitan pers di Indonesia terdapat berbagai organisasi, yaitu.. a. Indonesia Raya
c. Merah Putih
b. Republika
d.Perhimpunan Indonesia
12. salah satu majalah yang diterbitkan oleh pers indische partij adalah… a. De Express
c. Indonesia Merdeka
b. Darmo Kondo
d. Hindia Poetra
13. siapa perintis majalah hindia poetra pada tahun 1916… a. Budi Utomo
c. H. Agus Salim
b.Abdul Moeis
d. Suwardi Suryaningrat
14. R.A Kartini sebelum menikah ia mendirikan sekolah untuk para gadis di daerah… a. Jepara
c. Bandung
b. Rembang
d. Gorontalo
15. siapakah wanita yang memimpin kongres wanita di Yogyakarta pada tahun 1928.. a. R.A Sukanto
c. Siti Wardah
b. R.A Kartini
d. Dewi Sartika
93
No 1 2 3 4 5 c. No
Kunci Jawaban d d b b b
No 6 7 8 9 10
Kunci Jawaban a a c c a
No 11 12 13 14 15
Kunci Jawaban d a d a a
Lembar pengamatan diskusi : Nama Siswa
Aspek Yang Diamati
Jumlah
Inisiatif Keaktifan Kerjasama Presentasi
Nilai
*nilai maksimal tiap aspek 25 (25 x 4 =100) d. Lembar penilaian tugas : No
Nama Siswa
Aspek Yang Diamati
Jumlah
Ketepatan Kerapihan Esensi Waktu Pekerjaan Jawaban
Nilai
*norma penilaian : *) norma penilaian : - aspek ketepatan waktu
: 15
- aspek kerapihan pekerjaan : 10 - aspek esensi jawaban
: 75 = 100
JAKARTA, 17 November 2014
MENGETAHUI KEPALA SEKOLAH
A. Hidayat, S.Pd, M.Si
GURU MATA PELAJARAN
Nurfadilah
94
LAMPIRAN 3 Instrumen Kisi-Kisi KISI-KISI PENULISAN SOAL JENIS SEKOLAH
: MTs Al-Khairiyah
JUMLAH SOAL
: 20 SOAL
MATA PELAJARAN : IPS TERPADU
BENTUK SOAL/ TES: PILIHAN GANDA
KURIKULUM
: 2006
PENYUSUN
ALOKASI WAKTU
:
NO
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETEN KELAS / SI DASAR
SEMES
: NURFADILAH
MATERI
INDIKATOR
NOMOR
POKOK
SOAL
SOAL
TER 1.
Memahami
Menguraikan
proses
VIII / 1
1. Perkembangan
1. Menjelaskan
1, 2, 3,
proses
pendidikan
pengaruh
4, 5, 6,
kebangkitan
terbentuknya
barat dan
perluasan
7, 8, 9,
nasional
kesadaran
perkembangan
kekuasaan
10, 11
nasionalisme,
pendidikan
kolonial,
identitas
islam terhadap
perkembangan
Indonesia,
munculnya
pendidikan
dan
nasionalisme
barat, dan
perkembanga
Indonesia.
perkembangan
n pergerakan kebangsaan indonesia
pendidikan 2. Peranan
islam terhadap
golongan
munculnya
terpelajar,
nasionalisme
professional
Indonesia
dan pers dalam
2. Mendiskripsik
menumbuh
an peranan
12, 13,
kembangkan
golongan
14, 15,
kesadaran
terpelajar,
95
nasional
professional,
Indonesia.
dan pers
16
dalam 3. Peran
menumbuh
manifesto
kembangkan
politik,
kesadaran
konggres
nasional
pemuda dan
Indonesia.
konggres perempuan
3. Mendiskripsik
pertama dalam
an peran
proses
manifesto
pembentukan
politik 1925,
17, 18,
identitas
konggres
19, 20
kebangsaan
pemuda 1928,
Indonesia
dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia
96
LAMPIRAN 4 Soal Pretest-Postest SOAL PRE TEST DAN POST TEST MATA PELAJARAN : IPS TERPADU
KELAS : VIII
BERILAH TANDA SILANG (X) PADA SALAH SATU HURUF a, b, c, atau d PADA JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1) Pada tahun 1901, ratu belanda wihelmina mengatakan pidatonya, yang dikenal sebagai… a. Politik etis
c. Politik demokratis
b. politik komunis
d. politik pancasila
2) Dalam politik etis ada tiga tujuan politik, kecuali… a. edukasi
c. emigrasi
b. irigasi
d. migrasi
3) Sekolah yang setingkat dengan SMU disebut… a. HBS
c. MULO
b. HIS
d. AMS
4) Siapakah pendiri perguruan taman siswa… a. Muhammad Syafei
c. Ki Hajar Dewantara
b. E.E.E Douwes Dekker
d. Soekarno
5) Tujuan dari didirikannya perguruan taman siswa antara lain, kecuali… a. Menambah ilmu pengetahuan
c. Menambah pendidikan
b. membentuk jiwa kebangsaan
d. membantu para kolonial
6) Masyarakat indonesia pada saat sebelum politik etis terdiri atas beberapa golongan berdasarkan status sosialnya, yaitu… a. Kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas b. Kalangan bawah dan kalangan atas, kalangan artis c. Kalangan bawah dan kalangan menengah d. Kalangan menengah dan kalangan atas
97
7) Masyarakat setelah politik etis ditandai oleh… a. Lahirnya kolonialisme baru
c. Didirikan sekolah baru
b. banyak para pemberontak
d.lahir kalangan terpelajar
8) Jenis pendidikan islam yang ada di indonesia antara lain… a. Pendidikan madrasah
c. Pendidikan militer
b. pendidikan SD
d. pendidikan internasional
9) Lembaga pendidikan islam yang merupakan pengembangan dari pendidikan langgar atau surau adalah… a.
SD
b. Madrasah
c. Pesantren d. tsanawiyah
10) Pimpinan pondok pesantren biasa disebut sebagai… a. Ustadz
c. Modin
b. Kiai
d. Santri
11) Pendiri dan pelopor sistem pendidikan madrasah pertama kali adalah… a. Nizam El Mulk
c. Muhammad syafei
b. Ki Hajar Dewantara
d. KH. Ahmad Dahlan
12) Berikut ini yang termasuk sebagai tokoh pergerakan nasional sebagai pejuang muslim kecuali… a. KH.Ahmad Dahlan
c. Budi Utomo
b. Abdullah Ahmad
d. H.Zainuddin
13) Pada saat penjajahan jepang, banyak para santri yang mendapat pelatihan kemiliteran. Pada umumnya mereka masuk ke dalam satuan tentara… a. PETA
c. pergerakan nasional
b. G30S PKI
d. hizbullah
14) Lahirnya nasionalisme di Indonesia dipelopori oleh… a. Para bangsawan
c. Golongan terpelajar
b. Golongan elit
d. Para saudagar
15) siapa saja yang berperan dalam pergerakan nasional, kecuali… a. golongan terpelajar
c. peran kolonial
b. golongan professional
d. peran pers
98
16) pers sarekat islam juga menerbitkan surat kabar yang dinamakan…. a. Hindia Poetra
c. Oetoesan
b. Darmo Kondo
d. Indonesia Merdeka
17) R.A Kartini sebelum menikah mendirikan sekolah untuk para gadis di daerah… a. Jepara
c. Bandung
b. Rembang
d. Gorontalo
18) pada tahun1912 di Jakarta berdiri organisasi wanita pertama bernama…. a. R.A Kartini
c. Dewi Sartika
b. Putri Mardika
d. Siti Wardah
19) kapan terjadi hari sumpah pemuda… a. 28 October 1928
c. 28 October 1945
b. 28 November 1928
d. 17 Agustus 1945
20) apa yang menjadi salah satu identitas nasional indonesia… a. seni budaya
c. Bahasa melayu
b. motif batik
d. makanan khas
No
Kunci Jawaban
No
Kunci Jawaban
1
a
11
A
2
c
12
C
3
d
13
D
4
c
14
C
5
d
15
D
6
a
16
C
7
d
17
A
8
a
18
B
9
c
19
A
10
b
20
C
99
LAMPIRAN 5 Pedoman Wawancara Guru INSTRUMEN WAWANCARA GURU Nama Sekolah
: Mts Al-Khairiyah Guru Mata Pelajaran:
Nama Responden
:
Hari/Tanggal
:
INSTRUMEN WAWANCARA (GURU) 1. Bagaimana kondisi kelas pada saat proses KBM? 2. Seberapa jauh pencapaian siswa pada materi ajar? 3. Berapa nilai KKM untuk matpel IPS? 4. Berapa persen siswa yang mampu mencapai nilai KKM? 5. Strategi pembelajaran apa yang sering digunakan pada saat proses KBM? 6. Bagaimana respon siswa terhadap strategi yang digunakan pada proses KBM? 7. Bagaimana cara menyikapi kemampuan siswa yang berbeda-beda? 8. Kendala/kesulitan apa yang sering terjadi pada saat proses KBM? 9. Apa yang guru lakukan jika masih ada siswa yang masih belum mampu mencapai target pembelajaran? 10.Media apa saja yang guru gunakan pada saat proses belajar mengajar
100
LAMPIRAN 6 Pedoman Wawancara Siswa INSTRUMEN WAWANCARA SISWA Nama Sekolah
: Mts Al-Khairiyah
Kelas
:
Nama Responden
:
Hari/Tanggal :
INSTRUMEN WAWANCARA (SISWA) 1. cara mengajar guru seperti apa yang diinginkan siswa? 2. bagaimana respon siswa terhadap cara mengajar guru yang digunakan? 3. apa hambatan dan kesulitan siswa dalam memahami pelajaran? 4. apa yang siswa lakukan pada saat guru tidak hadir (izin/sakit)? 5 apakah siswa sudah mampu mencapai nilai sesuai KKM? 6.apakah siswa mengetahui kemampuan diri masing-masing? 7.bagaimana penilaian siswa terhadap metode yang digunakan guru? 8.apakah tugas kelompok lebih efektif dibandingkan dengan tugas individu? 9. apa factor penyebab siswa malas, nakal, tidur di kelas bahkan membolos? 10. apa tujuan siswa dating kesekolah?
101
LAMPIRAN 7 Lembar Observasi Guru INSTRUMEN OBSERVASI GURU Nama Sekolah
: Mts Al-Khairiyah
Nama Guru
: Nurfadilah
Mata Pelajaran
: Ips Terpadu
Materi Pokok
: Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kelas
: VIII
Jumlah Siswa
: 33 Orang
PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH ANGKA YANG SESUAI UNTUK MENGGAMBARKAN AKTIFITAS GURU DALAM SETIAP KEGIATAN PEMBELAJARAN.
NO
ASPEK YANG DIAMATI
KRITERIA PENILAIAN TIDAK BAIK
KURANG BAIK
CUKUP BAIK
BAIK
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
II
PENDAHULUAN 1. MEMBERITAHUK AN SK, KD, DAN INDIKATOR 2. MENULISKAN TOPIK PEMBELAJARAN 3. APERSEPSI DAN MOTIVASI KEGIATAN POKOK
1. PENYAJIAN SESUAI DENGAN URUTAN MATERI 2. METODE/PENDE KATAN SESUAI DENGAN MATERI
CATATAN
102
III
3. MENGARAHKAN KETERLIBATAN SISWA 4. MEMBIMBING SISWA MELAKUKAN KEGIATAN 5. PENGELOLAAN KELAS 6. PENGEMBANGA N KETERAMPILAN SISWA 7. MENGAWASI SETIAP SISWA SECARA BERGILIRAN 8. MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN 9. PELAKSANAAN SESUAI DENGAN WAKTU PENUTUP
1. MEMBIMBING SISWA MEMBUAT KESIMPULAN 2. MEMBERIKAN EVALUASI JUMLAH
ARTI ANGKA
: 1= TIDAK BAIK 2= KURANG BAIK
3= CUKUP BAIK 4= BAIK
103
LAMPIRAN 8 Lembar Observasi Siswa Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Materi
: 1 : Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
Nama
1
Achmad Pajri . D
3
3
3
3
3
2
2
Inka Azrita
4
4
4
3
3
3
3
Muhammad Lutfi
3
4
3
3
3
2
4
Ahmad Sholikhin
4
4
4
3
3
3
5
Mahasthy Harita
3
3
4
3
2
2
6
Alfi Nurfitriani
3
3
4
3
2
2
7
Vinka Romadona.K
3
4
4
3
3
3
23
25
26
21
19
17
jumlah
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
Jakarta, 31 October 2014 Observer pendamping
observer
Shafaul Bariyyah, S.EI
Nurfadilah
104
Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Materi
: II :Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
Nama
1
M. Fardhan . M
3
3
3
3
2
3
2
Syahrul Ramadhan
3
3
3
3
2
2
3
Prizka Fitriyani
3
3
4
3
3
3
4
Syintia Efriani
3
3
4
3
3
3
5
EdeniaGhina Fadia
4
3
4
3
2
2
6
Muhammad Firly.I
3
3
3
3
2
2
7
Khaka Noerwahida
4
4
4
3
3
3
23
22
25
21
17
18
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
jumlah
Jakarta, 03 November 2014 Observer pendamping
observer
Shafaul Bariyyah, S.EI
Nurfadilah
105
Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Materi
: III :Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
Nama
1
Haikal Nurfauzi
3
3
3
3
2
2
2
Aldi Zamzami . M
3
4
3
3
3
3
3
Rafli Syahrain
3
3
3
3
3
2
4
Jihan Salsabila
4
4
4
3
3
3
5
Danu Anggoro Agung
3
3
4
3
2
2
6
Mugyasmi Nur . C
3
3
4
3
3
2
7
Affan Eki . S
3
3
4
3
3
3
jumlah
22
23
25
21
19
17
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
Jakarta, 07 November 2014 Observer pendamping
Shafaul Bariyyah, S.EI
observer
Nurfadilah
106
Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok
: IV
Materi
: Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
Nama
1
Muhammad Daffa
3
3
3
3
2
2
2
Clarannisa Ulyandra
4
4
4
3
3
3
3
FadilahEdi Saputro
3
3
3
3
3
2
4
Muhammad Risky.A
3
3
3
3
3
3
5
Syifa Lailatis . S
3
3
4
3
3
3
6
Zidane As‟sajad . P
3
3
4
3
2
2
19
19
21
18
16
15
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
jumlah
Jakarta, 14 November 2014 Observer pendamping
observer
Shafaul Bariyyah, S.EI
Nurfadilah
107
Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok
:V
Materi
:Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres perempuan
pertama
dalam
proses
pembentukan
identitas
kebangsaan indonesia Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati No
Nama
1
Ridwan Adam
3
3
3
3
2
2
2
Ahmad Misbah . H
3
3
3
3
2
2
3
Sarah Elvira . R
3
4
4
3
3
2
4
Fahruzi
4
3
3
3
3
3
5
Surya Al-Ghazali
3
3
4
3
2
2
6
Amar Tafakurniallah
3
3
4
3
2
2
jumlah
19
19
21
18
14
13
Antusias Konsentrasi Kerja Sama Keaktifan Ketepatan Keaktifan Menerima Dalam Dalam Bertanya Jawaban Menjawab Pertanyaan Pelajaran Pelajaran Kelompok Guru Maupun Pertanyaan Siswa
Jakarta, 17 November 2014 Observer pendamping
observer
Shafaul Bariyyah, S.EI
Nurfadilah
112
LAMPIRAN 13 Distribusi Kelas Eksperimen Distribusi pretest kelas eksperimen R = X max - X min = 90 - 40 = 50 K = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 33 k = 1 + 3,3(1.5185) k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6 p = R/K = 50 /6 = 8,33 = 8
no 1 2 3 4 5 6 7
interval 40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95
titik tengah 43,5 51.5 59,5 67,5 75,5 83,5 91,5
Fa 2 2 4 17 3 4 1
Fk 2 4 8 25 28 32 33
F.Relatif 6.06% 6.06% 12.12% 51.52% 9.09% 12.12% 3.03% 100.00%
no 1 2 3 4 5 6 7
interval 40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95
Fi 2 2 4 17 3 4 1
fk 2 4 8 25 28 32 33
Xi 43,5 51.5 59,5 67,5 75,5 83,5 91,5
Fi.Xi 87 103 238 1147,5 226,5 334 91,5 2227.5
1. m ean = Fi.Xi/n =2227.5/33 = 67.5 2. median (nilai tengah) Me = b+i{(1/2 n - fb)/f} b(batas bawah) = 63,5
76
Xi² 1892,25 2652,25 3540,25 4556,25 5700,25 6972,25 8372,25 33685.75
Fi.Xi² 3784.50 5304.50 14161 77456.25 17100.75 27889 8372.25 154068.25
113
i(panjang interval)= 8 fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 8 f=17 Me = 63,5 + 8 {(1/2 33 - 8)/17} Me = 63,5 + 8 {(16,5 - 8)/17} Me = 63,5 + 8 (8,5/17) Me = 63,5 + 8 (0,5) Me = 63,5 + 8,5 Me = 72 3. modus( nilai yang paling banyak muncul) Mo = b+i(bs/bs+bm) b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 63,5 i= panjang kelas interval = 8 bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 13 bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 14 Mo= b+i(bs/(bs+bm)) Mo= 63,5+8(13/(13+14)) Mo = 63,5 + 8 (13/27) Mo = 63,5 + 8 (0,76) Mo = 63,5 + 6.08 Mo = 69.58 4. simpangan baku (S) √n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1) √33(154068.25)-(2227.5)²/33(33-1) √5084252.25- 4961756.25/33(32) √122496/1056 √116 = 10.77 10.77 5. varians (S²)
114
S=10.77² S=116 distribusi posstest kelas eksperimen R = X max - X min =100- 65 = 35 K = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 33 k=1+ 3,3(1.5185) k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6 p = R/K = 35 /6 = 5.8 = 6
no 1 2 3 4 5 6
interval 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
titik tengah 68 74 80 86 92 98
Fa 6 4 2 2 6 13
Fk 6 10 12 14 20 33
F.Relatif 18.18% 12.12% 6.06% 6.06% 18.18% 39.39% 100.00%
no 1 2 3 4 5 6
interval 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
Fi 6 4 2 2 6 13
fk 6 10 12 14 20 33
Xi 68 74 80 86 92 98
Fi.Xi 408 296 160 172 552 1274 2862
1. m ean = Fi.Xi/n =2863/33 = 86.7 = 87 2. median (nilai tengah) Me = b+i{(1/2 n - fb)/f} b(batas bawah) = 94,5 i(panjang interval)= 6
Xi² 4624 5476 6400 7396 8464 9604 41964
Fi.Xi² 27744 21904 12800 14792 50784 124852 252876
115
fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 20 f=13 Me = 94,5 + 6{(1/2 33 - 20)/13} Me = 94,5 + 6 {(16,5 - 20)/13} Me = 94,5 + 6 (-3.5/13) Me = 94,5+ 6 (-0.26) Me = 94.5 + (-1.61) Me = 92.89 3. modus( nilai yang paling banyak muncul) Mo = b+i(bs/bs+bm) b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 94,5 i= panjang kelas interval = 6 bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 7 bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 0 Mo= b+i(bs/(bs+bm)) Mo= 94,5+6(7/(7+0)) Mo = 94,5 + 6 (7/7) Mo = 94,5 + 6 (1) Mo = 94,5 + 6 Mo = 100,5 4. simpangan baku (S) √n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1) √33(252876)-(2862)²/33(33-1) √8344908-8191044 /33(32) √153864/1056 √145.7 12.07
116
5. varians (S²) S=12.07² S=145.7
Distribusi kelas kontrol Distribusi pretest kelas kontrol R = X max - X min = 85 - 50 = 35 K = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 33 k = 1 + 3,3(1.5185) k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6 p = R/K = 35/6 = 5,8 = 6 no 1 2 3 4 5 6
interval 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85
titik tengah 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5
Fa 4 4 3 5 7 10
Fk 4 8 11 16 23 33
F.Relatif 12.12% 12.12% 9.09% 15.15% 21.21% 30.30% 100.00%
no 1 2 3 4 5 6
interval 50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85
Fi 4 4 3 5 7 10
fk 4 8 11 16 23 33
Xi 52.5 58.5 64.5 70.5 76.5 82.5
Fi.Xi 210 234 193.5 352.5 535.5 825 2350.5
1. m ean = Fi.Xi/n =2350.5/33 = 71.2 = 71 2. median (nilai tengah) Me = b+i{(1/2 n - fb)/f} b(batas bawah) = 79,5
Xi² Fi.Xi² 2756.25 11025.00 3422.25 13689.00 4160.25 12480.75 4970.25 24851.25 5852.25 40965.75 6806.25 68062.50 27967.50 171074.25
117
i(panjang interval)= 6 fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 23 f=10 Me = 79,5 + 6 {(1/2 33 - 23)/10} Me = 79,5 + 6 {(16,5 - 23)/10} Me = 79,5 + 6 (-6.5/10) Me = 79,5 + 6 (-0.65) Me = 79,5 + (-3.9) Me = 75.6 3. modus( nilai yang paling banyak muncul) Mo = b+i(bs/bs+bm) b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 79,5 i= panjang kelas interval = 6 bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 3 bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 0 Mo= b+i(bs/(bs+bm)) Mo= 79,5+6(3/(3+0)) Mo = 79,5 + 6 (3/3) Mo = 79,5 + 6 (1) Mo = 79,5 + 6 Mo = 85.5 4. simpangan baku (S) √n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1) √33(171074.3)-(2350.5)²/33(33-1) √5645451.9-5524850.25/33(32) √120601.65/1056 √114 10.68
118
5. varians (S²) S=10.68² S=114 Distribusi posttest kelas kontrol R = X max - X min = 100 - 60 = 40 K = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 33 k=1+ 3,3(1.5185) k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6 p = R/K = 40 /6 = 6.7 = 7
no 1 2 3 4 5 6
interval 60-66 67-73 74-80 81-87 88-94 95-100
titik tengah 63 70 77 84 91 98
no 1 2 3 4 5 6
interval 60-66 67-73 74-80 81-87 88-94 95-100
Fi 8 9 6 1 4 5
Fa 8 9 6 1 4 5 33
Fk 8 17 23 24 28 33
F.Relatif 24.24% 27.27% 18.18% 3.03% 12.12% 15.15% 100%
fk 8 17 23 24 28 33
Xi 63 70 77 84 91 98
Fi.Xi 504 630 462 84 364 490 2534
Xi² 3969 4900 5929 7056 8281 9604 39739
1. m ean = Fi.Xi/n =2534/33 = 76.8 = 77 2. median (nilai tengah) Me = b+i{(1/2 n - fb)/f} b(batas bawah) = 66.5 i(panjang interval)= 7 fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 8 f=9
Fi.Xi² 31752 44100 35574 7056 33124 48020 199626
119
Me = 66,5 + 7{(1/2 33 - 8)/9} Me = 66,5 + 7 {(16,5 - 8)/9} Me = 66,5 + 7 (8,5/9) Me = 66,5+ 7(0.94) Me = 66,5 + (6,58) Me = 73.08 3. modus( nilai yang paling banyak muncul) Mo = b+i(bs/bs+bm) b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 66.5 i= panjang kelas interval = 7 bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 1 bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 3 Mo= b+i(bs/(bs+bm)) Mo= 66,5+7(1/(1+3)) Mo = 66,5 + 7 (1/4) Mo = 66,5 + 7(0.25) Mo = 66,5 + 1.75 Mo = 68.25 4. simpangan baku (S) √n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1) √33(199626)-(2534)²/33(33-1) √6587658-6421156 /33(32) √166502/1056 √158 12.57 5. varians (S²) S=12.57² S= 158
120
LAMPIRAN 14 Uji Normalitas Kelas eksperimen pretest no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah
X 40 45 55 60 65 70 75 80 85 90 665
F 1 1 2 4 12 5 3 3 1 1 33
Fk 1 2 4 8 20 25 28 31 32 33
Zi -2.55339 -2.08914 -1.16063 -0.69638 -0.23213 0.232126 0.696379 1.160631 1.624884 2.089136
F(Zi) 0.005334 0.018348 0.122896 0.243096 0.40822 0.59178 0.756904 0.877104 0.947906 0.981652
S(Zi) 0.030303 0.060606 0.121212 0.242424 0.606061 0.757576 0.848485 0.939394 0.969697 1
F(Zi)S(Zi) -0.02497 -0.04226 0.001684 0.000672 -0.19784 -0.1658 -0.09158 -0.06229 -0.02179 -0.01835
rata-rata (mean)= 67.5 simpangan baku (S) = 10.77 1. Mencari nilai Zi = Contoh perhitungan Zi = 2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z 3. Mencari S(Zi) = Contoh perhitungan S(Zi) = Untuk perhitungan selanjutnya sama. Maka diperoleh : Ltabel= 0,15424 Lhitung = 0.001684 Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel (0.001684 < 0.15424 ) Berarti data prestest pada kelas ekperimen berdistribusi normal
121
Posttest no 1 2 3 4 5 6 7 8 jumlah
X 65 70 75 80 85 90 95 100 660
F 1 5 4 2 2 6 7 6 33
Fk 1 6 10 12 14 20 27 33
Zi -1.8227009 -1.4084507 -0.9942005 -0.5799503 -0.1657001 0.24855012 0.66280033 1.07705054
F(Zi) 0.034174351 0.079498827 0.160062633 0.28097407 0.43419649 0.598145604 0.746270779 0.859271156
S(Zi) 0.030303 0.181818 0.30303 0.363636 0.424242 0.606061 0.818182 1
rata-rata (mean)= 87 simpangan baku (S) =12.07 1. Mencari nilai Zi = Contoh perhitungan Zi = 65-87 12.07 2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z 3. Mencari S(Zi) = Contoh perhitungan S(Zi) = Untuk perhitungan selanjutnya sama. Maka diperoleh: Ltabel = Lhitung =
0,15424 0,009954
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel ( < ) Berarti data posttest pada kelas ekperimen berdistribusi normal
F(Zi)S(Zi) 0.003871 -0.10232 -0.14297 -0.08266 0.009954 -0.00792 -0.07191 -0.14073
122
Kelas kontrol Pretest no 1 2 3 4 5 6 7 8 jumlah
X 50 55 60 65 70 75 80 85 580
F 1 3 4 3 5 7 4 6 33
Fk 2 5 9 12 17 24 28 33
Zi -1.96629 -1.49813 -1.02996 -0.5618 -0.09363 0.374532 0.842697 1.310861
F(Zi) 0.024632 0.06705 0.151514 0.287127 0.4627 0.645996 0.800301 0.905048
S(Zi) 0.060606 0.151515 0.272727 0.363636 0.515152 0.727273 0.848485 1
rata-rata (mean)= 71 simpangan baku (S) = 10.68 1. Mencari nilai Zi = Contoh perhitungan Zi = 2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z 3. Mencari S(Zi) = Contoh perhitungan S(Zi) = Untuk perhitungan selanjutnya sama. Maka diperoleh : Ltabel
=
Lhitung =
0,15424 -0.095
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel (-0.095 < 0.15424 ) Berarti data pretest pada kelas kontrol berdistribusi normal.
F(Zi)S(Zi) -0.03597 -0.08447 -0.12121 -0.07651 -0.05245 -0.08128 -0.04818 -0.09495
123
posttest no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jumlah
X 60 65 70 75 80 85 90 95 100 720
F 3 5 9 4 2 1 4 2 3 33
Fk 3 8 17 21 23 24 28 30 33
Zi -1.27287 -0.8751 -0.47733 -0.07955 0.318218 0.71599 1.113763 1.511535 1.909308
F(Zi) 0.101532 0.19076 0.316565 0.468296 0.62484 0.763001 0.86731 0.934674 0.971889
S(Zi) 0.090909 0.242424 0.515152 0.636364 0.69697 0.727273 0.848485 0.909091 1
F(Zi)S(Zi) 0.010623 -0.05166 -0.19859 -0.16807 -0.07213 0.035729 0.018825 0.025583 -0.02811
rata-rata (mean)= 76 simpangan baku (S) = 12.57 1. Mencari nilai Zi = Contoh perhitungan Zi = 2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z 3. Mencari S(Zi) = Contoh perhitungan S(Zi) = Untuk perhitungan selanjutnya sama. Maka diperoleh: Ltabel = 0.15424 Lhitung = 0.035729 Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel ( 0.035729 < 0.15424 ) Berarti data posttest pada kelas kontrol berdistribusi normal
124
LAMPIRAN 15 Uji Homogenitas Pretest Uji Homogenitas Pretest Eksperimen
Kontrol
S²
115.99
114.06
N
33
33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus: =
Fhitung =
= 1.016
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db pembilang= n-1 = 33-1 = 32 db penyebut= n-1 = 33-1 = 32 3. Menentukan Ftabel menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.8044 Dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (1,016 < 1.8044 ) artinya kedua kelas tersebut bersifat homogen.
125
Posttest Uji Homogenitas Posttest Eksperimen
Kontrol
S²
145.68
158
N
33
33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus: =
Fhitung =
= 1.084
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db pembilang= n-1 = 33-1 = 32 db penyebut= n-1 = 33-1 = 32 3. Menentukan Ftabel menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.844 Dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (1.084 < 1.844) artinya kedua kelas tersebut bersifat homogen.
126
LAMPIRAN 16 Uji Hipotesis Kelas eksperimen NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PRETEST POSTTEST 80 100 65 75 70 95 90 95 60 95 80 85 70 100 65 95 65 70 65 95 65 90 75 90 65 80 65 70 65 90 70 65 65 100 70 90 55 70 40 95 65 70 60 100 75 100 60 80 45 75 60 90 70 75 55 75 80 85 65 70 85 100 65 90 75 95
NILAI BEDA (D) 20 10 25 5 35 5 30 30 5 30 25 15 15 5 25 -5 35 20 15 55 5 40 25 20 30 30 5 20 5 5 15 25 20
BEDA KUADRAT (D²) 400 100 625 25 1225 25 900 900 25 900 625 225 225 25 625 25 1225 400 225 3025 25 1600 625 400 900 900 25 400 25 25 225 625 400
(DD ) 0.45 -9.55 5.45 -14.55 15.45 -14.55 10.45 10.45 -14.55 10.45 5.45 -4.55 -4.55 -14.55 5.45 -24.55 15.45 0.45 -4.55 35.45 -14.55 20.45 5.45 0.45 10.45 10.45 -14.55 0.45 -14.55 -14.55 -4.55 5.45 0.45
(DD )² 0.21 91.12 29.75 211.57 238.84 211.57 109.30 109.30 211.57 109.30 29.75 20.66 20.66 211.57 29.75 602.48 238.84 0.21 20.66 1257.02 211.57 418.39 29.75 0.21 109.30 109.30 211.57 0.21 211.57 211.57 20.66 29.75 0.21
127
TOTAL RATARATA
2205
2850
645
17925
0.00 5318.18
19.55
543.18
161.16
SD =√Σ(D-D )²/n-1 SD =√5318.18/33-1 SD=√166.2 = 12.9 SD = SD / √33 SD = 12.9 / √33 SD = 12.9/5.7 SD =2.26 t=D /SD t=19.55/2.26 t= 8.65 dk=n1+n2-2= 33+33-2= 64 ttabel = 1,66901 thitung =8.65 kesimpulan t hitung > t tabel
Kelas kontrol
NO 1
PRETEST POSTTEST 75 70
NILAI BEDA (D)
BEDA KUADRAT (D²)
(D-D )
(D-D )²
-5
25
-10.30
106.15
2
65
65
0
0
-5.30
28.12
3
60
60
0
0
-5.30
28.12
4
80
70
-10
100
-15.30
234.18
5
70
60
-10
100
-15.30
234.18
6
70
70
0
0
-5.30
28.12
7
85
90
5
25
-0.30
0.09
8
55
60
5
25
-0.30
0.09
128
9
80
95
15
225
9.70
94.03
10
60
70
10
100
4.70
22.06
11
55
90
35
1225
29.70
881.91
12
60
65
5
25
-0.30
0.09
13
70
90
20
400
14.70
216.00
14
75
70
-5
25
-10.30
106.15
15
50
75
25
625
19.70
387.97
16
80
65
-15
225
-20.30
412.21
17
85
75
-10
100
-15.30
234.18
18
75
70
-5
25
-10.30
106.15
19
70
90
20
400
14.70
216.00
20
55
65
10
100
4.70
22.06
21
60
95
35
1225
29.70
881.91
22
85
75
-10
100
-15.30
234.18
23
75
70
-5
25
-10.30
106.15
24
65
85
20
400
14.70
216.00
25
75
70
-5
25
-10.30
106.15
26
85
80
-5
25
-10.30
106.15
27
65
70
5
25
-0.30
0.09
28
70
80
10
100
4.70
22.06
29
80
100
20
400
14.70
216.00
30
85
100
15
225
9.70
94.03
31
75
65
-10
100
-15.30
234.18
32
85
100
15
225
9.70
94.03
75
75
0
0
28.12 5696.97 172.64
33 TOTAL RATARATA
2355
SD =√Σ(D-D )²/n-1 SD =√5696.97/33-1 SD=√182.3 = 13.5 SD = SD / √33
2530
175
6625
-5.30 0.00
5.30
200.76
0.00
129
SD = 13.5 / √33 SD = 13.5/5.7 SD = 2.4 t=D /SD t=5.30/2.4 t= 2.20833 dk=n1+n2-2= 33+33-2= 64 ttabel = 1,66901 thitung = 2.21 kesimpulan t hitung > t tabel
130
LAMPIRAN 17 Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol No 1
Kelompok Eksperimen Siswa Nilai Ketuntasan Belajar (%) A Tuntas 100
No 1
Kelompok Kontrol Siswa Nilai Ketuntasan Belajar (%) A Tuntas 70
2
B
75
Tuntas
2
B
65
Tidak Tuntas
3
C
95
Tuntas
3
C
60
Tidak Tuntas
4
D
95
Tuntas
4
D
70
Tuntas
5
E
95
Tuntas
5
E
60
Tidak Tuntas
6
F
85
Tuntas
6
F
70
Tuntas
7
G
100
Tuntas
7
G
90
Tuntas
8
H
95
Tuntas
8
H
60
Tidak Tuntas
9
I
70
Tuntas
9
I
95
Tuntas
10
J
95
Tuntas
10
J
70
Tuntas
11
K
90
Tuntas
11
K
90
Tuntas
12
L
90
Tuntas
12
L
65
Tidak Tuntas
13
M
80
Tuntas
13
M
90
Tuntas
14
N
70
Tuntas
14
N
55
Tidak Tuntas
15
O
90
Tuntas
15
O
75
Tuntas
16
P
65
Tidak Tuntas
16
P
65
Tidak Tuntas
17
Q
100
Tuntas
17
Q
75
Tuntas
18
R
90
Tuntas
18
R
70
Tuntas
19
S
70
Tuntas
19
S
90
Tuntas
20
T
95
Tuntas
20
T
70
Tuntas
21
U
70
Tuntas
21
U
95
Tuntas
22
V
100
Tuntas
22
V
75
Tuntas
23
W
100
Tuntas
23
W
65
Tidak Tuntas
131
24
X
80
Tuntas
24
X
85
Tuntas
25
Y
75
Tuntas
25
Y
70
Tuntas
26
Z
90
Tuntas
26
Z
80
Tuntas
27
AA
75
Tuntas
27
AA
70
Tuntas
28
AB
75
Tuntas
28
AB
80
Tuntas
29
AC
85
Tuntas
29
AC
100
Tuntas
30
AD
70
Tuntas
30
AD
100
Tuntas
31
AE
100
Tuntas
31
AE
65
Tidak Tuntas
32
AF
90
Tuntas
32
AF
100
Tuntas
33
AG
95
Tuntas
33
AG
75
Tuntas
Jumlah
2850
96.97%
Jumlah
2515
72.73%
Rata-Rata
86.36
Rata-Rata
76.21
Ketuntasan Kelompok eksperimen: 32/33 x 100 = 96.97% Ketuntasan kelompok kontrol: 24/33 x 100 = 72.73%
132
LAMPIRAN 18 Foto-Foto Kegiatan
133
134
LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nurfadilah NIM : 1110015000001 Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Agustus 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat Rumah : Jln. Mampang Prapatan VII buncit V no: 30 RT/RW: 001/06 Jakarta Selatan Riwayat Pendidikan : 1. TPA Al-Hasanah Buncit 2 Jakarta Selatan lulus tahun 1997 2. MI Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan lulus tahun 2004 3. SMP Al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan lulus tahun 2007 4. SMA Al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan lulus tahun 2010 5. Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercatat tahun 2010 sampai dengan sekarang Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila terdapat kekeliruan penulis bersedia untuk diperiksa. Jakarta,
maret 2015
Hormat saya
Nurfadilah