11 2.1. Kondisi 2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi a. Sebelum krisis ekonomi (sampai dengan tahun 1996), kondisi perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 9,45 %. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai tersebut berada di atas target yang telah ditetapkan (Sasaran PELITA VI) yaitu sebesar 8,90 %. Kemudian dengan adanya krisis ekonomi yang melanda negara kita, maka kondisi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan menunjukkan penurunan. Angka pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 1997 menurun menjadi 5,27 %, kemudian pada tahun 1998 menurun lagi menjadi minus 6,22 %, tetapi pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi daerah ini telah mulai mencapai pertumbuhan positif, yaitu sebesar 3,71 % b. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan selama sepuluh tahun terakhir berfluktuasi, tetapi dengan kondisi yang menunjukkan ke arah perbaikan. PDRB Kalimantan Selatan pada priode 1996-2005, secara total tumbuh dengan rata-rata 3,15% pertahun sedangkan tanpa minyak bumi hanya 3,07%. Penyumbang terbesar bagi pertumbuhan rata-rata ini adalah sektor Pertambangan dan Penggalian dengan 9,92% pertahun. Hanya terdapat tiga sektor lainnya yang tumbuh diatas 5% yakni sektor Listrik-Gas-Air, Keuangan, dan Transportasi-Komunikasi. Lima sektor ekonomi lainnya yakni Pertanian, Industri, Konstruksi, Perdagangan, dan Jasa-jasa tumbuh dibawah 5% bahkan sektor Industri mengalami pertumbuhan negatif yakni -1,99% pertahun. Keadaan sedikit berbeda terjadi jika dilihat pada rentang 2000-2005., masa pemulihan pasca krisis ekonomi. Pada kurun ini rata-rata pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan secara total lebih tinggi, yakni sebesar 4,24% dan 4,42% tanpa minyak bumi. Sebagai penyumbang terbesar pertumbuhan ini adalah sektor Keuangan dengan 9,23%. Akan tetapi sebagian besar sektor lainnya juga menyumbang dengan cukup berarti, yakni antara 5,19% dan 6,91%. Termasuk disini Sektor Pertanian, ListrikGas-Air, Konstruksi, Transportasi-Komunikasi, dan Jasa-jasa. Sektor industri tetap menurun yakni -0,41%. c.
Dilihat dari struktur ekonomi, selama priode 1996-2005, Provinsi Kalimantan Selatan masih di dominasi oleh sektor primer yakni Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dimana pada tahun 2005 masing-masing mencapai 27,04% dan 16,88%. Sektor lain yang peranannya diatas 10% adalah Perdagangan dengan 14,34% dan Industri 13,96%. Sektor Jasa berperan sebesar 9,49% sedangkan sektor lainnya, yakni ListrikGas-Air, Keuangan, Konstruksi, Transportasi-Komunikasi hanya menyumbang antara 0,58% dan 9,58%. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, pada tahun 2005 sektor Primer menyumbang 43,4%, Sekunder 19,51%, dan Tertier 37,2%. Hal in relatif tidak banyak berkembang dari keadaan pada tahun 2003. Sektor yang tumbuh dengan relatif tinggi sekaligus berperan penting dalam ekonomi Kalimantan Selatan hanyalah Pertambangan dan Penggalian.
d. Kegiatan investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN secara kumulatif cenderung terus meningkat. Rata-rata pertumbuhan realisasi investasi PMDN selama 1999-2005 sebesar 24,25% pertahun sedangkan PMA sebesar 8,32% pertahun. e. Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan bahwa angkatan kerja di Kalimantan Selatan terus tumbuh dari 1.427.311 pada th 1997, menjadi 1.609.510 pada 2005 (rata-rata tumbuh sebesar 1,63% pertahun). Penyerapan tenaga kerja berjalan lebih lambat dibanding pertumbuhan angkatan kerja, yakni hanya rata-rata 1,19% pertahun. Sebagai konsekuensinya maka tingkat pencari kerja tumbuh tinggi yakni rata-rata sebesar 23,57% pertahun. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran belum bisa dientaskan karena pada 2001 sebesar 5,91, pada 2003 sebesar 7,67, dan pada 2005 sebesar 6,18. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja paling tinggi adalah sektor Keuangan dan sektor Pertambangan & Penggalian masing-masing diatas 14%/tahun; sedangkan yang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
12 2.1. Kondisi
diatas 5% adalah sektor Perdagangan dan Konstruksi. Sektor Petanian, sektor ListrikGas-Air, dan sektor Transportasi antara 1,04% sampai 2,59% pertahun. Sementara itu, penduduk yang bekerja di sektor Industri, Jasa, dan Lainnya justru tumbuh dengan negatif. f.
Dari komposisi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan yang ditekuni terlihat masih didominasi sektor pertanian, yakni sebesar 49%. Di urutan kedua, sektor perdagangan yang menampung sekitar 20% tenaga kerja, sedangkan sektor-sektor lain peranannya masing-masing tidak melebihi 10%. Sektor pertambangan sangat kontras karena menyumbang PDRB cukup besar tetapi hanya menampung 3,6% dari tenaga kerja yang ada.
g. Berdasarkan publikasi sensus ekonomi, BPS, pada 2006 jumlah unit usaha di Kalimantan Selatan sebanyak 395.059 unit. Jumlah ini terdiri dari 99,79% usaha mikrokecil-menengah, dan 0,21% usaha besar. Usaha mikro sendiri meliputi 83,31%. Dari segi jenisnya, usaha didominasi bidang Perdagangan dengan 49,39%. Bidang lain yang berperan diatas 10% adalah Industri dan Akomodasi. Sementara bidang-bidang usaha lain relatif kecil peranannya. Jumlah unit koperasi baik Primer, Sekunder dan KUD tumbuh dengan cukup tinggi selama rentang 1996-2005, yakni rata-rata 13,63%. Jumlahnya pada 1996 sebanyak 752 unit menjadi 2.136 unit pada 2005. h. Jumlah unit usaha di sektor industri pada rentang tahun 1996 sampai dengan 2005 tumbuh dengan rata-rata 1,95% pertahun. Pada 1996 jumlah usaha industri 68.946 unit pada tahun 2005 menjadi 81.973 unit. Hampir semua unit industri di Kalimantan Selatan berskala Kecil sedangkan yang berskala besaran kurang dari satu persen. Dari segi jenisnya, industri hasil pertanian dan kehutanan mendominasi dengan 78,47%, sedangkan industri Logam-Mesin-Kimia dan Industri Aneka masing-masing hanya antara 10 sampai 11%. i.
Berdasarkan rata-rata kontribusinya terhadap PDRB selama 3 tahun terakhir (20032005), sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor ekonomi lainnya. Besarnya kontribusi ini menunjukkan peranan pertanian dalam pembangunan cukup dominan. Selain itu jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada Tahun 2005 mencapai sekitar 50% dari total tenaga kerja yang ada di sembilan lapangan kerja utama. Sektor pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian merupakan sektor basis/dasar untuk kemajuan.
j.
Kondisi subsektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menunjukkan perkembangan yag baik, perkembangan sektor ini sangat didukung oleh potensi daerah yang agraris dengan sumberdaya lahan sawah dan lahan kering yang luas. Untuk lahan sawah, yang sudah dimanfaatkan/ditanami untuk tanaman padi sawah adalah seluas 430.700 ha. Luas tanam dan luas panen padi sawah maupun padi ladang pada 10 tahun terakhir (1996-2005) menunjukkan trend yang terus meningkat. Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan luas tanam dan luas panen sebesar 2,20% dan 1,72% untuk padi sawah, serta sebesar 0,92% dan 1,50% untuk padi ladang. Sebagaimana luas tanam dan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dan ladang juga menunjukkan tingkat pertumbuhan yang terus menaik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,59% dan 1,87% untuk padi sawah serta 3,82% dan 2,08% untuk padi ladang. Pada sisi lain tanaman Palawija dan Hortikultura juga terus menunjukkan perkembangan yang lebih baik.
k.
Perkembangan subsektor perkebunan di Kalimantan Selatan sangat didukung oleh adanya potensi lahan kering yang sangat luas, dimana pemanfaatannya untuk tanaman perkebunan secara konsisten mengalami peningkatan hingga tahun 2005 mencapai 430.978 ha. Produksi tanaman perkebunan yang dihasilkan sebesar 453.471 ton, dengan produksi terbesar dari perkebunan kelapa sawit yang mencapai 244.727 ton atau 53,32% dan setelah itu karet. Pencapaian luas areal tanaman Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
13 2.1. Kondisi
perkebunan pada tahun 2005 sebesar 430.978 ha. Komoditas perkebunan yang diusahakan meliputi karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kopi, kakao, lada, cengkeh, pinang, kemiri, sagu, aren, kayu manis, kapuk, jambu mete, kenanga, panili, melinjo, jahe, kapulaga, purun, tebu, kunyit, kencur. Pada sub sektor ini, komoditas unggulan yang terus dikembangkan adalah komoditas kelapa sawit dan karet. l.
Perkembangan subsektor peternakan di Kalimantan Selatan, menunjukkan peningkatan, dimana selama periode tahun 2004 – 2005 jumlah populasi ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) dan ternak kecil (kambing, domba dan babi) maupun ternak unggas (itik, ayam potong/ras dan ayam buras) cenderung menaik. Dengan kata lain, secara keseluruhan populasi ternak di Kalimantan Selatan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Produksi daging dari berbagai jenis ternak selama tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya hewan ternak yang dipotong setiap tahunnya.
m. Subsektor perikanan dan kelautan di Kalimantan Selatan, mempunyai luas laut wilayah pengelolaan perikanan Kalimantan Selatan 120.000 km2 dengan panjang garis pantai 1.331.091 km dan potensi penangkapan ikan 180.000 ton/tahun. Luas perairan umum 1.000.000 ha dengan potensi penangkapan ikan 90.000 ton/tahun. Untuk luas perairan umum ini ditaksir berdasarkan daerah dataran rendah berawa-rawa yaitu, terdiri atas rawa pasang surut (200.000 ha), rawa monoton (500.000 ha), daerah banjir (100.000 ha) dan dataran rendah alluvial (200.000 ha). Dari seluruh luasan tersebut, 478.980 ha berada pada DAS Negara yang terhampar mulai dari Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara dan Tabalong. DAS Negara ini bermuara ke Sungai Barito. Kabupaten yang mendominasi produksi penangkapan ikan di laut, yaitu Kabupaten Kotabaru (30,6%), Tanah Bumbu (30,6%) & Tanah Laut (30,4%). Penangkapan ikan di perairan umum, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (25,8%), Banjar (20,3%), Hulu Sungai Tengah (15,0%), Hulu Sungai Selatan (13,9%) & Tapin (11,7%). Produksi ikan hasil tangkapan dari tahun ke tahun mengarah pada kecenderungan mengalami penurunan, baik di perairan laut maupun di perairan umum. Produksi penangkapan ikan di laut berfluktuasi cenderung menurun, sementara di perairan umum mengalami penurunan yang tajam yaitu, 22% dalam rentang waktu 10 tahun, sedangkan untuk perikanan budidaya, cenderung mengalami peningkatan, baik untuk budidaya perairan laut maupun budidaya perairan umum. n. Kondisi subsektor kehutanan di Kalimantan Selatan, berdasarkan RTRWP terdiri atas kawasan lindung seluas 751.252 ha (hutan lindung 516.683 ha, kawasan bergambut 73.685 ha, sempadan pantai 6.928 ha, waduk/danau 1.450 ha, cagar alam 3.280 ha, suaka margasatwa 6.010 ha, pantai hutan bakau 53.630 ha, taman hutan raya 112.000 ha dan taman wisata alam 1.705 ha).dan kawasan hutan produksi (Hutan produksi terbatas 212.177 ha, hutan produksi tetap 627.672 ha, dan hutan produksi konversi 67.902 ha. Selain itu juga terdapat 10 unit kawasan konservasi daratan seluas 209.035,30 ha yang terdiri atas Tahura Sultan Adam 112.000 ha, cagar alam Pulau Kembang 60 ha, cagar alam Pulau Kaget 85 ha, cagar alam Pulau Kentawan 245 ha, cagar alam teluk kelumpang, selat laut dan selat sebuku 66.650 ha, cagar alam teluk pamukan 20.619 ha, cagar alam sungai bulan dan sungai lutan 1.857,6 ha, suaka margasatwa pelaihari 6.000 ha, taman wisata alam pelaihari 1.500 ha dan taman wisata alam Pulau Bakut 18,7 ha. Produksi kayu bulat yang dihasilkan sejak tahun 2002–2006 cenderung mengalami penurunan hingga mencapai 4,5 kali lipat, begitu pula dengan produksi kayu olahan yang berkurang hingga 300%. Permasalahan utama hutan di daerah ini adalah berupa pesatnya: deforestasi sumberdaya hutan, penebangan kayu secara illegal, kebakaran hutan, eksploitasi IUPHHK dan perubahan fungsi kawasan hutan. Produksi kayu bulat tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebanyak 3. 875.302,93 m Pada rentang 2002-2006 produksi kayu olahan tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebanyak 1.717.371,93 m3. Sejak tahun 2002 – 2006 produksi kayu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
14 2.1. Kondisi mencapai 3.752.746,69 m3 (rata-rata 750.549,32 m3/th) dan produksi kayu olahan sebanyak 6.322.870,95 m3 (rata-rata 1.264.574,19 m3/th) yang terdiri dari plywood, block board, veneer, particle board, sawn timber, moulding dan wood carpets o. Kondisi perindustrian pada periode tahun 2003-2006, rata-rata laju pertumbuhan unit usaha industri sebesar 5,79% pertahun. Pertumbuhan unit usaha industri sepanjang tahun 2003-2006 cenderung meningkat dari 5,54%-6,00%. Tahun 2006, pertumbuhan jumlah unit usaha mencapai angka tertinggi yakni 6,00% sehingga tahun 2006 jumlah unit usaha industri berjumlah 39.455 unit sedangkan tahun 2003 hanya berjumlah 33.328 unit Selanjutnya selama Tahun 2003-2006 rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja di Kalimantan Selatan yang terserap industri sebesar 6,24% pertahun, penyerapan tertinggi terjadi pada tahun 2006, tenaga kerja yang diserap sebesar 8,00% (93.771 orang) dibandingkan tahun 2005 yang hanya sebesar 86.825 orang tenaga kerja. Peningkatan penyerapan tenaga kerja ini seiring dengan berkembangnya industri hulu yang semakin variatif bukan hanya tergantung pada hasil hutan tetapi juga perkebunan, pertambangan, kelautan sehingga tenaga kerja yang diserap diharapkan terus meningkat seiring dengan kesiapan industri hilir untuk industri penggolahan. p. Produk ekspor di Kalimantan Selatan dikelompokkan menjadi enam produk yaitu produk karet alam, produk kayu, produk rotan, produk perikanan , produk tambang dan produk lainnya. Total Volume ekspor dari Kalimantan Selatan selama tahun 1996– 2006 mengalami peningkatan yaitu dari 13.602.740 ton ditahun 1996 menjadi 57.859.005 ton ditahun 2006. Ini merupakan peningkatan sebesar 3.25 kali lipat. Pertumbuhan rata rata setiap tahun selama periode tersebut adalah 21,8%. Dari sisi volume ini produk tambang merupakan produk yang mendominasi ekspor Kalimantan Selatan. Di tahun 2006 volume ekspor produk tambang adalah 98,74% sisanya berasal dari lima kelompok komoditi yaitu produk lainnya, produk kayu; produk karet alam, produk rotan dan produk perikanan. Pertumbuhan volume tiap jenis komoditas sangat fluktuatif. Ini kemungkinan sekali karena masih kurang cermatnya informasi yang terkumpul di Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai cerminan koordinasi antar instansi terkait yang masih perlu ditingkatkan. Total Nilai ekspor periode 1996 – 2006 (mengalami kenaikan Tercatat tahun 1996 sebesar US$1.180.872.555.000 menjadi US$ 2.679.948.176.000 ditahun 2006 atau mengalami pertumbuhan rata rata pertahun sebesar 10% selama periode tersebut. q. Perkembangan sektor koperasi di Kalimantan Selatan, sejak tahun 1996 – 2005 menunjukkan peningkatan dari 997 buah ditahun 1996 menjadi 1521 buah di tahun 2005 yang terdiri dari 16 jenis koperasi. Tahun 1996 jumlah koperasi 997 buah dengan tiga jenis koperasi terbesar yakni Koperasi unit Desa 244 buah (24,47%0, Koperasi Pegawai Negeri 393 buah (39,42%) dan Koperasi Karyawan.sebanyak 132 buah. Jumlah koperasi tersebut dilihat menurut sifat dan bentuknya sampai dengan tahun 2006 berjumlah 1943 yang terdiri dari 1.919 buah koperasi primer dengan 219.002 orang anggota dan 24 koperasi sekunder dengan 705 orang anggota . Sejak Otonomi daerah tahun 2000 pengelompokan koperasi berdasarkan sifat dan bentuknya menjadi 3 kelompok yakni kelompok koperasi primer, Pusat dan simpan pinjam berjumlah 1576 buah. Ditahun 2006 meningkat menjadi 1987 buah . Koperasi Primer mendominasi sebesar 97,33% sisanya 1,21% (24 buah) koperasi simpan pinjam, 1,46% koperasi pusat( 29 buah). Pada tahun 2005 terjadi perubahan komposisi yakni dari tiga besar menjadi lima besar antara lain Koperasi Unit Desa (23,34%),Koperasi Pegawai Negeri (28,80%), Koperasi Perdagangan Beras (13,02%), Koperasi Serba Usaha (12,6 Karyawan 132 buah (13,24%).9%) dan Koperasi lain lain (12,23%). Dari jumlah anggota 290.992 orang semua nya merupakan peminjam dengan Nilai pinjaman sebesar Rp 381.396.000.000,-. Besarnya jumlah peminjam dibandigkan dengan jumlah pinjaman tampak koperasi sangat dibutuhkan masyarakat sebagai penunjang perekomian rakyat.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
15 2.1. Kondisi
r.
Kondisi sub sektor pertambangan bahan galian khususnya Batubara di Kalimantan Selatan di tambang secara terbuka. Batubara dihasilkan oleh pemegang PKP2B dan KP dengan jumlah untuk PKP2B sebanyak 23 buah,dan KP sebanyak 380 buah sedangkan PKP2B yang berproduksi sebanyak 17 buah dan KP sebanyak 239 buah, untuk produksi batubara tahun 2008 = 78.198.645 Ton dengan cara penambangan yang masih ( belum ) memenuhi ketentuan kaedah pertambangan /good mining praktis.
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup a. Kondisi sumberdaya hutan di Kalimantan Selatan menurut Perda No. 9 tahun 2000 tentang RTRWP Kalsel seluas 1.659.003 Ha (44,20 % luas Kalsel) yang terdiri atas kawasan lindung seluas 751.252 ha (hutan lindung 516.683 ha, kawasan bergambut 73.685 ha, sempadan pantai 6.928 ha, waduk/danau 1.450 ha, cagar alam 3.280 ha, suaka margasatwa 6.010 ha, pantai hutan bakau 53.630 ha, taman hutan raya 112.000 ha dan taman wisata alam 1.705 ha).dan kawasan hutan produksi (Hutan produksi terbatas 212.177 ha, hutan produksi tetap 627.672 ha, dan hutan produksi konversi 67.902 ha. Luas penutupan lahan/vegetasi terhadap kawasan hutan dengan kondisi berhutan seluas 1.184.850 ha, tidak berhutan seluas 2.513.060 ha. Kawasan hutan di Kalimantan Selatan yang sampai saat ini masih relatif baik terdapat pada kawasan pegunungan meratus yang berperan penting menyangga stabilitas ekosistem bagi daerah Kalimantan Selatan dan secara khusus menopang kehidupan sosekbud masyarakat tempatan. Kawasan ini mempunyai luas 1.849.505 ha yang terdiri dari kawasan suaka alam dan pelestarian daratan seluas 175.565 ha, kawasan suaka alam dan pelestarian alam perairan 564.139 ha, hutan produksi terbatas 155.268 ha, hutan produksi tetap 688.895 ha dan hutan produksi konversi 265.638 ha. b. Kalimantan selatan kaya akan sumber daya pertambangan dan galian, diantaranya Minyak bumi, Batubara, Biji besi, Biji Nekel, Biji Kronit, Biji Emas, Intan, Batu Gamping, Marmer, Pasir, Kuarsa, Oker, Phospat, Kaolinesi, Lempung, diorit, Basalt, Periodotit, Andesit, Granit, Gambut, Granodiorit. Potensi sumber daya mineral unggulan saat ini berupa batubara dan bijih besi. Potensi batubara cukup besar dengan kualitas yang baik, serta keberadaannya hampir menyebar di seluruh kabupaten (Banjar, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu, HST, HSU, HSS, Tapin, Balangan dan Tabalong ). Berdasarkan data pada Tahun 2009 cadangan batubara yang terukur adalah 1.891.931.020,93 ton sedangkan sumber daya batubara diperkirakan 9.252.245.907,00 ton, sedangkan untuk cadangan CBM yang terukur tahun 2009 adalah 105 TCF dan cadangan Migas terukur dalam kondisi tahun 2008 adalah 733.599,41 MSTB. c. Kalimantan Selatan mempunyai sumber daya lahan rawa seluas 1.140.140 ha dan diperkirakan sekitar 342.387 ha, sangat potensial untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Pemanfaatan lahan rawa baru sekitar 143.118 ha, dan sisanya seluas 199.269 (58,19%) masih berupa lahan tidur yang belum digarap. Besarnya luasan lahan tidur tersebut disebabkan oleh adanya hambatan internal lahan rawa berupa sifat fisika, kimia, dan tata air yang kurang mendukung kegiatan usaha tani (Harun, M.K, 2007). Meskipun demikian lahan rawa sangat potensial dikembangkan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang luas, keadaan topografi yang datar, ketersediaan air melimpah dan teknologi pertanian yang cukup tersedia (Noor.M., 2007). d. Kondisi sumberdaya perairan, daerah ini berasal dari kawasan Pegunungan Meratus, yang mengalir ratusan sungai yang menuju ke segala penjuru wilayah Kalimantan Selatan, di mana sebagian besar kebutuhan masyarakat sangat bergantung, seperti kebutuhan akan energi, air besih, perikanan (keramba dan kolam ikan) bergantung pada pasokan air sungai tersebut. Keberadaan sungai di Kalimantan Selatan terhimpun dalam tiga satuan wilayah sungai yaitu wilayah sungai (WS) Barito, WS Cengal Batulicin dan WS Pulau Laut yang mempunyai beberapa sub-wilayah sungai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025
16 2.1. Kondisi
antara lain Luang, Tabalong Kiri, Danau Panggang, Tabalong Kanan, Balangan, Amandit, Batang Alai, Sampanahan, Barito Tengah, Bahalayung, Riam Kiwa, Martapura, Tapin, Barito Hilir, dan Riam Kanan. Kondisi DAS dan beberapa Sub-DAS tersebut saat ini berada dalam keadaan agak kritis seluas 1.540.112 ha, kritis 500.078 ha, sangat kritis 55.905 ha akibat buruknya pengelolaan lingkungan seperti timber extraction (penambangan kayu), pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan rendahnya keberhasilan rehabilitasi, reklamasi dan restorasi lahan terdegradasi. Kekritisan DAS berarti kekeritisan sumber daya air baik secara kualitas maupun kuantitasnya. e. Kondisi Lingkungan hidup di Kalimantan Selatan berupa (1) belum mantapnya penegakan hukum menyangkut illegal logging, illegal fishing, dan illegal mining, (2) pemanfaatan SDA-LH kurang memperhatikan kaidah konservasi sehingga menyebabkan pertambahan luasan lahan kritis, rusaknya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati; (3) kurangnya komitmen perusahaan terhadap pemulihan lingkungan hidup; (4) sering terjadinya banjir, tanah longsor, dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan; (5) meningkatnya pencemaran udara, tanah dan air (6) Belum sinkronnya RTRWP dengan RTRWK; (7) belum optimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh; dan secara internal kelembagaan. Dampak ekologis dari rusaknya DAS dan Sub-DAS (daratan dan perairan) adalah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor yang dirasakan hampir terjadi setiap tahun (musiman). Wilayahwilayah di Kalsel yang memiliki daya dukung lingkungan rendah sehingga rawan bencana banjir antara lain, Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin dan Banjar di bagian utara, serta Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru. Wilayah-wilayah rawan bencana ini, merupakan wilayah yang dilintasi sungai-sungai besar pada sub DAS Barito. Sedangkan kondisi sungai-sungai besar ini, mengalami pendangkalan, akibat kerusakan parah pada kawasan hutan sepanjang DAS dan pegunungan Meratus yang berfungsi sebagai catchment area, sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama di kawasan Pegunungan Meratus, musibah banjir dan tanah longsor tidak bisa terelakkan lagi. Di daerah perkotaan permasalahan pengelolaan lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan meningkatnya permintaan akan ruang dan penggunaan sumber daya alam, yang pada gilirannya, mempengaruhi ketersediaan sumberdaya alam itu sendiri dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan kawasan kota yang begitu pesat tanpa dibarengi dengan penataan tata kota yang baik, menyebabkan semakin semrawutnya kota Sementara itu, permasalahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh faktor manusia adalah terkait dengan perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan aspek kelestarian dan kebersihan lingkungan, antara lain kurangnya disiplin masyarakat dan dunia usaha dalam membuang sampah, limbah industri, pendirian rumah hunian di bantaran sungai dan pendirian bangunan liar yang kurang mentaati peraturan perundang-undangan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025