PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP SATAP 4 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
JURNAL SKRIPSI Oleh: ISNAWATI E1C112056
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2017
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKTAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP SATAP 4 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Isnawati, Khairul Paridi, Syaiful Musaddat Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email :
[email protected]
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A SMP SATAP 4 Gunungsari?. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VII A SMP SATAP 4 Gunungsari. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, penugasan atau tes dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah kuantitatif pada data hasil tes berupa angka atau numerik dan kualitatif dilakukan pada data hasil non tes yakni hasil pengamatan (Observasi). Berdasarkan hasil proses pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut. Dari segi aktivitas guru, terdapat peningkatan, pada siklus 1, nilai aktivitas guru adalah 82 pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua meningkat menjadi 94. Kemudian pada pertemuan pertama siklus II nilainya 94, meningkat menjadi 100 pada pertemuan kedua siklus II. Dari segi aktivitas siswa, terjadi peningkatan yaitu pertemuan pertama siklus I nilai yang diperoleh 89, kemudian pertemuan kedua mencapai 89. Sedangkan, pertemuan pertama siklus II nilai yang diperoleh adalah 92 dan pertemuan kedua 94. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata menulis puisi pada siklus I 66,67 atau 85% siswa. Nilai rata-rata menulis puisi pada siklus II 68,32 atau 92,85%. Dengan demikian penggunaan pendekatan kontekstual dalam menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A SMP SATAP 4 Gunungsari.
Kata kunci: peningkatan, menulis, puisi, pendekatan kontekstual
2
IMPROVED ABILITY TO WRITE POETRY CONTEXTUAL APPROACH TO CLASS VII A JUNIOR SATAP LESSON 4 GUNUNGSARI YEAR 2016/2017
Isnawati, Khairul Paridi, Syaiful Musaddat Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP UNIVERSITAS MATARAM Email :
[email protected]
ABSTRACT The problem in this research is how the increase in the ability to write poetry with a contextual approach to the students of class VII A junior SATAP 4 Gunungsari?. The purpose of this study was to describe the increase in the ability to write poetry with a contextual approach for students of class VII A Junior SATAP 4 Gunungsari. This research is a classroom action research (PTK). Implementation of this study consisted of two cycles, the cycle consist of two meetings. The cycle consists of planning, implementation, observation, evaluation and reflection. The data collection is done by observation, assignment or test and documentation. The methods used to analyze the data is quantitative test result data is numeric or numeric and qualitative performed on non-test data of the observations (observation). Based on the results of the learning process obtained the following results. In terms of teacher activity, there is an increase in fisrt cycle, the value of the activities of teachers was 82 at the first meeting and the second meeting increased to 94. Then at the first meeting of the second cycle value is 94, rising to 100 in the second meeting of the second cycle. In terms of student activities, an increase which is the first meeting of the first cycle of earned value 89, then a second meeting reached 89. Meanwhile, the first meeting of the second cycle value obtained was 92 and 94. The results of the second meeting of student learning also increased. The average value of writing poetry in the first cycle 66,67, or 85% of students. The average value of writing poetry in cycle II 68.32, or 92.85%. Thus the use of contextual approach in writing poetry can improve the ability to write poetry class VII A junior SATAP 4 Gunungsari.
Keywords: improvement, writing, poetry, contextual approach
3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN Jln. Majapahit No. 62 Telepon (0370) 6283873 Fax 634918 Mataram NTB
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL Jurnal yang disusun oleh Isnawati
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP SATAP 4 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal, 24 Januari 2017
Dosen Pembimbing Skripsi I,
Dosen Pembimbing Skripsi II,
Drs. Khairul Paridi, M. Hum.
Syaiful Musaddat, M. Pd.
NIP: 196012311987031018
NIP: 197712312005011003
Mengetahui, Ketua Pengelola Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah,
Drs. Khairul Paridi, M. Hum.
4
dengan
A. PENDAHULUAN Puisi adalah salah satu jenis karya
puisi
mengarahkan
tersebut.
Guru
tidak
bagaimana
cara
untuk
sastra selain novel, cerita pendek dan
mengarang puisi yang baik. Hal tersebut
drama. Puisi merupakan kumpulan kata-
menyebabkan siswa di sekolah lebih suka
kata paling indah dari susunan yang paling
membaca cerpen, novel, atau membaca
indah (Aristoteles). Oleh karena itu, puisi
koran dari pada menikmati membaca
tersusun dari pilihan-pilihan kata yang
ataupun mengarang puisi. Sebagian besar
memiliki arti baik secara konotatif maupun
siswa atau mahasiswa biasanya membaca
denotatif.
membuat
cerita fiksi dan jarang membaca kumpulan
perasaan seseorang menjadi senang sebab
puisi, adapun alasan yang dikemukakan
mampu menyelami makna serta arti dari
para siswa dalam membaca puisi adalah
masing-masing
siswa
Membaca
puisi
kata-kata
yang
telah
tersusun dalam sebuah puisi. Oleh sebab itu,
sukar
menangkap
maksud
dan
menikmati keindahan dari puisi tersebut.
kata-kata yang
Hal
digunakan dalam membuat puisi adalah
tercantum
kata-kata terpilih yang memiliki makna,
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk KTSP
bukan sembarang kata, sehingga puisi yang
(Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan)
ditulis memiliki makna yang makna yang
yang digunakan di Sekolah SATAP 4
tersirat. Namun, faktanya siswa memiliki
Gunungsari khususnya dalam pembelajaran
kesulitan dalam menggunakan kata-kata
mengenai pembuatan puisi seperti dalam
yang memiliki makna, hal ini berkaitan
silabus yaitu Kompetensi Dasar adalah
dengan kemampuan siswa dalam menulis
Menulis Kreatif Puisi berkenaan dengan
puisi
keindahan
masih
kurang
terutama
dalam
memahami unsur intrinsik puisi.
tersebut dalam
alam
Pencapaian
Namun, pengajaran puisi di sekolah
menulis
sebagaimana silabus
pembelajaran
sedangkan
Kompetensi;
larik-larik
yang
Indikator
(a)
puisi
Mampu
yang
berisi
sering hanya menekankan pada teori-teori
keindahan alam, (b) Mampu menulis puisi
puisi dan kurang membawa peserta didik ke
dengan pilihna kata yang tepat dan rima
arah apresiasi puisi khususnya mengarang
yang menarik
puisi. Guru di sekolah dalam mengajar
Pada
menggunakan
kurikulum
adalah untuk meningkatkan potensi anak
dan
didik sesuai kebutuhan dan kepentingan
menjawab soal-soal yang ada kaitannya
anak didik itu sendiri. Dalam kurikulum
siswa
alamiah,
tujuan
yaitu
menyuruh
metode
dasarnya
membaca
puisi
1
tingkat satuan pendidikan (KTSP) sekarang
ketentuan
ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dikembangkan sebagai suatu pencapaian
peserta
mengembangkan
yakni hasil dari suatu kompetensi dasar
kreatifitas dan potensi peserta didik dalam
berkisar 0-100%. Nilai standar kriteria
belajar. Dengan kurikulum KTSP siswa
ketuntasan minimal (KKM) yang menjadi
diharapkan menguasai standar kompeteni
target pencapaian kompetensi adalah 60
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
untuk siswa kelas VII dengan kategori baik.
telah ditetapkan. Dalam hal ini dibutuhkan
Dengan demikian, siswa diharapkan untuk
tenaga pendidik yang mengarahkan siswa
senantiasa meningkat kan kualitas belajar
untuk
diawali
didik
dalam
dapat
mencapai
tujuan
yang
belajar
dengan
setiap
indikator
memperbaiki
proses
diinginkan. Guru sebagai pendidik memiliki
pembelajaran. Usaha untuk memperbaiki
otoritas
dan meningkatkan kualitas pembelajaran di
formal
dalam
menjalankan
tugasnya yaitu sebagai pendidik yang
kelas,
berlandaskan kewenangan.
melaksanakan penelitian tindakan kelas
Oleh sebab itu, guru diharapkan memiliki
keterampilan
berupaya
untuk
(PTK).
memiliki
Melihat standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar mengajar agar dapat
Kompetensi dasar (KD) dalam silabus
menjalankan tugasnya sebagai pengajar
pembelajaran
yang professional. Dalam KTSP guru dan
menuntut dalam standar kompetensi (SK)
siswa
agar
dituntut
dan
peneliti
untuk
proaktif
dalam
siswa
Bahasa
Indonesia
mampu
yang
mengungkapkan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
keindahan alam dan pengalaman melalui
dan menguasai kompetensi-kometensi yang
kegiatan menulis kreatif puisi. Sedangkan,
telah ditetapkan, sehingga semua kegiatan
Komptensi Dasar (KD) menulis kreatif
yang
puisi menuntut kemampuan siswa untuk
berkaitan
dengan
proses
pengembangan siswa dapat tercapai karena
menulis kreatif puisi
itu hendaknya guru dan siswa bekerja sama
Gunungsari masih sangat rendah. Rata-rata
dalam
di
menciptakan
kegiatan
belajar
bawah
standar
di SMP SATAP 4
Kriteria
ketuntasan
mengajar yang proaktif, kreatif dan inovatif
minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh
dan
SMP SATAP 4 Gunungsari.
menyenangkan,
kesemuanya
telah
tercantum dalam KTSP. Dalam SATAP
4
Kurikulum Gunungsari
Berdasarkan KTSP yang
hasil
observasi
yang
SMP
dilakukan dengan guru bidang studi Bahasa
menjadi
Indonesia, baik dari hasil wawancara
2
maupun melihat hasil nilai ketuntasan yang
presentase 28 %
diperoleh siswa pada mata pelajaran Bahasa
tidak tuntas berjumlah 18 siswa dengan
Indonesia dalam kemampuan menulis puisi
presentase 72 % (data terlampir). Data ini
belum mencapai kriteria ketuntasan yang
membuktikan bahwa keterampialan siswa
telah
ditetapkan
sekolah.
Kondisi
dalam menulis kreatif puisi terutama yang
karena
kesulitan
bertema keindahan alam masih rendah,
pengajar, maupun tidak fokusnya siswa
karena melalui data tersebut terlihat siswa
selama jam pelajaran berlangsung. Hal ini
belum mencapai standar kriteria ketuntasan
disebabkan oleh metode pembelajaran yang
yang telah ditetapkan oleh SMP SATAP 4
digunakan membuat siswa bosan, siswa
Gunungsari dan data ini diperoleh setelah
banyak melakukann aktivitas di luar jam
Guru
pelajaran sehingga ketika jam pelajaran
melakukan penelitian awal atau observasi
tidak memperhatikan pelajaran. Kemudian,
pada kelas VII A dengan menggunakan
dari segi sarana dan
fasilitas belajar
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
memiliki keterbatasan untuk mendukung
(Terlampir) yang sesuai dengan silabus dan
daya kreatif siswa . sedangkan dari siswa
dilaksanakan penelitian atau pretest dalam
sendiri, kebanyakan siswa tidak disiplin dan
kelas VII A pada hari Jumat tanggal 16
tidak serius dalam mengikuti pelajaran yang
September 2016 pada pukul 07.15-10.15
menyebabkan pelajaran tidak tersampaikn
wita.
demikian
di
sedangkan siswa yang
disebabkan
dengan selesai.
bidang
studi
bersama
peneliti
Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti
Akibat dari kondisi tersebut, prestasi
dan guru bidang studi Bahasa Indonesia
siswa dalam menulis kreatif puisi tidak
mencoba menerapkan metode pembelajaran
mencapai
secara
yang menyenangkan dan dapat menarik
keseluruhan yang telah ditetapkan oleh
perhatian siswa dengan cara menerapkan
SMP SATAP 4 Gunungsari. Rendahnya
pendekatan
nilai yang dicapai ditunjukkan dalam data
pendekatan yang mudah difahami dan dekat
presentase ketuntasan yang diperoleh oleh
keseharian
siswa kelas VII A pada mata pelajaran
pendekatan ini, siswa diharapkan menjadi
Bahasa Indonesia . jumlah siswa yang
lebih
tuntas pada mata pelajaran bahsa Indonesia
membuat sebuah puisi yang memiliki
dalam kemampuan menulis kreatif puisi ini
makna sejatinya sebuah puisi dan sesuai
kriteria
ketuntasan
cepat
kontekstual
siswa
itu
yaitu
sendiri.
memahami
serta
sebuah
Melalui
mampu
berjumlah 10 orang dari 28 siswa dengan
3
dengan konteks kehidupan para siswa itu
materi yang diberikan guru (inquiri), (d)
sendiri.
Memancing reaksi siswa untuk melakukan
Oleh karena itu penulis termotivasi untuk
melakukan
guna
mengembangkan rasa ingin tahu siswa
memperbaiki kemampuan siswa dalam
(Questioning). (e) Guru membentuk kelas
menulis
menjadi
kreatif
penelitian
pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk
puisi
dengan
tema
beberapa
kelompok
untuk
keindahan alam, sehigga diperoleh hasil
melakukan praktik langsung membuat puisi
dan perubahan untuk mencapai standar
di luar kelas sesuai kompetensi dasar. (f)
kriteria ketuntasan minimal yang telah
Siswa mempresentasikan hasil belajarnya
ditetapkan di SMP SATAP 4 Gunungsari.
dan guru menjadi fasilitator. (g) Guru
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dirumuskan
masalah
dan
cara
pemecahannya
sebagai
berikut
bagaimanakah
peningkatan
kemampuan
menulis
puisi
dengan
bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan. (h) Guru melakukan
evaluasi,
yaitu
menilai
kemampuan siswa yang sebenarnya.
pendekatan
Sejalan dengan rumusan masalah,
kontekstual pada siswa kelas VII A SMP
maka tujuan dari penelitian ini adalah
SATAP 4 Gunungsari?.
mendeskripsikan peningkatan kemampuan
Adapun cara pemecahan masalah yang
menulis
puisi
dengan
pendekatan
akan dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
kontekstual siswa kelas VII A SMP SATAP
langkah-langkah
4 Gunungsari.
pembelajaran
dengan
pendekatan kontekstual dan berbeda dengan pendektan hanya
sebelumnya
berupa
penugasan.
yang
ceramah,
Adapun
biasanya
catat
dan
langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan
kompetensi
dasar
B. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN a. Menulis 1. Konsep Menulis Menulis kegiatan
dapat
menuangkan
diartikan
sebagai
ide/gagasan
dengan
pembelajaran, (b) Guru mengarahkan siswa
menggunakan bahasa tulis sebagai media
untuk mengembangkan pikirannya terkait
penyampai (Tarigan, 1986:15). Menurut Djago
tentang apa itu puisi (permodelan), (c)
Tarigan menulis berarti mengekpresikan secara
Dengan bimbingan guru, siswa di ajak
tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan
untuk
dari
perasaan (Sumarno, 2009:5).
yang disajikan guru/dari
2. Kemampuan Menulis
menemukan
permasalahan
suatu
fakta
4
St. Y. Slamet (2008:72) mengemukakan kemampuan
menulis
yaitu
kemampuan
berbahasa yang bersifat produktif; artinya, kemampuan
menulis
ini
berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi. b. Puisi
merupakan
1. Definisi Puisi
kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poesis” yang berarti
Menurut Solehan, dkk (2008: 9.4)
penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan
kemampuan menulis bukanlah kemampuan
kata puisi ini adalah “poetry” yang erat dengan
yang
diperoleh
otomatis.
Solehan
poet dan poem, yaitu penciptaan dan mencipta.
kemampuan
menulis
Aminudin mengatakan, “ secara etimologi
seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan
istilah puisi berasal dari bahasa Yunani
diperoleh
“poeima”
menjelaskan
secara
bahwa
melalui
Berhubungan
tindak
dengan
pembelajaran.
cara
yang
artinya
“membuat”
atau
pemerolehan
“poesis” yang artinya ”pembuatan” dan dalam
kemampuan menulis, seseorang yang telah
bahasa Inggris disebut “poem” atau poetry.
mendapatkan pembelajaran menulis belum
Puisi diartikan “membuat” dan ”pembuatan”
tentu memiliki kompetensi menulis dengan
karena lewat puisi, pada dasarnya seorang telah
andal tanpa banyak latihan menulis.
menciptakan
3. Tujuan Menulis
menulis
tersendiri
yang
lain:
Berikutnya menurut Ahmad (Pradopo,
menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan
2012:6) mengumpulkan berbagai pendapat dari
petunjuk
untuk
berbagai penyair romantik Inggris yaitu Samuel
menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan
Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi
e) untuk merangkum, Sedangkan menurut
itu adalah kata-kata terindah dalam susunan
Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 6)
terindah sedangkan Carlyle menyatakan bahwa
tujuan menulis adalah: a) menginformasikan, b)
puisi adalah pemikiran yang musical yaitu
membujuk, c) mendidik, d) menghibur.
dimana seorang penyair memikirkan bunyi
pengarahan,
a)
tertentu, baik fisik maupun batiniah (1995:34).
untuk
atau
antara
dunia
mungkin berisi pesan atau gambaran suasana
Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan
suatu
c)
4. Tahap-tahap Menulis
yang
merdu
seperti
musik
dengan
Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan
menggunakan orchestra bunyi. Selain itu
Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri
Wordsworth menyatakan bahwa puisi adalah
dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b)
pernyataan perasaan yang imajinatif yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
5
Adapun Auden menyatakan bahwa
puisi
(sembilan)
merupakan
yang
penyimpangan
pernyataan
perasaan
aspek
penyimpangan,
leksikal,
yaitu
penyimpangan
bercampur baur sedangkan Dunton menyatakan
semantis,
bahwa puisi merupakan pemikiran manusia
penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek,
secara konkret dan artistik dalam bahasa
penggunaan register (ragam bahasa tertentu
emosional dan berirama.
oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan
44)
penyimpangan
fonologis,
2. Unsur-Unsur Puisi
historis (penggunaan kata-kata kuno), dan
Menurut Waluyo (Sukmawati, 2011:
penyimpangan grafologis (penggunaan kapital
menjelaskan
bahwa,
puisi
memiliki
beberapa unsur yang ditinjau dari (1) struktur fisik puisi dan (2) struktur batin Puisi. Adapun
hingga titik). c. Pendekatan Kontekstual 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
struktur fisik puisi dapat dijelaskan sebagai
Menurut
Suyatno
(2012:39)
berikut; Tipografi merupakan pembeda yang
menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
paling awal dapat melihat dalam membedakan
adalah
puisi dengan prosa fiksi dan drama, karena itu
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi
ia pembeda ini di mana tipografi drama, prosa
dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi
ataupun cerpen. Diksi adalah bentuk serapan
siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
dari kata diction yang oleh Hornby diartikan
terapannya
sebagai choise and use of words. Oleh Keraf
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
diksi disebut pula pilihan kata.
Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap
Diksi
atau
pilihan
kata
memiliki
peranan penting dan utama untuk mencapai
pelajaran
yang
dengan
membantu
kehidupan
guru
sehari-hari
teori behavioristik yang telah mendominasi pendidikan.
keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
Pendekatan
pengajaran
kontekstual
Untuk mencapai diksi yang baik, seorang
pembelajaran
penulis harus memahami secara lebih masalah
Teaching and Learning diperkenalkan dalam
kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan
kegiatan penelitian ini. Perlunya pemakaian
mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih
pendekatan
kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi
kenyataan bahwa sebagian besar peserta didik
yang dihadapi, dan harus mengenali dengan
belum
baik corak gaya bahasa yang sesuai dengan
mereka dipelajari di sekolah dalam kehidupan
tujuan penulisan. (Waluyo, H. J 2003:63)
sehari-hari. Oleh sebab itu, melalui pendekatan
menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9
ini diharapkan tujuan pembelajaran akan
ini
mampu
atau
dan
didasarkan
memanfaatkan
Contextual
atas
ilmu
adanya
yang
6
tercapai serta siswa dapat memaksimalkan keterampilan
yang
(Kunandar,
2007:
dimilikinya. 295)
3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Johnson
mengartikan
Thonson (La Iru dan La Ode, 2012: 71) menjelaskan
bahwa
tujuan
pembelajaran
pembelajaran kontekstual adalah suatu proses
kontekstual yaitu menolong para siswa melihat
pendidikan yang bertujuan membantu siswa
makna yang ada di dalam materi akademik
melihat makna dalam materi pelajaran yang
yang mereka pelajari. Ada delapan komponen
mereka
untuk mencapai tujuan tersebut, yakni : (1)
pelajari
dengan
cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan
membuat
mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks
bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang
lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
berarti, (3) melakukan pembelajaran yang
Selanjutnya, Hull’s dan Sounders (Kokom
diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama, (5)
Komalasari, 2013: 6) mengemukakan bahwa
berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu
dalam
individu untuk tumbuh dan berkembang, (7)
pembelajaran
kontekstual,
siswa
keterkaitan-keterkaitan
menemukan hubungan penuh makna antara ide-
mencapai
ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam
menggunakan
konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi
Khilmiyah, dkk. (2005) menyatakan bahwa
konsep melalui penemuan, penguatan, dan
tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk
keterkaitan.
membekali siswa berupa pengetahuan dan
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Inforrmasi dengan dengan pengetahuan
standar
yang
tinggi,
penilaian
yang
yang
dan
(8)
autentik.
keterampilan yang lebih nyata karena inti dari pembelajaran
kontekstual
adalah
untuk
awal siswa. Kelima, penilaian autentik melalui
mendekatkan hal-hal yang lebih teoretis ke
aplikasi praktis atau pemecahan masalah nyata.
praktis, sehingga dalam pelaksaannya teori
Begitupun, Johnson (Kokom Komalasari, 2013:
yang dipelajari diaplikasikan dalam dunia
7)
nyata.
mengemukakan
pembelajaran
lima
kontekstual,
karakteristik yaitu
sebagai
berikut. Pertama, siswa membuat hubungan penuh
makna.
Kedua,
pekerjaan
penting.
mengatur
sendiri.
siswa
Ketiga,
melakukan
4. Asas-asas Pembelajaran Kontekstual CTL pembelajaran
sebagai memiliki
suatu
pendekatan
asas-asas.
Wina
siswa
belajar
Sanjaya (2011: 264) menjelaskan bahwa CTL
siswa
bekerja
memiliki tujuh asas sebagai berikut. (a)
samadalam kelompok. Keempat, siswa berpikir
Konstruktivisme adalah proses membangun
kritis dan kreatif. Kelima, siswa memelihara
atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur
keindividuannya.
kognitif siswa berdasarkan pengalaman pribadi
Ketiga,
7
atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
sebelumnya.(b)
proses
teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya
pembelajarannya didasarkan pada pencarian
verbalisme. (f) Refleksi (Reflection) adalah
dan penemuan melalui proses berpikir secara
proses pengendapan pengalaman yang telah
sistematis.
dipelajari
Inkuiri
Melalui
artinya
proses
itulah
siswa
dan
dilakukan
dengan
cara
diharapkan dapat berkembang secara utuh baik
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
intelektual,
maupun
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
pribadinya. (c) Bertanya (Questioning) yaitu
Setiap akhir proses pembelajaran CTL, guru
belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan
selalu
menjawab pertanyaan. Bertanya merupakan
merenung atau mengingat kembali apa saja
refleksi dari keingintahuan siswa. Dalam proses
yang telah dipelajarinya. Siswa dibiarkan
pembelajaran CTL, guru tidak menyampaikan
menafsirkan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing
sendiri, sehingga siswa dapat menyimpulkan
agar siswa dapat menemukannya sendiri. Peran
tentang pengalaman belajarnya. (f) Penilaian
bertanya merupakan hal penting, sebab melalui
Nyata
pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing
keberhasilan
dan mengarahkan siswa untuk menemukan
ditentukan oleh perkembangan semua aspek
setiap materi yang dipelajarinya.(d) Masyarakat
yang
Belajar
adalah
keberhasilan didapat dari hasil tes dan proses
penerapan masyarakat belajar dalam CTL dapat
belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
adalah proses yang dilakukan guru untuk
melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
mengumpulkan
kelompok-kelompok yang anggota bersifat
perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
heterogen. (e) Pemodelan (Modeling) adalah
Penilaian ini dilakukan secara terintegrasi
asas pemodelan adalah proses pembelajaran
dengan proses pembelajaran dan secara terus
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh
menerus
yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses
berlangsung.
mental,
(Learning
emosional,
Community)
pemodelan tidak terbatas dari guru saja, tetapi
memberikan
secara
kesempatan
bebas
(Authentic
pengalamannya
Assessment)
pembelajaran
dimiliki
oleh
5. Kelebihan
juga guru dapat memanfaatkan siswa yang
Kontekstual
dianggap memiliki kemampuan. Modeling
Setiap
adalah
dalam
siswa.
informasi
selama
untuk
CTL
Penilaian
tentang
kegiatan
pembelajaran
Pendekatan
Pembelajaran
pembelajaran
pasti
memiliki
merupakan asas yang cukup penting dalam
kelebihan, termasuk pembelajaran kontekstual.
pembelajaran CTL, karena melalui modeling
Wina Sanjaya (2011: 253) memaparkan bahwa
8
pembelajaran
kontekstual
menjadi
lebih
dengan tujuan dan isi atau materi pembelajaran.
bermakna dan riil, lebih produktif dan mampu
Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa,
pencapaian
kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan
ditetapkan.
satu
tujuan
pengajaran
yang
sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
Penerapan pendekatan yang tepat dalam
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
hasil temuan mereka di lapangan, materi
dalam membuat puisi akan membantu siswa
pembelajaran
dalam
dapat
menciptakan
suasana
memahami
pelajaran.
Dengan
pembelajaran yang bermakna, dan penerapan
pendekatan kontekstual siswa dapat menyusun
pembelajaran kontekstual dapat menciptakan
puisi yang memiliki makna serta sesuai dengan
suasana pembelajaran yang bermakna. Ditjen
kaidah puisi, hal ini disebabkan sebelumnya
Dikdasmen (Kokom Komalasari, 2013: 18)
mealui proses pembelajaran sebelumnya.
menyatakan ada tujuh kelebihan pembelajaran kontekstual,
diantaranya
sebagai
berikut.
Pembelajaran Bahasa Indonesia, jika dibandingkan tanpa menggunakan metode dan
Pertama, siswa secara aktif terlibat dalam
pendekatan
proses pembelajaran. Kedua, pembelajaran
menyebabkan kesulitan pada siswa dalam
dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau
memahami isi pelajaran, minat belajar yang
masalah
Ketiga,
berkurang serta rasa bosan serta jenuh. Hal ini
dasar
disebabkan guru hanya menggunakan metode
pemahaman. Keempat, siswa belajar dari teman
ceramah dan memberi contoh-contoh abstrak
melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling
atau tidak nyata.
yang
keterampilan
disimulasikan.
dikembangkan
atas
mengoreksi. Kelima, bahasa yang diajarkan
yang
sama
maka
akan
e. Hipotesis Tindakan
dengan bahasa yang komunikatif. Keenam,
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti
siswa diminta bertanggungjawab memonitoring
dapat mengajukan hipotesis tindakan sebagai
dan mengembangkan pembelajaran mereka
berikut: jika penerapan pendekatan kontekstual
masing-masing. Ketujuh, hasil belajar diukur
pada
dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil
diterapkan, secara optimal kemampuan menulis
karya, penampilan, rekaman, tes, dll.
pada siswa kelas VII A SMP SATAP 4
d. Kerangka Berfikir
pembelajaran
menulis
kreatif
puisi
Gunungsari tahun pelajaran 2016/2017 akan
Proses pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan
metode
dan
pembelajaran.
Penggunaanya
pendekatan
meningkat. C. RANCANGAN PENELITIAN
diintegrasikan
9
Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
dilaksanakan di kelas VII A SMP SATAP 4
kontekstual. Di samping itu juga hasil belajar siswa, yakni hasil belajar menulis puisi.
Gunungsari yang beralamat di Desa Mekarsari
Variabel harapan penelitian ini adalah
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok
peningkatan kemampuan menulis puisi. Dalam
Barat, Nusa Tenggara Barat.
hal
ini,
peningkatan
kemampuan
yang
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa
dimaksud adalah siswa mampu membuat puisi
kelas VII A semester ganjil tahun pelajaran
dengan diksi atau pilihan kata yang baik, gaya
2016/ 2017 dengan materi pokok “menulis
bahasa (majas) yang tepat serta
kreatif puisi berkenaan dengan keindahan
amanat.
alam”. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan November 2016.
Variabel dalam
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
tindakan
penelitian
kontekstual.
ini
Dalam
adalah penelitian
pendekatan ini,
yang
dimaksud
berjumlah 28 siswa, yaitu 15 siswa putra dan
adalah siswa dibawa ke dalam suasana belajar
13 siswa putri. Khusus mengenai kemampuan
sesuai konteks, dimana para siswa menemukan
menulis puisi dengan tema keindahan alam.
menyusun dan merekonstruksi pengetahuan
berperan
sebagai
guru
kelas,
sedangkan
yang
diperoleh
menciptakan
pendekatan
digunakan
VII A di SMP SATAP 4 Gunungsari yang
Dalam penelitian ini peneliti akan
dengan
yang
memiliki
sendiri
kontekstual
(inquiri)
dengan
belajar
dalam
masyarakat
pengamatan akan dilakukan oleh rekan peneliti
kelompok-kelompok diskusi yang di dalamnya
sesama guru namun di kelas yang berbeda yaitu
terdapat proses bertanya dan setelah itu ada
Nurul Istikomah, S. Pd.
proses refleksi yang dilakukan oleh siswa untuk
Adapun faktor yang diteliti adalah
menafsirkan
pengalaman
belajarnya
serta
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
penilaian nyata hasil belajar yang diperoleh dan
guru. Dalam hal ini pelaksanaan pembelajaran
terintegrasi
menulis kreatif puisi dengan tema keindahan
berlangsung.
alam.
selama
proses
pembelajaran
Rancangan penelitian PTK yang dipilih Faktor yang diteliti adalah aktivitas
adalah model Kemmis dan Mc Taggart dengan
pembelajaran yang dilakukan siswa. Dalam hal
siklus yang dilakukan secara berulang dan
ini
dengan
berkelanjutan (siklus spiral), yaitu proses
pembelajaran menulis kreatif puisi dengan tema
pembelajaran yang semakin lama semakin
keindahan
meningkat pencapaian hasilnya (Suharsimi
aktivitas
yang
alam
berkaitan
dengan
pendekatan
Arikunto: 2002: 86). Pemilihan ini didasarkan
10
pada alasan model PTK ini banyak digunakan
bahan untuk refleksi. Dan terakhir adalah refleksi
oleh
pembelajran berupa: (1) analisis tentang tindakan
para
guru.
Adapun
alurnya
dapat
digambarkan sebagai berikut:
yang
Plan (Perencanaan) I
menjelaskan
Act & Observe (Tindakan
pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan, (3)
& observasi) I
melakukan intervensi, pemaknaan dan penyimpulan
Reflect (Refleksi) I
data
telah
yang
dilakukan,
(2)
perbedaan
diperoleh,
mengulas
rencana
dan
(4)
dan
dengan
melakukan
Revised Plan (Rencana
reperencanaan (perencanaan ulang) berdasarkan
Perbaikan) Act & Observe (Tindakan
hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan pada
& observasi) I
siklus sebelumnya (jika diperlukan). Metode pengumpulan data dalam penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian
ini adalah observasi, wawancara, tes
dan
ini adalah sebagai berikut: membuat perencanan
dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpulan
Perencanaan Tindakanberupa (a) mempersiapkan
data yang digunakan, yaitu melalui pengamatan
RPP, (b) menyusun instrument penilaian, (c) menyusun lembar observasi guru, (d) menyusun lembar observasi siswa, (e) menyusun instrument hasil
penilaian.
Kemudian
melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya lagi adalah, Observasi dan
terlibat (partisipant observation), tes atau pemberian tugas dan dokumentasi. Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah instrumen tes, observasi, dan dokumentasi.
Evaluasi dan dilaksanakan bersamaan dengan tahap
Analisis data dalam penelitian ini
pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
peneliti dan salah seorang guru anggota. Dalam
Analisis data secara kuantitatif dilakukan pada
tahap ini peran peneliti dan guru anggota adalah:
data hasil tes yang berupa angka atau numerik,
(1)
sedangkan
mendampingi
guru
serta
memberikan
pengarahan, motivasi dan stimulus kepada guru agar dapat melaksanakan perannya berdasarkana rencana, (2) melakukan pemantauan komprehensif terhadap
pelaksanaan
tindakan
analisis
data
secara
kualitatif
dilakukan pada data hasil nontes yakni hasil dari pengamatan (observasi), dan dokumentasi. Rumus untuk menghitung Nilai:
dengan
menggunakan instrument pengumpulan data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empirik
Nilai Siswa =
total skor Skor maksimal
x 100
pelaksanaan tindakan pembelajaran, kendala yang
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila
dihadapi, serta peluang yang berkaitan dengan
memperoleh nilai 60 sesuai dengan KKM SMP
penggunaan
SATAP 4 Gunungsari. Ketuntasan belajar
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran menulis puisi. Data tersebut dijadikan
11
secara klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Pengambilan data prasiklus di Kelas VII A SMP SATAP 4 Gunungsari dilakukan pada tanggal 17 November 2016, sesuai
Ketuntasan Klasikal = n (Tuntas) x 100 % n (sn)
dengan jadwal yang sudah ada. Siswa kelas
Keterangan :
VII A. yang mengikuti pembelajaran pada
Σn
= Jumlah siswa tuntas
hari itu berjumlah 25 anak, yaitu 13 siswa
n
= Banyaknya siswa
putri dan 12 siswa putra serta 3 orang tidak
Sn
= Seluruh siswa
mengikuti pelajaran. Pembelajaran pada waktu itu, guru meminta siswa untuk membuat puisi
Indikator ketuntasan belajar siswa secara
dengan keindahan alam. Pembelajaran pada
klasikal apabila 85% dari seluruh jumlah siswa
waktu itu belum menggunakan pendekatan
dinyatakan tuntas belajar.
kontekstual.
Setiap tindakan yang telah dirancang memiliki
acuan
keberhasilan
untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Hasil observasi guru dan siswa menunjukkan adanya peningkatan interaksi dan keterlibatan siswa dalam proses berlajar dan pembelajaran dengan
prosentase masing-masing mencapai
85%.
Setelah melihat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII A, ternyata memang benar jika keterampilan menulis puisi siswa masih rendah. Pada saat peneliti meminta siswa untuk menulis puisi, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM atau < 60. Siswa yang masih belum tuntas sebanyak 14. Itu artinya bahwa siswa yang
Indikator hasil belajar siswa jika nilai rata-rata kelas mencapai nilai 60 dan nilai tersebut telah dicapai oleh sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa. Pernyataan tersebut sesuai dengan pedoman kriteria keberhasilan yang digunakan dalam pembelajaan Bahasa Indonesia di kelas VII A SMP SATAP 4
tuntas baru mencapai 50% atau baru 14 siswa. Berdasarkan hasil menulis siswa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam pemilihan kata atau diksi serta gaya bahasa yang indah karena puisi yang dihasilkan kebanyakan menggunakan bahasa-bahasa sederhana yang cenderung menghasilkan puisi propan (biasa).
Gunungsari Kecamatan Gunugsari kabupaten Siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 baru
Lombok Barat, Tahun Ajaran 2016/2017. D. HASIL
PENELITIAN
DAN
ada 14 siswa dari 28 siswa atau baru 50%
PEMBAHASAN
siswa yang tuntas dan rata-rata nilai menulis
a. Deskripsi Data Prasiklus
puisi siswa yang belum mencapai ≥ 60 atau
12
baru
mencapai
dengan
54,64. Oleh
melihat
dinyatakan
data
bahwa
karena
tersebut
rata-rata
itu, dapat
kemampuan
puisi.
Kemudian
memberikan
permodelan
dengan membaca sebuah puisi yang berjudul: “Serenade Pagi:
Dusun Nenekku dalam
menulis puisi siswa kelas VII A SMP SATAP 4
kerinduan”
Yant
belum tuntas.
diminta
yang
oleh
menanggapi
b. Deskripsi Data Siklus I Hal-hal
karya
guru
Mujiyanto.
untuk
Siswa
bertanya
atau
(Questioning), kemudian
guru
memberikan contoh puisi yang sama dengan
direncanakan
untuk
yang
disampaikan
untuk
mengamati
dan
pertemuan pertama dan kedua pada siklus I
menemukan sendiri (Inquiry). Guru selanjutnya
secara umum hampir sama.
menyampaikan materi tentang pengertian puisi
perencanaan
tindakan
Pada tahap
sesuai
dengan
bimbingan dosen pembimbing skripsi dibuatlah
bebas, unsur-unsur dalam puisi serta langkah dalam membuat puisi.
RPP. RPP siklus I tersaji pada lampiran 3. Sebelum melaksanakan tindakan, RPP terlebih dahulu dikonsultasikan kepada guru kelas VII A. RPP yang dibuat disesuaikan dengan materi
yang terdapat
pada silabus yaitu
menulis kreatif puisi dengan tema keindahan alam.
Pada mengingatkan
pertemuan kembali
kedua, tentang
guru materi
sebelumnya kemudian guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing membuat puisi di luar kelas sehingga suasana yang dirasakan siswa berbeda dari sebelumnya dalam mengarang puisi yang berkaitan dengan
Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari
tema
“Keindahan
Alam”.
Siswa
sesuai
2 pertemuan., yakni pada tanggal 19 dan
kelompok kemudian menyebar di luar area
22 November. Masing-masing pertemuan
sekolah seperti ke sungai, sawah dan kebun
berlangsung kurang lebih selama 80 menit (2 x
yang
40 menit) atau 2 jam pelajaran, sehingga
pengawasan dari guru sambil guru juga
pembelajaran pada siklus I membutuhkan
melakukan penilaian terhadap aktifitas siswa
waktu kurang lebih 160 menit. Materi-materi
yang sedang belajar menulis puisi secara
yang
puisi,
individu dalam sebuah kelompok (Masyarakat
dan
Belajar). Pada akhirnya, guru memberikan
diajarkan
pengertian
puisi,
berkaitan
dengan
unsur-unsur
puisi
struktur puisi. Pada
berada
di
areal
sekolah
dengan
evaluasi yaitu siswa diminta untuk menulis pertemuan
pertama,
peneliti
memancing pengetahuan siswa tentang apa itu
puisi
bebas
secara
individu.
Pertemuan
pertama siklus I ini diikuti oleh 28 orang siswa.
13
Guru mata pelajaran bertugas sebagai pengamat dan peneliti bertugas sebagai guru.
siswa dalam belajar menulis puisi adalah 89.
Pada siklus ini diketahui bahwa rencana kegiatan
belajar
terlaksana
menulis
sepenuhnya.
puisi
Hal
hampir
yang
belum
terlaksana disebabkan sedikitnya waktu dan guru yang belum bisa mengelola waktu secara maksimal. Jumlah indikator
aktivitas guru
pada pertemuan pertama adalah 17 dan guru hanya dapat melaksanakan 14 indikator. 14 indikator
tersebut
adalah
Pada pertemuan pertama, nilai aktivitas
menyampaikan
Nilai ini didapatkan dari perolehan skor indikator yang dilaksanakan. Setiap indikator yang terlaksana dengan semua siswa memiliki skor 4. Setiap indikator yang terlaksana dengan sebagian besar siswa memiliki skor 3. Setiap indikator yang terlaksana dengan beberapa siswa memiliki skor 1. Setiap indikator yang terlaksana dengan tidak ada siswa memiliki skor 0.
indikator dan tujuan pembelajaran, menggali
Pada
pertemuan
pertama
jumlah
pengetahuan prasyarat siswa atau apersepsi,
indikator yang terlaksana dengan semua siswa
guru memberikan materi pelajaran tentang
adalah sembilan indikator. Sembilan indikator
materi
siswa
tersebut adalah siswa menjawab salam guru,
berdasarkan
siswa menanggapi absen kehadiran, siswa
lembar puisi yang telah diberikan, guru
memperhatikan permodelan yang dilakukan
meminta
siswa
oleh
masalah
tersebut
puisi,
mendiskusikan
guru tentang
meminta puisi
berdiskusi dalam
memecahkan
kelompok,
guru
guru,
siswa
memperhatikan
guru
menyampaikan materi tentang puisi, guru dan
memberi bantuan kepada kelompok tanpa
siswa
memberitahukan
mendengarkan kesimpulan belajar hari itu,
jawaban
langsung,
guru
merefleksikan
siswa
sebagai moderator dan fasilitator, memberikan
pelajaran pada pertemuan selanjutnya, siswa
kesempatan
aktif dalam diskusi kelompok, siswa menjawab
mengemukakan
pendapatnya, memberikan kesempatan dan dorongan siswa bertanya, memotivasi siswa kurang aktif, guru dan siswa menyimpulkan hasil pelajaran, guru mengapresiasi siswa, guru memberitahukan pertemuan pembelajaran.
tentang
selanjutnya,
kegiatan guru
pada
menutup
rencana
siswa
memantau jalannya diskusi dan bertindak
siswa
mendengarkan
pelajaran,
kegiatan
salam penutup guru. Jumlah Indikator yang terlaksana dengan sebagian besar siswa adalah siswa menulis indikator dan tujuan pelajaran yang dijelaskan guru, siswa memperhatikan presentasi siswa lain, siswa aktif, berani dalam kelompok yang dibuat guru secara acak, siswa mengerjakan
14
tugas
yang
diberikan
dalam
kelompok.
indikator yaitu siswa antusias membuat puisi di
Sedangkan, jumlah indikator yang terlaksana
dalam
dengan sebagian kecil siswa hanya satu
sekolah).
indikator yaitu siswa antusias membuat puisi di dalam
luar
ruangan
(lingkungan
sekitar
sekolah).
luar
ruangan
Tahap
(lingkungan
evaluasi
terhadap
sekitar
proses
pembelajaran ini dilakukan di setiap akhir pertemuan
kedua
guna
mengukur
hasil
Pada petemuan kedua, nilai aktivitas
kemampuan siswa dalam menulis puisi sesuai
siswa masih sama dengan pertemuan pertama
dengan pendekatan kontekstual serta hasil yang
yaitu 89%. Jumlah indikator yang terlaksana
diperoleh sesuai instrument penilaian hasil yang
pertama
telah disusun pada saat pembuatan Rencana
jumlah indikator yang terlaksana
dengan semua siswa adalah sembilan indikator.
Pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Sembilan indikator tersebut adalah siswa menjawab salam guru, siswa menanggapi absen kehadiran, siswa memperhatikan permodelan yang
dilakukan
oleh
guru,
siswa
memperhatikan guru menyampaikan materi tentang puisi, guru dan siswa merefleksikan pelajaran, siswa mendengarkan kesimpulan belajar hari itu, siswa mendengarkan rencana kegiatan pelajaran pada pertemuan selanjutnya, siswa aktif dalam diskusi kelompok, siswa menjawab salam penutup guru.
Pada tahap refleksi, hasil menulis puisi siswa pada siklus I diperoleh hasil bahwa aspek amanat, dan gaya bahasa memperoleh jumlah skor lebih rendah dibandingkan aspek lainnya. Berdasarkan hasil tersebut disepakati bahwa
ada
tindakan
lanjutan
untuk
perbaikan pada kedua aspek tersebut pada siklus selanjutnya. Hasil kesepakatan tersebut yaitu memahamkan kembali unsur-unsur yang ada dalam puisi, terutama amanat dan gaya bahasa karena kedua unsur tersebut yang
Jumlah Indikator yang terlaksana dengan
masih belum dipahami oleh siswa. Sumber
sebagian besar siswa adalah siswa menulis
belajar yang digunakan oleh guru ditambah
indikator dan tujuan pelajaran yang dijelaskan
tidak hanya dari buku melainkan juga dari
guru, siswa memperhatikan presentasi siswa
internet, sehingga pengetahuan yang didapat
lain, siswa aktif, berani dalam kelompok yang
oleh siswa tidak hanya bersumber dari buku.
dibuat guru secara acak, siswa mengerjakan tugas
yang
diberikan
dalam
kelompok.
Sedangkan, jumlah indikator yang terlaksana dengan sebagian kecil siswa hanya satu
Dalam
pertemuan
di
siklus
II,
ditekankan pada aspek amanat, dan gaya bahasa pada puisi bebas. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan
15
dalam menyampaikan amanat dan gaya bahasa.
pendekatan kontekstual adalah 94 dan pada
Oleh karena hasil siklus I yang belum
pertemuan kedua, meningkat lagi menjadi 100.
maksimal, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II.
II ini hampir sama dengan tahap perencanaan tindakan pada siklus I. Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, dibuat RPP terlebih dahulu kurikulum
yang
digunakan
adalah
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Hal-hal yang direncanakan untuk pertemuan pertama dan kedua pada siklus II secara hampir
pada
pertemuan
adalah 16 indikator adalah menyampaikan
Pada tahap perencanaan tindakan siklus
umum
indikator
pertama yaitu 17 indikator dan yang terlaksana
c. Deskripsi Data Siklus II
dan
Jumlah
sama.
RPP
yang
dibuat
disesuaikan dengan materi yang terdapat pada silabus yaitu menulis kreatif puisi dengan tema keindahan alam.
indikator dan tujuan pembelajaran, menggali pengetahuan prasyarat siswa atau apersepsi, menggali pengetahuan prasyarat siswa atau apersepsi,
guru
membagi
kelas
menjadi
beberapa kelompok secara acak dan Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan materi pelajaran tentang materi
puisi,
mendiskusikan
guru tentang
meminta puisi
siswa
berdasarkan
lembar puisi yang telah diberikan, guru meminta
siswa
masalah
tersebut
berdiskusi dalam
memecahkan
kelompok,
guru
memberi bantuan kepada kelompok tanpa Namun, hasil yang dierolah dalam pelaksaan
siklus
II
ini
dilihat
memberitahukan
jawaban
langsung,
guru
pada
memantau jalannya diskusi dan bertindak
tahapan observasi dan refleksi seperti
sebagai moderator dan fasilitator, memberikan
sebagai
berikut:
kesempatan
dilakukan
untuk
kegiatan
mengemukakan
pendapatnya, memberikan kesempatan dan
diperlukan dengan cara mengamati sekelompok
dorongan siswa bertanya, guru dan siswa
orang. Dalam penelitian ini, guru dan murid
menyimpulkan
menjadi
proses
mengapresiasi siswa, guru memberitahukan
pembelajaran menulis puisi. Berikut tabel hasil
tentang kegiatan pada pertemuan selanjutnya,
observasi aktivitas guru dan siswa dalam
guru menutup pembelajaran. Adapun indikator
belajar menulis puisi pada siswa kelas VII A.
yang tidak terlaksana pada pertemuan kedua
pengamatan
data
siswa
yang
objek
mendapat
observasi
pada
Pada pertemuan pertama nilai aktivitas guru dalam belajar menulis puisi dengan
hasil
pelajaran,
guru
adalah guru tidak memotivasi siswa kurang aktif.
16
Pada pertemuan kedua, nilai aktivitas
pertemuan pertama, nilai aktivitas siswa dalam
meningkat
ini
belajar menulis puisi adalah 92%. Nilai ini
semua
didapatkan dari perolehan skor indikator yang
indikator dalam pembelajaran menulis puisi
dilaksanakan. Setiap indikator yang terlaksana
dengan pendekatan kontekstual. Adapun 17
dengan semua siswa memiliki skor 4. Setiap
indikator
menyampaikan
indikator yang terlaksana dengan sebagian
indikator dan tujuan pembelajaran, menggali
besar siswa memiliki skor 3. Setiap indikator
pengetahuan prasyarat siswa atau apersepsi,
yang
menggali pengetahuan prasyarat siswa atau
memiliki
apersepsi,
terlaksana dengan tidak ada siswa memiliki
guru
dikarenakan
menjadi
guru
Hal
melaksanakan
tersebut
guru
100.
adalah
membagi
kelas
menjadi
beberapa kelompok secara acak dan Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan materi pelajaran tentang materi
puisi,
mendiskusikan
guru tentang
meminta puisi
siswa
berdasarkan
lembar puisi yang telah diberikan, guru meminta
siswa
masalah
tersebut
berdiskusi dalam
memecahkan
kelompok,
guru
memberi bantuan kepada kelompok tanpa memberitahukan
jawaban
langsung,
guru
memantau jalannya diskusi dan bertindak sebagai
moderator
dan
fasilitator,
guru
memotivasi siswa kurang aktif, memberikan kesempatan
siswa
mengemukakan
pendapatnya, memberikan kesempatan dan dorongan siswa bertanya, guru dan siswa menyimpulkan
hasil
pelajaran,
guru
mengapresiasi siswa, guru memberitahukan tentang kegiatan pada pertemuan selanjutnya, guru menutup pembelajaran.
terlaksana skor
dengan 1.
beberapa
Setiap
indikator
siswa yang
skor 0. Pada
pertemuan
pertama
jumlah
indikator yang terlaksana dengan semua siswa adalah sebelas indikator. Sebelas indikator tersebut adalah siswa menjawab salam guru, siswa menanggapi absen kehadiran, siswa memperhatikan permodelan yang dilakukan oleh guru, siswa menulis indikator dan tujuan pelajaran
yang
dijelaskan
guru,
siswa
memperhatikan presentasi siswa lain, siswa memperhatikan guru menyampaikan materi tentang puisi, guru dan siswa merefleksikan pelajaran, siswa mendengarkan kesimpulan belajar hari itu, siswa mendengarkan rencana kegiatan pelajaran pada pertemuan selanjutnya, siswa aktif dalam diskusi kelompok, siswa menjawab salam penutup guru. Jumlah Indikator yang terlaksana dengan sebagian besar siswa adalah siswa aktif, berani dalam kelompok yang dibuat guru secara acak,
Nilai aktivitas siswa saat belajar menulis puisi dapat dikatakan sangat baik. Pada
siswa mengerjakan tugas yang diberikan dalam
17
kelompok. Sedangkan, jumlah indikator yang
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
terlaksana dengan sebagian kecil siswa hanya
26 orang dinyatakan tuntas yaitu Abdul Hamid,
satu indikator yaitu siswa antusias membuat
Ahmad Mustiadi, Anwar Haris, Harniwati,
puisi di dalam luar ruangan (lingkungan sekitar
Hatniwati,
sekolah).
Fitriani, M. Saepul Madani, Maulida Sofiani,
Pada pertemuan kedua, nilai aktivitas siswa semakin baik yakni 94%. Jumlah indikator
yang
terlaksana
adalah
sebelas
indikator tersebut adalah siswa menjawab salam
guru,
siswa
menanggapi
absen
kehadiran, siswa menulis indikator dan tujuan pelajaran
yang
dijelaskan
guru,
siswa
memperhatikan permodelan yang dilakukan oleh
guru,
siswa
memperhatikan
guru
menyampaikan materi tentang puisi, siswa antusias membuat puisi di dalam luar ruangan (lingkungan sekitar sekolah).guru dan siswa merefleksikan pelajaran, siswa mendengarkan kesimpulan
belajar
hari
itu,
siswa
mendengarkan rencana kegiatan pelajaran pada pertemuan selanjutnya, siswa aktif dalam diskusi kelompok, siswa menjawab salam penutup guru.
besar
Khairil
Anwar,
Liya
Mardin, Mariyam, Miriani, Mizwar Rehandi, Raodatul Jannah, Rodi Yarhanna, Saedoni, Sapnah, Sare’ah, , Suhardi, Suhardi B, Suharni, Yuniah, Helmi Fatmi, Marni Fitriani, Suhaeri dan 2 orang dinyatakan belum tuntas yaitu Rabani dan Setiawan. Siswa dinyatakn tuntas apabila telah memenuhi ketuntasan minimal yaitu, 60 dan telah dicapai oleh 85% siswa sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam pelaksanaan kegiatan menulis puisi dengan pendekatan kontekstual pada siklus II ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang dialami oleh peneliti yaitu dengan pendekatan kontekstual siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam belajar, kehidupan belajar dalam kelas lebih hidup sebab siswa lebih bebas dalam mengemukakan pedapat dalam kelompok atau terciptanya masyarakat belajar yang dinamis, puisi-puisi
Jumlah Indikator yang terlaksana dengan sebagian
Junaidi,
siswa
adalah,
yang dihasilkan siswa dengan pendekatan
siswa
kontekstual menjadi lebih berbobot dengan
memperhatikan presentasi siswa lain, siswa
struktur yang baik, pilihan kata yang benar
aktif, berani dalam kelompok yang dibuat guru
serta gaya bahasa yang sesuai serta amanat
secara acak, siswa mengerjakan tugas yang
yang ditulis dalam puisi bisaa tersampaikan
diberikan dalam kelompok.
kepada pembaca. Sementara
itu,
kekurangan
yang
dirasakan adalah penggunaan waktu. Alokasi
18
waktu yang diperhitungkan sering kali tidak
Namun, pada siklus II pertemuan
sesuai dengan perencanaan, selain itu karena
pertama
telah
pelajaran dilakukan di luar kelas yaitu di
dilaksanakannya sebelas indikator oleh semua
lingkungan sekitar sekolah membuat siswa
siswa dari empat belas indikator, dua indikator
agak sulit untuk dikendalikan pergerakannya
oleh sebagian besar siswa dan satu indikator
atau siswa menjadi terlalu aktiv bergerak.
sebagian
kecil
terjadi
siswa,
peningkatan
sedangkan
yakni
pada
pertemuan kedua siklus II indikator yang
d. Pembahasan 1) Peningkatan Aktivitas Guru
terlaksana adalah sebelas indikator juga oleh
Nilai pada aktivitas guru pada pertama
semua siswa dan sisanya tiga indikator
siklus I adalah 84 kemudian meningkat menjadi
sebagian besar siswa.
94 pada pertemuan kedua siklus I. telah terjadi peningkatan
sebanyak
siswa
pada
pertemuan
angka.
pertama dan kedua di siklus I memiliki nilai
Begitupun pada siklus II jika pada pertemuan
yang sama yaitu 89. Pada pertemuan pertama
pertama nilai 94 meningkat menjadi 100 di
siklus II nilai aktivitas siswa mencapai 92, dan
pertemuan
nilai
kedua
sepuluh
Aktivitas
siklus
II.
Hal
ini
tersebut
semakin
memingkat
pada
membuktikan bahwa pelajaran menulis puisi
pertemuan kedua siklus II menjadi 94. Hal ini
dengan
dapat
membuktikan menulis puisi dengan pendekatan
meningkatkan aktivitas guru dalam pelajaran
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
menulis puisi di sekolah.
menulis puisi .
pendekatan
kontekstual
Dalam penelitian ini terdapat beberpaa
Penelitian
tindakan
kelas
ini
peningkatan aktivitas siswa saat kegiatan
dilaksanakan oleh peneliti selama dua siklus.
belajar menulis puisi dengan pendekatan
Siklus II dilaksanakan untuk menguatkan
kontekstual. Adanya peningkatan pada aktivitas
kembali hasil siklus I yang telah menujukkan
siswa dalam beajar menulis puisi dengan
peningkatan dan membuktikan bahwa dengan
pendekatan
pertemuan
pendekatan kontekstual mampu meningkatkan
pertama siklus pertama terdapat sembilan
kemampuan menulis puisi siswa. Hal tersebut
indikator yang terlaksana oleh semua siswa,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
kontekstual.
Pada
dan empat indikator oleh sebagian besar siswa
Nilai tertinggi pada siklus I adalah 93 di
serta satu indikator yang dilaksanakan oleh
raih oleh satu orang . nilai tersebut pada siklus
sebagian kecil siswa dan hasil ini sama pada
II tetap 93 namun diraih oleh dua orang.
siklus I pertemuan kedua.
Peningkatan juga terjadi pada nilai terendah, jika sbelumnya nilai terendah adalah 27 pada
19
siklus I namun meningkat menjadi 40 pada
masyarakat. Dalam menulis puisi dengan
siklus II. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus
pendekatan
I adalah 24 orang, meningkat menjadi 26 orang
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh
pada siklus II.
di dalam kelas dengan pengetahuan nyata
Selain itu juga, nilai rata-rata pada siklus I 66, 67 meningkat menjadi 68,32 pada
kontekstual
para
siswa
akan
berupa pandangan tentang alam sekitar akan lebih nampak dalam puisi yang dihasilkan.
siklus II. Persentase ketuntasan pada siklus I
Hal ini, semakin diperkuat pula oleh
85% meningkat menjadi 92% pada siklus II.
pernyataan Hull’s dan Sounders (Komalasari,
Hal ini membuktikan dan menguatkan bahwa
2013:6)
belajar menulis puisi dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual, siswa menemukan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak
siswa menulis puisi.
dengan penerapan praktis di dalam konteks
Persentase
ketuntasan
hasil
mengemukakan
bahwa
dalam
belajar
dunia nyata. Saat membuat puisi yang berada
siswa pada siklus I mencapai 85% atau sudah
dalam ranah abstrak atau pikiran siswa, maka
sesuai dengan tujuan penelitian. Namun untuk
siswa mampu menerjemahkan dan menuliskan
menguatkan kembali maka perlu dilakukan
dalam tulisan berupa puisi yang lebih bermakna
siklus II, dan hasil yang diperoleh kian
dlam bait-bait puisi yang dihasilkan.
meningkat menjadi 92%. Persentase tersebut
E. SIMPULAN DAN SARAN
sudah sangat memuaskan sehingga tidak perlu
A. Simpulan
lagi diadakan siklus III. Peningkatan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
tersebut
membuktikan
disimpulkan bahwa penelitian ini dilaksanakan
bahwa penggunaan pendekatan kontekstual
dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam
dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi
penelitian ini dilakukan dalam
siswa kelas VII A SMP SATAP 4 Gunungsari.
pertemuan. Setiap pelaksanaan siklus terdiri
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suyatno
atas
(2012:39)
pendekatan
evaluasi dan refleksi. Hasil belajar siswa dalam
kontekstual adalah pendekatan yang membantu
menulis puisi dengan pendekatan kontekstual
guru menghubungkan mata pelajaran dengan
pada siswa kelas VII A SATAP 4 Gunungsari
situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
tahun pelajaran 2016/ 2017 dapat disimpulkan
memotivasi
sebagai berikut.
menyatakan
siswa
bahwa
agar
menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
perencanaan,
pelaksanaan,
dua kali
observasi,
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis puisi di kelas VII A SMP
20
SATAP 4 Gunungsari melalui pendekatan
dari kondisi awal 54,64 meningkat menjadi
kontekstual mengalami peningkatan. Hal ini
68,32% Siswa yang mencapai KKM (≥ 60)
dilihat melalui aktivitas guru dan siswa pada
juga mengalami peningkatan.
proses pembelajaran. Dari segi aktivitas guru,
siswa yang mencapai KKM sebanyak 12 orang
terdapat peningkatan, pada siklus 1, nilai
siswa pada siklus II, keadaan awal sebelum
aktivitas guru adalah 84 pertemuan pertama dan
dilakukannya tindakan adalah 14 orang siswa
pertemuan
94.
yang mencapai KKM dan meningkat menjadi
Kemudian pada pertemuan pertama siklus II 94,
26 orang siswa yang mencapai KKM pada
meningkat menjadi 100 pada pertemuan kedua
siklus I atau 92,85% siswa, dan hal tersebut
siklus II.
melebihi target 85%. Hal ini berarti ada
kedua meningkat
menjadi
Dari segi aktivitas siswa,
terjadi
peningkatan yaitu pertemuan pertama siklus I nilai yang diperoleh 89, kemudian pertemuan
Peningkatan
kelebihan sebesar 7,85%. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
hasil
kedua mencapai 89. Sedangkan, pertemuan
penelitian di atas, maka saran yang dapat
pertama siklus II nilai yang diperoleh adalah 92
peneliti berikan adalah sebagai berikut.
dan pertemuan kedua 94.
a. Bagi siswa
Hasil belajar siswa juga mengalami
a) Dalam menulis puisi, siswa sebaiknya
peningkatan. Nilai rata-rata menulis puisi
mencantumkan
unsur-unsur
pada siklus I mengalami kenaikan sebesar
terkandung dalam sebuah puisi.
yang
12,03 dari kondisi awal 54,64 meningkat
b) Dalam menulis puisi, siswa harus
menjadi 66,67 Siswa yang mencapai KKM (≥
pintar dalam memilih kata-kata yang
60) juga mengalami peningkatan. Peningkatan
indah,
siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 orang
merasa terhibur saat membaca puisi
siswa pada siklus I, keadaan awal sebelum
siswa.
dilakukannya tindakan adalah 14 orang siswa
agar pembaca
senang dan
c) Dalam menulis puisi, siswa harus
yang mencapai KKM dan meningkat menjadi
menuliskan
24 orang siswa yang mencapai KKM pada
disampaikan kepada pembaca supaya
siklus I atau 85% siswa dan sesuai dengan target
pembaca dapat memahami pesan yang
atau tujuan penelitian.
ingin
Nilai
rata-rata
menulis puisi
pada
siklus II mengalami kenaikan sebesar 13,68
amanat
disampaikan
yang
siswa
ingin
kepada
pembaca. b. Bagi guru
21
a) Guru
terkadang
mengajak
siswa
keluar
perlu kelas
supaya lebih banyak objek yang bisa diamati secara langsung apalgi jika
berkenaan
dengan
tema
keindahan alam. b) Guru mengajarkan siswa dalam membuat
puisi sesuai dengan
konteks dan bisa diamati secara langsung
sehingga
akan
siswa
dalam
memudahkan
mengeluarkan kata-kata yang ada di pikiran siswa. c) Guru juga bisa menggunakan media kelompok agar siswa lebih mudah dikontrol
dan
menjadi
lebih
membuat
siswa
aktif
dalam
bersosialisasi dalam belajar.
22
DAFTAR PUSTAKA Firmansyah, Dafit. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Masyarakat Belajar Siswa Kelas VII/B Mts. Darul Qur’an Bengkel Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Mataram: UPT Perpustakaan Universitas Mataram. Hariani, Milla. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Dengan Pendekatan Kontekstual (Pemodelan) Pada Kelas VIII-7 SMP Negeri 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011. Skripsi. Mataram: UPT Perpustakaan Universitas Mataram. Hiriza. 2015. Jurnal. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VIII melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di SMP Negeri 3 Pagaralam. Pelembang. (http://eprints.unsri.ac.id/5830/1/penelitian_tindakan_kelas.pdf) (Diakses tanggal 29 Agustus 2016 Pukul 14.40 Wita) Masitah.2011. Mataram. Peningkatan kemampuan menulis narasi dnegan metode script drawing pada siswa kelas V SDN 05 Rumak tahun pelajran 2012/2013. Skripsi. UPT: Universitas mataram. Musaddat, Syaiful. 2014. Panduan PLPG 2014; Materi Penelitian Tindakan Kelas. Mataram: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rayon 122 Universitas Mataram. Nayanrises.2012. Model Penelitian Tindakan Kelas. https://nayyanrises.wordpress.com/2012/11/23/model-penelitian-tindakan-kelas/ (Diakses tanggal 29 Agustus 2016 Pukul 14.45 Wita Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. (http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/evaluasi-hasil-belajar-olehwayan-nurkancana-ppn-sunartana-24173.html) (Diakses tanggal 29 Agustus 2016 Pukul 14.30 Wita Pathurrohman. 2010. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Lama Dengan Media Cilokaq Siswa Kelas X.1 SMA Negeri Sakra Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 . Skripsi. Mataram: UT Perpustakaan Universitas Mataram. Pradopo, Rahmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Jogjakarta: Gajah Mada Press University.
Pujiono, Setyawa. Konsep Dasar Menulis http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Setyawan%20Pujiono,%20M.Pd./Konsep %20Menulis.pdf Rahmawati, Anisatun. 2013. Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskripsi Dengan Pendekatan Kontekstual Teaching Learning Pada Ksiswa Kelas IV SDN 1 Giribroto Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.
1
(www.eprint.ums.ac.id / naskah publikasi). Diakses Tanggal 29 Agustus 2016. Pukul 14.00 Wita. Sukmawati, Lina. 2013. Denpasar. Peningkatan Kemampuan Mengarang Cerpen Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Komunikatif Pada Siswa Kelas Vii A Mts. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Denpasar. Suyatno. 2012. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit SIC.
2