MISKONSEPSI MATERI SUBSTANSI GENETIKA PADA SISWA SMA SWASTA KELAS XII SE-KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
(Skripsi)
OLEH AJENG SAFITRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
ABSTRAK
MISKONSEPSI MATERI SUBSTANSI GENETIKA PADA SISWA SMA SWASTA KELAS XII SE-KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh AJENG SAFITRI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan faktor yang mempengaruhinya. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Swasta Se-kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung yang berjumlah 30 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes tertulis benar salah beralasan dengan Certainty Of Respons Index (CRI) dan angket. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif untuk miskonsepsi siswa dan faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa dengan uji korelasi Pearson Product Moment.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa kelas XII seKecamatan Tanjungkarang Barat terjadi miskonsepsi dengan rata-rata sebesar 28,13% dengan kriteria “sangat rendah” dan miskonsepsi paling tinggi terjadi pada konsep kromosom dengan rata-rata 38,33% dengan kriteria “rendah”. Siswa yang mengalami paham konsep memiliki rata-rata sebesar 32,00% dengan kriteria
“rendah” dan paham konsep tertinggi terjadi pada konsep DNA yaitu dengan ratarata 50,13% dengan kriteria “sedang”. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan karena motivasi siswa yang kurang dalam belajar konsep subsatnsi genetika. Hanya sebesar 40% siswa yang bertanya apabila terdapat penjelasan guru yang kurang dipahami mengenai konsep substansi genetika.
Kata Kunci: miskonsepsi, Certainty Of Respons Index (CRI), substansi genetika
MISKONSEPSI MATERI SUBSTANSI GENETIKA PADA SISWA SMA SWASTA KELAS XII SE-KECAMATAN TANJUNGKARANG BARAT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh AJENG SAFITRI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
Judul Skripsi
: Miskonsepsi Materi Substansi Genetika Pada Siswa SMA Swasta Kelas XII Se-kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung
Nama Mahasiswa
: Ajeng Safitri
No. Pokok Mahasiswa
: 1213024002
Program Studi
: Pendidikan Biologi
Jurusan
: Pendidikan MIPA
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyetujui Komisi Pembimbing, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Tri Jalmo, M.Si NIP 19610910 198603 1 005
Berti Yolida, S.Pd, M.Pd NIP 19831015 200604 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si NIP 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Dr. Tri Jalmo, M.Si.
Sekretaris
: Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.
Penguji Bukan Pembimbing
: Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd. .……………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 195907221986031003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : Juni 2017
…………………
...………………..
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini, adalah :
Nama
: Ajeng Safitri
NPM
: 1213024002
Prodi/Jurusan
: Pendidikan Biologi/Pendidikan MIPA
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Alamat
: Jalan RE Martadinata Perumahan Suka Jaya Darat, Lempasing
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, Juni 2017 Penulis
Ajeng Safitri NPM 1213024002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 maret 1994, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Herman dengan Ibu Sri Hartini. Penulis beralamat di Jl.RE Martadinata Perumahan Suka Jaya Darat Blok D.28 Lempasing, Bandar lampung. Nomor telepon 082281429053.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di TK Taman Indria TAMSIS Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000.Tahun 2000 penulis bersekolah di SD Negeri 1 Sukamaju yang diselesaikan pada tahun 2006.Tahun 2006 diterima di SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di SMA Islamiyah Bandar Lampung kemudian pada tahun 2010 penulis pindah ke SMA Negeri 8 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2012.
Tahun 2012 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Lampung Barat. Tahun 2016 peneliti melakukan penelitian di SMA DCC Global School, SMA Islam Cendikia dan SMA IT AR-Raihan Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
Motto “Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Baqarah : 282)
“Kalau anda tidak bisa menjadi orang yang pintar dan cerdas, jadilah orang yang rajin dan pekerja keras. Sebab orang yang pintar sering dikalahkan oleh mereka yang rajin dan orang yang cerdas sering dikalahkan oleh mereka yang pekerja keras” (Firman Nofeki)
“Orang yang paling Allah cintai adalah yang paling bermanfaat untuk manusia’’ (HR. Ath Thabrani)
“Jangan menunggu bahagia untuk tersenyum, tetapi tersenyumlah untuk bahagia” (Dr. Aidh bin Abdullah Al-qarni)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orangorang yang selalu berharga dalam hidupku:
Ayahku (Herman) dan Ibuku (Sri Hartini) Ayahku yang memberi tauladan bagi kami anak-anakmu, terimakasih atas segala pelajaran hidup, ilmu, motivasi dan pengorbananmu untuk menjadikanku anak yang lebih berguna. Ibuku yang baik hati, penuh cinta kasih, pengertian dan peduli yang rela berkorban untukku. Terimakasih atas doa, motivasi serta perjuanganmu untuk menjadikanku terus maju.
Keluargaku (Sri Hartia, Suharni dan Suryadi, Nanang Setiawan dan Agil Firman Setiawan) Sosok paman dan bibi yang tidak pernah lelah memberi motivasi, bibi yang selalu menjadi tempat terbaik untuk berkeluh kesah. kakak-adikku yang selalu menghiburku dan memberikan motivasi untukku. Terima kasih untuk segala cinta,kasih sayang yang kalian berikan
Terimakasih. . .
SANWACANA Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.Skripsi ini berjudul “Miskonsespi Materi Substansi Genetika Pada Siswa SMA Swasta Kelas XII Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi serta sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai; 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ilmu pengetahuan, dan saran hingga skripsi ini dapat selesai; 5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu pengetahuan, saran perbaikan, dan motivasi yang sangat berharga hingga skripsi ini dapat selesai;
6. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2012 terlebih rekan Kelas B, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya; 7. Sahabat-sahabat terbaikku (Chintia Elisya, Whiendy Mutiara Astari, Mela Roviani A.md, Juariah Fitri dan Kartika Fandiyani S.Pd.) terimakasih untuk semangat, dukungan, motivasi, bantuan dan kebersamaan kita selama ini dalam susah dan senang; 8. Seluruh Kepala sekolah SMA yang ada di Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung, serta bapak dan ibu guru mata pelajaran IPA yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Terima kasih telah ikut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi yang indah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Penulis
Ajeng Safitri
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xvi
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Tujuan Penelitian ............................................................................. D. Manfaat Penelitian ........................................................................... E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... F. Kerangka Pikir ................. ...............................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsepsi dan Miskonsepsi............................................................... B. Materi Genetika di SMA .................................................................. C. Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan CRI (Certainty of Response Index).............................................................................................. .
1 5 5 6 7 8
11 19 23
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... B. Populasi dan Sampel ........................................................................ C. Desain Penelitian ............................................................................. D. Alur Penelitian ................................................................................. E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... F. Analisis Data ....................................................................................
27 27 27 28 29 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................. B. Pembahasan ......................................................................................
33 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN C. Kesimpulan ....................................................................................... D. Saran .................................................................................................
42 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1. Kisi-Kisi Instrumen dan Kunci Jawaban Tes Benar Salah Beralasan .... 2. Kisi-Kisi Instrument Tes Benar Salah Beralasan ................................... 3. Lembar Soal Tes Benar Salah Beralasan ............................................... 4. Lembar Jawaban Tes Benar Salah Beralasan ........................................ 5. Kisi-kisi Angket Siswa ........................................................................... 6. Angket Siswa .......................................................................................... 7. Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi Siswa .............................................. 8. Hasil Persentase Identifikasi Per Siswa .................................................. 9. Hasil Angket Siswa ................................................................................. 10. Foto Penelitian ....................................................................................... 11. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................
43 48 49 53 55 56 58 62 64 65
DAFTAR TABEL
TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Kriteria Pembeda Penilaian CRI ................................................................ 26 Modifikasi Kategori Tingkat Pemahamn ................................................... 30 Kriteria penilaianSoal................................................................................. 30 Kriteria Penilaian CRI................................................................................ 31 Kriteria Penilaian Presentase...................................................................... 32 Rata-Rata Tingkat Pemahaman Konsep..................................................... 34 Tingkat Pemahaman Siswa ........................................................................ 35 Data Hasil Uji Korelasi Pearson Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Miskonsepi Siswa....................................................................................... 36 9. Persentase Jawaban Siswa Dalam Angket ................................................. 37
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .......................................................................... 10
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum tujuan pembelajaran biologi di SMA adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam pada konsep-konsep biologi. Pada proses pembelajaran biologi sering kali ditemukan siswa-siswa yang kurang memahami konsep-konsep biologi secara mendalam. Kemungkinan hal ini disebabkan kurangnya motivasi dalam diri siswa (Idha, 2009: 69-73). Pemahaman konsep biologi merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran biologi, yaitu memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sekedar hafalan, melainkan harus dipahami ( Suhermiati, 2015: 2).
Materi biologi merupakan salah satu pembelajaran yang disampaikan oleh guru, karena guru berperan sebagai pembimbing siswa selama pembelajaran untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa bisa benar atau salah. Padahal pemerolehan pengetahuan di sekolah yang salah dipengaruhi oleh penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang menyebabkan kesalahan konsep. Kesalahan konsep diawal pembelajaran akan mempengaruhi penguasaan
2
konsep pada materi selanjutnya karena saling berhubungan (Maulidi, 2014: 26).
Konsepsi merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu objek yang diamatinya yang sering bahkan muncul sebelum pembelajaran sehingga sering diistilahkan konsepsi prapembelajaran. Konsepsi pembelajaran dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu prakonsepsi (preconception) dan miskonsepsi (misconception). Prakonsepsi adalah konsepsi yang berdasarkan pengalaman formal dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan miskonsepsi adalah salah satu pemahaman yang disebabkan oleh pembelajaran pada umumnya (Manalu, 2012: 2).
Miskonsepsi atau tidak akurat akan konsep, yang banyak memberikan informasi yang salah dari pemahaman ilmuwan atau miskonsepsi. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa berusaha membentuk pengetahuan dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah maupun di lingkungannya sendiri (Paramitha, 2013: 4). Miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas XII SMA banyak terjadi pada pembelajaran biologi materi genetika terutama pada bagian pewarisan sifat, mereka menganggap pada materi ini sulit untuk dipahami karena banyak menggunakan bahasa-bahasa ilmiah dan terkadang guru yang menjelaskannya pun kurang menguasai materi (Nusantari, 2013: 2).
3
Para pakar dibidang miskonsepsi juga menemukan hal lain yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa, diantaranya adalah dari siswa itu sendiri, guru, buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan (Suparno, 2013: 29). Siswa yang mengalami miskonsepsi juga dapat dikarenakan adanya kesulitan siswa dalam memahami konsep. Kesulitan tersebut dapat berasal dari rumitnya konsep ataupun istilah yang terdapat pada biologi. Oleh karena itu penyajian konsep genetika hendaknya tidak menggunakan pendekatan sejarah, namun menggunakan pendekatan konsep yang sesuai dengan perkembangan ilmu genetika agar konsepnya mudah dipahami (Corebima, dalam Chumidach, 2013: 1).
Miskonsepsi dapat berdampak buruk bagi siswa karena dapat menghambat proses belajar akibat adanya pemahaman konsep yang salah. Karakteristik miskonsepsi yang telah teridentifikasi dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa miskonsepsi cenderung menyebar, bersifat stabil dan resisten untuk diubah hanya dengan metode atau strategi pembelajaran tradisional dan cenderung untuk bertahan selama di Universitas bahkan sampai dewasa (Tekkaya, dalam Manalu, 2012: 29). Jika hal ini terus dibiarkan maka miskonsepsi yang dialami oleh siswa akan terus menerus mempengaruhi proses belajar siswa, karena miskonsepsi pada siswa yang tidak segera ditangani, lama kelamaan akan menjadi dogma dalam fikiran yang akan terus dibawa ke jenjang pendidikan selanjutnya. Konsep genetika yang rumit berakibat pada pemahaman yang salah tentang materi substansi genetika sehingga terjadi miskonsepsi (Nusantari, 2013: 1).
4
Genetika dianggap sebagai materi yang rumit dan penuh hubungan konseptual yang abstrak (Duncan dalam Mustika, dkk, 2014: 3). Substansi Genetika terdiri dari konsep-konsep yang berkaitan antara struktur dan fungsi. Konsep ini meliputi struktur gen, DNA, dan kromosom; hubungan antara gen, DNA dan kromosom; serta proses replikasi DNA. Konsep lain adalah hubungan DNA dan RNA; proses sintesis protein; serta bagaimana substansi genetika dapat mengatur sifat beda (Depdiknas dalam Suhermin, 2014: 1). Sehingga pembelajaran genetika saling berkaitan (Nusantari, 2013: 5).
Genetika telah di identifikasi sebagai salah satu topik yang sulit dalam biologi untuk siswa SMA di Zambia. Laporan makalah ini siswa di lakukan untuk mengetahui sifat dan penyebab kesulitan belajar siswa hadapi dalam genetika di tingkat sekolah tinggi di Zambia. Desain survei yang digunakan dan data yang diperoleh dari siswa dan guru menggunakan jadwal wawancara dan kuesioner. Prosedur quota sampling digunakan untuk memilih sampel dari populasi target (Haambokoma, 2007: 1-2). Genetika dianggap sebagai materi yang rumit dan penuh hubungan konseptual yang abstrak (Duncan dalam Mustika, dkk, 2014: 3). Konsep genetika dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa SMA karena materi ini bersifat abstrak, dan perkembangan genetika molekuler berkembang sangat pesat sementara informasi di buku ajar yang digunakan oleh siswa masih berorientasi genetika klasik (Nusantari, 2013: 1).
5
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai miskonsepsi pada siswa SMA jurusan IPA Kelas XII pada Materi Substansi Genetika Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung, untuk mengetahui apakah terjadi miskonsepsi pada materi substansi genetika, maka dilakukan penelitian dengan judul “Miskonsepsi Materi Substansi Genetika Pada Siswa SMA Swasta Kelas XII Se-kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung” B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Berapa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi substansi genetika di SMA kelas XII sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung ? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi pada siswa tentang materi substansi genetika di SMA kelas XII sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui berapa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi tentang materi substansi genetika di SMA Swasta kelas XII Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung ? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi pada materi substansi genetika di SMA Swasta kelas XII sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung ?
6
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis Hasil penelitian siswa SMA kelas XII Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung ini untuk menambah pengetahuan mengenai miskonsepsi pada siswa pada materi pembelajaran biologi khususnya mengenai materi substansi genetika, hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindaklanjuti dalam pengubahan miskonsepsi siswa SMA kelas XII Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung 2. Secara praktis a. Bagi siswa Dapat menyadari pada materi mana mereka mengalami miskonsepsi sehingga ke depannya miskonsepsi tidak terjadi lagi. b. Bagi guru Menjadi bahan masukan agar memperhatikan konsep-konsep yang sering mengalami miskonsepsi sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut yang tepat jika terdapat siswa yang terdiagnosis mengalami miskonsepsi. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini untuk memberi binaan kepada guru jika terjadi miskonsepsi pada mata pelajaran Biologi materi Substansi genetika kelas XII Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung.
7
d. Bagi peneliti Untuk bekal di kemudian hari dalam profesinya sebagai guru yang mengajar Biologi dan menambah wawasan keilmuan sebagai wujud dari partisipasi peneliti dalam mengembangkan ilmunya khususnya mata pelajaran Biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Materi yang digunakan pada penelitian ini terbatas pada materi kelas XII semester 1 tahun ajaran 2016/2017 yaitu pada Kompetensi Dasar 3.1, yaitu menjelaskan kosep gen, DNA, dan kromososm. Dan Kompetensi Dasar 3.2, yakni menjelaskan hubungan gen (DNA)RNA-polipeptida dan proses sintesis protein. 2. Miskonsepsi merupakan pandangan yang keliru mengenai suatu konsep yang dipahami oleh seseorang yang tidak sesuai dengan konsep yang disepakati oleh para ahli 3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Swasta kelas XII Sekecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian ini berjumlah 30 siswa. 4. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan CRI (Certainty of Response Index) yaitu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan yang tidak tahu konsep.
8
F. Kerangka Pikir Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang diperoleh melalui kegiatan investigasi yang bersifat eksperimen dan eksplanasi teoritis suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi di alam sekitar. Fenomena-fenomena tersebut diterjemahkan menurut pemahaman para ilmuwan dalam bentuk konsepsi ilmiah. Biologi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mengkaji konsepsi-konsepsi ilmiah mengenai kehidupan makhluk hidup dan interaksi antar makhluk hidup. Pembentukan konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah maupun di lingkungannya sendiri. Para ahli pendidikan di bidang miskonsepsi menemukan hal lain yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa diantaranya ialah dari siswa itu sendiri, guru, buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran. Miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang keliru mengenai suatu konsep yang dipahami oleh seseorang yang tidak sesuai dengan konsep yang disepakati dan dianggap benar oleh para ahli, biasanya pandangan yang berbeda (salah) bersifat resisten (sulit diubah) dan persisten (cenderung bertahan). Pandangan ini sulit diubah. Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mengacu pada studi tentang gen. Genetika dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA). Genetika seringkali diartikan sebagai materi hereditas meskipun dewasa ini genetika tidak lagi diartikan demikian. Hal ini karena dalam genetika tidak hanya mempelajari tentang pewarisan sifat, melainkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan sifat itu sendiri, seperti materi genetik, tentang
9
strukturnya, reproduksinya, kerja (ekspresinya), perubahan, keberadaan dalam populasi serta perekayasaan. Genetika menjadi dasar bagi pengembangan ilmu biologi maupun ilmu lain yang terkait dengan biologi. Konsep-konsep genetika umumnya dianggap bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami baik oleh guru maupun siswa.
Tes benar salah beralasan disertai dengan Certainty of Respond Index (CRI) terdapat modifikasi dalam pengkategorian tingkat pemahaman siswa. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat keyakinan atau kepastian siswa dalam menjawab butir-butir soal. Dengan menggunakan tes ini guru dapat dengan mudah mengidentifikasi kelompok mana yang mengalami miskonsepsi, tidak tahu konsep, paham konsep, dan paham konsep tapi kurang yakin. Untuk mengetahui alur kerangka pikir secara umum, dapat dilihat dari gambar Bagan Kerangka Pikir berikut ini :
10
Formasi konsep
Konsepsi Awal Siswa
Pembelajaran Formal
Tes Identifikasi Tingkat Pemahaman Siswa Menggunakan CRI
Siswa berhasil melakukan asimilasi
Siswa paham konsep dengan baik
Siswa paham konsep tapi kurang yakin
Siswa gagal melakukan asimilasi
Siswa miskonsepsi
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Siswa Tidak Tahu Konsep
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepsi dan Miskonsepsi Pendidikan Sains menurut Amien ( dalam Sadia, dkk. 2013: 4) merupakan salah satu aspek pendidikan dengan menggunakan Sains sebagai alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan pendidikan Sains pada khususnya. Tujuan utama pendidikan Sains adalah mengembangkan individuindividu yang literasi Sains. Literasi Sains ini meliputi pengetahuan tentang usaha ilmiah dan aspek-aspek fundamental tentang Sains yaitu konsep dan prinsip ilmiah, hukum-hukum dan teori ilmiah, serta keterampilan inkuri. Memiliki pengetahuan yang fundamental tentang Sains adalah sangat esensial untuk membentuk manusia yang literasi Sains. Individu yang literasi sains memiliki kemampuan untuk menggunakan aspek-aspek fundamental Sains dalam memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya sehari-hari, dan dalam pengambilan keputusan bagi kepentingan umum maupun personal. Esensi Sains adalah kegunaannya sebagai alat dalam penemuan pengetahuan dengan jalan observasi, eksperimen, dan pemecahan masalah. Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pendidikan IPA yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang memiliki
12
pengetahuan, pemahaman, proses dan sikap sains. Pendidikan IPA yang berkualitas tentu bisa dilihat dari mutu pendidikan IPA. Mutu pendidikan IPA yang masih rendah ini terlihat dari peringkat Indonesia berdasarkan hasil survey TIMSS (Trend International Mathematics Science Study) 2007 di urutan ke 41 dari 48 negara. Salah satu penyebab masih rendahnya mutu pendidikan IPA hingga saat ini adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi atau konsepsi awal yang dimiliki siswa. Setiap siswa memiliki konsepsi awal yang berbeda. Oleh karena itu hendaknya guru memperhatikan konsepsi awal yang dibawa siswa ke dalam kelas sebelum memberikan konsep atau informasi baru agar konsep yang diberikan dapat dengan mudah diterima dalam struktur kognitif siswa dan tidak terjadi miskonsepsi pada siswa (Wilantara, 2011: 8)
Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1989: 80) adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Sedangkan menurut Hamalik (2005: 7) menjelaskan konsep sebagai stimuli yang memiliki ciri-ciri umum, dimana stimuli tersebut dapat berupa objek atau orang. Berdasarkan definisi konsep dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri suatu objek, fakta, dan atau gejala yang dapat diterima oleh struktur kognitif kita yang mempermudah komunikasi dan cara berfikir manusia.
Konsep diperoleh menurut Ausubel ( dalam Dahar, 2011: 64-65) melalui dua cara, yaitu melalui pembentukan konsep yang terjadi sebelum menerima pelajaran
13
formal (sekolah) dan melalui asimilasi konsep yang diperoleh di sekolah. Asimilasi konsep adalah jalan utama untuk memperoleh konsep, baik selama dan sesudah sekolah.Seorang anak memiliki konsep yang berasal dari suatu pembentukan konsep berdasarkan pengalaman-pengalamannya, setelah memasuki sekolah anak melakukan asimilasi konsep dari apa yang telah dipelajari di sekolah. Di sekolah, siswa akan memperoleh sejumlah informasi baru yang dapat berdiri sendiri atau bersifat sebagai informasi tambahan untuk memperhalus dan memper dalam pengetahuan sebelumnya. Informasi yang telah diterima siswa akan dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual sehingga dapat dimanfaatkan kembali pada saat dibutuhkan.
Miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang keliru mengenai suatu konsep yang dipahami oleh seseorang yang tidak sesuai dengan konsep yang disepakati dan dianggap benar oleh para ahli, biasanya pandangan yang berbeda (salah) bersifat resisten (sulit dirubah) dan persisten (cenderung bertahan). Pandangan ini sulit diubah menurut Ibrahim (dalam Suhermiati, 2015: 2).
Biasanya miskonsepsi menurut Abraham (dalam Herlanti dkk, 2014: 1-2) terjadi pada siswa dalam penanaman konsep yang sedang dipelajari pada saat pembelajaran atau pada saat menemukan materi baru. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan dengan mengklasifikasi pemahaman siswa berdasarkan tingkatan pemahamannya pada suatu konsep. Sebenarnya pembelajaran yang baik adalah siswa sudah memiliki dasar dari materi yang akan diajarkan agar tidak terjadi miskonsepsi. Hal ini terjadi karena siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Pemikiran atau konsep yang
14
dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut miskonsepsi. Konsep-konsep yang diberikan kepada siswa harus disajikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang suatu konsep.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa menurut ( Suparno, 2005: 2-3) juga dapat disebabkan karena pemahaman siswa yang salah tentang suatu konsep IPA (miskonsepsi) dan konsepsi yang telah dimilikinya, yang pada umumnya tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dalam pelajaran IPA usaha yang dilakukan guru untuk memahami konsepsi siswa merupakan titik awal proses perubahan konseptual siswa. Siswa bukanlah suatu kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulis oleh guru. Biasanya konsepsi yang kurang lengkap atau kurang sempurna dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar. Miskonsepsi dapat berbentuk konsepsi, kesalahan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Miskonsepsi merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Seseorang dapat mengalami miskonsepsi bila dalam penyerapan materi pembelajaran tidak dipahami sepenuhnya atau hanya sebagian saja yang dimengerti baik itu penyampaian langsung maupun penyampaian tidak langsung.
15
Seseorang dikatakan mengalami miskonsepsi jika pemahaman siswa berbeda dengan pemahaman yang dimaksud oleh buku acuan atau masyarakat ilmiah. Berg (1991) menyebutkan bahwa miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang berbeda dengan konsepsi ilmu pengetahuan. Miskonsepsi adalah pemahaman naif yang begitu mendarah daging sehingga pengajaran tradisional tidak sanggup mengoreksinya. Miskonsepsi disebut juga gagasan yang telah terbentuk, keyakinan nonilmiah, teori-teori naif, konsepsi atau kesalahpahaman konseptual (Nusantari dkk, 2013: 7-8).
Pembelajaran IPA yang sering terjadi miskonsepsi baik pada buku maupun siswanya adalah pada materi genetika, karena menurut pandangan sebagian orang pada materi ini sulit untuk dipahami, alat peraganya juga terbatas sehingga pada proses pembelajaran memerlukan logika yang luas untuk mengerti materi. Miskonsepsi juga menghinggapi semua level siswa, mulai dari sekolah dasar sampai dengan mahasiswa. Bahkan dari beberapa penelitian miskonsepsi juga banyak terjadi pada guru-guru. Hasil penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa disebabkan karena aplikasi yang kurang tepat dan penggunaan media yang tidak dapat menggambarkan konsep yang dipelajari. Pendapat lain menjelaskan bahwa miskonsepsi dipengaruhi oleh proses pembentukan pengetahuan dalam pikiran siswa. Miskonsepsi juga terdapat pada buku-buku teks biologi (Nusantari, 2011) akibatnya, baik guru dan siswa yang menggunakan buku tersebut akan mengalami miskonsepsi. Salah satu topik dalam biologi yang menjadi bahan penelitian di kalangan pendidik ialah kesulitan pelajar pada konsep genetika serta adanya miskonsepsi pada materi yang berhubungan dengannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa ada beberapa
16
miskonsepsi dan kesulitan belajar pada konsep genetika di kalangan siswa sekolah menengah, mahasiswa sarjana dan sampai pascasarjana. Hal ini juga menunjukkan bahwa peserta didik memiliki masalah terkait konsep dan dalam menjelaskan pewarisan sifat dalam tingkatan molekul. Dalam pengertian ini, genetika dianggap sebagai subjek yang rumit dan penuh hubungan konseptual yang abstrak (Arsal, 2014: 2-3).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat terjadi selama proses pembelajaran. Gabel (dalam Septiana, 2010: 29), berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan miskonsepsi antara lain: (1) Hasil pengamatan fenomena alam yang dipahami dengan perasaan; (2) Konsep yang diajarkan tidak sesuai dengan perkembangan mental siswa. Miskonsepsi terjadi karena adanya kesalahan dalam membangun konsepsi berdasarkan informasi lingkungan fisik di sekitarnya. Miskonsepsi umumnya terjadi karena kesalahan siswa dalam mengasimilasi konsep-konsep yang merupakan hal yang baru bagi siswa tersebut. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab miskonsepsi pada konsep genetika, diantaranya: penalaran siswa yang salah, penalaran yang salah disebabkan karena informasi yang diterima oleh siswa tidak lengkap sebagai akibat pengalaman belajar yang pasif dalam mencari informasi. selanjutnya, materi genetika merupakan materi yang menarik tetapi memiliki banyak istilahistilah yang rumit dan proses yang abstrak, seperti pada subkonsep sintesis protein. Penyebab miskonsepsi lainnya karena istilah dan konsep yang telah lama didapatkan oleh mahasiswa dari pengalaman belajar di sekolah. Seperti istilah untuk genotip dan fenotip. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Hershey (dalam
17
Mustika, 2014: 7) bahwa istilah dan konsep yang telah lama dan terus dipertahankan oleh mahasiswa dapat menjadi penyebab miskonsepsi. Dalam mempelajari genetika mahasiswa kesulitan membangun hubungan antara materi yang satu dengan yang lain. Seperti antara pembelahan sel dengan hukum Mendel I dan II dan Hubungan antara genetika Mendel pada tingkat molekuler. Untuk menguasai suatu konsep sesorang harus mampu membedakan antara benda yang satu dengan benda yang lain, peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Isnawati (dalam Suhermiati, 2015: 2). Selain itu konsep yang dijelaskan oleh siswa adalah konsep yang benar, dalam arti tidak ada miskonsepsi. Miskonsepsi adalah siswa yang mengembangkan pemahaman sendiri tentang suatu konsep tetapi konsep tersebut keliru menurut konsep yang sebenarnya. Kose (dalam Suhermiati, 2015: 2). Miskonsepsi dapat menjadi penghalang dalam memahami materi-materi biologi. Banyak konsep-konsep dalam biologi saling berhubungan erat dan merupakan kunci untuk memahami konsep-konsep lain (Tekkaya dalam Manalu, 2012: 4). Pembelajar harus memiliki pemahaman awal mengenai konsep tertentu untuk mengembangkan pemahaman mengenai konsepkonsep baru. Miskonsepsi dalam suatu konsep akan mengakibatkan miskonsepsi pada konsep yang lain. Sebagai contoh, tanpa pemahaman mengenai sistem peredaran darah, maka konsep mengenai sistem respirasi, sistem ekskresi dan sistem kekebalan tubuh akan sulit dipahami. Miskonsepsi juga merupakan penghalang untuk meningkatkan belajar yang bermakna. Jika miskonsepsi tidak dapat dihilangkan, miskonsepsi akan berdampak negative pada kegiatan belajar selanjutnya Geban (dalam Manalu, 2012: 5).
18
Tahap pembelajaran menurut Cullen (dalam Manalu, 2012: 7) peta konsep dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Mengklarifikasi tujuan /maksud pada awal pengajaran konsep, pengajar perlu mengkomunikasikan maksud pelajaran dengan jelas kepada siswa dan bagaimana pelajaran itu akan berjalan. Pengajar mungkin juga membahas langlah-langkah di dalam pelajaran itu dan memberikan alasan mengapa konsep-konsep yanga akan diajarkan itu penting untuk dipelajari.
2.
Memberi masukan contoh dan bukan contoh untuk mengilustrasikan sebuah konsep sangat penting. Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contoh-contoh awal seharusnya cukup familiar. Pengajar perlu melihat contoh-contoh tipikalnya dengan jelas sebelum mereka siap memikirkan contoh-contoh atipikal. Ketika memilih sejumlah contoh, pengajar akan memfokuskan pada atribut-atribut kritis yang sama pada setiap contoh. Selanjutnya ketika memilih sejumlah contoh dan bukan contoh untuk dipasangkan, pengajar pada umumnya berusaha membuat atribut-atribut nonkritis pasangan semirip mungkin. Hal ini memungkinkan siswa untuk memfokuskan pada perbedaan di antara contoh dan bukan contoh. Menguji pencapaian konsep Seperti model-model instruksional lainnya, tugas pasca pengajaran adalah menyesuaikan program evaluasi dengan tujuan modelnya. Ketika mengevaluasi pemahaman pembelajar tentang sebuah konsep, penting untuk meminta pembelajar untuk tidak sekedar mendefinisikan konsepnya, siswa juga perlu diminta untuk mendemonstrasikan atribut-atribut kritis konsep itu dan hubungannya dengan konsep-konsep lain.
19
3.
Menganalisis pikiran dan mengintegrasikan pembelajaran. Fase terakhir ini menekankan pada kegiatan-kegiatan yang diarahkan pengajar, yang dimaksudkan untuk membantu pembelajar menganalisis proses berpikirnya sendiri dan mengintegrasikan pengetahuan konseptual yang baru saja diperolehnya. Untuk melakukannya, pengajar meminta pembelajar untuk memikirkan kembali apa yang terjadi dalam pikiran siswa ketika siswa sedang memikirkan tentang konsep itu. pertanyaan ini adalah untuk membuat pembelajar memikirkan tentang proses berpikir siswa sendiri dan untuk menemukan serta mempertimbangkan pola-pola yang digunakan untuk mempelajari dan mengintegrasikan konsep-konsep baru ke dalam kerangka kerja kognitif siswa (Arends dalam Nusantari, 2012: 9)).
B. Materi Genetika di SMA Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mengacu pada studi tentang gen. Genetika dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA). Genetika seringkali diartikan sebagai materi hereditas meskipun dewasa ini genetika tidak lagi diartikan demikian. Hal ini karena dalam genetika tidak hanya mempelajari tentang pewarisan sifat, melainkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan sifat itu sendiri, seperti materi genetik, tentang strukturnya, reproduksinya, kerja (ekspresinya), perubahan, keberadaan dalam populasi serta perekayasaan (Aloysius, 2008: 2).
Genetika merupakan konsep/materi sains yang penting untuk diajarkan di sekolah. Dinyatakan oleh Th. Dobzhansky (dalam Ayala & Kinger 1984) bahwa “Nothing in biology is understandable except the light of genetics.
20
Genetics is the core biological science”. kerja konseptual, konsep yang satu dengan yang lain tidak bersambungan dan tidak membentuk hirarki yang mudah dipahami. Kenyataan tersebut menyebabkan kesulitan pemahaman terhadap konsep genetika. Genetika menjadi dasar bagi pengembangan ilmu biologi maupun ilmu lain yang terkait dengan biologi. Konsep-konsep genetika umumnya dianggap bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami baik oleh guru maupun siswa. Materi genetika juga dapat melahirkan miskonsepsi atau kesalahan pemahaman terhadap konsep (Roini, 2013: 1-2).
Materi genetika termasuk kedalam materi yang menantang baik untuk guru dan juga siswanya karena memerlukan perhatian penuh dalam mempelajari materi ini, karena siswa akan menemukan bahasa-bahasa yang jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Materi Substansi Genetika merupakan salah satu materi yang sulit di dalam mata pelajaran Biologi. Materi ini termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi 3 yang berbunyi “memahami penerapan konsep dasar dan prinsip-prinsip hereditas serta implikasinya pada Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas)”, serta termuat dalam Kompetensi Dasar 3.1, yaitu “menjelaskan konsep gen, DNA, dan kromosom” dan Kompetensi Dasar 3.2, yakni “menjelaskan hubungan gen (DNA)-RNA-polipeptida dan proses sintesis protein”. Berdasarkan SK dan KD tersebut menunjukkan bahwa karakteristik materi Substansi Genetika terdiri dari konsep-konsep konkret dengan adanya keterkaitan antara struktur dan fungsi. Konsep konkret ini meliputi struktur gen, DNA, dan kromosom; hubungan antara gen, DNA, dan kromosom; serta proses replikasi DNA. Konsep lain adalah hubungan DNA
21
dan RNA; proses sintesis protein; serta bagaimana substansi genetika dapat mengatur sifat beda menurut Depdiknas, (dalam Suhermin, 2014: 1).
Bukan hanya di Indonesia miskonsepsi genetika juga menjadi materi yang sulit di Zambia. Genetika adalah salah satu topik yang diajarkan dalam biologi di tingkat sekolah tinggi di Zambia. topik ini, yang memperkenalkan dalam sertifikat sekolah biologi silabus di pertengahan 1970-an, meliputi aspekaspek berikut: variasi, mitosis dan meiosis, penyebrangan monohybrid, penentuan seks, co-dominasi dan mutasi menurut pusat pengembangan kurikulum, 2000. Penelitian sebelumnya di Zambia telah menunjukkan bahwa genetika dianggap sebagai topik yang menantang untuk beberapa siswa dan guru. Misalnya dalam sebuah studi oleh Rugumayo (1978), genetika sebagai salah satu topik yang mereka membutuhkan bantuan untuk mengajar secara efektif. Studi garis dasar dilakukan pada tahun 1994 oleh kementerian pendidikan, ditemukan genetika adalah salah satu topik murid dianggap sebagai sulit untuk belajar dalam biologi. Hambokoma dan Mwale (1998) menemukan bahwa siswa di dua sekolah teknis nasional yang dari pandangan bahwa guru memiliki kesulitan mengajar genetika secara efektif dan karena itu, siswa merasa sulit untuk belajar. Pada guru studi yang sama juga mengutip pengajaran genetika sebagai salah satu daerah yang mereka butuhkan pengembangan profesional lebih lanjut( Haambokoma, 2007: 1-2).
22
Dasar beberapa landasan teori untuk materi genetika yaitu : a. Hereditas Dalam genetika atau ilmu yang mempelajari tentang gen, sifat atau karakteristik suatu individu ditentukan oleh genotipe, yaitu sifat yang ditentukan oleh gen, dan fenotipe, yang merupakan penampakan sifat sebagai hasil interaksi antara genotipe dengan lingkungannya, yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hereditas adalah penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antar individu mempunyai perbandingan fenotipe dan genotipe yang mengikuti aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut disebut pola hereditas. Hereditas termasuk kedalam ilmu genetika yang mempelajari tentang bagaimana suatu sifat, karakteristik diwariskan dari suatu generasi makhluk hidup ke generasi berikutnya (Ramandhani, 2014: 1-4).
b. Hukum Mendel Pada 1865, Gregor Mendel berhasil mengemukakan teori pertama tentang pewarisan sifat yang bisa diterima dan dapat dibuktikan kebenarannya. Mendel mengajukan teori yang didasarkan pada penelitian persilangannya yang sangat terkenal yang menggunakan berbagai varietas kacang kapri. Mendel memilih kacang kapri sebagai objek percobaannya dengan pertimbangan bahwa tumbuhan ini memiliki varietas sifat yang berbeda dan mencolok yang sangat beragam, seperti warna bunga yang bisa berwarna merah, putih, ungu, dan tekstur dari bijinya, bulat atau keriput, dan berbagai sifat lainnya. Mendel menuliskan hasil percobaannya dalam makalahnya yang berjudul Experimentin
23
Plant Hybridization. Makalah ini berisi tentang hipotesis Mendel tentang pewarisan material genetik dari tetua kepada anaknya. Dari hipotesis inilah kemudian muncul yang disebut sebagai Hukum Mendel I atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Perpaduan Bebas (Ramandhani, 2014: 1-4). c. Hereditas pada Manusia Sifat-sifat pada manusia diturunkan mengikuti pola tertentu. Hal ini dapat dipelajari dengan menggunakan peta silsilah keluarga. Sifat-sifat yang dapat diturunakan ini termasuk cacat atau abnormalitas dan penyakit menurun serta pewarisan golongan darah. Cacat yang bisa diturunkan dari orang tua ke anak di antaranya adalah gangguan mental, cacat buta warna, dan albino (Ramandhani, 2014: 1-4).
C. Identifikasi Miskonsepsi dengan metode CRI Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi diantaranya yaitu penyajian peta konsep, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka, tes pilihan benar salah, pembuatan karya tulis ilmiah, menggunakan concept assessment, dan CRI dengan wawancara terstruktur (Hasan dalam Mustika, 2014: 4).
CRI dapat digunakan mengidentifikasi miskonsepsi, sekaligus dapat membedakannya dengan yang tidak tahu konsep Hasan (dalam Mustika, 2014: 4). CRI merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal.
24
CRI menggunakan skala enam (0-5). Angka 0 menurut Tayubi (dalam Mustika, 2014: 4) menandakan tidak tahu konsep sama sekali (jawaban ditebak secara total), sementara angka 5 menandakan kepercayaan diri yang penuh atas kebenaran pengetahuan dalam menjawab suatu pertanyaan (soal), tidak ada unsur tebakan sama sekali. Jika derajat kepastiannya rendah (CRI 02) maka hal ini menggambarkan bahwa proses penebakan memainkan peranan yang signifikan dalam menentukan jawaban. Tanpa memandang apakah jawaban benar atau salah, nilai CRI yang rendah menunjukkan adanya unsur penebakan yang secara tidak langsung mencerminkan ketidaktahuan konsep yang mendasari penentuan jawaban. Jika CRI tinggi (CRI 3-5), maka responden memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam memilih jawaban. Dalam keadaan ini (CRI 3-5), jika responden memperoleh jawaban yang benar, ini dapat menunjukkan bahwa tingkat keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran konsepsi biologinya telah dapat teruji dengan baik.
Apabila jawaban yang diperoleh salah , ini menunjukkan adanya suatu kekeliruan konsepsi dalam pengetahuan tentang suatu materi subjek yang dimilikinya dan dapat menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi. Ada empat kemungkinan kombinasi dari jawaban (benar atau salah) dan CRI (tinggi atau rendah) untuk tiap responden secara individu.CRI yang rendah (<2.5) dengan jawaban benar atau salah menunjukkan responden dengan kriteria tidak tahu konsep. Sedangkan CRI yang tinggi (>2.5) dengan jawaban benar menunjukkan responden dengan kriteria menguasai konsep dengan baik.
25
Adapun jika jawabannya salah dengan nilai CRI yang tinggi (>2.5) menunjukkan responden dengan kriteria mengalami miskonsepsi.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa pada konsep genetika, subkonsep apa yang sering terjadi miskonsepsi dan faktor yang menyebabkan miskonsepsi tersebut Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan tes diagnostik dan wawancara. Tes diagnostik berupa tes pilihan ganda beralasan. Setiap menjawab pertanyaan dari soal tersebut dianjurkan untuk mengisi tingkat keyakinan (CRI) berupa skala 0 sampai 5 pada setiap jawaban dari soal dan memberi alasan jawaban tersebut. Wawancara dilakukan kepada subjek yang mengalami miskonsepsi. Wawancara menggunakan pedoman wawancara. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui penyebab miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa ataupun siswa. Tes diagnostik yang telah dibuat, diuji validitas dengan dua validator ahli dibidang genetika dan evaluasi. Kemudian diuji cobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Selanjutnya dilakukan analisis CRI untuk membedakan mahasiswa yang tahu konsep, tidak tahu konsep dan yang mengalami miskonsepsi dengan kriteria yang dikemukakan oleh Hasan (dalam Mustika, 2014: 5).
26
Tabel 1. Kriteria pembeda antara tahu konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep secara individu Hasan (dalam Mustika, 2014: 5). Kriteria Jawaban
Jawaban benar
Jawaban salah
CRI Rendah (<2.5) Jawaban benar tapi CRI rendah berarti tidak tahu konsep Jawaban salah dan CRI rendah berarti tidak tahu konsep
CRI tinggi (>2.5) Jawaban benar dan CRI tinggi berarti tahu konsep Jawaban salah dan CRI tinggi berarti terjadi miskonsepsi
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung dan dilaksanakan pada bulan Juli 2016.
B. Populasi dan Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017, meliputi SMA DCC Global School 5 siswa, SMA Islam Cendikia 10 siswa, SMA IT Ar-Raihan 15 siswa. Sehingga total populasi dalam penelitian ini 30 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh dari jumlah populasi dari setiap sekolah, maka jumlah total sampel yang digunakan dalam penelitian ini 30 siswa, teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik sampling jenuh (Sugiyono, 2011: 85), yaitu teknik dalam pengambilan subyek dengan kriteria atau tujuan yang diinginkan oleh peneliti.
C. Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan menggunakan desain penelitian deskriptif. Dengan penelitian ini peneliti mengidentifikasikan terjadinya miskonsepsi pada subyek yang telah ditentukan dengan pemberian soal tes benar salah
28
beralasan yang disertai dengan kolom CRI dan pendistribusian kuisioner kepada guru IPA dan siswa. Dalam pengumpulan data, peneliti mengumpulkan informasi mengenai miskonsepsi siswa pada konsep substansi genetika yang dideskripsikan dengan cara menganalisis data hasil jawaban dengan konsep sesungguhnya.
D. Alur Penelitian Dalam prosedur penelitian ini terdapat dua tahap penelitian, yaitu : 1. Pra Penelitian a.
Menetapkan subjek penelitian yaitu siswa SMA kelas XII IPA SeKecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
b.
Membuat surat Pra Penelitian yang kemudian diberikan ke pihak sekolah di SMA Swasta Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
c.
Melakukan observasi pengambilan data siswa SMA kelas XII SeKecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
d.
Penyusunan Instrumen yaitu berupa soal tes benar salah beralasan yang disertai dengan tabel CRI yaitu tabel yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa dalam menjawab soal tes, dan pemberian angket serta kuisioner kepada guru dan siswa.
29
2. Penelitian a. Membagikan instrumen soal tes benar salah beralasan yang disertai dengan tabel CRI, kuisioner dan angket kepada guru dan siswa. b.
Langkah selanjutnya yaitu tes diagnosis miskonsepsi pada siswa menggunakan soal benar salah beralasan disertai dengan pemberian angket pada guru dan siswa.
c.
Selanjutnya yaitu analisis miskonsepsi siswa berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu hasil tes diagnosis berupa soal tes benar salah beralasan yang disertai Tabel CRI serta analisis hasil angket yang diberikan kepada guru dan siswa.
d.
Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil analisis soal tes dan angket.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes benar salah beralasan yang disertai kolom criteria CRI (Certainty of Response Index) serta kuisioner yang diberikan kepada guru dan siswa (Mustika, 2014:4). Tes tertulis digunakan untuk mengidentifikasikan miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA kelas XII IPA, dengan kolom CRI maka peneliti dapat menganalisis siswa yang mengalami miskonsepsi, sekaligus membedakan dengan siswa yang tidak paham konsep. Kuisioner digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa SMA, untuk memudahkan siswa dalam menentukan skala CRI tersebut dengan cara mencantumkan pada lembar jawaban siswa.
30
F. Analisis data Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu data kuantitatif berupa data hasil tes disertai form CRI. Langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pada lembar jawaban telah ditentukan nilai CRI berdasarkan pada skala yang disusun oleh Hasan (dalam Ade, 2014: 58). 2. Ditentukan kategori tingkat pemahaman berdasarkan pilihan jawaban, alasan, dan nilai CRI Kategori tingkat pemahaman ini berdasarkan kategori tingkat pemahaman Aliefman (dalam Ade, 2014: 58). Tabel 2. Modifikasi tingkat pemahaman Jawaban
Alasan
Nilai CRI
Benar Benar Benar Benar Benar Salah Benar Salah Salah Benar Salah Benar Salah Salah Salah Salah (Sumber: Ade, 2014: 58)
>2,5 <2,5 >2,5 <2,5 >2,5 <2,5 >2,5 <2,5
Deskripsi Memahami konsep dengan baik Memahami konsep tapi kurang yakin Miskonsepsi Tidak tahu konsep Miskonsepsi Tidak tahu konsep Miskonsepsi Tidak tahu konsep
3. Melakukan analisis jawaban untuk mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi pada siswa serta untuk membedakan antara siswa yang paham konsep dengan baik, paham konsep tapi kurang yakin, dan siswa yang tidak tahu konsep. Tabel 3. Kriteria penilaian soal Bentuk Soal Benar Salah
Nilai 1 0
Keterangan Jawaban benar Jawaban salah
Pada tes objektif disertai juga dengan criteria CRI. Adapun criteria penilaian untuk CRI ( Tayubi dalam Mustika, 2014: 3) adalah sebagai berikut:
31
Tabel 4. Kriteria penilaian CRI Kriteria Jawaban menebak Jawaban hampir menebak Jawaban tidak yakin Jawaban yakin Jawaban hampir benar Jawaban pasti benar
Skor 0 1 2 3 4 5
(Sumber: Mustika, 2014: 3) Jawaban pada kolom CRI dengan kriteria CRI tinggi dan rendah dapat mengungkap kelompok siswa yang miskonsepsi, tidak tahu konsep dan paham konsep. Tabel 5. Ketentuan CRI rendah atau nilai CRI . Kriteria jawaban
CRI rendah (<2,5)
CRI rendah (>2,5)
Jawaban benar
Jawaban benar dan CRI rendah berarti tidak paham konsep
Jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep dengan baik
Jawaban salah
Jawaban salah dan CRI rendah berarti tidak paham konsep
Jawaban salah dan CRI tinggi berarti miskonsepsi
(Sumber: Mustika, 2014:5) 4. Melakukan perhitungan presentase pada penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut : = x100%
Keterangan : P: Presentase f: Jumlah jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi N: Jumlah siswa Hasil perhitungan persentase ini kemudian dikualifikasikan menurut Riduwan (2010: 89) sebagai berikut:
32
Tabel 6 .Kriteria penilaian persentase Kriteria Sangat tinggi
Persentase (%) 81 - 100
Tinggi
61 - 80,99
Sedang
41 - 60,99
Rendah
21 - 40,99
Sangat rendah
0 - 20,99
Selanjutnya untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2013: 276). Angket siswa yang sudah dihitung skornya kemudian dianalisis korelasinya dengan banyaknya butir soal yang masuk ke dalam kategori “Miskonsepsi”. Setelah itu hasilnya dikategorikan dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% (Arikunto, 2013: 276). Kemudian dibuat rekapitulasi persentase rata-rata tingkat pemahaman seluruh siswa, lalu menganalisis letak miskonsepsi siswa pada butir soal. Hasil pengolahan data ini selanjutnya mengarah pada kesimpulan penelitian.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan berikut: 1. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XII SMA Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat memiliki rata-rata 28,13% dengan kriteria “sangat rendah” dan miskonsepsi teringgi terjadi pada materi kromosom dengan rata-rata 38,33% dengan kriteria “rendah” . 2. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas XII SMA Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat dikarenakan faktor minat siswa yang kurang dalam mengikuti pembelajaran disekolah.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas saran-saran yang dapat diajaukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas dan alat-alat praktikum yang mendukung proses pembelajaran. 2. Bagi guru sebaiknya melakukan diagnosis terhadap miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga tidak terjadi secara berkelanjutan dan melakukan perbaikan terhadap miskonsepsi yang dialami oleh siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Mustaqim. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan Metode Certainy Of Response Index (CRI ) Pada Konsep Respirasi dan Fotosintesis. Universitas hidayatullah. Jakarta.(Skripsi) Arsal. Mustika, A., dan Yusminah., H. 2014. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Genetika dengan Metode CRI Jurnal Sainsmat, di unduh dari http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat pada tanggal 9 september 2014, Halaman 122-129 Vol. III, No. 2 ISSN 2086-6755. Aliefman, Hakim. 2012. Student Concept Understanding of Natural Products Chemistry in Primary and Secondary Metabolites Using the Data Collecting Technique of Modified CRI”, International Online Journal of Educational Sciences, 4, 3, 2012, p. 544-553. Aloysius, Duran Corebima. 2008. Bahan Ajar Genetika Makalah untuk Kuliah Program S2 Biologi. Malang Chumidach, Roini. 2013. Jurnal Pendidikan Organisasi Konsep Genetika Pada Buku Biologi SMA Kelas XII Jurnal EduBio Tropika,Volume 1, Nomor 1. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta. 80-81, 82hlm. Haambokoma, Cristhoper. 2007. Nature and Causes of Learning Difficulties in Genetics at High School Level in Zambia Vol.13, No.1, 2007, pp. 1-9. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Diunduh dari Http://books.google.co.id/books?id.php.CetIV, Pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 16.00 WIB. Herlanti, Yanti. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan Metode Certainty Of Respons Index (CRI) Pada Konsep Fotosintesis Dan Respirasi Tumbuhan. 6(2) : 1-2 Idha, C. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi Melalui Perfomance Assessment. Jurnal Pendidikan Inovatif 3 (02): 69-73. (Online), (Http://Jurnal Pendidikan Inovatif), diakses 05 mei 2017 19.00 WIB).
Manalu, Kartika. 2012. Journal Pembelajaran Konsep Upaya Mengatasi Miskonsepsi Dalam Pembelajaran Biologi Vol II No 2. Mohamad, Rivai., R . 2013 Penerapan Pattern Matching dalam Penentuan Pewarisan Sifat Genetis Tetua pada Anaknya di unduh dari file:///C:/Users/acer/Downloads/genetika-9%281%29.pdf pada tanggal 6 Januari 2016. Pukul 14.00 WIB. 6hlm. Mustika, A., Yusminah., H dan Andi, F. 2014. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep Genetika dengan Metode CRI Jurnal Sainsmat, di unduh dari http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat pada tanggal 9 september 2014, Halaman 122-129 Vol. III, No. 2 ISSN 2086-6755. Nusantari, Elya. 2013. Jurnal Pendidikan Sains Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di Sekolah Menengah Atas Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, Universitas Negeri Gorontalo. Paramitha. 2013. Buku Pedoman Guru Biologi Edisi ke-4. National Science Teachers Association. Terjemahan The Biology Teacher’s Handbook 4th Edition. Jakarta : PT. Indeks Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 246Hlm. Sadia, I wayan. Arnyana, I Putu. Muderawan, I Wayan. 2013. Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Pembelajaran Sains. 2(2) : 4 Septiana, Dwi. 2010. Skripsi Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep ARCHAEBACTERIA dan EUBACTERIA. UIN Hidayattullah: Jakarta. yang diunduh dari http://ebook.C:/Users/acer/Downloads/ pdf. pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 20.00 WIB. 214 hlm. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta. Bandung. 85hlm. Suhermin. 2014. Profil Media Slide Interaktif Berbasis MS Power Point Pada Pokok Bahasan Substansi Genetika Kelas XII.3(1):1. Suhermiati, Ita. 2015. Journal Of Analysis Of Students Misconception Protein Synthesis Subject Material Based On Biology Student Learning Result Vol.4 Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, PT. Grasindo. Jakarta