e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
KORELASI ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS V SD GUGUS 1 KECAMATAN MENGWI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
I Made Agus Widiartawan1, I Wy. Sujana2, I Komang Ngurah Wiyasa3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto, korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang ada di SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi yang berjumlah 157 orang. Sampel ditentukan dari populasi menggunakan teknik proporsional random sampling dan jumlah sampel dari populasi ini adalah 110 orang. Data tentang gaya belajar dikumpulkan dari pengisian tes gaya belajar oleh responden, sedangkan data tentang kompetensi pengetahuan IPS didapat melalui pencatatan dokumen. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik korelasi point triserial. Hasil analisis data diperoleh t hitung = 1,228, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan df = 108 diperoleh nilai ttabel = 1,980 sehingga thitung = 1,228 < ttabel = 1,980. Berdasarkan kriteria pengujian maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017
Kata kunci : gaya belajar, kompetensi pengetahuan IPS Abstract This study aims to determine the relationship between learning styles with the mastery of the knowledge competence of IPS students of class V SD Gugus 1 Mengwi District academic year 2016/2017. This type of research is ex post facto, correlational research. The population of this study is all students of class V that exist in elementary school 1 Mengwi District, amounting to 157 people. Samples were taken from the population using a proportional random sampling technique and the sample size of this population was 110 people. The data collected is the result of filling the learning style test by the respondent, while the data on IPS knowledge competence is obtained through document recording. Statistical analysis used in this research is the technique of correlation of triserial point. The results of data analysis obtained t count = 1.228, while at 5% significance level and df = 108 obtained ttable value = 1.980 so tcount = 1.228 < ttable= 1.980. Based on the criteria of the test, the null hypothesis (H0) is accepted and the alternative hypothesis (Ha) is rejected. So it can be concluded that there is no significant positive relationship between learning styles with the mastery of the competence of knowledge IPS class V SD Gugus 1 Mengwi District academic year 2016/2017
Keywords: learning styles, IPS knowledge competencies
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha sadar atau kegiatan teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut antara lain tujuan pendidikan, kurikulum, siswa, guru, interaksi edukatif, isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam system pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.( Triwianto, 2014:24). Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan adanya suatu kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta tatacara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum tersebut panduan interaksi antara guru dan siswa. Dengan demikian kurikulum berfungsi sebagai “ napas atau inti” proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan potensi siswa. Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Tentunya dalam sebuah pembelajaran diperlukan adaya interaksi edukatif dari siswa guna tercapainya penguasaan kompetensi yang diinginkan. Menurut Triwianto (2014:25), Interaksi edukatif adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Isi pendidikan merupakan materi dan kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu, lingkungan pendididkan adalah tempat manusia berinteraksi timbal balik sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan kearah yang lebih baik lagi.
Guru adalah tenaga kependidikan yang bertugas untuk mengembangkan segala potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa agar berkembang secara optimal kearah yang lebih baik. Maka dari itu guru haruslah mengetahui kiat-kiat, cara-cara dan strategi pembelajaran yang perlu dilaksanakan dalam proses pembelajaran agar siswa dapat lebih mudah memahami dan melaksanakan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Salah satu kiat-kiat yang harus seorang guru ketahui adalah gaya belajar siswanya. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi yang dia dapatkan. Menurut DePoter & Hernarcki (2016:113), Gaya belajar anak, dilihat dari ciri fisik cara belajar anak dan dalam menerima informasi. Gaya belajar dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Gaya Belajar Visual ( Belajar dengan Cara Melihat ), (2) Gaya Belajar Auditori ( Belajar dengan cara mendengar ), (3) Kinestetik ( Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja, dan Menyentuh), walaupun terkadang ada anak yang memiliki gaya belajar lebih dari satu namun pasti ada gaya belajar yang paling menonjol. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui modaliatas atau gaya belajar kita masing-masing, sebab dengan mengetahui gaya belajar sendiri kita dapat menggunakan strategi yang tepat untuk belajar dan memudahkan kita untuk menerima suatu informasi. Pendidik sangatlah perlu mengetahui gaya belajar dari setiap peserta didiknya karana setiap anak memiliki gaya belajar yang berbedabeda perlu adanya perlakuan lebih untuk menyesuaikan gaya belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran yang di terpakan oleh pendidik. Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada siswa, maka seorang guru diharapkan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif, bijaksana, dan tepat,sehingga tujuan dari pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Salah satu cara yang digunakan dalam mengukur suatu keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar atau penguasaan kompetensi yang diharapkan. 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, pengalaman, kecakapan, dan pengetahuan baru. Sebuah parameter keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan yang ditempuh oleh siswa adalah prestasi belajar. Tetapi, dalam meraih suatu prestasi belajar ada yang sangat dibutuhkan yaitu proses belajar. Bentuk nyata yang dapat dilihat dan dirasakan dari kegiatan belajar ini adalah hasil belajar atau penguasaan terhadap suatu kompetensi. Hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.( Susanto, 2013:5). Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi tentang kemajuaan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar atau pembelajaran Sejalan dengan hasil belajar diatas, pembelajaran pendidikan IPS memiliki tujuan yang sangat agung adan mulia, yaitu untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu : sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisiplinear dari aspek cabang-cabang ilmu sosial tersebut. Tujuan pendidikan IPS pada intinya diarahkan pada proses pengembangan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat
tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang memberikan siswa berbagai pengetahuan tentang sosial khususnya pengalaman sosial untuk dapat mengembangkan sikap sosial yang dimiliki. (Susanto,2013:144). Namun pada kenyataannya di sekolah dalam proses pemebelajaran guru tidak memperhatikan macam-macam gaya belajar yang dimiliki oleh siswa, guru tidak bisa mengoptimalkan strategi-strategi pemebelajaran yang bisa mendukung gaya belajar siswa dalam, mengelola dan mengolah informasi yang diberikan sehingga hasil belajar dan penguasaan kompetensi yang di harapkan tidak optimal. Setiap orang memiliki salah satu gaya belajar yang menonjol baik itu gaya belajar visual, auditorial maupun kinestetik. Jika seorang guru mampu mengimplementasikan strategi pemebelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa, maka hasil belajar dan penguasaan kompetensi yang diharapakan dapat tercapai secara optimal. Jadi dapat disimpulkan jika guru dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif, bijaksana, tepat dan sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa maka hasil belajar dan penguasaan kompetensi yang diharapkan akan tercapai maksimal. Sangat penting bagi siswa mengetahui gaya belajar yang mereka miliki, sebab dengan belajar menggunakan gaya belajar yang siswa miliki niscaya hasil belajar dan penguasan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan uraian tersebut, salah satu yang menunjang penguasaan kompetensi belajar, terutama penguasaan kompetensi belajar IPS siswa adalah gaya belajar siswa. Siswa yang belajar sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki akan merasa maampu dan lebih mudah, menyerap memperoleh informasi yang diharapkan mencari jawaban atas pertanyaan yang didapat, sehingga secara tidak langsung siswa akan lebih mudah menguasai kompetensi belajar terutama penguasaan kompetensi IPS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gaya belajar berhubungan secara signifikan dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Korelasi Antara Gaya Belajar dengan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap ilmu pendidikan, khususnya pendidikan guru sekolah dasar sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang strategi atau pendekatan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa.
langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak diberikan perlakuan. Dantes (2012:61) mengemukakan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian dengan mengambil kelompok-kelompok yang berbeda dan peneliti berusaha menentukan perbedaanperbedaan ini. Ex post facto mulai dengan deskripsi situasi sekarang , yang diasumsikan sebagai akibat dari faktorfaktor sebelumnya telah ada dan memengaruhi peneliti berusaha meneliti kebelakang untuk menentukan faktor yang diasumsikan sebagai penyebab, yang mulai beroprasi pada masa yang lalu. Agar kita dapat menyimpulkan hubungan semacam sebab-akibat antar variabel tersebut, harus dapat dikumpulkan fakta (baik logika teori atau data empirik). Maka penelitian yang akan dilakukan ini tergolong “ex post facto” karena dalam penelitian ini tidak melakukan treatment terhadap variabel – variabel penelitian. Penelitian ini hanya mencari data berdasarkan hasil pengukuran yang telah ada pada para koresponden. Simpulan tentang adanya hubungan antara variabel tersebut dibuat berdasarkan perbedaan yang mengiringi variable bebas dan variable terikat tanpa intervensi langsung. Jadi penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris sistematis yang tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi dengan mengambil kelompok-kelompok yang berbeda dan peneliti berusaha menentukan perbedaanperbedaan ini untuk menentukan faktor yang diasumsikan sebagai penyebab, yang mulai beroprasi pada masa yang lalu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya belajar sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa SD kelas V. Salah satu tujuan suatu penelitian untuk mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari pengetahuan. Hasil dari penelitian itu haruslah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka penelitian itu harus dilaksanakan menurut metode atau langkah – langkah prosedur yang ada. Setiap penelitian
METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi yang terdiri dari 6 sekolah. Keenam sekolah tersebut adalah SD N 1 Pererenan, SD N 2 Pererenan, SD N 1 Cemagi, SD N 2 Cemagi, dan SD N 3 Cemagi, SD N 4 Cemagi. Pemilihan SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi sebagai tempat penelitian karena keterjangkauan dan kelayakan. Keterjangkauan dalam arti tempat penelitian mudah dijangkau oleh peneliti, serta kelayakan dalam arti di SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan mei 2017. Kegiatan yag dilaksanakan selama penelitian dimulai dari pengmbilan judul dan menyusun proposal hingga laporan penelitian ini selesai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, dengan tidak memanipulasi variable bebas atau menggali fakta yang sudah terjadi sebelumnya, sehingga penelitian ini tergolong penelitian ex post facto. Menurut Kerlinger (dalam Emzir, 2007:119), ex post facto adalah penyelidikan empiris sistematis yang tidak mengendalikan variabel bebas secara 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
didasarkan atas adanya masalah dan objek yang diteliti. Antara satu penelitian dangan penelitian lainnya memiliki subjek yang berbeda-beda bergantung pada konteks penelitian. Populasi merupakan salah satu dari sujek penelitian. Menurut Arikunto, (2010:130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2012:18). Jadi berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan objek/subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang telah ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus 1, Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 6 sekolah. Keenam sekolah tersebut adalah SD N 1 Pererenan, SD N 2 Pererenan, SD N 1 Cemagi, SD N 2 Cemagi, dan SD N 3 Cemagi, SD N 4 Cemagi. dan 157 siswa. Bila populasi besar penelitian yang dilakukan akan sulit mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan tenaga dan waktu, maka dapat digunakanlah sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto, 2010:131 ). Sedangkan Sugiyono ( 2012:80 ) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi dapat disimpulkan sampel adalah sebagian atau wakil dari jumlah dan karakteristik populasi yang diteliti. Dalam melakukan penelitian banyak sekali teknik sampel yang ada, namun untuk penelitian ini, teknik yang digunakan dalam mengambil sampel adalah teknik proporsional sampling. Menurut Netra (1974:14), teknik proporsional sampling digunakan apabila cara pengambilan sampel memperhitungkan adanya proporsi atau besar kecilnya perbandingan antara bagianbagian yang ada dalam suatu populasi. Prosedur yang ditempuh dilakukan dengan jalan mengambil individu yang terdapat dalam masing – masing kategori populasi,
sesuai dengan proporsi atau perimbangan untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:82), teknik proporsional sampel digunakan bila populasi memiliki anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara porporsional. Proporsional sampel merupakan jumlah sampel yang diambil dari strata yang sebanding, sesuai dengan proporsional ukurannya. Rondom adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak. Jadi teknik proposional rondom sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak dengan memperhatikan jumlah siswa masingmasing kelas.Dalam penentuan sampel dapat dilihat pada tabel Issac and Michel. Dalam tabel tersebut dijelaskan tentang besarnya sampel yang diambil darig populasi dengan tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10% .Sesuai dengan tabel tersebut, jumlah populasi di Gugus 1 Kecamatan Mengwi sebanyak 157 orang, sedangkan populasi yang ada dalam tabel Issac and Michel yang mendekati jumlah populasi di Gugus 1 Kecamtan Mengwi adalah 160 orang, jadi jumlah sampel yang diambil dengan tingkat kesalahan 5% adalah 110 orang. Kesimpulannnya pada penelitian ini menggunakan populasi 157 siswa dan sampel 110 siswa. Pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling. Penggunaan Proporsional random sampling, yaitu suatu prosedur yang dalam hal ini siswa yang dilibatkan pada penelitian merupakan perwakilan dari populasi. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah tentang kompetensi pengetahuan IPS dan gaya belajar siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gaya belajar siswa dan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penenelitian ini adalah dengan metode tes yaitu tes gaya belajar dan pencatatan dokumen. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa yang menjadi sampel di kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Pada penelitian ini pengumpulan data terhadap gaya belajar 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
siawa di kumpulkan dengan metode tes yaitu dengan memberikan tes gaya belajar. Sedangkan data kompetensi IPS siswa didapat dengan metode pencatatan dokumen. Instrumen tes gaya belajar pada penelitian ini menggunakan tes gaya belajar dari Bobbi DePorter & Mike Hernacki. Tes gaya belajar ini sudah baku dan menggunakan metotelogi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes gaya belajar ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengenal gaya belajar siswa. Sedangkan, dokumentasi dalam penelitian ini adalah salah satu teknik penunjang dalam pengumpulan data dengan menghimpun dokumen- dokumen yang dapat mendukung serta melengkapi data penelitian. Data yang dikumpulkan melalui pencatatan dokumentasi dalam penelitian ini yaitu daftar nilai UAS IPS kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017 pada semester 1 Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan teknik korelasi point serial. Teknik korelasi point serial adalah teknik korelasi yang dipergunakan untuk mencari koefisien korelari antara gejala nominal dengan gejala interval. Selanjutnya berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh itu kita dapat mengadakan pengetesan tentang korelasi antara kedua gaya tersebut. ( Netra, 1974:252). Dalam hal ini gejala nominal itu dapat terbagi menjadi dua golongan, tiga golongan, empat golongan dan seterusnya. Bila gejala nominal tersebut dibedakan menjadi dua golongan, maka teknik korelasi yang dipergunakan itu disebut teknik korelasi point beserial. Sedangkan apabila dibedakan menjadi tiga golongan disebut teknik korelasi point triserial. Selalanjutnya apabila dibedakan menjadi empat golongan disebut teknik korelasi point quartoserial.
tidak langsung. Maksudnya bahwa faktor yang di uji itu bukanlah koefisien korelasi point triserial, tetapi faktor lain. Adapun faktor lain yang di uji disini adalah nilai “t” yang di peroleh dari rumus transformasi. Dengan rumus ini, maka nilai koefisien korelasi point triserial di transformasikan kedalam nilai “t”. signifikan tidaknya nilai “t” berlaku sepenuhnya terhadap nilai koefisien korelasi point triserial. Jadi apabila di dalam pengujian nilai “t” adalah signifikan, maka ini berati nilai koefisien korelasi point triserial adalah juga signifikan. Demikian juga sebaliknya. Pengujian arah korelasi juga dilakukan untuk mengetahui arah korelasi negatif atau positif.
Karena dalam penelitian ini gejala nominal dibagi menjadi tiga golongan yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Maka teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi point triserial. Pengetesan nilai koefisien korelasi point triserial dilakukan secara
Gambar 4.1 Histogram Data Kompetensi Pengetahuan IPS
Kriterianya jika harga thitung lebih kecil dari harga ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika harga thitung lebih besar dari harga ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada taraf signifikansi 5% (ttabel = 1,980) atau taraf kepercayaan 95% dan df = n - 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS diketahui bahwa X = 78,20, Mo = 77,384, Me = 77,74, Xt = 92 dan Xr = 70. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa juga disajikan dalam bentuk grafik berikut.
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari gaya belajar siswa yaitu bersifat nominal sedangkan data 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kompetensi pengetahuan IPS siswa bersivat interval maka uji statistik yang dipakai adalah uji nonparametrik yaitu korelasi point triserial yang ditansformasikan kedalam bentuk nilai t. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung ≤ ttabel, maka Ho
N 110
diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan df = n – 2 dan taraf signifikansi 5% (ttabel = 1,980) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil uji transformasi nilai t dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Tabel Hasil Analisis Uji transformasi nilai t df SDtot rpts thitung 108
3,654
0,106
Untuk mengetahui signifikansi hasil perhitungan uji hipotesis di atas, maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel. Harga ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 108 (n-2) = 1,980. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 1,228. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan df = 110 – 2 = 108 dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga ttabel =1,980, karena thitung= 1,228 < ttabel = 1,980 maka Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang positif signifikan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017 diterima atau Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai guru kita haruslah pintar memilih strategi, metode dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sehingga gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa dapat berkembang secara optimal bisa dimanfaatkan oleh siswa karena setiap gaya belajar yang dimiliki siswa memiliki potensi yang sama dalam mengolah segala informasi yang mereka dapatkan baik itu merupakan materi-materi yang ada dalam pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Maka dari itu penting bagi guru mengetahui gaya belajar dari masingmaring siswa sehingga tujuan dari suatu
1,228
ttabel 1,980
pembelajaran dapat tercapai secara optimal dan merata kepada semua siswa. Jenis gaya belajar baik itu visual, audiorial maupun kinestetik bukanlah patokan atau ukuran seorang siswa lebih unggul atau mendapatkan nilai yang lebih baik, semua gaya belajar yang dimiliki murid memiliki potensi yang sama dalam mengelola informasi dan menguasai kompetensi tertentu hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Dilts, Grinder dkk (dalam Huda 2013:287), bahwa ketiga gaya belajr ini digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi. Bahakan, beberapa orang tidak hanya cenderung pada satu gaya belajar saja, mereka bisa memanfaatkan kombinasi dari gaya belajar tertentu untuk meningkatkan kemampuan belajar. Melalui pernyataan tersebut dapat disimpulkan, Niali terhadap suatu penguasaan kompetensi tidak dipengaruhi oleh gaya belajar yang dimiliki siswa saja, sebab ketiga gaya belajar tersebut sama baiknya bahkan siswa juga dapat mengkombinasikan gaya belajar yang mereka miliki, selain itu penguasaan kompetensi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhinya seperti faktor-faktor internal dan ekternal dari siswa itu sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung = 1,228 dengan ttabel = 1,980 yang berarti thitung < ttabel, sehingga H0 diterima sedangkan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan penguasaan kompetensi 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
pengetahuan IPS siswa kelas V SD Gugus 1 Mengwi tahun pelajaran 2016/2017.
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberiakan kiat-kiat dan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa bisa belajar dengan gaya belajar mereka sendiri. Serta kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat yang menggunakan penelitian ini.
Apabila berdasarkan uraian tersebut maka dapat kita katakan bahwa tiap-tiap siswa dari ketiga jenis gaya belajar tersebut terdapat kecendrungan untuk mengusai kompetensi pengetahuan IPS yang sama luasnya atau dapat pula dikatakan bahwa luasnya kompetensi pengetahuan IPS yang bisa dikuasai oleh siswa tidak ditentukan oleh jenis gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa tersebut. Hal ini juga didukung oleh pernyataan menurut Rose and Nicholl (dalam Deporter, 2014:216), bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda-beda, dan semua cara itu sama baiknya. Semua gaya belajar mempunyai kekuatan sendirisendiri. Dalam kenyataannya, kita semua memiliki ketiga gaya belajar tersebut, hanya saja biasanya satu gaya mendominasi. Dari pernyataan tersebut semakin memperkuat bahwa setiap gaya belajar terdapat kencendrungan untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sebab ketiga gaya belajar tersebut sama baiknya. Berdasarkan hal tersebut diperlukan strategi dari guru dalam pembelajaran untuk mengetahui gaya belajar siswa dan melaksanakan pembelajaran yang bervariasi sehingga ketiga gaya belajar ini dapat terayomi sehingga semua siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda tersebut dapat berkembang secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran yaitu: Kepada Siswa kepada siswa untuk belajar dengan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, sehingga prestasi belajar siswa meningkat dan tujuan dari pembelajaran yang diinginkan tercapai secara optimal di sekolah. Kepada guru agar mengetahui gaya belajar dari masing-masing siswanya sehingga tujuan pembelajaran dan penguasaan terhadap suatu kompetensi yang diinginkan tercapai secara optimal. Kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede. 2016. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Sin: Yogyakarta: Depublish Arikunto, Suharsini. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN Di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk Kelas V Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas DePorter, Bobbi, Reardon, Mark, & SingerNoure, Sarah.2014 Quantum Teaching : 0rcbestrating student succes. Bandung: PT Mizan Pustaka. DePoter, Bobbi, & Hernacki, Mike 2016 Quantum Learning.Bandung: PT Mizan Pustaka. DePoter, Bobbi, & Hernacki, Mike. 2011 Quantum Learning.Bandung: PT Mizan Pustaka.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Dwi Prasetyo, Apri. 2016. Hubungan antara Minat Baca dan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Atas SD Muhammadiyah Baturan Tahun Ajaran 2015/2016. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka pelajar .
Thobroni, M. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Irwanto, Nur & Suryana, Yusuf. 2016. Kopetensi Pedagogik . Surabaya: Genta Group Production.
Triwiyanto,Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yusuf, Muri. A. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenamedi Group.
Kosasih. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Yrama Widya. Mite, Yakobus. 2016. “Hubungan antara Gaya Belajar dengan Hasil Belajar siswa SMA Katolik Santa Maria Malang Berbasis Skor Terkoreksi dalam Pembelajaran Biologi Melalui Pembelajaran Group Investigation (GI) Tahun Ajaran2015/ 2016”. Volume 1, Nomer 5 ( hlm 822-827). Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Netra, I.B.1974. Statistik Inferensial.Surabaya. Usaha Nasional Pujiarti, Amin. 2013. Hubungan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
9