STRUKTUR KALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: Eka Putri Hanifah 1112013000002
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Eka Putri Hanifah 1112013000002: Struktur Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Dosen Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif karena data yang diteliti berupa kalimat dalam karangan. Struktur kalimat terkait fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis dideskripsikan sedemikian rupa dan dikategorisasi berdasarkan persamaan bentuk pola strukturnya. Hasil penelitian analisis struktur kalimat dalam 30 karangan siswa adalah diketahui dari 152 data terdapat 40 pola yang muncul berdasarkan analisis fungsi, 101 pola yang muncul berdasarkan analisis kategori, dan 75 pola yang muncul berdasarkan analisis peran. Pola yang dominan muncul dalam analisis fungsi adalah pola S-P-K, pola S-P-Pel, pola K-S-P-K, dan pola S-P-O. Pola yang dominan muncul dalam analisis kategori adalah pola F.N-V-F.N, pola F.N-VF.Prep, pola Pron-F.V-F.Prep, dan pola F.Prep-Pron-F.V-F.N. Pola yang dominan muncul dalam analisis peran adalah pola Dikenal-Pengenal, pola Waktu-PelakuPerbuatan-Tempat, pola Pelaku-Perbuatan-Sasaran, dan pola Pelaku-PerbuatanTempat. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, sebaiknya siswa dibiasakan untuk memahami struktur kalimat yang baik karena pemahaman mengenai struktur kalimat dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis siswa. Jika kemampuan menulis siswa sudah cukup bagus, maka guru tidak lagi kesulitan untuk memahami isi karangan/tulisan yang dibuat siswa. Hal tersebut tentu akan mempermudah guru dalam memberikan penilaian.
Kata Kunci: Fungsi Sintaksis, Kategori Sintaksis, Peran Sintaksis, dan Pola Struktur Kalimat.
i
ABSTRACT Eka Putri Hanifah 1112013000002: Sentence Structure in Description of Seventh Grade Students of SMP Negeri 13 South in the academic year 2016/2017. Education Department of Language and Literature, Faculty of Science and Teaching of Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Narrative Tangerang Indonesian MT, State
Supervisor: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. The purpose of this research is to determine the sentence’s structure on descriptive essay made by seventh grade students at SMPN 13 South Tangerang year 2016/2017. The method used on this research is qualitative descriptive because the data have the form sentences on paragraph. The related structure of sentence such s syntax function, category, and role are described and categorized based on the structure pattern.. The results of research analyzed the sentence structure in 30 essay are known from 152 data, there are 40 patterns appeared based of function analysis, 101 patterns appeared based of category analysis, and 75 patterns appeared based of role analysis. The dominant pattern of function analysis are S-V-Adv pattern, S-V-Compl pattern, Adv-S-V-Adv pattern, and S-V-O pattern. The dominant pattern of category analysis that found are F.N-V-F.N pattern, F.N-V-F.Prep pattern, Pron-F.V-F.Prep pattern, and F.Prep-Pron-F.V-F.N pattern. Meanwhile, the dominant pattern of role analysis are known-recognizer pattern, Time-ActorDeeds-Place pattern, Deeds-Actor-Goal pattern, and Actor-Deeds-Place pattern. On learning the Indonesian language, students should be taught to understand the sentence structure if it is good and right for the understanding of sentence structure can help improve student's writing skills. If the student’s writing skills are good enough, then the teacher is no longer difficult to understand the essay/article that made the students. It will certainly facilitate teachers assign ratings.
Keywords: Syntax Function, Syntax Category, Syntax Role, and Sentence Structure.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Wa Syukurillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang, pencerahan, dan kemudahan bagi penulis untuk menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan, sehingga pada akhirnya penulis mampu membuat sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Pengerjaan skripsi ini tentu tidak dapat terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan oleh pribadi-pribadi hebat di belakang penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu karena berkat bantuan tersebut akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Beribu terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para wakil dekan dan seluruh jajarannya; 2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia beserta seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah rela dan ikhlas mengajari dan membagi ilmunya; 3. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar dan tulus memberi arahan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi dari awal hingga akhir; 4. Ibu Sri Supraptiwi, S.Pd., selaku Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 13, Kota Tangerang Selatan yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang penulis butuhkan selama penelitian ini; 5. Bapak Mustadi dan Ibu Rosidah, terima kasih karena senantiasa merawat, membimbing, dan selalu memberi dukungan baik dalam bentuk moril maupun materil, serta do’a yang selalu mengiringi. Kiranya, tidak ada satupun yang akan pernah cukup untuk membalas jasa mereka berdua;
iii
6. Seluruh
keluarga
besar
yang turut
memberi
dukungan
dan
selalu
menyempatkan untuk hadir dalam setiap momen-momen penting perjalanan penulis selama ini; 7. Sahabat-sahabat tercinta, Fitri Handayani, SKM., Fitri Hera Febriana, S.Pd., Tria Intan Mutiara, A.Md.Keb., Nandri Septiandi, S.Pd., dan Moh Syaiful Hidayatur Rakhman, S.S.T., atas segala motivasi, nasehat dan semangat yang tidak hentinya diberikan kepada penulis selama ini; 8. Rekan-rekan PBSI angkatan 2012, terima kasih atas persaudaraan yang telah terjalin. Penulis berdo’a semoga persaudaraan kita tetap terjaga dan kita semua dapat bertemu kembali di lain kesempatan dengan berbagai pencapaian yang telah kita raih; 9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu-persatu dan telah banyak membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Jakarta, 19 Desember 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iii
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .........................................................................
5
D. Perumusan Masalah ..........................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORETIK ....................................................................
7
A. Landasan Teori ..................................................................................
7
1. Sintaksis ......................................................................................
7
a. Fungsi Sintaksis ....................................................................
8
b. Kategori Sintaksis .................................................................
13
c. Peran Sintaksis ......................................................................
16
d. Alat Sintaksis ........................................................................
18
e. Satuan Sintaksis ....................................................................
19
2. Kaidah Menulis Karangan...........................................................
20
3. Jenis-Jenis Karangan ...................................................................
21
a. Narasi ....................................................................................
21
v
b. Eksposisi ...............................................................................
22
c. Argumentasi ..........................................................................
22
d. Deskripsi ...............................................................................
23
e. Persuasi .................................................................................
24
B. Penelitian Relevan .............................................................................
24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................
28
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................
28
B. Metode Penelitian..............................................................................
28
C. Objek Penelitian ................................................................................
29
D. Sumber Data Penelitian .....................................................................
29
E. Instrumen Penelitian..........................................................................
30
F. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
30
G. Teknik Analisis Data ........................................................................
31
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................
35
A. Profil Sekolah ....................................................................................
35
1. Sejarah Sekolah ...........................................................................
35
2. Visi, Misi, dan Tujuan.................................................................
36
3. Guru dan Tenaga Kependidikan..................................................
37
4. Siswa ...........................................................................................
38
B. Analisis Struktur Kalimat dan Kategorisasi ......................................
38
1. Analisis Fungsi ............................................................................
38
2. Analisis Kategori .........................................................................
59
3. Analisis Peran .............................................................................
81
C. Persentase Kemunculan Pola Dominan ............................................
100
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................
102
A. Simpulan ...........................................................................................
102
B. Saran ..................................................................................................
102
vi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
103
DAFTAR TABEL Tabel 3.1: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis ............
32
Tabel 3.2: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis .........
32
Tabel 3.3: Contoh Tabel Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis .............
33
Tabel 3.4: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis ...............
33
Tabel 3.5: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis ............
33
Tabel 3.6: Contoh Tabel Temuan Data Analisis Peran Sintaksis .................
34
Tabel 3.7: Contoh Tabel Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat ...
34
Tabel 4.1: Tabel Daftar Jumlah Rombel dan Siswa/i SMPN 13 ..................
38
Tabel 4.2: Tabel Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis.........................
38
Tabel 4.3: Tabel Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis ............................
51
Tabel 4.4: Tabel Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis .....................
59
Tabel 4.5: Tabel Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis .........................
72
Tabel 4.6: Tabel Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis ..........................
81
Tabel 4.7: Tabel Temuan Data Analisis Peran Sintaksis ..............................
93
Tabel 4.8: Tabel Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat .................
100
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah melatih siswa untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni (1) mendengarkan/menyimak, (2) membaca, (3) berbicara, dan (4) menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu keterampilan berbahasa secara tulis dan keterampilan berbahasa secara lisan. Di sekolah, siswa akan memperoleh empat keterampilan berbahasa ini secara berurutan dan teratur disesuaikan dengan tingkat kesulitannya. Sebuah riset menyebutkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, kita sudah pasti akan melakukan empat kegiatan berbahasa tersebut dengan intensitas yang berbeda-beda. Jika keempat kegiatan berbahasa tersebut dipersentasekan, maka akan didapatkan hasil kurang lebih sebagai berikut. (1) mendengarkan sebesar 45%, (2) berbicara sebesar 30%, (3) membaca sebesar 16%, dan (4) menulis sebesar 9%.1 Dari hasil persentase sederhana di atas, diketahui bahwa keterampilan menulis menjadi keterampilan dengan persentase terendah, atau dengan kata lain jarang dilakukan jika dibanding ketiga keterampilan lainnya. Salah satu contoh yang dapat membuktikan hal tersebut adalah kegiatan belajar mengajar di kelas lebih dominan menuntut siswa untuk mendengarkan penjelasan dari guru, aktif berbicara guna kepentingan diskusi, dan bergiliran membacakan materi pelajaran, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan menulis lebih sering dijadikan pekerjaan rumah oleh guru karena faktor keterbatasan waktu dan lain sebagainya. Kiranya tidak masalah jika pekerjaan rumah tersebut nantinya memang akan diperiksa dengan cermat oleh guru atau akan dibahas secara lebih mendalam di pertemuan selanjutnya. Namun, bagaimana jika pekerjaan rumah tersebut justru terlupakan dan tidak diperiksa oleh guru, atau bahkan hanya 1
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia UMM, Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah, (Malang: UMM Press, 2003), h. 2.
1
2
sekilas dibahas bersama siswa di awal pembelajaran berikutnya. Persoalan yang demikian itu tentu sedikit banyak akan menyebabkan kemampuan menulis siswa menjadi tidak berkembang. Keterampilan menulis memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Banyak hal yang harus diperhatikan ketika ingin menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan. Salah satunya adalah memperhatikan urutan kata. Perhatikan kalimat di bawah ini.
(1)Besar sekali gajah itu. (2) Gajah itu besar sekali.
Kalimat (1) sepintas memang terlihat benar karena dewasa ini pola menerangkan-diterangkan (MD) tanpa sengaja banyak digunakan oleh penutur bahasa Indonesia. Tetapi, sebenarnya pola kalimat tersebut menjadi kurang tepat jika diterapkan pada kalimat yang dapat menimbulkan makna berbeda. Oleh karena itu, alangkah lebih baik untuk tetap menggunakan pola diterangkanmenerangkan (DM) yang memang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam fungsi sintaksis pun jelas dikatakan bahwa subjek (S) selalu mendahului predikat (P). Jadi, meskipun kedua kalimat di atas memiliki makna serupa, namun secara kaidah kalimat (2) lah yang lebih tepat. Contoh lainnya ialah:
(3)Ibu menidurkan. S
P
(4)Ibu menidurkan anaknya. S
P
O
Kalimat (3) merupakan kalimat yang meskipun sudah sesuai urutannya yaitu subjek mengikuti predikat, namun ternyata masih terdapat kekurangan. Seharusnya kata menidurkan diikuti oleh kata lain yang mengisi fungsi objek, seperti halnya yang terdapat dalam contoh kalimat (4). Perhatikan pula contoh berikut ini:
3
(5)Rio bermain bola di Taman. (6)Bola di Taman bermain Rio.
Memang pada dasarnya setiap kalimat merupakan rangkaian kata, tetapi tidak setiap rangkaian kata bisa disebut kalimat. Jika melihat contoh (6), penutur bahasa Indonesia pastilah sepakat menolak mengatakan bahwa rangkaian kata tersebut adalah kalimat. Meskipun penutur bahasa Indonesia sedikit banyak mengerti maksud dari rangkaian kata tersebut, tetapi tetap saja hal itu dikatakan tidak lazim karena rangkaian katanya yang tidak terstruktur dan fungsi sintaksisnya yang tidak sesuai dengan peran sintaksisnya. Jadi, yang lebih tepat dikatakan sebagai kalimat ialah contoh (5). Beberapa contoh mengenai struktur kalimat yang telah dijelaskan di atas tentu erat kaitannya dengan keterampilan menulis. Apabila struktur kalimat ditulis dengan baik, maka gagasan yang ingin disampaikan penulis akan dimengerti dengan baik pula oleh pembaca. Namun sebaliknya, jika struktur kalimat dibuat tidak sesuai dengan kaidah yang semestinya, maka pembaca akan sulit untuk memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, analisis struktur kalimat menjadi sangat penting dan menarik untuk dikaji. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menjadi guru praktikan di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta, penulis kerap kali merasa kesulitan untuk memahami maksud dari tulisan yang dibuat oleh siswa. Tidak jarang kalimat-kalimat yang ditulis oleh siswa memiliki tingkat keterbacaan yang sulit untuk dipahami. Sekali waktu penulis pernah menugaskan siswa untuk mengumpulkan daftar kata yang termasuk dalam (S) subjek, (P) predikat, dan (O). Kata-kata tersebut ditulis di kertas kemudian dikumpulkan dan diacak secara bersamaan. Setelah itu, tiap-tiap siswa mengambil dua gulungan kertas berisi daftar kata. Nantinya beberapa kata tersebut bisa mereka pilih untuk dikembangkan menjadi satu bait puisi. Meskipun materi pelajaran seputar menulis puisi tetapi, setidaknya penulis bisa sekaligus mengetahui sejauh mana
4
pemahaman siswa mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subjek, predikat, dan objek. Tidak jarang dalam membuat sebuah tulisan atau karangan, siswa cenderung lebih fokus untuk memperhatikan isi cerita dibanding memperhatikan struktur kalimat yang ditulisnya. Namun, hal tersebut justru memungkinkan guru untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa yang sebenarnya. Mengingat bahwa struktur kalimat mampu mempengaruhi pemahaman pembaca dan berbagai kendala yang siswa hadapi di sekolah terkait keterampilan menulis, penulis pun akhirnya tertarik unuk memilih judul skripsi “Struktur Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017.”
B. Identifikasi Masalah Pembahasan dalam skripsi ini akan berupaya menjawab beberapa permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat penulis identifikasi di antaranya: 1. Keterampilan menulis menjadi keterampilan dengan persentase terendah, yang artinya kegiatan menulis jarang dilakukan jika dibandingkan dengan mendengarkan/menyimak, membaca, dan berbicara. 2. Keterampilan menulis memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa lainnya. 3. Pengetahuan mengenai struktur kalimat sangat penting bagi siswa agar mereka mampu menulis karangan atau karya tulis lainnya dengan benar, sehingga mudah dipahami oleh guru atau pembaca. 4. Dalam kegiatan menulis karangan, siswa cenderung lebih fokus untuk memperhatikan isi cerita, sehingga kurang memperhatikan struktur kalimat dalam karangan yang dibuat.
5
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian dibatasi pada satu kajian secara spesifik. Sebuah penelitian perlu dibatasi ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas karena dapat berakibat penelitiannya menjadi kurang fokus. Sebagai suatu pembeda terhadap penelitian-penelitian lain yang sejenis, maka batasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Analisis yang dilakukan sebagian besar berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Abdul Chaer dalam buku-bukunya. Menurut Chaer, dalam pembicaraan struktur kalimat, masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis harus dibicarakan secara bersamaan karena ketiganya tidak dapat dipisahkan.2 Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis tidak hanya melakukan analisis terkait fungsi sintaksis saja, tetapi juga membahas mengenai kategori dan peran sintaksis. 2. Karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 13 kota Tangerang Selatan, semester ganjil, tahun pelajaran 2016/2017. 3. Kemampuan siswa kelas VII semester ganjil dalam menulis karangan yang struktur kalimatnya sesuai kaidah kebahasaan yang berlaku. Kesalahan-kesalahan lain yang terdapat dalam sumber data analisis tidak akan terlalu banyak dibahas dan tidak akan menjadi fokus penelitian penulis.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana struktur kalimat dalam karangan deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2016/2017?”
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 207.
6
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan bentuk struktur kalimat yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas VII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan , tahun pelajaran 2016/2017.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang didapat ialah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari salah satu materi pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu berkaitan dengan struktur kalimat.
2. Manfaat Praktis a. Untuk guru, penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam penulisan karangan siswa. Guru dapat menjadikan hasil dari penelitian ini sebagai suatu referensi tambahan untuk mengetahui bagaimana rata-rata kemampuan siswa dalam memahami struktur kalimat. b. Untuk mahasiswa, penelitian ini dapat membantu memahami dan melihat langsung apa yang terjadi dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Khususnya mengenai keterampilan menulis siswa dan pemahaman terhadap struktur kalimat. c. Untuk peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan, referensi, rujukan, dan tambahan bagi penelitian berikutnya yang masih terkait dengan objek penelitian yang sama.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasaran Teori 1. Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata manjadi kelompok kata atau kalimat. 1 Bersama-sama dengan morfologi, sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika. 2 Perbedaannya ialah morfologi membicarakan pembentukan kata dari satuan-satuan yang lebih kecil, yang lazim disebut morfem menjadi satuan yang statusnya lebih tinggi dan bisa digunakan
dalam subsistem
sintaksis. Subsistem
sintaksis
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-satuan yang lebih besar.3 Susunan kata yang terdapat dalam satuan sintaksis itu tentu harus linear, tertib, dan bermakna. 4 Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat sepatu itu masih baru, tetapi tidak ada kalimat masih itu baru sepatu. Hal ini menunjukkan salah satu dasar penting dalam sintaksis, yaitu meskipun kolokasinya cocok, kata-kata tetap tidak bisa disusun dengan sembarang urutan, tetapi harus dapat diterima dan dipahami secara gramatikal. 5 Bahan pembicaraan sintaksis terbagi menjadi tujuh pokok bagian, yakni (1) alat sintaksis, (2) satuan-satuan sintaksis, (3) tata tingkat gramatikal, (4) macam
1
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.123. 3 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) h. 3. 4 E.Zaenal Arifin, dkk., Asas-Asas Linguistik Umum, (Jakarta: Pustaka Mandiri, 2015), h. 60. 5 R.H. Robins, Linguistik Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 257. 2
7
8
hubungan antar satuan, (4) jenis dalam satuan-satuan sintaksis, (5) analisa sintaksis, dan (6) wacana.6 Jadi, sintaksis adalah bagian dari ilmu linguistik yang mempelajari mengenai susunan kata di dalam kalimat. Sintaksis juga mengatur bagaimana agar susunan kata dalam kalimat bisa menjadi bermakna, sehingga dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengarnya.
a. Fungsi Sintaksis Fungsi sintaksis menjadi salah satu yang dibicarakan dalam struktur sintaksis. Setiap kata atau frasa di dalam suatu kalimat tentu mempunyai fungsinya masing-masing. Fungsi yang dimiliki tiap kata atau frasa tersebut nantinya akan saling berkaitan satu sama lain. Chaer mengatakan bahwa, secara umum fungsi sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), Objek (O), dan keterangan (K)7, sedangkan Alwi Hasan dan kawan-kawan dalam bukunya menjelaskan bahwa, fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Mereka juga menambahkan di samping lima fungsi utama tersebut, ada fungsi lain seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara), dan subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat). 8 Jika mengacu pada analogi yang dikemukakan oleh Verhaar, fungsi sintaksis layaknya “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” yang bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket) yang di dalamnya bisa diisi oleh kategori-kategori tertentu. 9 Jadi sebenarnya, fungsi sintaksis erat sekali kaitannya dengan kategori sintaksis dan peran sintaksis. Ketiganya merupakan bagian yang bisa saling mengisi dan saling
6
Djoko Kentjono, Dasar-Dasar Linguistik Umum, (Depok: Fakultas Sastra UI, 1990),
h. 53. 7
Abdul Chaer, Linguistik Umum, op. cit., h. 207. Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 36. 9 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 20. 8
9
menerangkan. Berikut di bawah ini akan dibicarakan satu per satu mengenai fungsi sintaksis.
1) Subjek Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. 10 Biasanya subjek merupakan bagian dari kalimat yang menunjuk pelaku atau sesuatu hal yang menjadi pokok pembicaraan. Posisi subjek terletak di sebelah kiri predikat atau sebelum predikat. Hal tersebut lah yang mungkin membuat subjek menjadi salah satu fungsi sintaksis terpenting selain predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, frasa verbal, atau klausa.11 Pada kalimat aktif transitif, subjek akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan, seperti pada kalimat adik merusak buku saya dan buku saya dirusak oleh adik. Kata adik yang mulanya menempati fungsi subjek, kemudian berubah menjadi pelengkap ketika kalimat tersebut dipasifkan. Selain itu, subjek juga merupakan konstituen yang mengacu kepada sesuatu yang diceritakan oleh kalimat atau oleh predikat. 12 Contohnya ialah kalimat Oka Rusmini menulis buku berjudul Sagra. Ketiga uraian tersebut cocok dan wajar karena subjek Oka Rusmini mengacu kepada persona pelaku. Sedangkan kalimat lainnya atau predikat setelahnya, menceritakan sesuatu yang dilakukan oleh orang/pelaku dalam kalimat, yaitu Oka Rusmini. Menurut
Alisjahbana,
lingkungannya dari
yang menjadi
subjek selalu lebih kecil
yang menjadi predikat, sebab yang lebih
luas
lingkungannya itu menerangkan yang kurang luas lingkungannya. 13 Sebagai contoh dalam kalimat tomat itu sayuran, yang menjadi subjek adalah tomat, karena tomat lebih kecil lingkungannya dari sayuran, sehingga tidak boleh tidak tomat merupakan subjek dan sayuran merupakan predikat.
10
Sri Hapsari Wijayanti, dkk., Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 54. 11 Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 327. 12 S.C. Dik and J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, Terj. dari Algemene Taalwatenschap oleh T.W. Kamil, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h. 205. 13 S. Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1983), h. 96.
10
2) Predikat Predikat merupakan bagian dalam kalimat yang menerangkan mengenai subjek. Biasanya predikat selalu bisa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kata/kalimat tanya “mengapa”, “bagaimana”, atau “mengerjakan apa?”. Dapat pula kita katakan bahwa predikat dan subjek merupakan inti kalimat.14 Pentingnya fungsi predikat dapat dilihat pada contoh kalimat Ibu sedang memasak. Perbuatan yang dilakukan ibu dalam kalimat tersebut adalah memasak. Inti dari kalimat tersebut ialah menerangkan kegiatan yang sedang dilakukan oleh ibu sebagai pelaku. Contoh lainnya, kalimat Rini sarjana pendidikan, yang bertujuan menerangkan status Rini sebagai seorang sarjana pendidikan. Informasi yang didapatkan dalam dua kalimat sederhana tersebut berasal dari kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat. Oleh karena itu, predikat merupakan bagian terpenting di dalam kalimat selain subjek. Menurut Ramlan, predikat mungkin terdiri dari golongan kata verba transitif, verba intransitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan-golongan kata yang lain. 15 Verhaar dalam bukunya menambahkan bahwa, predikat bahasa Indonesia harus diisi oleh suatu rumpun kata misalnya kata kerja sebagai “pengisi”nya, dan lazim pula jika ada “pengisi” lain yang bersifat nomina. 16 Kata yang berfungsi sebagai predikat biasanya ditandai dengan adanya prefiks me-, di-, dan ber-. Contoh katanya seperti melompat, dipukuli, dan berkelahi.
3) Objek Objek biasanya diletakkan setelah predikat. Keberadaan objek sangat bergantung pada predikatnya, karena objek akan muncul jika predikatnya berbentuk verba transitif. Namun, jika predikatnya berbentuk verba intransitif, objek tidak akan muncul. Kata mandi, pulang, dan makan ialah beberapa
14
John Lyons, Pengantar Teori Linguistik, Terj. dari Introduction to Theoretical Linguistics oleh I. Soetikno, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 327. 15 Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 82. 16 DR. J.W.M. Verhaar S.J, Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 1970), h. 21&22.
11
contoh verba intransitif yang tidak menuntut adanya objek setelah kehadiran verba tersebut. Objek juga dapat berubah menjadi subjek ketika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif. Contoh kalimat aktif Rio membantu Putri yang dipasifkan menjadi Putri dibantu Rio, yang semula Putri menempati fungsi objek dalam kalimat aktif, kemudian berubah menjadi subjek ketika kalimat tersebut dipasifkan dengan cara mengubah kata membantu menjadi dibantu. Berdasarkan jenis keterangan yang diberikan, maka objek kalimat dapat dibedakan menjadi empat, (1) objek penderita, (2) objek pelaku, (3) objek penyerta atau berkepentingan, dan (4) objek berkata depan.17 Sudaryanto dalam bukunya menjelaskan bahwa, apa yang dikenal dengan predikat itu merupakan “penguasa” terhadap apa yang umum dikenal dengan objek, dan objek merupakan “pembatas” bagi predikat yang bersangkutan.18 Jadi, bisa dibilang objek adalah pembatas bagi predikat yang diikutinya.
4) Keterangan Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi subjek, predikat, objek, serta pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan, dan letaknya bebas di dalam suatu kalimat. 19 Fungsi keterangan dibedakan atas fungsi keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan modus/modalitas, keterangan sebab, dan lain sebagainya. 20 Lebih lengkap lagi, Chaer mengklasifikasikan fungsi keterangan sebagai berikut: 1) keterangan waktu, 2) keterangan tempat, 3) keterangan syarat, 4) keterangan tujuan, 5) keterangan alat, 6) keterangan perwatasan, 7) keterangan perkecualian, 8) keterangan sebab, 9) keterangan perlawanan, 10) keterangan kualitas, 11) keterangan kuantitas, dan 12) keterangan modalitas.21 Fungsi keterangan bisa saja meluaskan atau membatasi
17
Ida Bagus Putrayasa, Tata Kalimat Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 27. 18 Sudaryanto, Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Djambatan, 1993), h. 7. 19 Ramlan, op. cit., h. 86. 20 J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 17. 21 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 24-26.
12
makna subjek atau predikat. 22 Keberadaan fungsi keterangan di dalam suatu kalimat memang tidak sepenting subjek dan predikat. Fungsi tersebut bisa saja tidak hadir, karena sifatnya memang tidak wajib dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap fungsi lainnya dalam kalimat, salah satunya predikat.
5) Pelengkap Terdapat kemiripan antara pelengkap dan objek. Hal itu diakibatkan karena kedua fungsi tersebut sering berbentuk nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Guna memperjelas perbedaan antara ciri objek dan pelengkap, berikut dapat dilihat tabel di bawah ini.23 Objek Berwujud frasa nominal atau klausa
Pelengkap Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa
Berada langsung di belakang predikat
Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir
Menjadi subjek akibat pemasifan Tak kalimat Dapat diganti dengan pronomina -nya
dapat
menjadi
subjek
akibat
pemasifan kalimat Tidak dapat diganti dengan -nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan
Fungsi pelengkap juga memiliki ciri yang mirip dengan fungsi keterangan karena bentuknya dapat berupa frasa preposisional dan dapat berpindah ke posisi sebelum subjek. Meskipun demikian, terdapat ciri yang membedakan fungsi pelengkap dengan fungsi keterangan, yakni fungsi
22 23
Sri Hapsari Wijayanti, dkk., op. cit., h. 59. Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 329.
13
pelengkap (secara semantis) tidak dapat dilesapkan dan tidak dapat berpindah ke posisi antara subjek dan predikat. 24 Oleh karena kemiripannya, orang bahkan sering mencampur adukkan pengertian fungsi pelengkap dengan dua fungsi lain yang telah dijelaskan di atas. Hal tersebut dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan.
b. Kategori Sintaksis Sebelumnya telah dikatakan bahwa fungsi sintaksis erat sekali kaitannya dengan kategori sintaksis. Seperti yang dikatakan oleh Kushartanti dan kawankawan, bahwasanya kategori gramatikal akan mengisi tempat-tempat tertentu di dalam suatu konstruksi bahasa, dan tempat tersebut dinamakan fungsi gramatikal.25 Jadi, jika fungsi sintaksis adalah kotak-kotak kosong yang terdiri oleh subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel), maka kotak tersebut kemudian akan diisi oleh kategori sintaksis seperti nomina (N), verba (V), ajektiva (A), adverbia (Adv), numerelia (Num), dan lain sebagainya. Bentuk dari kategori sintaksis tidak selalu berupa kata tetapi, bisa pula berupa frasa. Berikut di bawah ini akan dijelaskan mengenai macammacam kelas kata yang termasuk ke dalam kategori sintaksis.
1) Verba Verba atau kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas.
26
Pada
umumnya verba berfungsi sebagai predikat di dalam kalimat. Salah satu ciri verba ialah tidak dapat bergabung dengan kata penunjuk kesangatan. 27 Contohnya tidak ada bentuk seperti agak mandi, sangat pergi, paling membaca, dan bekerja sekali. Berdasarkan kebutuhan konstituen nomina/frasa
24
Restu Sukesti, Verba Berpelengkap dalam Bahasa Indonesia, Jurnal Linguistik Indonesia, 2002, h. 33. 25 Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder, op. cit., h. 129. 26 Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), h. 83. 27 E.Zaenal Arifin, dkk., op. cit., h. 55.
14
nominal di belakang verba, verba terbagi atas verba transitif dan taktransitif.28 Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh kalimat Ibu sedang membersihkan ruang tamu. Kata membersihkan adalah verba transitif dan memerlukan nomina atau frasa nomina seperti ruang tamu. Sedangkan verba taktransitif (intransitif) adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh kalimat Ayah harus bekerja. Kata bekerja termasuk dalam verba taktransitif (intransitif) karena tidak perlu diikuti nomina.
2) Nomina Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu kepada suatu benda atau suatu hal, baik konkret maupun abstrak. Contoh benda konkret seperti tas, buku, pohon, kendaraan, dan lain sebagainya, sedangkan benda abstrak misalnya nafsu, pengetahuan, kemauan, dan lain sebagainya. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, melainkan kata pengingkarnya adalah bukan.29 Contoh bentuk ingkar dari kalimat Ibu saya dokter adalah Ibu saya bukan dokter. Tidak boleh Ibu saya tidak dokter karena kata dokter termasuk dalam nomina. Ada dua jenis kata lagi yang juga mengacu kepada benda, yaitu kata ganti (pronomina) dan kata bilangan (numeralia).30 Pronomina ialah katakata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya,31 sedangkan numerelia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu seperti orang, binatang, atau barang.
28
Restu Sukesti, op. cit., h. 22. Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 72. 30 Lamuddin Finoza, op. cit., h. 93. 31 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, op. cit., h. 74. 29
15
3) Adjektiva Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang berfungsi sebagai atribut nomina. Gatra sifat sangat terbatas bentuknya, yaitu suatu pemandu pokok yang berbentuk kata-sifat dengan atau tanpa suatu keterangan, seperti sekali atau amat.32 Menurut perilaku semantisnya, adjektiva dibedakan atas dua tipe pokok, yaitu adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan ajektiva tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan suatu golongan. 33 Ajektiva bertaraf
biasanya dapat diberi keterangan pembanding adverbia,
sedangkan adjektiva tak bertaraf tidak demikian. Namun, keduanya sama-sama bisa diingkarkan dengan kata ingkar tidak.
4) Adverbia Adverbia biasanya berfungsi sebagai keterangan atau penepatan, akan tetapi sebagian besar dari kata-kata tersebut dapat berfungsi sebagai atribut dan sebagai sebutan kalimat. 34 Putrayasa mengatakan, jika dilihat dari prilaku semantisnya, adverbia dapat dibedakan atas delapan bagian, 35 yaitu (1) adverbia kualitatif, seperti kata paling, sangat, lebih, dan kurang, (2) adverbia kuantitatif, seperti kata banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup, (3) adverbia limitatif, seperti kata hanya, saja, dan sekadar, (4) adverbia frekuentatif, seperti kata selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang, (5) adverbia kewaktuan, seperti kata baru dan segera, (6) adverbia kecaraan, seperti kata diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan, (7) adverbia konstratif, seperti kata bahkan, malahan, dan justru, (8) adverbia keniscayaan, seperti kata niscaya, pasti, dan tentu. Jadi, adverbia adalah kata yang menerangkan kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lain.
32
Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 244. Lamuddin Finoza, op. cit., h. 86. 34 N.F. Alieva, et. al., Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori, Terj. Pusat untuk Penerjemahan Buku Ilmiah dan Tehnik Moskow, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 118. 35 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat, op. cit., h. 83. 33
16
5) Kata Tugas Selain keempat kelas kata yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat satu kelas kata yang juga memiliki ciri khusus, yaitu kata tugas. Kata tugas sebenarnya terdiri dari beberapa anggota/rumpun kata tugas. Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok, yaitu (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel penegas.36 Berbeda dengan keempat kelas kata lainnya, kata tugas termasuk dalam kelas kata tertutup. Selain itu, kata tugas hanya memiliki arti gramatikal saja, tanpa memiliki arti leksikal. Jadi, kata tugas akan memiliki arti jika dikaitkan dengan kata lain dalam frase atau kalimat. Contoh kata tugas yakni agar, dari, ke, yang, si, dan lain sebagainya.
c. Peran Sintaksis Satu kata bisa dilihat dari tiga segi, pertama ialah dari segi fungsi sintaksis, kedua dari segi kategori sintaksis, dan ketiga dari segi peran sintaksis. Di dalam suatu kalimat, tiap-tiap kata tentu memiliki perannya masing-masing. Contoh dalam kalimat Rian menjemput adiknya. Rian berperan sebagai pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan menjemput, sedangkan adiknya dalam kalimat ini memiliki peran sabagai sasaran. Chaer mengklasifikasikan peran sintaksis berdasarkan fungsinya seperti berikut: 1) peran-peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi predikat antara lain, peran proses, peran kejadian, peran keadaan, peran pemilikan, peran identitas, dan peran kuantitas; 2) peran-peran yang ada pada subjek atau objek antara lain, peran pelaku, peran sasaran, peran hasil, peran penanggap, peran pengguna, peran penyerta, peran sumber, peran jangkauan, dan terakhir peran ukuran; 3) peran-peran yang ada pada fungsi keterangan antara lain, peran alat, peran tempat, peran waktu, peran asal, dan peran kemungkinan atau keharusan. 37 Kentjono dalam bukunya lebih sederhana menyebutkan bahwa peran gramatikal adalah seperti pelaku, tujuan, tindakan, tempat, dan lain 36 37
Ibid., h. 86. Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, op. cit., h. 30-33.
17
sebagainya tanpa mengklasifikasikannya berdasarkan tiap-tiap fungsi sintaksis dalam kalimat.38 Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta atau lebih. Dengan peran semantis yang berbeda-beda, peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal. Berikut di bawah ini akan dibicarakan mengenai peran pelaku, sasaran, pengalam, peruntung, atribut, dan peran semantis yang terkait dengan fungsi keterangan.39
1) Pelaku Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelaku merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktif dan pelengkap kalimat pasit. Contoh kalimat Rani sedang menjemur pakaian yang bertindak sebagai pelaku adalah Rani. Atau di dalam kalimat mobil itu berbelok ke kanan lalu hilang yang bertindak sebagai pelaku adalah mobil itu.
2) Sasaran Sasaran adalah yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran itu merupakan peran utama objek atau pelengkap seperti pada contoh Rio mendengarkan ceramah ustad. Dalam kalimat tersebut ceramah ustad merupakan sasaran yang dituju oleh Rio sebagai pelaku. Contoh lainnya ialah Dita mengambilkan Doni minum, dan yang menjadi sasaran dari perbuatan Dita ialah minum, karena akan diberikan kepada Doni.
3) Pengalam Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan 38 39
Djoko Kentjono, op. cit., h. 70. Hasan Alwi, dkk., op. cit., h. 334&335.
18
seperti pada contoh kalimat Rudi terjatuh di halaman, yang menerangkan bahwa Rudi sebagai pengalam mengalami hal buruk yaitu terjatuh.
4) Peruntung Peruntung adalah peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau sebagai subjek verba jenis menerima atau mempunyai. Perhatikan contoh kalimat ayah memberi uang kepada saya, atau Rio membelikan Putri kalung. Peran peruntung dalam kedua kalimat tersebut ialah saya, dan Putri.
5) Atribut Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai peran semantis atribut. Contoh kalimatnya ialah orang itu guru saya atau wanita itu ibunya. Peran atribut yang dimiliki kedua kalimat tersebut ialah guru saya, dan ibunya.
6) Keterangan (tempat, waktu, alat, dan sumber) Di samping kelima peran di atas, terdapat peran lain yang berkaitan dengan fungsi keterangan, yakni peran yang bekaitan dengan keterangan waktu, tempat, alat, dan sumber. Contoh: Mereka lahir tahun 1995. Mereka tinggal di Bandung. Mereka hanya dapat membaca dengan menggunakan kaca mata. Mereka diciptakan Tuhan dari tanah.
d. Alat Sintaksis Terdapat seperangkat aturan yang mengatur deretan kata dalam suatu kalimat. Deretan kata yang ada dalam suatu kalimat tersebut tentu harus dirangkai sesuai dengan struktur kalimat yang benar. Seperangkat aturan itu biasa disebut alat sintaksis.
19
Parera berpendapat bahwa, makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna kata-kata pembentuknya dan makna runtutan kata-kata dalam kalimat tersebut. 40 Jadi, kata yang disusun tidak akan dimengerti oleh pembaca atau lawan bicara jika tidak memiliki struktur yang benar. Alat sintaksis merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan apakah urutan kata, bentuk kata, dan unsur lain yang terdapat dalam ujaran itu membentuk kalimat atau tidak, atau kalimat yang dibaca atau didengar dapat diterima atau tidak.41 Alat sintaksis yang mengatur deretan kata sehingga dapat dikatakan sebagai kalimat ialah urutan, bentuk kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.
e. Satuan Sintaksis Jika di dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar karena satuan terkecilnya adalah morfem, maka di dalam tataran sintaksis kata justru menjadi satuan terkecil. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.42 Kumpulan kata nantinya akan membentuk frasa, kemudian frasa membentuk klausa, selanjutnya klausa membentuk kalimat, dan terakhir kalimat membentuk wacana. Finoza mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dimiliki frasa, yakni 1) konstruksi frasa biasanya tidak mempunyai predikat, 2) proses pemaknaanya berbeda dengan idiom, 3) susunan katanya berpola tetap, 4) tidak boleh berstruktur subjek-predikat karena kelompok kata yang mempunyai subjek-predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat.43 Terkadang orang sering kali tertukar dalam membedakan frasa dan idiom. Cara yang paling mudah membedakan antara frasa dan idiom ialah biasanya idiom memiliki makna yang bukan makna sebenarnya atau bisa digolongkan ke dalam makna 40
J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 90. Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 75. 42 Abdul Chaer, Linguistik Umum, op. cit., h. 219. 43 Lamuddin Finoza, op. cit., h. 101. 41
20
kiasan, contohnya tinggi hati yang berarti sombong atau pongah. Berbeda halnya dengan frasa yang memang menjelaskan makna kata sesuai dengan arti leksikalnya, contohnya salah jalan yang berarti salah dalam memilih atau menentukan jalan.
2. Kaidah Menulis Karangan Karangan merupakan bagian dari keterampilan menulis yang pada umumnya berfungsi sebagai salah satu media penyampaian pesan oleh penulis kepada pembaca. Di dalam keterampilan menulis, kita dituntut mengetahui aturan-aturan tata tulis yang ada, seperti sistem ejaan, diksi (pemilihan kata), tata bahasa, kelogisan, serta keserasian atau kesesuaian bahasa kita dengan pembaca.44 Oleh sebab karangan merupakan bagian dari keterampilan menulis, maka aturan dalam kegiatan karang-mengarang pun tidak jauh berbeda dengan aturan keterampilan menulis pada umumnya. Fitriyah dan Ramlan, mendefinisikan kaidah karang-mengarang sebagai sebuah aturan dalam tulis menulis yang memperhatikan ketepatan dan kesesuaian dalam menentukan ejaan dan diksi yang sesuai dengan keadaan pendengar/pembacanya.45 Lebih lanjut, Hardjono mengatakan, dalam menulis ada 6 tahap yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan kemampuan membentuk kalimat sampai pada kemampuan mengarang bebas, yakni (1) latihan membuat kalimat sederhana, (2) latihan membuat kalimat majemuk, (3) latihan menyusun kalimat menurut urutan-urutan yang benar, (4) mengarang berdasarkan tema dan kata-kata kunci yang diberikan, (5) mengarang berdasarkan tema tanpa kata-kata kunci yang diberikan, dan (6) mengarang bebas.46
44
Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia UMM, Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah, (Malang: UMM Press, 2003), h. 3. 45 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 96. 46 Wahyu Kurniati Asri, Keterampilan Menulis Karangan Bebas dalam Bahasa Jerman Program Studi Bahasa Jerman FBS Universitas Negeri Makassar, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 2009, h. 81.
21
Pada prinsipnya kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan menulis sangatlah penting bagi pendidikan karena membantu memudahkan para pelajar untuk menjelaskan pikiran-pikirannya. Oleh karena itu, akan sangat baik kiranya, jika kemampuan menulis pelajar bisa disertai dengan penguasaan kaidah-kaidah penulisan yang benar dan sebagaimana mestinya.
3. Jenis-Jenis Karangan Terdapat lima jenis karangan yakni, karangan narasi, eksposisi, argumentasi, deskripsi, dan persuasi. Berikut di bawah ini akan dijabarkan secara lebih mendalam mengenai kelima jenis karangan tersebut. Tujuannya agar pembaca lebih jelas mengetahui karakteristik tiap-tiap karangan, dan mampu memahami perbedaan dari tiap-tiap jenis karangan tersebut.
a. Narasi Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. 47 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita ialah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb) atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka. 48 Sebagian besar karangan narasi dapat ditemukan dalam karya sastra. Hal itu tidak lain karena narasi sifatnya sama seperti bercerita atau berdongeng. Karangan narasi lebih sering kita temukan dalam karya sastra fiksi, seperti novel, cerpen, dongeng, hikayat, cerbung, dan lain sebagainya, sedangkan biografi dan autobiografi termasuk ke dalam karangan narasi yang tergolong fakta atau nonfiksi. Ada pula beberapa bentuk lain yang termasuk wacana narasi faktual, yaitu (a) anekdot, (b) laporan perjalanan, (c) pengalaman perseorangan.49
47
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 76. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Edisi Keempat, h. 263. 49 Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia UMM, op. cit., h. 102. 48
22
Salah satu ciri yang begitu melekat ialah karangan narasi biasanya ditulis secara kronologis atau berdasarkan urutan waktu tertentu. Tujuan utama penulisan karangan narasi adalah untuk menghibur para pembaca, dan tujuan lainnya ialah untuk membuat pembaca ikut masuk dalam cerita, serta menghayati setiap peristiwa yang berusaha ditampilkan oleh penulis.
b. Eksposisi Bentuk tulisan ini lebih merupakan pemaparan pikiran atau pendapat seorang penulis, tanpa berkehendak mempengaruhi pandangan pembaca. 50 Tujuan utama dari karangan eksposisi ialah berusaha memberikan informasi terkait suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. 51 Terkadang untuk memperjelas uraian, eksposisi dapat dilengkapi dengan grafik, gambar, atau tidak jarang eksposisis ditemukan hanya berisi tentang uraian langkah/cara/proses kerja.
52
Karangan eksposisi berusaha menjelaskan
informasi terkait suatu persoalan atau objek tertentu. Sifatnya tidak berusaha mempengaruhi pembaca, maka biasanya pokok pikiran akan disampaikan secara ringkas dan sederhana.
c. Argumentasi Karangan
argumentasi
adalah
karangan
yang
berusaha
untuk
membuktikan sebuah kebenaran atau ketidakbenaran suatu hal. Dalam karangan argumentasi, dibutuhkan bukti untuk menguatkan pendapat yang disampaikan penulis. Tulisan ini biasanya bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar sependapat dan setuju dengan apa yang disampaikan. Karangan argumentasi sering juga dikaitkan bahkan disamakan dengan karangan persuasi.
50
Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003),
h. 59. 51
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akapress, 2008), h. 131. 52 Mudrajad Kuncoro, op. cit., h. 74.
23
Arifin dan Amran, mengatakan bahwa paragraf argumentasi biasanya menggunakan perkembangan analisis. 53 Diperlukan tingkat keseriusan dalam menggumpulkan berbagai data yang digunakan sebagai bukti guna meyakinkan pembaca. Karangan argumentasi termasuk yang tersulit dibandingkan dengan karangan lainnya, karena karangan ini hampir menggabungkan seluruh jenis karangan. Meski demikian, karangan lainnya bukan berarti tidak penting.
d. Deskripsi Bentuk tulisan ini mengutamakan kemampuan penulisannya dalam melukiskan atau merinci sesuatu secara obyektif via kata-kata.54 Penyajiannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau sebaliknya, dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari pagi ke petang atau sebaliknya, dari siang ke malam atau sebaliknya.55 Menurut Alwasilah pola paragraf deskripsi ada tiga jenis:56 1) Paragraf deskripsi spasial: paragraf ini menggambarkan objek khusus, lokasi, tempat, atau geografi. 2) Paragraf deskripsi subjektif: paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis. 3) Paragraf deskripsi objektif: paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya. Deskripsi dapat tertuang dalam dua bentuk: (1) deskripsi objektif atau teknis yang menuntut penulis memberikan gambaran kepada pembaca seakanakan tengah melihat gambar foto; (2) deskripsi sugestif atau impresionistik yang mengungkap sikap emosional atau penilaian yang subjektif. 57 Jadi, karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan segala sesuatu yang ditangkap oleh pancaindera. Objek yang digambarkan bisa berupa kondisi suatu tempat, manusia, suasana, kejadian, dan lain sebagainya.
53
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, op. cit., h. 131. Wahyu Wibowo, op. cit., h. 59. 55 Kunjana Rahadi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 166. 56 Mudrajad Kuncoro, op. cit., h. 75. 57 Anton M. Moeliono, Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Tujuan Akademis, Jurnal Linguistik Indonesia, 2004, h. 211. 54
24
e. Persuasi Persuasi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan.58 Contoh tulisan persuasi terdapat di dalam iklan di media massa, pamflet, dan selebaran.59 Bentuk tulisan ini cenderung bertujuan untuk mempengaruhi, merayu, dan membujuk pembacanya agar menuruti keinginan si penulis. Meskipun sama-sama bertujuan mempengaruhi pembaca, namun karangan persuasi tidak mengharuskan adanya bukti dan data-data pendukung lain selengkap dalam karangan argumentasi.
B. Penelitian Relevan Penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai analisis struktur kalimat. Sebelumnya akan penulis jabarkan terlebih dahulu rangkuman hasil penelitian-penelitian tersebut. Setelah itu, penulis akan menjelaskan persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan. Pertama, penelitian serupa pernah dilakukan pada tahun 2011 oleh Rejeki Handayani. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Analisis Struktur Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Kartasura Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kalimat yang ada dalam karangan narasi siswa SMP kelas VII, serta menggali struktur kalimat yang paling dominan dalam karangan narasi siswa SMP kelas VII. Objek penelitian ini adalah karangan narasi siswa SMP kelas VII yang berupa kalimat dan klausa. Berdasarkan hasil analisisnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pola subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap yang bervariasi di dalam karangan narasi yang dibuat siswa. Selain itu, berdasarkan klasifikasi data ditemukan bentuk kalimat tunggal sebanyak 92 kalimat, kalimat majemuk setara sebanyak enam kalimat, dan kalimat majemuk bertingkat sebanyak 29 kalimat. 126 kalimat 58 59
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 1062. Wahyu Wibowo, op. cit., h. 59.
25
dikatakan sebagai kalimat deklaratif dan satu kalimat emfatik. Pola kalimat yang sering kali muncul atau paling dominan ialah pola kalimat SP dan SPO sebanyak 10, dan kalimat tunggal sebanyak 92 kalimat. Hal ini dikarenakan pola kalimat SP dan SPO lebih mudah dipahami oleh siswa, selain itu pola kalimat tunggal adalah pola kalimat yang paling sederhana karena hanya terdiri atas dua unsur inti dalam pembentukan kalimat. Kedua, penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Zahrulia Arina Rinanda, mahasiswa Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal, yakni (a) jenis kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi, (b) struktur kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi, dan (c) makna kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi. Hasil dari penelitian ini adalah wacana iklan brosur provider telekomunikasi dibagi menjadi empat golongan, yakni (a) jenis kalimat berdasar klausa berupa kalimat tunggal dan majemuk, (b) jenis kalimat berdasar bentuk sintaksis berupa kalimat deklaratif dan imperatif, (c) jenis kalimat berdasar kelengkapan unsur berupa kalimat lengkap dan taklengkap, (d) jenis kalimat berdasar urutan fungsi sintaksis berupa kalimat biasa dan inversi. Kemudian, diketahui bahwa struktur kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi dibagi menjadi struktur kalimat tunggal dan struktur kalimat majemuk. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Anung Adhi Nugroho pada tahun 2012. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah ini mengambil tema penelitian dengan judul Struktur Kalimat Majemuk dalam Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas XI Man 10 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Penelitian ini menganalisis 268 kalimat dari 25 karangan, dan terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda. Tiap-tiap kalimat majemuk
26
memiliki struktur yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah struktur kalimat majemuk siswa MA Negeri 10 Jakarta sangat kompleks karena banyak terjadi perluasan-perluasan pada tiap unsurnya, terutama unsur keterangan (K). Keempat, penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Dazriiansyah, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maritim Raja Ali Haji. Judul penelitian yang diangkat ialah Analisis Kesalahan Struktur Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjung Pinang Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan struktur kalimat dan kesalahan penggunaan fungsi S, P, O, Pel, dan K dalam karangan narasi siswa. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah banyak ditemukan kesalahan struktur kalimat dan kesalahan penggunaan fungsi S, P, O, Pel, dan K, karena banyak karangan yang tidak memiliki pola yang lengkap, penggunaan kata yang tidak baku, penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, serta kesalahan dalam menggunakan preposisi maupun konjungsi sehingga kalimat yang dibuat menjadi tidak efektif. Persamaan dari keempat penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan ialah sama-sama menganalisis penggunaan fungsi sintaksis (S, P, O, Pel, dan K). Perbedaan antara empat penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan yakni sebagai berikut: 1. Objek penelitian yang penulis gunakan berbeda dengan keempat penelitian terdahulu. Pertama, objek penelitian Rejeki Handayani ialah karangan narasi siswa kelas VII. Kedua, objek penelitian Zahrulia Arina Rinanda ialah wacana iklan provider telekomunikasi. Ketiga, objek penelitian Anung Adhi Nugroho berupa karangan narasi siswa kelas XI. Keempat, Dazriiansyah yang menggunakan karangan deskripsi siswa kelas XI tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan objek penelitian yang penulis gunakan berupa karangan deskripsi siswa kelas VII tahun ajaran 2016/2017. 2. Satu dari empat penelitian terdahulu, yakni milik Dazriiansyah bahkan mencantumkan pembahasan lain yang terdapat dalam analisisnya, seperti (a) penggunaan kata tidak baku, (b) penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, (c) kesalahan penggunaan preposisi, (d) kesalahan
27
penggunaan konjungsi, serta (e) ketidakefektifan suatu kalimat, sedangkan penelitian yang penulis lakukan ini tetap konsisten membahas struktur kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan peran sintaksis. 3. Penelitian yang penulis lakukan tidak membahas secara mendalam mengenai satuan sintaksis, yakni terkait klausa dan kalimat seperti penelitian milik Anung Adhi Nugroho, Zahrulia Arina Rinanda, dan Rejeki Handayani. Fokus utama penelitian hanya pada analisis fungsi, kategori, dan peran sintaksisnya saja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan Desember 2016 yakni sejak penyusunan proposal, analisis teori, pengumpulan dan pengolahan data lapangan, penarikan kesimpulan, hingga penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Seperti tertulis dalam judul, penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2016/2017. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Beruang II Peladen Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu.1 Metode ini menggunakan data faktual atau berupa pengambilan data secara langsung. Kemudian akan dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul tersebut. Metode deskriptif ini menggunakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
penelitian
kualitatif
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 2 Penelitian kualitatif lebih diutamakan dalam paradigma naturalistik, bukan karena antikuantitatif, melainkan karena metoda kualitatif ini lebih manusiawi, bagi manusia sebagai intrumen penelitian.3
1
Consuelo G. Sevilla, et. al., Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to Research Methods oleh Alimuddin Tuwu, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993), h. 91. 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3. 3 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), h. 121.
28
29
Dalam menggunakan metode deskriptif dibutuhkan penggunaan prosedur statistik untuk menjamin tingkat kepercayaan bahwa hasil penelitian patut dihargai. 4 Sebaliknya, bila tidak menggunakan prosedur statistik maka hasil penelitian tidak ilmiah karena hasilnya tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis data, penulis tetap akan melakukan penghitungan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pembaca mengetahui hasil akhir berupa persentase kemunculan pola yang ditemukan dari analisis struktur kalimat. Namun, penghitungan tersebut tidak akan dilakukan secara detail dan rumit sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif.
C. Objek Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini berupa kalimat-kalimat pada karangan deskripsi siswa kelas VII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2016/2017.
D. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian berupa 30 karangan deskripsi siswa kelas VII di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2016/2017. Pengambilan 30 sampel tersebut berdasarkan pada penghitungan jumlah siswa kelas VII secara keseluruhan dan atas dasar teori yang dikemukakan para ahli sebagai berikut. (1) Menurut Gay, sampel penelitian deskriptif diperlukan minimum 10 persen dari populasi.
5
(2) Baiky mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan
menggunakan analisis data statistik, jumlah sampel paling sedikit adalah 30.6 (3) Rumus penghitungan besaran sampel menurut Burhan Bungin yakni, jumlah populasi keseluruhan dibagi jumlah populasi yang dikalikan dengan nilai presisi, kemudian ditambah satu.7
4
Consuelo G. Sevilla, et. al., op. cit., h. 90. Ibid., h. 163. 6 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 55. 7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 115. 5
30
Selain itu, sumber data lain yang digunakan ialah berupa buku-buku referensi yang di dalamnya memuat teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Ada pula beberapa referensi tambahan seperti artikel, jurnal, dan karya tulis ilmiah lainnya yang dibuat oleh para peneliti terdahulu.
E. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ialah perencana, pelaksana, pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. 8 Peneliti akan melakukan analisis terhadap struktur kalimat pada karangan deskripsi siswa, kemudian digunakan pula instrumen penelitian berupa tabel yang memuat hasil temuan data terkait fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis yang terdapat dalam kalimat.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data di lapangan yang digunakan dalam penelitian kualitatif tidak lepas dari teknik pengamatan dan wawancara.9 Kemudian, temuan data yang berhasil dikumpulkan biasanya akan dianalisis sesuai dengan panduan dalam buku-buku yang di dalamnya memuat teori yang sesuai dengan tema penelitian. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis data dengan berpatokan pada buku-buku sumber yang terkait dengan kebahasaan dan linguistik. Ada pula teknik pengumpulan data ialah sebagai berikut.
1. Observasi Teknik observasi atau pengamatan dilakukan dengan melihat dan menghayati perilaku di dalam suatu peristiwa. Biasanya dalam suatu penelitian, jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat pengumpulan data ialah observasi partisipan, observasi sistematik, dan observasi eksperimental.
10
Penelitian kali ini akan menggunakan teknik observasi partisipan karena penulis 8
Lexy J. Moleong, op. cit., h. 121. Ibid., h. 153. 10 Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 72. 9
31
membutuhkan beberapa partisipan (siswa) sebagai subjek yang nantinya dapat membantu penulis mendapatkan objek penelitian (data penelitian), yaitu berupa karangan deskripsi.
2. Wawancara Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab tanpa wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden.11 Wawancara dilakukan perorangan atau secara langsung antara pewawancara dengan seseorang yang diwawancarai. Cara ini dirasa penulis akan lebih bisa membantu mendapatkan data dengan lebih baik. Wawancara yang dilakukan termasuk dalam pendekatan yang menggunakan petunjuk umum wawancara, yang artinya secara garis besar petunjuk tersebut berisi tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. 12 Jenis wawancara ini termasuk juga dalam wawancara bebas terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokokpokok masalah yang akan diteliti (pedoman wawancara), selanjutnya proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.13 Pertama, penulis mewawancarai Ibu Sri Supraptiwi S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia mengenai tingkat kemampuan siswa dalam keterampilan menulis, dan materi pembelajaran apa saja yang terkait dengan keterampilan menulis yang ada di kelas VII semester ganjil. Kedua, penulis mewawancarai Bapak Rohman, M.Pd selaku kepala sekolah, Bapak Ade Solihin, S.Pd selaku wakil kepala, dan beberapa staf tata usaha dengan tujuan untuk mengetahui profil sekolah, mencakup keadaan sekolah, visi dan misi, kurikulum, struktur organisasi di sekolah, dan lain sebagainya.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model paradigma penelitian naturalistik yang dikemukakan oleh Egon G. Guba. Cara yang digunakan dalam penelitian ini, untuk memproses data ialah sebagai berikut. 11
Ibid., h. 83. Lexy J. Moleong, op. cit., h. 13. 13 Cholid dan Abu Achmadi, op. cit., h. 85. 12
32
1. Pemrosesan Unit/Satuan Unit atau satuan tersebut terhimpun lewat data yang diperoleh (temuan data), dan kemudian akan dikodekan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk berbagai tujuan. 14 Satuan itu berfungsi sebagai satuan informasi yang nantinya akan menentukan atau mendefinisikan kategori.15 Jadi, pertama akan dilakukan analisis struktur kalimat dalam karangan satu per satu. Penyajian data menggunakan tabel dan digunakan pula beberapa singkatan dan kode nomor guna mempermudah pembaca untuk memahami apa yang sedang dipaparkan. Kemudian akan dilakukan penafsiran data, yakni data yang diperoleh akan dideskripsikan sedemikian rupa sesuai dengan buku-buku pedoman linguistik dan kebahasaan.
Contoh Tabel 3.1 Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis Nama dan Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan ADK
1. Rudi Bermain Bola S
( Keindahan Candi Borobudur)
P
Pel
2. Contoh Tabel 3.2
Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis Nama dan Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan ADK
1. Rudi
Bermain
Bola
( Keindahan Candi
N
V
N
Borobudur)
14 15
2.
Ibid., h. 133. Lexy J. Moleong, op. cit., h. 191.
33
Contoh Tabel 3.3 Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis Nama dan Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan ADK
1. Rudi
Bermain
Bola
Pelaku Perbuatan Sasaran
( Keindahan Candi Borobudur)
2.
2. Kategorisasi Tugas esensial dari strategi ini adalah menyatukan kartu data informasi yang rasanya sama atau sepertinya sama dalam satu kategori. 16 Pada tahap kedua ini, penulis kemudian mengkategorisasi temuan data hasil analisis berdasarkan persamaan bentuk dari pola struktur kalimat yang ditemukan dalam karangan. Tujuannya agar pembaca dapat dengan mudah mengetahui berapa jumlah pola struktur kalimat yang muncul atau ditemukan dalam karangan-karangan siswa. Contoh Tabel 3.4 Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis No
Pola Struktur Kalimat Berdasarkan Fungsi Sintaksis
1.
S-P-O-Pel
2.
S-P + S-P-Pel
Jumlah
Contoh Tabel 3.5 Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis No
Pola Struktur Kalimat Berdasarkan Kategori Sintaksis
1.
N-V-N
2.
F.Prep-N-V-N
16
Noeng Muhadjir, op. cit., h. 133.
Jumlah
34
Contoh Tabel 3.6 Temuan Data Analisis Peran Sintaksis Pola Struktur Kalimat Berdasarkan
No
Kategori Sintaksis
1.
Pelaku-Perbuatan-Peruntung
2.
Dikenal-Pengenal
Jumlah
3. Persentase Pada tahap ketiga ini, penulis akan menghitung persentase dari tiap-tiap pola yang dominan muncul dalam analisis fungsi sintaksis, kategori sintaksis, maupun peran sintaksis. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola mana yang lebih dominan muncul dalam ketiga jenis analisis tersebut, dan bagaimana penjelasan atau alasan terkait hal itu.
Contoh Tabel 3.7 Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat Pola
Frekuensi
Persentase (%)
S-P-O Fungsi
Kategori Peran
S-P-K N-V-N F.Prep-N-V-F.Prep Dikenal-Pengenal
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.17 P=F/N x 100 % Keterangan : P = angka persentase F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya. N = jumlah frekuensi. 17
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 43.
BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Sekolah 1. Sejarah Sekolah SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan merupakan lembaga pendidikan formal yang berdiri sekitar tahun 1995. Ide didirikannya SMP ini bermula dari banyaknya minat warga yang mengeluhkan kurangnya jumlah sekolah di daerah Peladen. Oleh karena itu, berdirilah sekolah ini dengan hanya menyediakan empat ruang kelas dan beberapa staf pengajar yang berasal dari SMP Negeri 2. Pada tahun ajaran 1995/1996 hinga beberapa tahun kemudian, sekolah ini masih menginduk pada SMP Negeri 2. Kepala sekolah dan semua staf pengajar pun didatangkan dari sana. Ketika itu Dra. Ade Halimatusadiah adalah kepala sekolah SMP N 2 yang juga merangkap sebagai kepala sekolah SMP N 13. Pada tahun ajaran 2003/2004 hingga 2005/2006 sekolah ini mendapatkan tambahan 8 ruang kelas baru. Ketika itu, kepala sekolah yang sedang menjabat ialah Bapak H. Kuswanda dan kemudian diteruskan oleh Bapak Siduk Kurnaen, S.Pd. Hingga saat ini, tercatat sudah enam orang yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan. Akhirnya, dari tahun 2009 hingga sekarang jabatan tersebut dilanjutkan oleh Bapak Rohman, M.Pd. Tahun demi tahun, SMP Negeri 13 mulai berkembang dan menjadi sekolah yang semakin diakui keberadaannya. Jumlah ruang kelas pun semakin bertambah, dan begitu pula jumlah siswa yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sejak tahun 2007 hingga saat ini, SMP Negeri 13 sudah memiliki 24 ruang kelas dan rombonngan belajar. Namun, tetap saja ruang kelas yang tersedia belum mampu mengimbangi jumlah siswa yang semakin meningkat. Ruang kelas yang kurang memadai mengharuskan sekolah ini membagi jam belajarnya menjadi dua shift, yaitu jam belajar pagi dan jam belajar siang. Bermula dari sekolah biasa, kemudian SMP Negeri 13 bisa menjadi sekolah dengan predikat Rintisan Standar Nasional, hingga menjadi Sekolah 35
36
Standar Nasional
pada tahun 2009. Akreditasi yang semula B kemudian
berganti menjadi A. Perbaikan yang dilakukan di hampir seluruh sektor ternyata membuahkan hasil yang sepadan. Terbukti saat ini sudah ada 977 siswa yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan. Pihak sekolah juga masih akan terus melakukan berbagai pembaharuan dan penataan dari berbagai aspek yang ada. Selain peningkatan prestasi siswa-siswinya, kualitas dan profesionalisme tenaga pengajar pun akan terus ditingkatkan. Sekolah ini juga berharap bisa memiliki jam belajar yang normal seperti sekolah lain pada umumnya. Prestasi yang telah diraih oleh siswa-siswi SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan dari segi akademis memang sejauh ini belum ada yang terlalu menonjol atau luar biasa dibanggakan. Namun, ekstrakurikuler seperti paskibra dan pramuka di sekolah ini cukup menorehkan banyak prestasi di tingkat nasional. Selain peningkatan dari segi prestasi dan sarana prasarana pendukung belajar, pihak sekolah juga berharap agar kedepannya dapat lebih bersinergi dengan mitra sekolah. SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan saat ini sudah mulai memperbaiki beberapa aspek terkait kebersihan dan penghijauan sekolah. Hal tersebut dilakukan karena telah berhasil menyandang predikat sekolah adiwiyata yang telah dianugrahkan baru-baru ini.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Visi Unggul Dalam Prestasi Santun Dalam Pergaulan Berahlak Mulia dan Berwawasan Lingkungan
Misi a. Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan dalam dan luar sekolah. b. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan mandiri.
37
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, dan nyaman. d. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis. e. Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan peserta didik. f. Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.
Tujuan a. Mewujudkan proses pembelajaran dengan kondusif, disiplin dan penuh tanggung jawab. b. Meningkatkan prestasi peserta didik melalui kegiatan akademik maupun ekstra kurikulim baik yang mencakup prestasi akademik, teknologi, olah raga dan seni budaya. c. Mengingatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. d. Melaksanakan bimbingan terhadap seluruh siswa agar dapat mengenali dirinya sesuai potensi yang dimilikinya. e. Mempersiapkan siswa untuk dapat bersaing didalam bidang lomba-lomba mata pelajaran maupun keterampilan lainya baik ditingkat kecamatan sampai nasional. f. Melaksanakan managemen yang terbuka baik pada tahap program, pelaksanaan sampai pada pelaporan di dalam rangka akuntabilitas. g. Mewujudkan sekolah yang nyaman, asri dan bersih.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan Tercatat ada 37 guru yang mengajar di SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan dengan rata-rata pendidikan terakhirnya adalah S1. Ada 12 mata pelajaran yang diajarkan, yakni Matematika, Penjasorkes, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, IPA, IPS, PKN, PAI, BTQ, BK, dan TIK. Tiap-tiap guru di sekolah tersebut mengajar untuk satu mata pelajaran yang
38
sesuai dengan bidang keahliannya, namun ada juga tiga guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Guru Bahasa Indonesia di sekolah ini ada 4, yakni Ibu Erna Hastuti, S.Pd., Ibu Nanik Nurjannah, M.Pd., Ibu Sri Supraptiwi, S.Pd., dan Ibu Tasumah, S.Pd.
4. Siswa Tabel 4.1 Daftar Jumlah Rombel dan Siswa/i SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Kelas VII Tahun Ajar
Kelas VIII
Kelas IX
Jml
Jml
Jml
Jml
Jml
Jml
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
Siswa
Rombel
2010/2011
321
8
371
9
271
7
2011/2012
326
8
303
8
343
9
2012/2013
356
8
307
8
286
8
2013/2014
304
8
360
8
288
8
2014/2015
335
8
369
8
331
8
2015/2016
319
8
319
8
340
8
2016/2017
304
8
319
8
319
8
B. Analisis Struktur Kalimat dan Kategorisasi 1. Analisis Fungsi Tabel 4.2 Struktur Kalimat Terkait Fungsi Sintaksis Nama dan No
Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan 1.
REK ( Taman Mini)
1)Pada hari Sabtu, aku pergi ke Taman Mini. K. Waktu
S
P
2) Aku bermain di danau S
P
K. Tempat
K. Tempat bersama saudaraku. K. Penyerta
39
3)Aku pergi ke Lubang Buaya bersama saudaraku. S
P
K. Tempat
4) Di sana
K. Penyerta
aku naik kereta gantung bersama saudaraku.
K. Tempat
S
P
O
K. Penyerta
5) Aku pun pergi ke rumah-rumah adat. S
P
K. Tempat
6) Aku menonton film yang sangat seru. S 2.
MD
O
Pel
7) Di sana kita dapat melihat Monumen Nasional yang sangat
(Monumen Nasional)
P
K
S
P
O
Pel
tinggi dan emas terdapat di atasnya. S 8) Di sana
P
K. Tempat
kita berkeliling dengan kereta.
K. Tempat
S
P
K. Alat
9) Di sana pemandangannya sangat indah. K. Tempat
S
P
10) Kita dapat berjalan di ruangan bawah tanah dan kita dapat S
P
K. Tempat
S
mendengar rekaman suara Bung Karno. P
O
11) Di Monumen Nasional kita diceritakan sejarah monas . K. Tempat 12) Di sana K.Tempat
S
P
O
kita dapat membeli oleh-oleh seperti baju, S
P
O
aksesoris, makanan, dan lain sebagainya. Pel 13) Di Monas pemandangannya sangat bersih. K. Tempat
S
P
14) Wisatawan tidak membuang sampah sembarangan. S
P
O
Pel
40
15) Mereka semua membuang sampah pada tempatnya. S 3.
MMS
O
Pel
16) Tari tor tor berasal dari Sumatera Utara.
(Tari Tor Tor)
P
S
P
K. Tempat
17) Tari ini ditarikan oleh sekelompok orang batak Toba. S
P
K. Kuantitas
18) Tari tor tor biasa ditarikan dalam acara ritual atau pesta S
P
Pel
di kawasan Samosir dan Humbang. K. Tempat 19)Kostum tor tor adalah ulos. S
P
O
20)Ulos dipakai untuk kepala dan selendang. S
P
Pel
21) Kain ulos khusus dibuat untuk acara pesta atau ritual. S 4.
AAR
P
K. Tujuan
22) Suasana pegunungan biasanya sunyi dan rindang.
(Suasana
S
P
Pegunungan 23) Pegunungan terlihat indah pada saat pagi dan sore hari. )
S
P
K. Waktu
24) Pada saat pagi kita bisa melihat matahari terbit. K. Waktu
S
P
O
25) Pada sore hari kita bisa melihat matahari terbenam. K. Waktu
S
P
O
26) Di pegunungan air terjunnya sangat indah dan K. Tempat
S
P
airnya sangat jernih. S 5.
SAF (Taman
27) Saat itu K. Waktu
P aku bersama teman-teman pergi jalan-jalan. S
P
41
Safari)
28) Kami jalan-jalan ke Taman Safari. S
P
29) Di sana
K. Tempat
kami bisa melihat berbagai macam hewan yang
K. Tempat S
P
O
buas dan langka. Pel 30) Di sana hewan dijaga baik-baik oleh penjaga. K. Tempat 6.
RAF
S
O
31)Acara perpisahan sekolah saya adalah ke Puncak.
(Perpisahan Sekolah)
P
S
P
K. Tempat
32) Di sana jalanannya sangat menikung tetapi K. Tempat
S
P
pemandangannya sangat indah. S
P
33) Saya mandi di air terjun dan airnya sangat dingin. S
P
K. Tempat
S
P
34) Saya pulang bersama teman-teman dan guru-guru. S 7.
SPA (Puncak Bogor)
P
K. Penyerta
35) Hari itu aku dan keluargaku pergi berlibur. K. Waktu
S
P
36) Kami berlibur ke Puncak Bogor. S
P
K. Tempat
37) Di puncak kami mengunjungi beberapa tempat. K. Tempat S
P
O
38) Kami datang ke sungai di dekat penginapan. S
P
K. Tempat
39) Sungainya bersih walaupun ada banyak dedaunan yang S
P
jatuh dari pohon. P K. Tempat
K. Kuantitas
S
42
40) Kemudian aku dan ibu pergi ke kebun. K. Waktu
S
P
K. Tempat
41)Kebun itu adalah kebun jagung. S
P
Pel
42) Di hari kedua kami pergi ke Curug. K. Waktu
S
P
K. Tempat
43) Sebelum pulang, kami mampir ke pasar cinderamata. K. Waktu
S
P
K. Tempat
44) Ibu membeli talas dan manggis. S 8.
TN (Tari Piring)
P
O
45)Tari Piring berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. S
P
K. Tempat
46) Tarian ini menggunakan piring sebagai media. S
P
O
Pel
47) Piring diayunkan dengan cepat dan teratur. S
P
K. Cara
48) Di akhir tarian, piring akan dilempar dan para penari akan K. Waktu
S
P
S
menari di atas pecahan piring tersebut. P
Pel
49) Penari juga mendentingkan dua cincin. S 9.
ASW (Kebun Binatang)
P
O
50) Pada hari libur saya dan keluarga pergi ke kebun binatang. K. Waktu
S
P
K
51) Saya banyak melihat hewan-hewan sedang beratraksi. S
P
O
Pel
52) Saya mengelilingi kebun binatang dan saya pun S
P
O
bermain-main di tempat wisata. P
K. Tempat
S
43
53) Saya dan keluarga langsung berkunjung ke atraksi hewan. S
P
K. Tujuan
54) Di sana banyak orang menonton atraksi hewan tersebut. K. Tempat
S
P
O
55) Saya membeli oleh-oleh untuk saudara saya. S
P
O
K. Tujuan
56) Jam 17.15 saya dan keluarga pulang dengan selamat. K. Waktu 10.
MSF
P
Pel
57) Pada hari libur aku dan keluarga pergi ke Taman Safari.
( Taman Safari)
S
K. Waktu
S
P
K. Tempat
58) Di Taman Safari ada pemandangan yang indah. K. Tempat
S
P
59) Kami berkemah di suatu tempat yang indah dan sejuk. S
P
K. Tempat
60) Pada pukul 16.00 aku pulang ke rumah dan di rumah K. Waktu
S
P
K. Tempat
K. Tempat
aku dan keluargaku segera mandi. S
P
61) Aku sangat lelah karena aku pergi ke Taman Safari S
P
S
P
K. Tempat
dari pagi sampai malam. K. Waktu 11.
DR (Suasana di Bandung)
62) Bandung adalah kota yang indah dan ramah. S
P
Pel
63) Pemandangan di Bandung sangat indah dan banyak S
K. Tempat
P
pepohonan yang subur. S
P
64) Saya sangat suka mandi di air terjun. S
P
K. Tempat
44
65) Setelah mandi saya membakar jagung yang baru saja K. Waktu
S
P
O
Pel
dipetik dari kebun. K. Tempat 66) Keesokan harinya, saya pulang ke Tangerang Selatan. K. Waktu 12.
AZ
Indonesia
K. Tempat
S
P
O
wisatawan. 68) Mereka berkunjung dengan keluarganya.
Indah (TMII)
P
67) Taman Mini Indonesia Indah banyak dikunjungi para
(Taman Mini
S
S
P
Pel
69)Mereka gembira berkunjung ke Taman Mini Indonesia S
P
K. Tempat
Indah. 70) Di sana
pohon-pohonnya tinggi sehingga suasana
K. Tempat
S
P
S
tempatnya menjadi sejuk. P 71) Di sana
kita dapat belajar banyak hal.
K. Tempat 13.
YZ
S
Pel
K. Tempat
P
73) Para turis datang untuk melihat keindahan Pulau Dewata
Dewata Bali)
P
72) Pasir pantai di Pulai Dewata Bali sangatlah putih.
(Pesona Pulau
S
S
P
O
Bali 74) Keindahan bawah lautnya tidak kalah mempesona. S
P
75) Bali begitu mempesona orang yang melihatnya. S
P
Pel
45
14.
RA (Suasana Perjalanan)
76) Kami berangkat dari Jakarta pukul 16.30. S
P
K. Tempat
K. Waktu
77) Rombongan tiba di Wonosobo pukul 05.00. S
P
K. Tempat
K. Waktu
78) Kami melanjutkan perjalanan ke Dieng. S
P
K. Tempat
79) Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Goa K. Waktu
S
P
K. Tempat
Pindul. 80) Tanggal 6 kami berangkat ke Keraton Jogja. K. Waktu
S
P
K. Tempat
81) Tiga jam kami mengelilingi keraton dan kami pun pulang K. Tempat S
P
O
S
P
ke Jakarta. K. Tempat 15.
LDH
82) Siswa-siwi SMP Negeri 13 melaksanakan study tour ke
(Saat ke Yogyakarta)
S
P
Yogyakarta. K. Tempat 83) Kami berkumpul di dekat sekolah pukul tiga sore dan S
P
K. Tempat
K. Waktu
kami berangkat pukul 16.30. S
P
K. Waktu
84) Kami tiba di Wonosobo pukul 04.30 dan beristirahat di S
P
K. Tempat
K. Waktu
P
sebuah rumah makan. K. Tempat 85) Kami mengunjungi Telaga Warna yang sangat indah. S
P
O
Pel
46
86) Keesokan harinya kami mengunjungi Candi Perambanan, K. Waktu
S
P
O
Malioboro, dan Keraton Jogja. 16.
BWK (Perjalanan ku)
87) Rombongan sampai di Malioboro pada pukul 04.00 pagi. S
P
K. Tempat
K. Waktu
88) Kemudian kami menuju ke Dataran Tinggi Dieng, Kawah K. Waktu
S
P
K. Tempat
Sikidang, dan Telaga Warna. 89) Dataran Tinggi Dieng berketinggian 2093 m. S
P
90) Dataran Tinggi Dieng adalah dataran dengan vulkanik di S
P
Pel
bawah permukaannya. 17.
MIR (Suasana di Puncak)
91) Di Puncak kita bisa merasakan udara sejuk dan dingin. K. Tempat
S
P
O
92) Jalanan di Puncak sangat berbelok tetapi S
P
pemandangannya bagus. S
P
93) Saya di sana membeli moci, kripik bayam, baju, dan kue. S
K. Tempat P
O
94) Saya senang berkumpul bersama keluarga. S 18.
AMWW (Lintang Yuniya Rahayu)
P
K. Penyerta
95) Lintang sangat ramah ke semua orang. S
P
Pel
96) Aku kadang kesal pada Lintang, karena ia sering S
P
Pel
meminjam rautanku. P
O
S
47
97) Dia murid perempuan yang galak di kelas 7.8. S
P
K. Tempat
98) Dia berkulit hitam tetapi dia cantik. S
P
S
P
99) Lintang sering bertengkar dengan Syauki. S 19.
NIS (Aura Maharani Wisnu Wardani)
P
Pel
100) Aura adalah sosok yang sangat ramah. S
P
Pel
101) Aura selalu berangkat lebih awal ke sekolah. S
P
Pel
K. Tempat
102) Semua anak mendekati Aura karena dia pintar dan rajin. S
P
O
S
P
103) Aura banyak membantu orang lain. S 20.
MRD
P
104) Suasana pantai Kelapa Tujuh sangat indah.
(Suasana Pantai)
O
S
P
105) Di sana banyak kapal besar yang berlayar. K. Tempat
S
P
106) Aku menaiki kapal dan aku membayar 20.000. S
P
O
S
P
107) Pantai itu menjadi kotor karena banyak orang yang S
P
S
membuang sampah. P 21.
DAN (Pergi ke Pantai)
O
108) Kemarin aku berlibur ke pantai. K. Waktu S
P
K. Tempat
109) Aku berangkat dari rumah jam 07.00 pagi. S
P
K. Tempat K. Waktu
110) Aku tertidur karena jalanan menjadi macet. S
P
S
P
48
111) Itulah ceritaku saat pergi ke pantai di hari libur. S 22.
SFR (Tari Piring)
P
K. Tempat
K. Waktu
112) Tari piring merupakan simbol masyarakat Minang. S
P
Pel
113) Penari meletakkan piring di atas tangan dan S
P
O
Pel
mengayunkan dengan cepat. P
K. Cara
114) Penari harus memakai kostum yang berwarna cerah. S
P
O
Pel
115) Penarinya berjumlah ganjil. S 23.
AGN (Kantin Sekolah)
P
116) Kantin adalah tempat membeli makanan dan minuman S
P
Pel
117) Setiap hari banyak siswa membeli makanan dan K. Waktu
S
P
O
minuman di kantin. K. Tempat 118) Para siswa selalu berkumpul di kantin saat istirahat. S
P
K. Tempat
K. Waktu
119) Siswa yang lapar pergi ke kantin S
P K. Tempat
120) Di kantin kita melepas lelah setelah belajar di kelas. K. Tempat S 24.
AAP (Sahabat Sejati)
P
Pel
K. Tempat
121) Dia selalu menghibur aku ketika aku sedang merenung. S
P
O
S
P
122) Dia membuatku bahagia. S
P
123) Kau penyemangatku dan aku bangga mempunyai sahabat S
P
S
P
O
49
sepertimu. 124) Aku sangat kagum memiliki sahabat sepertimu. S 25.
MPH
P
125) Anak-anak SMP Negeri 13 pergi study tour ke Jogja.
(JalanJalan)
Pel
S
P
K. Tempat
126) Kami sampai di Dataran Tinggi Dieng dan kami berfoto. S
P
K. Tempat
S
P
127) Kami berjalan menelusuri hutan. S
P
O
128) Kami melanjutkan perjalanan ke hotel University di S
P
K. Tempat
Jogja. 129) Perjalanan kami melelahkan tetapi kami bahagia. S 26.
GM (Perpisahan Sekolah)
P
S
P
130) Kau yang mengandungku dan sekarang aku sudah besar. S
P
O
K. Waktu S
P
131) Kau yang membiayai sekolahku. S
P
O
132) Aku sangat bahagia karena kau mau merawatku. S
P
S
P
O
133) Aku mau membahagiakan ibu seperti ibu yang selalu S
P
O
S
membahagiakan aku. P 27.
RDF
O
134) Museum Kota Tua banyak dikunjungi oleh negara
(Musium Kota Tua)
S
P
tetangga. Pel 135) Banyak orang berkunjung ke Kota Tua karena banyak S
P
K. Tempat
50
ilmu yang bisa didapat. S
P
136) Orang-orang menyewa sepeda untuk berkeliling di Kota S
P
O
K. Tujuan
K.Tempat
Tua dan menikmati suasana yang indah dan sejuk. P
O
Pel
137) Banyak orang berfoto-foto. S
P
138) Banyak orang yang berjualan es selendang mayang dan S
P
Pel
lain-lain. 28.
NIKZ
139)Tari merak berasal dari Jawa Barat.
(Tari Merak)
S
P
K. Tempat
140) Seorang koreografer bernama Raden Tjejep Somantri S menciptakan gerakan tari merak. P
O
141) Gerakan tari merak berasal dari tingkah burung merak S
P
Pel
142) Penarinya memakai kostum dengan warna corak burung. S 29.
HK
O
Pel
143)Tarian jali-jali sering dibawakan sekelompok wanita.
(Tarian JaliJali)
P
S
P
O
144)Tarian ini sering dibawakan pada acara kebudayaan. S
P
Pel
145) Kostum yang digunakan adalah baju pengantin wanita S
P
Pel
Betawi. 146) Tarian jali-jali memakai gerakan tangan dan pinggul. S
P
51
30.
ZAK
147) Saya berangkat dari rumah dan saya diantar oleh ibu dan
(Suasana
S
P
Dieng dan
adik.
K. Tempat
S
P
O
Yogyakarta) 148) Selama 9 jam kami tiba di Dieng. K. Waktu
S
P K. Tempat
149) Di Puncak Dieng kami bisa melihat pemandangan yang K. Tempat
S
P
O
subhanallah indah. Pel 150) Keesokan harinya kami bersiap menuju Goa Pindul K. Waktu
S
P
O
yang berada di daerah Wonosari. Pel 151) Keesokan harinya kami menuju Keraton Jogja dan saya K. Waktu
S
P
K. Tempat
S
bertemu sahabat saya dari SMP Negeri 10. P
Pel
K. Tempat
152) Kami tiba di Jakarta pukul 01.10 malam dan saya sudah S
P K. Tempat
K. Waktu
S
dijemput oleh ayah. P
O
Tabel 4.3 Temuan Data Analisis Fungsi Sintaksis No
Pola Struktur Kalimat Berdasarkan Fungsi Sintaksis
Jumlah
1.
S-P
8
2.
S-P-O
10
3.
S-P-K
24
4.
S-P-Pel
17
52
5.
S-P-O-K
1
6.
S-P-O-Pel
8
7.
S-P-K-K
8
8.
S-P-Pel-K
2
9.
K-S-P
6
10.
K-S-P-O
8
11.
K-S-P-K
13
12.
K-S-P-Pel
2
13.
K-S-P-O-K
2
14.
K-S-P-O-Pel
4
15.
K-S-P-Pel-K
1
16.
K-S-P-O-Pel-K
1
17.
S-K-P
1
18.
S-K-P-O
1
19.
S-P + S-P
4
20.
S-P + S-P-O
3
21.
S-P + S-P-K-K
1
22.
S-P + K-S-P-K
1
23.
S-P-O + S-P
3
24.
S-P-O + S-P-O
1
25.
S-P-O + S-P-K
1
26.
S-P-O + K-S-P
1
27.
S-P-K + S-P-O
2
28.
S-P-K + S-P
3
29.
S-P-K-K + S-P-K
2
30.
S-P-K-K + S-P-O
1
31.
S-P-Pel + S-P-O
1
32.
S-P-O-K-K + S-P-O-Pel
1
33.
S-P-O-Pel + S-P-K
1
34.
K-S-P + S-P
3
53
35.
K-S-P + S-P-Pel
1
36.
K-S-P-O + S-P-K
1
37.
K-S-P-K + K-S-P
1
38.
K-S-P-K + S-P-Pel-K
1
39.
K-S-P-O-Pel + S-P-K
1
40.
S-K-P + S-P
1
Terdapat 40 pola fungsi sintaksis yang muncul dari 152 kalimat dalam 30 karangan siswa. Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai 18 pola struktur kalimat yang dirasa sudah mencakup dan mewakili secara keseluruhan pola yang muncul. Pola (1) terdiri dari subjek dan predikat, contohnya ada pada kalimat (22) suasana pegunungan biasanya sunyi dan rindang. Fungsi subjek diisi oleh suasana pegunungan karena merupakan bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan dan dapat menjadi jawaban atas pertanyaan “Apa yang sunyi dan terlihat rindang?”. Fungsi predikat diisi oleh biasanya sunyi dan rindang karena mampu menerangkan mengenai subjek dan dapat pula menjadi jawaban atas pertanyaan “Bagaimana suasana pegunungan?”. Pola (2) terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Contohnya ada pada kalimat (44) ibu membeli talas dan manggis. Fungsi subjek diisi oleh ibu karena merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku dan menjadi jawaban atas pertanyaan “Siapa yang membeli talas dan manggis?”. Fungsi predikat diisi oleh membeli karena mampu menerangkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat. Fungsi objek diisi oleh talas dan manggis karena berada di belakang predikat berbentuk verba transitif Pola (3) terdiri dari subjek, predikat, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (5) aku pun pergi ke rumah-rumah adat. Fungsi subjek diisi oleh aku pun karena merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku dan menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Fungsi predikat diisi oleh pergi karena mampu menerangkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat. Fungsi keterangan diisi oleh ke rumah-rumah adat karena menyatakan tempat tujuan.
54
Pola (4) terdiri dari subjek, predikat, dan pelengkap. Contohnya ada pada kalimat (68) mereka berkunjung dengan keluarganya. Fungsi subjek diisi oleh mereka karena merupakan bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan dan menandai apa yang dinyatakan penulis. Fungsi predikat diisi oleh berkunjung karena mampu menerangkan apa yang dilakukan subjek. Fungsi pelengkap diisi oleh dengan keluarganya karena merupakan bagian yang melengkapi informasi di dalam kalimat. Pola (5) terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (55) saya membeli oleh-oleh untuk saudara saya. Fungsi subjek diisi oleh saya karena merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku dan menjadi pokok pembicaraan. Fungsi predikat diisi oleh membeli karena mampu menerangkan apa yang dikerjakan subjek. Fungsi objek diisi oleh oleh-oleh karena berada tepat di sebelah predikat dengan kelas kata verba transitif. Fungsi keterangan diisi oleh untuk saudara saya karena menerangkan tujuan. Pola (6) terdiri dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Contohnya ada pada kalimat (6) aku menonton film yang sangat seru. Fungsi subjek diisi oleh aku karena dapat menunjuk pelaku dan menjadi pokok pembicaan. Fungsi predikat diisi oleh menonton karena berperan menjadi unsur penjelas dari apa yang dilakukan subjek. Fungsi objek diisi oleh film karena berada di belakang predikat dengan kelas kata verba transitif, sedangkan yang sangat seru menempati fungsi pelengkap karena melengkapi informasi yang ingin disampaikan. Pola (7) terdiri dari subjek, predikat, dan dua keterangan. Contohnya ada pada kalimat (2) aku bermain di danau bersama saudaraku. Fungsi subjek diisi oleh aku karena dapat menunjuk pelaku dan menjadi pokok pembicaan. Fungsi predikat diisi oleh bermaian karena yang menerangkan mengenai subjek. Fungsi keterangan pertama diisi oleh di danau karena dapat menerangkan tempat berada, serta letaknya yang dapat berpindah-pindah di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Di danau aku bermain bersama saudaraku. b) Aku bermain di danau bersama saudaraku. c) Aku bermain bersama saudaraku di danau.
55
Fungsi ketarangan kedua diisi oleh bersama saudaraku karena merupakan keterangan penyerta, ditandai dengan hadirnya kata bersama. Selain itu, letaknya yang juga bebas di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Bersama saudaraku, aku bermain di danau. b) Aku bersama saudaraku bermain di danau. c) Aku bermain di danau bersama saudaraku. Pola (8) terdiri dari subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (101) Aura selalu berangkat lebih awal ke sekolah. Fungsi subjek diisi oleh Aura karena merupakan bagian dalam kalimat yang menunjuk pelaku dan menandai apa yang dinyatakan penulis. Fungsi predikat diisi oleh selalu berangkat karena menerangkan yang dilakukan subjek. Fungsi pelengkap diisi oleh lebih awal karena merupakan bagian yang melengkapi informasi di dalam kalimat. Fungsi keterangan diisi oleh ke sekolah karena mampu menerangkan tempat tujuan. Pola (9) terdiri dari keterangan, subjek, dan predikat. Contohnya ada pada kalimat (9) di sana pemandangannya sangat indah. Fungsi keterangan diisi oleh di sana karena ciri keterangan ialah letaknya yang dapat berpindah-pindah di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Di sana pemandangannya sangat indah. b) Pemandangannya di sana sangat indah. c) Pemandangannya sangat indah di sana. Fungsi subjek diisi oleh pemandangannya karena mengacu pada sesuatu hal yang menjadi pokok pembicaraan, serta dapat menjadi jawaban atas pertanyaan “Apa yang terlihat sangat indah?”. Fungsi predikat diisi oleh sangat indah karena berperan menjadi unsur penjelas bagi subjek, serta mampu menjadi jawaban atas pertanyaan “Bagaimana pemandangan di sana?”. Pola (10) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, dan objek. Contohnya ada pada kalimat (25) pada sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam. Fungsi keterangan diisi oleh pada sore hari karena merupakan bagian yang menerangkan waktu, serta letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat. Fungsi subjek diisi oleh kita karena mengacu pada pelaku dan yang menjadi pokok pembicaraan.
56
Fungsi predikat diisi oleh bisa melihat karena mampu berperan menjadi unsur penjelas bagi subjek. Fungsi objek diisi oleh matahari terbenam karena berada tepat di sebelah predikat dengan kelas kata verba transitif. Pola (11) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, dan ketarangan. Contohnya ada pada kalimat (1) pada hari Sabtu, aku pergi ke Taman Mini. Fungsi keterangan pertama diisi oleh pada hari Sabtu karena merupakan bagian dalam kalimat yang menerangkan waktu. Ciri lainnya ialah letaknya yang bebas di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Pada hari Sabtu aku pergi ke Taman Mini. b) Aku pada hari Sabtu pergi ke Taman Mini. c) Aku pergi ke Taman Mini pada hari Sabtu. Fungsi subjek diisi oleh aku karena merupakan bagian kalimat yang menunjuk pelaku dan menjadi pokok pembicaraan. Fungsi predikat diisi oleh pergi karena mampu menerangkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat. Fungsi keterangan kedua diisi oleh ke Taman Mini karena merupakan bagian kalimat yang menyatakan tempat tujuan. Pola (12) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, dan pelengkap. Contohnya ada pada kalimat (56) jam 17.15 saya dan keluarga pulang dengan selamat. Fungsi keterangan diisi oleh jam 17.15 karena merupakan bagian dalam kalimat yang menerangkan waktu. Fungsi subjek diisi oleh saya dan keluarga karena merupakan bagian dalam kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Fungsi predikat diisi oleh pulang karena mampu menerangkan mengenai subjek. Fungsi pelengkap diisi oleh dengan selamat karena merupakan bagian dalam kalimat yang berfungsi melengkapi informasi atau memberi informasi tambahan Pola (13) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, objek, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (4) di sana aku naik kereta gantung bersama saudaraku. Fungsi keterangan pertama diisi oleh di sana karena letaknya yang dapat berpindah di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Di sana aku naik kereta gantung bersama saudaraku. b) Aku di sana naik kereta gantung bersama saudaraku. c) Aku naik kereta gantung bersama saudaraku di sana.
57
Fungsi subjek diisi oleh aku karena merupakan unsur utama kalimat yang sekaligus menunjuk pelaku. Fungsi predikat diisi oleh naik karena menjelaskan yang dilakukan subjek dalam kalimat. Fungsi objek diisi oleh kereta gantung karena berada di belakang predikat berbentuk verba transitif. Fungsi keterangan yang kedua diisi oleh bersama saudaraku karena merupakan bagian dalam kalimat yang menerangkan penyerta, ditandai dengan hadirnya kata bersama. Selain itu, letaknya juga bebas di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Bersama saudaraku, di sana aku naik kereta gantung. b) Di sana aku bersama saudaraku naik kereta gantung. c) Di sana aku naik kereta gantung bersama saudaraku. Pola (14) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Contohnya ada pada kalimat (12) di sana kita dapat membeli oleh-oleh seperti baju, aksesoris, makanan, dan lain sebagainya. Fungsi keterangan diisi oleh di sana karena posisinya yang dapat berpindah di dalam kalimat seperti berikut ini. a) Di sana kita dapat membeli oleh-oleh. b) Kita di sana dapat membeli oleh-oleh. c) Kita dapat membeli oleh-oleh di sana. Fungsi subjek diisi oleh kita karena merupakan unsur utama kalimat dan bagian dari kalimat yang menunjuk pelaku. Fungsi predikat diisi oleh dapat membeli karena mampu menerangkan mengenai subjek. Fungsi objek diisi oleh oleh-oleh karena tepat berada di belakang verba transitif. Fungsi pelengkap diisi oleh seperti baju, aksesoris, makanan, dan lainnya karena memberikan informasi tambahan. Pola (15) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (120) di kantin kita melepas lelah setelah belajar di kelas. Fungsi keterangan pertama diisi oleh di kantin karena menerangkan tempat berada. Fungsi subjek diisi oleh kita karena yang menunjuk pelaku dan menjadi pokok pembicaraan. Fungsi predikat diisi oleh melepas lelah karena mampu menjelaskan yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat. Fungsi pelengkap diisi oleh setelah belajar karena merupakan bagian dalam kalimat yang berfungsi melengkapi informasi. Fungsi keterangan kedua diisi oleh di kelas karena yang menyatakan tempat asal.
58
Pola (16) terdiri dari keterangan, subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Contohnya ada pada kalimat (65) setelah mandi, saya membakar jagung yang baru saja dipetik dari kebun. Fungsi keterangan yang pertama diisi oleh setelah mandi karena posisinya yang dapat berpindah-pindah di dalam kalimat. Fungsi subjek diisi oleh saya karena menunjuk pelaku di dalam kalimat. Fungsi predikat diisi oleh membakar karena mampu menerangkan mengenai subjek. Fungsi objek diisi oleh jagung menempati fungsi objek karena berada tepat di sebelah predikat yang tergolong dalam kelas kata verba transitif. Fungsi pelengkap diisi oleh yang baru saja dipetik karena merupakan bagian dalam kalimat yang melengkapi informasi atau yang memberi informasi tambahan. Fungsi keterangan yang kedua diisi oleh dari kebun karena menerangkan mengenai tempat asal. Pola (17) terdiri dari subjek, keterangan, dan predikat. Contohnya ada pada kalimat (72) pasir pantai di Pulau Dewata Bali sangatlah putih. Fungsi subjek diisi oleh pasir pantai karena merupakan bagian dalam kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Fungsi keterangan diisi oleh di Pulau Dewata Bali karena letaknya dalam kalimat yang dapat berpindah-pindah. Fungsi predikat diisi oleh sangatlah putih karena mampu menjadi jawaban atas pertanyaan “Bagaimana pasir di Pulau Dewata Bali?”. Pola (18) terdiri dari subjek, keterangan, predikat, dan objek. Contohnya ada pada kalimat (93) saya di sana membeli moci, keripik bayam, baju, dan kue. Fungsi subjek diisi oleh saya karena merupakan bagian dalam kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Fungsi keterangan diisi oleh di sana karena letaknya dalam kalimat yang dapat berpindah-pindah seperti berikut di bawah ini. a) Di sana saya membeli moci, keripik bayam, baju, dan kue. b) Saya di sana membeli moci, keripik bayam, baju, dan kue. c) Saya membeli moci, keripik bayam, baju, dan kue di sana. Fungsi predikat diisi oleh membeli karena mampu menjadi jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan”Mengerjakan apa?”. Fungsi objek diisi oleh moci, keripik bayam, baju, dan kue karena posisinya berada di sebelah predikat dengan kelas kata verba transitif.
59
2. Analisis Kategori
Tabel 4.4 Struktur Kalimat Terkait Kategori Sintaksis Nama dan No
Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan 1.
REK ( Taman Mini)
1)Pada hari Sabtu, aku pergi ke Taman Mini. F. Prep
Pron V
2) Aku bermain di danau Pron
V
F. Prep bersama saudaraku.
F. Prep
F. V
3)Aku pergi ke Lubang Buaya bersama saudaraku. Pron
V
4) Di sana F. Prep
F. Prep
F. V
aku naik kereta gantung bersama saudaraku. Pron V
F. N
F. V
5) Aku pergi ke rumah-rumah adat. Pron V
F. Prep
6) Aku menonton film yang sangat seru. Pron 2.
MD (Monumen Nasional)
V
N
F. Adj
7) Di sana kita dapat melihat Monumen Nasional yang sangat F. Prep Pron
F. V
F. N
tinggi dan emas terdapat di atasnya. Konj N
V
F. Prep
8) Di sana kita berkeliling dengan kereta. F. Prep Pron
V
F. Prep
9) Di sana pemandangannya sangat indah. F. Prep
N
F. Adj
F. Adj
60
10) Kita dapat berjalan di ruangan bawah tanah dan Pron
F. V
F. Prep
kita
Konj Pron
dapat mendengar rekaman suara Bung Karno. F. V
F. N
11) Di Monumen Nasional kita diceritakan sejarah monas . F. Prep
12) Di sana
Pron
V
F. N
kita dapat membeli oleh-oleh seperti baju,
F. Prep
Pron
F. V
F. N
F. N
aksesoris, makanan, dan lain sebagainya. 13) Di Monas pemandangannya sangat bersih. F. Prep
N
F. Adj
14) Wisatawan tidak membuang sampah sembarangan. N
F. V
N
Adj
15) Mereka semua membuang sampah pada tempatnya. F. Pron 3.
MMS (Tari Tor Tor)
V
N
F. Prep
16) Tari tor tor berasal dari Sumatera Utara. F. N
V
F. Prep
17) Tari ini ditarikan oleh sekelompok orang batak Toba. F. N
V
F. N
18) Tari tor tor biasa ditarikan dalam acara ritual atau pesta F. N
F. V
F. Prep
di kawasan Samosir dan Humbang. F. Prep 19)Kostum tor tor adalah ulos. F. N
V
N
20)Ulos dipakai untuk kepala dan selendang. N
V
F. Prep
21) Kain ulos khusus dibuat untuk acara pesta atau ritual. F. N
F. V
F. Prep
61
4.
AAR
22) Suasana pegunungan biasanya sunyi dan rindang.
(Suasana
F. N
F. Adj
Pegunungan 23) Pegunungan terlihat indah pada saat pagi dan sore hari. )
N
F. Adj
F. Prep
24) Pada saat pagi kita bisa melihat matahari terbit. F. Prep
Pron
F. V
F. N
25) Pada sore hari kita bisa melihat matahari terbenam. F. Prep
Pron
F. V
F. N
26) Di pegunungan air terjunnya sangat indah dan F. Prep
F. N
F. Adj
Konj
airnya sangat jernih. F. N 5.
SAF (Taman Safari)
F. Adj
28) Saat itu F. N
aku bersama teman-teman pergi jalan-jalan. Pron
F. V
F. V
28) Kami jalan-jalan ke Taman Safari. Pron
F.V
29) Di sana
F. Prep
kami bisa melihat berbagai macam hewan yang
F. Prep
Pron
F. V
F. N
buas dan langka. F. Adj 30) Di sana hewan dijaga baik-baik oleh penjaga. F. Prep 6.
RAF
N
F. N
31)Acara perpisahan sekolah saya adalah ke Puncak.
(Perpisahan Sekolah)
F. V
F. N
V
F. Prep
32) Di sana jalanannya sangat menikung tetapi F. Prep
N
F. Adj
pemandangannya sangat indah. N
F. Adj
Konj
62
33) Saya mandi di air terjun dan airnya sangat dingin. Pron
V
F. Prep
Konj F. N
F. Adj
34) Saya pulang bersama teman-teman dan guru-guru. Pron 7.
SPA (Puncak Bogor)
V
F. V
35) Hari itu aku dan keluargaku pergi berlibur. F. N
F. Pron
F. V
36) Kami berlibur ke Puncak Bogor. Pron
V
F. Prep
37) Di puncak kami mengunjungi beberapa tempat. F. Prep
N
V
F. N
38) Kami datang ke sungai di dekat penginapan. Pron
V
F. Prep
39) Sungainya bersih walaupun ada banyak dedaunan yang F. N
Adj
Konj
F. Adj
F. N
jatuh dari pohon. F. V
F. Prep
40) Kemudian aku dan ibu pergi ke kebun. N
F. N
V
F. Prep
41)Kebun itu adalah kebun jagung. F. N
V
F. N
42) Di hari kedua kami pergi ke Curug. F. Prep
Pron
V
F. Prep
43) Sebelum pulang, kami mampir ke pasar cinderamata. F. V
Pron
V
F. Prep
44) Ibu membeli talas dan manggis. N 8.
TN (Tari Piring)
V
F. N
45)Tari Piring berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. F. N
V
F. Prep
46) Tarian ini menggunakan piring sebagai media. F. N
V
N
F. Prep
63
47) Piring diayunkan dengan cepat dan teratur. N
V
F. Adj
48) Di akhir tarian, piring akan dilempar dan para penari akan F. Prep
N
F. V
Konj
F. N
menari di atas pecahan piring tersebut. F. V
F. Prep
49) Penari juga mendentingkan dua cincin. N 9.
ASW (Kebun Binatang)
F. V
F. N
50) Pada hari libur saya dan keluarga pergi ke kebun binatang. F. Prep
F. N
V
F. Prep
51) Saya banyak melihat hewan-hewan sedang beratraksi. Pron
F. V
F. N
F. V
52) Saya mengelilingi kebun binatang dan saya pun Pron
V
F. N
Konj
N
bermain-main di tempat wisata. F. V
F. Prep
53) Saya dan keluarga langsung berkunjung ke atraksi hewan. F. N
F. V
F. Prep
54) Di sana banyak orang menonton atraksi hewan tersebut. F. Prep
F. N
V
F. V
55) Saya membeli oleh-oleh untuk saudara saya. Pron
V
F. N
F. Prep
56) Jam 17.15 saya dan keluarga pulang dengan selamat. F. N 10.
MSF ( Taman Safari)
F. N
V
F. Adj
57) Pada hari libur aku dan keluarga pergi ke Taman Safari. F. Prep
F. N
V
F. Prep
58) Di Taman Safari ada pemandangan yang indah. F. Prep
F. N
F. Adj
59) Kami berkemah di suatu tempat yang indah dan sejuk. Pron
V
F. Prep
F. Adj
64
60) Pada pukul 16.00 aku pulang ke rumah dan di rumah F. Prep
Pron V
F. Prep
Konj F. Prep
aku dan keluargaku segera mandi. F. N
F. V
61) Aku sangat lelah karena aku pergi ke Taman Safari Pron F. V
Konj Pron V
F. Prep
dari pagi sampai malam. F. Prep 11.
DR (Suasana di Bandung)
62) Bandung adalah kota yang indah dan ramah. N
V
F. N
63) Pemandangan di Bandung sangat indah dan banyak N
F. Prep
F. Adj Konj
pepohonan yang subur. F. N
F. Adj
64) Saya sangat suka mandi di air terjun. Pron
F. V
F. Prep
65) Setelah mandi saya membakar jagung yang baru saja F. V
Pron
V
N
F. V
dipetik dari kebun. F. Prep 66) Keesokan harinya, saya pulang ke Tangerang Selatan. F. N 12.
AZ
Indonesia Indah (TMII))
V
F. Prep
67) Taman Mini Indonesia Indah banyak dikunjungi para
(Taman Mini
Pron
F. N
F.V
F.N
wisatawan. 68) Mereka berkunjung dengan keluarganya. Pron
V
F. Prep
69)Mereka gembira berkunjung ke Taman Mini Indonesia Pron Indah.
F. V
F. Prep
65
70) Di sana
pohon-pohonnya tinggi sehingga suasana
F. Prep
F. N
Adj
Konj
F. N
tempatnya menjadi sejuk. F. Adj 71) Di sana F. Prep 13.
YZ
F. N
F. V
F. N
F. Prep
F. Adj
73) Para turis datang untuk melihat keindahan Pulau Dewata
Dewata Bali)
Pron
72) Pasir pantai di Pulai Dewata Bali sangatlah putih.
(Pesona Pulau
kita dapat belajar banyak hal.
F. N
F. V
F. N
Bali 74) Keindahan bawah lautnya tidak kalah mempesona. F. N
F. Adj
75) Bali begitu mempesona orang yang melihatnya. N 14.
RA (Suasana Perjalanan)
F. Adj
F. N
76) Kami berangkat dari Jakarta pukul 16.30. Pron
V
F. Prep
F. N
77) Rombongan tiba di Wonosobo pukul 05.00. N
V
F. Prep
F. N
78) Kami melanjutkan perjalanan ke Dieng. Pron
F. V
F. Prep
79) Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Goa F. N
Pron
F. V
F. Prep
Pindul. 80) Tanggal 6 kami berangkat ke Keraton Jogja. F. N
Pron
V
F. Prep
81) Tiga jam kami mengelilingi keraton dan kami pun pulang F. Num
Pron
ke Jakarta. F. Prep
V
N
Konj Pron
V
66
15.
LDH
82) Siswa-siwi SMP Negeri 13 melaksanakan study tour ke
(Saat ke Yogyakarta)
F. N
F. V
Yogyakarta. F. Prep 83) Kami berkumpul di dekat sekolah pukul tiga sore dan Pron
V
F. Prep
F. N
Konj
kami berangkat pukul 16.30. Pron
V
F. N
84) Kami tiba di Wonosobo pukul 04.30 dan beristirahat di Pron V
F. Prep
F. N
Konj
V
sebuah rumah makan. F. Prep 85) Kami mengunjungi Telaga Warna yang sangat indah. Pron
V
F. N
F. Adj
86) Keesokan harinya kami mengunjungi Candi Perambanan, F. N
Pron
V
F. N
Malioboro, dan Keraton Jogja. 16.
BWK
87) Rombongan sampai di Malioboro pada pukul 04.00 pagi.
(Perjalanan ku)
N
V
F. Prep
F. Prep
88) Kemudian kami menuju ke Dataran Tinggi Dieng, Kawah N
Pron
V
F. Prep
Sikidang, dan Telaga Warna. 89) Dataran Tinggi Dieng berketinggian 2093 m. F. N
F. Adj
90) Dataran Tinggi Dieng adalah dataran dengan vulkanik di F. N
V
F. N
bawah permukaannya. 17.
MIR (Suasana di
91) Di Puncak kita bisa merasakan udara sejuk dan dingin. F. Prep
Pron
F. V
F. N
67
Puncak)
92) Jalanan di Puncak sangat berbelok tetapi F. N
F. V
Konj
pemandangannya bagus. F. N
Adj
93) Saya di sana membeli moci, kripik bayam, baju, dan kue. Pron F. Prep
V
F. N
94) Saya senang berkumpul bersama keluarga. Pron 18.
AMWW (Lintang Yuniya Rahayu)
F. V
F. V
95) Lintang sangat ramah ke semua orang. N
F. Adj
F. Prep
96) Aku kadang kesal pada Lintang, karena ia sering Pron
F. V
F. Prep
Konj Pron
meminjam rautanku. F. V
F. N
97) Dia murid perempuan yang galak di kelas 7.8. F. N
F. Adj
F. Prep
98) Dia berkulit hitam tetapi dia cantik. Pron
F. N
Konj Pron Adj
99) Lintang sering bertengkar dengan Syauki. N 19.
NIS (Aura Maharani Wisnu Wardani)
F. V
F. N
100) Aura adalah sosok yang sangat ramah. N
V
F. Adj
101) Aura selalu berangkat lebih awal ke sekolah. N
F. V
F. Adj
F. Prep
102) Semua anak mendekati Aura karena dia pintar dan rajin. F. N
V
N
Konj Pron Adj
103) Aura banyak membantu orang lain. N 20.
MRD (Suasana
F. V
F. N
104) Suasana pantai Kelapa Tujuh sangat indah. F. N
F. Adj
68
Pantai)
105) Di sana banyak kapal besar yang berlayar. F. Prep
F. N
F. V
106) Aku menaiki kapal dan Pron
V
aku membayar 20.000.
N Konj Pron
F. V
107) Pantai itu menjadi kotor karena banyak orang yang F. N
F. V
Konj
F. N
membuang sampah. F. V 21.
DAN (Pergi ke Pantai)
N
108) Kemarin aku berlibur ke pantai. N
Pron
V
F. Prep
109) Aku berangkat dari rumah jam 07.00 pagi. Pron
V
F. Prep
F. N
110) Aku tertidur karena jalanan menjadi macet. Pron
V
Konj
N
F. V
111) Itulah ceritaku saat pergi ke pantai di hari libur. F. N 22.
SFR (Tari Piring)
F. V
F. Prep
F. Prep
112) Tari piring merupakan simbol masyarakat Minang. F. N
V
F. N
113) Penari meletakkan piring di atas tangan dan N
V
N
F. Prep
Konj
mengayunkan dengan cepat. V
F. Adj
114) Penari harus memakai kostum yang berwarna cerah. N
F. V
N
F. Adj
115) Penarinya berjumlah ganjil. F. N 23.
AGN (Kantin Sekolah)
F. Num
116) Kantin adalah tempat membeli makanan dan minuman N
V
F. N
117) Setiap hari banyak siswa membeli makanan dan F. N
F. N
V
N
69
minuman di kantin. F. Prep 118) Para siswa selalu berkumpul di kantin saat istirahat. F. N
F. V
F. Prep
F. N
119) Siswa yang lapar pergi ke kantin F. N
V
F. Prep
120) Di kantin kita melepas lelah setelah belajar di kelas. F. Prep Pron 24.
AAP (Sahabat Sejati)
F. V
F. V
F. Prep
121) Dia selalu menghibur aku ketika aku sedang merenung. Pron
F. V
Pron Konj Pron
F. V
122) Dia membuatku bahagia. Pron
F. V
123) Kau penyemangatku dan aku bangga mempunyai sahabat Pron
F. N
Konj Pron
F. Adj
F. N
sepertimu. 124) Aku sangat kagum memiliki sahabat sepertimu. Pron 25.
MPH
F. Adj
F. N
125) Anak-anak SMP Negeri 13 pergi study tour ke Jogja.
(JalanJalan)
V
F. N
F. V
F. Prep
126) Kami sampai di Dataran Tinggi Dieng dan kami berfoto. Pron
V
F. Prep
Konj Pron V
127) Kami berjalan menelusuri hutan. Pron
F. V
N
128) Kami melanjutkan perjalanan ke hotel University di Pron
F. V
F. Prep
Jogja. 129) Perjalanan kami melelahkan tetapi kami bahagia. F. N 26.
GM (Perpisahan
V
Konj Pron Adj
130) Kau yang mengandungku dan sekarang aku sudah besar. Pron
F. V
Konj F. Prep Pron F. Adj
70
Sekolah)
131) Kau yang membiayai sekolahku. Pron
F. V
F. N
132) Aku sangat bahagia karena kau mau merawatku. Pron
F. Adj
Konj Pron
F. V
133) Aku mau membahagiakan ibu seperti ibu yang selalu Pron
F. V
N
Konj N
membahagiakan aku. F. V 27.
RDF
134) Museum Kota Tua banyak dikunjungi oleh negara
(Musium Kota Tua)
Pron
F. N
F. V
tetangga. F. N 135) Banyak orang berkunjung ke Kota Tua karena banyak F. N
V
F. prep
Konj
ilmu yang bisa didapat. F. N
F. V
136) Orang-orang menyewa sepeda untuk berkeliling di Kota F. N
V
N
F. V
F. Prep
Tua dan menikmati suasana yang indah dan sejuk. Konj
V
N
F. Adj
137) Banyak orang berfoto-foto. F. N
F. V
138) Banyak orang yang berjualan es selendang mayang dan F. N
F. V
F. N
lain-lain. 28.
NIKZ (Tari Merak)
139)Tari merak berasal dari Jawa Barat. F. N
V
F. Prep
140) Seorang koreografer bernama Raden Tjejep Somantri F. N
71
menciptakan gerakan tari merak. V
F. N
141) Gerakan tari merak berasal dari tingkah burung merak F. N
V
F. Prep
142) Penarinya memakai kostum dengan warna corak burung. N 29.
HK
N
F. Prep
143)Tarian jali-jali sering dibawakan sekelompok wanita.
(Tarian JaliJali)
V
F. N
F. V
F. N
144)Tarian ini sering dibawakan pada acara kebudayaan. F. N
F. V
F. Prep
145) Kostum yang digunakan adalah baju pengantin wanita F. N
V
F. N
Betawi. 146) Tarian jali-jali memakai gerakan tangan dan pinggul. F. N 30.
ZAK
F. V
147) Saya berangkat dari rumah dan saya diantar oleh ibu dan
(Suasana
Pron
Dieng dan
adik.
V
F. Prep
Konj Pron V
F. N
Yogyakarta) 148) Selama 9 jam kami tiba di Dieng. F. Num
Pron V F. prep
149) Di Puncak Dieng kami bisa melihat pemandangan yang F. Prep
Pron
F. V
N
subhanallah indah. F. Adj 150) Keesokan harinya kami bersiap menuju Goa Pindul F. N
Pron
F. V
F. N
yang berada di daerah Wonosari. F. Prep 151) Keesokan harinya kami menuju Keraton Jogja dan saya F. N
Pron
V
F. N
Konj Pron
72
bertemu sahabat saya dari SMP Negeri 10. V
F. N
F. Prep
152) Kami tiba di Jakarta pukul 01.10 malam dan saya sudah Pron V F. Prep
F. N
Konj Pron
dijemput oleh ayah. F. V
F. N
Tabel 4.5 Temuan Data Analisis Kategori Sintaksis No
Pola Struktur Kalimat Berdasarkan Kategori Sintaksis
Jumlah
1.
N-V-F.N
3
2.
N-V-F.Adj
2
3.
N-V-F.Prep
1
4.
N-V-N-F.Prep
1
5.
N-V-F.Prep-F.N
1
6.
N-V-F.Prep-F.Prep
1
7.
N-F.V-F.N
3
8.
N-F.V-N-Adj
2
9.
N-F.V-F.Adj-F.Prep
1
10.
N-F.Adj-F.N
1
11.
N-F.Adj-F.Prep
2
12.
N-F.N-V-F.Prep
1
13.
N-Pron-V-F.Prep
2
14.
Pron-V-F.Prep
4
15.
Pron-V-F.Prep-F.N
2
16.
Pron-V-F.Prep-F.Adj
1
17.
Pron-V-F.N-F.Prep
1
18.
Pron-V-F.N-F.Adj
1
19.
Pron-V-F.Prep-F.V
2
73
20.
Pron-V-N-F.Adj
1
21.
Pron-F.V
1
22.
Pron-F.V-N
1
23.
Pron-F.V-F.N
1
24.
Pron-V-F.V
1
25.
Pron-F.V-F.Prep
5
26.
Pron-F.V-F.V
1
27.
Pron-F.V-F.N-F.N
1
28.
Pron-F.Prep-V-F.N
1
29.
Pron-F.Adj-V-F.N
1
30.
F.Prep-N-F.Adj
2
31.
F.Prep-N-V-F.N
1
32.
F.Prep-N-F.V-F.N
1
33.
F.Prep-F.N-F.V
1
34.
F.Prep-F.N-F.Adj
1
35.
F.Prep-F.N-V-F.N
1
36.
F.Prep-F.N-V-F.Prep
2
37.
F.Prep-Pron-V-F.N
1
38.
F.Prep-Pron-F.V-F.N
4
39.
F.Prep-Pron-V-F.Prep
3
40.
F.Prep-Pron-V-F.N-F.N
1
41.
F.Prep-Pron-F.V-N-F.Adj
1
42.
F.Prep-Pron-F.V-F.N-F.Adj
1
43.
F.Prep-Pron-F.V-F.N-F.N
1
44.
F.Prep-Pron-F.V-F.V-F.Prep
1
45.
F.N-V-N
1
46.
F.N-V-F.N
6
47.
F.N-V-F.Prep
6
48.
F.N-V-N-F.Prep
1
49.
F.N-F.V
2
74
50.
F.N-F.Adj
4
51.
F.N-F.V-F.N
5
52.
F.N-F.V-F.Prep
5
53.
F.N-Pron-V-F.N
1
54.
F.N-Pron-V-F.Prep
2
55.
F.N-Pron-F.V-F.Prep
1
56.
F.N-F.Pron-F.V
1
57.
F.N-Pron-F.V-F.V
1
58.
F.N-F.V-F.Prep-F.Prep
2
59.
F.N-F.V-F.Prep-F.N
1
60.
F.N-F.N-V-N-F.Prep
1
61.
F.N-Pron-F.V-F.N-F.Prep
1
62.
F.N-F.Adj-F.Prep
1
63.
F.N-F.Prep-F.Adj
1
64.
F.V-Pron-V-F.Prep
1
65.
F.V-Pron-V-N-F.V-F.Prep
1
66.
F.Num-Pron-V-F.Prep
1
67.
F.Pron-V-N-F.Prep
1
68.
Pron-F.V-F.Prep + Pron-F.V-F.N
2
69.
F.Prep-F.N-F.Adj + F.N-F.Adj
2
70.
F.Prep-Pron-F.V-F.N-F.Adj + N-V-F.Prep
1
71.
F.Prep-N-F.Adj + N-F.Adj
1
72.
Pron-V-F.Prep + F.N-F.Adj
1
73.
F.N-Adj + F.Adj-F.N-F.V-F.Prep
1
74.
F.Prep-N-F.V + F.N-F.V-F.Prep
1
75.
Pron-V-F.N + N-F.V-F.Prep
1
76.
F.Prep-Pron-V-F.Prep + F.Prep-F.N-F.V
1
77.
Pron-F.V + Pron-V-F.Prep-F.Prep
1
78.
N-F.Prep-F.Adj + F.N-F.Adj
1
79.
F.Num-Pron-V-N + Pron-V-F.Prep
1
75
80.
Pron-V-F.Prep-F.N + Pron-V-F.N
1
81.
Pron-V-F.Prep-F.N + V-F.Prep
1
82.
F.N-F.V + F.N-F.Adj
1
83.
Pron-F.N + Pron-Adj
1
84.
F.N-V-N + Pron-Adj
1
85.
Pron-V-N + Pron-F.V
1
86.
F.N-F.V + F.N-F.V-N
1
87.
Pron-V + N-F.V
1
88.
N-V-N-F.Prep + V-F.Adj
1
89.
Pron-F.N + Pron-F.Adj-F.N
1
90.
Pron-V-F.Prep + Pron-V
1
91.
F.N-V + Pron-Adj
1
92.
Pron-F.V + F.Prep-Pron-F.Adj
1
93.
Pron-F.Adj + Pron-F.V
1
94.
Pron-F.V-N + N-F.V-Pron
1
95.
F.N-V-F.Prep + F.N-F.V
1
96.
F.N-V-N-F.V-F.Prep + V-N-F.Adj
1
97.
Pron-V-F.Prep + Pron-V-F.N
1
98.
F.N-Pron-V-F.N + Pron-V-F.N-F.Prep
1
99.
Pron-V-F.Prep-F.N + Pron-F.V-F.N
1
100.
Pron-F.V-Pron + Pron-F.V
1
101.
F.N-F.Num
1
Terdapat 101 pola kategori sintaksis yang muncul dari 152 kalimat dalam 30 karangan siswa. Menimbang banyaknya jumlah pola yang ditemukan serta intensitas kemiripan yang begitu tinggi antara satu pola dengan pola lainnya, maka dipilihlah 19 pola struktur kalimat yang dirasa sudah mencakup dan mewakili keseluruhan pola yang muncul. Penjelasan mengenai pola struktur kalimat didasarkan pada urutan nomor dalam tabel temuan data struktur kalimat terkait kategori sintaksi.
76
Pola (1) yang terdiri dari nomina, verba, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (44) ibu membeli talas dan manggis. Kategori nomina diisi oleh ibu karena mengacu pada suatu benda yang konkret. Kategori verba diisi oleh membeli karena merupakan bagian kalimat yang menyatakan tindakan. Kategori frasa nominal diisi oleh talas dan manggis karena meskipun terdiri dari dua kata nomina, namun tetap menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Pola (2) yang terdiri dari nomina, verba, dan frasa adjektival. Contohnya ada pada kalimat (47) piring diayunkan dengan cepat dan teratur. Kategori nomina diisi oleh piring karena mengacu pada suatu benda yang konkret. Kategori verba diisi oleh diayunkan karena merupakan bagian kalimat yang menyatakan tindakan. Kategori frasa adjektival diisi oleh dengan cepat dan teratur karena terdiri dari adjektiva cepat dan adjektiva teratur yang diberi pewatas depan berupa preposisi dengan. Meskipun diawali oleh preposisi, tetapi tidak tergolong dalam frasa preposisional karena kehadiran preposisi di dalam frasa tersebut tidak begitu berpengaruh. Pola (3) yang terdiri dari nomina, verba, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (20) ulos dipakai untuk kepala dan selendang. Kategori nomina diisi oleh ulos karena tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak (tidak ulos), melainkan kata pengingkarnya adalah bukan (bukan ulos). Kategori verba diisi oleh dipakai karena yang menyatakan proses. Verba tersebut tergolong dalam verba transitif yang setelahnya memerlukan nomina sebagai objek. Kategori frasa preposisional diisi oleh untuk kepala dan selendang karena ditandai dengan hadirnya preposisi untuk yang posisinya cukup penting dalam mempengaruhi makna kalimat. Pola (7) yang terdiri dari nomina, frasa verbal, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (49) penari juga mendentingkan dua cincin. Kategori nomina diisi oleh penari karena mengacu pada suatu benda yang konkret. Kategori frasa verbal diisi oleh juga mendentingkan karena terdiri dari verba mendentingkan yang menjadi komponen utama dan adeverbia juga yang melengkapi. Kategori frasa nominal diisi oleh dua cincin karena merujuk pada satu fungsi yang sama di dalam kalimat.
77
Pola (13) yang terdiri dari nomina, pronomina, verba, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (88) kemudian kami menuju ke Dataran Tinggi Dieng, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna. Kategori nomina diisi oleh kemudian karena mengacu pada suatu hal yang abstrak. Kategori pronomina diisi oleh kami karena merupakan pronomina persona pertama jamak. Kategori verba diisi oleh menuju karena yang menyatakan tindakan atau proses. Frasa preposisional diisi oleh ke Dataran Tinggi Dieng, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna karena ditandai dengan hadirnya preposisi ke. Pola (19) yang terdiri dari pronomina, verba, frasa preposisional, dan frasa verbal. Contohnya ada pada kalimat (2) aku bermaian di danau bersama saudaraku. Kategori pronomina diisi oleh aku karena merupakan pronomina persona pertama tunggal. Kategori verba diisi oleh bermain karena yang menyatakan tindakan atau proses dan tergolong pada verba intransitif. Frasa preposisional diisi oleh di danau karena ditandai dengan hadirnya preposisi di. Kategori frasa verbal diisi oleh bersama saudaraku karena terbentuk dari verba bersama yang diberi pewatas belakang berupa saudaraku. Pola (28) yang terdiri dari pronomina, frasa preposisional, verba, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (93) saya di sana membeli moci, keripik bayam, baju, dan kue. Kategori pronomina diisi oleh saya karena merupakan pronomina persona pertama tunggal. Kategori frasa preposisional diisi oleh di sana karena ditandai dengan hadirnya preposisi penunjuk arah di dan sana. Kategori verba diisi oleh membeli karena yang menyatakan tindakan atau perbuatan dan tergolong pada verba transitif. Kategori frasa nominal diisi oleh moci, keripik bayam, baju, dan kue karena terbentuk dari kumpulan nomina yang menempati satu fungsi yang sama dan disatukan oleh konjungsi dan. Pola (29) yang terdiri dari pronomina, frasa adjektival, verba, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (124) aku sangat kagum memiliki sahabat sepertimu. Kategori pronomina diisi oleh aku karena merupakan pronomina persona pertama tunggal. Kategori frasa adjektival diisi oleh sangat kagum karena ditandai dengan hadirnya adjektiva kagum yang diperluas oleh adverbia sangat. Kategori verba diisi oleh memiliki karena yang menyatakan keadaan. Kategori
78
frasa nominal diisi oleh sahabat sepertimu karena terbentuk dari nomina sahabat dan diberi pewatas belakang berupa sepertimu. Pola (38) yang terdiri dari frasa preposisional, pronomina, frasa verbal, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (24) pada saat pagi kita bisa melihat matahari terbit. Kategori frasa preposisional diisi oleh pada saat pagi karena ditandai dengan hadirnya preposisi pada. Kategori pronomina diisi oleh kita karena merupakan pronomina persona pertama jamak. Kategori frasa verbal diisi oleh bisa melihat karena terdiri dari verba melihat yang diberi pewatas depan berupa preposisi bisa atau dapat. Kategori frasa nominal diisi oleh matahari terbit karena menghasilkan satu arti di dalam satu fungsi yang sama. Pola (42) yang terdiri dari frasa preposisional, pronomina, frasa verbal, frasa nominal, dan frasa adjektival. Contohnya ada pada kalimat (29) di sana kami bisa melihat berbagai macam hewan yang buas dan langka. Kategori frasa preposisional diisi oleh di sana karena ditandai dengan hadirnya preposisi penunjuk arah di dan sana. Kategori pronomina diisi oleh kami karena merupakan pronomina persona pertama jamak. Kategori frasa verbal diisi oleh bisa melihat karena terdiri dari verba melihat yang diberi pewatas depan berupa preposisi bisa atau dapat. Kategori frasa nominal diisi oleh berbagai macam hewan karena terdiri dari nomina hewan dan pewatas depan berupa frasa numeralia berbagai macam. Pola (47) yang terdiri dari frasa nominal, verba, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (31) acara perpisahan sekolah adalah ke puncak. Kategori frasa nominal diisi oleh acara perpisahan sekolah karena berada menempati satu fungsi yang sama. Kategori verba diisi oleh adalah karena yang tergolong dalam kata kerja bantu. Kategori frasa preposisional diisi oleh ke Puncak karena ditandai dengan hadirnya preposisi ke. Pola (50) yang terdiri dari frasa nominal dan frasa adjektival, contohnya ada pada kalimat (22) suasana pegunungan biasanya sunyi dan rindang. Kategori frasa nominal diisi oleh suasana pegunungan karena berada menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Kategori frasa adjektival diisi oleh biasanya sunyi dan sepi karena mampu memberi keterangan dengn lebih khusus.
79
Pola (51) yang terdiri dari frasa nominal, frasa verbal, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (67) Taman Mini Indonesia Indah banyak dikunjungi para wisatawan. Kategori frasa nominal pertama diisi oleh Taman Mini Indonesia Indah karena menunjuk pada suatu hal yang konkret. Kategori frasa verbal diisi oleh banyak dikunjungi karena terdiri dari verba dikunjungi yang diberi pewatas depan berupa numeralia pokok banyak. Kategori frasa nominal kedua diisi oleh para wisatawan karena merupakan dua kata yang menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Pola (56) yang terdiri dari frasa nominal, frasa pronominal, dan frasa verbal. Contohnya ada pada kalimat (35) hari itu aku dan keluarga pergi berlibur. Kategori frasa nominal diisi oleh hari itu karena terdiri dari nomina hari yang diberi pewatas depan berupa pronomina penunjuk umum itu. Frasa pronominal diisi oleh aku dan keluargaku karena terdiri dari unsur utama yang berupa pronomina persona pertama tunggal dan disertai dengan nomina keluarga. Kategori frasa verbal diisi oleh pergi berlibur karena terdiri dari dua verba yang menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Pola (59) yang terdiri dari frasa nominal, frasa verbal, frasa preposisional, dan frasa nominal. Contohnya ada pada kalimat (118) para siswa selalu berkumpul di kantin saat istirahat. Kategori frasa nominal pertama diisi oleh para siswa karena terdiri dari nomina siswa yang diberi perluasan dengan menambahkan kata penyerta para. Kategori frasa verbal diisi oleh selalu berkumpul karena terdiri dari verba berkumpul yang diberi pewatas depan berupa adverbia selalu. Kategori frasa preposisional diisi oleh di kantin karena ditandai dengan hadirnya preposisi penunjuk arah di. Kategori frasa nominal kedua diisi oleh saat istirahat karena menghasilkan sebuah makna dan menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Pola (60) yang terdiri dari frasa nominal, frasa nominal, verba, nomina, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (117) setiap hari banyak siswa membeli makanan dan minuman di kantin. Kategori frasa nominal pertama diisi oleh setiap hari karena dua kata tersebut menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Kategori frasa nominal kedua diisi oleh banyak siswa karena
80
terdiri dari nomina siswa yang diberi pewatas depan berupa numeralia pokok banyak. Kategori verba diisi oleh membeli karena yang menerangkan perbuatan dan tergolong dalam kelas kata verba transitif. Kategori nomina diisi oleh makanan dan minuman karena mengacu pada suatu benda yang konkret. Kategori frasa preposisional diisi oleh di kantin karena ditandai dengan hadirnya preposisi penunjuk arah di. Pola (63) yang terdiri dari frasa nominal, frasa preposisional, dan frasa adjektival. Contohnya ada pada kalimat (72) pasir pantai di Pulau Dewata Bali sangatlah putih. Kategori frasa nominal diisi oleh pasir pantai karena dua kata tersebut menempati satu fungsi yang sama di dalam kalimat. Kategori frasa preposisional diisi oleh di Pulau Dewata Bali karena ditandai dengan hadirnya preposisi penunjuk arah di. Kategori frasa adjektival diisi oleh sangatlah putih karena terdiri dari adjektiva putih yang diberi pewatas depan berupa adverbia sangat. Pola (66) yang terdiri dari frasa numeral, pronomina, verba, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (148) selama 9 jam kami pun tiba di Dieng. Kategori frasa numeral diisi oleh selama 9 jam karena menunjuk pada lamanya sesuatu. Kategori pronomina diisi oleh kami karena merupakan pronomina persona pertama jamak. Kategori verba diisi oleh tiba karena yang menerangkan keadaan. Kategori frasa preposisional diisi oleh di Dieng karena ditandai dengan hadirnya preposisi di. Pola (67) yang terdiri dari frasa pronominal, verba, nomina, dan frasa preposisional. Contohnya ada pada kalimat (15) mereka semua membuang sampah pada tempatnya. Kategori frasa pronominal ditempati oleh mereka semua karena mereka mengacu pada pronomina persona ketiga jamak yang kemudian diberi pewatas belakang berupa numeralia kolektif, yakni kata semua. Kategori verba diisi oleh membuang karena yang menerangkan tindakan atau perbuatan dan tergolong dalam kelas kata verba transitif. Kategori nomina diisi oleh sampah karena mengacu pada suatu benda yang konkret. Kategori frasa preposisional diisi oleh pada tempatnya karena ditanda dengan hadirnya preposisi pada.
81
3. Analisis Peran Tabel 4.6 Struktur Kalimat Terkait Peran Sintaksis Nama dan No
Judul
Analisis Struktur Kalimat
Karangan 1.
REK ( Taman Mini)
1)Pada hari Sabtu, Waktu
2) Aku Pelaku
3) Aku
aku
pergi
Pelaku
Perbuatan
di danau
bersama saudaraku.
Perbuatan
Tempat
Penyerta
pergi
ke Lubang Buaya
4) Di sana aku 5) Aku pun
Pelaku
2.
MD (Monumen Nasional)
bersama saudaraku.
Tempat
Penyerta
naik kereta gantung bersama saudaraku.
Tempat Pelaku Perbuatan
6) Aku
Tempat
bermain
Pelaku Perbuatan
Pelaku
ke Taman Mini.
Alat
Penyerta
pergi ke rumah-rumah adat. Perbuatan
Tempat
menonton film
yang sangat seru.
Perbuatan Sasaran
Keadaan
7) Di sana kita dapat melihat Monumen Nasional yang sangat Tempat Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Keadaan
tinggi dan emas terdapat di atasnya. Sasaran
Tempat
8) Di sana kita berkeliling dengan kereta. Tempat
Pelaku Perbuatan
Alat
9) Di sana pemandangannya sangat indah. Tempat
Dikenal
Pegenal
10) Kita dapat berjalan di ruangan bawah tanah dan kita dapat Pelaku
Pebuatan
Tempat
Pelaku
mendengar rekaman suara Bung Karno. Perbuatan
Sasaran
11) Di Monumen Nasional kita diceritakan sejarah monas . Tempat
Pengalam Perbutan
Sasaran
82
12) Di sana
kita dapat membeli oleh-oleh seperti baju,
Tempat
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
aksesoris, makanan, dan lain sebagainya. 13) Di Monas pemandangannya sangat bersih. Tempat
Dikenal
Pengenal
14) Wisatawan tidak membuang sampah sembarangan. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Perbuatan
15) Mereka semua membuang sampah pada tempatnya. Pelaku
3.
MMS (Tari Tor Tor)
Perbuatan
Sasaran
Tempat
16) Tari tor tor berasal dari Sumatera Utara. Dikenal
Pengenal
17) Tari ini ditarikan oleh sekelompok orang batak Toba. Sasaran
Perbuatan
Pelaku
18) Tari tor tor biasa ditarikan dalam acara ritual atau pesta Dikenal
Pegenal
di kawasan Samosir dan Humbang. Tempat
19)Kostum tor tor adalah ulos. Dikenal
Pengenal
20)Ulos dipakai untuk kepala dan selendang. Alat
Perbuatan
Sasaran
21) Kain ulos khusus dibuat untuk acara pesta atau ritual. Hasil
4.
AAR (Suasana
Perbuatan
Sasaran
22) Suasana pegunungan biasanya sunyi dan rindang. Dikenal
Pengenal
Pegunungan 23) Pegunungan terlihat indah pada saat pagi dan sore hari. )
Tempat
Keadaan
Waktu
24) Pada saat pagi kita bisa melihat matahari terbit. Waktu
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
25) Pada sore hari kita bisa melihat matahari terbenam. Waktu
Pelaku Perbuatan
Sasaran
26) Di pegunungan air terjunnya sangat indah dan Tempat
Dikenal
Pengenal
83
airnya sangat jernih. Dikenal
5.
SAF (Taman Safari)
Pengenal
29) Saat itu
aku bersama teman-teman pergi jalan-jalan.
Waktu
Pelaku
Perbuatan
28) Kami jalan-jalan ke Taman Safari. Pelaku Perbuatan
29) Di sana
Tempat
kami bisa melihat berbagai macam hewan yang
Tempat
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
buas dan langka. Keadaan
30) Di sana hewan dijaga baik-baik oleh penjaga. Tempat
6.
RAF
Sasaran
Pelaku
31)Acara perpisahan sekolah saya adalah ke Puncak. Sebab
(Perpisahan Sekolah)
Perbuatan
Tempat
32) Di sana jalanannya sangat menikung tetapi Tempat
Pengalam
Keadaan
pemandangannya sangat indah. Pengalam
Keadaan
33) Saya mandi di air terjun dan airnya sangat dingin. Pelaku Perbuatan Tempat
Dikenal
Pengenal
34) Saya pulang bersama teman-teman dan guru-guru. Pelaku Perbuatan
7.
SPA (Puncak Bogor)
Penyerta
35) Hari itu aku dan keluargaku pergi berlibur. Waktu
Pelaku
36) Kami
Perbuatan
berlibur ke Puncak Bogor.
Pelaku
Perbuatan
Tempat
37) Di puncak kami mengunjungi beberapa tempat. Tempat
38) Kami Pelaku
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
datang ke sungai di dekat penginapan. Perbuatan
Tempat
39) Sungainya bersih walaupun ada banyak dedaunan yang Tempat
Keadaan
Kuantitas Pengalam
84
jatuh dari pohon. Kejadian
Asal
40) Kemudian aku dan ibu Waktu
Pelaku
pergi
ke kebun.
Perbuatan
Tempat
41)Kebun itu adalah kebun jagung. Dikenal
Pengenal
42) Di hari kedua kami Waktu
pergi
ke Curug.
Pelaku Perbuatan
Tempat
43) Sebelum pulang, kami mampir ke pasar cinderamata. Waktu
44) Ibu TN (Tari Piring)
Tempat
membeli talas dan manggis.
Pelaku
8.
Pelaku Perbuatan
Perbuatan
Sasaran
45)Tari Piring berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Dikenal
Pengenal
46) Tarian ini menggunakan piring sebagai media. Perbuatan
Alat
Cara
47) Piring diayunkan dengan cepat dan teratur. Pengalam Perbuatan
Cara
48) Di akhir tarian, piring akan dilempar dan para penari akan Waktu
Pengalam
Perbuatan
Pelaku
menari di atas pecahan piring tersebut. Perbuatan
Tempat
49) Penari juga mendentingkan dua cincin. Pelaku
9.
ASW (Kebun Binatang)
Perbuatan
Sasaran
50) Pada hari libur saya dan keluarga pergi ke kebun binatang. Waktu
Pelaku
Perbuatan
Tempat
51) Saya banyak melihat hewan-hewan sedang beratraksi. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Perbutan
52) Saya mengelilingi kebun binatang dan saya pun Pelaku Perbuatan
Tempat
bermain-main di tempat wisata. Perbuatan
Tempat
Pelaku
85
53) Saya dan keluarga langsung berkunjung ke atraksi hewan. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
54) Di sana banyak orang menonton atraksi hewan tersebut. Tempat
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
55) Saya membeli oleh-oleh untuk saudara saya. Pelaku Perbuatan
Sasaran
Peruntung
56) Jam 17.15 saya dan keluarga pulang dengan selamat. Waktu
10.
MSF ( Taman Safari)
Pelaku
Perbuatan
Keadaan
57) Pada hari libur aku dan keluarga pergi ke Taman Safari. Waktu
Pelaku
Perbuatan Tempat
58) Di Taman Safari ada pemandangan yang indah. Tempat
Dikenal
Pengenal
59) Kami berkemah di suatu tempat yang indah dan sejuk. Pelaku Perbuatan
Tempat
60) Pada pukul 16.00 aku Waktu
Keadaan
pulang ke rumah dan di rumah
Pelaku Perbuatan Tempat
Tempat
aku dan keluargaku segera mandi. Pelaku
Perbuatan
61) Aku sangat lelah karena aku Pelaku Keadaan
pergi ke Taman Safari
Pelaku Perbuatan
Tempat
dari pagi sampai malam. Waktu
11.
DR (Suasana di Bandung)
62) Bandung adalah kota yang indah dan ramah. Dikenal
Pengenal
63) Pemandangan di Bandung sangat indah dan banyak Pengalam
Tempat
Keadaan
Kuantitas
pepohonan yang subur. Pengalam
Keadaan
64) Saya sangat suka mandi di air terjun. Pelaku
Perbuatan
Tempat
65) Setelah mandi saya membakar jagung yang baru saja Waktu
Pelaku
Perbuatan Sasaran
Waktu
86
dipetik dari kebun. Perbuatan
Tempat
66) Keesokan harinya, saya Waktu
12.
AZ
Indonesia Indah (TMII))
Pelaku Perbuatan
Tempat
67) Taman Mini Indonesia Indah banyak dikunjungi para Tempat
(Taman Mini
pulang ke Tangerang Selatan.
Perbuatan
Pelaku
wisatawan. 68) Mereka berkunjung dengan keluarganya. Pelaku
Perbuatan
Penyerta
69)Mereka gembira berkunjung ke Taman Mini Indonesia Pelaku
Perbuatan
Tempat
Indah. 70) Di sana
pohon-pohonnya tinggi sehingga suasana
Tempat
Pengalam
Keadaan
Pengalam
tempatnya menjadi sejuk. Proses
71) Di sana
kita dapat belajar banyak hal.
Tempat
13.
YZ (Pesona Pulau Dewata Bali)
Pelaku Perbuatan
Sasaran
72) Pasir pantai di Pulai Dewata Bali sangatlah putih. Dikenal
Tempat
Pengenal
73) Para turis datang untuk melihat keindahan Pulau Dewata Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Bali 74) Keindahan bawah lautnya tidak kalah mempesona. Dikenal
Pengenal
75) Bali begitu mempesona orang yang melihatnya. Tempat
14.
RA (Suasana Perjalanan)
Keadaan
Pengalam
76) Kami berangkat dari Jakarta pukul 16.30. Pelaku Perbuatan
Tempat
Waktu
77) Rombongan tiba di Wonosobo pukul 05.00. Pelaku
Perbuatan
Tempat
Waktu
78) Kami melanjutkan perjalanan ke Dieng. Pelaku
Perbuatan
Tempat
87
79) Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Goa Waktu
Pelaku
Perbuatan
Tempat
Pindul. 80) Tanggal 6 kami berangkat ke Keraton Jogja. Waktu
Pelaku Perbuatan
Tempat
81) Tiga jam kami mengelilingi keraton dan kami pun pulang Waktu
Pelaku Perbuatan
Tempat
Pelaku
Perbuatan
ke Jakarta. Tempat
15.
LDH
82) Siswa-siwi SMP Negeri 13 melaksanakan study tour ke Pelaku
(Saat ke Yogyakarta)
Perbuatan
Yogyakarta. Tempat
83) Kami berkumpul di dekat sekolah pukul tiga sore dan Pelaku
Perbuatan
Tempat
Waktu
kami berangkat pukul 16.30. Pelaku Perbuatan
Waktu
84) Kami tiba di Wonosobo pukul 04.30 dan beristirahat di Pelaku Perbuatan Tempat
Waktu
Perbuatan
sebuah rumah makan. Tempat
85) Kami mengunjungi Telaga Warna yang sangat indah. Pelaku
Perbuatan
Tempat
Keadaan
86) Keesokan harinya kami mengunjungi Candi Perambanan, Waktu
Pelaku Perbuatan
Tempat
Malioboro, dan Keraton Jogja. 16.
BWK (Perjalanan ku)
87) Rombongan sampai di Malioboro pada pukul 04.00 pagi. Pelaku
Perbuatan
Tempat
Waktu
88) Kemudian kami menuju ke Dataran Tinggi Dieng, Kawah Waktu
Pelaku Perbuatan
Tempat
Sikidang, dan Telaga Warna. 89) Dataran Tinggi Dieng berketinggian 2093 m. Dikenal
Pengenal
88
90) Dataran Tinggi Dieng adalah dataran dengan vulkanik di Dikenal
Pengenal
bawah permukaannya. 17.
MIR (Suasana di Puncak)
91) Di Puncak kita bisa merasakan udara sejuk dan dingin. Tempat
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
92) Jalanan di Puncak sangat berbelok tetapi Dikenal
Pengenal
pemandangannya bagus. Dikenal
Pengenal
93) Saya di sana membeli moci, kripik bayam, baju, dan kue. Pelaku Tempat Perbuatan
Sasaran
94) Saya senang berkumpul bersama keluarga. Pelaku
18.
AMWW (Lintang Yuniya Rahayu)
Perbuatan
Penyerta
95) Lintang sangat ramah ke semua orang. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
96) Aku kadang kesal pada Lintang, karena ia sering Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Pelaku
meminjam rautanku. Perbuatan
Sasaran
97) Dia murid perempuan yang galak di kelas 7.8. Dikenal
Pengenal
Tempat
98) Dia berkulit hitam tetapi dia cantik. Dikenal
Pengenal
Dikenal Pengenal
99) Lintang sering bertengkar dengan Syauki. Pelaku
19.
NIS (Aura Maharani Wisnu Wardani)
Perbuatan
Sasaran
100) Aura adalah sosok yang sangat ramah. Dikenal
Pegenal
101) Aura selalu berangkat lebih awal ke sekolah. Pelaku
Perbuatan
Waktu
Tempat
102) Semua anak mendekati Aura karena dia pintar dan rajin. Pelaku
Perbuatan Sasaran
103) Aura banyak membantu orang lain. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Dikenal
Pengenal
89
20.
MRD
104) Suasana pantai Kelapa Tujuh sangat indah. Dikenal
(Suasana Pantai)
Pengenal
105) Di sana banyak kapal besar yang berlayar. Waktu
Pelaku
106) Aku menaiki
Perbuatan
kapal dan aku membayar 20.000.
Pelaku Perbuatan Sasaran
Pelaku
Perbuatan
107) Pantai itu menjadi kotor karena banyak orang yang Tempat
Proses
Pelaku
membuang sampah. Perbuatan
21.
DAN (Pergi ke Pantai)
Sasaran
108) Kemarin aku Waktu
berlibur
Pelaku
ke pantai.
Perbuatan
Tempat
109) Aku berangkat dari rumah jam 07.00 pagi. Pelaku Perbuatan
110) Aku
Tempat
Waktu
tertidur karena jalanan menjadi macet.
Pengalam Keadaan
Tempat
Proses
111) Itulah ceritaku saat pergi ke pantai di hari libur. Hasil
22.
SFR (Tari Piring)
Perbuatan
Tempat
Waktu
112) Tari piring merupakan simbol masyarakat Minang. Dikenal
Pengenal
113) Penari meletakkan piring di atas tangan dan Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Tempat
mengayunkan dengan cepat. Perbuatan
Cara
114) Penari harus memakai kostum yang berwarna cerah. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
115) Penarinya berjumlah ganjil. Pelaku
23.
AGN (Kantin Sekolah)
Kuantitas
116) Kantin adalah tempat membeli makanan dan minuman Dikenal
Pengenal
117) Setiap hari banyak siswa membeli makanan dan Waktu
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
90
minuman di kantin. Tempat
118) Para siswa selalu berkumpul di kantin saat istirahat. Pelaku
Perbuatan
Tempat
119) Siswa yang lapar pergi Pelaku
Waktu
ke kantin
Perbuatan Tempat
120) Di kantin kita melepas lelah setelah belajar di kelas. Tempat
24.
AAP (Sahabat Sejati)
Pelaku Perbuatan
Waktu
Tempat
121) Dia selalu menghibur aku ketika aku sedang merenung. Pelaku Perbuatan
Sasaran
Pelaku
Perbuatan
122) Dia membuatku bahagia. Pelaku
Perbuatan
123) Kau penyemangatku dan Pelaku Perbuatan Peruntung
aku
bangga mempunyai
Peruntung
Keadaan
sahabat sepertimu. Sebab
124) Aku
sangat kagum memiliki sahabat sepertimu.
Pengalam Keadaan
25.
MPH
125) Anak-anak SMP Negeri 13 pergi study tour ke Jogja. Pelaku
(JalanJalan)
Sebab
Perbuatan
Tempat
126) Kami sampai di Dataran Tinggi Dieng dan kami berfoto. Pelaku Perbuatan
Tempat
Pelaku Perbuatan
127) Kami berjalan menelusuri hutan. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
128) Kami melanjutkan perjalanan ke hotel University di Pelaku
Perbuatan
Tempat
Jogja. 129) Perjalanan kami melelahkan tetapi kami Sebab
26.
GM (Perpisahan Sekolah)
Keadaan
bahagia.
Pengalam Keadaan
130) Kau yang mengandungku dan sekarang aku sudah besar. Pengalam
Keadaan
Waktu Pengalam Keadaan
131) Kau yang membiayai sekolahku. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
91
132) Aku sangat bahagia karena kau mau merawatku. Pengalam Keadaan
Pelaku
Perbuatan
133) Aku mau membahagiakan ibu seperti ibu yang selalu Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Pelaku Perbuatan
membahagiakan aku. Sasaran
27.
RDF
134) Museum Kota Tua banyak dikunjungi oleh negara Sasaran
(Musium Kota Tua)
Perbuatan
tetangga. Pelaku
135) Banyak orang berkunjung ke Kota Tua karena banyak Pelaku
Perbuatan
Tempat
Sasaran
ilmu yang bisa didapat. Perbuatan
136) Orang-orang menyewa sepeda untuk berkeliling di Kota Pelaku
Perbuatan Sasaran
Perbuatan
Tempat
Tua dan menikmati suasana yang indah dan sejuk. Perbuatan Sasaran
Keadaan
137) Banyak orang berfoto-foto. Pelaku
Perbuatan
138) Banyak orang yang berjualan es selendang mayang dan Pelaku
Perbuatan
Sasaran
lain-lain. 28.
NIKZ (Tari Merak)
139)Tari merak berasal dari Jawa Barat. Dikenal
Pengenal
140) Seorang koreografer bernama Raden Tjejep Somantri Pelaku
menciptakan gerakan tari merak. Perbuatan
Sasaran
141) Gerakan tari merak berasal dari tingkah burung merak Hasil
Asal
142) Penarinya memakai kostum dengan warna corak burung. Pelaku
Perbuatan
Sasaran
92
29.
HK (Tarian JaliJali)
143)Tarian jali-jali sering dibawakan sekelompok wanita. Sasaran
Perbuatan
Pelaku
144)Tarian ini sering dibawakan pada acara kebudayaan. Sasaran
Perbuatan
Waktu
145) Kostum yang digunakan adalah baju pengantin wanita Dikenal
Pengenal
Betawi. 146) Tarian jali-jali memakai gerakan tangan dan pinggul. Dikenal
30.
ZAK (Suasana di
Pengenal
147) Saya berangkat dari rumah dan Pelaku Perbuatan
Tempat
Dieng dan
oleh ibu dan adik.
Yogyakarta)
Pelaku
148) Selama 9 jam kami Waktu
tiba
saya
diantar
Peruntung
Perbuatan
di Dieng.
Pelaku Perbuatan
Tempat
149) Di Puncak Dieng kami bisa melihat pemandangan yang Tempat
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
subhanallah indah. Keadaan
150) Keesokan harinya kami bersiap menuju Goa Pindul Waktu
Pelaku
Perbuatan
yang berada di daerah Wonosari. Tempat
151) Keesokan harinya kami menuju Keraton Jogja dan saya Waktu
Pelaku Perbuatan
Tempat
Pelaku
bertemu sahabat saya dari SMP Negeri 10. Sasaran 152) Kami
tiba
Pelaku Perbuatan
Tempat di Jakarta pukul 01.10 malam dan Tempat
Waktu
Saya sudah dijemput oleh ayah. Perbuatan
Pelaku
93
Tabel 4.7 Temuan Data Analisis Peran Sintaksis No
Pola Struktur Kalimat Berdasarkan Peran Sintaksis
Jumlah
1.
Pelaku-Perbuatan
2
2.
Pelaku-Perbuatan-Penyerta
3
3.
Pelaku-Perbuatan-Tempat
11
4.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran
13
5.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Penyerta
2
6.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Tempat
1
7.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Waktu
6
8.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Keadaan
2
9.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Perbuatan
2
10.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Keadaan
1
11.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Peruntung
1
12.
Pelaku-Tempat-Perbuatan-Sasaran
1
13.
Pelaku-Kuantitas
1
14.
Waktu-Pelaku-Perbuatan
3
15.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Tempat
14
16.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Sasaran
2
17.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Keadaan
1
18.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Tempat
1
19.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Waktu-Perbuatan-Tempat
1
20.
Tempat-Pelaku-Perbuatan
1
21.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Sasaran
5
22.
Tempat-Sasaran-Perbuatan-Pelaku
1
23.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Alat
1
24.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Alat-Penyerta
1
25.
Tempat-Dikenal-Pengenal
3
26.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Waktu
1
27.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Keadaan
1
94
28.
Tempat-Keadaan-Pengalam
1
29.
Tempat-Keadaan-Waktu
1
30.
Tempat-Pengalam-Perbuatan-Sasaran
1
31.
Tempat-Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Keadaan
1
32.
Dikenal-Pengenal
16
33.
Dikenal-Pengenal-Tempat
2
34.
Dikenal-Tempat-Pengenal
1
35.
Sasaran-Pelaku-Perbuatan
3
36.
Sasaran-Perbuatan-Waktu
1
37.
Perbuatan-Alat-Cara
1
38.
Hasil-Perbuatan-Sasaran
1
39.
Hasil-Perbuatan-Tempat-Waktu
1
40.
Hasil-Asal
1
41.
Alat-Perbuatan-Sasaran
1
42.
Sebab-Tempat
1
43.
Pengalam-Perbuatan-Cara
1
44.
Pengalam-Keadaan-Sebab
1
45.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran + Pelaku-Perbuatan
2
46.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran + Pelaku-Perbuatan-Sasaran
2
47.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Pelaku-Perbuatan-Sasaran
1
48.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Pelaku-Perbuatan-Tempat
1
49.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Pelaku-Perbuatan
1
50.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Sasaran-Perbuatan
1
51.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Dikenal-Pengenal
1
52.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran + Dikenal-Pengenal
1
53.
Pelaku-Keadaan + Pelaku-Perbuatan-Tempat-Waktu
1
54.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Waktu+ Pelaku-Perbuatan-Waktu
1
55.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Waktu+ Perbuatan-Tempat
1
56.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Tempat + Pelaku-Perbuatan-Cara
1
57.
Pelaku-Perbuatan-Peruntung + Peruntung-Keadaan-Sebab
1
95
58.
Pelaku-Perbuatan-Tempat-Waktu + Perbuatan-Pelaku
1
59.
Pelaku-Perbuatan-Tempat + Peruntung-Perbuatan-Pelaku
1
60.
Pelaku-Perbuatan-Sasaran-Perbuatan-Tempat + Perbuatan-
1
Sasaran-Keadaan 61.
Tempat-Pelaku-Perbuatan + Sasaran-Keadaan
1
62.
Tempat-Pengalam-Keadaan + Pengalam-Keadaan
1
63.
Tempat-Pengalam-Keadaan + Pengalam-Proses
1
64.
Tempat-Keadaan + Kuantitas-Pengalam-Keadaan-Asal
1
65.
Tempat-Proses + Pelaku-Perbuatan-Sasaran
1
66.
Tempat-Dikenal-Pengenal + Dikenal-Pengenal
1
67.
Waktu-Pengalam-Perbuatan + Pelaku-Perbuatan-Tempat
1
68.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Tempat + Tempat-Pelaku-Perbuatan
1
69.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Tempat + Pelaku-Perbuatan-Tempat
1
70.
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Tempat + Pelaku-Sasaran-Tempat
1
71.
Pengalam-Tempat-Keadaan + Kuantitas-Pengalam-Keadaan
1
72.
Pengalam-Keadaan + Tempat-Proses
1
73.
Pengalam-Keadaan + Waktu-Pengalam-Keadaan
1
74.
Pengalam-Keadaan + Pelaku-Perbuatan
1
74.
Dikenal-Pengenal + Dikenal-Pengenal
2
75.
Sebab-Keadaan + Pengalam-Keadaan
1
Terdapat 75 pola peran sintaksis yang muncul dari 152 kalimat dalam 30 karangan siswa. Menimbang banyaknya jumlah pola yang ditemukan, serta intensitas kemiripan yang begitu tinggi antara satu pola dengan pola lainnya, maka dipilihlah 19 pola struktur kalimat yang dirasa sudah mencakup dan mewakili keseluruhan pola yang muncul. Pola (1) yang terdiri dari pelaku dan perbuatan, contohnya ada pada kalimat (137) banyak orang berfoto-foto. Peran pelaku ditempati oleh banyak orang karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba
96
predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh berfoto-foto karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Pola (2) yang terdiri dari pelaku, perbuatan, dan penyerta. Contohnya ada pada kalimat (68) mereka berkunjung dengan keluarganya. Peran pelaku ditempati oleh mereka karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh berkunjung karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran penyerta ditempati oleh dengan keluarganya karena mengacu pada peserta yang bertindak mengikut pelaku. Pola (3) yang terdiri dari pelaku, perbuatan, dan tempat. Contohnya ada pada kalimat (36) kami berlibur ke Puncak Bogor. Peran pelaku ditempati oleh kami karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh berlibur karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran tempat ditempati oleh ke Puncak Bogor karena yang menyatakan ke mana. Pola (4) yang terdiri dari pelaku, perbuatan, dan sasaran. Contohnya ada pada kalimat (73) para turis datang untuk melihat keindahan Pulau Dewata Bali. Peran pelaku ditempati para turis karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh datang dan melihat karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran sasaran ditempati oleh keindahan Pulau Dewata Bali karena yang dikenai perbuatan atau yang menjadi tujuan dari tindakan pelaku. Pola (10) yang terdiri dari pelaku, perbuatan, sasaran, dan keadaan. Contohnya ada pada kalimat (6) aku menonton film yang sangat seru. Peran pelaku ditempati oleh aku karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh menonton karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran sasaran ditempati oleh film karena merupakan hal yang dituju oleh tindakan pelaku. Peran keadaan ditempati oleh yang sangat seru karena mengacu pada sifat sesuatu hal atau situasi yang terjadi.
97
Pola (11) yang terdiri dari pelaku, perbuatan, sasaran, dan peruntung. Contohnya ada pada kalimat (55) saya membeli oleh-oleh untuk saudara saya. Peran pelaku ditempati oleh saya karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh membeli karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran sasaran ditempati oleh oleh-oleh karena merupakan hal yang dikenai tindakan atau dituju oleh pelaku. Peran peruntung ditempati oleh saudara saya karena mengacu pada peserta yang memperoleh manfaat dari perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Pola (13) terdiri dari pelaku dan kuantitas. Contohnya ada pada kalimat (115) penarinya berjumlah ganjil. Peran pelaku ditempati oleh penarinya karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan menari. Peran kuantitas ditempati oleh berjumlah ganjil karena mengacu pada jumlah. Pola (15) terdiri dari waktu, pelaku, perbuatan, dan tempat. Contohnya ada pada kalimat (66) keesokan harinya, saya pulang ke Tangerang Selatan. Peran waktu ditempati keesokan harinya karena menyatakan kapan terjadinya. Peran pelaku ditempati saya karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh pulang karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran tempat ditempati oleh ke Tangerang Selatan karena yang menyatakan ke mana. Pola (16) terdiri dari waktu, pelaku, perbuatan, dan sasaran. Contohnya ada pada kalimat (24) pada saat pagi, kita bisa melihat matahari terbit. Peran waktu ditempati oleh pada saat pagi karena menyatakan kapan terjadinya. Peran pelaku ditempati oleh kita karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh bisa melihat karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran sasaran ditempati oleh matahari terbit karena merupakan hal yang dikenai tindakan atau tujuan dari perbuatan yang dilakukan pelaku. Pola (22) yang terdiri dari tempat, sasaran, perbuatan, dan pelaku. Contohnya ada pada kalimat (30) di sana hewan dijaga baik-baik oleh penjaga. Peran tempat ditempati oleh di sana karena yang menyatakan di mana. Peran
98
sasaran ditempati oleh hewan-hewan karena yang dikenai perbuatan atau yang menjadi tujuan dari tindakan pelaku. Peran perbuatan ditempati oleh dijaga (yang dalam bentuk aktinya yakni menjaga) karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran pelaku ditempati oleh penjaga karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Singkatnya, penjaga adalah pelaku yang bertindak untuk menjaga hewan di sana. Pola (24) yang terdiri dari tempat, pelaku, perbuatan, alat, dan penyerta. Contohnya ada pada kalimat (4) di sana aku naik kereta gantung bersama saudaraku. Peran tempat ditempati oleh di sana karena yang menyatakan di mana. Peran pelaku ditempati oleh aku karena menunjuk pada peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh naik karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran alat ditempati oleh kereta gantung karena yang dipakai pelaku untuk melakukan perbuatan. Peran penyerta ditempati oleh bersama saudaraku karena mengacu pada peserta yang bertindak mengikut pelaku. Pola (29) yang terdiri dari tempat, keadaan, dan waktu. Contohnya ada pada kalimat (23) pegunungan terlihat indah pada saat pagi dan sore hari. Peran tempat ditempati oleh pegunungan karena yang di mana. Peran keadaan ditempati oleh terlihat indah karena mengacu pada sifat sesuatu hal atau situasi yang terjadi. Peran waktu ditempati oleh pada saat pagi dan sore hari karena menyatakan kapan terjadinya. Pola (32) yang terdiri dari dikenal dan pengenal, contohnya ada pada kalimat (19) kostum tor tor adalah ulos. Peran dikenal ditempati oleh kostum tor tor karena menerangkan mengenai identitas yang dimiliki terhadap suatu ciri tertentu. Peran pengenal ditempati oleh adalah ulos karena merupakan tanda atau ciri khusus untuk mengetahui suatu hal. Pola (36) yang terdiri dari sasaran, perbuatan, dan waktu. Contohnya ada pada kalimat (144) tarian ini sering dibawakan pada acara kebudayaan. Peran sasaran ditempati oleh tarian ini karena merupakan hal yang dikenai tindakan. Peran perbuatan ditempati oleh sering dibawakan (yang dalam bentuk aktifnya
99
menjadi membawakan) karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Meskipun dalam kalimat ini pelaku tidak dihadirkan, namun kita mengetahui bahwa pelakunya pastilah si penari. Peran waktu ditempati oleh pada acara kebudayaan karena menyatakan kapan terjadinya. Pola (39) yang terdiri dari hasil, perbuatan, tempat, dan waktu. Contohnya ada pada kalimat (111) itulah ceritaku saat pergi ke pantai di hari libur. Peran hasil ditempati oleh ceritaku karena merupakan sesuatu yang diadakan atau dihasilkan oleh usaha atau perbuatan. Peran perbuatan ditempati oleh saat pergi karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Peran tempat ditempati oleh ke pantai karena yang menyatakan ke mana. Peran waktu ditempati oleh di hari libur karena menyatakan kapan terjadinya. Pola (40) yang terdiri dari hasil dan asal, contohnya ada pada kalimat (141) gerakan tari merak berasal dari tingkah laku burung merak. Peran hasil ditempati oleh gerakan tari merak karena merupakan sesuatu yang diadakan atau dihasilkan oleh usaha atau perbuatan. Peran asal ditempati oleh berasal dari tingkah laku burung merak karena merupakan bahan permulaan terjadinya sesuatu. Pola (41) yang terdiri dari alat, perbuatan, dan sasaran. Contohnya ada pada kalimat (20) ulos dipakai untuk kepala dan selendang. Peran alat ditempati oleh ulos karena yang dipakai pelaku untuk melakukan perbuatan. Peran perbuatan ditempati oleh dipakai (yang dalam bentuk aktifnya menjadi memakai) karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan oleh pelaku. Meskipun dalam kalimat ini pelaku tidak dihadirkan, namun jika melihat konteks kalimatnya secara menyeluruh, kita mengetahui bahwa pelakunya pastilah si penari. Peran sasaran ditempati untuk kepala dan selendang karena merupakan yang dikenai tindakan. Pola (42) yang terdiri dari sebab dan tempat, contohnya ada pada kalimat (31) acara perpisahan sekolah saya adalah ke Puncak. Peran sebab ditempati acara perpisahan sekolah saya karena menjadikan timbulnya atau terjadinya sesuatu. Peran tempat ditempati ke Puncak karena yang menyatakan ke mana. Pola (43) yang terdiri dari pengalam, perbuatan, dan cara. Contohnya ada pada kalimat (47) piring diayunkan dengan cara teratur. Peran pengalam ditempati piring karena yang mengalami keadaan atau perbuatan yang dinyatakan
100
verba predikatif. Peran perbuatan ditempati oleh diayunkan karena menerangkan tindakan atau sesuatu yang dilakukan. Peran cara ditempati oleh dengan cara teratur karena menjelaskan aturan atau jalan dalam melakukan suatu hal. Pola (44) yang terdiri dari pengalam, keadaan, dan sebab. Contohnya ada pada kalimat (124) aku sangat kagum memiliki sahabat sepertimu. Peran pengalam ditempati aku karena yang mengalami keadaan atau perbuatan yang dinyatakan verba predikatif. Peran keadaan ditempati sangat kagum karena mengacu pada sifat suatu hal atau situasi. Peran sebab ditempati memiliki sahabat sepertimu karena menimbulkan terjadinya suatu keadaan tertentu.
C. Persentase Kemunculan Pola Dominan Tabel 4.8 Persentase Kemunculan Pola Struktur Kalimat
Fungsi
Kategori
Peran
Persentase
Pola
Frekuensi
S-P-K
24
15,78 %
S-P-Pel
17
11,18 %
K-S-P-K
13
8,55 %
S-P-O
10
6,57%
F.N-V-F.N
6
3,94%
F.N-V-F.Prep
6
3,94%
Pron-F.V-F.Prep
5
3,28%
F.Prep-Pron-F.V-F.N
4
2,63%
Dikenal-Pengenal
16
10,52%
Waktu-Pelaku-Perbuatan-Tempat
14
9,21%
Pelaku-Perbuatan-Sasaran
13
8,55%
Pelaku-Perbuatan-Tempat
11
7,23%
(%)
101
Hasil persentase di atas menunjukkan beberapa pola yang dominan muncul dalam analisis struktur kalimat terkait dengan fungsi, kategori, dan peran sintaksis. Pertama, berdasarkan analisis fungsi sintaksis, persentase tertinggi yang didapat berkisar antara 6-15%. Kedua, berdasarkan analisis kategori sintaksis, persentase tertinggi yang didapat berkisar antara 2-4%. Ketiga, berdasarkan analisis peran sintaksis, persentase tertinggi yang didapat berkisar antara 7-10%. Fungsi sintaksis hanya terdiri dari lima unsur saja, yakni subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap, sedangkan kategori sintaksis dan peran sintaksis memiliki unsur yang jauh lebih banyak. Oleh sebab itu, pola yang dihasilkan dari analisis fungsi sintaksis lebih sedikit jika dibandingkan dengan pola yang dihasilkan dari analisis kategori sintaksis dan analisis peran sintaksis. Dalam analisis fungsi, besar kemungkinannya suatu pola muncul secara berulang, dan hal tersebut yang membuat persentase kemunculan pola dominan dalam analisis fungsi sintaksis jauh lebih tinggi dibandingkan kategori dan peran sintaksis. Pola struktur kalimat yang dibuat siswa sebenarnya tergolong sederhana dan tidak begitu bervariasi. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis tiga unsur yang penulis lakukan di atas. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut pada tanggal 1 September 2016, diketahui bahwa keterampilan menulis siswa kelas VII memang belum cukup baik. Salah satu penyebabnya ialah perbendaharaan makna kata yang dimiliki siswa kelas VII yang masih terbatas, sehingga dalam membuat kalimat mereka kadang kesulitan memilih diksi yang tepat guna menuliskan secara sederhana, padat, dan jelas mengenai apa yang ingin disampaikan. Siswa hanya perlu banyak berlatih dan dibiasakan untuk menulis kalimat dengan baik dan terstruktur. Nantinya, hal tersebut juga akan memudahkan guru untuk mengerti maksud yang ingin disampaikan siswa melalui tulisannya.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Analisis struktur kalimat dalam 30 karangan siswa adalah diketahui dari 152 data, terdapat 40 pola yang muncul berdasarkan analisis fungsi, 101 pola yang muncul berdasarkan analisis kategori, dan 75 pola yang muncul berdasarkan analisis peran. Pola yang dominan muncul dalam analisis fungsi adalah pola S-PK, pola S-P-Pel, pola K-S-P-K, dan pola S-P-O. Pola yang dominan muncul dalam analisis kategori adalah pola F.N-V-F.N, pola F.N-V-F.Prep, pola PronF.V-F.Prep, dan pola F.Prep-Pron-F.V-F.N. Pola yang dominan muncul dalam analisis peran adalah pola Dikenal-Pengenal, pola Waktu-Pelaku-PerbuatanTempat, pola Pelaku-Perbuatan-Sasaran, dan pola Pelaku-Perbuatan-Tempat. Pola yang dihasilkan dari analisis kategori sintaksis dan analisis peran sintaksis jauh lebih banyak dibandingkan dengan analisis fungsi sintaksis. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya jumlah unsur yang dimiliki oleh kategori sintaksis dan peran sintaksis, sedangkan fungsi sintaksis hanya terdiri dari lima unsur, yakni subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.
B. Saran Sebaiknya siswa dibiasakan untuk memahami struktur kalimat yang baik dan benar karena pemahaman mengenai struktur kalimat dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis siswa. Jika kemampuan menulis siswa sudah cukup baik, maka guru tidak lagi kesulitan untuk memahami isi karangan/tulisan yang dibuat siswa. Hal tersebut tentu akan mempermudah guru dalam memberikan penilaian.
102
DAFTAR PUSTAKA Ahmad dan Alek Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, 2012. Alieva, N.F., et. al. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori, Terj. Pusat untuk Penerjemahan Buku Ilmiah dan Tehnik Moskow. Yogyakarta: Kanisius, 1991. Alisjahbana, S. Takdir. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat. 1983. Alwi, Hasan., dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress, 2008. Arifin, E.Zaenal., dkk. Asas-Asas Linguistik Umum. Jakarta: Pustaka Mandiri, 2015. Asri, Wahyu Kurniati. Keterampilan Menulis Karangan Bebas dalam Bahasa Jerman Program Studi Bahasa Jerman FBS Universitas Negeri Makassar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 2009. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta, 2012. . Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Edisi Keempat, 2012. Dik, S.C. and J.G. Kooij. Ilmu Bahasa Umum, Terj. dari Algemene Taalwatenschap oleh T.W. Kamil. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009. Fitriyah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Kentjono, Djoko. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Depok: Fakultas Sastra UI, 1990. 103
104
Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis. Jakarta: Erlangga, 2010. Kushartanti., dkk. Pesona Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009. Lyons, John. Pengantar Teori Linguistik, Terj. dari Introduction to Theoretical Linguistics oleh I. Soetikno. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995. Moeliono, Anton M. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Tujuan Akademis. Jurnal Linguistik Indonesia. 2004. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Parera, J.D. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga, 2009. . Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004. Putrayasa, Ida Bagus. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama, 2012. . Analisis Kalimat. Bandung: PT Refika Aditama, 2010. Rahadi, Kunjana. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta: Erlangga, 2009. Ramlan. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono, 1983. Robins, R.H. Linguistik Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Samsuri. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga, 1983. Sevilla, Consuelo G., et. al., Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to Research Methods oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993. Sudaryanto. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Djambatan, 1993. Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.
105
Sukesti, Restu. Verba Berpelengkap dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Linguistik Indonesia, 2002. S.J, Verhaar. Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 1970. Tim Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia UMM. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah. Malang: UMM Press, 2003. Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003. Wijayanti, Sri Hapsari., dkk. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu
: SMP Negeri 13 Tangerang Selatan : Bahasa Indonesia :VII/ I (Ganjil) :Struktur Kalimat :1 Pertemuan = 3 JP
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator No 1
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan 1.1.1 Membaca doa sebelum bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan dan sesudah belajar. Yang Maha Esa untuk mempersatukan 1.1.2 Memberi salam ketika bangsa Indonesia di tengah keberagaman bertemu / berpisah. bahasa dan budaya. 1.1.3 Mengucapkan syukur karena Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. 1.1.4 Menggunakan bahasa yang santun ketika berbicara dengan guru.
2
1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan 1.2.1 Mengucap hamdalah bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan setelah selesai belajar. Yang Maha Esa sebagai sarana memahami 1.2.2 Menghargai dan informasi lisan dan tulis. mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3
2.1 Memiliki perilaku jujur, tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi.
2.2 Memiliki perilaku percaya diri dan tanggung jawab dalam membuat tanggapan pribadi atas karya budaya masyarakat Indonesia yang penuh makna.
2.3 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek.
2.1.1 Menggunakan bahasa yang santun ketika berbicara dengan guru. 2.1.2 Membangun kerjasama dengan teman dalam kelompok belajar. 2.2.1 Menyelesaikan tugas tepat waktu. 2.2.2 Menjadi pendengar yang baik ketika orang sedang berbicara atau memberi tanggapan. 2.3.1 Membantu teman dalam belajar. 2.3.2 Tidak mencontek karya/hasil orang lain.
4
3.1 Memahami prinsip penulisan kalimat yang 3.3.1 Menjelaskan struktur kalimat. benar dan terstruktur sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 3.3.2 Menunjukkan struktur dan ciri kebahasaan yang ada dalam teks.
5
4.1 Menyunting kata dalam kalimat sesuai 4.4.1 Mengidentifikasi dengan prinsip penulisan struktur kalimat kegunaan kata dalam yang benar dan berdasarkan pada kaidah kalimat sesuai kaidah bahasa Indonesia. bahasa Indonesia. 4.4.2 Menulis kalimat dengan memperhatikan prinsip stuktur kalimat yang benar. 4.4.3 Menjelaskan struktur kalimat yang terdapat dalam isi teks yang dibuat.
C. Deskripsi Materi Pembelajaran 1. Pengenalan struktur kalimat dan ciri kebahasaan yang ada dalam teks. 2. Menulis kalimat dengan menggunakan kata yang memiliki unsur-unsur terkait fungsi, kategori, dan peran. 3. Membuat teks yang struktur kalimatnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. D. Kegiatan Pembelajaran PENDAHULUAN
KEGIATAN 1. Guru mengawali proses pembelajaran dengan salam dan berdoa 2. Mengondisikan kelas dan siswa untuk siap dalam kegiatan belajar 3. Menciptakan suasana yang menyenangkan (ice breaking) 4. Apersepsi 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran KEGIATAN INTI MENGAMATI 1. Memperlihatkan contoh teks atau wacana. 2. Mengamati objek sekitar untuk dideskripsikan. 3. Mengamati ciri-ciri teks yang baik MENANYA 1. Mendorong siswa untuk menanyakan ciri-ciri teks yang baik. 2. Mendorong siswa untuk menanya tentang mendeskripsikan sebuah objek. 3. Mendorong siswa untuk menanyakan ciri struktur kalimat dan kebahasaan yang baik untuk menulis teks.
WAKTU
15 menit
15 menit
10 menit
MENGUMPULKAN INFORMASI 1. Tiap-tiap peserta didik membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Kemudian disajikan sebuah teks atau wacana. 25 menit 2. Peserta didik mendiskusikan bersama struktur kalimat yang ada dalam teks atau wacana tersebut. 3. Peserta didik mendiskusikan ciri/fitur bahasa yang ada dalam teks atau wacana tersebut . MENALAR 1. Peserta didik menentukan bagian-bagian struktur kalimat yang ada dalam teks atau wacana. 2. Peserta didik menemukan ciri kebahasaan yang terdapat dalam teks tersebut. 3. Peserta didik berlatih membuat kalimat yang strukturnya mencakup beberapa unsur dalam fungsi, kategori, dan peran.
15 menit
MENGOMUNIKASIKAN 1. Mempresentasikan hasil diskusi tentang struktur kalimat dalam teks atau wacana. 2. Menjelaskan peran pemilihan kata/kalimat guna menyampaikan makna di dalam lisan atau karangan yang dibuat PENUTUP
1. Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi pembelajaran 2. Merefleksikan hasil pembelajaran 3. Evaluasi 4. Penugasan
20 menit
10 menit
E. Metode Pembelajaran - Inkuiri - Tanya jawab - Diskusi - Presentasi - Penugasan
F. Media Belajar - Papan tulis - Spidol - Teks Deskripsi - Power point - Modul
G. Sumber Belajar - Buku Guru Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs kelas VII, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (edisi revisi 2014) - Buku Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs kelas VII, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (edisi revisi 2014) - Waluyo, Budi. 2013. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum 2013 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri - Internet dan media massa cetak
H. Penilaian 1. Teknik Penilaian Sikap Religi dan Sosial No
Indikator
1
Membaca doa sebelum belajar
2
Memberi salam ketika bertemu/berpisah
3
Mengucapkan hamdalah setelah selesai belajar
4
6
Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Menggunakan bahasa yang santun ketika berbicara dengan guru Membangun kerja sama dengan teman kelompok belajar
7
Menyelesaikan tugas tepat waktu
8
Menjadi pendengar yang baik ketika orang sedang berbicara atau memberi tanggapan Membantu teman apabila teman mendapat kesulitan dalam belajar Tidak mencontek karya orang lain
5
9 10
Skor 1
2
3
4
Rubrik : 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering 4. Selalu Skor :
100
2. Instrumen Pengetahuan dan Keterampilan No Soal 1 Buatlah karangan deskripsi yang di dalamnya memuat unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap! 2 Tentukanlah kelas kata dari tiap-tiap unsur tersebut dengan cara memeriksanya di Kamus Besar Bahasa Indonesia! 3 Tentukanlah peran dari tiap-tiap kata tersebut di dalam kalimat! Ket : 1. Nilai 5 jika jawaban lengkap 2. Nilai 3 jika kurang lengkap
Skor
3. Nilai 1 jika ada jawaban tapi salah 4. Nilai 0 jika tidak ada jawaban Nilai :
x 100
3. Penilaian Proses a. Kinerja Kelompok No
Nama Peserta Didik
Kerja Sama
Aspek Tanggung jawab
Jumlah
Nilai
Jumlah
Nilai
Aktif dan antusias
1. 2. 3. Ket : 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik Skor =
100
b. Penilaian Presentasi No Nama Peserta Didik
Bahasa
Aspek Suara Isi
Keberanian
1. 2. 3.
Keterangan Bahasa :
Isi :
1 = kalimat tidak jelas dan sulit dimengerti
1 = tidak lengkap
2 = kalimat kurang jelas
2 = kurang lengkap
3 = kalimat cukup jelas, tetapi ada yang sulit dimengerti
3 = cukup lengkap
4 = kalimat jelas dan mudah dipahami
4 = lengkap
Suara :
Keberanian :
1 = Tidak terdengar
1 = Tidak ada keberanian
2 = kurang terdengar
2 = kurang berani
3 = cukup terdengar
3 = berani
4 = Jelas terdengar
4 = sangat berani
Jakarta, 18 November 2016
Mengetahui, Kepala Sekolah,
Rohman, M. Pd. NIP. 195808111980031012
Guru Bahasa Indonesia,