UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama
: Taufiqurrohmah Hidayati
NIM
: 111-12-004
Judul
: UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN SALATIGA
MATA
PELAJARAN
SETELAH
PAI
SERTIFIKASI
DI
MAN TAHUN
PELAJARAN 2016/2017 Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 22 Maret 2017 Pembimbing,
Dr. Fatchurrohman, M.Pd. NIP. 19710309 200003 1001
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website : http://iainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
SKRIPSI UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DISUSUN OLEH TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 3 April 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dra. Nur Hasanah. M. Pd
Sekretaris Penguji
: Dr. Fatchurrahman, M.Pd.
Penguji I
: Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.
Penguji II
: Dr. M. Gufron, M. Ag. Salatiga, 3 April 2017 Dekan
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Taufiqurrohmah Hidayati
NIM
: 111-12-004
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Maret 2017 Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati 111-12-004
v
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS An Nahl ayat 125)
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibuku Mutamimah dan Bapakku Kosim yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. 2. Adikku tersayang Hasan Ma’ruf Jauhari yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh. 3. Seluruh teman-teman yang membantu dalam skripsi ini, dan semua sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap langkah. 4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL MAN Salatiga dan Kelompok KKN Pengarengan Kab. Magelang, yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN
SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN
2016/2017” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4.
Bapak Dr. Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Drs. A. Baharudin, M. Ag selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa-siswi MAN Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8.
Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 22 Maret 2017 Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati NIM. 111-12-004
ix
ABSTRAK Hidayati, Taufiqurrohmah. 2017. “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI Di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi Tahun Pelajaran 2016/2017” Pembimbing: Dr.Fatchurrohman, M.Pd. Kata Kunci: Profesionalisme Guru, Sertifikasi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi dan kendala yang dihadapi dalam proses pembinaannya di MAN Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi? 2) Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga Setelah sertifikasi?. 3) Apa kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru dan cara mengatasinya?. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah ,Guru Rumpun PAI , Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa MAN Salatiga. Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Kompetensi Pedagogik guru membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi Kepribadian meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan sebagai panutan bagi peserta didiknya. Kompetensi Profesional meliputi:guru mampu mengkondisikan kelas, memahamkan siswa, dan melakukan bimbingan kepada siswa. Kompetensi Sosial yaitu guru harus mampu bersosialisasi dengan teman sejawat, peserta didik, dan atasannya. Tidak hanya di sekolah guru juga harus mampu berbaur dengan masyarakat. 2) Upaya pembinaan yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya adanya workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat yang dilakukan oleh lembaga sekolah yang bekerjasama dengan lembaga pelatihan dan diklat Kementerian Agama 3) kendala dan cara mengatasinya, soal waktu pembinaan yang tidak tepat Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam sore, setelah pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran, dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku yang belum sesuai dengan jumlah siswa, guru memberi solusi bahwa untuk pemakaian dilakukan cara bergantian antara guru satu dengan yang lain.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6 F. Metode Penelitian .......................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 14 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 17 A. Profesionalisme Guru ..................................................................... 17 B. Mapel PAI ...................................................................................... 32
xi
C. Program Sertifikasi......................................................................... 38 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... A. Paparan Data MAN Salatiga ........................................................ 49 B. Temuan Penelitian ......................................................................... 61 1. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ................................ 61 2. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ............................... 65 3. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya .................................................. 67 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 69 A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ...................................... 69 B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ...................................... 79 C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya ................................................................. 82 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85 A. Kesimpulan.................................................................................... 85 B. Saran .............................................................................................. 86 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I Sarana Prasarana .................................................................................. 54 Tabel II Daftar Guru......................................................................................... 56 Tabel III Daftar Pegawai Tata Usaha ............................................................... 57 Tabel IV Daftar Siswa ...................................................................................... 57 Tabel V Daftar Prestasi Siswa.......................................................................... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Kode Penelitian 8. Hasil Wawancara 9. Dokumentasi 10. Sertifikat Pendidik dan Sertifikat Pelatihan
xiv
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat (Mulyasa,2011:3). Masalah krisis yang sangat kompleks dan membawa tantangan berat bagi bangsa Indonesia menyadarkan kita betapa sistem pendidikan yang dilakukan selama ini belum mampu membentuk pribadi yang teguh serta mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis ekonomi. Bahkan yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di masyarakat, pembantaian pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan perampokan hak milik orang lain terjadi dimana-mana (Mudjio, 2010:95). Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya lembaga pendidikan (sekolah) membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi yang bermartabat. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah, baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensi fisik 1
maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Hanya dengan kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap demi setahap dapat terselesaikan dengan baik (Kunandar, 2011:8). Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Dimana di dalamnya guru menempati posisi utama dan penting (Safrudin dan Basyiruddin, 2002:1). Sehingga salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan hidup guru ditempuh melalui sertifikasi bagi profesionalisme guru melalui portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2007). Program
ini
akan
berdampak
sangat
baik
dalam
meningkatkan
profesionalisme pendidik serta meningkatkan kesejahteraannya. Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai guru yang memiliki sertifikasi pendidik.
2
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2011: 79). Sementara Permenag Nomor 16/2010 Pasal 13 tentang kualifikasi guru agama mengatur sebagai berikut:” Guru Pendidikan Agama minimal memiliki kualifikasi akademik Strata 1 /Diploma IV, dari program studi pendidikan agama dan atau program studi agama dari Perguruan Tinggi yang
terakreditasi
dan
memiliki
sertifikat
profesi
guru
pendidik
agama”(Mudlofir, 2013: 109). Kehadiran sertifikasi dalam perubahan model pendidikan di era modern. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya. Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan membelajarkan
siswa,
dimulai
dari
menganalisis,
merencanakan
mengembangkan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan suatu kebijakan pendidikan dalam rangka mengembangkan kompetensi guru menuju pada keprofesionalan, serta pedoman kebijakan teknis yang dapat membantu bidang pendidikan yang berisi panduan untuk kompetensi dan profesionalisme guru. Penulis memilih MAN Salatiga dikarenakan guru-guru rumpun mata pelajaran PAI yang mengajar di madrasah tersebut telah mengikuti program sertifikasi, dengan demikian dapat dilihat bagaimanakah profesionalisme
3
guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah adanya sertifikasi. Guruguru yang telah di sertifikasi memiliki cara yang bervariasi dalam meningkatkan profesionalisme yang telah mereka miliki. Indikator yang mereka miliki juga berbeda-beda, hal ini dipengaruhi latar belakang pendidikan dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan
analisis
tersebut,
penulis
berkeinginan
untuk
mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mapel PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”. B.
Fokus Penelitian Penelitian memfokuskan pada upaya yang dilakukan pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pembinaan profesionaisme guru khususnya guru rumpun mata pelajaran PAI setelah adanya sertifikasi di MAN Salatiga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu; 1.
Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
2.
Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
3.
Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?
4
C.
Tujuan Penelitian Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu direncanakan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaanya: 1.
Untuk mengetahui profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
2.
Untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
3.
Untuk mengetahui kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis. 1.
Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pembinaan profesionalisme guru PAI.
2.
Secara Praktis a.
Bagi guru : Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam meningkatkan
profesionalisme
guru
dan
pengembangan
keprofesian secara berkelanjutan. b.
Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak calon guru yang berkualitas dan melakukan pekerjaanya secara professional.
5
c.
Bagi peneliti: Menambah reverensi serta sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik yang professional.
E.
Penegasan Istilah Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu: 1. Profesionalisme Guru Profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjaan profesi guru (Asmani, 2011:46). Dalam penelitian ini menurut peneliti guru profesional dapat dilihat dari empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional,
kompetensi
sosial,
dan
kompetensi
kepribadian. 2. Mata Pelajaran PAI Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid,2014:11). Rumpun mata pelajaran PAI meliputi: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
6
3. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru
yang
telah
memenuhi
standar
kompetensi
guru(Damay,2012:10). Menurut peneliti sertifikasi guru merupakan proses pemberian sertifikat pendidik bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan, dan sebagai bentuk upaya peningkatan professional guru. F.
Metode Penelitian Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan metode yang tepat dan sesuai untuk pengelolaan data sesuai objek yang dibahas. Dalam ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan dengan penelitian yaitu : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2009:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu MAN Salatiga untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah dalam profesionalime guru dan upaya pembinaannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
7
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai, profesionalisme
guru
mata
pelajaran
PAI,
upaya
pembinaan
profesionalisme guru mata pelajaran PAI, kendala yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di lingkungan MAN Salatiga yang dijadikan subjek penelitian. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2009:3). Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara secara langsung guna mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan alamat jalan K.H. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga. Adapun pemilihan MAN Salatiga sebagai
8
tempat penelitian karena di MAN Salatiga semua guru mata pelajaran PAI sudah mengikuti sertifikasi, dan untuk mengetahui apakah guru mata pelajaran PAI di MAN Salatiga sudah melakukan tugasnya secara profesional setelah sertifikasi. 4. Sumber Data a.
Data Primer Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2009: 157) Kata-kata dan tindakan diperoleh dari wawancara atau pengamatan berperan serta untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi. Data primer penelitian ini, penulis dapatkan dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata pelajaran rumpun PAI, dan siswa di MAN Salatiga.
b.
Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan
data
sekunder
ini
untuk
memperkuat
dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.
9
5. Teknik Pengumpulan Data Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut : a.
Wawancara Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu, wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif (Sarosa, 2012:45). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara langsung dan terstruktur karena informan atau narasumber bertatap muka secara langsung dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah MAN Salatiga . Peneliti menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait profesionalisme guru mata pelajaran PAI, upaya pembinaan profesionalisme guru, kendala dalam upaya pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya.
b.
Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat atau mungkin dapat diulang. Data observasi
10
melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi dan objek yang diobservasi (Sukandarrumidi, 2004:69). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi MAN Salatiga dan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI. c.
Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa foto, RPP, karya tulis, data prestasi/ pembinan kinerja guru yang terkait dengan pembinaan profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga.
6. Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248) mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Menurut Miles dan Hubeman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
11
1.
Reduksi Data Reduksi data merujuk pada proses pemilih, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokusan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
2.
Display Data Display data adalah suatu kumpulan informasi tersusun yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan. Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif. Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan, kerja dan bagan.
3.
Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penelitian secara terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasanpenjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, adan proposisi.
12
Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.
7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2009:324) ada empat kriteria yang digunakan
yaitu:
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:330). Pada teknik ini peneliti melakukan: a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, data yang peneliti
13
bandingkan berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru mata pelajaran lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru mata pelajaran PAI b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasi observasi, peneliti membandingkan hasil wawancara tentang profesionalisme guru mata pelajaran PAI dengan melakukan observasi langsung di kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 8. Tahap-tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a.
Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b.
Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga.
14
c.
Tahap Analisis Data Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
d. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saransaran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. G. Sistematika Penulisan
Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Meliputi: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: Kajian Pustaka Pada Kajian Pustaka ini penulis mengemukakan kepada pembaca agar mengetahui dasar-dasar teori yang meliputi profesionalisme guru, mapel PAI, pembinaan profesionalisme guru, dan program sertifikasi.
15
BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data berisi gambaran umum MAN Salatiga yang meliputi sejarah perkembangan sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, tenaga pendidik, daftar siswa, ekstrakurikuler, dan temuan hasil penelitian berupa profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan profesionalisme guru, dan kendala dalam pembinaan profesionalisme guru serta cara mengatasinya. BAB IV: Pembahasan Bab ini memuat gagasan penelitian, keterkaitan antar pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori terhadap teoriteori dan temuan-temuan sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Bab ini berisi profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan, dan kendala serta cara mengatasinya. BAB V
: Penutup
Meliputi : kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak terkait (subjek penelitian).
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Profesionalisme Guru 1. Pengertian profesionalisme guru Istilah profesionalisme berasal dari kata profesion. Dalam kamus
Inggris
Indonesia,”
profession
berarti
pekerjan”
(John,1996:449). Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan
menjadi
sumber
penghasilan
kehidupan
yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Mudlofir, 2013:35). Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan
17
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis. Dengan
demikian
Kartadinatap
mengemukakan
dalam
Mahanani(2011:14) profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Adapun mengenai kata professional, Uzer Usman (2002:14) memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional sengaja
memerlukan beberapa
harus
dipelajari
dan
bidang
ilmu
yang
kemudian diaplikasikan
secara bagi
kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan dilakukan
oleh
untuk
itu
dan
bukan
pekerjaan
mereka yang karena tidak dapat
yang
memperoleh
pekerjaan lain. Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan
18
sikap
sesuai
dengan
tuntutan
profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara
amatiran.
Seorang
professional
akan
terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan(Tilaar, 2002:86). Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional (Depdiknas, 2007:897). Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Sedangkan profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian (Kunandar, 2011:46). Menurut Asmani (2011:45) profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjan profesi guru. Makna penting dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut: a. Profesionalisme akan memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum.
19
b. Profesionalisme guru merupakan cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap rendah oleh sebagian masyarakat. c. Profesionalisme
memberikan
kemungkinan
perbaikan
dan
pengembangan diri sehingga guru dapat memberikan pelayanan dengan sebaik mungkin, serta dapat memaksimalkan kompetensi yang dimiliki. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan yang memerlukan kemahiran, kecakapan, dan memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah ajaran atau paham yang menekankan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus dilakukan dengan professional. Dengan demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesioanalisme guru dalam bidang Rumpun mapel PAI, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi rumpun mapel PAI yang mencakup Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqh, dan SKI, serta telah berpengalaman dalam mengajar rumpun mapel PAI sehingga ia mampu melakukan tugas dan fugsinya sebagai guru rumpun mata pelajaran PAI
dengan kemampuan yang maksimal serta memliki
kompetensi sesuai dengan kriteria guru professional, dan profesi itu telah menjadi mata pencaharian.
20
2. Aspek Profesional Guru Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pofesional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus memiiki
kompetensi
professional.
Menurut
Mulyasa(2011:75)
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek, sebagai berikut: a. Kompetensi pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran pesera didik yang meliputi pemahaman peserta terhadap didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. b. Kompetensi kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulysa, 2011:117). Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk
21
mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayan nasional. b. Menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, dan berwibawa d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri. e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c. Kompetensi professional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi setandar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Secara umum dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru,sebagai berikut:
22
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. 3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. 4)
Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. 6) Mampu
mengorganisasikan
dan
melaksanakan
program
pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. d. Kompetensi sosial Menurut Asmani (2009:141)
kompetensi sosial guru
merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
23
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiiki kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik, 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sektiar. Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Menurut Sudijarto (dalam Kunandar,2011:57) kemampuan profesionalime seseorang guru, meliputi: a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran. b. Mengembangkan program pembelajaran c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran
24
d. Menilai proses dan hasil pembelajaran e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhsilan dalam proses pembelajaran 3. Kriteria Guru Professional Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang,
dengan bermodal
penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik sudah cukup hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Menurut Hamalik (2003:28), guru profesional harus memiliki persyaratan yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah seorang warga negara yang baik Kunandar
mengemukakan
bahwa
suatu
pekerjaan
profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut
25
adanya
keterampilan berdasarkan
konsep
dan
teori
ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam
bidang
tertentu
sesuai
dengan bidang profesinya; (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang
memadai; (4) adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang
dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugastugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. 4. Pembinaan profesionalisme guru Profesionalisme, yakni sikap guru untuk mau dan mampu menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan pembinaan
guru
dengan
satu
profesionalisme.
26
sistem
yang
mengutamakan
Menurut Mulyasa(2007:37) pendidikan dan pembinan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar. a. Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan pertimbangan, sebagai berikut: 1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPK yang meliputi sarana prasarana dan SDM-nya. 2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang, sifat dan sikap pribadi. 3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan ilmuilmu pendiikan,keguruan, psikologi, dan ilmu bidang khusus yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek mengajar. 4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5) Calon guru harus mampu mengikuti perkembangan, dan terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan, olah raga, dan kesenian. b. Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah
daerah,
organisasi
27
profesi
(PGRI),
kelompok
masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Untuk membina karir guru melalui pelatihan dalam jabatan ini perlu dikembangkan: 1. Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan, pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu dikuasai guru, penelitian dan penulisan. 2. Evaluasi kinerja guru secara berkala, dan hasil evaluasi ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam jabatan. c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan diploma dan sarjana non keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi guru bukan pelarian untuk mencari kerja. Menurut Suparlan(2005:164) bahwasannya pada tahun 1970-an kegiatan up-grading tenaga pendidik mulai gencar dillaksanakan di BPG dan PPPG yang dirancang oleh direktorat-direktorat dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Region-region penataran telah dibentuk diberbagai kawasan di Indonesia dengan melibatkan direktorat terkait dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice training, lembaga pencetak guru (inservice training) dan lembaga sekolah pengguna guru (on the job training). Ketiga lembaga itu dapat diuraikan sebagai berikut:
28
a. Lembaga Pencetak Guru (Preservice Education and Training) Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang pendidikan menengah keatas dan tenaga kependidikan di Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sementara itu, penyiapan kebutuhan guru satuan pendidikan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak, dan yang sederajat, dilaksanakan oleh lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dikenal dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB). Selain itu, ada pula Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Atas (PGSLA) yang melahirkan calon guru SLTP dan SLTA. Lembaga penghasil calon guru SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut kini telah lama dihapus, dan kini calon guru hanya dapat dicetak oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di jajaran Direktorat Pendidikan Tinggi. LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat menyelenggarakan
sistem
pendidikan
guru
dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses:
29
seperti
yang
1) Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di Indonesia. 2) Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi akademis. 3) Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolahsekolah yang kualitasnya masih rendah. 4) Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. b. Pelatihan Guru (Inservice Training) Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah pola
Pembinaan
Kegiatan
Guru
(PKG),
yang
sistem
penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sementara itu, para kepala sekolah aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS). Kegiatan tersebut sebagian besar dilakanakan di satu sanggar yang isebut PKG. c. Lembaga Sekolah Pengguna Guru (on the job training) Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara
30
langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan lembaga atau program dan kegiatan sekolah. 2. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. 3. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik secara individual maupun kelompok. 4. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas, panitia
kegiatan
sekolah,
koordinator
mata
pelajaran,
pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya. Pembinaan guru melalui on the job training antara lain dengan
mengadakan
supervisi
kelas.
Kepala
sekolah
mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan terhadap kinerja
guru, terutama melalui
pengamatan
(observasi) proses pembelajaran didalam kelas. Hal ini sangat penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.
31
B. Mata Pelajaran PAI 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Abdul Majid (2014:9) mengatakan pengertian Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnan pertumbuhan kepribadian anak didik, sebagai penyempurna pendidikan agama yang telah diberikan oleh
32
orang tuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pendidikan agama sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik (Darajat, 2008:131). Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah yang dituliskan (Majid,2014:134), yakni sebagai berikut: a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi unuk menumbuh kebangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman
nilai
sebagai
pedoman
hidup
untuk
mencari
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat. c. Penyesuaian mental, yaitu untuk mensesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
33
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan peserta didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegah,
yaitu
untuk
menangkal,
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum sistem dan fungsional. g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang berbakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 3. Rumpun Mata Pelajaran PAI Ruang lingkup pendidikan agama Isalam menekankan pada keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Rumpun mata pelajaran PAI meliputi aspek, yaitu: Al-Qur’an Hadis, Aqidak Akhlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). 4. Karakter Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Menurut SK DIRJEN Madrasah No 2676 2014 stuktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum
34
madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, dan 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). a. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/ keimanan serta menghayati dan mengamalkan niai-nilai al-Asma’ al-Husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan diri untuk menerapkan akhlak terpuji (Mahmudah) dan menjauhkan diri dari akhlak tercela (Mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari. c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari. d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam pada masa kini dan masa yang akan datang. 5. Tujuan kelompok mata pelajaran PAI di madrasah aliyah
35
a. Al-Qur’an Hadist 1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan Hadis. 2) Membekal peserta didik dengan dall-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. 3) Menigkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan AlQur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur’an dan Hadis. b. Akidah akhlak 1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, dan pengembangan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. c. Fikih 1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tata cara pelaksanaan hukum Islam yang menyangkut aspek
36
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2) Melaksanakan dan mengamallkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhuk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. d. Sejarah Kebudayaan Islam 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw, dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam. 2) Membangun peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebab proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. 3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam masa lampau. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
37
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan Peradapan Islam. C. Program sertifikasi 1. Pengertian sertifikasi Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial) (Damay, 2012:10). Menurut Mulyasa Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemuakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional (Mulyasa, 2011:33). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah
proses
pemberian
sertifikat
38
pendidik
sebagai
bentuk
profesioalisme kerja guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Menurut Damay (2012:15) sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk: a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksnakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Menigkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c. Meningkatkan martabat guru. d. Meningkatkan pofesionalitas guru. e. Meningatkan kesejahteraan guru Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut: a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan. b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan. c. Membantu dan melindungi lembaga penyeleggara pendidikan, dengan
menyediakan
rambu-rambu
dan
instrument
untuk
melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten. d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
39
e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut: a. Pengawasan Mutu 1) Lembaga
sertifikasi
yang
telah
mengidentifikasi
dan
menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik 2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk
mengembangkan
tingkat
kompetensinya
secara
berkelanjutan. 3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada
waktu
awal
masuk
organisasi
profesi
maupun
pengembangan karir selanjutnya. 4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri unuk mencapai peningkatan profesionalisme. b. Penjamin Mutu 1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap
kinerja
paktisi
akan
menimbulkan
persepsi
masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap oganisasi profesi beserta anggotanya. Degan demikian pihak berkepentingan khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi 40
profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna. 2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu. Sertifikasi guru bermaanfaat untuk melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, melindungi masyarakat dari praktik–praktik pendidikan yang tidak
berkualias,
dan
tidak
professional
serta
meningkatkan
kesejahteraan guru (Mahanani, 2011:66). 3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut: a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen. b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. c. Pasal 11 butir 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. d. Pasal 16 : guru yang memiliki setifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
41
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan dan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru berikut ini: Pasal 1 ayat 1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan. 2) Sertifikasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru dalam jabatan yang telah memilki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma IV (D-IV). 3) Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan progam pengadaan tenaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh menteri pendidikan nasional. Pasal 2 ayat 1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji /kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. 2) Uji kompetensi sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. 3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk
penilaian
terhadap
mendeskripsikan : a. Kualifikasi akademik
42
kumpulan
dokumen
yang
b. Pendidikan dan pelatihan c. Pengalaman mengajar d. Merencanakan dan pelaksanaan pembelajaran e. Penilaian dari atasan dan pengawas f. Prestasi akademik g. Karya pengembangan profesi h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan 4) Guru
dalam
jabatan
yang
lulus
penilaian
portofolio
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikat pendidik. 5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat: a. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus; atau b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian, Sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi. c. Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b mencakup kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
43
d. Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b mendapat sertifikat pendidik. e. Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi dan pelatihan yang belum lulus. Pasal 3 ayat 1) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam jabatan memberi nomor pokok mahasiswa peserta setifikasi. 2) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam jabatan wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan mahasiswa
peserta
sertifikasi
kepada
direktur
jendral
pendidikan tinggi. 3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan wajib melaporkan guru dalam jabatan yang sudah mendapat
setifikat
pendidik
kepada
direktur
jenderal
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK) untuk memperoleh nomor registrasi guru. Pasal 4 ayat 1) Menteri pendidikan nasional menetapkan jumlah kuota peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan setiap tahun.
44
2) Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
sesuai
dengan
kewenanganya menentukan peserta sertifiksi bagiguru dalam jabatan setiap tahun. 3) Penentuan peserta sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada kriteria yang ditetapkan oleh direktur jenderal PMPTK Pasal 5 : Dalam melaksanakan setifikasi guru dalam jabatan mengacu pada pedoman setifikasi guru dalam jabatan yan ditetapkan direktur jenderal pendidikan tinggi. Pasal 6 ayat 1) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah daerah yang telah memilki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui dana alokasi umum terhitung mulai bulan januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. 2) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah yang telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari departemen pendidikan nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi
45
pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung mulai bulan januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. 3) Guru non pegawai negeri sipil yang diangkat oleh Badan Hukum Penyelenggara Pendidikan yang telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan badan kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik setara dengan satu kali gaji pokok guru pegawai negeri sipil yang dibayarkan melalui dana dekonsentrasi terhitung mulai bulan januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. 4) Guru yang melaksanakan beban kerja di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) memperoleh tunjangan profesi setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 7 : Guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru pada tahun 2006 dan telah memilki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional sebelum Oktober 2007 memperoleh tunjangan profesi pendidik terhitung mulai 1 Oktober 2007
46
4. Proses pelaksanan program sertifikasi a. Proses mendapatkan sertifikasi Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan diperuntukan bagi guru yang telah ada, baik guru negeri maupun swasta yang belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan ini, dalam Farida (2008:25) menyatakan sertifikat guru dapat diperoleh melalui : 1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan uji sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi). 2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah (bila lulus dalam uji sertifikasi). b. Pelaksanaan sertifikasi Pelaksanaan setifikasi dapat dipilah menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Komponen tes meliputi tes tulis dan tes kompetensi, sedangkan komponen non tes meliputi: self appraisal, portofolio dan penilaian atasan. Tes tulis dilakanakan serentak di seluruh Indonesia, sedangkan tes kompetensi dilaksanakan sesudah tes tulis
47
dan diselenggarakan di sekolah tempat peserta mengajar atau sekolah lain yang ditunjuk (real theaching). Waktu pelaksanaan tes kompetensi diatur oleh dinas pendidikan kab/kota dan LPTK penyelenggaraan.
48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data MAN Salatiga 1.
2.
Identitas Madrasah a. Nama Madrasah
: Madrasah Aliyah Negeri Salatiga
b. Terakreditasi
: A
c. Alamat
:
1) Jalan
: KH. Wahid Hasim No. 12 Salatiga
2) No. Telepon
: (0298) 323031
3) Desa Kelurahan
: Sidorejo Lor
4) Kecamatan
: Sidorejo
5) Kabupaten/Kota
: Salatiga
6) Kode Pos
: 50714
d. Status Madrasah
: Negeri
e. Didirikan (Swasta) PGA
: Tahun 1953
f. Diresmikan (Negeri) MAN
: Tahun 1990
Sejarah Singkat MAN Salatiga a. Riwayat sekolah Madrasah Aliyah Negeri Salatiga merupakan sekolah yang berasal dari Pendidikan Guru Agama (PGAN), kemudian pada tahun 1990 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 64/1990
berubah setatus menjadi Madrasah Aliyah
Negeri(MAN) Salatiga. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah 49
2. 882 m² hak milik Nomor 49, dengan luas bangunan 5. 113 m² di jalan K.H. Wahid Hasyim Nomor 12 Telp. (0298) 323031. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan sekolah umum, pihak manajemen MAN Salatiga harus menciptakan program pendidikan dengan bertujuan meningkatkan pelayanan kepada pihak stakeholders. Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific dimana siswa dituntut lebih aktif, MAN Salatiga sebagai lembaga pendidikan formal yang berkomitmen menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhaan pasar kerja dengan membantu sumber daya manusia yang berakhlak mulia, unggul, berbudaya, sekaligs mandiri, dan berwawasan ke depan. b. Pimpinan Sekolah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) tidak bisa dilepaskan dari sekolah yang ada sebelumnya. Dimana sebelum menjadi MAN, lembaga pendidikan ini pada tahun 1950 merupakan Sekolah Guru Agama Islam (SGAI). Dalam perkembangannya Sekolah Guru Agama Islam ini juga mengalami perubahan-perubahan nama sesuai dengan kebijakan Pemerintah, yang akhirnya berubah menjadi MAN Salatiga. Pimpinan sekolah yang bertugas di MAN Salatiga dari tahun ke tahun adalah : 1950 – 1955
1) R. Soemarsono
50
2) R. Soetono
1955 – 1958
3) H. Amin Syahri
1958 – 1963
4) R. Soemlan Notoraharja, SH
1963 – 1968
5) H. Sofyan Ahmadi, BA
1968 – 1981
6) H. Marsudi
1981 – 1985
7) H. Abdul Jabar
1985 – 1991
Perpindahan PGAN ke MAN (1990)
3.
8) H. Djumadi, BA
1991 – 1996
9) Drs. H. Qowaid
1996 – 1999
10) Drs. H. Hadis
1999 – 2002
11) Drs. H. Suharto
2002 – 2003
12) Drs. H. Sjatibi
2003 – 2005
13) Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd.
2005 – 2007
14) Dr. H. Badaruddin, M. Ag
2007 – 2010
15) Drs. Sudar, M. Ag
2011 – 2016
16) Handono, S. Ag, M. Pd
2016 - Sekarang
Visi dan Misi a. Visi MAN Salatiga “UNGGUL DALAM PRESTASI, BERAKHLAKUL KARIMAH DAN TERAMPIL” Dengan Indikator sebagai berikut : 1) Unggul Dalam Prestasi a) Naik kelas 100% secara normatif
51
b) Lulus Ujian Madrasah dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional 100 % dengan peningkatan nilai rata-rata peserta didik menjadi 7,50. c) Lulus Ujian Nasional 100 %, dengan nilai rata-rata 7,50. d) Seluruh lulusan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja/berwirausaha sesuai bakat dan keterampilannya dengan minimal 30 % diterima di perguruan tinggi favorit. e) Unggul dalam lomba mapel/olimpiade sains sampai tingkat nasional. f) Unggul dalam berbagai lomba keagamaan sampai tingkat nasional. g) Unggul dalam berbagai lomba olah raga sampai tingkat nasional. h) Unggul dalam berbagai lomba seni sampai tingkat nasional i) Unggul dalam berbagai lomba KIR, debat dan pidato sampai tingkat nasional. j) Terwujudnya lingkungan madrasah bersih, indah, rapi, sejuk, nyaman, dan sehat. k) Mampu membaca Al Qur’an dengan fasih dan menulis huruf arab dengan benar. l) Hafal beberapa juz Al Qur’an, minimal hafal juz ama dan doadoa harian
52
2) Berakhlakul Karimah a) Unggul dalam iman dan taqwa. b) Menjalankan ibadah wajib dengan benar. c) Menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah. d) Tertanamnya pembiasaan akhlakul karimah pada warga madrasah. e) Mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan sesama. f) Menghargai, menghormati, menyayangi dan suka menolong sesama. g) Demokratis, jujur, disiplin, sportif, bertanggungjawab dan percaya diri. h) Menjaga sopan santun dan berbudi pekerti luhur. i) Mentaati peraturan yang berlaku 3) Terampil a) Terampil berbahasa Arab, Inggris, Jepang dan Jawa. b) Unggul dan terampil dalam aplikasi komputer dan internet. c) Terampil dalam memperbaiki mesin otomotif khususnya sepeda motor. d) Terampil dalam menjahit dan mendesain busana. e) Memiliki semangat kewirausahaan/entepreunership dalam bidang tata busana, otomotif atau teknologi informasi. f) Memiliki ketrampilan dibidang kepramukaan, olahraga, seni dan agama sesuai bakat dan minat
53
b. Misi MAN Salatiga 1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik. 2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari ilmu
agama,
ilmu
pengetahuan,
dan
teknologi
dengan
menciptakan lingkungan yang Islami di madrasah. 3) Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga madrasah. 4) Menyelenggarakan pembinaan pengembangan diri dan pelatihan keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat dan ketrampilan peserta didik. 4.
Sarana Prasarana Luas areal seluruhnya 5.113 m2. Luas bangunan 2.882 m2, 2 blok gedung berlantai 3 luas 864 m², 3 blok gedung berlantai 2 luas 2.160 m², 1 blok gedung berlantai 1 luas 196 m², luas lapangan olahraga 420 m2 dan luas halaman parkir 250 m2. Tabel I Sarana Prasarana
No
1.
Ruang/Alat
Teori/Kelas
Jumlah
32
54
Kondisi
Luas (m2)
Baik V
Rusak
2.
Laboratorium a. Fisika
1
72
V
b. Biologi
1
72
V
c. Kimia
1
72
V
d. Komputer
2
144
V
e. Bahasa
1
64
V
f. Multimedia
1
126
3.
Kesenian
1
48
V
4.
Perpustakaan
1
96
V
1
72
V
5.
Keterampilan Otomotif
6.
Kepala Sekolah
1
56
V
7.
Guru
2
140
V
8.
Mushola
1
144
V
9.
UKS
1
72
V
10.
Toilet/WC Guru
2
16
V
11.
Toilet/WC Siswa
10
70
V
12.
Tata Usaha
1
80
V
13.
Konseling
1
72
V
14.
OSIS
1
24
V
55
5.
15.
Komite
1
16
V
16.
Kantin
1
72
V
Data Ketenagaan dan Siswa a. Data pendidik dan tenga pendidik Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 93 orang, terdiri atas guru 71 orang, karyawan tata usaha 18 orang, dan satpam 4 orang Tabel II Guru Jumlah Ijazah Terakhir
Guru Negeri (PNS)
Guru Tetap (GT)
(GTT)
S2
13
-
-
13
S1
46
-
13
59
D3
-
-
-
-
D2
-
-
-
-
D1
-
-
-
-
Jumlah
59
-
13
72
56
Guru Tidak Tetap Seluruhnya
Tabel III Pegawai tata usaha Jumlah Seluruhn ya
(GT)
Pegawai Tidak Tetap (GTT)
1
-
-
1
S1
1
-
2
3
D3
-
-
1
1
D2
-
-
-
-
D1
-
-
-
-
SMA/SMK
4
-
5
9
SMP/MTs
1
-
1
2
SD/MI
-
-
2
2
Jumlah
7
-
11
18
Ijazah Terakhir
Pegawai Negeri (PNS)
Pegawai Tetap
S2
b. Keadaan peserta didik Dari jumlah peserta didik total 1195 40 % berasal dari MTs dan 60% dari SMP Negeri maupun swasta. Dan 80 % berasal dari luar kota Salatiga, kelas X berjumlah 427, kelas XI berjumlah 413, kelas XII berjumlah 355.
No. 1.
Tabel IV Daftar Siswa Tahun Ajaran 2016/2017 Jenis kelamin Kelas Laki-laki Perempuan X IIB 6 32
Jumlah 38
X IIK
15
22
40
X IPS
68
119
187
57
2.
3.
X MIPA
39
123
165
KELAS X
128
299
427
XI IIB
10
30
40
XI IIK
15
23
38
XI IPS
53
126
179
XI MIPA
40
116
156
KELAS XI
118
295
413
XII IIB
7
29
36
XII IIK
15
24
39
XII IPS
44
93
137
XII MIPA
50
93
143
KELAS XII
116
239
355
362
833
1195
TOTAL
6. Ekstrakurikuler, dan Prestasi Sekolah Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada di MAN Salatiga yaitu: Olah Raga (Bola Voli, Basket, Futsal, Bulu Tangkis, Pencak Silat), Seni (Seni Musik, Seni Tari, Teater, Rebana), Qiro’ah, Pramuka, Mading, Paskibra, PMR, SKI, Tahfidz Al-Qur’an,
Tabel V Prestasi yang telah diraih MAN Salatiga 2 Tahun Terakhir 58
Tahun
Kejuaraan
Prestasi
Tingkat
2015
Lomba Mapel Tingkat MA Mata Pelajaran Ekonomi
Juara I
Kota Salatiga
2015
Lomba Mapel Tingkat MA Mata Pelajaran Geografi
Juara I
Kota Salatiga
2015
Lomba Konsep Usaha Fun Ecopreneur Challenge Tingkat SMA/SMK
Juara III
Jateng DIY
dan
2015
Lomba Cerdas Cermat Ekonomi Tingkat SMA/ SMK Se Jateng dan DIY
Juara II
Jateng DIY
dan
2015
Lomba PMR Tingkat SMA/SMK Se Jateng dan DIY
Juara II
Jateng DIY
dan
2015
Lomba Mading Tingkat SMA/SMK Se Jateng dan DIY
Juara III
Jateng DIY
dan
2015
Lomba Poster Tingkat SMA/SMK Se Jateng dan DIY
Juara III
Jateng DIY
dan
2015
DINUS Vestival Tingkat SMA/SMK Se Jateng dan DIY
Juara Umum
Jateng DIY
dan
2015
Lomba Pidato Bahasa Jawa dalam rangka memperingati hari Anti Korupsi Internasional
Juara II
Kota Salatiga
2016
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat SLTA Cabang Tilawah se Kota Salatiga
Juara II
Kota Salatiga
2016
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat
Juara II
Kota Salatiga
59
SLTA Cabang Tartil Se Kota Salatiga 2016
Lomba Ketrampilan & Ketangkasan (LKK XXI) Pramuka se Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga
Juara I 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) Putra
Kabupaten dan Kota Salatiga
Juara I 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle) Putri
Juara I PBT (Pasang Bongkat Tenda)
Juara III Halang Rintang
Juara Favorit LKK XXI 2016
Lomba Kaligrafi Tingkat SMA / MA se Jawa Tengah
Juara I
Jawa Tengah
2016
Lomba Band/Nasyid tingkat SMA / MA se Jawa Tengah
Juara III
Jawa Tengah
2016
Lomba Cerdas Cermat Islam Tingkat SMA / MA se Jawa Tengah
Juara III
Jawa Tengah
60
B. Temuan Penelitian 1.
Professionalisme Guru Setelah Sertifikasi Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa profesionalisme guru rumpun PAI ada beberapa aspek kompetensi: a. Kompetensi pedagogik 1) Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil Observasi bahwa, guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga sebelum melakukan proses pembelajaran guru terlebih dulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam silabus. Silabus disusun dan dikembangkan setiap tahun secara bersama guru-guru melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). JM berpendapat bahwa: “Dalam perencanaan pembelajaran guru rumpun mapel PAI, menyiapkan RPP yang mencakup prinsip: indentitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran, bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi.(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB). Hasil wawancara tersebut selaras dengan hasil observasi pada guru rumpun PAI yang lain pada tanggal 01 Maret 2017 bahwa RPP yang dibuat berdasarka pada prinsip: indentitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran, bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi 2) Pelaksanaan Pembelajaran
61
Berdasarkan hasil observasi kepada guru SF dan SY peneliti mendapakan beberapa data, yaitu; dalam proses pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum pembelajaran dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang
materi yang disampaikan sebelumya untuk
mereview kembali atau mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Melalui tanya jawab secara langsung dengan peserta didik. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait metode, media, dan reverensi untuk menunjang pembelajaran rumpun PAI, beberapa narasumber mengungkapkan. “Metode yang digunakan jiksaw, short card, penugasan secara mandiri maupun kelompok. Metodenya menyesuaikan dengan materi pembelajaran, apabila ada praktek anak-anak langsung praktek kedepan kelas. Misalnya: perawatan jenazah dari mulai memandikan sampai mengkafani dengan menggunakan boneka peraga”(W/G/TM/28-02-2017/10.23 WIB). Hal yang sama juga diakui JM. “Menggunakan Kurikulum 2013 dan media yang digunakan yaitu karton, kertas hvs, LCD sedangkan untuk metodenya diskusi, wawancara, serta penugasan secara mandiri dan kelompok”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB). “Banyak metodenya, tetapi metode diskusi yang lebih cocok untuk Kurikulum 2013, medianya apa yang disediakan sekolah, karena perpustakaan sekolah sudah lengkap ”(W/G/SF/01-03-2017/12.48WIB).
Terkait reverensi yang digunakan untuk menunjang pembelajaran PAI SY menyatakan: 62
“Karena di MAN menggunakan Kurikulum 2013 jadi yang digunakan buku Kurikulum 2013, dan menggunakan buku penunjang lain, yang tidak ada dalam materi maka kita menggunakan media atau bahan ajar dari internet karena di MAN Salatiga Free hotspot”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB). TM selaku guru Fikih di MAN Salatiga mengemukakan: “Untuk pembelajaran Fiqih di MAN Salatiga lebih ke fikih kontemporer seperti Imam Madzhab, jadi kita lebih banyak menggunakan buku fikih kontemporer”(W/G/TM/28-02-2017/10.23WIB). JM mengungkapkan reverensi yang digunakan. “Dari segi kepustakaan sudah menyediakan bukubuku penunjang sehingga anak dapat belajar sesuai dengan materi yang diajarkan, baik buku pegangan guru maupun buku pegangan siswa. Karena PAI di MAN Salatiga tidak hanya satu mapel, maka saya membutuhkan beberapa buku selama buku tersebut sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun setandarnya kami menggunakan buku-buku keluaran Kementrian Agama ”(W/G/JM/28-03-2017/09.02WIB).
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran guru juga melaksanakan post test untuk mengetahui sejauh mana siswa paham terhadap materi yang diajarkan pada hari itu. 3) Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan kompetensi pendidik, berupa: Penilaian kelas yang dilakukan berupa ulangan harian yang terdiri dari soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa hampir setiap selesai proses pembelajara. Ulangan harian dilakukan untuk memperbaiki program pembelajaran, dan 63
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai pada siswa. Selain penilaian kelas guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga juga melakukan ulangan umum yang dilakukan bersamaan dengan kelas lain, berupa UTS, UAS. Sedangkan untuk ujian akhir dilakukan setiap akhir program semester dan tahun pelajaran. Hasil ujian akhir biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan siswa, dan layak tidaknya untuk melanjutkannya kejenjang selanjutnya. b. Kompetensi Kepribadian Guru rumpun PAI MAN Salatiga memilliki kepribadian yang baik, baik kepada sesama guru, peserta didik, maupun atasannya. Kepribadian baik guru juga diungkapkan UF selaku guru ekonomi: “ Guru mata pelajaran PAI disini itu memiliki kepribadian yang baik, disiplin dalam bekerja, datang tepat pada waktunya, datang kekelas juga tepat waktu, jarang ijin, kalau tidak benar-benar sakit”(W/G/UF/21-032017/12.03WIB) Dari cara berpakaian guru juga rapi dan sopan, semua guru mata pelajaran PAI disiplin saat melakukan tugas mengajarnya, baik saat perencanaan maupun saat didalam kelas.
c. Kompetensi professional Berdasarkan
hasil
observasi
pada
pembelajaran, bahwa guru rumpun mapel PAI
saat
proses
pada saat
menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap selesai
64
menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru menggunakan waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai pembelajaran guru meinjau kembali materi yang sudah disampaikan kepada siswa(O/G/SF/01-03-2017/13.05WIB). d. Kompetensi sosial Kompetensi sosial yang dimiliki guru MAN Salatiga bagaimana cara bersosialisasi, utuk guru rumpun mapel PAI memiliki kompetensi sosial yang baik, guru mampu bersosialisasi dengan peserta didik, teman sesama guru, dan atasannya. Menurut siswa YS ada sebagian guru yang bisa bergaul dengan siswa untuk mengetahui persoalannya dalam proses pembelajaran dan sebisa mungkin memberikan solusi kepada siswa. 2.
Upaya Pembinan profesionaisme guru setelah sertifikasi Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi yaitu: b. Inservice Training Dari Penelitian di MAN Salatiga peneiti mendapatkan temuan mengenai upaya pembinaan Inservice Training (Pelatihan Guru) Upaya pengembangan banyak, yang paling sering itu pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat
65
pembelajaran, RPP, penilaian. Sehingga dengan adanya pelatihan itu pembelajaran akan menjadi lebih baik, dan aktualisasi kepada siswa lebih baik lagi”(W/G/TM/28-022017/10.23WIB). Senada dengan pertanyaan diatas, JM mengungkapkan. “Sementara ini di MAN Salatiga hampir setiap tahun mengadakan peningkatan mutu dari sisi profesionalisme guru baik dari sisi teknis penilaian, teknis penggunaan materi pembelajaran, aplikasinya kepada siswa dengan cara bekerjasama dengan Kementrian Agama yang ada di Semarang. Dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan kinerja, penilaian, dan aplikasi dari penerapan kurikulum 2013”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB). Sedangkan menurut SY. “Pembinaannya berupa Diklat ditempat kerja ataupun dilaksanakan di Kementrian Agama, yang dilaksanakan oleh pihak kantor yang bekerjasama dengan pihak Kementrian Agama. Semua guru diwajibkan ikut selama ada surat tugas dari unit kerja”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB). Menurut HN selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut: “Setiap ada workshop, diklat, kita memberi kesempatan , walaupun dalam atau secara jumlah gurunya banyak jadi tidak bisa semuanya dapat kesempatan diklat setiap tahun karena menyangkut aggaran, tetapi kini madrasah sudah melakukan kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan kualitas guru semacam workshop, dan diklat tapi yang mengadakan pihak sekolah minimal semester sekali”(W/KS/HN/02-03-2017/10.09WIB) Lebih lanjut HN menambahkan bahwa: “Untuk penyelenggaraan workshop, seminar pendidikan, diklat. Pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (Kantor Balai Diklat Keagamaan Semarang) narasumbernya dari widyaswara, termasuk narasumber lain yang diambil dari pakarpakar pendidikan, dan dosen”(W/KS/HN/02-03-2017/ 10.09WIB) c. On The Job Training
66
Menurut HN Kepala Sekolah upaya pembinaan On The Job Training (Pembinaan dalam jabatan) yang dilakukan, adalah: “Pengawasan atau monitoring didalam Bapak/Ibu guru ketika melaksanakan pembelajarran kita lakukan pengawasan sekaligus dilakukan supervisi dikelas secara terjadwal dalam 1 semester sekali. Disamping supervisi pembelajaran dikelas, juga supervisi dari segi administrasi guru. Jadi saya hadir dikelas ketika Bapak/Ibu mengajar, jadi mengamati langsung setelah itu kemudian dilakukan penilaian-penilaian terhadap pembelajaran yang dilkukan Bapak/Ibu guru”(W/KS/HN/02-032017/10.09WIB). 3.
Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru dan cara mengatasinya. d. Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi. Menurut HN selaku Kepala Sekolah kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi, “Dari sisi materi, narasumber, dan pembiayaan tidak ada masalah, cuma waktu untuk melaksanakan pembinaan yang kadang tidak pas karena kegiatan Bapak/ Ibu guru sudah sangat padat. Beban mengajar 24jam kalau berhadapan dengan anak sudah menyita waktu yang sangat banyak, dan masih ada guruguru yang diberikan beban tugas tambahan yang lain, ada wali kelas, Pembina ekstra, waka, dan lainnya”(W/KS/HN/02-032017/10.09WIB). Senada dengan pertanyaan diatas, KS mengungkapkan. “Karena waktu kita terbatas, misalnya seminar atau workshop itukan pelaksanaannya harus jam efektif. Bapak/ Ibu guru harus meninggalkan tugas mengajar, disisi lain harus melakukan pengembangan”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB). Sedangkan menurut JM selaku guru mengemukakan. “Karena program serifikasi memiliki konsekuensi bagi penerimanya dengan teknis yang diberikan pemerintah. Kita 67
harus mengerti teknis mengajar sesuai dengaan SOP yang berlaku, yang bisa menjadi kendala pada teknis penilaian karena setiap madrasah berbeda, dan dari kanwil tidak ada standar penilaian yang tetap. Selain itu diberlakukannya kurikulum 2013 ada beberapa sisi kelemahan dalam pemberdayaan buku-buku yang masih belum bisa memenuhi semua siswa yang ada di MAN Salatiga”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB). e. Cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi. Menurut
HN
selaku
Kepala
Sekolah
cara
mengatasi
kendalanya, sebagai berikut: “Untuk mengatasi kendala itu, tetap dicarikan waktu, misalnya waktu sore, namun tidak secara rutin.”(W/KS/HN/0203-2017/10.09WIB). “Cara mengatasinya dengan cara pembagian tugas mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan sebagian harus ada yang mengganti dikelas”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB). JM selaku guru pendidikan agama islam mengungkapkan bahwa: “Sementara ini dalam admnstrasi kurikulum 201 semua guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis pembelajaran, biasanya setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan disamping itu kepala seklah juga memberikan peluang yang selonggar-longgarnya apabila suatu saat menemukan beberapa kendala sedapat mungkin kita sellesaikan bersam dan waka kurikulum, semua guru yang bersangkutan dalm masalah pembelajaran materi tersebut”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
68
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di MAN Salatiga mengenai profesioanalisme guru setelah sertikasi maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimiliki(Mulyasa,2007:37). Begitu juga guru rumpun PAI yang ada di MAN Salatiga yang memiliki kompetensi pedagogik. Sebagaimana data yang diperoleh dilapangan, dalam pengelolaan pembelajaran di MAN Salatiga, yaitu: a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan mencakup penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran, guru sebagai menejer pembelajaran 69
harus melakukan berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan, dan harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar, untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Dalam hasil pengamatan dan wawancara guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga seebelum penyusunan RPP terlebih dulu menyusun silabus, menyusun program tahunan, dan program semester sebagai pedoman menyusun RPP (Rencana Pelakanaan Pembelajaran), karena RPP yang disusun harus sesuai dengan kompetensi yang ada pada silabus dan program semester. Silabus disusun dan dikembangkan setiap tahun bersama guru-guru melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Silabus disusun dan dikembangkan bersama melalui MGMP/KKG (Kelompok Kerja Guru) guna saling sharing antara pendidik yang memahami dan yang kurang
memahami
pengembangan
silabus.
Silabus
yang
dikembangkan di MAN Salatiga bedasarkan, Standar Isi (SI), SKL (Standar Kompetensi Lulusan), dan panduan Kurikulum. Silabus direvisi setiap tahun dan dilakukan penyempurnaan dan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran setiap mata pelajaran. Setelah menyusun silabus barulah guru menyusun RPP, dalam penyusunan RPP semua guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga dituntut untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanan 70
Pembelajaran (RPP) yang mencakup 8 prinsip: identitas mapel, Standar Kompetensi, tujuan belajar,bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi. Dari hasil penelitian guru mata pelajaran PAI mempersiapkan RPP beberapa hari sebelum melaksanakan proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan atau sering disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan(Mulyasa,2011:77). 1) Variasi metode pembelajaran Dalam penyampaian materi guru menggunakan sebuah metode untuk mempermudah dalam penyampaian materinya. Salah satunya informan mengatakan bahwa beliau menggunakan metode diskusi. Metode diskusi adalah metode yang dalam penerapannya dengan cara membentuk sebuah kelompok kecil dan memberikan suatu bahasan tema tertentu, kemudian presentasi depan kelas dengan hasil dari diskusi tersebut. Dari
seorang
informan
mengatakan
bahwa
dalam
penyampaian materi jarang menggunakan metode ceramah karena siswa kadang-kadang jenuh, maka digunakan metode lain seperti 71
tanya jawab, short card, agar siswa tidak bosen dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari sumber informasi tersebut dalam menentukan metode pembelajaran, kususnya bagi guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam program sertifikasi , menentukan metode pembelajaran yang bervariatif itu sangat dibutuhkan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran yang lebih baik lagi. Kaitannya dengan hal ini, yang terlaksana di MAN Salatiga menurut peneliti dari beberapa hasil wawancara menyimpulkan bahwa
dalam proses pembelajaran atau dalam menyampaikan
materi guru mata pelajaran PAI sudah menggunkan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampakan, namun metode yang digunakan masih belum bervariasi sehingga siswa mudah bosan. 2) Media dan sumber belajar Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang
perhatian,
minat,
pikiran,
dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Untuk membantu dalam penyampaian materi maka seorang guru membutuhkan media yang dirasa cocok. Seorang informan mengatakan bahwa beliau sering menggunakan LCD proyektor.
72
Dengan menggunakan LCD poyektor pembelajaran dapat lebih terfokus pada satu pusat, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dengan tampilan materi yang dibuat lebih menarik. Setiap kelas di MAN Salatiga sudah tersedia LCD untuk membantu pembelajaran, sehingga media yang digunakan guru lebih banyak menggunakan LCD. Dengan penggunaan LCD terlihat bahwa guru PAI di MAN Salaiga mengikuti dengan teknologi yang berkembang dalam dunia pendidikan. Tetapi dengan adanya LCD membuat guru kurang memanfatkan perpustakaan, dan lingkungan sekolahh sebagai sumber belajar dan media belajar alami. Seorang informan mengatakan bahwa reverensi atau sumber belajar yang digunakan yaitu buku kurikulum 2013 dan buku penunjang lain. Apabila materi tidak ada dalam buku yang disediakan pihak sekolah maka siswa diberi tugas untuk mencari materi secara mandiri di Internet, kemudian nanti dibahas bersama di kelas. Karena di MAN Salatiga free hotspot sehingga siswa dapat bebas mencari materi yang dibutuhkan di internet. Untuk
pemberdayaan
perpustakaan,
karena
buku
di
perpustakaan sudah lengkap dari buku pegangan guru dan buku pegangan siswa sudah disediakan. Dan buku penunjang lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses pembelajaan. Tapi standarnya buku yang digunakan hanya buku yang dikeluarkan oleh
73
Kementerian Agama, tapi untuk menambah reverensi boleh menggunakan buku lain asalkan sesuai dengan silabus kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti telah memperoleh yaitu di MAN Salatiga guru mata pelajaran PAI masih kurang dalam pemberdayaan perpustakaan itu berdasarkan keterangan siswa bahwa mereka jarang belajar atau diluar kelas. Dalam proses pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum pembelajaran dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran kepada siswa tentang mereview
kembali
materi yang disampaikan sebelumya untuk atau
mengingatkan
siswa
tentang
materi
sebelumnya, selain itu pre test dilakukan untuk memberikan gambaran materi yang akan pelajari. Setelah melakukan selesai pembelajaran Guru Rumpun mata pelajaran PAI melakukan post test yang memliki banyak kegunaan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran, penguasaan peserta didik terhadap materi yang ditentukan. c. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan kompetensi peserta didik, dengan penilaian kelas yang dilakukan di MAN Salatiga berupa ulangan harian yang dilakukan hampir setiap selesai proses pembelajaran. Ulangan berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang dibahas. Ulangan harian dilakukan untuk memperbaiki program pembelajaran, dan sebagai pertimbangan dalam
74
memberikan nilai pada peserta didik. Selain ulangan umum di MAN Salatiga juga diadakan ulangan umum yang dilakukan bersama dengan kelas-kelas lain. Dan ujian akhir yang dilaksanakan setiap akhir program. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik , melihat apa saja kesulitan belajar peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, serta menentukan kenaikan kelas. Selain penilaian kelas juga ada penilaian akhir yang diadakan setiap akhir semester guna mendapatkan gambaran tentang ketuntasan belajar, dan dilakukan pendataan peserta didik yang tidak tuntas yag kemudian diakukan remidial. 2. Kompetensi Kepribadian Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam kehidupan seharihari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut: a. Menampilkan diri yang berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Guru harus berakhlak mulia karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan untuk wali muid, menjadi orang kepercayaan yang harus berakhlak mulia.seperti semboyan guru itu
75
gugu dan ditiru. Menjadi seorang guru tidak boleh melakukan perbuatan yang menyimpang baik dari segi agama, norma, maupun, secara kode etiknya. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik, dimana siswa mencontoh apa yang dilakukan guru untuk membentuk pribadinya. Penampilan guru bisa mempengaruhi minat belajar siswa, karena kebanyakan siswa senang belajar karena melihat penampilan guru yang bersih dan rapi. Disini guru harus tampil beda agar ditiru dan diteladani peserta didik. b. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga menjadi guru dan percaya diri Berdasarkan hasil penelitian guru rumpun mapel PAI memilik etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi yang dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan seorang guru dan siswa bahwa semua guru PAI memiiki tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya sebagai guru, karena guru jarang ijin atau meninggalkan pembelajaran di kelas kalau tidak dalam keadaan mendesak. Menjadi seorang guru harus percaya diri karena untuk menjadi guru tidak mudah, dan menjadi guru harus dengan banyak Ilmu dan tanggung jawab yang besar. 3. Kompetensi Profesional Kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru, dalam kaitannya denngan pelaksanaan tugas utamanya
76
mengajar. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan(Mulyasa.2011:128). Dalam proses pembelajaran di MAN Salatiga guru rumpun PAI pada saat menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap selesai menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan
kepada
siswa.
Guru
menggunakan waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai pembelajaran guru meninjau kembali materi yang sudah disampaikan kepada siswa. Guru juga menyediakan waktu di luar kelas untuk bimbingan untuk siswa yang belum paham terhadap pembelajaran yang disampaikan di kelas. 4. Kompetensi Sosial Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.
77
Kompetensi sosial guru di MAN Salatiga dapat dilihat dari bagaimana guru bersosialisasi dengan, teman sejawat, peserta didik, dan atasannya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti bahwa, guru rumpun PAI mampu bersosialisasi dengan teman sejawatnya dengan baik. Guru di MAN Salatiga menjunjung tinggi sifat kekeluargaannya sehingga baik guru lama maupun guru baru diperlakukan sama tidak membedabedakan, dan tidak ada senioritas. Sehingga untuk bersosialisasi sangat mudah dilakukan. Selain sesama teman sejawat guru juga dituntut untuk mampu bergaul dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar. Ada sebagian guru yang bisa membaur dengan siswa dalam rangka untuk mengetahui keluh kesah siswa dalam proses pembelajaan, dan kemudian guru tindak lanjuti sebagai evaluasi dalam pembelajaran. Kompetensi sosial guru memegang peranan yang sangat penting, karena sebagai pribadi yang hidup di tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan masyarakat dengan kemampuannya. Jika di sekolah guru diamati dan dinilai oleh peserta didik, dan atasannya, maka di masyarakat guru dinilai dan diawasi oleh masyarakat,. Pada kesempatan tertentu kadang sejumlah peserta didik membicarakan kelebihan dan kekurangan gurunya, demikian pula masyarakat. Dengan itu sebaiknya guru sering meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik tentang performanya sehari-hari, baik di sekolah
maupun
di
masyarakat,
78
sehingga
pendapat
itu
dapat
dimanfaatkan dalam upaya memperbaiki penampilan tertentu yang kurang tepat. B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Pada penelitian ini
dikemukakan beberapa hasil wawancara dan
observasi terkait upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi di MAN Salatiga. Dalam upaya pembinaan profesionalisme guru telah dilakukan sebagaimana mestinya. 1. Preservice Training (Lembaga Pencetak Guru). Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang pendidikan menengah ke atas dan tenaga kependidikan di Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat
menyelenggarakan
sistem
pendidikan
guru
seperti
yang
dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses: a. Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di Indonesia. b. Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi akademis. c. Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolah-sekolah yang kualitasnya masih rendah. d. Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
79
2. Inservice Training (Pelatihan Guru) Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah pola Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)(Suparlan/2005:164) Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, juga oleh pihak luar negeri(Mulyasa,2007:37). Dalam pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru di MAN Salatiga hampir setiap tahun lembaga mengadakan peningkatan mutu dari sisi profesionalisme guru baik dari sisi teknis penilaian, maupun cara penyampaian materi pembelajaran. Diantranya adanya diklat di tempat kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh lembaga sekolah yang bekerjasama dengan pemerintah (kantor balai diklat dan pelatihan Keagamaan Semarang) dengan mengadakan workshop peningkatan kerja, tentang kurikulum 2013, dan sebagainya. Yang paling sering diadakan yaitu pelaihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat Pembelajaran, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penilaian, dan sebagainya. Pihak sekolah memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti workshop maupun pelatihan baik di sekolah maupun di luar
80
sekolah selama ada surat tugas baik dari sekolah maupun dari kanwil Kementerian Agama. Meskipun sekolah memberikan kesempatan kepada semua guru tetapi tidak bisa semua guru dapat mengikuti diklat setiap tahunnya, karena jumlah guru yang ada di MAN Salatiga banyak, dan menyangkut tentang anggaran yang dikeluarkan pihak sekolah. Maka untuk mengikuti diklat harus bergiliran setiap tahunnya. Pelatihanpelatihan jangka pendek yang baik dan praktis mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan, pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu dikuasai guru, 3. On The Job Training (Lembaga Sekolah Pengguna Guru) Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan lembaga atau program dan kegiatan sekolah. b. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. c. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik secara individual maupun kelompok.
81
d. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas, panitia kegiatan sekolah, koordinator mata pelajaran, pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya. Pembinaan guru melalui on the job training antara lain dengan mengadakan supervisi kelas. Dalam hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala sekolah MAN Salatiga. mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan terhadap kinerja
guru,
terutama melalui pengamatan (observasi) proses pembelajaran didalam kelas sekaligus dilakukan supervisi secara terjadwal setiap 1 semester sekali. Selain supervisi pembelajaran kelas, kepala sekolah juga melakkan supervisi dari segi kelengkapan administrasi guru. Hal ini sangat penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas. C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya a. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Dalam upaya pembinaan pofesionalisme guru tidak lepas dari yang namanya kendala yang dihadapi, dari data yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa:
82
1. Waktu pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru yang tidak pas, karena dilaksanakan pada saat jam efektif mengajar sehingga guru harus meninggalkan kewajiban mengajarnya. 2. Jumlah guru di MAN Salatiga yang banyak sehingga tidak semua guru memiliki kesempatan melakukan pembinaan setiap tahun, 3. Teknis penilaian Kurikulum 2013 antara lembaga yang satu dengan yang lainnya berbeda dan tidak ada standar tetap dari pihak Kementrian Agama. 4. Buku pegangan siswa yang tersedia belum bisa memenuhi semua siswa yang ada di MAN Salatiga, sehingga saat ada pembelajaran dengan mata pelajaran yang sama dengan guru lain maka salah satu kelas harus mengalah. b. Cara Mengatasi Kendala dalam Pembinaan Profesionalisme Guru 1. Dicarikan waktu yang tepat misalnya waktu sore, maupun akhir pembelajaran, namun tidak bisa secara rutin mengingat anggaran dan sebenarnya untuk waktu sore kurang efektif untuk melakukan pembinaan. 2. Madrasah sudah melakukan kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan kualitias guru semacam, pelatihan, workshop, minimal 1 tahun dua kali. 3. Pembagian tugas untuk guru yang mengikuti pembinaan dan ada guru yang mengganti mengajar di kelas.
83
4. Dalam administrasi
kurikulum
2013 semua
guru diwajibkan
mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran, dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan pembelajaran kurikulum 2013. 5. Kepala sekolah memberikan peluang selonggar-longgarnya apabila menemukan kendala sebisa mungkin dikonsultasikan kepada waka kurikulum dan semua guru yang bersangkutan untuk diselesaikan bersama-sama.
84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan
yang
dapat
diambil
dari
Upaya
Pembinaan
Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi adalah sebagai berikut: 1. Guru mata pelajaran PAI di MAN salatiga telah melakukan tugasnya sebagai guru secara professional terbukti dengan guru dapat memenuhi empat kompetensi professional, yaitu a) Kompetensi Pedagogik guru sudah membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan mampu memilih metode, dan media yang tepat dan sesuai materi,b) Kompetensi Kepribadian meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan sebagai panutan untuk peserta didiknya.c) Kompetensi Profesional meliputi: guru manjelaskan meteri sesuai dengan
arah pembelajaran
menggunakan contoh, memberikan bimbingan pada siswa yang belum paham.d) Kompetensi Sosial yaitu guru mampu bersosialisasi dengan teman sejawat, peseta didik, dan atasannya. Tidak hanya disekolah guru juga mampu berbaur dengan masyarakat. 2. Upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI setelah sertifikasi yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya adanya diklat ditempat kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh lembaga sekolah yang bekerjasama dengan pemerintah (Kantor Balai Diklat dan Pelatihan Keagamaan Semarang) dengan mengadakan workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat. Yang diselenggarakan minimal 1 85
semester sekali. Semua guru diberi kesempatan untuk mengikuti selama ada surat tugas dari sekolah dan lembaga penyelenggara pembinaan. 3. Kendala dalam pembinaan profesionalisme guru lebih dominan pada fakor waktu yang tidak tepat untuk melakkukan pembinaan. Seharusnya pembinaan dilakukan saat jam efektif mengajar tetapi guru harus meninggalkan kewajiban mengajarnya. Menurut guru kendalanya pada proses penilaian kurikulum 2013 yang setiap madrasah berbeda-beda, dan dari pihak kanwil tidak ada standar pasti, dan untuk buku pegangan siswa belum bisa memenuhi semua siswa. 4. Cara mengatasi kendala yang dihadapi, soal waktu pembinaan yang tidak tepat Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam sore, setelah pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran, dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku yang belum sesuai dengan jumlah siswa, guru memberi solusi bahwa untuk pemakaian dilakukan cara begantian antara guru satu dengan yang lain. B. Saran 1. Bagi Pihak Sekolah a. Pihak madrasah untuk melengkapi sumber belajar, berupa buku siswa, dan sarana penunjang pembeajaran lainnya
86
b. Lebih sering mengikut sertakan guru-guru dalam pembinaan tentang profsionalsme guru terutama uru yang suah sertifikasi. c. Mengikut sertakan
pendidik dalam workshop maupun pelatihan
tentang Kurikulum 2013 dan cara menerapkan meode dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi. 2. Bagi Pihak Guru rumpun PAI a. Lebih variatif dalam menggunakan media dan metode pembelajaran. b. Memanfaatkan perpustakaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, jadi proses belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Sukses PLPG Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Jogjakarta: DIVA Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Damay, Denidya. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru Juru-Jurus Jitu Lolos Sertifikasi. Yogyakarta: Araska. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Emzir, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Mahanani, Ayusita. 2011. Buku Pintar PLPG (Pedidikan & Latihan Profesi Guru). Yogyakarta: Araska. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Moleong, Lexy J. 2009. Metodeogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mudlofir, Ali. 2013. Pendidikan Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurdin, Safruddin, M. Basyruin Usman. 2002. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: PT Ciputat Pers. Rahardjo, Mudjio. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang: UIN-Maliki Pers. Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?. Bandunng: Yrama Widya. Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasa. Jakarta: PT. Indeks
88
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: HIKAYAT Publishing. Tilaar. H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional.Jakarta: PT Rineka Cipta Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi Nama
: Taufiqurrohamah Hidayati
Tempat dan Tanggal Lahir
: Salatiga, 30 Oktober 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Email Motto B. Riwayat Pendidikan
: Dsn. Duren RT 4 RW 5, Kel. Kecandran, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga :
[email protected] :Pengetahuan akan mengamalkannya. :
1. TK Candra Puspita
: 1998-2000
2. SD N Kecandran 02
: 2000-2006
3. SMP N 5 Salatiga
: 2006-2009
4. SMK N 1 Salatiga
: 2009-2012
5. IAIN Salatiga
: 2012-2017
berarti
dengan
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 22 Maret 2017 Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati NIM. 111-12-004
90
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah: 4.
Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
5.
Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
6.
Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?
Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. A. Pedoman observasi 1. Gambaran umum MAN Salatiga dan kondisi khusus kantin kejujuran. 2. Kegiatan proses belajar mengajar B. Pedoman wawancara No Rumusan Masalah 1
Pertanyaan
Bagaimana profesionalisme 1. Apakah Bapak/Ibu guru rumpun mata pelajaran telah mengikuti PAI di MAN Salatiga program sertifikasi? Dan lulus tahun setelah sertifikasi? berapa? 2. Bagaimana respon Bapak/Ibu guru terhadap adanya program sertifikasi dari pemerintah? 3. Apa yang Bapak/Ibu dapatkan setelah mengikuti program
1
Narasumber
kode
Guru Mata Pelajaran 1.1 PAI
Guru Mata Pelajaran 1.2 PAI, Kepala Sekolah, dan Waka Kurikulum
Guru Mata Pelajaran 1.3 PAI
2
Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
sertifikasi? 4. Bagaimana kinerja guru sebelum dan setelah mengikuti sertifikasi? 5. Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan setelah lulus sertifikasi? 6. Apakah Bapak/Ibu selalu membuat RPP sebelum melakukan pembelajaran? 7. Bagaimana performa guru mata pelajaran PAI saat mengajar? 8. Metode dan media apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga? 9. Sumber belajar apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga? 10. Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI saat mengajar? 11. Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI terhadap siswa dan guru yang lain? 1. Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu pendidikan? 2. Upaya apa saja yang dilakukan pihak 2
Kepala Sekolah dan
1.4
Waka Kurikulum Kepala Sekolah dan
1.5
Waka Kurikulum
Guru Mata Pelajaran 1.5 PAI
Siswa
1.7
Guru Mata Pelajaran 1.8 PAI dan Siswa
Guru Mata Pelajaran 1.9 PAI Siswa Guru dan Siswa
1.10
Guru dan Siswa
1.11
Kepala Sekolah dan 2.1 Waka Kurikulum
Kepala Sekolah, Waka 2.2 Kurikulum, dan Guru
3
sekolah dalam pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi? 3. Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan? Apa kendala atau problem 1. Adakah kendala yang dihadapi dalam yang dihadapi dalam pembinaan profesionalisme pembinaan guru rumpun mata pelajaran profesionalisme PAI di MAN Salatiga guru setelah setelah sertifikasi dan sertifikasi? Jika ada, apa saja? bagaimana mengatasinya? 2. Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru setelah serifikasi? C. Pedoman Dokumentasi 1. Identitas sekolah 2. Sejarah singkat MAN Salatiga 3. Visi dan misi 4. Sarana dan prasarana 5. Data ketenagaan dan siswa 6. Ekstrakulikuler 7. Prestasi siswa 8. RPP Guru rumpun mata pelajaran PAI 9. Foto kegiatan pembelajaran
3
Mata Pelajaran PAI
Kepala Sekolah, Waka 2.3 Kurikulum, dan Guru Mata Pelajaran PAI
Kepala Sekolah, Waka 3.1 Kurikulum, dan Guru Mata Pelajaran PAI
Kepala Sekolah, Waka 3.2 Kurikulum, dan Guru Mata Pelajaran PAI
KODE PENELITIAN 1. Narasumber a. Kepala Sekolah : Handono, S.Ag, M. Pd (HN) b. Waka Kurikulum : Drs. Kastomo(KS) c. Guru 1) Jamalidin, S. Ag (JM) 2) Trimakno, S. Ag (TM) 3) Siti Fatimah, S. Pd. I (SF) 4) Sriyanto, S.Ag (SY) 5) Ulfi Khoerotun, S.Ag (UF) d. Siswa 1) Rahma (RH) 2) Yusuf (YS) 3) Khisna (KH) 2. Metode Kode
Metode Penelitian
W
Wawancara
P
Observasi
D
Dokumentasi
3. Kategori Data Kode Keterangan S
Siswa
G
Guru
WK
Waka Kurikulum
KS
Kepala Sekolah
4
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Jamaludin (JM)
Hari, Tanggal
: Selasa, 28 Februari 2017
Waktu
: 09.02 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Guru Akidah Akhlak
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : O.. ya mbak. Silakan apa saja yang mau ditanyakan? Peneliti
: Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
1.1
Narasumber : Iya, sudah. Peneliti
: Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Tahun 2010. Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi dari pemerintah?
1.2
Narasumber : Program sertifikasi pada dasarnya adalah untuk membantu dari pada segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pendidik, sehingga para pendidik bisa mengajar kepada siswanya dengan penuh pertanggung jawaban serta dapat meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar. Peneliti sertifikasi?
: Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
Narasumber : Yang saya dapatkan setelah mengikuti sertifikasi tersebut,
5
1.3
yang pertama jelas secara finansial mendapatkan tambahan, yang kedua kita dapat memenuhi segala sesuatu sarana prasarana yang dibutuhkan dalam mengajar, sesuai teknologi pada jaman sekarang. Saya selaku pribadi dengan adanya sertifikasi tersebut dapat menambah secara finansial, baik finansial keluarga maupun finansial dari segi sarana prasarana yang saya butuhkan untuk mengajar, misalnya kita bisa menambah profesionalisme kita untuk memenuhi administrasi itu bisa membeli laptop misalnya, dan dapat memenuhi kebutuhan yang pemerintah belum memberikan kepada kami yaitu membeli buku-buku sarana penunjang yang disesuaikan dengan silabus yang dipakai untuk Kurikulum 2013. Serta bisa kita usahakan untuk pemenuhan sarana mengajar yaitu beberapa metode-metode, dan beberapa media yang kita butuhkan. Peneliti : Apakah bapak melaksanakan pembelajaran?
selalu
menyiapkan
RPP
sebelum
Narasumber : Iya mbak, kalau saya RPP itu kan harus sudah ada minimal 1 hari sebelum kita mengajar tapi kalau saya tidak mbak, saya sudah menyiapkan RPP itu jauh-jauh hari. Soalnya kalau mendadak itu tidak bisa karena instrumennya banyak, harus menentukan metode, media, sumber belajar apa yang pas untuk materi yang akan dibahas. RPP yang dibuat harus sesuai dengan standar yang ada di Madrasah ini , RPP didalamnya harus mencakup: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, tujuan belajar, bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi. Kegiatan belajar mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MAN Salatiga?
1.6
1.8
Narasumber : Wawancara masih tetap kita pakai, diskusi, dan penugasan secara mandiri atau kelompok, untuk medianya mengunakan Laptop dan LCD proyektor. Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga? Narasumber : Karena PAI di MAN Salatiga tidak hanya 1 mata pelajaran saja seperti disekolah umum, maka saya membutuhkan beberapa buku yang sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun standarnya kami memakai buku-buku yang dikeluarkan dari pihak Kementrian Agama. Dari segi kepustakaan sudah disediakan buku-buku penunjang sehingga anak-anak dapat belajar sesuai dengan materi PAI yang diajarkan di MAN Salatiga yang mengacu pada Kurikulum 2013. Perpustakaan MAN Salatiga sudah memiliki
6
1.9
semua buku Rumpun PAI, baik itu buku pegangan guru maupun pegangan siswa, sehingga setiap kali mengajar kita dapat memperdayakan kepemilikan perpustakaan. Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : Sementara ini, terutama MAN Salatiga hampir setiap tahun mengadakan peningkatan mutu yang bekerja sama dengan Kementrian Agama dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan kinerja, teknik penilaian, dan aplikasi dari penerapan Kurikulum 2013. Peneliti :Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan?
2.3
Narasumber : Selama secara dinas ditugasi dari unit kerja, maupun kanwil kami selalu mengikuti. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
3.1
Narasumber : Karena sertifikasi itu sendiri konsekuensi bagi penerimanya lebih besar dari segi teknik yang diberikan oleh pemerintah. Kita harus mengerti teknik mengajar sesuai SOP yang berlaku. Yang bisa jadi kendala itu adalah teknis dari penilaian yang diajarkan sekarang itu tidak bisa menyatu secara umum di madrasah yang minimal ada yaitu teknis penilaian setiap madrasah berbeda-beda walaupun disamakan standarnya. Dan dari pihak Kanwil tidak ada kepastian sistim penilaian yang sebenarnya sehingga hampir setiap semester mempunyai perbedaan. Selain itu dalam pemberdayaan buku yang masih terbatas belum bisa memenuhi siswa,sehingga dalam beberapa materi apabila terjadi bersamaan jam mengajar dengan guru yang lain maka ada kelas yang harus mengalah untuk gantian memakainya. Peneliti : Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi? Narasumber : Sementara ini dalam administrasi Kurikulum 2013, semua guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis pembelajaran, setiap selesai mengajar ada catatan harian tentang kegiatan belajar pada hari itu. Untuk menangani hal itu biasanya ada rapat dinas antar guru yang diadakan setiap satu bulan dalam rangka up date kekurangan dan kelebihan Kurikulum 2013, dan tentang kendala yang dihadapi selama pembelajaran. Disamping itu kepala sekolah juga memberikan peluang
7
3.2
selonggar-longgarnya apabila menemukan beberapa kendala, guru diberikan kesempatan untuk bagaimana menanganinya secara cepat dan tepat. Apabila masih ada kendala sedapat mungkin kita selesaikan bersama dengan waka kuikulum dan semua guru yang bersangkutan dalam masalah pembelajaran materi tersebut. Peneliti : Oh iya pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas waktunya pak, maaf jika mengganggu. Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Kalau butuh informasi lagi Insya Allah saya siap membantu.
8
HASIL WAWANCARA 1.
Identitas Narasumber Narasumber
: Trimakno (TM)
Hari, Tanggal
: Selasa, 28 Februari 2017
Waktu
: 10.23 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Guru Fikih
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Peneliti
: Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
1.1
Narasumber : Sudah mengikuti. Peneliti
: Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2008. Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi dari pemerintah?
1.2
Narasumber : Sertifikasi ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru dari segi finansial. Peneliti sertifikasi?
: Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
Narasumber : Ada peningkatan dalam proses pembelajaran, pembuatan perangkat pembelajaran.
9
1.3
Peneliti : Apakah bapak melaksanakan pembelajaran?
selalu
menyiapkan
RPP
sebelum
1.6
Narasumber : Iya mbak, harus itu soalnya RPP itukan rancangan kita untuk melaksanakan pembelajaran. Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam pembelajaran Fikih di MAN Salatiga?
1.8
Narasumber : Jikshow, short card, yang paling banyak ya tanya jawab, penugasan, kalau medianya saya menggunakan LCD yang ada kalau ada praktek perwatam jemazah ya saya pakai maneqin boneka dan kain kafan dan lainnya. Itu disesuaikan dengan materinya soalnya mbak. Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
1.9
Narasumber : Kalau Fikih di MAN Salatiga itu lebih ke Fiqh kontemporer seperti tentang Imam Madzhab, dan banyak menggunakan buku-buku Fikih kontemporer Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : Upaya pengembangan itu banyak, yang paling sering itu pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran, RPP, penilaian, dan sebagainya. Dengan adanya workshop pembelajaran akan menjadi lebih baik. Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan?
2.3
Narasumber : Workshop sering, terutama yang berkaitan dengan penunjang mapel Fikih, penilaian, bimbingan teknis Kurikulum 2013. Workshop itu sendiri diadakan oleh balai diklat yang bekerjasama dengan unit kerja. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
3.1
Narasumber : Sarana kurang begitu menunjang kalau kita dituntut professional, kadang-kadang anak jika diajak berfikir sama sulit, kita harus mengembangkan sesuai dengan masing-masing karakter. Peneliti
: Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan
10
3.2
profesionlisme guru setelah sertifikasi? Narasumber : Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak luar yang berkaitan dengan profesional guru (balai diklat) dalam rangka untuk kerjasama meningkatkan mutu guru. Peneliti : Pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas waktunya pak, maaf jika mengganggu. Narasumber : Iya mbak, sama-sama.
11
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Sriyanto (SY)
Hari, Tanggal
: Rabu, 01 Maret 2017
Waktu
: 14.53 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Guru SKI
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Insya Allah saya bantu. Peneliti
: Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
1.1
Narasumber : Iya Sudah mbak Peneliti
: Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2009. Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi dari pemerintah?
1.2
Narasumber : Sertifikasi bagus untuk meningkakan profesionalisme guru. Peneliti sertifikasi?
: Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran, tentang pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
12
1.3
Peneliti : Apakah bapak melaksanakan pembelajaran?
selalu
menyiapkan
RPP
sebelum
1.6
Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas administrasi. Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran SKI?
1.8
Narasumber : Banyak, diantaranya tanya jawab, diskusi, short card, metodenya biasanya menggunakan video, gambar-gambar sesuai dengan materi yang akan dipelajari hari itu. Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
1.9
Narasumber : menggunakan kurikulum 2013, jadi yang digunakan hanya buku kurikulum 2013, juga menggunakan buku penunjang lain yang tidak ada dalam materi itu, maka kita menggunakan media/sumber belajar dari internet karena di MAN Salatiga itu free hotspot. Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : Diantaranya adanya diklat ditempat kerja ataupun dilaksanakan di Kanwil, yang dlakukan oleh pihak kantor dan Kanwil yang mengadakan. Semua guru diwajibkan mengikuti diklat, tetapi tergantung surat kerjanya untuk semua guru mata pelajaran. Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan?
2.3
Narasumber : Selama ada surat tugas dari pihak lembaga, guru mengikuti baik workshop, maupun diklat. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja? Narasumber : Untuk kendala tidak ada mbak Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
13
3.1
Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu Peneliti
: Terimakasih pak . Assalamu’alaikum.
Narasumber : Wa’alaikumsalam
14
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Siti Fatimah (SF)
Hari, Tanggal
: Rabu, 01 Maret 2017
Waktu
: 12.48 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Guru Al-Qur’an Hadist dan Ilmu Hadist
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai Ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Peneliti
: Apakah Ibu telah mengikuti program sertifikasi?
1.1
Narasumber : Iya Sudah mbak Peneliti
: Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2011. Peneliti : Bagaimana respon ibu terhadap adanya program sertifikasi dari pemerintah?
1.2
Narasumber : Sertifikasi menambah kesejahteraan guru, disitu juga guru dituntut professional, padahal sebelum sertifikasi guru sudah profesional, tetapi setelah sertifikasi harus lebih ditingkatkan lagi. Peneliti
: Apa yang Ibu dapatkan setelah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran, tetapi selain itu tugas semakin banyak, dan administrasi menumpuk dibarengi
15
1.3
dengan kesejahteraan yang semakin baik. Peneliti : Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum melaksanakan pembelajaran?
1.6
Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas administrasi. Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist?
1.8
Narasumber : Metode diskusi karena lebih cocok untuk Kurikulum 2013, medianya sarana yang ada disekolah seperti LCD Proyektor. Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Ibu gunakan untuk menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
1.9
Narasumber : Karena saya mengampu Al-Qur’an hadist saya hanya menggunakan Al-Qur’an dan hadist pilihan, selain itu buku-buku yang diberikan pemerintah pusat karena perpustakaan MAN Salatiga sudah lengkap, dan siswa download sendiri materinya. Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : Workshop sering disini, satu semester sekali. Peneliti pendidikan?
:Apakah ibu sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar
2.3
Narasumber : Semua guru dianjurkan mengikuti workshop yang diadakan oleh sekolah maupun lembaga diluar sekolah. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja? Narasumber : Tidak ada kendala mbak. Peneliti : Iya bu. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu informasi dari ibu sudah cukup. Narasumber : Iya, sama-sama mbak.
16
3.1
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Handono (HN)
Hari, Tanggal
: Rabu, 02 Maret 2017
Waktu
: 10.09 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Kepala Sekolah MAN Salatiga
Jabatan
: Kepala Sekolah
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan sertifikasi di MAN Salatiga?
1.2
Narasumber : Respon bapak ibu sangat senang, karena pendapatan lebih meningkat, banyak tunjangan dan meningkatkan kesejahteraan guru. Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti sertifikisasi? Narasumber : Kinerja sebetulnya guru itu diberi pekerjaan yang diatur oleh peraturan, guru sudah mengajar beban mengajar sudah dilaksanakan,tidak akan guru tidak melaksanakan beban kerja dengan baik. Terbukti dengan hasil pembelajaran yang dilakukan anak nilainya baik-baik, sebelum melakukan sertifikasi kinerjanya sudah baik. Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan setelah lulus uji sertifikasi? Narasumber : Ada tolak ukur walaupun belum banyak yang bisa dilihat ada yang meningkat biasa, ada yang meningkatnya pesat, dari segi peningkatan
17
1.4
1.5
mutu pembelajaran meningkat walaupun tidak semua guru. Peneliti pendidikan?
: Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu
2.1
Narasumber : Efektif karena meningkatkan semangat belajar menambah keilmuannya sehingga bisa melayani anak dengan baik Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : Diberikan motivasi unuk mengikuti workshop, kita selenggarakan work shop, diklat, pelatihan, diluar di instansi lain. Kia berikan kesempatan sekaligus kita berharap pembinaan kedisiplinan didalam mendokumentasikan pembelajaran. Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan?
2.3
Narasumber : Setiap ada workshop, diklat kita memberikan kesempatan walaupun secara jumlah gurunya banyak sehingga tidak bisa semuanya dapat kesempatan diklat setiap tahun karena menyangkut anggaran tetapi madrasah kini sudah dilakukan kegiatan terhadap peningkatan kwalitas guru. Untuk penyelenggaraan pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (kantor, balai diklat keagamaan Semarang) narasumbernya dari widyaswara balai diklat keagamaan Semarang termasuk narasumber lain, workshop narasumbernya diambil dari pihak ahli, dosen. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?
pembinaan
3.1
Narasumber : Ada karena kita bekerja dibatasi waktu tentang waktu dan kadang waktunya tidak pas, dari sisi materi dari segi nara sumber, pembiayaan tidak ada masalah. Sehingga didalam melakukan pembinaan itu waktunya yang kurang tepat masih ada guru juga diberikan tugas tambahan yang lain. Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru setelah serifikasi? Narasumber : Tetap dicarikan waktu sebisa mungkin waktu sore, akhir jam , tidak bisa rutin jadinya kemudian pengawasan diakukan didalam kelas pada saat bapak ibu mengajar. Pengawasan dilakukan secara terjadwal. Disamping itu dilakukan supevisi pembelajaran dikelas, jadi saya mengamati langsung , setelah itu dilakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan 18
3.2
Bapak/Ibu guru. Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak. Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu.
19
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Kastomo (KS)
Hari, Tanggal
: Rabu, 01 Maret 2017
Waktu
: 09.04 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Waka Kurikulum
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan sertifikasi di MAN Salatiga?
1.2
Narasumber : Sangat senang, kalau kaitannya dengan sertifikasi, karena menambah kesejahteraan. Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti sertifikisasi?
1.4
Narasumber : Kalau soal kinerja bagus mbak sebelum sertifikasi juga sudah baik, apalagi sekarang sudah sertifikasi tambah baik. Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan setelah lulus uji sertifikasi? Narasumber : Ada mbak karena setelah sertifikasi guru mendapatkan banyak ilmu yang haruus diterapkan dilembaganya masing-masing. Peneliti : Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu pendidikan? Narasumber : Kalau soal itu saya tidak bisa menjawab soalnya itu butuh 20
1.5
2.1
penelitian lebih lanjut. Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
2.2
Narasumber : mungkin salah satunya dengan penilaian kinerja guru, mengontrol sarana dan prasarana yang ada dalam persiapan mengajar guru. Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar pendidikan
2.3
Narasumber : Kalau soal mengikuti itu tergantung kalau dari pemerintah atau dari Kemenag pas menngadakan dan kita ada kesempatan mengikuti guru mengikuti. Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?
pembinaan
3.1
Narasumber : Karena waktu terbatas misalnya seminar workshop itu kan diadakan pada waktu efektif mengajar, guru harus meinggalkan tugas mengajarnya. Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru setelah serifikasi? Narasumber : pembagian tugas mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan sebagian harus ada yang mengganti dikelas Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu informasi dari bapak sudah cukup.. Narasumber : Iya, sama-sama mbak.. Jika butuh data lagi silakan datang kesini.
21
3.2
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Ulfi Khoerotun (UF)
Hari, Tanggal
: Selasa, 21 Maret 2017
Waktu
: 12.03 WIB
Tempat Wawancara
: Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan
: Guru Ekonomi
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Apa yang mau ditanyakan? Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI 1.10 dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar? Narasumber :Bapak Ibu guru yang mengampu mata pelajaran PAI di MAN Salatiga memiliki tanggung jawab yang tinggi disiplin dalam bekerja, datang tepat waktu , saat masuk kekelas juga tepat waktu. Guru mata pelajaran PAI itu, jarang ijin mbak, kalau tidak benar-benar sakit ata ada keperluan. Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI 1.11 terhadap siswa dan guru yang lain? Narasumber : Sosialisasinya bagus mbak antara guru-guru yang lain, sama siswa juga bagus. Peneliti : Saya kira sudah cukup informasi yang saya dapat, Terima kasih, maaf sudah mengganggu waktu ibu. Narasumber : Iya mbak sama-sama. Tidak mengganggu kok.
22
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Rahma (RH)
Hari, Tanggal
: Selasa, 21 Maret 2017
Waktu
: 11.39 WIB
Tempat Wawancara
: Perpustakaan
Jabatan
: Siswa Kelas XI Bahasa
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan Peneliti
: Bagaimana performa ibu SF saat mengajar?
Narasumber : Ibu SF sebelum masuk pembelajaran anak-anak disuruh hafalan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis pilihan terlebih dahulu. Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum paham tentang materi yang disampaikan? Narasumber : Guru memberi kesempatan bertanya kalau ada yang tidak bisa, tetapi tidak pernah ada yang mau betanya, kalau ada paling yang tanya itu-itu terus yang tanya. Kalau tidak guru memberikan soal, kemudian dilihat siapa saja yang nilainya jelek, dan ditanya kenapa kok bisa jelek? Kurang paham atau gimana. Peneliti
:Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Ibu SF melakukan remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas.
23
1.7
Peneliti : Metode dan media apa saja yang Ibu SF gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
1.8
Narasumber : Metodenya lebih sering dengan diskusi kelompok, kalau medianya paling cuma LCD dan laptop. Peneliti : Apakah pernah melakukan pembelajaran diluar kelas? Misalnya perpustkaan? Narasumber : Tidak pernah mbak Peneliti
: Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
1.9
Narasumber : Buku-buku yang ada di perpustakaan, kadang siswa disuruh cari materi sendiri di internet. Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI 1.10 dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar? Narasumber : Datang tepat waktu, memberi tugas ketika beliau tidak masuk kelas. Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI 1.11 terhadap siswa dan guru yang lain? Narasumber : Ibu SF sering cerita tentang pengalaman-pengalaman yang memotifasi. Peneliti
: Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
24
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Yusuf (YS)
Hari, Tanggal
: Selasa, 21 Maret 2017
Waktu
: 12.05 WIB
Tempat Wawancara
: Mushola MAN Salatiga
Jabatan
: Siswa Kelas XII Agama
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Selamat siang dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Oh iya mbak Peneliti
: Bagaimana performa Bapak TM saat mengajar?
1.7
Narasumber : Bapak TM menjelaskan materi dengan bahasa yang enak dipahami, komunikatif dengan siswa, memberikan pertanyan kepada siswa secara merata. Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum paham tentang materi yang disampaikan? Narasumber : Guru mengulang lagi materi jika belum paham, dan memberi kesempatan untuk siswa yang belum paham untuk bimbingan diluar jam belajar. Peneliti
:Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Ada mbak, misalnya nilai ulangannya jelek itu diulang lagi. Peneliti : Metode dan media apa saja yang bapak TM gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
25
1.8
Narasumber : metodenya presentasi, ceramah, dan diskusi kelompok, kadang juga ada prakteknya sehingga siswa lebih paham. Peneliti
: Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
1.9
Narasumber : Buku paket. Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?
1.10
Narasumber : Datang tepat waktu, memperingatkan siswa yang tidak memperhatikan. Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI terhadap siswa dan guru yang lain? Narasumber : Baik mbak, karena bapaknya penyabar jadi banyak siswa yang senang dengan beliau. Peneliti
: Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
26
1.11
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Khisna (KS)
Hari, Tanggal
: Selasa, 21 Maret 2017
Waktu
: 09.30 WIB
Tempat Wawancara
: Perpustakaan
Jabatan
: Siswa Kelas XII IPA 4
2. Transkip Wawancara Hasil Wawancara
Kode Rumusan Masalah
Peneliti : Selamat pagi dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi” Narasumber : Pagi mbak. Silakan Peneliti
: Bagaimana performa Bapak SY dan JM saat mengajar?
1.7
Narasumber : Bapak SY selalu menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan materi, dan memberi kesempatan semua siswa unuk bertanya. Narasumber : Bapak JM itu mbak lebih sering becanda, kadang waktunya sudah mepet baru mulai materi pembelajaran. Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum paham tentang materi yang disampaikan? Narasumber : Sebelum dijelaskan pak SY memberi kesempatan siswa untuk berpendapat, nanti baru pk SY menjelaskan dan memberi kesimpulan. Peneliti
:Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Untuk pk SY ada remidi tetapi pk JM tidak ada remidi.. Peneliti
: Metode dan media apa saja yang bapak SY dan bapak JM
27
1.8
gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga? Narasumber : Pak SY menggunakan metode diskusi kelompok. Narasumber : Pak JM menggunakan metode ceramah, medianya laptop dan LCD. Peneliti
: Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
1.9
Narasumber : Pak SY menyuruh siswa untuk mencari materi untuk presentasi, baru nanti dijelasin mbak Narasumber : Pak JM biasanya menggunakan LKS siswa disuruh meringkas. Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI 1.10 dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar? Narasumber : Untuk pak SY dan pak JM sama-sama kalau datang tepat waktu. Tetapi untuk pak JM terlalu sibuk dengan urusan lain jadi sering kosong dan kadang-kadang tidak diberi tugas pengganti. Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI 1.11 terhadap siswa dan guru yang lain? Narasumber : pak SY dan pak JM itu hampir sama kalau sama siswanya sudah kaya teman, jadi enak kalau diajak cerita. Peneliti
: Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
28
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dengan Waka Kurikulum
29
Visi Misi MAN Salatiga
Perpustakaan MAN SALATIGA
30
Proses Pembelajaran PAI
31
Proses pembelajaran di Perpustakan
32