PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 13 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh: M. SYAMSUSSABRI NIM. E1A 012 022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Skripsi yang disusun oleh: M. Syamsussabri (E1A012022) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 13 Mataram Tahun Ajaran 2016/2017”, telah diperiksa dan diuji pada tanggal 20 September 2016.
Mataram,
September 2016
Mengetahui: Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
(Prof. Dr. Muhlis, M.Si.) NIP. 195902181984031002
(Dr. Gito Hadiprayitno, S.Pd., M.Si.) NIP. 197104081998031002
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 13 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017 M. Syamsussabri1), Muhlis2), Gito Hadiprayitno 3) 1) Mahasiswa Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram 2)3) Dosen Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jalan Majapahit No. 62, Mataram E-Mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar IPA biologi siswa kelas VIII SMPN 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain pre-test dan post-test dengan kelompok tidak diacak. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII SMPN 13 Mataram. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling sehingga didapatkan kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil penelitian yaitu tes hasil belajar kognitif berupa soal pilihan ganda dan hasil belajar psikomotor berupa lembar observasi Kemampuan Generik Sains (KGS). Data hasil belajar kognitif di analisis menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5% sedangkan data kemampuan generik sains dianalisis menggunakan skala pengukuran KGS yang dikutip dari Purwanto, 2013. Hasil uji hipotesis menunjukkan ρ-value < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VIII SMPN 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Pada data KGS menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen persentase KGS sebesar 79% berada pada kategori baik sedangkan kelas kontrol sebesar 62,5% berada pada kategori cukup baik. Perbedaan ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan dampak yang lebih baik terhadap KGS. Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar, Kemampuan Generik Sains
2 THE INFLUENCE OF GUIDED INQUIRY BASED TEACHING TO THE STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE BIOLOGY IN GRADE VIII OF SMPN 13 MATARAM IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017 M. Syamsussabri1), Muhlis2), Gito Hadiprayitno 3) 1) Student of Biology Education, FKIP, University of Mataram 2)3) Lecturer of Biology Education, FKIP, University of Mataram Street Majapahit No. 62, Mataram E-Mail:
[email protected] ABSTRACT The aim of this research is to know the influence of inquiry based teaching to the students learning achievement on science biology in grade VIII of SMPN 13 Mataram in 2016/2017. This research is quantitative with quasi experimental approach. This research was pre-test and post-test design with non-random group. The population of this research were the students of grade VIII of SMPN 13 Mataram. The sample were taken by using purposive sampling in grade VIII-A as an experimental class and VIII-B as a control class. The instruments that was used in order to get the data of cognitive learning achievement were a test in form of multiple choice and the psychomotor learning achievement in form of Generic Science Skill (GSS) observation sheet. The data of cognitive learning achievement were analyzed by using t-test at 5% significance level, meanwhile the GSS data were analyzed based on the scale of GSS given by Purwanto, 2013. The result of hypothesis showed that the ρ-value < 0.05. This means guided inquiry based teaching can significance influence to the increasing the students learning achievement on science biology of SMPN 13 Mataram in the academic year 2016/2017. The percentage of GSS for the experimental class students was 79% in good category and 62,5% for control class in rather good category. This also means this guided inquiry based teaching gave more good effect on students GSS improvement. Keywords: Guided Inquiry, Learning Achievement, Generic Science Skill
3 PENDAHULUAN Paradigma baru dalam pembelajaran sains adalah pembelajaran siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains, guru lebih banyak memberikan pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuannya tersebut dalam kehidupannya sehari-hari (Sunyono, 2009). Menurut Liliasari (2007) dalam “Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education” bahwa pembelajaran sains di Indonesia umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsipprinsip sains secara verbalistis. Guru memandang bahwa pendekatan tradisional merupakan suatu prosedur yang efektif dalam mengajarkan materi sains. Padahal, model ini sesusungguhnya hanya efektif dalam hal penggunaan waktu mengajar, pola pikir siswa yang inovatif dan kreatif dengan pola pikir tingkat tinggi serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara efektif tidak dapat terbentuk. Melalui observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII SMPN 13 Mataram diketahui bahwa hasil belajar IPA kelas VIII masih tergolong rendah, pembelajaran IPA masih menggunakan pendekatan tradisional yaitu cenderung bersifat konseptual, teoritis dan hafalan melalui buku serta masih cenderung berpusat pada guru, dimana guru menjelaskan materi dan siswa dituntut untuk mendengarkan atau menyimak penjelasan guru dari awal hingga akhir pembelajaran. Peserta didik tidak dibiasakan melakukan inkuiri ilmiah dan melatih kemampuan generik sainsya
dalam proses praktikum. Padahal inkuiri ilmiah dan kemampuan generik sains sangat baik untuk meningkatkan pemahaman yang baik, seperti yang dikemukakan oleh Rarici (2013), Yasa, dkk (2013), Septiani, dkk (2013), Yuniarita (2014), Mainisa, dkk (2014), Kusdiwelirawan, dkk (2015), dan Oktafiana, dkk (2015). Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan IPA perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan masalah. Selain itu, kegiatan pembelajaran juga memperhatikan kemampuan generik sains dalam proses menyelidiki dan menemukan. Keterampilan generik sains merupakan keterampilan berpikir dalam pembelajaran sains yang harus dimiliki setiap siswa. Keterampilan generik juga keterampilan dasar yang wajib dikuasai siswa. Jika kemampuan dasar siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi kompetensi generik yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (Sunyono, 2009). Pemahaman siswa akan sesuatu yang terjadi selama proses belajar akan lebih baik apabila memperhatikan kemampuan generik sainsnya. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan menyelidiki dan menemukan dalam mengkonstruksi pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (Yasa, dkk 2013). Pemilihan model pembelajaran inkuiri terbimbing didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, model pembelajaran ini berbasis konstruktivis. Kedua, model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar menggunakan metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah. Ketiga, model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran, yang kegiatan
4 pembelajarannya terpusat pada siswa (Spencer dan Walker, 2011). Keempat, model pembelajaran inkuiri terbimbing tentunya mempunyai esensi. Esensi model pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pemahaman (Wena, 2012). Kelima, model pembelajaran inkuiri menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2013). Berdasarkan uraian tersebut, dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 13 Mataram Tahun Ajaran 2016/2017”. METODE Jenis penelitian ini adalah kuantitatif bersifat eksperimen semu (quasy experimental) karena tidak semua variabel luar yang dapat mempengaruhi penelitian bisa dikendalikan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017 yang terbagi dalam sembilan kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan purposive sampling dan diperoleh kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan VIIIB sebagai kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran ekspositori. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inquiri terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA Biologi siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar tes hasil belajar kognitif berupa soal pilihan ganda dan lembar observasi kemampuan generik sains. Analisis uji hipotesis hasil belajar kognitif menggunakan uji t (Arikunto, 2002) dengan bantuan Microsoft Excel
2016 sedangkan hasil belajar psikomotor (kemampuan generik sains) dianalisis secara deskriptif kuantitatif melalui rumus 𝑅 NP = 𝑆𝑀 𝑥 100 % dengan teknik penskoran sesuai Tabel 1: Persentase Nilai Bobot Predikat Penguasaan Huruf 86-100 A 4 Sangat Baik 76-85 B 3 Baik 60-75 C 2 Cukup Baik 55-59 D 1 Kurang ≤ 54 TL 0 Kurang Sekali
(Purwanto, 2013) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pre-test dan post-test berupa tes pilihan ganda pada ranah kognitif sebanyak 50 soal. Selain instrumen berupa tes terdapat juga instrumen non tes untuk mengukur ranah psikomotor (kemampuan generik sains). Kedua hasil belajar ini juga didukung pula dengan keterlaksanaan RPP. Berikut adalah hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan penelitian di SMPN 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Hasil Belajar Kognitif Sebelum perlakuan, hasil belajar kognitif siswa tidak jauh berbeda antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data pre-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata kedua kelas sampel sangat rendah, dimana kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 34,67 dan kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 39,29. Nilai maksimum kelas eksperimen yaitu 50 sedangkan kelas kontrol yaitu 52. Nilai minimum kelas eksperimen yaitu 20 sedangkan kelas kontrol yaitu 22. Hasil pre-test kedua kelas sampel dapat divisualisasikan pada Gambar 1.
70 60 50 40 30 20 10 0
Mean
Nilai
5
Nilai Maksimu m
Nilai Minimu m
Rata-rata
Eksperimen
50
20
34.67
Kontrol
52
22
39.29
Gambar 1 Perbandingan Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Setelah dilaksanakan perlakuan, perbedaan hasil belajar di kedua kelas menunjukkan perbedaan yang lebih besar. Data post-test menunjukkan bahwa ratarata tes akhir kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu 65,15. Sedangkan kelas kontrol sebesar 59,18. Nilai maksimum kelas eksperimen yaitu 82 sedangkan kelas kontrol yaitu 90. Nilai minimum kelas eksperimen yaitu 42 sedangkan kelas kontrol yaitu 36. Hasil post-test kedua kelas sampel dapat divisualisasikan pada Gambar 2.
40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
20 0
Nilai Maksi mum
Nilai Minim um
Ratarata
Eksperimen
82
42
65.15
Kontrol
90
36
59.18
Gambar 2 Perbandingan Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Ditinjau dari perbedaan mean range kedua kelas sampel setelah diberikan perlakuan dapat diamati pada Gambar 3.
19.88
Mean Range kelas eksprimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan. Ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran ekspositori. Perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol secara terperinci terkait hubungan antara pre-test dan post-test hasil belajar kognitif dapat divisualisasikan dalam Gambar 4.
Nilai
Nilai
40
30.48
Gambar 3 Perbandingan Mean Range Kelas Eksperimen dan Kontrol
100
60
Kelas Kontrol
Series1
120
80
Kelas Eksperimen
90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Pre-Test
Post-Test
Kelas Eksperimen
34.67
65.15
Kelas Kontrol
39.29
59.18
Gambar 4 Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test Kedua Kelas Sampel Gambar 4 menujukkan peningkatan hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Terutama pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol.
6
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari. Hal ini terlihat dari prosesproses pembelajaran dari kegiatan merumuskan masalah hingga kegiatan merumuskan kesimpulan benar-benar mengajak siswa untuk dapat aktif mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran ini akan membuat siswa belajar lebih giat dan mandiri dalam proses pembelajaran. Selain itu model pembelajaran ini dapat memberikan rasa penasaran terhadap peserta didik sehingga mereka akan mencari tahu mengenai konsep-konsep yang mereka peroleh dari sumber-sumber ilmiah. Selain itu model pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan seperti Sanjaya (2013) menyatakan model pembelajaran inkuiri ini dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor secara seimbang, pernyataan ini juga didukung oleh Sani (2014) yang menyatakan bahwa model pembalajaran inkuiri ini dapat melibatkan siswa dalam kengonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing melainkan model pembelajaran ekspositori yaitu model pembelajaran yang biasa dilakukan disekolah. Pada model ini
peserta didik tidak dilibatkan langsung untuk membuktikan suatu teori melainkan hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Tidak adanya kesempatan peserta didik dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran sangat monoton. Walaupun proses pembelajaran dilakukan secara diskusi kelompok, proses pembelajaran masih bersifat pasif hanya beberapa peserta didik saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini disebabkan karena peserta didik jenuh dengan hanya mendengarkan penjelasan guru. Maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. Kemampuan Generik Sains Ragam kemampuan generik sains dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan lembar observasi. Ada dua ragam kemampuan generik sains yang dapat diamati yakni pengamatan langsung dan pemodelan. Kedua ragam tersebut diamati melalui praktikum fotosintesis dan gerak tumbuhan. Perbandingan persentase kemampuan generik sains pada kelas eksperimen maupun kontrol dapat diamati pada Gambar 5. 100%
Persentase
Analisis hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa ρ-value < α ( 0,0001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Biologi SMPN 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Elyani (2011), Setiawan, dkk (2013), Muhtartinah (2013), Dewi, dkk (2013), Gaol, dkk (2014), dan Artana, dkk (2015), yang menyatakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa.
80% 60%
75%
83% 70%
55%
40% 20% 0% Praktikum I Kelas Eksperimen
Praktikum II Kelas Kontrol
Gambar 5 Perbandingan Kemampuan Generik Sains Secara terinci, berikut disajikan rekapitulasi data hasil observasi tiap ragam keterampilan generik sains beserta persentasenya pada Tabel 2.
7 Tabel 2 Rekapitulasi Keterampilan Generik Sains Persentase (%) KGS
Cakupan Keterampilan Generik Sains
Pengamatan Langsung
Mengamati objek yang karakteristiknya dapat diobservasi langsung oleh indera baik menggunakan alat ataupun tidak
Pemodelan
Membuat objek, aktifitas, atau tiruan yang dapat digunakan sebagai contoh.
Fo 81
Ke Ge 82
Fo 59
Kk Ge 72
68
84
50
68
75
83 79
55
70 62,5 Cukup Baik
Melakukan peragaan atau aktifitas tertentu untuk dicontoh. Rerata (%) Rerata Keseluruhan (%)
Baik
Kriteria
Keterangan: KGS : Keterampilan Generik Sains Ke : Kelas Eksperimen Kk : Kelas Kontrol Tabel 2 menunjukkan keterampilan generik sains menunjukkan bahwa pada praktikum pertama pada kelas kontrol menunjukkan bahwa kemampuan generik sains siswa sebesar 55 % dengan kategori kurang dan pada praktikum kedua sebesar 70% dengan kategori cukup baik. Sedangkan pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa kemampuan generik sains siswa sebesar 75% dengan kategori cukup baik dan pada praktikum kedua sebesar 83% dengan kategori baik. Rerata keseluruhan keterampilan generik sains siswa yang diperoleh melalui observasi sebesar 62,5% pada kelas kontrol dengan kategori cukup dan 79% pada kelas eksperimen dengan kategori baik. Dari data tersebut terlihat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Terlihat bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan generik sains. Terlihat bahwa siswa lebih aktif dalam melakukan eskperimen sehingga siswa lebih aktif dalam menemukan sendiri jawaban atas
Fo Ge
: Fotosintesis : Gerak Tumbuhan
permasalahan yang sedang dihadapi, mulai dari pemecahan masalah secara individu kemudian secara berkelompok melalui kegiatan diskusi sehingga siswa termotivasi untuk menemukan sendiri jawaban dari serangkaian pertanyaan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Septiani, dkk (2014), Mainisa, dkk (2014), Kusdiwelirawan, dkk (2015), dan Oktafiana, dkk (2015), menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh terhadap kemampuan generik sains siswa. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA Biologi dan memberikan dampak yang lebih baik terhadap kemampuan generik sains siswa kelas VIII SMPN 13 Mataram tahun ajaran 2016/2017. SARAN Berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti mengemukakan saran-saran
8 sebagai berikut: (1) Bagi guru IPA penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan generik sains siswa, (2) Bagi sekolah diharapkan dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga dapat mengoptimalkan kreatifitas kinerja guru dan potensi siswa dalam pembelajaran IPA Biologi.
9
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Artana, I.M.A,. Dantes, N., dan Lasmawan, I.W. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Gugus VI Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2014/2015. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, 3 (1): 1-12. Dewi, N.L., Dantes, N., dan Sadia, I.W. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar, 3 (1): 110 . Elyani, I. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Gaol, D. K. L. dan Sirait, M. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Training Menggunakan Media Powerpoint terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inpafi, 2 (2): 30-39. Kusdiwelirawan, A., Hartini, T. I. dan Najihah, A. R. 2015. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning. Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika, 1 (2): 19-23. Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship in the 21st Century Science Education. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Oktober. Mainisa dan Sani, R. A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Kreativitas terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa di SMA Negeri 1 Peukan Pidie. Jurnal Pendidikan Fisika, 3 (1): 41-46. Muhtartinah, Y.P. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan Menggunakan Metode Eksperimen terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa. Skripsi. Jember: Universitas Jember. Oktafiana, H., Zulfiani., dan Miranto, S. 2015. Perbedaan Keterampilan Generik Sains antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Konsep Sel. Jurnal Edusains, 7 (2): 185-190. Purwanto, N. M. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rarici, F.A. 2013. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Animasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
10
Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Inplementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Septiani, D., Sumarni, W., Saptorini. 2014. Efektivitas Model Inkuiri Berbantuan Modul Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (2): 1340-1350. Setiawan, D., dan Buditjahjanto, I.G.P.A. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2 (1): 301-309. Spencer, T. L. dan Walker, T. M. 2011. Creating a Love for Science for Elementary Students Through Inquiry-Based Learning. Journal of Virginia Science Education, 4 (2): 18-25. Sunyono. 2009. Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains, (Online), (http://www.scri b.com/50415120/keterampilan-ge nerik.html), diakses 15 Januari 2016. Wena, M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Yasa, S., Antari, NN., dan Sumantri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V di Kelurahan Banyuasari. Jurnal Pendidikan Ganesha, 1 (1): 1-10. Yuniarita, F. 2014. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Jurnal Pengajaran MIPA, 19 (1): 111-116.