1 UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT MELALUI GAYA MENGAJAR RESIPROKAL PADA SISWA KELAS X SMA DARMAWANGSA MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017
FAJAR SIDDIK SIREGAR Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanapeningkatan hasil belajar Lari Sprint dengan Gaya Mengajar Resiprokal siswa kelas X SMA Darmawangsa Medan ajaran 2016/2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017. Berdasarkan hasil belajar siswa pada data awal setelah tes hasil belajar dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik Lari Sprint masih rendah. Dari 36 orang siswa terdapat 20 orang (66%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 16 orang (34%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75. Sedangkan pada siklus I dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 36 orang siswa terdapat 25 orang (68%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 11 orang (32%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 76. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 36 orang siswa terdapat 32 orang (88%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang (12%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 77. Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui Pendekatan Bermain dapat meningkatkan hasil belajar lari sprint pada siswa kelas X di SMA Darmawangsa Medan ajaran 2016/2017. KATA KUNCI : Hasil belajar lari Sprint, Gaya Belajar Resiprokal BAB I PENDAHULUAN
merumuskan
A. Latar Belakang Masalah
berisikan pengembangan aspek pribadi
Manusia membutuhkan pendidikan
tujuan
pendidikan
itu
manusia.
dalam kehidupannya. Dimana pendidikan
Tujuan pendidikan seperti rumusan
merupakan usaha agar manusia dapat
diatas merupakan rumusan tujuan yang
mengembangkan potensi dirinya melalui
sangat
proses pembelajaran dan atau cara lain
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
peserta
Pendidikan dapat dikatakan baik, bila
meningkatkan
pendidikan itu dapat memberi kesempatan
kognitif, dan efektif, serta pengembangan
berkembangnya
pengetahuan tentang kesehatan peserta
manusia
atau
semua dengan
aspek kata
pribadi lain
didik.
ideal,
didik,
seperti
juga asfek
hal
bertujuan
dalam
untuk
psikomotorik,
2 Salah meningkatkan
satu
upaya
untuk
mutu
pendidikan
di
dan sebagian lagi karena lingkungan”. Pendapat tersebut dipertegas oleh Mager
Indonesia adalah dengan cara melalui
(dalam
perbaikan proses belajar mengajar secara
pernyataan yang jelas dari pada tujuan-
efektif, misalnya dengan jalan memilih
tujuan yang akan merupakan dasar pokok
metode mengajar yang baik dan benar.
untuk
Metode yang dipilih dan diperkirakan
pengajaran serta pemilihan alat-alat untuk
cocok
digunakan
pembelajaran keterampilan,
teori
Roestiyah)
pemilihan
menyatakan
metode
dan
suatu
bahan
dalam
proses
menentukan apakah pengajaran itu telah
dan
praktek
berhasil. Banyak kendala yang dihadapi
untuk
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
semata-mata
meningkatkan keefektifitasannya.
saat proses belajar mengajar dikelas,
Oleh karena itu diharapkan peran
diantara kendala tersebut adalah aplikasi
serta lembaga pendidikan dan keguruan
metode pembelajaran diajarkan dengan
dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik
alokasi
terutama guru yang akan memberikan
kurikulum
pengajaran didalam dan diluar kelas,
pembelajaran.
dalam artian pengajar harus mampu memilih
dan
yang
untuk
tersedia
mencapai
pada tujuan
Dalam pelaksanaan kegiatan proses
metode
belajar mengajar disekolah pada umumnya
pembelajaran yang diprediksi akan lebih
guru mata pelajaran pendidikan jasmani
efektif untuk memudahkan siswa dalam
cenderung memakai gaya komando. Gaya
belajar dikelas dan diluar kelas maupun
mengajar
belajar mandiri.
mengajar yang dalam pelaksanaannya
Salah
menerapkan
waktu
satu
ketidakberhasilan
berpusat
komando
pada
merupakan
guru,
pencapaian tujuan program pengajaran
sepenuhnya
mengambil
yang direncanakan adalah kekurangan
kegiatan belajar mengajar.
artinya peran
gaya
guru dalam
pengetahuan atau ketidak mampuan untuk
Penggunaan gaya mengajar itu
memilih metode yang di gunakan sehingga
sendiri bukanlah suatu hal yang baru
anak didik tidak dapat mencapai tujuan
dalam dunia pendidikan. Pada umumnya
pengajaran.
52)
guru sudah menerapkan di sekolah. Hanya
menyatakan bahwa ”Suksesnya seseorang
saja, untuk pendidikan jasmani gaya yang
dalam pelajarannya adalah sebagian hasil
cenderung
kesanggupan dan kemampuan yang ada
komando. Seiring dengan itu timbul suatu
pada siswa, sebagian lagi karena metode
pertanyaan apakah tidak ada gaya lain
(teknik) mengajar dan belajar yang tepat,
yang bisa digunakan dan diterapkan dalam
Slameto
(2003
:
digunakan
adalah
gaya
3 pelaksanaan pendidikan jasmani selain
siswa atau atlet harus dapat melakukan lari
lebih
yang
condong
pada
gaya
komando.
secepat-cepatnya
dengan
Sebagai seorang guru tentu saja harus
mengerahkan seluruh kekuatan dari awal
berupaya mencari jalan keluar agar proses
(start) sampai dengan melewati garis akhir
belajar mengajar lebih bersifat inovatif.
(finish).
Selaku calon pendidik, penulis merasa perlu
melakukan
penelitian
Berdasarkan
observasi
yang
untuk
penulis lakukan memperlihatkan bahwa
menemukan sumber baru gaya mengajar
masih rendahnya hasil belajar lari sprint
yang lebih baik untuk digunakan dalam
siswa X SMA Darmawangsa dikarenakan
mempelajari keterampilan gerak.
faktor mengajar yang pada umumnya guru
Sejalan hal itu dalam penggunaan
penjas selalu berorientasi pada gaya
mengajar
bantu
mengajar
pelaksanaan mengajar merupakan salah
komando
bentuk pendekatan yang bisa diharapkan
menonjolkan kekuasaan guru dari pada
dalam peningkatan hasil belajar. Gaya
siswa. Guru sepenuhnya mengambil peran
mengajar bisa diterapkan dalam berbagai
dalam kegiatan belajar mengajar dengan
mata pelajaran., salah satunya adalah
menyiapkan seluruh aspek kepentingan
pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani
dalam hasil belajar tersebut. Sedangkan
pada hakekatnya adalah belajar gerak,
siswa lebih cenderung untuk mengikuti
dimana fungsi motorik seseorang itu
intruksi guru sehingga efektivitas waktu
memang disiapkan sedemikian rupa untuk
sepenuhnya dikuasai oleh guru. Ini yang
bisa menuju kearah perubahan tingkah
membuat siswa menjadi bosan dan malas
laku sebagai hasil belajar dan berlatih.
dalam belajar lari sprint.
Didalam kurikulum pendidikan jasmani
Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya
untuk sekolah lanjutan, lari sprint telah
variasi dalam gaya mengajar yang lain,
dimasukkan sebagai salah satu mata
sehingga mengakibatkan kegiatan hasil
pelajaran pilihan disekolah.
belajar mengajar hanya diperankan oleh
Lari adalah gerakan badan berpindah
guru itu sendiri. Disamping itu peserta
tempat dengan gerakan maju ke depan
didik merasa jenuh mengikuti pelajaran
yang dilakukan dengan penuh (sprint).
karena tidak melibatkan siswa berinteraksi
Untuk siswa MA, nomor lari sprint adalah
dalam kegiatan hasil belajar mengajar
salah
tetapi sepenuhnya dikuasai oleh guru.
gaya
satu
nomor
dipraktekkan kecepatan
sebagai
lari
dengan
alat
yang
sering
menggunakan
yang maximal. Yang artinya
komando. pada
Gaya
mengajar
hakekatnya
lebih
Data yang diperoleh dari guru Pendidikan
Jasmani,
Olahraga
dan
4 Kesehatan dari 36 siswa yang ada di kelas
menumbuhkan
X ada 20 siswa (55%) yang memperoleh
kreativitas.
minat,
motivasi,
dan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan
Sehubungan dengan uraian di atas,
16 siswa (45%) yang belum memperoleh
ditambah dengan pentingnya peningkatan
Kriteria
(KKM).
hasil belajar lari sprint siswa Sekolah
Siswa yang belum memperoleh KKM
menengah pertama, maka peneliti tertarik
adalah siswa yang belum memahami cara
untuk
sprint dalam atletik yang benar juga sikap
Peningkatan Hasil Belajar Lari Sprint
awal dan akhir siswa dalam melakukan
Dengan Menggunakan Gaya Mengajar
sprint sesuai dengan peraturan yang ada.
Resiprokal Pada Siswa Kelas X SMA
Ketuntasan
Minimal
Namun nilai itu belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
mengangkat
Darmawangsa
judul
:
Tahun
“Upaya
Ajaran
2016/2017”.
secara klasikal yang diterapkan sekolah yaitu 80% dari keseluruhan siswa. Hal ini
B. Identifikasi Masalah
berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu
Berdasarkan
uraian
pada
latar
rendahnya nilai-nilai siswa yang terlihat
belakang masalah di atas, maka dapat
pada KKM yang
diidentifikasi masalah beberapa masalah
diterapkan disekolah
untuk pelajaran Pendidikan Jasmani adalah 75.
sebagai berikut : 1)Bagaimana proses pembelajaran lari
Berdasarkan uraian diatas, penulis
sprint pada siswa kelas X SMA
merasa tertarik untuk menerapkan gaya
Darmawangsa
mengajar yang lain. Salah satu gaya
2016/2017?. 2) Apakah proses belajar
mengajar yang dapat digunakan adalah
mengajar
gaya mengajar resiprokal. Gaya mengajar
pembelajaran
resiprokal merupakan gaya mengajar yang
kemampuan guru dalam menggunakan
menerapkan teori umpan balik atau feed
gaya
back. Dari bentuk bentuk penggunaan gaya
4)Faktor-faktor
ini diharapkan mampu menjadi masukan
diperlukan untuk meningkatkan hasil
dan cara alternatif lain dalam penggunaan
belajar lari sprint pada siswa kelas X
dan penerapan gaya mengajar pendidikan
SMA Darmawangsa
jasmani
2016/2017?.?
disekolah-sekolah,
sehingga
tahun
sudah
efektif
penjas?
mengajar
3)
sudah apa
5)
ajaran
dalam Apakah
bervariasi?.
sajakah
yang
tahun ajaran
Apakah
dengan
pelaksanaan belajar mengajar itu sendiri
menerapkan gaya mengajar resiprokal
lebih
ini dapat meningkatkan lari sprint
bervariasi
serta
mampu
5 siswa kelas X
SMA Darmawangsa
tahun ajaran 2016/2017.?
3. Sebagai sumbangan pikiran dalam dunia
C. Batasan Masalah
pendidikan
guna
kemajuan
pembelajaran bidang studi pendidikan
Agar penelitian ini efektif dan efisien maka peneliti membuat pembatasan
jasmani pada khususnya. 4. Memperkaya wawasan peneliti
masalah adalah “Upaya Meningkatkan hasil
belajar
lari
sprint
dengan
menggunakan gaya mengajar Resiprokal siswa kelas X SMA Darmawangsa tahun
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Pendidikan Jasmani
ajaran 2016/2017” Rusli Lutan (2000:1) menjekaskan,
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian
pendidikan jasmani adalah wahana untuk
ini adalah “Apakah dengan menggunakan
mendidik anak muda agar kelak mereka
gaya
mampu
mengajar
resiprokal
dapat
membuat
keputusan
terbaik
meningkatkan hasil belajar lari sprint
tentang aktifitas jasmani yang di lakukan
siswa kelas X SMA Darmawangsa tahun
dan menjalani pola hidup sepanjang hayat. Nasidah
ajaran 2016/2017”.
(1992:15)
mengutip
pendapat Sharman bahwa penjas adalah
E. Tujuan Penelian Yang menjadi tujuan penelitian ini
bagian dari pendidikan (secara umum)
adalah Untuk mengetahui apakah gaya
yang berlangsung melalui aktifitas fisik
mengajar resiprokal dapat meningkatkan
yang melibatkan mekanisme gerak tubuh
hasil belajar lari sprint siswa kelas X SMA
manusia
Darmawangsa tahun ajaran 2016/2017.
perilaku pada individu yang bersangkutan.
F. Manfaat Penelitian
2. Hakikat Hasil Belajar
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
gaya mengajar resiprokal. masukan
menghasilkan
pola-pola
Belajar adalah “key term”, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha
1. Untuk menambah wawasan tentang
2. Merupakan
dan
pedidikan,
sehingga
tanpa
belajar
sessngguhnya tak pernah ada pendidikan. bagi
guru
Perubahan dan kemampuan untuk berubah
terutama guru bidang studi pendidikan
merupakan
jasmani dalam menentukan metode
terkandung dalam belajar. Hal ini sejalan
pembelajaran
dengan tujuan pendidikan nasional yang
yang
tepat
menyajikan suatu materi.
dalam
dirumuskan
batasan
dalam
makna
yang
Undang-Undang
6 Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam BAB II pasal 3 yang berumuskan bahwa : ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
tinggi, sebaliknya jika hasil tes rendah maka hasil belajarnya rendah. 3. Hakekat Hasil Belajar Lari Sprint Lari adalah salah satu bagian (nomor) yang terdapat dalam cabang olahraga atletik, yang pada dasarnya dapat dijadikan menjadi 3 (tiga) bagian besar yaitu : (1) Nomor lari jarak pendek (sprint), (2) Nomor lari jarak menengah (midle distance running), dan (3) Nomor lari jarak jauh (long distance running). Di samping ketiga bagian nomor lari
Hasil belajar adalah kemampuan
tersebut, masih ada nomor-nomor lari
yang diperoleh siswa setelah melalui
yang dilakukan secara beregu yaitu
kegiatan belajar. Seperti yang diungkapkan
nomor lari sambung atau estafet (relay),
Dimyanti
(2006:200)
nomor lari melewati rintangan yaitu :
mengemukakan bahwa: “Hasil belajar
lari gawang (hurdle) dan lari halang
merupakan penentuan nilai belajar siswa
rintang (steeple chase). Namun yang
melalui
akan diuraikan dalam penulisan tesis ini,
dan
kegiatan
Mudjiono
penilaian
dan
atau
pengukuran dari hasil proses belajar”.
hanyalah lari lari cepat (Sprint).
Dengan adanya hasil belajar, guru dapat melihat dan mengetahui tingkat kemajuan yang dicapai siswa setelah melakukan aktifitas belajar, seperti yang diungkapkan Dimyanti dan Mudjiono (2006:200) bahwa: “Tujuan utama dari hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran”.
1. Sikap Saat Start
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani yaitu diperoleh dari hasil pembelajaran Atletik melalui gaya mengajar Resiprokal. Dalam hasil test tersebut biasanya dikatakan hasil belajar baik bila tes yang diperoleh siswa
(medium start), dan (3) start panjang
Dalam
perlombaan
lari
jarak
pendek (sprint), teknik start yang umum digunakan (Crouching
adalah: Start).
"Start
Jongkok
Di
dalam
pelaksanaannya, melakukan teknik start jongkok ada tiga macam, yaitu : (1) Start pendek (bunch start), (2) start menengah
(longated start). Dari ketiga macam start jongkok tersebut, perbedaannya yang terutama terletak pada penempatan antara kaki bagian depan dengan lutut. Menurut Muhazir (2007:77)
7 salah
satu
start
jongkok,
menurunkan kedua tangan pada garis start dengan membentuk hurup V, antara ibu jari dengan jari telunjuk pandangan kearah
tangan,
posisi
badan
rileks
dengan berat badan masih terbagi secara merata antara tumpuan tangan dan kaki kiri didepan kaki kanan dibelakang.
3. Pada saat aba-aba "Ya” atau bunyi pistol Siswa segera menjejakkan kaki depannya ke start blok dan mengangkat serta mengayun kaki belakang ke depan. Bersamaan dengan itu, segera badan di dorong kedepan dengan sebelah tangan, lengan diayun ke depan dan lengan yang lain diayun kebelakang dan kaki kiri dengan kuat menolak pada stat block atau tanah.
Gambar 1. Sikap Start Sumber : Roji, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.74 2. Pada aba-aba "Siaap" Segera mengangkat pinggul pada hitungan
ke
3,
cara
Gambar 3. Gerakan pada saat abaaba "Ya" Sumber : Sumber :Roji, Pendidikan
melakukannya
Angkat panggul keatas bersama kedua lutut terangkat, posisi pinggul lebih tinggi dari pundak dan pandangan ke depan
4. Sikap saat berlari Gerakan kaki saat melangkah selebar dan secepat belakang
saat
mungkin, kaki
menolak
dari
tanah
terkadang lurus dengan cepat serta lutut ditekuk secara wajar agar paha mudah terayun kedepan, gerakan kedua tangan mengayun sikut tertekuk 90 derajat dan sikap badan rileks dan pandangan serta Gambar 2. Gerakan aba-aba siap
berat badan condong kedepan.
8 4. Hakikat Gaya Mengajar Resiprokal Gaya mengajar resiprokal ini dimulai dengan memperhatikan perubahan yang lebih besar dalam suatu keputusan yang berasal dari guru kepada siswa. Seiring Gambar 4 Posisi badan, kaki, ayunan tangan, dan pandangan Sumber :Roji, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007). h. 75
dengan
itu
Supandi
(1992)
mengatakan bahwa “pada dasarnya gaya mengajar ini merupakan teori umpan balik atau feedback”. Seluruh siswa bertanggung jawab
mengobservasi
memberikan
umpan
teman balik
dan serta
memberikan koreksi dari setiap gerakan 5. Sikap saat memasuki garis finish.
yang dilakukan. Dengan kebebasan yang diberikan
Adapun teknik memasuki garis finish ada 3 cara yaitu a. Lari terus tanpa mengubah sikap lari b. Merebahkan badan kedepan bersamaan kedua lengan diayun lurus kebelakang(the launge) c. Memutarkan dada kesalah satusisi dengan mengayunkan lengan kanan atau kiri kedepan hingga salah satu bahu menuju kedepan (the shrug)
Garnbar. 5. Sikap saat memasuki garis finish Sumber : Roji, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 78
guru,
siswa
dituntut
lebih
mandiri dan kreatif serta mempunyai rasa tanggung jawab yang besar karena peranan guru sangat diminimalisir dalam gaya ini. Menurut Mosston dalam Husdarta dan Syahputra (2000 : 29) mengatakan bahwa : “Gaya resiprokal yaitu memperhatikan perubahan yang lebih besar dalam membuat keputusan dari guru kepada siswa. Siswa bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan member umpan balik segera pada setiap kali melakukan gerakan. Guru mempersiapkan lembar tugas yang menjelaskan tugas yang harus dilakukan criteria evaluasi berfungsi untuk menentukan bahwa gerakan yang harus dilakukan oleh pasangannya itu sudah sesuai dengan rujukan. Deskripsi semacam ini akan membantu siswa selaku pengamat dalam analisis tugasnya. Setiap kali guru akan memberikan pelajaran, guru harus memulainya dengan memberikan
9 peragaan dan menguraikan cara melaksanakan skillnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
a. Tahap
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
adalah
menyusun
skenario
pembelajaran yang terdiri dari :
Penelitian ini dilaksanakan di SMA DAMARMAWANGSA 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Tanggal 6 sampai 12 Mei Tahun 2017 B. Subjek Penelitian Adapun
Tindakan
(Alternatif Pemecahan I)
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Perencanaan
yang
menjadi
subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 36 orang
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjas. 2. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan/ treatment yang diterapkan dalam gaya mengajar resiprokal pembelajaran lari sprint 3. Menyusun instrument penilaian teknik lari sprint. 4. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5. Mengembangkan materi ajar mengenai teknik lari sprint. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
siswa, yang terdiri dari 20 siswa putri dan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan
16 siswa putra. D. Desain Penelitian
yang
dilakukan
adalah
melaksanakan
proses pembelajaran dilapangan dengan langkah-langkah Setelah
kegiatan
perencanaan
antara
disusun
lain: secara
matang maka dilakukan tindakan terhadap kesulitan siswa. Guru menjelaskan teknik dasar lari sprint yang sebenarnya kepada siswa. kemudian siswa dibagi dalam dua kelompok ada yang menjadi pelaku dan Gambar 3.1. Kristiyanto (2010: 19)
pengamat. Fungsi masing-masing yaitu pelaku, melakukan rangkaian gerakan lari sprint sedangkan pengamat, mengamati
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yang berupa siklus sebagai berikut: 1. Siklus I
atau melihat gerakan yang dilakukan pelaku setelah itu bergantian pengamat menjadi
pelaku
dan
pelaku
menjadi
pengamat dengan fungsi yang sama.
10 Peneliti
dan guru penjas
mengamati
kemampuan siswa melakukan rangkaian
ini digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan siklus II
gerakan lari sprint dan aktifitas selama pembelajaran berlangsung yang bertindak
F. Teknik Analisis Data
sebagai guru dalam kegiatan belajar
Adapun alat pengumpul data dalam
mengajar adalah pembantu peneliti. Pada
penelitian
akhir tindakan diberi tes hasil belajar lari
penelitian portofolio tes hasil belajar I dan
sprint kepada siswa untuk melihat hasil
II. Tes hasil belajar diberikan setelah
belajar
pengajar menggunakan media sederhana
yang
dicapai
siswa
setelah
ini
adalah
berupa
lembar
pemberian tindakan.
yang dilakukan. Dalam tes ini siswa
c. Observasi I
diminta untuk melakukan rangkaian Lari
Tahapan
ini
dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Tahapan ini difokuskan pada pengamatan terhadap kesulitan-kesulitan siswa yang menyebabkan
rendahnya
pemahaman
siswa pada pelajaran dan materi yang diajarkan serta aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada tahapan ini peneliti dapat melihat tinggi rendahnya kemampuan siswa melalui pemahaman materi tentang teknik lari sprint d. Evaluasi I Setelah
Sprint. 1. Reduksi Data Proses
reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam transkip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk melihat kesalahan atau kekurangan siswa dalam pelaksanaan tes akan tindakan dari apa yang dilakukan siswa untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan siswa. 2. Paparan Data Dalam kegiatan ini, data yang diperoleh dari hasil belajar siswa yang
proses
pembelajaran
dipaparkan dalam bentuk tabel dengan
selesai, selanjutnya peneliti menganalisis
menggunakan
rumus
hasil tersebut.
ditetapkan.
Untuk
e. Tahap Refleksi I
perkembangan ketuntasan hasil belajar lari
Hasil yang didapat dari tahap
yang
mengetahui
Sprint siswa kelas SMA Darmawangsa
tindakan dan observasi dikumpulkan dan
dipergunakan
dianalisis pada tahap ini, sehingga dapat
Ketuntasan
disimpulkan dari tindakan yang dilakukan
PENJASKES Tingkat MA KTSP
dari hasil tes hasil belajar I. Hasil refleksi
telah
nilai
KKM
(Kriteria
Minimal)
mata
pelajaran
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi
11 dan intake siswa sedang, maka nilai KKMnya adalah :
KKM
1
< 70 (Tidak tuntas) ≥ 70 (Tuntas)
2
indikator1 indikator2 indikator3 X 100 JumlahDeskriptor (12 )
16
44%
20
56%
Berdasarkan tabel deskripsi Data Awal Lari Sprint dapat dilihat bahwa
Dengan kriteria: Kriteria ketuntasan belajar ▪ 8.00 = sangat tinggi = tuntas ▪ 7.50-7.99 = tinggi = tuntas ▪ 7.00-7.49 = sedang = tuntas ▪ < 7.00 = rendah = belum tuntas Mencari ketuntasan belajar siswa
kemampuan siswa dalam pembelajaran Lari Sprint belum mencapai nilai KKM yang ditentukan. Dari 36 siswa yang menjadi Sabjek dalam penelitian ini, ternyata hanya 56 siswa (56%) yang memiliki ketuntasan belajar, sedangkan selebihnya 16 orang siswa (44%) belum memiliki ketuntasan belajar. Dengan nilai
secara klasikal dengan rumus :
rata-rata hasil belajar siswa adalah 71.
M PKK x 100 % N
2. Diskripsi siklus I
Keterangan:
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa
PKK : Persentase ketuntasan klasikal M : Banyaknya siswa yang KKM ≥ 70 N : Banyaknya siswa Suryosubroto, (2000:129)
pada pembelajaran siklus 1 disajikan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
NO 1 2 3
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Diskripsi Data Awal
dalam bentuk tabel dan grafik histogram sebagai berikut: Tabel 4.2 DISTRIBUSI HASIL BELAJAR LARI SPRINT SIKLUS I NILAI/SKOR 60.0- 69.0 75.0- 79.0 80.0-89.0 JUMLAH Berdasarkan tabel
F % 11 32% 18 52% 7 16% 36 100% diatas maka
SXF 733 1425 492 2550 dapat
Tes yang diberikan kepada siswa berupa
disimpulkan bahwa sebanyak 25 siswa
test
yang tuntas atau sekitar 66% dengan batas
hasil
dilakukan
belajar
Lari
sebelum
Sprint
yang
menentukan
minimal
75
dari
36
orang
Sedangkan siswa yang tidak tuntas sekitar
perencanaan. 2. Deskripsi Data Awal Lari Sprint
11 siswa atau sekitar 34% untuk lebih jelas dapat melihat histogram berikut ini:
No
Hasil Tes
siswa.
Jumlah Siswa
Persentase
12
Hasil Belajar Lari Sprint TIDAK TUNTA S 34%
NILAI/SKOR 30 25 20
TUNTA S 66%
15 10 5
Gambar. 4.2. Grafik Histogram siklus I Hasil Belajar Lari sprint 3. Diskripsi siklus II TABEL4.4. Distribusi Hasil Belajar Lari Sprint Siklus II NO NILAI/SKOR 1 60.0-69.00 2 70.0-79.7 3 80.7- 89.7 JUMLAH Berdasarkan tabel diatas
F 4 24 8 36 dapat kita
N
0 60.0-69.00
70.0-79.7
80.7- 89.7
Gambar 4.3. Grafik Histogram siklus II Hasil Belajar Lari Sprint BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. % Kesimpulan S X F 11% 264 Berdasarkan hasil 67% 1800 penelitian yang telah secara umum dapat 22% dipaparkan, 528 100% disimpulkan bahwa:2592 Adanya peningkatan hasil belajar lari
simpulkan bahwa
siswa
yang tuntas
sprint melalui gaya mengajar Resiprokal
sebanyak 22 siswa atau sekitar 88%
pada siswa kelas X SMA Darmawangsa
dengan nilai minimum adalah 70, dan
Medan Tahun Ajaran 2016/2017 Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana pada siklus
siswa yang tidak tuntas adalah sekitar
pertama hasil belajara secara klasikal
siswa atau sekitar 12% berikut dapat
mencapai 66% ddan Siklus Ke II 88%
dilihat dari grafik histogram diberikut ini:
sehingga penelitian berakhir pada siklus ke 2
dan
mengalami
peningkatan
yang
signifikan dari mulai data awa, siklus I dan Siklus ke II.
B. Saran Peneliti dapat memberikan saransaran sebagi berikut : 1. Guru pendidikan jasmani harus kreatif dalam menyikapi kekurangan sarana
13 dan prasarana pembelajaran yang ada di
Dan Kebidayaan. Direktorat Jenderal
sekolahnya.
Pendidikan Tiggi. Proyek Peminaan
2. Guru
hendaknya
memiliki
dan
mendesain berbagai macam modelmodel pembelajran, agar siswa tidak jenuh. 3. Penerapan teknologi dalam pendidikan jasmani
juga
meningkatkan
diperlukan
untuk
kualitas
proses
pembelajaran 4. Penyampaian pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan keadaan siswa di masing-masing sekolah, supaya siswa dapat mengerti serta menguasai apa yang disampaikan oleh guru. 5. Guru
dapat
menerapkan
metode
pembelajaran
pendidikan
jasmani
dengan
mengajar
gaya
resiprokal
sebagai salah satu pendekatan dalam mengajar, agar siswa tidak bosan, dan lebih aktif dalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Dimyanti dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Djamarah.(2006).
Strategi
Belajar
Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara. Lutan, Rusli.(1999). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan jasmani Dan kesehatan. Departemen Pendidikan
Tenaga Pendidikan. Jakarta. Muhajir.(2004). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas VIII, Jakarta: Erlangga Nana Sudjana.(1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional Subroto, Toto (2003). Pemantapan kemampuan mengajar (PKM). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suharsimi Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta. Sunarno, Agung (2011). Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta : Yama Pustaka Supandi.(1992). Strategi belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan.