PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Setia Ratna Dewi 121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Setia Ratna Dewi 121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: Allah SWT yang selalu memberikan nikmat hidup, kesehatan, kemudahan, kelancaran segala urusan dan hidupku Untuk kedua orang tuaku, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri Adikku tercinta Lintang Elohim Sabatiantoro Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah Sahabat-sahabatku dan teman seperjuangan PBSI 2012
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Tak harus menjadi yang terbaik untuk mendapatkan sesuatu, namun tetaplah melakukan yang terbaik untuk mencapainya.” (Setia Ratna Dewi)
“Banyak orang yang bersimpati dihadapanmu bukan semata-mata memperlihatkan seberapa baik dan berharganya dirimu, tapi banyaknya orang yang bersimpati dihadapanmu menunjukkan seberapa banyaknya orang yang ingin melihatmu terjatuh.” (Setia Ratna Dewi)
“Ada saja orang yang selalu mendukung, namun tetap lebih banyak orang yang menggunjing. Bersyukurlah dengan apa pun itu, karena banyaknya orang yang menggunjing menunjukkan seberapa besar kesuksesanmu.” (Setia Ratna Dewi)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan membaca kritis, diperoleh bahwa skor rata-rata siswa ialah 14,58 dengan kategori kurang. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa siswa tidak memiliki motivasi dan minat membaca. Berdasarkan hasil kuesioner, siswa memiliki skor tinggi pada faktor internal khususnya minat baca, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan. Berdasarkan hasil wawancara, faktor kemampuan membaca kritis siswa ialah kebiasaan, motivasi, minat, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis). Jadi, berdasarkan hasil analisis observasi, kuesioner, dan wawancara diperoleh bahwa faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Dewi, Setia Ratna. Factors of Critical Reading Skill on Students Class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train students‘ ability to think critically. This research examined the students‘ critical reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was aimed to discover the students‘ critical reading skill and to determine the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative approach. The research data were collected by conducting tests, observation, questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students‘ critical reading skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students‘ critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Based on the results of the analysis on critical reading skill test, the students‘ average score was 14.58, in the category insufficient. Based on the result of observation, it was found out that students did not have motivation and interest in reading. Based on the result of the questionnaires, students had the highest score in internal factors especially reading interest, knowledge/experiences, and linguistic competence. Based on the result of interviews, the students‘ critical reading skill factors were habits, motivation, interest, and readers‘ conditions (physical and psychological health). Thus, based on the results of the analysis on observation, questionnaires, and interviews, it was found out that the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016 were habits, motivation, reading interest, knowledge/experiences, linguistic competence, and readers‘ conditions (Physical and psychological health).
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasehat, dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang baik dalam membimbing, sabar, teliti, dan selalu memberikan arahan pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing saya sebagai mahasiswa agar memiliki integritas yang kuat sebagai seorang guru maupun pribadi, serta memberikan
ilmu yang berguna bagi penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif pada saya untuk dapat menyelesaikan berbagai urusan administratif. 8. Ign. Raharjono, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang berkenan memberikan waktu mengajarnya kepada saya untuk digunakan dalam mengambil data. 9. Seluruh siswa kelas XI MIA 2 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Kedua orangtua saya, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri yang selalu memberikan saya motivasi, dukungan, dan doa agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 11. Adikku Lintang Elohim Sabatiantoro yang memberikan dukungan agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati yang sudah mendukung. 13. Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah yang sudah mendukung, membantu dan juga mengarahkan untuk dapat menyelesaikan skripsi. 14. Rugi Astutik, S.Pd. kakak tingkat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan moril agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 15. Sahabat seperjuangan saya, Nadya Bela P.J.S, Alfiyatun Nasiroh, Eva Tri Rusdyaningtyas, Dania Yosepha Tamara, dan semua teman baik saya di PBSI 2012 dan teman kakak angkatan maupun teman di luar prodi PBSI yang memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat penulis merasa berharga mengenal mereka semua. 16. Desti, Linda, Evi, Mustika, Restri, dan Mely selaku sahabat dari SMP dan SMA yang selalu memberikan motivasi dan dukungan agar saya dapat menyelesaikan sripsi ini. 17. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam menulis skripsi ini. Namun, saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Setia Ratna Dewi 121224080
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv MOTO ...............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................ viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
4
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................................
5
1.4 Tujuan Penelitian .........................................................................................
5
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................
5
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................
7
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................................
7
2.2 Kajian Teoretis .............................................................................................
9
2.2.1 Membaca Kritis .........................................................................................
9
2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis ....................................................................
9
2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis ......................................................................... 13 2.2.2 Faktor Penentu Kemampuan Membaca .................................................... 17
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 27 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 27 3.2 Sumber Data dan Data ................................................................................. 28 3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 28 3.4 Instrumen ..................................................................................................... 29 3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 32 3.5.1 Observasi ................................................................................................... 32 3.5.2 Kuesioner .................................................................................................. 32 3.5.3 Tes ............................................................................................................. 34 3.5.4 Wawancara ................................................................................................ 36 3.6 Jadwal dan Kegiatan Penelitian ................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 38 4.1 Analisis Data ................................................................................................ 38 4.1.1 Kemampuan Membaca Kritis ................................................................... 38 4.1.1.1 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan ................................................................................ 45 4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu Bacaan ........................................................................................ 46 4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ........................................................ 48 4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan .................................................................................................. 49 4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ..... 50 4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan .. 51 4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan .. 52 4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ........................................................ 53 4.1.2.1 Observasi ................................................................................................ 53 4.1.2.2 Kuesioner ............................................................................................... 56 4.1.2.2.1 Perhitungan Kuesioner Minat Baca Siswa Faktor Internal ................. 58
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.2.2.1.1 Motivasi ........................................................................................... 59 4.1.2.2.1.2 Minat ................................................................................................ 60 4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas Emosi, Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam Kelompok ......................................................................................... 61 4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman ................................................................ 64 4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan ............................................................................... 65 4.1.2.2.1.6 Fisiologis .......................................................................................... 67 4.1.2.2.1.7 Inteligensi ......................................................................................... 69 4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan .................................................................. 70 4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca ........................................................................ 72 4.1.2.2.1.10 Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Kondisi Baca ............................................................................................... 73 4.1.2.2.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 75 4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai .......................................................................................... 75 4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi ...................... 77 4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis, Keterbacaan, dan Isi Bacaan ............................................................ 79 4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca ..................................................................................... 81 4.1.2.3 Wawancara ............................................................................................. 83 4.2 Pembahasan .................................................................................................. 97 4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis ................................................................... 97 4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ........................................................ 98
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 104 5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ........................................................................ 104 5.2 Saran-Saran .................................................................................................. 105
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 108
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN ...................................................................................................... 111
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 29 Tabel 3.2 Kriteria Skor ...................................................................................... 33 Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa ...................................................... 35 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis ............... 39 Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Layak ........................ 42 Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak .............. 42 Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ................ 43 Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ...... 44 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan ...................................................................... 45 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi suatu bacaan .......................................................... 47 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ........................ 48 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan ..................................................................................... 49 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ............................................................................................ 51 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan ..................................................................................... 52 Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Motivasi ............................................................................................. 59 Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat .... 60 Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri ...................... 62 Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Pengetahuan/Pengalaman .................................................................. 64 Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kebermanfaatan ................................................................................. 65
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Fisiologis ........................................................................................... 67 Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Inteligensi .......................................................................................... 69 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kompetensi Kebahasaan ................................................................... 71 Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kebiasaan Membaca .......................................................................... 72 Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca ........................................ 74 Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Suasana Lingkungan .......................................................................... 76 Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor Lingkungan ........................................................................................ 77 Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Berkaitan dengan Teks ...................................................................... 79 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Jadwal Baca ....................................................................................... 81 Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal .................. 82 Tabel 4.27 Hasil Wawancara Siswa ................................................................... 84
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Penilaian Observasi ....................................................... 112 Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuesioner Faktor Kemampuan Membaca Kritis ............ 114 Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Membaca Kritis ........................................................ 115 Lampiran 4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...................................................... 116 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis Menggunakan ITK .......... 117 Lampiran 6 Instrumen Penilaian Observasi ....................................................... 118 Lampiran 7 Perhitungan Skala Likert Kuesioner ............................................... 120 Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian ............................................................ Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Bantul ................................................................................................ 122 Lampiran 10 Penyataan Menyerahkan Hasil Penelitian .................................... 123 Lampiran 11 Surat Keterangan Izin Penelitian dari SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta ............................................................................ 124 Lampiran 12 Kuesioner ...................................................................................... 126 Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Kritis ................................................ 129 Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis ...................... 144 Lampiran 15 Hasil Kuesioner ............................................................................ 145 Lampiran 16 Hasil Tes kemampuan Membaca Kritis ....................................... 147 Lampiran 17 Daftar Hadir Siswa ....................................................................... 160
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sering dianggap sebagai pelajaran mudah. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dasar-dasar keterampilan yang harus dinilai, yaitu keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan. Keempat keterampilan tersebut wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Permasalahannya ialah, banyak di antaranya yang memiliki kelemahan dalam hal membaca. Membaca adalah salah satu kegiatan yang pasti akan dilakukan di setiap pertemuan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, tidak semua kegiatan membaca di sekolah dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Pada tahun 2006 berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Lalu, pada tahun 2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi (OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Selanjutnya, tahun 2011 berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) rendahnya minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi). Survey selanjutnya, pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi 124 dari 187 negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan ‗melek huruf‘. Indonesia sebagai negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih, hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-rata satu
buku
di
Indonesia
dibaca
oleh
lima
orang
(Mardiah,
bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/, 1/03/16). Sejalan dengan penjelasan di atas, data yang didapat oleh PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) pada tahun 2006 yang menguji kemampuan membaca siswa Indonesia pada kelas empat sekolah dasar menunjukkan bahwa Indonesia hanya mampu menduduki posisi 41 dari 45 di antara negara-negara peserta lainnya.
Indonesia
didapati
memiliki
skor
rata-rata
405
(skor
rata-rata
internasional=500, dengan standar deviasi=100) dikutip dari Swediati, Nonny dan Untorodewo, Felicia N (2009: 2). Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa budaya baca memang belum menjadi budaya bangsa indonesia. Jadi, tidak mengherankan bila Indonesia kurang memiliki sumber daya manusia yang baik karena rendahnya minat baca. Minat baca juga dapat menentukan kualitas sumber daya manusia. Bukti penelitian di atas dapat menjadi acuan bagi kita, bahwa memang saat ini kualitas membaca siswa masih sangat kurang. Kemampuan membaca juga dapat dilatih dengan kebiasaan membaca. Siswa yang kurang gemar membaca kemungkinan tidak akan terlalu kesulitan dalam memahami suatu bacaan pada saat menemukan kosakata yang belum pernah ia baca ataupun ia dengar sebelumnya. Weiss (1990: 28) mengatakan bahwa kosakata tertulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
biasanya lebih banyak daripada kosakata lisan, dan penulis kerap memamerkan kosakata mereka. Pembaca yang biasa-biasa saja biasanya bukan tandingan untuk ahli kata-kata yang kerap berpendidikan lebih baik, dan mereka tidak selalu mengerti apa yang mereka baca. Selain pelajaran bahasa Indonesia yang memiliki kegiatan membaca, pelajaran lain pun memiliki kegiatan membaca yang cukup banyak, contohnya pelajaran Sejarah. Berdasarkan artikel berjudul ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA 1975-2008‖ dalam Jurnal Pendidikan, disebutkan bahwa sebuah buku teks pelajaran harus mengajak siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis (Purwanta, 2012: 215). Penjelasan tersebut menegaskan bahwa pembaca tetap harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam membaca. Membaca kritis menurut Soedarso (2000: 72) ialah pembaca mengahargai pendapat penulis, mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya, dan menguji alasannya dengan alasan yang logis, dengan interpretasi yang berdasar. Untuk itu, kemampuan membaca kritis perlu ditingkatkan salah satunya agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solang (2008: 37) dalam artikel yang berjudul ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kreatif‖ disebutkan bahwa keterampilan berpikir yang dibingkai teori inteligensi triarthic berupa latihan keterampilan berpikir analistik, sintetik, dan praktikal, dapat dirajutkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam konten membaca. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara produktif dapat digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
memecahkan permasalahan yang terkandung dalam bacaan, yang memicu keberanian siswa mengungkapkan gagasannya yang bersifat orisinal, baru, dan berguna baik bagi dirinya maupun orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan membaca seseorang dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan masalah dan mengungkapkan gagasanya. Dengan kata lain seseorang juga dapat mengungkapkan pemikiran kritisnya dari membaca. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk meneliti faktor kemampuan membaca kritis siswa yang dilihat dari pengamatan selama kegiatan belajar mengajar, kuesioner, serta wawancara. Sebelum itu, peneliti akan terlebih dahulu meneliti kemampuan membaca kritis siswa. Peneliti merasa bahwa siswa perlu memiliki pengalaman membaca yang lebih karena akan menghadapi Ujian Nasional lebih kurang satu tahun lagi, maka siswa perlu melatih kemampuan membaca sekaligus berpikir kritisnya agar siswa lebih kritis dan mudah mengungkapkan gagasan yang ada dipikirannya. Untuk itu, peneliti menentukan judul penelitian ini adalah ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang diangkat ialah: 1.
Bagaimanakah kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
2.
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah, maka pembatasan masalah ini ialah: 1. Melihat sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa. 2. Melihat faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian ini ialah: 1. Mengetahui kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Mengetahui faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penelitian Sesuai dengan paparan di atas, untuk itu manfaat penelitian ini antara lain: a. Guru: Dapat mengetahui faktor kemampuan membaca kritis. Guru dapat mencari alternatif lain agar proses membaca kritis dapat terlaksana dengan baik.
Guru
dapat
mengembangkan
proses
pembelajaran
dengan
mengedepankan kemampuan membaca kritis siswa. b. Siswa: Dapat mengembangkan kemampuan membaca kritis agar materi pembelajaran dapat diserap dengan mudah. Siswa dapat dengan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
memahami suatu bacaan bila menguasai keterampilan membaca, khususnya membaca kritis. c. Peneliti lain: Meneliti kembali faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan membaca kritis dan mengembangkannya. Peneliti berharap agar peneliti lain dapat mengembangkan materi pembelajaran agar kemampuan membaca kritis pada siswa dapat meningkat, serta terus mengembangkan budaya baca yang sudah ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya teliti ialah skripsi dari Mahasiswa PBSI angkatan 2010 dengan nama Maulida Reswari, skripsi dari Ni Komang Ayu Rustari, dan juga skripsi dari Mahasiwa PBSI angakatan 2011 dengan nama Rugi Astutik. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maulida Reswari berjudul ―Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N 1 Sentolo Kelas X Melalui Pendekatan Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015‖. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen kuasi. Populasinya ialah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Sentolo, dengan sampel yaitu kelas X MIA 1. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa kemampuan membaca siswa SMA N 1 Sentolo meningkat setelah dilakukan treatment yang berbeda dari biasanya. Pendekatan scientific dapat dijadikan alternatif pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Rustari berjudul ―Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep‖. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental design, karena dalam penelitian ini tidak terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Ada satu kelompok yang diberi treatment dan kelompok lain yang diobservasi. Populasinya ialah seluruh 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
siswa Lab SMA SLUA Saraswati 1 Denpasar, dengan sampel yang diambil menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih diberi pertimbangan terlebih dahulu. Penelitian ini menjelaskan bahwa kegiatan menyusun peta konsep melalui buku lanskap meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa SMA (SLUA), dengan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam menyusun peta antara kelompok satu dan kelompok lain. Penelitian yang ketiga, yaitu skripsi dari Rugi Astutik yang berjudul ―Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Bedasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta‖. Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan tes kemampuan membaca. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik kualitatif. Berdasarkan hasil penelitiannya, kemampuan membaca kritis mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma termasuk kategori kurang, karena hanya terdapat 11 mahasiswa yang menjawab benar antara 22-29 soal. Mahasiswa yang menjawab soal benar antara 22-29 soal, termasuk dalam kategori cukup. Mahasiswa hanya memiliki dua aspek kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan menerapkan konsepkonsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima aspek kemampuan membaca mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu kemampuan mengenali dan mengingat, memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Kategori kurang tersebut diketahui karena mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
kesehatan yang tidak baik mempersulit mahasiswa dalam membaca, mahasiswa hanya membaca jenis bacaan tertentu, mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan mengahadapi faktor teks, pengaruh budaya lisan, dan media elektronik khususnya televisi tinggi. Dilihat dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (a) kemampuan membaca pelajar masih rendah, (b) pendekatan pembelajaran dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, (c) penggunaan media dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis, serta (d) kebiasaan membaca belum tumbuh sempurna dalam diri pelajar. Melalui penelitian yang sudah dijabarkan di atas, dan juga beberapa simpulan yang sudah dibuat, penelitian ini merupakan penelitian baru, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada faktor kemampuan membaca kritis siswa. Penelitian yang akan dilaksanakan di SMA N 1 Kasihan ini akan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, kuesioner, tes, dan wawancara. Tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa, sedangkan observasi, kuesioner dan wawancara digunakan untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis siswa. 2.2 Kajian Teoretis 2.2.1
Membaca Kritis
2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert (et al) 1916b: 1 dalam Tarigan, 2008: 92). Sementara itu, Soedarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
(2000: 71-72) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Kegiatan membaca kritis memerlukan tiga aspek, (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis. Aspek cepat ialah kecepatan dalam membaca sebuah bacaan. Aspek akurat ialah pembaca mampu menelaah suatu bacaan berdasarkan tingkat ketidakrelevansian dengan ketidakbenaran. Aspek kritis ialah pembaca mampu menerima pikiran penulis dari tulisan, kelogisan, kebenaran, atau menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar dan tidak benar. Dilihat dari pendapat kedua ahli di atas, kegiatan membaca kritis dapat dilakukan pada saat pembaca mulai dapat membahas permasalahan bersama penulis melalui tulisannya. Membaca kritis berarti pembaca mampu menganalisis dan menilai bacaan tersebut. Kemampuan membaca kritis dapat dilihat dari hasil analisis dan penilaiannya terhadap suatu bacaan. Membaca kritis berarti membaca dengan menganalisis tulisan penulis, lalu mengkritisi menilai baik-buruknya suatu bacaan. Pembaca mengahargai pendapat penulis, mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya, dan menguji alasannya dengan alasan yang logis, dengan interpretasi yang berdasar (Soedarso, 2000: 72). Untuk itu, pembaca perlu mempunyai latar belakang yang luas dan pengetahuan yang mendalam. Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya. Berdasarkan pengertian ini, metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan makna tersirat yang terkandung dalam sebuah bacaan. Selanjutnya, pembaca mampu memberikan respons
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
dan mengevaluasi tulisan yang disusun penulis dalam teksnya. Dengan demikian, tujuan metode ini adalah untuk membekali siswa kemampuan (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif isi bacaan, dan (3) mengevaluasi isi bacaan (Abidin, 2012: 101-102). Dilihat dari penjelasan di atas, membaca kritis diharapkan dapat membuat siswa memahami bacaan. Memahami bacaan yaitu dengan memberikan tanggapan dari ide-ide yang dituangkan oleh pengarang. Ide-ide yang dituliskan tergantung dengan jenis bacaan yang ditulis. Jenis bacaan yang ringan akan lebih memudahkan pembaca dalam memahami bacaan, sedangkan dalam bacaan yang sedikit berat akan menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan cara menginterpretasi bacaan yang ada. Selanjutnya ialah merespons isi bacaan. Pembaca diharapkan dapat menanggapi bacaan yang ada. Tanggapan dapat berupa kritik, saran, maupun pengoreksian dari kesalahan suatu bacaan. Selanjutnya ialah mengevaluasi isi bacaan, mengevaluasi isi bacaan adalah tindak lanjut dari respons pembaca. Evaluasi yang dimaksud dapat berupa penilaian bacaan secara keseluruhan. Penilaian ini juga harus dibarengi dengan argumen yang membangun agar penialaian yang dilakukan dapat terbilang baik. Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus terlebih dahulu memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Memiliki kemampuan membaca kritis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pembaca mampu dikatakan sebagai pembaca yang efektif. Membaca kritis tidak sebatas membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
makna-makna yang terkandung dalam baris-baris bacaan, tetapi membaca untuk menghasilkan sebuah keputusan dan penilaian atas fakta-fakta yang tersaji dalam bacaan. Membaca kritis mempersyaratkan kemampuan membaca untuk menghasilkan ide-ide baru, mengembangkan wawasan baru, dan menggunakan pendekatan yang lebih segar dan asli dalam menganalisis ide yang ditawarkan penulis. Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini, pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya (seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterampilan dengan keterampilan lain, serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno, 2012: 84). Berarti, pembaca harus mampu berpikir sejalan dengan tulisan pengarang, menyimpulkan bacaan, memberikan opini pada suatu bacaan, dan menilai isi bacaan. Dilihat dari beberapa pendapat membaca kritis, pembaca harus mampu menilai, memilah, dan membentuk opini sendiri atas apa yang sudah dibacanya. Pembentukan dasar membaca kritis ialah menilai dan memilah. Ketelitian dapat terlihat dari evaluasi pembaca terhadap suatu tulisan. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca yang dapat disebut membaca kritis ialah kegiatan membaca yang menitikberatkan pada (1) kecepatan, (2) keakuratan, (3) kekritisan, dengan tujuan untuk dapat (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif isi bacaan, dan (3) mengevaluasi isi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan, upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa saja yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang telah penting pada masa-masa selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang dikatakannya (Tarigan: 2008: 92). Pada umumnya, membaca kritis menuntut pembaca agar dapat melakukan kegiatan seperti yang dijelaskan di bawah ini. Berikut tujuan membaca kritis menurut Tarigan (2008: 93-119): 1) Memahami maksud penulis; Kebanyakan tulisan memenuhi satu (atau lebih) dari keempat tujuan umum wacana (discourse) yaitu: memberitahu (to inform), meyakinkan (to convince), mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), atau menghibur (to entertain). Jadi, dalam satu bacaan pasti memiliki minimal satu tujuan. Pembaca dapat menerka tujuan yang ada dalam bacaan sesuai dengan tujuan yang dituliskan sebelumnya (Tarigan, 2008: 93). 2) Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis; Kemampuan membaca dan berpikir kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin memengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita. Misalnya, kalau ayah kita adalah pedangan, atau buruh, mungkin saja mempunyai sikap-sikap tertentu terhadap organisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
buruh atau serikat pekerja yang akan mencegah pembicaraan kita mengenai pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif (Tarigan, 2008: 94-95). 3) Memahami organisasi dasar tulisan; Penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pada bagian pendahuluan biasanya penulis menulis satu atau lebih paragraf untuk memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan khusus terhadap tema. Pada bagian isi, penulis biasanya membagi dua, tiga, atau empat bagian utamanya untuk mengutarakan kasus yang diangkat secara gamblang. Terakhir yaitu bagian kesimpulan, penulis biasanya menegaskan kembali bahasan apa saja yang sudah dibahas di bagian isi dengan menuliskan penutup dan kesimpulan (Tarigan, 2008: 96-97). 4) Dapat menilai penyajian penulis/pengarang; Pembaca yang kritis harus dapat mendeteksi informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang yang ada dalam tulisan. 1) Apakah informasi yang disajikan memiliki keterangan sumber yang jelas atau tidak? Apakah informasinya sesuai dengan judul atau tidak? 2) Dari segi logika, apakah penulis gagal membedakan fakta dengan pendapat? Apakah terdapat analisis dalam argumen-argumennya? 3) Dilihat dari segi bahasa, apakah penulis menyajikan emosi atau perasaannya di dalam tulisan? Apakah pilihan-pilihan katanya mencerminkan prasangka-prasangka? 4) Dari segi kualifikasi dilihat dari penulis itu sendiri, siapakah dia? Apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
perannya hingga mampu membahas topik yang ditulisnya? 5) Sumber informasi yang dipakai penulis diambil dari mana? Buku, majalah atau internet? Pertanyaan yang patut ditanyakan ialah apakah sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak? (Tarigan, 2008: 98-101). 5) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari; Pembaca yang sudah berpengalaman akan tahu pada bagian manakah ia harus membaca pelan dan membaca cepat. Terdapat tiga penerapan prinsip dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam media cetak atau koran: 1) Penyensoran tersembunyi, biasanya tidak semua koran menampilkan informasi sesuai dengan topik-topik yang terdapat dalam kolom. 2) Pilihan bahasa, mungkinkah koran-koran yang ada menggunakan kata-kata objektif atau kata-kata hasil keputusan editorial. 3) Posisi, posisi dan panjangnya suatu artikel dapat mecerminkan skema nilai pada editor (redaktur), apakah mereka yang akan memberikan informasi yang benar atau menggunakan berita untuk kepentingan pribadi (Tarigan, 2008: 104-105). 6) Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis; Meningkatkan minat baca, hanya membutuhkan dua usaha: 1) Menyediakan waktu untuk membaca, setiap orang dapat menyisihkan beberapa waktunya untuk membaca agar mendapatkan informasi baru. 2) Memilih bacaan yang baik, bacaan yang baik ialah bacaan yang sesuai dengan psikologis pembaca dan juga kebutuhan pembaca. Misalnya, untuk kesenangan, karena motivasi, dan lain-lain (Tarigan, 2008: 105-108).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
7) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan; Prinsip pemilihan bacaan ialah: 1) Buku-buku yang pantas dibaca, buku yang pantas dibaca ialah buku yang dapat memberikan informasi baru, sedangkan buku yang tidak dapat memberikan informasi baru ialah bacaan yang tidak pantas dibaca. 2) Norma-norma kritis, norma-norma kritik yang dimaksud ialah standar-standar tertentu yang dapat mengukur kebaikankebaikan suatu buku, film, dan lain-lain. Norma-norma yang harus dipertimbangkan ialah i) Norma-norma estetik, memberikan pengetahuan apakah buku yang dibaca memiliki kualitas yang membuatnya menjadi karya seni yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian dan hati sanubari kita. ii) Norma-norma
sastra,
memberikan
pengetahuan
bahwa
kualitas
dan
karakteristik menunutut kebutuhan manusia terhadap keindahan. iii) Normanorma moral, memberikan manusia pengetahuan tentang tata krama di keluarga maupun sekitar (Tarigan, 2008: 108-116). 8) Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius. Membaca majalah atau publikasi priodik yang serius dapat mengembangkan kemampuan membaca kritis kita setelah keluar dari bangku sekolah. 1) Tingkat-tingkat tuntutan/daya pikat, biasanya bacaan majalah atau publikasi periodik menerbitkan bacaan sesuai dengan tujuan, menghibur, memberi informasi, dan lain sebagainya. Banyak juga bagian dari majalah yang tidak dapat dibaca satu per satu menuntut pembaca agar membaca secara sekilas namun harus dapat menilai isi bacaan dan membuat opini sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
terhadap suatu bacaan tersebut. 2) Analisis komparatif terhadap dua artikel, membandingkan dua artikel memiliki kelebihan tersendiri, kita dapat lebih mudah menilai tulisan manakah yang dirasa mengada-ada dan tulisan manakah yang ditulis sesuai dengan fakta. Analisis itu dapat dilihat dari pemikiran pembaca setelah mengikuti alur berpikir penulis masing-masing tulisan (Tarigan, 2008: 116-119). 2.2.2
Faktor Penentu Kemampuan Membaca Kemampuan membaca dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
ini dapat menjadi kelebihan maupun hambatan, tergantung individu masing-masing. Berikut adalah faktor penentu kemampuan membaca menurut Tampubolon (1987: 242-244 ): a. Kompetensi Kebahasaan Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata. Afiksasi dalam bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu bagian tata bahasa ini perlu dikuasai benar-benar. b. Kemampuan Mata Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan-gerakan yang dimaksud ialah sakade, fiksasi, lompatan kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
c. Penentuan Informasi Fokus: Menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca. 1) Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci. 2) Dalam paragraf, informasi fokus ialah pikiran pokok yang terkandung dalam kalimat topik dan (bila perlu) pikiran jabaran yang terkandung dalam kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus terkandung dalam kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian keseluruhan paragraf, yaitu jalinan hubungan pikiran pokok dan pikiranpikiran jabaran. 3) Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan isi judul dan paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian keseluruhan artikel, yaitu, jaringan hubungan antara pikiran-pikiran keseluruhan paragraf. 4) Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, di mana, apabila, dan mengapa) dan opini. Fakta-fakta pada umumnya terdapat dalam paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan berita. Opini terdapat dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau dibuat oleh redaksi, serta dalam tulisan-tulisan (karangan-karangan) orang lain yang dimuat dalam surat kabar bersangkutan. Isi iklan juga menjadi informasi fokus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
5) Informasi fokus dalam buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar isi, dan isi pendahuluan. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian keseluruhan isi buku, yaitu, jaringan hubungan antara pengertianpengertian semua bab dan bagian-bagiannya. 6) Infomasi fokus juga dapat berupa informasi tertentu yang bersifat khusus dan umum yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu bacaan, tanpa membaca bagian-bagian lain. Pengertian suatu istilah, misalnya, adalah informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu. Informasi umum tentang berita-berita surat kabar dapat ditemukan dengan hanya membacalayap judul-judul berita utama. 7) Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan, maka pertanyaanpertanyaan itu dapat juga merupakan informasi fokus. Oleh sebab itu, sebelum mulai membaca, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dibaca lebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat ditujukan pada penemuan jawaban pertanyaan-pertanyaan itu. 8) Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan-pertama (sebagai infomasi fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan itu ditemukan. Demikianlah dilakukan dengan setiap pertanyaan lainnya. Cara ini dilakukan, karena jumlah pertanyaan ujian biasanya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
sehingga tak mungkin diingat. Di samping itu, ujian bukan lagi merupakan latihan kemampuan membaca yang jumlah kata dan waktu membaca harus dihitung. d. Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca: Cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih, baca-lompat, baca-layap, dan baca-tatap. Di samping itu, dalam membaca untuk studi, ada dua metode yang biasanya dipergunakan, yaitu, CATU (Cari, Tulis kembali, Uji) dan SURTABAKU (Survei, Tanya, Baca, Katakan, Ulang). e. Fleksibilitas Membaca Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca. Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan. f. Kebiasaan Membaca Minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang. Jika faktor-faktor di atas telah dipahami dan dikuasai (dalam arti teoretis dan praktis) oleh seseorang, maka biasanya dia akan memiliki kemampuan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
yang maksimal. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa tujuan pelajaran membaca lanjut (dalam hal ini yang dimaksud ialah di lembaga-lembaga pendidikan formal) ialah membina dan mengembangkan penguasaan atas keenam faktor tersebut oleh setiap siswa atau mahasiswa hingga taraf semaksimal mungkin. Selain di pendidikan formal, setiap orang dapat juga membina dan mengembangkan faktorfaktor tersebut dalam dirinya sendiri, setelah memahami informasi-informasi yang ada, asal ada kemauan dan disiplin diri. Oleh karena itu, membaca ialah kegiatan yang sangat penting bagi pengembangan kognitif manusia. Membaca membantu otak bekerja dengan sempurna, otak yang difungsikan untuk dapat berpikir dan menyerap informasi akan bekerja secara aktif. Tekad adalah salah satu penentu kemampuan membaca kritis. Pendidikan tinggi saja belum dapat menentukan apakah seseorang itu memiliki keterampilan membaca kritis. Berbeda halnya dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold (1976) (dalam Rahim 2007: 16) membagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca dalam beberapa faktor, yaitu fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis. a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Anak yang memiliki gangguan berbicara dan pendengaran akan sulit terdeteksi. Namun, anak yang memiliki gangguan penglihatan dapat terlihat pada saat ia sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
menggosok-gosok matanya, menggososk mata ialah salah satu indikasi bahwa anak terganggu dalam hal membaca, misalnya buram, remang-remang, dan lain sebagainya. b. Faktor Intelektual Menurut Wechster (Harris dan Sipay, 1980, dalam Rahim, 2007: 17) mengemukakan bahwa inteligensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Walaupun inteligensi berpengaruh, namun banyak ahli berpendapat bahwa inteligensi tidak sepenuhnya memengaruhi kemampuan membaca. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga ikut memengaruhi kemampuan membaca anak. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan mencakup (1) Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan (2) Sosial ekonomi keluarga siswa. (1) Latar Belakang dan Pengalaman Siswa di Rumah Rubin (1993, dalam Rahim, 2007: 18) mengemukakan bahwa orangtua yang hangat, berdemokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa, orangtua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca. Jadi, kemampuan membaca juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar rumah. (2) Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa peneliti memperlihatkan
bahwa
status
sosioekonomi
siswa
memengaruhi
kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Selanjutnya dijelaskan bahwa, anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Craley & Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 19). d. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan membaca ialah (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri. (1) Motivasi Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Crawley dan Mountain (1995 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Selain itu, Rubin (1993 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
salah satu fakor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah motivasi, keinginan, dorongan, dan minat yang terus-menerus untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, guru dapat berperan aktif dalam memotivasi siswa agar siswa lebih giat dalam membaca. (2) Minat Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Frymeir (Crawley dan Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 28) mengidentifikasi tujuh faktor yang memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu ialah: a) pengalaman sebelumnya, b) konsepsinya tentang diri, c) nilai-nilai, d) mata pelajaran yang bermakna, e) tingkat keterlibatan tekanan, dan f) kekompleksitasan materi pelajaran. (3) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi, (2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Anak-anak biasanya selalu mudah marah, mudah emosi, dan kurang dapat mengontrol diri. Anak-anak yang dapat mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks bacaan. Percaya diri juga patut dibina, agar siswa mampu bekerja secara mandiri dalam menjalankan tugas membacanya tanpa bergantung pada orang dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok ialah gabungan dari pengontrolan emosi dan percaya diri anak. Anak yang dapat mengontrol emosi dan memiliki rasa percaya diri yang cukup akan lebih mudah untuk bergabung dalam kelompok. Sejalan dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold, Pujiono (2008: 4) juga membagi faktor kemampuan membaca menjadi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan motivasi, pengetahuan/pengalaman, ketertarikan, kebermanfaatan, dan kesehatan. Untuk faktor eksternal yaitu terkait dengan lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan. Selain itu, ada juga faktor eskternal yang berkaitan dengan teks yaitu pada bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan. Berdasarkan penjelasan dari Tampubolon, Lamb dan Arnold, serta Pujiono, disimpulkan bahwa faktor penentu kemampuan membaca dapat mencakup: a. Faktor internal 1) Kompetensi kebahasaan. 2) Kemampuan mata. 3) Penentuan informasi fokus. 4) Fleksibelitas membaca. 5) Kebiasaan membaca. 6) Fisiologis. 7) Inteligensi atau intelektual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
8) Psikologis: motivasi, minat, dan kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri. 9) Pengetahuan/pengalaman. 10) Kebermanfaatan. b. Faktor eksternal 1) Teknik-teknik dan metode-metode membaca. 2) Faktor Lingkungan: latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan Faktor sosial ekonomi. 3) Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, keterbatasan, dan isi bacaan. 4) Waktu baca.
setting/tata tulis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Metode kuantitatif ialah metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2012: 7). Metode kualitatif disebut metode interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2012: 7-8). Deskriptif ialah melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. (Azwar, 2012: 5-6). Metode kuantitatif disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012: 7). Creswell (1998 dalam Noor, 2011:34) menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terisi dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jadi, kuantitatifkualitatif ialah metode penelitian yang menggabungkan antara analisis data berupa statistik dengan analisis data berupa simpulan akhir dari fenomena yang diamati. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu (Zulganef, 2008: 11). Jenis deskriptif ialah teknik analisa yang 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan menguji hipotesis serta menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi. Tujuan analisa deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan komunikatif (Purwanto, 2007: 94). Jadi, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif-kualitatif untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menggunakan statistik dan interpretasi sebagai analisis datanya. Selain itu, peneliti juga menggunakan deskripsi untuk menganalisis data dengan kata-kata agar lebih mudah dipahami. 3.2 Sumber Data dan Data Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Prastowo, 2014: 44-45). Lalu, luas sampel yang ada pada penelitian ini ialah sama dengan populasi dari data. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Sekolah yang beralamat di Jl. Bugisan Selatan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini menjadi sumber data penelitian ini, khususnya kelas XI MIA 2. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Menurut Koentjaraningrat (1990, dalam Zulganef, 2008: 159) data adalah catatan-catatan fakta-fakta yang didapatkan dari hasil wawancara, pengamatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
catatan mengenai perhitungan-perhitungan jumlah dan frekuensi-frekuensi kegiatan sosial, catatan mengenai pengukuran-pengukuran bidang, volume, dan intensitas benda dan aktivitas kebudayaan, catatan-catatan kutipan dari bahan dokumen, dan surat kabar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi, membagikan kuesioner, memberikan tes, dan wawancara. Pengumpulan data ini berguna untuk melihat kemampuan membaca kritis dan faktor kemampuan membaca kritis siswa. Berikut ialah tabel metode pengumpulan data. Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data No. 1.
Metode Pengumpulan Data Observasi
2.
Kuesioner
3. 4.
Tes Wawancara
Data yang Akan Dikumpulkan Proses pembelajaran yang memengaruhi kemampuan membaca kritis, serta melihat faktor kemampuan membaca kritis. Faktor eksternal dan faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Kemampuan membaca kritis siswa. Kegiatan siswa dalam membaca untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa.
3.4 Instrumen Jenis dan banyaknya instrumen yang disusun disesuaikan dengan keperluan pengumpulan data (Arikunto, 1988: 47). Instrumen penelitian ini berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menentukan kemampuan membaca kritis siswa, sedangkan nontes berupa observasi, kuesioner, dan wawancara untuk mengetahui faktor kemampuan membaca siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
1. Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro, 2013: 93). Observasi atau pengamatan yang dilakukan ialah mengamati sejauh mana kemampuan membaca kritis
siswa selama proses
pembelajaran. Selain kegiatan dalam membaca kritis, peneliti juga mengobservasi bagaimana kegiatan pramembaca yang dilakukan oleh guru, apakah mampu membangkitkan keingintahuan siswa dalam aspek membaca atau tidak. Adapun kisi-kisi observasi dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Kuesioner (Questionnaire) atau angket, merupakan serangkaian (daftar) pernyataan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan
tanggapan
dari
peserta
didik
(responden)
tersebut
(Nurgiyantoro, 2013: 91). Kuesioner atau angket yang diberikan akan menentukan faktor kemampuan membaca siswa. Kuesioner berupa beberapa pernyataan menyangkut kegiatan membaca dan kemampuan membaca siswa. Pernyataan diisi sesuai dengan perintah dalam kuesioner yang dibagikan. Adapun kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2. 3. Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan ―seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang‖ yang jawabannya berupa angka (Gronlund, 1985: 5 dalam Nurgiyantoro, 2013: 105). Tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
yang diberikan pada siswa ialah berupa tes membaca, yaitu membaca kritis. Tes ini menggunakan uji coba terpakai, artinya responden uji coba termasuk dalam uji coba sesungguhnya. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang sudah disediakan dengan sebaik-baiknya. Tes ini akan menentukan kemampuan membaca kritis pada siswa. Adapun kisi-kisi tes dapat dilihat pada Lampiran 3. 4. Wawancara (interview, interviu) merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro, 2013: 97). Tipe wawancara yang dipakai ialah wawancara bebas terpimpin. Artinya,
responden
diberi
kebebasan
menjawab
sesuai
dengan
pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan yang sudah disediakan. Wawancara yang dilakukan untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis siswa. Pertanyaan yang akan ditanyakan sesuai dengan instrumen pertanyaan yang sudah disediakan. Pertanyaan yang disediakan oleh peneliti sebagai bahan acuan dan sumber dapat bercerita tentang pengalamannya dalam membaca dengan tetap pada jalur pertanyaan yang sudah dibuat peneliti. Adapun kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada Lampiran 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
3.5 Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu dengan mendeskripsikan observasi yang dilakukan, menghitung jumlah kuesioner berdasarkan skala Likert, hasil tes kemampuan membaca kritis dihitung menggunakan ITK (Indeks Tingkat Kesulitan) soal, dan hasil wawancara menggunakan deskriptif. 3.5.1
Observasi Teknik analisis data observasi ini termasuk observasi terstruktur. Dalam
pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan, telah diatur dan dibatasi dengan kerangkan kerja tertentu yang telah disusun secara sistematis. Isi, maksud, atau hal apa saja yang diamati telah ditetapkan dan dibatasi (Nurgiyantoro, 2013: 93). Komponen yang dinilai nanti akan diberi tanda (√) pada bagian ―Tampak‖ atau ―Tidak Tampak‖. Observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru maupun siswa. 3.5.2
Kuesioner Teknik analisis data kuesioner ini dilakukan dengan cara menjumlahkan tanda
(√) pada setiap butir pernyataan kuesioner. Setiap aspek pedoman kuesioner berisi pernyataan yang merujuk pada kegiatan membaca dan aspek membaca lainnya. Jumlah butir penyataan pada kuesioner ini sebanyak 30 butir. Kuesioner akan dihitung dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
(Riduwan, 2013: 15). Kuesioner yang dibagikan menggunakan kuesioner lima pilihan, 1, 2, 3, 4, 5. Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
(SS) (S) (N) (TS) (STS)
=5 =4 =3 =2 =1
Penghitungan skor, dihitung seperti berikut. Total responden yang menjawab X Skor butir pernyataan
Jumlah skor ideal = jumlah responden X 5 (skor) = 30 X 5 = 150 (SS) Jumlah skor rendah= jumlah responden X 1 (skor) = 30 X 1 = 30 (STS)
Melalui persentase, skor dapat dilihat seperti ini. 20%
40%
Sangat Lemah Lemah
60%
80%
Cukup
Kuat
100%
Sangat Kuat
Selain itu, ditentukan juga kriteria skor pada skala Likert. Tabel 3.2 Kriteria Skor Kriteria interpretasi skor Angka 0%-20% = Sangat Lemah Angka 20%-40% = Lemah Angka 40%-60% = Cukup Angka 60%-80% = Kuat Angka 80%-100% = Sangat Kuat Penentuan persentase skor per butir soal, yaitu: Jumlah skor/skor ideal X 100% = Persentase skor per butir soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
3.5.3
Tes Teknik analisis data tes dilakukan dengan menggunakan Indeks Tingkat
Kesulitan soal. Tingkat kesulitan (item difficulty) adalah pernyataan tentang seberapa mudah atau sulit butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran (Oller, 1979: 246 dalam Nurgiantoro, 2013: 194). Butir soal yang baik adalah yang tingkat kesulitannya cukupan, tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Butir soal yang terlalu mudah atau sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat mencerminkan capaian hasil pembelajaran yang dilakukan karena baik siswa kelompok tinggi maupun rendah sama-sama berhasil atau gagal. Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Maksudnya di sini, apabila ITK < 0,15 maka berarti soal tersebut terlalu sulit sedangkan apabila ITK > 0,85 berarti soal sangat mudah. Oleh karena itu, perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara 0,20—0,80 (Nurgiantoro, 2009). ITK 0,00—0,19 adalah butir soal yang berkategori: sulit dan 0,81—1,00 berpredikat: mudah. Untuk memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 1995). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan jawaban benar kemudian dibagi jumlah peserta tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
ITK Keterangan: ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Total jawaban benar N = Jumlah peserta tes
Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219). X= Keterangan: X = Rata-rata hitung (Mean) = Total nilai peserta tes N = Jumlah peserta tes
Untuk mengetahui penentuan kriteria acuan, peneliti menggunakan skala empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009: 252-253). Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa Interval Persentase Tingkat Penguasaan 86 – 100 76 – 85 56 – 75 10 – 55
Nilai Ubahan Skala Empat 1–4 D–A 4 3 2 1
A B C D
Nilai
27 – 30 23 – 26 17 – 22 1 – 16
Banyaknya Siswa (%)
Keterangan
Baik sekali dalam membaca kritis Baik dalam membaca kritis Cukup dalam membaca kritis Kurang dalam membaca kritis
Selain menjumlahkan hasil kemampuan membaca kritis siswa, peneliti juga menghitung kemampuan siswa dalam menjawab soal di setiap aspek pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Berikut adalah rumus untuk menghitung kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan di setiap aspek kemampuan membaca kritis. Jumlah jawaban benar/(Jumlah siswa X Jumlah soal) X 100%
3.5.4
Wawancara Teknik analisis data wawancara yang akan dilakukan ialah dengan menggali
informasi yang belum ada dalam kuesioner. Wawancara dilakukan dengan wawancara bebas terpimpin, dalam wawancara bebas terpimpin, di pihak lain, responden diberi kebebasan untuk menjawab berbagai pertanyaan sesuai dengan pendapatnya
dengan
dibatasi
oleh
ketentuan-ketentuan
yang
dibuat
oleh
pewawancara, dan keadaan itu ada kemiripan dengan pengisian angket terbuka (Nurgiyantoro, 2013: 96). Peneliti akan mewawancarai siswa dengan pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti, namun siswa juga dapat menceritakan apapun yang dirasa sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Wawancara yang dilakukan pun tidak hanya digunakan untuk menggali informasi di luar kuesioner yang diberikan, namun juga melihat sejauh mana kemampuan kebahasaan siswa. Siswa yang mengaku sering membaca akan terlihat pada saat ia berbicara karena kosakata yang dimilikinya akan lebih beragam. Siswa yang diwawancarai ialah beberapa siswa yang memiliki nilai tinggi dalam tes kemampuan membaca dan satu siswa yang memiliki nilai tertinggi dalam kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
3.6 Jadwal dan Kegiatan Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 - 20 Januari 2016. Pada tanggal 13 Januari 2016 peneliti mengobservasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dan juga peserta didik di Kelas XI MIA 2. Selanjutnya, pada tanggal 16 Januari 2016 siswa diberi kuesioner dan tes kemampuan membaca, lalu pada tanggal 20 Januari 2016 beberapa siswa yang nilainya berada pada kelompok atas diwawancarai serta siswa yang memiliki nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner akan diambil sebagai sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diambil di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Subjek penelitian ini ialah seluruh siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Siswa kelas XI MIA 2 berjumlah 32 siswa, namun pada saat peneliti mengambil data untuk tes dan kuesioner hanya terdapat 26 siswa yang hadir, dan enam siswa yang lain tidak hadir karena sakit dan ada yang mengundurkan diri. Penelitian dimulai dari pengambilan data melalui observasi belajar mengajar yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016, lalu dilanjutkan dengan pengisian kuesioner dan tes kemampuan membaca pada tanggal 16 Agustus 2016, dan yang terakhir adalah wawancara pada tanggal 20 Januari 2016 dengan beberapa siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam tes kemampuan membaca kritis dan dengan siswa yang memperoleh hasil kuesioner tertinggi. 4.1 Analisis Data 4.1.1
Kemampuan Membaca Kritis Tes kemampuan membaca kritis dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2016
pukul 08.55-10.15 WIB. Pada pengambilan data untuk tes kemampuan membaca kritis hanya terdapat 26 siswa dari 32 siswa yang ada. Siswa yang tidak hadir memiliki keterangan sakit dan ada siswa yang mengundurkan diri. Terdapat beberapa indikator dalam tes kemampuan membaca kritis. Aspek pencapaian yang terdapat pada tes kemampuan membaca kritis diadaptasi dari buku Nurhadi (2008: 145-179), serta simpulan dari peneliti sendiri. Aspek yang dimaksud 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
ialah (1) kemampuan mengingat dan mengenai bacaan, (2) kemampuan menginterpretasi suatu bacaan, (3) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, (4) kemampuan menganalisis suatu bacaan, (5) kemampuan membuat simpulan, (6) menilai suatu bacaan, dan (7) kemampuan merespons isi bacaan. Terdapat 30 soal dalam tes ini, tes ini berupa pilihan ganda dengan diberi skor (1) bila menjawab soal dengan dan benar dan skor (0) bila menjawab soal dengan salah. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa terdapat siswa yang memiliki nilai tinggi dalam kuesioner,
namun memiliki nilai yang rendah dalam tes
kemampuan membaca kritis. Hal ini tentunya tidak selaras dengan hasil yang didapat dari kedua instrumen. Untuk mengetahui lebih lanjut hasil tes kemampuan membaca kritis, berikut adalah hasil penghitungan skor 26 siswa. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis No. 1.
2.
Aspek Kemampuan mengingat dan mengenali bacaan
Kemampuan menginterpretas i suatu bacaan
Indikator 1. Kemampuan mengidentifikasi isi suatu bacaan. 2. Kemampuan mengenali opini dan fakta suatu bacaan. 3. Kemampuan mengingat isi suatu bacaan 4. Kemampuan menafsirkan isi suatu bacaan. 5. Kemampuan menjelaskan suatu bacaan. 6. Kemampuan
Jumlah Soal 1
Nomor Soal 4
Jawaban Benar 16
Jawaban Salah 10
2
1,3
13,15
13,11
2
2,13
19,0
7,26
1
14
0
26
1
17
13
13
1
15
11
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
3.
4.
Kemampuan mengaplikasika n konsepkonsep ke dalam bacaan
Kemampuan menganalisis suatu bacaan
5.
Kemampuan membuat simpulan
6.
Menilai suatu bacaan
memahami isi di antara dua bacaan. 7. Kemampuan merangkum suatu bacaan. 8. Kemampuan mengikuti petunjuk bacaan. 9. Kemampuan menentukan gagasan utama sesuai dengan situasi tertentu 10. Kemampuan menyelidiki kelogisan suatu bacaan. 11. Kemampuan menentukan fakta dan opini suatu tulisan. 12. Kemampuan menyelidiki pesan suatu bacaan. 13. Kemampuan mengenali detail penting suatu bacaan. 14. Kemampuan membuat simpulan suatu bacaan. 15. Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu bacaan. 16. Kemampuan memilih bacaan yang baik dan tidak baik.
1
30
23
3
2
12,16
24,18
2,8
2
7,29
5,0
21,26
1
18
22
4
2
6,24
6,24
20,2
1
9
26
0
2
5,25
9,6
17,20
2
11, 21
14,3
12,23
2
10,20
9,3
17,23
1
19
4
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
7.
Kemampuan merespons isi bacaan
17. Kemampuan memperkirakan kebenaran suatu bacaan. 18. Kemampuan membuat opini terhadap suatu bacaan. 19. Kemampuan mengonstruksi suatu bacaan.
2
27,28
3,24
2
3
8,22,23
23,24,23
3,2,3
1
26
3
23
Setelah menghitung jumlah skor jawaban benar dan jawaban salah siswa, peneliti menghitung Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) per butir soal. Untuk memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 195). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan jawaban benar kemudian dibagi jumlah peserta tes. ITK Keterangan: ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Total jawaban benar N = Jumlah peserta tes
Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval tersebut masih terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara 0,20—0,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
(Nurgiantoro, 2009). ITK 0,20—0,40 adalah butir soal yang berkategori: sulit, 0,41— 0,60 berpredikat: sedang, dan 0,61—0,80 berpredikat: mudah. Hasil penghitungan ITK per butir soal dapat dilihat pada Lampiran 5. Namun, secara garis besar, hasil perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan soal dapat dilihat di bawah ini, berikut adalah hasil Indeks Tingkat Kesulitan soal yang layak. Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitas Soal Layak KATEGORI NO.
MUDAH 16
SOAL LAYAK SEDANG 1,2,3,4,11,15,17
SULIT 5,6,10,25
Selain menghasilkan Indeks Tingkat Kesulitan soal yang layak, Indeks Tingkat Kesulitan soal pun ditujukan untuk melihat soal yang tidak layak. Berikut adalah hasil Indeks Tingkat Kesulitan soal pada soal tidak layak. Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak KATEGORI NO.
SOAL TIDAK LAYAK TERLALU MUDAH TERLALU SULIT 7,8,9,12,18,22,23,24,28,30 13,14,19,20,21,26,27,29
Di antara 30 soal terdapat 12 soal dengan predikat soal layak dan 18 soal dengan predikat tidak layak. Soal yang layak ialah soal dengan kategori mudah, sedang dan sulit, dengan ITK 0,20—0,40 adalah butir soal yang berkategori: sulit, 0,41—0,60 berpredikat: sedang, dan 0,61—0,80 berpredikat: mudah. Untuk mengetahui pencapaian skor siswa, berikut ini adalah hasil skor yang dicapai siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26
NAMA SISWA BAGAS WICAKSONO EVA ELMIYAH ABDURROHIM ALIM NADIA NUR AZMI CINDY CHRISTELLA CAESARIA ARLINA SAKASMARA ADE YUDA H AMILA NAZLA R LINA MAHMUDAH HANI ZULFIHAR NADHIFA SUSPITANINGTYAS NABELLA DIAH P DAVID ARTATAMA P M. GANDHI INGGRID ANINDHITA K. P. MUH. DAMARIO WIJAYA MUHAMMAD DAHSYAT M. D. MAULANA HAFIDZ ELSINA RAHMAWATI DIMAS AGISTYATAMA FAISAL SASTRIAWAN AMELYA C. DEVITA VERAWATI DEWI ADILA FAHMI REZA P. GUPITA CANDRA KURNIAWAN
SKOR 16 15 15 14 14 14 14 14 14 14 14 14 11 12 12 12 12 13 13 17 17 17 17 18 18 18
NILAI 5,33 5 5 4,66 4,66 4,66 4,66 4,66 4,66 4,66 4,66 4,66 3,66 4 4 4 4 4,33 4,33 5,66 5,66 5,66 5,66 6 6 6
KATEGORI KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG CUKUP CUKUP CUKUP CUKUP CUKUP CUKUP CUKUP
Setelah mengetahui jumlah skor dan nilai yang didapat oleh siswa, peneliti membuat persentase hasil pencapaian nilai. Untuk mengetahui penentuan kriteria acuan, peneliti menggunakan skala empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009: 252-253). Berikut adalah persentase hasil ketuntasan siswa dalam tes kemampuan membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis Interval Persentase Tingkat Penguasaan 86 – 100
Nilai Ubahan Skala Empat 1–4 D–A
Nilai
4
A
27 – 30
76 – 85
3
B
23 – 26
56 – 75
2
C
17 – 22
10 – 55
1
D
1 – 16
Banyaknya Siswa (%)
0 Siswa (0%) 0 Siswa (0%) 7 Siswa (26,92%) 19 Siswa (73,07%)
Keterangan
Baik sekali dalam membaca kritis Baik dalam membaca kritis Cukup dalam membaca kritis Kurang dalam membaca kritis
Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219). X=
=
= 14,58
Keterangan: X = Rata-rata hitung (Mean) = Total nilai peserta tes N = Jumlah peserta tes
Jika dilihat melalui hasil rata-rata skor siswa, hasil skor rata-rata siswa ialah sebesar 14,58 dan masih berada dalam kategori kurang dalam membaca kritis. Selanjutnya, peneliti menghitung kemampuan tes membaca kritis dengan rumus: Jumlah jawaban benar/(Jumlah siswa X Jumlah soal) X 100%
Berikut adalah penghitungan nilai berdasarkan aspek kemampuan membaca kritis. Soal yang akan dianalisis ialah sebanyak 12 soal yaitu soal yang berada dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
kategori soal layak. Soal yang tidak layak tidak dimasukkan dalam perhitungan tes kemampuan membaca kritis. 4.1.1.1 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan Mengingat dan mengenali menjadi salah satu aspek dari tes kemampuan membaca kritis. Pada aspek mengingat dan mengenali, terdapat tiga indikator, yaitu (1) mengidentifikasi isi, (2) kemampuan mengenali opini dan fakta, serta (3) mengingat isi bacaan. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa siswa sudah mampu dalam mengingat dan mengenali bacaan. Berikut adalah hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis pada aspek mengingat dan mengenali. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan No. 1.
Aspek
Indikator
Jumlah Soal Kemampuan 1. Kemampuan 1 mengingat mengidentifi dan kasi isi suatu mengenali bacaan. bacaan 2. Kemampuan 2 mengenali opini dan fakta suatu bacaan. 3. Kemampuan 1 mengingat isi suatu bacaan Jumlah 4
Nomor Soal 4
Jawaban Benar 16
Jawaban Salah 10
1,3
13,15
13,11
2
19
7
4
63
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Berdasarkan hasil analisis, pada aspek pertama terdapat 63 siswa (60,58%) menjawab benar dan 41 siswa (39,42%) menjawab salah. Pada indikator pertama yaitu ―Kemampuan mengidentifikasi isi suatu bacaan‖, terdapat 16 siswa (61,54%) menjawab benar dan 10 siswa (38,46%) menjawab salah. Artinya, siswa sudah dapat menunjukkan bahwa mereka mampu mengidentifikasi isi bacaan. Indikator kedua yaitu ―Kemampuan mengenali opini dan fakta suatu bacaan‖, terdapat dua soal, soal pertama pada indikator kedua menunjukkan bahwa 13 siswa mampu menjawab benar dan 13 siswa menjawab salah. Pada soal kedua indikator kedua terdapat 15 siswa menjawab benar dan 11 siswa menjawab salah. Jadi, pada indikator kedua terdapat 28 siswa (53,85%) menjawab benar dan 24 siswa (46,15%) menjawab salah. Artinya, siswa sudah mampu mengenali opini dan fakta yang terdapat dalam suatu bacaan. Selanjutnya, pada indikator ketiga yaitu ―Kemampuan mengingat isi suatu bacaan‖. Berdasarkan data, pada indikator ketiga terdapat 19 siswa (73,07%) menjawab benar dan 7 siswa (26,93%) menjawab salah. Artinya, siswa sudah bisa mengingat isi suatu bacaan. Bila dihitung secara keseluruhan, maka 63 siswa (60,58%) menjawab benar dan 41 siswa (39,42%) menjawab salah. Jadi, pada aspek ini siswa sudah mampu mengingat dan mengenali bacaan. 4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu Bacaan Menginterpretasi menjadi salah satu aspek dalam kemampuan membaca. Pada aspek menginterpretasi bacaan terdapat dua indikator yang harus dicapai, yaitu (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
kemampuan menjelaskan dan (2) kemampuan memahami isi. Hasil yang didapat, menunjukkan bahwa siswa belum mampu dalam menginterpretasi. Berikut adalah hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis pada aspek menginterpretasi suatu bacaan. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu Bacaan No. 2.
Aspek
Indikator
Jumlah Soal Kemampuan 1. Kemampuan 1 menginterpre menjelaskan tasi suatu suatu bacaan bacaan. 2. Kemampuan 1 memahami isi di antara dua bacaan. Jumlah 2
Nomor Soal 17
Jawaban Benar 13
Jawaban Salah 13
15
11
15
2
24
28
Selanjutnya, ialah aspek ―Kemampuan menginterpretasi suatu bacaan‖. Pada aspek ini terdapat 24 siswa (46,15%) menjawab benar dan 28 siswa (53,85%) menjawab salah. Indikator pertama yaitu ―Kemampuan menjelaskan suatu bacaan‖, setengah dari responden yaitu 13 siswa (50,00%) menjawab benar dan 13 siswa (50,00%) menjawab salah. Artinya, sebagian siswa mampu menjelaskan suatu bacaan dan sebagian lagi tidak mampu menjelaskan suatu bacaan. Pada indikator kedua yaitu ―Kemampuan memahami isi di antara dua bacaan‖, terdapat 11 siswa (42,31%) mampu menjawab benar dan 15 siswa (57,69%) menjawab salah. Artinya, hanya sebagian kecil siswa yang mampu memahami isi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
antara dua bacaan. Bila dihitung secara keseluruhan, pada aspek kedua ini terdapat 24 siswa (46,15%) menjawab benar dan 28 siswa (53,85%) menjawab salah. Artinya, siswa kurang mampu menginterpretasi suatu bacaan. 4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan KonsepKonsep ke dalam Bacaan Mengaplikasikan konsep-konsep termasuk aspek yang dinilai dalam tes kemampuan membaca kritis. Pada aspek mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan terdapat satu indikator, yaitu ―Kemampuan Mengikuti Petunjuk‖. Pada aspek ini, diperoleh hasil bahwa siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep. Berikut adalah hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis pada aspek mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan No. 3.
Aspek
Indikator
Jumlah Soal Kemampuan 1. Kemampuan 1 mengaplikasi mengikuti kan konseppetunjuk konsep ke bacaan. dalam bacaan Jumlah 1
Nomor Soal 16
Jawaban Benar 18
Jawaban Salah 8
1
18
8
Pada aspek ini hanya satu indikator yang mampu diterapkan siswa, yaitu ―Kemampuan mengikuti petunjuk bacaan‖, terdapat 18 siswa (69,23%) mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
menjawab benar dan 8 siswa (30,77%) menjawab salah. Artinya, pada aspek ini siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan. 4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan Menganalisis ialah termasuk ke dalam aspek yang dinilai pada tes kemampuan membaca kritis. Aspek menganalisis pada tes kemampuan membaca kritis ini terdapat dua indikator, yaitu (1) menentukan fakta dan opini dan (2) mengenali detail penting suatu bacaan. Pada aspek ini, diperoleh hasil bahwa siswa belum mampu menganalisis suatu bacaan. Berikut adalah hasil perhitungan tes kemampuan membaca kritis menganalisis suatu bacaan. Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan No. 4.
Aspek
Indikator Jumlah Soal Kemampuan 1. Kemampuan 1 menganalisis menentukan suatu bacaan fakta dan opini suatu tulisan. 2. Kemampuan 2 mengenali detail penting suatu bacaan. Jumlah 3
Nomor Soal 6
Jawaban Benar 6
Jawaban Salah 20
5,25
9,6
17,20
3
21
37
Selanjutnya ialah aspek keempat yaitu ―Kemampuan menganalisis suatu bacaan‖. Terdapat 21 siswa (26,92%) menjawab benar dan 57 siswa (73,08%) menjawab salah. Indikator yang termasuk pada kategori layak pada aspek ini yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
―Kemampuan menentukan fakta dan opini suatu tulisan‖. Pada indikator pertama menunjukkan bahwa terdapat 6 siswa (23,08%) mampu menjawab benar dan 20 siswa (76,92%) menjawab salah. Jadi, siswa masih belum mampu menentukan fakta dan opini suatu tulisan. Indikator kedua yaitu ―Kemampuan mengenali detail penting suatu bacaan‖. Pada indikator ini terdapat dua soal, pada soal pertama terdapat 9 siswa menjawab benar dan 17 siswa menjawab salah. Lalu, pada soal kedua terdapat 6 siswa menjawab benar dan 20 siswa menjawab salah. Hasilnya, pada indikator ini terdapat 15 siswa (28,85%) menjawab benar dan 37 siswa (71,15%) menjawab salah. Jadi, siswa masih belum mampu mengenali detail penting suatu bacaan. Bila dihitung secara keseluruhan, pada aspek ini terdapat 21 siswa (26,92%) mampu menjawab benar dan 57 siswa (73,08%) menjawab salah, maka siswa belum mampu menganalisis suatu bacaan. 4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan Membuat simpulan menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam tes kemampuan membaca kritis. Pada aspek ini terdapat satu indikator, yaitu ―Membuat simpulan suatu bacaan‖. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam membuat simpulan suatu bacaan. Berikut adalah perhitungan tes kemampuan membaca kritis membuat simpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan No. 5.
Aspek
Indikator
Jumlah Soal Kemampuan 1. Kemampuan 1 membuat membuat simpulan simpulan suatu bacaan. Jumlah 1
Nomor Soal 11
Jawaban Benar 14
Jawaban Salah 12
1
14
12
Aspek kelima yaitu ―Kemampuan membuat simpulan‖. Indikator pada aspek ini ialah ―Kemampuan membuat simpulan suatu bacaan‖. Pada indikator ini, diketahui bahwa ada 14 siswa (53,85%) yang mampu menjawab benar dan 12 siswa (46,15%) menjawab salah. Jadi, pada aspek ini siswa sudah mampu membuat simpulan dari suatu bacaan. 4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan Menilai suatu bacaan termasuk ke dalam salah satu aspek yang dinilai dalam tes kemampuan membaca kritis. Pada aspek menilai suatu bacaan pada tes kemampuan membaca kritis ini terdapat satu indikator, yaitu ―Mendeteksi Kesalahan Suatu Bacaan‖. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa masih belum mampu menilai suatu bacaan. Berikut adalah perhitungan tes kemampuan membaca kritis menilai suatu bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan No.
Aspek
6.
Menilai suatu bacaan
Indikator 1. Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu bacaan. Jumlah
Jumlah Soal 1
Nomor Soal 10
Jawaban Benar 9
Jawaban Salah 17
1
1
9
17
Aspek keenam ialah ―Menilai suatu bacaan‖. Indikator yang dinyatakan layak ialah ―Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu bacaan‖. Pada hasil perhitungan soal terdapat 9 siswa (34,62%) menjawab benar dan 17 siswa (65,38%) menjawab salah. Artinya, pada aspek ini siswa belum mampu menilai suatu bacaan dengan baik. 4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan Pada aspek ini semua indikator dan soal dinyatakan tidak layak dan gugur. Terdapat dua indikator pada aspek ini, indikator pertama terdapat tiga pertanyaan dan indikator kedua terdapat satu pertanyaan. Indikator pertama berbunyi ―Kemampuan membuat opini terhadap suatu bacaan‖, dan indikator kedua ialah ―Kemampuan mengonstruksi suatu bacaan‖. Soal dinyatakan tidak layak karena terlalu mudah dan terlalu sulit. Maka, aspek ini pun dianggap gugur dan tidak dihitung. Jadi, siswa belum mampu merespons isi bacaan. Dapat disimpulkan bahwa dalam tes kemampuan membaca kritis, siswa berada pada level kurang dengan skor rata-rata sebesar 14,58. Setelah peneliti menghitung diperoleh bahwa dari tujuh aspek yang tercakup dalam tes kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
membaca kritis, siswa masih belum mampu menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan. Dari tujuh aspek yang ada, siswa hanya mampu dalam tiga aspek, yaitu aspek mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. 4.1.2
Faktor Kemampuan Membaca Kritis
4.1.2.1 Observasi Penelitian ini menggunakan observasi kelas untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam mencari faktor kemampuan membaca kritis. Terdapat 11 aspek untuk guru dan 11 aspek untuk siswa. Aspek ini berisi tentang bagaimana kegiatan belajar mengajar khususnya pada kegiatan membaca dimulai, dari pembuka, inti, dan penutup. Aspek untuk guru yaitu meliputi (1) pembuka: memilih bacaan sesuai dengan psikologi pelajar, materi bacaan sesuai dengan realitas kehidupan, memeriksa kesiapan belajar siswa, dan memeriksa kesiapan media yang akan dipakai, (2) inti: melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media untuk menunjang keterampilan membaca, menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan, dan memberikan masukan dalam kritisan siswa, (3) penutup: menyusun kesimpulan berdasarkan pemikiran kritis siswa dan melakukan refleksi pembelajaran dari bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Aspek penilaian untuk siswa meliputi (1) pembuka: siap mengikuti pembelajaran, memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, antusias saat diberi tugas membaca, (2) inti: bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan, memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai, terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media oleh guru, menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan, merespons pertanyaan guru, mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan, (3) penutup membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada dan membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang diberikan guru. Pada saat peneliti sedang mengobservasi pembelajaran, ternyata bertepatan dengan adanya Try Out yang diadakan sekolah pada pukul 12.15 WIB. Jadi, pembelajaran yang seharusnya dilakukan selama 90 menit, hanya berlangsung 60 menit dengan pembagian waktu 30 menit/jam pelajaran. Pada tanggal 13 Januari 2016 peneliti mengobservasi kelas XI MIA 2 pada pukul 07.15 WIB – 08.15 WIB. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti melihat bahwa beberapa aspek tidak terpenuhi. Observasi pertama yang dilakukan pada guru yaitu bagian pembuka. Pada aspek ini terdapat empat aspek, di antara empat aspek ini guru masih tidak terlihat memeriksa kesiapan belajar siswa dan juga media yang akan dipakai. Guru tidak melihat kesiapan belajar murid dengan langsung mengajar, padahal masih ada siswa yang belum masuk kelas dan masih ada siswa yang ribut. Guru pun tidak menyiapkan media pembelajaran dengan baik, untuk memudahkan proses penyerapan materi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
siswa. Namun, pada bagian pembuka ini, guru sudah menyesuaikan materi bacaan dengan psikologis siswa serta menyesuaikan dengan realita hidup yang ada. Observasi selanjutnya mengamati inti pembelajaran. Pada inti pembelajaran ini terdapat lima aspek yang menjadi acuan. Di antara lima aspek yang menjadi penialaian, guru hanya kurang pada pelibatan siswa dalam penggunaan media. Keempat aspek yang lain, yaitu melaksanakan sesuai kompetensi, pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, lalu menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan, dan memberikan masukan dalam kritisan siswa sudah cukup terlihat. Selanjutnya bagian penutup. Pada bagian ini terdapat dua aspek, yaitu menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis siswa serta melakukan refleksi pembelajaraan berdasarkan bacaan yang ada masih belum terlihat. Guru tidak terlihat memenuhi penialaian pada kedua aspek tersebut. Jadi, pada bagian ini aspek yang dinilai tidak tampak semua. Selain mengobservasi guru, peneliti juga mengobservasi siswa yang mengikuti pembelajaran. Berdasarkan observasi, pada bagian pembuka tidak ada satu pun aspek yang memiliki sisi baik. Pada bagian pembuka, terdapat tiga aspek, yaitu siswa siap mengikuti pembelajaran, memperhatikan guru saat menjelaskan, dan antusias saat diberi tugas. Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak ada satu pun yang tampak pada ketiga aspek tersebut. Artinya, siswa masih belum siap, tidak memperhatikan guru, dan tidak antusias saat diberi tugas. Sikap yang ditunjukkan termasuk ke dalam sikap negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Selanjutnya bagian inti. Pada bagian ini terdapat enam aspek yang dinilai. Pada bagian ini terdapat beberapa aspek yang sudah mulai terlihat, yaitu siswa sudah terlihat memahami bacaan saat diberikan pertanyaan, merespons pertanyaan guru, dan mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan. Namun, masih terdapat aspek yang belum terlihat, yaitu bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan, terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media, dan menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan. Bagian terakhir yaitu bagian penutup. Pada bagian ini terdapat dua aspek, yaitu membuat simpulan akhir dari bacaan dan membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang diberikan. Berdasarkan observasi, kedua aspek tersebut masih belum tampak. Untuk melihat hasil yang didapat peneliti, pembaca dapat melihat Lampiran 6. Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa kurang memiliki motivasi dan minat baca. Pembelajaran terlihat kurang menarik bagi siswa. Motivasi tidak ditimbulkan dalam pembelajaran membaca dan siswa yang membaca hanya beberapa siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki minat baca yang kurang karena motivasi yang ada pun kurang. 4.1.2.2 Kuesioner Kuesioner yang diberikan pada siswa berisi pernyataan mengenai kegiatan membaca sebanyak 30 pernyataan, kuesioner yang diberikan ialah berisi aspek dari faktor internal dan eksternal. Pengambilan data kuesioner dilakukan pada tanggal 16 Januari 2016 pukul 08.45-08.55 WIB. Terdapat 26 siswa yang menjadi reponden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
dalam pengisian kuesioner ini, siswa yang lainnya berhalangan hadir karena sakit dan ada yang mengundurkan diri. Terdapat sikap negatif dan positif yang akan dilihat dalam sebuah pernyataan di setiap aspek. Bila pernyataan tersebut berupa pernyataan yang positif maka rentang skor empat atau setuju dan lima atau sangat setuju merupakan sikap positif, namun bila pernyataannya berupa pernyataan negatif maka rentang skornya antara satu atau sangat tidak setuju dan dua tidak setuju merupakan sikap positif. Untuk faktor internal dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu (1) motivasi, (2) minat, (3) kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri: Stabilitas emosi, percaya
diri,
dan
kemampuan
beradaptasi
dalam
kelompok,
(4)
pengetahuan/pengalaman, (5) kebermanfaatan, (6) fisiologis, (7) inteligensi, (8) kompetensi kebahasaan, (9) kebiasaan membaca, dan (10) kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca. Lalu, untuk faktor eksternal dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu (1) suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang memadai, (2) faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi, (3) berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan, dan (4) jadwal baca. Penghitungan
untuk
menentukan
hasil
kuesioner
membaca
siswa
menggunakan rumus yang diambil dari Riduwan (2013: 14-15), yaitu skala Likert. Hasil skor keseluruhan/jumlah skor ideal X 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Cara menghitung jumlah skor ideal adalah dengan mengalikan jumlah skor tertinggi dengan jumlah responden. Jumlah skor rendah ialah jumlah skor terendah dikalikan jumlah responden. Kriteria interpretasi skornya ialah: Jumlah skor ideal = 5 X 26 = 130 Jumlah skor rendah = 1 X 26 = 26
Untuk melihat hasil perhitungan kuesioner menggunakan skala Likert, dapat dilihat pada Lampiran 7. Kriteria interpretasi skor Angka 0%-20% = Sangat Lemah Angka 20%-40% = Lemah Angka 40%-60% = Cukup Angka 60%-80% = Kuat Angka 80%-100% = Sangat Kuat
4.1.2.2.1
Perhitungan Kuesioner Minat Baca Siswa Faktor Internal
Kuesioner minat baca siswa pada faktor internal memiliki beberapa aspek, yaitu
(1)
motivasi,
(2)
minat,
(3)
kematangan
sosio
dan
emosi,
(4)
pengetahuan/pengalaman, (5) kebermanfaatan, (6) fisiologis, (7) inteligensi, (8) kompetensi kebahasaan, (9) kebiasaan membaca, dan (10) kemampuan menyesuaikan strategi membaca. Untuk dapat menentukan faktor kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor internal, maka peneliti harus menganalisis terlebih dahulu data yang sudah didapat. Peneliti menganalisis hasil kuesioner berdasarkan pada skala Likert. Untuk melihat perhitungan menggunakan skala Likert dapat dilihat pada hasil di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
4.1.2.2.1.1 Motivasi Motivasi adalah aspek pertama pada kuesioner faktor internal. Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Jika diberi tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu dan (2) Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca. Berikut adalah hasil perhitungan minat baca faktor internal motivasi untuk melihat pengaruh motivasi terhadap kemampuan membaca kritis. Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Motivasi No.
1. 2.
Pernyataan
Jika diberi tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca
1 (STS) 0 7
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 3 15 6 10
9
0
5 (SS) 2 0
Jumlah skor No. 1 ialah 85/130 = 65,38%
Kuesioner yang diajukan berdasarkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang pertama ialah motivasi. Faktor motivasi terdiri dari dua pernyataan yang akan menunjukkan bagaimana sikap siswa. Pernyataan pertama ialah ―Jika diberi tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu‖ dan yang kedua ialah ―Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca‖. Penyataan pertama yang diajukan ialah ―Jika diberi tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu‖, terdapat 2 orang siswa yang memilih sangat setuju, dan yang memilih setuju ada 6 siswa. Jadi, siswa yang memiliki sikap positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
terdapat 8 siswa (30,77%). Lalu, terdapat 3 siswa (11,54%) memilih tidak setuju dan berada dalam kategori negatif. Selain itu, terdapat 15 siswa (57,69%) lebih memilih netral. Jumlah skor No. 2 ialah 54/130 = 41,54% Pernyataan kedua yang diajukan ialah ―Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca‖. Tidak ada satu pun siswa yang memilih sangat setuju maupun setuju (0%) dan berada pada posisi negatif. Lalu, terdapat 10 siswa yang memilih tidak setuju dan 7 siswa memilih sangat tidak setuju. Jadi, 17 siswa (65,38%) berada pada posisi positif, sedangkan 9 siswa (34,61%) lainnya memilih netral. 4.1.2.2.1.2 Minat Aspek selanjutnya ialah minat. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya senang membaca dan (2) Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya selalu mencoba membacanya. Untuk melihat seberapa jauh minat siswa pada membaca, berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor internal minat. Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat No.
1. 2.
Pernyataan
Saya senang membaca Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya selalu mencoba membacanya
1 (STS) 0 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 1 7 14 0 1 10
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15%
5 (SS) 4 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Pernyataan pertama yang diajukan berdasarkan faktor minat ialah ―Saya senang membaca‖, pada pernyataan ini ada 4 siswa yang memilih sangat setuju dan 14 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 18 siswa (69,23%) memiliki sikap positif dalam hal membaca. Berarti siswa tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap membaca. Namun, terdapat 1 siswa (3,85%) memilih tidak setuju, artinya siswa tersebut memiliki sikap negatif karena tidak menyukai membaca. Sisanya terdapat 7 siswa (26,92%) yang memilih netral. Jumlah skor No.1 ialah 118/130 X 100% = 90, 77% Pernyataan yang kedua ialah ―Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya selalu mencoba membacanya‖. Pada pernyataan ini terdapat 15 siswa memilih sangat setuju dan 10 siswa memilih setuju. Artinya, sebagian besar siswa yaitu 25 siswa (96,15%) memiliki sikap positif terhadap buku bacaan yang mereka suka. Mereka akan membaca buku bacaan yang mereka suka. Namun, masih terdapat 1 siswa (3,85%) yang memiliki sikap netral. Artinya, ia belum bisa menentukan keinginannya untuk membaca buku yang ia suka atau tidak. 4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas Emosi, Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam Kelompok Kematangan sosio dan emosi dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa. Pada aspek ini terdapat tiga pernyataan yang dapat menunjukkan bahwa kematangan sosio dan emosi menentukan kemampuan membaca kritis. Pernyataan yang ada pada aspek ini ialah (1) Membaca membuat saya memiliki pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
yang lebih dan membuat saya percaya diri, (2) Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya, dan (3) Saya merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. Berikut hasil perhitungan kuesioner faktor internal kematangan sosio dan emosi. Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri No.
1.
2.
3.
Pernyataan
Membaca membuat saya memiliki pemahaman yang lebih dan membuat saya percaya diri Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya Saya merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan
1 (STS) 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 0 3 15
5 (SS) 8
0
0
14
11
1
0
1
8
14
3
Jumlah skor No.1 ialah 115/130 X 100% = 88,46% Pernyataan pertama yang diajukan peneliti ialah ―Membaca membuat saya memiliki pemahaman yang lebih dan membuat saya percaya diri‖. Pada pernyataan ini terdapat 8 siswa yang memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju. Artinya, 23 siswa (88,46%) memiliki sikap positif terhadap kemampuan membacanya, membuat mereka memiliki pemahaman yang lebih dan membuat percaya diri. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
masih terdapat 3 siswa (11,54%) yang memilih netral, masih belum memiliki rasa percaya diri atas apa yang mereka baca. Jumlah skor No.2 ialah 91/130 X 100% = 70.00% Pernyataan kedua yaitu ―Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya‖. Terdapat 1 siswa yang memilih sangat setuju dan 11 siswa yang memilih setuju. Artinya, 12 siswa (46,15%) memiliki sikap positif dan menganggap mereka dapat mengendalikan diri mereka dan mengambil manfaat dari membaca buku. Namun, 14 siswa (53,85) lainnya memilih netral dan belum bisa menentukan apakah buku yang dibaca bisa mengendalikan diri mereka atau tidak. Jumlah skor No.3 ialah 97/130 X 100% = 74,61% Pernyataan ketiga ialah ―Saya merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan‖. Terdapat 3 siswa yang memilih sangat setuju dan 14 siswa memilih setuju. Artinya, 17 siswa (65,38%) mampu memperlihatkan sikap positif yang diambil dari buku bacaan. Namun, terdapat 1 siswa (3,85) yang memilih tidak setuju. Artinya, siswa tersebut masih belum mampu mengambil manfaat bacaan yang dibaca. Selanjutnya, terdapat 8 siswa (30,77%) yang masih menunjukkan sikap netral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman Aspek pengetahuan/pengalaman menjadi salah satu aspek pada faktor internal. Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Membaca membuat saya mengetahui informasi baru dan (2) Membaca membuat saya lebih pintar. Berdasarkan hasil yang didapat, aspek ini termasuk pada aspek yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis. Untuk mengetahui perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini. Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Pengetahuan/Pengalaman No.
1. 2.
Pernyataan
Membaca membuat saya mengetahui informasi baru Membaca membuat saya lebih pintar
1 (STS) 0 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 2 0 10 0
2
15
5 (SS) 14 9
Jumlah skor No.1 ialah 114/130 X 100% = 87,77% Pernyataan pertama mengenai pengetahuan/pengalaman ialah ―Membaca membuat saya mengetahui informasi baru‖. Berdasarkan data, terdapat 14 siswa yang memilih sangat setuju dan 10 siswa memilih setuju. Artinya, 24 siswa (92,30%) memiliki sikap positif terhadap bacaan yang dibacanya. Mereka sudah mampu mengadopsi informasi baru dan membandingkan dengan informasi lamanya. Namun, masih terdapat 2 siswa (7,70) yang memilih tidak setuju dan termasuk pada sikap negatif. Artinya, siswa tersebut belum mampu membandingkan pengetahuan lamanya dengan pengetahuan barunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Jumlah skor No.2 ialah 111/130 X 100% = 85,38% Pernyataan kedua ialah ―Membaca membuat saya lebih pintar‖. Terdapat 9 siswa yang memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju atas pernyataan tersebut. Artinya, terdapat 24 siswa (92,30%) memiliki sikap positif dan menganggap membaca membuatnya memiliki pengetahuan yang lebih dibanding yang lain. Namun, masih terdapat 2 siswa (7,70%) yang memilih netral dan belum memiliki kesadaran bahwa membaca membuatnya memiliki pengetahuan yang lebih. 4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan Aspek selanjutnya ialah kebermanfaatan. Aspek ini memiliki tiga pernyataan, yaitu (1) Saya merasakan manfaat dari membaca, (2) Terkadang saya membuktikan kebenaran atas apa yang saya baca, dan (3) Membaca pelajaran yang akan saya pelajari di sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru keesokan hari. Untuk melihat lebih lanjut pengaruh aspek kebermanfaatan pada kemampuan membaca kritis, berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor internal kebermanfaatan. Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kebermanfaatan No.
1. 2. 3.
Pernyataan
Saya merasakan manfaat dari membaca Terkadang saya membuktikan kebenaran atas apa yang saya baca Membaca pelajaran yang akan saya
1 (STS) 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 0 3 12
5 (SS) 11
0
1
8
14
3
1
1
8
12
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
pelajari di sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru keesokan hari
Jumlah skor No.1 ialah 112/130 X 100% = 86,15%
Pernyataan yang terdapat pada aspek kebermanfaatan ada tiga, yang pertama ialah ―Saya merasakan manfaat dari membaca‖. Berdasarkan data, terdapat 11 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 23 siswa (88,46%) memiliki sikap postif dan merasakan manfaat membaca itu sangat penting. Namun, masih ada 3 siswa (11,54%) yang memilih netral dan belum merasakan manfaat membaca. Jumlah skor No.2 ialah 67/130 X 100% = 51,54% Pernyataan kedua ialah ―Terkadang saya membuktikan kebenaran atas apa yang saya baca‖. Terdapat 3 siswa yang memilih sangat setuju dan 14 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 17 siswa (65,38%) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi melalui membaca dan membuktikan kebenarannya, sikap positif sudah terlihat atas apa yang mereka pilih. Selain itu, terdapat 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju dan belum membuktikan kebenaran atas apa yang ia baca. Lalu, terdapat 8 siswa (30,77%) yang lebih memilih netral. Jumlah skor No.3 ialah 95/130 X 100% = 70,07%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Pernyataan ketiga ialah ―Membaca pelajaran yang akan saya pelajari di sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru keesokan hari‖. Berdasarkan data, terdapat 4 siswa yang memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, 16 siswa (61,54%) menunjukkan sikap postif dengan membaca pelajaran yang akan dipelajari esok hari. Namun, masih ada 1 siswa yang memilih tidak setuju dan 1 siswa yang memilih sangat tidak setuju. Artinya, 2 siswa (7,69%) tersebut memiliki sikap negatif terhadap manfaat membaca pelajaran sebelum materi tersebut diberikan oleh guru. Selain itu, masih ada 8 siswa (30,77%) yang memilih netral. 4.1.2.2.1.6 Fisiologis Faktror internal fisiologis menjadi salah satu faktor kemampuan membaca kritis. Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Saya malas membaca bila sedang sakit dan (2) Saat mata terasa lelah saya berhenti membaca sejenak. Pada aspek ini siswa memiliki skor yang cukup tinggi. Untuk mengetahui perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini. Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Fisiologis No.
1. 2.
Pernyataan 1 (STS) Saya malas membaca bila sedang sakit 1 Saat mata terasa lelah saya berhenti 0 membaca sejenak
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 1 7 10 1 3 14
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15%
5 (SS) 7 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Pernyataan pertama mengenai aspek fisiologi ialah ―Saya malas membaca bila sedang sakit‖. Terdapat 7 siswa memilih sangat setuju dan 10 siswa memilih setuju. Artinya, ada 17 siswa (65,39%) yang memiliki sikap positif, mereka mengutamakan kesehatan terlehih dahulu, apabila mereka sehat kembali mereka bisa melanjutkan kegiatan membacanya. Selain itu, terdapat 1 siswa memilih tidak setuju dan 1 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, 2 siswa (7,69%) memiliki motivasi yang tinggi, namun menunjukkan sikap negatif karena tidak mementingkan kesehatan diri sendiri. Ada juga siswa yang memilih netral sebanyak 7 siswa (26,92%). Jumlah skor No.2 ialah 106/130 X 100% = 81,54% Pernyatan kedua berkaitan dengan aspek fisiologis ialah ―Saat mata terasa lelah saya berhenti membaca sejenak‖. Berdasarkan data, terdapat 8 siswa yang memilih sangat setuju dan 14 siswa yang memilih setuju. Artinya, 22 siswa (84,61%) sudah mampu menunjukkan sikap positifnya dengan mementingkan kesehatan mata terlebih dahulu. Memang ada baiknya bila mata lelah maka harus diistirahatkan terlebih dahulu agar mata segar kembali. Namun, masih ada juga siswa yang memilih tidak setuju sebanyak 1 siswa (3,85%). Artinya, dia masih belum bisa menentukan perawatan bagi kesehatan matanya sendiri dan masih menunjukkan sikap negatif karena mengabaikan kesehatan mata. Selain itu, terdapat siswa yang menunjukkan sikap netral sebanyak 3 siswa (11,54%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
4.1.2.2.1.7 Inteligensi Aspek selanjutnya dari faktor internal ialah inteligensi. Aspek ini memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Membaca membuat saya mengetahui banyak hal dibanding teman yang lain dan (2) Saya dapat mengambil pesan dari bacaan yang saya baca dan merefleksikannya pada diri saya. Berdasarkan hasil yang didapat, inteligensi termasuk dalam kategori kuat. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor internal inteligensi. Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Inteligensi No.
1.
2.
Pernyataan
Membaca membuat saya mengetahui banyak hal dibanding teman yang lain Saya dapat mengambil pesan dari bacaan yang saya baca dan merefleksikannya pada diri saya
1 (STS) 0
0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 0 9 13
1
9
12
5 (SS) 4
4
Jumlah skor No.1 ialah 99/130 X 100% = 76,15% Pernyataan pertama yang berkaitan dengan aspek inteligensi ialah ―Membaca membuat saya mengetahui banyak hal dibanding teman yang lain‖. Berdasarkan hasil, terdapat 4 siswa yang memilih sangat setuju dan 13 siswa yang memilih setuju. Artinya, sebanyak 17 siswa (65,38%) menunjukkan sikap positif, karena dengan membaca ia bisa memiliki pengetahuan yang lebih. Selain itu, 9 siswa (34,62%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
memilih netral karena tidak menyadari kegunaan membaca untuk pengetahuannya selama ini. Jumlah skor No.2 ialah 97/130 X 100% = 74,61% Pernyataan kedua berkaitan dengan inteligensi ialah ―Saya dapat mengambil pesan dari bacaan yang saya baca dan merefleksikannya pada diri saya‖. Menurut data yang didapat, sebanyak 4 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 16 siswa (61,53%) memunjukkan sikap positif dan sudah dapat mengambil pesan atas apa yang dibacanya dan direfleksikannya pada kehidupan sehari-hari. Namun, masih ada 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju atas pernyataan tersebut. Artinya, siswa itu masih belum bisa mengambil pesan atas apa yang dibacanya dan menunjukkan sikap negatif. Selanjutnya, masih terdapat 9 siswa (34,62%) yang menunjukkan sikap netral. 4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan Kompetensi kebahasaan memiliki nilai yang cukup tinggi berdasarkan hasil yang sudah dianalisis. Kompetensi kebahasaan memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik dan (2) Saya belajar kata-kata baru dari membaca. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor internal kompetensi kebahasaan setelah dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kompetensi Kebahasaan No.
1. 2.
Pernyataan
Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik Saya belajar kata-kata baru dari membaca
1 (STS) 0 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 0 4 14 1
1
15
5 (SS) 8 9
Jumlah skor No.1 ialah 108/130 X 100% = 83,07%
Pernyataan pertama berdasarkan aspek kompetensi kebahasaan ialah ―Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik‖. Berdasarkan data, siswa yang memilih sangat setuju terdapat 8 siswa dan yang memilih setuju terdapat 14 siswa. Artinya, terdapat 22 siswa (84,61%) memiliki sikap positif dan menganggap bahwa membaca dapat membuatnya memiliki kosakata yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, ada 4 siswa (15,39%) yang memilih netral karena mereka belum dapat menentukan sikapnya. Jumlah skor No.2 ialah 110/130 X 100% = 84,61% Pernyataan kedua ialah ―Saya belajar kata-kata baru dari membaca‖. Terdapat 9 siswa memilih sangat setuju dan 15 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 24 siswa (92,30%) menyatakan bahwa membaca dapat membuatnya memiliki kata-kata baru dan menunjukkan sikap positif. Namun, masih terdapat 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju dalam hal ini. Artinya, siswa tersebut masih menunjukkan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
negatif dan belum bisa mengambil manfaat membaca berdasarkan kompetensi kebahasaannya. Selain itu, terdapat 1 siswa (3,85%) yang masih menunjukkan sikap netral. 4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca Aspek selanjutnya ialah kebiasaan membaca. Aspek kebiasaan membaca memiliki dua pernyataan, yaitu (1) Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak kecil dan (2) Saya biasa membaca bacaan melalui internet, bukan buku. Untuk melihat hasil perhitungan kuesioner faktor internal kebiasaan membaca, silakan lihat tabel di bawah ini. Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kebiasaan Membaca No.
1. 2.
Pernyataan
Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak kecil Saya biasa membaca bacaan melalui internet, bukan buku
1 (STS) 1 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 3 11 8 1
12
11
5 (SS) 3 2
Jumlah skor No.1 ialah 87/130 X 100% = 66,92%
Berdasarkan aspek kebiasaan membaca, peneliti memberikan pernyataan pertama yaitu ―Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak kecil‖. Berdasarkan data, terdapat 3 siswa yang memilih sangat setuju dan 8 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 11 siswa (42,31%) dibiasakan membaca sedari dini oleh keluarganya dan hal tersebut termasuk ke dalam hal positif. Namun, terdapat juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
siswa yang memilih tidak setuju sebanyak 3 siswa dan sangat tidak setuju sebanyak 1 siswa. Artinya, 4 siswa (15,38%) tidak dibiasakan membaca sejak dini oleh keluarga mereka dan hal tersebut termasuk ke dalam hal negatif. Selain itu, terdapat 11 siswa (42,31%) yang menunjukkan sikap netral. Jumlah skor No.2 ialah 92/130 X 100% = 70,77% Pernyataan kedua berdasarkan aspek kebiasaan membaca, yaitu ―Saya biasa membaca bacaan melalui internet, bukan buku‖. Berdasarkan data, terdapat 2 siswa yang memilih sangat setuju dan 11 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 13 siswa (50,00%) biasa membaca melalui internet. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai sikap negatif. Selain itu, hanya ada 1 siswa (3,85%) yang memilih tidak setuju. Artinya, ia biasa membaca melalui buku dan hal tersebut merupakan hal positif. Lalu sisanya, sebanyak 12 siswa (46,15%) memilih netral, mereka mungkin saja biasa membaca melalui buku maupun internet. 4.1.2.2.1.10
Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Konsisi Baca
Aspek terakhir pada faktor internal ialah kemampuan menyesuaikan strategi. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya sudah tahu letak informasi bacaan sesuai dengan jenis bacaan dan (2) Saya tidak membaca keseluruhan isi bacaan, saya hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan. Untuk mengetahui bagaimana hasil perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca No.
1. 2.
Pernyataan
Saya sudah tahu letak informasi bacaan sesuai dengan jenis bacaan Saya tidak membaca keseluruhan isi bacaan, saya hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan
1 (STS) 0 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 2 13 11 8
11
6
5 (SS) 0 1
Jumlah skor No.1 ialah 87/130 X 100% = 66,92%
Berdasarkan aspek kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan konsisi baca, terdapat dua pernyataan, pernyataan pertama ialah ―Saya sudah tahu letak informasi bacaan sesuai dengan jenis bacaan‖. Terdapat 11 siswa (42,31%) memilih setuju. Artinya, siswa tersebut memiliki sikap positif karena sudah mampu mengetahui letak informasi bacaan, kemampuan tersebut dapat dikembangkan karena kebiasaan membaca. Selain itu, terdapat 2 siswa (7,69%) yang memilih tidak setuju. Artinya, siswa tersebut masih belum mampu menentukan informasi bacaan sesuai jenis bacaan, hal tersebut bisa saja dikarenakan oleh jarangnya membaca dan hal itu termasuk dalam kategori negatif. Lalu, terdapat 13 siswa (50,00%) masih memilih netral. Jumlah skor No.2 ialah 78/130 X 100% = 60,00% Pernyataan kedua yang diajukan ialah ―Saya tidak membaca keseluruhan isi bacaan, saya
hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan‖.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Berdasarkan data, terdapat 1 siswa memilih sangat setuju dan 6 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 7 siswa (26,92%) sudah dapat menentukan bagian-bagian yang harus dibaca agar ia hanya membaca pada titik permasalahan saja namun tetap dapat mengambil keseluruhan informasi, dan hal tersebut termasuk dalam sikap positif. Selain itu, terdapat 8 siswa (30,77%) yang memilih tidak setuju. Artinya, siswa tersebut masih belum bisa menentukan titik permasalahan dan harus membaca keseluruhan isi, hal tersebut termasuk dalam hal negatif. Lalu, sebagian besar yaitu 11 siswa (42,31%) memilih netral. 4.1.2.2.2
Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam kuesioner minat baca terdapat empat aspek, yaitu (1) suasana lingkungan, (2) faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi, (3) berkaitan dengan teks, dan (4) jadwal baca. Di bawah ini terdapat hasil perhitungan pada setiap aspek kuesioner minat baca faktor eksternal. 4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai Suasana lingkungan khusunya cahaya menjadi kendala bagi kemampuan membaca kritis. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus dan (2) Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya. Berdasarkan data yang sudah diolah, aspek ini kurang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Untuk mengetahui bagaimana perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Suasana Lingkungan No.
1. 2.
Pernyataan
Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya
1 (STS) 1 3
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 12 13 0 18
4
1
5 (SS) 0 0
Jumlah skor No.1 ialah 64/130 X 100% = 49,23%
Setelah mengetahui hasil kuesioner berdasarkan faktor internal, maka saat ini peneliti akan membahas hasil kuesioner faktor eksternal. Aspek dalam faktor eksternal yang pertama ialah aspek suasana lingkungan: pencahayaan ruangan yang kurang memadai. Terdapat dua pernyataan dalam aspek tersebut, pernyataan pertama ialah ―Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus‖. Berdasarkan hasil yang didapat, tak ada satu pun siswa yang memilih sangat setuju maupun setuju, hanya ada 12 siswa yang memilih tidak setuju dan 1 siswa yang memilih sangat tidak setuju. Artinya, sebanyak 13 siswa (50%) tidak keberatan membaca pada malam hari karena membaca dapat dibantu menggunakan lampu, hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang positif. Namun, sebagian dari keseluruhan siswa, yaitu 13 siswa (50%) menyatakan netral. Artinya, mereka tidak dapat menentukan pilihannya. Jumlah skor No.2 ialah 55/130 X 100% = 42,30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Pertanyaan kedua untuk aspek yang pertama pada faktor eksternal ialah ―Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya‖. Berdasarkan data, siswa yang memilih setuju terdapat 1 siswa (3,85%). Artinya, siswa tersebut bisa saja memiliki penglihatan yang kurang baik, sekaligus mengingkari pernyataan aspek ini pada nomor satu, hal ini termasuk kategori yang kurang baik. Namun, terdapat 18 siswa yang memilih tidak setuju dan 3 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, terdapat 21 siswa (80,77%) tetap dapat membaca pada malam hari dan merasa tidak begitu terganggu. Selain itu, masih terdapat siswa yang memilih netral yaitu terdapat 4 siswa (15,38%). 4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi Faktor lingkungan menjadi aspek kedua pada faktor eksternal. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku walau saya tidak meminta dan (2) Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor eksteral pada faktor lingkungan. Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor Lingkungan No.
1.
2.
Pernyataan
Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku walau saya tidak meminta Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai
1 (STS) 0
2
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 5 12 5
13
8
2
5 (SS) 4
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%
Pernyataan pada aspek faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi terdapat dua, yang pertama ialah ―Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku walau saya tidak meminta‖. Terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 5 siswa memilih setuju dengan pernyataan ini. Artinya, sebanyak 9 siswa (34,62%) menunjukkan sikap positif dari kedua orangtuanya. Orangtua siswa mengetahui bahwa membaca buku sangatlah penting untuk pemahaman siswa di luar maupun dalam sekolah. Sebanyak 5 siswa (19,23%) menjawab tidak setuju. Artinya, orangtua mereka belum menunjukkan sikap positifnya demi menunjang pengetahuan sang anak. Sisanya, sebanyak 12 siswa (46,15%) memilih netral. Jumlah skor No.2 ialah 65/130 X 100% = 50,00% Pernyataan kedua yaitu ―Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai‖. Pernyataan ini dipilih sangat setuju oleh 1 siswa dan dipilih setuju oleh 2 siswa. Artinya, 3 siswa (11,54%) sudah menunjukkan sikap positifnya untuk membaca buku bacaan yang ia anggap menarik. Selain itu, masih juga terdapat sikap negatif dari sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 13 siswa memilih tidak setuju dan 2 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, 15 siswa (57,69%) belum menunjukkan sikap positifnya untuk membeli buku bacaan yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
anggap sukai. Selain itu, masih ada 8 siswa (30,77%) yang memilih netral dalam menentukan pilihannya. 4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis, Keterbacaan, dan Isi Bacaan. Teks menjadi aspek selanjutnya. Pada aspek ini terdapat tiga pernyataan, yaitu (1) Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca, (2) Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti, dan (3) Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca. Aspek ini memiliki nilai yang cukup baik, untuk lebih lanjutnya silakan lihat tabel di bawah ini. Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Berkaitan dengan Teks No.
1. 2.
3.
Pernyataan
Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca
1 (STS) 0
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 6 9 8
5 (SS) 3
0
0
8
13
5
0
0
4
12
10
Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%
Pada aspek yang berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan, terdapat tiga pernyataan. Pernyataan pertama ialah ―Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca‖. Berdasarkan data, terdapat 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
siswa memilih sangat setuju dan 8 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 11 siswa (42,31%) memiliki sikap negatif, karena tidak mau mencari tahu makna mengenai kosakata yang sulit tersebut. Namun, masih ada 6 siswa (23,08%) yang memilih tidak setuju. Artinya, mereka memiliki sikap positif dengan mau mencari makna mengenai kosakata yang sulit tersebut. Lalu, masih ada 9 siswa (34,61%) yang memilih netral pada pernyataan ini. Jumlah skor No.2 ialah 101/130 X 100% = 77,70% Pada pernyataan kedua ―Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti‖. Terdapat 5 siswa memilih sangat setuju dan 13 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 18 siswa (69,23%) menunjukkan sikap kurang positif, karena tidak mau membaca berbagai jenis bacaan karena tulisannya yang kurang dimengerti. Sisanya, terdapat 8 siswa (30,77%) memilih netral. Artinya, tidak ada siswa yang memiliki sikap positif karena tidak mau membaca berbagai jenis bacaan karena tulisannya kurang dimengerti. Jumlah skor No.3 ialah 110/130 X 100% = 84,61% Pernyataan ketiga pada aspek ini ialah ―Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca‖. Untuk pernyataan ini, terdapat 10 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 22 siswa (84,62%) tidak menyukai bacaan yang peletakkannya kurang baik atau tidak teratur. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap positif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
peletakkan tulisan juga termasuk ke dalam bagian keefektifan saat membaca. Namun, masih terdapat 4 siswa (15,38%) yang memilih netral. 4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca Jadwal baca menjadi aspek terkahir pada kuesioner minat baca faktor eksternal. Pada aspek ini terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Berdasarkan hasil yang didapat, aspek ini memiliki skor yang cukup baik. Berikut hasil perhitungan kuesioner faktor eksternal jadwal baca. Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Jadwal Baca No.
1.
Pernyataan
Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit
1 (STS) 1
Rentang Skor 2 3 4 (TS) (N) (S) 4 6 11
5 (SS) 4
Jumlah skor No.1 ialah 91/130 X 100% = 70,00%
Aspek terakhir yang berkaitan dengan faktor eksternal ialah jadwal baca. Pernyataan mengenai jadwal baca hanya terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Pada pernyataan ini, terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 11 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 15 siswa (57,69%) memiliki sikap positif dalam mengatur pola membacanya. Mereka meluangkan waktunya untuk membaca di sela-sela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
kesibukannya sebagai siswa. Lalu, ada juga siswa yang memilih tidak setuju yaitu 4 siswa dan sangat tidak setuju sebanyak 1 siswa. Artinya, terdapat 5 siswa (19,23%) yang memiliki sikap negatif. Mereka tidak mau menyempatkan dirinya untuk membaca walau hanya sedikit saja. Sisanya, terdapat 6 siswa (23,07%) yang memilih netral. Setelah mengetahui jumlah skor per pernyataan, maka kita lihat analisis faktor internal dan eksternal berikut ini: Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal No.
Jumlah Pernyataan
Hasil Persentase (Jumlah Skor dibagi Jumlah Pernyataan)
Kategori
2 2
53,46% 83,46%
3
77,69%
4.
Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri: Stabilitas emosi, percaya diri, dan kemampuan beradaptasi dalam kelompok Pengetahuan/pengalaman
Cukup Sangat Kuat Kuat
2
86,57%
5. 6. 7. 8.
Kebermanfaatan Fisiologis Inteligensi Kompetensi kebahasaan
3 2 2 2
69,25% 78,84% 75,38% 83,84%
9. 10.
Kebiasaan membaca Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca Faktor eksternal
2 2
68,84% 63,46%
1. 2. 3.
Aspek
Faktor Internal Motivasi Minat
Sangat Kuat Kuat Kuat Kuat Sangat Kuat Kuat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
1.
2. 3.
4.
Suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang memadai Faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan. Jadwal baca
2
45,76%
Cukup
2
58,07%
Cukup
3
76,15%
Kuat
1
70,00
Kuat
Jadi, jumlah persentase faktor internal dalam memengaruhi kemampuan membaca siswa kritis siswa ialah sebesar 74,10% (Kuat) dan faktor eksternal dalam memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa ialah sebesar 62,49% (Kuat). Faktor internal lebih banyak memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa dibandingkan dengan faktor eksternal. Faktor internal yang sangat memengaruhi kemampuan membaca kritis ialah minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan. 4.1.2.3 Wawancara Wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah wawancara bebas terpimpin, artinya responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan yang sudah disediakan. Dalam wawancara ini, peneliti mewawancarai siswa yang termasuk dalam kategori kelompok tinggi sebanyak lima orang dan satu orang yang memiliki nilai kuesioner paling tinggi. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 07.15-08.45. Pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti dapat dilihat pada Lampiran 4. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
secara garis besar peneliti menanyakan mengenai jenis bacaan, kebiasaan membaca, dan pengalaman membaca siswa. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan siswa. Tabel 4.27 Hasil Wawancara Siswa No. Pertanyaan 1. Apakah Anda suka membaca? Apakah menurut Anda membaca itu penting?
2.
Apakah Anda tertarik pada suatu jenis bacaan tertentu?
Jawaban Amel: Aku suka baca novel. Aku tidak begitu suka baca koran dan buku pelajaran. Membaca penting tapi malas. Baca novel saja informasinya banyak, jadi tahu harus bagaimana menghadapi masalah, dan kalau koran malas buka halaman berikutnya karena terlalu besar dan tidak efisien. Gupita: Saya suka baca, tetapi tergantung bacaan, bila bacaannya menambah referensi, saya suka. Membaca itu penting. Kalau tidak membaca, tidak tahu apa-apa dan kalau mau berbicara dengan teman juga kan harus ada referensi bacaan. Dewi: Sebenarnya suka, hanya saja tergantung mood, bagus atau tidak. Kalau materi atau tema menarik aku suka, tetapi kalau buku pelajaran tidak terlalu suka karena materinya kurang menarik. Membaca itu penting untuk menambah informasi. Elsina: Suka, tetapi tidak suka buku pelajaran. Lebih suka novel daripada buku pelajaran. Membaca penting sekali, kalau tidak membaca buku, tidak mendapat ilmu tambahan. Faisal: Suka. Membaca itu penting. Dari kecil saya dibiasakan suka baca. Fahmi: Saya suka baca, menambah informasi dan ilmu, wawasan juga jadi luas. Menurut saya membaca penting dan ada hiburan juga. Amel: Semua novel suka, komik suka. Lebih suka membaca buku fiksi, lebih menarik, seperti sedang nonton film. Lebih suka baca novelnya daripada nonton filmnya. Lebih asli cerita yang dibuku daripada yang di film. Lebih suka baca dibuku daripada di internet. Beda rasanya, beda sensasinya. Gupita: Lebih suka nonfiksi daripada fiksi. Kalau nonfiksi itu lebih ke lingkungan dan di sekitar dan lebih banyak manfaatnya. Saya suka bacaan politik dan ilmu pengetahuan umum, namun lebih menjurus ke sosial dan statistik. Kalau novel kurang suka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
3.
Apa yang menjadi motivasi Anda dalam membaca?
Dewi: Tidak memilih satu jenis bacaan, semua bacaan suka asalkan materi atau isinya menarik. Tergantung isi dan tema. Lalu, apakah inti ceritanya bisa membuat motivasi untuk saya atau tidak. Elsina: Tertarik pada novel, khususnya yang bertema heorik dan penyelamatan. Sebenarnya, pertamanya aku lihat film, terus akhirnya aku coba baca novelnya yang bertema heorik, akhirnya sampai sekarang suka. Faisal: Saya suka bacaan dengan tema otomotif dan kedokteran. Lebih suka membaca artikel karena banyak tema yang sesuai dengan kesukaan, namun terkadang membaca novel juga asalkan dengan tema yang disukai. Berita juga suka up-date di internet, buku, maupun TV, tapi sesuai dengan tema yang disukai. Fahmi: Saya suka novel dan ilmu pengetahuan. Untuk jenis bacaan sebenarnya tidak dibatasi, hanya saja tema dan materi kalau bisa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Amel: Asik aja. Lebih suka cari informasi dari novel. Motivasi datang dari teman dan bapak. Diberitahu bapak, selalu diberi saran oleh bapak dan melihat teman yang gemar membaca novel jadi aku mengikuti dia. Memuaskan diri saja. Gupita: Mendapatkan informasi tambahan. Sudah dibiasakan dari kecil, jadi sudah terbiasa. Ingin seperti orang lain yang mendapatkan informasi dari buku bacaan. Dewi: Karena suka membeli buku. Jadi, harus dibaca. Kalau bukunya menarik saya baca lagi. Elsina: Motivasi saya membaca novel karena di akhir cerita selalu ada motivasi untuk pembaca. Lalu juga orang tua selalu menyuruh membaca, seperti dibelikan kamus grammar untuk bahasa Inggris dan lainnya. Faisal: Dari kecil selalu dibelikan buku oleh Eyang, dengan iming-iming dibelikan makanan enak kalau sudah selesai membaca buku yang dibelikan. Sekarang jadi terbiasa membaca, jadi suka membeli buku sendiri. Berasal dari buku bacaan yang saya baca, saya sekarang bisa menulis artikel yang dipublikasikan melalui sebuah blog. Fahmi: Membaca agar lebih baik daripada teman dalam hal pelajaran. Lalu juga selalu diingatkan untuk membaca oleh Papa. Selagi kecil selalu diberikan buku oleh Eyang, namun sekarang oleh Papa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
4.
Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca? Kapan itu dilakukan?
5.
Apakah tulisan yang kurang dimengerti membuat Anda enggan membaca? Kenapa?
Amel: Iya, saat main HP. Kalau di rumah sepi tidak ada kerjaan, membaca buku. Lalu sebelum tidur, agar cepat ngantuk. Gupita: Pada saat mau tidur dan di pagi hari. Kalau pagi hari, biasanya di kamar mandi sambil mencari berita terbaru menggunakan bantuan internet dan tergantung bacaan sesuai minat. Untuk malam hari, biasanya menggunakan buku, bahan bacaan yang dibaca biasanya berkaitan dengan lingkungan sosial. Dewi: Tidak terlalu sering meluangkan waktu untuk membaca. Kalau ada berita terbaru, maka baru membaca, dan kalau ada waktu luang baru membaca. Elsina: Pada saat istirahat di sekolah, kalau tidak ingin jajan maka membaca novel. Selain itu, kalau sudah mengerjakan tugas maka suka membaca, baca buku apa saja yang ada di meja belajar. Faisal: Tidak menentu, tergantung waktu luang. Kalau sudah ada waktu luang, nanti akan membaca materi yang saya inginkan. Fahmi: Biasanya saya membaca buku pada saat malam setelah belajar. Amel: Kalau terlalu rumit, saya tinggalkan saja. Tapi kalau tema atau materinya saya suka, saya akan cari. Gupita: Kalau materi atau judul yang dibaca menarik, tulisan yang kurang dimengerti akan dicari sampai tertemu. Pada saat menemukan bagian yang sulit dimengerti tersebut, maka pengetahuan akan lebih berkembang. Dewi: Tidak akan dicari, malas. Kalau tidak mengerti yang sudah tinggalkan saja. Namun, kalau ada kata yang jarang didengar karena penasaran baru dicari, tergantung ada waktu luang untuk mencari atau tidak. Elsina: Semakin tidak mengerti maka akan semakin dicari. Penasaran yang tinggi membuat saya ingin memecahkan rasa penasaran itu sendiri. Faisal: Akan terus mencari. Biasanya mencari tahu ke teman atau internet karena penasaran dan rasa ingin tahu tinggi. Fahmi: Terkadang ditinggalkan, karena bahasa terbelit-belit. Apalagi novel yang bertema detektif atau petualangan yang bahasanya berbelit-belit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
6.
Apakah keluarga memberi dana khusus untuk membeli buku bacaan?
Amel: Bapak yang biasa memberi uang. Semua kegiatan membaca bapak yang mendukung dan menyuruh, jadi kadang bapak yang langsung memberi uang untuk mebeli buku. Gupita: Kalau meminta buku pasti selalu diberi. Namun, dahulu sewaktu masih di Sekolah Dasar, selalu dibelikan buku tanpa diminta. Dewi: Biasanya meminta untuk dibelikan, namun terkadang juga membeli sendiri. Kalau dibelikan buku harus dibaca sampai habis. Elsina: Tanpa diminta langsung diberi uang untuk memberi buku. Terkadang juga minta dan langsung diberi. Setelah itu ada tuntutan untuk dibaca. Saya sudah biasa membaca karena dari SD sering ke Perpustakaan sekolah, jadi karena sudah tahu kebiasaan saya, orang tua terkadang sudah menyiapkan buku untuk saya baca. Faisal: Terkadang langsung diberi tanpa diminta, terkadang juga saya yang meminta. Fahmi: Biasanya saya yang meminta, baru nanti diberi.
7.
Apakah menurut Anda kegiatan membaca memberi manfaat tertentu?
Amel: Memberi manfaat sekali. Kalau kita ada masalah lalu dalam buku atau novel yang kita baca ada permasalahan yang hampir serupa, biasanya saya menyelesaikannya sesuai dengan buku bacaan. Gupita: Sangat memberi manfaat. Contohnya, pada saat menghadiri forum-forum, pasti butuh referensi untuk informasi yang dibutuhkan. Saya ingin lebih pandai dari sebelumnya, maka buku pelajaran pun pasti dibaca khususnya PKN, Ekonomi, Matematika, dan Olahraga atau sesuai materi yang disukai. Dewi: Menambah informasi. Kalau diberi pilihan lebih memilih buku pelajaran dan sosial, ada ilmu baru yang bisa diterapkan di lingkungan sekitar. Kalau hanya novel tentang percintaan, nanti manfaatnya hanya itu-itu saja. Elsina: Ada, karena kalau membaca dapat pengetahuan, dapat wawasan yang lebih luas, dan dapat informasi baru. Selain itu juga bila ada masalah bisa tahu bagaimana cara menyelesaikannya melalui bacaan yang sudah dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
8.
Dalam keadaan seperti apa Anda bisa membaca dengan baik?
Faisal: Membaca memberi manfaat yang banyak. Dengan membaca saya dapat menghasilkan uang. Setelah saya membaca artikel tentang mesin baru, saya salurkan itu melalui blog yang memuat tulisan saya. Kalau apa yang saya tulis belum banyak diketahui orang lain, nanti bisa diundang ke sebuh acara otomotif untuk menjelaskan tentang mesin baru tersebut. Lalu, saya dan tim saya mendapat upah dari foto mesin. Fahmi: Menambah informasi dan menghilangkan kejenuhan. Amel: Sepi. Sendiri sambil mendengarkan musik. Pokoknya kalau saya belajar, membaca harus sambil mendengarkan musik. Kalau tidak, akan sulit memahami. Gupita: Dalam keadaan mau tidur, lalu internet dimatikan. Asal tidak ada yang mengganggu atau memanggil nama, maka kegiatan membaca bisa dilakukan di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Dewi: Dalam keadaan tidak sakit. Kalau sakit, maka susah untuk masuk ke dalam inti cerita yang dibaca. Lalu juga dalam keadaan terang. Elsina: Tergantung mood. Kalau ada waktu luang dan dalam keadaan senang. Kalau sedang ada pikiran maka membaca menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka harus dalam keadaan tanpa beban agar bisa memahami isi. Faisal: Dalam keadaan tidak terlalu sepi dan ramai, yang penting dalam keadaan ‗saya ingin membaca‘. Fahmi: Lebih suka membaca di tempat yang enak, tidak panas dan cahaya yang cukup. Sepi dan ramai tidak jadi masalah.
Wawancara yang dilakukan pada enam siswa ini sangat membantu peneliti untuk mencari faktor kemampuan membaca kritis siswa. Menurut data yang didapat, semua siswa yang diwawancarai suka membaca dengan gayanya masing-masing. Materi yang dibaca pun beragam, ada yang menyukai novel seperti Amel, Elsina, dan Fahmi. Ada juga siswa yang lebih menyukai ilmu sosial, pelajaran, dan ilmu praktis lainnya seperti Gupita, Dewi, dan Faisal. Menurut Amel, membaca novel lebih seru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
dan mengasikkan dibandingkan menonton film yang berasal dari novel yang sama. Hal ini senada dengan Elsina yang ternyata menyukai novel karena melihat salah satu film yang diadaptasi dari sebuah novel, akhirnya ia tertarik untuk membaca novel tersebut dan sampai sekarang ketertarikan membaca novel dengan jenis tertentu masih tertanam. Siswa yang memiliki perbedaan dalam menyukai jenis bacaan ini ternyata sebagian besar memiliki pengalaman membaca sedari dini. Siswa bernama Gupita mengaku selalu dibelikan buku sewaktu sekolah dasar tanpa diminta, lalu Elsina mengatakan sering pergi ke Perpustakaan untuk membaca sewaktu sekolah dasar, serta Faisal dan Fahmi yang diperkenalkan membaca oleh Eyangnya. Sama halnya dengan cerita siswa tadi, Adler dan Doren (2007: 61) mengatakan bahwa untuk membentuk kebiasaan, tidak ada cara lain kecuali dengan berbuat. Itulah maksud uangkapan ‗Alah bisa karena biasa‘. Lalu, siswa bernama Amel mengaku selalu diberi motivasi membaca oleh sang Bapak agar dapat mengetahui informasi lebih banyak lagi dari membaca dan siswa bernama Dewi yang walaupun tidak mengaku diberi motivasi membaca oleh keluarga, namun dari cerita yang ia ceritakan keluarganya sangat mendukung kesukaannya dalam membaca dengan cara membelikan buku bacaan namun dengan catatatan harus dibaca hingga akhir. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memang keenam siswa ini memiliki pengalaman membaca sedari dini dengan cerita yang berbeda-beda. Motivasi dalam membaca yang dilakukan oleh siswa pun berbeda-beda. Siswa bernama Amel mengatakan bahwa motivasi membacanya tumbuh karena selalu diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
dorongan oleh orangtua dan juga sering melihat temannya membaca novel, sehingga membuatnya tergiur untuk ikut membaca. Selain itu, Gupita mengatakan bahwa motivasinya ialah untuk mendapat informasi tambahan dari apa yang sudah ia dapat. Selain itu, ia juga ingin seperti orang lain yang mendapatkan informasi dari buku bacaan. Berbanding terbalik dengan dua temannya, Dewi mengatakan karena ia suka membeli buku, jadi motivasi membaca timbul dengan sendirinya. Ada tuntutan bahwa buku yang sudah dibeli harus dibaca hingga habis. Berbeda dengan pendapat teman-temannya, Elsina mengatakan bahwa motivasinya membaca buku khususnya novel ialah karena di akhir cerita selalu ada motivasi untuk pembaca. Jadi, Elsina selalu menantikan saat ia membaca tulisan motivasi yang ada dalam buku bacaannya. Siswa yang bernama Faisal mengatakan bahwa dari kecil sudah dibiasakan membaca oleh Eyangnya dengan diiming-imingi dibelikan makanan enak bila sudah selesai membaca. Kebiasaan itu akhirnya berkembang menjadi kelebihan lain, yaitu menulis. Bacaan yang sudah ia baca, ia tuliskan kembali ke dalam tulisan yang lebih sederhana dan dipublikasikan melalui sebuah blog. Berbeda dengan yang lainnya, siswa yang bernama Fahmi mengatakan bahwa membaca dapat membuatnya lebih baik daripada teman-temannya dalam hal pelajaran. Jadi, Fahmi memiliki motivasi yang lebih dalam hal akademik. Selain itu, terdapat sebuah keselarasan atas apa yang dilakukan oleh Faisal dengan penjelasan Tarigan (2008: 1). Tarigan mengatakan bahwa dalam memperoleh katerampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan, 2008: 1). Artinya, empat keterampilan tersebut ialah satu. Melalui sebuah gambar, Tarigan menjelaskan bahwa keterampilan berbahasa memiliki hubungan satu sama lain. Gambar tersebut menjelaskan bahwa komunikasi tatap muka dilakukan dengan cara menyimak dan kemudian dilanjutkan dengan berbicara. Selanjutnya, komunikasi tidak tatap muka dilakukan dengan membaca dan dilanjutkan dengan menulis (Tarigan, 2008: 2). Artinya, menulis ialah kemampuan berbahasa tertinggi di antara kemampuan lainnya, namun kemampuan tersebut tak akan bisa terlaksana bila kemampuan menyimak, berbicara dan membaca masih kurang. Selanjutnya percakapan beralih pada jadwal baca yang biasa diterapkan oleh siswa. Siswa bernama Amel mengatakan bahwa biasa membaca saat sedang bermain handphone dan sebelum tidur agar cepat mengantuk. Selain Amel, Gupita juga menceritakan kegiatan membacanya. Selaras dengan Amel, Gupita bercerita bila ia membaca pada saat akan tidur dan di pagi hari. Pada pagi hari ia akan membaca dengan bantuan internet untuk melihat kabar berita terbaru, sedangkan pada saat malam membaca menggunakan buku cetak. Berbanding terbalik dengan Amel dan Gupita yang menyempatkan diri membaca secara rutin, Dewi mengaku tidak begitu sering meluangkan waktu untuk membaca. Ia bercerita, bila ada berita terbaru maka ia akan membaca pada saat ada waktu luang. Selaras dengan Dewi, Faisal juga bercerita ia akan membaca buku bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
memiliki waktu luang. Berbanding terbalik dengan Dewi dan Faisal, Elsina mengatakan bahwa ia akan membaca buku novel pada saat istirahat, kalau tidak ingin jajan di Kantin. Selain itu, pada malam hari setelah belajar ia akan membaca buku apa saja yang ada di meja belajarnya. Selaras dengan Elsina, Fahmi pun menyatakan ia akan membaca buku setelah belajar pada malam hari. Jadi, sebagian besar siswa memang memiliki jadwal baca sendiri tergantung kebiasaannya dan sesuai dengan waktu luang yang ada. Pertanyaan akhirnya beralih pada pemahaman kebahasaan siswa, mengenai tulisan yang kurang dimengerti, apakah membuat enggan membaca atau tidak? Dan mengapa? Pertanyaan yang saya tanyakan ternyata dijawab beragam oleh para siswa. Amel yang memiliki jadwal baca sebelum tidur mengatakan kalau bacaan terlalu rumit maka ia akan tinggalkan, namun bila materi atau tema yang ia sukai maka ia akan mencari tahu. Jadi, dapat dilihat bila ada kosakata yang sulit, Amel akan mencari tahu maknanya, apabila materi atau tema bacaannya ia sukai. Pernyataan Amel ini selaras dengan Dewi, Dewi mengatakan malas untuk mencari. Namun, bila ada kata yang jarang ia dengar maka ia akan cari, tetapi tergantung adanya waktu luang atau tidak. Pernyataan Amel dan Dewi selaras dengan pernyataan Fahmi yang mengatakan bahwa ia terkadang meninggalkan kosakata yang ia tidak tahu, karena bahasanya yang berbelit-belit. Pernyataan tiga siswa ini berbanding terbalik dengan Gupita, Elsina, dan Faisal. Mereka bertiga mengatakan bila ada kosakata yang sulit maka mereka akan terus mencari sampai tertemu. Gupita mengatakan akan terus mencari selagi materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
atau judulnya menarik, karena menurutnya menemukan bagian bacaan yang sulit dimengerti akan menambah pengetahuannya. Lalu, Elsina mengatakan akan terus mencari karena penasaran, dan ingin memecahkan rasa penasaran itu sendiri. Selaras dengan Elsina, Faisal mengatakan bahwa ia akan terus mencari tahu, karena penasaran yang tinggi. Ia akan mencari tahu pada teman ataupun mencari di internet. Pertanyaan selanjutnya yang saya ajukan mengenai dukungan keluarga dalam memberikan dana khusus untuk membeli buku. Siswa yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa keluarga mereka khususnya orangtua memberikan uang langsung untuk membeli buku, namun ada juga yang meminta terlebih dahulu setelah itu baru diberi uang. Seperti halnya Amel, dia mengatakan bahwa seluruh kegiatan membacanya didukung oleh sang Bapak. Jadi, terkadang sang Bapak langsung memberi uang untuk membeli buku. Sejalan dengan Amel, Elsina juga mengatakan bahwa ia biasa langsung diberi uang tanpa diminta. Namun, Elsina mengatakan terkadang ia juga meminta terlebih dahulu. Sejalan dengan Amel dan Elsina, Faisal juga mengatakan bahwa ia juga terkadang langsung diberi uang untuk membeli buku tanpa diminta. Namun, terkadang juga ia yang meminta. Selain itu, Gupita, Dewi, dan Fahmi juga mengatakan bahwa mereka biasa meminta uang terlebih dahulu. Berbeda dari teman yang lain, Gupita yang mengatakan bahwa biasa meminta uang terlebih dulu untuk membeli buku ternyata selalu dibelikan buku sewaktu masih SD tanpa ia minta. Lalu, Dewi mengatakan biasanya juga ia membeli sendiri buku yang ia inginkan, dengan kata lain menabung. Jadi, dapat disimpulkan bahwa memang orangtua biasa memberi uang terlebih dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
tanpa diminta, namun adakalanya siswa juga meminta uang untuk membeli buku yang diinginkannya. Dorongan orangtua ternyata mampu membina minat membaca siswa, menurut Wiryodijoyo (1989: 194) sikap orangtua yang terbuka dan dekat dengan anak-anak berpengaruh besar terhadap pembinaan motivasi membaca pada mereka. Orangtua yang demikian suka menceritakan pengalamannya kepada anakanaknya, menunjukkan kepada mereka bahan-bahan bacaan yang berguna yang pernah dibacanya. Selain itu, siswa juga masih bisa membeli sendiri buku yang diinginkannya. Pertanyaan yang peneliti ajukan selanjutnya ialah mengenai pendapat mereka mengenai manfaat membaca. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa membaca menambah informasi, menambah wawasan, dan menambah pengetahuan. Selain itu, terdapat juga pendapat lain dari beberapa siswa, Amel mengatakan bahwa ia dapat menyelesaikan permasalahannya dengan meniru penyelesaian yang terdapat pada novel yang ia baca. Sejalan dengan pendapat Amel, Elsina juga mengatakan hal yang serupa. Berbanding terbalik dengan kedua temannya, Gupita dan Dewi memiliki pendapat lain. Menurut Gupita manfaat membaca ialah agar pada saat menghadiri sebuah forum ia akan lebih mengetahui materi apa yang sedang dibicarakan. Membaca membuatnya mengetahui informasi lebih mengenai materi yang dibicarakan dalam forum. Selain itu, ia juga berharap dapat lebih pandai dengan membaca. Selain itu, Dewi mengatakan bahwa ia gemar membaca karena ia dapat mengambil ilmu baru untuk diterapkan di lingkungan sekitar, di mana ia tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Selain itu, siswa bernama Fahmi mengatakan bahwa membaca membuatnya menghilangkan kejenuhan. Berbeda halnya dengan semua temannya, Faisal mengatakan bahwa membaca memberinya manfaat tersendiri. Manfaat yang didapatnya ialah mendapat uang jajan tambahan dari kegiatannya membaca. Uang yang Faisal dapat berasal dari kegemarannya dalam membaca. Faisal biasa membaca sebuah artikel mengenai mesin baru, setelah itu ia akan menuliskannya kembali menggunakan bahasanya sendiri. Setelah itu, ia akan mempublikasikan tulisannya dalam sebuah blog khusus pecinta otomotif. Setelah itu, bila tulisannya menarik, maka ia dan timnya mendapat kesempatan untuk diundang dalam sebuah acara otomitif untuk menjelaskan mengenai mesin baru tersebut. Sejalan dengan cerita Faisal, Tarigan (1983: 99) mengatakan bahwa betapa eratnya hubungan antara membaca dan menulis. Kian banyak bahan yang kita baca maka kian banyak pula informasi yang kita peroleh, dan kian banyak hal-hal yang dapat kita sampaikan, kita ekspresikan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tulisan; dengan perkataan lain, dengan cara banyak membaca maka daya ekspresi kita, baik secara lisan maupun secara tulisan semakin meningkat. Pertanyaan terakhir dalam sesi wawancara ialah mengenai situasi di mana siswa biasa membaca. Menurut Amel, ia bisa membaca dalam keadaan sepi dengan diiringi musik. Kebiasaan tersebut membuat ia sulit memahami suatu bacaan bila tidak diiringi dengan mendengarkan musik. Berbeda halnya dengan Amel, Gupita mengatakan bahwa ia bisa membaca dengan tenang bila ia membaca pada saat akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
tidur dan jaringan internet yang ada dimatikan. Selain itu, asal tidak ada yang memanggil dan mengganggunya, maka ia bisa membaca dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Faisal dan Fahmi memiliki pendapat yang hampir serupa. Faisal mengatakan ia bisa membaca dalam keadaan tidak terlalu sepi dan tidak terlalu ramai, yang penting dalam keadaan ‗saya ingin membaca‘. Pendapat Fahmi pun tak jauh berbeda dengan Faisal, ia mengatakan sepi dan ramai tak jadi masalah, asalkan di tempat yang enak, tidak panas dan memiliki cahaya yang cukup. Berbeda halnya dengan keempat temannya, Dewi lebih memerhatikan kesehatannya, ia mengatakan bahwa ia membaca dalam keadaan tidak sakit, maka ia akan lebih mudah masuk ke dalam inti cerita. Artinya, ia lebih memikirkan kesehatan fisiknya dahulu dalam membaca. Sama halnya dengan Dewi, Elsina pun lebih memilih membaca dalam keadaan memiliki waktu luang dan dalam keadaan senang. Pada saat hati senang dan tanpa beban, ia dapat lebih memahami isi bacaan, menurutnya. Artinya, kedua siswa ini lebih mendahulukan kesehatan fisik dan jiwa agar lebih bisa menguasai isi bacaan. Perbedaan kebiasaan keadaan dalam membaca tidak memengaruhi kemampuan membaca, yang ada hanya kebiasaan tersebut akan terus menjadi tolak ukur kenyamanan membaca siswa. Selain itu, peneliti juga mendapat perbedaan kebahasaan pada para siswa. Siswa yang menyukai fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan dalam perbendaharaan kata, aturan kalimat, gestur tubuh saat berbicara, dan cara berkomunikasi. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat, faktor kemampuan membaca kritis ialah kebiasaan, motivasi, minat, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
4.2 Pembahasan Penelitian berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖ ini bertujuan untuk mencari faktor penentu kemampuan membaca kritis. Sebelum itu, peneliti meneliti sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa dengan memberikan tes kemampuan membaca kritis. Lalu, untuk mencari faktor kemampuan membaca kritis, peneliti meneliti berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapat hasil sebagai berikut. 4.2.1
Kemampuan Membaca Kritis Tes kemampuan membaca kritis yang diberikan oleh peneliti digunakan untuk
melihat kemampuan membaca kritis siswa. Tes ini dilakukan pada 26 siswa dengan 30 soal, namun hanya 12 soal yang dinyatakan layak. Di dalam tes ini terdapat beberapa aspek penilaian, yaitu mengingat dan mengenai, menginterpretasi bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep, menganalisis suatu bacaan, membuat kesimpulan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan. Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, skor rata-rata siswa ialah 14,58 dan termasuk dalam kategori kurang. Siswa sudah mampu dalam tiga aspek dari total tujuh aspek yang ada. Siswa sudah mampu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. Dalam empat aspek lainnya siswa terlihat masih belum menguasai, yaitu aspek menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Hasil yang didapat pada tes kemampuan membaca kritis tidak sejalan dengan hasil kuseioner. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa persentase yang didapat termasuk dalam kategori kuat, namun dalam tes kemampuan membaca masih termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dikarenakan faktor negatif yang memengaruhi kemampuan membaca kritis masih kuat. Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya (seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterampilan dengan keterampilan lain, serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno, 2012: 84). Jadi, skor rata-rata siswa pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah 14,58 dan termasuk dalam kategori kurang. Para siswa hanya mampu memenuhi tiga aspek dari tujuh aspek yang ada, yaitu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. 4.2.2
Faktor Kemampuan Membaca Kritis Faktor kemampuan membaca kritis diteliti berdasarkan observasi, kuesioner
dan wawancara. Pada observasi, peneliti memiliki 11 aspek untuk penilaian guru dan murid. Aspek ini digunakan untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar pada saat kegiatan membaca. Aspek yang terdiri dari pembuka, inti, dan penutup ini memperlihatkan bagaimana kegiatan belajar mengajar pada kegiatan membaca di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 siswa masih terlihat belum memiliki motivasi dan minat membaca. Siswa masih membutuhkan motivasi belajar, motivasi yang dapat dibangun oleh guru maupun murid itu sendiri. Siswa sudah jenuh dengan suasana kelas yang konvensional, sehingga siswa butuh sesuatu untuk meningkatkan keinginan belajar, khusunya membaca. Jadi, berdasarkan hasil observasi, motivasi dan minat baca siswa masih kurang dan memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selanjutnya, kuesioner dibagikan pada tanggal 16 Januari 2016 berisi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Kuesioner yang dibagikan memiliki 30 pernyataan yang terdiri dari 14 aspek. Aspek terdiri dari faktor internal dan eksternal. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa faktor internal memiliki nilai yang lebih dibandingkan dengan faktor eksternal. Skor kuesioner yang didapat pada faktor internal ialah 74,10% sedangkan faktor eksternal ialah 62,49%, dan keduanya termasuk dalam kategori kuat dengan pernyataan positif dan negatif. Berdasarkan hasil dari 26 siswa, motivasi siswa dalam membaca memiliki skor yang tinggi. Siswa juga memiliki skor yang tinggi dalam aspek minat. Kematangan sosio dan emosi siswa juga tinggi dalam membaca. Berdasarkan hasil, aspek pengalaman/pengetahuan juga termasuk faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selain itu, siswa juga dapat mengambil kebermanfaatan dalam membaca dengan cukup baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Aspek fisiologis juga menentukan kemampuan membaca kritis yang cukup tinggi. Dilihat dari hasil perhitungan, membaca juga dapat memengaruhi inteligensi siswa. Lalu, Aspek kompetensi kebahasaan memiliki posisi yang tinggi dalam memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selain itu, persentase kebiasaan membaca siswa pun termasuk yang cukup tinggi dalam kemampuan membaca kritis. Aspek terakhir dalam faktor internal ialah strategi membaca dan kondisi baca, skor yang didapat menunjukkan siswa sudah memiliki strategi dan kondisi baca yang cukup baik. Selain faktor internal, peneliti juga melihat faktor kemampuan membaca kritis melalui faktor eksternal. Berdasarkan faktor eksternal, terdapat beberapa aspek yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Aspek yang pertama ialah aspek suasana lingkungan pencahayaan, siswa memiliki skor yang cukup pada aspek ini. Selain itu, terdapat faktor lingkungan latar belakang ekonomi, pada aspek ini sosial ekonomi siswa terbilang cukup. Selain dari lingkungan, teks juga memengaruhi kemampuan membaca siswa. Aspek terakhir dari faktor eksternal ialah jadwal baca, hasil yang didapat menunjukkan cukup banyak siswa yang meluangkan waktunya untuk membaca. Berdasarkan
penjelasan
yang
sudah
disampaikan,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa faktor internal memiliki lebih banyak pengaruh daripada faktor eksternal. Pengaruh tersebut tergantung berdasarkan sikap negatif atau positif pada pernyataan yang ada. Namun, minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan sangat kuat memengaruhi kemampuan membaca kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Selanjutnya, wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 dilakukan untuk mengetahui faktor kemampuan membaca kritis lebih dalam. Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lebih mendalam. Pertanyaan yang ada berkaitan dengan kebiasaan, buku yang disukai, motivasi, jadwal baca, dana khusus yang disediakan, tata letak tulisan, dan manfaat membaca menurut siswa. Sebenarnya, berdasarkan data yang diambil terdapat siswa yang memiliki perbedaan nilai antara kuesioner dengan tes kemampuan membaca. Siswa tersebut memiliki nilai kuesioner tertinggi namun memiliki nilai tes kemampuan membaca kritis yang rendah. Lalu, peneliti menggunakan wawancara untuk menemukan jawaban mengapa terdapat perbedaan yang mencolok tersebut. Elsina memiliki nilai tertinggi dalam kuesioner, namun memiliki nilai rendah dalam tes kemampuan membaca kritis. Peneliti mencari faktor apa yang memengaruhi kemampuan membacanya. Setelah dilihat, akhirnya peneliti menemukan satu faktor, yaitu faktor keadaan membaca. Elsina sempat menyatakan ―Kalau sedang ada pikiran maka membaca menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka harus dalam keadaan tanpa beban agar bisa memahami isi‖. Pernyataan ini adalah pernyataan yang berbeda di antara teman-teman yang lain dalam pertanyaan yang sama. Pernyataan tersebut menjadi jawaban mengapa Elsina memiliki nilai kuesioner tertinggi, namun memiliki nilai tes kemampuan membaca kritis yang rendah. Berarti dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor kemampuan membaca kritis juga dipengaruhi oleh keadaan pembaca, baik itu kesehatan fisik maupun psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor kemampuan membaca kritis ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis). Hal ini sejalan dengan perhitungan kuesioner, faktor internal khususnya minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan ialah yang paling kuat. Selain itu, menurut Noer (2012: 51) motivasi membaca dapat ditingkatkan dengan Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca buku tersebut. Contohnya jika buku tersebut ialah text book perkuliahan yang tebal dan membosankan, coba bayangkan apa yang menarik dari judulnya, topik-topik yang dibahas di dalamnya, dan apa yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku tersebut. Jika disimpulkan, motivasi yang ditimbulkan akan menghasilkan minat untuk membaca buku yang ada. Pada wawancara yang peneliti lakukan, peneliti juga melihat kebahasaan siswa yang menyukai fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan. Pada siswa yang memiliki minat pada buku fiksi terlihat lebih leluasa dan lebih santai daripada siswa yang menyukai bacaan nonfiksi. Siswa yang menyukai nonfiksi memiliki pemikiran yang lebih matang dan terlihat berpikir dengan sesekali mengertnyitkan dahi bila akan menjawab pertanyaan. Mereka juga memiliki tata aturan kalimat yang lebih baik daripada yang menyukai fiksi. Untuk gestur tubuh sendiri, siswa yang menyukai fiksi terlihat lebih santai dan menceritakan sedikit pengalamannya pada saat menjawab pertanyaan daripada siswa yang menyukai nonfiksi yang terlihat lebih kaku dan tidak banyak meceritakan pengalamannya dalam hal membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Berdasarkan analisis observasi, hasil kuesioner, dan wawancara diperoleh hasil bahwa faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, hasil tes kemampuan membaca kritis siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, skor rata-rata siswa adalah 14,58. Di antara 26 siswa yang mengikuti tes, terdapat 7 siswa yang mendapat nilai cukup dalam membaca kritis, sisanya 19 siswa mendapat nilai kurang dalam membaca kritis. Dalam perhitungan terdapat tiga aspek yang dapat tercapai yaitu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. Siswa masih lemah dalam empat aspek yang lain, yaitu menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan. Kedua, faktor kemampuan membaca kritis diambil berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi, siswa terlihat tidak memiliki motivasi dan minat baca. Berdasarkan perhitungan kuesioner yang dibagikan pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 faktor internal dan eksternal masuk dalam kategori kuat, yaitu 74,10% untuk faktor internal dan 62,49% untuk faktor eksternal. Namun, peneliti melihat bahwa aspek yang sangat kuat seperti minat, pengetahuan/pengalaman, dan 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
kompetensi kebahasaan ialah yang paling memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selain itu, dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa faktor kemampuan membaca kritis meliputi kebiasaan, motivasi, minat baca, dan keadaan pembaca (kesehatan dan psikologis). Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling kuat dalam memengaruhi kemampuan membaca kritis, ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, pengetahuan/pengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan pembaca (kesehatan fisik dan psikologis). 5.2. Saran-Saran Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan, peneliti ingin memberikan sedikit masukan atau perbaikan atas apa yang sudah ada. a. Bagi Guru Bahasa Indonesia Guru seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan belajar siswa. Siswa belajar di kelas bukan hanya diam dan mendengarkan apa yang dibicarakan guru, namun juga dilatih untuk mengasah kemampuan berpikirnya. Membaca seharusnya menjadi salah satu alternatif agar siswa mampu membuka wawasan dan pemikiran kritisnya atas apa yang terjadi di kehidupan sekitar. Hasil yang didapat terlihat kurang baik, siswa masih banyak yang tidak memerdulikan guru saat mengajar, tidak merasa tertarik atas apa yang diajarkan, siswa seakan memiliki dunianya sendiri di dalam kelas. Guru harus lebih tegas untuk membuat siswa jera. Guru seharusnya sudah mulai memikirkan inovasi terbaru untuk membuat siswa merasa tertarik belajar, khususnya pada saat kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
membaca. Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan menggunakan media atau permainan kecil untuk membuat siswa tertarik dan menimbulkan motivasi. Materi yang diberikan juga harus sesuai dengan minat siswa, atau suatu hal yang terlihat menarik bagi para remaja. Guru seharusnya lebih banyak memberikan tugas membaca dengan memberikan motivasi tertentu, misalnya mendapatkan nilai tambahan atau semacamnya. Otomatis hal tersebut menjadi motivasi tertentu bagi siswa dan sedikit demi sedikit dapat menimbulkan minat baca. Hal yang tak kalah penting juga ialah memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya untuk mengetahui pemikiran kritis mereka. Menulis dapat menjadi alternatif lain untuk mengemukakan pendapatnya selain mengeluarkan pendapat dengan lisan. Tugas menulis juga menjadi salah satu kegiatan kreatif untuk melihat sejauh mana kemampuan membaca siswa. b. Bagi Siswa Siswa yang baik seharusnya dapat menunjukkan hormat pada guru dengan mendengarkan dan memperhatikan guru pada saat mengajar, bukan malah sibuk dengan dunianya sendiri. Sebagai siswa seharusnya memiliki rasa tanggung jawab untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kegiatan membaca yang diberikan guru memiliki banyak manfaat, siswa seharusnya sadar akan hal tersebut. Membaca dapat membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih. Selain itu, membaca juga dapat melatih kita untuk berpikir kritis. c. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang masih tergolong kurang sempurna ini. Selanjutnya, penelitia lain juga diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran membaca, khususnya membaca kritis dengan melihat faktor-faktor pendukung yang ada. Diharapkan peneliti lain dapat mencari faktor-faktor membaca kritis yang lain dan dapat mengembangkannya agar siswa Indonesia memiliki daya baca yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Adler, Mortimer J. dan Doren, Charles Van. 2007. How to Read Book Cara Jitu Mencapai Puncak Tujuan Membaca. Jakarta: IPublishing. Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosakarya. Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Kemdikbud. . 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta. Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. https://repository.usd.ac.id/344/2/111224032_full.pdf. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD. (Diakses 20 September 2015). Azwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hernowo. 2009. Mengikat Makna Update: Membaca dan Menulis yang Memberdayakan. Bandung: Kaifa. Mardiah. 2014. “Menumbuhkan Minat Baca”. Integrated BPSDMKP Library Management System. http://bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/?q= node/23. (Diakses 1 Maret 2016). Mulyatiningsih, Endang. 2014. Metode Penelitian Terapan. Bandung: Alfabeta. Noer, Muhammad. 2012. Speed Reading for Beginners Panduan Membaca Lebih Cepat, Lebih Cerdas, dan dengan Pemahaman yang Lebih Baik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Pujiono, Setyawan. 2008. Metode K-W-L dalam Pembelajaran Membaca Kritis. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/2.%20PPM%20Makalah%20PPM %20%20wates%20K-W-L.pdf. Yogyakarta: UNY. (Diakses 29 Oktober 2015). Purwanta, Hieronymus. 2012. ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA 1975-2008”. Jurnal Pendidikan, Volume 15, No.2, Hal. 195-217. Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma. Purwanto, Agus, dan Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media. Rahmi, Putri. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Reswari, Maulida. 2015. Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Sentolo Kelas X Melalui Pendekatan Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015. https://repository.usd.ac.id/128/2/101224034_full.pdf. Skripi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. (Diakses 5 Oktober 2015). Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Jawa Barat: IKAPI. Rustari Dewi, Ni Komang Ayu. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja Siswa SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep. http://unmas-library.ac.id/wpcontent/uploads/2014/11/NI-KOMANG-AYU-RUSTARI-DEWI.pdf. Skripsi, Denpasar: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Diakses 5 Oktober 2015). Siswanto, Victoranus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soedarso. 2000. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. Solang, Deetje Josephine. 2008. ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Kreatif”. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 15, Nomor 2, Hlm. 35-42. Manado: Universitas Negeri Manado. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Swediati, Nonny dan Untorodewo, Felicia N. 2009. Prestasi Membaca Siswa Indonesia dalam Studi PRILS 2006. http://litbang.kemdikbud.go.id/data/ puspendik/HASIL%20RISET/PIRLS/LAPORAN%20PIRLS%202006%20%20Prestasi%20Membaca%20Siswa%20Indonesia%20dalam%20Studi%20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
PIRLS%202006.pdf. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. (Diakses 1 Maret 2016). Tampubolon. 1987. Kemapuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. . 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. . 1983. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. Weiss, Donald H. 1990. Meningkatkan Kemampuan Membaca. Jakarta: Binarupa Aksara. Winarno. 2012. Speed Reading: Jurus Membaca Cepat, Tepat, dan Akurat. [s.l]: Platinum. Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. FKIP Universitas Bengkulu: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI Nama guru Bidang studi Kelas Tanggal Sekolah Tempat Penilaian
: : : : :
TUJUAN Untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar dalam kegiatan membaca guna mencari kelemahan dan kelebihan dalam melihat faktor kemampuan membaca kritis. PETUNJUK: 1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar pada kegiatan membaca! 2. Berikan skor (√) pada setiap butir komponen yang sudah disediakan. 3. Tuliskan komponen yang dirasa penting dalam pembelajaran namun tidak tercantumkan di dalam kolom. No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Komponen yang Dinilai (GURU) Pembuka Memilih bacaan sesuai dengan psikologis pelajar Materi bacaan sesuai dengan realitas kehidupan Memeriksa kesiapan belajar siswa Memeriksa kesiapan media yang akan dipakai Inti Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media untuk menunjang keterampilan membaca Menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan Memberikan masukan dalam kritisan siswa Penutup Menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis Melakukan refleksi pembelajaran dari bacaan
112
Tampak
Tidak Tampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
(SISWA) Pembuka Siap mengikuti pembelajaran Memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan Antusias saat diberi tugas membaca Inti Bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan Memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai Terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media oleh guru Menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan Merespons pertanyaan guru Mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan Penutup Membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada Membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang diberikan guru
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 KISI-KISI KUESIONER FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS No.
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
1. 2. 3. 4.
Aspek Faktor Internal Motivasi Minat Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri: Stabilitas emosi, percaya diri, dan kemampuan beradaptasi dalam kelompok Pengetahuan/pengalaman Kebermanfaatan Fisiologis Inteligensi Kompetensi kebahasaan Kebiasaan membaca Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca Faktor eksternal Suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang memadai Faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan. Jadwal baca
114
Jumlah
Nomor Soal
2 2 3
3,26 1,4 11,27,30
2 3 2 2 2 2 2
6,9 10,18,19 8,25 24,29 16,17 15,23 7,22
2
14,28
2 3
13,21 5,12,20
1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aspek
KISI-KISI TES MEMBACA KRITIS Indikator
Jumlah Soal 1
Nomor Soal 4
2
1,3
2 1
2,13 14
1
17
1
15
1
30
8. Kemampuan mengikuti petunjuk bacaan. 9. Kemampuan menentukan gagasan utama sesuai dengan situasi tertentu
2
12,16
2
7,29
10. Kemampuan menyelidiki kelogisan suatu bacaan. 11. Kemampuan menentukan fakta dan opini suatu tulisan. 12. Kemampuan menyelidiki pesan suatu bacaan. 13. Kemampuan mengenali detail penting suatu bacaan. 14. Kemampuan membuat simpulan suatu bacaan.
1
18
2
6,24
1
9
2
5,25
2
11, 21
15. Kemampuan mendeteksi kesalahan suatu bacaan. 16. Kemampuan memilih bacaan yang baik dan tidak baik. 17. Kemampuan memperkirakan kebenaran suatu bacaan. 18. Kemampuan membuat opini terhadap suatu bacaan.
2
10,20
1
19
2
27,28
3
8,22,23
Kemampuan 1. Kemampuan mengidentifikasi isi suatu mengingat dan bacaan. mengenali 2. Kemampuan mengenali opini dan fakta bacaan suatu bacaan. 3. Kemampuan mengingat isi suatu bacaan Kemampuan 4. Kemampuan menafsirkan isi suatu menginterpreta bacaan. si suatu bacaan 5. Kemampuan menjelaskan suatu bacaan. 6. Kemampuan memahami isi di antara dua bacaan. 7. Kemampuan merangkum suatu bacaan.
Kemampuan mengaplikasik an konsepkonsep ke dalam bacaan Kemampuan menganalisis suatu bacaan
Kemampuan membuat simpulan Menilai suatu bacaan
Kemampuan merespons isi
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bacaan
19. Kemampuan mengonstruksi suatu bacaan.
1
Lampiran 4 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertanyaan Apakah Anda suka membaca? Apakah menurut Anda membaca itu penting? Apakah Anda tertarik pada suatu jenis bacaan tertentu? Apa yang menjadi motivasi Anda dalam membaca? Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca? Kapan itu dilakukan? Apakah tulisan yang kurang dimengerti membuat Anda enggan membaca? Kenapa? Apakah keluarga memberi dana khusus untuk membeli buku bacaan? Apakah menurut Anda kegiatan membaca memberi manfaat tertentu? Dalam keadaan seperti apa Anda bisa membaca dengan baik?
116
Jawaban
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 Berikut adalah rumus untuk mencari Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) soal. Total skor benar dibagi jumlah peserta tes, sebanyak 26 orang.
ITK Keterangan: ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Total jawaban benar N = Jumlah peserta tes NO. SOAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21. 22. 23. 24. 25.
FK
N
ITK
KETERANGAN
KATEGORI
ASPEK
13 19 15 16 9 6 5 23 26 9 14 24 0 0 11 18 13 22 4 3 3 24 23 24 6
26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26
0,5 0,73 0,57 0,61 0,34 0,23 0,19 0,88 1 0,34 0,42 0,92 0 0 0,42 0,69 0,5 0,84 0,15 0,11 0,11 0,92 0,88 0,92 0,23
LAYAK LAYAK LAYAK LAYAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK
SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG SULIT SULIT TERLALU MUDAH TERLALU MUDAH TERLALU MUDAH SULIT SEDANG TERLALU MUDAH TERLALU SULIT TERLALU SULIT SEDANG MUDAH SEDANG TERLALU MUDAH TERLALU SULIT TERLALU SULIT TERLALU SULIT TERLALU MUDAH TERLALU MUDAH TERLALU MUDAH SULIT
1 1 1 1 4 4 3 7 4 6 5 3 1 2 2 3 2 4 6 6 5 7 7 4 4
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26. 27. 28. 29. 30.
3 3 24 0 23
26 26 26 26 26
0,11 0,11 0,92 0 0,88
TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK
TERLALU SULIT TERLALU SULIT TERLALU MUDAH TERLALU SULIT TERLALU MUDAH
7 6 6 3 2
Lampiran 6 INSTRUMEN PENILAIAN OBSERVASI Nama guru
: Ign. Isharjono, S.Pd
Bidang studi
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XI MIA 2
Tanggal
: 13 Januari 2016
Sekolah Tempat Penilaian
: SMA Negeri 1 Kasihan
TUJUAN Untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar dalam kegiatan membaca guna mencari kelemahan dan kelebihan dalam melihat faktor kemampuan membaca kritis. PETUNJUK: 1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar pada kegiatan membaca! 2. Berikan skor (√) pada setiap butir komponen yang sudah disediakan. 3. Tuliskan komponen yang dirasa penting dalam pembelajaran namun tidak tercantumkan di dalam kolom. No
1. 2. 3. 4.
Komponen yang Dinilai (GURU) Pembuka Memilih bacaan sesuai dengan psikologis pelajar Materi bacaan sesuai dengan realitas kehidupan Memeriksa kesiapan belajar siswa Memeriksa kesiapan media yang akan dipakai Inti 118
Tampak
Tidak Tampak
√ √ √ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media untuk menunjang keterampilan membaca Menuntun siswa dalam mengkritisi suatu bacaan Memberikan masukan dalam kritisan siswa Penutup Menyusun simpulan berdasarkan pemikiran kritis Melakukan refleksi pembelajaran dari bacaan (SISWA) Pembuka Siap mengikuti pembelajaran Memperhatikan guru saat menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan Antusias saat diberi tugas membaca Inti Bertanya sesuai dengan tugas yang diberikan Memahami bacaan yang diberikan saat ditanyai Terlibat dalam kegiatan membaca yang difasilitasi menggunakan media oleh guru Menunjukkan sikap rasa ingin tahu pada bacaan yang diberikan Merespons pertanyaan guru Mengemukakan pendapat kritisnya terhadap bacaan yang diberikan Penutup Membuat simpulan akhir dari bacaan yang ada Membuat refleksi pembelajaran dari bacaan yang diberikan guru
119
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Skala Likert No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Rentang Skor 1 2 3 4 STS TS N S 0 1 7 14 1 4 6 11 0 3 15 6 0 0 1 10 0 6 9 8 0 2 0 10 0 2 13 11 1 1 7 10 0 0 2 15 0 0 3 12 0 0 3 15 0 0 8 13 0 5 12 5 1 12 13 0 1 3 11 8 0 0 4 14 0 1 1 15 0 1 8 14 1 1 8 12 0 0 4 12 2 13 8 2 0 8 11 6 0 1 12 11 0 0 9 13 0 1 3 14 7 10 9 0 0 0 14 11 3 18 4 1 0 1 9 12 0 1 8 14
5 SS 4 4 2 15 3 14 0 7 9 11 8 5 4 0 3 8 9 3 4 10 1 1 2 4 8 0 1 0 4 3
Juml ah 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26
Skala Likert 1 2 3 4 STS TS N S 0 2 21 56 1 8 18 44 0 6 45 24 0 0 3 40 0 12 27 32 0 4 0 40 0 4 39 44 1 2 21 40 0 0 6 60 0 0 9 48 0 0 15 60 0 0 24 52 0 10 36 20 1 24 39 0 1 6 33 32 0 0 12 56 0 2 3 60 0 2 24 56 1 2 24 48 0 0 12 48 2 26 24 8 0 16 33 24 0 2 36 44 0 0 27 52 0 1 9 56 7 20 27 0 0 0 42 44 3 36 12 4 0 2 27 48 0 2 24 56
120
5 SS 20 20 10 75 15 70 0 35 45 55 40 25 20 0 15 40 45 15 20 50 5 5 10 20 40 0 5 0 20 15
Jumlah Skor
Skor Ideal
Skor Rendah
99 91 85 118 86 114 87 99 111 112 115 101 86 64 87 108 110 67 95 110 65 78 92 99 106 54 91 55 97 97 2771
130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 3900
26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 780
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12
KUESIONER Nama Siswa Kelas/ No. Urut Sekolah
: : :
PETUNJUK: 1. Di bawah ini terdapat kuesioner faktor membaca kritis. 2. Berikan tanda (√) pada setiap pada rentangan skor 5 = SANGAT SETUJU (SS), 4 = SETUJU (S), 3 = NETRAL (N), 2 = TIDAK SETUJU (TS), dan 1 = SANGAT TIDAK SETUJU (STS), sesuai dengan pendapat Anda. 3. Jawaban ditulis di lembar kuesioner, setelah selesai dikumpulkan kembali pada petugas!
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pernyataan
Rentang Skor 1 2 3 4 5 (STS) (TS) (N) (SS) (STS)
Saya senang membaca Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit Jika diberi tugas membaca saya selalu mengerjakannya tepat waktu Jika ada buku bacaan yang saya suka, saya selalu mencoba membacanya Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca Membaca membuat saya mengetahui informasi baru Saya sudah tahu letak informasi bacaan sesuai dengan jenis bacaan 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. 9. 10. 11.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
20. 21. 22.
23. 24. 25. 26. 27.
28.
Saya malas membaca bila sedang sakit Membaca membuat saya lebih pintar Saya merasakan manfaat dari membaca Membaca membuat saya memiliki pemahaman yang lebih dan membuat saya percaya diri Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku walau saya tidak meminta Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus Saya dibiasakan membaca oleh keluarga sejak kecil Membaca membuat saya memiliki kosakata yang lebih baik Saya belajar kata-kata baru dari membaca Terkadang saya membuktikan kebenaran atas apa yang saya baca Membaca pelajaran yang akan saya pelajari di sekolah membuat saya lebih mengetahui apa yang akan dipelajari guru keesokan hari. Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai Saya tidak membaca keseluruhan isi bacaan, saya hanya menentukan satu titik permasalahan pada isi bacaan Saya biasa membaca bacaan melalui internet, bukan buku Membaca membuat saya mengetahui banyak hal dibanding teman yang lain Saat mata terasa lelah saya berhenti membaca sejenak Walau mata saya lelah, saya tetap melanjutkan membaca Dari buku yang saya baca, saya jadi bisa mengendalikan diri saya atas apa yang terjadi dalam hidup saya Walaupun sudah ada lampu yang 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29.
30.
menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya Saya dapat mengambil pesan dari bacaan yang saya baca dan merefleksikannya pada diri saya Saya merefleksikan suatu bacaan dan membuat saya dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13
TES KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS Nama Siswa Kelas/ No. Urut Sekolah
: : :
PETUNJUK: 1. Bacalah bacaan di bawah ini dengan baik! 2. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang Anda anggap benar. Teks untuk soal 1-3 Grace Natalie, mantan pembaca berita yang kini banting setir ke dunia politik dengan menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), bertutur tentang kekagumannya pada sosok Kartini. Menurutnya, Kartini adalah sosok yang tekun mencatat serta berani menuliskan hal-hal yang mengekang hak perempuan. Raden Ajeng Kartini (21 April 1879-17 September 1904), putri dari pasangan RM Sosroningrat, Bupati Jepara, dengan Ngasirah, putri pemuka Islam di Teluk Awur. Sedari remaja Kartini getol membaca, salah satunya koran De Locomotief terbitan Semarang. Kartini wafat pada usia muda, 25 tahun. Setelah ia meninggal, surat-surat yang dikirimnya ke kawan-kawan perempuannya di Eropa dibukukan di bawah judul Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang. (Historia, No 24. Th II. 2015: 95) 1. Berdasarkan cerita di atas, kalimat di bawah ini yang termasuk fakta ialah…. A. Buku Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang bukan dibukukan oleh Kartini. B. Salah satu koran yang dibaca Kartini sepertinya De Locomotief terbitan Semarang.
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Kartini kira-kira meninggal pada usia 25 tahun, karena lahir 21 April 1879 dan wafat 17 September 1904. D. Kartini adalah sosok yang tekun mencatat serta berani menuliskan hal-hal yang mengekang hak perempuan, menurut Grace Natalie. E. Grace Natalie diduga memiliki kekaguman yang tinggi pada Kartini. 2. Topik pada bacaan di atas ialah…. A. Grace Natalie adalah mantan pembaca berita. B. Sejarah singkat Raden Ajeng Kartini. C. Kekaguman Grace Natalie pada Kartini. D. Sosok perempuan tangguh Indonesia. E. Ciri-ciri wanita tangguh ada di Kartini. 3. Berdasarkan cerita di atas, kalimat di bawah ini yang termasuk opini, kecuali…. A. Grace Natalie mengemukakan pemikirannya mengenai Kartini. B. Sosok Kartini seperti tak habis ditelan waktu. C. Cerita di atas sebenarnya menjelaskan Kartini meninggal di usia muda. D. Dengar-dengar koran De Locomotief terbitan Semarang masih terbit sampai saat ini. E. Buku berjudul Door Duisternis tot Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang dibukukan oleh Kartini. Teks untuk soal 4-9 Sejak terjadi serangan teror di Paris, Perancis, 13 November malam, wajah Eropa berubah. Keamanan ditingkatkan di mana-mana. Personel militer mulai berjaga di tempat yang dianggap strategis, termasuk di perbatasan. Bahkan, perpindahan orang di Eropa, terutama di antara 26 negara yang tergabung dalam zona Schengen, yang semula cenderung sangat bebas, kini mulai ada pemikiran untuk mengurangi kebebasan itu. Para menteri negara anggota Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat, Jumat lalu, untuk membahas tentang pengetatan pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat. Menteri Dalam Negeri Perancis Bernhard Cazeneuve mengatakan, Paris tidak menerima peringatakan dari negara anggota Uni Eropa (terutama Belgia) bahwa Abdelhamid Abaaoud berada di wilayah Eropa. Padahal, Abaaoud, dalang dari serangan terror di Paris, termasuk dalam daftar pencarian orang internasional yang dikeluarkan oleh Belgia. Dia mendapat hukuman 20 tahun penjara atas tuduhan perekrutan militant untuk dikirim ke Suriah, Juli lalu. Kita mendukung penuh keinginan negara-negara Uni Eropa untuk mengetatkan pemeriksaan di perbatasan sebagai langkah pencegahan darurat karena tiap-tiap
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
negara berkewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan rakyat serta negara masing-masing. Kita juga mendukung keinginan untuk meningkatkan kerja sama intelijen dan keamanan serta tukar-menukar informasi strategis di antara negara-negara Eropa dan non-Eropa. Tujuannya agar sistem deteksi dini dapat dikembangkan. Oleh karena dari pemeriksaan yang dilakukan setelah serangan terror Paris terjadi, diketahui bahwa intelijen Maroko telah mendeteksi kehadiran Abaaoud di Paris. Namun, kita tidak mengingkan langkah-langkah pencegahan darurat itu digunakan untuk menghalangi masuknya para migran atau pengungsi dari Suriah dan Irak, atau negara Timur Tengah lain, ke Eropa. Sebelum serangan teror Paris terjadi pun sesungguhnya sudah ada beberapa negara Eropa menunjukkan keengganannya dalam menerima migran dari Suriah dan Irak. Dikhawatirkan, ucapan Perdana Menteri Perancis Manuel Valls bahwa beberapa pembunuh dalam serangan teror Paris telah memandaatkan krisis migran untuk menyelinap ke Eropa akan memperbesar keengganan negara-negara itu. Kita berharap negara-negara Eropa memisahkan secara tegas dan jelas antara migran dan pelaku terorisme oleh karena keduanya sangat berbeda. Jangan sampai para imigran yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Eropa tidak dapat mewujudkan keinginannya hanya karena kehawatiran Eropa terhadap terorisme. (Kompas, Selasa, 24 November 2015: 6) 4. Ide pokok dalam paragraf satu adalah…. A. Paris tidak menerima peringatakan dari negara anggota Uni Eropa (terutama Belgia) bahwa Abdelhamid Abaaoud berada di wilayah Eropa. B. Pertemuan darurat para menteri negara anggota Uni Eropa. C. Pertemuan darurat membahas mengenai pengetatan pemeriksaan di perbatasan. D. Personel militer mulai berjaga di perbatasan. E. Perpindahan orang di Eropa mulai diperketat. 5. ―Kita‖ dalam bacaan di atas ialah…. A. Eropa. B. Perancis. C. Penulis. D. Pembaca. E. Perdana Menteri Perancis. 6. Paragraf yang memulai adanya opini ialah paragraf…. A. Paragraf 1 B. Paragraf 2 C. Paragraf 3 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Paragraf 4 E. Paragraf 5 7. Topik yang diangkat dalam bacaan di atas ialah…. A. Teror melanda Perancis. B. Pertemuan perdana menteri di Eropa. C. Pertolongan bagi pengungsi Suriah dan Irak di Perancis. D. Memisahkan antara imigran dan pelaku terorisme. E. Peningkatan keamanan di Paris. 8. Menurut Anda, bagaimana sikap Perancis atas terjadinya teror yang sudah terjadi…. A. Kurang memikirkan keamanan dan keselamatan pengungsi Suriah dan Irak, sehingga teror bisa terjadi. B. Sudah baik, mau menampung pengungsi. Namun, masih banyak yang harus dipertimbangkan kembali bila ingin mengambil resiko seperti ini. C. Sudah baik, mampu menampung pengungsi. Salahkan Belgia yang tidak memberi tahu bahwa pelaku teror sedang berada di Perancis. D. Sudah cukup, mau menampung pengungsi, dan memperketat keamanan agar teror tidak lagi menyerang. E. Tidak baik, seharusnya Perancis memikirkan keselamatan warganya terlebih dahulu, jangan menolong imigran Suriah dan Irak. 9. Pesan yang dapat kita ambil dari kejadian di Paris ialah…. A. Bila ingin menolong, lihat-lihat dulu apakah ada musuhnya atau tidak. B. Bila ingin menolong, baiknya jangan pandang bulu walaupun ia menyusahkan. C. Bila ingin menolong, baiknya memikirkan dulu baik dan buruknya. D. Bila ingin menolong, jangan tanggung-tangguh apalagi untuk misi kemanusiaan. E. Bila ingin menolong, perhatikan kemungkinan apa yang akan terjadi secara keseluruhan, agar segala kemungkinan bisa diantisipasi. 10. Sebuah kalimat harus memiliki struktur, minimal SPO (Subjek, Predikat, Objek) + K (Keterangan (bila ada)). Maka, kalimat ―Dari sinilah dia mendengar gagasan Babbage mengenai sebuah mesin baru, Analytical Engine.‖, memiliki struktur…. A. S, P, O. B. S, P, O, K. C. S, P, P, O, K, D. K, S, P, O, K. E. K, S, P, O. 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teks untuk soal 10-13 Cybersavvy atau tingkat kecerdasan dunia maya adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang dunia maya secara umum alias tidak sebatas pada pengoperasian saja. Saat kebutuhan internet makin menggila seperti saat ini, cyber savviness juga kian menjadi kebutuhan. Dengan memahami cyber savviness, diharapkan masyarakat bisa mengaplikasikan cara berinternet dengan lebih baik dan aman tanpa perlu menjadi expert di bidang teknologi internet. Sebuah laporan survei yang dilakukan ESET Asia Pasifik mengenai cyber savviness terhadap pengguna internet memunculkan fakta yang mengejutkan. Survei yang melibatkan sekitar 1.800 responden di enam negara Asia ini (India, Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand dan Indonesia), dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat cyber savviness masyarakat di setiap negara. Pada dasarnya pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan kemampuan menguasai informasi. Demikian juga dalam hal cyber savviness. Kemampuan cyber savviness seseorang berkolerasi secara positif dengan tingkat keamanan dirinya sendiri di dunia maya. Untuk memiliki knowledge tentang cyber savviness khususnya yang terkait dengan keamanan cyber, masyarakat umumnya memperoleh informasi dengan berbagai cara. Pada survei ESET terungkat sebanyak 32% responden tidak memiliki pendidikan formal di bidang teknologi. Sementara sebanyak 31% mempelajari keamanan cyber dengan cara belajar sendiri, dengan cara browsing, dan membaca sumber dari online. Lalu, sebanyak tiga belas persen di antaranya memperoleh informasi dari orang-orang sekitar seperti dari keluarga, atau dari teman atau kolega. Survei tersebut juga mengungkapp secara umum, pengguna internet masing mengadopsi pemahaman yang keliru terkait dengan keamanan perangkat. Sebanyak lima puluh persen responden beranggapan akan lebih aman berinternet jika menggunakan perangkat bergerak seperti smartphone atau tablet. Sementara sebanyak lima puluh persen lainnya berpendapat bahwa berinternet menggunakan PC dan laptop justru lebih rentan. Faktanya, risiko keamanan mengancam semua sistem, tidak terkecuali smartphone dan tablet. Contohnya risiko keamanan yang menyebar lewat media sosial, aplikasi, dan software gratis. Semua banyak diakses dan diunduh oleh masyarakat dengan menggunakan perangkat mobile. Jumlah pengguna internet yang besar di antara enam negara tersebut tidak dibarengi dengan tingkat pemahaman cyber security yang memadai. Hasil survei menunjukkan adanya perbedaan tingkat pemahaman cyber security di setiap negara. Skor secara umum untuk setiap negara pada peringkat atas diduduki oleh Malaysia sebagai dengan tingkat cyber savviness tertinggi dengan skor 29,9% disusul Singapura (27,2%), India (27,3%), Thailand (26,7%), Hongkong (25,6%), dan 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indonesia (25,1%). Data tersebut menunjukkan Indonesia yang berada di posisi terbawah di antara enam negara. Indonesia juga berada di posisi kedua terbawah dalam hal cyber knowledge, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara kedua yang paling suka mengambil resiko online, setelah India. Netizen di Indonesia juga tergolong paling tidak khawatir dengan risiko online. Temuan tersebut menjadi menarik ketika dibandingkan dengan skor cyber security knowledge Indonesia yang rendah. Namun, di sisi penerapan langkah keamanan cyber, Indonesia berada pada posisi yang tinggi, yaitu kedua setelah India. Boleh dikatakan Indonesia termasuk negara yang paling proaktif dalam hal keamanan baik untuk perangkat yang digunakan, maupun mengamankan aktivitas online-nya. Pada aspek tersebut, langkah pengamanan proaktif yang dilakukan mulai dari mengganti password secara berkala, menggunakan back up data hingga meng-install software keamanan versi terbaru. Yudhi Kukuh (Techincal Consultant, PT. Prosperita-ESET Indonesia) menjelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia mengadopsi knowledge tentang cyber security secara parsial dan hanya bergantung pada software keamanan cyber. Padahal kemanan cyber tidak hanya tentang software keamanan saja, tapi juga soal perilaku, disiplin dalam meng-update informasi, kewaspadaan, bahkan social engineering. ―Pada akhirnya pemahaman tentang cyber savviness juga ikut menentukan tingkat keamanan seseorang di dunia maya,‖ pungkas Yudhi. (Infokomputer, November 2015: 26) 11. Dari bacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa…. A. Cyber savviness terendah diduduki oleh Indonesia dan cyber knowledge terendah juga oleh Indonesia. B. Cyber savviness tertinggi kedua diduduki oleh Singapura dan terendah oleh Indonesia. C. Cyber savviness terendah diduduki oleh Indonesia dan cyber knowledge tertinggi oleh Malaysia. D. Cyber savviness tertinggi ketiga diduduki oleh India dan cyber knowledge terendah oleh Indonesia. E. Cyber savviness tertinggi diduduki oleh Malaysia dan terendah oleh India. 12. Bila diurutkan, negara-negara berikut yang sudah menduduki peringkatnya dengan benar ialah…. A. Cyber savviness tertinggi kedua ialah Singapura, sedangkan cyber knowledge tertinggi ialah Indonesia. B. Cyber savviness terendah ialah Indonesia, sedangkan cyber knowledge tertinggi Indonesia. C. Cyber savviness tertinggi ketiga ialah India, sedangkan cyber knowledge tertinggi ialah India.
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Cyber savviness terendah kedua ialah Hongkong, sedangkan cyber knowledge tertinggi ialah Indonesia. E. Cyber savviness terendah ialah Indonesia, sedangkan cyber knowledge terendah ialah India 13. Dalam hal keamanan cyber negara berikut yang sudah menduduki peringkatnya dengan benar ialah…. A. Posisi kedua ialah Hongkong. B. Posisi pertama ialah Malaysia. C. Posisi kedua ialah Thailand. D. Posisi ketiga ialah Malaysia. E. Posisi keenam ialah Indonesia. 14. Topik bacaan di atas ialah mengenai…. A. Posisi Indonesia dalam kecerdasan dunia maya. B. Posisi negara di Asia dalam kecerdasan dunia maya. C. Posisi enam negara dalam kecerdasan dunia maya. D. Posisi negara-negara di Asia dalam berbagai aspek kecerdasan di dunia maya. E. Posisi negara-negara di Asia dalam aspek kecerdasan dunia maya. Teks untuk soal 15 seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Selain Tambora Bike, Kompas juga menyelenggarakan lari ultramaraton sejauh 320 kilometer dari Pototano menuju Doro Ncanga.
Bacaan I Pemimpin Reaksi Kompas Budiman Tanuredjo mengungkapkan, Tambora Menyapa Dunia adalah bagian dari cita-cita Kompas untuk mengenalkan Tanah Air.
―Jika semua peserta lolos, ini adalah perhelatan lari marathon terpanjang di Indonesia. Pada 16 April, Bentara Budaya Jakarta juga menyelenggarakn pameran foto tentang Tambora,‖ ujar Budiman (IKA/REK/RUL) Sumber: Kompas, Kamis, 9 April 2015: 22
―Letusan Tambora 200 tahun lalu mengguncang dunia dan menginspirasi novel Frankenstein, serta lahirnya sepeda. Kini, setelah 200 tahun letusannya, Tambora benarbenar menyapa dunia melalui keindahan dan keramahannya,‖ kata Budiman.
Bacaan II
Gema Tambora Menyapa Dunia dikemas Kompas dalam berbagai flatform media, media cetak, online, termasuk juga media sosial
Dua warga menunggu giliran operasi katarak secara gratis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(NTB), Rabu (8/4). Operasi katarak gratis ini adalah sumbangan pembaca harian Kompas bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Yayasan Mata Hati melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas. Dalam
kegiatan ini, sebanyak 120 warga mendapat pelayanan kesehatan operasi katarak gratis. Kegiatan operasi katarak gratis merupakan rangkaian kegiatan memperingati 200 tahun letusan Gunung Tambora.
15. Perbedaan yang terdapat pada kedua bacaan di atas ialah…. A. Bacaan I menceritakan mengenai sejarah letusan Gunung Tambora dan bacaan II menceritakan mengenai operasi katarak di daerah Gunung Tambora. B. Bacaan I menceritakan mengenai bagaimana Tambora menyapa dunia dan bacaan II menceritakan mengenai kegiatan memperingati letusan Gunung Tambora. C. Bacaan I menceritakan mengenai acara yang dilakukan untuk memperingati letusan Gunung Tambora dan bacaan II menceritakan mengenai kegiatan operasi katarak untuk memperingati letusan 200 tahun Gunung Tambora. D. Bacaan I menceritakan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperingati letusan Gunung Tambora dan bacaan II menceritakan mengenai kegiatan amal yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan memperingati letusan 200 tahun Gunung Tambora. E. Bacaan I menceritakan mengenai cita-cita Kompas dan bacaan II menceritakan mengenai kegiatan untuk memperingati letusan 200 tahun Gunung Tambora. 16. Ilham Gunawan adalah seorang penulis yang lahir pada tanggal 2 Agustus 1990. Ia sudah menulis sedikitnya 8 buku, mulai dari novel, kumpulan puisi, kumpulan cerpen, dan biografi. Novel berjudul ―Kasihku‖ yang terbit tahun 2010 ialah novel pertamanya dan juga mengantarkannya menjadi novelis muda paling berbakat. Buku terbitan Gumilang tersebut menyabet penghargaan sebagai novel paling laris selama beberapa bulan di awal terbitannya. Gumilang, penerbit asal Siring ialah penerbit lama yang sudah sering bekerja sama dengan beberapa penulis terkenal. Jika daftar pustaka ditulis dengan format (Nama pengarang dibalik (dengan tanda koma (,) dipakai untuk pemisah pada bagian nama yang dibalik). Tahun terbit. Judul buku (ditulis miring). Kota terbit: Penerbit.). Maka, penulisan daftar pustaka yang benar ialah…. A. Ilham, Gunawan. 1990. Kasihku. Gumilang: Siring. B. Gunawan, Ilham. 2010. Kasihku. Gumilang: Siring. C. Gunawan, Ilham. 2010. Kasihku. Siring: Gumilang.
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Gunawan, Ilham. 1990. Kasihku. Siring: Gumilang. E. Ilham, Gunawan. 2010. Kasihku. Siring: Gumilang. Teks untuk soal 17-18 Sepeda motor bermula dari mimpi dua bersaudara Heinrich dan Wilhelm Hildebrand, teknisi mesin uap. Mereka lalu bekerjasama dengan Alois Wolfmuller, sebagai produsen, untuk memproduksi sepeda motor 1893. Nama mereka kemudian diabadikan sebagai nama pabrik sepeda motor Hildenbrand und Wolfmuller. Pada tahun itu pula sepeda motor masuk ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Pemesannya adalah John C Potter, seorang masinis kereta api berkebangsaan Inggris yang bekerja di pabrik gula Umbul, Probolinggo, Jawa Timur. Dia memesannya langsung dari pabriknya, Hildenbrand und Wolfmuller, di Muenchen, Jerman. Sepeda motor John C Potter belum menggunakan rantai, porseneling, magnet, aki, koil, dan kabel listrik. Mesinnya dua silinder horizontal dan dua tabung yang dipanaskan. Bahan bakarnya bensin, lebih tepatnya naphta, dan butuh sekitar 20 menit untuk memanaskannya agar bisa berjalan dan stabil. Toh, ketika tiba di Jawa, orang dibuat heran dan takjub. Apalagi ketika ia melesat di jalanan. Orang pun menamakannya ―kereta setan‖. (Historia, No 25. Th III. 2015: 86) 17. Informasi yang terdapat dalam bacaan di atas ialah…. A. Sepeda motor pertama di dunia. B. Sepeda motor di Indonesia. C. Sejarah sepeda motor. D. Sepeda motor pertama di Indonesia. E. Sejarah pemilik sepeda motor pertama di Indonesia. 18. Pada paragraf kedua, kalimat yang menggunakan kalimat tidak baku ialah…. A. Kalimat 1. B. Kalimat 2. C. Kalimat 3. D. Kalimat 4. E. Kalimat 5. Teks untuk soal 19-20 berkenalan lalu berkorespondensi dengan Charles Babbage, matematikawan asal Inggris. Dari sinilah dia mendengar gagasan Babbage mengenai sebuah mesin baru, Analytical Engine.
Bacaan I Agustus Ada Byron, kelahirann London, Inggris, pada 10 Desember 1815. Dia putri penyair terkenal, Lord Byron. Tak lama setelah lahir, orangtuanya bercerai. Ibunya, Anne Isabelle Milbanke, membesarkannya untuk menjadi matematikawan dan ilmuwan. Di usia 17 tahun, Ada
Babbage mempresentasikan gagasannya pada sebuah seminar di Turin, Italia, pada musim gugur 1841. 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seorang insinyur muda Italia menulis ceramah Babbage dalam bahasa Perancis dan diterbitkan di Bibliotheque universelle de Geneve. Artikel itu diterjemahkan Ada dengan menambahkan beberapa cacatan, yang kemudian diterbitkan dalam Ilmiah Memoirs. Karyanya kini dianggap sebagai ―program komputer‖ pertama di dunia dan juga alogaritma pertama yang dikodekan untuk diproses mesin. Ia berperan penting dalam perkembangan awal komputer. Sebuah bahasa perangkat lunak yang dikembangkan Departemen Pertahanan AS diberi nama ―Ada‖ untuk menghormatinya pada 1979. (Historia, No 25. Th III. 2015: 86).
Komposisi musik digarap tim Shankar Jaikishan. Sountrack-nya dianggap inovatif dan penggambaran lagunya luar biasa, sehingga disebut-sebut sebagai mahakarya di era keemasan film India. Selain di dalam negeri, film ini meraih sukses di Timur Tengah, Afrika, bekas Uni-soviet, dan Asia Timur, bahkan menjadi box-office di Afro-Asia dan Timur Tengah. Para pemain dan lagu-lagunya jadi populer. Menurut Sangita Gopal dan Sujata Moortu dalam ―Travels of Hindi Song and Dance‖, pengantar dalam buku Global Bollywood yang mereka sunting, Awaara memang bukan satusatunya film India yang beredar di luar negeri tapi ia adalah yang pertama meraih popularitas berkat lagu-lagunya. Sukses Awaara diikuti oleh film Aan (1952), Mother India (1957), dan beberapa film yang belakangan tayang. (Historia, No 25. Th III. 2015: 87).
Bacaan II
Film Awaara, rilis tahun 1951, dengan Raj Kapoor sebagai produser, sutradara, dan pemeran utamanya. 19. Persamaan yang ada dalam bacan di atas ialah…. A. Memberi pengetahuan. B. Memiliki struktur penulisan yang sama. C. Memberikan tambahan informasi. D. Memberikan informasi. E. Memberikan informasi lengkap.
20. Sebuah kalimat harus memiliki struktur, minimal SPO (Subjek, Predikat, Objek) + K (Keterangan (bila ada)). Di antara dua bacaan di atas, kalimat yang menyalahi aturan ialah…. A. Ibunya, Anne Isabelle Milbanke, membesarkannya untuk menjadi matematikawan dan ilmuwan. B. Dari sinilah dia mendengar gagasan Babbage mengenai sebuah mesin baru, Analytical Engine. C. Artikel itu diterjemahkan Ada dengan menambahkan beberapa cacatan, yang kemudian diterbitkan dalam Ilmiah Memoirs. D. Komposisi musik digarap tim Shankar Jaikishan. E. Menurut Sangita Gopal dan Sujata Moortu dalam ―Travels of Hindi Song and Dance‖, pengantar dalam buku Global Bollywood yang mereka sunting, Awaara memang bukan satu-satunya film India yang beredar di
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
luar negeri tapi ia adalah yang pertama meraih popularitas berkat lagulagunya.
Teks untuk soal 21-23 Bacaan I Jakarta (ANTARA News) - Kopi Vietnam menjadi ramai diperbincangkan akhir-akhir ini karena kasus kematian Wayan Mirna Salimin alias Mirna (27) usai meminum kopi Es Vietnamens di salah satu restauran di Jakarta Pusat. Pakar kopi Adi W Taroepratjeka mengatakan bahwa kadar kafein pada kopi Vietnam yang pada dasarnya berjenis Robusta adalah lebih tinggi dibanding Arabika. "Kadar kafein Robusta lebih tinggi dari Arabika, tapi paling dampaknya deg-deg-an atau mual karena tubuh mencoba memberi tahu asupan kafein sudah berlebih," kata dia kepada ANTARA News, Minggu. "Masalahnya Robusta manis dan dingin, orang kadang minumnya kebanyakan," sambung dia. Sementara itu, saat dihubungi ANTARA News, Spesialis Jantung RS Bunda, Dr. Dicky Armein Hanafy, mengatakan bahwa kafein sendiri merupakan sebuah stimulan. "Beda-beda orang yang merasakannya, tergantung pada kepekaan setiap individu," ujar dia. Lebih lanjut, melalui pesan singkat, Spesialis Jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP, menyebutkan bahwa kopi dapat menginduksi gangguan irama jantung, namun hal tersebut jarang sekali ditemui. "Pada kasus yang sangat jarang, kopi mungkin menginduksi gangguan irama jantung atau aritmia, namun umumnya aritmia ringan dan tidak menyebabkan kematian," ungkap dia. Seperti layaknya kopi, Kopi Vietnam dapat dinikmati baik panas maupun dingin. Kalori pada kopi pun tergantung pada cara penikmat kopi menegak kopi mereka. "Kadang dengan tambahan gula dan mentega seperti di Aceh atau Singapura, diseduh dengan alat Vietnam drip di atas es. Bisa pakai susu kental manis atau air gula," kata Adi. "Beda jumlah kalori karena susu kental manisnya banyak sekali. Tapi kalau dibandingkan sama kopi Sanger-nya Aceh sih sebelas dua belas," tambah dia. (Diakses pada Senin, 11 Januari 2016). Bacaan II Jakarta (ANTARA News) - Para perempuan yang sedang hamil dan suka mengonsumsi kopi tak perlu khawatir kalau kebiasannya ini bisa menganggu kecerdasan dan perilaku janin, menurut studi dalam American Journal of Epidemiology. Para peneliti dari Institut Penelitian Nationwide Children's Hospital di Ohio, menganalisa data dari 2917 ibu hamil yang tergabung dalam Collaborative Perinatal Project (CPP) sejak1959 hingga 1974 (periode di mana sedikit orang khawatir tentang efek kafein). Secara khusus mereka meneliti lebih jauh mengenai
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metabolit kafein, yakni paraxanthine. Mereka berharap, dengan menganalisa penanda kafein ini, penelitian serupa kelak bisa dilakukan kembali. Setelah membandingkan, tingkat paraxanthine di 20 dan 26 minggu kehamilan dengan IQ dan perilaku anak di usia 4 dan 7 tahun, peneliti tidak menemukan pola yang konsisten antara asupan kafein selama hamil dengan IQ serta perilaku anak di kehidupannya. Hanya saja, anak-anak ini sekitar 11 persen mengalami obesitas di usia 4 dan 7 tahun. Namun, peneliti tidak menemukan kondisi ini dengan asupan kafein yang ibu mereka konsumsi selama hamil. "Kami mempertimbangkan hasil kami meyakinkan bagi ibu hamil yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah moderat atau setara dengan satu atau dua cangkir kopi sehari," kata salah satu peneliti, Sara A Keim, seperti dilansir Medical Daily. (Diakses pada Senin, 11 Januari 2016). 21. Simpulan dari kedua bacaan di atas ialah… A. Kadar kafein yang berlebih akan memiliki dampak pada tubuh tergantung pada pemakaian dan kondisi tubuh, begitu juga bagi ibu hamil dan janin. B. Kafein sangat berbahaya bagi kesehatan terutama berpengaruh sekali pada anak-anak. C. Kafein yang berlebihan akan sangat berbahaya bagi tubuh khusunya pada ibu hamil yang nantinya akan berdampak pada janin yang dikandungnya. D. Kopi robusta yang memiliki kadar kaefin lebih tinggi dibanding kopi arabika menyebabkan reaksi pada tubuh berlebih, namun untuk ibu hamil tidak apa-apa karena tidak akan mengganggu kesehatan janin. E. Kadar kafein yang sangat tinggi akan memengaruhi kesehatan tubuh, begitu juga kalori yang ada pada kopi, namun tidak memiliki dampak apaapa pada ibu hamil. 22. Prediksi Anda setelah membaca Bacaan I ialah…. A. Harusnya tidak usah meminum kopi kalau tidak mau memiliki gangguan kesehatan dan kolestrol tinggi yang bersumber dari banyaknya kalori yang diminum. B. Kalau hanya meminum kopi, seharusnya tidak sampai terjadi kematian. Kalau pun korban sampai meninggal, itu sudah takdir. C. Kafein yang tinggi seharusnya tidak membuat seseorang meninggal, namun bila memang ada yang meninggal berarti kondisi tubuh tidak kuat menerima kafein yang ada dalam kopi. D. Kopi robusta yang memiliki kafein tinggi tidak kuat dicerna dalam tubuh seorang wanita. Jadi, kalau ada wanita yang ingin minum kopi jangan minum kopi robusta. E. Deg-deg-an dan mual adalah efek dari tubuh karena terdapat kafein dengan jumlah tinggi yang mengalir, tetapi kalau sampai meninggal berarti efek dari tubuh terlalu berlebihan. 23. Prediksi Anda setelah membaca Bacaan II ialah….
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Setelah ada berita di atas, ibu hamil tidak usah takut lagi karena dapat mengonsumsi kopi sepuasnya. B. Kalau ibu hamil tidak apa-apa bila mengonsumsi kopi, maka efeknya nanti akan berdampak pada sang anak. C. Ibu hamil yang sudah biasa meminum kopi mungkin memiliki efek seperti deg-deg-an dan mual, namun bagi anak tidak . D. Mungkin memang tidak ada efek tertentu bagi ibu hamil, namun bagi anak pasti ada efek tertentu. E. Ibu hamil bisa saja dibolehkan meminum kopi, dan sang anak tidak memiliki gangguan pada kecerdasan dan perilakunya, namun bisa saja sang anak memiliki gangguan pada hal lain seperti obesitas.
Teks untuk soal 24-25 Marie Thomas, kelahiran Likupang, Manado, tahun 1896. Dia lulusan Sekolah Dokter Bumiputera (STOVIA) di Batavia. Stovia mulanya hanya menerima murid laki-laki. Menurut Liesbeth Hessleink, sejarawan Belanda, dalam ―Marie Thomas (1896-1966), de eerste vrouwelijke arts in Nederlands-Indie‖, dimuat Javapost.nl, 6 September 2012, diterimanya perempuan tak lepas dari pengaruh Aletta Jacobs, dokter perempuan pertama di Belanda. Ketika melakukan tur keliling dunia, pada 18 April 1912 dia singgah di Batavia dan bertemu dengan Gubernur Jenderal AWF Idenburg. Pada pertemuan itu ia menyampaikan keinginannya agar peremuan bumiputera memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan kedokteran. Harapan Arletta Jacobs berbuah hasil. Dengan beasiswa dari Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen (SOVIA), yayasan dana pendidikan dokter perempuan, Marie Thomas mendaftarkan diri dan masuk STOVIA tahun 1912. Lulus tahun 1922, dia mengabdikan berkerja di Centraal Burger Ziekenhuis (CBZ, kini Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) di Batavia. Marie Thomas kemudian jadi spesialis Indonesia pertama dalam bidang ginekologi dan kebidanan. (Historia, No 25. Th III. 2015: 87) 24. Opini yang ada pada paragraf dua terdapat pada …. A. Kalimat 1. B. Kalimat 2. C. Kalimat 3. D. Kalimat 4. E. Kalimat 5. 25. Inti bacaan di atas ialah …. A. Dokter perempuan pertama di Indonesia. B. Dokter pertama di Indonesia. C. Sekolah di Indonesia. D. Sejarah kedoteran di Indonesia.
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Sejarah dokter perempuan Belanda. Teks untuk soal 26-30 Jangan Lupa Ancaman Bencana (1) Kita nulis ini karena di Maluku ada aktivitas tektonik, yang besar kemungkinan bisa diikuti aktivitas vulkanik. Kita juga membaca, ada serangkaian gempa bumi melanda kawasan Sangihe, Sulawesi Utara, juga Kepualaun Maluku, dan Maluku Utara. Peristiwa alam ini dipengaruhi pergerakan Lempeng Pasifik dan Lempeng Mikro Filipina. (2) Hal ini kita garis bawahi karena memang bayangan tentang gempa dan tsunami, khususnya semenjak gempa dan tsunami besar di Aceh pada 2004, penduduk Indonesia semakin menyadari, sekaligus juga trauma, bahwa setiap saat bencana alam besar bisa terjadi. Kita sadar benar bahwa kita hidup di kawasan Cincin Api. (3) Ketika gempa terjadi, penduduk berlarian mencari tempat aman di tempat tinggi karena khawatir ada tsunami. Kita hargai bantuan TNI dan Polri juga pemerintah daerah yang membangun posko pengungsian. Satu hal yang perlu diingat, perlunya mitigasi, upaya menimbulkan dampak bencana. Hal ini hanya mungkin jika kita cukup banyak melakukan simulasi menghadapi bencana, mengadakan latihan yang memadai, bagaimana penduduk harus bertindak jika ada sirine tanda bahaya. (4) Musim hujan sudah di depan mata, mari kita siapkan diri agar tidak kedodoran saat hujan lebat datang menerus. Mumpung masih ada waktu, ingkatkan masyarakat, periksa energi, dan giatkan pemantauan. (Kompas, Selasa 24 November 2015: 6) (5) Kita berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggiatkan upaya penyadaran warga, lebih-lebih di daerah yang kita kenali rawan bencana. Untuk gempa bumi, kita sebatas bisa mengantisipasi, membuat bangunan tahan gempa, dan membenahi tata ruang. Untung gunung api, banjir, dan tanah longsor, kita bisa berbuat lebih baik. (6) Ingar-bingar politik menjadi berita utama media dan melenakan pembacanya. Namun, ada masalah yang butuh perhatian para elite dan pemerintahan. (7) Jangan sampai kekisruhan politik membuat kita lupa membenahi ekonomi yang goyah dan mempersiapkan diri menghadapi musim hujan yang berpotensi mendatangkan banjir dan tanah longsor. (8) Kita tahu dari ilmu geologi, ada tiga lempeng besar yang bergerak ke atah yang membuat ketiganya bertumbukan: Lempeng Indo-Australia ke utara, Pasifik ke Barat, dan Eurasia ke Selatan. Mereka bergerak karena ketiganya mengapung di atas flauda di bagian dalam Bumi. Setiap saat, mereka mencari keseimbangan baru dan keseimbangan baru akan tercapai setelah dorong-dorongan antara ketiganya melepas energi mahadahsyatnya.
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9) Meski skalanya tidak besar dan tidak menimbulkan korban jiwa, kita diingatkan bahwa kawasan ini punya riwayat gempa diikuti tsunami sehingga perlu diwaspadai. 26. Susunlah paragraf di atas sesuai dengan tema…. A. 6, 7, 1, 9, 2, 8, 3, 5, 4. B. 6, 7, 1, 2, 3, 5, 4, 8, 9. C. 6, 7, 1, 9, 2, 3, 8, 5, 4. D. 6, 7, 1, 3, 4, 5, 2, 9, 8. E. 6, 7, 1, 4, 3, 2, 5, 8, 9. 27. Apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam tulisan di atas…. A. Sikap kita terhadap bencana. B. Jangan mengenyampingkan bencana di atas kepentingan politik. C. Jangan melupakan bencana yang terjadi di Indonesia. D. Harapan penulis pada pemerintah. E. Penanggulangan bencana masih kurang. 28. Penyebabkan penulis menuangkan gagasannya ialah…. A. Perihatin atas penangan bencana di Indonesia. B. Meminta belas kasihan. C. Meminta bantuan pemerintah. D. Perihatin atas sikap pembaca. E. Menceritakan kembali bencana yang sudah terjadi. 29. Gagasan utama paragraf nomor delapan ialah… A. Keadaan lempeng di Indonesia. B. Keadaan geografis Indonesia. C. Pergerakan lempeng di Indonesia. D. Cara kerja lempeng di Indonesia. E. Keadaan lempeng-lempeng. 30. Simpulan dari bacaan di atas ialah…. A. Pemerintah dapat memperhatikan korban bencana alam bukan hanya politik saja. B. Bencana alam yang terus melanda Indonesia perlu ditanggulangi. C. Bencana alam di Indonesia perlu diwaspadai. D. Penanggulangan bencana alam yang dilakukan sudah baik. E. Pemerintah perlu mencoba cara menanggulangi bencana alam.
--------------------SELAMAT MENGERJAKAN-------------------143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14 Kunci Jawaban Pertanyaan Tes Membaca Kritis 1. A 2. C 3. A 4. C 5. C 6. B 7. A 8. D 9. E 10. E 11. B 12. E 13. D 14. A 15. D 16. C 17. D 18. D 19. D 20. B 21. A 22. C 23. E 24. B 25. A 26. A 27. E 28. A 29. B 30. C
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 15
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 16
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 17
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162