PERBEDAAN KONSEP DIRI DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN ANAK PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dina Setyapramesti NIM 11104244046
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5: 15-16)
v
PERSEMBAHAN
Tugas akhir skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan mamaku. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
PERBEDAAN KONSEP DIRI DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN SISWA KELAS X SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016 Oleh Dina Setyapramesti NIM 11104244046
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak sulung, anak tunggal dengan anak tengah, anak tunggal dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak tengah, anak sulung dengan anak bungsu, dan anak tengah dengan anak bungsu siswa kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta serta untuk mendeskripsikan bagaimana konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu kelas X di SMK N 7 Yogyakarta pada setiap aspek. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif menggunakan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini yakni siswa kelas X dengan 29 siswa anak tunggal, 27 siswa anak sulung, 26 siswa anak tengah, dan 26 siswa anak bungsu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala konsep diri, uji validitas menggunakan koefisien item total dengan batasan minimal koefisien korelasi > 0,25 dan uji reliabilitas dengan nilai 0,717, analisis data menggunakan teknik analisis statistik ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan angka signifikansi 0,000 untuk perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran. Hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran. Selain itu hasil penelitian menunjukakan angka signifikan 0,000 untuk perbedaan antara konsep diri anak tunggal dengan anak sulung, 0,013 untuk perbedaan antara konsep diri anak tunggal dengan anak tengah, 0,000 untuk perbedaan konsep diri anak tunggal dengan anak bungsu, 0,011 perbedaan antara konsep diri anak sulung dengan anak tengah, 0,019 perbedaan konsep diri anak sulung dengan anak bungsu, dan 0,023 perbedaan antara anak tengah dengan anak bungsu. Hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak sulung, anak tunggal dengan anak tengah, anak tunggal dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak tengah, anak sulung dengan anak bungsu, dan anak tengah dengan anak bungsu siswa kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta. Kata kunci : konsep diri, urutan kelahiran
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala limpahan berkat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Konsep Diri Ditinjau dari Urutan Kelahiran Anak pada Kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta” ini dengan baik. Peneliti menyadari bahwa penyususnan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menyelesaikan studi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian. 3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian. 4. Bapak Dr. Muh. Farozin, M. Pd. dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 5. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan wawasan dan ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Kepala Sekolah SMK Negeri 7 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................
hal i
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .......................................
iii
PENGESAHAN ............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................
v
PERSEMBAHAN .........................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
8
C. Batasan Masalah.......................................................................
9
D. Rumusan Masalah ....................................................................
9
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
11
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri ......................................................
12
2. Aspek-Aspek Konsep Diri .................................................
14
3. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri .................................
15
4. Jenis-jenis Konsep Diri ......................................................
22
5. Perkembangan Konsep Diri ...............................................
27
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ...............
30
B. Kajian tentang Urutan Kelahiran 1. Pengertian Urutan Kelahiran .............................................. x
35
2. Jenis-jenis Urutan Kelahiran ..............................................
38
3. Perbedaan Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu ............................................................... C. Kajian tentang Remaja
39
1. Pengertian Remaja .............................................................
48
2. Ciri-ciri Remaja..................................................................
49
3. Tugas Perkembangan Remaja ............................................
57
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ......................................
61
E. Kerangka Berfikir ....................................................................
61
F. Hipotesis ..................................................................................
63
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ..............................................................
64
B. Subyek Penelitian 1. Populasi ..............................................................................
65
2. Sampel Penelitian ..............................................................
65
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
66
D. Variabel Penelitian ...................................................................
66
E. Metode Pengumpulan Data .....................................................
67
F. Instrumen Penelitian 1. Definisi Penelitian ..............................................................
68
2. Kisi-kisi Instrumen .............................................................
70
3. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................
71
G. Teknik Analisis Data ................................................................
74
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Hasil Penelitian .................................................
78
1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian .............................
78
2. Deskripsi Subyek Penelitian ..............................................
78
3. Deskripsi Data Konsep Diri Siswa Ditinjau dari Urutan Kelahiran ............................................................................ a. Konsep Diri Anak Tunggal ..........................................
79 79
b. Konsep Diri Anak Sulung ............................................
81
c. Konsep Diri Anak Tengah ...........................................
83
xi
d. Konsep Diri Anak Bungsu ...........................................
85
e. Konsep Diri Anak Tungal, Anak Sulung, Anak Tengah, Dan Anak Bungsu pada Setiap Aspek ......................... 1) Aspek Fisik ............................................................
87 88
2) Aspek Psikologis ....................................................
89
3) Aspek Sosial ...........................................................
91
B. Pengujian Prasyarat Analisis ....................................................
93
1. Uji Normalitas ....................................................................
93
2. Uji Homogenitas ................................................................
94
3. Uji Hipotesis ......................................................................
95
C. Pembahasan ..............................................................................
102
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................
109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................
110
B. Saran .........................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. LAMPIRAN ..................................................................................
113 117
xii
DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.
Ketentuan Penilaian ..................................................…………..
68
Tabel 2.
Kisi-kisi Skala Konsep Diri ....................…………………….…
70
Tabel 3.
Kisi-kisi Skala Konsep Diri setelah Uji Coba ...............….……..
73
Tabel 4.
Rumus Kategorisasi ........................................….……………….
75
Tabel 5.
Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Tunggal ...............
80
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Tunggal .......................
80
Tabel 7.
Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Sulung .................
82
Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Sulung .........................
82
Tabel 9.
Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Tengah .................
84
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Tengah .........................
84
Tabel 11. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Bungsu .................
86
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Bungsu ........................
86
Tabel 13. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Fisik ................................................. Tabel 14. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Psikologis ........................................ Tabel 15. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Sosial ............................................... Tabel 16. Distribusi Frekuensi Perbedaan Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Setiap Aspek ........................................................................................ Tabel 17. Hasil Uji Normalitas .................................................................
88 89 91
92 94
Tabel 18. Hasil Uji Homogenitas Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu ................................. Tabel 19. Output ANOVA Perbedaan Konsep Diri ..................................
95 97
Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu .............................................
98
xiii
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1.
Grafik Konsep Diri Anak Tunggal .......................................
81
Gambar 2.
Grafik Konsep Diri Anak Sulung .........................................
83
Gambar 3.
Grafik Konsep Diri Anak Tengah .........................................
85
Gambar 4.
Grafik Konsep Diri Anak Bungsu .........................................
87
Gambar 5.
Grafik Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Fisik ....................... Grafik Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Psikologis .............. Grafik Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu pada Aspek Sosial .....................
Gambar 6. Gambar 7.
xiv
88 89 91
DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1.
Instrumen Uji Coba ..……………….……………............
118
Lampiran 2.
Validitas dan Reliabilitas .………………………………...
128
Lampiran 3.
Instrumen Penelitian Konsep Diri ...………………………
133
Lampiran 4.
Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Tunggal .…….
139
Lampiran 5.
Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Sulung ..……..
141
Lampiran 6.
Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Tengah ..…….
143
Lampiran 7.
Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Bungsu ..…….
145
Lampiran 8.
Data Perhitungan Kategorisasi ...................…………………
147
Lampiran 9.
Uji Prasyarat .........................................…………………..
150
Lampiran 10.
Uji Hipotesis ...........……………………………………….
152
Lampiran 11
Surat Ijin Penelitian ...........................................................
154
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan setiap individu. Sehingga setiap individu berhak untuk mendapatkan pendidikan sejak dini. Pedidikan pertama yang diberikan kepada individu diberikan oleh keluarga. Keluarga merupakan pendidikan utama individu menuju pendidikan selanjutnya. Masa anak-anak hingga masa remaja atau sampai dewasa, individu berhak untuk mendapatkan pendidikan secara formal ataupun non formal dari sekolah yang bersangkutan. Menurut Sugihartono, dkk (2007:3-4) pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia secara individu ataupun kelompok untuk mendewasakan remaja melalui proses pembelajaran. Individu dapat mengubah perilakunya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada sebelumnya dengan adanya pendidikan. Pendidikan
pada
umumnya
berfungsi
sebagai
upaya
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidpan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
1
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi pendidikan di atas menunjukkan bahwa pendidikan memberikan peran penting dalam kehidupan individu dan memberikan bekal yang cukup untuk melanjutkan hidup individu ke dalam tahap yang lebih tinggi. Dilihat dari perkembangan usianya, remaja usia 14-19 tahun yang merupakan remaja tingkat SMP dan SMA atau SMK. Masa remaja identik dengan keadaan dimana proses transisi individu dari masa anak-anak menuju masa remaja. Remaja memberikan peranan penting dalam pembentukan kepribadian individu pada masa dewasa. Menurut perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson, masa remaja berada pada keadaan pencarian identitas versus kebingungan identitas. Keadaan tersebut dapat terlihat dari remaja mencari pengetahuan tentang dirinya, apa, dimana serta bagaimana tentang dirinya. Remaja dihadapkan oleh peran-peran baru yang belum ditemui dalam masa anak-anak. Remaja akan mencari tahu bagaimana peran-peran penting remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Remaja akan mendapatkan identitasnya dan berpengaruh dalam masyarakat, maka remaja akan mendapatkan kesuksesan dimasa dewasanya. Sebaliknya, jika remaja tidak dapat menjalanknan peran dimasyarakat maka remaja akan merasakan kehancuran (Rita Eka Izzaty, 2008: 140). Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, selalu ingin mencoba hal baru, dan mudah terpengaruh dengan teman-teman sebaya (peer groups) yang memungkinkan remaja untuk mendapatkan masalah ketika
2
berada dalam kehidupannya. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh remaja biasanya dikaitkan dengan kenakalan remaja. Secara umum membagi kenakalam remaja menjadi empat jenis, yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik seperti perkelahian, pemerkosaan, pembunuhan, dan lain-lain; kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti pencurian, pemerasan, perampokan, dan lain-lain; kenakalan sosial seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang; dan kenakalan yang melawan status seperti membolos, pergi dari rumah, membantah, dan lain-lain (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006:417). Berdasar data yang dimiliki UPTD Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015, jumlah anak berhadapan dengan hukum (ABH) terus meningkat. Tahun 2011, PSBR DIY menangani ABH sebanyak 20 anak. Tahun berikutnya mengalami peningkatan yakni menjadi 105 anak. Sedangkan 2013 naik menjadi 174 anak hingga pada 2014 terdapat 216 anak yang ditangani PSBR. menurut Kepala UPTD PSBR DIY Slamet, S.Sos, M.Si. (Tomi Sujatmiko: 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kenakalan remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setiap tahunnya yang cukup meresahkan masyarakat. Berdasarkan dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru pembimbing terhadap siswa-siswi di SMK Negeri 7 Yogyakarta menunjukkan bahwa kenakalan remaja seperti membolos sekolah, tidak mengikuti pelajaran, dan tidak memperhatikan mata pelajaran tertentu sering terjadi di sekolah tersebut.
3
Permasalahan terbanyak yang
dialami oleh siswa-siswi di SMK Negeri 7 Yogyakarta adalah tidak mengikuti pelajaran tertentu. Hal tersebut terjadi jika siswa-siswi SMK Negeri 7 Yogyakarta tidak menyukai mata pelajaran tertentu atau guru tertentu. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh remaja biasanya disebabkan oleh faktor eksternal dan internal dalam diri remaja. Faktor eksternal seperti pengaruh teman sebaya, hubungan dengan orang tua, dan lain-lain. Faktor internal seperti keadaan fisik remaja, ketidak mampuan remaja dalam menyesuaikan diri dan yang terpenting adalah konsep diri remaja. Konsep diri remaja dirasa hal yang paling penting dalam kehidupan remaja. Konsep diri berhubungan erat dengan identitas diri remaja. Konsep diri dikatakan sebagai gambaran diri remaja. Konsep diri positif pada remaja dapat memberikan kepuasan dan kesuksesan pada remaja sedangkan konsep diri negatif akan meberikan kecemasan dan masalah pada diri remaja. Peran penting konsep diri remaja memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja, salah satunya adalah kehidupan sosial remaja. Dilihat dari kenakalan remaja yang dialami oleh siswa-siswi SMK Negeri 7 Yogyakarta seperti tidak mengikuti pelajaran tertentu menunjukkan sikap individu yang berbuat semaunya terlebih individu tersebut memiliki motivasi belajar yang rendah. Di samping kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa-siswi SMK Negeri 7 Yogyakarta diatas, beberapa siswa-siswi SMK tersebut juga menunjukkan prestasi belajar yang rendah.
4
Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru BK menunjukkan bahwa guru BK telah melakukan perlakuan khusus kepada siswa-siswi kelas X yang memiliki prestrasi akademik yang rendah. Konseling kelompok telah dilakukan oleh guru BK untuk meningkatkan prestasi belajar siswa siswi tersebut. Dari konseling kelompok tersebut menunjukan bahwa 3 dari 5 anggota konseling kelompok memiliki permasalahan dalam motivasi belajar. Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa tersebut rendah akibat dari adanya permasalahan dengan keluarga khususnya terhadap orang tua. Dapat dikatakan bahwa orang tua sebagai faktor utama dan pertama dalam pembentukan konsep diri individu malah memberikan pengaruh negatif dalam pembentukan konsep diri, sehingga siswa-siswi tersebut memiliki motivasi belajar yang rendah yang berdampak pada rendahnya prestasi akademik. Ciri-ciri tersebut adalah salah satu tingkah laku yang menunjukkan individu memiliki konsep diri negatif menurut Winanti Siwi Respati, dkk, (2006: 126). Konsep diri yang negatif kuat kaitannya dengan konsep diri yang rendah pada individu. Menurut Desmita (Rusni Rarahmaisya, 2011: 2) menyatakan bahwa konsep diri tidak secara tiba-tiba muncul dalam kehidupan remaja. Tetapi konsep diri terbentuk melaui proses belajar yang dialami oleh individu sejak lahir. Pembentukan konsep diri berlangsung sejak masa anak-anak hingga masa dewasa dengan melibatkan berbagai macam interaksi sosial yang dialami oleh individu, baik melibatkan keluarga, sekolah dan lingkungan
5
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan komponen utama dan pertama dalam pembentukan konsep diri individu. Pembentukan konsep diri terjadi sejak remaja masih dalam masa anak-anak. Masa anak-anak keluarga merupakan pengaruh yang penting dalam kehidupannya. Hurlock (1978:202) menyatakan bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga. Baik orang tua maupun anggota keluarga yang lain memberikan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan diri individu. Centi (1993:16) menyebutkan bahwa orang tua merupakan hal yang penting dalam pembentukan konsep diri individu sejak masa anak-anak. Ketulusan, cinta dan kasih yang diberikan kepada anak akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan individu. Ketulusan orang tua dalam mendidik anak sehingga sering memberikan penguatan positif akan memberikan gambaran diri yang positif pada anak. Sebaliknya, jika orang tua sering menuntut anak untuk melakukan apa saja untuk menyenangkan hati atau sering memberikan label negatif pada anak akan memberikan gambaran diri negatif pada anak. Pada dasarnya peran orang tua dalam pembentukan konsep diri individu berasal dari pola asuh yang diterapkan kepada masing-masing individu. Tidak menutup kemungkinan dalam penerepan pola asuh, orang tua cenderung memberikan perilaku dan perhatian yang berbeda terhadap anak menurut urutan kelahirannya dalam satu keluarga. Kecenderungan orang tua yang lebih perhatian kepada anak bungsu dan mengesampingkan anak sulung
6
memberikan pengaruh terhadap kepribadian diri individu. Dengan adanya perbedaan pola asuh orang tua, individu akan mengalami permasalahan yang dapat mengganggu kehidupannya di masa yang akan datang. Contoh kasus tidak mengikuti mata pelajaran tertentu yang dialami oleh siswa-siswi kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta dilakukan sebagian besar oleh anak bungsu dalam keluarga. Berdasaran wawancara dengan guru BK permasalahan yang dialami oleh siswa di SMK N 7 Yogakarta adalah terdapat siswa yang merupakan anak tunggal, memilki orang tua yang over protective tidak memperbolehkan siswa tersebut beraktifitas di luar rumah selain urusan sekolah. Kegiatan belajar bersama atau bermain bersama teman-teman harus dilakukan di rumah dengan pantauan orang tua. Hal tersebut menyebabkan rasa rendah diri pada siswa tersebut dan merasa terkekang dengan keadaan tersebut. Perasaan tersebut merupakan akibat dari rendahnya konsep diri yang terbentuk dari penerapan pola asuh orang tua. Jika pola asuh orang tua tidak berubah maka tidak menutup kemungkinan rasa frustasi dan depresi akan menimpa diri anak tersebut. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Centi (1993:16)
tentang
perbedaan urutan kelahiran pada anak juga memberikan pengaruh dalam pembentukan konsep diri. Anak sulung, tengah, bungsu, dan tunggal memiliki pengertian konsep diri masing-masing. Sama halnya dengan apa yang di ungkapkan oleh Adler (Feist dan Feist, 2010: 100-102) mengungkapkan bahwa dari urutan kelahiran individu memberikan pengaruh
7
perbedaan kepribadian dalam kehidupan individu dalam kehidupannya termasuk konsep diri. Perbedaan pengasuhan antara anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal akan memberikan perbedaan konsep diri pada diri masing-masing anak. Termasuk remaja yang telah menerima keadaan urutan kelahiran sejak masa anak-anak menjadikan dasar pada diri remaja dalam menilai dirinya sendiri sehingga terbentuklah konsep diri pada dirinya. Dari uraian di atas terlihat bahwa perbedaan urutan kelahiran pada kehidupan remaja memberikan pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri remaja. Adanya konsep diri positif tersebut maka dapat membantu remaja dalam kehidupan pribadi dan sosial pada diri remaja. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Konsep Diri Ditinjau dari Urutan Kelahiran Anak pada Siswa Kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian ini akan dihasilkan suatu informasi atau gambaran tentang konsep diri remaja di sekolah tersebut, sehingga dapat memberikan pemahaman bagi setiap individu, orang tua serta institusi pendidik untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep diri individu, anak, atau peserta didik remaja. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Angka kenakalan remaja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terus meningkat.
8
2. Beberapa siswa-siswi SMK Negeri 7 Yongyakarta mengalami motivasi belajar yang rendah. 3. Beberapa siswa-siswi SMK Negeri 7 Yogyakarta memiliki konsep diri yang rendah. 4. Kasus siswa-siswi yang tidak mengikuti mata pelajaran tertentu dialami oleh anak bungsu. 5. Adanya perbedaan pola asuh orang tua menurut urutan kelahiran anak dalam keluarga. 6. Terdapat anak tunggal yang memiliki konsep diri yang rendah akibat dari penerapan pola asuh orang tua. C. Batasan Masalah Masalah-masalah yang telah teridentifikasi tidak semuanya akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan konsep diri remaja ditinjau dari urutan kelahiran pada siswa kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak sulung di SMK Negeri 7 Yogyakarta? 2. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK Negeri 7 Yogyakarta?
9
3. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta? 4. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak sulung dengan anak tengah di SMK Negeri 7 Yogyakarta? 5. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta? 6. Apakah ada perbedaan konsep diri remaja antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan: 1. Konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak sulung di SMK Negeri 7 Yogyakarta. 2. Konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK Negeri 7 Yogyakarta. 3. Konsep diri remaja antara anak tunggal dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta. 4. Konsep diri remaja antara anak sulung dengan anak tengah di SMK Negeri 7 Yogyakarta. 5. Konsep diri remaja antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta. 6. Konsep diri remaja antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK Negeri 7 Yogyakarta.
10
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1.
Dari segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontribusi kajian teoritis terhadap teori konsep diri. 2.
Dari segi praktis a.
Bagi Orang Tua
Dapat lebih memahami dan mengerti anak sulung, tengah, bunggu dan tunggal sesuai dengan kepribadian dan karakteristik sehingga dapat mendampingi dan memberikan pendidikan kepada anak untuk meningkatkan konsep diri. b.
Bagi Guru BK
Guru BK dapat memberikan pendampingan dan pendidikan terhadap konsep diri siswa sesuai dengan masing-masing kepribadian siswa menurut urutan kelahiran. c.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliian selanjutnya dapat mengembangkan dan memahami secara mendalam tentang konsep diri dan urutan kelahiran juga dapat dipakai sebagai pertimbangan penelitian untuk konsep diri dan urutan kelahiran.
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri atau self concept menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, 2009: 53) adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenal dirinya. Keyakinan seseorang dapat dipahami bahwa bagaimana seseorang melihat atau mengenal dirinya yang berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik dan lain sebagainya. Konsep diri memberikan pengaruh pada diri indivdu untuk mengenal dan mendalami dirinya dengan berbagai kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri individu tersebut. Pendapat lain mendefinisikan konsep diri sebagai evaluasi terhadap domain yang spesifik dari diri. Evaluasi diri dilakukan terhadap berbagai domain dalam hidup akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya (Santrock, 2003: 336). Konsep diri tidak hanya sebagai penggambaran diri individu yang telah terjadi, tetapi juga sebagai evaluasi untuk apa yang akan dilakukan oleh individu tersebut pada dirinya. Evaluasi yang dilakukan oleh individu tersebut memberikan kemapuan untuk meperluas gambaran diri individu dan semakin memahami diri lebih dalam. Hendrianti Agustiani (2006: 138) mendefinisiskan konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
12
Konsep diri ditanamkan pada masa kanak-kanak hidup seseorang dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari. Pengalamanpengalaman yang diterima oleh indvidu selama hidup akan memberikan gambaran diri yang semakin kuat. Interaksi-interaksi sosial yang diterima individu merupakan bentuk dari pengalaman yang penting sehingga individu akan membentuk konsep diri dengan adanya dukungan lingkungan sosial. Chaplin (Winanti Siwi Respati, dkk, 2006: 122) mengatakan bahwa self concept adalah bagaimana seseorang menilai dan menafsirkan dirinya sendiri oleh individu yang bersangkutan sebagai evaluasi individu mengenai diri sendiri. Pendapat tersebut menekankan bahwa konsep diri berhubungan dengan evaluasi diri, penilaian diri yang dilakukan oleh individu merupakan hasil evaluasi diri yang telah dilakukan. Beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenal dirinya yaitu menilai dan menafsirkan dirinya sendiri yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri merupakan hasil pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh individu sejak dalam masa kanak-kanak yang dijadikan individu sebagai landasan dalam bertingkah laku di kemudian hari atau masa depannya. Evaluasi diri yang dilakukan akan memberikan pengaruh terhadap konsep diri individu yang bersangutan.
13
2. Aspek-Aspek Konsep Diri Jalaludin Rakhmat (2005: 63) mengungkapkan tiga aspek dalam konsep diri, yaitu: a. Aspek Fisik Aspek fisik dalam konsep diri mencakup penilaian individu terhadap segala sesuatu yang melekat dalam dirinya seperti penampilan, pakaian, tubuh, serta segala sesuatu yang dimiliki. b. Aspek psikologis Aspek psikologis dalam konsep diri mencakup pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap diri individu. c. Aspek sosial Aspek sosial mencakup bagaimana peranan individu dalam lingkup peran sosialnya dan penilaian individu terhadap peran tersebut. Menurut Staines (Burns: 1993: 81) tiga aspek konsep diri, meliputi: a. Diri yang dasar Konsep dasar yang dimiliki individu melalui pandangan mengenai dirinya sebagai apa adanya. Konsep diri dasar sering disebut dengan diri yang dikognisikan. b. Diri yang ideal Diri yang ideal adalah interpretasi individu meliputi keinginan ataupun aspirasi tentang apa yang ingin dicapai oeh diri individu.
14
c. Diri yang lain Diri yang lain sama dengan diri sosial dan merupakan diri yang berasal dari penilaian orang-orang terdekat ataupun orang-orang yang dihargai oleh individu. Kesan dan kesimpulan meliputi pernyataan, tindakan, dan isyarat dari orang lain akan membentuk konsep diri. Menurut Nirmalawati (2011: 63), konsep diri terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis. Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek konsep diri meliputi aspek fisik, aspek psikologis, aspek sosial, diri yang dasar, diri yang ideal, dan dri yang lain. 3. Dimensi-Dimensi dalam Konsep Diri Fitts (Hendriati Agustriani, 2006: 139-132) membagi dimensi konsep diri menjadi dua dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Adapun penjelasan dari kedua dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Dimensi Internal Penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan pengamatan dan penilaian. Dimensi internal terdiri dari tiga bentuk yaitu: 1) Diri Identitas (identity self) Diri identitas merupakan aspek paling dasar dari konsep diri dengan ciri mengacu pada pertanyaan “Siapa saya?”. Dalam diri
identitas
menggambarkan
terdapat dirinya
15
label dan
dan
simbol
membangun
yang
yang
identitasnya,
misalnya “Saya Nita”. Dengan bertambahnya usia semakin bertambah
pula
pengalaman-pengalaman
individu
yang
memicu bertambahnya pengetahuan individu tentag dirinya. Sehingga individu dapat melengkapi identitas dirinya dengan berbagai macam keterangan lain yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar dalam akademis tetapi kurang dalam bidang seni”. 2) Diri Pelaku (behacioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu terhadap tingkah lakunya. Hal ini berkaitan dengan “apa yang dilakukan oleh diri”. Diri pelaku berkaitan erat dengan diri identitas karena diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dan diri pelaku sehingga individu dapat menerima dan mengenali diri sebagai identitas atau sebagai pelaku. 3) Diri Penerima atau Penilai (judging) Kedudukan penilai adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku yang berfugsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Manusia cenderung menilai sejauh mana hal-hal yang dipersepsikan memuaskan bagi dirinya. Sehingga simbol atau label yang diberikan terhadap dirinya bukan hanya untuk menggambarkan dirinya tetapi juga unruk syarat dengan nilai-nilai yang diikutinya. Penilaian berperan juga untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan atau ditampilkan.
16
b. Dimensi Eksternal Dimensi eksternal adalah penilaian diri sendiri melalui dengan adanya interaksi sosial, hubungan sosial, aktivitas sosial, dan hal-hal lain yang berada di luar dirinya. Dimensi eksternal yang bersifat umum dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu: 1) Diri Fisik (physical self) Diri fisik merupakan persepsi individu terhadap keadaan fisik dirinya. Hal ini terlihat dengan persepsi individu mengenai kesehatan, penampilan, dan keadaan tubuh individu. 2) Diri Etik-Moral (moral-etchical self) Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari pertimbangan nilai moral dan etika. Berkaitan dengan hubungan individu dengan Tuhannya, rasa puas seseorang pada kehidupan keagamaannya, nilai-nilai moral yang dianut berkenaan dengan apa yang baik dan yang jahat. 3) Diri Pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan individu terhadap keadaan pribadinya. Diri pribadi terlepas dari kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana ia sebagai individu merasa puas dan kuat sebagai pribadi. 4) Diri Keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri individu sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa
17
jauh perasaan individu sebagai anggota keluarga dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota keluarga. 5) Diri Sosial (Social self) Diri sosial merupakan penilaian individu terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut dimensi-dimensi konsep diri terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi internal dan ekstenal yang digunakan individu untuk melihat dirinya sebagai pribadi. Dimensi internal dan ekternal memiliki perananya masing-masing untuk menentukan bagaimana diri individu membentuk konsep dirinya sebagai seorang pribadi yang utuh. Pada bagiannya dimensi internal dan eksternal harus saling berkaitan erat dan menjadi kesatuan yang utuh untuk memberikan penilaian diri yang baik dimata diri sendiri dan orang lain. Sedangkan menurut Calhoun dan Acocela (1990: 67-71) mengungkapkan bahwa konsep diri terdiri dari 3 dimesi yaitu: a. Pengetahuan Bagaimana individu mengetahui dirinya sendiri. Dalam diri individu terdapat gambaran yang menunjukkan bagaimana diri idividu itu sendiri. Gambaran-gambaran yang muncul dalam diri individu menunjukkan satu daftar sebagai dasar diri inidiviu seperti, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Gambaran-gambaran dasar tersebut merupakan faktor dasar yang seharusnya dicatat dan dimengerti sehingga
18
dapat menempatkan diri individu tersebut dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa, dan sebagainya. Individu juga mengidentifikasi dirinya dengan kelompok sosial yang lain sehingga menambah daftar julukan diri individu seperti kelas menengah ke atas, kelas menengah ke bawah, anggota kelompok wanita, dan lain sebagainya. Julukan-julukan yang muncul akibat dari adanya kelompok sosial dapat diganti setiap saat, tetapi sepanjang individu mengidentifikasi dengan suatu kelompok, kelompok tersebut memberikan individu sejumlah informasi lain yang dapat dimasukkan dalam potret diri mental individu. Akhirnya dalam membandingkan diri individu dengan anggota kelompok lain, maka idividu akan menjuluki diri individu sendiri dengan istilah-istilah kualitas. Individu akan mengaktegorikan diri dengan membandingkan dengan orang lain misalnya sebagai seorang yang spontan atau hati-hati, baik hati atau egois, tenang atu bertempramesn tinggi, tergantung atau mandiri. Julukan yang muncul dalam diri individu tersebut tidaklah permanen tapi dapat diubah sesuai dengan tingkah laku individu atau kelompok pembanding diri individu tersebut. b. Harapan Individu telah memiliki pengetahuan tentang dirinya sendiri saat ini tetapi juga terdapat satu paandangan lain mengenai menjadi apa dirinya dimasa depan. Individu memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri. Pengharapan tersebut merupakan diri ideal individu.
19
Diri ideal yang dimiliki oleh masing-masing individu berbeda-beda. Seseorang mungkin melihat masa depan dirinya yang sangat bagus dengan gelar pendidikan atau mungkin diri ideal orang lainnya di masa depan mungkin seorang orang rumahan. Apapun harapan dan tujuan individu akan membangkitkan kekuatan yang mendorong individu menuju masa depan dan memandu kegiatan inidividu dalam perjalanan hidupnya. c. Penilaian Penilaian terhadap diri individu sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri setiap hari, mengukur apakah idividu bertentangan dengan “saya dapat menjadi apa” yaitu pengharapan dirinya sendiri dan “saya seharusnya menjadi apa” yaitu standar bagi diri individu sendiri. Hasil pengukuran tersebut disebut rasa harga diri, berarti seberapa besar individu menyukai dirinya sendiri. Semakin besar ketidaksesuaian antara gambaran individu tentang siapa dirinya dan gambaran tentang seharusnya kita menjadi apa atau dapat menjadi apa akan semakin rendah rasa harga diri. Individu yang hidup sesuai dengan standar dan harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya apa yang sedang dikerjakan, akan kemana dirinya, apa yang sedang dikerjakan maka akan memiliki rasa harga diri yang tinggi. Jika sebaliknya orang yang terlalu jauh dari standar dan harapan akan memiliki rasa harga diri yang rendah. Jadi pendapat tersebut menekankan pada pengetahuan individu mengenai diri sendiri, pengharapan individu mengenai diri, dan penilaian tentang diri
20
idividu sendiri. Pendapat ini menelaskan bagaimana pengeahuan, penilaian, dan harapan individu sangat penting untuk memperkat atau memerkokoh konsep diri individu. Sama seperti dengan pendapat di atas dengan mengunakan istiah berbeda, Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Provinsi DKI Jakarta (2010: 2) meyebutkan bahwa terdapat tiga dimensi tama dari konsep diri yaitu: a. Pengetahuan tentang siapa dirinya Sejauh mana seseorang tahu tentang ciri dan karateristik yang dimiliki oleh diri individu terebut, baik secara fisik ataupun psikis. b. Ekspektasi diri Sejumlah harapan dan hal yang diinginkan oleh diri individu tersebut. Sejumlah harapan tersebut disebut dengan diri ideal. c. Penilaian terhadap diri sendiri Bagaimana individu memandang, mengukur, menilai, dan menempatkan diri. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbagi dalam dimensi internal dan dimensi eksternal, pengetahuan, harapan, penilaian, pengetahuan tentang siapa dirinya, ekspektasi diri, dan penilaian terhadap diri sendiri. Dimensi internal terbagi dalam bentuk diri identitas, diri perilaku, dan diri penerimaan. Sedangkan dimensi eksternal terbagi dalam bentuk diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga, dan diri sosial.
21
4. Jenis-jenis Konsep Diri Konsep diri terbentuk karena adanya hasil interaksi individu dengan lingkungannya termasuk dengan hubungan dengan orang lain. Melalui hubungan ini terbentuk konsep diri positif dan konsep diri negatif pada diri individu. Ritandiyono dan Retnaningsih (1996:40-43) memberikan penjelasan antara konsep diri positif dan konsep diri negati sebagai berikut: a. Konsep Diri Positif Dasar dari konsep diri positif adalah adanya penerimaan diri. Konsep diri positif memandang bagaimana individu mengenal dirinya dengan baik. Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Semua pengalaman yang diterima oleh individu baik positif ataupun negatif adalah bagian dari konsep diri positif. Jadi individu yang memiliki konsep diri positif dapat menerima semua aspek baik positif dan negatif yang ada dalam dirinya yang menjadikan individu tersebut menjadi kesatuan yang utuh sebagai seorang pribadi. Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Provinsi DKI Jakarta (2010: 3) berpendapat bahwa individu dengan konsep diri positif mengetahu ciri-ciri dirinya, pemahaman, dan penilaian terhadap kualitas diri individu tersebut secara tepat, akurat, dan wajar. Peneriman diri secara apa adanya, bersyukur atas kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh diri individu yang bersangkutan.
22
Perasaan-perasaan gagal dan kecewa tidak berarti bagi individu yang memiliki konsep diri positif. Karena individu dapat menerima apa adanya dirinya sendiri dan juga dapat menerima apa adanya diri orang lain. Individu dengan konsep diri positif merancang tujuantujuan yang sesuai dnegan kemampuannya den realistis sehingga memiliki kemungkinan besar untuk dapat mencapai tujuannya tersebut sebagai pengharapan diri. Meskipun perasaan gagal atau kecewa muncul dalam diri individu, ia tidak akan merasa bersalah terus menurus dan tetap akan melanjutkan kehidupannya dengan sebaik mungkin. Individu dengan konsep diri positif dapat menyongsong masa depan dengan bebas. Karena memandang hidup sebagai suatu proses penemuan, yang dapat membuat dirinya tertarik, memberi kejutan dan imbalan yang menyenangkan. Dengan perasaan yang seperti itu maka individu dengan konsep diri positif akan bertindak dengan spontan dan memperlakukan orang lain dengan ramah dan hormat. Cara hidup seperti ini akan membuat hidup lebih menyenangkan. Montana (Winanti Siwi Respati, dkk, 2006:126) memberikan ciri-ciri tingkah laku individu yang mempunyai konsep diri positif yaitu : 1) Bercita-cita menjadi pemimpin (menginginkan kepemimpinan). 2) Mau menerima kritikan yang bersifat membangun. 3) Mau mengambil resiko lebih sering. 4) Bersifat mandiri terhadap orang lain. 5) Yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada usaha, tindakan dan kemampuan seseorang. 6) Bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.
23
7) Percaya ia mempunyai kontrol dan pengaruh terhadap peristiwa atau kejadian dalam kehidupannya. 8) Menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri. 9) Sabar menghadapi kegagalan dan frustasi, tahu bagaimana cara menangani kegagalan secara positif. 10) Dapat menangani pekerjaan yang ambisius. 11) Merasa mampu menangani atau mempengaruhi lingkungannya dan bangga terhadap perilaku dan tindakannya. 12) Menangani persoalan dengan keyakinan dan kepercayaan.
b. Konsep Diri Negatif Berbeda dengan konsep diri positif, konsep diri negatif adalah individu yang sedikit mengetahui tentang dirinya. Menurut Coulhoun (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1996:40) terdapat dua tipe konsep diri negatif yaitu: 1) Pandangan individu terhadap dirinya tidak teratur. Individu tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri. Siapa dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya atau apa yang dihargai dalam hidupnya merupakan hal-hal yang benar-benar tidak diketahui dan tidak dimengerti oleh individu. Biasanya kondisi ini dialami oleh remaja. Karena masa remaja merupakan masa transisi bagi individu dari anak-anak ke masa dewasa. Jika kondisi ini ada pada orang dewasa maka hal ini merupakan suatu tanda ketidakmampuan menyesuaikan. 2) Kebalikan dari tipe yang pertama, pada tipe kedua ini konsep diri terlalu stabil dan terlalu teratur atau kaku. Didikan orang tua atau pola asuh orang tua yang terlalu keras individu tersebut
24
menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari aturan-aturan yang dianggap tepat.
Kecemasan dan rasa ancaman yang dihadapi oleh individu merupakan akibat dari informasi-informasi baru yang diterimanya. Dengan konsep diri yang tidak teratur dan konsep diri yang sempit benar-benar tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang dikaitkan dengan informasi yang bertentangan dengan dirinya. Maka dari itu individu dengan konsep diri negatif akan mengubah terus-menerus konsep dirinya, atau melindungi konsep dirinya dengan mengubah atau menolak informasi yang baru. Tim Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Provinsi DKI Jakarta (2010: 3) berpendapat bahwa individu dengan konsep diri negatif individu tidak dapat memahami dan mengetahui gambaran dirinya secaa seutuhnya. Pengeahuan diri individu sangat kurang, kurang bisa menerima diri secara apa adanya sehingga mengalami kekecewaan terhadap diri sendiri. Jika konsep diri terlalu rendah maka individu akan mengalami rasa rendah diri yang dalam dan sebaliknya jika konsep diri terlalu tinggi maka individu akan menjadi lebih sombong atau congkak. Kekecewaan dan kecemasan merupakan salah satu dampak dari kondisi dengan konsep diri negatif. Harapan individu terhadap dirinya sangat rendah, menganggap bahwa dirinya tidak dapat melakukan
25
sesuatu yang berharga dan hanya merancang pengharapannya sehingga dalam kenyataannya individu tersebut tidak dapat mencapai apapun yang berharga. Kegagalan akan merusak harga dirinya yang sudah rapuh yang menyebabkan citra diri yang lebih negatif dan pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran diri. Selain
rendahnya
konsep
diri
individu,
dengan
adanya
kesombongan individu akibat dari konsep diri yang terlalu tinggi dan penggambaran diri yang tinggi merupakan salah satu dampak dari konsep diri yang negatif. Individu dengan konsep diri yang terlalu tinggi akan memandang rendah diri orang lain dan hanya melihat diri individu tersebut sendiri saja. Montana (Winanti Siwi Respati, dkk, 2006:126) memberikan ciri-ciri tingkah laku individu yang mempunyai konsep diri negatif. Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai ciri-ciri sebgai berikut : 1) Menghindari peran-peran pemimpin. 2) Menghindari kritikan dan tidak mau mengambil resiko. 3) Tidak mempunyai atau kurang mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan. 4) Kurang memiliki motivasi belajar, bekerja dan umumnya ia mempunyai kesehatan emosi dan psikologis kurang baik. 5) Mudah terpengaruh dan menyalahgunakan obat-obat terlarang, mengandung diluar nikah, keluar dari sekolah atau terlibat kejahatan. 6) Lebih merasa perlu untuk dicintai dan diperhatikan sehingga ia lebih mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain. 7) Ia akan berbuat apa saja untuk menyesuaikan diri dan menyenangkan orang lain. Orang dewasa berpikir dia adalah anak baik karena ia adalah orang yang menyenangkan. Tetapi keperluan untuk menyenangkan orang lain dapat menimbulkan masalah bagi dia. 8) Mereka mudah frustasi, menyalahkan orang lain atas kekurangannya.
26
9) Menghindar dari keadaan-keadaan sulit untuk tidak "gagal" dan bergantung pada orang lain.
Berdasarkan ahli-ahli tersebut bahwa terdapat dua jenis konsep diri yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu dengan konsep diri positif adalah individu yang menerima apa adanya diri. Bagaimana pengalamanpengalamannya baik positif atau negatif yang hadir dalam kehidupan individu diterima dengan bijaksana dan menerima dengan baik bagaimana hubungan dengan orang lain. Konsep diri positif memberikan perasan yang berharga sehingga lebih percaya diri. Individu dengan konsep diri negatif dapat dikatakan bahwa penilaian negatif terhadap diri sendiri. Informasi dan pengalaman yang diterima individu dapat dinilai sebagai sesuatu yang negatif. Kecemasan dan kegagalan menjadi sesuatu yang membayangi diri individu dengan konsep diri negatif. Dan pada akhirnya kegagalan yang diterima individu akan menyebabkan penghancuran diri individu tersebut. 5. Perkembangan Konsep Diri Perkembangan konsep diri menurut para ahli salah satunya adalah Hulock (Ritandiyono dan Retnaningsih 1996:37) mengatakan bahwa perkembangan konsep diri bersifat hirarkis dengan hal yang paling dasar adalah konsep diri primer. Konsep diri primer berasal dari dari pengalaman-pengalaman individu yang dialami di rumah atau bersama dengan anggota keluarga. Konsep diri primer mencakup pada citra fisik dan psikologis diri. Selanjutnya dengan meingkatnya hubungan atau interaksi dengan oralh luar maka membentuk konsep diri sekunder. Konsep diri sekunder berhubungan dengan bagaimana
27
individu melihat dirinya melalui pandangan orang lain. Konsep diri primer menentukan bagaimana konsep diri sekunder akan dibentuk. Schultz (1991: 47) perkembangan konsep diri menurut teori Rogers mengungkapkan bahwa konsep diri individu dipengaruhi oleh orang terutama oleh ibu. Individu akan berkembang secara sehat atau tidak tergantung dengan adanya cinta kasih yang diberikan oleh orang tua terhadap anak pada masa anak-anak. Kebutuhan cinta pada masa anak-anak memberikan rasa kepuasaan kepada dirinya sehingga akan menumbuhkan konsep diri yang lebih kuat dan sehat. Pendapat ahli lain yaitu Symonds
(Hendrianti Agustiani, 2006: 138)
menyampaikan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul setelah kelahiran, tetapi berkembang secara bertahap dengan munculnya persepsi. Dengan kata lain pembentukan konsep diri individu merupakan hasil dai interaksi individu dengan lingkungnnya. Mead (Winanti Siwi Respati, dkk; 2006: 124) mengatakan bahwa konsep diri individu berkembang sebagai hasil hubungan antara proses aktifitas sosial seperti pengalaman dan hubungan dengan orang lain. Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan konsep diri melalui huubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri muncul bukan saat ketika bayi lahir tapi berkembang bertahap sesuai dengan waktu. Konsep diri yang dasar adalah konsep diri primer dan yang selanjutnya adalah konsep diri sekunder. Konsep diri primer berasal dari kehidupan dalam keluarga individu sejak dilahirkan dan konsep diri sekunder
28
berasal dari pergaulan dan hubungan dengan orang lain diluar kehidupan keluarga. Sedangkan perkembangan konsep diri menurut Lewis dan Brooks Gunn (dalam Bee; Prasetyo Budi Widodo, 2006: 3) terdapat tiga tahapan perkembangan konsep diri, tahapan-tahapan perkembangan konsep diri tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap exixtensial self /subjective self Tahap dimana individu mulai menyadari diri sebagai makhluk yang terpisah dari individu lain. Tahap pertama dimulai dengan masa anakanak yang mengembangkan rasa primitif sebagai individu yang terpisah dengan yang lain. Diikuti dengan pemahaman bahwa individu tersebut merupakan sesuatu yang konsta (ada) dan merupakan aktor (agen) dari dunia. b. Tahap categorial self / objective self Individu mulai mengartikan diri sendiri dalam beberapa kategori-kategori yang telah dibuat, misalnya umur, jenis kelamin atau yang lain. Tahap ini mengarahkan diri individu sadar bahwa idividu tersebut adalah objek yang ada dalam dunia. Individu mendefinisikan diri dalamtermologi properti fisik, seperti usia, ukuran badan, jenis kelamin, aktivitas, serta ketrampilannya. Perkembangan tahap ini dimulai dari usia enam sampai dewasa, setelah melewati periode operasional kongkrit dan operasional formal. Konsep diri anak-anak
29
secara betahap menjadi konsep diri yang lebih abstrak, dimana kualitas kepribadian akan lebih diutamakan daripada kualitas fisik. c. Tahap self esteem Tahap ini akan nampak konsep diri secara keseluruhan menjadi reorganisasi orientasi masa depan, orientas seksual, orientasi okupasional, dan orientasi ideologi identitas yang baru. Perkembangan tahap ini biasanya terjadi pada masa dewasa akhir. Ketiga tahap perkembangan di
atas menunjukkan bahwa
perkembangan konsep diri dimulai dari masa anak-anak sampai dewasa. Setiap tahapan yang ada terdapat pengaruh-pengaruh yang uncul untuk dapat membentuk konsep diri yang nyata dan kongkrit pada setiap indivdu sehingga individu tersebut dapat mencapai konsep diri yang sesuai dengan dirinya. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Perkembangan konsep diri didapatkan oleh individu bukan semata-mata muncul dengan sediri melainkan proses pembentukannya dipengaruhi dengan beberapa faktor pendukung. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri individu, menurut Pudjijogyanti dalam Hermawati N, 1996:19 diuraikan sebagai berikut: a. Citra fisik, terbentuk melalui refleksi dan tanggapan individu mengenai keadaan fisik individu tersebut. Citra fisik meliputi bentuk tubuh, gemuk-kurus dan tinggi-pendek, warna kulit, jenis rambut,
30
keriting-lurus, dan segala bentuk keadan tubuh yang terlihat oleh mata atau panca indra. b. Jenis kelamin, penetapan individu digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan berdasarkan fakta-fakta biologis. Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan adanya perbedan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung dianggap sebagai individu yang lemah dan laki-laki diangap sebaga individu yang memliki tanggung jawab yang besar. c. Perilaku orang tua, keluarga merupakan lingkungan pertama dalam pembentukan konsep diri anak karena lingkungan keluarga yang pertama kali menangani perilaku individu. Bagaimana orang tua menciptakan
lingkungan
dan
situasi
yang
ondusif
bagi
perkembangan anaknya, akan berpengaruh bagi pementukan konsep diri. Pemenuhan kebutuhan fisik dan psiklogis akan membentuk anak menjadi prbadi yang baik dan mampu menjalankan tugas perkembangannya dengan baik. Kondisi tersebut anak akan lebih mudah belajar, dengan demikan konsep diri yang positif akan terbentuk pada anak. d. Faktor sosial, kosep diri dapat dpengaruhi oleh adanya iteraksi individu dengan orang lain. Orang ain yang memiliki pengaruh bagi diri individu, misal teman sebaya dan orang yang memiliki kekuasaan atau orang yang lebih tinggi tingkatannya.
31
Menurut Hurlock (1999) masa remaja terdapat delapan fakor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja, yaitu: a. Usia kematangan, remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila remaja yang terlambat dan diperlakukan sebagai anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehinga kurang bisa menyesuaikan diri. b. Penampilan diri, penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah dri. Daya tarik ang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang kepribadian seorang remaja. c. Kepatutan seks, kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja menata konsep diri yang baik. Ketiakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakuya. d. Nama dan julukan, remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai nama buruknya atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan. e. Hubungan keluarga, jika seorang remaja yang memiliki hubungan yang
dekat
dengan
salah
satu
anggota
keluarga
akan
mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
32
f. Teman sebaya, teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara yaitu konsep diri remaja merupakan cerminan dari tanggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciriciri kepribadian yang dakui oleh kelompk. g. Kreativitas, remaja yang semasa kanak-kak didorong untuk kreatif dalam bermain dan alam tugas-tugas akademik, mengembangkan rasa individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah dikehendaki akan kurang mempunyai perasan identitas dan individualitas. h. Cita-cita, jika remaja tidak memiliki cita-cita yang realistik, maka akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebu akan menyalahgnakan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banak mengalami keberhasilan daripada kegaalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan dri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
33
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri lain menurut Jalaluddin Rakhmat, (2005: 100-104) adalah sebagai berikut: a. Orang lain Individu mengenal diri sendiri dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana orang lain menilai diri personal seseorang, maka akan membentuk konsep diri pada diri individu tersebut. Citra diri terbentuk dari pujian yang diberikan orang lain terhadap diri individu tersebut. Perasaan diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri indvidu sendiri maka akan muncul sikap yang menghormati dan menerima keadaan diri individu sendiri. Sebaliknya, bila orang lain meremehkan, menyealahkan, dan menolak individu maka akan muncul kecenderungan untuk tidak menyenangi diri individu tersebut sendiri. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap individu, yang paling berpengaruh adalah orangorang yang paling dekat dengan individu tersebut. Significant others atau orang lain yang sangat penting bagi individu adalah orang tua, saudara, teman dan lain-lain. Significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan individu sehingga mempengaruhi konsep dirinya. b. Kelompok Rujukan (Reference Group) Pergaulan lingkungan masyarakat individu akan menajdi anggota beberapa kelompok seperti RT, Persatuan Bulutangkis, Ikatan
34
Warga, atau Ikatan Sarjaana Komunikasi, dan lain-lain. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Terdapat beberapa kelompok yang secara emosional menhikat diri individu, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri hal ini disebut dengan kelompok rujukan. Individu melihat kelompok yang dipilih oleh individu tersebut sehingga mengarahkan perilaku dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompok yang telah dipilih. Faktor-faktor yang mempegaruhi konsep diri menurut beberapa ahli diatas di atas dapat disimpulkan meliputi citra fisik, jens kelamin, perilaku orang tua, faktor sosial, usia kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreatifitas, cita-cita, orang lain, dan kelompok rujukan. B. Urutan Kelahiran 1. Pengertian Urutan Kelahiran Urutan kelahiran atau birth order adalah sebuah konsep mengenai keadaan keluarga yang diusung dan dipakai oleh Adler. Teori urutan kelahiran didasarkan pada keyakinan bahwa keturunan, lingkungan dan kreativitas individual bergabung dan membentuk suatu kepribadian pada diri individu. Bahasan dalam urutan kelahiran menjadi pertimbangan dalam pembentukan kepribadian individu. Adler percaya bahwa dalam keluarga, setiap anak yang lahir dengan unsur genetik yang berbeda, masuk dalam setting sosial yang berbeda, dan anak-anak tersebut menginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda (Alwiso, 2008: 79).
35
Teori tentang urutan kelahiran dikemukanan pertama kali oleh Adler dalam peran dan fungsi keluarga terhadap pembentukan kepribadian individu dengan adanya perbedaan unsur genetik, keadaan sosial, dan situasi yang ada dalam keluarga. Menurut Leman (2009: 16-17) mengungkapkan bahwa urutan kelahiran adalah posisi kelahiran individu dalam lingkungan keluarganya. Urutan kelahiran individu dalam keluarga memberikan pengaruh penting untuk kepribadian, hubungan dengan teman, teman kerja, dan orang yang dicintai. Urutan kelahiran juga memberikan pengaruh terhadap pekerjaan yang dipilih dan bagaimana individu tersebut menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Menurut Steelman (Daly, 2014: 4) mendefinisikan bahwa konsep urutan kelahiran adalah posisi individu berdasarkan umur atau usia antar saudara. Hal ini dianggap penting bagi individu tersebut karena merupakan sistem sosial pertama bagi seorang anak. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep urutan kelahiran adalah sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga berdasarkan peringkat usia individu antar saudara. Desmita, (2005: 70) menyetakan bahwa urutan kelahiran adalah posisi anak dalam urutan saudara-saudaranya yang ditentukan pada saat pembuahan, dan mempunyai pengaruh mendasar terhadap perkembangan selanjutnya.
36
Konsep urutan kelahiran adalah konsep yang muncul berdasarkan persepsi psikologis (psychological birh order) yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun, bukan hanya didasarkan oleh nomor urutan kelahiran menurutdiagram keluarga (chronological birth order) (Iwan Hadibroto, dkk; 2002: 16). Paulhus (2008: 204) berpendapat birth order is the numerical sequence of a child’s arrival into a family. Environmental theories focus on the function order (actual rearing order) whereas biological theories include all births. Berdasarkan pendapat dari Paulhus di atas mengungkapkan bahwa konsep urutan kelahiran didapat dari bagaimana posisi urutan kedatangan anak dalam keluarga yang ditinjau dari urutan angka kelahiran yang berfokus kepada teori urutan fungsi mencakup semua kelahiran. Sulloway (2001: 39) konsep urutan kelahiran adalah hal yang mewakili adanya perbedaan usia, ukuran fisik, dan status dalam pembentukan kepribadian yang terkait dengan peran dan posisi anak yang tersedia untuk dalam sistem keluarga. Perbedaan anak dalam urutan kelahiran
memberikan
pengaruh
terhadap
timbulnya
kepribadian pada diri anak dalam lingkungan keluarga.
perbedaan
Ukuran usia,
pengaruh fisik dan stasus individu dalam keluarga merupakan salah satu dari banyak faktor dalam konsep urutan kelahiran.
37
Dalam Kamus Lengkap Psikologi Chaplin (2006: 61) mengartikan urutan kelahiran adalah usia relatif anak-anak dalam suatu keluarga tertentu sebagai faktor penting dalam perkembangan kepribadian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep urutan kelahiran adalah konsep mengenai keadaan keluarga yang diusung dan dipakai oleh Adler. Posisi kelahiran individu berdasarkan umur atau usia antar saudara yang ditentukan pada saat pembuahan yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun. Perbedaan anak dalam urutan kelahiran memberikan pengaruh terhadap timbulnya perbedaan kepribadian pada diri anak dalam lingkungan keluarga. Urutan kelahiran dianggap sebagai sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga berdasarkan peringkat usia individu antar saudara. 2. Jenis-jenis Urutan Kelahiran Konsep urutan kelahiran tidak terlepas dari Afred Adler sebagai pencetus teori tersebut. Menurut Schultz dan Schultz (2013: 121) menyebutkan terdapat empat kategori urutan kelahiran menurut Alfred Adler, yaitu anak pertama, anak kedua, anak bungsu, dan anak tunggal. Daly (2014: 3) mengungkapkan bahwa terdapat lima kategori berdasarkan konsep urutan kelahiran, yaitu anak sulung, anak tengah, anak tunggal, anak bungsu dan yang lain seperti anak kembar dan lain-lain. Pendapat
lain
menurut
George
W
Morgan
(2002:
36)
mengungkapkan bahwa pengelompokan urutan kelahiran seperti konsep
38
Adler setelah mempelajari Analisis Transaksional menjadi lima kelompok, yaitu anak tunggal, anak pertama, anak kedua, anak ketiga, dan anak keempat. Lebih luas lagi Henry T. Stein (1999) dalam Yustinus Semiun, 2013: 282 menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis urutan kelahiran yaitu, anak tunggal, anak sulung, anak kedua, anak tengah, anak bungsu, anak kembar, anak “hantu”, anak angkat, anak laki-laki tunggal diantara anak-anak gadis, anak gadis tunggal diantara anak-anak lelaki, semua anak lelaki, dan semua anak gadis dalam situasi keluarga tertendi dan dengan karakteristiknya masing-masing. Berdasarkan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa jenis urutan kelahiran yaitu anak sulung, anak tengah, anak tunggal, anak bungsu dan yang lain seperti anak kembar, anak pertama, anak kedua, anak ketiga, dan anak keempat, anak “hantu”, anak angkat, anak laki-laki tunggal diantara anak-anak gadis, anak gadis tunggal diantara anak-anak lelaki, semua anak lelaki, dan semua anak gadis dalam situasi keluarga tertendi dan dengan karakteristiknya masing-masing. 3. Perbedaan Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu Perbedaan antara anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu terdapat pada situasi keluarga, sifat, dan karakteristik masingmasing yang menjadi ciri khas yang dapat membedakan anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Hal tersebut diutarakan oleh
39
Iwan Hadibroto, dkk (2002: 19) mengenai situasi keluarga antara anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu adalah sebagai berikut: a. Anak tunggal adalah anak pertama dan satu-satunya dalam sistem keluarga. Anak tersebut tidak memiliki saudara kandung dalam urutan kelahiran. b. Anak sulung adalah anak tunggal yang beralih posisi setelah munculnya anak kedua. c. Anak tengah adalah anak kedua, anak ketiga, dan seterusnya yang masih mempunyai adik sebagai pelampiasan kekesalan karena diremehkan oleh kakaknya. d. Anak bungsu adalah anak kedua, anak ketiga, dan seterusnya yang tidak memiliki adik atau saudara lagi. Perbedaan anak sesusai dengan urutan kelahiran anak dalam keluarga menurut Henri T (Yustinus Semiun, 2013: 282) adalah sebagi berikut: a. Anak tunggal merupakan keajaiban bagi orang tua karena anak tunggal adalah anak yang telah dinantikan oleh orang tua. Anak tunggal memperoleh perhatian utama dari orang tua, menjadi saingan orang tua, dan menjadi anak yang sangat dilindungi oleh orang tua sehingga kemungkinan menjadi anak yang manja. b. Anak sulung adalah anak yang dinantikan oleh orang tua pada awal kelahirannya dan menjadi pusat perhatian orang tua tetapi posisinya berubah sejak kelahiran anak berikutnya sehingga anak sulung harus
40
belajar untuk berbagi. Harapan orang tua yang tinggi terhadap anak sulung menjadi anak yang bertanggung jawab dan bisa menjadi contoh. c. Anak tengah memiliki situasi anak disisipkan ditengah dalam keluarga. Kemungkinan besar anak tengah merasa terjepit karena tidak memiliki posisi dan penting dalam anggota keluarga. d. Anak bungsu memiliki banyak perhatian dari orang tua. Anak-anak yang lebih tua cendrung berusaha untuk mendidiknya. Dan posisinya tidak pernah diturunkan dalam anggota keluarga. Purwa A (2014: 162-171) juga mengungkapkan perbedaan anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu adalah sebagai berikut: a. Anak tunggal dalam pengasuhan orang tua cenderung bersikap sangat protektif terhadap anak dengan tujuan agar anak selamat dan dapat memenuhi harapan-harapan orang tua yang tertumpu sepenuhnya kepada anak. b. Anak sulung dalam mendidik orang tua yang terlalu banyak menuntut menginginkan anak anak sulung dapat melukuan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang tua dapat menimbulkan beberapa masalah terhadap anak sulung. Maka anak sulung cenderung merasa kurang kasih sayang dari orang tua yang dahulu untuk diri anak satu-satunya telah dirampas oleh saudara atau adik. Perasaan seperti itu membuat anak sulung bersaing dengan saudara atau adik.
41
c. Anak tengah harus belajar berbagi perhatian sejak awal kelahiran. Anak tengah memiliki kecenderungan serba kekurangan dibandingkan dengan kakaknya. Memiliki model atau perintis sebelum kelahiran anak tengah memberikan perasaan kompetitf yang tinggi. Sehingga anak tengah akan berusaha semaksimal mungkin untuk lebih baik dari pada saudara terdahulu. d. Anak Bungsu dalam keluarga, anak bungsu sering mendapatkan perlakuan khas, berbeda dengan kakak-kakaknya. Realisasinya anak bungsu mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tua dan kakak-kakaknya. Pendapat lain Adler (Alwisol, 2008: 81) menyebutkan situasi keluarga pada anak sesuai urutan kelahiran adalah sebagai berikut: a. Anak tunggal menerima perhatian yang tidak terpecah dari orang tua dan menjadi fokus utama dalam keluarga. b. Anak sulung yang pada awalnya menerima perhatian utama harus terpecah dan berbagi perhatian orang tua akibat kelahiran adik atau saudaranya. c. Anak tengah sejak awal kelahirannya harus berbagi perhatian dengan kakak sekaligus berbagi perhatian dengan adiknya. d. Anak bungsu walaupun harus berbagi perhatian orang tua tetapi anak bungsu tetap menerima banyak perhatian dari anggota keluarga yang lain dan memiliki banyak model yang dapat dijadikan contoh dalam hehidupan anak bungsu.
42
Olson dan Hergenhanhn (2013: 198-201) mengungkapkan perbedaan anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu adalah sebagai berikut: a. Anak tunggal mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua tanpa terganggu dengan hadirnya saudara. Anak tunggal sering mengembangkan perasaan superioritas yang berlebihan dan suatu pemaknaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya. b. Anak sulung menjadi fokus perhatian dan sayang orang tua sampai kelahiran
anak
kedua,
membuat
anak
sulung
seolah-olah
“dilengserkan” dari takhta, rasa kehilangan perhatian orang tua akibat kelahiran seorang adik sangat dirasakan oleh anak sulung. c. Anak tengah menjadi anak yang berambisi dan terus tertantang untuk berusaha menyamai bahkan melampau kakaknya. d. Anak bungsu adalah anak yang paling gigih mencari identitas unik di dalam keluarga. Anak bungs umumnya menjadi anak yang manja diantara saudara-saudaranya akibat dari perhatian yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara yang lebih tua. Perbedaan ciri dan karakteristik
anak tunggal, anak sulung, anak
tengah, dan anak bungsu menurut Sugiharto, dkk (2007: 33) adalah sebagai berikut:
43
a. Anak tunggal memperlihatkan sebagai anak yang lebih percaya diri, supel, memiliki imajinasi yang tinggi, berharap banyak dari orang lain, tidak senang dikritik, tidak fleksibel dan perfeksionis. Anak tunggal memiliki perhatian yang tidak terpecah dari orang tua sehingga memiliki situasi yang sering dimanja oleh orang tua. Anak tunggal memiliki kemampuan yang tinggi untuk sukses dan mempunyai peluang yang besar mencapai pendidikan di perguruan tinggi. b. Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibanding dengan anak yang lain. c. Anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Karena kurang diperhatikan oleh keluarga, anak tengah cenderung belajar, menjalin hubungan, dan mencari dukungan dari teman-teman seusisianya. Anak tengah sering menjadi mediator dan pencinta damai. d. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan menarik. Anak bungsu sring dianggap sebagai anak bawang, sehingga anak bungsu selalu inginmemperoleh perlakuan yang sama seperti anggota keluarga yang lain. Feist dan Feist (2010: 102) juga mengungkapkan bahwa dengan adanya perbedaan karakteristik anak sesuai dengan urutan kelahiran memberikan pembetukan tipikal-tipikal sifat positif dan negatif dari anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. adapun tipikal sifat
44
positif dan negatif dari anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu adalah sebagai berikut: a. Anak tunggal memiliki sifat positif yaitu matang secara sosial dan sifat negatif anak tunggal adalah perasaan superior yang berlebihan, sifat kerja sama yang rendah, harga diri yang tinggi dan hidup yang manja. b. Anak sulung memiliki sifat positif yaitu merawat dan melindungi orang lain serta menjadi organisator yang bik. Sedangkan sifat negatif dari anak sulung adalah memiliki kecemasan yang tinggi, memiliki perasaan berkuasa yang berlebihan, permusuhan secara tidak sadar, berjuang untuk mendapatkan pengakuan, harus selalu “benar” sedangkan yang lain selalu “salah”, sangat mengkritik orang lain, dan tidak dapat bekerja sama. c. Anak tengah memiliki sifat positif yaitu bermotivasi tinggi, bisa bekerjasama, dan memiliki daya saing yang cukup. Sedangkan sifat negatif anak tunggal adalah menjadi anak yang mudah berkecil hati. d. Anak bungsu memiliki sifat positif yaitu ambisi anak bunggu yang realistis. Sedangkan siat negatif anak bungsu adalah gaya hidup yang manja, bergantung pada orang lain dan ingin selalu unggul dalam segala hal. Berdasarkan pada pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu sesuai dengan situasi keluarga, ciri, karakter dan
45
sifatnya. Dapat dilihat bahwa anak tunggal merupakan anak pertama dan satu-satunya dalam sistem keluarga, anak tersebut tidak memiliki saudara kandung dalam urutan kelahiran, anak tunggal memperoleh perhatian utama dari orang tua, menjadi saingan orang tua juga menjadi tumpuan harapan satu-satunya orang tua. Anak tunggal memperlihatkan sebagai anak yang lebih percaya diri, supel, memiliki imajinasi yang tinggi, berharap banyak dari orang lain, tidak senang dikritik, tidak fleksibel dan perfeksionis. Anak tunggal memiliki sifat positif yaitu matang secara sosial dan sifat negatif anak tunggal adalah perasaan superior yang berlebihan, sifat kerja sama yang rendah, harga diri yang tinggi dan hidup yang manja. Anak sulung adalah anak tunggal yang beralih posisi setelah munculnya anak kedua. Harapan orang tua yang tinggi terhadap anak sulung menjadi anak yang bertanggung jawab dan bisa menjadi contoh. Maka anak sulung cenderung merasa kurang kasih sayang dari orang tua yang dahulu untuk diri anak satu-satunya telah dirampas oleh saudara atau adik. Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibanding dengan anak yang lain. Anak sulung memiliki sifat positif yaitu merawat dan melindungi orang lain serta menjadi organisator yang bik. Sedangkan sifat negatif dari anak sulung adalah memiliki kecemasan yang tinggi, memiliki perasaan berkuasa yang berlebihan, permusuhan secara tidak sadar, berjuang untuk mendapatkan pengakuan, harus selalu “benar”
46
sedangkan yang lain selalu “salah”, sangat mengkritik orang lain, dan tidak dapat bekerja sama. Anak tengah memiliki situasi anak disisipkan ditengah dalam keluarga. Kemungkinan besar anak tengah merasa terjepit karena tidak memiliki posisi dan penting dalam anggota keluarga. Anak tengah harus belajar berbagi perhatian sejak awal kelahiran. Anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Anak tengah memiliki sifat positif yaitu bermotivasi tinggi, bisa bekerjasama, dan memiliki daya saing yang cukup. Sedangkan sifat negatif anak tunggal adalah menjadi anak yang mudah berkecil hati. Anak bungsu memiliki banyak perhatian dari orang tua. Anak-anak yang lebih tua cendrung berusaha untuk mendidiknya. Dan posisinya tidak pernah diturunkan dalam anggota keluarga. Anak bungsu walaupun harus berbagi perhatian orang tua tetapi anak bungsu tetap menerima banyak perhatian dari anggota keluarga yang lain dan memiliki banyak model yang dapat dijadikan contoh dalam hehidupan anak bungsu. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan menarik. Anak bungsu sring dianggap
sebagai
anak
bawang,
sehingga
anak
bungsu
selalu
inginmemperoleh perlakuan yang sama seperti anggota keluarga yang lain. Anak bungsu memiliki sifat positif yaitu ambisi anak bunggu yang realistis. Sedangkan sifat negatif anak bungsu adalah gaya hidup yang manja, bergantung pada orang lain dan ingin selalu unggul dalam segala hal.
47
C. Kajian tentang Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja diterjemahkan dari kata dalam bahasa Inggris adolescence atau adoleceré (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen disamakan. Adolecen maupun remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial
(Rita Eka
Izzaty, dkk; 2008:123). Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2000: 106) mengemukakan bahwa masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya sekitar usia 13 tahun. Awal masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat, dengan mulainya berfungsinya hormon-hormon sekunder. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Masa yang rawan oleh pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks (Sofyan S Willis, 2005:1). Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Usia remaja berkisar antara 12/13 – 21 tahun (Agoes Dariyo, 2004: 13-14). Menurut Hurlock (1991: 206) dalam Rita Eka Izzaty, dkk; (2008: 124) menyatakan masa remaja awal berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Pada tahap perkembangan sosial Erikson, usia remaja awal berada pada tahap krisis identity vs role diffusion dimana masa remaja
48
awal membangun konsep diri yang positif atau bagaimana remaja awal menilai dirinya, akan meningkatkan kepercayaan diri remaja awal tersebut. Masa remaja awal biasanya disebut sebagai “usia belasan” kadang-kadang bahkan disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan”. Perkembangan seseorang masa remaja memiliki arti yang khusus, namun juga masa remaja tidak memiliki tempat yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Masa remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga tidak termasuk pada golongan orang dewasa atau digolongan tua. Masa remaja ada diantara anak dan orang dewasa (Mönks dan Knoers, 2002: 258-259 ). Dari beberapa tokoh diaatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa yang berlangsung dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder. Masa remaja tidak memiliki tempat yang jelas dikehidupan seseorang. Masa remaja berada antara masa anak-anak dan masa dewasa. 2. Ciri-ciri Remaja Masa remaja, seperti masa-masa sebelumnya memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya. Achmad Juntika dan Mubar Agustin (2013:69-73) menjelaskan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode yang penting Masa remaja dianggap sebagai periode penting karena adanya pengaruh fisik dan psikologis yang ditimbulkan pada masa tersebut. Pada periode
49
remaja baik akibat langsung ataupun akibat jangka panjang adalah periode penting pada masa remaja. Pengaruh fisik pada masa remaja pada usia 12 sampai 16 tahun merupakan tahun kehidupan yang menyangkut pada pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang cepat harus disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua perkembangan itu menimbulkan penyesuaian mental dan perlnya membentk sikap nilai dan minat baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan Pada masa remaja harus beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, remaja harus meninggalkan segala sesuatu yan bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Pada periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa peralihan, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anakanak maka remaja akan diajari berperilaku sesuai umur. Tapi jika remaja berperilaku sebagai orang dewasa, remaja akan dituduh terlau besar dan dimarahi karena mencoba berperilaku sebagai orang dewasa. Tapi pada masa ini, remaja diberikan waktu untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
50
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan fisik masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan sikap dan perilaku remaja. Terdapat empat perubahan yang hampir sama bersifat universal. 1) Menngginya emosi yang intensiasnya bergantung pada tingka perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, biasanya menonjol pada masa remaja awal. 2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, akan menimbulkan masalah baru. Masalah yang timbul akan lebih banyak dan lebih sulit bagi remaja. Remaja akan merasa terbebani oleh masalah sampai remaja sendiri yang menyelesaikannya menurun kepuasan remaja sendiri. 3) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting pada masa anak-anak belum tentu penting pada masa remaja. Remaja mulai mengerti bahwa kualitas lebih peting dari pada kuantitas. 4) Remaja mulai besikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menginginkan
dan
menuntut
kebebasan,
tetapi
takut
untuk
bertanggung jawab dengan akibat dan meragukan kemampuan remaja untuk dapat mengatasi tanggug jawab tersebut. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik laki-laki ataupun perempuan. Ada dua alasan untuk kesulitan yang dialami oleh
51
remaja. Pertama, pada masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diatasi oleh orang tua dan guru seingga remaja belum memiliki banyak pengalaman untuk mengatasi masalah sendiri. Kedua, remaja meresa mandiri untuk menghadapi semua permasalahan seingga remaja menolak bantuan orang tua dan guru. Karena ketidakmampuan remaja untuk menghadapi setiap masalah secara mandiri dengan cara yang diyakini, maka banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaian masalah tidak selalu sesuai dengan harapan remaja. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada masa remaja awal, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak lai-laki dan perempuan. Tapi dengan seiring berjalannya waktu remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Pada masa ini akan menimbulkan dilema pada remaja yang menyebabkan “krisis identitas” atau masalah identitas ego pada remaja. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemlihan barang-barang lain yang mudah terlihat. Remaja mencoba menarik perhatian pada diri sendiri agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama remaja mempertahankan identitas diriya terhadap kelompok sebaya.
52
f. Masa remaja sebagai usia yan menimbulkan ketakuan Anggapan dan tanggapan negatif bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak atau perilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menyebabkan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik pada remaja normal. Pandangan buruk orang dewasa terhadap masa remaja menyebabkan masa peralihan ke masa dewasa menjadi sulit bagi remaja. Hal tersebut menyebabkan adanya pertentangan bagi orang tua dan anak, akan terdapat jarak bagi anak dan orang tua sehingga menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua untuk mengatasi permasalahannya. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau remaja tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berfikir rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin matang usia remaja yang sah, remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan strereotip (penilaian) belasan tahun dan untuk memberikan
53
kesan bahwa remaja sudah hampir dewasa. Bertindak dan berpakaian seperti orang dewasa dirasa belum cukup bagi remaja. Remaja mulai memusatkan diri dengan perilaku yang sering dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang dan lain-lain. Anggapan bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra diri yang sempurna bagi remaja. Bila dilihat dari beberapa penjabaran di atas tentang ciri-ciri ramaja di atas menunjukkan bahwa masa remaja adalah masa tersulit bagi seseorang dalam masa perkembangnnya. Dari semua ciri-ciri remaja di atas masa remaja sebagai masa mencari identitas merupakan ciri atau masa yang sangat penting dalam perkembangannya. Karena masa remaja akan mencoba hal-hal yang dianggapnya baru dan selalu menunjukkan sisi dalam dirinya yang dianggap penting dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan kesulitan maka banyak perilaku remaja yang menuju kepada perilaku yang negatif yang menimbulkan akibat buruk baik kepada remaja itu sendiri atau bahkan lingkungan sekitarnya, tidak menutup kemungkian bahwa masa remaja adalah masa yang menyenangkan dengan mencari dan mendapatkan teman-teman baru yang memberikan pengalaman yang baru dan lebih luas bagi dirinya. Pendapat lain ciri-ciri remaja menurut Yudrik Jahja (2013: 235-236) mengungkapkan bahwa: a. Terjadi peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan masa storm & stress. Peningkatan
54
emosional yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai dengan kematangan seksual. Perubahan intern seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti t inggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Tanggung jawab yang diberikan kepada remaja sehingga remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan remaja pada hal-hal yang lebih penting. d. Perubahan nilai, dimana apa yang remaja anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting pada masa remaja karena telah mendekati masa dewasa. e. Remaja bersikap abivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Remaja menginginkan kebebasan tetapi remaja takut terhadap tanggung jawab yang diperoleh, dan meragukan kemampuan remaja sendiri untuk menanggung semua tanggung jawab. Menurut Bischof (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2005: 16-18) sikap yang sering ditunjukkan remaja antara lain: a. Kegelisahan Remaja memiliki banyak idealisme atau angan-angan yang ingin diwujudkan di masa depan, namun remaja belum memiliki
55
kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semuanya. Perbedaan angan-angan dengan kemampuan tersebut membuat remaja diliputi rasa gelisah. b. Pertentangan Remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan belum mampu untuk mandiri sehingga remaja dinilai sedang mencari identitas. Terkadang remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat dengan orang tua. c. Mengkhayal Keinginan remaja untuk bertualang tidak semuanya dapat tersalurkan, oleh karena itu mereka menghayal. Mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalan melalui dunia fantasi. Khayalan tidak selamanya bersifat negatif, seringkali khayalan dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan. d. Aktivitas Berkelompok Remaja seringkali menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah berkumpul dengan teman sebaya. Mereka melakukan kegiatan secara berkelompok, sehingga kendala yang ada dapat diatasi bersama-sama. e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, penting untuk memberikan bimbingan pada remaja agar
56
rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah pada kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif. Berdasarkan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja adalah
masa remaja sebagai periode yang penting, periode peralihan,
periode perubahan, usia bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik, ambang masa depan, terjadi peningkatan emosional, perubahan terhadap fisik didividu, perubahan yang menarik untuk menarik orang lain, perubahan nilai, remaja bersikap ambivalen, kegelisahan, pertentangan, mengkhayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba segala sesuatu. 3. Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst, dalam Rita Eka Izzaty, dkk (2008;126), adalah sebagai berikut: 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab. 5. Mempersiapkan karier ekonomi. 6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
57
Dalam ketujuh tugas perkembangan tersebut menyebutkan tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dilalui. Jika salah satu tidak terpenuhi maka akan terjadi masalah atau menghambat perkembangan diri dan pribadi remaja dan di masa depannya. Sudah sepatutnya tugas-tugas perkembangan tersebut dilalui dengan atau tanpa satu yang terlewatkan. Perkembangan remaja dapat dikatakan berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari penyelesaian tugas perekmbangannya. Tugas-tugas perkembaangan menuntut adanya korelasi dan potensi diri dan pendidikan yang diterima, serta norma-norma sosial budaya yang ada. Karena konsep diri dan harga diri seseorang dianggap turun jika tidak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik (Abu Ahmadi, 2005: 69-70). Sedangkan pendapat William Kay mengungkapkan bahwa tugas perkembangan remaja sebagai berikut (Yudrik Jahja, 2013:238): 1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. 2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas. 3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. 4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. 5. Menerima
dirinya
sendiri
dan
kemampuannya sendiri.
58
memiliki
kepercayaan
terhadap
6. Memperkuat self-control (pengendalian diri) atas dasar skala nilai, prinsipprinsp, atau falsafah hidup. 7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri kekanak-kanakan. Hurlock
juga
berpendapat
tentang
tugas
perkembangan
remaja
(Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi, 2012: 10) adalah sebagai berikut: 1. Mampu menerima keadaan fisik. 2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. 3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. 4. Mencapai kemandirian emosional. 5. Mecapai kemandirian ekonomi. 6. Mengembangkan konsep den ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. 7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. 8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlakukan untuk memasuki dunia dewasa. 9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan. 10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Menurut beberapa ahli di atas dapat disumpulkan bahwa tugas perkembangan remaja mencakup mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial 59
pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif,
mengharapkan
bertanggungjawab,
dan
mempersiapkan
mencapai karir
perilaku
ekonomi,
sosial
yang
mempersiapkan
perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk
berperilaku
mengembangkan
ideologi,
mencapai
kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan belajar dengan teman sebaya atau ornag lain, baik secara individual maupun kelompok, menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memperkuat self-control (pengendalian diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsp, atau falsafah hidup, mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri kekanak-kanakan, mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa, mengembangkan konsep den ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlakukan untuk memasuki dunia dewasa. D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winanti Siwi R, dkk (2006: 1) tentang Perbedaan Konsep Diri antara Remaja Akhir yang Mempersepsi Pola asuh Orang Tua Authorritarian, Permissive, dan Authoritative menunjukkan bahwa adanya perbedaan konsep diri antara
60
remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan authoritative. Perbedaan tersebut terletak pada pola authoritative sehingga konsep diri remaja akhir menjadi positif. Namun remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian atau permissive memiliki konsep diri yang negatif. Perbedaan konsep diri sesuai dengan persepsi pola asuh orang tua tidak menutup kemungkinan adanya perdedaan konsep diri menurut urutan kelahiran. Hal tersebut dinilai berhubungan karena pola asuh dan urutan kelahiran merupakan pengaruh yang terjadi dalam lingkungan keluarga individu. E. Kerangka Berfikir Masa remaja adalah masa yang berlangsung dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat dengan mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder. Masa remaja tidak memiliki tempat yang jelas dikehidupan seseorang. Masa remaja berada antara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa ini individu mulai mencari indentitas yang sesuai dengan dirinya. Siswa-Siswi X SMK Negeri 7 Yogyakarta termasuk dalam masa remaja karena pada dasarnya sebagian dari siswa-siswi tersebut memiliki rentang usia antara 15-18 tahun sehingga siswa siswi tersebut adalah seorang remaja. Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenal dirinya yaitu menilai dan menafsirkan dirinya sendiri yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
61
Konsep diri adalah hasil pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh individu sejak dalam masa kanak-kanak yang dijadikan individu sebagai landasan dalam bertingkah laku di kemudian hari atau masa depannya. Apapun yang menjadi dasar individu bertindak adalah bagaimana individu melihat sendiri. Sedemikian rupa perilakunya atau bagaimanapun tingkah laku individu dapat mencerminkan bagaimana dirinya dahulu, sekarang, dan masa depannya. “Siapa saya” dan “Bagaimana saya” merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul pada diri remaja. Remaja mulai mempertanyakan
bagaimana dirinya yang sesungguhnya. Gambaran tentang dirinya mulai membingungkan bagi remaja, mereka terasa lebih banyak menggunakan topeng untuk menutupi dirinya sendiri agar dapat dipandang orang lain baik ketimbang menjadi dirinya sendiri. Konsep diri remaja terbentuk sejak remaja berada dilingkungan keluarga yang berkembang dalam kehidupannya sehari-hari dengan adanya interaksi sosial dengan orang lain. Bagaimana konsep diri remaja itu tergantung dari bagaimana remaja itu bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain termasuk dalam lingkungan keluarga. Keluarga dinilai sebagai sistem sosial yang pertama bagi individu. Setiap individu dengan keluarga berbeda dan cara pengasuhan yang berbeda memberikan pengaruh adanya perbedaan kepribadian. Perbedaan urutan keluarga dalam sistem keluarga dinilai sebagai faktor penentu pembentukan kepribadian terutama dalam hal konsep diri pada individu. Anak sulung yang memiliki karakteristik yang superior dan dominan dalam keluarga, menjadi pemimpin bagi adik-adiknya dan menjadi panutan. Anak
62
tengah dengan kemandirian, lebih bebas, dan kreatif. Anak bungsu memiliki kepribadian yang manja sehingga menjadikan individu sebagai anak yang kurang mandiri, kurang dewasa dan sedikit mendapat tanggung jawab dari orang yang lebih tua. Sedang anak tunggal adalah anak yang matang secara emosional, anak yang penyendiri dan merasa kesepian. Setiap individu memiliki karakter dan karakteristik yang berbeda dengan memiliki posisi urutan kelahiran yang berbeda baik sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Dengan perbedaan karakteristik antara individu memberikan dampak pada perbedaan konsep diri sesuai dengan posisi urutan kelahiran anak. Oleh karena itu penelitian ini akan melihat pengaruh perbedaan posisi urutan kelahiran anak terhadap konsep diri remaja. F. Hipotesis Hipotesis penelitian digunakan sebagai arah dalam penelitian. Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan konsep diri remaja berdasarkan urutan kelaharian pada siswa kelas X SMK Negri 7 Yogyakarta. Artinya terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung, anak tunggal dengan anak tengah, anak tunggal dengan anak bungsu, anak sulung dengan anak tengah, anak sulung dengan anak bungsu, dan anak tengah dengan anak bungsu.
63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Juliansyah Noor (2011: 38) menjelaskan, pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menguji teori tertentu dengan meneliti hubungan antar variabel yang diukur dengan angka-angka yang dapat dianalisis
berdasarkan
prosedur
statistik.
Peneliti
menggunakan
pendekatan kuantitatif karena data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka yang berguna sebagai alat yang digunakan untuk menemukan keterangan mengenai sesuatu yang akan diteliti. Data hasil pengukuran tersebut kemudian diolah menggunakan proses statistik. Ada beberapa metode penelitian yang dapat dimasukkan dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survey, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2013: 53). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparaif. Penelitian
komparatif
yaitu
metode
penelitian
yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu ang berbeda. Penelitian komparatif menitik beratkan perhatian peneliti pada kelompok subyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan memperhatikan variabel penelitian yang ada pada kelomok yang dikmparasikan (SuharsimiArikunto, 2002: 250).
64
Penelitian komparatif, peneliti telah mengamati kelompok berbeda pada variabel serta peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan perilaku atau status dalam kelompok individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkomparasikan konsep diri siswi ditinjau dari urutan kelahiran anak dalam keluarga. Urutan kelahira anak dalam keluarga meliputi anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. B. Subyek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yag terdiri atas objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 215). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah kelompok subyek yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Dalam penelitian ini populasi ditentukan kepada siswa SMK N 7 Yogyaakarta pada seluruh siswa kelas X yang berjumlah 288 anak. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian kecil atau wakil populasi yang akan diteliti Suharsimi arikunto (2010: 174). Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 215) sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti menentukan karakteristik atau ciri khas subyek yang akan diteliti.
65
Dalam penelitian ini, sampel penelitian ditentukan berdasarkan penentu karakteristik atau ciri subyek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data yang obyektif mengenai konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Adapun karakteristik yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian adalah sebagai berikut: a. Siswa kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta b. Siswa merupakan anak tunggal di dalam keluarga, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu yang mempunyai 2 saudara kandung yang masih hidup, sehingga dalam keluarga terdapat pengasuhan terhadap anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Berdasarkan dengan karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 29 anak tunggal, 27 anak sulung, 26 anak tengah, dan 26 anak bungsu. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK N 7 Yogyakarta dengan alamat Gowongan Kidul JT III/ 416 Yogyakarta dan dilakukan pada akhir bulan Mei 2016. D. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang berfariasi, yang menjadi objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 169). Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 38) menyatakan variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
66
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan atau komparasi sehingga mempunyai empat variabel yang akan dibandingkan yaitu: X1
: Konsep
Diri Anak Tunggal
X2
: Konsep
Diri Anak Sulung
X3
: Konsep
Diri Anak Tengah
X4
: Konsep
Diri Anak Bungsu
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2010: 100). Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan jenis skala yaitu model skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi terhadap suatu fenomena atau gejala sosial. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk dalam pengumpulan data agar pekerjaan nya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lebih lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 136).. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dengan menggunakan skala konsep diri. Dalam skala yang akan digunakan berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya meliputi sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
67
sangat tidak sesuai (STS). Adapun kriteria skor alternatif jawaban dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Ketentuan Penilaian Alternatif Jawaban Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai
Pernyataan Favourable Unfavourable 4 1 3 2 2 3 1 4
1. Definisi Operasional a. Konsep diri Konsep diri adalah keseluruhan gambaran atau pandangan serta perasaan seseorang terhadap dirinya yang bersifat psikologis, sosial dan fisik. Pandanan tersebut diperoleh dari interpretasi pengalamnpengalaman individu berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. Tiga aspek konsep diri meliputi aspek fisik, aspek psikologis, dan aspek sosial. Aspek fisik meliputi peilaian diri individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh/fisik, pakaian, peampilan, dan keleihan serta kekurangan yang dimiliki oleh individu. Aspek psikologis mencakup pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri dan aspek sosial mencakup penilaian individu terhadap penilaian tentang pikiran, perasaan dan sikap orang lain terhadap dirinya.
68
b. Urutan Kelahiran Urutan kelahiran adalah konsep mengenai keadaan keluarga yang diusung dan dipakai oleh Adler. Posisi kelahiran individu berdasarkan umur atau usia antar saudara yang ditentukan pada saat pembuahan yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun. Perbedaan anak dalam urutan kelahiran memberikan pengaruh terhadap timbulnya perbedaan kepribadian pada diri anak dalam lingkungan keluarga. Terdapat empat jenis anak dalam urutan kelahiran, yaitu anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. anak tunggal adalah anak pertama dan satu-satunya dalam sistem keluarga, anak tersebut tidak memiliki saudara kandung dalam urutan kelahiran. Anak sulung adalah anak tunggal yang beralih posisi setelah munculnya anak kedua, ketiga, dan seterusnya. Anak tengah adalah anak yang disisipkan ditengah dalam keluarga. Dan anak bungsu adalah terakhir dalam anggota keluarga.
69
2. Kisi-Kisi Instrumen Kisi-kisi yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan instrumen penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Skala Konsep Diri No Item
No . 1.
2.
3.
Aspek Fisik
Psikologis
Sosial
Indikator a. Penilaian individu terhadap keadaan tubuh. b. Penilaian individu terhadap penampilan. c. Pengetahuan individu tentang kelebihan fisik d. Pengetahuan individu tentang kekurangan fisik a. Pikiran individu terhadap diri sendiri b. Pikiran individu terhadap orang lain c. Perasaan individu terhadap diri sendiri d. Perasaan individu terhadap orang lain e. Sikap individu terhadap diri sendiri f. Sikap individu terhadap orang lain a. Penilaian individu mengenai pikiran orang lain terhadapnya b. Penilaian individu mengenai pikiran diri sendiri terhadap orang lain. c. Penilaian individu mengenai perasaan orang lain terhadapnya d. Penilaian individu mengenai perasaan diri sendiri terhadap orang lain. e. Penilaian individu mengenai sikap orang lain terhadapnya f. Penilaian individu mengenai sikap diri sendiri terhadap orang lain diri.
Favorabl e
Unfavorabl e
∑
1,2,3
4,5,6
6
7,8,9
10,11,12
6
13,14,15
16,17,18
6
19,20,21
22,23,24
6
25,26,27
28,29,30
6
31,32,33
34,35,36
6
37,38,39
40,41,42
6
43,44,45
46,47,48
6
49,50,51 55,56,57 61,62,63
52,53,54 58,59,60 64,65,66
6 6 6
67,68,69
70,71,72
6
73,74,575
76,77,78
6
79,80,81
82,83,84
6
85,86,87
88,89,90
6
91,92,93
94,95,96
6 96
Jumlah
70
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 139) manfaat dari kisi-kisi adalah sebagai berikut: 1. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun. 2. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir. 3. Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi peneliti belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya. 4. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil, dan dengan apa pula data tersebut diambil. 5. Dengan
adanya
kisi-kisi
yang
mantap
peneliti
dapat
menyerahkan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen. 6. Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak diluar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin. 3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data atau mengukur data tersebut valid
71
(Sugiyono,
2013:
173).
Suharsimi
Arikunto
(2010:
211)
menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan
suatu
instrumen.
Instrumen
yang valid
mempunyai validitas tinggi, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi/konten dan uji validitas item. Menurut Saifuddin Azwar (2007: 45), validitas isi merupakan validitas yang diukur melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau pendapat dari ahli (expert judgement). Hal ini dilakukan setelah instrumen disusun sesuai dengan kisi-kisi instrumen berdasarkan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli. Pada penelitian ini expert judgment yang dimaksud yaitu dosen pembimbing dengan keahlian di bidang bimbingan dan konseling. Untuk validitas item, pada penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi item total (rᵢₓ) yang biasa juga disebut indeks daya beda item (Saifuddin Azwar, 2007: 162). Bila koefisien korelasinya rendah mendekati angka 0, berarti fungsi item tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak baik. Batasan minimal koefisien korelasi item total sebesar 0.30, namun apabila dengan batas tersebut item yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0.25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.
72
Tabel 3. Kisi-kisi Skala Konsep Diri setelah Uji Coba No Item
No . 1.
2.
3.
Aspek Fisik
Psikologi s
Sosial
Indikator a. Penilaian individu terhadap keadaan tubuh. b. Penilaian individu terhadap penampilan. c. Pengetahuan individu tentang kelebihan fisik d. Pengetahuan individu tentang kekurangan fisik a. Pikiran individu terhadap diri sendiri b. Pikiran individu terhadap orang lain c. Perasaan individu terhadap diri sendiri d. Perasaan individu terhadap orang lain e. Sikap individu terhadap diri sendiri f. Sikap individu terhadap orang lain a. Penilaian individu mengenai pikiran orang lain terhadapnya b. Penilaian individu mengenai pikiran diri sendiri terhadap orang lain. c. Penilaian individu mengenai perasaan orang lain terhadapnya d. Penilaian individu mengenai perasaan diri sendiri terhadap orang lain. e. Penilaian individu mengenai sikap orang lain terhadapnya f. Penilaian individu mengenai sikap diri sendiri terhadap orang lain diri.
Favorabl e
Unfavorabl e
∑
1,2,3
4,
4
5,6
7
3
8
9,10,11
4
12
13,14,15
4
16
17, 18
3
19, 20 22
21 23,24,25
3 4
26, 27
28,29,30
5
31,32,33 34 35,37
35 38
3 2 3
39,40
41,42,43
5
44
45,46,47
4
48, 49
50,51, 52
5
53
54
2
55
56, 57
3 57
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dari 96 item yang di uji, terdapat 39 item gugur dan 57 item yang dipertahankan, yaitu item yang nilainya > 0.25.
73
b. Uji Reliabilitas Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus reliabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Nurul Zuriah, 2006: 192). Pada penelitian ini, akan dilakukan uji reliabilitas instrument dan uji reliabilitas item. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α). Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, seperti angket atau soal berbentuk uraian (Suharsimi Arikunto, 2010: 239). Suatu instrument dindikasi memiliki reliabilitas apabila koefisien alpha cronbach lebih besar atau sama dengan 0.70 dengan bantuan program SPSS For Windows Seri 16.0. Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronbach, diperoleh hasil bahwa skala konsep diri memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,717 dari total 96 item. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala konsep diri memiliki reliabilitas yang kuat. G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukakan setelah data dari seluruh responden atau dari sumber-sumber lainnya sudah terkumpul. Dalam penelitian ini , peneliti akan menggunakan teknik analisis Inferensial. Menurut Sugiyono (2012: 201) statistik inferensial yang juga disebut sebagai
74
statistik induktif atau statistik probabilitas adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam teknik ini kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan dari data sampel yang diperoleh mempunyai peluang kesalahan atau kebenaran yang ditentukan dalam bentuk presentase. Selain itu peneliti juga akan menggunakan teknik analisis data yang berbentuk deskriptif untuk menjabarkan prosentase dari setiap aspek konsep diri. Penentuan kategori kecenderungan dari tiap-tiap variable didasarkan pada norma atau ketentuan kategori. Merujuk pada penjelasan Saifuddin Azwar (2007: 149) berikut adalah rumus pengkategorisasian atau penggolongan sebagai berikut : Tabel 4. Rumus Kategorisasi Rendah X < ( - 1,0) Sedang ( - 1,0) ≤ X < ( + 1,0) Tinggi ( + 1,0) ≤ X Dalam menentukan rata-rata ideal dan SD ideal dapat dihitung dengan acuan norma sebagai berikut : 1. Menghitung mean ideal (Mi) Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah) 2. Menghitung standar deviasi ideal (SDi) SDi = 1/6 (skor tertinggi-skor terendah) Hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya harus diuji menggunakan uji-t. oleh karena itu harus memenuhi persyaratan yang mengharuskan setiap variable harus berdistribusi normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
75
1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian tersebut berdistribusi normal. Teknik yang digunakan untuk normalitas yaitu dengan menggunkan uji kolmogrov-Smirnov.
Apabila
dalam
pengujian
Kolmogrov-
Smirnov memiliki nilai lebih kecil dari taraf signifikan 5% atau dapat ditulis apabila p>0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji
homogenitas
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mengetahui ada tidaknya kesamaan antara variasi kelompokkelompok yang membentuk sampel tersebut. Apabila ternyata tidak terdapat perbedaan variasi diantara kelompok sampel, ini mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen. Uji homogenitas dihitung menggunakan “Uji Levene” perhitungan statistik untuk uji homogenitas dilakukan dengan menggunakn program SPSS for Windows Seri 16.0. Apabila taraf signifikasi homogenitas lebih dari 5% maka menunjukkan data bersifat identik atau homogen. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan ANOVA
menggunakan
bantuan
menggunakan ANOVA.
76
program
SPSS
dengan
Adapun rumus ANOVA (Sutrisno Hadi, 2015: 332) adalah sebagai berikut :
F
MK ant MK dal
DK ant F m 1 DK dal N m
X X 2
2
k
F
nk
X
tot
N
X
2
2 tot
k
nk
Dengan keterangan sebagai berikut: MKant MKdal DKant DKdal m Xk Xtot N Nk
: Mean kuadrat antar kelompok : Mean kuadrat dalam kelompok : Jumlah kuadrat antar kelompok : Jumlah kuadrat dalam kelompok : Jumlah sampel : Jumlah skor dalam kelompok : Jumlah seluruh skor total : Jumlah seluruh subyek pada sampel : Jumlah subyek dalam kelompok
Kriteria ANOVA dapat signifikan apabila diperoleh nilai p<0,05. Pada penelitian ini data dinyatakan normal dan homogen, dan dari uji beda yang taraf signifikansinya sebesar 5% atau nilai p<0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran.
77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 7 Yogyakarta yang beralamat di Gowongan Kidul JT. III/ 416 Yogyakarta. Letak sekolah ini cukup strategis karena berada tepat di jalan utama tetapi tidak dilewati oleh kendaraan umum seperti bus, melainkan berada di jalan searah yang tidak terlalu lebar tetapi ramai dengan kendaraan bermotor sehingga siswa tidak menggunakan kendaraan umum untuk pergi ke sekolah melainkan mengunakan kendaraan pribadi. SMK N 7 Yogyakarta memiliki tiga angkatan kelas yakni kelas VII, VIII, IX yang masing-masing angkatan memiliki 9 kelas. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses belajar mengajar sangat lengkap dan dalam kondisi yang terawat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 sampai 9 Juni 2016 dengan menyebarkan skala konsep diri kepada seluruh siswa kelas X. 2. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK N 7 Yogyakarta yang berjumlah 288 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Dalam pengambilan
besarnya
sampel
penelitian
ini
menggunakan
karakteristik atau ciri-ciri yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun
78
subyek yang diambil untuk penelitian adalah anak tunggal sebanyak 29 siswa, anak sulung sebanyak 27 siswa, anak tengah sebanyak 26 siswa, dan anak bungsu sebanyak 26 siswa. Sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 108 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala konsep diri, yang selanjutnya akan diproses untuk mengetahui perbandingan konsep diri menurut urutan kelahiran di SMK N 7 Ygyakarta. 3. Deskripsi Data Konsep Diri Siswa ditinjau dari Urutan Kelahiran a. Konsep Diri Anak Tunggal Penelitian ini menggunakan skala konsep diri dengan jumlah item sebanyak 57 soal. Skor tertinggi dari item yang disebarkan adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai skor tertinggi dapat ditentukan dari 57 X 4 = 228, dan skor nilai terendah adalah 57 X 1 = 57. Dari hasil pengumpulan data diperoleh skor tertinggi sebesar 190 dan skor terendah sebesar 122. Hasil analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 162,5, median sebesar 164, modus sebesar 157 dan standar deviation sebesar 14,7.
79
Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif konsep diri anak tunggal: Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Tunggal Deskripsi Data Anak Tunggal Jumlah 4713 Mean 162,5 Median 164 Modus 157 Nilai Max 190 Nilai Min 122 Range 68 SD 14,7
Distribusi frekuensi relative konsep diri anak tunggal tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Tunggal Rentang Frekuensi/Banyak No Kategori % Skor Siswa 1. Rendah 57-113 0 0 2. Sedang 114-170 22 75,9 3. Tinggi 171-228 7 24,1
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 7 anak tunggal yang memiliki konsep diri dengan kategori sedang atau setara dengan 24,1%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 22 siswa atau setara dengan 75,9%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak tunggal memiliki konsep diri dalam kategori sedang.
80
Berikut grafik distribusi frekuensi :
Gambar 1. Grafik Konsep Diri Anak Tunggal b. Konsep Diri Anak Sulung Penelitian ini menggunakan skala konsep diri dengan jumlah item sebanyak 57 soal. Skor tertinggi dari item yang disebarkan adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai skor tertinggi dapat ditentukan dari 57 X 4 = 228, dan skor nilai terendah adalah 57 X 1 = 57. Dari hasil pengumpulan data diperoleh skor tertinggi sebesar 209 dan skor terendah sebesar 159. Hasil analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 189,1, median sebesar 192 , modus sebesar 209 dan standar deviation sebesar 16,6.
81
Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif konsep diri anak sulung: Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Sulung Deskripsi Data Anak Sulung Jumlah 5106 Mean 189,1 Median 192 Modus 209 Nilai Max 209 Nilai Min 159 Range 50 SD 16,8 Distribusi frekuensi relative konsep diri anak sulung tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 8. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Sulung Rentang Frekuensi/Banyak No Kategori % Skor Siswa 1. Rendah 57-113 0 0 2. Sedang 114-170 5 18,5 3. Tinggi 171-228 22 81,5 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 22 anak sulung yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 81,5%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 5 siswa atau setara dengan 18,5%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak sulung memiliki konsep diri dalam kategori tinggi.
82
Berikut grafik distribusi frekuensi :
Gambar 2. Grafik Konsep Diri Anak Sulung c. Konsep Diri Anak Tengah Penelitian ini menggunakan skala konsep diri dengan jumlah item sebanyak 57 soal. Skor tertinggi dari item yang disebarkan adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai skor tertinggi dapat ditentukan dari 57 X 4 = 228, dan skor nilai terendah adalah 57 X 1 = 57. Dari hasil pengumpulan data diperoleh skor tertinggi sebesar 223 dan skor terendah sebesar 152. Hasil analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 175,5, median sebesar 172,5 , modus sebesar 167 dan standar deviation sebesar 14,8.
83
Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif konsep diri anak tengah : Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Tengah Deskripsi Data Anak Tengah Jumlah 4565 Mean 175 Median 172,5 Modus 167 Nilai Max 223 Nilai Min 152 Range 71 SD 14,8
Distribusi frekuensi relatif konsep diri anak tengah tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 10. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Tengah Rentang Frekuensi/Banyak No Kategori % Skor Siswa 1. Rendah 57-113 0 0 2. Sedang 114-170 10 38,5 3. Tinggi 171-228 16 61,5
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 16 anak tengah yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 61,5%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 10 siswa atau setara dengan 38,5%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak tengah memiliki konsep diri dalam kategori tinggi.
84
Berikut grafik distribusi frekuensi :
Gambar 3. Grafik Konsep Diri Anak Tunggal d. Konsep Diri Anak Bungsu Penelitian ini menggunakan skala konsep diri dengan jumlah item sebanyak 57 soal. Skor tertinggi dari item yang disebarkan adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai skor tertinggi dapat ditentukan dari 57 X 4 = 228, dan skor nilai terendah adalah 57 X 1 = 57. Dari hasil pengumpulan data diperoleh skor tertinggi sebesar 212 dan skor terendah sebesar 158. Hasil analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 183,2, median sebesar
185, modus sebesar 199 dan standar
deviation sebesar 16.
85
Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif konsep diri anak bungsu: Tabel 11. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Anak Bungsu Deskripsi Data Anak Bungsu Jumlah 4764 Mean 183,2 Median 185 Modus 199 Nilai Max 212 Nilai Min 158 Range 54 SD 16
Distribusi frekuensi relative konsep diri anak bungsu tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 12. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Bungsu Frekuensi/Banyak No Kategori Rentang Skor Siswa 1. Rendah 57-113 0 2. Sedang 114-170 7 3. Tinggi 171-228 19
% 0 26,9 73,1
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 19 anak bungsu yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 73,1%, 7 siswa dengan konsep diri sedang sebanyak siswa atau setara dengan 26,9%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak bungsu memiliki konsep diri dalam kategori tinggi.
86
Berikut grafik distribusi frekuensi :
Gambar 4. Grafik Konsep Diri Anak Bungsu e. Konsep Diri Anak Tuggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Setiap Aspek Setelah diketahui konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu peneliti akan menjabarkan aspekaspek konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing aspek yang dihitung berdasarkan dari nilai rerata/mean (M), simpangan baku/standart deviation (SD) dan prosentase dari masing-masing
aspek.
Berikut
adalah
distribusi
frekuensi
perbedaan konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu pada setiap aspek.
87
1) Aspek Fisik Tabel 13. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Fisik Urutan Kelahiran
Kategori Rentang Anak Fisik Skor % Tunggal
Anak Sulung
Anak Tengah
%
Anak % Bungsu
%
Jumla
Rendah
15-29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sedang
30-44
15
51,7
6
22,2
13
50
11
42,3
5
Tinggi
45-60
14
48,3
21
77,8
13
50
15
57,7
63
29
100
27
100
26
100
26
100
108
Jumlah
Gambar 5. Grafik Konsep diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Fisik Pada tabel 13 dan grafik 5 diatas, dapat terlihat bahwa pada aspek fisik sebanyak 15 anak tunggal setara dengan 48,3% memiliki kategori tinggi,
14 siswa setara dengan
51,7% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% yang termasuk dalam dalam kategori rendah. Anak sulung terdapat 21 siswa setara dengan 77,8% masuk dalam kategori tinggi, 6 siswa setara dengan 22,2% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. 88
Anak tengah terdapat 13 siswa setara dengan 50% masuk dalam kategori tinggi, 13 siswa setara dengan 50% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak bungsu terdapat 15 siswa setara dengan 57,7% masuk dalam kategori tinggi, 11 siswa setara dengan 42,3% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. 2) Aspek Psikolgis Tabel 14. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Psikologis Urutan Kelahiran
Kategori Rentang Anak Fisik Skor % Tunggal Rendah
20-39
Sedang Tinggi
Anak Sulung
Anak Tengah
%
Anak Bungsu
%
0
0
0
0
0
0
40-59
6
20,7
23
85,2
17
60-80
23
79,3
4
14,8
9
29
100
27
100
26
Jumlah
%
Jumla
0
0
0
65,4
7
26,9
53
34,6
19
73,1
55
100
26
100
108
Aspek Psikologis Prosentase (%)
100 80 60 40
Rendah
20
Sedang
0
Tinggi Anak Anak Anak Anak Tunggal Sulung Tengah Bungsu Urutan Kelahiran
Gambar 6. Grafik Konsep diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Psikologis
89
Pada tabel 14 dan grafik 5 diatas, dapat terlihat bahwa pada aspek psikologis sebanyak 23 anak tunggal setara dengan 79,3% memiliki kategori sedang, 6 siswa setara dengan 20,7% masuk dalam kategori tinggi, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak sulung terdapat 23 siswa setara dengan 85,2% masuk dalam kategori tinggi, 4 siswa setara dengan 14% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak tengah terdapat 17 siswa setara dengan 65,4% masuk dalam kategori tinggi, 9 siswa setara dengan 34,6% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak bungsu terdapat 19 siswa setara dengan 73,1% masuk dalam kategori tinggi, 7 siswa setara dengan 26,9% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah.
90
3) Aspek Sosial Tabel 15. Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Sosial Urutan Kelahiran
Kategori Fisik
Rentang Skor
Rendah
22-43
1
3,4
0
0
0
0
0
0
1
Sedang
44-65
9
31,1
7
25,9
9
34,6
8
30,8
33
Tinggi
66-88
19
65,5
20
74,1
17
65,4
18
69,2
74
29
100
27
100
26
100
26
100
108
Anak Tunggal
Jumlah
Anak Sulung
%
Anak Tengah
%
Anak Bungsu
%
%
Jumla
Prosentase (%)
Aspek Sosial 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Rendah Sedang anak tunggal
anak sulung anak tengah
anak bungsu
Tinggi
Urutan Kelahiran
Gambar 7.
Grafik Konsep diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Aspek Sosial
Pada tabel 15 dan grafik 7 diatas, dapat terlihat bahwa pada aspek sosial sebanyak 9 anak tunggal setara dengan 31% memiliki kategori tinggi,
19 siswa setara dengan 65,5% masuk dalam
kategori sedang, dan 1 siswa setara dengan 3,4% masuk dalam kategori rendah. Anak sulung terdapat 20 siswa setara dengan 74,1% masuk dalam kategori tinggi, 7 siswa setara dengan 25,9% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak tengah terdapat 17
91
siswa setara dengan 65,4% masuk dalam kategori tinggi, 9 siswa setara dengan 34,6% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Anak bungsu terdapat 18 siswa setara dengan 69,2% masuk dalam kategori tinggi, 8 siswa setara dengan 30,8% masuk dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa atau setara dengan 0% masuk dalam kategori rendah. Tabel 16.
Aspek Konsep Diri
Konsep Diri Anak Tunggal
Distribusi Frekuensi Perbedaan Konsep diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Setiap Aspek Konsep Diri Anak Sulung
Fre& M
Aspek Fisik 45
Aspek 56,7 Psikologis
Aspek Sosial 60,9
Frek&
SD
4,82
5,09
8,02
Konsep Diri Anak Tengah
%
M
SD
Konsep Diri Anak Bungsu
Fre& %
M
SD
Frek& %
M
SD
%
Kategori
kategori
kategori
kategori
Tinggi:14 48,3
Tinggi:21 77,8
Tinggi:13 50
Tinggi:15 57,7
Sedang:15 51,7
48
5
Sedang:6 22,2
45
4
Sedang:13 50
46
4
Sedang:11 42,3
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Tinggi:6
Tinggi:23 85,2
Tinggi:17 65,4
Tinggi:19 73,1
20,7
Sedang:23 79,3
67
6
Sedang:4 14,8
62
6
Sedang:9
34,6
65
6
Sedang:7 26,9
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Rendah:0 0
Tinggi:9
Tinggi:20 74,1
Tinggi:17 65,4
Tinggi:18 69,2
31,1
Sedang:19 65,5 Rendah:1 3,4
74
7
Sedang:7 25,9
69
Rendah:0 0
8
Sedang:9 34,6 Rendah:0 0
72
8
Sedang:8 30,8 Rendah:0 0
Perbedaan konsep diri ditijau dari urutan kelahiran antara anak tunggal, anak sulung, anak tengah dan anak bungsu dilihat dari hasil mean yang di dapat dari data yang diperoleh. Pada aspek fisik, anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu memiliki konsep diri yang berbeda. Hal tersebut dilihat dari nilai mean anak tunggal sebesar 45, anak sulung sebesar 48, anak tengah 92
sebesar 45, dan anak bungsu sebesar 46. Dari aspek psikologis, anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu memiliki konsep diri yang berbeda. Hal tersebut dilihat dari nilai mean anak tunggal sebesar 56,7, anak sulung sebesar 67, anak tengah sebesar 62, dan anak bungsu sebesar 65. Dan selanjutnya pada aspek fisik, anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu memiliki konsep diri yang berbeda. Hal tersebut dilihat dari nilai mean anak tunggal sebesar 60,9, anak sulung sebesar 74, anak tengah sebesar 69, dan anak bungsu sebesar 72. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran dalam berbagai aspek. B. Pengujian Prasyarat Analisis Untuk mengetahui perbedaan konsep diri menurut urutan kelahiran akan dilakukan menggunakan teknik analisis statistik ANOVA, akan tetapi sebelum melakukan analisis tersebut terlebih dahulu akan dilaksanakan uji normalitas dan uji homogenitas, berikut adalah paparan dari uji normalitas dan uji homogenitas : 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Seri 16.0. Uji normalitas ini dilakukan guna mengetahui normal atau tidaknya data yang telah diperoleh.
93
Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut : Tabel 17. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Konsep_Diri_ Anak_Tunggal 29 162.5172 14.75907 .191 .089 -.191 1.031 .238
Konsep_Diri_ Anak_Sulung 27 189.1111 16.62790 .131 .116 -.131 .683 .740
Konsep_Diri_ Anak_Tengah 26 175.5769 14.86519 .119 .119 -.067 .608 .854
Konsep_Diri_ Anak_Bungsu 26 183.2308 16.04072 .125 .098 -.125 .638 .811
a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data yang telah diperoleh dari konsep diri anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Dari tabel data dapat dikatakan normal jika taraf signifikasi p> 0,05. Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa uji normalitas data yang sudah diujikan
berdasarkan
Kolomogorov-Smirno
terlihat
hasil
pada
signifikasi 5% yaitu 0,238 pada anak tunggal, 0,740 pada anak sulung, 0,854 pada anak tengah, dan 0,811 pada anak bungsu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang telah diperoleh anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu.adalah berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji data yang diperoleh dari siswa apakah data yang diambil memiliki kemampuan yang sama (homogen) atau tidak. Berdasarkan data yang diperoleh dari anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu dapat disimpulkan 94
bahwa data tersebut homogen atau identik. Berikut adalah hasil dari pengujian yang telah dilakukan menggunakan SPSS 16.0 Tabel 18. Hasil Uji Homogenitas Konsep Diri Anak Tunggal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu. a Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: Konsep_Diri F 1.260
df 1 3
df 2 104
Sig. .292
Tests the null hy pothesis that the error v ariance of the dependent v ariable is equal across groups. a. Design: Intercept+Urutan_Kelahiran
Berdasarkan tabel 17 diatas maka dapat diketahui bahwa hasil signifikansi
p>0,05.
Pada
analisis
uji
homogenitas
dengan
menggunakan hasil perhitungan Levene’s Test dan dapat dilihat angka signifikasi sebesar 0,292 sehingga dapat diartikan bahwa persebaran data homogen. 3. Uji Hipotesis Uji Hipotesis atau uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan konsep diri menurut urtan kelahiran SMK N 7 Yogyakata dengan taraf signifikansi sebesar 5% (0,05). Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 dengan uji beda ANOVA.
95
Berikut adalah hipotesis nol dan hipotesis alternatif dalam penelitian ini : Hoa : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung di SMK N 7 Yogakarta. Ha
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung di SMK N 7 Yogyakarta.
Hob : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK N 7 Yogakarta. Hb
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta.
Hoc : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogakarta. Hc
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta.
Hod : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak tengah di SMK N 7 Yogakarta. Hd
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta.
Hoe : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogakarta. He
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta.
96
Hof : Tidak terdapat perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogakarta. Hf
: Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Apabila nilai signifikansi p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Berikut hasil ANOVA menggunakan SPSS 16.0 mengenai perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran. Tabel 19. Output ANOVA Perbedaan Konsep Diri Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Konsep_Diri Source Corrected Model Intercept Urutan_Kelahiran Error Total Corrected Total
Ty pe I II Sum of Squares 11095.649a 3400091.665 11095.649 25244.870 3431210.000 36340.519
df 3 1 3 104 108 107
Mean Square 3698.550 3400091.665 3698.550 242.739
F 15.237 14007.184 15.237
Sig. .000 .000 .000
a. R Squared = . 305 (Adjusted R Squared = .285)
Dari hasil diatas menunjukkan nilai signifikasi p<0,05. Pada analisis menggunakan hasil perhitungan
ANOVA
dapat
dilihat angka signifikasi sebesar 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahira. Kemudian untuk mengetahui lebih lanjut
hasil tersebut akan
dibuktikan
uji
menggunakan
perhitungan
lajut
dengan
menggunakan hasil perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey. Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan menggunakan
97
dengan menggunakan hasil perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey. Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Konsep Diri Anak Tungal, Anak Sulung, Anak Tengah, dan Anak Bungsu. Multi ple Comparisons Dependent Variable: Konsep_Diri
Tukey HSD
(I) Urut an_Kelahiran Anak Tunggal
Anak Sulung
Anak Tengah
Anak Bungsu
Bonf erroni
Anak Tunggal
Anak Sulung
Anak Tengah
Anak Bungsu
(J) Urutan_Kelahiran Anak Sulung Anak Tengah Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Tengah Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Sulung Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Sulung Anak Tengah Anak Sulung Anak Tengah Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Tengah Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Sulung Anak Bungsu Anak Tunggal Anak Sulung Anak Tengah
Mean Dif f erence (I-J) -26.5939* -13.0597* -20.7135* 26.5939* 13.5342* 5.8803 13.0597* -13.5342* -7.6538 20.7135* -5.8803 7.6538 -26.5939* -13.0597* -20.7135* 26.5939* 13.5342* 5.8803 13.0597* -13.5342* -7.6538 20.7135* -5.8803 7.6538
Std. Error 4.16661 4.20790 4.20790 4.16661 4.28094 4.28094 4.20790 4.28094 4.32114 4.20790 4.28094 4.32114 4.16661 4.20790 4.20790 4.16661 4.28094 4.28094 4.20790 4.28094 4.32114 4.20790 4.28094 4.32114
Sig. .000 .013 .000 .000 .011 .019 .013 .011 .023 .000 .019 .023 .000 .015 .000 .000 .012 .048 .015 .012 .047 .000 .048 .047
95% Conf idence Interv al Lower Bound Upper Bound -37.4731 -15.7146 -24.0468 -2.0726 -31.7006 -9.7264 15.7146 37.4731 2.3564 24.7120 -5.2974 17.0581 2.0726 24.0468 -24.7120 -2.3564 -18.9366 3.6289 9.7264 31.7006 -17.0581 5.2974 -3.6289 18.9366 -37.8006 -15.3871 -24.3775 -1.7419 -32.0314 -9.3957 15.3871 37.8006 2.0199 25.0485 -5.6339 17.3946 1.7419 24.3775 -25.0485 -2.0199 -19.2762 3.9686 9.3957 32.0314 -17.3946 5.6339 -3.9686 19.2762
Based on observ ed means. *. The mean dif f erence is signif icant at the .05 lev el.
Dikatakan terdapat perbedaan antara variabel
apabila Ho ditolak
(p<0,05) sedangkan variabel dikatakan tidak terdapat perbedaan apabila Ho diterima (p>0,05). Pengolahan data dilihat dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan
perhitungan Post Hoc Tes dengan
metode Turkey pada tabel diatas sehingga dapat dipaparkan beberapa hasil hipotesis sebaga berikut:
98
a. Perbedaan konsep diri antara anak tungal dengan anak sulung di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak tunggal dengan anak sulung di SMK N 7 Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hoa ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak tunggal dengan anak sulung. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,000, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hoa ditolak. Maka dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung. b. Perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak tunggal dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hob ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak tunggal dengan anak tengah.
99
Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah diperoleh signifikasi sebesar 0,013, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hob ditolak. Maka dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah. c. Perbedaan konsep diri antara anak tungal dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak tunggal dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hoc ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak tunggal dengan anak bungsu. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak bungsu diperoleh signifikasi sebesar 0,000, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hoc ditolak. Maka dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak bungsu. d. Perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak sulung dengan anak tengah di SMK N 7
100
Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hod ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak tunggal dengan anak tengah. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah diperoleh signifikasi sebesar 0,011, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hod ditolak. Maka dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak tengah. e. Perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak sulung dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hoe ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak sulung dengan anak bungsu. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu diperoleh signifikasi sebesar 0,019, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hoe ditolak. Maka
101
dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu. f. Perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan konsep diri anak tengah dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta dengan perhitungan Post Hoc Tes dengan metode Turkey mengunakanbantuan SPSS16.0. Pedoman interpretasi terhadap analisis komparasi yaitu p<0,05, maka Hof ditolak dan dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara anak tengah dengan anak bungsu. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu diperoleh signifikasi sebesar 0,023, berarti nilai signifikasi p< 0,05 sehingga Hof ditolak. Maka dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu. C. Pembahasan Konsep diri pada remaja adalah hal yang paling penting dalam kehidupan remaja. Konsep diri berhubungan erat dengan identitas diri remaja. Konsep diri dikatakan sebagai gambaran diri remaja. Remaja yang masih mempertanyakan pertanyaan “bagaimana saya” dan “siapa saya” akan lebih mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan yang negatif. Sama seperti dengan pendapat dari Rita Eka Izzaty (2008: 125)
102
menyatakan bahwa masa remaja sebagai masa pencarian identitas, dimana remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan sebelumnya. Sehingga remaja mulai melakukan hal apa saja untuk mendapatkan apapun yang remaja kehendaki. Terdapat dua jenis konsep diri yaitu kosep diri positif dan negatif (Calhoun dan Acocella; 1990: 72-73). Konsep diri positif pada remaja dapat memberikan kepuasan dan kesuksesan pada remaja sedangkan konsep diri negatif akan meberikan kecemasan dan masalah pada diri remaja. Peran penting konsep diri remaja memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja, salah satunya adalah kehidupan sosial remaja. Konsep diri positif atau negatif adalah salah satu hal yang diputuskan sendiri oleh remaja tersebut. Bukan suatu pilihan yang diberikan oleh orang tua ataupun masyarakat tetapi remaja sendiri yang harus memilih. Bagaimana gambaran diri yang dilihat oleh remaja tersebut. Dalam pengkategorian konsep diri sesuai dengan hasil penelitian diatas dibagi menjadi tiga kategori konsep diri. Hasil pengkategorian tersebut adalah kategori tinggi, sedang, dan rendah. Analisis data yang disampaikan oleh peneliti menyebutkan bahwa siswa-siswi SMK N 7 Yogyakarta memiliki konsep diri tinggi dan sedang. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa-siswi SMK N 7 Yogyakarta memiliki konsep diri positif.
103
Salah satu faktor pembentukan konsep diri yang pertama dan utama dalam diri remaja adalah dalam lingkungan kelurga. Orang tua dan keluarga adalah lingkungan sosial remaja yang pertama ketika remaja masih dalam masa kanak-kanak. Keluarga yang karakteristik dan kehidupan yang berbeda dari satu keluarga dengan keluarga yang lain. Contohnya perbedaan urutan kelahiran dalam keluarga. Sesuai dengan pendapat Centi (1993:16)
menyatakan bahwa perbedaan urutan
kelahiran pada anak memberikan pengaruh dalam pembentukan konsep diri. Anak sulung, tengah, bungsu, dan tunggal memiliki pengertian konsep diri masing-masing. Urutan kelahiran adalah konsep mengenai keadaan keluarga yang diusung dan dipakai oleh Adler. Posisi kelahiran individu berdasarkan umur atau usia antar saudara yang ditentukan pada saat pembuahan yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun. Perbedaan anak dalam urutan kelahiran memberikan pengaruh terhadap timbulnya perbedaan kepribadian pada diri anak dalam lingkungan keluarga. Urutan kelahiran dianggap sebagai sistem sosial pertama bagi anak dalam lingkungan keluarga berdasarkan peringkat usia individu antar saudara. Perbedaan urutan kelahiran dalam keluarga memberikan beberapa karakteristik dalam diri remaja. Misalnya anak sulung cenderung teliti, ambisius, dan agresif. Anak tengah sebagai anak yang memiliki kakak dan adik dan juga berada dalam posisi yang terhimpit oleh saudara akan
104
lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Anak bunggu menjadi seorang yang kreatif dan menarik. Dan anak tunggal memiliki kecenderungan menjadi anak yang lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Konsep Diri ditinjau dari Urutan Kelahiran Anak pada Siswa Kelas X SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” ini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran anak pada siswa kelas X SMK N 7 Yogyakara. Menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hal tersebu ditunjukan dengan nilai signifikasi p<0,05 yaitu sebesar. Sama seperti yang diungkapkan oleh Adler: 1931 (Feist dan Feist, 2010: 100-102) menyatakan bahwa dari urutan kelahiran individu memberikan pengaruh perbedaan kepribadian dalam kehidupan individu dalam kehidupannya termasuk konsep diri. Tiap anak dalam lingkungan keluarga memiliki konsep diri yang berbeda dari masing-masing individu. Hasil penelitian menyebutkan bahwa anak tunggal memiliki nilai mean sebesar 162,5, anak sulung memiliki nilai mean sebesar 189,1, anak tengah memiliki mean sebesar 175,5, dan anak bungsu memiliki nilai mean sebesar 183,2. Dilihat dari nilai mean tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan konsep diri dalam urutan kelahiran. Nilai mean tersebut menunjukkan bahwa konsep diri tertinggi dimiliki
105
oleh anak sulung kemudian anak bungsu selanjutnya anak tengah dan terakhir adalah anak tunggal. Berdasarkan hasil penelitian terhadap konsep diri anak tunggal diketahui terdapat 7 anak tunggal yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 24,1%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 22 siswa atau setara dengan 75,9%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Anak sulung didapatkan terdapat 22 anak sulung yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 81,5%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 5 siswa atau setara dengan 18,5%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Anak tengah terdapat 16 anak tengah yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 61,5%, 10 siswa dengan konsep diri sedang sebanyak siswa atau setara dengan 38,5%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Dan anak bungsu terdapat 19 anak bungsu yang memiliki konsep diri dengan kategori tinggi atau setara dengan 73,1%, siswa dengan konsep diri sedang sebanyak 7 siswa atau setara dengan 26,9%, dan tidak terdapat siswa dalam kategori konsep diri rendah atau setara dengan 0%. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa-siswi SMK N 7 Yogyakarta memiliki konsep diri tinggi dan sedang. Perbedaan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran juga dapat dilihat dari aspek-aspek dalam konsep diri. Dalam perbedaan aspek fisik,
106
anak tunggal memiliki mean sebesar 45, anak sulung memiliki mean sebesar 48, anak tengah memiliki mean sebesar 45 dan anak bungsu memiliki mean sebesar 46. Dilihat dari nilai mean yang didapat dalam penelitian terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam nilai mean tersebut. Walaupun terdapat perbedaan tetapi nilai mean yang didapat dalam penelitian tidak terpaut jauh dari masing-masing anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak tunggal. Nilai mean tersebut bahwa anak sulung memiliki nilai mean tertinggi, kemudian anak bungsu, selanjutnya anak tunggal, dan anak tengah memiliki nilai mean yang sama Dalam aspek fisik dilihat dari penilaian individu terhadap keadaan tubuh, penampilan, kelebihan dan kelemahan fisik yang dialami masing-masing siswa-siswi SMK N 7 Yogyakarta. Dilihat dari aspek psikologis anak tunggal memiliki mean sebesar 56,7, anak sulung memiliki mean sebesar 67, anak tengah memilii mean sebesar 62 dan anak bungsu memiliki mean sebesar 65. Dilihat dari nilai mean yang didapat dalam penelitian terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam nilai mean tersebut. Nilai mean tersebut bahwa anak sulung memiliki nilai mean tertinggi, kemudian anak bungsu, selanjutnya anak tengah, dan terakhir adalah anak tunggal. Dalam aspek psikologis dilihat dari pikiran individu, perasaan individu, dan sikap individu terhadap diri sendiri dan orang lain. Dalam aspek sosial anak tunggal memiliki mean sebesar 60,9, anak sulung memiliki mean sebesar 74, anak tengah memilii mean
107
sebesar 69 dan anak bungsu memiliki mean sebesar 72. Dari nilai mean yang didapat dalam penelitian terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam nilai mean tersebut. Nilai mean tersebut bahwa anak sulung memiliki nilai mean tertinggi, kemudian anak bungsu, selanjutnya anak tengah, dan terakhir adalah anak tunggal. Dalam aspek sosial dilihat dari penilaian individu mengenai pikiran, perasaan, dan sikap diri sendiri tehadap orag lain, ataupun sebaliknya orang lain terhadap diri sendiri. Selain urutan kelahiran dalam keluarga beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri dalam remaja, sesuai dengan pendapat Jalaludin Rakhmat, (2005: 100-104) menyebutkan bahwa faktor orang lain dan kelompk rujukan atau reference group menjadi faktor pembentuk konsep diri. Bagaimana orang lain menilai diri remaja tersebut. Konsep diri terbentuk melalui pujian ataupun cacian yang diterima oleh remaja. Perasaan diterima, dihormati, dan disenangi orang lain juga termasuk didalmnya. Bukan hanya keluarga seperti orang tua ataupun saudara, teman, tetangga ataupun orang lain yang ditemui remaja di lingkungan sosial remaja tersebut. Implikasi dalam BK, penelitian ini berkaitan dengan BK pribadi, siswa memiliki perbedaan pemikiran, perasaan, dan sikap akan menyebabkan adanya perbedaan karakteristik. Masing-masing siswa akan memiliki pemikiran, perasaan, dan sikap yang berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Tujuan dari BK adalah untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan atau masalah agar
108
siswa tersebut mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang dimiliki, termasuk didalamnya masalah-masalah yang berkaitan dengan diri pribadi individu seperti pada penelitian ini. D. Keterbatasan Penelitian Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Beberapa keterbatasan penelitian tersebut antara lain: 1. Tidak adanya jadwal kegaiatan bimbingan dan konseling masuk kelas sehingga peneliti kesulitan untuk menyebarkan angket secara langsung sehingga untuk menyebarkan angket peneliti menitipkan kepada ketua kelas didampingi oleh guru BK dalam penyebaran angket. 2. Waktu penelitian yang dilakukan setelah UAS menyebabkan peneliti kesulitan dalam mengumpulakan angket tepat waktu karena siswasiswi sibuk menghadapi remidial.
109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedan konsep diri ditinjau dari urutan kelahiran kelas X di SMK N 7 Yogyakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa ; 1. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,000, berarti nilai signifikasi p< 0,05. 2. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,013, berarti nilai signifikasi p< 0,05. 3. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,000, berarti nilai signifikasi p< 0,05. 4. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak tengah di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,011, berarti nilai signifikasi p< 0,05.
110
5. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak sulung dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,019, berarti nilai signifikasi p< 0,05. 6. Terdapat perbedaan konsep diri antara anak tengah dengan anak bungsu di SMK N 7 Yogyakarta. Hasil perhitungan secara statisik perbedaan konsep diri antara anak tunggal dengan anak sulung diperoleh signifikasi sebesar 0,013, berarti nilai signifikasi p< 0,05. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
dari
penelitian
ini,
maka
peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua Orang tua diharapkan lebih memahami dan mengerti anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak sesuai dengan kepribadian dan karakteristik
sehingga
orang
tua
mampu
mendampingi
dan
memberikan pendidikan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan konsep diri siswa. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Guru BK diharapkan memberikan pendampingan dan pendidikan disekolah dalam bidang bimbingan pribadi khususnya dalam hal konsep diri sehingga siswa dapat lebih memahami diri siswa sendiri dan dapat mengurangi jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
111
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan teori tentang urutan kelahiran lebih luas tidak hanya terpaku terhadap teori yang telah lama.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin. (2013). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: Refika Aditama. Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Burns, R.B. (1993). Konsep Diri. Penerjemah: Eddy. Jakarta: Arcan.
Calhoun, James F dan Acocella, Joan Ross. (1990). Psiologi tentang Penyesuaian dan Hubunan Kemanusiaan Edisi Ketiga. Semarang: IKIP Semarang Press. Centi, Paul J. (1993). Mengapa Rendah Diri?. Yogyakarta: Kanisius. Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daly, Maeve. (2014). The Effect Adler’s Birth Order has on Self-Esteem, Conscientiousness, Openness and Relationshps. Dublin: BA Hons in Psychology. Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Feist, Jess dan Feist, Gregory J. (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Hermawati N. (1996). Konsep Diri Remaja di Sekolah Koeduksi dan Sekolah Non Koeduksi. Skripsi. Yogyakarta Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2 Ediisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. ________________. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
113
Iwan Hadibroto, dkk. (2002). Misteri Perilaku: Anak Sulung, Tengah, Bungsu, dan Tunggal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jalaludin Rakhmat. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Juliansyah Noor. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Leman, Kevin. (2009). The Birth Order Book: Why You Are the Way You Are 2nd edition. Amerika Serikat: Revell. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Remaja:
Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nirmalawati. (2011). Pembentukan Konsep Diri Pada Siswa Pendidikan Dasar Dalam Memahami Mitigasi Bencana. Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 1. Pebruari 2011: 61-69. Nurul Zuriah. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Olson, Matthew H dan Hargenhahn, B. R. (2013). Pengantar Teori Kepribadian edisi ke-8. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Paulhus, D. L. (2008). Birth Order in: Encyclopedia of Infant and Early Childhood Development. San Diego: Academic Press. Purwa A. P. (2014). Psikologi Kepribadian: dengan Perspektif Baru. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Rusni Rahmaisya, dkk. (2011). “Keseimbangan Kehangatan dan Kontrol Orang Tua Menentukan Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Atlet Muda di Sekolah Berasrama”, Jur. Ilm. Kel. & Kons. (4). Saifuddin Azwar. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
114
Sarlito W. S. Dan Eko A. M. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Schultz, Duane. P. dan Sydney Ellen Schulultz. (2013). Theories of Personality. Wadsworth: Cengange Learning. Schultz, Duane. (1991). Psikoog Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Penerbitan Kanisius. Sofyan S. Willis. (2005). Remaja & Masalhnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya. Bandung: CV Alfabeta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. _______. (2013). Metode Penelitian Kombinasi : Mixed Methods. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. ________________. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek ed. Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sulloway, F.J. (2001). Birth Order, Sibling Competition, and Human Behavior. In Paul S. Davies and Harmon R. Holcomb, (Eds.), Conceptual Challenges in Evolutionary Psychology: Innovative Research Strategies. Dordrecht and Boston: Kluwer Academic Publishers. pp. 39-83. Sutrisno Hadi. (2015). Statistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim Musyawarah Guru Bmbingan Konseling Provinsi DKI Jakarta. (2010). Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan Menenngah Jilid 2. Jakarta: Grasindo. Tomi Sujatmiko. (2015). Kenakalan Remaja Kian Kompleks. Akses : http://www.krjogja.com/web/news/read/253063/kenakalan_remaja_kian_ kompleks pada hari Minggu 16 Agustus 2015 Pukul 18.05 WIB. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 115
Winanti Siwi R, dkk. (2006). “Perbedaan Konsep Diri antara Remaja Akhir yang Mempersepsi Pola asuh Orang Tua Authorritarian, Permissive, dan Authoritative”, Jurnal Psikologi (4). . Yudrik Jahja. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Yustinus Semiun. (2013). Teori-Teori Kepribadian Psikoanalitik Kontenporer. Yogyakarta: Kanisius.
116
LAMPIRAN
117
Lampiran 1. Instrumen Uji Coba
118
INSTRUMEN PENELITIAN SKALA KONSEP DIRI
Disusun oleh: Dina Setyapramesti 11104244046
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
119
A. Kata Pengantar Salam Sejahtera Dalam rangka penelitian yang saya laksanakan sebagai tugas akhir maka perkenankanlah saya meminta waktu luang siswa-siswi untuk mengisi identitas dan menjawab pernyataan dalam skala penelitian ini dengan sejujur-jujurnya. Skala penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk memperoleh sumber data dalam penelitian saya. Skala penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur konsep diri siswa-siswi. Identitas dan jawaban dalam skala penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, dengan demikian isilah seluruh pernyataan yang ada dalam skala penelitian ini dengan cermat dan teliti. Pilihan jawaban yang siswa-siswi berikan sangat berarti bagi saya dalam memperoleh informasi untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan dalam mengerjakan skala penelitian ini dan kerjasama siswasiswi sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Dina Setyapramesti
120
B. Petunjuk Pengisian 1.
Bacalah setiap pernyataan di bawah ini secara teliti.
2.
Jawablah semua pernyataan sesuai dengan keadaan diri sendiri dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang anda pilih.
3.
Setiap pernyataan dalam angket ini ada empat pilihan jawaban:
SS
= Sangat Sesuai
S
= Sesuai
TS
= Tidak Sesuai
STS
= Sangat Tidak Sesuai
Contoh: No. 1.
Pernyataan
SS
Teman memberi bantuan ketika saya
S
TS
STS
√
menghadapi masalah.
Berdasarkan contoh tersebut, anda memberikan tanda ceklist (√) pada kolom S (Sesuai) yang berarti anda merasa sesuai dengan pernyataan “Teman member bantuan ketika saya menghadapi masalah”. C.
Identitas Respoden
Nama
:...................................................................................................
Kelas
: ....................................................................................................
No. Absen
:....................................................................................................
Anak Ke
: ..................... dari ..................... bersaudara (termasuk saudara)
121
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Pernyataan Saya memiliki tubuh yang sehat Saya menerima keadaan tubuh saya. Panca indra yang saya miliki lengkap. Saya malu memiliki tanda lahir. Saya memiliki tubuh yang lemah. Saya membolos sekolah karena sakit. Saya memliki penampilan yang menarik. Dengan penampilan sekarang, saya lebih percaya diri. Saya menyukai model rambut yang digunakan. Saya kurang dalam berdandan. Saya selektif dalam memilih pakaian. Penampilan saya ketinggaan zaman. Saya memilki kelebihan yang sempurna. Saya adalah orang yang pandai. Saya memiliki tubuh yang ideal. Wajah saya kurang menarik. Saya memiliki kelebihan yang sia-sia. Saya terbebani dengan pencapaian saya. Saya memakai kacamata untuk melihat. Saya kelebihan berat badan. Saya bersyukur dengan meiliki kekurangan. Saya terlambat dalam mengikuti pelajaran. Saya kecewa dengan bentuk tubuh saya. Saya memiliki kemamapuan penglihatan yang buruk. Saya mempu menghadapi masalah sendiri. Saya dapat mengambil keputusan denga bijaksana. Saya adalah orang yang percaya diri. Saya adalah orang yang jahat. Saya memiliki banyak kebohongan. Saya adalah orang yang munafik. Teman-teman saya adalah orang yang baik. Saudara saya adalah orang yang pengertian. Sahabat saya adalah orang yang setia kawan. Saya memiliki teman-teman yang nakal. Keluarga melakukan hal yang tercela. Banyak orang berbuat jahat kepada saya. Saya memiliki masa depan yang cerah. Saya dapat mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Saya mampu mengerjakan PR tepat waktu. Saya takut berbicara didepan umum. Saya khawatir untuk berpendapat. Saya minder dalam pergaulan. Saya bangga dengan prestasi saudara kandung. Saya peduli dengan orang-orang sekitar. Saya senang berjalan bersama sahabat. Saya benci sekelas dengan mereka.
122
SS
Jawaban S TS
STS
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Saya marah dengan perilaku tetangga sekitar rumah. Saya benci memiliki saudara kandung. Saya adalah orang yang penuh semangat. Saya menghadapi masalah dengan kepala dingin. Saya adalah orang yang pantang menyerah. Saya memiliki emosi yang meluap-luap. Saya menyerah ketika menghadapi masalah. Saya marah-marah tanpa alasan yang jelas. Saya memberi sedekah kepada pengemis. Saya bukan orang yang suka memukul. Saya memberi saran untuk kekurangan orang lain. Memberi uang untuk pengamen adalah hal yang sia-sia. Berbagi adalah perilaku yang menyedihkan. Semua rejeki orang tua adalah milik saya. Saya disukai oleh teman-teman sekolah. Saya dibanggakan oleh guru. Saya memiliki pemahaman yang sema dengan teman sekelas. Saya diabaikan oleh keluarga. Saya takut berteman dengan orang baru. Saya adalah orang yang dipandang sebelah mata. Teman-teman saya adalah orang yang baik. Saya memiliki sahabat yang patut dibanggakan. Orang tua saya adalah orang yang sabar. Teman-teman saya adalah orang yang jahat. Saya memiliki kepintaran diatas rata-rata. Saya memiliki teman kelas yang bodoh. Keluarga mendukung semua keputusan saya. Orang tua memberikan nasehat positif kepada saya. Guru memberikan solusi untuk keberhasilan saya. Saya mengerjakan tugas kelompok sendiri. Saya kesepian didalam kelas. Saya dikucilkan teman-teman sekelas. Saya bahagia bersama teman-teman sekolah. Saya dapat memahami perasaan orang lain. Saya peka terhadap keadaan dirumah. Saya bemasalah untuk bersosialisasi dengan orang lain. Saya marah melihat orang lain bahagia. Saya benci harus membantu saudara saya belajar. Teman-teman membantu saya dalam menghadapi masalah. Saya memiliki orang tua yang pengertian. Saya memiliki sahabat yang setia. Saya dijauhi oleh anak-anak tetangga. Saya tidak memiliki sahabat. Banyak hal tercela dalam lingkungan rumah saya. Saya mudah bergaul dengan orang lain. Saya melerai teman yang bertengkar.
123
93 94 95 96
Saya membantu teman mengerjakan PR. Orang tua saya acuh tak acuh tehadap lingkungan sekitar. Saya memiliki orang tua yang boros. Teman-teman saya adalah orang yang pemalas.
-Terima Kasih-
124
Hasil Uji Coba Instrumen
NO. NAMA 1 YSS 2 IK 3 RF 4 SDP 5 NAS 6 AAN 7 ASP 8 ANS 9 ARNA 10 FNA 11 RRR 12 W 13 LNA 14 RFW 15 DNA 16 DN 17 YPA 18 CAS 19 AYK 20 OYP JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 4 3 1 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 1 2 4 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 3 1 4 4 3 1 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 2 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 1 3 1 2 3 2 2 3 4 4 3 2 4 2 4 4 4 3 2 3 4 2 2 1 3 3 2 4 2 3 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 4 2 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 4 1 1 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2 2 2 1 1 4 4 1 3 2 3 2 4 2 4 2 3 4 1 3 2 4 3 3 3 3 3 1 3 1 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 59 63 74 60 66 55 58 59 56 48 37 68 58 58 51 53 59 56 53 51 69 56 63 74 53 56 58 69 62 67 61 60
125
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 1 2 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 1 3 4 4 4 3 2 1 1 1 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 1 3 4 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 58 74 70 57 64 59 50 50 52 58 62 0 71 58
HASIL UJI COBA INSTRUMEN 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2 1 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 1 4 3 2 3 3 3 1 3 3 1 4 4 2 1 3 1 4 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 47 67 63 55 58 56 61 55 62 57 59 61 67 59 59 51 54 74 60 65 63
126
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 1 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 1 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 2 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 1 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 1 2 4 1 2 3 4 1 3 2 3 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 4 1 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 2 4 2 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 1 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 2 1 2 1 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 4 2 1 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 65 64 62 58 58 58 68 59 56 58 63 60 62 61 57 72 63 61 69 66 58 67 64 62 4 56 53 63 58
127
JUMLAH 292 305 314 279 285 295 286 295 306 306 256 297 293 275 291 294 264 267 270 298 5768
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas
128
Reliability Statistics N of Cronbach's Alpha .717
Item s 97
Item-Total Statistics Corrected Scale
Item-
Cronbach's
Scale Mean
Varianc
Total
Alpha if
if Item
e if Item
Correlat
Item
Deleted
Deleted
ion
Deleted
item_1
574.0500
930.471
.661
.707
item_2
573.8500
950.239
.270
.714
item_3
573.3000
948.642
.537
.713
item_4
574.0000
947.579
.331
.713
item_5
573.7000
973.484
-.232
.721
item_6
574.2500
958.618
.136
.716
item_7
574.1000
956.411
.282
.715
item_8
574.0500
947.524
.529
.712
item_9
574.2000
957.747
.198
.716
item_10
574.6000
949.832
.302
.714
item_11
575.1500
956.239
.216
.715
item_12
573.6000
964.884
-.022
.718
item_13
574.1000
996.411
-.570
.728
item_14
574.1000
946.832
.322
.713
item_15
574.4500
960.471
.096
.717
item_16
574.3500
946.976
.473
.712
item_17
574.0500
954.366
.407
.714
item_18
574.2000
948.379
.628
.713
item_19
574.3500
967.503
-.062
.720
item_20
574.4500
955.839
.123
.716
item_21
573.5500
948.576
.298
.713
item_22
574.2000
952.800
.296
.714
129
item_23
573.8500
945.818
.359
.712
item_24
573.3000
948.642
.537
.713
item_25
574.3500
955.608
.179
.715
item_26
574.2000
959.116
.202
.716
item_27
574.1000
950.937
.482
.713
item_28
573.5500
948.471
.329
.713
item_29
573.9000
966.200
-.051
.718
item_30
573.6500
945.713
.509
.712
item_31
573.9500
954.997
.381
.715
item_32
574.0000
971.474
-.210
.720
item_33
574.1000
933.884
.621
.708
item_34
573.3000
948.642
.537
.713
item_35
573.5000
972.368
-.180
.720
item_36
574.1500
967.608
-.097
.719
item_37
573.8000
969.221
-.194
.719
item_38
574.0500
960.155
.304
.716
item_39
574.5000
970.158
-.188
.719
item_40
574.5000
942.368
.511
.711
item_41
574.4000
947.200
.400
.713
item_42
574.1000
939.568
.622
.710
item_43
573.9000
965.989
-.055
.718
item_44
573.9500
954.997
.381
.715
item_45
573.4500
953.418
.341
.714
item_46
574.1000
939.253
.560
.710
item_47
574.6500
948.134
.383
.713
item_48
573.6500
946.661
.419
.712
item_49
573.8500
953.713
.467
.714
item_50
574.2500
952.724
.419
.714
item_51
574.1000
950.937
.482
.713
item_52
574.2000
965.221
-.029
.718
item_53
573.9500
971.313
-.498
.720
item_54
574.2500
939.671
.622
.710
item_55
573.9000
968.200
-.143
.719
130
item_56
574.1500
973.818
-.235
.721
item_57
574.0500
945.839
.304
.713
item_58
573.9500
968.261
-.163
.719
item_59
573.6500
965.818
-.054
.718
item_60
574.0500
948.682
.413
.713
item_61
574.0500
945.629
.308
.713
item_62
574.4500
969.839
-.179
.719
item_63
574.3000
945.800
.521
.712
item_64
573.3000
948.642
.537
.713
item_65
574.0000
961.789
.066
.717
item_66
573.7500
967.566
-.101
.719
item_67
573.8500
952.766
.378
.714
item_68
573.7500
948.618
.457
.713
item_69
573.8000
962.484
.028
.717
item_70
573.9000
966.516
-.083
.718
item_71
574.1000
943.358
.422
.712
item_72
574.1000
950.937
.482
.713
item_73
574.0000
959.368
.170
.716
item_74
573.6000
969.621
-.149
.719
item_75
574.0500
945.103
.510
.712
item_76
574.2000
949.747
.447
.713
item_77
574.1000
949.042
.304
.713
item_78
573.8500
948.661
.331
.713
item_79
574.0000
932.632
.642
.708
item_80
573.9000
957.358
.366
.715
item_81
573.9500
958.366
.242
.716
item_82
574.1500
944.239
.361
.712
item_83
573.4000
954.358
.316
.715
item_84
573.8500
953.818
.343
.714
item_85
573.9500
947.418
.351
.713
item_86
573.5500
957.524
.175
.716
item_87
573.7000
960.432
.129
.716
item_88
574.1000
931.147
.679
.708
131
item_89
573.6500
964.345
-.005
.718
item_90
573.8000
961.958
.034
.717
item_91
573.9000
961.779
.068
.717
item_92
574.0000
965.789
-.039
.719
item_93
574.2000
949.747
.447
.713
item_94
574.3500
946.976
.473
.712
item_95
573.8500
963.503
.022
.717
item_96
574.1000
931.147
.679
.708
total
288.5000
241.105
1.000
.849
132
Lampiran 3. Instrumen Penelitian Konsep Diri
133
INSTRUMEN PENELITIAN SKALA KONSEP DIRI
Disusun oleh: Dina Setyapramesti 11104244046
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
134
A. Kata Pengantar Salam Sejahtera Dalam rangka penelitian yang saya laksanakan sebagai tugas akhir maka perkenankanlah saya meminta waktu luang siswa-siswi untuk mengisi identitas dan menjawab pernyataan dalam skala penelitian ini dengan sejujur-jujurnya. Skala penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk memperoleh sumber data dalam penelitian saya. Skala penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur konsep diri siswa-siswi. Identitas dan jawaban dalam skala penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, dengan demikian isilah seluruh pernyataan yang ada dalam skala penelitian ini dengan cermat dan teliti. Pilihan jawaban yang siswa-siswi berikan sangat berarti bagi saya dalam memperoleh informasi untuk kepentingan penelitian. Atas kesediaan dalam mengerjakan skala penelitian ini dan kerjasama siswasiswi sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Dina Setyapramesti
135
B. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini secara teliti. 2. Jawablah semua pernyataan sesuai dengan keadaan diri sendiri dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang anda pilih. 3. Setiap pernyataan dalam angket ini ada empat pilihan jawaban: SS
= Sangat Sesuai
S
= Sesuai
TS
= Tidak Sesuai
STS
= Sangat Tidak Sesuai
Contoh: No. 1.
Pernyataan
SS
Teman memberi bantuan ketika saya
S
TS
STS
√
menghadapi masalah.
Berdasarkan contoh tersebut, anda memberikan tanda ceklist (√) pada kolom S (Sesuai) yang berarti anda merasa sesuai dengan pernyataan “Teman member bantuan ketika saya menghadapi masalah”.
C.
Identitas Respoden
Nama
: ....................................................................................................
Kelas
: ....................................................................................................
No. Absen
: ....................................................................................................
Anak Ke
: ..................... dari ..................... bersaudara (termasuk saudara)
136
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Pernyataan
SS
Saya memiliki tubuh yang sehat Saya menerima keadaan tubuh saya. Panca indra yang saya miliki lengkap. Saya malu memiliki tanda lahir. Saya memliki penampilan yang menarik. Dengan penampilan sekarang, saya lebih percaya diri. Saya kurang dalam berdandan. Saya adalah orang yang pandai. Wajah saya kurang menarik. Saya memiliki kelebihan yang sia-sia. Saya terbebani dengan pencapaian saya. Saya bersyukur dengan memiliki kekurangan. Saya terlambat dalam mengikuti pelajaran. Saya kecewa dengan bentuk tubuh saya. Saya memiliki kemamapuan penglihatan yang buruk. Saya adalah orang yang percaya diri. Saya adalah orang yang jahat. Saya adalah orang yang munafik. Teman-teman saya adalah orang yang baik. Sahabat saya adalah orang yang setia kawan. Saya memiliki teman-teman yang nakal. Saya dapat mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Saya takut berbicara didepan umum. Saya khawatir untuk berpendapat. Saya minder dalam pergaulan. Saya peduli dengan orang-orang sekitar. Saya senang berjalan bersama sahabat. Saya benci sekelas dengan mereka. Saya marah dengan perilaku tetangga sekitar rumah. Saya benci memiliki saudara kandung. Saya adalah orang yang penuh semangat. Saya menghadapi masalah dengan kepala dingin. Saya adalah orang yang pantang menyerah. Saya memberi saran untuk kekurangan orang lain. Semua rejeki orang tua adalah milik saya. Saya disukai oleh teman-teman sekolah. Saya memiliki pemahaman yang sema dengan teman sekelas. Saya diabaikan oleh keluarga. 137
Jawaban S TS
STS
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Teman-teman saya adalah orang yang baik. Saya memiliki sahabat yang patut dibanggakan. Saya memiliki kepintaran diatas rata-rata. Saya memiliki teman kelas yang bodoh. Guru memberikan solusi untuk keberhasilan saya. Saya mengerjakan tugas kelompok sendiri. Saya kesepian didalam kelas. Saya dikucilkan teman-teman sekelas. Saya bahagia bersama teman-teman sekolah. Saya dapat memahami perasaan orang lain. Saya bemasalah untuk bersosialisasi dengan orang lain. Saya marah melihat orang lain bahagia. Saya benci harus membantu saudara saya belajar. Teman-teman membantu saya dalam menghadapi masalah. Saya dijauhi oleh anak-anak tetangga. Saya membantu teman mengerjakan PR. Orang tua saya acuh tak acuh tehadap lingkungan sekitar. Saya memiliki orang tua yang boros. Teman-teman saya adalah orang yang pemalas.
-Terima Kasih-
138
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Tunggal
139
No. Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
ABS AS MMZH KNO AFP RM TS IPH MFNP LA YP RS KPD ANR DRS DNR RS MV MWH SK YCF DP AAA CPPAT SDNA LN RDS NF TRSN
1 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4
2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4
3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4
4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 1 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1
5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 4
6 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 4
7 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
Aspek Fisik 8 9 10 11 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 3 3
12 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 4
14 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3
15 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 2 2 4 3 1 2 3 2 3 3 4
Ʃ 44 47 50 45 44 52 53 46 49 45 53 44 39 44 49 43 48 36 43 38 50 44 38 42 43 41 47 36 51
16 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4
17 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3
18 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4
19 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
20 3 2 3 3 4 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
21 2 1 3 3 4 3 1 3 2 3 1 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4
22 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
23 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
Data Pernyataan Konsep Diri Anak Tunggal Aspek Psikologis 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Ʃ 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 52 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 51 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 55 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 57 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 67 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 56 2 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 56 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 52 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 63 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 63 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 48 3 1 3 3 3 1 3 3 2 1 3 3 51 3 4 4 4 4 3 4 3 3 1 4 1 63 3 2 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 63 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 59 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 49 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 58 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 56 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 58 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 63 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 57 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 56 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 54 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 45 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 59
140
36 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
37 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2
38 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 2 2 4
39 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 2 4 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4
40 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3
41 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1
42 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3
43 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3
44 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3
45 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1
Aspek Sosial 46 47 48 49 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3
JML Kategori 50 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4 3 1 1 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3
51 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3
52 3 2 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3
53 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 2 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
54 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3
55 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 1 4 2 4 2 4 3 2 1 3 3 4 3 3 2 3
56 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 4 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3
57 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 4 3 2 4 4 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3
Ʃ 63 58 59 67 77 66 67 68 54 65 74 66 47 50 68 51 65 51 68 63 56 63 60 64 57 63 56 41 59
159 156 164 169 188 174 176 166 162 168 190 173 134 145 180 157 172 136 167 159 162 166 156 169 157 160 157 122 169
Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Sulung
141
No. Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
RR AP AKA IPS NA NSP AJ DTJ DKA OM NPA MLA RPA DNH KKW NUR VQQ RA EFR AZP RR NA MNP IWS RPP NA STA
1 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3
2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3
3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3
5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3
6 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3
7 3 4 4 3 3 4 3 2 2 2 4 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2
Aspek Fisik 8 9 10 11 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3
12 4 4 4 3 2 4 4 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 4 3
14 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3
15 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 1 4 4 3 3
Ʃ 50 52 56 55 50 56 46 41 48 46 54 45 41 39 50 55 47 47 45 44 54 46 50 54 44 46 43
16 4 4 4 4 3 4 1 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4 2 4 3 4 3 3 3 3
17 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
18 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
19 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3
20 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4
21 4 4 4 4 4 4 3 2 1 1 4 3 3 2 3 4 2 2 3 2 4 3 2 3 3 3 4
22 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3
23 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 4
Data Pernyataan Konsep Diri Anak Sulung Aspek Psikologis 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3
142
Ʃ 69 73 73 72 73 74 62 58 61 68 69 62 56 62 73 73 70 60 73 59 75 62 68 68 59 70 71
36 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3
37 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2 4 3
38 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3
39 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
40 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4
41 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 4 2 3 2 4 4 3 3 4 2 4 1 2 4 2 4 3
42 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3
43 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4 2 4 3
44 4 4 4 2 4 3 2 2 2 4 3 2 2 1 4 4 4 2 4 2 2 2 4 3 2 4 4
45 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3
Aspek Sosial 46 47 48 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4
JML Kategori 49 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3
50 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 4 4 4 4
51 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3
52 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3
53 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
54 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4
55 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4
56 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 1 4 3 3 3
57 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 1 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3
Ʃ 73 82 79 79 86 78 75 63 68 67 79 65 62 65 80 81 82 71 75 61 80 73 65 78 65 81 76
192 207 208 206 209 208 183 162 177 181 202 172 159 166 203 209 199 178 193 164 209 181 183 200 168 197 190
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Lampiran 6. Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Tengah
143
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
JS AL AS AF AM CRLK MW MP TD AT VAP IRA MEC LA PESA NN FAHJF LNP ZN SW UNF HDJH DNS DJSW FNYD FNVD
1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3
2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3
3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3
5 2 3 4 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3
6 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3
7 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 2
Aspek Fisik 8 9 10 11 3 2 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3
13 3 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 4
14 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3
15 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 1 3 4 4 4 3 3 3
Ʃ 42 44 58 47 42 43 48 41 43 47 48 40 41 47 45 44 44 50 43 43 44 46 52 46 46 45
16 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 4 3 4 3
17 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 1 4 4 3 4 4
18 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4
19 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3
20 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2
21 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3
22 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
23 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3
Data Pernyataan Konsep Diri Anak Tengah Aspek Psikologis 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Ʃ 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 2 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 2 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 57 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 54 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 62 3 3 3 3 4 1 4 2 2 4 3 2 56 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 67 4 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 63 2 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 63 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 66 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 63 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 52 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 62 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 63 2 2 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 63 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 60 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 61 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 58 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 71 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 62 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 59 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58
144
36 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 2 3
37 3 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
38 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3
39 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3
40 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 1 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3
41 2 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
42 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 4 2 3 3 3 3
43 2 2 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
44 2 3 4 3 2 2 2 3 2 4 3 4 2 2 4 2 3 2 1 2 2 3 2 1 2 2
45 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3
Aspek Sosial 46 47 48 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3
JML Kategori 49 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
50 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 4 2 3
51 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3
52 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
53 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3
54 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 1 1 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3
55 3 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3
56 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 1 4 4 3 3 3 3 4 2 1 3 4 4 3 3
57 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 1 4 4 4 2 3 2 4 3 4 2 2 3 3 2
Ʃ 59 63 85 74 61 69 68 57 61 79 76 66 76 77 81 60 70 72 66 68 76 64 70 66 55 64
159 167 223 187 162 172 173 152 166 182 191 169 180 190 189 156 176 185 172 171 181 168 193 174 160 167
Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Skor Konsep Diri Anak Bungsu
145
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
KK BATS KDM IPP DEP EDI YN SPP PNO LWEW SRP NH LWA FA EN TJ LPD GT NK RDS TZZ HDA ESM RDKP DAS ws
1 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 1 4 3
2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3
3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3
5 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 2 3
6 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3
7 2 2 2 4 2 4 3 2 3 2 3 3 3 1 4 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2
Aspek Fisik 8 9 10 11 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 1 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 2 2 2 3
12 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
13 3 3 4 3 4 1 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 2
14 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2
15 2 3 4 2 3 3 4 2 4 2 3 4 3 2 3 2 1 1 4 2 3 4 2 4 2 3
Ʃ 44 42 50 49 48 43 50 39 46 42 42 54 50 44 50 43 44 47 50 48 44 56 48 50 46 39
16 2 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3
17 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
18 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
19 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3
20 4 1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3
21 3 3 4 4 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4 1 3 1 4 3 4 4 4 2 3
22 3 3 3 3 3 3 4 1 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3
23 2 2 2 3 3 4 3 1 4 3 3 4 3 3 4 2 4 1 2 4 2 4 3 3 3 2
Data Pernyataan Konsep Diri Anak Bungsu Aspek Psikologis 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Ʃ 2 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 60 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 56 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 66 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 64 2 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 61 3 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 68 4 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 71 1 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 58 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 71 2 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 4 55 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 55 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 74 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 66 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 61 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 69 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 68 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 70 1 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 2 58 2 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 56 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 70 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 65 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 75 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 71 3 4 3 1 4 3 1 4 3 4 3 3 65 3 3 3 4 3 3 4 4 1 4 3 3 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59
146
36 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3
37 2 2 3 3 2 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 2
38 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3
39 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 3
40 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3
41 3 2 3 3 3 4 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 2
42 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3
43 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 4 1 4 3 3
44 2 2 3 2 3 2 4 1 4 3 3 4 1 2 4 2 4 3 2 3 2 1 4 2 1 2
45 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3
Aspek Sosial 46 47 48 49 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3
JML Kategori 50 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
51 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
52 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3
53 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3
54 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
55 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
56 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3
57 4 2 4 3 2 4 4 4 2 2 2 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3
Ʃ 70 64 79 65 66 73 81 68 82 64 61 82 75 63 80 83 85 76 61 72 62 81 72 77 74 62
174 162 195 178 175 184 202 165 199 161 158 210 191 168 199 194 199 181 167 190 171 212 191 192 186 160
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Lampiran 8. Data Perhitungan Kategorisasi
147
RUMUS KATEGORISASI
KONSEP DIRI Skor Max Skor Min Mi Sdi
4 1 285 171
x x / /
57 57 2 6
= = = =
228 57 142.5 28.5
: X ≥ M + SD : M – SD ≤ X < M + SD : X< M – SD
Tinggi Sedang Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah
Skor X 114.00 X
: : :
≥ ≤ <
171.00 X 114.00
<
171.00
ASPEK FISIK Skor Max Skor Min Mi Sdi Tinggi Sedang Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah
4 1 75 45
x x / /
15 15 2 6
= = = =
60 15 37.5 7.5
: X ≥ M + SD : M – SD ≤ X < M + SD : X< M – SD
: : :
Skor X 30.00 X
148
≥ ≤ <
45.00 X 30.00
<
45.00
ASPEK PSIKOLOGIS Skor Max Skor Min Mi Sdi
4 1 100 60
x x / /
20 20 2 6
= = = =
80 20 50 10
: X ≥ M + SD : M – SD ≤ X < M + SD : X< M – SD
Tinggi Sedang Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah
: : :
Skor X 40.00 X
≥ ≤ <
60.00 X 40.00
= = = =
88 22 55 11
<
60.00
<
66.00
ASPEK SOSIAL Skor Max Skor Min Mi Sdi Tinggi Sedang Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah
4 1 110 66
x x / /
22 22 2 6
: X ≥ M + SD : M – SD ≤ X < M + SD : X< M – SD
: : :
Skor X 44.00 X
149
≥ ≤ <
66.00 X 44.00
Lampiran 9. Uji Prasyarat
150
1. Uji Normalitas
2. Uji Homogenitas a Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: Konsep_Diri F 1.260
df 1 3
df 2 104
Sig. .292
Tests the null hy pothesis that the error v ariance of the dependent v ariable is equal across groups. a. Design: Intercept+Urutan_Kelahiran
151
Lampiran 10. Uji Hipotesis
152
Post Hoc Tests Urutan_Kelahiran
153
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
154
155
156
157