HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh Fitrianingrum Munawaroh NIM 11104241048
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2015
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 1
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONTROL AND ADOLESCENT DELINQUENCY BEHAVIOR IN MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA HIGH SCHOOL CLASS 10 YEAR 2014/2015 Oleh: Fitrianingrum Munawaroh, Bimbingan dan Konseling, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini untuk mengetahui: tingkat kontrol diri, tingkat perilaku kenakalan remaja, dan hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja. Pendekatan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel penelitian siswa kelas X sebanyak 127 siswa. Data diperoleh dengan skala kontrol diri dan skala perilaku kenakalan remaja. Uji validitas menggunakan logical validity, penentuan gugur tidaknya item dengan rumus korelasi product moment Pearson’s. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas kontrol diri 0,690 dan skala perilaku kenakalan remaja 0,732. Analisis data menggunakan korelasi product moment Pearson’s. Hasil penelitian: tingkat kontrol diri pada kategori tinggi dengan mean 57,708, tingkat perilaku kenakalan remaja pada kategori sangat rendah dengan mean 54,307, dan ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,464. Berdasarkan nilai koefisien korelasi diketahui nilai koefisien determinasi ((R square= (0,464)2) yaitu 0,215. Dapat diartikan bahwa variabel kontrol diri memberikan kontribusi pada perilaku kenakalan remaja sebesar 21,5% sedangkan 78,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: kontrol diri, perilaku kenakalan remaja
Abstract The purpose of this research to know: how much self-control level, how much adolescent delinquency behavior level, and the relation between self-control and adolescent delinquency behavior. The approach in the research use quantitative approach with correlation type. Samples of the research are 127 students of class 10. The research data obtained with self-control scale and adolescent delinquency behavior scale. Validity test use is logical validity and for determining valid or not the items use correlation formula product moment from Pearson, while reliability test use Alpha Cronbachf. The data self-control reliability coefficient obtains 0.690 and adolescent delinquency behavior scale obtains 0,732. Data analysis use correlation technique product moment from Pearson. The research result shows: self-control level in high category with mean 57,708, adolescent delinquency behavior level in very low category with mean 54,307, and there is a negative relation between self-control and adolescent delinquency behavior in Muhammadiyah 7 Yogyakarta High School class 10 with correlation efficiency -0,464. According to the coefficient correlation value, can be count the coefficient determinacy (R square = (0,464)2) which is 0,215. This mean, self-control variable contribute to adolescent delinquency behavior 21,5% while the rest 78,5% contributed by other factors.
Key words: self-control, adolescent delinquency behavior
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
PENDAHULUAN Sekolah merupakan tempat individu mengembangkan
kecerdasan
dan
anak-anak tetapi juga belum disebut sebagai dewasa.
Pada masa tersebut, remaja
keterampilan yang dimilikinya selain di
seringkali melakukan perilaku-perilaku yang
keluarga.
menyimpang.
Santrock
(2003:
255)
mengungkapkan bahwa sekolah memiliki
Remaja
melakukan
perilaku-perilaku
pengaruh yang besar bagi remaja. Remaja
yang menyimpang atau biasa disebut dengan
menghabiskan
bertahun-tahun
perilaku kenakalan remaja. Remaja sering
sebagai anggota masyarakat kecil di mana
kali melakukan perilaku yang melanggar
pengaruh yang besar dalam perkembangan
aturan dan norma-norma yang ada di
identitasnya, keyakinan terhadap kompetensi
masyarakat dan remaja yang menjadi subyek
diri sendiri, gambaran hidup dan kesempatan
dari perilaku kenakalan sering kali adalah
berkarir, hubungan-hubungan sosial, batasan
remaja dari latar pendidikan atau pelajar.
mengenai hal yang benar dan salah, serta
Kay
pemahaman mengenai bagaimana sistem
mengungkapkan bahwa salah satu tugas
sosial diluar lingkup keluarga berfungsi.
perkembangan remaja yaitu memperkuat self
Sejalan dengan yang diungkapkan oleh
control (kemampuan mengendalikan diri)
Santrock bahwa, sekolah merupakan tempat
atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau
dimana
mengembangkan
falsafah hidup. Remaja yang memiliki
keterampilan sosialnya. Pengaruh negatif
kontrol diri, akan memungkinkan remaja
dari kelompok teman sebayanya akan
dapat mengendalikan diri dari perilaku-
mengakibatkan remaja melakukan perilaku
perilaku yang melanggar aturan dan norma-
kenakalan
norma yang ada di masyarakat.
waktu
individu
apabila
ia
tidak
mampu
mengendalikan dirinya. Erikson mengungkapkan (dalam Papalia
(Syamsu
Yusuf,
2006:
72-73)
Kasus kenakalan remaja yang sering terjadi yaitu tawuran antar pelajar. Pada
dan Feldman, 2014: 4) tujuan utama remaja
kasus
dibawah
yaitu untuk melawan krisis identitas vs
(Metrotvnews.com, 2014), seorang siswa
kebingungan identitas sehingga menjadi
kelas XI SMA 109 Jakarta meninggal dunia
dewasa yang unik dengan rasa diri yang
karena dikeroyok oleh pelajar lainnya. Siswa
koheren dan nilai peran dalam kelompok
tersebut meninggal karena perkelahian antar
sosial. Remaja tidak lagi disebut sebagai
geng
sekolah.
ini
Komnas
Wanda
PA
Indana
mencatat,
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 3
sepanjang tahun 2013 ada 255 kasus
kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika,
tawuran antar pelajar di Indonesia. Angka
dan tercatat 1.121 tersangka pada 2013.
ini
tahun
Berdasar data tersebut dapat diketahui
sebelumnya, yang hanya 147 kasus. Dari
bahwa dari tahun ke tahun, remaja pengguna
jumlah tersebut, 20 pelajar meninggal dunia
obat-obatan terlarang semakin meningkat.
saat terlibat atau usai aksi tawuran, sisanya
Remaja memiliki rasa keingintahuan yang
mengalami
tinggi
meningkat
tajam
luka
dibanding
berat
dan
ringan.
terhadap
hal-hal
baru
yang
(tribunnews.com, 2014). Elly M. Setiadi &
diketahuinya dari media atau dari orang lain.
Usman Kolip (2011: 207) mengungkapkan
Fields
bahwa perkelahian atau tawuran antarpelajar
mengungkapkan
kebanyakan dipicu oleh persoalan sepele,
menggunakan obat-obat terlarang karena
seperti perasaan tidak enak atau tidak
alasan sosial, agar remaja merasa lebih
nyaman karena diledek oleh pelajar dari
nyaman dalam pertemanannya dengan orang
sekolah
lain.
lain.
Banyak
memprihatinkan
bagi
peristiwa dunia
yang
pendidikan
(dalam
Fenomena
Santrock, bahwa
kenakalan
remaja
remaja
pelajar. Banyak di antara para pelajar telah
Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Berdasarkan
kehilangan
hasil wawancara dengan Guru BK, diperoleh
jiwa
bahwa
sering
kelas
X
juga
nampak
sportivitasnya,
siswa
507)
sebagai akibat maraknya tawuran para
jiwa
pada
2003:
terjadi
SMA
intelektualitasnya kemudian menjadi sosok
hasil
perilaku
yang nakal, urakan dan sebagainya. Hal ini
kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas
mencerminkan rendahnya kontrol diri yang
X seperti merokok di kantin sekolah atau
dimiliki oleh remaja.
setiap pergantian jam pelajaran, vandalisme
Selain kasus tawuran antar pelajar,
(coret-coret di meja, kursi dan kamar mandi)
pemakaian obat-obatan terlarang juga marak
sehingga dapat mengganggu keindahan dan
terjadi dikalangan remaja. Berdasarkan data
kerapihan sekolah. Tahun 2014 terdapat 3
dari BNN (harianterbit.com, 2014) sejak
siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena
2010 sampai 2013 tercatat ada peningkatan
mengkonsumsi
jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi
terdapat 3 siswa yang dikeluarkan karena
tersangka kasus narkoba. Pada 2010 tercatat
terlibat perusakan fasilitas sekolah.
ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada 2011. Setahun
Danang
zat-zat
Prabowo
terlarang,
dan
(Sindonews.com,
2014) mengungkapkan bahwa pada bulan
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
Agustus tahun 2014 lalu, terjadi tawuran
dapat
pelajar dari beberapa sekolah, terdapat 8
melanggar
siswa SMA Muhammadiyah 7 yang terlibat.
kelengkapan seragam sekolah dan kerapihan
Berdasar hasil wawancara dengan Guru BK
seragam sekolah.
diperoleh informasi bahwa siswa yang
diamati,
banyaknya
peraturan
siswa
sekolah
yang seperti
Paparan kasus yang telah dipaparkan di
terlibat dalam tawuran tersebut merupakan
atas
siswa
tersebut
perilaku kenakalan yang dilakukan oleh
menyebabkan beberapa siswa terluka dan
siswa kelas X. Remaja yang mampu
harus berurusan dengan pihak kepolisian
mengendalikan diri akan dapat membimbing
selain itu juga menyebabkan keresahan bagi
perilakunya agar tidak melanggar aturan dan
pihak sekolah, masyarakat dan siswa-siswa
norma-norma di manapun ia berada. Remaja
di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
yang terlibat perilaku kenakalan remaja
kelas
X.
Tawuran
Berdasar wawancara dengan guru BK juga dapat diketahui maraknya siswa yang
menunjukkan,
bahwa
maraknya
mengindikasikan rendahnya kontrol diri yang dimiliki oleh remaja.
membolos sekolah setiap harinya terdapat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
10 sampai 15 siswa, dan juga 10 sampai 15
kenakalan remaja ditemukan bahwa faktor
siswa tidak masuk atau terlambat masuk
yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu
pada jam mata pelajaran tertentu. Hal
konformitas teman sebaya dan persepsi
tersebut juga nampak pada saat peneliti
keharmonisan keluarga (Dian Mulyasari,
melakukan observasi, pada saat jam masuk
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah
mata pelajran terdapat banyak siswa yang
Maria (2007) mengungkapkan bahwa faktor
masih makan di depan ruang kelas dan
yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu
masih duduk-duduk di depan kelasnya.
persepsi keharmonisan keluarga dan konsep
Siswa tidak merasa terburu-buru untuk
diri.
segera masuk ke kelas dan terlihat siswa
Penelitian tentang perilaku kenakalan
masih santai dengan berbincang-bincang
remaja juga dilakukan oleh Putri Mashita
dengan teman-temannya walaupun tanda
Asri (2014) yang mengungkapkan bahwa
jam masuk pelajaran sudah diketahuinya.
kenakalan
Hal
tersebut
dapat
remaja
dipengaruhi
oleh
menyebabkan
intensitas menonton tayangan kekerasan di
terganggunya proses pembelajaran yang
televisi, regulasi emosi, dan kelekatan aman.
sedang berlangsung. Saat observasi juga
Gross
(2002)
mengemukakan
bahwa
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 5
regulasi emosi merupakan suatu proses
Santrock (2003: 523) mengungkapkan
mengatur emosi sendiri, bagaimana saat
bahwa kenakalan remaja dapat digambarkan
mengalami
bagaimana
sebagai kegagalan untuk mengembangkan
tersebut.
kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah
Denham (Kostiuk & Fouts: 2002) regulasi
laku. Kontrol diri didefinisikan sebagai
emosi
yang
kemampuan untuk menyusun, membimbing,
termasuk strategi untuk mempertahankan,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
menambah, menahan dan atau menghalangi
yang dapat membawa ke arah konsekuensi
emosi untuk mencapai tujuan tertentu.
positif (M. Nur Ghufron & Rini Risnawita
emosi
dan
mengekspresikannya
merupakan
emosi
reaksi
emosi
Goleman (Nila Anggreiny, 2014: 24) mengungkapkan
bahwa
S.,, 2006: 21). Kurangnya pengendalian
kemampuan
terhadap dirinya akan menyebabkan remaja
regulasi emosi yang dimiliki oleh individu
tidak memiliki batasan-batasan diri terhadap
dapat dilihat dari kecakapan individu dalam
pengaruh dari lingkungan yang negatif,
mengontrol dirinya yaitu mampu mengelola
sehingga remaja dapat terjerumus pada
emosi dan impuls yang merusak dengan
perilaku kenakalan.
efektif. Hurlock (Ghufron & Risnawita,
Berdasarkan
kajian
diatas,
hasil
2014: 22) mengungkapkan bahwa kontrol
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
diri
individu
bahan informasi tentang perilaku kenakalan
dorongan-
remaja dalam hubungannya dengan kontrol
berkaitan
mengendalikan
dengan emosi
cara serta
dorongan dari dalam diri. Hurlock (M. Nur
diri.
Ghufron & Rini Risnawita S., 2014: 22)
METODE PENELITIAN
juga
Jenis Penelitian
mengungkapkan
bahwa
kriteria
individu yang dapat mengontrol emosi yaitu
Pendekatan
penelitian
akan dapat melakukan kontrol diri yang bisa
pendekatan
kuantitatif
diterima secara sosial. Individu yang dapat
korelasional.
mengontrol dirinya adalah individu yang
Variabel Penelitian
menggunakan dengan
jenis
mampu mengendalikan diri dari dorongan
Penelitian ini menggunakan dua variabel
yang berasal pada diri sendiri maupun orang
yaitu kontrol diri dan perilaku kenakalan
lain, dan kemampuan mengelola tingkah
remaja.
lakunya sehingga dapat mengarah pada perilaku yang positif.
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak
Definisi Operasional Perilaku kenakalan merupakan perilaku
sesuai.
melanggar norma yang mencakup pada
Uji Instrumen
kenakalan yang menimbulkan korban fisik
1. Uji Validitas
pada
orang
lain,
kenakalan
yang
Uji
validitas
dalam
penelitian
ini
menimbulkan korban materi, kenakalan
dilakukan dengan logical validity dan
sosial yang menimbulkan korban pada diri
penentuan gugur atau tidaknya item dengan
sendiri dan kenakalan melawan status.
menghitung korelasi menggunakan rumus
Paparan tersebut merupakan aspek-aspek
korelasi Product Moment yang dikemukakan
kenakalan remaja yang dipaparkan oleh
oleh
Jensen.
menggunakan SPSS for windows seri 16.0,
Kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam mengatur perilaku,
penilaian
terhadap
Berdasarkan
analisis
dapat diketahui hasil uji validitas sebagai berikut:
memodifikasi perilaku, mengolah informasi, melakukan
Pearson.
Pada variabel kontrol diri dari 40 item
suatu
terdapat 21 item yang gugur dan 19 item
peristiwa dan melakukan perilaku yang
valid. Pada variabel perilaku kenakalan
diyakini. Paparan tersebut merupakan aspek-
remaja dari 48 item terdapat 15 item yang
aspek kontrol diri yang dipaparkan oleh
gugur dan 33 item yang valid.
Averill.
2. Uji Reliabilitas Hasil ujicoba instrumen menunjukkan
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah siswa kelas X
bahwa skala kontrol diri memiliki koefisien
SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta dengan
reliabilitas sebesar 0,690. dan skala perilaku
mengambil sampel sejumlah 127 siswa dari
kenakalan
total 189 siswa.
reliabilitas sebesar 0,732.
Teknik pengambilan
remaja
memiliki
koefisien
sampel yang digunakan yaitu proporsionate
Teknik Analisis Data
random sampling.
Untuk mengetahui hubungan antar variabel
Metode Pengumpulan Data
maka data yang telah diperoleh kemudian
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dianalisis mengunakan uji korelasi product
menggunakan skala kontrol diri dan skala
moment dari Pearson dengan bantuan SPSS
perilaku kenakalan remaja. Setiap skala
for windows 19.00 version.
memiliki 4 tingkatan jawaban, yaitu sangat
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 7
HASIL
PENELITIAN
DAN
Diri
PEMBAHASAN Skala kontrol diri berjumlah 19 item yang valid dengan skor jawaban terendah yaitu 1 dan tertinggi yaitu 4, sehingga dapat diketahui skor terendah yaitu 19x1=19, dan skor tertinggi 19x4=76. Kontrol diri N
Tabel 2. Batas Interval Kategori Kontrol
Valid
127 0
Missing Mean
57,708
Median
57,000
Mode
56,00a
Std. Deviation
5,429
Minimum
42,00
Maximum
74,00
Sum
7329,00
Skor max Skor min Mean ideal St. Deviasi kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kategori Sangat Rendah Rendah Cukup Baik Sangat Baik
kontrol diri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 sebesar 74 dan skor terendah sebesar 42 . Skor rata-rata kontrol diri sebesar 57,708 sedangkan standar deviasinya
sebesar
5,429.
Norma
kategorisasi hasil penelitian dalam penelitian ini mengacu pada norma kategorisasi yang dipaparkan oleh Saifuddin Azwar (2014: 146) sebagai berikut:
: : : : :
Kontrol diri 19 = 19 = 2 = 6 = Batasan μ≤ -1,5 σ -1,5σ < μ ≤ -0,5 σ -0,5 σ < μ ≤ + 0,5 σ +0,5σ < μ ≤ + 1,5 σ + 1,5 σ < μ Skor ≤ 33 < X < X < X > 62
X X / /
X 33 43 52 X
76 19 47,5 9,5
≤ ≤ ≤
43 52 62
Adapun distribusi frekuensi yang diperoleh dari perhitungan kategori dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Kategori Kontrol Diri
Berdasarkan data pada tabel 1 tersebut dapat diketahui skor tertinggi untuk skala
4 1 95 57
Kontrol Diri Persentase
Interval
Kategori
Frekuensi
X ≤ 33
Sangat rendah
0
0,00
33 < X ≤ 43
Rendah
1
0,79
43 < X ≤ 52
Sedang
17
13,39
52 < X ≤ 62
Tinggi
83
65,35
X > 62
Sangat tinggi
26
20,47
Total
Total
127
100
(%)
Berdasarkan tabel diatas, dari 127 siswa kelas X SMA muhammadiyah 7 Yogyakarta terdapat sebanyak 0 siswa (0 %) memiliki kontrol diri dalam kategori sangat rendah, 1 siswa (0,79%) dalam kategori rendah, 17 siswa (13,39%) dalam kategori sedang, 83 siswa (65,35%) dalam kategori tinggi dan 26 siswa (20,47%) dalam kategori sangat tinggi. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa rata-rata kontrol diri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
Yogyakarta dalam kategori tinggi dengan
Tabel 5. Batas Interval Kategori Perilaku
skor yang mencapai 57,708. Sebaran data
Kenakalan Remaja
pada
masing-masing
kategori
disajikan
dalam grafik, pada gambar dibawah ini: Kontrol Diri 100 50 0 Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi
: : : : :
Perilaku X X / /
X 58 74 91 X
kenakalan remaja 33 = 33 = 2 = 6 = Batasan : μ≤ -1,5 σ : -1,5σ < μ ≤ -0,5 σ : -0,5 σ < μ ≤ + 0,5 σ : +0,5σ < μ ≤ + 1,5 σ : + 1,5 σ < μ Batasan ≤ 58 < X < X < X > 107
132 33 82,5 16,5
≤ ≤ ≤
74 91 107
dari perhitungan kategori dapat dilihat pada
Kenakalan Remaja perilaku
4 1 165 99
Adapun distribusi frekuensi yang diperoleh
Kontrol Diri
Skala
Skor max Skor min Mean ideal St. Deviasi Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
kenakalan
remaja
berjumlah 33 item valid dengan skor jawaban terendah adalah 1 dan tertinggi
tabel berikut ini. Tabel 6. Kategori Perilaku Kenakalan Remaja Perilaku Kenalakan Remaja
adalah 4, sehingga dapat diketahui skor
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
terendah ideal yaitu 33x1= 33 dan skor
X≤58
Sangat rendah
77
60,63
58<X≤74
Rendah
47
37,01
74<X≤91
Sedang
3
2,36
91<X≤107
Tinggi
0
0
X>107
Sangat tinggi
0
0
Total
Total
127
100
tertinggi ideal yaitu 33x4= 132. Perilaku kenakalan remaja N
Valid
127
Missing
0
Mean
54,307
Median
52,000
Mode
42,00a
Std. Deviation
10,668
Minimum
33,00
Maximum
84,00
Sum
6897,00
Berdasarkan tabel diatas, dari 127 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta terdapat
sebanyak
77
siswa
(60,63%)
Berdasarkan data pada tabel 4 di atas,
memiliki perilaku kenakalan remaja dalam
dapat diketahui skor tertinggi ideal untuk
kategori sangat rendah, 47 siswa (37,01%)
skala perilaku kenakalan remaja sebesar 84
dalam kategori rendah, 3 siswa (2,36%)
dan skor terendah sebesar 33. Skor rata-rata
dalam kategori sedang, 0 siswa (0%) dalam
perilaku kenakalan remaja sebesar 54,307,
kategori tinggi dan 0 siswa (0%) dalam
sedangkan
kategori sangat tinggi. Dari hasil yang
10,668.
standar
deviasinya
sebesar
diperoleh dapat disimpulkan bahwa rata-rata perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 9
X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
remaja
dikatakan
normal.
dalam kategori sangat rendah dengan skor
dikatakan
yang mencapai 54, 3071. Sebaran data pada
signifikansinya ≥ 0,05. Data kontrol diri
masing-masing kategori disajikan dalam
menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar
grafik, pada gambar dibawah ini:
0,287 sehingga data berdistribusi normal,
normal
Data
apabila
dapat
nilai
p
sedangkan data perilaku kenakalan remaja
Kenalakan Remaja
menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar
100 50 0
0,260 sehingga data juga berdistribusi normal.
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi
Berdasarkan nilai Kolmogorov-Smirnov
Kontrol Diri
Z, data dapat dikatakan normal apabila nilai Zhitung ≤ Ztabel (Ztabel = 1,960). Data kontrol
Hasil Penelitian Penelitian
diri menunjukkan nilai Zhitung sebesar 0,984
ini
merupakan
penelitian
korelasi yaitu penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji prasyarat yang dilakukan sebelum uji hipotesis yaitu uji normalitas dan uji linearitas.
Zhitung sebesar 1,009 sehingga data juga normal. Uji linearitas
pelaksanaannya
normalitas
menggunakan
perilaku kenakalan remaja menunjukkan
Untuk melakukan uji linearitas dalam
Uji normalitas Uji
sehingga data normal, sedangkan data
uji
pada
penelitian
Kolmogrov
ini
smirnov
melalui program SPSS for Windows 19.00. Hasil uji normalitas diuraikan pada tabel 7 berikut:
menggunakan
analisis
varians melalui program SPSS for Windows 19.00. Variabel
F
Sig.
Keterangan
34,386
,000
Linear
Kontrol diri (X) Perilaku kenakalan remaja (Y)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol diri
Perilaku kenakalan remaja
Kolmogorov-Smirnov Z
,984
1,009
Asymp. Sig. (2-tailed)
,287
,260
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat disimpulkan
bahwa
hubungan
antara
variabel kontrol diri dan perilaku kenakalan
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat
remaja memiliki hubungan yang linaer. Data
disimpulkan bahwa sebaran data antara
dikatakan linear apabila nilai siginifikansi p
variabel kontrol diri dan perilaku kenakalan
≤ 0,05. Penentuan linear atau tidaknya data
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
juga
dapat
disimpulkan
dengan
Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui
membandingkan Fhitung dan Ftabel. Jika nilai
koefisien korelasi antara kontrol diri dan
Fhitung ˃ Ftabel (Ftabel = 3,90) maka data
perilaku kenakalan remaja sebesar -,0464.
dikatakan linear, hasil dari data diatas
Dengan demikian hipotesis diterima, yaitu
menunjukkan bahwa Fhitung yaitu 34,386
ada hubungan negatif antara kontrol diri
sehingga dapat disipulkan bahwa data linear.
dengan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7
Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran dari jawaban sementara tersebut agar diperoleh kesimpulan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan negatif antara
kontrol
diri
dengan
perilaku
kenakalan remaja pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta” kemudian hipotesis ini disebut sebagai hipotesis alternatif atau (Ha), sedangkan hipotesis nihil (Ho) pada penelitian ini adalah “tidak ada hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta”. Hasil korelasi dari variabel kontrol diri dan perilaku kenakalan remaja sebagai berikut.
diri
1
-,464
,000 127
127
-,464
1
kenakala Correlation n remaja Sig. (2-tailed) N
besarnya
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Adanya hubungan
negatif
berarti
menunjukkan
bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah perilaku kenakalan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku kenakalan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
diri
pada
siswa
kelas
X
SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta yaitu 0 siswa
Sig. (2-tailed)
Perilaku Pearson
tersebut,
Berdasarkan hasil kategorisasi, kontrol
Correlation
N
korelasi
koefisien korelasi bertanda negatif, sehingga
kenakalan remaja
Kontrol Pearson
koefisien
Pembahasan
Perilaku Kontrol diri
Yogyakarta. Berdasarkan hasil perhitungan
(0 %) memiliki kontrol diri dalam kategori sangat rendah, 1 siswa (0,79%)
dalam
kategori rendah, 17 siswa (13,39%) dalam ,000 127
127
kategori sedang, 83 siswa (65,35%) dalam kategori tinggi dan 26 siswa (20,47%) dalam
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 11
kategori sangat tinggi. Nilai rata-rata kontrol
dalam kategori rendah, 3 siswa (2,36%)
diri siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7
dalam kategori sedang, 0 siswa (0%) dalam
Yogyakarta yaitu 57,708 yang berada pada
kategori tinggi dan 0 siswa (0%) dalam
kategori tinggi.
kategori
Messina
Messina
(Singgih
tinggi.
Nilai
rata-rata
D.
perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas
Gunarsa, 2006: 251) menyatakan bahwa
X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta yaitu
kontrol diri adalah seperangkat tingkah laku
54,307 yang berada pada kategori sangat
yang berfokus pada keberhasilan mengubah
rendah. Tingkat perilaku kenakalan remaja
diri
yang
pribadi,
&
sangat
keberhasilan
menangkal
sangat
rendah
ini
kemungkinan
pengrusakan diri (self destruction), perasaan
dikarenakan tingkat kontrol diri siswa yang
mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri
berada pada kategori tinggi.
(autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain,
kebebasan
menentukan
tujuan,
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Santrock (2003: 523) yang mengungkapkan
kemampuan untuk memisahkan perasaan
bahwa
dan pikiran rasional, serta seperangkat
kegagalan remaja untuk mengembangkan
tingkah laku yang berfokus pada tanggung
kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah
jawab atas diri pribadi. Hal ini berarti bahwa
laku. Remaja telah mempelajari perbedaan
siswa kelas X SMA Muhammadiyah dapat
antara tingkah laku yang dapat diterima dan
dikatakan memiliki kemampuan yang tinggi
tingkah laku yang tidak dapat diterima tetapi
dalam mengendalikan dirinya dari dorongan
remaja yang melakukan kenakalan Remaja
yang berasal pada diri sendiri maupun orang
telah mempelajari perbedaan antara tingkah
lain, kemampuan mengelola tingkah lakunya
laku yang dapat diterima dan tingkah laku
sehingga dapat mengarah pada perilaku
yang tidak dapat diterima, namun remaja
yang positif dan mampu bertanggung jawab
yang
atas dirinya sendiri.
mengembangkan kontrol diri yang cukup
Hasil kategorisasi perilaku kenakalan remaja
pada
siswa
merupakan
kenakalan
gagal
untuk membimbing dan membatasi setiap perilakunya. Remaja yang memiliki kontrol
Muhammadiyah 7 Yogyakarta menunjukkan
diri yang cukup akan dapat membatasi diri
bahwa
(60,63%)
terhadap hal-hal yang dapat merugikan
memiliki perilaku kenakalan remaja dalam
dirinya sendiri maupun orang lain sehingga
kategori sangat rendah, 47 siswa (37,01%)
remaja dapat menghindarkan diri dari
77
siswa
X
melakukan
remaja
SMA
sebanyak
kelas
kenakalan
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
perilaku
yang
melanggar
norma-norma
sosial atau perilaku kenakalan remaja.
mempengaruhi perilaku kenakalan remaja. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi
Berdasarkan hasil analisis korelasi data
sebesar 0,464 sehingga dapat diperoleh hasil
yang telah dipaparkan di atas menunjukkan
koefisien determinasi ((R square= (0,464)2)
nilai koefisien korelasi -0,464 dengan nilai
dalam penelitian ini, dimana diperoleh nilai
signifikansi
(p)=0,000
dapat
sebesar 0,215. Berdasarkan nilai tersebut,
disimpulkan
bahwa
hubungan
dapat diartikan bahwa variabel kontrol diri
(p≤0.05)
terdapat
negatif antara kontrol diri dengan perilaku
memberikan
kenakalan remaja pada siswa kelas X di
kenakalan remaja sebesar 21,5% sedangkan
SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
78,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Nilai
koefisien
pada
perilaku
negatif
Hasil penelitian ini mendukung pendapat
menunjukkan arah kedua variabel yang
menurut Berk (dalam Singgih D. Gunarsa,
negatif, yaitu semakin tinggi kontrol diri
2006: 251) yang mengungkapkan bahwa
maka semakin rendah perilaku kenakalan
kontrol diri adalah kemampuan individu
remaja
SMA
untuk menahan keinginan atau dorongan
Muhammadiyah 7 Yogyakarta, sebaliknya
sesaat yang bertentangan dengan tingkah
semakin rendah kontrol diri maka semakin
laku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
tinggi perilaku kenakalan remaja pada siswa
Dengan memiliki kontrol diri maka dapat
kelas
disimpulkan remaja akan dapat bertingkah
pada
X
korelasi
kontribusi
siswa
SMA
kelas
X
Muhammadiyah
7
Yogyakarta.
laku sesuai dengan norma sosial yang
Hasil analisis korelasi ini sesuai dengan
berlaku.
hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu
Singgih D. Gunarsa (2006: 266) juga
terdapat hubungan negatif antara kontrol diri
mengungkapkan bahwa dengan memiliki
dengan perilaku kenakalan remaja pada
kontrol diri maka remaja akan mampu
siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 7
mengendalikan dan tingkah laku yang
Yogyakarta
bersifat menyakiti dan merugikan orang lain
sehingga
hipotesis
yang
diajukan dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan
hasil
analisis
atau mampu mengendalikan serta menahan dalam
tingkah laku yang bertentangan dengan
penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa
norma-norma sosial yang berlaku. Individu
kontrol diri merupakan salah satu faktor atau
yang memiliki kontrol diri yang baik akan
bukan satu-satunya faktor mutlak yang dapat
mampu mengendalikan dorongan-dorangan
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 13
yang ada dalam dirinya, sehingga dapat
dalam kategori sangat rendah dengan
menghindarkan diri dari perilaku-perilaku
nilai rata-rata 54,307.
yang
negatif
mengurangi
sehingga
akan
kecenderungan
mampu
3. Ada hubungan negatif antara kontrol diri
melakukan
dengan perilaku kenakalan remaja yang
perilaku kenakalan.
ditunjukkan
dengan
nilai
koefisien
Hasil penelitian ini juga mendukung
korelasi -0,464 dan p=0,000. Hasil
pendapat Santrock (2003: 523) Kenakalan
tersebut menunjukkan bahwa semakin
remaja juga dapat digambarkan sebagai
tinggi tingkat kontrol diri, maka akan
kegagalan untuk mengembangkan kontrol
semakin
diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
kenakalan remaja pada siswa kelas X
Kurangnya pengendalian terhadap dirinya
SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
akan menyebabkan remaja tidak memiliki
Sebaliknya, semakin rendah tingkat
batasan-batasan diri terhadap pengaruh dari
kontrol diri, maka akan semakin tinggi
lingkungan yang negatif, sehingga remaja
tingkat perilaku kenakalan remaja pada
dapat terjerumus pada perilaku kenakalan.
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7
rendah
tingkat
perilaku
Yogyakarta. Berdasarkan nilai koefisien SIMPULAN DAN SARAN
korelasi sebesar 0,464 dapat diketahui
Simpulan
nilai koefisien determinasi ((R square=
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
0,215. Berdasarkan nilai tersebut, dapat
1. Berdasarkan hasil kategorisasi interval kontrol diri menunjukkan bahwa tingkat kontrol diri pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta berada dalam kategori tinggi dengan nilai ratarata 57,708.
perilaku kenakalan remaja menunjukkan bahwa tingkat perilaku kenakalan remaja siswa
diartikan bahwa variabel kontrol diri memberikan
pengaruh
perilaku
kenakalan
remaja
sebesar
21,5%
sedangkan
78,5%
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor lain. Saran
2. Berdasarkan hasil kategorisasi interval
pada
(0,464)2) dalam penelitian ini yaitu
kelas
X
SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta berada
Berdasarkan kesimpulan diuraikan
sebelumnya,
yang telah
maka
peneliti
mengajukan saran untuk peneliti selanjutnya yaitu:
14 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
1. Bagi orang tua
b. Memberikan fasilitas dalam rangka
a. Memberikan pengawasan pada setiap kebiasaan-kebiasaan
remaja
meminimalisir terjadinya kenakalan
yang
remaja
dengan
mengaktifkan
dapat memicu kenakalan remaja
kegiatan ekstrakurikuler baik pada
seperti
bidang
menonton
tayangan
kekerasan, bergaul dengan teman sebaya dan lingkungan sekitar yang dapat memberikan dampak negatif. b. Memberikan
arahan
maupun
non
akademis. 3. Bagi siswa a. Siswa lebih selektif dalam memilih
anak
lingkungan pergaulan dengan teman
remajanya agar berpartisipasi pada
sebayanya. Dengan siswa berada di
kegiatan-kegiatan yang positif baik
lingkungan yang positif maka siswa
kegiatan di sekolah maupun di
dapat
masyarakat sehingga remaja dapat
pengaruh-pengaruh
mengarahkan
dapat
setiap
pada
akademis
perilakunya
pada perilaku yang positif dan tidak terlibat perilaku yang menjurus pada
menghindar
dari
adanya
negatif
mempengaruhi
yang
perilakunya
pada perilaku yang negatif. b. Siswa dapat mengikuti kegiatan-
perilaku kenakalan remaja.
kegiatan positif baik di lingkungan
2. Bagi guru BK
sekolah maupun luar sekolah dalam
a. Memberikan pendampingan terhadap
mengembangkan bakat yang dimiliki
siswanya baik yang terlibat perilaku
sehingga
kenakalan remaja maupun dalam
perilaku-perilaku yang negatif.
rangka pencegahan agar siswa tidak
dapat
terhindar
pada
4. Bagi peneliti selanjutnya
terlibat perilaku kenakalan dengan
Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
mengoptimalkan
meneliti
layanan-layanan
perilaku
kenakalan
remaja
klasikal dan informasi mengenai
diharapkan memperhatikan faktor-faktor
pergaulan yang sehat pada remaja,
lain
dampak-dampak
perilaku
timbulnya perilaku kenakalan remaja.
kenakalan remaja. Guru BK juga
Peneliti juga dapat menggali informasi
dapat memberikan layanan informasi
yang lebih dalam mengenai perilaku
pada orang tua mengenai penyebab-
kenakalan remaja dengan wawancara,
penyebab perilaku kenakalan remaja.
observasi, dan dokumentasi.
dari
yang
dapat
melatarbelakangi
Hubungan antara Kontrol...(Fitrianingrum Munawaroh) 15
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Tahun Ini 20 Pelajar Indonesia Tewas karena Tawuran. Diakses dari: http://www.tribunnews.com/nasional /2013/12/21/tahun-ini-20-pelajarindonesia-tewas-karena-tawuran. Diunduh pada tanggal 22 Mei 2014 pukul 13.05. Anonim. (2014). 22 Persen Pengguna Narkoba Kalangan Pelajar. Diakses dari: http://harianterbit.com/read/2014/09/ 13/8219/29/18/22-Persen-PenggunaNarkoba-Kalangan-Pelajar. Diakses pada tanggal 17 november 2014, pukul 14.30. Dian Mulyasari. (2010). Kenakalan Remaja Ditinjau dari Persepsi Remaja terhadap Keharmonisan keluarga dan Konformitas Teman Sebaya (Studi Korelasi pada Siswa SMAUtama 2 Bandar Lampung. Skripsi. Solo: Universitas Sebelas Maret. Danang Prabowo.(2014). Pelajar di Yogyakarta Tawuran, Belasan Siswa Ditangkap. Diakses dari: http://daerah.sindonews.com/read/89 2867/22/pelajar-di-yogyakartatawuran-belasan-siswa-ditangkap. Pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 08.45. Elly M. Setiadi & Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial : teori, aplikasi, dan pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Gross,
James., J. (2002). Emotion Regulation: Affective, Cognitive, and Social Consequences. Society for
Psychophysiological Research (nomor 39). Hlm 281-291. Kostiuk, Lynne., M. & Fouts, Gregory., T. (2002). Understanding of Emotion and Emotion Regulation in Adolescent Females with Conduct Problems: A Qualitative Analysis. Diakses dari: http://www.nova.edu/ssss/QR/QR71/kostiuk.html. Pada tanggal 27 Mei 2015, pukul 13.00. M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. (2014). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nila Anggreiny. (2014). Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk meningkatkan regulasi emosi pada remaja korban kekerasan seksual. Thesis. Diterbitkan. Universitas Sumatera Utara. Papalia, E. Diane & Feldman, Ruth. Duskin. (2014). Menyelami perkembangan Manusia. (Alih Bahasa: Fitriana Wuri Herarti). Jakarta: Salemba Humanika. Putri Mashita Asri. (2014). Hubungan intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi, regulasi emosi dan kelekatan aman terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Thesis. Tidak Diterbitkan. Universitas Gajah Mada. Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. (Alih bahasa: Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.
16 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 8 Tahun ke 4 2015
Singgih D. Gunarsa. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia. Syamsu Yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ulfah
Maria. (2007). Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri tehadap kecenderungan kenakalan remaja. Thesis. Tidak Diterbitkan. Pasca sarjana UGM.
Wanda Indana. (2014). Audi Tewas karena Perkelahian, Disdik Haramkan Geng Sekolah. Diakses dari: http://news.metrotvnews.com /read /2014 /11 /15 /319169/audi-tewaskarena-perkelahian-disdikharamkan-geng-sekolah. pada 17 November 2014 pukul 14:07.