PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO PROFITABILITAS (ROE) DAN RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)
Oleh: RIKA MUDRIKAH 1110046100021
Prodi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H/ 2015 M
PENGARUH LINKAGE PROGRAM TERHADAP RASIO PROFITABILITAS (ROE) DAN RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI
Oleh: Rika Mudrikah ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Pembiayaan mikro yang diberikan Bank Syariah Mandiri melalui Linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas yang diukur dengan analisis Return on Assets (ROE) dan Rasio Kecukupan Modal yang diukur dengan analisis Capital Adequacy Ratio (CAR). Dalam penulisan skripsi ini menggunakan data primer, penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer dengan cara interview dan pengambilan data langsung kepada pihak Bank Mandiri Syariah. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui korelasi dan pengaruh antara variabel bebas (Linkage Program) dan variabel terikat (ROE dan CAR). Dan Berdasarkan hasil pengelolahan data menunjukan bahwa pembiayaan pada Linkage program mempunyai berpengaruh positif dan signifikan baik terhadap Rasio Profitabilitas (ROE) maupun terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR).
Kata Kunci: Linkage Program, Rasio Profitabilitas (ROE), Rasio Kecukupan Modal (CAR).
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi rabbi al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT, Zat yang maha pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan segala nikmat dan anugrah, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Linkage Program Terhadap Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) Pada Bank Syariah Mandiri” ini dapat terselesaikan. Selawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini dapat penulis selesaikan penyusunannya berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan ini, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta ungkapan terimakasih sebesarbesarnya kepada: 1. Ayahhanda tercinta Bapak H. Mustopa dan ibunda HJ. Markasih yang telah memberikan dukungan baik secara moril, materil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag. selaku ketua prodi studi Muamalat dan Bapak Mu’min Rauf, M.Ag. selaku sekertaris prodi studi Muamalat.
vi
4. Dr. Nurhasanah, M.Ag. sebagai dosen pembimbing I dan Ahmad Chairul Hadi, MA. Sebagai dosen pembimbing II yang telah berjasa meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 5. Dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberi pengetahuan dan bantuan kepada penulis. 6. Kakakku tersayang, Nur’Afifah yang juga terus memberiakan motivasi dan dukungan baik moril dan materil serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan dan doa. 8. Bapak D. Hartanto, Selaku pelaksana marketing mikro. Eka, selaku Staff linkage program dan seluruh pihat PT. Bank Mandiri Syariah yang telah bersedia membantu dalam penelitian skripsi ini. 9. Petugas pengawas perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, petugas pengawas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu peneliti dalam memberikan fasilitas penyediaan literatur untuk penulisan skripsi ini. 10. Untuk teman-teman seperjuangan di kelas PS B, angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 11. Henita Sahany yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis. 12. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan sehingga selesainya penulisan skripsi ini. vii
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis diterima oleh Allah SWT dan memberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Aamiin.
Jakarta, 5 Mei 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………….……..i SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………...………...ii SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN…………………...…………………iii SURAT PERNYATAAN…………………………………………………………..iv ABSTRAK…………………………………………………………………………..v KATA PENGANTAR…………………………………………………………….viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1 B. Identifikasi Masalah……………………………………………....8 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………….10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….11 E. Review Studi Terdahulu…………………………………….…..12 F. Sistematika Penulisan…………………………………………..16
BAB II
LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep Pembiayaan Syariah……………………......19 1. Pengertian Pembiayaan Syariah……………………….19
ix
2. Fungsi Pembiayaan Syariah…………………………..22 3. Tujuan Pembiayaan Syariah………………………......22 4. Jenis dan Produk Pembiayaan Syariah………………..24 B. Teori dan Konsep Linkage Program………….………………..29 1. Pengertian Linkage Program…………………………...29 2. Model Linkage Program……………………………….32 3. Manfaat Linkage Program……………………………..34 4. Kode etik dalam Linkage Program……………………36 5. Generic model Linkage Program………………………48 6. Kebijakan Terkait Linkage program……………….…..40
C. Teori Rasio Profitabilitas dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) Perbankan Syariah 1. Rasio Profitabilitas……………………………………..42 2. Rasio kecukupan Modal (CAR)………………………..44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………..49 B. Jenis Penelitian………………………………………………...49 C. Objek Penelitian……………………………………………….50 D. Variabel Penelitian…………………………………………….50 E. Jenis Data dan Sumber Data…………………………………..51 x
F. Metode pengumpulan Data……………………………………52 G. Metode Analisis Data………………………………………….53 H. Hipotesis…………………………………………………….....55 I. Uji Statistik……………………………………………..………57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum objek penelitian (PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk)……………………………………………………………..60 B. Laporan Perkembangan Pembiayaan BSM……………………..70 C. Analisis Rasio – Rasio (ROE dan CAR)………………………..73 D. Analisis Data……………………………………………………77 1. Analisis
Pengaruh
Linkage
Program
terhadap
Rasio
Profitabilitas (ROE)………………………………….……..78 2. Analisis
Pengaruh
Linkage
Program
terhadap
Rasio
Kecukupan (CAR)………………………………………... 82 E.
BAB V
Interpretasi Data…………………………………………….… 85
PENUTUP Kesimpulan………………………………………………………..87 Saran………………………………………………………………88
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……90 xi
LAMPIRAN – LAMPIRAN……………………………………………….…… 98
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut. Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Hal tersebut karena usaha mikro, kecil dan menengah merupakan sektor terbesar pelaku usaha yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia. Kehadiran pembiayaan mikro sangat dibutuhkan oleh masyarakat kalangan bawah khususnya, karena terdapat beberapa masalah yang di hadapi oleh para pengusaha mikro dalam mengembangkan usahanya, yaitu kurangnya akses terhadap permodalan, kemitraan, serta peluang usaha. Permasalahan tersebut dapat menghambat tumbuh dan berkembangnya usaha mikro. Masalah permodalan, baik keterbatasan kepemilikan modal maupun kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan, sampai saat ini masih merupakan
kendala
bagi
Usaha
Mikro
dalam
menjalankan
dan
mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi kendala di bidang pembiayaan
1
tersebut, maka perlu dilakukan upaya peningkatkan dan perluasan akses kepada sumber-sumber pembiayaan, dengan mensinerjikan lembaga keuangan bank termasuk bank umum.1 Peran Bank sebagai lembaga intermediasi yang merupakan jembatan yang menemukan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana harus dijalankan dengan baik dan maksimal oleh perbankan.2 Karna bila fungsi intermediasi baik dan maksimal maka akses sektor rill terhadap pemodalan/pendanaan maka hal ini berimplikasi pada perkembangan sektor rill UMKM kearah yang lebih baik, namun sebaliknya bila fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan dengan baik dan maksimal maka akses terhadap pemodalan tidak dapat dipenuhi, dan hal ini akan berimplikasi pada terhambatnya perkembangan pada sektor rill UMKM. Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia yang berfungsi yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan secara luas.3 maka Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan memperluas penyaluran pembiayaan, Bank Indonesia membuat sebuah program kerjasama antara Perbankan Umum dengan BPR dan Lembaga
1
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, (Jakarta: Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia, 2009) 2 Ismail A. Manajemen Perbankan, (Jakarta: Kenana Prenada Media Group, 2010), h.3 3 Kasmir, Bank, dan lembaga keuangan lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012) h.167
2
Keuangan Mikro (LKM) untuk penyaluran pembiayaan pada sektor UMKM yang dinamakan Linkage Program. Linkage Program adalah kerjasama yang dilakukan oleh Bank umum kepada Lembaga Keuangan Mikro dalam bentuk kerjasama penyaluran pembiayaan sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan usaha mikro dan kecil.4 Linkage program juga sebagai program kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta kredit usaha rakyat (KUR) dengan koperasi.5 Linkage program ini diluncurkan sejak tahun 2002 merupakan kerjasama antara bank umum dan lembaga keuangan mikro, akan tetapi pada waktu itu belum dan terorganisasi dengan benar baik secara konsep dan mekanisme.6 Linkage program mulai terorganisasi rapih ketika Bank Indonesia (BI) meluncurkan arstitektur perbankan indonesia (API) pada tahun 2014 dan linkage menjadi salah satu progam dalam pilar satu API. Salah satu yang membangkitkan linkage program adalah dikeluarkannya peraturan Generic Model Linkage Program. Sejak itulah aturan-aturan linkage program menjadi jelas, seperti adanya persyaratan minimum BPR peserta linkage, munculnya tiga skim Penerapan linkage progam yaitu executing, channeling dan joint financing serta kode etik peserta likage.
4 Euis Amalia, Keadilan Deskriptif dalam Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 307 5 Peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No. 03/Per/M.KUKM/III/2009:Pedoman umum linkage program dengan koperasi. h.2 6 Bank Indonesia, “Lampiran Siaran Pers No.11/11/PSHM/Humas, 2009” artikel diakses pada tanggal 24 maret 2014 dari http://www.bi.go.id/web/id/ruang+media/siaranpers/sp_1111109.html
3
Sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan
syariah, maka bank
syariah juga harus meningkatkan pembiayaan mikro. Dan Pada prinsipnya masing-masing bank memiliki cara dan strategi tersendiri dalam kegiatan usaha penyaluran kreditnya, salah satu strategi yang dapat dilakukan perbankan syariah untuk meningkatkan pembiayaan untuk mikro adalah melakukan Linkage Program. Antara Bank syariah dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah seperti BMT memiliki gerak bisnis sangat penting dalam kegiatan pendanaan untuk usaha mikro. Kekuatan dana dan permodalan Bank syariah sangat dibutuhkan oleh lembaga Keuangan Syariah yang lebih kecil. untuk ekspansi pembiayaannya. Sementara itu, jumlah unit, lokasi dan segmen pasar lembaga Keuangan Mikro merupakan hal yang menarik bagi Bank syariah untuk dijadikan sebagai garda depan dalam memasuki sektor pembiayaan mikro tanpa harus membentuk unit bisnis mikro sendiri. Linkage Program ini akan mendorong perbankan untuk lebih efisien dimana perbankan tidak harus menyediakan sumberdaya bagi pemasaran maupun aspek fungsional lainnya. keuntungan lainnya yang didapatkan adalah ketidakharusan pihak perbankan dalam menghadapi risiko yang diakibatkan oleh kredit macet karena ini adalah tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu bank syariah dan perusahaan mitra. Dan Penyaluran kredit juga lebih cepat. Dengan Pembiayaan yang menggunakan skema linkage ini, Bank syariah yang lebih besar menyalurkan pembiayaan Mikro-nya melalui 4
lembaga keuangan syariah yang lebih kecil, seperti BMT Hal ini dilakukan karena memang jangkauan operasional Bank syariah besar belum bisa mencapai pelosok-pelosok desa yang menjadi sentral usaha kecil. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan Lembaga Keuangan Mikro yang secara oprasional mampu untuk menyentuh langsung para pelaku usaha yang berada di pelosok desa. Selain itu BMT juga mampu melakukan pendampingan, dorongan hingga pembelajaran bagi para pelaku usaha, sehingga dengan begitu kegagalan para pelaku usaha bisa ditekan seminimal mungkin. Proses pendampingan ini yang jarang bahkan tidak dilakukan oleh lembaga bank konvensional. Oleh karena itu, mengingat betapa pentingnya peran Bank syariah dan BMT bagi kesuksesan dan keberlanjutan Usaha Mikro maka sudah seharusnya kedua lembaga ini bersinergi bersama dalam menyukseskan para pelaku usaha Mikro khususnya UMKM. Bank Syariah Mandiri yang dikenal proaktif terhadap UMKM dan menjadi salah satu Bank Umum Syariah yang menerapkan Linkage program ini. Direktur BSM Hanawijaya mengatakan: sebagai Bank Syariah, BSM berusaha menjalankan nilai-nilai syariah yang salah satunya adalah dengan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan dan masyarakat. Kenyataan mayoritas usaha ditanah air adalah usaha mikro dan kecil, maka perseroan menetapkan untuk masuk ke segmen ini.7
7
Infobanknews, “Headline Perbankan shariah insight” artikel diakses pada 31 agustus 2014 dari http://www.infobanknews.com/2013/04/bsm-patok-porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/
5
Ia menambahkan, untuk penyaluaran pembiayaan pihaknya menjalin kerjasama Linkage dengan berbagai pihak, seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) dan BPRS. Sejumlah bank syariah Termasuk Bank Syariah Mandiri memperbesar portofolio pembiayaan ke sektor mikro. Segmentasi pasar ke sektor mikro dinilai memiliki potensi nasabah yang besar. Dan Bank Syariah Mandiri (BSM) meningkatkan pembiayaan ke usaha mikro kecil menengah (UMKM) lebih dari 73 persen di tahun 2012. “Selama ini, BSM ingin fokus ke UMKM. Itu akan jadi lahan kita di 2012.” ujar Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Yuslam Fauzi.8 Bank Syariah Mandiri (BSM) pada tahun 2013 menyalurkan kredit usaha rakyat sebesar Rp 1,5 triliun. Angka ini naik 2 kali lipat dibanding tahun 2012, yang sebesar Rp 750 miliar. Di Bank Syariah Mandiri, kredit UMKM menguasai 18% dari keseluruhan aset nasional. Kebutuhan pembiayaan UMKM kira-kira mencapai Rp 506 triliun. Maka tak heran banyak bank-bank besar mulai turun ke kredit mikro. 9 Sejak diluncurkan oktober 2007 sampai 2013, bank Syariah mandiri telah menyalurkan KUR sebesar 12,6 triliun untuk 250.032 debitur dengan rata-rata kredit Rp. 50,4 juta per debitur, akan tetapi rasio pembiayaan bermasalah (NPL) pada tahun 2013 yang meningkat menjadi 4,3%. Sunarso 8
Ibid, h.2 Liputan6 “Siapa Minat, Bank Syariah Mandiri Salurkan KUR Rp 1,5 Triliun” artikel diakses 23 july 2014 dari http://bisnis.liputan6.com/read/511502/siapa-minat-bank-syariah-mandiri-salurkankur-rp-15-triliun 9
6
mengatakan ini disebabkan ketidaklancaran penyaluran Linkage, bank mandiri memiliki dua pola penyaluran KUR yakni pola linkage dan pola individual. pada kuartal II-2013, ada kenaikan BI-rate maka penyaluran pembiayaan ke Linkage tidak selancar semula. Dan untuk memenuhi target maka penyaluaran pembiayaan mikro bayak lewat pola individu. Padahal penyaluran pembiayaan melalui linkage lebih baik kualitasnya karna NPL rendah, sedangkan penyaluran pembiayaan melalui individu lebih tinggi risiko pembiayaan bermasalahnya. Dan Untuk kedepannya Bank Syariah Mandiri optimistis dapat meningkatkan penyaluran melalui Linkage, salah satunya dengan meningkatkan hubungan dengan nasabah grosir dan korporasi, serta meningkatnya hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan Mikro di Indonesia.10 Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri serius menjalankan linkage program ini, dan Kerjasama tersebut dalam rangka mempermudah Bank syariah Mandiri untuk menyalurkan dana ke sektor mikro melalui lembaga keuangan mikro. Berdasarkan hal-hal tersebutkan maka penulis tertarik untuk meneliti penyaluran pembiayaan mikro melalui program ini. Oleh sebab itu, penulisan memilih judul:
10
Republika “Bank kejar target penyaluran KUR” artikel diakses pada tanggal 31 agustus dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/11/22/bank-kejar-target-penyaluran-kur
7
“Analisis
Pengaruh
Linkage
Program
Terhadap
Rasio
Profitabilitas (ROE) dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) Pada Bank Syariah Mandiri”
B. Identifikasi Masalah Memperoleh laba (profit) merupakan tujuan utama berdirinya suatu lembaga keuangan baik bank ataupun lembaga keuangan yang lainnya. Laba yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, tetapi juga digunakan untuk ekspansi dimasa yang akan datang seperti pendirian kantor cabang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu lembaga keuangan terus-menerus memperoleh laba, maka ini berarti kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan terjamin. Karena aktifitas terbesar bank syariah adalah pada bidang pembiayaan, maka dari aktifitas ini akan menentukan besarnya laba yang akan diperoleh dalam suatu periode. oleh karena itu pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan sebaikbaiknya karena pembiayaan merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari bank syariah. Jadi semakin banyak pembiayaan yang disalurkan maka tingkat laba (profit) bank syariah akan semakin tinggi. Dan Linkage program hadir membawa angin segar bagi perbankan syariah untuk dapat memperluas dan meningkatkan penyaluran pembiayaan. Karna
Linkage program ini
adalah program pembiayaan yang bersifat kemitraan, pembiayaan disalurkan
8
lewat perusahaan mitra seperti Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sehingga dengan adanya linkage program bank syariah dapat menjangkau para pelaku usaha mikro dan dapat memperluas jaringan dalam penyaluran pembiayaan. Akan tetapi pembiayaan juga tidak terlepas dari risiko pembiayaan. Oleh karna itu Rasio kecukupan modal (CAR) merupakan hal penting dalam perbankan, terutama perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil. Karna kecukupan modal berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank syariah tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Dengan kehadiran linkage program diharapkan dapat mengurangi risiko pembiayaan karna keuntungan lainnya dari linkage program adalah perbankan syariah tidak harus menaggung semua risiko/kerugian karna ini adalah tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu antara Perbankan syariah dan BPRS/LKMS.
9
C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah . Berdasarkan dengan uraian diatas, untuk membatasi masalah – masalah yang akan diteliti sehingga lebih terarah dan jelas, maka skripsi ini akan mengkhususkan perhatian kepada hal-hal berikut ini: a. Dana Linkage program dibatasi oleh dana yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri kepada Lembaga Keuangan Mikro
Syariah,
Lembaga
Keuangan
Bukan
Bank,
Kemitraan yang berupa kerja sama penyaluran akses fasilitas pembiayaan mikro melalui Linkage program. b. Rasio Profitabilitas dibatasi pada Return on Equity (ROE) c. Rasio Kecukupan Modal dibatasi oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). d. Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk kantor pusat yang beralamat di Jl. M. H Thamrin No.5, Jakarta Pusat.
2. Perumusan Masalah Berdasarkan
identifikasi
masalah
tersebut,
skripsi
ini
diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan, adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
10
a. Apakah dengan penerapan Linkage Program berpengaruh terhadap tingkat Rasio Profitabilitas (ROE)? b. Apakah Linkage Program berpengaruh terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR)? c. Mana diantara ROE dan CAR yang lebih dipengaruhi Linkage Program?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk beberapa tujuan sebagai berikut: 1) Menganalisis dan mengukur apakah pembiayaan mikro melalui linkage
program
berpengaruh
terhadap
tingkat
rasio
profitabilitas. 2) Menganalisis bagaimana pengaruh pembiayaan mikro melalui linkage program terhadap Rasio Kecukupan modal (CAR). 3) Mengetahui diantara ROE dan CAR mana yang lebih dipengaruhi Linkage Program. 2. Manfaat Penelitian Dalam Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah:
11
1) Manfaat Bagi pihak penulis. penelitian ini dapat memberikan pengetahuan langsung mengenai penyaluran pembiayaan mikro
melalui
linkage
program
dan
bagaimana
perkembangannya pada saat ini.. 2) Manfaat Bagi Perbankan. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian pembiayaan mikro yang tepat. dan akan bermanfaat untuk meningkatkan peran intermediasi bank, khususnya dalam menyediakan pembiayaan bagi masyarakat usaha mikro 3) Bagi kalangan masyarakat sektor usaha mikro, penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai prospek perkembangan pembiayaan mikro dari perbankan. 4) Bagi kalangan instansi Pemerintah, penelitian ini akan bermanfaat
dalam
memberikan
informasi
mengenai
perkembangan pembiayaan mikro dari bank umum. Dengan demikian putusan kebijakan dan peraturan yang diambil diharapkan dapat mendukung penyaluran dan kemudahan akses pembiayaan bank oleh masyarakat usaha mikro dalam menjalankan kegiatan usahanya. 5) Manfaat bagi pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi atau masukan dalam pemberian pembiayaan mikro melalui linkage program. 12
E. Review Study Terdahulu Tabel 1.1. Perbandingan Studi Terdahulu
N
Judul
Objek
Keterangan
Perbedaan
o 1
Skripsi Ahmad Al-
Bank
skripsi ini
Skripsi ini tentunya
gazali tahun 2013
Muamalat
menganalisis
berbeda dengan
jurusan Muamalat
Indonesia
tingkat kompotitif
skripsi yang akan di
Konsentrasi
masing-masing
bahas penulis karna,
Perbankan Syariah
pola linkage
penulis akan meneliti
Fakultas Syariah dan
program dari segi
seberapa besar
Hukum Universitas
risiko,profit dan
pembiayaan mikro
Islam Syarif
dari segi
melalui linkage
Hidayatullah Jakarta
pembiayaan. Juga
program
yang berjudul
menjelaskan pada
mempengaruhi
“Tingkat
setiap pola-pola
tingkat rasio
Kompotitif Pola-
yang dijalankan
profitabilitas dan
Pola Linkage
pada Bank
rasio kecukupan
Program Pada
Muamalat
modal (CAR) di
Bank Syariah”
Indonesia, dimana
Bank Syariah
setiap pola yang
Mandiri. .
dijalankan berbeda satu dengan yang lainnya.
2
Skripsi Rizal Efendi
KSU
Skripsi ini
Skripsi ini meneliti
tahun 2013 jurusan
Ubasyada
menganalisa
tingkat kesehatan
Muamalat
mitra
bagaimana
koperasi mitra dari
Konsentrasi
Bank
implementasi
penerapan linkage
Perbankan Syariah
Syariah
Linkage program
perogram ini.
Fakultas Syariah dan
Mandiri
Bank Syariah
Sedangkan penulis
13
Hukum Universitas
Mandiri dengan
menganalisis
Islam Syarif
koperasi mitranya,
pembiayaan Mikro
Hidayatullah Jakarta
sekaligus
yang diberikan BSM
yang berjudul
menganalisa tingkat melalui Linkage
“Kinerja Keuangan
kesehatan KSU
program ini apakah
Koperasi Mitra
Ubasyada dengan
berpengaruh besar
Linkage Program
menggunakan
terhadap rasio
pada CAEL”
metode CAEL
profitabilitas dan rasio kecukupan Modal.
3
Skripsi Siti Maesaroh Bank
Skripsi meneliti
Jika dalam skripsi ini
tahun 2011 jurusan
Syariah
tingkat kesehatan
meneliti tingkat
Muamalat
Mandiri
LKM, dan
kesehatan LKM dan
Konsentrasi
membandingkan
membandingkan
Perbankan Syariah
rasio laba, modal,
Rasio laba, modal,
Fakultas Syariah dan
aset, dan jumlah
aset dan jumlah
Hukum Universitas
nasabah sebelum
nasabah sebelum dan
Islam Syarif
dan sesudah
sesudah Linkage
Hidayatullah Jakarta
linkage program
Program, maka
yang berjudul
dengan
berdeda dengan
“Efektifitas linkage
menggunakan
peneliti yang akan
program Bank
metode CAMEL
lakukan yaitu untuk
Syariah dalam
Hasil perhitungan
mengetahui apakah
penguatan
CAMEL
penyaluran
pembiayaan
menunjukkan
pembiayaan mikro
lembaga keuangan
bahwa adanya
BSM melalui
mikro”
linkage program
Linkage berpengaruh
belum
besar terhadap rasio
mempengaruhi
profitabilitas dan
tingkat kesehatan
rasio kecukupan
LKM secara
modal.
14
keseluruhan.
4
Skripsi Rian Kumara
BPRS
Skripsi ini menguji
Skripsi ini tentunya
tahun 2010 fakultas
wilayah
dan menganalisis
berbeda dengan
Ekonomi Universitas
kerja
perbedaan BPR
skripsi yang akan
Gunadarma Depok
DPC
yang mengikuti
penulis lakukan
dengan judul
Depok
Linkage Program
karna skripsi ini
“Analisis Uji beda
dengan BPR yang
membahas perbedaan
kinerja BPR yang
tidak mengikuti
BPR yang mengikuti
mengikuti Linkage
Linkage Program
Linkage Program
Program dengan
yang diukur
dengan BPR yang
BPR yang tidak
melalui LDR, NPI
tidak sedangkan
mengikuti Linkage
dan ROA.
penulis akan membahas rasio
Program.
profitabilitas danrasio kecukupan modal Bank Syariah Mandiri melalui linkage program
5
Skripsi Jubaedah
Bank
Skripsi ini
Skripsi ini untuk
tahun 2009 jurusan
Muamalat
menjelaskan
mengetahui apakah
Muamalat
Indonesia
tentang linkage
pembiyaan mikro
Konsentrasi
program melalui
bank muamalat
Perbankan Syariah
pola excuting.
melalui Linkage
Fakultas Syariah dan
Penelitian ini untuk
program dapat
Hukum Universitas
mengetahui apakah
meningkatkan
Islam Syarif
pembiayaan yang
tingkat kesehatan
Hidayatullah Jakarta
diberikan Bank
LKMS yang
yang berjudul
Muamalat
mengikuti program
“Peran Strategis
meningkatkan
ini. Sedangkan
Linkage Program
tingkat kesehatan
penulis akan
Bank Syariah
LKMS tersebut.
menganalisis
15
Terhadap
pembiayaan yang
Penguatan
diberikan BSM
Lembaga Keuangan
melalui Linkage
Mikro Syariah”
program ini apakah berpengaruh besar terhadap rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal di BSM
F. Sistematik Penulisan Teknik pada penelitian ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN), Jakarta yang diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terstruktur dan sesuai dengan kaidah penulisan, maka sistematik tulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
16
BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas secara mendalam tinjauan pustaka, studi liteatur dan teori – teori yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. yaitu Tinjauan teoritis tentang Pembiayaan Syariah, Linkage Program Perbankan Syariah, analisis rasio – rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal. Bab ini terdiri dari tiga sub. Sub pertama membahas tentang pengetian pembiayaan syariah, jenis – jenis pembiayaan syariah, produk – produk pembiayaan syariah, fungsi dan tujuan pembiayaan syariah. Sub kedua membahas tentang pengetian linkage program, model linkage program, manfaat linkage program, kode etik dalam linkage program, Generic model linkage program, kebijakan terkait linkage program. Sub ketiga membahas tentang rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal (CAR).
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas tentang Ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, hipotesis, uji statistik.
BAB IV. ANALISIS PEMBAHASAN Pada bab ini berisi Gambaran umum PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. deskripsi hasil penelitian yaitu deskripsi rasio profitabilitas (ROE) dan rasio kecukupan modal (CAR), hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. 17
BAB V. PENUTUP Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada Bab – Bab sebelumnya dan memberikan saran – saran yang kiranya bermanfaat bagi yang berkempentingan.
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori dan Konsep Pembiayaan Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Syariah Istilah kredit banyak digunakan dalam sistem perbankan konvensional yang berbasis pada bunga. Sedangkan Pembiayaan merupakan istilah yang digunakan oleh bank syariah yang berbasis pada keuntungan rill yang telah disepakati (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing).11 Kamus
perbankan
mendefinisikan
pembiayaan
sebagai
pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindar untuk mendapat barang atau jasa dengan tujuan memperoleh manfaat, seperti penjualan untuk memperoleh pendapatan.12 Menurut Rifaat Ahmad Karim mendefinisikan Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak – pihak yang merupakan deficit unit.13 Dan Menurut Muhammad, 11
pembiayaan secara luas berarti pendanaan yang
Abdul Ghofur Ashori, Perbankan Syariah di Indonesia, Cet.I (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007) h. 98 12
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, cet.I, (Jakarta: Bank Indonesia, 1999) h. 30
13
Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek (Jakarta:
Gema Insani press, 2001), h. 160
19
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk pendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah kepada nasabah.14 sedangkan dalam undang – undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, pasal 1 ayat (2) menyebutkan pengertian pembiayaan sebagai berikut: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijaran muntahiyah bittamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, salam dan istishna. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Kegiatan penyaluran pembiayaan mempunyai peran penting bagi perbankan syariah, karna pembiayaan merupakan bagian terbesar 14
Muhammad, Manajement Bank Syariah
perusahaan YKPN, 2005), h. 304
20
(Yogyakarta: Akademi Manajemet
sumber penghasilan bank. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara dana yang terhimpun dari Shahibul Maal (Dana pihak ketiga) terus bertambah, maka akan terdapat banyak dana yang idle (menganggur) dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari Margin atau bagi hasil. Jadi bisa dikatakan bahwa pembiayaan merupakan komponen utama bagi kelangsungan aktivitas perbankan.15 Landasan Hukum Surat An – Nisa : 29
Artinya: “Hai orang orang yang beriman, Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya allah adalah maha penyayang kepadamu”. (Q.S. An – Nisa: 29)
15
Muhammad, Manajement Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), cet.2,
h. 5 21
2. Fungsi Pembiayaan Syariah Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah diantaranya:16 a. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang mandiri. b. Membantu
menanggulangi
masalah
kemiskinan
melalui
pengembangan modal kerja dan program usaha bersama. c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhdap Bank Konvensional. 3. Tujuan Pembiayaan Syariah Tujuan
pembiayaan
adalah
meningkatkan
kesejahtraan
bersama melalui kegiatan ekonomi yang menaruh perhatian pada nilai -nilai dan kaidah – kaidah muamalat syari’iyah yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati – hatian dan untuk memenuhi stakeholder yaitu:17 a. Pemilik Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada lembga keuangan tersebut.
16
Muhammad, Manajement Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), cet.2,
h. 199 17
Muhammad, Manajement dana Bank Syariah, cet.1, (Yogyakarta: Akademi Manajemet Perusahaan YKPN , 2004) h. 196
22
b. Pegawai Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahtraan dari lembaga keuangan yang dikelolanya. c. Masyarakat 1) Pemilik dana: sebagai pemilik dana mereka mengharap keuntungan dari dana yang di investasikannya. 2) Debitur yang bersangkutan: bagi mereka yang membutuhkan dana terbantu dengan penyediaaan dana baginya guna menjalankan usahanya atau terbantu untuk mengadakan barang produksi. 3) Masyarakat umumnya (konsumen): mereka akan mendapat barang yang diinginkan dengan adanya pembiayaan yang disalurkan kepada para pengusaha. 4) Pemerintah:
pemerintah
terbantu
dalam
pembiayaan
pembagunan negara, disamping itu akan diperoleh pajak (berupa
pajak
penghasilan
atas
keuntungan
lembaga
keuangan dan juga perusahaan – perusahaan). 5) Lembaga keuangan (Bank atau BMT): bagi lembaga keuangan pembiayaan
yang
bersangkutan,
diharapkan
hasil
dapat
dari
penyaluran
meneruskan
dan
mengembangkan usaha agar tetap bertahan dan meluas
23
jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dilayani.
4. Jenis dan produk Pembiayaan Syariah Jenis – jenis pembiayaan pada dasarnya dikelompokan menurut beberapa aspek, diantaranya:18 a. Pembiayaan menurut tujuan, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan dimaksudkan
modal
kerja,
yaitu
untuk
mendapat
pembiayaan
modal
dalam
yang rangkan
pengembangan usaha. Jangkan waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. 2) Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsuntif. b. Pembiyaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan jangka waktu pendek. Yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun
18
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 231 24
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, yaitu pembiayaan yang dilakukan lebih dari waktu 5 tahun. c. Pembiayaan menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua macam jenis yaitu: pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif.19 1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk meningkatkan usaha produksi, perdagangan, maupun industri. 2) Pembiayaan konsumtif
yaitu pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan
Dan produk - produk pembiayaan pada bank syariah dalam bentuk pembiayaan menggunakan empat pola yang berbeda yaitu sebagai berikut:20 a. Pembiayaan dengan pola bagi hasil, untuk jenis pembiyaaan dengan pola ini meliputi: 1) Pembiayaan Mudharabah
19
Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek (Jakarta: Gema Insani press, 2001), h. 160 20
Ascarya, Akad dan Produk bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2007)
h. 123 25
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian kedua belah pihak berdasarkan nisabah yang telah disepakati sebelummnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal, pembiyaan proyek dan pembiyaaan ekspor. 2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik dana modal untuk mencampurkan dana atau modal kerja pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pihak pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor. b.
Pembiayaan dengan pola jual – beli. Untuk jenis pembiayaan dengan pola ini meliputi: 1) Pembiayaan Murabahah Pembiyaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara pihak lembaga keuangan syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut sebesar harga perolehan ditambah margin atau keuntungan yang telah disepakati dalam akad. Dengan aplikasi
26
pembiyaaan
investasi
atau
barang
modal,
pembiayaan
konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor. 2) Pembiayaan Salam Pembiyaan salam adalah perjanjian jual – beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
harga
terlebih
dahulu.
Dengan
aplikasi
pembiayaan sektor pertanian dan produk manufakturing. 3) Pembiayaan Istishna Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Dengan aplikasi pembiayaan konstruksi, proyek dan produk manufakturing. c. Pembiayaan dengan pola sewa. Untuk pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: 1) Pembiyaaan Ijarah Pembiayaan ijarah adalah pembiayaan sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Dengan aplikasi pembiayaan sewa. 2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bitamlik Ijarah Muntahiyah Bitamlik adalah perjanjian sewa menyewa
suatu barang 27
yang diakiri dengan perpindahan
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. d. Pembiyaan dengan pola pinjaman untuk dana talangan (Qardh) Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1. Produk – Produk Pembiayaan
No
1
Produk pembiayaan Modal kerja
Prinsip Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, salam
2
Investasi
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, istishna, ijarah, ijarah muntahiyah bitamlik
3
4
Pengadaan barang investasi, Murabahah, ijarah muntahiyah bitamlik, aneka barang
musyarakah mutanaqisah
Perumahan/properti
Murabahah, ijarah muntahiyah bitamlik, musyarakah mutanaqisah
5
Proyek
Mudharabah, Musyarakah
6
Ekspor
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
28
7
Produk agribisnis/sejenis
Salam, salam parallel
8
Manufaktur/konstruksi
Istishna, Istishna parallel
9
Penyertaan
Musyarakah
10
Surat berharga
Mudharabah, qardh
11
Sewa Beli
Ijarah Mutahiyah Bittamlik
12
Akusisi asset
Ijarah Mutahiyah Bittamlik
B. Teori dan Konsep Linkage Program Peranan perbankan sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari masalah kredit atau pembiayaan, oleh karena itu pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.21 dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dan memperluas penyaluran pembiayaan oleh perbankan, maka pemerintah membuat kebijakan linkage program. 1. Pengertian Linkage program Linkage program menurut the basic english pocket dictionory linkage berarti hubungan, pertalian, sambungan.22 Secara istilah linkage program adalah kerjasama penyaluarn dana dari Bank
21
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.71 Drs. Jalinus Syah dan Adam Shaleh, The Basic English Pocket Dictionory (Jakarta: Akadoma, 1982) h. 332 22
29
Umum kepada atau melalui Lembaga Keuangan Mikro dalam bentuk pembiayaan sebagai upaya dalam meningkatkan kegiatan usaha Mikro dan Kecil.23 Jadi linkage program adalah program pembiayaan
yang
bersifat kemitraan. Pembiayaan ini disalurakan lewat perusahaan mitra (istilahnya two steps financing). Perusahaan mitra yang menjadi partner Bank Syariah bisa berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Multifinance dan Lembaga Keuangn Mikro Syariah (LKMS) seperti Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) dan Baitul Mal Wat Tamil (BMT). Bank Syariah juga melakukan Linkage Program dengan Lembaga non Keuangan seperti perusahaan perkebunan inti plasma atau perusahaan Franchise. Linkage tidak dikenal dalam literatur islam, namun dilihat dari maknanya yaitu mengkaitkan dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan dengan cara Sharing resource, maka Linkage memiliki kedekatan
dengan
pengertian
ukhuwah
yang
artinya
persaudaraan.24 Linkage program dicanangkan semanjak tahun 2002 yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran pembiayaan 23
Euis Amelia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2009), h. 307 24 Bank Indonesia, Linkage antar LKS (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), h. 22
30
dan efesiensi pelaksaan skim pembiayaan bank umum, terutama untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.
Dengan linkage
program ini diharapakan pembiayaan bank umum kepada UKM lebih optimal karna Lembaga keuangan mikro yang selama ini dikenal memiliki keahlian dan pengalaman membiayai sektor mikro. Dan juga diharapkan bisa menjadi sinergi berkeseimbangan antara bank umum dan lembaga keuangna mikro dalam menggerakan sektor riil. Melalui linkage program keterbatasan jaringan yang dialami oleh bank dalam menyalurkan kredit dapat diatasi, sedangkan keterbatasan pembiayaan yang dirasakan oleh BMT, BPR/S, Koperasi dan Lembaga Keuangan Lainnya dapat pula diatasi melalui linkage program ini. Gambar 2.1. Konsep Likage Program Linkage program
Bank umum
Lembaga Keuangan Mikro
Pembiayaan mikro
31
2. Model Linkage Program Agar Penerapan Linkage Program semakin jelas dan terarah dalam pelaksanaanya maka Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan generic linkage program yang berisi mengenai aturan-aturan pelaksanaan Linkage Program bagi Perbankan Syariah. Salah satu yang aturannya adalah diterapkannya Beberapa pola linkage program yang dilakukan perbankan yakni executing, channeling dan joint financing. 25 Pada pola executing, yaitu Bank Umum Syariah memberikan pembiayaan kepada Lembaga Keuangan Mikro Syariah dimana kemudian meneruskannya kepada nasabah (UMK) sebagai end user. Lembaga Keuangan Mikro diberikan kewenangan untuk memutuskan calon nasabah yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan. Dan dalam hal resiko pembiyaan, apabila kegagalan pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka resiko ditanggung oleh lembaga keuangan mikro syariah sebagai mitra. Sehingga LKM tercatat sebagai debitor bank syariah sedangkan pembiayaan kepada end user
25
tercatat sebagai eksposur
Bank Indonesia, “lampiran siaran pers No 11/11/PSHM/Humas” diakses pada tanggal 3 agustus 2014 http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_1111109.htm
32
pembiayaan perusahaan mitra. Untuk Bank Syariah yang melaksanakan Linkage Program dengan Lembaga Kuangan Mikro digunakan akad Mudharabah, sedangkan akad antara LKMS dengan UMK disesuaikan dengan kebutuhan UMK. Sedangkan pada pola channeling, Bank Syariah memberikan pembiayaan secara langsung kepada nasabah (UKM) sebagai end user melalui Lembaga Keuangan Mikro yang bertindak sebagai wakil dari bank tersebut. Dan dalam hal resiko pembiyaan, apabila kegagalan pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka resiko ditanggung oleh Bank Umum. Pembiayaan kepada end user adalah eksposur pembiayaan bank syariah. Sehingga Dalam pola ini LKM tidak memiliki kewenangan memutuskan pembiayaan kecuali setelah mendapat surat kuasa dari bank umum. Dan pada Bank Syariah akad yang digunakan adalah wakalah. Dan terakhir, pola joint financing adalah pembiayaan bersama dimana sumber dananya merupakan sharing antara bank syariah dan
Lembaga
Keuangan
Mikro.
Sehingga
kewenangan
memutuskan pembiyaan ada pada Bank Umum dan perusahaan mitra. Begitu juga dalam hal resiko pembiyaan, apabila kegagalan pembiayaan karna kerugian Bisnis secara normal maka resiko ditanggung bersama pula. Dan akad yang digunakan adalah Musyarakah. 33
Gambar 2.2. Model - Model Linkage Program
Executing
Channeling
Joint Financing
Bank
Bank
Bank
Umum
Umum
Umum
LKM/S
LKM/S LKM/S UMK (Nasabah)
UMK (Nasabah)
UMK (Nasabah)
3. Manfaat Linkage Program a. Manfaat Bagi Bank Umum Program Linkage Program ini tidak saja memberikan manfaat bank umum itu sendiri, yaitu: 1) Deversifikasi Portopolio kredit (jenis kredit, Sektor Ekonomi, wilayah) 2) Profitable,
karna pinjaman diberikan dengan suku
bunga pasar untuk bank konvensional dan bagi hasil untuk bank syariah 3) Potensi pasar cukup besar dan nasabah UKM dapat naik kelas menjadi nasabah baru bank umum
34
4) Overhead dan handling cost relatif rendah Salah satu alternatif
merealisasikan
bussiness
plan
untuk
pembiayaan usaha mikro.26 b. Manfaat Bagi Lembaga keuangan Mikro Adapun manfaat linkage program bagi BMT, BPRS, Koperasi dan Lembaga Keuangan mikro Lainnya yaittu: 1) Meningkatkan pembiayaan lembaga
kapasitas
penyaluran
BMT,
BPRS,
Koperasi
Keuangan
Mikro
lainnya
dan dalam
pembiayaan usaha mikro dan kecil (UMK) 2) Teratasinya
keterbatasan
pembiayaan
yang
dirasakan Lembaga keuang mikro baik BMT, BPRS maupun Koperasi syariah. Jadi dari uraian diatas terlihat linkage program ini merupakan kerjasama yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Bagi Bank Umum yang memiliki keterbatasan jaringan, dengan adanya Linkage program ini dapat menjangkau usaha mikro dan kecil yang terbukti tahan terhadap krisis ekonomi, dan bagi Lembaga Keuangan Mikro yang memiliki dana terbatas akan sangan
26
Euis Amelia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Grafido Persada, 2009), h. 308
35
(Jakarta: PT Raja
terbantu dengan adanya Linkage program ini sehingga LKM dapat menyalurkan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil.
4. Kode Etik Dalam Linkage Program27 Dalam pelaksanaan Linkage program agar bisa terus berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada, terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh lembaga yang menjalani Linkage program, yaitu sebagai berikut: a. Bank umum yang melakukan kerjasama Linkage Program dengan Lembaga Keuangan Mikro, tidak diperbolehkan mengambil alih perbiayaan terhadap nasabah LKM yang sedang dibiayai melalui Linkage program dan atau menjadi nasabah LKM. b. Bagi nasabah LKM yang telah naik kelas (dari nassabah mikro menjadi kecil) dan memerlukan dana atau pembiayaan yang lebih besar, namun LKM tidak mampu membiayai maka Bank Umum dapt membiayai nasabah LKM yang dimaksud. c. Bank Umum yang melakukan Linkage Program dengan Lembaga Keuangan Mikro tidak diperbolehkan mengambil sumber daya manusia LKM.
27
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Jakarta: Bank Indonesia, 2010) h.10
36
d. Bank Umum dan Lembaga Keuangan Mikro harus transparan dalam memberikan informasi yang terkait dengan linkage program sejauh tidak melanggar ketentuan yang berlaku (seperti: Laporan Keuangan struktur pendanaan dan company profile) e. Bagi LKM, satu jaminan hanya untuk dijaminkan kepada satu Shoibul maal mitra pembiayaan (Bank umum). f. Bank Umum tidak diperbolehkan untuk memanfaatkan data nasabah pembiayaan LKM untuk kepentingan diluar Linkage program. g. Bank Umum dan LKM yang melaksanakan linkage program dengan
pola
perkenankan
Chanelling membebani
and
Joint
nasabah
Financing,
pembiayaan
tidak dengan
margin/nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dibanding harga pasar untuk sektor usaha UMK yang dibiayai. h. Bank Umum yang melakukan Linkage program dengan LKM, tidak diperkenankan meminta laporan hasil pemeriksaan LKM yang dikeluarkan Bank Indonesia. i. Lembaga Keuangan Mikro yang mengikuti Linkage program harus memelihara tingkat kesehatannya.
37
j. Setiap pelanggaran kode etik diatas oleh Bank Umum/LKM dilaporkan kepada Bank Indonesia oleh pihak yang merasa dirugikan.
5. Generic Model Linkage program Generic model Linkage program antara Bank Umum Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah ialah sebagai berikut:28 a. Distribusi
pendapatan,
pada
pola
executing
distribusi
pendapatan sesuai dengan nisabah yang telah disepakati antara Bank Syariah dan LKM. Pada pola chanelling Bank Syariah mendapat pendapatan dari nisbah bagi hasil/margin yang telah disepakati dengan UMK, dan LKM mendapat upah/fee yang besarnya disepakati antara Bank Syariah dan LKM. Dan pada Pola Joint Financing Bank Syariah juga mendapat pendapatan dari nisabah bagi hasil yang disepakati dengan UKM dan pembagian pendapatan antara Bank syariah dan LKM sesuai denagn porsi yang telah disepakati. b. Dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil bagi UMK harus merupakan kesepakatan bersama dengan pertimbangan harga pasar untuk UMK yang akan dibiayai.
28
DKI Perbarindo, “generic model linkage program Bank Umum dengan BPR” artikel diakses pada 28 agustus 2014 dari http://www.dki.perbarindo.org/artikel_detail.php
38
c. Target nasabah untuk pembiayaan dengan pola executing sepenuhnya merupakan wewenang LKM, dan Untuk pola Channeling sepenuhnya merupakan wewenang Bank Syariah. Sedangkan untuk pola Joint financing merupakan kesepakatan bersama antara bank syariah dan LKM. d. Batas plafon per-nasabah pada pola executing harus sesuai dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK), pada pola channeling dan Joint Financing maksimum Rp. 500.000.000; e. Jaminan utama dan tambahan dari UMK, harus sesuai dengan Undang – Undang perbankan. Pada pola executing jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh LKM dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara LKM dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh LKM. Pada pola channeling jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh Bank Syariah dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara Bank Syariah dan UMK, dan jaminan diadministrasikan oleh Bank Syariah (Untuk jaminan tambahan, diadministrasikan dan dapat diadministrasikan kepada LKM). Dan pada pola Joint Financing jenis dan besarnya jaminan ditentukan oleh Bank Syariah dan LKM, dengan tetap memperhatikan akad pembiayaan antara Bank Syariah, LMK dan UMK, dan
39
jaminan diadministrasikan oleh LKM yang bertindak untuk diri sendiri dan atas nama Bank Syariah. f. Akad pembiayaan pada UMK, untuk pola Executing dilakukan oleh LKM, untuk pola Channeling dilakukan oleh LKM atas nama Bank Syariah, dan untuk pola Joint financing oleh LKM yang bertindak untuk diri sendiri dan atas nama Bank Syariah. g. Jangka waktu proses persetujuan pembiayaan dalam rangka Linkage Program Bank Syariah dan LMK Maksimum dua bulan setelah data dan persyaratan telah dipenuhi secara lengkap.
6. Kebijakan terkait Linkage Program Linkage Program merupakan salah satu program yang direkomendasikan oleh Arsitekstur Perbankan Indonesia (API) dan Linkage Program ini didukung oleh Bank Indonesia selaku otoritas tertinggi perbankan. BI sangat menganjurkan agar Bank syariah aktif dalam menyalurkan pembiayaan kepada BMT dan lembaga keuangan mIkro lainnya dalam skema linkage program, hal ini bertujuan agar pembiayaan Bank syariah bisa semakin menjangkau pelaku usaha dari kalangan menengah kebawah. Nasirwan selaku Deputi departemen Indonesia mengatakan bahwa Bank Indonesia pada tahun 2013 telah bekerja sama dengan World Bank dalam rangka mengembangkan skema linkage program.
40
dalam hal ini Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan – kebijakan mengenai Linkage program yaitu sebagai berikut:29 a. Penyediaan Informasi kinerja BPR (LKM) yang akan menjadi calon peserta Linkage Program. b. perlakuan
khusus
dalam
penilaian
Kolektibilitas
dari
BUK/BUS/UUS yang menggunakan pola channeling. c. Pertimbangan kemudahan pembukuan jaringan kantor cabang BPR/LKM. d. Penyediaan fasilitas infrastruktur pendukung antara lain pelaporan BPR/LKM ke BI secara online. e. Keikutsertaan dalam workshop setiap enam bulan sekali yang terkait kebijakan Linkage program. f. Promosi
BUK/BUS/UUS
dan
BPR/LKM
antara
lain
mencantumkan nama bank dalam website Bank Indonesia, pencantuman logo sebagai peserta linkage program di kantor BPR/LKM. g. Linkage Program Award, untuk BUK/BUS/UUS pemberi kredit linkage program terbesar h. Bank Indonesia dan BUK/BUS/UUS Menyebarkan informasi Generic Model Linkage Program dimasing-masing website.
29
Bank Indonesia, Generic Model Linkage Program (Jakarta: Bank Indonesia, 2012) h. 21
41
C. Teori Rasio Profitabilitas dan Rasio CAR Perbankan Syariah 1. Rasio Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan atau laba dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya. Menurut Petronila dan Mukhlasin (2003) profitabilitas merupakan gambaran dan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ini akan menunjukan produktivitas dari seluruh dana/modal (dana sendiri dan dana asing/luar).30 Profitabilitas
penting
bagi
perusahaan
dalam
usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
30
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Raksa, 2006) h. 229
42
Bagi perbankan Profitabilitas merupakan perbandingan laba (setelah pajak) dengan Modal (Modal Inti) atau laba (sebelum pajak dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata – rata selama periode tersebut. Analisis profitabilitas / rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Adapun alat analisis yang di gunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain: a. Return on Assets (ROA), adalah perbandingan laba bersih bank dengan total aktiva. b. Return on Equity (ROE), adalah perbandingan laba bersih bank dengan modal sendiri. c.
Rasio biaya operasional, adalah perbandingan biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasional.
d. Net Profit Margin Ratio, adalah rasio yang menggambarkan tingkat laba yang di peroleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasional.31
31
Lukman Dendawijaya, Manajement Perbankan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) h. 119
43
2. Rasio Kecukupan Modal (CAR) Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan, terutama perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan keadaannya yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang salah satunya diukur dengan membandingkan modal dengan aktiva berisiko. Secara umum, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Sedangkan, menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah ” Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana - dana dari sumber - sumber di luar bank , seperti dana
44
dari masyarakat, pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.32 Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:33
CAR =
Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR)
Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri/ atau kewajiban atau aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/13/PBI/2005 yang diubah dalam PBI Nomor: 10/15/PBI/2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum bahwa bank umum yang menggunakan prinsip syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus) dari aktiva tertimbang menurut risiko.
32
Dendawijaya, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE, 1997) h. 121 33 Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Manajement (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006) h.161 45
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dimaksud dalam perhitungan ini ialah mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya berdasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat, maka permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal dengan standar BIS (Bank for International Settlement). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. dengan penjelasan Modal Perbankan Syariah sebagai berikut: 1. Modal Inti, terdiri dari : a. Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. b. Agio Saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham. c. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebutdijual).
46
d. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS. f. Laba Ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan. g.
Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS (50%).
h.
Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan (50%).
i. Bagian
kekayaan
bersih
anak
perusahaan
yang
laporan
keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan denganpenyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. 2. Modal Pelengkap, terdiri dari : a. Cadangan revaluasi aktiva tetap. b. Cadangan penghapusan aktiva yang di klasifikasikan (1.25% ATMR) c. Modal pinjaman d. Pinjaman subordinasi (maks. 50% dari modal inti) Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank syari’ah tidak dapat mengkategorikannya sebagai modal, karena 47
pinjaman menurut bank syari’ah harus tunduk pada prinsip qard dan qard tidak boleh diberikan syarat – syarat.34
34
Muhammad, Bank Syari’ah Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang, dan Ancaman (Yogyakarta: Ekonisia 2002) h. 215-216
48
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh Linkage program terhadap Rasio Profitabilitas, rasio kecukupan modal (CAR) dan dalam penelitian ini PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk sebagai tempat penelitian.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang terstruktur dan mengkualifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan.35 Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pengujian hipotesis, pengukuran data dan pembuatan kesimpulan. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teoriteori atau hipotesis. Pendekatan kuantitatif menjelaskan bahwa suatu fenomena dapat dianalisis kemudian ditemukan hubungan korelasi ataupun sebab-akibat diantara variabel-variabel yang terlibat di dalamnya.36
35
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Grup, 2009) h. 211 36 Sujoko Efferin, Metode Penelitian Untuk Akuntansi (Surabaya: Bayumedia Publishing, 2004) h. 23 49
C. Objek Penelitian Objek penelitian kali ini menggunakan data laporan keuangan Bank Mandiri Syariah pada tiga tahun terakhir yaitu priode 2009 sampai dengan Desember 2013 sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh Linkage program Bank Syariah Mandiri terhadap tingkat rasio profitabilitas yang terinci dalam ROE, rasio kecukupan modal bank syariah yang terinci dalam CAR.
D. Variabel Penelitian Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y. 1. Variabel Bebas (X) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas atau independent variabel (X) pada penelitian kali ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu :
X = Linkage Program
50
2. Variabel Terikat (Y) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau tergantung oleh satu atau lebih variabel bebas. Variabel terikat atau dependent variable (Y) pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu : Y1 = Rasio Profitabilitas Y2 = Rasio Kecukupan Modal (CAR)
E. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder dan primer. data sekunder dengan perhitungan Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. priode tahun 2009-2013, sedangkan data primer dengan melakukan interview/wawancara kepada pihak Bank Syariah Mandiri. 2.
Sumber Data a. Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada, data ini diperoleh
dari
perpustakaan
51
atau
dari
laporan-laporan
penelitian terdahulu maupun laporan keuangan perusahaan.37 Dan dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. priode tahun 2009 - 2013. b. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian dimana sebuah data dihasilkan. Data primer juga merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil wawancara.38 Dan dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak Bank Syariah Mandiri.
F. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa langkah metode pengumpulan dan pengolahan data yaitu: 1. Dokumentasi Peneliti mengumpulkan data dari dokumen-dokumen ataupun arsip-arsip yang memuat garis besar data yang akan dicari dan
37
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 19 38 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media, 2005) h. 122 52
berkaitan dengan judul penelitian ini. Dalam hal ini data yang dicari adalah data tentang laporan Keuangan PT. Bank Syari’ah Mandiri periode 2011 – 2013. Dan rincian data yang dikumpulkan yaitu rasio profitabilitas dan Rasio Kecukupan Modal (CAR). 2. Studi kepustakaan Peneliti mengumpulkan data dengan cara memperoleh dari kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi dan jurnal yang ada hubungannya dengan penelitian ini baik berupa catatan, transkrip, buku – buku , surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. 3. Wawancara / Interview Wawancara/interview, yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada karyawan di Bank Syariah Mandiri
G. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis Kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah 53
studi yang bertujuan mencari uraian secara menyeluruh, teliti dan komprehenif berdasarkan data empiris. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif, analisis berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian dengan satu atau beberapa metode lainnya, analisis akan memberikan rekomendasi berdasarkan data kuantitatif tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan rumusan – rumusan untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Rasio Profitabilitas Profitabilitas
adalah
kemampuan
sutau
perusahaaan
untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini analisis Rasio profitabilitas yang digunkan adalah return on equity (ROE). ROE
adalah
rasio
profitabilitas
yang
menunjukan
perbandingan antara laba setelah pajak (Laba bersih) dengan modal inti (Modal sendiri) rasio ini menunjukan tingkat presentase (%) yang dapat dihasilkan. Rumus:39
39
Bambang Riyanto, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta : BPFE, 1997) h. 35 54
ROE =
Laba Bersih x 100% Modal Sendiri
2. Menghitung Rasio Kecukupan Modal (CAR) Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). CAR yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan / standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking For International Settlement (BIS). Analisis dalam penelitian ini menggunakan yaitu membandingkan modal Bank dengan aktiva beresiko. Rumus penghitungan CAR adalah:40
CAR =
Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR)
H. Hipotesis 1. Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas Linkage Program ini adalah salah satu strategi yang dilakukan Bank syariah Mandiri untuk memperluas dan meningkatkan penyaluran
40
Slamet Riyadi, Banking Assets And Liability Manajement (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006) h.161 55
pembiayaan melalui lembaga keuangan syariah yang lebih kecil. dengan Meningkatnya pembiayaan yang disalurkan maka akan meningkatkan jumlah pendapatan (Laba). Dan berdasarkan teori tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Linkage Program berpengaruh positif terhadap rasio profitabilitas di Bank Syariah Mandiri
2. Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio kecukupan Modal Rasio kecukupan modal (CAR) berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Dan dengan Linkage program pihak perbankan tidak harus menanggung semuanya dalam menghadapi risiko karena ini adalah tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu bank syariah dan LKMS sebagai perusahaan mitra. Dari teori tersebut maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
56
H2: Linkage Program berpengaruh positif terhadap Tingkat rasio CAR di Bank Syariah Mandiri.
Selanjutnya akan dianalis dari hasil pengujian rasio profitabilitas dan rasio kecukupan modal, faktor apa yang sangat berpengaruh apakah rasio profitabilitas atau rasio kecukupan modal (CAR).
I. Uji Statistik 1. Menguji Korelasi Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Mencari koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Menghitung korelasi dilakukan dengan bantuan SPSS. Tidak hanya menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y1, korelasi antara variabel X dengan variabel Y2, korelasi antara variabel X dengan variabel Y3
57
Uji hipotesis dengan menggunakan uji koefisien korelasi agar dapat menentukan arah atau bentuk dan kekuatan hubungan variabel yang diteliti. Setelah mendapat nilai koefisien korelasi, kemudian nilainya disubtitusikan kedalam rumus Uji-t. Untuk mengetahui penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis, maka dilakukan uji hipotesis dengan penghitungan uji-t, dengan rumus sebagai berikut:41
Ket: t = uji Signifikasi r = koefisien korelasi n = jumlah sempel
untuk melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel, dimana:
apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (terdapat hubungan antara Variabel X dan variabel Y)
apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak terdapat hubungan antara Variabel X dan variabel Y)
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008) h. 257 58
untuk mengedentifikasi tinggi redahnya korelasi digunakan kriteria pedoman untuk koefisien menurut Sugiyono pada tabel dibawah ini:42 Tabel 3.2 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008) h. 257
59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian (PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk) 1. Sejarah Bank Syariah Mandiri Kehadiran Bank Syariah Mandiri telah ada sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi
termasuk
di
panggung
politik
nasional,
telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil
tindakan
dengan
merestrukturisasi
dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya
60
merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Dan Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi
Perbankan
Syariah.
serta
membentuk
Pembentukan
tim
Tim ini
Pengembangan
bertujuan
untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
61
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi
Gubernur
Senior
Bank
Indonesia
No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Penasehat Direksi, Divisi dan kator Cabang. 62
Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran MenengahRitel, serta Direktur Bidang Operasi, kepatuhan dan Manajemen Cabang. Sebagai Bank Syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi kegiatan bank guna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah islam. 3. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri yaitu terdiri dari: Pendanaan a. Tabungan 1) Tabungan Berencana BSM 2) Tabungan Simpatik BSM 3) Tabungan BSM 4) Tabungan BSM Dollar 5) Tabungan pensiun BSM 6) Tabungan Kurban BSM 7) Tabungan BSM Investasi Cendikia 8) Tabunganku BSM b. Deposito 1) Deposito BSM 63
2) Deposito BSM Vallas c. Giro 1) Giro BSM Euro 2) Giro BSM 3) Giro BSM Vallas 4) Giro BSM Singapore Dollar d. Obligasi 1) Obligasi BSM Pembiayaan a. BSM Customer Network Financing b. Pembiayaan resi gudang c. PKPA d. Pembiayaan Edukasi BSM e. BSM Imbalan f. Pembiayaan dana berputar g. Pembiayaan Griya BSM h. Pembiayaan Griya BSM Optima i. Pembiayaan Griya Bersubsidi j. Pembiayaan umroh k. Pembiayaan BSM DP 0% l. Gadai emas syariah mandiri m. Pembiayaan Mudharabah BSM 64
n. Pembiayaan Musyarakah BSM o. Pembiayaan Murabahah BSM p. Pembiayaan talangan Haji BSM q. Pembiayaan dengan anggunan investasi terkait BSM r. Pembiayaan kepada pensiunan s. Pembiayaan peralatan kedokteran t. Pembiayyan Istishna BSM u. Qardh v. Ijarah Muntahiyah Bitamlik w. Hawalah x. Salam Jasa a. Jasa produk 1) BSM Card 2) Sentra bayar BSM 3) BSM SMS Banking 4) BSM Mobile Banking GPRS 5) BSM Net Banking 6) Pembayaran melalui menu pemindahbukuan di ATM 7) Jual beli valas BSM 8) Bank Garansi BSM 9) BSM Electronic Payroll 65
10) BSM Letter of Credit 11) BSM SUCH (Saudi umrah & Haj card) b. Jasa operasional 1) Transfer lintas negara BSM Western Union 2) Kliring BSM 3) Inkaso BSM 4) BSM Intercity Clearing 5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) 6) Transfer dalam kota 7) Transfer Valas BSM 8) Pajak Online BSM 9) Pajak Impor BSM 10) Referensi BSM 11) BSM Standing Order c. Jasa Investasi 1) Reksadana 2) Sukuk Negara Ritel Emas a. BSM gadai Emas b. BSM cicilan emas Produk pembiayaan BSM dikelompokkan dalam bagian antara lain: 66
beberapa
1. Pembiayaan
per
skim
antara
lain:
pembiayaan
murabahah, mudharabah, musyarakah dan lainnya. 2. Pembiayaan
per
sektor
ekonomi
antara
lain:
pembiayaan pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas, air, konstruksi, perdagangan, transportasi dan komunikasi, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lain-lain. 3. Pembiayaan per segmen antara lain: pembiayaan korporasi, komersial, kecil, usaha mikro dan konsumer.
4. Linkage Program Bank Syariah Mandiri Linkage program Bank Mandiri Syariah terdiri dari dua pola yaitu pola Executing dan pola Channeling. Untuk pola executing menggunakan akad Mudharabah, sedangkan pola Chanelling biasanya menggunakan akad Murabahah kepada calon nasabahnya dengan tingkat margin 20%. Linkage program di bank syariah mandiri di tunjukan kepada: a. Lembaga
keuangan
mikro
syariah
(LKMS),
Lembaga
Keuangan Bukan Bank. b. Usaha sudah berjalan 2 tahun. c. Usaha
tersebut
memenuhi
ketentuan
dan
persyartan
pembiayaan yang berlaku serta dinyatakan layak oleh Bank Syariah Mandiri. 67
Jika telah memenuhi syarat diatas dan ingin menjalin Linkage program dengan Bank Syariah Mandiri harus mengikuti standar operasional sebagai berikut: a. Lembaga
Keuangan
Mikro
Syariah
melakukan
permohonan pembiayaan ke cabang PT Bank Syariah Mandiri terdekat. b. Wawancara
dan
pemenuhan
informasi/data/dokumen
persyartan. c. On the Spot (OTS) dan transaksi jaminan. d. Analisa layak atau tidaknya diberikan pembiayaan. e. Penandatangan surat persetujuan pembiayaan dari BSM. f. Akad pembiayaan. g. Pencairan pembiayaan. Dana yang disalurkan oleh BSM untuk pembiayaan mikro tergantung pricing. Sebagian dana yang diberikan berupa dana Cash (Tunai) yang berupa modal kerja, sedangkan jaminan yang harus di serahkan oleh nasabah dalam pembiayaan linkage program ini sebesar 100% dari pembiayaan yang disalurkan atau sesuai dengan ketentuan Bank. Linkage program BSM terdiri dari dua pola yakni Executing dan Channeling. Adapun ketentuan yang berlaku pada kedua pola tersebut di BSM yakni: 68
a. Wewenang memutuskan pembiayaan mengacu kepada ketentuan Bank. b. Bank melakukan analisa on desk dan on site (on the spot) terhadap pemohonan pembiayaan dari LKMS baik selaku Mudharib atau mitra kerja dengan menggunakan format analisa pembiayaan yang berlaku dibank. c. Penyimpanan jaminan: pada Pola Executing, jaminan end user disimpan LKMS. Sedangkan pada pola channeling, jaminan end user disimpan oleh Bank. Namun apabila tempat jaminan milik LMKS dinilai layak oleh bank, maka jaminan dapat disimpan di LKMS. d. Coverage jaminan sebesar 100% dari besarnya limit pembiayaan. e. Jangka waktu pencairan limit pembiayaan ditetapkan dalam akad pembiayaan maksimum satu tahun sejak ditanda tanganinya akad pembiayaan. f. Ketentuan margin/bagi hasil, denda (keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan margin bagi hasil) dan pembiayaan administrasi sesuai dengan ketentuan bank.
69
Pada pola Executing sebelum LKMS Mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah Mandiri, biasanya LKMS Telah mengelompokan calon yang akan mendapatkan pembiayaan lewat dana yang di dapat dari Bank Syariah Mandiri jika belum ada atau sedikit calon yang akan mendapatkan pembiayaan dari LKMS, maka pencairan dana dapat dilakukan secara berangsur.
Sedangkan
untuk
pola
channeling,
LKMS
mengajukan
pembiayaan kepada calon anggota yang ingin mendapatkan pembiayaan.
B. Laporan Perkembangan Pembiayaan BSM Tabel 4.1 Perkembangan Pembiayaan BSM Periode 2009-2013
(dalam Rp milyar)
Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan BSM Periode 2009-2013
Sumber: Bank Syariah Mandiri (data diolah)
70
Hingga tahun 2010, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk semua segmen usaha sebesar Rp 23,97 triliun, meningkat sebesar Rp. 7,91 triliun atau tumbuh 49,21% dibanding total pembiayaan Rp. 16,06 triliun di tahun 2009. Dan pada tahun 2011, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk semua segmen usaha sebesar Rp36.73triliun, meningkat sebesar Rp12.76 triliun atau tumbuh 53,23% dibanding total pembiayaan Rp23,97 triliun di tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan BSM yang melampaui pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tersebut mendorong kenaikan pangsa pasar pembiayaan BSM terhadap pembiayaan perbankan syariah dari 35,16% tahun 2010 ke 35,78% tahun 2011. Dan Selama tahun 2013, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk semua segmen usaha sebesar Rp50,46 triliun, meningkat sebesar Rp5,70 triliun atau tumbuh 12,75% dibanding total pembiayaan Rp44,75 triliun di tahun 2012. 1. Porsi Pembiayaan UMKM Tabel 4.2 Perkembangan Porsi Pembiayaan UMKM Periode 2009-2013 (dalam Rp Milyar)
Tahun
Nominal
Share (%)
2009
2.146
13,36%.
2010
4.082
17,03%
2011
5.129
13,96%,
71
2012
7.356
16,44%
2013
8.618
17,08%
sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Porsi Pembiayaan UMKM di tahun 2010 sebesar Rp 4,08 triliun dengan porsi 17,03%, meningkat dibandingkan porsi pembiayaan usaha mikro dan kecil tahun 2009 sebesar 13,36%. Dan Pembiayaan usaha mikro dan kecil di tahun 2011 sebesar Rp5,13 triliun dengan porsi 13,96%, menurun dibandingkan porsi pembiayaan usaha mikro dan kecil tahun 2010 sebesar 17,03%. Pembiayaan usaha mikro dan kecil di tahun 2013 sebesar Rp8,6 triliun dengan porsi 17,08%,meningkat dibandingkan porsi pembiayaan usaha mikro dan kecil tahun 2012 sebesar 16,44%.
2. Pembiayaan Pada Linkage Program Tabel 4.3 Perkembangan Linkage Program BSM Periode 2009-2013 (dalam Rp Milyar)
Tahun
Nominal
Share (%)
2009
834
12,35%
2010
920
15,04%
2011
1.491
29.08%
2012
1.360
18,49%
2013
1.934
41,58%
sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandir
72
C. Analisis Rasio - Rasio 1. Rasio profitabilitas Profitabilitas (Y1) adalah kemampuan sutau perusahaaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam penelitian ini analisis profitabilitas yang digunkan adalah return on equity (ROE).
Return on equity (ROE) ROE
= Laba Bersih
x 100%
Modal Sendiri
Tabel 4.4 ROE Bank Syariah Mandiri tahun 2009 - 2013 ROE (%)
Tahun
Presentase (%)
2009
21,40%
2010
25,05%
2011
24,24%
2012
25,05%
2013
15,34%
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
73
Grafik 4.2 Pertumbuhan ROE Bank Syariah Mandiri Tahun 2009 - 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri kinerja Return on Equity (ROE) BSM tahun 2010 menunjukkan peningkatan. ROE BSM tahun 2010 sebesar 25,05% dan berada di atas ratarata ROE 5 (lima) Bank Umum Syariah Perbankan Nasional sebesar 17,62%. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan pencapaian laba bersih yang
signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu BSM membukukan pertumbuhan Laba Bersih sebesar Rp127,58 miliar atau 43,85% semula Rp290,94 miliar di tahun 2009 menjadi Rp418,52 miliar di tahun 2010. Akan tetapi pada tahun 2011 ROE BSM mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 24,24% hal ini disebabkan adanya peningktan modal akan tetapi peningkatan modal ini tidak dengan peningkatan laba bersih. dan ROE BSM
74
tahun 2012 sebesar 25,05%, naik dibandingkan ROE BSM tahun 2011 sebesar 24,24%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan pencapaian laba bersih yang signifikan dibandingkan laba bersih dengan tahun yaitu dari meningkat sebesar Rp254,62 miliar atau 46,20%, semula Rp551,07 miliar di tahun 2011 menjadi Rp805,69 miliar di tahun 2012. Pada tahun 2013 adalah ROE BSM terendah sebesar 15,34%, turun dibandingkan ROE BSM tahun 2012 sebesar 25,05%. Posisi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata rata ROE Perbankan Syariah (BUS) sebesar 17,24%.
2. Rasio Kecukupan Modal (CAR) CAR (Capital Adequacy Ratio) atau Rasio kecukupan modal (Y2) adalah yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif
yang
membandingkan
berisiko. modal
Analisis Bank
dalam
dengan
penelitian
aktiva
penghitungan CAR adalah: CAR =
Modal Bank x 100% Aktiva Berisiko (ATMR)
75
ini
beresiko.
yaitu Rumus
Tabel 4.6 CAR Bank Syariah Mandiri tahun 2009 - 2013 CAR (%) Tahun
Presentase (%)
2009
12,39%
2010
10,60%
2011
14.57%
2012
13,82%
2013
14,10%
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
Grafik 4.4 Pertumbuhan CAR Bank Syariah Mandiri Tahun 2009 – 2013
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Ekspansi bisnis yang signifikan pada tahun 2010 menekan rasio kecukupan modal (CAR) BSM pada level 10,60% menurun dibandingkan
76
pada tahun 2009 sebesar 12,39%. Sedangkan Rasio kecukupan modal (CAR) BSM pada level 14.57% pada tahun 2011 meningkat dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 10.60%. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan modal disetor pemegang saham secara tunai pada tahun 2011 sebesar Rp300 miliar. Pada tahun yang sama, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan syariah sebesar 16,63%. Rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 13,82% pada tahun 2012 lebih rendah dibandingkan CAR pada tahun 2011 sebesar 14.57%. Hal ini disebabkan adanya pembayaran pembiayaan diterima sebesar Rp150 miliar dan pembayaran subordinasi sebesar Rp200 miliar. Dan Tingkat kecukupan modal BSM tahun 2013 berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada tingkat 14,10%, rasio tersebut meningkat dari tahun sebelumnya pada level 13,82%. Struktur permodalan BSM tersebut memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar dan risiko pembiayaan dimana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum BI dan struktur modal BSM sudah memenuhi Peraturan BI.
D. Analisis Data Pemamparan data-data diatas telah menggambarkan keadaan data yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya pengelolaan data, Khususnya data Linkage program, Rasio Profitabilitas (ROE, ROA) dan Rasio Kecukupan Modal (CAR). Untuk mendapatkan output yang baik maka 77
data tersebut harus diuji terlebih dahulu. variabel yang digunakan adalah variabel Linkage Program Sebagai Variable bebas untuk pengaruhnya terhadap Variabel Terikat yaitu Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio Kecukupan Modal (CAR). Karna penelitian ini memiliki dua variabel yang terikat maka pengujian akan dilakukan dua kali dengan menggunkan analisis linear berganda. Pengujian pertama adalah pengujian variabel linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas dan pengujian kedua adalah pengujian variabel linkage program terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) dengan menggunakan SPSS 16.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisis Pengaruh Linkage Program terhadap Rasio Profitabilitas (ROE)
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi Rasio Profitabilitas (ROE) Model Summary
Model 1
R .875a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.766
.687
.250
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Koefisien Korelasi (R) menunjukan korelasi (hubungan) antar variabel Linkage Program dengan
78
variabel Rasio Profitabilitas (ROE), Besarnya hubungan tersebut adalah 0,875 atau 87,5%. Ini menunjukan bahwa linkage program (X) mempunyai peran sebesar 87,5% terhadap peningkatan rasio Profitabilitas. Dengan kata lain 87,5% rasio profitabilitas (ROE) ditentukan oleh Linkage Program, dan sebesar 12,5% ditentukan oleh faktor lain diluar variabel Linkage program. Berdasarkan
interprestasi koefisien korelasi antara 0,80-1,00
pada tabel
dibawah ini maka dapat diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu Linkage Program dan Rasio Profitabilitas (ROE) sangat kuat. Sedangkan nilai R Square diatas menjelaskan tentang seberapa besar nilai pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel linkage program terhadap variabel Rasio Profitabilitas. Karna nilai yang ada pada R Square adalah 0,766 maka dapat dikatakan bahwa variabel linkage Program dapat menjelaskan 76,6% pengaruhnya terhadap variabel Rasio Profitabilitas (ROE).
Tabel 4.11 Uji Anova Rasio Profitabilitas (ROE) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.612
1
.612
Residual
.188
3
.063
Total
.800
4
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
79
F 9.800
Sig. .052a
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0,052. yang berarti bahwa nilai signifikasi Rasio Profitabilitas (ROE) lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak dan Ha di terima. Artinya adanya hubungan kedua variabel linear,
sehingga model regresi yang digunakan benar dan layak
digunakan. Untuk mengetahui apakah signifikan atau tidak maka dilakukan uji hipotesis. Dan pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Rasio Profitabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha
Jika Rasio Profitabilitas > 0,05 maka Ho ditolak dan menolak Ha
Hasil penghitungan diketahui angka rasio profitabilitas (ROE) lebih kecil dari 0,05 (0,052 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Linkage program dengan Rasio Profitabilitas (ROE). Berdasarkan hasil penghitungan maka akan dapat sebuah model Persamaan regresi. Analisis Regresi adalah salah satu teknik statistik yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih untuk variabel kuantitatif. Persamaan regresi akan digunakan untuk meramalkan nilai suatu variabel. Berikut adalah hasil uji regresi yang dapat dilihat melalui tabel berikut:
80
Tabel 4.14 Uji Koefisien Regresi Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant) linkage program
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
2.500
.250
.437
.140
T
.875
Sig. 10.000
.002
3.130
.052
a. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 2.500 dan nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,437 dengan demikian dapat diambil persamaan regresi
Y= a+bX, berdasarkan hasil penghitungan
diperoleh persamaan regresi sebagi berikut: Y = 2.500+0,437X Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan koefisien regresi 0,437 menyatakan bahwa setiap penambahan penyaluran pembiayaan melalui Linkage program akan meningkatkan rasio profitabilitas sebesar 0,437. Hal ini juga berarti linkage program bernilai positif yang menunjukan bahwa linkage program akan meningkatkan Rasio Profitabilitas (ROE).
Jadi dari hasil uji diatas menunjukan bahwa Linkage Program sangat mempengaruhi tingkat Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Hubungan ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa kecenderungan
81
peningkatan penyaluran pembiayaan akan menyebabkan peningkatan Profitabilitas Bank. Kesesuaian ini disebabkan pembiayaan
karna dalam penyaluran
menggunakan Linkage Program sehingga Bank dapat
meningkatkan penyaluran Pembiayaan melalui lembaga Keuangan yang lebih kecil.
2. Analisis Pengaruh Linkage Program Terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Rasio Kecukupan Modal (CAR) Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .869a
.754
.673
.479
a. Predictors: (Constant), linkage program b.Dependent Variable: Rasio kecukupan modal CAR
Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Koefisien Korelasi (R) menunjukan korelasi (hubungan) antar variabel Linkage Program dengan variabel Rasio Kecukupan Modal (CAR), Besarnya hubungan tersebut adalah 0,869 atau 86,9%. Ini menunjukan bahwa linkage program (X) mempunyai peran sebesar 86,9% terhadap peningkatan Rasio Kecukupan Modal (CAR).
82
Dengan kata lain 86,9% Rasio Kecukupan Modal (CAR) ditentukan oleh Linkage Program, dan sebesar 13,1% ditentukan oleh faktor lain diluar variabel Linkage program.
Berdasarkan
interprestasi koefisien korelasi
antara 0,80-1,00 maka dapat diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu Linkage Program dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sangat kuat. Sedangkan nilai R Square diatas menjelaskan tentang seberapa besar nilai pengaruh yang dapat dijelaskan oleh variabel linkage program terhadap variabel Rasio Kecukupan Modal. Karna nilai yang ada pada R Square adalah 0,754 maka dapat dikatakan bahwa variabel linkage Program dapat menjelaskan 75,4% pengaruhnya terhadap variabel Rasio Kecukupan Modal (CAR).
Tabel 4.13 Uji Anova Rasio Kecukupan Modal (CAR)
ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares
Mean Square
2.113
1
2.113
.688
3
.229
2.800
4
Residual Total
df
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
83
F
Sig. 9.218
.056a
Hasil penghitungan diketahui angka rasio profitabilitas (ROE) lebih kecil dari 0,05 (0,056 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Linkage program dengan Rasio Kecukupan modal (CAR). Selanjutnya berdasarkan hasil penghitungan maka akan dapat sebuah persamaan regresi yang dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.15 Uji Koefisien Regresi Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant) linkage program
Coefficients
Std. Error
Beta
.500
.479
.812
.268
t
.869
Sig. 1.044
.373
3.036
.056
a. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 0,500 dan nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,812. Dan dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan koefisien regresi 0,812 menyatakan bahwa setiap penambahan penyaluran pembiayaan melalui Linkage program akan meningkatkan rasio CAR sebesar 0,812. Hal ini juga berarti linkage program
84
bernilai positif yang menunjukan bahwa linkage program akan meningkatkan Rasio Kecukupan Modal (CAR).
E. Interpretasi Data Berdasarkan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa linkage Program berpengaruh secara signifikan terhadap Rasio Profitabilitas (ROE). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan Ho dan penerimaan Ha. hasil penelitian juga menunjukan bahwa Linkage Program memiliki hubungan yang kuat terhadap Rasio Profitabilitas BSM, hal ini dibuktikan dengan nilai R yang
dihasilkan dari uji koefisien
determinasi yaitu sebesar 0,875.
Berdasarkan nilai tersebut berarti Linkage Program memiliki pengaruh yang besar terhadap Rasio Profitabilitas BSM. Dan hasil penelitian juga menunjukan bahwa linkage program memiliki hubungan yang kuat terhadap Rasio kecukupan Modal (CAR) BSM, hal ini dibuktikan dengan nilai R yang dihasilkan dari uji koefisien determinasi yaitu sebesar 0,869, Berdasarkan nilai tersebut berarti Linkage Program memiliki pengaruh terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) BSM. Dan juga berdasarkan hasil analisis uji signifikasi menunjukan bahwa linkage Program berpengaruh secara signifikan terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan Ho dan penerimaan Ha. 85
Maka dari nilai hasil analisis menunjukan Linkage Program secara positif dan signifikan mempengaruhi Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio kecukupan Modal (CAR) dan dari hasil analisis juga diketahui bahwa diantara ROE dan CAR, Rasio Profitabilitas (ROE) yang lebih dipengarhui oleh Linkage Program.
86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam BAB IV, dan didukung dengan teori – teori yang menjadi landasan berfikir dalam memahami permasalahan, disertain pada pemaparan pada pembahasan dalam skripsi ini, Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Porsi pembiayaan pada linkage program di Bank Syariah Mandiri dalam 5 tahun (2009-2013) mengalami peningkatan yang cukup signifikan kecuali pada tahun 2012. Besarnya porsi pembiayaan pada linkage program dari tahun 2009 - 2013, masing - masing sebesar 12,35%, 15,04%, 29.08%, 18,49% dan 41,58%. Hal ini di sebabkan linkage program terbukti mampu meningkatkan Penyaluran Pembiayaan BSM. 2. Penerapan pembiayaan pada linkage program di Bank Syariah Mandiri dalam masalah kecukupan modal untuk menampung risiko kerugian yang dihadapi oleh BSM tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai CAR selama 5 tahun (2009-2013) yaitu nilai CAR masing-masing 12,39% - 10,60% 14.57% - 13,82% - 14,10% kelima nilai tersebut berada diatas minimal kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%.
87
3. Berdasarkan hasil pengelolahan data menunjukan bahwa pembiayaan pada Linkage program berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio profitabilitas (ROE). Hal ini berarti Linkage Program dapat meningkatkan penyaluran Pembiayaan sehingga apabila tingkat pembiayaan pada linkage program mengalami peningkatan, maka rasio profitabilitas juga akan meningkat. 4.
Berdasarkan hasil pengelolahan data menunjukan bahwa pembiayaan pada Linkage program berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Rasio
Kecukupan Modal (CAR). Itu berarti semakin baik kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva produktif yang berisiko dengan adanya penerapan Linkage Program.
B. Saran - Saran 1. Kepada Bank Syariah Mandiri diharapkan agar terus meningktakan porsi pembiayaan pada linkage Program karna Linkage program memiliki banyak manfaat yaitu dapat memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro, serta sektor usaha UMKM dan juga berdampak baik bagi BSM karna melihat kondisi perkembangan pembiayaan pada linkage progam yang baik pada setiap tahunnya, yaitu baik dari segi profit yang tumbuh setiap tahunnya, Serta CAR yang relatif baik juga setiap tahunnya.
88
2. Perlu adanya pendampingan atau pengawasan dari Bank Syariah kepada LKMS yang menjalin linkage Program agar tidak mengambil langkah – langkah yang dapat merugikan kedua bela pihak. 3. Meningkatkan komunikasi kepada LKMS sebagai mitra usaha yang menjalin linkage program, sebagai sarana untuk berbagi pengalaman dalam menjalakan usaha-usahanya agar linkage program ini berjalankan dengan lancar dan baik. 4. Agar setiap Bank Syariah memiliki penerapan linkage program, supaya setiap lembaga mikro dapat mengases atau mendapatkan pembiayaan tersebut. 5. Kepada Lembaga Keuangan Mikro Agar dapat lebih mengoptimalkan pembiayaan yang didapat oleh Bank Syariah sehingga akan berdampak positif bagi LKMS dan Bank Syariah tersebut. 6. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan maksud untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang benar – benar sangat berpengaruh dengan penerapan Linkage Program.
89
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keadilan Deskriptif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Antonio, Muhammad Syafi’i. Islamic Banking Bank Syariah dari teori ke praktek. Jakarta: Gema Insani press, 2001. Ascarya. Akad dan Produk bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 2007. Ashori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia Cet.I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007. Bank Indonesia. Generic Model Linkage Program. Jakarta: Bank Indonesia, 2010. Bank Indonesia. Kamus Perbankan Cet.I. Jakarta: Bank Indonesia, 1999. Bank Indonesia. Linkage antar LKS. Jakarta: Bank Indonesia, 2004. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media, 2005. Dendawijaya. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE, 1997. Efferin, Sujoko. Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Surabaya: Bayumedia Publishing, 2004. Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
90
Hasyim. Perkreditan Bank dan Lembaga-lembaga Keuangan Kita edisi pertama, Yogyakarta: BPFE-UGM, 1987. Ismail A. Manajement Perbankan. Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2010. Jalinus Syah dan Adam Shaleh. The Basic English Pocket Dictionory. Jakarta: Akadoma, 1982. Jubaedah. “Peran Strategis Linkage Program Bank Syariah Terhadap Penguatan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)” skripsi S1 pada program studi muamalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Raksa, 2006. Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam edisi ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Kasmir. Bank dan lembaga keuangan lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
91
Kumara, Rian. “Analisis Uji Beda Kinerja BPR YangMengikuti Linkage Program Dengan BPR Yang Tidak Mengikuti Linkage Program Pada Wilayah DPC Depok”. Skripsi S1 pada program studi management Ekonomi, Universitas gunadarma Depok, 2010. Laksono, Satrio. “Pola hubungan Bank Muamalat Indonesia dengan BMT shar-E dalam penyaluran pembiayaan mikro (penelitian di Bank Muamalat Indonesia dan LKMS BMT)” Skripsi S1 pada program studi Muamalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Dendawijaya, Lukman. Manajement Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Maesaroh, Siti. “Efektifitas Linkage Program Bank Syariah Mandiri Dalam Penguatan Pembiayaan Lembaga Kauangan Mikro” Skripsi S1 pada program studi Muamalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Moloeng, Lexi. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Pedoman Umum Linkage Program Antara Bank Umum Dengan Koperasi, Jakarta: Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Republik Indonesia, 2009.
92
Muhammad. Manajement Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi Manajemet Perusahaan YKPN, 2005. Muhammad. Manajement dana Bank Syariah Cet.1. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN , 2004. Muhammad. Manajement Dana Bank Syariah Cet.2. Yogyakarta: Ekonisia, 2005. Muhammad. Bank Syari’ah Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Yogyakarta: Ekonisia 2002. Pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatull. Jakarta, 2012. Riyadi, Slamet. Banking Assets And Liability Manajement. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006. Riyanto, Bambang. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE, 1997. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta, 2008. Suryanto, Thomas Drs. Dasar Dasar perkreditan edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
93
Sutinah dan Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, cet. IV. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Bank Indonesia, lampiran siaran pers No 11/11/PSHM/Humas. artikel diakses pada tanggal 24 Maret 2014 dari http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_1111109.htm DKI Perbarindo, generic model linkage program Bank Umum dengan BPR. artikel diakses pada 28 agustus 2014 dari http://www.dki.perbarindo.org/artikel_detail.php Infobanknews, Headline Perbankan shariah insight. artikel diakses pada 31 Agustus 2014 dari http://www.infobanknews.com/2013/04/bsm-patok-porsipembiayaan-umkm-jadi-75/ Liputan6, Siapa Minat, Bank Syariah Mandiri Salurkan KUR Rp 1,5 Triliun. artikel diakses 23 juli 2014 dari http://bisnis.liputan6.com/read/511502/siapa-minatbank-syariah-mandiri-salurkan-kur-rp-15-triliun Republika. Bank kejar target penyaluran KUR. artikel diakses pada tanggal 31 agustus dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/11/22/bankkejar-target-penyaluran-kur
94
Tony Hidayat, linkage program Solusi Pembiayaan Bagi Hasil. Artikel di akses pada 1 januari 2014 http://ibbloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/31
95
WAWANCARA
Lokasi : Kantor Pusat Bank Syraiah Mandiri
jalan MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340,
Indonesia. Waktu : Tanggal :
Jumat, 3 Oktober 2014
Jam
(setelah Sholat Jumat) 12:56 – 13: 32
:
Narasumber: D.Hartanto Status : Staff Pelaksana Marketing Mikro
1. Kapan Mulai dilaksanakannya Linkage Program di Bank Syariah Mandiri? Penerapan Linkage Program Di BSM sudah dicanangkan tahun 2005 tapi secara Resmi dimulai pada tahun 2006. Dengan kerjasama antara Bank Syariah Mandiri dengan 3 BPRS. 2. Bagaimana proses dan prosedur Bank Syariah Mandiri dalam melakukan kerjasama Linkage program dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah.? BPRS/LKMS dapat mengajukan untuk mendapatkan pembiayaan linkage Program atau dari pihak bank yang mengundang BPRS/LKMS untuk ditawari produk pembiayaan Linkage Program, setelah itu bank akan menganalisis data/informasi/ dokumen LKMS tersebut dan jika memenuhi
syarat dan layak untuk mendapatkan pembiayaan Linkage Program maka Bank akan memproses dan melakukan perjanjian kerja sama kepada pihak LKMS tersebut. 3. Pola linkage program apa saja yang diterapakan Bank Syariah Mandiri dan apa saja akadnya? Linkage program di Bank Syariah Mandiri terdiri dari dua pola yakni pola Executing dan pola Channeling, Untuk pola executing menggunakan akad Mudharabah, sedangkan pola Chanelling biasanya menggunakan akad Murabahah. 4. Berapa Margin yang ditetapkan pada Linkage Program? tingkat margin Linkage Program yang ditetapkan BSM yaitu 20%. 5. Apakah dengan diterapkannya linkage program sangat membantu dalam meningkatkan pembiayaan Mikro? ya, sangat membantu, sejak diterapkannya Linkage program penyaluran pembiayaan mikro terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Karna dengan linkage program ini Bank jadi lebih mudah menjangkau usaha – usaha mikro yang dibantu oleh LKMS/BPRS. 6. Bagaimana perbandingan rasio profitabilitas Bank syariah mandiri sebelum dan sesudah diterapkannya linkage program? Besarnya Rasio Profitabilitas baik ROE, ROA sebelum adanya Linkage Program mengalami Fluktuasi pada tahun 2000 – 2005. Sedangkan
selama berlangsungnya Linkage program terhitung dari tahun 2006, Rasio Profitabilitas BSM mengalami penibngkatan yang cukup signifikan.
7. Apakah Linkage program berkontribusi besar untuk meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah Mandiri? Ya, sangat berkontribusi besar, target utama dari Bank Syariah Mandiri adalah pelaku usaha-usaha mikro dan dengan adanya Linkage Program, penyaluran pembiayaan mikro semakin meningkat dan untuk risiko dengan penerapan linkage program ini risiko pun semakin kecil karna risiko pembiayaan tdk hanya di tanggung oleh bank tapi di tanggung bersama, dan dalam pemngawasannya lebih bisa diawasi karna LKMS/BPRS juga bertanggung jawab dalam pengawasan pembiayaan yang diberikan ke nasabah.
Lampiran : Hasil Uji Statistik
Uji Koefisien Determinasi Rasio Profitabilitas (ROE) Model Summary Std. Error of the Model 1
R
R Square .875a
Adjusted R Square
.766
Estimate
.687
.250
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Uji Anova Rasio Profitabilitas (ROE) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.612
1
.612
Residual
.188
3
.063
Total
.800
4
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
F 9.800
Sig. .052a
Uji Koefisien Regresi Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant) linkage program
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
2.500
.250
.437
.140
T
.875
Sig. 10.000
.002
3.130
.052
a. Dependent Variable: Rasio profitabilitas ROE
Koefisien Determinasi Rasio Kecukupan Modal (CAR) Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .869a
.754
.673
a. Predictors: (Constant), linkage program b.Dependent Variable: Rasio kecukupan modal CAR
.479
Uji Anova Rasio Kecukupan Modal (CAR)
ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares
Mean Square
F
2.113
1
2.113
.688
3
.229
2.800
4
Residual Total
df
Sig. .056a
9.218
a. Predictors: (Constant), linkage program b. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
Uji Koefisien Regresi Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) linkage program
B
Coefficients
Std. Error
Beta
.500
.479
.812
.268
a. Dependent Variable: rasio kecukupan modal(CAR)
t
.869
Sig. 1.044
.373
3.036
.056
KILAS KINERJA 2013 Fakta BSM Tahun 2013
Alhamdulillah, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan pertumbuhan Aset sebesar Rp9,74 triliun atau 17,95%, semula sebesar Rp54,23 triliun di tahun 2012 menjadi Rp63,97 triliun di tahun 2013. Total penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar Rp9,05 triliun atau 19,09%, semula Rp47,41 triliun di tahun 2012 menjadi 56,46 triliun di tahun 2013. Penyaluran pembiayaan meningkat sebesar Rp5,71 triliun atau 12,75%, semula Rp44,76 triliun di tahun 2012 menjadi Rp50,46 triliun di tahun 2013.
Laporan Tahunan 2013
14
Ekuitas tumbuh sebesar Rp681 miliar atau 16,29%, semula Rp4,18 triliun di tahun 2012 menjadi Rp4,86 triliun di tahun 2013. Nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) dalam pelaksanaan selft assessment GCG BSM ke Bank Indonesia mencapai sebesar 1,85 atau kategori “Baik” Penghargaan (Award) dalam berbagai bidang dari beragam institusi sebanyak 42 penghargaan dari dalam dan luar negeri. Prestasi ini mencerminkan tingkat kepercayaan dan apresiasi masyarakat yang sangat tinggi kepada BSM.
PT Bank Syariah Mandiri
BSM menyelenggarakan Rakernas Tahun 2013, tanggal 19-21 Desember 2013. Rakernas diikuti oleh Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direksi, Kepala Divisi, Kepala Bagian dan Kepala Cabang. Rakernas bertujuan untuk menyamakan persepsi dan spirit seluruh insan BSM dalam mencapai target bisnis.
Rp Triliun
Aset
60 48,67
50 40
Rp Triliun Pembiayaan
63,97 54,23
44,75
40 30
32,48
30
36,73 23,97
20
20
10
10
-
2010
2011
2012
Rp Triliun Dana Pihak Ketiga 47,41
50
2013
2010
2011
2012
2013
Rp Triliun Ekuitas
56,46
4,86
5 4,18
42,62
40 30
50,46
50
4
29,00
3,07
3
20
2
10
1
2,02
2010
PT Bank Syariah Mandiri
2011
2012
2013
2010
15
Laporan Tahunan 2013
2011
2012
2013
KILAS KINERJA 2013 Uraian Posisi Keuangan Aset Aset Produktif
Posisi Keuangan 2013
Penempatan SBIS. FASBIS dan Reverse Repo SBSN Pembiayaan yang Diberikan Liabilitas Dana Syirkah Temporer Surat Berharga yang Diterbitkan Dana Pihak Ketiga a. Giro b. Tabungan c. Deposito Ekuitas
1. Sampai dengan akhir tahun 2013, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) belum melakukan aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak terdapat informasi yang memuat harga saham tertinggi, terendah dan tertutup serta volume saham yang diperdagangkan.
63,97
Aset (dalam Rp triliun)
60,00
54,23 48,67
50,00 40,00
32,48
30,00
22,04 17,067
20,00 10,00
6,87
8,27
9,55
2005
2006
12,88
-
2. Sampai dengan akhir tahun 2013, BSM belum melakukan aktivitas penerbitan obligasi, sukuk atau obligasi konvertibel. Sehingga tidak ada informasi yang memuat tentang jumlah obligasi/sukuk/ obligasi konversi yang beredar, tingkat imbal hasil, tanggal jatuh tempo dan peringkat obligasi/ sukuk.
Laporan Tahunan 2013
2004
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013
Aset Rp63,97 triliun
16
PT Bank Syariah Mandiri
dalam Rp miliar 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
6.870
8.273
9.555
12.885
17.066
22.037
32.482
48.672
54.229
63.965
6.404
7.971
8.913
12.269
16.399
21.319
30.744
44.918
50.640
58.947
325
1.373
780
670
1.305
2.381
3.412
4.850
3.125
5.918
5.296
5.848
7.415
10.326
13.278
16.063
23.968
36.727
44.755
50.460
1.420
1.700
2.658
2.647
2.343
3.273
5.010
7.041
9.169
11.029
4.901
5.940
6.200
9.427
13.315
16.963
25.251
37.858
40.380
47.574
200
200
200
400
200
200
200
700
500
500
5.725
7.037
8.220
11.106
14.898
19.338
28.998
42.618
47.409
56.461
981
1.261
2.054
1.846
1.812
2.591
4.015
4.669
6.434
7.525
1.536
1.958
2.668
3.872
5.284
7.163
9.873
14.424
19.148
22.101
3.208
3.818
3.498
5.388
7.802
9.584
15.110
23.525
21.827
26.834
549
633
697
811
1.208
1.600
2.021
3.073
4.181
4.862
56,46 50.00
50,46
Pembiayaan (dalam Rp triliun)
45.00
45.00
40.00
47,41 42,62
40.00
35.00
35.00 23,97
30.00 25.00
25.00
5,30
5,85
7,41
19,34
20.00
13,28
15.00
29,00
30.00
16,06
20.00 10.00
Dana Pihak Ketiga (dalam Rp triliun)
50.00
44,75 36,73
15.00
10,33
10.00
5.00
5,72
7,04
8,22
2004
2005
2006
11,11
14,90
5.00
-
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013
Pembiayaan Rp50,46 triliun
PT Bank Syariah Mandiri
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013
DPK Rp56,46 triliun
17
Laporan Tahunan 2013
KILAS KINERJA 2013 Laporan Laba Rugi 2013
Uraian Laporan Laba Rugi Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib - Bersih Fee Based Income Laba Usaha Laba Sebelum Manfaat/ (Beban) Pajak Penghasilan Laba Neto Laba Komprehensif Laba Bersih Per Saham Dasar
5.438 4.500
3.771
4.000 3.500
2.768
3.000 2.500 1.736
2.000 1.500 1.000
4.685
Pendapatan Pengelolaan Dana Oleh Bank Sebagai Mudharib ( (dalam Rp miliar)
5.000
584
865
934
1.197
2005
2006
2007
2.071
500 2004
2008
2009
2010
2011 2012 2013
Pendapatan Rp5.438 miliar
Laporan Tahunan 2013
18
PT Bank Syariah Mandiri
dalam Rp miliar 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
584
865
934
1.197
1.736
2.071
2.768
3.771
4.685
5.438
269
386
455
512
768
902
1.162
1.781
1.914
2.081
315
479
479
685
968
1.169
1.606
1.990
2.771
3.357
102
94
145
210
301
347
567
1.082
1.139
1.193
141
137
101
167
283
426
580
761
1.119
898
150
137
95
168
284
418
569
748
1.097
884
103
84
65
115
196
291
419
551
806
651
-
-
-
-
-
-
-
553
807
651
1.443
1.169
914
1.611
1.759
2.210
3.179
3.376
3.382
2.232
900
Laba Usaha (dalam Rp miliar)
1.200
Laba Neto (dalam Rp miliar)
806
1.119 1.000
651
898
700
551
761
800
419
500
580
600 426 400 200
141
137
101
291
300
283 167
100
196 103
84
65
115
-
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013
2004
Laba Usaha Rp898 miliar
PT Bank Syariah Mandiri
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Laba Neto
Rp651 miliar
19
Laporan Tahunan 2013
2011 2012 2013
KILAS KINERJA 2013 Uraian Rasio - Rasio Utama Pemenuhan Modal Minimum (CAR) Imbal Hasil Rata-Rata Aset (ROA) - Sebelum Pajak
Rasio-rasio 2013
Imbal Hasil Rata-Rata Ekuitas (ROE) - Setelah Pajak Pembiayaan Terhadap Dana Pihak Ketiga (FDR) Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF NET) Pembiayaan Bermasalah Terhadap Total Pembiayaan (NPF GROS) Pendapatan Bagi Hasil Bersih Terhadap Aktiva Produktif (NIM) Aset Lancar Terhadap Kewajiban Lancar Liabilitas Terhadap Ekuitas (DER) Liabilitas Terhadap Aset (DAR)
Pemenuhan Modal Minimum (CAR)
25,00% 20,00% 15,00%
11,88% 12,56%
10,57%
14,57%
12,43% 12,66% 12,39%
13,82%
14,10%
10,60%
10,00% 5,00% 0,00% 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 2012 2013
CAR 14,10%
Laporan Tahunan 2013
20
PT Bank Syariah Mandiri
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
10,57%
11,88%
12,56%
12,43%
12,66%
12,39%
10,60%
2,86%
1,83%
1,10%
1,53%
1,83%
2,23%
22,28%
14,56%
10,23%
16,05%
21,34%
92,50%
83,09%
90,21%
92,96%
1,97%
2,68%
4,64%
2,42%
3,50%
6,91%
2012
2013
14,57%
13,82%
14,10%
2,21%
1,95%
2,25%
1,53%
21,40%
25,05%
24,24%
25,05%
15,34%
89,12%
83,07%
82,54%
86,03%
94,40%
89,37%
3,39%
2,37%
1,34%
1,29%
0,95%
1,14%
2,29%
6,94%
5,64%
5,66%
4,84%
3,52%
2,42%
2,82%
4,32%
6,83%
5,63%
6,31%
6,73%
6,62%
6,57%
7,48%
7,25%
7,25%
162,26%
207,16%
118,60%
171,09%
225,37%
209,34%
202,90%
262,62%
155,26%
178,65%
258,78%
268,79%
381,16%
326,19%
193,87%
204,53%
247,94%
229,11%
219,31%
226,85%
20,67%
20,55%
27,81%
20,54%
13,73%
14,85%
15,42%
14,47%
16,91%
17,24%
3,00%
2,86%
1,83%
1,53%
1,95%
1,83%
22,28% 1,53%
2007
2008
2009
2010
0,00%
2011 2012 2013
2004
2005
2006
ROA 1,53%
PT Bank Syariah Mandiri
15,34%
10,23%
10,00%
0,00% 2006
21,34% 21,40%
14,56%
1,10%
2005
16,05%
20,00%
1,00%
2004
Imbal Hasil Rata-Rata Ekuitas (ROE) Setelah Pajak
25,05% 24,24% 25,05%
2,25%
2,23% 2,21% 2,00%
30,00%
Imbal Hasil Rata-Rata Aset (ROA) Sebelum Pajak
2011
2007
2008
2009
ROE 15,34%
21
Laporan Tahunan 2013
2010
2011 2012 2013