ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM
Disusun Oleh: Epen Sa’ad NIM. 108081000074
JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Epen Sa’ad NIM. 108081000074
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
Murdiyah Hayati, S. Kom, MM NIP. 19700106 200312 1 001
JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, Tanggal 05 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama
: Epen Sa’ad
2. NIM
: 108081000074
3. Jurusan
: Manajemen Perbankan
4. Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank Umum
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 05 Maret 2013
1. Herni Ali HT. SE. MM NIDN. 0422 1259 02
(
2. Dr. Suhendra, MM NIP. 19711206 200312 1 001
(
3. Murdiyah Hayati, S. Kom. MM NIP. 19700106200312 1 001
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 26 Agustus 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama : Epen Sa’ad 2. NIM : 108081000074 3. Jurusan : Manajemen Perbankan 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank Umum Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Agustus 2015 1. Amilin, Dr, SE, Ak., M.Si NIP. 19730615 200501 1 009
(
2. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP. 19731221 200501 2 002
(
3. Indo Yama Nasarudin, SE., MBA NIP. 19741127 200112 1 002
(
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
(
5. Murdiyah Hayati, S. Kom, MM NIP. 19700106 200312 1 001
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Epen Sa’ad
No. Induk Mahasiswa
: 108081000074
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2015 Yang menyatakan,
(Epen Sa’ad) iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae
Data Pribadi / Personal details Nama / Name
: Epen Sa’ad
Tanggal Kelahiran / Date of Birth
: 05 Juni 1990
Jenis Kelamin / Gender
: Laki – Laki
Agama / Religion
: Islam
Warga Negara / Nationality
: Indonesia
Alamat / Addres
: Jl. Cipunegara Raya II Komp. Kejaksaan Agung RI Blok E No. 16 A Cipayung Ciputat, Tangerang Selatan.
Nomor Telepon / Phone
: 085714081444
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Education Qualification 1. SD Negeri 01 Gajah Mati Mesuji, SUM-SEL
(1996 – 2002)
2. SMP Negeri 01 Wiralaga Mesuji, Lampung
(2002 – 2005)
3. SMA Negeri 01 Parung, Kab. Bogor
(2005 – 2008)
4. S1 Manajemen Perbankan, UIN Syarif Hidayatullah
(2008 – 2015)
Pendidikan Non Formal / Training - Seminar / Pengalaman Kerja 1. Seminar Asuransi ACA 2009 2. Seminar Angsa Emas 2010 3. KKSBT (KOPMA) Koperasi Mitra Lestari 2011 v
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suku bunga SBI dan inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit serta dampaknya kepada profitabilitas pada bank umum di Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur. Hasil pengujian substruktur I menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK). Hasil Pengujian Substruktur II menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit di bank umum. Hasil pengujian substruktur III menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum.
Kata Kunci : Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran Kredit, Return On Asset (ROA)
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of SBI Interest Rate, Inflation, toward Third Party Fund (TPF) and Credit Distribution and its implications on the Profitability of Commercial Banks. This Research used path analysis. The result on substructure I shows that the variable of SBI interest rate have a significant influence on Third Party Fund (TPF). The result on substructure II shows that the variable SBI Interest Rate, Inflation and Third Party Fund (TPF) have a significant influence on Credit Distribution. The result on substructure III shows that the variable SBI Interest Rate, Third Party Fund (TPF) and Credit Distribution have a significant influence on Return On Asset (ROA) at the Commercial Banks.
Keyword : SBI Interest Rate, Inflation, Third Party Fund (TPF), Credit Distribution, Return On Asset (ROA)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT SERTA DAMPAKNYA KEPADA PROFITABILITAS PADA BANK UMUM”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibunda tercinta Juairyah yang telah sabar dan tulus ikhlas membesarkan serta mendidik putra-putrinya. Selalu memberikan dukungan baik moral, materil dan spiritual yang tidak terhingga. Semoga allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada beliau dan semoga penulis dapat membahagiakannya, meskipun tidak sebanding dengan apa yang beliau telah berikan, Amin yarobbal’alamin. 2. Ayahanda tersayang (Alm) Ahmad Alim terima kasih untuk semuanya. Semoga Allah SWT berkenan mengampuni dan menghapus dosa-dosa beliau dan menerima seluruh amal ibadahnya, amin Ya Robbal Alamin. Walaupun saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH akan selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi kebanggan beliau dan keluarga. 3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. viii
4. Bapak Arif Mufraini, MM Selaku pudek bidang akademik fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Islam Negeri Jakarta. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si Selaku ketua jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Murdiyah Hayati, S. Kom, MM selaku dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. 7. Ibu Ela patriana MM. Selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberi bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasehat kepada penulis. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 9. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 10. Kepada seluruh keluarga besar Ahmad Alim dan Juariyah ayuk dan kakak – kakak beserta ipar yang tercinta. Suadara - Saudara tercinta : Ely Fitri Yanti, Heryanto.AD, Ahmadi Tagor.AD, Firdaus.AD, Faisal.AD, Ferdinansyah.AD serta seluruh keponakan dan cucu-cucu lucu, selalu memberikan keceriaan, dukungan semangat serta do’a kepada penulis. 11. Kepada Seluruh keluarga besar Hj. Roba’ah dan anak – anaknya yang telah memberi bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat kepada penulis. 12. Kepada keluarga A Yadi ahmad dan Ayuk Destry yang telah memberi bimbingan, arahan, semangat, motivasi dan nasihat. Serta bersuka rela memberikan tempat dan fasilitas untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 13. Special thanks to khusus yang punya nama Evita Ayu Kusumawati.Amd AKPER, anugrah wanita terindah yang kini selalu besemayam dilubuk hati. Memberikan kebahagian, kecerian, semangat, motivasi, nasihat serta do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. ix
14. Sahabat - sahabatku Aan sophan. SE, Muhammad Ahyan. SH, Tatang Herwanto. Spdi, Mundir. SE, Umar Mochtar. SH, Ujuk Rafles. SE, Efri Sofyan. SE, mereka saya anggap seperti keluarga, kepada mereka saya ucapkan terimakasih untuk semuanya, karena partisipasi dan dukungan serta do’anya dari merekalah sehingga skripsi ini terselesaikan dengan lancar. Terimakasih atas kebersamaannya serta kekompakannya semoga persahabatan kita tetap selalu terjaga. 15. Sahabat dan teman – teman seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang serta saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak jika disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen B 2008 dan Perbankan B Terima Kasih atas kebersamaannya selama ini, dan khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta support yang berharga untuk penulis dari sebelum hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari ALLAH SWT. Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan mapun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita. Amin. Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh
Jakarta, Agustus 2015
Epen Sa’ad (Penulis)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSHIF ..................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .......................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11 A. Sistem Perbankan di Indonesia .................................................. 11 1. Pengertian Bank .................................................................... 12 2. Fungsi Pokok Bank ............................................................... 13 3. Jenis – jenis Bank ................................................................... 13 B. Perkreditan ................................................................................. 17 1. Pengertian Kredit .................................................................. 17 2. Unsur – unsur Kredit ............................................................. 18 3. Fungsi dan Tujuan Kredit ..................................................... 19 4. Jenis – jenis Kredit ................................................................ 20 5. Prinsip – prinsip Pemberian Kredit ....................................... 22 C. Dana Pihak Ketiga ..................................................................... 25 xi
D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ...................................... 27 1. Pengertian Suku Bunga ......................................................... 27 2. Sertifikat Bank Indonesia ...................................................... 29 3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia ................................ 29 E. Inflasi ......................................................................................... 30 1. Pengertian Inflasi .................................................................. 30 2. Jenis – jenis Inflasi ................................................................ 31 3. Indikator Inflasi ..................................................................... 32 4. Efek Buruk Inflasi ................................................................. 34 5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi ....................................... 35 F. Return On Asset (ROA) ............................................................. 35 G. Penelitian Terdahulu .................................................................. 36 H. Kerangka Pemikiran .................................................................. 50 I. Paradigma Penelitian ................................................................. 52 J. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54 B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 55 D. Metode Analisis ......................................................................... 56 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................ 66 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 69 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 69 B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................... 71 1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................. 71 a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ............................ 71 b. Inflasi ................................................................................ 73 c. Dana Pihak Ketiga ............................................................ 74 d. Penyaluran Kredit ............................................................. 76 e. Return On Asset (ROA) .................................................... 77 xii
2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya pada Return on Assets (ROA) pada Bank Umum ................. 79 a. Analisis Korelasi .............................................................. 80 b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................. 82 c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit ..... 87 d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap Return on Assets (ROA) ................................................... 92 e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ................ 101 3. Analisis Jalur Setelah Trimming I ......................................... 103 a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............... 105 b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming I .............. 108 c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming I ............ 112 d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming I ...................... 119 e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 120 4. Analisis Jalur Setelah Trimming II ........................................ 122 a. Analisis Jalur Substruktur I setelah Trimming II .............. 125 b. Analisis Jalur Substruktur II setelah Trimming II ............ 128 c. Analisis Jalur Substruktur III setelah Trimming II ........... 133 d. Uji Kesesuaian Model Setelah Trimming II ..................... 139 e. Hubungan Langsung dan tidak Langsung ........................ 140 C. Interpretasi ................................................................................. 142 BAB IV KESIMPULAN DAN HASIL A. Kesimpulan ................................................................................ 152 B. Implikasi .................................................................................... 153 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 155 LAMPIRAN ................................................................................................... 160 xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Tabel Penelitian Terdahulu ............................................................. 43
3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (fit).................................................... 65
4.1
Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014................................. 72
4.2
Tingkat Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ..................................... 72
4.3
Dana Pihak Ketiga Periode Tahun 2007 – 2014 .............................. 75
4.4
Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 – 2014 ............................... 76
4.5
ROA Periode Tahun 2007 – 2014 .................................................... 78
4.6
Korelasi antara SBI dan Inflasi ........................................................ 80
4.7
Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi ............................................... 80
4.8
Pengaruh suku bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga ............................................................................................... 83
4.9
Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit................................................................................ 88
4.10
Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Kredit terhadap ROA ....................................................................... 93
4.11
Pengujian Pengaruh antar variabel Eksogen dengan Endogen ........ 100
4.12
Hasil Uji Goodness Of Fit Pengaruh SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Kredit serta Dampaknya terhadap ROA .............. 101
4.13
Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 102
4.14
Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming ...... 103
4.15
Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming ................. 104
4.16
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga ..................................................................................... 105
4.17
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 109
4.18
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 113 xiv
4.19
Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming I................................ 119
4.20
Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada ROA (Z) .......................................................................................... 120
4.21
Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Modifikasi................................. 123
4.22
Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II .. 124
4.23
Hasil Korelasi antara SBI dan Inflasi Setelah Trimming II ............. 125
4.24
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga ..................................................................................... 126
4.25
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit .................................................................... 129
4.26
Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Kredit terhadap ROA ................................................................. 133
4.27
Hasil Uji Goodness Of Fit Setelah Trimming II .............................. 139
4.28
Pengaruh Langsung dan Tidak langsung, dan pengaruh total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1) dan Kredit (Y2) Pada ROA (Z) ........................................................................................... 140
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51
2.2
Paradigma Penelitian ........................................................................ 52
3.1
Hubungan Kausal X1 dan X2 Terhadap Y1 ...................................... 57
3.2
Hubungan Kausal X1, X2 dan Y1 Terhadap Y2 ................................. 58
3.3
Hubungan Kausal X1, X2, Y1 dan Y2 Terhadap Z............................. 59
4.1
Perkembangan Suku Bunga SBI Periode Tahun 2007 – 2014 ........ 72
4.2
Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014 ......................... 74
4.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ....................................... 76
4.4
Perkembangan Penyaluran Kredit .................................................... 77
4.5
Perkembangan Return On Asset (ROA) ........................................... 79
4.6
Diagram Hasil Perhitungan .............................................................. 80
4.7
Diagram Jalur Substruktur I ............................................................. 82
4.8
Diagram Jalur Substruktur II ............................................................ 87
4.9
Diagram Jalur Substruktur III .......................................................... 93
4.10
Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I .................................... 104
4.11
Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming I ............................. 105
4.12
Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming I ............................ 108
4.13
Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming I ........................... 113
4.14
Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II ................................... 125
4.15
Diagram Jalur Substruktur I setelah Trimming II ............................ 126
4.16
Diagram Jalur Substruktur II setelah Trimming II ........................... 128
4.17
Diagram Jalur Substruktur III setelah Trimming II ......................... 133
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Mentah .................................................................................... 160
2
Hasil Pengolahan Data .................................................................... 163
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, maka kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan perlu dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan
ekonomi
harus
lebih
memperhatikan
keselarasan
dan
keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis untuk menyerasikan dan menyeimbangkan dari masing-masing unsur adalah perbankan. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, dimana fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010:12). Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting
1
bagi pembangunan ekonomi terkait fungsinya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) dari unit surplus yang memiliki kelebihan dana ke unit defisit yang kekurangan akan dana. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara, bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah, swasta dan perorangan menyimpan dana. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Perekonomian suatu negara dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, salah satunya adalah kebijakan moneter. Kebijakan moneter menjadi salah satu cara pemerintah dalam mengontrol kondisi perekonomian guna mencapai sasaran pembangunan ekonomi melalui bank sentral. Menurut Warjiyo (2006:422), pengaruh kebijakan moneter berdampak langsung pada sektor perbankan. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengawasi dan mengontrol sistem moneter di Indonesia memiliki beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui beberapa saluran, diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran nilai tukar, saluran harga aset dan saluran ekspetasi. Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi
2
simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga data berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektifitas pelaksanaan kebijakan moneter. Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis, dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian. Kondisi perekonomian suatu negara dikatakan meningkat atau menurun dapat dilihat dari beberapa indikator dasar makro ekonomi diantaranya adalah Inflasi dan SBI. Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Menurut Dornbus & Fischer dalam Nandadipa (2010:28), dampak dari inflasi diantaranya menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, meningkatkan kecenderungan untuk belanja, melemahkan semangat untuk menabung, pengerukan tabungan dan penumpukan uang, permainan harga diatas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004 penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, sebagai
3
salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi dipasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. SBI adalah surat berharga dalam
mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (Siamat, 2005:262). Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk melakukan kebijakan moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Instrumen-instrumen yang digunakan antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Selain itu, untuk meredam laju inflasi BI juga melakukan stabilisasi melalui instrumen suku bunga SBI, penetapan suku bunga SBI dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang beredar yang dapat mencegah meningkatnya inflasi. Menurut Kiryanto dalam Pratama (2010:3), Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Saat krisis ekonomi yang melanda kawasan asia tenggara termasuk Indonesia pada tahun 1998 yang mengakibatkan membuat banyak industri menjadi hancur termasuk industri perbankan, saat itu banyak bank-bank yang
4
dilikuidasi oleh Bank Indonesia selaku bank sentral karena banyak bank yang tidak mampu membiayai kegiatan operasional termasuk pengembalian dana nasabah. Sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan. Menurut Bappenas inflasi yang dialami Indonesia saat itu sebesar 35,07% dalam kurun waktu januari hingga mei 1998 dan pada puncaknya angka inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6% merupakan inflasi yang tertinggi dialami Indonesia semenjak tahun 1974 yang waktu itu hanya sebesar 33,3% (Widoseno, 2012:3). Demikian pula perlambatan perekonomian Indonesia yang dilatar belakangi oleh Krisis Finansial Global 2008 – 2009 yang berdampak pada perekonomian di Indonesia. Keketatan likuiditas yang banyak dialami oleh perbankan nasional kala itu telah mendorong perbankan untuk lebih berhati – hati, sehingga cenderung memilih yang paling aman dengan menjaga likuiditas yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan dan memilih menaruh dananya pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ketimbang meminjamkannya kepada bank lain atau melakukan ekspansi kredit kepada nasabah (Purna, Hamidi, Prima, 2009). Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro,
5
penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas (Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010). Salah satu indikator yang menandai keberhasilan bank dalam menghadapi keterpurukan akibat dari krisis yang melanda saat itu adalah kembali meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang disimpan dibank. Seiring dengan normalnya kondisi perekonomian di Indonesia dan keberhasilan bank dalam mengelolah profitabilitasnya membuat masyarakat kembali berani untuk menginvestasikan uang yang dimiliki kesektor perbankan.
6
Kegiatan bank sebagai lembaga intermediary dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu kegiatan pendanaan dan perkreditan. Kegiatan pendanaan diantaranya adalah mencari, memilih dan menetapkan sumber dana (DPK) semurah mungkin. Sedangkan kegiatan perkreditan merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum dan menjadi aktivitas terbesar bagi perbankan karena aktivitas prekeditan memberikan penghasilan terbesar bagi suatu bank yang diperoleh melalui bunga, provisi, komisi, commiitment fee, appraisal fee, dan lain-lain sebagai imbalan dari pemberian kredit. Bank mengeluarkan biaya bunga sebagai imbalan kepada nasabah baik itu berbentuk giro, tabungan, maupun deposito. Sedangkan bank juga memperoleh pendapatan bunga yang berasal dari kredit yang disalurkan (Dendawijaya, 2000:33). Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank sebagai lembaga intermediasi. Selain untuk mensejahterakan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang diperoleh dari pendapatan bunga. Dimana pendapatan bunga ini akan menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar bagi bank. Namun dalam usaha penyaluran kredit mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya, yang mana nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan (Hasibuan, 2011:87). Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diprosikan dengan Return on Assets (ROA), karena ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam operasi perusahaan. Kemampuan bank dalam
7
menghasilkan profit akan bergantung kepada kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mengelolah asset dan liabilities yang ada. Profitabilitas menjadi indikator untuk menilai baik buruknya kinerja dari sebuah perusahaan, dalam menjalankan kegiatan bisnisnya setiap perusahaan akan berusaha untuk menghasilkan profitabilitas yang optimal (Yuliani, 2007:16).
Profitabilitas
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba melalui kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan dan tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan (Yuliani, 2007:16). Bank harus senantiasa menjaga profitabilitasnya untuk menjaga keberlangsungan usahanya dan tingkat kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio-rasio dalam kinerja keuangan, karena rasio-rasio tersebut mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Dengan begitu, profitabilitas bank tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Loen dan Ericson, 2008:31). Dengan didasarkan atas latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang dan mereview penelitian sebelumnya, dengan menggunakan metode dan alat uji yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, serta rentang waktu yang berbeda pula, penulis mencoba untuk mengetahui apakah variabel-variabel eksogen yang berasal dari indikator makro ekonomi dapat mempengaruhi dana pihak ketiga dan penyaluran kredit serta berimplikasi pada profitabilitas bank yang merupakan variabel endogen. 8
Dari latar belakang di atas dimana peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara dan mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi. Maka peneliti memilih judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Kepada Profitabilitas Pada Bank Umum”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)? 2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit? 3. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA)? 4. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
9
a. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). b. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit. c. Menganalisis pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA). d. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit terhadap Return on Assets (ROA). 2. Manfaat Penelitian Diharapkan dari hasil penelitian ini untuk dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya: a. Bagi Penulis Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dibidang perbankan serta sebagai sarana untuk merealisasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah melalui pengkajian dalam karya ilmiah ini. b. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut. c. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi tambahan bagi para mahasiswa maupun pihak lain yang berkepentingan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memungkinkan penelitian berikutnya mengenai topik-topik yang berkaitan yang sifatnya melanjutkan atau melengkapi. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Perbankan di Indonesia Secara etimologi bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata sosial yang bersifat finansial, yang melakukan kegiatan keuangan dan melaksanakan jasa-jasa keuangan. Sistem perbankan di Indonesia berawal dari era sebelum lahirnya UU No. 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan sampai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Judisseno, 2005:105). Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menggantikan UU No. 14 tahun 1967, bank-bank yang sebelumnya beroperasi sebagai bank tabungan, bank pembangunan, dan bank koperasi, semuanya dikelompokan menjadi bank umum. Sementara bank pasar, bank desa, dan lembaga kredit pedesaan lainnya yang telah mendapatkan pengukuhan dari Menteri Keuangan, berubah status menjadi BPR. Sementara itu Bank Indonesia melakukan fungsinya sebagai bank sentral dan melakukan pengaturan, pengawasan, dan pembinaan terhadap sektor perbankan (Siamat, 2005:48). Sistem perbankan Indonesia berbeda dengan sistem perbankan di negara-negara lain, sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan meliputi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Veitzhal, 2007:113).
11
Sistem perbankan di Indonesia terbangun dengan konsep yang dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada. Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya sebagai sistem ekonomi yang demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini di atur dalam Undang-undang Azas Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992, yang berbunyi: “Perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”. Demokrasi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam sistem perbankan di Indonesia ada sebuah otoritas bank sentral yang berfungsi untuk mengatur serta memelihara perbankan. Berdasarkan pasal 23 ayat (3) UUD 1945, di Indonesia hanya ada satu bank sentral yaitu Bank Indonesia (Siamat, 2005:149). 1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Siamat, 2005:275). Menurut Kasmir (2007:11), Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
12
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang kegiatan utamanya meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana, serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas perbankan lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2. Fungsi Pokok Bank Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasa-jasa keuanagan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. Menurut Siamat (2005:276), bank melaksanakan beberapa funsi pokok. Fungsi pokok bank umum diantaranya yaitu: a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi; b. Menciptakan uang; c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat; d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya. 3. Jenis – jenis Bank Menurut Kasmir (2009:35), jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain: a. Dilihat dari Segi Fungsinya Berdasarkan Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri:
13
1) Bank Umum Merupakan
bank
yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Merupakan
bank
yang
melaksanakan
kegiatan
usaha
secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Dilihat dari Segi Kepemilikanya Bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. 1) Bank milik pemerintah 2) Bank milik pemerintah daerah (BPD) 3) Bank milik swasta nasional 4) Bank milik asing 5) Bank milik campuran c. Dilihat dari Segi Status 1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri, atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi 14
bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. 2) Bank Non Devisa
Merupakan bank
yang belum mempunyai
izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti hal nya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga 1) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu: a) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penetuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti administrasi biaya provisi, 15
sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bank
berdasarkan
Prinsip
Syariah
menerapkan
aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan keuntungan
bagi
bank
harga
atau
mencari
yang berdasarkan prinsip syariah adalah
dengan cara: a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penertaan modal (musharakah). c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).
e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah Islam. Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah al-quran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah bunga adalah riba.
16
B. Perkreditan 1. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa seorang debitur yang memperoleh pinjaman telah mendapatkan kepercayaan dari bank bahwa debitur tersebut tidak akan menyalahgunakan pinjaman yang diberikan dan akan mengembalikannya pada saat yang telah ditetapkan (jatuh tempo). Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Menurut pendapat Veitzhal (2007:438), ada beberapa pengertian kredit yaitu:
a. Kredit merupakan penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati. b. Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
17
c. Kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari. d. kredit merupakan suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontraprestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu. e. Kredit merupakan suatu hak, dengan hak itu seseorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu, dan atas pertimbangan tertentu pula. 2. Unsur - unsur Kredit Menurut Kasmir (2009:98), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, jasa atau barang) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang. b. Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. 18
d. Risiko Dengan suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. e. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. 3. Fungsi dan Tujuan Kredit Kredit memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut Hasibuan (2011:88), fungsi kredit bagi masyarakat, antara lain: a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian; b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat; c. Memperluas arus barang dan arus uang; d. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lain); e. Meningkat produktivitas dana yang ada; f. Meningkatkan daya guna (utility) barang; g. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat; h. Memperbesar modal kerja perusahaan; i. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat; j. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
19
Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan penyaluran kredit menurut Hasibuan (2011:88), antara lain adalah: a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit; b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada; c. Melaksanakan kegiatan operasional bank; d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat; e. Memperlancar lalulintas pembayaran; f. Menambah modal kerja perusahaan; g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 4. Jenis - jenis Kredit Menurut Kasmir (2009:103), Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagi segi antara lain sebagai berikut: a. Dilihat dari segi kegunaan 1) Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perlunasan usaha atau mebangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. 2) Kredit modal kerja Digunakan
untuk
keperluan
meningkatkan
produksi
dalam
operasioanlnya. b. Dilihat dari segi tujuan kredit 1) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
20
2) Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. 3) Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. c. Dilihat dari segi jangka waktu 1) Kredit jangka pendek Kredit yang memilki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun. 2) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. 3) Kredit jangka panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. d. Dilihat dari segi jaminan 1) Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. 2) Kredit tanpa jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 21
e. Dilhat dari segi sektor usaha 1) Kredit pertanian 2) Kredit peternakan 3) Kredit industri 4) Kredit pertambangan 5) Kredit pendidikan 6) Kredit propesi 7) Kredit perumahan 8) Dan sektor-sektor lainnya 5. Prinsip - prinsip pemberian kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan analisis 5 C dan 7 P (Kasmir, 2009:108). Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut: a. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
22
b. Capacity Untuk melihat kemampuannya nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu juga dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. c. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan (neraca laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. d. Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition Dalam menilai kredit hendaknya dinilai dari kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. 23
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisi 7 P adalah sebagi berikut: a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. b. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan
tertentu
berdasarkan
modal,
loyalitas
serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. c. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit bermacam-macam. Seperti untuk tujuan investasi, modal kerja, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nsabah dimasa yang akan datang, apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau bahkan mungkin sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunya prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
24
e. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutup oleh sektor lainnya. f. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
C. Dana Pihak Ketiga Menurut Sugiarto (2006:4), Dana Pihak Ketiga merupakan simpanansimpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang di persamakan dengan itu. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Menurut Kasmir (2009:69), secara umum kegiatan penghimpunan dana dibagi kedalam tiga jenis yaitu: 25
1. Simpana Giro (demand deposit) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnyaatau dengan cara pemindahbukuan. Dalam penarikan simpanan giro dapat dilakukan secara tunai adalah dengan menggunakan cek sedangkan penarikan non tunai adalah dengan menggunakan bilyet giro (BG). 2. Simpanan Tabungan (saving deposit) Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing, mau menggunakan sarana yang mereka inginkan. Alatalat yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Buku Tabungan b. Slip Penarikan c. Kwitansi d. Kartu yang terbuat dari plastik
26
3. Simpanan Deposito (time deposit) Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank, dimana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan
pada
waktu
tertentu
berdasarkan
perjanjian
nasabah
penyimpan dengan bank. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia dewasa ini, adalah sebagai berikut: a. Deposito berjangka, Deposito yang diterbitkan atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan. b. Sertifikat Deposito, Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. c. Deposito on Call, Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Sebelum deposito on call dicairkan nasabah terlebih dahulu memberitahukan bank tiga hari sebelumnya. D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia 1. Pengertian Suku Bunga Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensioanal kepada nasabah yang 27
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartiakan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang mempeoleh pinjaman). (Kasmir, 2009:131). Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut: a. Bunga simpanan
Yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang telah menyimpan dananya di bank. bunga simpanan merupakan sebuah harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh bunga simpanan yaitu: bunga giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga pinjaman
Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank pemberi pinjaman. Sebagai contoh yaitu bunga kredit. Menurut Ismail (2010:131), bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Pada dasarnya suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. b. Suku bunga riil merupakan suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. 28
2. Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual secara diskonto melalui lelang. Jangka waktu jatuh tempo S B I mulai dari 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI merupakan instrumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka sebagai pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (Siamat, 2005: 262). Hasil dari penempatan dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan memperoleh imbalan berupa bunga yang dinyatakan sebagai tingkat suku bunga SBI. 3. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Menurut Siamat (2005:263), Sertifikat Bank Indonesia sebagai instrument pasar uang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 b. Jangka waktu SBI sekurang-kurangnya 1 bulan dan paling lama 12 bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo. c. Diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto (discounted basis).
29
d. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless). e. Dapat diperdagangkan di pasar sekunder. f. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut: Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai g. Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan menggunakan formula berikut:
Jadi tingkat Suku Bunga SBI merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam fungsinya mengawasi serta mengontrol kegiatan moneter yang dilakukan dengan kebijakan operasi pasar terbuka. Pembelian SBI dilakukan melalui mekanisme perbankan, dengan penempatan dana-dana atau pencairan kembali dana-dana BUMN atau perusahaan milik Negara. E. Inflasi 1. Definisi Inflasi Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan hargaharga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. 30
2. Jenis - Jenis Inflasi Menurut Sinungan (1987:51), berdasarkan derajatnya “parah” tidaknya inflasi dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun) b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun) c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun) d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun) Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebabnya kenaikan harga berlaku, inflasi dibedakan kepada tiga bentuk sebagai berikut: a. Inflasi Tarikan Permintaan Inflasi ini biasanya terjadi saat perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan tersebut yang dapat menimbulkan inflasi. b. Inflasi Desakan Biaya Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
Inflasi
ini
terutama
berlaku dalam
masa perekonomian
berkembang dengan pesat saat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka
akan
berusaha
meningkatkan
produksi
dengan
cara
31
memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya untuk mencegah
pekerjanya
mencari
pekerjaan baru
dengan tawaran
pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga barang. c. Inflasi di Impor Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan. 3. Indikator Inflasi Menurut Manurung dan Rahardja (2004:164), terdapat beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi yaitu seperti: a. Indek Harga Konsumen IHK merupakan angka indeks menunjukkan pergerakan tingkat harga dari sejumlah paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberikan bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar ratusan
32
komoditas pokok dengan melihat perkembangan secara regional, dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibu kota propinsi di Indonesia untuk mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
b. Indek Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index) Indeks ini melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh kerana itu IHPB sering disebut sebagai indeks harga produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga
yang diterima produsen berbagai tingkat produksi.
Prinsip yang digunakan unruk menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan IHK:
c. Indek Harga Implisit (GDP Deflator) Sama halnya dengan IHK dan IHPB, perhitungan inflasi dengan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan indeks:
33
4. Efek Buruk Inflasi Menurut Sukirno (2004:338), efek buruk inflasi adalah sebagi berikut: a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi. Inflasi yang tinggi tingkatanya akan menghambat perkembangan ekonomi. Biaya yang terus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan yang membuat pemilik modal lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi dan investasi untuk sektor produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun yang berakibat pada meningkatnya pengangguran. b. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat. Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat. c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. d. Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang berbentuk uang tunai yang disimpan akan menurun nilai riil nya bila terjadi inflasi.
34
e. Memperburuk pembagian kekayaan. Seperti halnya di atas, inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik harga tetap dan penjual akan semakin tidak merata. 5. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi Menurut Sukirno (2004:34), kebijakan untuk mengatasi inflasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah: a. Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambahkan pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. b. Kebijakan Moneter, yaitu dengan menambahkan suku bunga dan membatasi kredit. c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor atas bahan mentah, penetapan harga, menggalakan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi. F. Return on Asset (ROA) Menurut Riyadi (2007:156), ROA adalah adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan
35
operasional bank sebelum pajak. Total asset yang digunakan untuuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari asset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembali (return) semakin besar. Rumus penghitungan Return on Assets (ROA):
G. Penelitian Terdahulu Patria Yunita (2007), meneliti mengenai pengaruh suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan syariah diperlukan upaya peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga. Pertumbuhan dana pihak ketiga dalam lingkungan dual banking system dipengaruhi oleh pergerakan variabel makro ekonomi yang kompleks. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh variabel makro ekonomi yaitu suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US $ terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perbankan syariah yang menjadi salah satu signal besar share pasar yang berhasil diraih sistem perbankan syariah. Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi denga besaran net equivalent rate,
sementara
pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate. Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini menjadi InDPK dan InExR. Penelitian ini menggunakan model regresi linier 36
sederhana, dengan menguji masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek multikolinieritas yang menyebabkan asumsi-asumsi yang tidak sesuai. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $ memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga. Ari Cahyono (2009), meneliti pengaruh indikator dan makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh indikator makro ekonomi (suku bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian diharapkan bahwa indikator makroekonomi (suku bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG, dan PDB) tidak mempengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang Positif. Berdasarkan penelitian dengan metode yang sama menunjukan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Chintia Agustina Triadi (2010), meneliti mengenai analisis pengaruh makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga (dpk) pada bank umum dan bank syariah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dari penelitian
37
ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia cabang Surabaya selama 3 tahun mulai 2006 – 2008 dalam periode triwulan. Data yang dianalisis menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel Inflasi, Kurs Rupiah terhadap US $, dan suku bunga SBI terhadap variabel terikat (Y) yaitu Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah (Y2). Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan Suku Bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah (Y2), dengan hasil Fhitung sebesar = 18,262 > Ftabel = 4,07 untuk Y1 dan Fhitung = 37,444 > Ftabel = 4,07 untuk Y2. Untuk pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum, dengan t hitung = 2,623 > t tabel = 0,462 untuk X1 dan t hitung = -2,819 > t tabel = 0,504 untuk X3. Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi (X1) dengan t hitung = 3,330 > t tabel = 0,580. Roy Efraim Bancin (2005) dengan judul, “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di Indonesia”, dengan mengguanakan analisis regresi sederhana menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan positif pada
38
tingkat inflasi dengan koefisien determinasi sebesar 0,483. Kemudian suku bunga SBI berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Indonesia dengan koefisien determinasi sebesar 0,317. Anggo Bagus Wicaksono (2007), meneliti tentang analisis pengaruh produk domestik, dana pihak ketiga (DPK) perbankan dan tingkat suku bunga SBI terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia tahun 2002 – 2006. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kuadrat terkecil atau biasa disebut Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil perhitungan data yang ada, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwasannya Produk Domestik Bruto (PDB) dan dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia periode 2000 sampai 2006. Sri Haryati (2009), meneliti mengenai pertumbuhan kredit perbankan di indonesia : intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (suku bunga,
inflasi,
nilai tukar) dan variabel pertumbuhan ekses likuiditas
(secondary reserve) serta variabel penghimpunan dana yang terdiri dari DPK, pinjaman, dan modal sendiri terhadap pertumbuhan kredit perbankan yang beroperasi di indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan pada perbankan
nasional semua variabel makro (suku bunga, inflasi, nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap kredit, sementara itu variabel DPK dan pinjaman diterima
39
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kredit sedangkan ekses likuiditas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit. Gabriela Haryani Nona (2009), meneliti mengenai pengaruh capital adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CS), Return on Asset (ROA), Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap variabel tergantung yaitu Pertumbuhan Kredit pada Bank BUMN. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan publikasi bank BUMN yang terdiri dari Bank Mandiri, BNI dan BRI periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti
yaitu dengan
menggunakan uji f untuk melihat pengaruh secara bersama-sama, serta uji t untuk melihat pengaruh secara parsial atas variabel-variabel bebas terhaadap variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47 persen. 40
Billy Arma Pratama (2010) dengan judul, “Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”, diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit Bank Umum harus melakukan penghimpunan dana secara optimal, dan memilki manajemen perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang disyarakatkan ole Bank Indonesia. Jiang, Tang, Law dan Sze (2003), berdasarkan dari perubahan penting dalam sistem operasi keuangan pasca krisis keuangan asia 1997, mereka melakukan penelitian mengenai profitabilitas perbankan di Hong Kong. Dalam penelitian tersebut periode yang digunakan dari tahun 1992 sampai 2002 dengan menggunakan metode panel regresi. Dari analisis empiris yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga riil berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Intan Cynara (2006) dengan judul, “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 – 2003”, menjelaskan bahwa bedasarkan hasil analisis regresi, maka diperoleh petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan, 41
assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat negatif. Anisyah Harahap (2006) dengan judul, “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR dimana masing-masing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji Ftest yang dilakukan menunjukan bahwa seluruh variabel bebas pada model regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Faisal Musadad (2010), dalam penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Dari penelitian ini dapat disimpulakan bahwa dari hasil Substruktur I mengatakan bahwa secara simultan variable DPK, CAR, SBI dan Inflasi memiliki pengaruh sebesar 0,993 atau 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variable DPK 42
dan inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum. Sedangkan variable CAR dan SBI berpengaruh negative dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank umum. Dari hasil substruktur II menyatakan bahwa secara simultan variable DPK, CAR, SBI dan kredit memiliki pengaruh sebesar 0,522 atau 52,2% terhadap ROA. Secara parsial variable DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variable CAR dan Kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA di kelompok bank umum. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No 1.
Judul Penelitian Analisis pengaruh suku bunga SBI, tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah dalam rangka memperluas share pasar perbankan syariah (2007).
Nama Peneliti Patria Yunita
Alat Analisis Hasil Penelitian Regresi Pengaruh suku bunga SBI Sederhana diidentifikasi denga besaran net equivalent rate, sementara pengaruh tingkat Inflasi diidentifikasi dengan besaran real equivalent rate. Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini menjadi InDPK dan InExR. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu Kurs US $ memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
43
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 2.
3.
Judul Penelitian Analisis pengaruh indikator dan makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah mandiri (2009).
Nama Peneliti Ari Cahyono
Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di Indonesia (2005).
Roy Efraim Bancin
Alat Analisis Regresi Berganda
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap DPK dan pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang Positif. Berdasarkan penelitian dengan metode yang sama menunjukan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Regresi Hasil penelitian Sederhana menunjukan bahwa variabel suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan positif pada tingkat inflasi dengan koefisien determinasi sebesar 0,483. Kemudian suku bunga SBI berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Indonesia dengan koefisien determinasi sebesar 0,317.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 4.
Judul Penelitian Analisis pengaruh makro ekonomi terhadap dana pihak ketiga (dpk) pada bank umum dan bank syariah (2010)
Nama Peneliti Chintia Agustina Triadi
Alat Analisis Regresi Berganda
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Kurs Rp / US $ (X2), dan Suku Bunga SBI (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum (Y1) dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah (Y2), dengan hasil Fhitung sebesar = 18,262 > Ftabel = 4,07 untuk Y1 dan Fhitung = 37,444 > Ftabel = 4,07 untuk Y2. Untuk pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Inflasi (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum, dengan t hitung = 2,623 > t tabel = 0,462 untuk X1 dan t hitung = -2,819 > t tabel = 0,504 untuk X3. Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi (X1) dengan t hitung = 3,330 > t tabel = 0,580.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
45
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 5.
6.
Judul Penelitian Analisis pengaruh produk domestik, dana pihak ketiga (DPK) perbankan dan tingkat suku bunga SBI terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia tahun 2002 – 2006 (2007).
Nama Alat Peneliti Analisis Anggo Kuadrat Bagus terkecil Wicaksono atau biasa disebut Ordinary Least Square (OLS).
Analisis pertumbuhan kredit perbankan di indonesia : intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi (2009)
Sri Haryati
Regresi Berganda
Hasil Penelitian Dari hasil perhitungan data yang ada, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwasannya Produk Domestik Bruto (PDB) dan dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap penyaluran kredit UKM di Indonesia periode 2000 sampai 2006. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan pada perbankan nasional semua variabel makro (suku bunga, inflasi, nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap kredit, sementara itu variabel DPK dan pinjaman diterima mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kredit sedangkan ekses likuiditas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan kredit.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 46
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 7.
8.
Judul Penelitian Analisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR), cash ratio, return on asset (ROA), pertumbuhan DPK, suku bunga SBI, dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit Bank BUMN (2009).
Nama Peneliti Gabriela Haryani Nona
Alat Analisis Regresi Berganda
Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat Rentabilitas di bank BNI, BRI, dan Mandiri Periode 2000 – 2003 (2006).
Intan Cynara
Analisis Regresi
Hasil Penelitian Hasil analisis menunjukan bahwa variabel CAR, CR, ROA, Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Kredit. Sedangkan secara parsial hanya variabel Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah Pertumbuhan DPK sebesar 31,47 persen. Hasil analisis regresi, maka diperoleh petunjuk bahwa adanya pengaruh antara tabungan dan deposito dengan rentabilitas yang bersifat negatif, hal ini dipengaruhi oleh biaya, pendapatan, assets dan modal yang digunakan. Pada bank BNI hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA dan NIM bersifat negatif, sedangkan terhadap ROE bersifat positif, ini dikarenakan adanya beban penghapusan aktiva produktif yang cukup besar, sedangkan pada bank BRI dan Mandiri hubungan antara tabungan dan deposito terhadap ROA, ROE, dan NIM semuanya bersifat negatif.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 47
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 9.
10.
Judul Penelitian Analisis Pengaruh DPK, CAR, SBI dan Inflasi terhadap penyaluran kredit serta implikasinya terhadap profitabilitas pada bank umum (2010).
Nama Peneliti Faisal Musadad
Alat Analisis Analisis Jalur (Path Analysis)
The profitability of the banking sector in Hong Kong (2003).
Jiang, Tang, Law dan Sze
Regresi Panel
Hasil Penelitian Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari hasil substruktur I menyatakan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan inflasi memiliki pengaruh sebesar 99,3% terhadap tingkat penyaluran kredit. Secara parsial variabel DPK dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan variabel CAR dan SBI berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Dari hasil substruktur II menyimpulkan bahwa secara simultan variabel DPK, CAR, SBI dan Kredit memiliki pengaruh sebesar 52,2% terhadap ROA. Secara parsial variabel DPK dan SBI memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel CAR dan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank Umum. Dari analisis empiris yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makro ekonomi merupakan faktor penting yang mempengaruhi profitabilitas bank di Hong Kong. Semua variabel makro ekonomi yaitu tingkat GDP, inflasi, dan tingkat bunga Riil berhubungan positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
48
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 11.
12.
Judul Penelitian Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequay Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia (2006).
Nama Peneliti Anisyah Harahap
Alat Analisis Regresi Berganda
Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (2010).
Billy Arma Pratama
Regresi Berganda
Hasil Penelitian Menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikansi (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR dimana masingmasing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-test yang dilakukan menunjukan seluruh variabel bebas pada model regresi secara bersamasama mempengaruhi variabel terikat Hasil penelitian menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.
Sumber: Penelitian Terdahulu 49
H. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan gambaran proses secara umum peneliti
memperoleh
data
kemudian
mengolah
data
tersebut
dan
menginterpretasikan hasil dari data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya dengan penambahan dan perubahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda. Dari beberapa toeri yang telah ada peneliti merangkaikan menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Setelah peneliti melakukan observasi terhadap beberapa jurnal, skripsi, dan tesis yang terkait. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path). Hal ini karenakan analisis jalur dapat memperhatikan hubungan langsung dan tidak langsung. Variabel yang diteliti adalah Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Penyaluran Kredit, dan Return On Assets (ROA). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah Suku Bunga SBI dan Inflasi. Sedangkan yang menjadi variabel endogen adalah Dana Pihak Ketiga, Kredit dan ROA.
50
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Kebijakan Moneter
Suku Bunga SBI
Bank Umum
Inflasi
DPK
Kredit
ROA
Analisis Jalur
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Interpretasi
51
I. Paradigma Penelitian Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat digambarkan sebuah kontsruk dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut: Gambar 2.2 Paradigma Penelitian e1 1
Y1 e3
X1
1
Z
X2
Y2 1
e2
Keterangan : X1 = Suku Bunga SBI X2 = Inflasi Y1 = Dana Pihak Ketiga (DPK) Y2 = Penyaluran Kredit Z = ROA
52
J. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK Ho : Suku Bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap DPK. Ha
: Suku Bunga SBI dan Inflasi berpengaruh terhadap DPK.
2. Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK terhadap Kredit Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK tidak berpengaruh terhadap Kredit. Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh terhadap Kredit. 3. Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit terhadap ROA Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap ROA. Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap ROA.
4. Pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit terhadap ROA Ho : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit tidak berpengaruh terhadap ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening. Ha : Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK dan Kredit berpengaruh terhadap ROA baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening. 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari kondisi makroekonomi, yaitu melalui variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK dan Kredit serta dampaknya terhadap Profitabilitas. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum dan untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat sebagai alat analisa dengan menggunakan data sekunder yang berupa data laporan keungan bank yang dipublikasikan di Bank Indonesia selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, serta data-data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya ilmiah, dan internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi, kemudian dilakukan pencatatan data yang dibutuhkan.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling. Metode judgement sampling atau purposive sampling pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Abdul Hamid, 2007:29). Judgement sampling yaitu teknik sampling yang satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh 54
satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Kriterianya sebagai berikut (Nurhayati, 2007:51): 1. Merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu
(umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). 2. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti atau sesuatu yang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia dibuat (Nurfadly, mistercela21.wordpress.com).
C. Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data yang mendukung dan relevan dengan topik permasalahan di atas. Selanjutnya peneliti menggunakan data-data tersebut sebagai bahan informasi untuk dianalisis sebagai dasar pemecahan masalah. Data yang saya gunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan libary research. 1. Data Sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang sudah tersedia. Data sekunder yang dapat diperoleh dari penelitian ini 55
adalah data historis, struktur organisasi, laporan keuangan, anggaran dan lain sebagainya (Indriantoro, 1999:147). Data diperoleh dari data Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang memiliki data lengkap mengenai laporan dari sampel bank yang diteliti, data yang digunakan yaitu berupa data time series yang dipublikasikan dari laporan keuangan bank umum di Bank Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 yang telah dipublikasikan. 2. Library Research Merupakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan artikelartikel, buku-buku, jurnal, majalah, membuka website dari objek yang diteliti serta menganalisis literature lain yang berkaitan dengan penelitian ini, dan sumber–sumber dokumentasi lainnya yang dapat mendukung penelitian.
D. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) dengan menggunakan Analysis of Moment Structure (AMOS) 18. Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan metrik korelasi hasil observsi variabel dan 56
nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of-fit (Ghozali, 2008:21). Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak lansung (Ghozali, 2008:93). Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 3 (tiga) subtruktur linier sebagai berikut: Sub struktur I: Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1 dan X2 terhadap Y1 Y1
1
e1
X1
X2
57
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut: Y1 = pY1 X1 + pY1 X2 + €1 Keterangan: Y1 = Dana Pihak Ketiga
X2 = Inflasi
X1 = Suku Bunga SBI
€1 = Residual Error
Sub struktur II: Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, dan Y1 terhadap Y2 Y1 X1
X2 Y2
1
e2
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut: Y2 = pY2X1 + pY2X2 + pY2 Y1 + €2 Keterangan: Y2 = Penyaluran Kredit
Y1 = Dana Pihak Ketiga
X1 = Suku Bunga SBI
€2 = Residual Error
X2 = Inflasi
58
Sub struktur III: Gambar 3.3 Hubungan Kausal X1, X2, Y1, dan Y2 terhadap Z Y1
e3 1
X1 Z X2 Y2
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut: Z = pZX1 + pZX2 + pZY1 + pZY2 + €3 Keterangan: Z = Return on Asset (ROA)
Y1 = Dana Pihak Ketiga
X1 = Suku Bunga SBI
Y2 = Penyaluran Kredit
X2 = Inflasi
€3 = Residual Error
Hair et. al (1998) dalam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu: Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan suatu variable diasumsikan akan berakibat pada perubahan variable lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset prilaku yaitu alasan seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada justifikasi 59
(Pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori. Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest. Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, Tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan Ordinary Least Square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti weight least square (WLS), generalized least square (GLS) dan asymptotally distribution free (ADF).
60
Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktur Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negative, (4) adanya nilai korelasi yang tinggi (>0.90) antar koefisien estimasi. Langkah 6: menilai Kriteria Goodness-of-fit Salah satu tujuan dari analisis jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Ghozali (2008) terdiri dari: 1. Absolute Fit Measure Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan). a. LikeliHood-Ratio Chi-Square statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chisquare (ɀ2). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) 61
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (a) dan ini menunjukan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chisquare yang tidak signifikan (p>0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b. CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. al dalam Ghozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio <2 merupakan ukuran fit. c. Goodness of Fit Index (GFI) Goodness of fit index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukan fit yang lebih baik dan beberapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai diatas 90% sebagai ukuran good fit. d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA) Root Mean Square Error of Approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecendrungan statistik chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori atau competing model strategi dengan jumlah sample besar. 62
2. Incremenial Fit Measures Incremenial Fit Measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. b. Tucker-Lewis Index (TLI) Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor,
tetapi
sekarang dikembangkan
untuk
SEM.
Ukuran
ini
menggambungkan ukuran parsimony kedalam index komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. c. Normed Fit Index (NFI) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90.
63
3. Parsimony Fit Measures Ukuran ini menghubunngkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 di dalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistik yang tersedia maka penggunannya hanya terbatas untuk membandingkan model. a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 dengan nilai semakin tinggi menunjukan model lebih parsimony. b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Parsimony Normed Fit Index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFL. PNFL memasukan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berebeda. Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0.60 sampai 0.90 menunjukan adanya perbedaan model yang signifikan.
64
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) Laporan Statistik
Nilai yang direkomendasikan Imam Ghozali (2008) Cut of Value
Keterangan
Absolute Fit Tidak signifikan (p > 0.05) Probabilitas ɀ2 ɀ2 /df
≤5 <2 <0.01 <0.05
RMSEA
<0.01
Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi
Ukuran yang rasionable Ukuran fit Good fit Very Good fit Outstanding fit Reasonable fit
0.05 ≤ x ≤ 0.08 GFI
>0.09
Good fit
AGFI
≥0.9
Good fit
TLI
≥0.9
Good fit
NFI
≥0.9
Good fit
PNFI
0 – 1.0
Lebih besar lebih baik
PGFI
0 – 1.0
Lebih besar lebih baik
Incremental Fit
Parsimonious Fit
(Sumber : Imam Ghozali, 2008)
65
Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut akan di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Eksogen a. Suku bunga SBI Menurut Kasmir (2009:131), Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensioanal kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartiakan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang mempeoleh pinjaman). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual secara diskonto melalui lelang. Jangka waktu S B I mulai dari 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan (Siamat, 2005:92). Sementara itu berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004 tentang penerbitan Sertifikat Bank Indonesia melalui lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang 66
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (Siamat, 2005:262). Hasil dari penempatan dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan memperoleh imbalan berupa bunga yang dinyatakan sebagai tingkat suku bunga SBI.
b. Inflasi Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. 2. Variabel Endogen a. Dana Pihak Ketiga (DPK) Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tenteng perbankan (pasal 1) disebutkan
bahwa,
simpanan
adalah
dana
yang
dipercayakan
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu.
67
b. Kredit Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
c. Return on Assets (ROA) Menurut
Riyadi
(2007:156),
ROA
adalah
adalah
rasio
profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Dalam bukunya, Mishkin (2007:232) mengatakan bahwa, oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya dikelola dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar dari keuntungan bank adalah return on assets (ROA). Rumus perhitungan Return on Assets (ROA):
68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian diatas fungsi utama dari bank adalah sebagai suatu lembaga perantara (intermediary) antara kelompok masyarakat yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dengan kelompok masyarakat yang kekurangan dana (deficit unit), dimana unit surplus menghimpun dananya di bank dalam bentuk simpanan dan kemudian bank menyalurkan ke unit defisit dalam bentuk kredit, sehingga dari aktifitas tersebut antara sektor moneter dan sektor riil dapat saling menguntungkan. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian (Prudent). Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalurkan dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
69
Berdasarkan Undang-Undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegitan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu Bank Umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. (www.bi.go.id). Pengertian Bank Umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank). Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama antara lain: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito dan tabungan; 2. Memberikan kredit; 3. Menerbitkan surat pengakuan utang; 4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu sendiri;
70
5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga; 6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan 7. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
B. Penemuan Dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut Kasmir (2009:131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada bank (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan utang jangka pendek yang dijual secara diskonto melalui lelang dengan jangka waktu yang ditawarkan mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan (Siamat,2005:92). Hasil dari penempatan dana dalam SBI yang dimiliki oleh pihak lain nantinya akan memperoleh imbalan berupa yang dinyatakan sebagai tingkat Suku Bunga SBI.
71
Tabel 4.1 Suku Bunga Sert ifikat Bank Indonesia (Persen) Periode Tahun 2007 - 2014 Tahun Bulan Januari Februari
2007 9,50 9,25
2008 8 7,93
2009 9,50 8,74
2010 6,44 6,41
2011 6,05 6,06
2012 4,88 3,82
2013 4,84 4,86
2014 7,23 7,17
Maret April Mei
9 9 8,75
7,96 7,99 8,31
8,21 7,59 7,25
6,27 6,20 6,30
6,07 6,08 6,02
3,83 3,93 4,24
4,87 4,89 5,02
7,13 7,14 7,15
Juni Juli Agustus
8,75 8,25 8,25
8,73 9,23 9,28
6,95 6,71 6,58
6,26 6,26 6,26
6,03 6,01 6,01
4,32 4,46 4,54
5,28 5,52 5,86
7,14 7,09 6,97
September Oktober November Desember
8,25 8,25 8,25 8
9,58 10,43 11,21 10,93
6,48 6,49 6,48 6,46
6,64 6,37 6,37 6,37
5,97 5,97 5,97 5,97
4,67 4,75 4,77 4,8
6,96 6,97 7,22 7,22
6,88 6,85 6,87 6,9
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah) Tabel 4.1 menunjukan fluktuasi suku bunga SBI yang di tawarkan oleh Bank Indonesia pada periode Januari 2007 – Desember 2014. Pada table tersebut suku bunga SBI terendah terjadi pada bulan Februari 2012 yaitu sebesar 0,0382 atau 3,82%. Dan tingkat suku bunga SBI tertinggi terjadi pada bulan November 2008 yaitu sebesar 0,1121 atau 11,21%. Berikut adalah grafik perkembangan suku bunga SBI: Gambar 4.1 Perkembangan Suku Bunga SBIPeriode Tahun 2007 – 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
72
b. Inflasi Menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Sementara menurut Sukirno (2004:27), inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu
periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah
persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui besarnya inflasi yang terjadi di Indonesia pada periode Januari 2007 – Desember 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Tingkat Inflasi (Persen) Periode Tahun 2007 - 2014 Tahun Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Januari Februari Maret April Mei Juni
1,04 0,62 0,24 -0,16 0,10 0,23
1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46
-0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11
0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97
0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55
0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62
1,03 0,75 0,63 -0,1 -0,03 1,03
1,07 0,26 0,08 -0,02 0,16 0,43
Juli Agustus September Oktober November Desember
0,72 0,75 0,80 0,79 0,18 1,10
1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04
0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 0,33
1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92
0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57
0,7 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54
3,29 1,12 -0,35 0,09 0,12 0,55
0,93 0,47 0,27 0,47 1,5 2,46
(Sumber: BPS, data sekunder diolah)
73
Tabel 4.2 menunjukan fluktuasi tingkat inflasi periode Januari 2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar -0,0032 atau -0,32%, sedangkan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 dan Desember 2014 yaitu sebesar 0,0246 atau 2,46 %. Berikut adalah grafik perkembangan inflasi: Gambar 4.2 Perkembangan Inflasi Periode Tahun 2007 – 2014
(Sumber: BPS, data sekunder diolah)
c. Dana Pihak Ketiga (DPK) Menurut Sugiarto (2006:4) pengertian dana pihak ketiga sebagai berikut: “Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang di persamakan dengan itu”. Menurut Riyadi (2004:79), sumber dana pihak ketiga dari segi mata uangnya dibedakan menjadi: 1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (deposito dan sertifikat deposito), tabungan dan kewajiban74
kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari bank sentral. 2) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing Sedangkan yang dimaksud dana pihak ketiga valuta asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Tabel 4.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode Tahun 2007 - 2014 (Miliyar) Tahun
Bulan 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Januari Februari Maret
1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697 1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064
April
1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765
Mei
1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474
Juni
1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503
Juli
1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052
Agustus
1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886
September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803 Oktober
1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368
November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680 Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah) Tabel 4.3 menunjukan perkembangan jumlah dana pihak ketiga pada periode Januari 2007 - Desember 2014. Pada masa penelitian ini DPK terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar 1.279.556 (miliyar), sedangkan DPK tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar 4.114.420 (miliyar). Berikut adalah grafik perkembangan DPK: 75
Gambar 4.3 Perkembangan DPK Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
d. Penyaluran Kredit Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian
bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Tabel 4.4 Penyaluran KreditPeriode Tahun 2007 – 2014 (Miliyar) Bulan 2007
2008
2009
Tahun 2010 2011
987.404 1.289.839 1.405.640 1.002.724 1.301.844 1.428.788 1.036.065 1.305.389 1.456.114 1.061.770 1.297.635 1.486.329 1.096.214 1.305.377 1.531.556 1.148.356 1.335.041 1.586.492 1.166.558 1.338.116 1.597.980
1.746.005 1.773.889 1.814.846 1.843.538 1.889.465 1.950.727 1.973.599
2012
2013
2014
2.184.306 2.203.029 2.266.175 2.317.209 2.386.145 2.452.856 2.470.111
2.688.143 2.718.717 2.768.371 2.824.217 2.887.478 2.959.123 3.021.126
3.258.421 3.267.820 3.306.899 3.361.348 3.403.148 3.468.162 3.495.030
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
774.834 783.542 800.373 812.860 823.976 861.498 871.987
Agustus
893.497 1.205.846 1.365.942 1.640.430 2.031.614 2.510.651 3.067.402 3.498.364
September
913.950 1.246.146 1.366.076 1.659.145 2.079.261 2.555.839 3.147.210 3.561.295
Oktober November
937.177 1.297.860 1.377.561 1.675.633 2.106.157 2.585.345 3.159.476 3.558.070 962.389 1.325.323 1.397.578 1.706.403 2.150.957 2.631.002 3.214.397 3.596.614
Desember
1.002.012 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094 2.707.862 3.292.874 3.674.308
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
76
Tabel 4.4 menunjukan perkembangan penyaluran kredit pada periode Januari 2007 – Desember 2014. Pada masa penelitian ini penyaluran kredit terendah terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar 774.834 (miliyar), dimana jika diperhatikan terjadi kecenderungan peningkatan penyaluran kredit dari bulan ke bulan sampai tingkat tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu sebesar 3.674.308 (miliyar). Berikut adalah grafik perkembangan kredit: Gambar 4.4 Grafik Penyaluran Kredit Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
e. Return On Asset (ROA) Menurut
Riyadi
(2007:156),
ROA
adalah
adalah
rasio
profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara Laba (setelah pajak) dengan total asset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan menurut Rosadiana (2011:36), rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio ini sangat penting mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Dalam hal ini 77
profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan, biasanya apabila profitabiltas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabiltas suatu bank yang diukur dengan asset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat. Tabel 4.5 Return On Asset (ROA) Periode Tahun 2007 – 2014 Tahun Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Januari
3,34
3,16
2,69
3,12
Februari Maret
3,03 2,96
2,93 2,72
2,6 2,76
2,91 3,08
April
2,92
2,56
2,71
Mei
2,98
2,62
Juni
2,93
2,53
Juli
2,89
Agustus
2,87
September
2014
2,97
3,7
3,16
2,9
2,86 3,01
3,62 3,05
2,92 3,03
2,79 3,01
3,02
3,01
2,98
2,96
2,93
2,7
2,98
2,97
3,05
2,99
2,98
2,7
3
3,07
3,16
3,02
3,02
2,68
2,69
2,97
3
3,13
3
2,91
2,71
2,67
2,94
2,98
3,07
3,03
2,9
2,84
2,64
2,63
2,91
3,12
3,09
3,06
2,91
Oktober
2,83
2,68
2,65
2,94
3,11
3,1
3,09
2,89
November
2,87
2,6
2,61
2,93
3,07
3,12
3,09
2,87
Desember
2,78
2,33
2,6
2,86
3,03
3,11
3,08
2,85
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah) Tabel 4.5 menunjukan fluktuasi tingkat rata-rata ROA periode Januari 2007 – 2014 pada Bank Umum. Pada masa penelitian ini tingkat rata-rata ROA terendah terjadi pada bulan Desember 2008 yaitu sebesar 2,33%. Tingkat rata-rata ROA cenderung berfluktuasi naik dan turun dari tahun 2007 – 2014. Sedangkan tingkat rata-rata ROA tertinggi terjadi pada bulan Februari 2012 yaitu sebesar 3,62%. Berikut grafik pengembangan ROA:
78
Gambar 4.5 Return On Asset (ROA) Periode Tahun 2007 - 2014
(Sumber: Bank Indonesia (BI), data sekunder diolah)
2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya pada Return on Assets (ROA) pada Bank Umum. Analisis ini dibagi menjadi tiga substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh suku bunga SBI dan inflasi sebagai variabel eksogen terhadap variabel dana pihak ketiga sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga sebagai variabel eksogen terhadap penyaluran kredit sebagai variabel endogen. Subtruktur yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dana pihak ketiga, dan penyaluran kredit sebagai variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut:
79
Gambar 4.6 Diagram Jalur Hasil Perhitungan e1
,306
DPK
-,553
4,297
SBI
e3
-,273
,381 1,030
,056
,061
,072
ROA
,,029
INFLASI
-4,073 ,012
KREDIT ,998
e2
(Sumber: Output AMOS 18 )
a. Analisis Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antar variabel eksogen. Dengan AMOS 18, koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 4.7 pada kolom estimate. Tingkat signifikansi korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel 4.6 pada kolom probabilitas. Korelasi antara variable suku bunga SBI dan inflasi kelompok Bank Umum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Covariances
SBI <--> INFLASI (Sumber: Output AMOS 18)
Estimate .053
S.E. .098
C.R. .541
P .589
Label par_1
Tabel 4.7 Estimasi Korelasi antara Variabel SBI dan Inflasi
SBI <--> (Sumber: Output AMOS 18)
INFLASI
Estimate .056
80
1) Korelasi antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel suku bunga SBI dan Inflasi sebesar 0,56. Untuk mentafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25
: korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,50 : korelasi cukup kuat > 0,50 – 0,75 : korelasi kuat > 0,75 – 1,00 : korelasi sangat kuat Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: a) Ho : tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel. b) Ha : ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan: a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Korelasi sebesar 0,56 mempunyai maksud hubungan antara variabel suku bunga SBI dan inflasi kuat dan searah, searah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI maka Inflasi juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,589 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 81
b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama adalah sebagai berikut: Gambar 4.7 Diagram Jalur Substruktur I
-,553
DPK
,306
e1
SBI ,056
,072
INFLASI (Sumber: Output AMOS 18) Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada table Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antar variabel secara parsial atau individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada table Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di table Regression Weight kolom Probability. (lihat Lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut:
82
Tabel 4.8 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pengaruh antar variabel SBI --> DPK
Estimasi -0,553
Probability
R Square
0,000 0,306
INF --> DPK 0,072 (Sumber: Output AMOS 18)
0,403
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara simultan/gabungan dapat dilihat pada table 4.8 kolom R Square. Besarnya angka R square (r2) adalah 0,306. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi secara gabungan terhadap DPK dengan cara menghitung koifisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut: KD = r2 x 100% KD = 0,306 x 100% KD = 30,6% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi terhadap DPK adalah 30,6%, sedangkan sisanya 69,4% (100% - 30,6%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, dan inflasi adalah sebesar 30,6%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini adalah sebesar 69,4%.
83
Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, dan inflasi terhadap DPK secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4,8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Untuk melihat apakah ada hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK, dapat dilakukan langkah analisis sebagai berikut: a) Ho : Tidak ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK. b) Ha : Ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK. Dengan kriteria sebagai berikut: a) Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. b) Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau -55,3%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga
84
depsito
dan
kredit
perbankan.
Kenaikan
suku
bunga
SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat. Triadi
(2010:3),
mengatakan
bahwa
keberadaan
bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan
signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
85
2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%. Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2007:17) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi,
maka DPK akan mengalami penurunan
diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara. Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita (2007:19) menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran, (supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds tergantung pada besarnya real interest rate. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo
86
dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan kenaikan inflasi maka banyak masyarakat
yang tidak mau
membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya di Bank.
c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyalura Kredit Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua adalah sebagai berikut: Gambar 4.8 Diagram Jalur Subtruktur II DPK SBI ,061 ,056
INFLASI
1,030
,012
KREDIT
,998
e2
(Sumber: Output AMOS 18)
Analisis jalur subtruktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), terhadap Penyaluran Kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom
87
estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran). Adapun ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi, dan DPK terhadap Penyaluran Kredit Pengaruh antar variabel SBI --> KREDIT INF --> KREDIT DPK --> KREDIT
Estimasi
Probability
R square
0,61 0,12 1,030
0,000 0,021 0,000
0,998
(Sumber: Output AMOS 18) Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.9 kolom R Square. Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,998. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit secara gabungan adalah 99,8% (0,998 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100% - 99,8%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit sebesar 99,8%,
88
sementara pengaruh 0,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian. Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau 0,61%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan. Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
89
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi terhadap
data
yang
menunjukan
kapasitas
kredit
signifikan
mempengaruhi realisasi kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut
Bank
Indonesia
(2007:52)
dalam
Musadad
(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya 90
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh antara variabel DPK terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK) merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan 91
kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan merugikan bank. Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati (2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyalura Kredit terhadap Return on Assets (ROA) Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua adalah sebagai berikut:
92
Gambar 4.9 Diagram Jalur Subtruktur III DPK SBI
e3 4,297
-,273
,381
,056
ROA
,029
INFLASI -4,073
KREDIT (Sumber: Output AMOS 18) Analisis jalur subtruktur yang ketiga adalah menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability. (lihat lampiran). Adapun ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA Pengaruh Antar Variabel Estimasi Probability R square -,273 SBI --> ROA 0,048 ,029 INF --> ROA 0,725 4,297 DPK --> ROA 0,010 0,381 -4,073 KREDIT --> ROA 0,012 (Sumber: Output AMOS 18) 93
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.10 kolom R Square. Besarnya angka R Square (r2) adalah sebesar 0,381. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara gabungan adalah 38,1% (0,381 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Penyaluran Kredit terhadap ROA sebesar 38,1%, sementara pengaruh 61,9% disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian. Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.10, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1) Pengaruh antara Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,048 < 0,05. Maka cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,273 atau -27,3%.
94
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. 2) Pengaruh antara Variabel Inflasi terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,725 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel Infasi dengan ROA. Besarnya pengaruh Inflasi terhadap ROA sebesar 0,029 atau 0,29%. 95
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiang, Tang, Law dan Sze (2003:76) yang menyatakan inflasi berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Musaddad (2010:106) bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Teori menurut Cynara (2006:16), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk rentabilitas tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah profit margin, assets utilization dan total equity. 3) Pengaruh antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return on Assets (ROA) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,010 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,297 atau 429,7%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka 96
semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet akan kecil). Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung
kemudian
disalurkan
kembali
kepada
masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA. Anggreni dan Suardhika (2014:32). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 97
4) Pengaruh antara variabel Kredit terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,012 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -4,073 atau -407,3%. Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA
akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati (2012:9)
menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA. Menurut
Bancin
dalam
Musadad
(2010:210)
bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit
merupakan
aktivitas
utama
perbankan
dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
98
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan
bank
menghasilkan
profit,
bahkan
lebih
tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank 99
terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.11 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen Pengaruh antar variabel
Estimasi
Probabilitas
Kesimpulan
SBI
--> DPK
-,553
0,000
INF
--> DPK
,072
0,403
Signifikan Tidak Signifikan
SBI
--> KREDIT
,061
0,000
Signifikan
INF
--> KREDIT
,012
0,021
Signifikan
DPK
--> KREDIT
1,030
0,000
Signifikan
SBI
--> ROA
-,273
0,048
INF
--> ROA
,029
0,725
Signifikan Tidak Signifikan
DPK
--> ROA
4,297
0,010
Signifikan
-4,073
0,012
Signifikan
KREDIT --> ROA (Sumber: Output AMOS 18)
100
e. Hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut: Table 4.12 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Penyaluran Kredit Serta Dampaknya pada ROA
Laporan Statistik
Nilai Yang direkomendasikan Imam Ghozali (2008)
Hasil
Keterangan
-
Model tidak cocok
-
-
0,821
Poor Fit
1
Perfect Fit
≥0,9 ≥0,9 ≥0,9
1
Perfect Fit
0 – 1.0 0 – 1.0
0 -
Poor Fit -
Absolute Fit Probabilitas χ2 χ2 / df RMSEA
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI (Sumber: data diolah)
Tidak signifikan (p>0,05) ≤5 <2 < 0,1 <0,05 <0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08 >0,9
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang fit. Hal ini disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming I. Analisis jalur model Trimming adalah model yang
101
digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut: Table 4.13 Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi Hasil Uji Indeks Goodness of Fit Cut Off Value Sebelum Trimming 1 Trimming Absolute Fit Tidak signifikan 0.725 Probabilitas χ2 (p>0,05) Df 0 1 ≤5 χ2 / df <2 0,123
RMSEA
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI (Sumber: data diolah)
< 0,1 <0,05 <0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08 >0,9
0,821
0,000
1
0,999
≥0,9 ≥0,9 ≥0,9
1
0,992 1,014 1
0 – 1.0 0 – 1.0
0 -
0,100 0,067
Pada trimming pertama, jalur (panah) Inflasi pada Return On Asset (ROA) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,725 > 0,05 (tidak signifikan). Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Return On Asset (ROA). Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan masih ada 102
pengaruh antar variabel yang tidak signifikan yang lebih dari 0,05. Dari modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming I Pengaruh antar variabel SBI --> DPK
Estimasi -,553
INF --> DPK SBI --> KREDIT INF --> KREDIT DPK --> KREDIT SBI --> ROA DPK --> ROA KREDIT --> ROA (Sumber: Output AMOS 18)
,072 ,061 ,012 1,030 -,278 4,165 -3,942
Probabilitas 0,000 0,403 0,000 0,021 0,000 0,043 0,011 0,013
Kesimpulan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi terhadap DPK. 2) Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit. 3) Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA. 3. Analisis Jalur Setelah Trimming I Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 3 (tiga) substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI dan inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua 103
menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit baik secara simultan maupun parsial. Yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming I dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah timming sebagai berikut: Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I e1 ,306 DPK
-,553
4,165
SBI
e3
-,278 ,056 ,072
,381 ROA
1,030
,061
Inflasi
-3,942 ,012
Kredit ,998 e2
(Sumber: Output AMOS 18) Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah trimming I dapat dilihat pada table 4.17. Korelasi antara suku bunga SBI dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming. Tabel 4.15 Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Setelah Trimming I Korelasi antar variabel Estimasi Probabilitas SBI <--> INF (Sumber: Output AMOS 18)
,056
0,589
104
a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming I Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut: Gambar 4.11 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming I
-,553
DPK
,306
e1
SBI ,056
,072
INFLASI (Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pengaruh antar variabel Estimasi SBI --> DPK -0,553 INF --> DPK 0,072 (Sumber: Output AMOS 18)
Probability 0,000 0,403
R Square 0,306
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK secara simultan 30,6%, sedangkan sisanya sebesar 69,4% (100%30,6%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada 105
hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau -55,3%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga depsito
dan
kredit
perbankan.
Kenaikan
suku
bunga
SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat. Triadi
(2010:3),
mengatakan
bahwa
keberadaan
bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa 106
suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif)
dan
signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). 2) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72%. Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2007) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi,
maka DPK akan mengalami penurunan
diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara. Menurut teori Prof. Gregory Mankiw (2001:565) dalam Yunita (2007:19), menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran, (supply) dan permintaan (demand) market of loanable funds tergantung pada besarnya real interest rate.
107
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan kenaikan inflasi maka banyak masyarakat
yang tidak mau
membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya di Bank. b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming I Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut: Gambar 4.12 Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming I DPK SBI ,061
1,030
,056
INFLASI
,012
KREDIT
,998
e2
(Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut:
108
Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan DPK terhadap Penyaluran Kredit Pengaruh antar variabel SBI --> KREDIT INF --> KREDIT DPK --> KREDIT
Estimasi ,061 0,12 1,030
Probability 0,000 0,021 0,000
R square 0,998
(Sumber: Output AMOS 18) Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah 99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau 0,61%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan. Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan 109
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi terhadap
data
yang
menunjukan
kapasitas
kredit
signifikan
mempengaruhi realisasi kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut
Bank
Indonesia
(2007:52)
dalam
Musadad
(2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan 110
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK) 111
merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan merugikan bank. Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati (2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming I Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga adalah sebagai berikut: 112
Gambar 4.13 Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming I
DPK
e3 4,165 ,381
SBI
ROA
-,278
-3,942
KREDIT (Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan table sebagai berikut: Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA Pengaruh antar variabel Estimasi -,278 SBI --> ROA 4,165 DPK --> ROA -3,942 KREDIT --> ROA (Sumber: Output AMOS 18)
Probability 0,043 0,011 0,013
R square 0,381
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah 38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1) Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,043 < 0,05. Maka cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
113
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278 atau -27,8%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110), menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210), bahwa suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. 114
2) Pengaruh variabel dana pihak ketiga (DPK) terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,165 atau 416,5%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet akan kecil).
115
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung
kemudian
disalurkan
kembali
kepada
masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA (Anggreni dan Sadha Suardhika, 2014:32). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
3) Pengaruh variabel kredit terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,942 atau -394,2%. 116
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA
akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9), menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA. Menurut
Bancin
dalam
Musadad
(2010:210)
bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank.
Kredit
merupakan
aktivitas
utama
perbankan
dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena 117
rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan
bank
menghasilkan
profit,
bahkan
lebih
tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 118
d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming I Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut: Table 4.19 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
Absolute Fit 0,725 Probabilitas χ2 Df χ2 / df RMSEA
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit
1
Model cocok Good fit
0,123
Good fit
0,000
Good fit
Tidak signifikan (p>0,05) ≤5 <2 < 0,1 <0,05 <0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08 >0,9 ≥0,9 ≥0,9 ≥0,9
1
Good fit 0,999 1,014
1
PNFI
0 – 1.0
0,100
PGFI (Sumber: data diolah)
0 – 1.0
0,067
Good fit Good fit Good fit Lebih besar lebih baik Lebih besar lebih baik
Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,123 dengan profitabilitas 0,725 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,123 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari
119
kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.
e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut: Tabel 4.20 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1), dan Kredit (Y2) pada ROA (Z) Pengaruh Kausal Pengaruh Variabel
Langsung
X1 → Y1 X1 → Y2 X2 → Y1 X2 → Y2 X1 → Z
-0,553 0,061 0,072 0,012 -0,278
Y1 → Y2 Y1 → Z
1,030 4,165
Y2 → Z (Sumber: data diolah)
-3,942
Tidak Langsung Melalui Y -0,570 0,074 0-,297 (-0,0575 + - 0,240) -4,060 (1,030 x -3,942)
Total
-0,553 0-,509 0,072 0,086 -0,575 1,030 0,104 -3,942
120
1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga (DPK). Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK sebesar -0,553. 2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui DPK sebesar -0,570 (-0,553 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI terhadap kredit sebesar -0,509 (0,61 + -0,570). 3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap dana pihak ketiga (DPK). Inflasi memiliki pengaruh total terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0,072. 4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit. Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,012. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap kredit melalui DPK sebesar 0,074 (0,072 x 1,030). Pengaruh total suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,086 (0,012 + 0,074). 5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA. SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK sebesar -0,0575 (-0,553 x 0,104). SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit
121
sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + 0,240). Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,575 [-0,278 + (0,0575) + (-0,240)]. 6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit. DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,030. 7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA. DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 4,165. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit sebesar -4,060 (1,030 x -3,942). Pengaruh total DPK terhadap ROA sebesar 0,104 [4,165 + -4,060 (1,030 x -3,942)] 8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA. Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,942.
4. Analisis Jalur Setelah Trimming II Hasil uji Goodness of Fit trimming I masih ada pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming II. Analisis jalur model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut. 122
Table 4.21 Hasil Uji Goodness of Fit setelah modifikasi Hasil Uji Indeks Goodness Cut Off of Fit Value Sebelum Trimming 1 Trimming Absolute Fit Tidak signifikan 0,725 Probabilitas χ2 (p>0,05) Df 0 1 ≤5 χ2 / df <2 0,123 < 0,1 <0,05 RMSEA <0,01 0,821 0,000 0.05 ≤ x ≤ 0,08 GFI >0,9 1 0,999 Incremental Fit AGFI ≥0,9 0,992 TLI ≥0,9 1,014 NFI ≥0,9 1 1 Parsimonious Fit PNFI 0 – 1.0 0 0,100 PGFI 0 – 1.0 0,067
Trimming II
0,403 2 0,410
0,000
0,997 0,974 1,009 0,999 0,200 0,133
(Sumber: Output AMOS 18)
Pada trimming kedua, jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga (DPK) dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,403 > 0,05 (tidak signifikan).
Dari
hasil
modifikasi
model
analisis
jalur
dengan
menghilangkan jalur (panah) Inflasi pada Dana Pihak Ketiga (DPK). Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan sudah tidak ada menunjukan profitabilitas yang lebih dari 0,05. Dari modifikasi kedua, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut:
123
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming II Pengaruh antar variabel Estimasi SBI --> DPK -,549 SBI --> KREDIT ,061 INF --> KREDIT ,012 DPK --> KREDIT 1,031 SBI --> ROA -,278 DPK --> ROA 4,164 KREDIT --> ROA -3,937 (Sumber: Output AMOS 18)
Probabilitas 0,000 0,000 0,021 0,000 0,042 0,011 0,013
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK. b. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit. c. Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA. Pengujian analisis jalur setelah trimming II terdiri dari 3 (tiga) substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga (DPK) secara parsial. Yang kedua menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit baik secara simultan maupun parsial. Yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming II dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah timming II sebagai berikut: 124
Gambar 4.14 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming II e1 ,306 DPK
-,549
4,164
SBI
e3
-,278 ,056
,381 ROA
1,031
,061 Inflasi
-3,937 ,012
Kredit ,998 e2
(Sumber: Output AMOS 18) Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah trimming II dapat dilihat pada table 4.25. korelasi antara suku bunga SBI dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming I. Tabel 4.23 Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Setelah Trimming II Korelasi antar variabel SBI <--> INF (Sumber: Output AMOS 18)
Estimasi
Probabilitas
,056
0,589
a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming II Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut:
125
Gambar 4.15 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming II ,301
DPK
e1
-,549
SBI
(Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut: Tabel 4.24 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pengaruh antar variabel SBI --> DPK (Sumber: Output AMOS 18)
Estimasi
Probability
R Square
-0,549
0,000
0,301
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap DPK secara parsial 30,1%, sedangkan sisanya sebesar 69,9% (100%-30,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1) Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,549 atau -54,9%.
126
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga depsito
dan
kredit
perbankan.
Kenaikan
suku
bunga
SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat. Triadi
(2010:3),
mengatakan
bahwa
keberadaan
bank
(konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah.
127
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13), menyatakan bahwa suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif) dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming II Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut: Gambar 4.16 Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming II DPK SBI ,061
1,031
,056
INFLASI
,012
KREDIT
,998
e2
(Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan table sebagai berikut:
128
Tabel 4.25 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan DPK terhadap Penyaluran Kredit Pengaruh antar Variabel SBI --> KREDIT INF --> KREDIT DPK --> KREDIT
Estimasi ,061 0,12 1,031
Probability 0,000 0,021 0,000
R square 0,998
(Sumber: Output AMOS 18) Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah 99,8%, sedangkan sisanya sebesar 0,2% (100%-99,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau 0,61%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan. Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan 129
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi terhadap
data
yang
menunjukan
kapasitas
kredit
signifikan
mempengaruhi realisasi kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2) Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12%. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut
Bank
Indonesia
(2007:52)
dalam
Musadad
(2010:116) kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan 130
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3) Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,031 atau 103,1%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
131
Menurut Sugiarto (2006:4) dana pihak ketiga (DPK) merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan merugikan bank. Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati (2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
132
c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming II Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga adalah sebagai berikut: Gambar 4.17 Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming II DPK
e3 4,165 ,381
SBI
ROA
-,278
-3,942
KREDIT (Sumber: Output AMOS 18) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut: Tabel 4.26 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA Pengaruh antar variabel Estimasi Probability R square -,278 SBI --> ROA 0,042 4,165 DPK --> ROA 0,011 0,381 -3,942 KREDIT --> ROA 0,013 (Sumber: Output AMOS 18) Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah 38,1%, sedangkan sisanya sebesar 61,9% (100%-38,1%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
133
1) Pengaruh Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,042 < 0,05. Maka cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278 atau -27,8%. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan
134
penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
2) Pengaruh Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,164 atau 416,4%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat 135
mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet akan kecil). Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung
kemudian
disalurkan
kembali
kepada
masyarakat.
Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika, 2014:32). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 136
3) Pengaruh Variabel Kredit terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,937 atau -393,7%. Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA
akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9), menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA. Menurut
Bancin
dalam
Musadad
(2010:210)
bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank.
Kredit
merupakan
aktivitas
utama
perbankan
dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. 137
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan
bank
menghasilkan
profit,
bahkan
lebih
tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010). 138
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) setelah trimming II Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut: Table 4.27 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah trimming II
Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Hasil Keterangan
Absolute Fit Probabilitas χ2 Df χ2 / df
RMSEA
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit
Tidak signifikan (p>0,05) ≤5 <2 < 0,1 <0,05 <0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08 >0,9 ≥0,9 ≥0,9 ≥0,9
0,403
Model cocok
2
Good fit
0,410
Good fit
0,000
Good fit
0,997 0,974 1,009 0,999
PNFI
0 – 1.0
0,200
PGFI (Sumber: data diolah)
0 – 1.0
0,133
Good fit Good fit Good fit Good fit Lebih besar lebih baik Lebih besar lebih baik
139
Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,410 dengan profitabilitas 0,403 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF (χ2/df) sebesar 0,410 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Ghozali (2008) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya. e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana pihak ketiga (DPK), kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut: Table 4.28 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang SBI (X1), Inflasi (X2), DPK (Y1), dan Kredit (Y2) pada ROA (Z) Pengaruh Variabel Pengaruh Kausal Langsung Tidak Langsung Total Melalui Y X1 → Y1 -0,549 -0,549 X1 → Y2 0,061 -0,566 0-,509 X2 → Y2 0,012 0,012 X1 → Z -0,278 0-,296 (-0,0575 + -0,574 - 0,240) Y1 → Y2 1,031 1,031 Y1 → Z 4,164 -4,060 (1,031 x 0,104 3,937). Y2 → Z -3,937 -3,937 (Sumber: data diolah)
140
1) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga (DPK). Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK sebesar -0,549. 2) Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui DPK sebesar -0,566 (-0,549 x 1,031). Pengaruh total suku bunga SBI terhadap kredit sebesar -0,505 (0,061 + -0,566). 3) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit 0,012. Inflasi memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 0,012. 4) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit. Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,012. 5) Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA. SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK sebesar -0,296 (-0,549 x 0,104). SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit sebesar -0,240 (0,061 x -3,942). Jadi pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 (-0,0575 + 0,240). Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,574 [-0,278 + (0,0575) + (-0,240)].
141
6) Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit. DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,031. 7) Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA. DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 4,164. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit sebesar -4,060 (1,031 x -3,937). Pengaruh total DPK terhadap ROA sebesar 0,104 [4,164 + -4,060 (1,031 x -3,937)] 8) Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA. Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,937. C. Interpretasi Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut: 1. Persamaan Substruktur I Dana Pihak Ketiga = -0,549 ԑ1 ; R square = 0,301 Hasil pengujian setelah trimming, Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI (instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia) akan berpengaruh terhadap suku bunga depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi konsumen (deposan) meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga (DPK) perbankan meningkat. 142
Triadi (2010:3) mengatakan bahwa keberadaan bank (konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra (2009:13) menyatakan bahwa suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau berlawan.
Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono (2009) dan Triadi (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memberikan pengaruh berlawanan arah (negatif)
dan
signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK).
2. Persamaan Substruktur II
Kredit = 0,061 SBI + 0,012 Inflasi + 1,031 DPK ԑ1 ; R square = 0,998 Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel suku bunga SBI, Inflasi dan DPK berpengaruh signifikan terhadap kredit pada bank umum.
143
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon (2007) dalam Musaddad (2010:98), kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas
ini
berarti
meningkatnya
kemampuan
perbankan
untuk
menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan mempengaruhi realisasi kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin (2005:4) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh positif signifikan. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
144
Menurut Bank Indonesia (2007:52) dalam Musadad (2010:116), kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas
ini
berarti
meningkatnya
kemampuan
perbankan
untuk
menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musaddad (2010:98) yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut Sugiarto (2006:4), dana pihak ketiga (DPK) merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank
145
harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan merugikan bank. Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati (2009), Nona (2009), Pratama (2010) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
3. Persamaan Substruktur III
ROA = -0,278 SBI + 4,164 DPK – 3,937 Kredit ԑ1 ; R square = 0,381 Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui variabel suku bunga SBI, DPK, dan Penyaluran Kredit berpengaruh signifikan terhadap ROA pada bank umum. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, 146
begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:120) dan Sophan (2013:110) menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Teori rentabilitas
menurut suatu
Cynara (2006:16), bahwa
perusahaan
dipengaruhi
oleh
tinggi
rendahnya
faktor-faktor
yang
membentuk rentabilitas tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah profit margin, assets utilization dan total equity.
147
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad (2010:101), bahwa DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet akan kecil). Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang bersumber dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2012:59). Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat ditampung
148
kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung dengan rasio ROA (Anggreni dan Suardhika, 2014:32). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreni dan Suardhika (2014:32), menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012:9) menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA. Menurut Bancin dalam Musadad (2010:210) bahwa penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama
149
perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntungan/laba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing (valas). Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10% (yoy). Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar
150
spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan (Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2006:108), menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
151
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian path analysis pada substruktur I ditemukan bahwa variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Umum. 2. Hasil pengujian path analysis pada substruktur II ditemukan bahwa variabel suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI, inflasi dan dana pihak ketiga (DPK) sama-sama memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap penyaluran kredit pada kelompok Bank Umum. 3. Hasil pengujian path analysis pada substruktur III ditemukan bahwa variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA pada Bank Umum. Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa suku bunga SBI dan penyaluran kredit memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap
152
ROA, Sedangkan variabel dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap ROA pada kelompok Bank Umum. 4. Dari hasil pengujian subtruktur I, II dan III diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu Variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,549. Dan suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap penyaluran kredit sebesar 0,061. Sedangkan pengaruh tidak langsung suku bunga SBI terhadap ROA melalui dana pihak ketiga (DPK) sebesar -0,296. Dan pengaruh tidak langsung suku bunga SBI terhadap ROA melalui kredit sebesar 0,574. Variabel infasi memiliki pengaruh langsung terhadap terhadap penyaluran kredit sebesar 0,012. Variabel DPK memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 1,031. Dan DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -4,060. Variabel penyaluran kredit memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -3,937.
B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis dua 2 variabel eksogen yaitu suku bunga SBI, dan inflasi terhadap variabel endogen yaitu dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan Return on Assets (ROA) di kelompok Bank Umum tahun 2007 sampai Tahun 2014. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang lebih 153
banyak dan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil penelitian lebih baik. 2. Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak baik dari varibel moneter maupun variabel perbankan seperti kurs, jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto, pendapatan masyarakat, Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk memperkaya perspektif analisis. 3. Menggunakan metode dan alat uji yan lebih lengkap dan akurat sehiingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
154
DAFTAR PUSAKA
Agenor, P.R,J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. 2000. The Credit Crunch in East Asia : What Can Bank Excess Liquid Asset Tell Us? NBER, Inc., Cambridge, Working Paper 7951. Agung, Juda, Bambang Kusmiarso. Erwin G. Hutapea. Andry Pramuko dan Nugroho Joko Prastowo. “Credit Crunch di Indonesia: Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan”, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Jakarta, 2001. Aris, Ivan Setiawan dan Ferdinansyah Ritongah. ”Analisis Jalur (Path Analisis) dengan Menggunakan Program AMOS”. Edisi Pertama. Suluh Media, Tangerang, 2011. Aryaningsih, Nyi Nyoman. “pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri”, Jurnal penelitian dan pengembangan Sains & Humaniora, 2008. Bancin, Roy Efraim. “Analysis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang disalurkan Perbankan di Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatra Utara, 2005. Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Jakarta, 2001. Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002. Jakarta, 2002. Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/4/DPM tanggal 16 Februari 2004. Jakarta, 2004. Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2009. Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia”. Jakarta, 2010. Bank Indonesia. Indikator Perbankan Nasional. Jakarta (www.bi.go.id) Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia (www.bi.go.id) Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Tesis, Pasca Sarjana FEUI, Jakarta, 2009.
155
Cynara, Intan. “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Tingkat Profitabilitas”. Tesis, Pasca Sarjana Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama, Bandung, 2006. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. Dewi, Purnama S dan Juniati Gunawan. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dan Luas Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Pada Laporan Tahunan Perbankan yang Terdaftar di BEJ, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi”, Vol. 3, No. 2, Agustus 2003. Ditria, Yoda dkk. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan”. Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008. Ferdian, Ilham Reza. SBI, Instrumen Moneter atau Instrumen Investasi. Republika. Senin 21 Juli 2008. Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Harahap, Anisyah. “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Performing Loan terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Universitas Indonesia, 2006. Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Paska Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005. Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, 2009. Hasibuan, Melayu S.P. “Dasar-dasar Perbankan”. Cetakan Kesembilan. Bumi Aksara, Jakarta, 2011. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis dan Akuntansi”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999.
156
Ismail. “Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi”, Edisi Pertama. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010. Jiang, Guorong, Nancy Tang, Eve Law and Angela Sze. “The Profitability of the Banking Sector in Hong Kong”. Hong Kong Monetary Authority Quarterly Bulletin, September 2003. Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. Cetakan Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi-9. PT Rajawali Pers, Jakarta, 2009. Kasmir. “Dasar-dasar Perbankan”. Edisi Revisi. Rajawali Pers, Jakarta, 2012. Kholisudin, Akhmad. “Determinan Permintaan Kredit pada Bank Umum di Jawa Tengah 2006-2010”. Economics Development Analysis Journal, Edaj 1 Agustus 2012. Kiryanto, Ryan. Langkah Terobosan Mendorong Ekpansi Kredit. Economic Review No. 208. Juni 2007. Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta, 2004. Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007. Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8 Salemba Empat, Jakarta, 2008. Musaddad, Faisal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak, Capital Adequaty Ratio, Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Serta Implikasinya terhadap Profitabilitas pada Bank Umum”. Skripsi UIN Jakarta, 2010. Nandadipa, Seandy. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate Terhadap LDR”. Skripsi. Universitas Diponegoro, 2010.
157
Nona, Gabriela Haryani. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Cash Ratio (CR), Return on Asset (ROA), Pertumbuhan DPK, Suku Bunga SBI, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Bank Umum”. Skripsi. STIE Perbanas Surabaya, 2010. Pariyo. “Variabel Makro Ekonomi yang mempengaruhi penghimpunan Dana Pihak Ketiga”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”, Jurnal Penelitian, 2010. Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-2009)”. Tesis. Universitas Diponegoro, 2010. Purna, Ibnu, Hamidi, Prima. “Pengaruh Krisis Keuangan Global terhadap Sektor Finansial di Indonesia”. Sekretariat Negara Republik Indonesia. 5 Mei 2009. Ria, Made, Aggreni dan Sadha, I Made, Suardhik. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Kecukupan Modal, Resiko Kredit dan Suku Bunga Kredit pada Profitabilitas”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2014. Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. 2006. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. “Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis)”. Alfabeta, Bandung, 2008. Setyarini, Adhista. “Analisis Pengaruh CAR, NIM, BOPO, LDR, GWM, terhadap Perubahan Laba (Studi pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia Periode Tahun 2005-2007)”. Tesis. UNDIP, Semarang, 2009. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Kelima. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005. Sinungan, Muchdarsyah, “Manajemen dan Bank”, Edisi Kedua. PT Bumi Aksara, Jakarta, 2000. Sugema, Imam. BI Masih Pertahankan Bunga SBI. Kontan. 8 Januari 2010. Sugiarto, Ferry N Idroes. “Manajemen Risiko Perbakan: Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia”. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
158
Sutaji, Condro Wahyu, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, skripsi Universitas Islam Indonesia, 2007. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004. Suri, Datu Asmira. “Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Modal Bank”, Skripsi Universitas Brawijaya, 2005. Triadi, Chintia Agustina. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi TerhadapDana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum dan Syariah”. Skripsi. UPN Veteran Jatim, 2010. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Penerbit Handayani, 1992 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta : Penerbit PT Sinar Grafika, 1998 Veitzhal Rivai dan Andria Permata Veitzhal. “Bank and Financial Institution Management”. PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 2006. Yunita, Patria. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Kurs US Dollar Terhadap Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah”. Tesis. Universitas Indonesia, 2007.
159
Lampiran 1: Data Mentah Data Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Bulan 2007 2008 Januari 9,50 8 Februari 9,25 7,93 Maret 9 7,96 April 9 7,99 Mei 8,75 8,31 Juni 8,75 8,73 Juli 8,25 9,23 Agustus 8,25 9,28 September 8,25 9,58 Oktober 8,25 10,43 November 8,25 11,21 Desember 8 10,93 (Sumber: Bank Indonesia)
2009 9,50 8,74 8,21 7,59 7,25 6,95 6,71 6,58 6,48 6,49 6,48 6,46
Tahun 2010 2011 6,44 6,05 6,41 6,06 6,27 6,07 6,20 6,08 6,30 6,02 6,26 6,03 6,26 6,01 6,26 6,01 6,64 5,97 6,37 5,97 6,37 5,97 6,37 5,97
2012 4,88 3,82 3,83 3,93 4,24 4,32 4,46 4,54 4,67 4,75 4,77 4,8
2013 4,84 4,86 4,87 4,89 5,02 5,28 5,52 5,86 6,96 6,97 7,22 7,22
2014 7,23 7,17 7,13 7,14 7,15 7,14 7,09 6,97 6,88 6,85 6,87 6,9
Data Tingkat Inflasi Tahun Bulan
2007
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember (Sumber: BPS)
1,04 0,62 0,24 -0,16 0,10 0,23 0,72 0,75 0,80 0,79 0,18 1,10
2008 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04
2009 -0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 0,33
2010 0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92
2011 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57
2012 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,7 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54
2013 1,03 0,75 0,63 -0,1 -0,03 1,03 3,29 1,12 -0,35 0,09 0,12 0,55
2014 1,07 0,26 0,08 -0,02 0,16 0,43 0,93 0,47 0,27 0,47 1,5 2,46
160
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun Bulan
2007
Januari
1.279.566 1.472.485 1.748.814 1.948.890 2.302.056 2.770.571 3.205.006 3.594.697
Februari Maret
1.284.055 1.476.990 1.771.098 1.931.638 2.287.844 2.763.915 3.207.342 3.603.620 1.291.379 1.466.224 1.786.157 1.982.262 2.351.357 2.825.975 3.243.136 3.618.064
April
1.299.772 1.481.971 1.780.918 1.980.450 2.340.213 2.841.361 3.299.350 3.694.765
Mei
1.305.936 1.505.725 1.783.644 2.013.216 2.397.179 2.908.957 3.349.660 3.763.474
Juni
1.355.185 1.554.162 1.823.811 2.096.036 2.438.011 2.955.833 3.374.272 3.834.503
Juli
1.379.211 1.534.981 1.806.621 2.082.595 2.464.083 2.961.417 3.392.927 3.787.052
Agustus
1.392.668 1.526.025 1.847.038 2.092.779 2.459.898 2.984.050 3.440.207 3.855.886
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
September 1.400.800 1.603.452 1.857.251 2.144.064 2.544.862 3.049.956 3.526.188 3.995.803 Oktober
1.419.748 1.674.994 1.864.084 2.173.884 2.587.282 3.070.604 3.520.890 4.011.368
November 1.437.600 1.707.876 1.896.952 2.212.215 2.644.742 3.130.518 3.563.362 4.054.680 Desember 1.510.834 1.753.292 1.973.042 2.338.824 2.784.912 3.225.198 3.663.968 4.114.420
(Sumber: Bank Indonesia)
Data Penyaluran Kredit Tahun Bulan
2007
2008
2009
Januari Februari
774.834 783.542
987.404 1.002.724
1.289.839 1.301.844
1.405.640 1.746.005 1.428.788 1.773.889
2.184.306 2.203.029
2.688.143 3.258.421 2.718.717 3.267.820
Maret
800.373
1.036.065
1.305.389
1.456.114 1.814.846
2.266.175
2.768.371 3.306.899
April
812.860
1.061.770
1.297.635
1.486.329 1.843.538
2.317.209
2.824.217 3.361.348
Mei
823.976
1.096.214
1.305.377
1.531.556 1.889.465
2.386.145
2.887.478 3.403.148
Juni
861.498
1.148.356
1.335.041
1.586.492 1.950.727
2.452.856
2.959.123 3.468.162
Juli
871.987
1.166.558
1.338.116
1.597.980 1.973.599
2.470.111
3.021.126 3.495.030
Agustus
893.497
1.205.846
1.365.942
1.640.430 2.031.614
2.510.651
3.067.402 3.498.364
September
913.950
1.246.146
1.366.076
1.659.145 2.079.261
2.555.839
3.147.210 3.561.295
Oktober
937.177
1.297.860
1.377.561
1.675.633 2.106.157
2.585.345
3.159.476 3.558.070
November
962.389
1.325.323
1.397.578
1.706.403 2.150.957
2.631.002
3.214.397 3.596.614
1.307.688
1.437.930
1.765.845 2.200.094
2.707.862
3.292.874 3.674.308
Desember 1.002.012
2010
2011
2012
2013
2014
(Sumber: Bank Indonesia)
161
Data Return On Asset (ROA) Tahun Bulan 2007 2008 Januari 3,34 3,16 Februari 3,03 2,93 Maret 2,96 2,72 April 2,92 2,56 Mei 2,98 2,62 Juni 2,93 2,53 Juli 2,89 2,68 Agustus 2,87 2,71 September 2,84 2,64 Oktober 2,83 2,68 November 2,87 2,6 Desember 2,78 2,33 (Sumber: Bank Indonesia)
2009 2,69 2,6 2,76 2,71 2,7 2,7 2,69 2,67 2,63 2,65 2,61 2,6
2010 3,12 2,91 3,08 3,02 2,98 3 2,97 2,94 2,91 2,94 2,93 2,86
2011 2,97 2,86 3,01 3,01 2,97 3,07 3 2,98 3,12 3,11 3,07 3,03
2012 2013 3,7 3,16 3,62 2,92 3,05 3,03 2,98 2,96 3,05 2,99 3,16 3,02 3,13 3 3,07 3,03 3,09 3,06 3,1 3,09 3,12 3,09 3,11 3,08
2014 2,9 2,79 3,01 2,93 2,98 3,02 2,91 2,9 2,91 2,89 2,87 2,85
162
Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data HASIL SEBELUM TRIMMING Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate -293518.392
DPK
<---
SBI
DPK
<---
INFLASI
KREDIT <---
DPK
KREDIT KREDIT ROA ROA ROA ROA
INFLASI SBI KREDIT DPK SBI INFLASI
<--<--<--<--<--<---
100248.870
S.E. 45434.137 119892.93 9
1.058
.006
17018.230 33135.662 .000 .000 -.036 .010
7388.431 3346.783 .000 .000 .018 .029
C.R. -6.460
P ***
Label par_5
.836
.403
par_8
***
par_2
.021 *** .012 .010 .048 .725
par_6 par_7 par_3 par_4 par_9 par_10
168.0 02 2.303 9.901 -2.512 2.569 -1.975 .352
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
DPK DPK KREDIT KREDIT KREDIT ROA ROA ROA ROA
<--<--<--<--<--<--<--<--<---
SBI INFLASI DPK INFLASI SBI KREDIT DPK SBI INFLASI
Estimate -.553 .072 1.030 .012 .061 -4.073 4.297 -.273 .029
Covariances: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .053
S.E. .098
C.R. .541
P .589
Label par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .056
163
Variances: (Group number 1 - Default model)
SBI INFLASI e1 e2 e3
Estimate 2.519 .362 492445400751.030 1856482394.670 .026
S.E. .365 .052 71451488544.160 269366777.216 .004
C.R. 6.892 6.892 6.892 6.892 6.892
P *** *** *** *** ***
Label par_11 par_12 par_13 par_14 par_15
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
Estimate .306 .998 .381
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI 100248.870 123113.875 -.004
SBI -293518.392 -277501.486 -.075
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .072 .086 -.012
SBI -.553 -.509 -.576
DPK .000 1.030 .101
KREDIT .000 .000 -4.073
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI 100248.870 17018.230 .010
SBI -293518.392 33135.662 -.036
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .072 .012 .029
SBI -.553 .061 -.273
DPK .000 1.030 4.297
KREDIT .000 .000 -4.073
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 106095.645 -.014
SBI .000 -310637.148 -.039
DPK .000 .000 .000
KREDIT .000 .000 .000 164
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .074 -.041
SBI .000 -.570 -.303
DPK .000 .000 -4.196
KREDIT .000 .000 .000
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 15 15
CMIN .000 .000
DF 0 0
P
CMIN/DF
5
650.706
10
.000
65.071
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR .004 .000
GFI 1.000 1.000
AGFI
PGFI
187816035919.848
.536
.304
.357
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 1.000 1.000
RFI rho1
.000
.000
IFI Delta2 1.000 1.000
TLI rho2
.000
.000
CFI 1.000 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .000 .000
PNFI .000 .000
PCFI .000 .000
1.000
.000
.000
NCP .000 .000
LO 90 .000 .000
HI 90 .000 .000
640.706
560.773
728.040
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
165
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .000 .000
F0 .000 .000
LO 90 .000 .000
HI 90 .000 .000
6.850
6.744
5.903
7.664
RMSEA
Model Independence model
RMSEA
LO 90
HI 90
PCLOSE
.821
.768
.875
.000
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
AIC 30.000 30.000
BCC 32.022 32.022
BIC 68.465 68.465
CAIC 83.465 83.465
660.706
661.380
673.528
678.528
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .316 .316
LO 90 .316 .316
HI 90 .316 .316
MECVI .337 .337
6.955
6.113
7.874
6.962
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05
HOELTER .01
3
4
166
HASIL SETELAH TRIMMING I Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
DPK DPK KREDIT KREDIT KREDIT ROA ROA ROA
<--<--<--<--<--<--<--<---
SBI INFLASI DPK INFLASI SBI KREDIT DPK SBI
Estimate -293518.392 100248.870 1.058 17018.230 33135.662 .000 .000 -.036
S.E. 45434.137 119892.939 .006 7388.431 3346.783 .000 .000 .018
C.R. -6.460 .836 168.002 2.303 9.901 -2.497 2.553 -2.019
P *** .403 *** .021 *** .013 .011 .043
Label par_5 par_8 par_2 par_6 par_7 par_3 par_4 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
DPK DPK KREDIT KREDIT KREDIT ROA ROA ROA
<--<--<--<--<--<--<--<---
SBI INFLASI DPK INFLASI SBI KREDIT DPK SBI
Estimate -.553 .072 1.030 .012 .061 -3.942 4.165 -.278
Covariances: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .053
S.E. .098
C.R. .541
P .589
Label par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .056
Variances: (Group number 1 - Default model)
SBI INFLASI e1 e2 e3
Estimate 2.519 .362 492445400751.030 1856482394.669 .026
S.E. .365 .052 71451488544.160 269366777.216 .004
C.R. 6.892 6.892 6.892 6.892 6.892
P *** *** *** *** ***
Label par_10 par_11 par_12 par_13 par_14
167
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
Estimate .306 .998 .381
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI 100248.870 123113.875 -.013
SBI -293518.392 -277501.486 -.075
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .072 .086 -.039
SBI -.553 -.509 -.575
DPK .000 1.030 .104
KREDIT .000 .000 -3.942
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI 100248.870 17018.230 .000
SBI -293518.392 33135.662 -.036
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .072 .012 .000
SBI -.553 .061 -.278
DPK .000 1.030 4.165
KREDIT .000 .000 -3.942
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 106095.645 -.013
SBI .000 -310637.148 -.039
DPK .000 .000 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .074 -.039
SBI .000 -.570 -.297
DPK .000 .000 -4.061
KREDIT .000 .000 .000
168
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 14 15
CMIN .123 .000
DF 1 0
P .725
CMIN/DF .123
5
650.706
10
.000
65.071
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR .004 .000
GFI .999 1.000
AGFI .992
PGFI .067
187816035919.848
.536
.304
.357
IFI Delta2 1.001 1.000 .000
TLI rho2 1.014
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 1.000 1.000 .000
RFI rho1 .998 .000
.000
CFI 1.000 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .100 .000 1.000
PNFI .100 .000 .000
PCFI .100 .000 .000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
NCP .000 .000 640.706
LO 90 .000 .000 560.77 3
HI 90 3.549 .000 728.0 40
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .001 .000 6.850
F0 .000 .000 6.744
LO 90 .000 .000 5.903
HI 90 .037 .000 7.664
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA .000 .821
LO 90 .000 .768
HI 90 .193 .875
PCLOSE .755 .000 169
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
AIC 28.123 30.000 660.706
BCC 30.011 32.022 661.380
BIC 64.024 68.465 673.528
CAIC 78.024 83.465 678.528
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .296 .316 6.955
LO 90 .305 .316 6.113
HI 90 .343 .316 7.874
MECVI .316 .337 6.962
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05 2956 3
HOELTER .01 5105 4
170
HASIL SETELAH TRIMMING II Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT KREDIT KREDIT ROA ROA ROA
<--<--<--<--<--<--<---
SBI DPK INFLASI SBI KREDIT DPK SBI
Estimate -291407.589 1.058 17018.230 33135.662 .000 .000 -.036
S.E. 45530.574 .006 7361.393 3335.767 .000 .000 .018
C.R. -6.400 168.619 2.312 9.933 -2.497 2.557 -2.031
P *** *** .021 *** .013 .011 .042
Label par_5 par_2 par_6 par_7 par_3 par_4 par_8
P *** *** *** *** ***
Label par_9 par_10 par_11 par_12 par_13
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT KREDIT KREDIT ROA ROA ROA
<--<--<--<--<--<--<---
SBI DPK INFLASI SBI KREDIT DPK SBI
Estimate -.549 1.031 .012 .061 -3.937 4.164 -.278
Covariances: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .053
S.E. .098
C.R. .541
P .589
Label par_1
Correlations: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> INFLASI
Estimate .056
Variances: (Group number 1 - Default model)
SBI INFLASI e1 e2 e3
Estimate 2.519 .362 496069551427.522 1856482394.669 .026
S.E. .365 .052 71977335592.673 269366777.216 .004
C.R. 6.892 6.892 6.892 6.892 6.892
171
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
Estimate .301 .998 .381
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 17018.230 -.016
SBI -291407.589 -275267.575 -.075
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .012 -.047
SBI -.549 -.505 -.574
DPK .000 1.031 .104
KREDIT .000 .000 -3.937
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 17018.230 .000
SBI -291407.589 33135.662 -.036
DPK .000 1.058 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .012 .000
SBI -.549 .061 -.278
DPK .000 1.031 4.164
KREDIT .000 .000 -3.937
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .000 -.016
SBI .000 -308403.237 -.039
DPK .000 .000 .000
KREDIT .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
DPK KREDIT ROA
INFLASI .000 .000 -.047
SBI .000 -.566 -.296
DPK .000 .000 -4.060
KREDIT .000 .000 .000
172
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 13 15 5
CMIN .820 .000 650.706
DF 2 0 10
P .664
CMIN/DF .410
.000
65.071
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 371871752.963 .000 187816035919.848
GFI .997 1.000 .536
AGFI .974
PGFI .133
.304
.357
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 .999 1.000 .000
RFI rho1 .994
PRATIO .200 .000 1.000
PNFI .200 .000 .000
.000
IFI Delta2 1.002 1.000 .000
TLI rho2 1.009 .000
CFI 1.000 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PCFI .200 .000 .000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
NCP .000 .000
LO 90 .000 .000
HI 90 4.646 .000 728.04 0
640.706
560.773
FMIN .009 .000 6.850
F0 .000 .000 6.744
LO 90 .000 .000 5.903
HI 90 .049 .000 7.664
RMSEA .000 .821
LO 90 .000 .768
HI 90 .156 .875
PCLOSE .723 .000
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model RMSEA
Model Default model Independence model
173
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
AIC 26.820 30.000
BCC 28.573 32.022
660.706
661.380
ECVI .282 .316 6.955
LO 90 .295 .316 6.113
BIC 60.157 68.465 673.52 8
CAIC 73.157 83.465 678.528
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 .344 .316 7.874
MECVI .301 .337 6.962
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05 695 3
HOELTER .01 1067 4
174