STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA DALAM PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP KOMUNITAS WARIA DI MERUYUNG DEPOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Khairunisa NIM 1110051000066
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penulis skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Dalam Penerimaan masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok.”, dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya saya ini hasil plagiat (jiplakan) karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Jakarta, 8 Januari 2015
Khairunisa
ABSTRAK Khairunisa Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam Penerimaan Masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok Kata waria sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari. Memang dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki laki yang berbusana dan bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita. Kehidupan nya selalu diliputi pehaman negatif dari lingkungan masyarakat. Karena pekerjaan mereka yang didominasi sebagai PSK. Hal ini menjadi sulitnya ruang gerak dan kehadiran waria di tengah-tengah lingkungan masyarakat dan jarang sekali mereka mendapatkan penerimaan dari masyarakat. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah bagaimana menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat Dari uraian diatas, maka muncullah pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian nya adalah bagaimana strategi komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam penerimaan komunitas waria di wilayah Meruyung Depok ? Strategi yang dilakukan oleh Rumah Singgah Anak Raja dalam penerimaan masyarakat yaitu dengan menganalisis aspek eksternal rumah singgah waria yaitu masyarakat setempat. Dimana rumah singgah waria itu bertempat, dengan tipe lingkungan seperti apa dan memberikan pengarahan kepada aspek internal yaitu penghuni rumah singgah waria dalam pembenahan tata cara berperilaku, bersikap dan berpakaian yang rapi dan sopan. Teori yang digunakan yaitu teori Etnometodologi dan teori Etnografi. Teori etnometodologi menjelaskan tentang bagaimana memperlajari realitas sosial, mepelajari bagaimana interaksi yang dilakukan masyarakat dan waria yang menempati rumah singgah. Dan etnografi menjelaskan bagaimana uraian dan latar belakang lingkungan masyarakat yang ada di lingkungan tersebut dan penggambaran bagaimana realitas kehidupan masyarakat setempat. Metode yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, observasi dan dokumentasi di Rumah Singgah Waria anak Raja Strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria sudah sepenuhnya dilakukan namun tidak berefek jangka panjang, program yang direncanakan oleh rumah singgah waria hanya untuk kalangan mereka sendiri dan jarang melibatkan masyarakat. Program untuk masyarakat dilakukan ketika pendekatan dengan masyarakat ntuk penerimaan tinggal di lingkungan tersebut. dan dapat dikatakan strategi komunikasi yang dilakukan tidak berhasil karena berujung penggerebekan yang dilakukan warga dan organisasi masyarakat. Kata kunci : strategi, waria, rumah, singgah dan masyarakat.
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu menyayangi umatnya. Sehingga dapat mencurahkan selalu nikmat sehat dan nikmat panjang umur dan atas izin nya-Nya akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa sholawat serta salam untuk Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar sarjana yang di impikan. Tidak mudah jalan yang ditempuh dalam pengerjaan skripsi ini. Sifat malas, permasalahan yang datang, informan sulit untuk di temui, pengumpulan materi dan data yang merupakan tantangan yang harus di hadapi oleh penulis. Dengan anugerah
yang Allah berikan, akhirnya penulis mampu melewati semua
tantangan dan dapat meyelesaikan skripsi ini. Saya mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua saya, Bapak saya yaitu Edi Sumarto yang selalu mendukung secara moril dan materil, dan untuk Ibu saya yaitu Rachmawati yang tak pernah bosan menyemangati dan mendoakan. Kalian adalah Anugerah terindah yang Allah kirimkan sebagai pelengkap kehidupanku. Dan terakhir untuk adik-adikku yang selalu menghadirkan tawa di sela kepusingan pengerjaan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, rasa terima kasih ini penulis ucapkan kepada :
ii
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wadek I bidang akademik, Drs Jumroni M.si selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Dr. H. Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan. 2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Rachmat Baihaky, MA dan Sekretaris Jurusan Ibu Fita Fatkhurokhmah, Msi. 3. Bapak Rachmat Baihaky, MA sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia, sabar dan selalu memaklumi apa yang di alami oleh penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Umi Musyarofah, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis. Terima kasih. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuih pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmj yang telah Bapak dan Ibu berikan. 6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini. 7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
iii
8. Yulianus Rotteblaut
selaku Forum Ketua Waria se-Indonesia sebagai
narasumber dan terima kasih banyak telah bersedia menjadi subjek penelitian dan telah meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh peneliti di tengah kesibukan jadwalnya yang padat. 9. Terima kasih yang mendalam untuk Dani Muhammad Fadli untuk segala supportnya, yang membantu dan menemani dalam pengerjaan skripsi ini. 10. Terima kasih untuk teman-teman semasa kuliah Ardiyat Ningrum, Tania, Pambayun Menur Seta, Sinta Taryas, Pandu Priambodo, Alfani, Anita Prurnama Sari,Noor Aisyah, Izzah Fitriah dan Indah Dwi Fujiani yang telah memberikan support dan memberikan warna selama 4 tahun kita belajar bersama. 11. Teman seperjuangan pengerjaan skripsi ini Mohammad Kahfi, Yusra Nuryazmi, Mochammad Fahmi dan Rendy Adityawarman, Alhamdulillah akhirnya kita bisa menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat yang selalu memberikan support dan doa Widya Tri Yusma, Camila Bawazer dan Nur Annisa. Semoga kebaikan kalian mendapatkan balasan dari Allah. 13. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.
iv
Akhir kata, penelitian ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dansegenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 8 Januari 2015
Khairunisa
v
DAFTAR ISI Abstrak ................................................................................................................
i
Kata Pengantar ....................................................................................................
ii
Daftar Isi.............................................................................................................. vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
5
D. Metode Penelitian........................................................................
5
E. Metode Pendekatan Masalah ......................................................
7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 12 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Strategi ........................................................................................ 13 A.1 Pengertian Strategi ............................................................... 13 A.2 Tahapan Strategi ................................................................... 17 A.3 Komunikasi .......................................................................... 22 A.4 Rumah Singgah .................................................................... 25 A.5 Waria .................................................................................... 28
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja .................... 32 B. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria Anak Raja ....................... 34 C. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Rumah Singgah Waria Anak Raja . 34
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Terhadap Penerimaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Meruyung Depok.. ........................................................................................ 38 A.1 Perumusan Strategi ............................................................... 39 A.2 Implementasi Strategi ........................................................... 41 A.3 Evaluasi Strategi ................................................................... 44
vi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 50 B. Saran-Saran ................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kata “waria” sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari. Memang dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki laki yang berbusana dan bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita.Istilah ini awalnya muncul dari masyarakat Jawa Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria’ pada tahun 1983-an. Paduan dari kata wanita dan pria. Sedangkan istilah lain yang lazim digunakan untuk kaum ini adalah banci yang kemudian mengalami metamorfosa dengan melahirkan kata bencong. Wadam kependekan dari wanita adam. Namun, istilah ini sudah kurang begitu popular lagi.Wandu berasal dari bahasa Jawa yang mungkin artinya wanito dhudhu (wanita bukan).Pernah juga ada istilah binan, namun penggunaannya juga kian berkurang menjadi kata yang umum. Kaum ini juga terkenal kreatif dalam menghasilkan kosakata baru, yang acap membingungkan kita kaum kebanyakan, dikarenakan kaum semacam ini cenderung menggunakan istilah yang ditujukan bagi komunitasnya belaka. Kata “Waria” ini lah yang kini menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual.Dikalangan awam, tidak sedikit yang mempertautkannya dengan homoseks – seakan akan waria identik dengan gay. Padahal waria dan gay merupakan dua fenomena yang terpisah betapapun dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai penyimpangan seksual.Dalam pengertian umum, waria adalah seorang laki laki
1
2
yang berdandan dan berlaku sebagai wanita.Kelainan ini, sebenarnya bisa digolongkan kedalam penyakit.Istilah waria memang ditujukan untuk penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan jiwanya).Artinya istilah ini bisa juga dikenakan pada seseorang yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki laki.1Di Indonesia, fenomena tentang waria sebenarnya bukanlah masalah atau fenomena baru. Kehidupan kaum waria yang bertolak belakang dengan kebiasaan hidup manusia secara normal dalam berperilaku dan menentukan sikap membuat komunitas maupun individunya tidak memiliki tempat di masyarakat. Itu semua dikarenakan pola kehidupan mereka dianggap akan mempengaruhi kehidupan masyarakat lain. Permasalahan
yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah bagaimana
menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Karena keberadaan mereka masih dibilang asing dalam kehidupan masyarakat dan sedikit sulit untuk diterima.Banyak masyarakat luas beranggapan menjadi seorang waria hanya menjadi aib yang dapat memalukan diri sendiri, keluarga dan orang orang terdekat yang berada disekitarnya. Kemunculan seorang waria yang merupakan sebuah fenomena sosial tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu kaum yang terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap eksistensi waria, bahkan secara terang terangan mereka beranggapan negatif, seperti waria dianggap sampah masyarakat, penyebar penyakit masyarakat dan
1
Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-Laki (Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti 1987) hlm 2
3
kesemuanya itu seolah menyiratkan bahwa waria selama ini diperlakukan sebagai sebuah objek bukan subjek. Waria dan diskriminasi, bagai dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Keberadaan waria ditengah masyarakat merupakan suatu fenomena yang ikut meramaikan fakta sosial baru didalam masyarakat.Hal ini menimbulkan adanya suatu pandangn pandangan-pandangan yang beraneka ragam didalam masyarakat, mulai dari pemberian cap bahwa mereka sampah masyarakat, penyakit sosial, beperilaku negatif, sumber penyakit hingga tidak diakui eksistensi sosialnya. Keberadaan waria ditengah tengah masyarakat sama halnya dengan keberadaan setiap individual manusia yang lainnya. Ada yang bersikap baik dan ada pula yang bersikap tidak baik, ada yang memiliki nilai moral dan begitu pula sebaliknya.Semua itu kembali lagi kepada sikap pribadi perorangan masing masing.Waria juga sering mengalami diskriminasi dalam memperoleh lapangan pekerjaan.Karena sebagian masyarakat tidak mau mempercayakan pekerjaan untuk waria. Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan masyarakat yang memandang waria sebagai kelompok penentang kodrat manusia, berdosa dan menjijikkan. Penolakan masyarakat ini jelas menimbulkan masalah bagi komunitas waria termasuk dalam memperoleh pekerjaan.Bagi waria yang berpendidikan dan mempunyai keterampilan banyak yang berusaha memperoleh penghasilan sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilannya. Sedangkan waria yang berpendidikan rendah atau waria yang tidak mempunya skill atau keterampilan khusus tentunya akan sanagat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Hal yang termudah yang bisa dilakukan adalah bekerja sebagai
4
pengamen dijalanan dan menjadi PSK.Atau biasanya siangnya mereka mengamen dan malam nya mereka menjajakan dirinya sebagai PSK. Dan karena pekerjaan waria seperti ini lah membuat pemahaman masyarakat bahwa waria di identikkan dengan segala sesuatu yang hal yang berbau negatif, membuat waria tidak mempunyai ruang hidup di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Rumah Singgah waria untuk dapat menempatkan diri di tengah tengah masyarakat. Maka di ambil lah judul “Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam Penerimaan Masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada strategi komunikasi waria di Rumah Singgah Waria anak Raja dalam penerimaan komunitas waria dilingkungan masyarakat. Adapun rumusan masalahnya yaitu : 1. Bagaimana strategi komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam penerimaan komunitas waria di wilayah MeruyungDepok ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian : Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Rumah Singgah Waria dalam penerimaan masyarakat terhadap kelompok waria di Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok.
5
Manfaat Penelitian : a. Manfaat Akademis 1. Untuk menambah referensi atau bahan perbandingan bagi pengembangan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya. 2.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
konstribusi
positifbagipengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang terjadi disekitar kita. Seperti peristiwa yang luput dari perhatian, dan kita tertipuoleh media seperti penggambaran yang dijelaskan didalam penelitian ini. b. Manfaat Praktis 1.Sebagai bahan panduan dan pertimbangan bagidan semua elemen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 2.Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, mahasiswa KPI dan kepada pembaca umumnya sertadapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
D. Metode Penelitian Menurut Arikunto pendekatan kualitatif menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata kata melalui pengamatan dan wawancara.2Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena penelitian ini menggambarkan sebuah fenomena lapangan terhadap waria melalui pengamatan langsung dan melakukan wawancara pada subyek yang telah
2
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rhineka Cipta. 1998) hlm 10
6
ditentukan yaitu waria.Kemudian di analisis untuk mendapatkan hasil untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.3Penelitian kualitatif merupakan penelitiann yang didasarkan dengan analisis. Peran informan serta informasi yang didapat menjadi hal yang sangat berharga. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-
fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Menggunakan lingkungan sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasisosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi kelokasi tersebut, memahami, mengamati dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu berinteraksi langsung ditempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, mengggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yag terjadi saat itu dan hasilhasil yang diperoleh pada saat itu. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan dimana tingkah laku berlangsung. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Meleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengutamakan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dan dengan fenomena yang diteliti.
3
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010) hlm 56
7
E. Metode Pendekatan Masalah a. Etnometodologi Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani. Yaitu, Etnos yang berarti orang, Metodos yang berarti metode dan Logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah etnometologi adalah sebuah studi atau ilmu tentang metode yang digunakan oleh orang awam atau masyarakat biasa untuk menciptakan perasaan keteraturan atau keseimbangan didalam situasi dimana mereka berinteraksi. Etnometodologi merupakan kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan atau menggunakan metode yang dengannya masyarakat bisa dapat memahami, mencari tahu dan bertindak berdasarkan situasi dimana mereka menemukan dirinya sendiri. Etnometodologi
mempelajari
realitas
sosial
atas
interaksi
yang
berlangsung sehari-hari. Etnometodologi merupakan studi eksperimental khas penelitian kualitatif karena ia dapat meneliti bila terjadi penyimpangan pada aturan-aturan yang ada di masyarakat. Subyek dari etnometodologi bukan warga suku pedalaman, melainkan orang-orang dari situasi dalam kehidupan masyarakat kita.
Dalam etnometodologi situasi atau realitas sosial dibebaskan untuk
berbicara tentang dirinya sendiri dan tugas peneliti cukup menyimak dan melukiskan apa yang terjadi.
b. Etnografi Etnografi adalah riset yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu-individu menggunakan budaya nya untuk memaknai realitas. Realitas ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan kebudayaan tertentu secara mendalam ari
8
berbagai aspek artefak-artefak budaya, pengalaman-pengalaman kepercayaan dan sistem nilai suatu masyarakat.4
hidup,
Etnografi adalah uraian atau gambaran tentang bangsa, kehidupan masyarakat, kebudayaan yang meliputi adat istadat yang digunakan untuk melakukan penggambaran akan kehidupan disuatu wilayah. Etnografi dan kebudayaan suatu masyarakat hal yang tidak dapat dipisahkan, karena etnografi adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan itu sendiri dan memahami suatu budaya. Secara lebih khusus etnografi berusaha memahami tingkah laku manusia ketika mereka berinteraksi dengan sesamanya di suatu komunitas. Dan mengamati suatu komunitas berinteraksi atau berhubungan dengan komunitas lain secara alamiah. Komunitas atau kelompok itu bisa didasarkan atas latar belakang etnis, agama, umur atau profesi dan kelas sosial. Etnografi ini bertujuan untuk menguraikan suatu budaya secara menyeluruh. Penelitian ini bisa berlangsung dalam kurun waktu singkat bila hanya meliputi satu peristiwa. Etnografi menjadi sebuah cara yang dianggap paling tepat untuk menggambarkan realitas masyarakat yng diteliti. Dalam tradisi kajian antropologi klasik, etnografi menjadi jembatan antara pemikiran teoritis dan realitas kehidupan sehari-hari.
c. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Rumah Singgah Waria Anak Raja, yang beralamatkan di Gang Golf RT03/RW013 No.145 Kelurahan Rangkapan Jaya 4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010) hlm 67
9
Baru, Kecamatan Pancoran Mas Parung Bingung Meruyung. Depok, Jawa Barat. Tlp (021) 77885881.Objek penelitian ini hanya difokuskan pada strategi komunikasi waria dirumah singgah tersebut.
d. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data di lapangan dilakukan beberapa teknik, diantaranya : Yang Pertama, yaitu Observasi. Obeservasi adalah pengamatan secara langsung. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai tujuan penelitian yang ini diteliti, mengamati langsung guna memperoleh data yang lebih akurat tentang hal hal yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data melalui observasi terhadap objekpengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. 5
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik ini digunakan bila penelitian ini ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia. Proses kerjanya dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Metode observasi pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dan gejalagejala untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam metode ini peneliti langsung terjun ke lapangan menjadi partisipan untuk menemukan dan mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dari hasil observasi kita kan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah dan petunjuk-petunjuk cara pemecahan masalah. Dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa observasi digunakan untuk dapat memperoleh data konkrit secara langsung dilapangan tempat penelitian. 5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Ssial lainnya. (Jakarta: Kencana, 2011) hlm 119
10
Yang Kedua yaitu Wawancara. Wawancara adalah yaitu suatu teknik untuk mencari data dengan menanyakan pertanyaan kepada narasumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang akan diteliti. Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. 6
Dalam wawancara ini responden yang bersangkutan terdiri atas mereka yang terpilih saja yang mempunyai pengetahuan lebih tentang informasi yang diperlukan dan mendalami situasi yang ada.Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden tertentu. Data yang dihasilkan dari wawancara dapat dikategorikan sebagai sumber primer karena didapatkan langsung dari sumber pertama. Dan yang terakhir yaitu Dokumentasi, Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data, yang serimg digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data.7Dokumentasi merupakan kegiatan kegiatan peneliti untuk menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa buku-buku data dari dokumen yang berupa catatan formal, jurnal dan sebagai penunjang dalam penelitian.
F. Tinjauan Pustaka Dalam beberapa skripsi yang ditemukan penulis masalah yang diteliti oleh mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau konten permasalahan yang
6
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Ssial lainnya. (Jakarta: Kencana, 2011) hlm 111 7 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010) hlm 120
11
penulis teliti.Oleh karena itu untuk menghindari dari hal-hal yangtidak dinginkan seperti mengakui karya orang lain. Ada beberapa penelitian yang dilakukan mengenai strategi komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi diantaranya : a. “Strategi Komunikasi Badan Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan.” Oleh Ayu Saidah tahun 2011 b. “Strategi
Komunikasi
Rumah
Busana
Ranti
dalam
Mensosialisasikan Busana Islami.” Oleh Dian Putra tahun 2011 c. “Strategi Komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Akhlak Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati Padang Jakarta Selatan.” Oleh Nasrullah tahun 2009. d. “Strategi
Komunikasi
dalam
membangun
citra
positif
perusahaan (studi kasus PT Aneka Tambang)” Oleh Efriyanti Siti Sofiah tahun 2010. e. “Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam Sosialisasi Zakat” Oleh Amin M. Dzikril tahun 2010.
G. Sistematika Penulisan Untuk menggambarkan secara singkat mengenai pembahasan penelitian ini. Maka dibagi yang terdiri dari lima bab, yaitu :
12
Bab I :
Membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II :
Membahas pengertian strategi komunikasi, kerangka teori, teori seputar komunikasi, karakteristik, pengertian dan fungsi rumah singgah, elemen dan bentuk rumah singgah.
Bab III : Memuat gambaran umum rumah singgah, seperti sejarah berdiri, visi misi, motto dan profil struktur pengurus rumah singgah waria. Bab IV : Memuat analisis teori, strategi komunikasi rumah singgah waria dan pemberdayaan waria didalamnya di Rumah Singgah Waria Anak Raja. Bab V :
Memuat penutup, kesimpulan dan saran saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Strategi secara etimologi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yakni Strato yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin.Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan.8Strategi menjelaskan tentang bagaimana upaya untuk memimpin, memimpin pasukan. Seperti sebuah perang, seorang pemimpin pasukan diharuskan memiliki strategi agar pasukan tahu harus melakukan apa dan harus bagaimana. Agar bisa memenangkan sebuah perperangan. Menurut Siagian, strategi merupakan rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.9
Siagian memandang sebuah strategi sebagai sebagai rencana yang bersifat longterm atau jangka panjang dan mempunyai cakupan yang luas. Strategi dalam jangka panjang membutuhkan sebuah strategi yang tepat agar tujuan organisasi tercapai secara maksimal.Sebagai contoh sebuah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk pemberdayaan, penetapan waktu yang lama dan penyusunan
8
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), hal. 7 9 P. Sondang Siagian, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.17.
13
14
strategi yang matang di maksudkan agar organisasi tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat atau dengan objek yang ingin diberdayakan. Sedangkan strategi menurut Max dan Maljur, yang dikutip oleh Salusu10 Strategi merupakan suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral.Dan dapat menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam arti sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya. Agar mencapai hasil yang optimal maka harus
melakukan seleksi terhadap
bidang yang akan digeluti organisasi. Dan berusaha mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi dan melihat sisi kekuatan serta kelemahannya. Harus membangun sebuah tim kerja yang solid dan bertanggung jawab, sehingga harus adanya keterlibatan dari setiap tingkat hirarki dalam organisasi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.11 Strategi merupakan ilmu yang mengajarkan penggunakaan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah bangsa agar tercipta kondisi negara yang diinginkan. Hal itu harus diimbangi dengan perencanaan yang tepat dan cermat untuk mencapai sasaran khusus. Contoh yang
10
Salusu, pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), h. 100. 11 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), h. 1092
15
dapat dijelaskan disini adalah jika sebuah negara terjadi perang maka dibutuhkan sumber daya lain untuk mendukung agar mencapai sasaran tujuan. Pemimpin negara ini dituntut untuk merancang strategi untuk membangun sebuah kepercayaan bangsa lain untuk mendukung negaranya dalam sebuah peperangan. Sandra Oliver dalam bukunya Strategy Public Relation mendefinisikan strategi sebagai sebuah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing masing aktivitas. Dia juga menggambarkan, strategi adalah jalan yang dipilih oleh organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.12 Untuk pencapaian sebuah tujuan organisasi harus mempunyai sebuah jalan, jalan yang mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut dengan sebuah strategi. Bagaimana sebuah organisasi Para elemen pendukung dalam sebuah organisasi harus bisa menjalankan strategi yang telah dibuat oleh
pimpinan
organisasi tersebut dalam pencapaian misi yang telah ditetapkan mengikuti jalan menuju keberhasilan tujuan.
Adapun definisi strategi menurut pakar ilmu komunikasi, Onong Uchyana Effendi, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan managemen untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan saja yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.13
Berbeda dengan pengertian strategi menurut Sandra Olive yang menjelaskan bahwa para elemen pendukung organisasi harus mengikuti dan menunjukkan jalan menuju tujuan, Onong Uchyana Effendi berpendapat strategi
12
Sandra Oliver, Strategy Public Relation, (Jakarta:Erlangga, 2007), h.2. Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.32.
13
16
tidak hanya menunjukkan sebuah jalan, tapi strategi juga mengajarkan bagaimana melewati jalan tersebut, bagaimana cara melewati jalan tersebut. Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.14 Stainer dan Minner menganggap sebuah organisasi tidak hanya meningkatkan faktor internal, melainkan harus bisa juga meningkatkan faktor eksternal yang juga merupakan faktor pendukung diluar dari faktor internal yaitu struktur organisasi dalam organisasi tersebut. Agar implementasi sebuah tujuan organisasi itu tepat sararan dan pencapaian tujuan optimal. Berdasarkan beberapa pengertian strategi menurut para ahli diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa strategi yang dipahami oleh penulis yaitu suatu rumusan rencana terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Strategi umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya, menentukan dengan cara yang sistematis, efektif dan efisien melalui langkah
langkah
analisis
untuk
mencapai
tujuan
nya.
Bagaimana
mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dituju sehingga memudahkan dalam proses pelaksanaannya. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi.
14
George Steinner dan John Minner, Manajemen Strategi. Penerjemah Agus Dharma (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 20.
17
2. Tahapan Strategi Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi. Tahapan tersebut secara garis besar yaitu15, Pertama, Analisis Lingkungan. Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai hal yang mempengaruhi kinerja lingkungan dan organisasi. Penetapan strategi ini bertujuan agar kita mengetahui bagaimana kondisi dan situasi medan nya. Jika terlihat ada masalah bisa dengan segera menanggulangi permasalahan yang timbul agar tidak menghambat keberhasilan tujuan yang telah di tetapkan. Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats). Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang yang harus segera mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman (Threats) yang perlu diantisipasi. Hasil analisis SWOT akan menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan tau modifikasi sumber daya organisasi.16
Analisis lingkungan
dengan menggunakan analisis SWOT berfungsi
untuk mengetahui lebih awal hambatan hambatan apa yang akan dihadapi. Tidak hanya hambatan analisis ini juga bisa mengidentifikasi awal peluang yang bisa dijadikan perhatian utama dan fokus dalam penetapan tujuan organisasi. Analisis SWOT juga sebagai cara preventif agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Analisis ini juga berupaya bagaimana mengatasi kelemahan yang akan mencegah 15
Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Mada,2002), h.127 16 Yusanto dan Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, h.83
18
keuntungan sebagai hasil dari peluang yang ada dan bagaimana faktor kekuatan akan mampu menghadapi ancaman yang ada. Menganalisis lingkungan dalam organisasi dan faktor lingkungan luar organisasi. Kedua, menurut Yusanto dan Widjajakusuma sebuah organisasi harus memiliki penetapan misi dan tujuan organisasi. Seperti kutipan dari buku beliau yaitu : Penetapan Misi dan Tujuan Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya, adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.17
Misi dan tujuan dari sebuah perusahaan atau organisasi tidak muncul begitu saja. Keduanya didasarkan pada pengetahuan tentang apa yang diinginkan oleh pasar. Sebelum organisasi menentukan tujuan nya, terlebih dahulu menetapkam misi atau maksud dari organisasi tersebut. Misi merupakan hal hal yang mendasar atas tujuan atau maksud dari organisasi tersebut yang memiliki ciri khas mendasar yang dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain dan dapat mengidentifikasi ruang lingkupnya. Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.18Tujuan organisaisi merupakan kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam jangka waktu tertentu, sesuatu yang ingin dicapai. Setiap organisasi memiliki tujuan yang bersifat khas dan unik seusai dengan jenis macam pemikiran, usaha, kebutuhan 17 18
Siagian, Manajemen Stratejik, h. 11. Amrullah dan Cantika, Manajemen Stratejik, h.11.
19
yang diinginkan. Oleh karena itu setiap organisasi mempunyai rumusan-rumusan berbeda yang menjadi dasar acuan untuk mencapai hal yang diinginkan. Setiap pergerakkan untuk pencapaian, harus didasari oleh tujuan telah ditetapkan. Tujuan menjadi dasar setiap pergerakkan organisasi, agar pergerakkan tetap pada koridor dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya yang Terakhir, yaitu Perumusan Strategi. Dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang diterapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai strategi yang ada. Menurut David Aeker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu
strategi.19YangPertama,
strategi
harus
tanggap
lingkungan
eksternal.Strategi harus bisa membaca keadaan lingkungan sekitar, tanggap dengan kemungkinan negatif yang akan terjadi. Harus bisa mengatasi sebelum terjadi, strategi harus mencantumkan cara preventif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Yang Kedua, Strategi Melibatkan Keunggulan Kompetitif. Keunggulan kompetitif merujuk pada kemampuan organisasi untuk menempatkan pada suatu posisi yang menguntungkan. Keunggulan yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dimana keunggulan tersebut dijadikan suatu kompetisi dengan organisasi lain untuk mendapatkan sesuatu. Contoh perusahaan memasarkan
19
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi (Malang: Universitas Brawijaya), h.215.
20
produk dengan memanfaatkan pelayanan yang berfokus pada pelanggan, sesuai dengan kelebihan perusahaan dengan perusahaan pesaing. Ketiga, Strategi harus sejalan dengan strategi lain nya yang terdapat didalam organisasi. Harus ada kesinambungan antara strategi yang satu dengan yang lain. Agar tidak terjadi miss dalam pelaksanaan strategi dilapangan. Keempat, strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi.Keluwesan strategi membuat strategi bisa masuk kedalam berbagai bidang.
dan yang Kelima, strategi secara organisasional dipandang layak
(wajar).Strategi dapat digunakan jika strategi itu dalam pelaksanaan nya dapat memudahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk pelaksanaan strategi maka dibutuhkan tahapan-tahapan didalamnya. Dan scera garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu : 20 Yang Pertama, Perumusan Strategi.langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan anacaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. Yang
Kedua,
Implementasi
Strategi.
Setelah
kita
memilih
dan
merumuskan strategi yangtelah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi 20
Frred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002),
hlm 30
21
yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak internal organisasi.tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses analisis strategi hanya akan menjadi impian yang sangat jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpupada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang di tampakkan melalui struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi. Yang Ketiga, Evaluasi Strategi. Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai. Meninjau faktor-faktor eksternal maupun internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan bfaktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai. Mengukur hasil, apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan dengan kenyataan. Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan pelaksanaan dari rencana. Setelah itu harus segera mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana, apakah harus membuat strategi baru atau melanjutkan strategi yang baru.
22
3. Komunikasi a. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin comminicatio yang berarti “sama”. “Sama” disini di maksudkan yaitu sama makna.21 Sama disini dimaksudkan adalah isi pesan yang disampaikan oleh komunikator sama dengan apa yang diterima oleh komunikan, sama makna sama arti. Dalam buku Ilmu Komunikasi karangan Raudhonah ada beberapa definisi komunikasi menurut istilah yang dikemukakan oleh para ahli yang menekuni ilmu komunikasi, diantaranya22 yang Pertama, Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan). Komunikasi merupakan bentuk rangsangan dari komunikator kepada komunikan agar komunikan menerima dan merespon apa yang di stimulus oleh sang komunikator dengan tujuan merubah sikap sang komunikan. Yang Kedua, William Albiq dalam bukunya Public Opinion bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu.23Pengertian komunikasi menurut William Albiq disini adalah komunikasi diartikan sebagai pengiriman lambang lambang oleh komunikator yang dimengerti oleh komunikan.
21
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h.9 22 Roudhonah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. Ke-1, hlm. 19
23
Yang Ketiga, yaitu Laswell, 1960, mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, “dengan akibat apa atau hasil apa” (who Says what In which channel To whom With what effect).Model teori Laswell ini menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya. Who dapat diartikan sumber atau komunikator, pihak yang memulai komunikasi atau pihak yang membawa pesan. Says
menjelaskan apa yang akan disampaikan atau
dikomunikasikan kepada komunikan dari komunikator. In which channel alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan secara langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik). To whom seseorang yang menerima pesan dari sumber. With what effect dampak apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator seperti perubahan sikap atau bertambahnya pengetahuan. Selanjutnya, Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.Komunikator menyampaikan pesan kepada lebih dari satu orang, dengan tujuan untuk merubah sikap sang komunikan. Contoh seorang motivator yang memberikan workshop disebuah seminar. Komunikasi merupakan proses sosial, komunikasi selalu melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan satu orang dengan orang lainnya atau suatu lembaga dengan lembaga lainnya. Dalam proses komunikasi akan ada komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan).
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
24
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran berupa gagasan, informasi, opini, dan lain lain yang muncul dari benaknya. Perasaan berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Menurut Fisher, yang dikutip oleh Anwar Aripin, tidak ada persoalan sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi. Permasalahan yang hadir ditengah masyarakat baik dalam bidang militer, politik, sosial dan ekonomi membutuhkan komunikasi untuk mengatasinya.24
Komunikasi merupakan hal terpenting di kehidupan kita sehari-hari, semua kegiatan tidak terlepas dari komunikasi. Pemecahan permasalahan pun di selesaikan dengan komunikasi. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa menhindar dari tindakan komunikasi, tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupan berlangsung. Prosesnya berlangsung dalam berbagai konteks baik sosial, psikologis, dan fisik. Karena proses komunikasi tidak terjadi pada sebuah ruang yang kosong. Pelaku proses komunikasi adalah manusia yang selalu bergerak. Komunikasi dirasa penting karena telah menjadi fungsi yang bisa dirasakan oleh pelaku komunikasi tersebut. Melalui komunikasi seseorang bisa membuat dirinya merasa terisolasi atau terasing dari lingkungan sekitarnya. Komunikasi merupakan suatu proses sosial, komunikasi selalu melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan satu orang dengan orang yang lain. Dewasa ini komunikasi dianggap sebagai obat untuk segala permasalahan sosial. Dalam strategi komunikasi peran komunikan 24
Anwar Aripin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.20.
25
sangat lah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segara mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Sebelum kita melancarkan komunikasi kita harus mengenali dengan siapa kita akan berkomunikasi, kita harus mempelajari. Karena hal ini akan sangat bergantung pada sebatas agar komunikan mengetahui atau agar komunikan melakukan tindakan agar pesan yang ingin disampaikan tersampaikan. Strategi komunikasi sangat dipelukan dalam proses komunikasi, karena berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikan. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudah di operasionalkan bukan tidak mungkin akan tidak efektif penggunaannya.
4. Rumah Singgah a. Pengertian Rumah Singgah Dalam pengertian rumah singgah secara terminologi rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal25. Sedangkan singgah adalah mampir atau berhenti sebentar disuatu tempat ketika dalam perjalanan26. Dari pengertian diatas rumah singgah diartikan sebagai bangunan atau tempat tinggal yang di tempati dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan secara etimologi, rumah singgah adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak pihak yang membantu mereka27.
25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 757 26 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jalarta, 1990. Hlm. 843 27 Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), (Model Pelatihan Pimpinan Rumah Singgah), Jakarta 2000. Hlm.96
26
Rumah singgah merupakan suatu shelter yang berfungsi sebagai tempat tinggal, pusat kegiatan dan pusat informasi bagi orang orang yang memiliki kerendahan ekonomi atau merupakan kaum yang berbeda dari yang lain seperti waria yang menjadi objek penelitian ini. Dari pengertian diatas rumah singgah merupakan tempat informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada individu yang membutuhkan pada penelitian ini yaitu waria terhadap sistem nilai dari norma yang berlaku di masyarakat setempat. Rumah singgah merupakan tahap awal bagi seorang waria untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik dan menyenangkan bagi kaum waria.
b. Fungsi Rumah Singgah Peran Sosial Kehidupan waria yang hidup berkelompok, mereka mengalami hambatanhambatan sosial dalam pergaulan dan perilaku mereka. Waria banyak menghadapi berbagai tekanan-tekanan sosial, posisi kurang mendapat tempat di lingkungan masyarakat. Penerimaan sosial dalam lingkungan dimana waria menjadi sebuah ancaman. Streotipe waria yang timbul di kalangan masyarakat menciptakan keterasingan secara sosial baik oleh keluarga maupun lingkungannya. Kondisi ini lah yang kemudian membuat mereka harus lari dari rumah dan lingkungannya, sehingga mereka memilih untuk hidup berkelompok. Waria
yang
selalu
dipandang
negatif
oleh
masyarakat
dalam
berkehidupan keseharian mereka, dapat mempengaruhi kehidupan sosial waria.
27
Sebagai contoh, mereka menjadi malas untuk bersosialisasi, tertutup dan menjadi takut bersosialisasi dengan orang diluar kelompok mereka. Hambatan sosial yang dialami kaum waria meliputi hampir diseluruh aspek kehidupan sosial seperti dalam hal kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan dalam kegiatan keagamaan, kesempatan dalam kehidupan keluarga dan hambatan kesempatan perlindungan hukum. Permasalahan waria berkaitan dengan kondisi dirinya tersebut mengakibatkan renggangnya hubungan waria dengan lingkungan sosialnya baik dalam lingkungan kerja, lingkungan beragama, maupun lingkungan sosial.Uraian
diatas
disimpulkan
bahwa
dalam
memenuhi
kebutuhan
kebutuhannya waria tak lepas dari interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya. Melihat fenomena seperti ini rumah singgah waria mempunyai tugas untuk memberikan tempat dan membantu waria agar bisa membaur dengan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Dan fungsi rumah singgah dalam peranan sosial waria yaitu bagaimana membangun rasa peduli waria terhadap lingkungan sekitar mereka. Peran Budaya Membahas mengenai budaya dan sosial, kedua hal ini merupakan suatu yang terikat dan berkesinambungan. Dalam konteks budaya, perilaku yang dihadirkan oleh waria tidak hanya dipandang sebagai sebuah tatanan yang menyimpang, namun perilaku mereka belum mendapat tempat didalam peran peran sosial yang menyatu dengan masyarakat. Hidup sebagai waria mengandung sebuah pengertian bahwa seorang waria harus mampu bertahan dari berbagai
28
macam tekanan yang menghimpit dirinya, karena kultur mereka belum sepenuhnya diterima didalam ruang sosial. Hidup sebagai waria dalam konteks kebudayaan mengandung satu pengertian bahwa kebudayaan itu menjadi satu pedoman dalam bagaimana cara waria berperilaku. Di sisi yang lain, kehidupan waria yang mengelompok, baik melalui arena kehidupan malam diberbagai tempat maupun organisasi soaial kaum waria pada akhirnta telah melahirkan satu sub kultur sendiri. Tekanan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya membuat waria merasa rendah diri, minder, takut, tidak percaya diri dan jauh dari nilai nilai kehidupan dan norma. Fungsi rumah singgah dalam peranan budaya yaitu menanamkan waria dengan nilai dan norma. Mengingat waria yang kurang diterima oleh masyarakat dan jarangnya kesempatan mereka dalam mendapatkan pekerjaan maka perlu ditanamkan rasa tidak bergantung pada orang lain dengan memberikan mereka keterampilan untuk bisa hidup mandiri, sabar dalam menjalani kehidupan, mengajarkan betapa pentingnya kedisiplinan. Untuk kehidupan waria yang jauh lebih baik.
5. Waria Kata “waria” sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari. Memang dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki lakiyang berbusana dan bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita.Istilah ini awalnya muncul dari masyarakat Jawa Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria’ pada tahun 1983-an. Paduan dari kata wanita dan pria. Sedangkan istilah lain yang
29
lazim digunakan untuk kaum ini adalah banci yang kemudian mengalami metamorfosa dengan melahirkan kata bencong. Wadam kependekan dari wanita adam. Namun, istilah ini sudah kurang begitu popular lagi.Wandu berasal dari bahasa Jawa yang mungkin artinya wanito dhudhu (wanita bukan). Pernah juga ada istilah binan, namun penggunaannya juga kian berkurang menjadi kata yang umum. Kaum ini juga terkenal kreatif dalam menghasilkan kosakata baru, yang acap membingungkan kita kaum kebanyakan, dikarenakan kaum semacam ini cenderung menggunakan istilahyang ditujukan bagi komunitasnya belaka. Kata “Waria” ini lah yang kini menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam, tidak sedikit yang mempertautkannya dengan homoseks – seakan akan waria identik dengan gay. Padahal waria dan gay merupakan dua fenomena yang terpisah betapapun dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai penyimpangan seksual. Dalam pengertian umum, waria adalah seorang laki laki yang berdandan dan berlaku sebagai wanita.Kelainan ini, sebenarnya bisa digolongkan kedalam penyakit. Istilah waria memang ditujukan untuk penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenakan pada seseorang yang secara fisik perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki laki.28
Waria sebagai individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Maka waria melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan seutuhnya, dimulai dari sikap, perilaku dan penampilannya. Mereka berkeinginan untuk diterima sebagai jenis kelamin yang berbeda. Transseksual merupakan dimana identitas jenis kelamin yang dimiliki seseorang transseksual ini berlawanan
28
Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-Laki (Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti 1987) hlm 2
30
dengan jenis kelamin yang ”dikenakan” kepada bentu fisiknya. Ada pula seseorang merasa terjebak dalam tubuh dan anatomi seksual yang salah. Di Indonesia, fenomena tentang waria sebenarnya bukanlah masalah atau fenomena baru. Kehidupan kaum waria yang bertolak belakang dengan kebiasaan hidup manusia secara normal dalam berperilaku dan menentukan sikap membuat komunitas maupun individunya tidak memiliki tempat di masyarakat. Itu semua dikarenakan pola kehidupan mereka dianggap akan mempengaruhi kehidupan masyarakat lain. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah bagaimana
menempatkan
diri
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
Karena
keberadaan mereka masih dibilang asing dalam kehidupan masyarakat dan sedikit sulit untuk diterima.Banyak masyarakat luas beranggapan menjadi seorang waria hanya menjadi aib yang dapat memalukan diri sendiri, keluarga dan orang orang terdekat yang berada disekitarnya. Kemunculan seorang waria yang merupakan sebuah fenomena social tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu kaum yang terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap eksistensi waria, bahkan secara terang terangan mereka beranggapan negatif, seperti waria dianggap sampah masyarakat, penyebar penyakit masyarakat dan kesemuanya itu seolah menyiratkan bahwa waria selama ini diperlakukan sebagai sebuah objek bukan subjek. Waria dan diskriminasi, bagai dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan.Keberadaan waria ditengah masyarakat merupakan suatu fenomena yang ikut meramaikan fakta sosial baru didalam masyarakat.Hal ini menimbulkan
31
adanya suatu pandangn pandangan-pandangan yang beraneka ragam didalam masyarakat, mulai dari pemberian cap bahwa mereka sampah masyarakat, penyakit sosial, beperilaku negatif, sumber penyakit hingga tidak diakui eksistensi sosialnya. Keberadaan waria ditengah tengah masyarakat sama halnya dengan keberadaan setiap individual manusia yang lainnya. Ada yang bersikap baik dan ada pula yang bersikap tidak baik, ada yang memiliki nilai moral dan begitu pula sebaliknya.Semua itu kembali lagi kepada sikap pribadi perorangan masing masing.Waria juga sering mengalami diskriminasi dalam memperoleh lapangan pekerjaan.Karena sebagian masyarakat tidak mau mempercayakan pekerjaan untuk waria. Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan masyarakat yang memandang waria sebagai kelompok penentang kodrat manusia, berdosa dan menjijikkan. Penolakan masyarakat ini jelas menimbulkan masalah bagi komunitas waria termasuk dalam memperoleh pekerjaan.Bagi waria yang berpendidikan dan mempunyai keterampilan banyak yang berusaha memperoleh penghasilan sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilannya. Sedangkan waria yang berpendidikan rendah atau waria yang tidak mempunya skill atau keterampilan khusus tentunya akan sanagat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Hal yang termudah yang bisa dilakukan adalah bekerja sebagai pengamen dijalanan dan menjadi PSK.Atau biasanya siangnya mereka mengamen dan malam nya mereka menjajakan dirinya sebagai PSK.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja Rumah Singgah Waria Anak Raja berdiri sejak 28 Desember 2009 oleh FKWI (Forum Komunitas Waria Indonesia) yang di dirikan oleh ketua FKWI sendiri yaitu Yulianus Rettoblaut yang dikenal dengan sebutan Mami Yuli, waria lulusan Fakultas Hukum dari Universitas At-Tahiriyah, Jakarta. Awalnya Mami Yuli hanya sekedar mencari tempat untuk kumpul-kumpul untuk komunitas waria. Dan dengan dibantu oleh beberapa LSM peduli hak asasi manusia. Akhirnya FKWI dapat membeli tanah seluas 144m2 dikawasan Depok, Jawa Barat pada Februari 2009. Rumah singgah ini ber alamat di sebuah gang yaitu Gang Golf RT 03 RW 013 No. 145 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas Parung Bingung Meruyung Depok, Jawa Barat. Terciptanya Rumah Singgah Waria ini dikarenakan ada sekitar 7 juta waria di Indonesia yang telah di estimasi oleh FKWI (Forum Komunitas Waria Indonesia). Tidak semua mendapati waria hidup dengan layak, diskriminasi dari keluarga maupun masyarakat cenderung menjadi bagian dari tekanan sosial yang harus dihadapi waria. Waria-waria tua yang tidak mempunyai tempat tinggal, waria yang putus sekolah, pengangguran, atau diusir dari keluarga, serta tidak sedikit yang terlibat kegiatan negatif seperti penggunaan narkoba dan bekerja di tempat prostitusi.
32
33
Persoalan sosial yang kerap terjadi menimpa waria yaitu ketika ada waria yang meninggal dunia. Tidak ada yang mau mengurus, tidak ada yang mau menerima termasuk keluarga. Dan biasanya waria yang sudah meninggal dunia dibawa kerumah sakit dan didiamkan disana. Karena hal ini lah merupakan salah satu alasan di dirikan nya rumah singgah waria ini, agar waria yang sudah meninggal di urus disini sesuai dengan agama nya masing masing.
Pihak
kepolisian jika menemukan waria yang sudah meninggal akan membawa jasad nya ke rumah singgah waria ini untuk di urus proses pemakaman nya. Rumah Singgah Waria ini mendapat dukungan dari Kementrian Sosial (Kemensos) dengan memberikan dana dengan uang sebesar Rp. 15 juta per bulannya. Biaya itu digunakan untuk melakukan pemberdayaan kepada waria. Waria yang memerlukan perlindungan sosial dan juga bermasalah dengan kesehatan. Rumah singgah ini menampung 30 orang dan jika 30 orang ini diharap sudah mampu untuk mandiri maka pengurus rumah singgah memberikan uang sebesar Rp 150 ribu sebagai modal ke setiap waria yang sudah mempunyai keahlian. Rumah singgah ini dibuka untuk semua waria yang ingin mempunyai keahlian, namun di utamakan untuk waria yang sudah lansia yang sudah menginjak usia jompo untuk tinggal di rumah singgah waria ini. Diutamakan usia lansia karena dikhawatirkan waria yang sudah jompo sudah tidak mempunyai rumah untuk tinggal dan sudah tidak mempunyai keluarga atau tidak diterima dikeluarga.
34
Di rumah singgah ini waria diajarkan berbagai keterampilan mulai dari keterampilan salon, memasak, dan menjahit. Dengan adanya keterampilan yang dimiliki dapat mengubah kesan negatif yang melekat kepada waria. Oleh karena itu, adanya rumah singgah waria diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengatasi persoalan sosial yang menimpa para waria.
B. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria Anak Raja Visi Terciptanya
lembaga
yang
kuat
dan
mampu
mensejahterahkan,
memberikan pelayanan dan menyediakan wadah pemberdayaan bagi kelompok waria sehingga dapat menyatu dengan masyarakat dan berjalan bersama sehingga dapat hidup berdampingan.
Misi Memberikan pelayanan sosial kepada kaum waria dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya untuk dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri melalui pemberdayaan kelompok waria.
C. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Rumah Singgah Waria Anak Raja Tujuan Rumah Singgah Waria 1. Memberikan keteranpilan kepada waria untuk bisa bertahan hidup. 2. Menanamkan nilai-nilai dan norma kepada waria agar bisa hidup berdampingan dengan masyarakat.
35
3. Meningkatkan rasa percaya diri waria untuk bisa mampu berada dilingkungan masyarakat. 4.
Memberdayakan waria secara sosial ekonomi sehingga mereka dapat mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.
Fungsi Rumah Singgah Waria 1. Memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban waria dalam hidup bermasyarakat. 2. Memberikan
penyuluhan
dan
pembinaan
dalam
rangka
pemberdayaan kelompok waria. 3. Membina
dan
membangun
jaringan
dengan
LSM
untuk
menyuarakan hak-hak kaum waria. 4. Memberikan pembelaan kepada kaum waria yang mempunyai masalah sosial. 5. Melayani dan mengayomi waria dalam rangka pemberdayaan. 6. Merubah Stigma atau penilaian masyarakat terhadap kaum waria.
Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah Waria Sasaran pemberdayaan dalam penelitian ini adalah waria, yaitu dengan memberikan pembinaan atau kecakapan sehingga dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi waria dan dapat menciptakan suatu kemandirian bagi waria, baik dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada orang lain sesuai dengan kecakapan yang sudah mereka miliki melalui pemberdayaan ini.
36
Adapun
sasaran
program
pemberdayaan
waria
dalam
mencapai
kemandirian adalah sebagai berikut : a. Terbuka nya kesadaran dan tumbuh peran aktif mampu dalam kemandirian. b. Memperbaiki
keadaan
sosial
dengan
meningkatkan
kepahaman,
peningkatan pendapatan dalam bidang ekonomi yang positif. c. Meningkatkan
kinerja
dalam
keterampilan
produktivitasnya. d. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.
untuk
memperbaiki
37
Struktur Kepengurusan Rumah Singgah Waria Anak Raja
Pembina
Penasehat
Dirjen Rehabilitasi Sosial
Direktur Rehabilitasi Sosial
Ketua Pelaksana Yulianus R, S.H
Bendahara
Sekretaris
Marcelino
Jannah Maryam Ramadhani, S.Psi
Kepala Rumah Tangga
Bidang Humas
Yotti
Andre
Tutor/Pekerja Sosial
Waria PMKS Binaan
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Terhadap Penerimaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Meruyung Depok. Untuk melaksanakan sebuah rencana mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh Rumah Singgah Waria Anak Raja yang bertujuan agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat, harus dibutuhkan sebuah strategi. Mengingat kaum waria ini sebagai kaum yang berbeda di lingkungan masyarakat dan banyak pemahaman masyarakat tentang waria yang memahami bahwa waria tidak luput dari hal negatif, maka strategi diperlukan untuk dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh rumah singgah waria tersebut.Begitu juga dalam sosialisasi, komunikasi sangat berperan besar, karena komunikasi menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat. Agar bisa tercapainya komunikasi yang baik dan efektif, diperlukan strategi dalam menjalankannya. Sesuai dengan pendapat Fred R. David, dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep yang dikutip dalam bab 2 skripsi ini, maka strategi memerlukan tahapan-tahapan dalam proses pelaksanaannya. Tahapantahapan tersebut adalah perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Ketiga hal ini menjadi bagian utama dan tidak dapat dipisahkan dalam melaksanakan strategi komunikasi
38
39
1. Perumusan Strategi Strategi tidak hanya berbentuk sebuah rencana, tetapi juga bisa dalam bentuk pola, perspektif dan taktik.Strategi perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang di hadapi oleh rumah singgah waria.Strategi adalah alat untuk mencapai sebuah tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut Hariadi di bab 2 skripsi ini, perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis,, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu harus mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki dan menentukan misi organisasi untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut, melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya,merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya, menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi, memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Sebelum melaksanakan kegiatan yang telah direncakan oleh Rumah Singgah Anak Raja, mereka terlebih dahulu harus mengambil hati masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan acara yang akan diadakan, waria dan masyarakat dapat saling hidup berdampingan dalam masyarakat tanpa
40
saling mengganggu dan mengusik satu sama lain. Mami Yuli sebagai pendiri Rumah Singgah Waria Anak Raja dan sekaligus sebagai Forum Ketua Waria seIndonesia membuat strategi, yaitu Mami Yuli dan para pengurus rumah singgah mencoba untuk berbaur dengan masyarakat dengan beradaptasi terlebih dahulu, dan konteks beradaptasi ini juga bisa dilihat dari banyak hal dan Mami Yuli juga harus bisa melihat dari berbagai latar belakang. Mami Yuli selaku pendiri rumah singgah waria ini membuat suatu bagan atau konsep.Rumah singgah ini berdiri dimana, yang kedua disekitar daerah ini dominan mendukung kehadiran rumah singgah ini atau tidak, bagaimana latar belakang agama dilingkungan yang ada disini, dan dapatlah disimpulkan bahwa masyarakat disini bermayoritas agama Islam dan cukup mendukung adanya rumah singgah tersebut.Kondisi ekonomi lingkungan masyarakat disini menengah kebawah oleh karena itu Mami Yuli merencanakan pembagian sembako dan santunan untuk warga yang ada disini. Strategi tidak hanya difokuskan untuk eksternal rumah singgah waria saja namun dari internal rumah singgah yaitu penghuni rumah singgah harus dapat mendukung rencana eksternal yang akan dilakukan, maka strategi internal yang akan dilakukan yaitu memberikan pengarahan kepada penghuni rumah singgah untuk bisa membenahi cara berperilaku, cara berpakaian, mengajarkan bagaimana cara berbaur dengan masyarakat, berinteraksi dan duduk bersama dengan masyarakat. Karena sebelum meyakinkan warga yang ada, penghuni rumah singgah harus bisa membenahi diri terlebih dahulu agar pemahaman masyarakat tentang waria yang selalu di identikkan dengan perilaku negatif perlahan hilang.
41
Setelah perencanaan beradaptasi dengan warga, rumah singgah waria selanjutnya merencanakan acara peresmian rumah singgah.Peresmian rumah singgah ini bertujuan untuk memperkenalkan rumah singgah dan penghuninya. Acara ini direncanakan akan mengundang waria-waria berprestasi, artis idola warga, tokoh-tokoh masyarakat, dan orang-orang yang mempunyai kepentingan seperti Ketua RT/RW. Tidak hanya acara hiburan, ada pula acara sosial yaitu pemberian sumbangan berupa sembako dan santunan kepada warga miskin yang ada di lingkungan masyarakat. Sumbangan dan santunan direncakan tidak hanya dalam acara ini saja, tetapi sumbangan ini akan menjadi kegiatan rutinitas rumah singgah waria yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit sebulan dua kali. Rencana jangka panjang yang akan dilakukan oleh rumah singgah waria ini yaitu mengadakan kursus masak, kursus berdandan, menyulam dan keterampilan lain. Tidak hanya untuk kalangan rumah singgah itu sendiri tetapi warga sekitar rumah singgah waria juga dilibatkan dalam kegiatan ini.Kegiatan ini bertujuan agar tidak terciptanya jarak antara waria dan warga masyarakat.
2. Implementasi Strategi Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategi merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.
42
Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.Faktor internal yaitu penghuni rumah singgah waria menjadi faktor penting dalam pelaksanaan implementasi, dikarenakan penghuni rumah singgah waria merupakan pemeran utama yang menentukan apakah perumusan strategi dapat berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan ataukah sebaliknya, perumusan strategi berjalan sesuai dengan semestinya atau tidak. Untuk itu faktor internal harus dipersiapkan dengan baik agar pelaksanaan strategi tepat pada sasaran untuk mencapai tujuan strategi. Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan tersebut.Dalam tahap pelaksanaan strategi sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari internal rumah singgah yaitu para penghuni rumah singgah waria. Pelaksanaan strategi yang pertama yaitu dengan mencari tahu bagaimana keadaan lingkungan tersebut dengan cara berkomunikasi dengan warga, mencari tahu karakter lingkungan dengan mengadakan kursus membuat donat yang melibatkan warga setempat untuk memperkenalkan kegiatan yang ada dirumah singgah waria tersebut, selain itu jika ada warga yang sakit beberapa penghuni rumah singgah waria menjenguk warga yang sakit tersebut. Setelah segala bentuk kegiatan untuk membaur dengan warga sudah terlaksana, rumah singgah waria mengadakan kegiatan peresmian rumah singgah waria tersebut. Acara ini bertujuan untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat dengan cara, acara yang dilaksanakan menampilkan para waria untuk mengisi acara itu.Bukan sembarang waria yang mengisi acara tersebut, melainkan waria
43
yang mempunyai potensi dan waria yang berprestasi yang ditampilkan.Acara ini bertujuan agar waria tidak dipandang sebelah mata dan sebagai ajang pembuktian untuk merubah pandangan masyarakat terhadap waria yang sudah berkembang di masyarakat.Mami Yuli mengundang waria-waria berprestasi untuk unjuk kebolehan dihadapan masyarakat.Tidak hanya acara hiburan acara ini juga mengadakan kegiatan sosial untuk membantu warga miskin yang ada dirumah singgah waria tersebut.Mami Yuli dan rekan-rekan mendata janda miskin yang ada diwilayah tersebut, untuk pemberian sembako dan santunan pada acara peresmian rumah singgah,tercatatlah sejumlah 25 orang janda miskin.Dan acara peresmian terlaksana dengan waria yang mengisi acara tersebut yang diisi oleh waria berprestasi, dan waria yang sudah mendapatkan gelar haji.Kegiatan peresmian ini dilakukan agar dapat membeli hati masyarakat, mengubah pemahaman masyarakat tentang waria yang selalu dianggap negatif dan masyarakat dapat menerima kehadiran sebuah komunitas waria berada ditengahtengah lingkungan mereka.Dan acara tersebut berjalan dengan lancar. Setelah acara tersebut, mami Yuli dan para penghuni rumah singgah juga ikut dalam kegiatan masyarakat seperti acara karang taruna dan acara ibu-ibu PKK, dan sesekali menawarkan tempat dirumah singgah tersebut jika karang taruna atau ibu PKK membutuhkan ruangan yang lebih besar untuk kegiatan mereka.Peneliti melihat ketika berada disana, bahwa mami Yuli dan para penghuni rumah singgah dengan warga yang rumah nya berjarak 1 rumah dengan rumah singgah cukup akrab.
44
Kegiatan pemberian sembako dan santunan pada warga-warga yang miskin, kerap dilakukan walaupun hanya membawa sebungkus mie instan atau seperempat kilogram gula.Mami Yuli dan para penghuni rumah singgah waria menghadirkan canda tawa di setiap rumah warga miskin tersebut untuk mengurangi beban kesedihan yang dialami.Dan kegiatan rumah singgah yang melibatkan warga yaitu kegiatan kursus masak, kursus membuat kue donat.Waria dan warga bersama-sama belajar untuk membuat kue.Tidak hanya kursus memasak, rumah singgah ini juga mengajarkan kursus menyulam dan berdandan.
3. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi.Evaluasi diperlukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besar kegagalan yang diperoleh.Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari program yang telah direncanakan, hal ini mampu menjadi tolok ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dituju tercapai. Kegiatan evaluasi ini antara lain mencakup meninjau factor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan) dan yang terpenting adalah mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Perumusan strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria sudah cukup untuk
dapat
mengetahui
bagaimana
kondisi
lingkungan
di
wilayah
45
tersebut.Namun strategi faktor internal yang dilakukan oleh rumah singgah waria sudah bisa dikatakan belum semua berhasil. Para penghuni rumah singgah waria mengikuti pengarahan dari Mami Yuli untuk merubah perilaku, mengubah tata cara berpakaian dengan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan. Namun bagaimana bersikap dengan warga seperti bertegur sapa dengan warga setempat belum sepenuh nya dilakukan oleh penghuni rumah singgah, karena masih ada warga yang menganggap bahwa penghuni rumah singgah itu cuek dan kurang berbaur dengan lingkungan masyarakat.Karena sebagian besar warga disini kurang cocok dengan warga yang kurang berbaur dengan masyarakat.Tidak hanya waria, warga normal lain pun jika tidak berbaur dengan warga, warga pun merasa tidak cocok. Sesuai dengan pernyataan tokoh masyarakat Bapak Sugito.
“…..Siapapun mba yang hidup bermasyarakat tapi tidak mau membaur saya pun tidak cocok.”29
Strategi faktor eksternal yang dilakukan rumah singgah waria bisa dikatakan belum berhasil.Karena masih ada kegiatan yang di peruntukkan bagi masyarakat belum dilakukan untuk jangka panjang.Seperti kegiatan pembagian sembako dan santunan hanya dilakukan ketika awal rumah singgah waria ini hadir ketika diadakannya peresmian rumah singgah waria.Setelah acara itu sudah terlaksana, kegiatan pembagian sembako dan kursus-kursus tidak lagi diperuntukkan lagi bagi warga, melainkan hanya untuk penghuni rumah singgah waria itu saja. 29
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30 Oktober 2014
46
“Kalau mereka membuat acara kegiatan ya buat golongan mereka saja…..”30 Perencanaan yang dilakukan rumah singgah waria tidak untuk rencana jangka panjang. Hanya sebatas untuk mengambil hati masyarakat di saat mereka ingin mendapatkan izin dan penerimaan masyarakat terhadap rumah singgah waria tersebut. Terlihat dari respon dan pernyataan warga tentang perencanaan rumah singgah tersebut yang diutarakan oleh tokoh masyarakat setempat yang bernama Sugito.
“Mereka kegiatannya tidak ada sama sekali, hanya dua kali kurang lebih setahun.Kegiatan mereka sifatnya membagikan sembako”.31
Hal ini bertentangan dengan pernyataan yang pernah diungkapkan oleh mami Yuli selaku pendiri rumah singgah waria yang akan memberikan bantuan dan santunan berupa sembako kepada sekitar 25 janda miskin setiap dua minggu sekali. “Setiap dua minggu sekali saya memberikan sumbangan ke 25 janda miskin disini dengan memberikan sembako”32
Dalam kegiatan masyarakat Mami Yuli tidak aktif berpartisipasi seperti hal yang seharusnya dilakukan, hal ini menimbulkan sifat acuh tak acuh dari warga setempat.Mami Yuli dan rumah singgah waria mengekslusifkan diri dan 30
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30 Oktober 2014 31 Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30 Oktober 2014 32 Hasil wawancara dengan Mami Yuli, Pendiri Rumah Singgah Waria Anak Raja, tanggal 21 Desember 2014
47
seolah-olah mereka tidak bersosialisasi dengan baik.Jarang berkomunikasi dengan warga setempat dan meninggalkan kesan menyendiri.Hal ini sesuai dengan pernyataan tokoh masyarakat setempat.
“Tidak pernah ikut sama sekali, pernah ada yang menikah didepan rumah dia persis, dia tidak datang, ada hajatan yang lainnya pun tidak datang.Membaur dengan masyarakat juga tidak pernah. Jadi seolah-olah mereka itu selalu menyendiri…” 33
Kegiatan pembagian sembako dan santunan itu baru dilakukan dua kali sejak rumah singgah itu diresmikan. Yang pertama, ketika ada peresmian rumah singgah tersebut dan yang kedua, ketika mami yuli mengadakan acara family gatheringkumpul-kumpul waria yang dilaksanakan bulan September ini yang dihadiri oleh waria yang berjumlah kurang lebih 300 orang. Acara family gathering tersebut melibatkan warga setempat dengan memberikan uang sebesar Rp. 200.000 kepada warga untuk modal berdagang yang dagangan nya diperjual beli kan untuk waria-waria yang hadir di acara tersebut. Tidak hanya warga, para pedagang yang lewat didaerah itu juga datang ke acara itu atas rekomendasi dari Mami Yuli dan dagangan mereka habis terjual.Kegiatan ini baru dimulai lagi melibatkan warga setempat.Acara ini meninggalkan sebuah masalah yaitu perizinan, Mami Yuli melakukan perizinan ke RT setempat ketika hari H. Hal ini menimbulkan rasa tidak senang dari warga dan pemuda masyarakat setempat sehingga ingin melakukan aksi demo ke rumah singgah waria tersebut. Namun
33
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30 Oktober 2014
48
aksi demo tersebut tidak terlaksana dikarenakan adanya himbauan dari tokoh masyarakat agar tidak berbuat anarkis dan main hakim sendiri.
“Karena dia baru laporan ke saya setelah hari H acara.Seharusnya seminggu sebelum acara. Lalu warga-warga disini, anak-anak muda mau melakukan aksi demo tetapi tidak jadi. Terjadi keributan karena ada acara kumpul waria. Yuli mau laporan sama saya, saya tidak ada. Dia laporan akan mengadakan acara kumpul waria tepat hari H. tidak boleh seperti itu seharusnya namanya dia hidup di lingkungan sosial. Kemarin ramai sekali polisi, plang rumah singgah waria juga sudah dicabut.”34
Hari berikutnya terjadi penggerebekan dirumah singgah waria oleh sekelompok organisasi masyarakat yaitu Front Pembela Islam (FPI) wilayah Depok, sebelum FPI datang pihak kepolisian sudah datang terlebih dahulu untuk mengamankan FPI yang ingin melakukan penggerebekan agar tidak terjadi aksi pengrusakan. Penggerebekan yang dilakukan FPI ini
disebabkan karena FPI
mendengar ada cara kumpul waria yang berjumlah banyak, dan mendapat kabar jika waria mendapat dana dari departemen sosial sebesar 1 Milyar. FPI melakukan pencabutan plang rumah singgah waria dan plang itu di amankan oleh pihak kepolisian. Seusai kejadian itu warga mengharapkan ada niat baik dari pengurus rumah singgah waria untuk meminta maaf kepada warga atas kejadian tersebut, menjelaskan apa yang telah terjadi tetapi hal itu tidak dilakukan oleh pengurus
34
Hasil wawancara dengan Bapak Endang, Ketua RT 03, tanggal 30 Oktober 2014
49
rumah singgah waria tersebut. Dan menimbulkan rasa kecewa dari warga atas sikap pengurus rumah singgah waria.
“….Seharusnya sehabis peristiwa kemarin dia itu kesini minta maaf tapi tidak ada sikap seperti itu, lewat ya lewat saja….” 35 Menurut keterangan warga, tokoh masyarakat dan ketua RT setempat setelah kejadian itu sudah tidak ada lagi kegiatan di rumah singgah waria tersebut, dan sekarang rumah singgah waria hanya ditinggali oleh 3 orang waria pengurus rumah singgah waria.Dan tidak diketahui bagaimana kelanjutan dari rumah singgah waria tersebut.Terus berlanjut, pindah atau beralih fungsi.Beluma adanya keterangan tentang kelanjutan Rumah Singgah Waria Anak Raja tersebut.
35
Hasil wawancara dengan Ibu Sugito, Warga RT 03, tanggal 30 Oktober
2014
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Rumah singgah Waria Anak Raja Depok dalam penerimaan rumah singgah waria tersebut di masyarakat dapat dikatakan tidak berhasil.Dan dapat disimpulkan dari hasil penelitian sebagai kesimpulan akhir yaitu rumah singgah waria sudah melakukan tahapan-tahapan strategi yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Dalam tahapan perumusan strategi sebelum penghuni rumah singgah waria itu hadir ditengah-tengah masyarakat dan dapat diterima, rumah singgah waria membuat suatu rumusan strategi membuat program agar tujuan rumah singgah waria tersebut dapat diterima di masyarakat terealisasi.Rumusan stratei yang dibuat oleh rumah singgah waria sudah cukup mencakup segala aspek, aspek internal dan aspek eksternal. Implementasi strategi rumah singgah waria ini sudah dilakukan oleh para pengurus dan para penghuni rumah singgah waria, namun dalam pelaksanaannya strategi yang dirumuskan hanya dilakukan di awal diadakannya peresmian rumah singgah waria tersebut.Program-program yang ditujukan untuk masyarakat tidak lagi melibatkan masyarakat.Program yang ada hanya untuk para penghuni rumah singgah waria saja, program santunan dan sembako yang ditujukan untuk masyarakat pun hanya dua kali terlaksana, sehingga hal ini menimbulkan rasa kecewa di masyarakat, para penghuni rumah singgah tidak berbaur dengan
53
54
masyarakat.Kesimpulan yang dapat di ambil dari implementasi strategi ini adalah pelaksanaan strategi dikatakan tidak berhasil, ketidak berhasilan ini menimbulkan aksi marah oleh pemuda dan organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) setempat sehingga terjadi lah penggerebekan dan pencabutan plang rumah singgah waria tersebut.Penghambat dari strategi ini timbul bukan dari eksternal rumah singgah waria, melainkan dari internal rumah singgah waria itu sendiri.
B. Saran-Saran Efektivitas sosialisasi merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan utama
visi
rumah
singgah
waria
untuk
dapat
diterima
oleh
masyarakat.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran-saran yang hendak peneliti sampaikan.Tentunya saran ini bertujuan untuk kiprah dan eksistensi rumah singgah waria menjadi jauh lebih baik lagi dan tidak terjadi lagi hal yang tidak diinginkan. Pelaksanaan program internal yaitu bertegur sapa dan berbaur dengan masyarakat seharusnya diadakan evaluasi oleh pengurus rumah singgah waria dikarenakan itu merupakan faktor utama keberhasilan waria dapat diterima di tengah-tengah masyarakat.Agar tidak meninggalkan kesan dari warga masyarakat waria menyendiri atau mengeksklusifkan diri. Harus ditumbuhkan dan di tingkatkan lagi rasa perduli dengan warga sekitar seperti menjenguk warga yang sakit, acara hajatan warga dan acara kegiatan masyarakat seperti karang taruna dan lain lain.
55
Program eksternal yang telah direncanakan oleh pengurus rumah singgah waria yaitu pembagian sembako dan santunan untuk warga dan janda miskin seharusnya terus dilaksanakan.Mengingat latar belakang ekonomi wilayah setempat dapat dikatakan menengah kebawah.Program santunan dan pembagian sembako ini program yang ditunggu oleh warga namun dalam pelaksanaan tidak selancar ketika meproklamirkan program tersebut sehingga menghadirkan rasa kecewa warga terhadap pengurus rumah singgah waria tersebut.Dan seharusnya strategi rumah singah waria ini tidak hanya mendekati warga pada golongan menengah kebawah, pengurus rumah singgah harus bisa juga mengambil hati golongan menengah ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rhineka Cipta, 1998. Amirullah dan Sri Budi Cantika.Manajemen Stratejik, Yogyakarta: Graha Mada, 2002. Aripin, Anwar.Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Rajawali Press, 1998. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN). Model Pelatihan Pimpinan Rumah Singgah, Jakarta, 2000. Bungin,
Burhan.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2011.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990. Effendi, Onong Uchyana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992. George Steinner dan John Minner.Manajemen Strategi, Penerjemah Agus Dharma Jakarta: Erlangga, 1999. Kusnadi. Pengantar Manajemen Strategi, Malang: Universitas Brawijaya. Kemala, Atmojo.Kami Bukan Laki-Laki,Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti, 1987. Kriyantono,Rachmat.TeknisPraktis; RisetKomunikasi,Jakarta :Kencana 2010. Murtopo, Ali.Strategi Kebudayaan, Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978. Oliver, Sandra.Strategy Public Relation, Jakarta:Erlangga, 2007. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. R. David, Fred.ManajemenStrategiKonsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.
50
51
Roudhonah. Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Salusu. PengambilanKeputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta: PT. Gramedia, 1996. Sondang Siagian, P. Manajemen Strategik, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hasil Wawancara Narasumber (NS)
: Mami Yuli (Ketua Waria Se-Indonesia dan Pendiri Rumah Singgah Waria Anak Raja)
Pewawancara (PW) : Khairunisa PW
: “Awal mula mami membuat rumah singgah ini karena apa?”
NS
: “Saya merasa ada diskriminasi terhadap waria oleh masyarakat, tidak diterima dipandang sebelah mata, bukan hanya dikalangan masyarakat dikalangan keluarganya banyak yang tidak mau menerima. Kami diusir, kami dianggap aib keluarga. Dan yang membuat saya semakin pilu adalah ketika ada diantara salah satu dari kami yang telah meninggal dunia, tidak ada yang mau mengurus, tidak ada yang mau menerima termasuk keluarga kami. Waria yang meninggal dibawa kerumah sakit dan didiamkan disana. Karena itulah salah satu alasan saya membuat rumah singgah waria ini. Ketika ada waria yang meninggal, polisi langsung membawa jenazah waria tersebut kesini dan kami urus sesuai dengan agamanya. Dan saya membuat rumah singgah waria ini untuk mewadahi waria, terutama waria yang sudah jompo.”
PW
: “Bagaimana tanggapan warga sekitar ketika rumah singgah ini dibangun?”
NS
: “Tidak semudah membalik telapak tangan, awal mula saya tidak diterima dan pastinya banyak yang mencibir. Saya memutar otak untuk membeli hati masyarakat disini. Saya membuat sebuah acara disini
dibantu oleh komunitas waria karena saya merupakan Forum Ketua Waria seIndonesia maka saya mudah menghubungi waria waria berprestasi untuk bisa mengisi acara. Saya membuat acara untuk menghibur warga disini denganacara bakti sosial, memberkan sumbangan dan mendatangkan waria waria cantik berprestasi agar waria tidak dipandang sebelah mata dan sebagai ajang pembuktian untuk merubah pandangan masyarakat terhadap waria”
PW
: “Tujuan kegiatan dirumah singgah waria ini apa Mi?”
NS
: “Setiap kegiatan dirumah singgah ini mempunyai tujuan, tujuan nya yaitu memberikan skill kepada waria waria yang sudah tua agar bisa bertahan hidup, karena waria waria yang sudah tua ini sebagian besar tidak mengenyam dunia pendidikan maka skill mereka rendah, setelah mereka sudah bisa, saya memberikan uang sebesar Rp. 150.000 untuk modal mereka berdagang dan bertahan hidup.”
PW
: “Jumlah waria yang sudah Mami berikan modal, sudah berapa orang Mi?”
NS
: “Ada 300 orang dari 2010”
PW
: “Jumlah waria yang ada disini berapa orang Mi?”
NS
: “Disini ada 30 orang jumlah waria. Rumah singgah ini didanai oleh Kementrian Sosial, dan KemenSos hanya memberikan dana untuk
15orang saja. Maka disini saya memutar otak agar semua bisa mendapat bagian. Maka 15orang itu mendapatkan dana secara bergantian agar mereka semua kebagian dan hasil nya merata.”
PW
: ”Strategi apa yang Mami lakukan agar rumah singgah waria ini kehadiran nya dapat diterima masyarakatr?”
NS
: ”Strategi yang paling utama adalah bagaimana kita mencoba untuk bisa beradaptasi dengan masyarakat. Dan konteks beradaptasi disini juga bisa dilihat dari banyak hal dan kita juga harus bisa melihat dari berbagai latar belakang, saya juga membuat suatu bagan atau konsep. Rumah singgah ini berdiri dimana itu yang pertama,yang kedua daerah atau lingkungan ini dominan mendukung kita atau tidak. Dan yang ketiga disini rata-rata agama islamnya cukup kental apalagi dibelakang wilayah ini ada FPI.dan bagaimana kemudian kita bisa menyikapi agar rumah singgah ini bisa berdiri dengan rasa nyaman. Itu juga tidak segampang membalikkan telapak tangan. Karena kita juga melalui berbagai macam tahapan dimulai dari bagaimana kita me manage diri kita sendiri dulu. Karena sebelum koita bisa meyakinkan warga disini kita harus bisa menunjukkan dulu kepada warga bahwa saya yang memiliki tempat ini dan saya dan rekan-rekan tidak seperti pemahaman yang beredar di masyarakat disini bahkan di Indonesia, bahwa waria tidka terlepas dari PSK dan pengamen. Tetapi setelah kita tinggak disini, kita menyikapi dengan berbagai strategi karena ternayata tidak
segampang yang kita duga kita bisa mempunyai rumah dan bisa tinggal.”
PW
: ”Awalnya bagaimana Mi?”
NS
: ”Saya harus mengambil suatu strategi, setelah rumah singgah ini selesai, kami membuat peresmian. Saya juga berbicara kepada tokoh agama, tokoh masyarakat disini untuk mengadakan acara hiburan menampilkan waria-waria yang mempunyai potensi da berprestasi di Jakarta. Kemudian saya berbicara diatas panggung, dan tidak di duga pers datang. Saya memang sering kali menjadi public figur di media. Dan orang-orang disini jadi bisa melihat dan sebagai ajang pembuktian kepada masyarakat disini walaupun aku ini seorang waria, aku bisa sekolah. Setalah peresmian itu kami sering didatangi media elektronik maupun cetak an bukan hanya dari nasional tetapi juga internasional. Dan saya menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat disini yaitu ”orang ini kalau tidak penting untuk apa dicari-cari”.
PW
: ”Kegiatan ini melibatkan warga Mi?”
NS
: ”Iya sebelum acara peresmian aku melakukan strategi untuk mengambil hati masyarakat agar acara peresmian nanti tdak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya mencoba mengumpulkan waria-waria dan mendatangi warga kemudian mendata warga yang tidak mampu dsini. Setelah kita mempunyai data sekitar 25 orang dan mereka semua
merupakan janda miskin saya mengambil sebuah sikap yaitu kami kan rutin mendatangi mereka setiap bulan paling sedikit dua kali. Walau kita hanya membawa 1 bungkus mi instan atau ¼ kilogram gula dan uang sebesar Rp. 10.000 kami mendatangi mereka dengan penuh canda tawa menghibur mereka. Kita melakukan rutinitas ini berkali-kali. Sesudah itu kami bisa akrab dengan mereka, lalu saya membuat rutinitas lagi yaitu pembagian sembako kepada warga sekitar sini dengan melibatkan orang-orang yang mempunyai kepentingan seperti RT dan RW. Pra acara itu kami mengadakan acara buka pusa bersama dengan warga. Kami juga mengadakan kursus membuat donat untuk waria dan warga-warga yang ada disini, lalu kursus berdandan. Lalu setelah akrab dengan mereka, kemudian saya menceritakan bahwa saya mau membuat suatu pangung hiburan disini. Saya bertanya kepada warga. Disinoi yang terkenal siapa, lalu biayanya berapa, dan aku melibatkan waria-waria yang memiliki uang.”
PW
: ”Acara tersebut mami mengunang siapa saja?”
NS
: ”Peresmian rumah singgah itu berjalan dengan mengundang tokohtokoh yang ada disini. Lalu juga ada waria-waria yang sudah melaksanakan ibadah haji berbicara di panggung membahas berbagai macam, dan disini terlihat bahwa public speaking waria ini bagus bahkan lebih bagus dari warega yang ada disini, mungkin karena
perbedaan wilayah. Waria yang hadir waria yang bertempat tinggal di komplek dan disini perkampungan.”
PW
: ”Respon warga disini bagaimana Mi?”
NS
: ”Respon warga disini baik. Dan karena sering ada pers yang datang kesini warga-warga disini sering menanyakan ”kapan Mi kita masuk tv?”. jadi setiap ada pers yang datang dari tv saya selalu memberi tahu warga agar mereka bisa ikut diliput dan masuk tv.”
PW
: ”Adakah pelatihan bagi penghuni rumah singgah waria untuk berbaur atau bersosialisasi dengan warga?”
NS
: ”Saya memberi tahu kepada teman-teman waria, jika kita ini berada dilingkungan yang sarat akan islam. Jangan berdandan berlebihan, jangan memakai perhiasan atau pakaian yang menarik perhatian warga, berpakaian yang sopan, bertegur sapa jika bertemu warga dan berlaku santun.”
PW
: ”Pernahkah Mami mengikuti kegiatan masyarakat disini?”
NS
: ”Saya pernah mengikuti acara karang taruna disini dan acara ibu-ibu PKK. Saya juga pernah menawarkan tempat kepada mereka jika membutuhkan tempat yang lebih luas bisa melakukan kegiatan disini.”
PW
: ”Bagaimana interaksi Mami dengan warga yang ada disini ?”
NS
: ”Saya pernah mengobrol, jika lewat saya bertegur sapa. Kunci agar kita bisa nyaman hidup berdampingan dengan masyarakat adalah dimulai
dari diri sendiri terlebih dahulu dengan tidak berdandan berlebihan agar tidak menjadi sorotan masyarakat, bagaimana cara kita untuk menghargai diri kita sendiri, bagaimana kita beradaptasi, bagaimana caranya membeli hati masyarakat. Jika ada warga yang sakit kita jenguk, memberikan sumbangan walaupun jumlahnya tidak banyak yang penting kita ikhlas memberikannya. Hal itu saya lakukan agar merubah fikiran masyarakat tentang waria yang hanya bisa melacur dan mengamen.
PW
: ”Bagaimana sikap anak-anak yang ada disini Mi?”
NS
: ”Jika saya bertemu dengan anak-anak, saya sesekali memberikan uang jajan kepada mereka, setelah saya memberikan uang jajan kepada anakanak, merekapasti memberi tahu orang tua mereka. Dan orang tua mereka mewngucapkan terima kasih kepada saya. Dan jika ada anakanak yang jahil kepada saya, orang tua mereka yang kadang memarahi anak tersebut ”Jangan Mami Yuli kan baik”. Jadi saya kadang tidak perlu repot untuk hal seperti itu.”
PW
: ”Pernahkah ada ancaman atau teror yang bertujuan untuk membuat penghuni rumah singgah waria resah?”
NS
: ”Tidak ada, aman-aman saja. Mungkin karena ini rumah saya sendiri, kalau saya mengontrak mungkin beda urusan lagi. Dan waarga disini
juga banyak pendatang, yang penting kami disini tidak menganggu mereka.”
PW
: ”Adakah perbedaan sikap warga dari dulu hingga sampai saat ini Mami bertinggal disini?”
NS
: ”Coba saja tanya ke warga, ketika kita bisa melakukan hal yang positif maka orang lain pun akan mengangkap dengan positif juga. Itulah yang saya lakukan. Karena kita harus memulai dari hal kecil terlebih dahulu dimulai dari sikap dan cara berpakaian. Saya juga mengajari penghuni rumah singgah ini bagaimana duduk mengobrol dengan warga. Dan saya juga sudah lama disini, saya sudah menganggap warga disini seperti keluarga.”
PW
: ”Rumah Singgah Waria ini berdiri sejak kapan?”
NS
: ”Sejak 2010”
PW
: ”Jika Mami membuat acara kegiatan di rumah singgah ini adakah warga yang keberatan?”
NS
: ”Tidak ada”
PW
: ”Yang bisa tinggal di rumah singgah waria ini, waria yang mempunyai kriteria seperti apa Mi?”
NS
: ”Waria-waria yang mau diatur, yang mau berubah perilaku hidupnya, dan yang mau belajar untuk mandiri.”
PW
: ”Mami sering mengobrol dengan warga?”
NS
: ”Iya, tapi sekarang karena kesibukan jadi sudah jarang. Warga juga suka kumpuldi depan teras.”
PW
: ”Kegiatan apa saja yang melibatkan warga disini Mi?”
NS
: ”Kursus memasak seperti membuat donat, menyulam dan arisan.”
PW
: ”Bagaimana menghadapi warga yang kontra dengan adanya rumah singgah waria ini Mi?”
NS
: ”Saya mencoba membuat kegiatan hal yang benar-benar nyata sebagai ajang pembuktian. Tidak semua orang suka dengan kita yang pro dan kontra pasti ada apalagi kami sebagai waria.”
PW
: ”Pernah takut akan penolakan dari warga ketika tinggal disini Mi?”
NS
: ”Karena saya sudah pernah merasakan penolakan yang pahit, jadi jika ada penolakan yang hanya cibiran atau pengusiran itu sudah biasa untuk saya. Kadang ada tanggapan dari warga jika ada sumbangan yang tidak merata. ”Yang itu dikasih kok saya tidak”. Warga disini juga rumpi, kecemburuan sosial memang biasa terjadi.”
PW
: ”Apa yang menjadi harapan Mami kepada warga masyarakat jika ada waria berada di tengah-tengah masyarakat?”
NS
: ”Sebelum kita berharap kepada masyarakat, kita harus memulai dari diri sendiri terlebih dahulu, jika mau dihargai oleh orang lain kita harus bisa menghargai diri kita sendiri dulu. Jika kita bisa membeli hati masyarakat maka kita bisa nyaman tinggal di tengah masyarakat. Dan warga bisa membentengi kita, jika kita berperilaku dengan baik. Jika ingin hidup bermasyarakat harus di mulai dari hal terkecil terlebih dahulu. Dimanapun kita hidup asal kita tidak menganggu maka hidup akan tenang.”
Hasil Wawancara
Narasumber 1 (NS1) : Ketua RT 03 Bapak Endang Pewawancara (PW) : Khairunisa
PW
: ”Bagaimana perijinan Mami Yuli ke bapak untuk membangun rumah singgah itu pak ?”
NS1
: ”Awalnya rumah itu dibangun saja”
PW
: ”Ijin sama bapak?”
NS1
: ”Ya namanya dia membeli tanah disitu, ya dia langsung membangun.”
PW
: ”Bapak setuju pak dengan dibangun nya rumah untuk waria disitu?”
NS1
: ”Ya sebetulnya tidak setuju, karena awalnya dia sudah membeli tanah disitu. Dan awalnya juga saya tidak tahu jika waria yang membeli tanah itu. Saya tahu setelah rumah itu sudah jadi, dan baru saya tahu kalau rumah itu waria yang menempati.
PW
: ”Bagaimana respon warga-warga disini dengan adanya rumah singgah waria dilingkungan mereka pak?”
NS1
: “Warga disini tidak ada masalah, dan sikapnya biasa saja.”
PW
: “Waria yang ada dirumah singgah itu pernah mengikuti kegiatan acara yang ada disini?”
NS1
: “Mereka tidak pernah ikut. Dia hanya tinggal disitu, yasudah mereka begitu saja. Kadang pergi, pulang.”
PW
: “Bapak pernah mengajak?”
NS1
: “Ya karena orangnya juga suka tidak ada ya saya mau mengajak bagaimana”
PW
: “Apa bapak pernah mendapat laporan dari warga tentang keberadaan waria disekitar lingkungan bapak?”
NS1
: “Terkadang saya suka menerima laporan. Kemarin juga sempat ada masalah”
PW
: ”Sudah berapa lama pak dia tinggal disitu?”
NS1
: ”Sudah 3 tahun mereka tinggal disana. Awalnya juga orang lain yang beli bukan si Yuli. Saya juga tidak tahu pastinya seperti apa, dia membeli tanah itu sendiri atau bagaimana.”
PW
: ”Bapak dengan Mami Yuli jarang berkomunikasi pak?”
NS1
: ” Ya jarang karena dia juga jarang ada dirumah.”
PW
: ”Apakah Rumah singgah tersebut sering mengadakan kegiatan pak?”
NS1
: ”Jadi kemarin ada kegiatan. Ada acara dirumah singgah itu, Yuli laporan sama saya, dia bilang ada acara kumpul-kumpul. Saya bilang kok hari H baru laporan. Lalu Yuli bilang ke saya udah laporan ke pihak
kepolisian juga. Saya bilang tidak bisa begitu kalau kamu berada di lingkungan warga seperti ini.
PW
: ”Kegiatan mereka menganggu warga disini pak?”
NS1
: ”Ya tidak, jika mereka menganggu, mereka sudah di amuk warga, saya juga sudah memperingatkan ke Yuli. Awas ya hati-hati tinggal disini jangan membuat masalah, saya tidak mau bertanggung jawab jika terjadi apa-apa. Soalnya kelihatan nya dia itu mempunyai banyak teman. Dan dia juga ketua waria se-Indonesia.”
PW
: ”Kontribusi apa yang telah diberikan mami Yuli untuk RT disini pak?”
NS1
: ”Dulu pernah dia datang, memberikan sembako ke warga-warga yang ada disini. Dia orang nya baik, jika terjadi apa-apa warga disini pasti melapor ke saya. Sejauh ini sih tidak. Karena kita kan juga harus menjaga yang begitu-begitu.”
PW
: ”Apa yang membuat bapak tidak berkeberatan mereka ada disini pak?”
NS1
: ”Ya jika dia membuat masalah ya saya keberatan, untungnya tidak.”
PW
: ”Bapak tadi mengatakan mereka kemarin membuat masalah, masalah apa itu pak?”
NS1
: ”Iya kemarin ada polisi datang ramai sekali.”
PW
: ”Lalu bapak bagaimana pak menangani nya pak?”
NS1
: ”Karena dia baru laporan ke saya setelah hari H acara. Seharusnya seminggu sebelum acara. Lalu warga-warga disini, anak-anak muda mau melakukan aksi demo tapi tidak jadi. Terjadi keributan karena ada acara kumpul waria. Yuli mau laporan sama saya, saya nya tidak ada. Dia laporan akan mengadakan acara kumpul waria tepat hari H. Tidak boleh seperti itu harusnya namanya dia hidup di lingkungan sosial. Kemarin ramai sekali polisi, plang rumah singgah waria juga sudah dicabut.
PW
: ”Plang itu dicabut disebabkan karena apa pak?”
NS1
: ” Mungkin karena ada pengaduan jadi dicabut”
PW
: ”Pengaduan nya kemana pak? Ke Bapak?”
NS1
: ”Laporan ke kepolisian. Mereka kumpul tidak ada izin nya jadi mengakibatkan seperti itu. Jadi ramai, saat itu saya sedang tidak ada ditempat karena sedang ada acara hajatan dirumah saudara saya”
PW
: ”Masih ada pak waria yang tinggal setelah kejadian itu?”
NS1
: ”Masih ada 1-2 orang disana”
PW
: ”Setelah kejadian itu apakah mereka berniat untuk pindah atau bagaimana pak?”
NS1
: ”Saya belum mendengar kepastian untuk itu. Sepertinya mereka mau pindah tapi saya belum mendengar ada kabar lagi. Sebenarnya warga
disini tidak ada masalah baik-baik saja. Karena ada masalah kemarin itu, mereka tidak izin ke saya. Izin setelah acara, seharusnya kan tidak boleh seperti itu.”
PW
: ”Damainya kejadian itu seperti apa pak?”
NS1
: ”itu urusan polisi, saya tidak tahu menahu untuk masalah itu”
PW
: ”Awal mereka mendirikan rumah singgah untuk waria itu bapak tidak tahu?’
NS1
: ”Tidak tahu. Yang membeli orang lain. Lalu setelah dibangun baru dia yang menempati rumah itu. Dan setelah saya tahu, saya harus hati-hati agar tidak terjadi
masalah. Dia juga orangnya baik dan ramah.
Sosialisasi dia juga bagus. Acara kemarin mereka izin nya melangkahi saya. Yuli izin nya langsung ke kepolisian, saya tidak tahu. Harusnya kan tidak boleh seperti itu. Saya sebagai RT menncari jalan yang terbaik, jangan sampai ada suatu hal yangterjadi dan menganggu warga. Kemarin itu kumpul banyak waria, tidak izin dengan warga sekitar. Sampai polisi kerumah saya, dan FPI pun datang.”
PW
: ”FPI Depok apa FPI mana pak?”
NS1
: ”FPI Depok”
PW
: ”Kemarin itu mami Yuli mengadakan acara apa pak? Acara kumpul biasa atau acara apa?”
NS1
: ”Yuli membuat acara sampai ada tenda. Malam dia datang kerumah saya sebelum acara. Saya baru pulang pagi karena saudara saya hajatan, lalu dia datang lagi baru laporan sama saya katanya mau ada acara kumpulkumpul. Saya mengatakan kepada dia ”Kenapa mendadak seperti ini jika terjadi apa-apa saya tidak mau tanggung jawab yah seharusnya kamu izin nya jangan mendadak seperti ini”. Dan yuli menenangkan saya dia mengatakan ”tenang saja pak RT tidak terjadi apa-apa ko”. Dan ternyata warga disini kaget, kenapa banyak bencong pada datang beramai-ramai, polisi mendatangi saya, saya juga bingung. Saya bertanya ke Yuli ”katanya kamu sudah izin ke kepolisian mana suratnya?”. Dia menjawab ”iya saya sudah izin formalitas saja pak RT tidak ada surat”. Saya mengatakan ke Yuli ”Ya tidak bisa seperti itu yul”. Lalu besok nya setelah acara itu banyak FPI pada datang ke rumah singgah itu”
PW
: ”Setelah acara itu mereka ada kegiatan lagi pak? Kejadian itu terjadi kapan pak?”
NS1
: ”Sepi sudah tidak ada kegiatan lagi. Sekarang kalau terjadi apa-apa kelurahan yang menangani. Saya juga tidak mau jika caranya seperti itu, saya di langkahin tidak izin ke saya. Kejadian itu sebulan lalu. Saya jadi merasa takut sekarang, jika ada waria dilingkungan warga”
PW
: ”Apa yang bapak takut kan pak?”
NS1
: ”Banyak anak-anak saya takut mereka menjadi terbiasa melihat hak semacam itu dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Tapi Alhamdulillah tidak ada laporan kejadian tentang anak-anak yang ada disini.”
Jakarta, 21 Desember 2014 Mengetahui, Ketua RT 03
Endang
Hasil Wawancara
Narasumber 2 (NS2) : Tokoh Masyarakat Bapak Sugito Narasumber 3 (NS3) : Istri Bapak Sugito Pewawancara (PW)
PW
: Khairunisa
: ”Sejarah berdiri nya rumah Mami Yuli pak, bapak kan orang yang dekat dengan rumah Mami. Bagaimana sejarahnya pak?”
NS 2 : ”Persisnya saya engga tau. Waktu itu sudah ada bangunan disitu, yang punya rumah juga tidak pernah ada. Sedangkan yang kerja membangun rumah itu juga bukan orang sini. Saya nanya-nanya ke yang kerja, mereka bilang mereka juga tidak mengetahui siapa pemilik rumah tersebut dan mereka disuruh dari gereja. Yang membangun rumah itu gereja yg ada di kota. Yang membayar mereka orang dari gereja. Ini rencananya buat apa saya tanyakan seperti itu. Mereka juga tidak tahu ini untuk apa mereka hanya disuruh untuk membangun rumah ini, itu saja dan gereja yang membayar mereka. Ketika rumah itu sudah jadi, tidak langsung di tempati mba, selang beberapa minggu kurang lebih 3 minggu baru ditempati, oleh Mami Yuli. Tapi sebelum Mami Yuli yang menempati, ada sepasang suami istri punya anak tinggal disitu. Hanya beberapa bulan lalu sudah tinggal disitu lagi. Persisnya saya juga tidak tahu
mba
bagaimana
ceritanya,
karena
orangnya
juga
tidak
bermasyarakat. Ketika kita hidup bermasyarakat dia juga tidak pernah bertegur sapa, saya sendiri juga gimana ya. Saya juga bukan nya ingin
di hormati tapi setidaknya sebagai tetangga harusnya bertegur sapa, basa-basi mau kemana atau gimana sama tetangga.”
PW
: ”Kegiatan masyarakat disini Mami Yuli ikut bergabung pak?”
NS 2 : ”Tidak pernah ikut sama sekali, pernah ada yang menikah di depan rumah dia persis, dia tidak datang, ada hajatan yang lainnya pun tidak datang. Membaur dengan masyarakat juga tidak pernah. Jadi seolaholah mereka itu selalu menyendiri. Mereka pernah di datangi oleh anggota FPI.
PW
: ”Kapan itu pak?”
NS 2 : ”Belum lama kira-kira 3 minggu yang lalu. Tapi sudah keduluan di dengar oleh polisi. Jadi sebelum FPI datang polisi sudah datang terlebih dahulu.”
PW
: ”Ada kejadian apa pak, sampai di datangi oleh polisi?”
NS 2 : ”Ya mungkin FPI mendengar ada kegiatan di rumah singgah waria itu. Kejadian FPI datang itu 2 hari setelah ada acara. Jadi Mami Yuli itu menurut keterangan dari orang-orang mendapat dana dari Departemen Sosial
kurang lebih sebesar Rp. 1 Milyar. Tapi tidak sekaligus,
pemberian nya bertahap. Tahap pertama Rp. 250.000 uang itu dibagikan untuk sebangsanya mereka. Mungkin tujuan pemerintah memberikan bantuan kepada mereka agar mereka tidak berkeliaran
dijalan, untuk usaha, dan mungkin untuk memberdayakan mereka. Ketika acara itu, ada 300 orang waria dan acara itu terselenggara tanpa memberi tahu ketua RT setempat. Nah itu jeleknya seperti itu. Dia memberi tahu acara tersebut ke pak RT itu pas hari H. Acara nya pagi, dan jam 6 pagi dia baru lapor ke pak RT dan bersifat formalitas. Dan saat itu pak RT sedang tidak ada ditempat karena ada hajatan saudara nya. Dia membuat acara pertemuan waria tanpa memberi tahu ketua RT dan Ketua RW. Acara seperti ini baru 2x. Yang pertama tidak begitu banyak warianya. Yang acara kemarin banyak sekali warianya. Orang yang berdagang laku semua. Si Yuli memberi tahu ke pedagang akan ada acara di rumah singgah, jadi para pedagang disuruh berdagang disitu.”
PW
: ”Dengan adanya keberadaan mereka, warga disini keberatan atau tidak pak?”
NS 2 : ”Ya sebenarnya keberatan mba, kami juga berfikir waria-waria itu mau kemana lagi. Mereka dengan Pak RT juga cuek, jika mereka mau membuat acara pun pak RT juga tidak akan menyetujui.”
PW
: ”Sikap warga masyarakat disini terhadap Mami Yuli bagaimana pak?”
NS 2 : ”Walaupun dia tinggal disini sudah hampir 1 tahun tapi komunikasi dengan masyarakat tidak bagus, mereka cuek. Dan keseharian kami pun seolah-olah tidak ada mereka.”
PW
: ’Warga yang setuju dan tidak setuju dengan kehadiran mereka disini bagimana pak respon nya?”
NS 2 : ”Sepertinya warga yang pro dengan mereka tidak ada mba, paling 1 atau 2 orang yang dekat-dekat disitu saja. Salah satu dari mereka ada yang dipanggil Omah yang gemuk, ada yang dipanggil Mami. Selama ini Yuli dan teman-teman nya tidak ada hubungan komunikasi dengan warga. Ya paling yang kenal dengan mereka hanya tukang sayur dan itu pun karena untuk keperluan belanja saja.”
PW
: ”Apakah mereka memberikan efek kepada warga yang ada disini ?”
NS 2 : ”Mereka kegiatan nya tidak ada sama sekali, hanya 2x dalam kurang lebih setahun, kegiatan mereka sifatnya membagikan sembako.”
PW
: ”Memberikan sembako kepada warga-warga disini pak?”
NS 2 : ”Tidak mba. Hanya untuk kelompoknya dia saja. Bukan untuk masyarakat yang ada disini.”
PW
: ”Kontribusi mereka untuk warga disini bagaimana pak?”
NS 2 : ”Tidak ada mba. Ya kalau mereka mau membagikan sesuatu ya untuk sesama mereka saja. Untungnya kemaren polisi duluan yang datang saat ada tragedi FPI datang, jika FPI terlebih dulu habis itu di obrak abrik.
Polisinya ada sekitar 15 orang. Kapolsek nya mengobrol disini dirumah saya, saya hanya jadi pendengar saja.”
PW
: ”Apakah mereka menganggu warga disini pak?”
NS 2 : ”Mengganggu sih tidak ya mereka cuma cuek saja dengan warga sekitar.”
PW
: ”Sikap anak-anak muda disini terhadap mereka bagaimana pak? Biasa saja, meledek atau bagaimana?”
N2
: ”Anak-anak muda saat ada acara kemarin itu berkumpul dirumah pak RW, mau ditindak seperti apa, mau minta izin ke Pak RW untuk bertindak. Pak RW mencegah harus ada kordinasi dulu dengan anggota yang berwajib jangan sampai bersikap main hakim sendiri. Anak muda disini kesal mba.”
PW
: ”Kesalnya kenapa mereka pak?”
NS 2 : ”Jika dia mengaku seorang wanita ya harusnya sesuai dengan data. Mereka seperti itu kan dibuat-buat, seolah-olah mereka itu wanita padahal belum tentu mereka wanita.”
PW
: ”Sudah berapa lama pak mereka tinggal disini?”
NS 2 : ”Sudah 2 tahun”
PW
: ”Bagaimana kontribusi mereka terhadap warga yang ada disini pak?”
NS 2 : ”Kalau mereka membuat acara kegiatan ya buat golongan mereka aja. Dulu dirumah itu ada plang nama rumah singgah. Tulisan nya rumah singgah waria anak raja. Tapi pas tragedi kemarin itu plangnya diambil sama FPI”
PW
: ”Kenapa diambil pak?”
NS 2 : ”Saya tidak mengerti, pokoknya dibawa saja sama mereka.” PW
: ”Bapak pernah mencoba untuk merangkul mereka untuk datang ke acara warga yang ada disini pak?”
NS 2 : ”Saya tidak pernah, berkomunikasi secara langsung dengan mereka selama 2 tahun. Mereka kalau melewati rumah saya juga tidak pernah permisi, bukan nya saya minta di hormati tetapi seharusnya yang namanya orang baru harus ada unggah ungguhnya kalau dalam istilah jawa.”
PW
: ”Warga disini pernah ada yang mengajak mereka pak?”
NS 2 : ”Tidak pernah, pak RT pun merasa kesal tapi ya mau bagaimana pak RT juga bingung harus berbuat apa. Pak Lurah juga pernah kesini, tapi ini bentuk nya berupa rumah bukan kantor jadi ya bingung juga.”
PW
: ”Setelah kejadian itu bagaimana pak kegiatan mereka, masih ada kegiatan lagi?”
NS 2 : ”Setelah kejadian itu sudah tidak ada aktifitas lagi, Mami Yuli dan Omah juga jarang lagi keliatan. Kadang seminggu dirumah kadang tidak ada. Dulu awalnya kan emang ada keluarga yang tinggal dirumah itu, ada anak kecil dan suami istri, suami nya supir angkot saya pun tidak tahu itu benar-benar keluarga apa bukan.”
PW
: ”Sebelum ada penggrebekan, dirumah itu ada kegiatan pak?”
NS 2 : ”Kegiatan nya membagi kan sembako.”
PW
: ”Rutin pak?”
NS 2 : ”Tidak rutin, selama dia tinggal disini cuma 2x aja, dia pun juga jarang ada dirumah.”
PW
: ”Bapak sendiri bagaimana pak, melihat di lingkungan bapak ada orang yang berbeda dari yang lain?”
NS 2 : ”Sebetulnya saya kurang begitu cocok, siapapun mba yang hidup bermasyarakat tapi tidak mau membaur saya pun tidak cocok.”
PW
: ”Jika seandainya mereka mau membaur bagaimana pak?”
NS 2 : ”Kalau mereka mau membaur dan mau berbagi saya bisa menerima. Masalah mereka itu tidak mau membaur, bukan karena mereka waria.”
PW
: ”Bapak pernah melihat sikap mereka berbeda dari yang lain?”
NS 2 : ”Tidak pernah, selama mereka disini tidak pernah saya bertanya ”Mami Yuli mau kemana,” atau saya duduk depan rumah dari dia nya untu menyapa saya seperti ”misi pak” itu tidak pernah. Ya kalau mereka lewat ya lewat saja menengok juga tidak. Permisi juga tidak. Saya keberatan nya disitu.”
PW
: ”Mami Yuli cukup terkenal pak dilingkungan disini?”
NS 2 : ”terkenal nya ya terkenal gang bencong, kalau ada yang mau kesini tuh bilangnya gang bencong semenjak ada Mami Yuli.”
PW
: ”Ibu pernah bersapa dengan Mami Yuli?”
NS 3 : ”pernah paling hanya manggut-manggut saja”
PW
: ”Dengan ibu pernah ngobrol ?”
NS 3 : ”Tidak pernah mengobrol, paling hanya
menyapa ”Bu Haji” tidak
bertanya”
PW
: ”Ibu sendiri bagaimana hubungan nya dengan Mami Yuli?”
NS 3 : ”Ya tidak pernah ngobrol, tidak pernah main.”
PW
: ”Walaupun rumahnya deket bu?”
NS 3 : ”Iya tidak pernah, seharusnya sehabis peristiwa kemarin dia itu kesini minta maaf tapi tidak ada sikap seperti itu, lewat ya lewat saja. Anakku
kan polisi, bertanya juga ke saya ”dia pernah kesini bu?” saya jawab ”tidak”. Seharusnya mereka kesini konfirmasi.”
PW
: ”Keseharian mereka yang ibu tau bagaimana bu?”
NS 3 : ”Dia kan kuliah mengambil S2 katanya. Dia juga ketua Waria seIndonesia. Dia membawahi waria, memberikan santunan. Dan tidak tahu dia mendapat dana dari mana. Pernah syuting juga dia masuk TV. Dia menyantuni waria yang ekonominya sulit. Warga disini pernah sudah siap untuk menggrebek, tapi sebelumnya konsultasi dulu kesini tapi bapak bilang jangan, jangan ada kekerasan.”
PW
: ”Menggrebeknya karena ada hal apa bu?”
NS 3 : ”Ya itu kegiatan kemarin, waria cantik-cantik datang. Putih-putih, seragaman”
PW
: ”Awalnya ketika ibu mengetahui yang menempati rumah itu waria, bagaimana respon ibu?”
NS 3 : ”Ya kaget saya. Ya Allah kok bisa dia tinggal disini. Pak RT kok setuju. Awalnya dia membangun rumah dan tidak tau siapa yang punya dan ternyata yang membeli rumah itu waria. Dan mereka baru laporan ke Pak RT setelah 3 bulan tinggal disini. Kaget semua warga sini.”
PW
: ”Sampai akhirnya warga disini mau menerima mereka bagaimana bu?”
NS 3 : ”Ya mau tidak mau, awalnya buka salon, tapi sekarang sudah tidak buka itu salon nya. Orang Ambon dia, laki-laki dipanggil Mami, itu dia sendiri yang menyuruh warga disini memanggil dia dengan sebutan Mami ”jangan panggil saya Om panggil saya Mami”. Saya sendiri tidak pernah memanggil dia Mami, dia kan seorang laki-laki kok dipanggil Mami”
PW
: ”Keseharian mereka menganggu tidak bu?”
NS 3 : ”Tidak ko, dia mah kalau mau pergi ya lewat-lewat saja.”
PW
: ”Apakah mereka memberikan efek untuk warga yang ada disini bu?”
NS 3 : ”Tidak, membuat resah masyarakat juga tidak pernah. Orang-orang disini kan fanatik mba, pernah dulu ada orang non muslim tinggal dilingkungan disini, waktu maghrib mereka bernyanyi keras sekali menganggu orang yang mau beribadah dan menimbulkan kebisingan, lalu rumah orang itu dilemparin batu. Akhirnya setelah kejadian itu sudah tidak ada lagi.”
PW
: ”Kenapa bisa bu warga disini yang begitu fanatik bisa menerima Mami Yuli yang berbeda dari yang lain?”
NS 3 : ”Warga disini sudah ingin bergerak mba, LPM juga mau bergerak, tapi masih segan sama bapak, minta izin ke bapak, bapak melarang sehingga tidak jadi. Karena bapak mengatakan kepada mereka jangan
menggunakan kekerasan karena masih ada jalur hukum. Kegiatan kemarin yang digrebek itu juga masuk tv, saya juga tahu beritanya malahan dari tv padahal rumah saya dekat”
PW
: ”Kegiatan kemarin waria yang hadir banyak bu?”
NS 3 : ”Banyak, penuh sekali disini waria. Setelah acara kegiatan itu, besok nya baru FPI, kepolisian pada ramai datang kesini. Kalau tidak ada polisi sudah hancur itu rumah sama FPI, polisi datang untuk mencegah tindakan anarkis yang akan dilakukan oleh FPI.”
PW
: ”Di hari biasa kegiatan mereka apa bu?”
NS 3 : ”Katanya sih buka salon. Tapi tidak pernah melihat orang yang potong rambut.”
PW
: ”Mereka pernah santunan ke warga yang ada disini bu?”
NS 3 : ”Waktu ada kegiatan acara kumpul kemarin ibu-ibu disini diberikan uang sebesar Rp. 200.000 untuk modal berjualan. Karena waria ramai sekali buat modal berjualan makanan untuk waria-waria yang hadir. Dulu juga pernah sekali memberikan santunan ke janda-janda yang ada disini sejumlah 25 orang malam-malam dan saat itu sedang hujan.”
PW
: ”Setelah ada kegitan santunan untuk janda, apakah ada kegiatan santunan lagi bu?”
NS 3 : ”Tidak pernah mba, hanya sekali saja. Dia mendapatkan uang dari luar ya untuk dirinya sendiri mendapat uang sejumlah Rp. 200juta. Status rumah itu aja saya tidak tahu dan pak RT pun juga tidak tahu apa lagi saya”
PW
: ”Awal-awal kehadiran mereka disini apakah bermasalah bu?”
NS 3 : ”Dulu mereka sering ditegur oleh pak RT. Dia menempati rumah itu 3 bulan lalu baru laporan ke pak RT, dia juga tidak tercatat sebagai warga disini mba. Tidak tahu warga mana. Pak RT juga tidak tahu, dia dari mana. Ketika dia baru datang tidak ada perkenalan diri ke lingkungan terdekat ditenpat dia tinggal.”
PW
: ”Ketika ada kegiatan disini apakah ibu pernah mengajak?”
NS 3 : ”Malas, saya sudah malas. Karena dari dia nya juga sehingga saya sudah malas. Kalau mereka mau mengakrabkan diri dengan warga disini pasti mereka diajak. Disini suka ada kegiatan seperti kegiatan santunan anak yatim, acara posyandu. Jika dia tidak menyendiri pasti saya ajak. Kemarin ada seorang waria yang meninggal ada ambulan. Kita mau nyelawat juga bingung bagaimana tata cara kalau yang meninggal iu seorang waria, ya akhirnya Mami Yuli dan rekan nya yang mengurus.”
PW
: ”Setelah kejadian itu apakah ada rencana mereka untuk berpindah apa masih tetap tinggal disini?”
NS 3 : ”Saya tidak tahu bagaimana kelanjutan rumah itu, dan belum mendapat kabar apa-apa.”
Jakarta, 21 Desember 2014 Mengetahui, Tokoh Masyarakat RT 03
Warga RT 03
Bapak Sugito
Ibu Sugito
Rumah Singgah Waria Anak Raja