MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Fatkhur Rohman NIM: 109054100026
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Fatkhur Rohman NIM: 109054100026 Pembimbing:
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2014 M
i
ABSTRAK FATKHUR ROHMAN MANFAAT MUSIK SAMPAH DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION, JAKARTA Musik telah berabad lamanya dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan jiwa manusia. Sejalan dengan makin mengglobalnya tekhnologi dan kemajuan peradaban, selama beberapa dekade terakhir, praktik dan penyembuhan melalui musik telah teruji secara empirik. Terapi musik mendapat tempat sebagai terapi holistik, karena tekhnik penyembuhannya secara langsung menyentuh aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik manusia. Kata musik dalam art therapy menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Dengan bantuan musik, klien didorong untuk berinterkasi, berimprovisasi, mendengarkan atau aktif bermain musik. Musik sebagai salah satu media terapi memiliki tujuan untuk membantu mengekpresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Hingga saat ini fenomena anak jalanan masih sering kita jumpai, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Banyak faktor pendorong anak turun ke jalan, dari semua faktor pendorong yang ada kemiskinan merupakan pangkal dari permasalahan yang ada. Peran pemerintah DKI Jakarta saat ini yang rutin mengadakan razia untuk mengurangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang di dalamnya termasuk anak-anak mendorong rumah singgah untuk membuat program yang di tujukan untuk anak-anak, bersifat rekreasional dan dapat memberi banyak manfaat. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan yang berusaha menggali masalah dengan metode wawancara dan observasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan tabel ceklis evaluasi perilaku anak untuk mengetahui perkembangan keterampilan sosial anak setelah mengikuti musik sampah. Wawancara bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan art therapy dan pengaruh yang terjadi dalam diri anak jalanan di rumah singgah tersebut. selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati pelaksaan art therapy dan pengaruhnya dalam diri anak. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation berjalan dengan baik karena melalui tahapan pelatihan yang telah disusun rapi, walaupun saat ini belum ada jadwal pasti untuk latihan. Proses penyampain materi musik sampah juga menggabungkan metode ceramah dan praktik langsung. Pelaksanaan musik sampah juga berpengaruh terhadap keterampilan sosial anak jalanan yang mengikutinya. Keterampilan sosial yang berkembang pada diri anak meliputi aspek perilaku interpersonal, perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, kesuksesan akademik, penerimaan dan keterampilan komunikasi.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukian hasil saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Januari 2015
Fatkhur Rohman
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, inayah dan segala nikmatNya. Sang Pencipta yang telah memberi kemampuan umatNya untuk selalu berpikir, bergerak dan menghasilkan karya yang bermanfaat. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Saw yang selalu memberi petunjuk dan pencerahan bagi kehidupan, yang telah membawa umatnya minadzulumati ilannur, dan kesejahteraan semoga selalu tercurahkan kepada keluarga besar beliau, sahabat-sahabatnya, tabi’intabi’uttabiní, dan kita sebagai umatnya. Amien. Sungguh tidak ada zat Maha Kuasa selain Tuhan sekalian alam, Allah SWT, karena dengan izinNya lah kuliah dapat dikelarkan, skripsi dapat diselesaikan, dan semoga segala ilmu dapat bermanfaat. Begitu panjang perjalanan peneliti dalam menyelesaikan study Strata 1 ini. Begitu banyak kenangan yang tertanam dalam hati dan ingatan ini. Namun kewajiban peneliti sebagai anak dari seorang tua yang tersisa, ayahku tercinta Agus Iriyanto, suami dari Ibuku Maryati (Alm) yang mengharapkan anaknya segera memberi kabar gembira dengan membawa secarik kertas ijazah. Mohon maaf atas keterlambatanku dan terima kasih atas setiap lantunan do’a dan harapan indahnya untukku. Semoga peneliti dapat mengejar semua harapan dan cita- cita serta menyusul teman- teman yang lain dalam karir kesuksesannya. Amien.
iii
Dengan penuh kerendahan hati dan kesadaran diri, peneliti sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak
yang
telah
memberikan
bantuan
dan
dukungan
demi
terselesaikannya penelitian skripsi ini. Maka peneliti berterima kasih kepada:. 1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pudek I Bapak Suparto, M. Ed, PhD, Pudek II Bapak Drs. Jumroni, M.Si, dan Pudek III Bapak Dr. H Sunandar, M. Ag. 2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, Ibu Siti Napsiyah, M.SW, dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial. 3. Ibu Artiarini Puspita A., M. Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Seluruh bapak/ibu dosen Jurusan dan Fakultas yang telah mendedikasikan jiwa dan raga serta pengabdian atas segala ilmu yang penulis dapatkan selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. 5. Seluruh pihak Rumah Singgah Dilts Foundation Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kak Bayu, para voulenteer dan adik-adik penerima manfaat yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
iv
6. Kakak tecinta Yuli Susyanti dan Ahmad Rosyid Ghufron. Keponakan yang cantik Nabila Badzilatun Najjah, dan keponakan yang ganteng si kembar Assraf dan As`ad. 7. Seluruh keluarga besar Jurusan Kesejahteraan Sosial dari berbagai angkatan, terima kasih telah menyalurkan semangat, keceriaan, kebahagiaan, canda tawa, dan rasa kekeluargaan kepada penulis, khususnya kessos angkatan 2009. 8. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan di BEM FIDKOM periode 20112012, HMI KOMFAKDA angkatan 2009 serta pengurus periode 2011-2013 terima kasih untuk segala pengalaman dan ilmunya. Yakinlah bahwa usaha kita akan sampai pada tempatnya. 9. Pioneer dan seluruh keluarga KMLA Garuda Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebuah negara tidak akan kehabisan pemimpin jika para pemuda suka pergi ke gunung dan hutan. Salam Rimba, Terbang Tinggi Tak Lupa Bumi. 10. Sahabat-sahabat terbaik yakni Ajib, Gozali, Togar, Codet, Unyil, Bogel, Iyung, Momba, Ajeng, Dudung (Alm), Novija, Cipuy, Apriza, Indra, Pampam. Kita semua harus sukses brother. 11. Untuk kakak-kakak kelas terbaik di kampus, Bang Jenggot, Bang Erik, Bang Fahdi, Bang Adul, Bang Adit, bang Fitrah, Bang Velli, Bang Sabir, Bang Jay, Bang Ridho. Botel, Kulay, Bang Sendy, dan seluruh kakak kelas di FDIKOM. 12. Gerombolan penanti senja, Kantuy, Evans, RD, Capung, Bagong, Janos, Bill, Kipli, Ni`am, Asep, Agung,
v
13. DPP Fam’s, Fikri, Jali, Kums, Tri, Kuns, Matle, Gins, Farid, Kahfi, Acim, Deas, Ojan, Bonte, dan semuanya. Keep Calm and Sober Brother. 14. Teman-teman UKM yang ada di SC, Egy Karvest, Bledig, Oi, Nyamuk, Imam, Jasa kita abadi genk. 15. Terakhir, kepada semua pihak yang telah membantu dan member kontribusi dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dan juga semua perhatian, motivasi, bantuan, dan bimbingan yang diberikan oleh semua pihak semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai pahala yang setimpal. Amin yaa Robbal`alamin.
Ciputat, 16 Januari 2015
Fatkhur Rohman
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9 D. Metodologi Penelitian ......................................................................... 10 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 15 F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Musik dan Manfaatnya Dalam Art Therapy ........................................ 18 1. Pengertian Musik Dalam Konteks Art Therapy ....................... 18 2. Manfaat Musik Untuk Keberfungsian Sosial ............................ 23 B. Keterampilan Sosial.............................................................................. 30 1. Pengertian Keterampilan Sosial ................................................ 30 2. Dimensi Keterampilan Sosial ................................................... 32 3. Karakteristik Keterampilan Sosial ............................................ 36 4. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial .................... 39 D. Anak Jalanan .. ..................................................................................... 44 1. Pengertian Anak Jalanan ........................................................... 44 2. Faktor Pendorong dan Penarik Anak Turun ke Jalan ............... 46 3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan ................................. 48 4. Gaya Hidup Anak Jalanan ........................................................ 50
vi
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION A. Sejarah Dilts Foundation …................................................................... 52 B. Sejarah Musik Sampah ........................................................................ 53 C. Visi dan Misi ....................................................................................... 54 D. Program Dilts Foundation ................................................................... 56 E. Struktur Organisasi .............................................................................. 59 F. Prestasi ................................................................................................. 60 G. Kerjasama dan Kemitraan ................................................................... 61
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Kegiatan Musik Sampah............................................. .....63 Tahapan Pelaksanaan Musik Sampah .................................................. 66 B. Manfaat Musik Sampah dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Jalanan ....................................................................................... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 86 B. Saran .................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah pembangunan, anak merupakan aset negara, tunas potensi, dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang harus dijaga dan dilindungi, maka anak memiliki peran strategis bagi kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Krisis ekonomi yang dialami
Bangsa
Indonesia
pada
tahun
1997
berdampak
terhadap
meningkatnya permasalahan sosial di negeri ini, tidak terkecuali juga permasalahan anak. Pada umumnya permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga yaitu: perlakuan salah terhadap anak atau PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (Child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation). Konsep tersebut mengalami perubahan seiring dengan permasalahan anak yang berkembang, permasalahan tersebut diantaranya adalah:1 1. Anak yang mengalami pengabaian (child neglect) dan ekploitasi anak (child explotation) seperti anak jalanan (street children) dan pekerja anak (child labour) yang bekerja pada sektor industri formal yang berbahaya dan ekploitatif. 2. Anak yang berada dalam kondisi darurat, seperti anak dalam pengungsian, bencana alam, konflik bersenjata, kerusuhan sosial. 1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), hal. 160
1 1
2 3. Anak yang diperdagangkan (child trafficking), baik untuk pelacuran (anak yang dilacurkan atau AYLA dan pornografi), adopsi illegal, maupun untuk pembantu rumah tangga, anak kelompok minoritas, dan anak komunitas adat terpencil. 4. Anak yang terlibat kriminalitas atau berkonflik dengan hukum. 5. Anak yang terlibat dalam produksi dan perdagangan obat terlarang, termasuk anak korban penyalahgunaan NAPZA. 6. Anak korban HIV/AIDS 7. Anak korban diskriminasi sosial. Permasalahan anak yang sering ditemui di setiap negara adalah permasalahan anak jalanan. Tidak hanya negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia hal tersebut terjadi, juga terjadi pada negaranegara yang sangat maju seperti Amerika, Inggris, dan sebagainya.2 Di Indonesia permasalahan anak jalanan bertambah secara kuantitas setiap tahunnya, hal ini terbukti pada data hasil survey Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos) tahun 2007 jumlah anak jalanan adalah 104.497 orang, jumlah tersebut tersebar di 33 provinsi. Survey terakhir lembaga tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah anak jalanan sebesar 230.000 orang. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam 7 (tujuh) tahun jumlah anak jalanan meningkat sebesar 126.503 orang anak atau lebih dari 100%.3
2
T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial.1991, h.17 Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta:Depsos RI,2014), h.1 3
3 Sedangkan untuk di DKI Jakarta sendiri, jumlah anak jalanan juga mengalami peninkatan. Tahun 2011, tercatat jumlah anjal mencapai 7.315 orang dibanding tahun 2010 yang mencapai 5.650 orang atau tahun 2009 sebanyak 3.724 orang. Hingga tahun 2014 jumlah anak jalanan yang tercatat di Dinas Sosial DKI Jakarta sebanyak 8.000 orang.4 Ada kecenderungan peningkatan permasalahan anak jalanan bukan hanya meningkat dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas, hal ini terbukti dengan perilaku mereka yang sudah mulai mengkhawatirkan para pengguna fasilitas umum, misalnya perilaku tindak kriminal seperti mencuri spion mobil di jalan, malak (meminta uang dengan paksa), dan berlari-lari dijalanan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Selain itu, munculnya fenomena anak jalanan ini juga merupakan bukti tidak terpenuhinya sebagian besar hak-hak mereka sebagai seorang anak seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak PBB. Karena berbagai alasan itulah, masalah ini perlu dengan segera ditangani. Anak jalanan merupakan bagian dari anak terlantar yang seharusnya menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal 34 ayat 1, yang menyatakan bahwa:5 “orang-orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan.”
Dalam
perjalanan
hidupnya
menuju
kedewasaan,
anak
mendapatkan banyak tantangan, baik dalam bentuk fisik, mental, maupun
4
http//www.tribunnews.comnasional20110825jumlah-anak-jalanan-230-ribu-diindonesia 5 Kitab Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
4 sosial, oleh karena itu, anak perlu mendapatkan perlindungan. Seperti tercantum dalam UU RI No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB II pasal 2 dikatakan bahwa:6 “Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar”.
Masalah anak jalanan masih merupakan masalah kesejahteraan sosial yang serius dan perlu mendapat perhatian. Hal ini mengingat bahwa anak-anak yang hidup di jalan sangatlah rentan terhadap situasi buruk, perlakuan yang salah dan eksploitasi baik itu secara fisik maupun mental. Hal ini akan sangat mengganggu perkembangan anak secara mental, fisik, sosial, maupun kognitif, serta anak tidak mendapatkan hak dalam memperoleh pendidikan dan penghidupan yang layak. Kondisi yang tidak kondusif di jalanan dengan berbagai permasalahan yang dihadapi anak akan berpengaruh pula pada kehidupan anak di masa mendatang. UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 (2) menyatakan bahwa:7 “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi”.
Melihat UU tentang perlindungan anak tersebut, seharusnya setiap anak mendapatkan hak yang sama, tidak terkecuali bagi anak jalanan. tetapi
6 7
UU No. 4/1997 Tentang Kesejahteraan anak UU RI No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak
5 fenomena yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa hak tersebut belum didapatkan oleh anak jalanan. Anak jalanan seperti halnya anak-anak lain, memiliki hak yang sama. Yakni mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang layak. Namun fenomena-fenomena keterlantaran yang terjadi di masyarakat tersebut membuat anak jalanan harus hidup di jalanan yang jauh dari kesejahteraan yang seharusnya mereka dapatkan. Anak jalanan merupakan masalah sosial, dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan oleh banyak orang. Di mata masyarakat, keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai bagian dari masalah sosial yang harus disingkirkan. Hal ini sesuai dengan definisi masalah sosial itu sendiri menurut Horton dan Leslie.8 “Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahaan aksi sosial secara kolektif.”
Banyak latar belakang yang menyebabkan anak turun ke jalan. Namun diantara sekian banyak penyebab tersebut, yang dipandang sebagai penyebab utama adalah faktor kemiskinan yang menyebabkan mengapa orang tua bersikap eksploitatif terhadap anak-anaknya. Tetapi kemiskinan bukanlah satu-satunya yang menyebabkan anak-anak hidup dan mencari nafkah di jalanan. Menurut Heru Prasadja, anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada di jalan karena
8
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT REFIKA ADITAMA,2005), hal.83
6 tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.9 Agar para anak jalanan mendapatkan rasa ketenangan, kenyamanan dan kasih sayang. Rumah singgah membuat beberapa program yang bertujuan agar para anak jalanan merasa betah dan nyaman yang di harapkan membawa perubahan perilaku dan sikap pada anak jalanan setelah mengikuti program tersebut. Salah satu program yang sedang marak di gunakan di berbagai rumah singgah adalah Art Therapy. Peneliti sekaligus psikolog dari Institute for Psychology Universitas Leipzig, Jerman, Evelin Witruk dalam Workshop Art Therapy di Yogyakarta, Senin (26/3) mengatakan bahwa:10 “Terapi seni efektif dikembangkan di Indonesia. Terapi ini juga berdampak besar karena mampu memberikan pelayanan psikologi bagi mereka yang tengah mengalami problem dan tekanan hidup.”
Art
Therapy
adalah
sarana
bagi
mereka
yang
sulit
mengkomunikasikan diri secara verbal yang bertujuan untuk suatu penyembuhan, namun menggunakan alat kesenian. Alat seni digunakan sebagai media karena menurut penelitian para ahli psikologi, ternyata sejak dahulu kala seni adalah kegiatan manusia yang memberi kesenangan jiwa pelakunya. Seseorang yang datang untuk menonton karya seni saja, yang bersangkutan sudah mendapat pengalaman kegembiraan hati. Keterlibatan sebagai pelaku seni tentu lain, hal ini dapat memberi lebih jauh pengalaman kesenangan secara lebih penuh, karena seluruh perhatian inderanya terkonsentrasi pada kegiatan daya imaginasinya yang terungkap dan tertuang 9
Heru Prasadja dan Murni Ati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan (PKPM Unika Atma Jaya, Jakarta,2000) 10 http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/peneliti-jerman-terapi-seniefektif-dikembangkan-di-indonesia
7 di atas peralatan yang tersedia atau media seni untuk tampil sebagai karyanya sendiri.11 Manfaat terapi ini sendiri telah dibuktikan secara ilmiah. Sebuah studi dari University of Granada di Spanyol membuktikan kalau terapi ini bisa membantu mengatasi gangguan mental. Elizaberta Perez, salah seorang peneliti, mengikuti perkembangan 20 pasien penderita gangguan mental akut dari Therapeutic Community of the Northern Area of the Virgen de las Nieves Hospital of Granada selama lebih dari 1 tahun. Pasien tersebut secara sukarela mengikuti terapi seni selama 2 hari dalam seminggu. Selama mengikuti terapi, mereka mengadaptasi lukisan karya pelukis seperti Amedeo Modigliani, Edvard Munch, Vincent Van Gogh, serta menambah pandangan mereka juga. Para pasien menggunakan lukisan untuk menggambarkan keinginan terpendam, perasaan, serta emosi dari hati dan pikiran mereka. Selama proses ini, menurut Perez, para pasien bisa mengungkapkan perasaan dan emosi-emosi mereka. Dengan begitu, mereka bisa menghilangkan perasaan yang tidak mereka inginkan dan menyesuaikan dengan apa yang sebenarnya mereka inginkan.12 Art Therapy memiliki banyak manfaat penyembuhan, baik dari segi medis maupun psikologi. Beberapa maanfaat Art Therapy antara lain penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, penguatan, relaksasi dan meredakan stres, meredakan sakit, pengembangan keterampilan motorik,
11
Gai Suhardja “Drawing as Art Therapy” (in prpgress), (FSRD UK Maranatha Peneliti Kajian Ilmiah, Tahun, 2003). hal. 21 12 Gai Suhardja “Drawing as Art Therapy” (in prpgress), (FSRD UK Maranatha Peneliti Kajian Ilmiah, Tahun, 2003). hal. 21
8 keterampilan komunikasi, keterampilan kognitif, keterampilan sosial dan keterampilan emosi.13 Dilts Foundation sebagai salah satu dari sekian banyak lembaga yang fokus terhadap anak jalanan menggunakan Art Therapy sebagai sarana penyembuhan dan rekreasi bagi anak jalanan. Dilts Foundation memiliki beberapa macam Art Therapy seperti melukis, drama, teather, serta musik sampah. Musik sampah yang ada di Dilts Foundation adalah permainan musik perkusi menggunakan barang bekas yang sudah tidak terpakai yang bisa mengeluarkan bunyi. Dalam hal ini penulis tertarik pada program musik sampah yang ada di Dilts Foundation karena program serupa jarang ditemui di lembagalembaga lainnya. Selain itu program ini juga mengajarkan anak-anak untuk lebih kreatif karna memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai. Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sampaikan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian “ Manfaat Musik Sampah Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Jalanan di Rumah Singgah Dilts Foundation, Jakarta “
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah penulis kemukakan, penulis membatasi subjek penulisan pada anak program musik sampah. dalam perubahan keterampilan sosial anak jalanan di rumah singgah Dilts 13
158-159
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta; Galangpress, 2006) hal.
9 Foundation. Ada banyak jenis terapi dalam konteks art therapy namun skripsi ini membatasi hanya pada musik sampah. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, agar lebih terfokus maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a.
Bagaimana pelaksanaan kegiatan musik sampah pada anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation?
b.
Bagaimana
manfaat
musik
sampah
dalam
mengembangkan
keterampilan sosial anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan musik sampah di rumah singgah Dilts.
b.
Untuk mengetahui manfaat pada anak jalanan yang mengikuti kegiatan musik sampah.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademik Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis, berkaitan dengan konsep dan metodologinya. Penulisan ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan penulisan serupa di masa yang akan datang.
10 Kemudian, hasil penulisan diharapkan dapat menjadi dokumen pergutuan tinggi yang berguna untuk menjadi rujukan bagi masyarakat yang berkonsentrasi pada studi ilmu sosial. b. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi para orang tua, guru, remaja, mahasiswa, mahasiswi, dan masyarakat pada umumnya serta lembaga lembaga yang bergerak di bidang pembinaan anak jalanan tentang pentingnya musik yang mempunyai manfaat terapeutik.
D. Metodologi Penelitian 1. Metodologi Penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu memaparkan data dengan menerangkan, memberi gambaran yang terkumpul kemudian disimpulkan. Selain itu penulis juga menggunakan ceklis evaluasi untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada diri anak jalanan yang mengikuti musik sampah. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode penelitian ini sering pula disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
11 setting).
14
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Karena peneliti juga menggunakan ceklis evaluasi yang di buat untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada diri anak, penulis juga menganalisa hasil dari ceklis evaluasi tersebut. Ceklis evaluasi berisi data dari keseluruhan anak yang mengikuti musik sampah mengenai perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi meliputi sebelum anak mengikuti musik sampah hingga setelah anak mengikuti musik sampah. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Dilts Foundation yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu No. 103 AB, Teluk Bone, Komplek AL, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. 3. Subjek, Objek Penelitian dan Informan Subjek
penelitian
adalah
informan
atau
tempat
peneliti
memperoleh keterangan informasi atau data, Subjek penelitian ini adalah anak jalanan dan trainer yang terlibat dalam program art therapy musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010),
h.1. 15
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), h.4.
12
Tabel 1. Subjek Penelitian No 1
Nama
Keterangan
Data yang diperlukan
Bayu Indra
Direktur Manager Dilts Profil lembaga,
Kusuma
Foundation dan instruktur pelaksanaan kegiatan musik sampah.
musik sampah, dan manfaatnya pada anak jalanan yang mengikutinya.
2
Kak Udin
Instruktur musik sampah.
Pelaksanaan kegiatan musik sampah, dan manfaatnya pada anak jalanan yang mengikutinya.
3
AMN
Anak
jalanan
musik sampah.
peserta Manfaat musik sampah yang dirasakan dan bagaimana proses pelaksanaannya.
4
AR
Anak
jalanan
musik sampah.
peserta Manfaat musik sampah yang dirasakan dan bagaimana proses pelaksanaannya.
Objek penelitiannya adalah manfaat musik sampah dalam mengembangkan keterampilan sosial anak jalanan di Rumah singgah Dilts.
13 4. Tahapan Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Untuk
menyelesaikan
penelitian
ini,
peneliti
melakukan
pengumpulan data agar lengkap dengan melakukan beberapa teknik, yaitu: 1) Wawancara mendalam merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian ini. Wawancara dilakukan untuk menambah data yang diperlukan melalui tanya jawab seputar topik yang terkait dengan permasalahan ini. Yang akan menjadi sumber data utama adalah instruktur musik sampah di rumah singgah dan anak jalanan yang mengikuti musik sampah. 2) Observasi langsung untuk mengamati bagaimana pelaksanaan musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation dan pengaruh musik sampah dalam pengembangan keterampilan sosial anak jalanan yang mengikuti musik sampah. 3) Dokumentasi, yaitu kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. b. Pengolahan Data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya data-data tersebut akan diolah. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, pemeriksaan data juga diperlukan agar keabsahan data dapat meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada lima teknik pemeriksaan data, yaitu: pertama, teknik trianggulasi antarsumber data,
14 antar-teknik pengumpulan data dan antar-pengumpul data. Kedua, pengecekan kebenaran informasi yang tertulis dalam naskah rencana laporan penelitian kepada para informan (member check). Ketiga, akan mendiskusikan dengan teman sejawat. Keempat, analisis kasus negatif, yakni kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian yang sudah ada hingga waktu tertentu. Kelima, perpanjangan waktu penelitian. 16 Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap itu.17 c. Analisis Data Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis dan dari hasil analisis yang dirasa kurang tepat, peneliti kritisi lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran, dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, untuk kemudian disimpulkan. 5. Teknik Penulisan Data Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2012.
16
Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), h.67-68. 17 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 178.
15 E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, sebelum melakukan penelitian lebih lanjut maka penulis mengkaji terlebih dahulu terhadap penelitian sebelum nya yang memiliki pembahasan kurang lebih seperti judul yang penulis ambil. Untuk menghindari dan membuktikan bahwa tidak terjadi penjiplakan, maka penulis akan memberikan beberapa rujukan yang penulis jadikan sebagai acuan. Penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelum nya yang kurang lebih pembahasan nya menyangkut anak jalanan dan Art Therapy, diantaranya: 1.
Aplikasi Art Therapy Karoke Bersama Terhadap Psikososial Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Karya Wanita Pasar Rebo Jakarta Timur. Tahun 2013, karya Fitrah Mulyana mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial.
2.
Pelatihan Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre For Street Children (SDC). Karya Muhammad Hafidzudin mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial. Fitrah Mulyana mengatakan bahwa kegiatan Art Therapy dalam
bentuk karaoke di Panti Sosial Karya Wanita berpengaruh terhadap psikososial warga binaan yang mengikuti kegiatan tersebut. Seperti yang akan penulis jelaskan dalam teori Art Therapy, Art Therapy memiliki manfaat sebagai penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, menguatkan, relaksi dan meredakan stress, meredakan sakit, dan keterampilan sosial.
16 Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan manfaat lain dari kegiatan Art Therapy terhadap perubahan keterampilan sosial bagi anak jalanan. Muhammad Hafizudin dalam penelitiannya yang berjudul Pelatihan Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Centre For Street Children (SDC) menjelaskan tentang manfaat keterampilan menjahit bagi anak jalanan yang ada di panti tersebut. Persamaannya adalah sama-sama menjelaskan manfaat sebuah kegiatan terhadapa anak jalanan dan teori tentang anak jalanan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, yang tiap-tiap Bab mempunyai beberapa sub bahasan, yaitu: BAB I
Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi peneilitian , dan sistematika penulisan
BAB II
Kerangka Teori. Merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam menganalisa dari data-data yng telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan pengaruh, anak dan anak jalanan, faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan.
17 BAB III Gambaran Umum Lembaga. Dalam bab ini menggambarkan sejarah berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, pendapatan dana, dan yang berkaitan dengan kelembagaan . BAB IV Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan gabungan dari hasil pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini BAB V
Penutup merupakan simpulan dari penellitian tentang pengaruh art therapy terhadap perubahan perilaku anak jalanan dan saran-saran untuk perbaikan ke depan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan.
BAB II LANDASAN TEORI A. MUSIK DAN MANFAATNYA DALAM ART THERAPY 1. Pengertian musik dalam konteks art therapy Terapi seni atau yang dikenal dengan art therapy, bisa membantu mengatasi trauma serta masalah tekanan mental lainnya. Seni merupakan hal yang menyenangkan dan menenangkan. Penderita trauma mental atau gangguan emosi, dapat menjadikan terapi seni ini sebagai metode pilihan. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa proses kreatif seperti menggambar, melukis, bermain musik atau membuat kerajian lainnya bersifat menyembuhkan dan menguatkan kehidupan. Bagi beberapa orang, trauma psikologis bisa sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu, terapi seni bisa menjadi sarana untuk menggambarkan emosi dan perasaan tersakiti yang terlalu menyakitkan jika diungkap dengan kata-kata.
Dengan
mengikuti
terapi
ini,
klien
akan
diminta
menggambarkan dan mengeluarkan pikiran-pikiran dan emosinya melalui karya seni. Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang baru. Setiap
budaya di dunia memiliki musik yang khusus
diperdengarkan atau dimainkan berdasarkan peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur, ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan kematian.
18
19 Musik
juga
menjadi
pendukung
utama
untuk
melengkapi
dan
menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya. Dalam art therapy, kata “musik” digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Dengan bantuan musik, klien didorong untuk berinterkasi, berimprovisasi, mendengarkan atau aktif bermain musik. Musik sebagai salah satu media terapi memiliki tujuan untuk membantu mengekpresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian, terapi musik juga diharapkan dapat membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit.18 Dr Mehmet OZ sebagai dokter bedah jantung pada praktek operasinya menggunakan musik. Semua pasiennya di dorong untuk mendengarkan rekaman musik lewat headphone sebagai pilihan atau materi yang disediakan (Rekaman Health Journeys “Naparstek”, Akron, OH).19 Pasien
mulai
mendengarkan
rekaman
sejak
kali
pertama
mengunjungi praktik dokter, dan rekaman yang sama dimainkan selama operasi. Ada bukti kuat bahwa alam bawah sadar pasien menyadari apa yang terjadi selama pembedahan.
18 19
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta; Galangpress, 2006) h.25 Mehmet, Healing from the heart (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), hal. 251
20 Pada klinik Dr Mehmet OZ, pasien dikondisikan untuk merespon melalui satu atau beberapa cara, bergantung pada jenis rekaman yang di mainkan untuk pasien di ruang operasi. Sebagai manfaat tambahan, rekaman audiopun memudahkan pasien dalam menghambat kebisingan “penyakit” yang mengganggu di ruang bedah dan unit perawatan intensif sehingga mereka dapat tetap fokus pada penyembuhan.20 Pada terapi musik kebanyakan, bantuan alat musik, klien didorang untuk berinteraksi, berimprovisasi, mendengarkan, atau aktif bermain musik. Tanpa harus mengucapkan kata-kata, misalnya klien dapat mengekspresikan kemarahannya dengan beriprovisasi di alat musik. Pada penderita Alzheimer yang terlah kehilanagan keterampilan berbahasa, dapat dilakukan pendekatan dengan memperdengarkan lagu- lagu kenangan, atau sekedar mengikuti irama musiknya. Terapi musik dirancang dengan pengenalan yang mendalam terhadap keadaan dan permasalahan klien, sehingga akan berbeda untuk setiap orang. Benenzon mengemukakan, kesesuaian terapi musik akan sangat ditentukan oleh nilai-nilai individual, falsafah yang dianut, pendidikan, tatanan klinis dan latar belakang budaya. Namun semua terapi musik mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
20
Mehmet, Healing from the heart hal. 252
21 emosional.21 Peran musik dalam terapi tentunya bukan seperti obat yang dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit. Musik juga tidak dengan segera mengatasi sumber penyakit. Dalam kaitannya dengan terapi, perbedaan jenis musik menuntut penggunaan musik yang berbeda pula. Misalnya, musik dalam tempo cepat dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi. National Association for Music Therapy (1960) di Amerika Serikat misalnya, mendefinisikan terapi musik sebagai penerapan seni musik secara ilmiah oleh seorang terapis, yang menggunakan musik sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan terapi tertentu melalui perubahan perilaku. Profesi terapi musik mulai mapan pada 1950 setelah serangkaian intervensi sosial menggunakan musik untuk para pasien korban Perang Dunia II. Sampai saat ini telah lebih dari 5000 orang musik bekerja di berbagai tempat di Amerika Serikat. Sejak 1980, terapi musik berkembang menjadi pengetahuan baru dan diakui sebagai bagian dari profesi kesehatan. Dalam rumusan The American Music Therapy Association (1977), terapi musik secara spesifik disebut sebagai sebuah profesi dibidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi bebagai masalah dalam aspek fisik, psikologi, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik.22 Berbagai definisi masih terus berkembang, Wigram (2006) menyebutkan bahwa terapi musik adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang 21 22
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 25 Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 27
22 membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologi. Definisi terapi musik dapat sangat beragam, tergantung pada populasi klien dan dengan siapa para terpis bekerja. Pada sebagian kelompok, proses terapi difokuskan pada rehabilitasi dan peningkatan keterampilan dan peningkatan kemampuan fungsional. Dengan maksud agar definisinya dapat lebih umum dan merangkul semua definisi terapi musik yang ada, maka pada tahun 1996 Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan definisi terapi musik yang lebih menyeluruh. Menurut pemahaman WMFT, terapi musik adalah penggunaan musik dan/atau elemen musik (suara, irama,melodi dan harmoni) oleh seorang terapi musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok dalam proses membagun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. Terapi musik bertujuan mengembangkan potensi dan/atau memperbaiki fungsi individu, baik melalui penataan diri sendiri maupun dalam relasinya dengan orang lain agar ia dapat mencapai keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik. Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa terapi musik tidak saja bersifat memperbaiki dan mengatasi suatu kekurangan, tetapi juga dapat dijadikan sarana prevensi. Beberapa literatur bahkan menyebutkan, pencegahan atau prevensi adalah bagian terpenting dalam sebuah proses terapi musik.
23 Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu psikologi, tetapi juga dapat dimanfaatkan dikalangan medis dan kedokteraan. Jika ditelaah dari pengertian awal bahwa ilmu kedokteraan berasal dari bahasa latin yang berarti seni dan sains untuk mencegah serta mengobati penyakit, maka sasaran terapi musik dalam lapangan kedokteran adalah pada perkembagan manusia sebagai kesatuan yang unik dan tidak terpisahkan. Manusia yang diyakini tidak hanya terdiri dari tubuh dan pikiran, harus dipandang sebagai suatu keseluruhan, dan terapi musik adalah salah satu teknik penyembuhan yang secara langsung menyentuh kedua sisi secara menyeluruh. Maka pekerjaan yang terkait dengan kesehatan juga dapat dilakukan oleh berbagai profesi dan ahli yang tidak selalu mendapatkan pendidikan kedokteran. Mereka dapat ikut memberikan sumbangan berarti pada dunia pendidikan, rehabilitasi, penyembuhan penyakit, para penyandang cacat, atau individu yang memiliki kelainan.
2. Manfaat musik untuk keberfungsian sosial Di abad pertengahan, sejumlah asumsi teoritis seputar hubungan antara musik dan pengobatan mulai berkembang. Beberapa diantaranya adalah : a. Teori bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan tubuh. Maka kesehatan terjadi ketika ada keseimbangan diantara keempatnya, dan ketidakseimbangan dapat menyebabkan gangguan mental. Keseimbangan empat cairan tubuh ini diyakini dapat dipengaruhi oleh vibrasi musik.
24 b. Musik memiliki khasiat dan potensi mempengaruhi pikiran manusia. c. Kesadaran (pikiran) dapat meningkatkan atau mengganggu kesehatan dan terapi musik melalui pikiran dengan mudah menembus dan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti prinsipprinsip tertentu.23
Musik juga dikenal memiliki kekuatan khusus yang mampu melampaui pikiran, emosi dan kesehatan fisik dalam masyakarakat yunani kuno.
Pengobatan
merefleksikan
musik
untuk
kepercayaan
bahwa
mengobati musik
dapat
gangguan secara
mental, langsung
mempengaruhi emosi dan mengembangkan karakter tertentu. Orang- orang terkenal zaman Yunani seperti, Aristoteles menghargai musik sebagai obat jiwa dan Caelius Aurelianus yang anti diskriminasi menggunakan musik untuk melawan gangguan- gangguan kejiwaan. Ketika seseorang merasa senang, tingkat stres menurun. Endorfin membantu mengurangi stres dan gelisah. Saat menyanyikan sebuah lagu dengan
perasaan
mendalam,
tubuh
bernapas
lebih
dalam
dan
memperlambat denyut jantung serta mengurangi kecemasan berlebihan. Saat stres, kepenatan hilang dengan menyanyikan lagu-lagu kesukaan dan bergembira.24
23 24
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal. 37 Diakses http://sorotharapan.blogspot.com. pada jumat, 24 mei 2014 pukul 01.31
25 Manfaat musik sebagai sarana terapi bermacam ragam, manfaat untuk keberfungsian sosial bagi orang yang menjalaninya diantaranya sebagai berikut: a. Edukasi
Aktifitas musik secara berkelompok dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
Memainkan alat musik untuk meningkatkan keterampilan musik.
Bernyanyi atau pentas drama musikal untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.25
b. Perkembangan Sasaran ini terfokus pada peningkatan perkembangan yang normal melalui upaya memperkaya kehidupannya dengan berbagi norma sosial, emosi, dan pengalaman sensorimotorik melalui musik. c. Keterampilan komunikasi Aktivitas dan pengalaman musik dapat menjadi motivator dan fasilitator yang
baik
secara
verbal
maupun
nonverbal.
Bernyanyi
mengombinasikan musik dengan permainan atau sekedar melibatkan anak dalam aktivitas musik dalam suatu kelompok dapat mendorong dan memotivasi anak untuk berkomunikasi. Musik dapat menjadi sarana penghargaan yang efisien bagi anak dalam mendorong dan memperkuat prilaku komunikasi. Sebagai contoh, anak dapat diberi kesempatan memainkan alat musik atau mendengarkan
25
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 151
26 lagu yang disukainya.dengan demikian musik berperan sebagai reinforcement. d. Keterampilan kognitif Materi musik dapat meningkatkan proses belajar kognitif pada anak penyandang cacat fisik. Musik dapat digunakan dengan sangat efisien sebagai motivator stimulus, penguatan dan penghargaan dalam usaha belajar. Lagu- lagu edukatif/ instruksional atau aktivitas yang mengombinasi bahasa, gerakan dan musik dapat memfasilitasi, menjelaskan dan menginstruksikan tambahan informasi akademis. e. Keterampilan sosial Sesuai usia, aktifitas sosial anak- anak pada umumnya banyak menggunakan aktivitas gerakan. Karena itu, partisipasi penyandang cacat fisik dalam aktifitas sosial yang membutuhkan mobilitas fisikseringkali sangat terbatas. Padahal, tidak terlibatnya anak dalam aktifitas sosial akan menjauhkan anak dari pengalaman belajar sosial yang terpenting untuk perkembangan kepribadian. Untuk itu, bersama ahli kesehatan, guru dan orang tua, terapis musik perlu memikirkan aktifitas yang dapat mengintegrasikan anak penyandang cacat fisik kepada pengalaman sosial. f. Keterampilan emosi Terapi musik dapat memainkan peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan emosional klien, karena pengalaman musical sudah teruji
27 efektif untuk meningkatkan berbagai tingkat kemampuan sensorik, fisik dan intelektual.26 g. Keterampilan musik Sebagai bagian dari keseluruhan strategi untuk memformulasi kehidupan penyandang cacat fisik, pengembangan bakat khusus, pengasahan keterampilan rekreasional serta mengisi waktu luang adalah sangat penting. Dengan menggunakan sumber yang tepat melalui pemilihan alat musik serta memanfaatkan sumber adaptif lainnya sebagai referensi dalam keterampilan sosial, terapis dapat membantu kliennya untuk mencapai sukses secara musikal. h. Manajemen stres Stress adalah kecemasan, kebingungan dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan merupakan respon emosi, dengan emosi yang tidak emosi, dengan objek yang tidak spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara emosional.27 Kecemasan merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami kegelisahan (penilaian atau opini) dan aktifitas system saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik.28
26
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 158- 159 Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta,(Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1 28 Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.2 27
28 Stress dapat terjadi perubahan fisiologi tingkah laku dan emosi. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dilihat secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Gutza yang dikutip dari Potter dan Perry, bahwa musik telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kecemasan dan depresi, serta mengurangi nyeri serta memperbaiki persepsi waktu.29 Dengan mendengarkan, memainkan atau menyanyikan sebuah lagu, dapat mengurangi bahkan menghilangkan tingkat stress atau kecemasan yang ada pada dalam diri manusia. Secara fisiologis musik dapat memberi manfaat bagi tubuh. Menurut Agustin dan Hains musik yang menenagkan dapat membantu menurunkan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Secara fisiologis musik juga dipercaya dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada pusat serebal otak yang dapat dibuktikan dengan peningkatan atensi, motivasi, memori dan mimpi.30 Salah satu terapi mengusir stress adalah dengan menggunakan musik. Jenis terapi ini masih terbilang baru dalam dunia keperawatan. Di Indonesia, sudah ada beberapa ahli yang meneliti hal ini dan menemukan fakta bahwa pemberian intervensi terapi musik klasik pada mahasiswa yang sedang menghadapi skripsi memberikan pengaruh berupa penurunan hormon adrenokortikotropik (ACTH) atau hormon stress. Hal ini kemudian menyebabkan seseorang menjadi lebih rileks
29
Sri Wahyuni, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Relaksasi (Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010) hal.1 30 Anita Rusmala, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta. hal.3
29 dan tenang sebab musik klasik merangsang pengeluaran senyawa endorphine dan serotonin, yakni sejenis morfin alami dalam tubuh. Tak hanya itu fakta membuktikan bahwa secara fisik intervensi musik klasik juga mampu mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom di dalam tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan cenderung tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari. Musik klasik juga dapat mempengaruhi pola pernafasan, tingkat denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki sistem gerak juga kordinasi tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh, serta mengatur beberapa hormon yang berkaitan dengan stres. Terkait dengan penggunaan jenis musik, bergantung pada selera klien. Akan tetapi, pada prinsipnya penggunaan musik klasik memberikan hasil yang lebih optimal sebab intervensi nadanya lebih kaya.31 Pada terapi musik, ada istilah respon emosi musikal. Dimana masalah yang selalu menyertai proses terapi musik. Memahami emosi yang muncul karena mendengarkan musik, sedikit banyak akan menjelaskan mengapa seseorang atau sekelompok orang menyukai musik tersebut. Latar
belakang
yang
mendorong
munculnya
emosi
karena
mendengarkan lagu tertentu, atau musik yag seperti apa yang membuat orang merasa lebih nyaman. Bila dikaitkan dengan terapi musik, maka sala satu inti perlakuan musik terhadap klien adalah pada respon emosinya. Artinya respon yang diberikan akan menunjukan seberapa 31
http://tips-menghilangkan-stress.blogspot.com diakses pada jumat, 24 mei 2013
pukul 12.05
30 jauh pengaruh yang ditimbulkan dan seberapa besarmakna dari perubahan yang terjadi.32
B. KETERAMPILAN SOSIAL 1. Pengertian Keterampilan Sosial Combs & Slaby memberikan pengertian keterampilan sosial (Social Skill) adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan di saat yang sama berguna untuk dirinya dan orang lain.33 Menurut Riggio, social skill as a cluster of skill used in decoding, sending and regulating non-verbl and verbal information in order to facilitate psotive and adaptive social interaction.34 Definisi lain dikemukakan oleh Libet dan Lewinsohn yang dikutip oleh arledge & Milburn bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan di tolak oleh lingkungn. 35 Sementara itu Schohloss & Smitt memfokuskan keterampilan sosial dalam 2 hal, yaitu: respon keterampilan sosial yang menghasilkan, meningkatkan dan memelihara hasil yang positif dari individu dan
32
Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, hal 62. Satria, “Pengertian Keterampilan Sosial (Social Skill)”, dalam http://.shvoong.com/social-sciences/psychology, diakses pada 27 Maret 2014, pukul 13:20 WIB. 34 Riggio, Ronald. E. (1986). Assesment of Basic Sosial Skilla. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 51, no.3. 35 Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA: Allyn & Bacon 33
31 keterampilan sosial yang meningkatkan interaksi positif antara individu dengan orang lain. Sejalan dengan itu, Goleman mendefinisikan keterampilan sosial adalah kemampuan anak untuk mengendalikan emosinya dengan baik pada saat berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk membaca situasi dan mampu berinteraksi dengan lancar dan menjalin persahabatan yang sehat.36 Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Hersen dan Bellack yang menyatakan bahwa efektifitas suatu perilaku tergantung pada konteks dan parameter situasi, maka individu yang memiliki keterampilan sosial akan lebih efektif karena ia mampu memilih dan melakukan perilaku yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan.37 Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu dalam mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai interaksi dengan orag lain dengan melakukan decoding, mengirimkan dan mengatur informasi verbal maupun non-verbal, yang dapat diterima atau dihargai secara sosial dan membawa manfaat, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun keduanya dengan tujuan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang positif serta menjalin persahabatan yang sehat. 2. Dimensi-dimensi Keterampilan Sosial
36
Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosi. Alih bahasa, T. Hermayana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 37
Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA: Allyn & Bacon
32 Menurut Caldarella & Merrel, dimensi-dimensi keterampilan sosial adalah:38 1) Peer Relation Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang dianggap positif oleh teman-temannya. Keterampilan sosial ini diantaranya menghargai dan memuji orang lain, menawarkan bantuan, dan mengajak teman-teman yang lain untuk bermain dan berinteraksi. 2) Self Management Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang dikatakan orang lain sebagai idividu yang dapat menyesuaikan diri secara emosional (emotionally well adjusted). Dimensi ini juga merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat mengontrol temperamennya,
mengikuti
peraturan
dan
batasan-batasan,
berkompromi dengan orang lain, dan menerima kritik dengan baik 3) Academic Skill Dimensi
ini
didominasi
oleh
keterampilan
sosial
yang
merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan sebagai murid yang independen dan produktif oleh guru mereka. Keterampilan tersebut diantaranya menyelesaikan tugas secara independen, menyelesaikan tugas individual, dan mengikuti arahan guru.
38
Merrel, Kenneth W. & Gimpel, Gretchen A. (1997). Social Skill of Children and Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
33 4) Compliance Dimensi ini menyangkut seorang anak atau remaja yang dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan orang lain. Dimensi ini ada pada seorang anak yang dapat bersama orang lain dengan mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu luang dengan tepat, dan dapat berbagi. 5) Assertion Dimensi
ini
didominasi
oleh
keterampilan
sosial
yang
merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan sebagai outgoing atau extrover oleh orang lain. Keterampilan itu diantaranya memulai percakapan dengan orang lain, memberi pujian dan mengundang orang lain untuk berinteraksi.
Kelima dimensi ini tidak secara tegas membedakan antara satu sama lainnya. Dengan kata lain, dimensi dimensi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi masih saling berhubungan. Bahkan diantara dimensi-dimensi tersebut ada yang saling tumpang tindih (overlap). Misalnya dimensi self management dengan compliance. Di dalam kedua dimensi tersebut terdapat karakteristik keterampilan sosial yang sama, yaitu mengikuti peraturan dan berespon terhadap kritik dengan baik. Ketumpang tindihan ini memang menjadi kritik bagi taksonomi tersebut. Tetapi hal ini masih dapat diterima. Ketumpang tindihan ini bahkan dapat memperlihatkan karakteristik keterampilan sosial yang disesuaikan dengan situasinya.
34 Seperti misalnya keterampilan sosial yang diperlukan disekolah juga diperlukan dalam hubungannya dengan teman atau orang lain. Menurut Mager yang dikutip dari Cartledge & Millburn, aspek-aspek keterampilan sosial remaja adalah:39 a. Kesopanan, meliputi perilaku remaja dalam menunjukan sikap yang positif terhadap teman-teman sebaya maupun orang dewasa. Sikap tersebut antara lain memberi pujian dan senyuman, mengucapkan terima kasih, membuat pernyataan yang positif dan berperilaku yang baik dalam siruasi yang beraneka ragam. b. Kerjasama, meliputi kemampuan remaja untuk berpartisipasi dalam pekerjaan kelompok dengan teman sebaya atu orang yang lebih dewasa., kemampuan menjalankan pertemanan yang dapat mengikuti peraturan yang berlaku dalam kelompok. Secara lebih spesifik, Elksnin & Elksnin mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu: 1. Perilaku interpersonal Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan bantuan, dan memberikan atau menerima pujian. Keterampilan ini kemungkinan berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. 2. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri 39
Cartledge, G & Milburn, J. F. (1995). Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA: Allyn & Bacon
35 Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya. Dengan kemampuan ini, anak dapat memperkirakan kejadiankejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada situasi sosial tertentu. 3. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan pelajaran, mengerjakan tugas sekolah dengan baik, hormat kepada guru, dan semua perilaku yang ada di sekolah. 4. Peer acceptance Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberikan salam, memberi dan menerima informasi dengan baik, mengajak teman terlibat dalam aktivitas, dan dapat dengan tepat menangkap emosi orang lain. 5. Keterampilan komunikasi Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap lawan bicara.
36 3. Karakteristik Keterampilan Sosial Dari kelima dimensi keterampilan sosial yang telah disebutkan diatas, Caldarella & Merrel kemudian mengembangkan karakteristik tingkah laku utama disetiap dimensi sebagai berikut:40 A. Peer Relations Skills a. Memberi pujian/menghargai teman. b. Menawarkan bantuan kepada teman ketika di butuhkan. c. Mengajak teman untuk bermain/berinteraksi. d. Berpartisipasi dalam diskusi, berbicara dengan teman-teman dalam waktu lama. e. Membela teman dalam kesulitan, mementingkan teman. f. Dicari teman untuk bergabung dalam suatu kegiatan, setiap orang senang bersamanya. g. Mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk disukai teman, dapat berpartisipasi dengan teman. h. Terampil memulai atau mengikuti pembicaraan dengan teman. i. Sensitif terhadapa perasaan teman (empati, simpati) j. Mempunyai “sense of humor”. B. Self Management Skills a. Tetap tenag ketika muncul masalah, mengontrol temperamen ketika marah. b. Mengikuti peraturan, menerima batasan-batasan.
40
Caldarella, Paul & Merrel, Kenneth W. (1997). A Child and Adolescent Social Skill Taxonomy. Utah: Utah State University
37 c. Melakukan kompromi dengan orang lain jika sesuai, kompromi dalam konflik. d. Menerima kritik dari orang lain dengan baik. e. Tidak menghiraukan pada ejekan teman, berespon sesuai terhadap sindiran. f. Bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai situasi. C. Academic Skills a. Menyelesaikan
masalah
dengan
independen,
menunjukan
kemampuan belajar independen. b. Melengkapi tugas individu. c. Mendengarkan atau melaksanakan perintah guru. d. Menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang dapat diterima dengan tingkat kemampuan, bekerja dengan potensi. e. Menggunakan waktu luang dengan tepat. f. Dapat mengorganisasikan diri dengan baik (well organized), misalnya membawa bahan pelajaran yang dibutuhkan ke sekolah, datang sekolah tepat waktu. g. Meminta bantuan dengan tepat ketika membutuhkannya, mau bertanya. h. Mengabaikan gangguan teman ketika bekerja, tetap melakukan pekerjaan dengan baik meski ada gangguan.
D. Compliance Skills
38 a. Mengikuti intruksi atau arahan. b. Mengikuti peraturan. c. Menggunakan waktu luang dengan tepat. d. Mau berbagi. e. Berespon dengan tepat terhadap kritik yang konstruktif atau ketika seseorang sedang mengoreksi dirinya. f. Menyelesaikan dan melengkapi tugas. g. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. E. Assertion Skills a. Memulai percakapan dengan orang lain. b. Menyatakan pujian pada orang lain. c. Mengudang teman untuk bergabung. d. Mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri, percaya diri. e. Mau berteman. f. Mempertanyakan peraturan yang tidak adil. g. Memperkenalkan diri pada orang baru. h. Menampilkan rasa percaya diri pada lawan jenis. i. Dapat mengekpresikan rasa bersalah. j. Dapat mengikuti kegiatan kelompok yang tepat.
Selain karakterisktik tersebut, beberapa ahli juga menyatakan pendapatnya mengenai karakteristik keterampilan sosial. Miller dan Hersen mengindikasikan bahwa individu yang mempunyai keterampilan
39 sosial tinggi dapat berbicara dengan lantang, memiliki respon yang lebih cepat dari orang lain, memberikan jawaban yang lebih panjang dan tepat, lebih dapat mempengaruhi, dan lebih ekspesif dari orang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial. Merrel & Gimpel menyatakan bahwa usia, gender, latar belakang etnokultural serta adanya gangguan ketunaan mempunyai dampak penting dalam perkembangan keterampilan sosial seseorang.41 1. Usia Beberapa penelitian menyatakan bahwa keterampilan yang penting mempertahankan peer relations dapat bervariasi sesuai usia. Peer relations merupakan salah satu dimensi keterampilan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial pun bervariasi di tiap tingkatan usia. Perkembangan kognisi sosial merupakan hal yang paling berhubungan dan penting dalam keterampilan sosial. Perkembangan kognisi sosial ini berhubungan dengan usia, karena kemampuan kognisi sosial seseorang makin bertambah seiring dengan perkembangan usia. Meskipun tahapannya berbeda bagi setiap individu, bahkan ada beberapa individu yang tidak dapat mencapai satu tahapan tertentu, perkembangan kognisi sosial adalah proses dimana perubahan fungsi intelektual dan kognitif membuat anak yang sedang berkembang dapat
41
Merrel, Kenneth W. & Gimpel, Gretchen A. (1997). Social Skill of Children and Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
40 berinteraksi dengan orang lain dalam hirarki yang kompleks, meningkat dan berarti. Merrel & Gimpel, mengidentifikasi lima aspek kognisi sosial yang berperan penting dalam kompetensi sosial: perspertive taking, conception of friendship, interpersonal problem-solving strategies, moral judgement, dan
communication skill. Perspective taking
meliputi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan perasaan orang lain. Conceptions of friendship, interpersonal problem-solvig strategies, moral judgement and communication skill. Perspective taking melingkupi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan perasaan orang lain. Conception of friedship adalah pemikiran seseorang anak terhadap makna interaksi antar teman. Interpersonal problem-solving merupakan kapasitas untuk mengatasi masalah interpersonal
dan
mentode
spesifik
yang
digunakan
untuk
mengatasinya. Moral judgement merupakan konsep individu terhadap benar atau salah dan perkembangan nilai, yang berubah secara drastis selama masa perkembangan, serta cenderung berhubungan dengan tingkah laku sosial terhadap teman. Communication skill adalah strategi bahasa dan sosial yang digunakan individu dalam berinterksi dengan orang lain dan dalam beraksi terhadap orang lain. Kelima aspek kognisi sosial ini berperan penting dalam perkembangan kompetensi sosial seseorang. Keterampilan sosial merupakan cara spesifik agar seseorang dapat dikatakan kompeten secara sosial (social competens). Dengan demikian, perkembangan kognisi sosial seseorang
41 berhubungan dengan keterampilan sosial. Dan karena kognisi sosial yang di dalamnya terhadap kelima aspek kognisi sosial tersebut berkembang sesuai dengan usia, karena keterampilan sosial pun di pengaruhi oleh usia. 2. Gender Hubungan antar gender dan keterampilan sosial selama periode perkembangan sangat komplek. Beberapa penelitian dalam Merrel & Gimpel mengindikasikan bahwa: a. Pada awal masa anak-anak, anak laki-laki lebih menyukai permainan yang melibatkan atifitas fisik (termasuk agresi) dalam berinteraksi sosial. Sedangkan anak-anak perempuan lebih menyukai permainan yang lebih pasif dan menetap. b. Tingkah laku sosial dalam bermain pada anak-anak perempuan lebih berorientasi tujuan atau konstruktif (misalnya, menyelesaikan puzzle). Sedangkan anak laki-laki lebih berorientasi pada fungsi (misalnya, mengendarai sepeda). c. Pada awal masa kanak-kanak sampai dengan remaja, anak-anak perempuan cenderung dinilai mempunyai keterampilan sosial yang lebih tinggi dan tingkah laku anti-sosial yang lenih rendah dibanding dengan anak laki-laki.
Perkembangan gender ini dipengaruhi oleh dampak biologis, tetapi berdasarkan beberapa bukti yang ada, pengaruh belajar sosial lebih tinggi. Misalnya, perlakuan dan permainan yang disediakan orang tua
42 selalu mengarah pada gender anaknya. Anak-anak perempuan selalu diberikan boneka, dan bila seorang anak laki-laki berkelahi dianggap wajar. Meskipun terhadap perbedaan gender dalam keterampilan sosial, kita tetap tidak dapat mengeneralisasikannya kepada setiap individu. Karena bagaimana pun variasi dalam kelompok lebih besar dibanding variasi antar kelompok. 3. Latar belakang etnokultural Kultur adalah sekelompok orang yang mengidentifikasikan dirinya atau berhubungan dengan orang lain berdasarkan persamaan tujuan, keinginan dan latar belakang. Kultur terdiri dari stuktur sosial, etnis, hubungan dan status sosial ekonomi. Jadi konsep etnisitas lebih spesifik dari kultur. Individu individu yang berbeda pada kelompok etnis yang sama, mereka yang mempunyai latar belakang suku bangsa atau nenek moyang yang sama. Sehingga dalam hal ini, digunakan istilah etnokultural yang berarti perbedaan pada pengaruh kultur, tatapi tetap memasuk etnis sebagai faktor kultural. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam faktor etnokultural dalam keterampilan sosial ini: a. Latar belakang etnokultural dari orang tua berpengaruh bagaimana individu menghargai beberapa keterampilan sosial. Study yang dilakukan oleh O’Reilly, Tokuno dan Ebata menemukan bahwa penilaian ibu dari kelompok asia amerika dengan kelompok eropa amerika terhadap delapan keterampilan sosial berbeda secara signifikan. Mereka diminta untuk mengurutkan keterampilan sosial
43 yang penting, dan ternyata urutan yang diberikan kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan. b. Terdapat interaksi yang kompleks antara ras atau etnis observer (rater) dengan subjek yang sedang di observasi. Lethtermoo, dkk menemukan bahwa objektifitas observer akan berpengaruh bila subjek yang dinilai berasal dari etnis yang sama. Subjek akan dinilai lebih bila ia berasal dari etnis yang sama, dan sebaliknya jika subjek berasal dari etnis yang berbeda. c. Dalam penelitian yang dilakukan dengan sample besar, hanya terdapat
sedikit
perbedaan
etnokultur
berdasarkan
faktor
etnokultural. Hubungan antar faktor etnokultural dengan keterampilan sosial terlihat tidak terlampau besar, tetapi akan menjadi penting sekali jika menyangkut observasi dalam pengukuran keterampilan sosial. Selain itu, ada beberapa keterampilan sosial yang bervariasi dalam berbagai komunitas. Misalnya, bagaimana kita memperlakukan orang tua dapat berbeda dari satu etnis ke etnis yang lain. Tetapi, kembali lagi perlu di pertimbangkan bahwa perbedaan dalam kelompok lebih besar dibandingkan perbedaan antar kelompok. 4. Adanya gangguan ketunan Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan perkembangan cenderung mempunyai keterampilan sosial yang rendah. Seperti misalnya anak yang mengalami keterbelakangan mental, ternyata juga mengalami kekurangan dalam keterampilan sosial.
44 C. ANAK JALANAN 1. Pengertian Anak Jalanan Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi nasional untuk menyebut anak-anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan urban. Mereka bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang semir sepatu, pengamen, pengemis, pencuri, pekerja seks, atau apapun.42 Selain itu, anak jalanan adalah perseorangan baik laki-laki maupun perempuan yang tanpa nafkah atau bekerja apapun secara formal, tanpa rumah tinggal, bahkan tidak terdaftar sebagai warga manapun.43 Beberapa ahli juga mendefinisikan anak jalanan sebagai mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap, pendidikan formal serta tinggal dimana saja.44 UNICEF memberikan batasan kepada kelompok ini sebagai Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah- pindah di jalan raya. Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang 42
Sumardi, L.S, Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri. (Jakarta: Institut Sosial Jakarta, 1996) 43 Simandjuntak, B, Beberapa Aspek Psikologi Sosial.(Bandung: PT Alumni, 1981), h. 216 44 Widiyanto, P, Gelandangan : Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 3
45 sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari.45 Hasil study Soedijar dan Putranto tentang profil anak jalanan di Jakarta memberikan definisi anak jalanan sebagai anak yang berusia 7 hingga 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya yang dapat menggangu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya sendiri. Putranto menambahkan bahwa tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di dorong oleh motivasi ekonomi.46 Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di jalan atau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam
45
Intervensi Psikososial, Departemen Sosial, Direktorat kesejahteraan Anak Keluarga dan Lanjut Usia (Jakarta: Depsos, 2001) h. 30 46 Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan (UNICEF, 1997) h. 59
46 dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, dan mobilitasnya tinggi.
2. Faktor Penarik dan Pendorong Anak Turun ke Jalan Menurut Shalahudin, beberapa faktor yang mendorong anak untuk turun ke jalanan adalah:47 a. Keluarga miskin Hampir seluruh anak jalanan berasal dari keluarga miskin. Sebagian besar dari mereka berasal dari perkampungan-perkampungan urban yang tidak jarang menduduki lahan-lahan milik negara dengan membangun rumah-rumah petak yang sempit yang sewaktu-waktu dapat digusur. Anak jalanan yang berasal dari luar kota, sebagian besar berasal dari desa-desa miskin. Kemiskinan merupakan faktor dominan yang medorong anak-anak menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin, karena kondisi kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehingga menghadapi risiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan. b. Kekerasan keluarga Kekerasan keluarga merupakan faktor risiko yang paling banyak dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan untuk keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan hubungan antara anak dengan keluarga, tidak lepas 47
15
Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan (Semarang: Yayasan Setara, 2000) hal. 10-
47 dari persoalan kekerasan. Seperti kasus eksploitasi ekonomi terhadap anak yang dipaksa menyerahkan sejumlah uang tertentu setiap harinya, akan menghadapi risiko menjadi korban kekerasan apabila tidak memenuhi target tersebut. Kekerasan dalam keluarga tidak hanya bersifat fisik saja, melainkan juga bersifat mental dan seksual. c. Eksploitasi ekonomi Anak-anak yang turun ke jalan karena didorong oleh orang tua atau keluarganya
sendiri
atau
biasanya
bersifat
eksploratif.
Anak
ditempatkan sebagai sosok yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulai marak terjadi ketika pada masa krisis, dimana anak-anak yang masih aktif bersekolah didorong oleh orang tuanya mencari uang dan ditargetkan memberikan sejumlah uang yang ditentukan oleh orang tua mereka. d. Impian bebas Dunia jalanan dianggap enak sehingga menjadi alternatif termudah untuk mendapat kebebasan sebagai wujud pencarian jalan keluar dari masalah yang ada di rumah. e. Ingin punya uang sendiri Anak ingin punya uang sendiri untuk memenuhi keperluan dan keinginan pribadi. f. Pengaruh teman Usia bermain dan usia lanil menyebabkan anak mudah terpengaruh terutama terhadap teman sebaya.
48 3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan Menurut Surbakti, berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu: Pertama, Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi–sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.48 Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anakanak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial, emosional,fisik maupun seksual. Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan 48
Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan (Semarang: Departemen Sosial, 1997)
49 kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti. Berdasarkan beberapa pengelompokan yang sudah dipaparkan di atas, maka karakteristik anak jalanan berdasarkan pengelompokan anak jalanan sebagai berikut:49 a. Kelompok
anak
yang
hidup
di
jalanan.
Karakteristiknya:
Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan baik untuk bekerja maupun menggelandang atau tidur, hidup dalam kelompok kecil atau perorangan, hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah putus, bekerja sebagai pemulung, pengamen, pengemis, penyemir sepatu, kuli angkut barang, berpindah-pindah tempat. b. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan masih pulang ke rumah orang tua mereka setiap hari. Karekteristiknya: Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan, hubungan dengan orang tua masih ada tetapi tidak harmonis, sebagian besar dari mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan bangku sekolah, c. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan pulang ke desanya antara 1 hingga 2 bulan sekali. Karekteristiknya: bekerja di jalanan sebagai pedagang asongan, menjual makanan keliling, kuli angkut 49
Hendriyati, Ringkasan Analisis Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus, (Jakarta: Atmajaya, 1998). Hal. 5
50 barang, hidup berkelompok bersama orang-orang yang berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau tinggal di saranasarana umum, pulang antara 1 hingga 3 bulan sekali, ikut membiayai keluarga di desanya, putus sekolah. d. Kelompok anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria: Bertemu teratur setiap hari atau tinggal dan tidur dengan keluarganya, 4–5 jam bekerja di jalanan, masih bersekolah, pekerjaan penjual koran, penyemir sepatu, pengamen, usia rata-rata di bawah 14 tahun. e. Kelompok anak remaja jalanan bermasalah (ABG). Karekteristiknya: Menghabiskan sebagian waktunya di jalanan, sebagian sudah putus sekolah, terlibat masalah narkotika dan obat-obatan lainnya, sebagian dari mereka melakukan pergaulan seks bebas.
4. Gaya Hidup Anak Jalan Kehidupan anak jalanan tidak hanya saling percaya, melindungi dan setia kawan, tetapi bagaimana mereka menjalani kehidupan dengan gaya hidup mereka sendiri. Adapun gaya hidup anak jalanan meliputi:50 a. Makan dan tempat tidur Makanan dan tempat tidur merupakan faktor penting bagi anak jalanan. Banyak anak jalanan yang tidak mendapat makanan yang cukup untuk mengisi perut dan tempat tidur yang layak.
50
Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Kota Besar, (UNICEF, 2000) hal.112-115
51 b. Viktimasi Viktimasi diperlukan ketika anak jalanan di perlukan di luar proporsi tanpa mempertimbangkan keadaan yang dihadapi seperti berbagai aksi kekerasan. c. Penyalahgunaan zat atau obat terlarang dan bermain game Anak jalanan biasanya menghabiskan sebagian penghasilannya untuk membeli obat-obatan terlarang, miras, lem, bensin dan sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain video game. Tampaknya hal ini akan memberikan rasa damai yang lebih ditengah kerasnya kehidupan jalanan. d. Seks Hubungan seksual yang dilakukan anak jalanan terjadi pada sesama anak jalanan maupun dengan pekerja seks komersial (PSK).
BAB III GAMBARAN UMUM DILTS FOUNDATION A. Sejarah Dilts Foundation Dilts Foundation adalah suatu yayasan sosial yang berdiri pada 1 Mei 2000 diprakarsai oleh DR.Russel Dilts beserta istri Wahyu Setyowati. Namun kegiatan pasangan Dilts sendiri telah dilakukan sejak 1996 karena kepeduliannya terhadap nasib anak-anak jalanan, anak terlantar, pemulung kecil, anak yatim/piatu dan anak-anak dari kalangan keluarga prasejahtera dengan dibantu oleh rekan-rekan sukarelawan baik secara material maupun immaterial.51 Dalam kegiatannya selain peduli terhadap pendidikan dan kesehatan, Dilts Foundation (DF) juga ikut berperan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat, pendistribusian bantuan-bantuan bagi korban bencana di berbagai daerah baik berupa bahan makanan, pakaian, obat-obatan maupun penyuluhan-penyuluhan
yang
dapat
meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat.52 Tujuan dari layanan Dilts Foundation bidang kesehatan dan pendidikan adalah: Menjembatani
antara para penderita dengan lembaga-lembaga
pelayanan, terutama yayasan sosial dan profesional di bidang medis baik instansi pemerintah maupun swasta. Mendidik warga masyarakat umum agar dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan secara bersama. Merubah kebiasaan-
51 52
Study dokumentasi brosur Dilts Foundation Wawancara peneliti dengan dierektur manager Dilts Foundation
52
53 kebiasaan dan norma-norma yang negatif, birokratik dan pasrah, agar “Harapan“ menjadi suatu budaya baru yang dapat mereka pahami. Memberdayakan lembaga/instansi/yayasan terkait, dermawan (donatur) serta masyarakat umum agar permasalahan pendidikan dan kesehatan anak-anak dapat dilihat secara jelas dan ditangani sepenuhnya secara profesional. Memberi contoh serta arah kepada para masyarakat umum, profesional dibidang media, dan para pekerja sosial
bahwa setiap orang dapat
menyalurkan kepedulian sosial mereka secara nyata.53 Yayasan Dilts mempunyai tempat kegiatan belajar yang berlokasi di Wisma Danapati Jl. Raya Pasar Minggu No 103 AB, Teluk Bone (Komp. AL) Pasar Minggu. Pelayanan pendidikan dan kesehatan meliputi area Pasar Minggu, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Pondok Pinang dan Pondok Indah.
B. Sejarah Musik Sampah Yayasan Dilts Fondation sebagai salah satu lembaga yang konsen di anak jalanan memiliki program art therapy yang bertujuan untuk memberikan rasa keceriaan, ketenangan, dan kebahagiaan bagi anak jalanan. Art Therapy yang ada di Dilts Foundation memiliki beberapa macam, seperti melukis, menggambar, theater, dan musik sampah (perkusi). Musik sampah terbentuk pada tahun 2007 atas saran dari seorang relawan Dilts Foundation yang juga merupakan mahasiswa jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta yaitu Raden Agung H. F.
53
Study dokumentasi brosur Dilts Foundation
54 Penamaan musik sampah di yayasan Dilts Foundation awalnya merupakan sebuah ketidak sengajaan. Nama ini di ambil berdasarkan alat musik yang di pakai untuk musik sampah berasal dari barang barang yang sudah tidak terpakai. Musik sampah awalnya di bentuk sebagai pelengkap dari kegiatan theater, kegiatan theater yang sudah lebih dulu ada di anggap kurang menarik tanpa adanya musik saat pertunjukan. Namun saat ini kegiatan musik sampah sudah terpisah dari theater. Musik sampah sudah memiliki jadwal, dan metode latihan tersendiri walau terkadang musik sampah bermain bersama kegiatan theater.54 Program musik sampah di Dilts Foundation bertujuan untuk memberikan keceriaan, kesenangan, tanggung jawab, komitmen terhadap kelompok, memberikan rasa percaya diri, dan recycle kepada anak jalanan. Recycle dalam musik sampah yaitu mengajarkan kepada anak jalanan untuk memakai barang barang yang sudah tidak terpakai di sekitar mereka. Jenis musik sampah yang ada di Dilts tidak hanya perkusi, ada juga musikalisasi puisi, perkusi jenaka, dan theater. Saat ini kegiatan musik sampah diikuti oleh 7 orang anak.
C. Visi Misi dan Motto55 1. Visi “Memberikan kesempatan kepada anak anak untuk menjalani hidup yang lebih baik, sehat, aman dan produktif.”
54 55
Wawancara peneliti dengan Kak Bayu dan Kak Udin Study dokumentasi brosur Dilts Foundation
55 2. Misi Menjembatani Mendidik Merubah Memberdayakan Memberi contoh 3. Motto Give The Kid a Change Nama
: Dilts Foundation (DF)
Alamat Rumah Singgah : Wisma Danapati Jl. Raya Pasar Minggu No 103 AB Teluk Bone, Komp. AL Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520 Telepon dan Fax
: (021) 7805105
Alamat Registrasi Kantor : Jl. Swadaya 1 RT 003/09 No. 11 Pejaten Timur, Ps.Minggu Jakarta Selatan 12510 Telepon dan Fax
: (021) 7805134
Email
:
[email protected]
Website
: www.diltsfoundation.or.id
Status
: Yayasan Sosial Swasta
No. Registrasi Yayasan
: 2000.40412.918
No. Rekening BCA
: Yayasan DILTS A/C# 450 3062332 Bank Central Asia Cabang Bidakara Jakarta – Indonesia
No. BCA Dollar
: Yayasan Dilts A/C # 450 3068306 Cab. Bidakara Swift Code Cenaidja
No. Rekening Bank DKI : Yayasan Dilts A/C 404.200.346.18 Cab. Walikota Jakarta Selatan
56 D. Program Dilts Foundation 1. Kesehatan Bakti Sosial DF: Mengunjungi tempat-tempat yang sedang mengalami musibah
atau daerah-daerah tertinggal dengan memberikan bantuan
pendidikan maupun kesehatan. Bantuan berupa pendistribusian logistik, penyuluhan pendidikan dan kesehatan, pemberian makanan bergizi serta pengobatan masal.
Dalam pelaksanaannya DF bekerjasama dengan
lembaga/instansi yang mempunyai
misi yang sama serta bersinergi
dengan pemda setempat. Pengobatan dan Perawatan: Membantu mencarikan pembiayaan tindakan operasi ataupun rujukan bagi anak-anak cacat bawaan serta penderita penyakit dari keluarga prasejahtera. Memberikan perawatan untuk penyakit lain yang tidak diperlukan tindakan operasi seperti TBC, dikarenakan hampir 80% keluarga anak-anak jalanan dan pemulung mengidap penyakit TBC. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama baik perorangan maupun lembaga/instansi terkait. Perbaikan Gizi: Menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan, konsultasi serta pemberian gizi bagi balita keluarga prasejahtera setiap bulan di Shelter DF. Bekerja sama dengan Puskesmas Jagakarsa dan Peksos. 2. Pendidikan Shelter/rumah singgah: Menyediakan layanan pendidikan dengan materi pelajaran dasar (membaca,menulis, berhitung dan budi pekerti) bagi anakanak usia sekolah ataupun putus sekolah, setiap hari berkegiatan dan
57 belajar gratis di shelter DF, sebagai RUMAH PENDIDIKAN dan PERLINDUNGAN ANAK Dilts Foundation. Selain pendidikan dasar diatas, DF memberikan pendidikan kesenian guna mengembangkan kreatifitas anak dengan melukis, bermusik dan berteater. Selain menyelenggarakan pendidikan di shelter, DF juga mengadakan pelatihan-pelatihan serta pendidikan lingkungan hidup dengan kegiatan Outbond untuk mempelajari serta memahami secara langsung sehingga memberikan Beasiswa: Mencarikan/Memberikan beasiswa untuk pendidikan formal maupun non formal bagi anak-anak DF yang belum mendapatkan kesempatan dan membantu mencarikan orang tua asuh. Ujian Kesetaraan: Menyelenggarakan belajar kelompok bagi anak-anak putus sekolah untuk nantinya dapat diikutkan dalam program ujian kesetaraan Kejar Paket A,B,C yang akan menginduk pada PKBM terdekat. Pelatihan: Mengadakan penyuluhan, seminar dan pelatihan-pelatihan keterampilan bagi anak-anak maupun pendamping anak.
Bekerjasama
dengan beberapa lembaga serta instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Memberikan layanan pendidikan keterampilan: kepada anak-anak usia produktif seperti Montir, Salon,mengemudi mobil, menjahit, sablon, tata boga, teknisi komputer, tehnisi HP.
Merangkai bunga, memasak,
kerajinan tangan daur ulang sampah dll bagi keluarga prasejahtera (ibu-ibu
58 dan remaja putri), bekerjasama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta dan pihak-pihak swasta. Kelompok Usaha: Adalah kelanjutan dari pendidikan keterampilan, yaitu membentuk
Kelompok
Usaha
Bersama
sebagai
wujud
program
pemberdayaan masyarakat untuk dapat menjadi solusi pengentasan kemiskinanan. Olah raga: Memberikan pendidikan Olah raga rutin setiap 1 minggu sekali. Menyelenggarakan kegiatan kompetisi Mini Soccer I, 2 dan 3 antar rumah singgah se-Jabodetabek bekerjasama dengan Pemda DKI Jakarta. Moment/Event: Menyelenggarakan event-event untuk memperingati harihari besar nasional (hari Lingkungan Hidup, Hari Anak Nasional, Hardiknas, Harkitnas, Perayaan Kemerdekaan RI dll), Hari besar internasional (Hari Air, Hari bumi). Melaksanakan penyembelihan dan penyaluran hewan qurban pada hari Idul Adha, menyalurkan zakat infak serta menyelenggarakan pembagian paket sembako untuk fakir miskin menyambut Idul Fitri. Charity: Menyelenggarakan pagelaran kesenian untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak yayasan, lembaga/yayasan panti non panti, pekerja seni jalanan untuk berkarya sebagai ajang menggali bakat serta kreatifitas dengan menggelar karya-karya seni (musik, teater, tari dan kreasi hasta karya) dalam “Malam Kesenian Anak Jalanan”
59 Pada pelaksanaan seluruh kegiatan-kegiatannya, DF bekerjasama dengan relawan, profesianal, orang tua anak binaan, instansi pendidikan dan kesehatan, partisipan, para donatur, sponsor dan lembaga/instansi terkait baik pemerintah maupun swasta.56 E. Struktur orgnanisasi57 Board of Advisors
: Martha C. Dilts MSw Dr Nila F. Moeloek SpM
Advisor
: Dra. Yugiani Tina
Founder & Executive Director
: Wahyu Setyowati
Managing Director
: Bayu Indra Kusuma
Operations Manager
: Bima Desap A
Secretary
: Rini Handayani
Finance
: Susi Anggorowati
Public Relation
: Fadilah Yuliasari
Field Coordinator
: Surdiyana
Education Team
: Itoh
Social Worker
Virtri
Peggy
Dewi
Zainudin
Asep
: Rismauli Lubis M. Faiz
Medical Team
: Dr. Darmawan Kartono SpB, SpBA Dr. Sastiono SpB, SpBA dr. Santi Pratiwi dr. Arini dr. Patricia Samma dr. Sarining Rahadjoe
56 57
Tinjauan pustaka brosur Dilts dan wawancara dengan Kak Bayu Bagan kepengurusan di Dilts Foundation
60 F. Prestasi58 -
Pagelaran teater musikal anak-anak jalanan “Ande-Ande Lumutan” (GBB TIM), bekerjasma dengan artis-artis ibukota.
-
Teater
musical “Ronggeng Jalanan”
(GBB, TIM) bekerjasama
dengan PT. PremirOil -
Teater kecil di istana wakil presiden bekerjasama dengan Dharma Wanita Pusat.
-
Teater kecil di Gedung Nyi Ageng Serang, Dharma Wanita Pusat
-
Teater kecil di Museum Satria Mandala bekerjasama dengan FE UI.
-
Teater kecil di Loby Cilandak Town square, bekerjasama dengan AISEC
-
Pementasan puisi dan music di Balai serbaguna Depsos, bekerjasma dengan Depsos.
-
Pementasan Musik dan lagu di GKJ, bekerjasama dengan ICBC
-
Pementasan Musik dan lagu di Four Season
-
Pagelaran rampag bedug di stasiun TVRI
-
Pagelaran rampag bedug di Hotel Aryaduta, bekerjasama dengan Ekonid
-
Pagelaran rampag bedug di Ragunan (pembukaan Olimpiade SOINA)
-
Pagelaran rampag Bedug di Monas (Hari Air sedunia)
-
Juara 3 lomba melukis bagi yayasan Sosial (FE UI)
-
Juara 1 Lomba melukis dalam rangka Pangan Se dunia, GBB TIM.
-
Juara 1 lomba melukis dan mewarnai Hari Air se-Dunia, Monas.
Dan masih banyak prestasi-prestasi lainnya. Kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberian kesempatan kepada anak-anak marginal untuk berkarya dibidang seni serta ikut berperan melestarikan kesenian dan budaya Indonesia dengan harapan sebagai ajang penggalian bakat.
58
Tinjauan pustaka di web Dilts Foundation www.diltsfoundation.org
61
G. Kerjasama dan kemitraan59 Kemitraan : a. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) b. PPTI c. Lembaga Swadaya Masyarakat d. Forum Rumah Singgah e. Pemda DKI Jakarta f. DepDiknas RI g. Kementrian Sosial RI h. Dep. Kehutanan RI i. KLH RI j. Puskesmas Jagakarsa k. Yayasan Sejiwa l. Child Rights Coalition Asia m. Field Indonesia
Kerjasama/dukungan perusahaan: a. TARGET
k.
PwC
b. PT. Antam
l.
Bank of ICBC
c. PT. PremierOIL
m.
DHL
d. PT. Samsung
n.
ESP/USAID
e. PT. Unilever
o.
Manajemen Plasa Senayan
f. PT. Sri Boga Ratu Raya
p.
Manajemen Cilandak Town Square
g. Levi Strauss h. Bloomberg i. Ekonid j. Padi Nusantara
59
Tinjauan pustaka di web Dilts Foundation www.diltsfoundation.org
62
Kerjasama/ dukungan sekolah/universitas/LSM : a. AIESEC (FEUI) b. Kesos (FISIP UI) c. Psikologi UI d. Prasetya Mulya e. Kesos (IISIP) f. Red Nose Foundation g. Srikandi h. Aninda i. Forum TBM j. Yayasan Mlati k. Komunitas Lebah
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. PELAKSANAAN
KEGIATAN
MUSIK
SAMPAH
DI
RUMAH
SINGGAH DILTS FOUNDATION PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan baik bekerja maupun tidak bekerja, mempunyai ikatan dengan keluarga maupun
tidak
mempunyai
ikatan
dan
mempunyai
strategi
untuk
menghantarkan hidupnya. 60 Fenomena anak jalanan yang terjadi di sekitar kita menuntut perhatian kita pada mereka. Jumlah anak jalanan kian hari kian bertambah seiring dengan krisis ekonomi yang dampaknya masih sangat terasa hingga saat ini, maka dengan begitu semakin banyak anak-anak turun ke jalan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja di sektor informal. Jumlah angka anak jalanan di Indonesi tidak ada angka pasti setiap tahunnya. Kegiatan musik sampah yang di adakan oleh rumah singgah Dilts Foundation memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah anak yang turun ke jalan. Musik sampah yang ada di Dilts dapat dikatakan mengangkat derajat anak yang sebelumnya bekerja di jalan ke tempat yang lebih baik. Selain itu musik sampah juga memiliki tujuan agar para anak dapat mengembangkan
60
Artikel kebijakan Depsos RI dalam penanganan anak-anak jalanan(Jakarta: Depsos RI), h. 2
63
64 keterampilan sosial yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai pernyataan yang di ucapkan oleh Kak Bayu: “......musik sampah dapat memberikan rasa kesenangan, menambah kepercayaan diri, keberanian untuk tampil di depan orang banyak, disiplin, memiliki komitmen, lebih rajin.”
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap pelaksanaan program musik sampah di rumah singgah Dilts, program musik sampah sudah ada sejak tahun 2007. Pencetusnya adalah seorang mahasiswa jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta, Raden Agung H.P yang juga merupakan seorang relawan di rumah singgah Dilts.61 Program musik sampah ada awalnya merupakan pelengkap dari kegiatan seni peran teater agar pada saat penampilan teater lebih meaning full dan bervariasi serta memiliki pengisi musik sendiri. Penamaan musik sampah awalnya merupakan ketidaksengajaan dan hanya sebutan saja karena alat yang digunakan untuk bermain musik berasal dari barang barang yang sudah tidak terpakai (sampah) yang bisa menghasilkan bunyi. Hal ini senada dengan apa yang di ucapkan oleh Mas Bayu sebagai berikut: “Sebenarnya penamaan musik sampah itu ketidak sengajaan. Alasan kenapa disebut music sampah adalah karena alat alat yang digunakan untuk bermain merupakan barang barang yang sudah tidak terpakai yang bisa mengeluarkan bunyi.”
Kegiatan musik sampah merupakan salah satu dari beberapa kegiatan seni yang ada di Dilts Foundation yang diberikan kepada anak anak jalanan di rumah singgah tersebut karena seyogyanya seorang anak harus dibekali oleh
61
Wawancra dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
65 suatu kegiatan yang berguna bagi dirinya guna menjalani kehidupan dalam masyarakat dan keluarga.
Tabel I. Data anak yang mengikuti musik sampah No
Nama
Usia
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
1
Aminuddin
16 thn
Laki-laki
2
Arianto
18 thn
Laki-laki
3
Daniel
14 thn
Laki-laki
4
Kari Supriyatna
15 thn
Laki-laki
5
Cindy
15 thn
Perempuan
6
Nadia
11 thn
Perempuan
7
Mahmud
18 thn
Laki-laki
Jumlah
7 orang
Dari data di atas menunjukan bahwa kegiatan musik sampah diikuti oleh 7 anak, baik laki-laki maupun perempuan. Dilihat dari usia mereka termasuk masik anak-anak, dimana mereka masih berusia dibawah 18 tahun. Adapun pelaksanaan kegiatan musik sampah saat ini dilaksanakan setiap 1 minggu sekali. Akan tetapi apabila musik sampah Dilts ada pementasan biasanya latihan dilakukan setiap hari selama satu minggu. Sebagaimana hasil wawancara dengan Mas Bayu:
66 “Untuk beberapa bulan belakangan, kegiatan musik sampah belum tersusun di jadwal. Namun biasanya kami mengadakan latihan satu minggu sekali untuk merefresh agar tidak lupa.”
Kegiatan musik sampah merupakan salah satu kegiatan seni yang ada di Dilts. Selain musik sampah, kegiatan seni lain yang ada di Dilts adalah melukis dan teater. Kegiatan musik sampah di Dilts di latih oleh 2 orang instruktur yang semuanya berasal dari dalam Dilts sendiri. Adapun pelaksanaan kegiatan musik sampah yang dilakukan Dilts Foundation awal-awalnya dilakukan dengan pengenalan alat yang dimainkan dan pelatihan-pelatihan dasar musik sampah. Sebagaimana hasil wawancara dengan Kak Bayu:62 “Tahapan pertama adalah mengumpulkan para anak-anak yang mengikuti musik sampah, disitu pengajar memberikan teori. Setelah pemberian teori, anak anak mencari sendiri alat musik di sekitar mereka menggunakan barang yang sudah tidak terpakai untuk mereka mainkan. Setelah para anak anak mendapat alat musik, para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di ajarkan tentang irama, rytme dan tempo.”
Dalam pembelajaran yang disampaikan terbagi menjadi beberapa tahap yaitu: 1. Tahap pengenalan Pada tahap pengenalan yang merupakan tahap awal ini, anak-anak yang mengikuti musik sampah di perkenalkan dengan pengeertian musik sampah, fungsi musik sampah, alat yang bisa di gunakan dan cara memukul dan mencari nada di setiap alat. Pada tahap ini anak-anak yang ikut musik sampah juga di haruskan mencari masing-masing alat yang akan dia pergunakan. Setelah masing-masing anak 62
Wawancra dengan Kak Bayu, direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
67 mendapatkan alat musiknya, mereka diharuskan untuk mengenal bunyi alat musiknya masing-masing. 2. Tahap penyampaian materi Tahap penyampaian materi merupakan tahap terpenting untuk mengetahui teori tentang musik sampah. Dalam penyampaian materi diperluikan suatu metode pengajaran. Metode mengandung pengertian cara atau strategi yang digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan musik sampah. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam penyampaian materi sebagai berikut: Setelah masing-masing anak sudah mengenal alat musiknya, instruktur memberi materi tentang nada, tempo dan cara bermain. a. Metode penyampaian materi Metode ini dilakukan oleh instruktur untuk menyampaikan materi pembelajaran yang telah ditentukan dalam bentuk teori musik sampah; dari cara memukul alat musik untuk menghasilkan nada, tempo, dan waktu bermain. Tujuan dari penyampaian teori kepada anak didik yang mengikuti kegiatan musik sampah adalah agar anak didik memahami materi yang di ajarkan sebelum mereka mengaplikasikan dalam bentuk praktek langsung. Penyampaian teori diberikan menyeluruh, keseluruhan di awal pelatihan, baik mengenal alat musik sampah, mengenal nada, mencari nada, cara memukul dan tempo. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu instruktur musik sampah yasng bernama Kak Bayu:
68 “....para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di ajarkan tentang irama, rytme dan tempo.”
Hal senada juga di ucapkan oleh anak didik yang mengikuti kegiatan musik sampah. “Awalnya kita baris gitu sambil pegang alat musiknya, terus dikasih tau cara ketukan sama nadanya. Abis itu baru semua alat musik sampah di mainin bareng.”
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, penyampaian materi pada saat latihan musik sampah menggunakan metode ceramah, tanya jawab dengan di selingi praktek. Di akhir latihan instruktur juga memakai metode diskusi guna mengetahui masalah yang ada lalu mencari solusinya. b. Metode praktik Metode praktik merupakan wujud dari pelaksanaan teori yang telah disampaikan oleh instruktur pada tahal awal latihan. Tujuan dari metode praktik ini adalah agar anak didik yang mengikuti kegiatan musik sampah benar benar menguasai materi yang telah di berikan sebelumnya. Pada intinya anak didik dapat mengaplikasikan teori yang telah diberikan oleh instruktur mengenai musik sampah. Dalam metode praktik instruktur akan menggabungkan semua anak didik yang mengikuti kegiatan musik sampah untuk memainkan alat musik mereka secara bersama-sama. Setelah penyampaian materi pada tahap sebelumnya, anak didik harus mengaplikasikan tentang pukulan yang baik, nada yang benar dan tempo yang tepat sehingga menghasilkan nada yang baik. Sebagaimana hasil wawancara peneliti sebagai berikut:
69 “….setelah itu di gabungkan di maenin bareng semua alat musik sampahnya sesuai sama yang udah di ajarin sebelumnya.”63 “Setelah mereka di ajarkan tentang irama, rytme dan tempo baru setelah itu di gabungkan untuk menghasilkan sebuah musik.”64
3. Evaluasi Tahap evaluasi di lakukan setiap selesai latihan maupun pementasan. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang di peroleh pada saat latihan dan kekurangan yang ada untuk selanjutnya di benahi. Setelah di lakukann evaluasi anak didik melanjutkan kembali latihan berdasarkan hasil evaluasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Secara singkat, pelaksanaan musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts Foundation dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel II. Tahapan pelaksanaan musik sampah Rekrutmen
Pengenalan musik sampah dan alat
Mencari alat musik sampah
Praktik
Materi musik sampah
Pengenalan bunyi masing-masing alat
Evaluasi
Pelaksanaan program musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts sudah di rasa cukup baik dan efektif. Anak yang mengikuti musik sampah merasa senang dan ceria, baik pada saat memainkannya maupun dalam 63
Wawancara dengan AR peserta musik sampah pada 29 oktober 2014 Wawancra dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014 64
70 menjalani kesehariannya. Dengan metode pembelajaran yang di berikan, para anak tidak akan merasa jenuh dan bosan karena menggunakan metode praktik langsung. Selain itu proses pembelajaran musik sampah di Dilts menggunakan metode evaluasi bersama dan diskusi langsung terkait musik sampah. Dalam hal ini anak di tuntut ikut berperan dan berani bebicara di hadapan orang lain pada saat berdiskusi dan evaluasi. Pelaksanaan program musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts di rasa sudah sangat baik dan efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan dan obsevasi langsung yang penulis lakukan, hasil wawancara langsung dengan anak yang mengikuti musik sampah juga menguatkan pernyataan tersebut: “Udah cukup baik dan efektif, tapi mungkin waktu latihan di banyakin lagi. Hehehehe soalnya main musik sampah itu bikin seneng.”65 “Udah baik sih kak menurut aku, pas proses belajar juga asyik soalnya sambil pegang alat sama diskusi baeng juga”66
Walaupun beberapa bulan belakangan ini musik sampah belum memiliki jadwal tetap untuk berlatih, tetapi setiap 1 minggu sekali anak-anak berlatih bersama kembali untuk me-refresh materi musik sampah yang sudah di dapat. Walaupun jadwal latihan tetap belum ada, musik sampah Dilts tetap berprestasi dan beberapa kali mendapat juara pada saat lomba. Selain itu musik sampah Dilts juga sering di undang untuk tampil dalam acara yang di adakan oleh kementrian sosial.
65 66
Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
71 B. MANFAT
MUSIK
SAMPAH
DALAM
MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN. Fenomena anak jalanan yang sering kita jumpai dalam keseharian hingga saat ini belum bisa terselesaikan, mereka yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar lalu pulang kerumah dan mendapat perlindungan dan perawatan dari orang tua malah berada di jalanan untuk bekerja di sektor formal maupun informal. Perilaku mereka juga mulai mengkhawatirkan para pengguna fasilitas umum, seperti mencuri spion mobil maupun memalak orang lain. Anak jalanan juga rentan terhadap situasi buruk, perlakuan yang salah dan eksploitasi baik secara fisik maupun mental. Hal ini sangat mengganggu pertumbuhan anak baik secara mental, fisik, sosial maupun kognitif. Tujuan kegiatan musik sampah yang ada dei Dilts selain untuk memberi
kesenangan,
keceriaan,
recycle,
juga
diharapkan
dapat
mengembangkan keterampilan sosial yang ada pada diri anak. Seperti yang sudah penulis sebutkan dalam bab sebelumnya bahwa terapi seni, dalam hal ini musik sebagai medianya memiliki manfaat untuk mengembangkan keterampilan sosial bagi yang mengikutinya. Dengan adanya kegiatan musik sampah di Dilts, banyak keterampilan sosial anak berubah kearah yang lebih baik, seperti mengajarkan kebersamaan, anak lebih percaya diri, komunikasi dengan orang lain menjadi lebih baik, anak lebih berkonsentrasi pada pekerjaan, dan tanggung jawab.
72 Sebelum mengikuti kegiatan musik sampah anak merasa kurang percaya diri, tidak bersemangat, tertutup terhadap orang lain, kurang berperan dalam pekerjaan kelompok, apatis, suka melanggar peraturan dan tidak menghormati orang lain saat ini sudah mulai berubah semenjak mengikuti musik sampah. Saat ini anak-anak yang mengikuti kegiatan musik sampah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, bersemangat dalam kesehariaanya, altif dalam berkelompok, peduli dengan orang lain dan lingkungan sekitar, dan mematuhi peraturan yang ada.Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara, observasi dan table ceklis yang peneliti buat. “…..musik sampah dapat memberikan rasa kesenangan, menambah kepercayaan diri, keberanian untuk tampil di depan orang banyak, disiplin, memiliki komitmen, lebih rajin.”67 “Rasa seneng yang pasti kak, saya bisa tambah fokus, percaya diri, kreatif, asyik lah pokoknya.”68 “…..saya jadi pede soalnya kita klo manggung selalu di depan orang banyak, beda beda trus ga ada yang saya kenal. Jadi kreatif juga sama saya jadi fokus”69
Agar lebih jelas penulis akan mengidentifikasikan perubahan yang tejadi dalam diri anak yang terdiri dari perilaku interpersonal, perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik, peer acceptance, dan keterampilan komunikasi. 1. Perilaku interpersonal Merupakan
perilaku
yang
menyangkut
keterampilan
yang
dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga 67
Wawancara peneliti dengan direktur manager dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014 68 Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 69 Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
73 keterampilan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan bantuan, dan memberikan atau menerima pujian. Sebagaimana kita ketahui anak jalanan merupakan individu yang kurang peka terhadap lingkungan sosial, memiliki sifat idealisme yang tinggi, tertutup terhadap orang yang berasal dari luar kelompok, tidak komunikatif dan sulit untuk masuk dalam kelompok baru, hal itulah yang terjadi
pada
saat
awal
kegiatan
musik
sampah,
dimana
sulit
menggabungkan anak-anak yang mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan musik sampah merupakan kegiatan yang terdiri dari satu orang lebih (kelompok/grup), pada saat ini kegiatan musik sampah Dilts di ikuti oleh 7 orang anak dengan latar belakang, usia, lingkungan dan jenis kelamin yang berbeda. Untuk menghasilkan sebuah kelompok musik yang baik dan benar setiap individu diharuskan padu dengan yang lain, saling memahami karaktek dari masing-masing anggota dan menjalin komunikasi dengan baik. Pada saat awal pelaksanaan musik sampah banyak kendala yang di alami, seperti latar belakang lingkungan, usia, jenis kelamin masingmasing individu yang berbeda sehingga komunikasi antar individu tidak berjalan dengan baik, banyak anak yang masih bersikap idealis, kurangnya rasa memiliki sebagai sebuah tim dan kurang memperhatikan pada saat penyampaian materi dan latihan. Di butuhkan beberapa trik dan treatment khusus untuk menghadapi kendala yang dialami, seperti menggabungkan anak-anak musik sampah dalam kegiatan lain, proses belajar musik sampah dilakukan di outdoor dengan praktik langsung dan ada tahapan
74 evaluasi. Tahapan dimana semua anak-anak yang mengikuti musik sampah diwajibkan untuk berpendapat dan berbicara pada saat evaluasi musik sampah. Dengan adanya tahapan ini proses interaksi tiap anak yang mengikuti musik sampah mulai berjalan dengan baik, anak-anak juga di ajarkan untuk menghargai pendapat orang yang sedang berbicara.70 Dengan treatment yang sudah dillakukan, proses interaksi yang tadinya tidak begitu baik saat ini menunjukan peningkatan yang baik, anak-anak yang mengikuti musik sampah memiliki rasa saling memiliki sebagai sebuah tim. Dengan komunikasi yang sudah berjalan dengan baik, anak-anak yang mengikuti musik sampah sudah terbiasa bekerja secara kelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan instruktur musik sampah, Kak Udin sbb: “Awalnya mah susah gabungin anak anak yang ikut musik sampah, anak anaknya masih sendiri gitu, Cuma ya akhirnya karena musik sampah itu tim mereka akhirnya ya ngobrol, jadi kenal satu sama lain, pas evaluasi secara ga langsung juga anak anak di ajarin ngomong di depan yang lain. Akhirnya kan mereka pede tuh kalo ngomong di depan orang, ”71
Karena
musik
sampah
merupakan
kegiatan
berkelompok,
kedekatan emosional yang terjalin antara anak-anak sangat dekat, mereka peduli dengan masing-masing anggota kelompoknya. Jika salah satu dari mereka sedang kesulitan mereka saling membantu. Kepedulian mereka juga meluas kepada orang lain di sekitarnya.72 Pengalaman tersebut peneliti rasakan saat bertugas mendampingi anak-anak rumah singgah Dilts Foundation ke Kebun Binatang Ragunan 70
Berdasarkan pengamatan peneliti dan table ceklis point 29 dan 49 Wawancara peneliti dengan instruktur musik sampah Kak Udin 72 Berdasarkan pengamatan peneliti dan table ceklis point 24 dan 43 71
75 untuk outing. Saat itu peneliti bertugas sebagai pendamping untuk menemani salah satu tim anak jalanan. Pada saat itu peneliti menyaksikan dan merasakan bahwa anak-anak tersebut mudah masuk ke dalam kelompok baru karena tim tersebut terdiri dari seluruh anak yang ada di rumah singgah Dilts. Teamwork yang terjalin pada saat itu juga sangat baik, masing-masing tim diberikan pertanyaan dan tantangan di setiap pos yang sudah di adakan. Mereka lebih komunikatif, dapat mencerna pertanyaan yang di berikan dengan baik. Anak-anak yang mengikuti musik sampah juga terlihat menonjol dalam tim tersebut dan dapat menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan teapi seni musik dapat mengembangkan dan menggubah keteampilan sosial anak yang ikut dalam kegiatan tersebut. Khususnya hal yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan anak dalam melakukan interaksi sosial dan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan dan memberi bantuan, dan aktif dalam berkelompok. 2. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya. Dengan kemampuan ini, anak dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada situasi sosial tertentu.
76 Dengan kehidupan di jalanan yang keras, anak jalanan memiliki sikap yang cenderung keras, sulit mengontrol emosi, suka bertindak sesuai dengan keinginan dan tidak mematuhi batasan yang ada, kurang memahami perasaan yang timbul dalam diri, jika menghadapi masalah sering menggunakan jalan pintas untuk menyelesaikan dan anti-kritik. Musik sampah adalah kegiatan berkelompok, jika ada yang tidak lengkap musik yang dihasilkan tidak akan maksimal. Proses pelatihan musik sampah berjalan cukup lama, sehingga jika suatu saat ada salah satu anak yang berhenti maka proses pembelajaran di mulai dari awal lagi. Masing-masing anak juga hanya diperbolehkan memegang 1 jenis alat musik saja agar mereka dapat lebih fokus. Dalam musik sampah, anakanak yang mengikuti kegiatan ini di ajarkan tentang komitmen dan tanggung jawab. Hal tersebut di jelaskan oleh Kak Bayu yang berperan sebagai instruktur musik sampah.73 “….yang terpenting memiliki komitmen sama tanggung jawab yang tinggi dan merupakan keinginan pribadi si anak, bukan hanya ikut-ikutan temannya saja.soalnya musik sampah itu tim, mereka gaboleh berhenti di tengah jalan. Kalo ada yang begini kita mulai belajar dari awal lagi”
Komitmen anak didik yang mengikuti musik sampah juga terlihat dari kehadiran mereka saat latihan selama 1 kali dalam seminggu. Hampir setiap ada jadwal latihan musik sampah semua anak yang mengikuti kegiatan selalu hadir. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Kak Udin sbb:74
73
Wawancara dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014 74 Wawancara dengan instruktur musik sampah Kak Udin pada 5 November 2014
77 “Anak anak tiap ada latihan hampir semuanya dateng, paling kalo emang sakit atau ada kegiatan laennya, tapi mereka pasti ngabarin. Masingmasing anak juga saling ngabarin ke yang lainnya buat dateng latihan.”
Setelah mengikuti musik sampah, saat ini anak-anak mulai mengerti batasan yang ada dan berusaha menaatinya. Karena komitmen sangat diperlukan dalam musik sampah, anak-anak diwajibkan menaati peraturan yang ada, sepeti tidak boleh berganti-ganti alat musik, menghargai waktu latihan yang ada dan berusaha untuk hadir, dan timbul rasa kekeluargaan dalam diri anak terhadap teman-temannya lain lain. Hasil ini berdasarkan wawancara peneliti dengan anak rumah singgah, sbb: “Tiap ada latihan saya selalu dateng. Agak gimana gitu kalo ga dateng, kitanya juga males kalo ketinggalan latihan soalnya nantinya bingung lagi pas latihan selanjutnya. Ini kah kelompok, kalo ga full alatnya hasilnya juga ga bagus makanya dari kitanya juga saling kontek-kontekan biar dateng semua”75
Hal serupa juga di sampaikan oleh AMN anak didik rumah singgah Dilts yang mengikuti musik sampah:76 “Sering kak, hampir tiap ada latihan pasti selalu ikut, ya walaupun ga ada jadwal tetap sekarang, tapi kadang kadang seminggu sekali latihan, biar ga lupadari anak anak yang lain juga saling ngabarin kak, soalnya kan sekarang lagi ga ada jadwal tetap, tiap minggu hari latihannya beda beda. Saling ngabarin aja biar dateng semuanya lengkap. Kita Cuma di bolehin main 1 jenis alat musik aja kak, biar kitanya juga fokus , biar ga ada yang berebutan buat ganti alat gitu”
Perubahan dalam hal komitmen dan taat pada peraturan juga berpengaruh terhadap kehidupan anak sehari-hari. 77 Anak-anak yang mengikuti musik sampah di Dilts menaati peraturan yang ada di rumah 75 76
Wawancara peneiti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 Wawancara dengan AR dan AMN peserta musik sampah pada tanggal 29 Oktober
2014 77
Berdasarkan table ceklis point 27, 40 dan 47
78 singgah, lingkungan maupun keluarga. Mereka juga dapat berfikir jika mereka melanggar peraturan, maka mereka akan mendapat akibatnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan anak didik yang mengikuti musik sampah, sbb: “Saya ikutin apa yang di bilang sama orang tua saya, karena orang tua kan tau yg lebih baik”78 “Kadang saya nurutin kata orang tua, kadang juga saya ga turutin. Maen kucing kucingan gitu sama orang tua. Tapi yang saya langgar itu yang masih wajar gitu kak. Klo udah yang berat berat saya mending nurutin orang tua”79
Sebagai mana yang dituangkan oleh Gai Suhardja dalam Drawing as Art Therapy bahwa terapi seni musik bermanfaat dalam penyembuhan pribadi, anak akan memahami perasaan pribadinya dan cara mengatasinya. Dalam hal pencapaian pribadi terapi seni musik dapat membangun rasa percaya diri, memelihara rasa cinta dan menghargai diri sendiri. Sedangkan dalam hal penguatan, terapi seni dapat membantu anak menggambarkan emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sehingga sang anak dapat mengontrol perasaannya.80 Dengan mengikuti kegiatan musik sampah anak-anak merasa percaya diri, mereka sudah terbiasa untuk tampil di depan orang banyak dalam acaraacara besar. Anak didik juga dapat menghargai diri sendiri. Dengan mengikuti musik sampah, anak juga merasa dapat mengatasi perasaan yang terjadi dalam dirinya.81
78
Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 Wawancara peneliti ndengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 80 Gai Suhardja PhD “Drawing as Art Therapy” in progess). Hal. 25 81 Berdasarkan table ceklis point 1, 6, 21, 23 79
79 “kalau tampil di depan orang banyak awalnya sih pasti ada geroginya kak, apalgi kalau yang nonton banyak, acaranya mewah, saya pasti gerogi, tapi cuma sebentar aja kok tapi nanti juga biasa lagi.”82 “Awalnya pasti gerogi, tapi Cuma sebentar aja, abis itu normal lagi biasa aja. Makin sering tampil saya makin percaya diri juga.”83
Perubahan yang terjadi dalam perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri juga penulis lihat pada saat mendampingi anak-anak berkegiatan di kebun binatang Ragunan. Dimana pada saat itu anak-anak yang mengikuti musik sampah tidak mudah menjadi stress karena gagal menyelesaikan tantangan yang ada di setiap pos, mereka terlihat gigih dan mau untuk terus mencoba, pada saat ada anggota tim yang kesulitan mereka mau membantu. 3. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik Merupakan perilaku atau keterampilan sosial
yang dapat
mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan pelajaran, mengerjakan tugas sekolah dengan baik, hormat kepada guru, dan semua peraturan yang ada di sekolah. Dari 7 anak yang sekarang mengikuti musik sampah, hanya ada 4 orang yang mengikuti pendidikan di sekolah formal. 1 orang anak melanjutkan pendidikan di kejar paket. Peneliti tidak melakukan observasi langsung ke sekolah tempat anak didik, peneliti hanya melakukan observasi yang berhubungan dengan kesuksesan akademik di rumah
82 83
Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
80 singgah Dilts, karena rumah Singgah Dilts juga memberikan pembelajaran kepada anak didik, seperti metematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan beberapa mata pelajaran yang ada di sekolah. Setiap 1 bulan sekali Dilts kedatangan voulenteer yang berasal dari luar Indonesia. Walaupun pada saat proses belajar terkendala bahasa tetapi semua anak mendengarkan dengan baik, jika ada yang tidak mereka pahami, anak didik tidak malu untuk mengangkat tangan dan bertanya. Dalam proses belajar anak-anak terlihat sungguh-sungguh dalam mendengarkan dan memperhatikan materi yang di berikan, anak didik juga terlihat sudah terbiasa untuk maju di depan kelas saat belajar untuk mempresentasikan tugas yang di berikan. Melalui kegiatan kesenian musik sampah, peneliti dapat melihat pengaruh anak-anak dalam prilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik. Setelah mengikuti kegiatan musik sampah terjadi perubahan dimana anak didik memiliki kepercayaan dalam menguasai pelajaran yang diterima dan memperoleh hasil yang maksimal, anak didik mengerjakan tugas yang diberikan, dan anak didik mulai berani untuk bertanya ketika mengalami kesulitan.84 Walaupun banyak perubahan yang terjadi dalam hal akademik, tetap saja anak-anak masih suka mencotek saat mengerjakan tugas, terkadang mereka juga masih sering lalai terhadap pekerjaan atau tugas
84
Berdasarkan hasil table ceklis point 9, 14, 31, 41
81 yang di berikan kepadanya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan anak didik yang mengikuti musik sampah, sbb: “Pasti saya kerjain, tapi kadang-kadang ga semuanya. Sebisa saya aja kak.”85 “Kadang ngerjain sendiri, kalo saya gabisa baru saya kerja sama ama temen yang laen. Hehehe.”86 “Saya kerjain sebisa saya dulu, klo udah mentok baru saya nanya atau minta bantuan sama teman.”87
Bila dilihat dari tabel ceklis evaluasi, musik sampah mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap anak-anak dalam membetuk prilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik. Salah satu peserta kegiatan musik sampah yang sempat putus sekolah, saat ini sudah mengikuti sekolah kejar paket C karena dia beranggapan bahwa pendidikan itu sangat penting. Peserta tersebut juga beranggapan bahwa pendidikan menentukan kesuksesan dan masa depan. “Saya ga sekolah kak dari dulu. Sekarang saya ikut kejar paket soalnya pendidikan itu penting, kalau ga ada ijazah gimana saya bisa dapet pekerjaan yang bagus nanti.”88
4. Peer acceptance Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberikan salam, memberi dan menerima informasi dengan baik, mengajak teman terlibat dalam aktivitas, dapat berkelompok, dan dapat dengan tepat menangkap emosi orang lain.
85
Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 87 Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 88 Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 86
82 Melihat dari tabel ceklis evaluasi, musik sampah membawa dampak positif
terhadap
perilaku anak yang berhubungan dengan
penerimaan sebaya. Dilihat dari tabel tersebut bahwa anak mengalami perubahan dimana anak mulai mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, menghargai perasaan dan mempedulikan orang lain, tidak memilah milih dalam menolong orang lain. 89 Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan, sbb: “Pasti bantuin kak, siapa tau aja nanti kita juiga bakal ngalamin gitu. Saling tolong menolong lah pokoknya.”90 “Mereka punya rasa tolong menolong yang tinggi, tapi di lihat juga itu orang punya kesulitan dalam hal apa. Kalau mereka gabisa bantu mereka pasti ngomong ke kita yang ada di Dilts”91
Dalam pergaulan dengan teman sebaya, anak didik memiliki banyak teman dan tidak memiliki masalah dengan teman-temannya. Anak didik biasa mengisi waktu luang dengan mengajak temannya untuk bermain kerumah, bermain bola, atau bermain video game. Menurut teman-temannya, anak didik adalah sosok yang mudah bergaul, humoris dan sedikit agak jahil. “Sering kak, kadang main kerumah saya atau saya kerumah teman saya. Kalau nggak biasanya kita maen PS, maen bola, ya gitu deh kak gimana sih kalo lagi maen sama temen.”92 “Kalo kata temen yang laen saya orangnya kocak, sedikit jahil ama temen. Hehehehe”93
89
Berdasarkan hasil table ceklis point 11, 35, 20 Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014 91 Wawancara peneliti dengan Kak Udin instruktur musik sampah pada 5 November 90
2014 92
Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada tanggal 29 Oktober
93
Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
2014
83 Dapat dikatakan bahwa program musik sampah berhasil dalam memberikan pengaruh terhadap anak didik dalam hal penerimaan sebaya. Anak didik mudah untuk bergaul dan tidak memiliki masalah dengan teman sepermainan. 5. Keterampilan komunikasi Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap lawan bicara. Dalam table ceklis point ketujuh terjadi perubahan dalam hal komunikasi anak yang mengikuti musik sampah, sebelum mengikuti kegiatan tersebut komunikasi anak didik dengan orang lain tidak berjalan dengan baik. Tetapi saat ini komunikasi anak didik dengan orang lain berjalan dengan baik, hal ini juga di pengaruhi oleh adanya evaluasi pada saat proses pembelajaran musik sampah dimana anak didik di haruskan berpendapat. Anak didik diajarkan mendengarkan dan menghargai pendapat teman pada saat evaluasi berlangsung. Dengan adanya proses evaluasi anak didik dapat berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Pada saat proses komunikasi berlangsung anak didik mendengarkan dengan seksama tanpa memotong pembicaraan orang lain. Dengan keterampilan komunikasi yang baik yang dimiliki oleh anak didik, orang
84 lain dan teman-teman senang berkomunikasi dengan anak didik.94 Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan instruktur musik sampah Dilts, Kak Udin sbb: “Komunikasi mereka sama yang lain bagus sih, ga ada jarak antara sesama anak rumah singgah. Tapi kalau sama orang lain yang belum mereka kenal ya agak tertutup.”95
Proses komunikasi yang baik juga peneliti rasakan pada saat proses wawancara dengan anak didik peserta musik sampah, dimana pada saat wawancara berlangsung, anak didik mendengarkan dengan baik tiap pertanyaan yang peneliti sampaikan, menjawab dengan cepat dan mudah dipahami. Di luar proses wawancara, komunikasi peneliti dengan anak didik juga tetap berjalan dengan baik dengan adanya proses komunikasi dua arah. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab sebelumnya, semua faktor dan dimensi keterampilan sosial saling melengkapi dan tumpang tindih. Kelima dimensi/karakteristik ini tidak secara tegas membedakan antara satu sama lainnya. Dengan kata lain, dimensi dimensi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi masih saling berhubungan. Bahkan diantara karakteristik tersebut ada yang saling tumpang tindih (overlap). Misalnya karakteristik perilaku interpersonal dengan keterampilan komunikasi. Di dalam kedua karakteristik tersebut terdapat keterampilan sosial yang sama, yaitu menjalin interkasi sosial dengan orang lain. Ketumpang tindihan ini memang menjadi kritik bagi taksonomi tersebut. Tetapi hal ini masih dapat diterima. Ketumpang tindihan
94 95
2014
Berdasarkan hasil table ceklis poin 7, 18, 52 Wawancara peneliti dengan instruktur musik sampah Kak Udin pada 5 November
85 ini bahkan dapat memperlihatkan karakteristik keterampilan sosial yang disesuaikan dengan situasinya. Seperti misalnya keterampilan sosial yang diperlukan disekolah juga diperlukan dalam hubungannya dengan teman atau orang lain. Namun hal tersebut pada intinya adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai dan disaat yang sama berguna untuk dirinya dan orang lain.96
96
Satria, “Pengertian Keterampilan Sosial (Social Skill)”, dalam http://.shvoong.com/social-sciences/psychology , diakses pada 27 Maret 2014, pukul 13:20 WIB.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan yang telah penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya dan telah penulis analisis pelaksanaan dan manfaat musik sampah terhadap pengembangan keterampilan sosial anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation berjalan dengan sangat baik dimana proses pelaksanaan yang dilakukan melalui tahap-tahapan pelatihan yang baik dan benar sehingga hasil yang di capai maksimal. Tahapan pelaksanaan musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation secara garis besar meliputi rekrutmen, materi, praktik dan evaluasi. Pada awalnya, kegiatan musik sampah merupakan pelengkap dari kegiatan teater sebagai pengisi musik pada saat pertunjukan. Selain untuk memberikan kegiatan yang bersifat menyenangkan bagi anak jalanan, musik sampah Dilts Foundation juga mengajarkan peduli lingkungan, karena alat yang dipakai merupakan barang bekas. 2. Musik sampah bermanfaat terhadap seseorang tidak hanya untuk penyembuhan secara medis saja, melainkan melainkan secara mental dan psiko sosial dapat berpengaruh positif terhadap seseorang.
86
87
Kegiatan musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts Foundation berpengaruh dalam pengembangan keterampilan sosial anak jalanan yang mengikutinya. Pengaruh yang terjadi dalam diri anak setelah mengikuti musik sampah meliputi perilaku interpersonal. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, peer acceptance, keterampilan yang berhubungan
dengan
kesuksesan
akademik,
dan
keterampilan
komunikasi. Tahapan evaluasi pada saat proses pelatihan musik sampah memiliki peran yang cukup besar dalam proses perkembangan keterampilan sosial yang terjadi pada diri anak. B. SARAN 1. Kegiatan musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts Foundation saat ini belum memiliki jadwal latihan yang tetap. Sudah seharusnya Dilts Foundation memiliki jadwal latihan tetap setiap minggunya. 2. Melihat antusiasme anak didik rumah singgah Dilts Foundation yang besar terhadap kegiatan musik sampah, sebaiknya rumah singgah membentuk 2 tim musik sampah untuk menampung anak didik yang ingin mengikuti kegiatan musik sampah 3. Perlu adanya instruktur/pelatih khusus musik sampah di rumah singgah Dilts Foundation, karena instruktur yang ada saat ini kurang berkompeten dalam bidang musik sampah. Hal ini di perlukan agar lebih banyak variasi
88
dalam musik sampah Dilts karena materi musik sampah yang ada merupakan peninggalan dari pelatih sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :
Caldarella, Paul & Merrel, Kenneth W. A Child and Adolescent Social Skill Taxonomy. (Utah: Utah State University, 1997) Cartledge, G & Milburn, J. F. Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. (USA: Allyn & Bacon, 1995) Departemen Sosial, Modul Pendampingan Anak Jalanan, (Semarang: Departemen Sosial, 1997). Depsos RI, Intervensi Psikososial, Departemen Sosial, Direktorat kesejahteraan Anak Keluarga dan Lanjut Usia (Jakarta: Depsos, 2001) Depsos RI, Pedoman Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Depsos RI, 2014.) Djohan, Terapi Musik, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Galangpress, 2006) Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi. Alih bahasa, T. Hermayana. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002) Hendriyati, Ringkasan Analisis Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus, (Jakarta: Atmajaya, 1998) Intervensi Psikososial, Departemen Sosial, Direktorat kesejahteraan Anak Keluarga dan Lanjut Usia (Jakarta: Depsos, 2001) Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Kota Besar, (UNICEF, 2000)
89
90
Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan (UNICEF, 1997) Mehmet, Healing from the heart, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011) Merrel, Kenneth W. & Gimpel, Gretchen A. Social Skill of
Children and
Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment.(London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 1997) Moh. Nasir D. Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993) Moleong, lexy J, metode penelitian kualitatif edisi refisi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Prasadja, Heru dan Murniati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan (Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya, 2000) Riggio, Ronald. E. Assesment of Basic Sosial Skilla. (Journal of Personality and Social Psychology. Vol 51, 1986) Rusmala, Anita, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Klien yang Menggunakan Terapi Hiperbarik di RSAL DR Mintoharjo Jakarta, Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan Universitas Indonesia, 2010. Setyobudi, Seni Budaya Untuk kelas VII ( Jakarta; Erlangga) Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan (Semarang: Yayasan Setara, 2000) Simandjuntak, B, Beberapa Aspek Psikologi Sosial.(Bandung: PT Alumni, 1981), hal. 216 Suhardja, Gai, Drawing as Art Therapy (in progress), (FSRD UK: Maranatha Peneliti Kajian Ilmiah, 2003)
91
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT REFIKA ADITAMA, 2005) Sumardi, L.S, Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri. (Jakarta: Institut Sosial Jakarta, 1996) Sumarjo, Jakob, Filsafat Seni, (Bandung: Mizzan, 2009) Wahyuni, Sri, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Relaksasi.Riset Keperawatan, Fak Ilmu keperawatan (Universitas Indonesia, 2010) Widiyanto, P, Gelandangan : Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986)
Sumber lainnya :
Kitab Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 UU No. 4/1997 Tentang Kesejahteraan anak UU RI No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak
Sumber Web : http//www.tribunnews.comnasional20110825jumlah-anak-jalanan-230-ribu-diindonesia http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/peneliti-jerman-terapi-seniefektif-dikembangkan-di-indonesia Satria,
“Pengertian
Keterampilan
Sosial
(Social
Skill)”,
dalam
http://.shvoong.com/social-sciences/psychology , diakses pada 27 Maret 2014, pukul 13:20 WIB.
92
Wawancara : Wawancara dengan Direktur Manager Dilts Foundation pada tanggal 1 Oktober 2014 Wawancara dengan instruktur musik sampah Dilts Foundation pada tanggal 1 Oktober 2014 Wawancara dengan anak didik peserta musik sampah AMN pada tanggal 29 Oktober 2014 Wawancara dengan anak didik peserta musik sampah AR pada tanggal 29 Oktober 2014 Wawancara dengan instruktur musik sampah pada tanggal 5 November 2014
Ceklis Evaluasi Manfaat Musik Sampah Pada Anak Jalanan di Rumah Singgah Dilts Foundation
No. 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Pertanyaan Anak didik sabar ketika mendapat musibah Anak didik memahami perasaan orang yang sedang mengalami musibah dan berusaha untuk menolongnya Sulit bagi Anak didik menerima keadaaan dirinya sekarang Anak didik mudah untuk mengutarakan perasaan Anak didik dapat menguasai situasi berat yang menimpanya Anak didik sulit untuk memahami perasaan diri sendiri Komunikasi anak didik dengan orang lain tidak terlalu baik Anak didik menghargai perasaan orang lain Anak didik yakin dapat menguasai pelajaran yang diterima Anak didik tidak akan menjadi gugup saat stress Anak didik selalu mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi Anak didik dapat menguasai perasaan agar tetap tenang dalam situasi sulit Anak didik kurang mempedulikan perasaan orang lain Anak didik tidak yakin dapat memperoleh hasil maksimal Sulit bagi anak didik menyesuaikan diri dalam situasi yang baru Anak didik yakin dapat nilai yang memuaskan Anak didik sulit mengendalikan diri saat marah Orang lain senang berbicara dengan anak didik Anak didik tidak peduli dengan masalah sosial di lingkungan sekitarnya Anak didik pilih pilih dalam menolong orang lain Dalam keadaan stress, anak didik tidak dapat berfikir
Sebelum Pilihan Ya Tidak
Sesudah Pilihan Ya Tidak
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 43. 44.
dengan baik Mudah bagi anak didik mengerjakan tugas secara berkelompok Anak didik merasa mampu menyelesaikan masalah yang di hadapi Anak didik perduli dengan apa yang terjadi pada orang lain Orang orang mengatakan anak didik pandai dalam besosialisasi Anak didik sulit menghargai orang lain Anak didik cenderung melanggar peraturan jika tidak ada sanksi nya Bila anak didik marah, ia mudah kembali menjadi tenang Penderitaan kawan anak didik adalah kesenangan bagi dirinya Anak didik terharu ketika orang lain menangis Anak didik mengetahui cara menghadapi pelajaran yang sulit, sehingga hasilnya tetap optimal Anak didik sukar menunda keinginan agar memperoleh sesuatu yang diinginkan Mudah bagi anak didik menyesuaikan diri dalam kelompok yang baru Anak didik sulit berbicara dengan orang tak dikenal Anak didik selalu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama Anak didik suka memotong pembicaraan orang lain Anak didik menegur atau tersenyum lebih dahulu apabila bertemu dengan teman atau orang yang kenal Anak didik akan mengakui dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan Saat ulangan anak didik bekerja sendiri walaupun tidak tahu jawabannya Anak didik tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun tidak di izinkan Anak didik selalu mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya Anak didik akan membantu apabila melihat orang lain kesulitan Anak didik tidak suka meminjakan barang kepada
45. 46. 47 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
orang lain Anak didik suka bekerja sama atau mencontek saat ujian Anak didik mengajak teman-temannya untuk bermain kerumah Anak didik akan menghentikan perbuatan apabila orang lain tidak menyukainya Saat orang tua, guru memarahi anak didik, anak didik percaya bahwa mereka tetap menyayanginya Anak didik menghargai pendapat teman saat melakukan diskusi kelompok Anak didik akan bertanya kepada guru ketika tidak paham Anak didik lalai terhadap tugas Anak didik suka memotong pembicaraan orang lain Walaupun anak didik salah, dia tidak mau menerima kritikan dari orang lain Anak didik mudah merasa kasihan kepada orang lain yang kesulitan Anak didik pura pura tidak tahu ketika adal orang lain yang sedang kesulitan
TRANSKIP WAWANCARA Nama Jabatan Waktu Tempat
: Bayu Indra Kusuma : Direktur Manager : Rabu, 1 Oktober 2014 : Ruang Kerja Direktur Manager
1. Sejak kapan Dilts Foundation didirikan? “Kegiatan Dilts foundation bermula dari tahun 1996, awalnya hanya fokus di bidang kesehatan. Lalu pada saat krisis moneter tahun 1998 muncul fenomena anak yang bekerja di jalanan seperti mengamen, menyemir, memulung. Atas dasar itulah fokus kegiatan Dilts bertambah di bidang pendidikan. Sejak tahun 1998 hingga 2001 kegiatan pendidikan Dilts dilakukan di kolong jembatan TB. Simatupang. Melihat antusiasme para anak jalanan yang ikut kegiatan belajar di kolong jembatan tersebut terus bertambah. Akhirnya seluruh pengajar mengusulkan untuk dijadikannya Dilts Foundation sebagai yayasan hingga pada tanggal 1 Mei 2001 secara resmi Dilts Foundation menjadi sebuah yayasan.” 2. Siapa pencetus didirikannya Dilts Foundation ? “Pencetus Dilts Foundation pada awalnya adalah Ibu Wahyu Setyowati dan suaminya Bapak DR.Russel Dilts.” 3. Apa yang menjadi latar belakang didirikannya Dilts Foundation ? “Selain karena alasan yang sudah saya sebutkan di pertanyaan nomer satu, yang melatar belakangi didirikannya Dilts Foundation adalah keprihatinan terhadap anak anak yang turun ke jalanan, ibu Wahyu dan para relawan peduli dengan anak anak ini dengan memberi mereka kesempatan agar anak anak jalanan kembali kesekolah, selain itu juga ingin mengurangi kegiatan anak anak di jalanan." 4. Apa visi dan misi Dilts Foundation ? “Visi Dilts Foundation adalah memberikan kesempatan kepada anak anak untuk menjalani hidup yang lebih baik, sehat, aman dan produktif. Misi Dilts Foundation adalah Menjembatani, Mendidik, Merubah, Memberdayakan, Memberi contoh.” 5. Apa moto Dilts Foundation ? “Motto Dilts Foundation adalah Give the kid a change.” 6. Seperti apa struktur organisasi yang ada di Dilts Foundation ? “Struktur organisasi Dilts Foundation tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan struktur organisasi lembaga lainnya, hanya saja kita menambahkan beberapa bagian atau divisi sesuai dengan kebutuhan Dilts Foundation.”
7. Program pelayanan apa saja yang ada di Dilts Foundation ? “Pendidikan mencakup rumah singgah, beasiswa, kesehatan pos sehat dilts, bakti social, dilts peduli sesama, pemberdayaan masyarakat.” 8. Fasilitas apa saja yang tersedia di Dilts Foundation ? “Rumah singgah, teather, computer, music, taman bacaan, pos sehat Dilts.” 9. Apakah Dilts Foundation memiliki persyaratan dalam memilih warga binaan ? “Ya tentu saja, karena DIlts Foundation di tujukan untuk para anak jalanan, keluarga pra-sejahtera perkotaan, keluarga pemulung dengan batas usia 5 sampai 18 tahun.” 10. Darimana saja sumber dana Dilts Foundation di peroleh ? “Dari dinas sosial, kementerian social, CSR perusahaan, maupun para donator perseorangan.” 11. Berapa jumlah anak yang menjadi warga binaan di Dilts Foundation ? “Hingga tahun 2014 jumlah anak yang ada di DIlts berjumlah 127 orang.” 12. Berapa jumlah anak yang mengikuti program art therapy (musik sampah) ? “7 orang anak.” 13. Prestasi apa saja yang pernah di raih oleh Dilts Foundation ? “Banyak prestasi dan penghargaan yang sudah di raih oleh Dilts Foundation, diantara prestasi yang terbaru adalah launching album rap SKUBYB, yaitu album rap untuk anak anak yang lagunya di ciptakan dan dinyanyikan sendiri oleh anak anak dengan gaya rap.” 14. Bagaimana kemitraan antara Dilts Foundation dengan pihak luar ? “Hubungan antara Dilts Foundation dengan pihak luar dapat dikatakan sangat baik. Tiap tahun kita selalu mengirimkan laporang pertanggung jawaban ke semua mitra dan donator. Beberapa dari mereka bahkan melakukan kunjungan rutin ke rumah singgah.”
TRANSKIP WAWANCARA Nama Jabatan Waktu Tempat
: Bayu Indra Kusuma : Direktur Manager : Rabu, 1 Oktober 2014 : Ruang Kerja Direktur Manager
1. Apa yang dimaksud dengan program musik sampah? “Sebenarnya penamaan musik sampah itu ketidak sengajaan. Alasan kenapa disebut music sampah adalah karena alat alat yang digunakan untuk bermain merupakan barang barang yang sudah tidak terpakai yang bisa mengeluarkan bunyi.”
2. Siapa yang awal mulanya membentuk program musik sampah di Dilts Foundation? “Musik sampah terbentuk pada tahun 2007 atas saran dari seorang relawan Dilts Foundation yang juga merupakan mahasiswa jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta yaitu Raden Agung H. F.”
3. Bagaimana awal mula terbentuknya program musik sampah dan atas dasar apa? “Awalnya musik sampah adalah penggabungan dari kegiatan teather yang sudah ada terlebih dahulu. Fungsi pada awalnya adalah sebagai pengiring agar lebih bervariasi dan meaning full. Musik sampah sendiri dibentuk tahun 2007 oleh salah satu relawan mahasiswa jurusan musik di IKJ yang bernama R. Agung H. F.”
4. Apakah yang mendasari terbentuknya program musik sampah di Dilts Foundation? Ya itu tadi yang udah saya bilang sebelumnya, selain itu agar ada jenis seni lain di Dilts, anak-anak juga sbanyak yang suka jadinya. 5. Apa tujuan dan manfaat dari program musik sampah yang dijalankan di Dilts Foundation? “Pada awalnya musik sampah bertujuan untuk penambah variasi di kegiatan teather, mengajarkan kepada anak-anak bahwa dari sebuah peralatan yang sudah tidak terpakai dapat menghasilkan sebuah karya. Sedangkan bagi para anak anak tersendiri musik sampah dapat memberikan untuk kesenangan,
menambah kepercayaan diri, keberanian untuk tampil di depan orang banyak, disiplin, memiliki komitmen, lebih rajin.” 6. Apakah kegiatan musik sampah di Dilts Foundation sudah tersusun didalam jadwal? “Untuk beberapa bulan belakangan, kegiatan musik sampah belum tersusun di jadwal. Namun biasanya kami mengadakan latihan satu minggu sekali untuk merefresh agar tidak lupa.”
7. Siapa saja peserta yang dapat mengikuti program musik sampah di Dilts Foundation? “Sebenernya semua anak-anak yang ada di rumah singgah dapat mengikuti musik sampah,tapi kita membatasi usia anak yang ikut musik sampah pada kisaran Sekolah Dasar sampai SMP.” 8. Ada berapa orang peserta yang mengikuti program musik sampah di Dilts Foundation? “Sampai saat ini anak yang mengikuti musik sampah berjumlah 7 orang.”
9. Adakah kriteria khusus yang ditujukan bagi para peserta program musik sampah? Apa saja? “Untuk persyaratan khusus tidak ada, hanya yang terpenting memiliki komitmen sama tanggung jawab yang tinggi dan merupakan keinginan pribadi si anak, bukan hanya ikut-ikutan temannya saja.soalnya musik sampah itu tim, mereka gaboleh berhenti di tengah jalan. Kalo ada yang begini kita mulai belajar dari awal lagi” 10. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan program musik sampah? “Di musik sampah peralatan yang digunakan berasal dari barang yng sudah tidak terpakai yang bisa menghasilkan bunyi, seperti botol kaca bekas, panci dan tutupnya, gallon dsb.” 11. Apa saja tahapan dalam melaksanakan kegiatan musik sampah? “Tahapan pertama adalah mengumpulkan para anak-anak yang mengikuti musik sampah, disitu pengajar memberikan teori. Setelah pemberian teori, anak anak mencari sendiri alat musik di sekitar mereka menggunakan barang yang sudah tidak terpakai untuk mereka mainkan. Setelah para anak anak mendapat alat musik, para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di ajarkan
tentang irama, rytme dan tempo baru setelah itu di gabungkan untuk menghasilkan sebuah musik.”
12. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program musik sampah di Dilts Foundation? “Semua orang memiliki peran dalam musik sampah, seperti guru/pengajar, instruktur ,musik sampah, orang tua, dan teman.” 13. Berapa orang pendamping yang bertugas dalam melaksanakan program musik sampah di Dilts Foundation? “4 orang meliputi instruktur dan guru”
14. Apakah para pendamping yang ditugasi sudah pernah mengikuti pelatihan tentang musik sampah? “Sebenarnya mereka belum pernah mendapat pelatihan musik sampah, hanya saja mereka semua yang terlibat mengerti tentang musik, apalagi kita sering melakukan study banding maupun pementasan yang di dalamnya kita bertemu dengan tim dan pelatih musik sampah lain, disitulah kita bertyukar pikiran tentang musik sampah.” 15. Jika para pendamping sudah pernah mengikuti pelatihan tersebut, berapa kali pelatihan yang telah diikuti?
16. Berapa kali dalam seminggu program musik sampah yang dilaksanakan di Dilts Foundation? “Kita seminggu sekali mengadakan latihan rutin untuk merefresh kembali materi yang sudah diberikan, namun jika ada pementasan biasanya kita melakukan latihan bias sampai seminggu full.” 17. Bagaimana proses atau metode penyampaian materi yang diberikan pelatih pada saat latihan musik sampah? “Hampir sama dengan metode penyampaian lainnya, dimana sebelumnya kita ada teori di kelas, selain itu disini kita juga tidak membedakan antara guru, instruktur maupun murid, sifatnya di musik sampah lebih seperti sharing. Seperti teman, tidak pernah memforsir porsi latihan. Kita juga selalu memberi games di sela sela latihan agar anak anak tidak jenuh”
TRANSKIP WAWANCARA Nama Jabatan Waktu Tempat
: Udin : Instruktur musik sampah : Rabu, 5 November 2014 : Kamar istirahat
1. Apa yang dimaksud dengan musik sampah? “Kenapa disebut musik sampah adalah karena alat alat yang digunakan untuk bermain merupakan barang barang yang sudah tidak terpakai yang bisa mengeluarkan bunyi.” 2. Siapa yang awal mulanya membentuk program musik sampah di Dilts Foundation? “Musik sampah terbentuk tahun 2007 dari saran kak Agung, awalnya dia yang ngelatih musik sampah soalnya dia juga relawan di rumah singgah.” 3. Bagaimana awal mula terbentuknya program musik sampah dan atas dasar apa? “Awalnya musik sampah itu buat pengisi musik di kegiatan teater, tapi makin lama lama musik sampah jadi kegiatan yang terpisah dari teater, walaupun kalo ada penampilan teater musik sampah juga masih jadi pengisi musiknya.” 4. Apakah yang mendasari terbentuknya program musik sampah di Dilts Foundation? “Awalnya kan itu tadi buat pengisi teater, tapi selain itu musik sampah juga banyak manfaatnya.” 5. Apa tujuan dan manfaat dari program musik sampah yang dijalankan di Dilts Foundation? “kaya ngajarin anak buat mendaur ulang sampah, ngasih kegiatan yang menyenangkan juga buat anak-anak, selain itu manfaat ke diri anak juga ada seperti komitmen, tanggung jawab, anak-anak jadi percaya diri, berani berpendapat juga.” 6. Apakah kegiatan musik sampah di Dilts Foundation sudah tersusun didalam jadwal? “Untuk sekarang jadwal latihan musik sampah tiap 1 kali seminggu, Cuma harinya ga tentu. Kecuali kalau musik sampah ada jadwal tampil biasanya jadwal latihan diperbanyak” 7. Siapa saja peserta yang dapat mengikuti program musik sampah di Dilts Foundation? “Siapa aja bisa ikut musik sampah, tapi kan ga mungkin semua kita ikutin dalam musik sampah, yang penting itu si anaknya punya kemauan sama komitmen karena musik sampah itukan tim.” 8. Ada berapa orang peserta yang mengikuti program musik sampah di Dilts Foundation?
“Sekarang yang ikut musik sampah ada 7 orang.” 9. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam melaksanakan program musik sampah? “Di musik sampah peralatan yang digunakan berasal dari barang yng sudah tidak terpakai yang bisa menghasilkan bunyi, seperti botol kaca bekas, panci dan tutupnya, gallon dsb.” 10. Apa saja tahapan dalam melaksanakan kegiatan musik sampah? “Tahapan pertama adalah mengumpulkan para anak-anak yang mengikuti musik sampah, disitu pengajar memberikan teori. Setelah pemberian teori, anak anak mencari sendiri alat musik di sekitar mereka menggunakan barang yang sudah tidak terpakai untuk mereka mainkan. Setelah para anak anak mendapat alat musik, para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di ajarkan tentang irama, rytme dan tempo baru setelah itu di gabungkan untuk menghasilkan sebuah musik.” 11. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program musik sampah di Dilts Foundation? “Semua orang memiliki peran dalam musik sampah, seperti guru/pengajar, instruktur ,musik sampah, orang tua, dan teman.” 12. Berapa orang pendamping yang bertugas dalam melaksanakan program musik sampah di Dilts Foundation? “4 orang meliputi instruktur dan guru” 13. Apakah para pendamping yang ditugasi sudah pernah mengikuti pelatihan tentang musik sampah? “Sebenarnya mereka belum pernah mendapat pelatihan musik sampah, hanya saja mereka semua yang terlibat mengerti tentang musik, apalagi kita sering melakukan study banding maupun pementasan yang di dalamnya kita bertemu dengan tim dan pelatih musik sampah lain, disitulah kita bertyukar pikiran tentang musik sampah.” 14. Bagaimana proses atau metode penyampaian materi yang diberikan pelatih pada saat latihan musik sampah? “Hampir sama dengan metode penyampaian lainnya, dimana sebelumnya kita ada teori di kelas, selain itu disini kita juga tidak membedakan antara guru, instruktur maupun murid, sifatnya di musik sampah lebih seperti sharing. Seperti teman, tidak pernah memforsir porsi latihan. Kita juga selalu memberi games di sela sela latihan agar anak anak tidak jenuh”
15. Menurut anda, apa kelebihan anak-anak yang mengikuti musik sampah di banding kegiatan lainnya? “Yang paling kelihatan sih anak-anak lebih percaya diri karena mereka terbiasa tampil di depan banyak orang, kekeluargaan mereka juga lebih baik soalnya mereka adalah tim. Ga hanya sesama anak musik sampah aja, tapi ke semuanya juga sih. Anak-anak musik sampah juga punya kemauan belajar lebih di banding yang lain.” 16. Adakah perubahan yang dialami anak, sebelum hingga sesudah mengikuti musik sampah? “Ada, awalnya mereka kan nakal karena biasa di jalan, susah di ajak belajar, maunya main terus, sekarang alhamdulillah mereka udah bisa di bilangin mana yang boleh dan ga boleh, tau aturan lah, pas belajar jadi konsentrasi awalnya kan bercanda terus kalo lagi belajar. Lebih pede, mereka ga malu berpendapat.” 17. Adakah kendala saat awal mengatasinya?
pelaksanaan
musik sampah?
Bagaimana cara
“Awalnya mah susah gabungin anak anak yang ikut musik sampah, anak anaknya masih sendiri gitu, Cuma ya akhirnya karena musik sampah itu tim mereka akhirnya ya ngobrol, jadi kenal satu sama lain, pas evaluasi secara ga langsung juga anak anak di ajarin ngomong di depan yang lain. Akhirnya kan mereka pede tuh kalo ngomong di depan orang,”
18. Bagaimana kehadiran anak-anak saat latihan musik sampah? “Anak anak tiap ada latihan hampir semuanya dateng, paling kalo emang sakit atau ada kegiatan laennya, tapi mereka pasti ngabarin. Masing-masing anak juga saling ngabarin ke yang lainnya buat dateng latihan.”
19. Bagaimana komunikasi mereka terhadap orang lain? “Komunikasi mereka sama yang lain bagus sih, ga ada jarak antara sesama anak rumah singgah. Tapi kalau sama orang lain yang belum mereka kenal ya agak tertutup.” 20. Jika ada orang lain yang sedang kesulitan, bagaimana reaksi anak-anak? “Mereka punya rasa tolong menolong yang tinggi, tapi di lihat juga itu orang punya kesulitan dalam hal apa. Kalau mereka gabisa bantu mereka pasti ngomong ke kita yang ada di Dilts.” 21. Sebagai instruktur musik sampah, perubahan seperti apa yang di harapkan bagi anak yang mengikutinya?? “Kita ngajarin ke anak bahwa sampah atau barang bekas itu bisa di gunain untuk yang lain, selain itu supaya anak lebih percaya diri nantinya ga minder
dengan status mereka sebagai anak jalanan. Intinya supaya mereka sukses nanti ke depannya.”
TRANSKIP PENGAMATAN Nama Jenis kelamin Usia Agama Alamat
: AR (inisial) : Laki-laki : 18 tahun : Islam : Jati Padang
GAMBARAN KONDISI PENERIMA MANFAAT A. FISIK AR memiliki tinggi badan sekitar 159 cm dan berat badan 45 kg dengan warna kulit sawo matang. Walaupun memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi, postur AR terlihat tegap dan kekar. Penampilan AR terlihat rapih dengan potongan rambut pendek serta pakaian yang sopan. B. EMOSI/ PSIKOLOGIS Kondisi psikologis AR sangat baik, AR mudah bergaul dengan orang lain dan interaktif, selain itu AR tidak mudah cemas dan gugup. AR adalah tipe anak yang disukai oleh temannya. Hal tersebut terlihat pada saat peneliti melakukan obsevasi dan wawancara. C. SOSIAL Dalam hal sosial, AR tidak memiliki masalah berarti. AR sangat mudah bergaul sehingga dia memiliki banyak teman. Sikapnya dengan orang lain dan yang lebih tua sangat sopan. D. POLA PIKIR/KECEDASAN AR mampu berfikir dengan baik dan cepat saat berkomukasi dengan orang lain, walaupun AR sempat putus sekolah, AR saat ini melanjutkan pendidikan keja paket agar nantinya dapat bekerja dan sukses.
TRANSKIP WAWANCARA Nama Jenis kelamin Usia Agama Waktu Tanggal Tempat
: AR (inisial) : Laki-laki : 18 tahun : Islam : 14:00 s/d Selesai : 29-10-2014 : Meeting Room Dilts
a. Bagaimana pelaksanaan Art Therapy kepada para anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation? 1. Sejak kapan kamu berada di Dilts? “Saya masuk Dilts sejak tahunb 2012 kak. Udah 2 tahunan lah.” 2. Apa yang membuat kamu berada di Dilts? “Saya ga sekolah kak, karena ga ada duit. Terus saya di ajak sama temen ke Dilts biar bisa belajar, sampe skrg deh saya di Dilts.” 3. Sejak kapan kamu mengikuti kegiatan musik sampah? “Klo saya ikut musik sampah baru 1 tahunan lebih.” 4. Dalam satu minggu, berapa kali kamu mengikuti latihan musik sampah? “Tiap minggu pasti latihan sekali, harinya aja yang kadang2 berubah.” 5. Berapa lama durasi tiap latihan? “Paling sebentar sih 2 jam, kadang-kadang lebih juga. Apalagi kalo kita ada pementasan bisa sampe 3 jam.” 6. Dalam musik sampah, alat musik apa yang kamu mainkan? “Saya maen semacem kaya drum tapi dari ember palstik bekas cat yang gede.” 7. Dalam setiap latihan, alat musik yang kamu mainkan apakah hanya satu macam saja? “Ya cuma satu itu aja, klo beda butuh belajar lagi, kaya belajar ketukan sama cari nada.” 8. Apa alasan kamu mengikuti kegiatan musik sampah? “Pengen nyoba maen musik tapi pake alat-alat yang ga biasa, kegiatannya asyik, seneng gitu.” 9. Siapa yang mengajarkan musik sampah? “Kalo latihan kadang sama kak Agung, kak Bayu atau kak Udin.” 10. Bagaimana metode pelatihan musik sampah di berikan? “Awalnya kita baris gitu sambil pegang alat musiknya, terus dikasih tau cara ketukan sama nadanya. Abis itu baru semua alat musik sampah di mainin bareng.”
11. Dengan metode yang diberikan saat latihan, apakah sudah cukup baik? “Udah baik sih kak menurut aku.”
b. Bagaimana pengaruh Art Therapy dalam mengembangkan keterampilan sosial anak jalanan? 1. Bagaimana pendapat anda tentang program musik sampah yang ada di dilts? “Kegiatannya bagus, ada keceriaan di dalemnya, ada pesan juga di dalemnya, kaya kita masih bisa manfaatin barang bekas” 2. Seberapa sering kamu mengikuti latihan musik sampah? “Tiap ada latihan saya selalu dateng. Agak gimana gitu kalo ga dateng, kitanya juga males kalo ketinggalan latihan soalnya nantinya bingung lagi pas latihan selanjutnya” 3. Apa yang kamu rasakan dari kegiatan tersebut? “Rasa seneng yang pasti kak, saya bisa tambah fokus, percaya diri, kreatif, asyik lah pokoknya.” 4. Bagaimana proses pengajaran yang di berikan saat latihan musik sampah? “Awalnya kita cari barang bekas yang mau dipake, setelah masing-masing pegang alat musiknya, lalu di ajarin mencari nada dan memukul yang benar. Lalu setelah itu di gabungkan di maenin bareng semua alat musik sampahnya.” 5. Bagaimana kegiatan tersebut dapat berpengaruh untuk perilaku kamu? “Pengaruh yang saya alamin saya jadi percaya diri kalo tampil di depan orang. Kreatif, pas lagi maen bawaannya seneng sama ceria gitu kak. Pas maen harus konsentrasi juga biar hasilnya bagus.” 6. Bagaimana hubungan kamu dengan teman dan orang lain? “Baik-baik aja kak, ga ada masalah. kadang-kadang sedikit sleek sih wajar.” 7. Di sekolah apa kamu pernah mendapat predikat juara kelas? “Saya ga sekolah kak dari dulu. Sekarang saya ikut kejar paket soalnya pendidikan itu penting, kalau ga ada ijazah gimana saya bisa dapet pekerjaan yang bagus nanti.” 8. Setelah pulang sekolah, kegiatan apa yang kamu lakukan? “Kalo lagi ga di Dilts saya biasanya bantu kerjaan ibu di rumah atau ga maen sama temen. Biasanya sih maen bola, PS.” 9. Jika guru memberi kamu tugas, apakah kamu mengerjakan tugas yang di berikan tersebut? “Pasti saya kerjain, tapi kadang-kadang ga semuanya. Sebisa saya aja kak.” 10. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan, kamu mengerjakan secara individu atau berkelompok?
“Kadang ngerjain sendiri, kalo saya gabisa baru saya kerja sama ama temen yang laen. Hehehe.” 11. Saat orang tua, guru, dan teman memarahi kamu karena kesalahan yang kamu lakukan, bagaimana pendapat mu? “Wajar aja sih kak, namanya juga orang tua. Apalagi kalo emang kita yang salah.” 12. Jika kamu menginginkan sesuatu, namun dilarang oleh orang tua. Apa yang kamu lakukan? “Kadang saya nurutin kata orang tua, kadang juga saya ga turutin. Maen kucing kucingan gitu sama orang tua. Tapi yang saya langgar itu yang masih wajar gitu kak. Klo udah yang berat berat saya mending nurutin orang tua” 13. Saat ada orang lain yang tidak kamu kenal membutuhkan bantuan, apakah kamu mau menolongnya? “Pasti bantuin kak, siapa tau aja nanti kita juiga bakal ngalamin gitu. Saling tolong menolong lah pokoknya.” 14. Apakah kamu sering mengajak teman untuk bermain bersama? “Ga terlalu sering kak, soalnya saya biasanya maen bola atau ga maen PS..” 15. Menurut orang lain, kamu adalah tipe orang yang seperti apa? “Kalo kata temen yang laen saya orangnya kocak, tapi jail ama temen. Hehehehe” 16. Apa harapan terbesar orang tua kamu terhadap mu? “Bisa lebih sukses, maju, lebih baik dari yang sekarang ini.” 17. Bagaimana cara kamu mewujudkan harapan orang tua? “Saya belajar sungguh-sungguh kak. Sekarang saya juga mau ambil paket C biar ada ijazah.” 18. Jika ada tugas kelompok, apakah kamu ikut bekerja? “Ikut bantu sebisa saya aja kak.” 19. Saat tampil didepan orang banyak yang tidak kamu kenal, apa yang kamu rasakan? “Awalnya pasti gerogi, tapi Cuma sebentar aja, abis itu normal lagi biasa aja. Makin sering tampil saya makin percaya diri juga.” 20. Apa yang kamu harapkan dari kegiatan musik sampah? “Lebih baik, maju, ada variasinya lagi.”
TRANSKIP PENGAMATAN Nama Jenis kelamin Usia Agama Alamat
: AMN (inisial) : Laki-laki : 16 tahun : Islam : Jl. Anggrek, Tanjung Barat
GAMBARAN KONDISI PENERIMA MANFAAT A. FISIK Dalam kelompok musik sampah, AMN merupakan anak yang memiliki postur badan paling tinggi. Dengan tinggi yang mencapai 172 cm dan berat 60 kg AMN gampang di kenali. Kulit AMN berwarna kuning langsat dan rambut lurus yang di potong rapih. B. EMOSI/ PSIKOLOGIS Kondisi psikologis AMN sangat baik, AMN mudah bergaul dengan orang baru dan tidak gugup. Hal ini terlihat pada saat wawancara dengan peneliti, dimana AMN mudah menangkap pertanyaan dan cepat dalam menjawab. C. SOSIAL AMN adalah yang ceria, mempunyai banyak teman dan disukai, tetapi terkadang AMN sering jahil terhadap temannya. Menurut orang lain, AMN adalah orang yang menyenangkan dan lucu. D. POLA PIKIR/KECEDASAN Walaupun sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal, AMN terlihat cerdas dan dapat menangkap pertanyaan dan menjawabnya secara jelas. Namun sangat di sayangkan hingga saat ini AMN belum ada keinginan untuk besekolah. TRANSKIP WAWANCARA Nama Jenis kelamin Usia Agama Waktu Tanggal Tempat
: AMN (inisial) : Laki-laki : 16 tahun : Islam : 16:15 s/d Selesai : 29-10-2014 : Meeting Room Dilts
a. Bagaimana pelaksanaan Art Therapy kepada para anak jalanan di rumah singgah Dilts Foundation? 1. Sejak kapan kamu berada di Dilts? “Sejak tahun 2008 kak saya masuk di Dilts” 2. Apa yang membuat kamu berada di Dilts? “Awalnya karena saran dari tetangga, karena saya sama sekali tidak sekolah, makanya saya di saranin masuk kesini.”
3. Sejak kapan kamu mengikuti kegiatan musik sampah? “Kalo ikut musik sampah saya sejak 2 tahun lalu, tahun 2012.” 4. Dalam satu minggu, berapa kali kamu mengikuti latihan musik sampah? “Latihannya sekali sertiap minggu, harinya ga tentu kak.” 5. Berapa lama durasi tiap latihan? “Satu kali latihan kadang bisa 2 sampai 3 jam, kadang kadang lebih sih.” 6. Dalam musik sampah, alat musik apa yang kamu mainkan? “Saya maenin alat musik dari bekas kaleng cat kecil, dibikin kaya drum gitu deh”. 7. Dalam setiap latihan, alat musik yang kamu mainkan apakah hanya satu macam saja? “Iya kak hanya itu aja, soalnya klo ganti alat kita adaptasi dari awal lagi, karna pukulan sama nadanya beda lagi.” 8. Apa alasan kamu mengikuti kegiatan musik sampah? “Asik, enak, dapet pengalaman baru, kita juga bisa ngurangin sampah. 9. Siapa yang mengajarkan musik sampah? “Kalo latihan kadang sama kak Agung, kak Bayu atau kak Udin.” 10. Bagaimana metode pelatihan musik sampah di berikan? “Awalnya kita baris gitu sambil pegang alat musiknya, terus dikasih tau cara ketukan sama nadanya. Abis itu baru semua alat musik sampah di mainin bareng.” 11. Dengan metode yang diberikan saat latihan, apakah sudah cukup baik? “Udah cukup baik dan efektif, tapi mungkin waktu latihan di banyakin lagi. Hehehehe”
b. Bagaimana pengaruh Art Therapy dalam mengembangkan keterampilan sosial anak jalanan? 1. Bagaimana pendapat anda tentang program musik sampah yang ada di dilts? “Udah cukup baik, pada saat latihan kita juga merasa seneng, karena musik sampah bikin seneng kak.” 2. Seberapa sering kamu mengikuti latihan musik sampah? “Sering kak, hampir tiap ada latihan pasti selalu ikut, ya walaupun ga ada jadwal tetap sekarang, tapi kadang kadang seminggu sekali latihan, biar ga lupadari anak anak yang lain juga saling ngabarin kak, soalnya kan sekarang lagi ga ada jadwal tetap, tiap minggu hari latihannya beda beda. Saling ngabarin aja biar dateng semuanya lengkap. Kita Cuma di bolehin main 1 jenis alat musik aja kak, biar kitanya juga fokus , biar ga ada yang berebutan buat ganti alat gitu”
3. Apa yang kamu rasakan dari kegiatan tersebut? “Seneng, pas main musik sampah bawaannya bahagia, jadi lebih pede sama kreatif soalnya alat yang di pake dari barang bekas.”
4. Bagaimana proses pengajaran yang di berikan saat latihan musik sampah? “Awalnya kita cari barang bekas yang mau dipake, setelah masing-masing pegang alat musiknya, lalu di ajarin mencari nada dan memukul yang benar. Lalu setelah itu di gabungkan di maenin bareng semua alat musik sampahnya.” 5. Bagaimana kegiatan tersebut dapat berpengaruh untuk perilaku kamu? “Ngaruh sih kak, saya jadi pede soalnya kita klo manggung selalu di depan orang banyak, beda beda trus ga ada yang saya kenal. Jadi kreatif juga sama saya jadi fokus sama kegiatan yang saya kerjain soalnya pas main kita harus fokus.” 6. Bagaimana hubungan kamu dengan teman dan orang lain? “Sangat baik kak” 7. Di sekolah apa kamu pernah mendapat predikat juara kelas? “Saya ga pernah sekolah kak, tapi di musik sampah saya sama temen temen pernah dapet juara klo lagi lomba. Terakhir kita juara 2 lomba musik sampah antar rumah singgah Jakarta.” 8. Setelah pulang sekolah, kegiatan apa yang kamu lakukan? “Sehabis dari Dilts, saya biasanya main sama teman. tapi saya bantu orang tua dulu di rumah, kalau tugas saya bantu orang tua sudah selesai baru saya main.” 9. Jika guru memberi kamu tugas, apakah kamu mengerjakan tugas yang di berikan tersebut? “Di kerjain dong, tapi kadang-kadang lupa juga sih hehehe.” 10. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan, kamu mengerjakan secara individu atau berkelompok? “Saya kerjain sebisa saya dulu, klo udah mentok baru saya nanya atau minta bantuan sama teman.” 11. Saat orang tua, guru, dan teman memarahi kamu karena kesalahan yang kamu lakukan, bagaimana pendapat mu? “Kalau itu emang kesalahan saya, saya terima.” 12. Jika kamu menginginkan sesuatu, namun dilarang oleh orang tua. Apa yang kamu lakukan? “Saya ikutin apa yang di bilang sama orang tua saya, karena orang tua kan tau yg lebih baik” 13. Saat ada orang lain yang tidak kamu kenal membutuhkan bantuan, apakah kamu mau menolongnya? “Saya tolong lah, karena mungkin aja nantinya saya yang butuh pertolongan orang lain.”
14. Apakah kamu sering mengajak teman untuk bermain bersama? “Sering kak, kadang main kerumah saya atau saya kerumah teman saya. Kalau nggak biasanya kita maen PS, maen bola, ya gitu deh kak gimana sih kalo lagi maen sama temen.” 15. Menurut orang lain, kamu adalah tipe orang yang seperti apa? “Kata temen-temen saya orangnya pendiem, pemalu, cuek, ga banyak omong.” 16. Apa harapan terbesar orang tua kamu terhadap mu? “Orang tua pengen saya sukses, dapet kerjaan yang bagus, gitu dah kak.” 17. Bagaimana cara kamu mewujudkan harapan orang tua? “Belajar semaksimal mungkin biar sukses, ga berbuat yang macem-macem.” 18. Jika ada tugas kelompok, apakah kamu ikut bekerja? “Ikut bantu sebisa saya aja kak.” 19. Saat tampil didepan orang banyak yang tidak kamu kenal, apa yang kamu rasakan? “kalau tampil di depan orang banyak awalnya sih pasti ada geroginya kak, apalgi kalau yang nonton banyak, acaranya mewah, saya pasti gerogi, tapi cuma sebentar aja kok tapi nanti juga biasa lagi.” 20. Apa yang kamu harapkan dari kegiatan musik sampah? “Lebih banyak yang ikut, terus supaya ada yang baru lagi di musik sampahnya.”
DOKUMENTASI
Musik sampah Dilts Foundation saat pertunjukan di @atamerica
Musik sampah Dilts Foundation saat pertunjukan di @atamerica
Suasana pemberian materi musik sampah saat praktik langsung
Proses wawancara peneliti dengan salah satu peserta musik sampah
Proses wawancara peneliti dengan salah satu peserta musik sampah
Wawancara peneliti dengan salah satu instruktur musik sampah