Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
1
Sebaris Kata dari Redaksi
S
aat mendengar kata pemimpin, apa sajakah yang ada di benak kita? Seorang yang kuat, berkuasa dan berada di depan? Apakah hal itu sudah cukup? Sebenarnya hal-hal apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga ia menjadi sosok yang berkenan di hadapan Allah dan memberikan damai serta kesejahteraan bagi orang yang dipimpinnya? Fokus Majalah Gunsa edisi ke-87 memberikan ulasan mengenai sosok pemimpin yang berkenan kepada Tuhan dan dalam kondisi bangsa Indonesia saat ini – pemimpin yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Tulisan Pdt. Samuel Santoso dan Pdt. Timur Citra Sari membukakan kita mengenai sosok pemimpin yang berkenan kepada Tuhan serta pemimpin yang diinginkan rakyat khususnya rakyat Indonesia. Tak kalah menarik, pada edisi ini Anda dapat menyimak liputan Retret Keluarga, Menjadi Pemilih Yang Cerdas dan Bijak menjelang Pemilu 2014 dan Klinik Paduan Suara. Buat Anda yang seringkali dilanda kebingungan mengenai persembahan persepuluhan: haruskah orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan, berapa banyak yang harus diberikan, kepada siapa persembahan persepuluhan harus diberikan, serta pertanyaan-pertanyaan lainnya; tulisan Pdt. Royandi T. dapat menolong Anda untuk lebih mengerti mengenai arti dan sikap orang Kristen terhadap persembahan persepuluhan. Buat Anda yang senang bermain gitar dan rindu untuk bisa melayani dalam persekutuan, Majalah Gunsa menghadirkan tulisan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk menjadi gitaris persekutuan. Seperti biasa, rubrik konsultasi tetap hadir dengan berbagai pertanyaan, mulai dari pindah kerja, hukum yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi, kolesterol dan trigliserida tinggi serta pernikahan kedua. Jangan lewatkan Si Encim dengan obrolan menarik tentang sikap kita saat melihat orang lain kesusahan serta Inspirasi yang kali ini mengulas tentang tiga kata yang bermakna. Akhir kata, selamat membaca dan selamat Paska.
Redaksi Diterbitkan oleh: Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari Pengarah Redaksi: Pdt. Royandi Tanudjaya, Pnt. Irwanto Hartono, Pnt. Magdalena Lesmana, Rachmayanto Surjadi Pimpinan Redaksi: Rudy Umar Redaksi: Imanuella Sahertian, Raynard Tantra, Rudy Umar, Yulia Editor: Rudy Umar, Yulia Kontributor: Pdt. Imanuel Kristo, Pdt. Royandi Tanudjaya, Pdt. Suta Prawira, dr. Mira Winarta, M.S., Sp. Ok., Ir. Robert Robianto, Winanto Wiryomartani S.H., M.Hum., Bea Kurniawan, Jonathan S. Hanantha Tata Letak: Heru Setiawan Alamat Redaksi: Jl. Gunung Sahari IV/8, Jakarta 10610 E-mail:
[email protected] Redaksi menerima tulisan, gambar, dan foto yang disertai dengan data lengkap pengirim. Tulisan tersebut dapat dimuat, ditolak, atau ditunda pemuatannya berdasarkan wewenang redaksi.
2
da f ta r isi
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
8
Surat Gembala: Pemimpin, Pelayan Bagi Sesamanya
4
Suara Pembaca: Khotbah Minggu
7
Fokus II: Pemimpin Yang Diinginkan Rakyat
14
Liputan: Jangan Apatis! Jadilah Pemilih yang Cerdas dan Bijak
20
Obrolan Si Encim dan Aku: Benarkah…?
26
29
Konsultasi Keluarga: Pernikahan Kedua
33
Konsultasi Teologi: Titik Berangkat Iman Kristen
Konsultasi Kesehatan: Kolesterol dan Trigliserida Tinggi
37
Konsultasi Hukum: Hal-Hal yang Perlu Diketahui Pengguna Ponsel
41
Fokus I: Pemimpin Yang Berkenan Kepada Tuhan
Lepas: Menjadi Gitaris Persekutuan
44 49
Celah Buku: Suara yang Hilang
53
Liputan: Upaya Mencari Bentuk Retret Keluarga yang Pas untuk Keluarga GKI Gunung Sahari
56
60
Q-tA dan Gunsa: Hilangnya Sidi Pada Penerimaan Anggota Baru
66
Lepas: Persembahan Persepuluhan
Inspirasi: Tiga Kata yang Bermakna
69
47 Liputan: Klinik Paduan Suara
Konsultasi Bisnis: Pindah Tempat Kerja
Rubrik Muda: 5 Ilusi Keamanan di Dunia Maya!
71 Rubrik Anak: : Tujuh Tingkah Laku Orangtua yang Menghambat...
KKS
76 81
Foto Kegiatan
83
s u r at g e mba l a yang mereka lakukan? Mereka menerima ladang, kebun, atau rumah yang digadaikan (Neh. 5:3,4,11a), meminjamkan uang dengan bunga (ay. 7,11), dan mereka mengambil anak-anak lelaki dan perempuan dari orangorang miskin itu untuk dijadikan Dalam bacaan kita, Alkitab budak (ay. 5,8). Dalam situasi pelik mencatat bahwa ada permasalahan ini tampilah Nehemia. Ia mau yang dihadapi masyarakat Yahudi mendengar suara orang miskin! dalam pembangunan tembok Ia marah karena segala kejahatan Yerusalem dan memaparkan ba- yang terjadi dan ia menentang gaimana Nehemia sebagai seorang dan melawan para penguasa (Neh. pemimpin hadir, bertindak, lalu 5:7). menyelesaikan masalah. Nehemia tidak sembarangan Permasalahan muncul ketika ada melakukan perlawanan. Ia mulai banyak orang Yahudi yang miskin dengan mengadakan sidang dan dilanda bahaya kelaparan. jemaah yang besar (ay. 7). Ia Mereka juga diolok-olok dan dihina mengajak para pemuka untuk oleh Sanbalat. Dalam Neh. 3-4 kita sama-sama menghapuskan hutang membaca bahwa bangsa itu bekerja orang-orang miskin itu (ay. 10b), mati-matian untuk membangun dan menyuruh mereka bersumpah tembok Yerusalem. Dalam Neh. 4 untuk menepati janji, dan ia tercatat ada orang-orang yang bahkan memberikan kutuk kepada menentang pembangunan, dan orang-orang yang tidak menepati Sanbalat adalah salah satunya. janji (ay. 12b-13). Nehemia tampil Ini menyebabkan para pekerja itu sebagai sosok pemimpin yang bahkan tidak bisa pulang ke rumah sejati, peduli, dan mau berkorban mereka masing-masing, dan mereka demi kesejahteraan orang lain. harus bermalam di Yerusalem untuk Ia berperan sebagai agen yang berjaga-jaga terhadap serangan para mendamaikan dan memberi musuh itu (Neh. 4:22). kelegaan kepada pihak-pihak yang tertindas. Dalam keadaan demikian apakah tindakan para penguasa pada waktu Dalam perikop yang sama itu? Ironis, mereka justru mengambil Nehemia dikatakan sebagai keuntungan dan kesenangan di atas pemimpin yang tidak mencari keluhan dan penderitaan rakyat. Apa keuntungan. Ia dan saudaramemiliki anak buah. Secara struktur tidak salah, namun mari kita lebih berfokus pada fungsi, tindakan, dan kehidupan seorang pemimpin yang seharusnya menempatkan Kristus dalam hatinya dan menjadi pelayan bagi sesamanya.
Nehemia 5:1-19 “Good leaders must first become good servants” (Robert Greenleaf)
S
uatu ketika, mantan Presiden Amerika Serikat George Washington berkunjung untuk melihat pasukannya di medan tempur. Tanpa sengaja sebuah kereta kuda terjatuh di lubang. Sang kopral marah besar dan memerintahkan dengan keras supaya anak buahnya segera mengangkat kereta itu. Kereta itu sulit untuk diangkat dan membutuhkan tambahan tenaga manusia. Tetapi sang kopral hanya berteriak dan marah-marah. Melihat situasi itu, George Washington turun dari kuda dan membantu tentara lain menarik kereta hingga bisa keluar dari lubang. Bukannya berterima kasih, sang kopral terus memarahi anak
4
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
buahnya. George Washington pun berkata, “Negeri ini sedang dilanda kesusahan dan sebagai pemimpin kita harus bersama dalam susah dan senang untuk menggapai kemenangan.” Sang kopral malah membentak dan berkata kasar. Sampai kemudian sang ajudan menegurnya dan mengatakan bahwa yang berdiri di depannya adalah presiden Amerika Serikat. Kisah sederhana ini hendak mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalani kehidupan sebagai seorang pemimpin. Jika mendengar kata “pemimpin”, angan kita sering tertuju pada sosok yang berjabatan, punya wibawa, dan kuasa, serta
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
5
Suara Pembaca saudaranya tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi haknya sebagai bupati (Neh. 5:14). Sikap Nehemia tidak sama seperti bupati sebelumnya, yang sangat membebankan rakyat dengan mengambil empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Dari perikop ini kita belajar bagaimana seorang pemimpin juga harus memberikan teladan yang nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Perbuatan baik yang Nehemia lakukan, juga diikuti dan dicontoh oleh saudara-saudaranya. Ini semua dilakukan Nehemia karena ia punya dasar yang kuat atas segala perjuangan dan perbuatan baiknya, yaitu “takut akan Allah” (ay. 15). Melihat perjalanan Nehemia sebagai pemimpin, kita bisa menyebutnya sebagai pemimpin yang peduli dan berkorban. Nehemia berasal dari suku Yehuda dan dibesarkan di Persia, ia dipilih raja sebagai juru minum, yang mengatur makan dan minum raja. Ia sangat dekat dengan raja, ketika ada pembangunan kembali kota Yerusalem, maka Nehemia ditunjuk sebagai bupati. Sebagai orang besar, ia tidak kehilangan jati diri. Ia sebetulnya punya pilihan untuk menyombongkan diri karena jabatannya. Tapi ia tidak mengambil pilihan itu. Baginya, jabatan adalah kepercayaan dan bila ia menyalagunakan maka jabatan itu bisa saja diambil darinya. Baginya
6
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
jabatan adalah anugerah Tuhan dan ia berhasil mengelola anugerah itu dengan tetap tunduk dan takut akan Allah. Mari lihat keberadaan diri kita, apakah saat ini kita berada di posisi pemimpin atau yang dipimpin? Kepemimpinan bukan selalu bicara soal kedudukan, tapi soal karakter yang melayani seperti yang dikehendaki Yesus dalam hidup setiap orang percaya. Mari kita belajar seperti Nehemia, yang dipercayakan banyak hal untuk mengemban tugas dan tangggung jawab, namun tetap rendah hati, dekat dengan hati rakyat, memiliki kehidupan doa yang disiplin, membela apa yang benar di mata Tuhan, dan yang tidak berpikir kebaikan diri sendiri saja melainkan berjuang untuk kesejahteraan bersama. Selamat menjadi pemimpin yang cakap dan melakukan segala yang baik karena takut akan Allah! (FOH)
Dear Redaksi, Saya ingin mengusulkan, apakah Majalah Gunsa bisa menampilkan tulisan khotbah hari Minggu? Tema khotbah yang dipilih bisa disesuaikan dengan tema penerbitan Majalah Gunsa atau menurut kebijaksanaan Redaksi. Terima kasih. Lanny,
Whatever our career may be, true
Jakarta 12560
leadership means to receive power from God and use it under God’s rule to serve people in God’s way (Leigthon Ford)
Sdri. Lanny yang terkasih, Terima kasih untuk usulan Anda. Kami akan menampung usul Sdri. Lanny yang baik dan menarik ini. Jika Anda ingin mendapatkan tulisan khotbah hari Minggu, saat ini Anda dapat pula men-download-nya (mengunduhnya) melalui website GKI Gunsa (www.gkigunsa.or.id). Semoga Tuhan memberkati Sdri. Lanny selalu.
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
7
f ok u s i
yang sedang berada di bawah tekanan bahkan aniaya tetapi tetap setia karena Allah yang mereka sembah berada bersama mereka, dan tetap melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka.
1.
Ada beragam cara penulis Alkitab untuk menyampaikan pesan Tuhan bagi umat Allah agar amanat itu sampai dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi umat sehingga berita itu sendiri menjadi aktual dan relevan. Pada masa sulit – seperti ketika mengalami penindasan, dan penganiayaan – dimana kemungkinan pesan Tuhan disampaikan secara terbuka dan gamblang sulit sekali dilakukan, maka mereka menggunakan kisah tokohtokoh lama yang sudah beredar, serta familiar di kalangan umat Allah tetapi diberikan ‘setting’ atau ‘panggung’ yang baru, yakni situasi, kondisi ketika penulis itu sendiri hidup.
8
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
2.
Kitab Daniel menjadi salah satu contohnya. Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego – disingkat DSMA – rupanya tokoh dari masa pembuangan Babel (597-538 sM.) yang dikenal umat. Seluruh suasana cerita itu sendiri biasanya diletakkan pada sekitar tahun 165 SM. ketika Raja Antiokhus IV Epifanes (175-163 SM.) dari dinasti Seleukid berkuasa. Raja ini melakukan proses Helenisasi yang tidak toleran terhadap budaya maupun agama lain. Terhadap orang Yahudi ia mengeluarkan larangan untuk menjalani ibadah dan adat istiadat mereka serta memaksa mereka ikut ambil bagian dalam upacara penyembahan dewa-dewi orang Yunani. Terhadap mereka yang melanggar dikenakan sangsi maksimal, hukuman mati. DSMA dalam cerita kita menjadi personifikasi umat Allah
Dalam rangka mencari petunjuk Tuhan untuk melihat kriteria yang bagaimana yang diharapkan menjadi pemimpin bangsa kita di masa mendatang, kita mencoba menemukan sosok panutan yang bisa kita teladani yang menolong kita menggunakan hak pilih kita sebagai warga negara Indonesia yang baik. Tentu saja tidak ada yang sempurna mutlak tetapi paling tidak yang menuju ke sana.
3.
Sosok DSMA dimunculkan sebagai sosok yang ‘taat mutlak’ kepada Tuhan, dengan bentuk ketaatan formal yang fanatik positif (harus dibedakan antara fanatik dengan ‘fanatik buta’). Mereka tidak bersedia menukar dengan apapun juga Tuhan yang mereka hayati sudah menghidupi mereka selama ini. Bagi mereka Tuhan adalah segalagalanya. Iman kepada Tuhan yang demikian, eksistensial – menentukan hidup mati mereka. Iman mereka Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
9
kepada Tuhan bukan lagi model iman yang transaksional – beriman supaya mendapat berkat, nama, kekuasaan, kekayaan – tetapi sudah menjadi bentuk beriman yang tulus tanpa pamrih lagi. Ujian bagi penghayatan beriman yang tulus adalah ketika yang bersangkutan mengalami kondisi obyektif tidak seperti yang biasanya orang mengharapkannya seperti penderitaan sebagai konsekuensi pilihan iman (bukan karena kesalahan sendiri), tekanan, ancaman, dan penganiayaan. DSMA lulus dalam ujian ini. Perhatikan bagian teks yang menyatakan hal itu: Ketika kepada mereka dihadapkan pilihan ikut menyembah patung dewa raja Babel itu atau dicampakkan ke tanur, maka Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyatakan begini: “... Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan. 3:17-18) Sadrakh, Mesakh, Abednego menyatakannya secara tersurat (eksplisit), dan dalam kisah Daniel hal ini dinyatakan secara tersirat (implisit) melalui sikap tanpa kompromi dari Daniel sampai dia dibuang ke
10
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
dalam gua singa. Karakter luhur kepemimpinan yang muncul dari DSMA ini yang pertama adalah bahwa Tuhan adalah segala-galanya bagi mereka. Iman mereka kepada Tuhan tidak lagi didasari keinginan atau pamrih mendapat pahala, kuasa, atau – apalagi - keuntungan-keuntungan material lainnya tetapi tulus, karena memang demikianlah yang seharusnya. Rasanya kita boleh menggunakan satu ungkapan yang familiar ‘takut akan Tuhan’ dan ‘saleh’ dalam pengertian yang sebenarnya dan seutuhnya. ‘Takut akan Tuhan’ tentu tidak sama dengan ‘takut Tuhan marah, dan membuang kita ke neraka’ apabila kita tidak melakukan tindakantindakan agamawi tertentu dalam hidup kita sesehari. Juga bukan ‘takut tidak mendapat berkat dari Tuhan’ – jenis takut akan Tuhan yang defensif dan egoistis. Sikap segan yang disertai dengan rasa hormat tentu muncul karena pengalaman hidup beriman yang positif dan dinamis dari DSMA terhadap Tuhan. Salah satu tetapi sangat penting yang menyiratkan peranan Allah yang dihayati penuh oleh DSMA ditunjukkan dalam kalimat sangat singkat dalam Dan. 1:17:
Jadi ‘takut akan Tuhan’ mempunyai makna sikap hormat yang sangat tinggi, dan tulus kepada Tuhan yang muncul karena mengalami Tuhan dengan kemahakuasaan-Nya memperlakukan mereka sebagai mahluk yang terhormat, menghargai mereka, dan telah menyejahterakan mereka.
4.
Eksklusif sekaligus inklusif. Bagi DSMA, iman kepada Yahwe, Tuhan itu, eksistensial- menentukan hidup mati – ini perkara yang eksklusif. Mereka memiliki kedekatan-kedekatan khusus, bahkan Tuhan mempunyai tempat yang khusus dalam hidup mereka yang tidak tergantikan oleh apapun juga. Tentu ini bukan terjadi karena indoktrinasi ajaran agama secara sempit melainkan karena iman kepada Yahwe itu sesuatu yang praksis bagi mereka. Mereka sudah menghayati dan mengalami dalam hidup mereka sesehari baik sebagai pribadi-pribadi maupun sebagai umat secara keseluruhan. Meski demikian iman yang eksklusif itu mereka hayati secara inklusif seperti sikap Tuhan mereka yang mau berurusan dengan
kehidupan duniawi dan manusiawi. Bagi Israel – juga bagi DSMA – Tuhan tidak dikenal sebagai Tuhan nun jauh di sana dan sekali menentukan takdir bagi manusia, maka semuanya berjalan sebagai mesin secara otomatis. Meminjam rumusan dari Yeremia 29:11: “Sebab Aku mengetahui rancanganrancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Tuhan ingin kehadiran-Nya di tengah kehidupan manusia melalui umat-Nya dan para pemimpinnya mempunyai visi dan misi yang sama dengan-Nya. Inklusivitas itu dinyatakan
Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan, dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan, dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan, dan mimpi. Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
11
melalui keterlibatan-Nya secara kongkret dalam kehidupan manusia untuk mendatangkan damai sejahtera. DSMA menghayati betul pemahaman iman tentang Allah yang semacam ini, dan menyadari Tuhan yang menempatkan mereka di ‘negeri asing’ itu untuk mendatangkan kesejahteraan Tuhan. Ini niat utama mereka. Mereka sadar bahwa mereka ditempatkan Tuhan (bukan sekedar mengejar karier dan mencari nafkah) di sana untuk melayani bangsa tempat raja yang menjadi atasan mereka memerintah, dan mereka melayani sepenuh hati dan jiwa, dengan kesungguhan. Mereka sudah mewujudnyatakan apa yang diajarkan oleh ilmu kepemimpinan modern yang mendapat inspirasi dari Alkitab yaitu ‘Pemimpin Pelayan’ (yang sempurna dilakoni oleh Yesus Kristus).
5.
Integritas yang tinggi dengan karakter yang mulia. Kesalehan yang ditampilkan oleh sosok DSMA ini tidak sempit hanya berhubungan dengan kesetiaan menjalankan aturan-aturan ibadah formal saja (seperti tidak menajiskan diri dengan menyantap santapan raja, Dan. 1:8 atau menjalankan ritual doa harian secara rutin dan setia, Dan. 6:11) tetapi dibarengi dengan perilaku etika moral dan akhlak yang terpuji, dan akibatnya terpercaya. Integritas
12
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
mereka tinggi – ‘tidak ada sesuatu yang cela’ (secara moral, Dan. 1:4) dan ‘... tidak mendapat alasan apa pun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia (Daniel loyal), dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya (Dan. 6:5-6). Bukan hanya secara intelektual DSMA hebat, tetapi akhlak, dan moralitas mereka yang terpuji, dan semuanya itu menguatkan profesionalitas mereka. Bukan hanya Spiritual Quotient, dan Intelectual Quotient mereka tinggi tetapi juga Emotional Intelegence mereka mumpuni. Beberapa karakterkarakter luhur yang muncul dalam kisah DSMA adalah: (1) kejujuran, (2) loyal, (3) pekerja keras, (4) teguh, (5) kerendahan hati (6) bersahabat, (7) jiwa pelayan, (8) bijaksana,
Karakter-karakter luhur ini muncul pada DSMA sebagai pengejawantahkan sikap ‘takut akan Tuhan’ yang meliputi mereka. Karakter-karakter ini terintegrasi dengan sikap iman mereka kepada Tuhan, tidak terpisahkan apalagi bertentangan menjadi sebuah integritas. Bukankah karakter semacam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia pada masa kini, dan terutama dari para pemimpin bangsa kita mendatang.
6.
Banyak sosok lain yang dimunculkan oleh Alkitab kita yang dengan pribadi dan hadir pada zaman yang berlainan namun berhasil menunjukkan kehidupan model kehidupan beriman, bahkan kepemimpinan, seperti yang dijalani juga oleh DSMA seperti Musa, Raja Daud (dengan segala kekurangannya),
Raja Yosia, Petrus, dan juga Paulus. Tentu yang paling sempurna adalah Sosok Junjungan kita Yesus Kristus yang menolak menjadi Raja dunia tetapi yang roh ke-raja-an-Nya mau Dia karuniakan kepada siapa saja yang memohonnya. Tetapi belajar yang penting dari sosok yang ‘takut akan Tuhan’ seperti DSMA kiranya sudah cukup bagi kita untuk melirik sosok seperti apa kira-kira yang menjadi sosok pemimpin masa depan Indonesia yang akan kita pilih. Tuhan yang memberi kebijaksanaan kepada kita untuk ikut mengambil bagian dalam perwujudnyataan kehendak Tuhan bagi terpilihnya para pemimpin dari bangsa Indonesia ini. Pdt. Samuel Santoso GKI Kedoya, Jakarta
Kepustakaan: 1. Russel, D.S., Daniel, The Daily Study Bible Series (John C.L. Gibson, Gen. Editor), The Westminster Press, Philadelphia, 1981. 2. Jeffery, A ; Kennedy, G., The Book of Daniel, The Interpreter’s Bible vol. VI, Abingdon, Nashville, 1978.
(9) bisa dipercaya, dan (10) sedia berkorban
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
13
f ok u s ii
S
ebagai keturunan raja-raja yang namanya mashyur di seantero negeri, sudah sepantasnya Rehabeam menduduki takhta Kerajaan Israel Raya, melanjutkan pemerintahan sang kakek, Raja Daud, dan sang ayah, Raja Salomo. Demikianlah pemikiran kebanyakan orang Israel, paling tidak, pada awal pemerintahan sang raja baru tersebut. Sebagaimana kehadiran Daud sebagai raja diyakini sebagai pilihan Allah, begitu juga kaum keluarganya yang meneruskan pemerintahannya. Dengan keyakinan yang besar pada kepemimpinan keluarga Daud di atas, rakyat –dipimpin Yerobeam–
mendatangi sang raja. Mereka berniat menanyakan kebijakan raja terkait persoalan pajak yang dianggap memberatkan. Kata mereka, “Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu.” (1 Raja 12:4) Untuk menjawab permohonan tersebut, Rehabeam meminta waktu “sampai lusa” (ayat 5). Dalam waktu antara itu, ia bertanya pada para tua-tua yang selama ini menjadi penasihat Salomo, jawab apa yang
sebaiknya ia berikan. Para penasihat senior memberi saran, “Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu.” (ayat 7) Tapi, bukan hanya pada para penasihat senior saja sang raja meminta saran. Ia juga bertanya pada mereka yang sebaya dengannya. Orang-orang muda ini menyarankan, “Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami - beginilah harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar daripada pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.” (ayat 10-11) Betapa berbedanya isi kedua nasihat di atas! Manakah yang dipilih Rehabeam? – Sayangnya, ternyata, ia justru memilih nasihat yang kedua, nasihat dari orang-orang muda (ayat 14). Rakyat yang mengetahui sikap raja tersebut, saat mereka kembali datang pada hari “lusa” yang dijanjikan, merespon dengan jawaban penuh kemarahan, “Bagian apakah
14
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
kita dapat daripada Daud? Kita tidak memperoleh warisan dari anak Isai itu! Ke kemahmu, hai orang Israel! Uruslah sekarang rumahmu sendiri, hai Daud!” (ayat 16) Dengan pernyataan itu Alkitab menjelaskan terpecahnya Kerajaan Israel Raya menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Israel di sebelah utara, dan Kerajaan Yehuda di sebelah Selatan. Betapa menyedihkan, kejayaan sebuah kerajaan besar berakhir dengan cara demikian. Padahal, betapa berat dan lama upaya untuk menyatukannya dulu! ***** Mengetahui betapa besar kepercayaan dan rasa hormat orang Israel pada Raja Daud dan keturunannya, kita bisa membayangkan betapa besar pula kekecewaan yang dirasakan orang Israel ketika mendengar jawaban dan sikap Raja Rehabeam. Ternyata raja yang begitu mereka percayai tidak memedulikan beban berat yang mereka tanggung. Ternyata raja yang sangat mereka hormati menganggap mereka sepele dan tidak penting. Sungguh menyakitkan! Tidak hanya itu. Keyakinan orang Israel bahwa keberadaan Rehabeam sebagai raja –seperti juga Daud, kakeknya, dan Salomo, ayahnya– adalah pilihan Allah, membuat persoalan ini semakin rumit untuk dipahami. Bagaimana mungkin seorang yang diyakini sebagai pilihan Allah justru menyakiti dan menindas Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
15
umat Allah? Apakah Allah yang salah pilih, atau justru orang Israel yang keliru memahami kehendak Allah? Pengalaman berada di bawah kepemimpinan Raja Rehabeam semakin menegaskan orang Israel bahwa para pemimpin yang punya nama besar, termasuk yang diyakini sebagai pilihan Allah, ternyata tetap bisa berbuat salah. Orang Israel sebetulnya sudah punya pengalaman mengenai hal ini. Misalnya, kasus yang melibatkan kakek dari Raja Rehabeam dengan Batsyeba, isteri salah seorang prajuritnya (2 Samuel 11:1-27). Bisa dibayangkan, betapa terkejut dan marah rakyat Israel ketika mendengar skandal yang dilakukan oleh Raja Daud yang mereka idolakan. Astaga! Contoh lainnya terkait dengan ayah dari Raja Rehabeam. Pada masa usia lanjutnya, ia diberitakan mengkhianati Allah dengan menyembah dewa-dewi asing (1 Raja 11:4-11). Tentu saja tindakan ini sangat mengecewakan orang Israel. Sebagai raja yang diteladani rakyatnya, ketidaksetiaan Salomo bukan hanya menjadi urusan pribadi semata, melainkan juga urusan seluruh Bangsa Israel. Ketidaksetiaan seorang raja berdampak pada ketidaksetiaan seluruh bangsa. Ujungnya, mudah ditebak, kejengkelan Allah pada orang Israel. Waduh! Tapi, tunggu dulu. Sisi gelap yang dimiliki Raja Daud dan Raja Salomo, tidak menjadikan kedua raja ini samasekali buruk. Atau, sama-sekali jahat.
16
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Sepanjang masa pemerintahan mereka, tetap harus diakui, Bangsa Israel mengalami saat-saat manis. Bahkan, saat-saat yang membanggakan. Terbentuknya Kerajaan Israel Raya adalah salah satu hal manis dan membanggakan yang dialami orang Israel. Demikian pula masa kebesaran dan kejayaan kerajaan ini. Jangan lupakan pula, negara-negara tetangga menghargai dan menghormati Kerajaan Israel Raya, bahkan merasa gentar dan segan terhadapnya, terjadi pada masa pemerintahan Raja Daud yang dilanjutkan oleh Raja Salomo. Pengalaman manis dan pahit bersama Raja Daud dan Raja Salomo mengajarkan orang Israel untuk tidak berlebihan –baik untuk urusan mengagumi maupun membenci– terhadap raja-raja mereka, yang memang bermacam-macam dalam gaya serta kualitas kepemimpinan. Mengagumi secara berlebihan hanya akan berdampak pada rasa kecewa yang luar biasa, ketika raja yang diidolakan ternyata tidak sesempurna yang diharapkan. Sebaliknya, membenci secara berlebihan akan berdampak pada rasa enggan untuk berpartisipasi dalam segala urusan yang berkaitan dengan sang raja tersebut. Padahal, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, orang Israel tidak mungkin menghindar dari kewajiban dan tanggungjawab yang melekat pada mereka sebagai warga kerajaan. *****
Seperti orang Israel, Bangsa Indonesia juga punya sederet pengalaman manis dan pahit bersama para pemimpinnya. Sisi-sisi cemerlang para pemimpin sedikit-banyak mempengaruhi nama baik Indonesia di lingkup regional dan internasional. Sedangkan, sisi-sisi gelap mereka juga berdampak terhadap turunnya pamor Indonesia di tengah pergaulan antar bangsa. Itu sebabnya, jelas, kita –sebagai warga bangsa– menghendaki pemimpin yang memiliki sebanyakbanyaknya sisi cemerlang. Oh ya, tentu saja, kita sangat menyadari bahwa tidak ada manusia yang hanya mempunyai sisi-sisi cemerlang. Setiap manusia pasti juga mempunyai sisi-sisi gelap dalam dirinya. Tapi, mempertimbangkan besarnya pengaruh seorang pemimpin, sudah sepatutnya dan sepantasnya jika kita mencari sosok terbaik yang dimiliki bangsa ini. Masalahnya, bagaimana mengenali sosok terbaik bangsa ini di antara lautan manusia yang ada di Indonesia? – Memanfaatkan Pemilihan Umum (Pemilu) dengan sebaik-baiknya adalah wadah yang kita miliki. Harus diakui, Pemilu bukanlah alat yang sempurna
untuk menyaring dan menemukan sosok terbaik di negeri ini. Namun, menghindari atau tidak mengambil bagian dalam Pemilu justru akan semakin meningkatkan kelemahan Pemilu. Karena, dengan demikian, hasil Pemilu semakin tidak mencerminkan kehendak rakyat Indonesia. Itu sebabnya, sekalipun kita tahu betapa Pemilu masih berlimpah kekurangan dan kelemahan, pesan bagi kita tetap sama: jangan golput (golongan putih = tidak menggunakan hak pilih dalam Pemilu dengan berbagai faktor dan alasan)! Jangan abstain (tidak memberikan suara, tidak menentukan sikap)! Jangan tidak ikut pemilu! Memutuskan untuk berpartisipasi dalam Pemilu tidak langsung menyelesaikan masalah yang ada. Masalah berikutnya yang langsung menghadang adalah: Siapa yang akan kita pilih? Apa yang perlu kita pertimbangkan saat memilih? – Mencari tahu rekam-jejak (track record) mereka yang mencalonkan diri (baik calon anggota legislatif, maupun calon presiden dan calon wakil presiden) adalah sebuah keharusan yang tidak terhindarkan untuk meminimalkan kehadiran para “Rehabeam” yang bisa memecah-belah keutuhan kita Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
17
sebagai bangsa. Jangan segan, apalagi malas, karena kita juga yang akan merasakan dampaknya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan kita: dari partai politik (parpol) 1 Kenali mana ia berasal. Parpol-parpol
yang beraliran nasionalis adalah yang menjadi prioritas utama kita. Jika tidak ada yang bisa kita pilih dari rombongan ini, barulah kita melirik parpol-parpol yang nasionalis bercorak keagamaan. Parpol-parpol di luar dua kelompok ini tidak direkomendasikan.
rekam-jejak pribadinya. 2 Teliti Apakah ia pernah tersangkut kasus
korupsi dan/atau pernah diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)? Apakah ia peduli pada persoalan yang dihadapi kelompok (agama, suku, etnis, dll.) yang berbeda dengannya, atau hanya memperhatikan kepentingan grup sendiri? Apakah ia pernah terlibat dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)? Ketika diwawancarai media, bagaimana ia merespon pertanyaanpertanyaan yang diberikan? Bagaimana kemampuannya menangani persoalan-persoalan dalam jabatannya saat ini?
juga 3 Cermati Bagaimana ia
keluarganya. mengurus keluarganya? Bagaimana ia berelasi dengan anggota keluarganya? Seperti diingatkan Rasul Paulus
18
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
pada Timotius (yang sering kita jadikan salah satu panduan dalam mencari dan memilih penatua), “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” (1 Timotius 3:5) – Apalagi mengurus Negara! tidak kalah penting: Simak 4 Yang penghayatan imannya. Kalau ia
seorang Kristen, apakah ia setia bergereja? – Kehidupan bergereja yang tidak selalu menyenangkan, tidak jauh berbeda dengan kehidupan bernegara yang tidak selalu membahagiakan. Kesetiaan seseorang bergereja bisa menjadi cermin kesetiaan seseorang menunaikan kewajiban dan tanggungjawabnya dalam kehidupan bernegara. Pula, bagaimana ia menerjemahkan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari? – Jangan sampai ia hafal ayat-ayat Alkitab, tapi juga hafal celah-celah hukum dan peraturan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
komitmennya pada 5 Perhatikan 4 (empat) Pilar Kebangsaan
Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Konsep tentang 4 (empat) Pilar Kebangsaan Indonesia merujuk pada empat unsur yang menyangga keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini menjadi penting, mengingat sepanjang sejarah Indonesia, kita
mengalami sejumlah upaya untuk mengubahnya. Sebagai calon pemimpin bangsa, bagaimana ia memahami dan menghargai unsur-unsur yang menyatukan bangsa dan negara Indonesia? Bagaimana pula komitmennya terhadap keutuhan bangsa dan negara ini? Waduh, ternyata banyak juga yang harus kita pertimbangkan sebelum masuk ke bilik suara. Ternyata kita tidak bisa begitu saja memilih orang yang dianggap ganteng/cantik, atau partai yang lambangnya dianggap menarik. Namun, sekalipun membutuhkan upaya, syukurlah, kita hidup dalam era informasi yang memungkinkan hal tersebut di atas bisa dilakukan. Hore! Oh ya, masih dalam rangka mempersiapkan diri mengikuti Pemilu, pastinya kita ingin tahu, apakah calon yang akan kita pilih adalah juga pilihan Tuhan? Bagaimana caranya mengenali pilihan Tuhan tersebut? – Situasi sejenis pernah dihadapi murid-murid Tuhan Yesus, saat jumlah mereka berkurang satu, setelah kematian Yudas Iskariot. Kisah Para Rasul menjelaskan situasi ini melalui Petrus yang bertutur: “... Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” (Kisah 1:21-22)
Kebutuhan untuk menggenapkan kembali jumlah murid-murid menjadi duabelas orang memang diakui. Tapi mereka juga tidak mau asal pilih. Kriteria yang ditetapkan para murid sangat jelas, yaitu: Orang yang selama ini sudah bersama-sama mereka “mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga”. Dari kriteria tersebut, muncullah dua nama, “Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias” (ayat 23). Para muridpun menindaklanjuti kedua nama itu dengan mendoakan mereka (ayat 24-25). Akhirnya, Matias ditetapkan sebagai murid keduabelas, menggantikan Yudas Iskariot (ayat 26). Seperti murid-murid Tuhan Yesus dulu, kita juga menetapkan kriteria bagi para calon pemimpin Bangsa ini. Tahapan selanjutnya adalah mendoakan mereka. Berikutnya, mari kita persilakan Tuhan menyatakan kehendak-Nya. Berbekal kesungguhan dan keseriusan kita berpartisipasi dalam Pemilu, kita yakin Tuhan akan menetapkan yang terbaik untuk Indonesia. Soli Deo Gloria!
Pdt. Timur Citra Sari, Th.M. GKI Bekasi Timur, Jakarta
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
19
L I P U TA N
!
JANGAN APATIS JADILAH PEMILIH YANG BIJAK DAN CERDAS
T
ahun 2014 ini negara kita akan melaksanakan pesta demokrasi atau yang lebih dikenal dengan nama pemilu. Pemilu memiliki arti yang sangat penting karena merupakan perwujudan pelaksanaan demokrasi dimana rakyat sebagai pemilik kedaulatan politik berpartisipasi untuk memilih dan menentukan pemimpin politiknya. Dalam pemilu ini terjadi dalil demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
MENJADI PEMILIH YANG CERDAS TINJAUAN PEMILU DARI PERSPEKTIF POLITIK1 Pada dasarnya kesuksesan sebuah pemilu dapat dinilai dari dua hal yaitu
sukses proses dan sukses hasil atau substansi. Yang dimaksud dengan sukses proses adalah jika pemilu berjalan secara aman, tertib, damai, dan tepat waktu di setiap tahapan. Pemilu akan sukses secara substansi atau hasil manakala pemilu menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif. Dalam pemilu, partisipasi masyarakat sangatlah penting dan menjadi salah satu tolak ukur untuk mengukur legitimasi sebuah pemilu. Makin tinggi tingkat partisipasi masyarakat, makin legitimate sebuah pemilu. Membandingkan data statistik pemilu tahun 2004 dengan 2009 terlihat adanya penurunan tingkat partisipasi masyarakat. Pada pemilu legislatif tahun 2004 tingkat partisipasi masyarakat sebesar 84% turun menjadi 71% di tahun 2009; sedangkan
pada pemilu presiden turun dari 79% (putaran I) dan 77% (putaran II) menjadi 71%. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh harian Kompas pada tahun 2012 dan 2013, penurunan ini disebabkan karena citra DPR yang buruk, menurunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja eksekutif, para wakil rakyat dan aparat penegak hukum. Mengapa perlu memilih? Memilih dalam pemilu merupakan salah satu hak asasi yang sangat penting dalam kehidupan demokrasi. Dengan berpartisipasi sebagai pemilih kita ikut menentukan calon pemimpin yang akan mengelola negara kita, dan secara tidak langsung kita turut serta menentukan masa depan bangsa kita. Siapa saja yang dapat memilih dalam pemilu dan apa syarat menjadi pemilih? 1. Warga negara Indonesia berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/ pernah menikah 2. Tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya 3. Terdaftar sebagai pemilih 4. Bukan anggota TNI/Polri 5. Tidak sedang dicabut hak pilihnya
20
Majalah Gunsa edisi 87/XXX/2014
kepala daerah), calon pemilih harus berdomisili sekurangkurangnya 6 (enam) bulan di daerah yang bersangkutan Bagaimana cara memilih? 1. Untuk pemilu legislatif, pemilih harus mencoblos tanda gambar partai atau nomor urut calon atau nama caleg. 2. Untuk pemilu presiden, pemilih harus mencoblos gambar pasangan calon presiden/wapres. Pencoblosan terhadap lebih dari satu pasangan calon dinyatakan tidak sah. Tips Menjadi Pemilih Yang Cerdas Sebagai pemilih, hendaknya kita menjadi pemilih yang cerdas. Untuk itu sebelum memilih, ada baiknya kita mencari informasi sebanyak mungkin tentang pilihan yang akan dipilih. Beberapa tips untuk menjadi pemilih yang cerdas: 1. Kenali visi dan misi peserta pemilu 2. Kritis mengikuti dan mengawasi proses dan tahapan pemilu 3. Amati karakter dan rekam jejak kadidat partai politik, caleg, capres dan cawapres
6. Terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)
4. Amati siapa saja pendukungnya dan darimana dia mendapat dana kampanye
7. Khusus untuk pemilukada (pemilu
5. Jangan mudah terhasut. Waspadai Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
21
hasutan provokasi kekerasan maupun hasutan money politics 6. Memilih yang terbaik di antara yang terjelek daripada tidak memilih sama sekali 7. Jangan golput jika ingin mengubah kondisi bangsa MEMILIH DENGAN BIJAK DAN BENAR - TINJAUAN PEMILU DARI PERSPEKTIF TEOLOGIS2 Politik adalah pengabdian
panggilan
dan
Bagaimana sikap orang Kristen terhadap politik? Berpartisipasi dalam dunia politik pada dasarnya merupakan panggilan Teologis. Dalam Alkitab, Allah pun berpolitik. Politik Allah adalah politik penyelamatan, politik kemanusiaan. Melalui Musa, Natan, Daud, Yusuf dan bahkan Yesus. Politik merupakan panggilan karena seluruh
hidup kita tergantung pada kebijakan politik. Baik atau tidak baiknya negara, adil atau diskriminasi tergantung pada kebijakan politik. Mengabaikannya berarti membiarkan politik berjalan tanpa kontrol dan tanpa daya kritis. Politik juga merupakan arena untuk melayani. Firman Tuhan berkata, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana Tuhan membuang umatNya, dan berdoa bagi kota itu, sebab kesejahteraannya adalah pula kesejahteraan umat Tuhan.” (Yeremia 29:7). Mengusahakan kesejahteraan dan berdoa bagi kota adalah pelayanan politik demi keadilan dan perdamaian bagi kota, bangsa dan negara. Namun situasi politik di negara kita saat ini adalah anomali. Banyak aktor politik yang bertindak hanya untuk nafsu, kepentingan materi dan kekuasaan daripada atas dasar idealisme demi kesejahteraan dan
keadilan rakyat. Situasi politik berjalan tanpa moralitas. Negara terpasung dan tak punya daya. Penegakan hukum hampir-hampir tidak ada lagi. Banyak pelanggaran hukum dijumpai dimana-mana. Partai-partai yang adapun cenderung bersifat oligarkis dan sentralistik, tanpa ideologi. Demokrasi yang bersifat prosedural bukan substansial, yang ada adalah demokrasi “wani piro?” Tidak ada lagi kepercayaan masyarakat. Korupsi pun terjadi hampir di semua lembaga negara. Otonomi daerah lebih melayani kepentingan elite pejabat daerah, selain itu politik dengan identitas etnik dan agama semakin menguat. Partai politik dalam Pemilu 2014 Ada 12 partai politik dalam Pemiliu 2014 ini. Sembilan partai lama dan 3 partai baru. Tujuh di antara dua belas partai yang ada bersifat “nasionalis sekuler”, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, Hanura, NasDem dan PKPI. Dua partai berbasiskan massa Islam yaitu PKB dan PAN. Dan ada 3 partai yang berbasiskan nilai Islam yaitu PPP, PKS dan PBB. Potensi Golput Menurut Pol-Tracking Institute (19 Desember 2013), potensi golput mencapai 21%. Tingginya golput terjadi karena beberapa hal: 1. Masyarakat tidak mengenal caleg. Padahal masyarakat lebih memilih caleg yang dikenal daripada memilih partai. Tidak heran partai-
22
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
partai politik memanfaatkan para selebriti. 2. Fungsi intermediasi partai masih lemah. Ada gap besar antara kepentingan partai dan kepentingan masyarakat, termasuk lemahnya identifikasi partai kepada kebutuhan masyarakat. 3. Partai terlibat korupsi, elitis, transaksional, pragmatis, cenderung mementingkan posisi di hadapan konstituen tertentu daripada konstitusi. Karena pemilu menyangkut masa depan bangsa, janganlah golput. Hal itu hanya akan menguntungkan caleg yang kurang memiliki integritas. Kita harus yakin bahwa masih ada caleg yang jujur dan berdedikasi, yang memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh karena itu penting untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan mengamati rekam jejak para caleg serta visi partai politiknya. Jangan pula membuang suara dengan memilih caleg tingkat DPR dari partai yang kemungkinan besar gagal melewati Parlementiary Treshold (Ambang Batas Parlemen). Partai yang dapat duduk dalam parlemen (DPR) adalah partai yang dapat mencapai Parlementiary Treshold sebesar 3.5%. Dalam Hakim-hakim 9:14-15 dikisahkan tentang semak duri yang menjadi raja karena pohon lain tidak bersedia menjadi raja, namun saat semak duri menjadi raja, api keluar dari semak duri dan memakan habis Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
23
pohon-pohon aras yang ada. Kisah ini sebenarnya hendak mengingatkan kita agar memilih dengan hati-hati, jangan sampai semak duri (orang yang tidak tepat) menjadi pemimpin dan menindas rakyat. Orang Kristen perlu menggumuli politik dengan sungguhsungguh. Jika orang Kristen bersikap apatis, maka semak duri akan tumbuh semakin besar, duri-durinya akan menusuk. Lalu kemudian kita hanya mengeluh tehadap kondisi yang ada, padahal kita tidak pernah mengambil bagian untuk terlibat di dalamnya. Kriteria caleg Kenalilah dengan baik caleg yang akan dipilih. Beberapa kriteria caleg yang patut dipilih adalah: 1. Memiliki jiwa kenegarawan dan memiliki visi kebangsaan 2. Taat hukum. Utamakan yang punya rekam jejak membela keadilan dan hak asazi manusia.
Pilih siapa? 1. Bebas untuk memilih caleg dan partai manapun, kecuali yang sektarian-fundamentalis dan partai yang primordialis 2. Janganlah memilih atas dasar KKN: saudara, anak sendiri, seagama, sesuku, segereja, seprofesi. Kecuali yang Anda pilih memilih kompetensi. Pilihlah siapapun (apapun agama/ etniknya) asal memiliki kriteria di atas dan memiliki ‘track record’ yang baik.
3. Memiliki integritas dan jujur, bukan yang diindikasikan koruptor mengalami ketidakadilan dan penindasan.
3. Jangan jadikan gedung gereja sebagai arena kampanye untuk siapa pun, termasuk oleh majelis atau penatua gereja yang mencalonkan diri menjadi caleg, tetapi persiapkan mereka, bangunlah komunikasi dengan mereka dan doakan mereka.
4. Berani membela kepentingan rakyat, terutama yang mengalami ketidakadilan dan penindasan.
Peran gereja dalam era demokrasi
5. Berpegang teguh pada Konstitusi dan memiliki keberanian berjuang, atas nama hukum dan konstitusi, bagi kepentingan semua. Jangan pilih caleg sektarian/primordalis.
24
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
dalam perjuangan bersama guna mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa kita yaitu kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan bagi semua. Gereja harus mengembangkan teologi sosialpolitik yang menaruh perhatian serius terhadap pergumulan umat manusia dan dunia.
Keputusan politik tergantung aktor politiknya; jika aktornya baik, keputusannya baik; jika aktornya buruk, keputusannya buruk, hanya untuk kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Sikap kita terhadap kebijakan politik juga menentukan kebijakan politik yang ada.
Gereja harus lebih serius menggumuli dunia ini dan bertanggung jawab untuk: 1. Dalam tatanan nilai, berpartisipasi
2. Dalam tataran kepemimpinan, berpartisipasi aktif memilih pemimpin yang jujur, mau mengabdi, memiliki integritas, berwawasan kebangsaan dan kemanusiaan. 3. Dalam konteks struktural, mengeritisi dan mentransformasi kecenderungan hegonomik dalam kebijakan dan struktur
Sospolekbud yang berpotensi menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. 4. Dalam konteks kaderisasi, mendidik dan memfasilitasi ‘calon pemimpin’ yang mampu memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan bangsa yang beraneka raga mini. Aspek ini bisa dimulai melalui institusi pendidikan yang dikelola gereja. 5. Dalam konteks pemberdayaan rakyat, bekerja sama dengan seluruh komponen masyarakat untuk penguatan masyarakat sipil. Gereja harus berinisiatif membangun relasi positif antar umat beragama. Fundamentalisme dan eksklusifisme agama harus ditolak.
disarikan dari makalah Seminar Jelang Pemilu 2014, Sabtu 25 Januari 2014: “Menjadi Pemilih Yang Cerdas” oleh Dra. Endang Sulastri, MSi. – Dosen FISIP UMJ, Anggota KPU 2012
1
disarikan dari makalah Seminar Jelang Pemilu 2014, Sabtu 25 Januari 2014: “Memilih Dengan Bijak dan Benar” oleh Pdt. Dr. Albertus Patty, MA (GKI Maulana Yusuf, Bandung; Ketua III Sinode GKI)
2
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
25
Obrolan Si Encim dan Aku
T
idak usah disuruh dua kali, aku langsung pergi ke rumah Si Encim begitu diminta datang. Maklum ada oleh-oleh bandeng asap kesukaanku, Si Encim memang baru datang dari Jawa Timur. Lihatlah, beliau sudah menunggu di depan pintu. Kami berpelukan eraterat melepas kangen setelah dua bulan tidak ketemu. Rupanya kami samasama ‘kehilangan’. Aku : “Ncim, lama amat sih di Jawa Timur? Kangen, deh.” SE : “Sama Cu, Encim juga sudah kangen. Di sana tidak ada yang bisa diajak ngobrol. Tuh bandengnya ya, jangan lupa nanti dibawa.” Aku : “Pasti ‘Ncim, terima kasih.” (sudah terbayang olehku makan nasi hangat dengan bandeng asap dan sambel kecap petis... duh sedapnya) Kami duduk santai sambil minum teh jasmine yang wangi ditambah kue pia cap Mangkok dari Malang. Asyik....
26
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
SE : “Cu, ‘Ncim mau tanya, beberapa waktu yang lalu Encim pernah dengar pernyataan Butet, itu lho yang suka main ‘Sentilan Sentilun’... Katanya kita ini, ‘Senang lihat orang lain susah dan susah lihat orang lain senang.’ Bener nggak sih, Cu?” Aku : “Menurut gimana?”
Encim
tidak sesukses Prapti, anak Ibu Ami yang buka restoran kecil dan laku sekali. Jadi dia sering bilang ‘Tuhan tidak adil, pilih kasih’. Gimana jawabnya ya, Cu?”
sendiri
SE : “Terus terang aja, ada benernya ya. Encim punya pengalaman begini: Waktu di Malang, Encim mau besuk teman lama yang katanya kena stroke ringan, jalannya jadi susah. Eh waktu mau berangkat, kok ya sial, Encim jatuh di tangga depan, tidak parah tapi lumayan sakitnya. Jadi waktu Encim nengokin itu sambil dituntun Si Inem. Begitu sampai, sambutan teman Encim itu begini: ‘Waduh Ci, pincang juga ya? Aku punya konco nih sama-sama pincang...’ sambil tertawa-tawa. Rupanya dia senang karena Encim kena musibah. Apa kita memang begitu ya, Cu?”
Aku : “Ya, ‘Ncim, kalau mau terus terang ya memang begitu, walaupun kadang-kadang tidak se’kasar’ itu, tidak terlalu nyata seperti itu.” SE : Tetapi Cu, seringkali kita ‘iri’ lihat orang lain yang lebih berhasil dari kita, mungkin juga kesel. Cucu tahukan Ibu Ningsih, dia sering mengeluh pada Encim. Kenapa anak-anaknya tidak sesukses anak-anak Ibu Ami. Yang sulung sama-sama dokter tetapi prakteknya tidak seramai anaknya Ibu Ami. Anaknya yang buka toko makanan juga begitu,
Aku : “Gini ‘Ncim, kebetulan saya kenal dua keluarga ini. Ibu Ami berjuang mati-matian untuk membesarkan anak-anaknya setelah suaminya meninggal. Anak-anaknya juga dengan tekun meneruskan studinya, mereka kuliah sambil kasih les. Yang dokter itu ‘Ncim, katanya ramah sekali dan sering menolong orang miskin, karena dia sendiri pernah merasakan bagaimana pedihnya kalau jatuh sakit dan tidak punya uang. Sedangkan Prapti, uletnya bukan main ‘Ncim; jatuh bangun tetapi dengan tabah, kegagalan demi kegagalan dapat dilaluinya. Bukankah Confucius pernah berkata, ‘Kemenangan terbesar bukanlah ketika kita Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
27
tidak pernah kalah, tapi ketika kita bangkit kembali tiap kita jatuh.’ Harusnya Ibu Ningsih cari tahu apa sebab anak-anaknya tidak begitu sukses. Jangan main komplain saja sama Tuhan. Mungkin anak-anaknya kurang berani menghadapi tantangan, maklum dari dulu mereka selalu berkecukupan.” SE : “Iya, bener juga, ya. Anakanaknya Ibu Ami itu semua baik dan rendah hati. Tanya lagi ya Cu, kalau kita ‘nyukurin’ orang yang kena musibah, boleh nggak Cu? Teman Encim orang Jakarta asli, bilang begini: ‘Syukurin lu kena musibah, suka jahat sih ama gue.’ Katanya orang itu suka jahatin dia, jadi dia ngebalas.” Aku : “Tidak boleh nyukurin orang, Ncim. Apalagi kita kan anak-anak Tuhan dan Tuhan berfirman: ‘Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan diri sendiri’ (Roma 15:1). Misalnya nih ‘Ncim, kita dengar ada teman kita Si A kena kanker, maka sebaiknya kita cepat-cepat meneliti berbagai gejala awal yang diceritakannya, apakah gejala itu ada pada kita? Kalau tidak, ya kita senang, lega dan bersyukur pada Tuhan, bukannya senang karena Si A sakit. Kita sebaiknya berdoa kira-kira begini, ‘Tuhan tolong
28
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
beri kekuatan dan ketabahan pada A dalam memerangi kankernya, berkati segali segala upaya yang dilakukan oleh para medis agar dapat membawa kesembuhan. Terima kasih Tuhan untuk kesehatan yang Engkau berikan kepada hamba, hamba bersyukur dan berterima kasih untuk pemeliharaan-Mu dari hari ke hari.’ Inti doa kirakira begitu ya Ncim, tentunya bisa ditambah lagi...” SE : “Ya Cu, akan Encim ingat baikbaik, doanya bagus. Tapi kalau kita nyukurin koruptor yang hukumannya ditambah, boleh kan Cu? Abis sebel, kalau tampil di TV malah cengengesan kayak bintang film. Aku : “Tidak tahulah ‘Ncim, boleh tidaknya...” SE : “Cu, Encim tahu... kata Cucu dulu kalau tidak tahu jawabannya, ya gampang aja: m i s t e r i.” (kata Si Encim sambil tertawa-tawa). Aku : ???
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.... (Roma 12:9)
Kons u ltasi T e o l ogi
Titik Berangkat
IMAN KRISTEN Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,
D
alam sebuah buku yang saya baca, penulisnya menyatakan bahwa titik berangkat iman Kristen tertulis di Yohanes 1:1 yang berbunyi “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Dilanjutkan dengan Yohanes 1:14 yang berbunyi “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Kedua ayat tersebut, terutama ayat pertama, tidaklah mudah saya pahami. Dapatkah Bapak pendeta memberi penjelasan sehingga saya mampu menangkap arti dari kedua ayat tersebut, yang dikatakan sebagai titik berangkat iman Kristen. Salam, Djajasaputra, Lippo Village
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
29
keyakinan sekolompok kecil orang kristen yang menjadikan Yesus sebagai pusat kepercayaan mereka. Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang ditulis dengan maksud untuk menjelaskan siapakah Yesus bagi mereka (orang Yunani – red). Menjelaskan sebuah keyakinan yang berasal dari satu kebudayaan tertentu kepada masyarakat yang kebudayaan yang berbeda bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi jika kedua budaya tersebut mempunyai paradigma berpikir yang berbeda. Orang-orang Yahudi pada umumnya sangat fungsional sementara orang-orang Yunani sangat esensial dan falsafati. Yohanes dalam pasal 1 berupaya menjelaskan siapa Yesus dalam istilah dan pardigma berpikir orang-orang Yunani. Yohanes menggunakan istilah Logos (diterjemahkan oleh LAI dengan kata Firman) untuk menjelaskan siapa Yesus. Jawab: Jawaban untuk Djajasaputra – di Lippo Village Tidak bisa dipungkiri bahwa kekristenan lahir dari keyahudian. Yesus adalah orang Yahudi dan murid-murid-Nya juga adalah orang-orang Yahudi.
30
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Ketika kekristenan mulai dari Palestina kemudian menyebar ke luar lalu masuk ke dalam masyarakat yang berbahasa dan berkebudayaan Yunani maka muncullah pertanyaan-pertanyaan kritis dari masyarakat tersebut. Mereka mempertanyakan tentang
Istilah Logos dalam kebudayaan Yunani bukanlah sesuatu yang asing. Para pengikut aliran filsafat Stoa di Athena, Yunani, yang begitu terpukau akan keteraturan dunia ini, selalu bertanya: ”Apakah yang membuat bintang tetap pada jalurnya? Apakah yang membuat gelombang itu pasang dan surut? Apakah yang membuat siang dan
malam datang secara beraturan?” Dan mereka memiliki keyakinan bahwa jawab atas pertanyaanpertanyaan tersebut adalah, “Segala sesuatu dikendalikan oleh Logos (Firman) Allah. Bagi mereka, Logos adalah kekuatan Allah, Logos adalah perkataan dan pikiran Allah yang berkuasa untuk mengatur alam semesta dan segala yang ada di dalamnya. Herakleitos, seorang filsuf Yunani abad ke-6 SM mempunyai pemahaman dialektikal tentang “perubahan”. Baginya, di alam semsta ini tidak ada yang tetap, semuanya selalu berubah. Namun perubahan bukanlah sesuatu yang kebetulan. Karena perubahan itu dikemudikan atau diatur mengikuti pola yang terus menerus sepanjang waktu. Dan yang mengendalikan pola itu adalah Logos, firman dan nalar atau pikiran Allah. Dan, Rasul Yohanes mengambil alih gagasan tentang Logos yang populer dalam budaya Yunani dan mengolahnya sedemikian rupa untuk menjelaskan tentang siapakah Yesus bagi setiap manusia. Pada mulanya adalah Logos (Firman), Logos (Firman) itu bersama-sama dengan Allah dan Logos (Firman) itu adalah Allah. Melalui pernyataan ini hendak diungkapkan tentang keyakinan Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
31
Konsultasi KELUARGA
gereja mula-mula, bahwa betapapun Yesus terdiri dari darah dan daging sama seperti manusia ciptaan Tuhan yang lain, Yesus itu pada hakekat-Nya bukanlah makhluk tapi Ia adalah Khalik, Ia seesensi dengan Sang Khalik, dan mempunyai karakter seperi Sang Khalik. Pada kenyataan-Nya Ia adalah mahluk sama seperti kita tapi pada hakekat-Nya Ia adalah khalik, yang sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan. Bagaimana bisa, ada makhluk yang sehakekat dengan Sang Khalik? Ini tentu sebuah gagasan yang menggoncangkan dunia Yunani. Sebab bagi orang-orang Yunani, tubuh adalah sesuatu yang kasar, maka bagaimana mungkin/pantas Allah memasuki tubuh yang kasar dan jahat? Tidaklah mengherankan apabila ada banyak orang Yunani sulit memahaminya. Oleh karena itu dalam kehidupan gereja mula-
32
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
mula muncullah paham sesat yang disebut doketisme. Doketisme berasal dari kata Yunani dokein yang berarti menyerupai. Doketisme mengajarkan bahwa Yesus bukan manusia (mahluk) tapi ia hanya menyerupai manusia. Yang, kalau melintas di siang hari bayangbayang-Nya tidak kelihatan dan yang kalau berjalan di atas pasir jejak-Nya tidak nampak. Dalam pemahaman orangorang Yunani apa yang kelihatan di dunia ini adalah semu, hanya bayang-bayang, dan palsu. Yang asli, sejati, dan sesungguhnya itu ada dalam dunia ide. Jadi, jika kita melihat sebuah perbuatan kasih di dunia ini maka kasih tersebut palsu, tidak sesungguhnya sebab yang sesungguhnya hanya ada di dunia ide. Di tengah-tengah masyarakat yang berpikir demikianlah Yohanes hendak memberitakan bahwa Firman yang menjadi manusia adalah wujud kasih Allah yang sesungguhnya. (STP)
S
aya seorang pria, saat ini usia saya 31 tahun. Sudah menikah, namun sudah sejak tiga tahun lalu, saya menjadi orang tua tunggal bagi putri saya yang masih berusia 4 tahun. Dalam keluarga, saya hanya tinggal berdua bersama putri saya, karena tiga tahun yang lalu istri saya meninggal akibat sebuah penyakit kronis. Walaupun berat, saya berusaha tegar untuk menjalani kehidupan ini. Namun semenjak istri saya meninggal, saya banyak memperoleh bantuan dari seorang wanita, khususnya dalam hal merawat dan mendidik putri saya. Wanita tersebut bukan orang asing dalam keluarga saya. Ia adalah teman kami – saya
dan istri – saat di SMA dulu, bahkan sampai saat ini, ia sering hadir dalam acara keluarga yang biasa kami adakan. Selama ini relasi saya dengan wanita tersebut hanya sebatas urusan merawat dan mendidik putri saya. Ia tulus membantu putri saya dan putri saya pun terlihat akrab bersamanya. Melihat kerinduan putri saya akan sosok seorang ibu, yang kebetulan akhir-akhir ini hadir dalam sosok teman wanita tersebut, sempat terlintas dalam benak saya untuk melakukan pernikahan kedua bersamanya. Apalagi sampai saat ini ia belum menikah dan masih bergumul dalam mencari pasangan hidup untuk menjadi pendampingnya. Namun di waktu
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
33
Jawab: Teddy Soemantri yang menjajaki pernikahan kedua!
yang lain saya sendiri merasa tidak ingin mengingkari janji saya dan istri di hadapan Tuhan, ketika pemberkatan nikah kami berlangsung. Yang ingin saya tanyakan kepada Pak Pendeta, apakah ada kemungkinan bagi saya sebagai orang Kristen melakukan pernikahan yang kedua? Apakah gereja GKI bersedia untuk memberkati pernikahan kami nantinya? Jika memang kemungkinan itu ada, problematika apa yang mungkin harus saya hadapi untuk pernikahan kedua tersebut? Terima kasih Pak Pendeta, atas jawaban Anda. Tuhan memberkati! Teddy Soemantri, Jembatan Lima
34
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Saya turut bersimpati kepada Anda dan putri semata wayang Anda yang terlalu dini harus berpisah dengan seorang kekasih dalam kematian. Tak terbayangkan duka lara yang Anda rasakan pada saat istri Anda meninggal tiga tahun yang lalu. Apalagi, saat itu, putri Anda baru berusia setahun, dan ia amat membutuhkan seorang ibu! Tuhanlah yang sudah menolong dan memampukan Anda, sehingga Anda dapat menghadapi dan mengatasi peristiwa itu, bahkan dapat mendampingi putri Anda dalam 3 tahun terakhir ini. Bagi Anda atau seorang suami yang biasa bekerja mencari nafkah untuk keluarga, memang sungguh tidak mudah untuk mendampingi seorang anak dalam usia emas (1-5 tahun). Padahal, pada usia itu, justru seorang anak amat membutuhkan paling tidak seorang yang sungguhsungguh menyayanginya. Ia juga amat membutuhkan seorang yang mau dan mampu dengan penuh kasih mengajarkan dirinya tentang segala yang baik dan benar. Ia siap merekam ke dalam otaknya semua pengalaman dan pengajaran apa saja melalui inderanya. Rekaman yang tersimpan dalam otaknya itulah yang nanti dapat ikut mempengaruhi kehidupannya selanjutnya. Karena itu, orang yang
paling tepat untuk mendampinginya sesungguhnya adalah ibu dan/atau ayahnya sendiri. Namun, jika karena satu dan lain hal (karena sama-sama bekerja, misalnya), ayah dan ibunya tidak bisa mendampinginya, seorang anak masih beruntung jika ia masih mendapatkan seorang pendamping yang menyayanginya seperti anaknya sendiri. Orang seperti itu bisa mertua perempuan dan/ atau lelaki, bisa adik atau kakak ipar, bisa juga seorang perawat atau pembantu rumahtangga. Dan, anak Anda sendiri beruntung mendapatkan orang seperti itu dalam diri seorang perempuan, yang adalah seorang teman Anda dan almarhumah istri Anda sejak SMA. Teman perempuan Anda itu sesungguhnya dalam kenyataannya telah menjadi seorang ibu bagi putri Anda selama 3 tahun terakhir ini. Dia dengan tulus telah menyayangi, merawat, dan mendidik putri Anda. Karena itu, jika Anda bertanya, apakah sebagai seorang Kristen ada kemungkinan bagi Anda untuk melakukan pernikahan dengannya, maka pertanyaan saya adalah mengapa
tidak mungkin? Anda dapat menikah lagi dengannya. Sesuai dengan ajaran iman Kristen yang berdasar pada Alkitab, sama sekali tidak ada keberatan bagi seorang suami atau istri untuk menikah lagi, jika mereka “bercerai” dengan pasangannya, karena kematian. Seperti kata Rasul Paulus, “Sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu” (Rom. 7:2). Hal yang sama berlaku juga bagi seorang suami. Setelah isterinya meninggal, seorang suami boleh menikah lagi dengan seorang perempuan lainnya. Suami atau istri yang menikah lagi tidak berdosa dan tidak mengingkari janji dengan pasangannya yang telah meninggal. Ia telah dengan setia memegangi janjinya sampai akhir hidup pasangannya. Setelah istri Anda dipanggil pulang oleh Tuhan, Ia, bahkan, tampaknya, telah memilih teman perempuan Anda itu sebagai penggantinya, atau jodoh Anda selanjutnya. Mengapa? Pertama, Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
35
konsultasi KESEHATAN jika tidak salah, dia itu seiman dengan Anda. Anda dan dia sama-sama Kristen. Kedua, dia juga seorang yang Anda sudah kenal dengan baik, kelebihan, dan kekurangannya, selama banyak tahun, sejak SMA. Ketiga, dia menyayangi putri Anda seperti anak sendiri, dan demikian pula putri Anda menyayanginya seperti ibunya sendiri. Keempat, dia belum menikah dan masih mencari pasangan hidup untuk menjadi pendampingnya (dan jangan-jangan pasangan hidup yang dinantikannya sesungguhnya adalah Anda sendiri). Kelima, jika sejak SMA Anda bisa tetap berteman baik dengannya, mengapa Anda tidak berteman baik seumur hidup saja dengannya sebagai suami-istri? Gereja tidak pernah berkeberatan untuk melayani peneguhan dan pemberkatan pernikahan kedua dari seorang yang pasangannya telah meninggal. Sebab, Gereja hanya meneguhkan dan memberkati apa yang diperkenan oleh Allah dan firman-Nya. Anda juga tidak perlu membayangkan akan menghadapi problematika hidup
pernikahan kedua yang jauh berbeda dengan problematika hidup pernikahan pertama. Sebab, problematika hidup pernikahan pada hakikatnya adalah sama, yaitu problematika saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan selanjutnya memakai kelebihan masing-masing untuk saling melayani atau saling “menyempurnakan” kekurangan masingmasing. Jika teman perempuan Anda sungguh-sungguh menyambut dengan sepenuh hatinya keinginan Anda untuk menikah dengannya, saya mau membisikkan kepada Anda terlebih dahulu, “Selamat menjalani hidup baru bersamanya, dan semoga Anda hidup berbahagia dengannya, sama seperti dengan isteri Anda dahulu!”
Yang mengharapkan Anda menikah (lagi) dengan teman perempuan Anda, Pdt. Royandi Tanudjaya
Pengasuh rubrik ytk.
S
aya seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun. Belum lama ini saya melakukan pemeriksaan kadar lemak dalam darah di laboratorium. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida saya di atas normal. Yang ingin saya tanyakan adalah: 1. Apakah perbedaan antara kolesterol dan trigliserida? 2. Jika kolesterol dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, apakah trigliserida juga dapat menyebabkan hal yang sama? 3. Apakah jenis makanan penyebab tingginya kadar kolesterol sama dengan penyebab tingginya kadar trigliserida? 4. Adakah pengaruh faktor genetik dalam hal ini? 5. Apakah kadar trigliserida yang tinggi ditandai dengan rasa pegal-pegal di bagian belakang leher? 6. Langkah-langkah apakah yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah?
Yanny, Jakarta, 14220
36
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
37
Jawaban : 1. Trigliserida adalah sejenis lemak yang ada dalam tubuh. Tubuh kita memerlukannya untuk menghasilkan energi. Jika makanan yang kita makan jumlah kalorinya melebihi kebutuhan, maka kelebihannya akan diubah oleh hati menjadi trigliserida, dan trigliserida akan disimpan dalam sel-sel lemak di bawah jaringan kulit. Jika tubuh memerlukan energi, trigliserida akan diambil kembali dan diubah menjadi energi. Jika kita terus menerus makan dengan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan, maka trigliserida akan terus disimpan dalam tubuh dan kadarnya meningkat. Resistensi insulin (merupakan sebab terjadinya diabetes) terjadi juga pada orang yang mengalami obesitas (kegemukan) sehingga kadar trigliserida juga meningkat. Kolesterol juga sejenis lemak dalam tubuh, tapi tubuh membutuhkan kolesterol untuk pembentukan sel dan produksi hormon hormon tertentu, dan kolesterol disimpan dalam hati dan dinding pembuluh darah. 2. Kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penumpukan kerak lemak pada dinding pembuluh jantung koroner. Trigliserida tinggi, seperti kolesterol, juga merupakan faktor resiko penyakit jantung dan stroke. Sebuah penelitian melaporkan, berapa pun kadar
38
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
kolesterol jahat (LDL) seseorang, normal ataupun tinggi, dengan adanya kadar trigliserida tinggi, maka resiko terkena penyakit jantung dan stroke akan meningkat. 3. Jenis makanan penyebab tingginya kadar kolesterol tidak sama persis dengan penyebab tingginya kadar trigeliserida. Kolesterol akan meningkat terutama bila
mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemak jenuhnya. Sedangkan makanan yang meningkatkan trigliserida terutama adalah makanan berkalori tinggi, yang sumbernya adalah karbohidrat dan gula. Seringkali orang telah berdiet rendah lemak, namun tetap tinggi karbohidrat sehingga kadar trigeliserida tetap tinggi. Sumber karbohidrat, misalnya, nasi, roti, kentang, jagung, singkong. Untuk menurunkan trigliserida, selain mengurangi asupan karbohidrat, pilihlah juga makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, misalnya, nasi merah atau roti gandum. Komsumsi alkohol berlebih juga akan meningkatkan trigliserida. 4. Faktor genetik berperan dalam peningkatan lemak tubuh. Kolesterol dalam darah ada endogen dan eksogen. Eksogen dari makanan
yang kita makan sedangkan endogen adalah yang dibentuk oleh tubuh sendiri. Bila kadar kolesterol endogen tinggi, maka meskipun kita tidak makan lemak jenuh sama sekali, kadar kolesterol akan tetap tinggi. Demikian juga trigliserida, reseptor di dalam sel-sel hati yang bertugas untuk mengubah trigliserida yang berlebih untuk menjadi kolesterol telah mengalami penurunan (cacat bawaan), sehingga terjadi peningkatan trigliserida. 5. Tingginya kadar trigliserida tidak ditandai dengan pegal-pegal di belakang leher, biasanya yang terlihat adalah gemuk terutama di sekitar perut. 6. Gaya hidup yang sehat sangat berpengaruh pada kadar lemak dalam tubuh, baik kolesterol maupun trigliserida, Ibu mempunyai data gambaran kolesterol (meskipun Ibu kurang memberikan informasi mengenai HDL-kolesterol yang Ibu miliki) dan trigliserida, tapi harus diketahui juga IMT (Indeks Masa Tubuh) untuk mengetahui berat badan kita kurang/ normal/berlebih/obes (gemuk).
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
39
kons u ltasi H U K U M Gaya hidup sehat adalah: Makan sehat, yaitu jumlah kalori dan jenis sesuai dengan kebutuhan tubuh kita, bila berat badan Ibu berlebih, maka asupan kalori harus kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga berat badan bisa berangsurangsur turun. Jenis makanan disesuaikan dengan kadar lemak yang akan diturunkan. Bila kolesterol tinggi, kurangi asupan lemak jenuh, bila trigliserida tinggi, kurangi karbohidrat/gula. Untuk Ibu, karena kolesterol dan trigliserida tinggi, maka kurangi lemak jenuh dan juga karbohidrat/ gula, maka perbanyak komsumsi sayur dan buah, bisa sampai 6 porsi perhari. Olahraga yang teratur, benar dan baik. Perhatikan jenis, frekuensi, lama dan intensitasnya. Jenis olahraga yang dipilih adalah aerobik, yaitu antara lain jalan, sepeda, lari, renang, senam/ dansa dan bila BB normal serta umur tidak lebih dari 35 tahun, boleh skipping (lompat tali). Frekuensi bisa 3-5 kali perminggu. Lamanya bisa 30 sampai lebih dari 60 menit, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Intensitas bisa dilihat dari denyut nadi, tapi secara sederhana adalah sambil olahraga kita masih bisa
40
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
ngomong tanpa dengan nafas tersengal/ngos-ngosan. Manfaat olahraga baru bisa kita rasakan setelah 3 bulan teratur olahraga, rasa bugar dan komponen dalam darah membaik. Bila olahraga seperti di atas sulit dilakukan, maka yang penting adalah gerak (moving). Biasakan naik tangga bukan naik lift (bila berat badan normal), parkir di tempat agak jauh, gelas minum berada di tempatnya, bukan di meja kerja, remote TV berada di depan TV, bukan di tangan kita, dan lainlain. Intinya yang harus dilakukan adalah GERAK. Istirahat cukup, yaitu 6-8 jam per hari, waktu istirahat adalah waktu dimana regenerasi sel terjadi. Manajemen stress Semoga jawaban ini bisa bermanfaat untuk Ibu, dan dapat dilaksanakan secara teratur dan terus menerus, dimulai pada usia semuda mungkin, sehingga kita bisa tetap sehat pada usia lanjut dan menekan biaya kesehatan yang disebabkan pengobatan. Bagaimanapun pencegahan selalu lebih murah daripada pengobatan. Tuhan memberkati. (MW)
Hal-Hal Yang Perlu Diketahui
Bagi Pengguna Ponsel
S
aya seorang awam yang sedang gemar sekali menggunakan sosial media melalui telepon pintar yang saya miliki. Namun akhir-akhir ini saya cukup terkejut ketika melalui beberapa berita yang saya baca di internet, ternyata seseorang bisa terancam dituntut ke pihak yang berwajib karena mengkritik sebuah institusi ataupun menyebarkan sebuah berita tentang keburukan seseorang melalui sebuah sosial media. Apakah memang seperti itu hukum yang berlaku berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi? Apakah ada undang-undang yang mengatur tentang hal seperti itu? Mohon penjelasan, terima kasih! Dewanto Kusumo, Cikini
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
41
Jawab: Globalisasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian masyarakat informasi dunia, sehingga perlu pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik di tingkat nasional Kemajuan teknologi informasi menyebabkan perubahan kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Penggunaan serta pemanfaatan teknologi informasi terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional, berdasarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan nasional. Pemanfaatan teknologi informasi berperan penting dalam bidang perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk menumbuhkan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu Pemerintah Republik Indonesia membentuk undang-undang tentang transaksi dan informasi elektronik. Informasi elektronik merupakan kumpulan dari data elektronik, meliputi tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, telex, telecopy/sejenisnya, huruf, tanggal, angka, kode akses, simbol/perforasi yang telah diolah, yang memiliki arti/ dapat dipahami oleh orang yang yang mampu memahaminya.
42
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Transaksi elektronik umunya dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, atau media elektronik lainnya, termasuk pengertian media elektronik lainnya itu antara lain adalah telepon genggam, atau kita kenal dengan nama ponsel/ telepon seluler, internet tablet. Pembahasan ini kita fokuskan pada penggunaan komputer dan telepon seluler, yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu ada ketentuan-ketentuan yang dilarang dilakukan yaitu: • Tiap orang dilarang dengan sengaja mendistribusikan/mentransmisikan melalui informasi elektronik yang memiliki muatan yang melanggar susila/perjudian/penghinaan/pencemaran nama baik/kekerasan/ ancaman. (Pasal 27 UU) • Juga dilarang menyampaikan berita bohong/hoax dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik, serta dilarang menyebarkan informasi yang menimbulkan rasa kebencian, permusuhan individu/kelompok masyarakat, dalam kelompok masyarakat tertentu, berdasarkan suku, agama, ras, antar golongan (SARA). • Juga dilarang bagi seseorang dengan sengaja tanpa hak mengirimkan informasi elektronik/dokumen elektronik, yang berisi kekerasan/ menakut-nakuti yang ditujukan kepada orang pribadi.
berwajib. Kita tidak bisa menggunakan alasan hanya bercanda agar tidak mendapat kesulitan jika kita mendapat tuntutan pidana dari pihak yang berwajib.
Pelanggaran terhadap hal di atas dapat dikenakan pidana selama 6 tahun dan denda sebanyak Rp. 1 miliar. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik mulai berlaku pada tanggal 21 April 2008. Khususnya bagi anak-anak muda pengguna ponsel diharapkan untuk berhatihati menggunakan ponsel terhadap hal-hal yang dilarang di atas karena akan berhadapan dengan pihak yang
Motto bagi pengguna ponsel, “Kebiasaan tidak selalu benar, tapi yang benar harus selalu dibiasakan.” Maksudnya kita perlu tertib dan patuh kepada peraturan perundangundangan. “Lebih mudah menghindari masalah daripada keluar dari masalah”, artinya pada saat seseorang menghadapi suatu tuntutan hukum tidak bisa ia menghindar dengan alasan tidak mengetahui undangundang tersebut, malahan yang terjadi ia akan menghabiskan pikiran, energi, dan biaya untuk melepaskan diri dari tuntutan tersebut. (Winanto Wiryomartani S.H, M.Hum.) Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
43
kons u ltasi B I S N I S Sebelum Anda memutuskan pindah, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain:
S
aya seorang karyawan yang sudah bekerja di sebuah perusahaan garmen selama sepuluh tahun. Akhir-akhir ini ada seseorang dari perusahaan kompetitor yang mendekati saya dan menawarkan pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja. Apa yang ditawarkan olehnya cukup menarik bagi saya. Bukan sekadar gaji dan jabatan, justru yang membuat saya tertarik adalah keleluasaan yang mereka akan berikan kepada saya untuk mengembangkan daya kreativitas yang saya miliki, khususnya dalam hal mendesain pakaian. Menurut Bapak apa saja yang perlu saya pertimbangkan sebelum saya mengambil keputusan untuk menolak atau menerima tawaran tersebut? Mohon penjelasannya, terima kasih. Wendy,
a. Track record: sudah berapa lama, bagaimana kinerja perusahaan ini, b. Saat ini berapa besar market share-nya, c. Masa depan perusahaan ini, masih bisa berkembangkah?
Pademangan Jawaban: Sdr. Wendy yang baik, Setelah bekerja di suatu perusahaan selama 10 tahun, Anda mendapat tawaran untuk bergabung di perusahaan sejenis. Hal ini bukan sebuah keputusan yang sederhana. Biasanya, seorang karyawan kalau sudah bekerja lebih dari 5 tahun, ia akan stay (tetap) di perusahaan tersebut, membina kariernya dan mendapatkan renumerasi yang cukup sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Biasanya ketika bergabung dengan perusahaan masih bujangan, kini mungkin sudah menikah dan mempunyai anak. Sehingga, kalau tidak terlalu yakin, sebaiknya pilihan untuk pindah jangan diambil.
44
1. Aspek perusahaan: bandingkan dengan perusahaan tempat Anda bekerja saat ini. Segi-segi yang perlu dibandingkan adalah:
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
d. Kualitas produknya, merupakan produk unggulankah? 2. Aspek finansial: a. Dibandingkan dengan saat ini berapa besarkah kenaikannya? b. Apakah akan naik setiap tahun? c. Tanyakan kepada karyawan mereka saat ini, apakah pemilik (atau manajemen) mempunyai
komitmen yang tinggi dalam hal remunerasi? d. Mungkinkah suatu saat juga bisa mendapatkan kepemilikan saham di perusahaan baik dengan golden share (kepemilikan saham yang diberikan secara cuma-cuma) maupun secara membeli? 3. Aspek lingkungan kerja: a. Apakah akan mendapat lingkungan kerja yang nyaman, tidak klik-klikan, sikut-sikutan? b. Apakah pemilik perusahaan memperhatikan kenyamanan, keamanan dan kebersihan dalam bekerja? c. Adakah keterpanggilan terhadap program kelestarian lingkungan hidup dan sifat sosial kepada sesama? d. Adakah program semacam family gathering bagi seluruh keluarga karyawan? e. Adakah insentif (apresiasi) berupa tour kepada mereka yang berprestasi lebih?
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
45 45
L I P U TA N 4. Aspek keluarga: a. Adakah sifat kekeluargaan dalam perusahaan ini? b. Akankah kita mempunyai team work yang baik? c. Siapkah keluarga kita menerima perubahan tempat kerja ini? d. Bagaimana perhatian perusahaan kepada anggota keluarga karyawan? 5. Aspek job security : a. Berapa mudah perusahaan memberhentikan dan mempekerjakan karyawan baru? b. Akankah posisi yang ditawarkan merupakan ‘kursi’ panas? c. Bagaimana penerimaan sesama pegawai dengan kehadiran Anda? d. Apakah posisi tersebut akan langgeng, perusahaannya juga langgeng, dibandingkan dengan tempat kerja Anda saat ini? 6. Aspek masa depan: a. Apakah perusahaan memperhatikan aspek pengembangan diri? b. Berapa sering kita dilatih dan atau mendapat training untuk meningkatkan kemampuan kita?
46
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
c. Sempatkah kita didorong untuk studi lanjut? d. Bagaimana kesempatan ke luar negri, baik untuk pelatihan dan atau diskusi bisnis? Tentu banyak hal dan aspek lain yang mungkin saya kelupaan, tetapi yang ingin saya sampaikan adalah keputusan yang akan Anda ambil bukan keputusan sederhana. Menurut para ahli psikologi, pindah pekerjaan merupakan salah satu kejadian yang mempunyai daya stress yang tinggi (selain pernikahan, ditinggal mati orang yang sangat dekat, mempunyai anak). Jadi, silahkan dipertimbangkan dengan matang, dan persiapkanlah dengan baik, karena siapa tahu ini memang jalan yang Tuhan persiapkan agar kamu bisa memiliki keadaan yang lebih baik. Selamat mencoba dan jangan lupa bawa dalam doa agar Tuhan Yesus memberi Anda hikmat dan melimpahkan berkat-Nya.
(Robert Robianto, ketika Cap Gomeh dan Valentine Day)
Klinik Paduan Suara
T
ernyata bukan hanya orang sakit saja yang perlu ke klinik atau rumah sakit. Paduan Suara pun perlu ke klinik. Apa yang dimaksud dengan Klinik Paduan Suara (Choral Clinic)? Apa manfaat yang didapatkan dari sebuah Paduan Suara dalam Klinik Paduan Suara?
Choral Clinic atau Klinik Paduan Suara adalah istilah yang dipakai untuk sebuah model pembinaan bagi paduan suara, dimana satu atau beberapa orang ahli/pembina didatangkan untuk memberikan masukan kepada paduan suara setelah melihat langsung paduan suara tersebut menyanyikan sebuah lagu.
Teknis pelaksanaan Klinik Paduan Suara adalah paduan suara menyanyikan lagu, lalu choral clinician (pembina paduan suara) akan memberikan tanggapan terhadap apa yang ditampilkan oleh paduan suara tersebut. Tanggapan yang diberikan meliputi banyak aspek, di antaranya adalah teknik bernyanyi, interpretasi, dan penyajian secara keseluruhan. Biasanya setelah memberikan tanggapan, pembina tersebut akan memberikan masukan dalam rangka perbaikan hal-hal yang menyangkut seni paduan suara. Metodemetode perbaikan diberikan untuk meningkatkan kualitas paduan suara, sehingga diharapkan paduan suara Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
47
LE PA S akan dapat melakukan pelayanan mereka lebih baik lagi pada masa-masa yang akan datang. Manfaat utama dari Klinik Paduan Suara adalah paduan suara mendapat masukan secara spesifik sehingga perbaikan-perbaikan yang dilakukan dapat tepat sasaran sesuai sesuai dengan kondisi masing-masing paduan suara. Hal itulah yang didapat oleh peserta aktif, yakni paduan suara yang langsung diperiksa. Manfaat lain yang tak kalah pentingpun juga diperoleh oleh para peserta pasif, yakni para peserta yang bukan anggota paduan suara aktif, tapi menjadi pemerhati dari proses klinik paduan suara yang berlangsung. Para peserta pasif ini akan mendapat banyak pelajaran dari apa yang dialami oleh paduan suara aktif serta melalui masukan-masukan yang disampaikan oleh pembina, yang dapat dipakai juga untuk memperbaiki paduan suara lain yang mengalami masalah yang sama. Untuk tujuan itulah Kelker Kesenian dan Peribadahan (KKS) mengadakan acara Klinik Paduan Suara bagi kelompok-kelompok penyanyi/paduan suara yang ada dalam lingkungan GKI Gunsa. Setelah mendatangkan langsung para pembina pada jam-jam latihan paduan suara-paduan suara yang ada, pada tanggal 11 Januari 2014, KKS mengadakan Klinik Paduan Suara bersama. Karena keterbatasan waktu pelatihan yaitu hanya dilaksanakan dari pagi sampai sore maka acara dibuka
48
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 87/XXXI/2014 87/XXX/2014
oleh renungan singkat oleh Pdt. David Sudarto, dan dua paduan suara yaitu PS Gita Kalvari dan PS Adoramus ditunjuk menjadi peserta aktif, sedangkan wakil-wakil dari paduan suara lain yang hadir menjadi peserta pasif sekaligus akan berlatih bersama dalam sebuah paduan suara gabungan yang kemudian melayani pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2014 pada kebaktian ke-2 dan ke-3. Pembinaan pada hari itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Voice Building for Choirs (Membentuk suara yang indah untuk Paduan Suara), Klinik Paduan Suara dengan dua paduan suara aktif dan Latihan Bersama dalam paduan suara gabungan yang dipimpin langsung oleh pembina. Sesuai dengan judul lagu “Changed” (Berubah), yang dinyanyikan oleh paduan suara gabungan sebagai salah satu hasil pembinaan, biarlah semua proses pembinaan, masukan-masukan, ilmu, wawasan, latihan-latihan yang diberikan oleh pembina yaitu Bapak Indra Listiyanto (Music Director/ Conductor of Magnificat Church Choir - GKI Kebon Jati Bandung), dapat mengubah paduan suara-paduan suara GKI Gunung Sahari untuk menjadi lebih baik lagi dan lebih berkualitas dalam mempersembahkan puji-pujian bagi kemuliaan nama Tuhan. Soli Deo Gloria! (Gracia Leonora SimanjuntakTelambanua)
G
itar merupakan alat musik yang sering digunakan di lingkungan gereja, terutama pada acaraacara kaum muda, seperti Persekutuan Remaja, Pemuda, dan Komisi Anak. Ukurannya yang tidak terlalu besar dan juga bobotnya yang ringan menjadikan gitar sebagai alat musik “wajib” pada acara di luar gereja, seperti Retreat, Persekutuan Alam Terbuka, dan Camping Tenda. Pada acara-acara persekutuan, puji-pujian yang dibawakan biasanya “khas”, yaitu cenderung lebih cepat dan dinyanyikan sambil bertepuk tangan sehingga terbentuk suasana gembira.
Menjadi gitaris di acara persekutuan gereja bukanlah hal yang sulit. Bila sudah mampu memainkan beberapa lagu rohani (dengan benar), kita bisa mengiringi puji-pujian. Bermain gitar di acara persekutuan, biasanya cukup memainkan ritmenya saja dan tidak harus menggunakan teknik gitar klasik yang memetik menggunakan semua jari tangan kanan. Juga kunci-kunci yang dipakai relatif tidak “aneh-aneh”, seperti pada musik Jazz. Namun bila melayani sebagai gitaris persekutuan, kita seringkali menghadapi berbagai kendala. Coba Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
49
bayangkan beberapa situasi berikut. Ketika kita menjadi gitaris di sebuah acara, MC meminta untuk meninggikan kunci karena nadanya dirasa terlalu rendah. Atau pembicara tanpa diduga mengajak jemaat menyanyikan lagu baru yang masih asing bagi kita. Atau kita tiba-tiba diminta bermain gitar karena gitaris yang seharusnya bertugas ternyata tidak hadir. Atau kita datang terlambat dan MC sedang memimpin bernyanyi, lalu kita berusaha mencari kunci yang sesuai suara nyanyian. Inilah contoh hal-hal yang sering terjadi. Oleh sebab itu ada baiknya kita memperhatikan hal-hal berikut.
beberapa lagu saja, dan di luar itu kita tidak sanggup, maka tingkat permainan kita masih sebatas hafalan. Ini wajar bagi pemula. Tapi dengan seringnya berlatih, mencoba sebanyak mungkin lagu, apalagi bila mendapat “pembimbing” yang baik, suatu saat kita akan benar-benar menguasai
D, D#, atau E. Bila kita menggunakan kunci-kunci C-F-G, maka setelah naik ke D yang digunakan adalah D-G-A. Dari mana kita bisa tahu? Sebenarnya ini adalah teori musik dasar yang sederhana. Namun ketika bermain gitar tentu saja kita tidak membawabawa “contekan” teori musik. Gitar
Intro yang Komunikatif
Persiapan Sebelum bertugas seharusnya gitaris melakukan persiapan, baik bersamasama dengan MC dan song leader (bila ada), maupun sendiri. Di sini kita akan mengetahui lagu-lagu apa saja yang bakal dinyanyikan sehingga dapat mencari kunci-kunci lagunya. Bila ada beberapa orang gitaris, kita bisa menyamakan kunci dengan rekan gitaris yang lain sehingga suara iringan gitar nantinya terdengar rapi dan kompak. Bila masih pemula, kita bisa sambil belajar kepada yang lebih berpengalaman. Bukan Hafalan Bila kita hanya bisa memainkan
50
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 87/XXXI/2014 87/XXXI/2014
hal ini akan bisa dikuasai. Pemain gitar juga sebaiknya tahu letak do-re-mi pada gitar, yaitu bisa membunyikan dore-mi-fa-sol-la-si-do di berbagai nada dasar. Apa pentingnya? Selain untuk memainkan melodi lagu, kemampuan ini dibutuhkan untuk mencari nada dasar yang pas bagi suara kita. Bila kita secara mendadak diminta bermain gitar, maka kita secara cepat bisa membayangkan not-not lagu itu untuk mencari not tertinggi dan terendahnya, lalu menentukan di kunci mana kita akan bermain. Tanpa memahami dore-mi kita tetap bisa menemukan nada dasar yang pas, tapi secara coba-coba.
permainan gitar, yaitu bisa memainkan lagu yang belum pernah kita coba sebelumnya, bahkan yang belum pernah kita dengar sekalipun. Lamanya proses ini berbeda bagi setiap orang. Ada yang beberapa bulan. Ada yang setahun atau lebih. Atau ada pula yang tidak pernah bisa. Di sinilah talenta berperan. Kemampuan Transposisi Pemain gitar yang baik sewajarnya bisa melakukan transposisi, yaitu memindahkan nada dasar. Bila kita bermain misalnya di C, dan diminta menaikkan kunci karena nadanya dianggap terlalu rendah, maka kita harus bisa menaikkan misalnya ke C#,
memiliki bentuk kunci (tepatnya kita sebut Chord) yang beraturan. Dari bentuknyalah kita bisa tahu ke mana harus pindah. Karena bentuk chord yang beraturan, maka di gitar kita bisa tahu dengan mudah perpindahannya sekalipun bermain di chord yang “aneh” misalnya C# atau Bb. Mengerti Do-Re-Mi Pemain gitar sebaiknya dapat menyebutkan not-not dari suatu lagu. Misalkan pada lagu “Malam Kudus”, not-notnya adalah 5-6-5-3 (sol-la-solmi) dan seterusnya. Bagi banyak orang, ini bukan hal mudah. Tapi dengan seringnya berlatih membaca not (misalnya ketika ikut paduan suara),
Sama seperti kebaktian minggu di mana organis/pianis memainkan musik intro sebelum mulai bernyanyi, gitarispun perlu melakukannya. Namun intro yang dimainkan cukup bunyi chord saja, tanpa melodi. Ini tidak menjadi masalah karena jemaat tetap bisa memulai nyanyi secara serentak apabila intronya komunikatif. Apa maksudnya? Gitaris harus memainkan ritme di mana orang-orang akan “tahu dengan sendirinya” bahwa inilah saatnya mulai bernyanyi. Biasanya gitaris memainkan intro sambil membayangkan bagian akhir dari lagu. Dalam hal ini boleh juga dengan menambahkan melodi yang dibunyikan secara bersenandung. Untuk lebih memperjelas, gitaris bisa menganggukkan kepala sebagai tanda mulai. Juga sebaiknya lakukan jeda, yaitu berhenti bermain gitar pada satu
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 87/XXXI/2014 87/XXXI/2014
51 51
celah buku
atau beberapa ketuk sebelum lagu dimulai. Penggunaan Variasi Gitaris yang baik pastilah ingin menampilkan permainan yang baik, yang lebih enak didengar, dan bukan ala kadarnya. Oleh sebab itu seharusnya gitaris mengetahui berbagai variasi chord untuk memperindah permainannya. Bila kita terbiasa menggunakan hanya tiga chord saja, katakanlah C-F-G, sebaiknya kita mencoba untuk menambahkan chord C7, Em, Am, dan Dm. Penggunaan variasi dibutuhkan terutama bila lagu berada terlalu lama di satu chord. Dengan variasi, bunyi yang terdengar menjadi tidak monoton. Kemampuan Lainnya Gitaris setidaknya harus memiliki “rasa musik” yang baik. Yang sangat mendasar adalah dapat merasakan tempo, yaitu kestabilan ketukan dan juga ritme dan aksen. Gitaris yang memainkan kunci dengan benar tapi temponya kacau, tentu akan
52 52
Majalah MajalahGunsa Gunsaedisi edisi87/XXXI/2014 87/XXX/2014
membingungkan. Sangat dianjurkan bagi gitaris untuk mempelajari bermacam-macam lagu, baik lagu-lagu rohani maupun non-rohani dengan berbagai jenis musik. Ingat bahwa lagu rohani juga ada versi keroncong, dangdut, dan yang lainnya lagi. Gitaris juga sebaiknya mampu menyetem gitar, yaitu mengatur senarsenar gitar sehingga bunyinya sesuai standar, yaitu dari senar 1 sampai 6 berbunyi E-B-G-D-A-E. Caranya adalah menyamakan dengan garpu tala maupun alat musik lain seperti organ dan piano. Di sini dibutuhkan kemampuan pendengaran yang baik. Dari pembahasan di atas, mungkin kita berpikir, “Kok, susah juga ya menjadi gitaris persekutuan?” Bila ingin menjadi gitaris yang baik tentu saja banyak yang harus dipelajari dan dilatih. Tapi, seperti telah disinggung di awal, para pemula pun bisa saja mengiringi di persekutuan asalkan melakukan persiapan yang baik. Apalagi bila didampingi oleh gitaris yang lebih berpengalaman. Gitaris pemula yang sering mengiringi persekutuan tentu akan menjadi mahir. David H.Yunus, Ex gitaris Komisi Remaja dan Komisi Pemuda GKI Gunsa
Judul buku Penulis Penerbit Tahun terbit Jumlah halaman
E
mily adalah seorang eksekutif muda di bidang perhotelan yang baru saja menikah. Karirnya tengah menanjak namun tibatiba ia mengalami suatu penyakit yang membuat ia kehilangan jati dirinya. Suara Emily tiba-tiba hilang dan ia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Dokter mendiagnosa bahwa Emily menderita penyakit Spasmodic Disphonia (SD) – sebuah penyakit langka di mana suara seseorang seperti menciut dan semakin lama semakin berkurang dengan cara yang tidak teratur. Penyakit SD yang diderita Emily belum ditemukan penyebab maupun obatnya.
: Suara yang Hilang : Emily Lim : LIBRI – BPK Gunung Mulia : 2013 : 158 halaman + xxiv
“Mengapa saya?” tanya Emily dalam hati. Mengapa harus saya yang mengalami penyakit ini? SD secara perlahan-lahan mengikis kebahagiaan dan rasa percaya diri Emily. Ia mulai menarik dirinya dari pergaulan, terutama di saat-saat ia harus berinteraksi dengan banyak orang. Ia pun mulai kuatir jika sewaktu-waktu, Ben, suaminya, akan meninggalkannya dan ia harus hidup seorang diri. Tanpa suara, tidak mungkin pula Emily dapat melanjutkan pekerjaannya yang notabene mengharuskan dia untuk bernegoisasi dan berbicara di depan klien-kliennya. Beberapa waktu kemudian ditemukan bahwa racun yang dikenal sebagai Botulinum Toxin (Botox) dapat digunakan untuk mengobati penyakit SD. Harapan untuk sembuh dari penyakit SD yang aneh mulai tumbuh pada diri Emily. Emily tetap melanjutkan kehidupan dan pekerjaannya walaupun berbagai kesulitan dihadapinya Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
53
akibat suaranya yang hilang tersebut. Pencarian kembali suaranya yang hilang ternyata menuntun Emily pada pencarian yang lebih tentang makna hidup. Ia kemudian menemukan suara baru yang berbeda jauh dengan suara lamanya. Emily mendapat sedikit kemajuan dari suntikan Botox tersebut, namun ternyata Botox tidak dapat menolong Emily lebih lama. Dalam sebuah kesempatan, beberapa teman dan kolega Emily menawarkan bantuan doa serta mengundang Emily dalam pelayanan di gereja. Mereka meyakinkan Emily, “Berimanlah. Allah akan menyembuhkan suaramu.” Emily bertanya dalam hatinya, “Apakah ini berarti saya tidak perlu pengobatan? Apakah saya kurang beriman jika saya berobat?” Emily mulai mencari alternatif pengobatan lain mulai dari ramuan herbal dan pengobatan Cina, hipnotis, operasi SLAD-R sampai terapi bicara. Namun semua usaha tersebut gagal. Ketakutan, kecemasan dan keputusasaan mulai melanda diri Emily. Ia takut kehilangan pekerjaannya dan tidak pernah dapat memperoleh pekerjaan lagi, ia takut kehilangan persahabatan, ia juga takut pernikahannya tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Ketakutan, kecemasan dan keputusasaan membuat Emily menarik diri dan menciptakan jurang yang semakin lebar dengan orangorang di sekelilingnya. Emily merasa tidak ada seorangpun yang mengerti
54
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
penyakit yang dideritanya dan mereka hanya menertawakan keanehan yang dideritanya. “Apalagi sekarang?” jerit Emily dalam hati. Pertanyaan Emily mulai bergeser dari “Mengapa saya?” menjadi “Apa lagi sekarang?” Dalam keputusasaannya, Emily mulai memandang Allah dan menanti jawaban-Nya untuk kesembuhan penyakitnya. Emily bukanlah seorang Kristen, ia mengenal Allah saat ia menjadi pelajar sekolah menengah yang memilih mata pelajaran agama Kristen untuk kelas tambahan. Penyakit SD yang dideritanya membawanya ke dalam pengalaman dan pengenalan tentang Allah yang lebih jauh dari yang diketahuinya selama ia menjadi pelajar sekolah menengah. Emily mulai sering pergi ke gereja dan menghadiri berbagai persekutuan dan kelas studi Alkitab. Allah membukakan berbagai perspektif baru dalam diri Emily. Ia bertemu dengan Fu Xia, seorang laki-laki muda yang mengidap Arthrogryposis, gangguan langka pada kelainan otot. Fu Xia tidak dapat berjalan dan harus berguling-guling untuk dapat sampai ke tempat yang ingin ditujunya. Meskipun cacat, Fu Xia tetap tegar dan percaya diri. Juga Joy seorang wanita berusia 46 tahun yang mengalami luka fisik terbakar dalam peristiwa pemboman di hotel JW Marriot, Jakarta. Joy menjadi seroang relawan di Departemen Konseling Gereja tempat Emily beribadah. Kenyataan
ini membantu Emily menumbuhkan kembali harga dirinya dan belajar untuk menerima dirinya apa adanya. Allah juga bekerja dalam berbagai peristiwa dalam hidupnya, di saat Emily harus mengeluarkan suaranya dan bicara, Allah menolongnya dengan cara yang sulit dimengerti. Selama ini bagi Emily doa hanyalah sebuah paradoks. Jika ia memiliki kebutuhan mendesak, maka ia akan berdoa. Namun ia mengalami peristiwa yang membuat ia menyadari bahwa doa dapat membuat banyak hal dalam kehidupan. “Kita harus berdoa bukan pertama-tama karena rasanya enak atau membantu, tetapi karena Allah mengasihi kita dan menginginkan perhatian kita.”1,2 Emily kemudian membuat terobosan baru dalam hidupnya. Ia berhenti dari pekerjaannya dan mengejar impian sederhananya: melakukan hal yang ia yakini. Ia mengikuti sebuah kompetisi penulisan yang diadakan oleh Media Development Authority of Singapore dan Book Council. Ia tidak tahu apaapa tentang dunia penulisan, dan memutuskan untuk membuat buku bergambar. Setelah bermingguminggu, lahirlah Prince Bear & Pauper Bear. Buku ini adalah buku anak-anak yang berkisah tentang dua buah boneka beruang, yang pertama terlihat sempurna sedangkan boneka beruang lain adalah boneka beruang yang sedih dengan mata yang tidak sama, bermantel koyak dan tidak memiliki mulut. Buku itu merupakan
kisah kehidupan Emily sendiri, awalnya ia adalah Prince Bear yang mengharapkan kehidupan yang sempurna namun berakhir seperti Pauper Bear sejak ia menderita SD. Buku tersebut ternyata memenangkan medali perunggu dalam IPPY Awards (Independent Publisher Book Awards), sebuah penghargaan dan kompetisi buku yang paling besar dan bergengsi. Emily kemudian juga melahirkan beberapa buku lagi seperti The Tale of Rusty Horse yang mendapatkan medali emas dalam Moonbeam Children’s Book Awards. Buku ketiganya berjudul Just Teddy. Bunny Finds the Right Stuff adalah bukunya keempat. Seluruh buku tersebut merupakan kisah kehidupan Emily sendiri. Emily memang kehilangan suaranya, namun ia menemukan kembali suaranya yang baru lewat tulisan-tulisannya. Ia membuka babak baru dalam kehidupannya bersama Allah – Sang Penulis Kehidupan yang memiliki alur cerita yang lebih baik untuknya. (yla) **** 1 The Road to Daybreak oleh Henry J.M. Nouwen, Image Books, Doubleday, 1988 halaman 117.
Prayer – Does It Make Any Difference oleh Philip Yancey, Hodder & Stoughton, 2006, halaman 144. Edisi Bahasa Indonesia “Doa: Bisakah Membuat Perubahan?” Terbitan BPK Gunung Mulia
2
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
55
L I P U TA N
R
etret adalah kegiatan yang sering diselenggarakan di lingkungan gereja kita. Umumnya untuk pembiayaan sebuah retret cukuplah besar. Akan tetapi kita kerap luput untuk melakukan pendalaman mengenai sejauh mana kegiatan tersebut efektif dan efisien. Oleh karena luput dari pendalaman, maka muncul kesan bahwa kegiatan retret tidak ubahnya seperti sebuah kegiatan “rekreasi” jemaat. Bedanya dengan rekreasi hanya karena di dalam retret dilakukan kebaktian, pemahaman Alkitab serta ceramah. Padahal ada banyak jenis retret yang diselenggarakan di gereja kita. Ada retret untuk pemberdayaan kader fungsional (Retret Calon Pengurus, Retret Pengurus, Retret Aktifis Drama, Retret Paduan Suara, Liturgis, dan pemusik, dlsb). Ada retret bagi anggota jemaat (baik yang berusia anak, remaja, pemuda, dewasa, dan lanjut). Adapula retret untuk keluarga (keluarga dengan anak balita, keluarga dengan anakanak 6-12 tahun, keluarga dengan anak berusia remaja). Berawal dari kesadaran tersebut Kelompok Kerja (Kelker) Keluarga
56
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
merasa perlu apabila sebelum menyelenggarakan retret ini terlebih dulu melakukan persiapan-persiapan. Persiapan tersebut antara lain: melakukan konsultasi dengan pihakpihak yang mempunyai pengalaman dan kompetensi menyelenggarakan kegiatan tersebut. Setelah melakukan analisa bersama, pengurus mencoba sebuah modul yang dikembangkan oleh sebuah Lembaga Konsultasi Psikologi untuk penyelenggaraan sebuah Retret Keluarga dengan spesifikasi tertentu. Retret yang diselenggarakan tanggal 11-12 Januari 2014 yang lalu, secara generik mempunyai moto 3M (Memahami, Menerima, Menyesuaikan). Moto 3M adalah sebuah upaya meningkatkan kualitas relasi, secara khusus relasi antara orangtua dan anak-anak, dan secara umum relasi anggota keluarga dengan banyak orang, baik di dalam kehidupan pelayanan, pekerjaan, dan keseharian. Kegagalan untuk berelasi pada umumnya disebabkan oleh persepsi keliru yang dibangun oleh setiap orang, baik orangtua maupun anakanak. Persepsi keliru itu berasal dari anggapan bahwa semua orang sama. Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
57
Dan akan menjadi lebih parah ketika kita menyamakan orang lain dengan diri kita. Karena sesungguhnya setiap orang adalah unik. Ingat, Allah tidak pernah melakukan “copy-paste” ketika menciptakan tiap manusia, bahkan untuk anak kembar sekalipun. Ilmu psikologi memiliki perangkat untuk mengenali tipe-tipe kepribadian setiap orang. Tiap tipe kepribadian mempunyai karakteristik yang unik dan mempunyai kebutuhan yang khusus pula. Setiap tipe memiliki katakata sensitif yang akan membuatnya mudah tersentuh, tersinggung, marah, senang, aman dsb. Bahkan tiap tipe kepribadian mempunyai “dunia” yang berbeda dengan tipe kepribdaian yang lain. 3M (Memahami, Menyesuaikan)
Menerima,
Melalui retret ini, para peserta diperlengkapi dengan pemahaman tentang keunikan setiap tipe kepribadian. Retret ini bertujuan agar peserta dapat memahami keunikan setiap anggota keluarganya dan memahami dampak yang ditimbulkan bagi anggota keluarga ketika tiap anggota keluarga gagal memahami keunikan mereka masing-masing. Tidak ada tipe kepribadian yang unggul, karena tiap tipe kepribadian adalah unik. Semua tipe kepribadian adalah baik. Semuanya Tuhan ciptakan agar hidup kita menjadi semarak dan penuh dinamika.
58
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Retret ini juga menolong tiap peserta untuk menerima tipe kepribadian yang ada pada dirinya sendiri maupun tipe kepribadian anggota keluarga lainnya. Sehingga keunikan tipe kepribadian setiap anggota keluarga diterima, dihargai, dan dicintai sebagai bagian yang utuh dan menyeluruh. Oleh karena itulah, proses penerimaan menjadi sesuatu yang penting. Di dalam penerimaan sering kita menemukan mujizat-mujizat yang besar. Sebab ketika seseorang diterima maka seseorang mempunyai kekuatan dan energi untuk saling menyesuaikan. Jika, di masa lalu terlanjur ditemukan peristiwa-peristiwa yang tanpa disadari telah menyakitkan dan melukai antar anggota keluarga – misal melalui penolakan terhadap keunikan anak-anak, orangtua, bahkan terhadap pasangan masing-masing – maka melalui retret ini diharapkan terjadi rekonsiliasi. Bagaimana rekonsiliasi itu terjadi tentu haruslah ada unsur pengampunan. Nah, itulah salah satu tugas penting dalam penyelenggaraan retret keluarga kali ini. Menyesuaikan adalah salah satu bentuk cinta kasih. Aku ingin membahagiakan pasanganku karena itu aku mau menyesuaikan diriku dengannya. Aku mengasihi anak-anakku maka itu aku mau menyesuaikan diriku dan berusaha memahami dunianya. Aku mengasihi orangtuaku sehingga aku ingin menyesuaikan diriku supaya aku bisa mengerti betapa berat beban dan tanggungjawab mereka. Keluarga
Keluarga yang saling menyesuaikan adalah keluarga yang indah.
yang saling menyesuaikan adalah keluarga yang indah, ia bukan saja mengalami sentuhan kasih Tuhan tetapi juga mengalirkan kasih setia Tuhan bagi banyak orang. Berikut ini beberapa contoh sederhana di dalam keseharian yang dapat dilakukan. Aku sadar bahwa sering kata-kata yang aku anggap biasa saja tapi ternyata bagi anakku, pasanganku atau orangtuaku begitu menyakitkan, dan mulai sekarang oleh karena kasihku kepada mereka aku akan mengendalikan kata-kataku; aku sadar sekarang, sering ada perilakuku yang bagiku biasa-biasa saja tapi ternyata itu begitu membuat anak-anakku tertekan, membuat pasanganku tidak dihargai, membuat orangtuaku cemas dan kuatir. Sekarang aku mau belajar untuk mengendalikan perilakuku. Oh, betapa indahnya apabila tiap-tiap anggota keluarga mempunyai cara berelasi yang dibaharui dalam kasih dan kemurahan Tuhan, seperti itu. Untuk penyelenggaraan retret keluarga yang pertama ini, para
pengurus Kelker Keluarga mendapat prioritas pertama sebagai peserta karena unsur kehati-hatian pengurus. Pengurus berharap apabila sebuah program diluncurkan bagi jemaat maka program tersebut sudah dipersiapkan dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi, perbaikan, dan penyempurnaan diharapkan penyelenggaraan retret ini berikutnya dapat dibuka untuk jemaat dan para pengurus dan keluarganya dapat turut serta menjadi fasilitator atau panitia untuk penyelenggaraan retret yang akan datang. Kegiatan yang diadakan dalam retret selama dua hari tersebut mendapat respon yang positif baik dari orangtua maupun anak-anak. Mereka merasa terberkati dengan kegiatan tersebut. Banyak anak menanyakan kapan kegiatan serupa akan diselenggarakan lagi. Banyak orangtua yang dibuka wawasannya dan merasa bahwa kegiatan seperti ini sangat diperlukan bagi jemaat kita. Jadi, bagi jemaat yang mempunyai anak-anak remaja jangan lewatkan apabila di tahun pelayanan 2014-2015 ini akan diselenggarakan kegiatan sejenis. Tuhan memberkati kita semua! (STP) Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
59
l e pas Persembahan Persepuluhan Masa Perjanjian Lama
Pada
Pada masa Perjanjian Lama, tampaknya bangsa Israel cukup luwes di dalam pemberian dan pemakaian persembahan persepuluhan mereka. Paling tidak ada tiga jenis persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh bangsa Israel, yaitu: a. Persembahan persepuluhan keluarga Persembahan persepuluhan ini dimakan bersama oleh seisi rumah atau keluarga pemberi di hadapan Tuhan (Ul. 12:5-19; 14:22-27,=D1). b. Persembahan persepuluhan sosial
Kebingungan dalam Persepuluhan
Persembahan
Kebingungan di kalangan jemaat tentang persembahan persepuluhan seringkali mencerminkan kebingungan yang masih ada di kalangan para pendeta sendiri tentang persembahan persepuluhan. Hingga kini, di kalangan para pendeta tetap saja belum ada kesatuan sikap terhadap persembahan persepuluhan ini. Masih ada sebagian pendeta yang berpendapat bahwa persembahan persepuluhan itu merupakan suatu keharusan bagi setiap orang Kristen. Namun, sebagian lain pendeta justru
60
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 87/XXXI/2014 87/XXXI/2014
berpendapat bahwa persembahan persepuluhan itu tidaklah merupakan suatu keharusan lagi, dan karena itu tidak perlu dilakukan lagi dalam kehidupan orang Kristen. Tentu saja, masing-masing dengan alasanalasannya tersendiri. Namun, sebagai akibat dari ketidaksepahaman itu, jemaat menjadi bingung. Sesungguhnya, haruskah mereka memberikan persembahan persepuluhan? Nah, untuk mengatasi kebingungan itulah, sepantasnya kita kembali kepada Alkitab, dan secara khusus memperhatikan dan memahami pengajaran Yesus sendiri tentang persembahan persepuluhan.
Persembahan persepuluhan ini ditujukan bagi kaum papa, khususnya orang Lewi yang tidak punya milik pusaka, orang asing, anak yatim dan janda (Ul. 14:2829,=D).
c. Persembahan persepuluhan bagi pelayan atau pelayanan Bait Allah Persembahan persepuluhan yang ditujukan bagi kaum Lewi dan imam yang bekerja di Kemah Pertemuan atau Bait Allah (Bil. 18:20-28,=P; Mal. 3:8,10). Jadi, dari kenyataan itu, dapatlah disimpulkan bahwa ada keluwesan bagi umat Tuhan dalam pemberian persembahan persepuluhan. Sesuai dengan kebutuhannya, pemberian persembahan persepuluhan itu dapat dilakukan (biarpun tidak selalu dilakukan!) oleh umat Tuhan untuk keperluan sanak keluarga, keperluan sesama yang kecil-miskin-tak-berdaya, dan keperluan pelayan atau pelayanan di Bait Allah. Persembahan Masa Yesus
Persepuluhan
Pada
Pada masa Yesus hidup dan melayani, bangsa Israel, khususnya kaum ahli Taurat dan Farisi, masih memberikan persembahan
D atau Deuteronomis adalah salah satu dari teori empat sumber atau penulis (Y=Yahwis, 900-800 SebM; E=Elohis, 800-700 SebM; D= Deuteronomis, 622 SebM, dan P=Priester/Imam-imam, 550-500 SebM) dari kitab Taurat/ke-5 kitab pertama dalam Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan). Ciri umumnya, dalam tulisannya, sumber D menggunakan nama YHWH untuk menyebut Tuhan Allah, dan sumber Y menggunakan nama elohim untuk menyebut nama Tuhan Allah. Sedang, sumber D khususnya terdapat dalam kitab Ulangan dan anti sinkretisme atau pencampur-adukan beberapa paham atau aliran agama/kepercayaan, dan sumber P terdiri dari tradisi-tradisi para imam yang menekankan peranan ibadah. Pada abad XIX, teori sumber ini pada umumnya diterima oleh para ahli Alkitab, namun mulai abad XX, para ahli Alkitab pada umumnya lebih menekankan kesatuan penulisan dan pemahaman kitab Taurat. Jadi, para ahli tidak lagi menerima sepenuhnya teori sumber, sebab di kalangan para ahli, ada yang semakin banyak menolaknya, ada yang masih menerimanya, bahkan ada yang mengembangkannya lebih jauh. Dalam tulisan ini, penulis masih memakainya, hanya untuk mengetahui periodisasi dan perkembangan paham tentang Persembahan Persepuluhan.
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
61
persepuluhan (Mat. 23:23). Mereka tetap mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepada mereka melalui Musa: “Segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun hasil buah pohonpohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN ... Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN” (Im. 27:30-32). Namun, pada masa itu, pelaksanaan persembahan persepuluhan itu berkembang menjadi semakin kaku. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan dan kebiasaan para ahli Taurat dan Farisi untuk membuat dan menambah peraturan-peraturan baru kepada peraturan-peraturan keagamaan yang sudah ada dari para leluhur. Tujuannya memperbanyak peraturan keagamaan itu memang baik, yaitu untuk memelihara ketaatan orang Yahudi kepada peraturanperaturan dari nenek-moyang, tetapi kenyataannya justru semakin memberatkan kehidupan orang Yahudi. Persembahan persepuluhan dari hasil benih tanah dan buah pohonpohonan yang biasanya terdiri dari hasil gandum, anggur, dan minyak (Ul. 14:23), misalnya, mereka tambahi dengan peraturan harus memberikan
62
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
pula persembahan persepuluhan dari hasil tumbuh-tumbuhan kecil untuk bumbu masakan, yaitu: selasih, adas manis dan jintan. Akhirnya, penekanan dan kesibukan yang berlebihan untuk menaati begitu banyak peraturan, termasuk peraturan persembahan persepuluhan, membuat para rohaniwan dan orang Yahudi lupa dan tidak melakukan lagi hal-hal yang lebih penting yang harus selalu menjiwai hidup dan ibadah umat Tuhan, yaitu: keadilan, belas-kasihan (=kasih, Luk. 11:42) dan kesetiaan. Di tengah kehidupan beragama seperti itu, bagaimanakah sikap Yesus sendiri terhadap persembahan persepuluhan?
Sebaliknya, siapapun yang menghayati keadilan, belas-kasihan, dan kesetiaan di dalam hidupnya, ia akan merasa bahwa melakukan semua peraturan agama pun, termasuk peraturan persembahan persepuluhan, belumlah cukup. Sebab, yang cukup adalah jika kita membalas kasih-Nya yang telah mempersembahkan seluruh hidupNya bagi kita dengan kasih kita yang mempersembahkan seluruh hidup kita juga kepada-Nya. Itulah “persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Rom. 12:1). Itulah juga kehidupan beragama
pengikut Kristus yang sejati! 2. Persembahan persepuluhan itu, sekalipun tidaklah harus, baik juga kalau dilakukan dan jangan begitu saja diabaikan. Persembahan persepuluhan itu kalau dilakukan secara wajar, yaitu dengan sukacita atau rela hati, dan bukan dengan sedih hati atau karena paksaan (2 Kor. 9:7) dapat melatih orang Kristen melakukan apa yang sepantasnya, atau sedikitnya harus mereka lakukan dalam pengucapan syukurnya kepada Tuhan.
Sikap Yesus terhadap Persembahan Persepuluhan
Paling tidak, persembahan persepuluhan itu dapat melatih orang Kristen dalam hal-hal berikut ini.
Paling tidak ada dua hal yang Ia ajarkan kepada kita:
> Persembahan persepuluhan dapat melatih orang Kristen untuk selalu
1. Janganlah kita menekankan persembahan persepuluhan lebih dari pada menekankan keadilan, belas-kasihan, dan kesetiaan. Tanpa dijiwai oleh keadilan, belaskasihan, dan kesetiaan, menurut Yesus, semua perbuatan keagamaan kita, termasuk pemberian persembahan persepuluhan kita di hadapan Tuhan, hanya akan menjadi perbuatan “kemunafikan”. Persis, seperti kata Rasul Paulus: “Jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” (1 Kor. 13:1).
mengutamakan Tuhan di dalam seluruh berkat materi yang mereka terima dari-Nya. Sebaliknya, menyisihkan hanya sisa dari seluruh berkat materi untuk Dia sama saja dengan menganggap Tuhan itu kurang perlu dan kurang penting dibandingkan dengan banyak hal lain di dalam hidupnya.
> Persembahan persepuluhan dapat melatih orang Kristen untuk bersyukur kepada Tuhan sesuai dengan berkat-Nya secara materil yang mereka terima dari Tuhan (1 Kor. 16:2), bukan sekedar menurut kebiasaan saja.
> Persembahan persepuluhan dapat melatih orang Kristen untuk selalu mengingat, bahwa persembahan persepuluhan adalah bagian kecil saja dari seluruh berkat materi yang Tuhan berikan. Sisanya yang sembilan persepuluh, yang jauh lebih banyak jumlahnya itu, tetap dipercayakan Tuhan kepada kita. Ini berarti, semakin banyak materi yang dipercayakan Tuhan kepada kita, semakin besar pula tanggung-jawab kita kepada Tuhan atas pemakaian apa yang masih ada pada kita (Luk. 12:48b, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”). Atau, seperti sebuah pepatah katakan: Tuhan Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
63
dilakukan oleh orang percaya. tidak memandang kepada apa yang kita berikan kepada-Nya (kepada yang sepersepuluh itu), tetapi kepada apa yang masih tertinggal pada kita (kepada yang sembilan persepuluh itu).
> Persembahan persepuluhan dapat melatih orang Kristen untuk selalu menyadari,
bahwa persembahan yang bersifat materi, yaitu persembahan persepuluhan, menjadi lebih teramat kecil nilainya, jika dibandingkan dengan berkat-berkatNya yang bersifat non-materi dan yang sungguh tak ternilai harganya, seperti kesehatan, kebahagiaan, damai-sejahtera, kebersamaan keluarga, keselamatan, dan lain sebagainya. Karena itu, hanya persembahan persepuluhan saja tidaklah pernah cukup untuk mengungkapkan syukur orang Kristen kepada Tuhan di dalam hidupnya. Seluruh hidup orang percaya perlu dipakai untuk mengucap syukur kepada Tuhan (Rom. 12:1).
Sikap Rasul Paulus terhadap Persembahan Persepuluhan Rasul Paulus sama sekali tidak menyatakan sikapnya secara langsung terhadap persembahan persepuluhan. Namun, dari sikapnya terhadap persembahan, tampaknya, ia lebih menekankan prinsip kerelaan dan keseimbangan dalam hal pemberian persembahan kepada Tuhan (termasuk persembahan persepuluhan) daripada secara khusus menekankan persembahan persepuluhan dalam kehidupan orang percaya. Sikap itu dinyatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, ketika ia mengatakan, “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu” (2 Kor. 8:12). Artinya?
64
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Di satu pihak, dalam setiap persembahan kepada-Nya, Tuhan itu terutama melihat hati si pemberi persembahan dan bukan kepada jumlahnya (2 Kor 9:7, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan [hati yang ber] sukacita [karena kasih]”). Di lain pihak, setiap persembahan kepada Tuhan pun perlu seimbang dengan jumlah berkat-berkat-Nya yang Ia telah nyatakan dalam kehidupan setiap orang percaya. Jika berkat Tuhan banyak atau cukupan atau sedikit, biarlah hal itu tercermin dalam persembahannya kepada Tuhan (2 Kor. 8:13, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan”).
Selebihnya, menurut Rasul Paulus, setiap persembahan kita harus mencerminkan persembahan seluruh hidup yang kita per- cayakan kepadaNya, lebih daripada kita percayakan kepada segala harta milik kita. Seperti katanya,“Aku menasihatkan kamu, supaya kamu mem- persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rom. 12:1). Setiap persembahan kita pun harus mencerminkan hati kita yang sungguhsungguh mengasihi Tuhan lebih daripada mengasihi siapa pun dan apa pun di dalam hidup kita. Seperti katanya lagi, “Sekalipun aku membagibagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor. 13:3). Akhirnya Secara umum, Yesus dan Rasul Paulus tidak lagi menekankan persembahan persepuluhan dalam persembahan orang percaya kepada Tuhan. Namun, keduanya (Yesus dan Rasul Paulus) pun tidak menolak persembahan persepuluhan yang tetap
Artinya? Sekalipun tidak menekankan atau mengharuskan lagi, baik Yesus maupun Rasul Paulus membolehkan dan tidak melarang siapa pun di antara orang percaya untuk memberikan persembahan persepuluhan. Malah, melihat hal-hal baik yang dapat dilatih oleh persembahan persepuluhan dalam kehidupan orang percaya, benarlah sikap Yesus yang tidak setuju jika persembahan persepuluhan itu diabaikan begitu saja, “Yang satu (keadilan dan belas kasihan/kasih, dan kesetiaan) harus dilakukan dan yang lain (persembahan persepuluhan) jangan diabaikan” (Mat 23:23b). Akhirnya, persembahan persepuluhan sungguh menantang setiap orang Kristen, supaya janganlah siapa pun terlalu yakin, bahwa ia telah melakukan keadilan, belas-kasihan, dan kesetiaan, apalagi telah mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, jika yang (ter)amat kecil saja (dibandingan dengan segala berkat-Nya yang materi dan non-materi), yaitu persembahan persepuluhan, belum dengan sungguhsungguh ia lakukan di dalam hidupnya. Semoga kita tidak pernah sama dengan para ahli Taurat dan Farisi yang dicela Yesus sebagai orang-orang munafik, dalam hidup keagamaan mereka. (Pdt.Royandi Tanudjaya)
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
65
Q-tA dan Gunsa Jawaban: Sejak penyatuan tiga GKI, yaitu GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur menjadi satu GKI (1988) dan sejak GKI memiliki Tata Gereja (Tager) dan Tata Laksana (Talak) baru Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang baru pada tahun 2003, yang kemudian direvisi dan dicetak ulang pada tahun 2009, memang telah terjadi perubahan tata cara penerimaan anggota baru, khususnya yang berasal dari gereja lain yang tidak seajaran dengan GKI. Sebelum ada dan berlaku Tager dan Talak baru (2003 dan 2009) itu, semua calon anggota baru yang berasal dari gereja lain yang tidak seajaran dengan GKI dan mau menjadi anggota GKI, paling tidak harus menjalani prosedur sebagai berikut:
S
udah beberapa kali saya mengikuti kebaktian Minggu yang melayani penerimaan anggota baru. Yang terakhir adalah pada tanggal 16 Februari 2014 yang lalu. Namun saya memerhatikan ada sesuatu yang berbeda jika dibandingkan pada waktu dulu pelayanan penerimaan anggota baru itu dilaksanakan. Jika waktu dulu, setiap kali penerimaan anggota baru selalu disertai dengan sidi (pernyataan percaya) dari para anggota baru tersebut, mengapa saat ini sidi itu seperti “hilang” dalam pelayanan penerimaan anggota baru? Apakah pertimbangan Majelis Jemaat atas perubahan tersebut? Terima kasih.
Ika Dewi, Jakarta 10740 66
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Pertama, ia harus membawa surat atestasi kepada GKI, atau GKI harus menerima surat atestasi atau surat keterangan pindah keanggotaan dari gereja asalnya. Dengan surat tersebut, secara administratif, namanya telah tercatat di GKI sebagai calon anggota, namun secara formal gerejawi ia belum diterima sebagai anggota baru GKI. Kedua, ia harus mengikuti dan menyelesaikan katekisasi, yaitu pendidikan iman dan ajaran tentang pokok-pokok iman Kristen untuk mempersiapkan seseorang untuk menjadi anggota baptis/sidi GKI. Katekisasi ini dilayani oleh pendeta atau orang yang ditunjuk oleh
Majelis Jemaat. Lama katekisasi pada umumnya antara sembilan sampai duabelas bulan. Ketiga, ia harus mengikuti penerimaan sebagai anggota baru GKI secara formal gerejawi melalui akta pengakuan percaya atau sidi dalam Kebaktian Minggu yang dilayani oleh pendeta. Setelah itu, barulah ia secara formal gerejawi sah menjadi anggota baru GKI. Kepadanya, GKI memberikan buku keanggotaan GKI dan piagam pengakuan percaya atau sidi. Namun, sesudah ada dan berlaku Tager dan Talak baru (2003 dan 2009), telah terjadi perubahan dalam tata cara penerimaan anggota baru. Dalam prosedur penerimaan anggota baru yang berasal dari gereja lain yang tidak sejaran dengan GKI maka calon anggota GKI yang sudah mengaku percaya dalam baptis/sidi di gereja asalnya (ia) tetap harus mendapat surat atestasi atau surat keterangan pindah dari gereja asalnya, dan tetap harus ikut katekisasi dahulu, tetapi ia tidak perlu mengaku percaya lagi dalam kebaktian penerimaan anggota baru GKI. Pertanyaannya, mengapa dahulu (sebelum Tager dan Talak baru GKI) calon anggota baru dari gereja lain yang tidak seajaran dengan GKI harus mengaku percaya atau sidi, tetapi sekarang (setelah Tager dan Talak baru GKI) mereka tidak harus lagi mengaku percaya?
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
67
INSPIRASI Dasar dari perubahan itu adalah adanya dan berlakunya dokumen “Saling Mengakui dan Saling Menerima” (SMSM) yang sudah digumuli cukup lama oleh gereja-gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan yang akhirnya pada tahun 2004 diputuskan untuk diterima dan diberlakukan bersama di setiap gereja anggota Persekutuan Gerejagereja di Indonesia (PGI), di mana GKI menjadi salah satu dari anggotanya. Terkait dengan perpindahan anggota gereja, dalam dokumen SMSM itu menyatakan demikian: “Dalam hal perpindahan anggota gereja …, kami berupaya untuk menghormatinya … Mereka adalah orang-orang yang telah menerima baptisan kudus dan orang-orang yang telah mengaku percaya di hadapan jemaat dan Tuhan di dalam kebaktian yang diselenggarakan menurut peraturan Gereja Anggota PGI. Dengan menerima baptisan dan pengakuan percaya, mereka dimasukkan ke dalam Gereja Tuhan yang mengaku satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan, sehingga mereka semua adalah anggota dari keluarga Allah yang satu … Atas dasar itu, kami menerima dan melaksanakan perpindahan keanggotaan gereja dari warga yang pindah dengan dukungan surat keterangan dari gereja atau jemaat asalnya yang menerangkan keadaan warga yang pindah itu. Cara pelaksanaan penerimaan keanggotaan baru disesuaikan dengan peraturan gereja penerima” (“Dokumen Keesaan
68
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Gereja Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI)”, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hal 87-88). Jadi, dengan diterimanya dokumen SMSM tersebut untuk diberlakukan di semua gereja anggota PGI, GKI pun menerima baptisan dan pengakuan percaya atau sidi calon anggota GKI yang berasal dari gereja lain yang tidak seajaran, termasuk (utamanya) gereja lain yang tidak seajaran, namun yang tercatat sebagai anggota PGI, seperti (di antaranya) adalah: Gereja Isa Almasih, Gereja Kristen Muria Indonesia, Gereja Bethel Injil Sepenuh, Gereja Gerakan Pentakosta, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah. Sejak menerima dokumen SMSM tersebut, dalam kebaktian penerimaan anggota baru pun, GKI mengakui pengakuan percaya para calon anggota baru yang berasal dari gereja lain yang tidak seajaran, sehingga mereka tidak perlu atau harus lagi mengulangi pengakuan percaya atau sidinya dalam kebaktian penerimaan anggota baru. Mereka hanya perlu menyatakan kesungguhannya mau menjadi anggota GKI dengan menjawab dan mengiyakan sejumlah pertanyaan, serta menerima pelayanan penerimaan anggota. Setelah itu, mereka sah sebagai anggota GKI secara formal gerejawi. Kepada mereka, GKI memberikan buku keanggotaan GKI dan piagam penerimaan anggota GKI. Pdt. Royandi Tanudjaya
S
eorang pimpinan perusahaan menyelenggarakan sebuah acara sederhana bersama seluruh bawahannya. Acara itu semacam acara “pisah – sambut”; perpisahan dengan pimpinan lama dan menyambut pimpinan baru. Dalam acara tersebut pimpinan lama menerima banyak apresiasi dari karyawannya sebagai ungkapan penghargaaan mereka, yang tidak lama lagi akan ditinggalkannya. Dari sekian banyak penghargaan yang diterima, sang pimpinan lalu mengambil salah satu bentuk apresiasi yang berasal dari seorang office boy yang sudah bekerja selama belasan tahun. Bentuknya sederhana. Terbuat dari potongan-potongan huruf yang digunting dari berbagai majalah atau surat kabar kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat, dan ditempelkan dalam sebuah karton manila dengan bingkai sederhana. Tulisan tersebut berbunyi demikian: “Terima kasih, karena Bapak selalu mengatakan “maaf” setiap kali Bapak
akan mengoreksi kesalahan-kesalahan saya. Terima kasih, karena Bapak selalu mengatakan “tolong” ketika Bapak ingin saya melakukan segala sesuatu yang sesungguhnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih, karena Bapak selalu mengatakan “terima kasih” setiap kali saya menyelesaikan pekerjaan yang Bapak anggap membantu Bapak. Saya berterima kasih karena dengan tiga kata itu saya merasa bahwa apa yang saya lakukan itu benar-benar berarti buat Bapak, dan saya merasa pekerjaan saya menjadi pekerjaan yang bernilai - terima kasih karena Bapak telah membesarkan hati saya sebagai orang kecil.” “Maaf”, “tolong”, dan “terima kasih” adalah tiga kata yang bermakna, yang dapat dan perlu kita ucapkan kepada setiap orang. Dengan ketiga kata tersebut maka setiap orang apapun profesinya akan tampak menjadi lebih berarti di hadapan sesamanya. Ketiga kata tersebut bukan hanya melihat setiap orang sebagai pribadi Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
69
r u b r ik anak yang penting tetapi sekaligus juga memandang bahwa setiap profesi sama bernilainya. Richard M. Nixon pernah berkata, “Menyikat lantai dan mencuci pispot sama mulianya seperti menjadi presiden.” Ketiga kata tersebut tampak sederhana tetapi memiliki pengaruh yang luar biasa. Bagi kita yang mengucapkannya, ketiga kata itu menolong kita untuk belajar tentang kerendahan hati dan menghargai orang lain. Karena pada kenyataannya kita tidak mungkin bisa hidup tanpa orang lain. Hakikat setiap kita adalah saling terhubung dan saling tergantung satu dengan yang lain. Sedangkan bagi mereka yang menerimanya, tiga kata itu adalah bentuk penghargaan yang tulus atas apa yang mereka lakukan. Maaf, tolong, dan terimakasih adalah tiga kata bermakna yang membuat setiap pribadi tampak berdiri sejajar – saling menghargai satu terhadap yang lain, dan itu menjadi embun yang sejuk bagi banyak jiwa. Ibu Teresa mengatakan, “....tidak diperhatikan, tidak dihargai, dan dilupakan orang adalah derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki makanan. Setiap kita seharusnya saling merasakan hal tersebut.” Kata “maaf” mengawali umpan balik yang kita berikan kepada seseorang akan membuat seseorang yang menerimanya merasa lebih nyaman. Kata “maaf” yang diucapkan di awal
70
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
percakapan hendak mengungkapkan bahwa kita bisa saja salah menilai, dengan demikian mereka yang kita kritik tetap merasa dihargai. Sementara kata “tolong” untuk sesuatu yang kita minta agar orang lain kerjakan menyiratkan bahwa sesungguhnya kita membutuhkan bantuannya, tetapi kita tidak memposisikan orang tersebut sebagai pembantu tetapi sebagai pribadi yang memiliki kelebihan, sehingga kita memerlukan bantuannya. Kata “terima kasih” yang kita ucapkan setelah mendapat bantuan atau pertolongan dari sesama kita, mengungkapkan sebuah bentuk penghargaan. Lewat kata tersebut kita hendak menyatakan bahwa kepantasan kita tidak mungkin kita alami tanpa bantuannya. Jika kita sanggup memberikan kepada orang lain melebihi apa yang mereka harapkan dari kita, maka percayalah kita akan menerima dari orang lain melebihi apa yang kita harapkan, termasuk di dalamnya tiga kata yang bermakna: maaf, tolong, dan terima kasih. “Maaf, tolong dan terima kasih” sekalipun kata-kata ini kita ucapkan berulang kali dalam hidup kita – tidak pernah akan mengurangi kepantasan kita di hadapan sesama kita tetapi sebaliknya akan membuat diri kita menjadi semakin dekat dengan banyak orang. Selamat mempraktekkannya.
1. Tidak membiarkan mengalami hal-hal beresiko
anak yang
Kita hidup di dunia yang mengingatkan kita akan bahaya pada setiap putaran. “Utamakan keselamatan” adalah penyebab ketakutan orangtua akan kehilangan anakanaknya, sehingga orangtua melakukan apapun untuk melindungi anak-anaknya.
Itu memang tugas orangtua, namun hal itu menyebabkan anak jauh dari keberanian untuk mengambil resiko yang baik dan hal itu berakibat kurang baik bagi sang anak. Para psikolog di Eropa menemukan bahwa jika seorang anak tidak bermain di luar dan tidak pernah dibiarkan untuk terjatuh, maka mereka sering mempunyai fobia saat dewasa. Anak-anak perlu beberapa kali merasakan Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
71
jatuh untuk belajar bahwa hal itu adalah sesuatu yang wajar; remaja perlu mengalami putus hubungan dengan pacarnya untuk mengalami proses kedewasaan emosi yang dibutuhkan untuk suatu hubungan yang lebih matang dan dapat bertahan lama. Jika orangtua menghindarkan resiko dari kehidupan anak, maka kita akan mempunyai pemimpin masa depan yang tinggi hati atau sebaliknya, pemimpin yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah. 2. Terlalu cepat untuk menyelamatkan Generasi muda masa kini tidak mengembangkan beberapa ketrampilan hidup seperti yang dilakukan oleh anak-anak 30 tahun yang lalu karena orang dewasa telah mengambil alih dan mengurus semua persoalan untuk mereka. Saat kita menyelamatkan mereka terlalu cepat dan memanjakan anak-anak dengan “bantuan”, kita membuang kebutuhan mereka untuk mengalami kesulitan dan menyelesaikan persoalan tersebut. Hal itu menghilangkan salah satu kemampuan untuk memimpin – untuk memperlengkapi generasi muda untuk melakukan sesuatu tanpa pertolongan. Cepat atau lambat, anak-anak jadi terbiasa dengan seseorang yang dapat menyelamatkan mereka, “Jika saya gagal atau jatuh, ada orang yang akan membantu dan Majalah GunsaGunsa edisi 87/XXXI/2014 edisi 87/XXXI/2014 72 Majalah
menghilangkan konsekuensikonsekuensi yang harus saya tanggung akibat pilihan saya yang salah. “ Pada kenyataannya, hal ini jauh berbeda dengan kenyataan dunia yang sebenarnya dan hal itu menghilangkan kemampuan anakanak kita untuk menjadi orang dewasa yang berkompetensi. 3. Terlalu mudah untuk marah Hilangnya rasa harga diri sudah ada sejak Baby Boomers (orang yang lahir selama demografi ledakan bayi paska Perang Dunia II antara tahun 1946 sampai dengan 1964 - red) masih kanak-kanak, tapi hal itu mengakar pada sistem sekolah kami di tahun 1980. Menghadiri permainan baseball dan kamu akan melihat bahwa setiap orang adalah pemenang. ‘Setiap orang mendapat piala’ secara mental membuat anak merasa dirinya spesial tapi saat ini penelitian menyatakan bahwa metode ini mempunya konsekuensi yang tidak diharapkan. Anak-anak akhirnya mengamati bahwa hanya ayah dan ibulah yang berpikir bahwa mereka mengagumkan di saat tak ada orang lain yang mengatakan hal itu. Mereka mulai meragukan obyektivitas orangtua mereka; mereka merasa senang sesaat namun itu bukanlah kenyataan. Di saat kita dengan mudah marah dan tidak setuju dengan perilaku anak kita yang buruk, anak-anak sebenarnya belajar untuk curang,
melebih-lebihkan sesuatu atau berbohong dan menghindar dari kenyataan yang sulit. Mereka tidak pernah dipersiapkan untuk menghadapi hal itu. 4. Membiarkan rasa bersalah memimpin Anak Anda tidak harus mencintai Anda setiap menit. Anak Anda dapat mengatasi rasa kecewa tapi mereka tidak dapat menghilangkan akibat dari sikap memanjakan. Jadi katakan “tidak” atau “tidak sekarang” dan biarkan mereka berjuang untuk apa yang mereka butuhkan dan pentingkan. Sebagai orangtua, kita cenderung untuk memberikan mereka apa yang mereka inginkan saat kita ingin memberikan penghargaan untuk anak kita, terutama bagi orang tua yang memiliki banyak anak. Ketika seorang anak melakukan sesuatu dengan baik, kita merasa tidak adil untuk memuji dan memberikan penghargaan kepada yang satu dan tidak kepada yang lain. Hal ini menjadi tidak realistis dan menghilangkan kesempatan untuk mendorong anak pada titik bahwa sukses sesungguhnya tergantung pada tindakan dan keinginan yang baik. Hati-hatilah agar tidak mengajarkan kepada mereka dengan cara memberi penghargaan berupa jalan-jalan ke mal ketika mereka memperoleh nilai yang baik. Jika hubungan Anda dengan anak Anda didasarkan pada
penghargaan materi, anak-anak tidak akan mempunyai motivasi yang murni ataupun rasa dicintai tanpa syarat. 5. Tidak menceritakan kesalahan di masa lalu Remaja yang sehat ingin mengembangkan sayap mereka dan mereka butuh untuk mencoba sesuatu sendiri. Sebagai orang dewasa kita harus membiarkan mereka, tapi bukan berarti kita sama sekali tidak membantu mereka untuk menghadapi permasalahan mereka. Berbagilah kepada mereka kesalahan yang kita buat saat umur kita seperti mereka dengan cara membantu mereka belajar untuk membuat pilihan yang baik (hindarilah hal yang berhubungan dengan merokok, alkohol, obatobatan terlarang, dsb). Anak-anak
Majalah MajalahGunsa Gunsaedisi edisi87/XXXI/2014 87/XXXI/2014
73
juga harus dipersiapkan untuk menghadapi ‘jalan-jalan yang licin’ dan konsekuensi dari pilihan yang mereka buat. Berbagilah bersama mereka apa yang Anda rasakan saat Anda mengalami pengalaman yang sama, hal-hal apa yang mendorong tindakan Anda dan pelajaran yang Anda dapatkan. Karena bukan hanya kita seorang saja yang dapat mempengaruhi anak-anak kita, banyak orang yang dapat mempengaruhi anak-anak kita, untuk itu kita harus menjadi pengaruh yang paling baik bagi mereka. 6. Kita salah menggunakan kepandaian, talenta dan pengaruh sebagai ukuran kedewasaan Kepandaian seringkali digunakan sebagai alat untuk mengukur kedewasaan anak dan sebagai akibatnya orangtua berpendapat bahwa anak yang pandai siap menghadapi dunia. Bukan itu halnya. Beberapa atlit profesional dan bintang Hollywood contohnya, memiliki talenta yang luar biasa, namun masih dapat terperangkap dalam skandal publik. Jangan karena anak memiliki talenta yang luar biasa maka hal itu dapat mengatasi segala hal. Tidak ada ilmu sihir “tanggung jawab dari umur” atau petunjuk yang menuntun kapan sebaiknya seorang anak harus diberikan kebebasan tertentu, tetapi hal yang baik adalah untuk mengamati
74
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
dan membandingkannya dengan anak-anak lain yang seumuran dengan anak Anda. Jika Anda memperhatikan bahwa anakanak lain dapat melakukan segala sesuatunya sendiri dibandingkan dengan anak Anda, mungkin Anda melupakan kemampuan anak Anda untuk dapat mandiri. 7. Tidak melakukan apa yang kita nasehatkan Sebagai orangtua, adalah tanggung jawab kita untuk menjadi figur dari apa yang ingin agar anak kita lakukan dalam hidupnya. Hal ini untuk membantu mereka menjadi anak-anak yang berkarakter, mandiri dan dapat dipercaya baik perkataan dan tindakannya. Sebagai pemimpin di rumah kita, kita dapat memulainya dengan mengucapkan kata-kata yang jujur – berhati-hatilah, bohong putih dapat mengikis karakter yang baik. Perhatikan diri Anda sendiri dalam setiap pilihan etis sekecil apapun yang mungkin dapat diperhatikan oleh anak Anda. Misalnya jika Anda tidak bermain judi, mereka akan tahu bahwa itu tidak baik bagi mereka juga. Tunjukkan pada anak Anda apakah artinya tidak mementingkan diri sendiri dan memberi dengan sukacita, misalnya dengan cara menjadi sukarelawan dalam kegiatan pelayanan sosial atau kelompok komunitas. Tinggalkan orang-orang maupun tempat yang kurang baik
daripada anak Anda melihatnya lalu melakukan hal yang sama. Hilangkan kebiasaan-kebiasaan di atas dan mulailah dengan hal-hal di bawah ini:
7. Stimulasilah untuk melakukan tugas orang dewasa seperti membayar tagihan atau membuat perjanjian bisnis
1. Bicarakanlah hal-hal yang Anda ingin agar mereka ketahui mengenai kedewasaan
8. Perkenalkan mereka pada pelatih yang berpotensi dari jaringan Anda.
2. Biarkanlah mereka untuk menghadapi masalah mereka dan biarkan mereka mengalami kegagalan
9. Bantulah mereka untuk merancang masa depannya dan diskusikan langkah untuk mencapainya
3. Diskusikan konsekuensi yang akan dihadapi jika mereka tidak mampu menguasai suatu hal tertentu
10. Rayakanlah perkembangan yang mereka perbuat dalam hal kemandirian dan tanggung jawab
4. Bantulah mereka untuk menyesuaikan antara kekuatan yang mereka miliki dengan masalah yang dihadapi sesungguhnya
Diterjemahkan dari : 7 Crippling Parenting Behaviors That Keep Children From Growing Into Leaders, Dr. Tim Elmor.
5. Berikanlah mereka sesuatu hal yang membutuhkan kesabaran, sehingga mereka belajar untuk mengabaikan uang suap
(http://www.forbes.com/sites/ kathycaprino/2014/01/16/7-cripplingparenting-behaviors-that-keep-children-fromgrowing-into-leaders/
6. Ajarkan pada mereka bahwa hidup adalah pilihan dan bagaikan berdagang; mereka tidak dapat berbuat seenaknya
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
75
MUDA Penggunaan sosial media sudah sangat melekat ke dalam kehidupan kita. Misalkan, sejenak sebelum kita menyantap makanan di sebuah restoran, biasanya terlebih dulu kita mengambil foto makanan yang dihidangkan dengan menggunakan HP (handphone), lalu kita share. Kalau sampai tidak ada sinyal maka kita akan mati-matian cari sinyal terlebih dulu supaya kita bisa memberitahu kepada seantero jagad bahwa kita sedang menikmati makanan itu, lengkap dengan informasi waktu dan lokasi. Lalu setelah berhasil kita share, barulah kita berdoa makan, lalu mulai menyantap makanan. Bagaikan pisau bermata dua, sosial media bisa menjadi hal yang menguntungkan namun bisa juga merugikan. Sosial media memiliki dampak positif dan juga negatif. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika menggunakan sosial media:
D
unia virtual atau dunia maya telah menjadikan interaksi antar manusia dari belahan dunia yang berbeda bukan lagi menjadi hal yang mustahil. Melalui aplikasi yang kita kenal dengan sosial media, jarak dan tempat bukan lagi penghalang bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan sahabatnya, meski ia berada di benua yang lain. Sosial media serasa sudah tidak bisa ditinggalkan. Hampir semua orang di Indonesia memiliki akun di media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Path, dan sosial media lainnya.
76
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 87/XXXI/2014 87/XXXI/2014
1. Kita Bisa Menjadi Siapa Saja dan Apapun yang Kita Mau Di dalam sosial media kita bisa mengaku sebagai artis Korea walaupun kita tinggal di Depok. Kita bisa mengaku punya rumah dan uang banyak meskipun pada kenyataannya kita numpang tinggal dengan orangtua. Kita dapat mengelabui orang-orang dengan cara meng-upload foto profil diri dengan foto para artis yang ganteng dan cantik.
Pesan : Ketika kita meneliti profil seseorang di dalam sebuah sosial media, maka kita jangan langsung percaya secara buta kepada foto profil, info profil, dan status yang ditampilkan oleh orang-orang yang kita jumpai. Tidak semua orang akan jujur dan menaruh informasi yang sebenarnya di sosial media. Banyak orang justru menaruh informasi yang tidak benar dengan tujuan untuk seru-seruan dan terlihat keren. Bahkan tidak sedikit pula yang melakukan itu dengan motif kriminal untuk menipu. Tips: - Jangan mudah percaya pada orang yang baru kita kenal di sosial media - Jangan mudah percaya pada akunakun dengan nama orang-orang terkenal atau nama-nama yang mirip orang yang kita kenal. 2. Hidup Semua Orang Terlihat Jauh Lebih Baik Dari Kita Ketika kita pergi ke mall, kita mengambil foto. Sebelum kita mau makan, kita mengambil foto. Ketika melihat sebuah mobil sport melintas, buru-buru kita mengambil foto. Saat ketemu seorang artis, kita juga tidak lupa untuk mengambil foto. Lalu kita share semua aktivitas kita melalui sosial media. Tindakan sederhana tersebut terlihat tidak berbahaya. Namun berdasarkan penelitian dari Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
77 77
berbagai universitas (Michigan State University, University of Gothenburg, Berlin’s Humboldt University and the Darmstadt’s Technical University) tindakan seperti itu dapat menyebabkan orang lain menjadi iri dan depresi. Sebuah foto yang diambil dan dishare hanya menangkap 1 detik dari kehidupan seseorang. Namun ketika kita melihat foto yang menyenangkan tersebut, tanpa disadari kita berpikir bahwa hidup seseorang itu bahagia selamanya. Padahal foto itu hanya menangkap 1 detik dari momen yang bahagia itu. Selanjutnya kita terjebak untuk mulai membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Momen 1 detik orang lain kita bandingkan dengan seluruh permasalahan yang sedang kita hadapi. Hal demikian dapat membuat kita depresi. Pesan: Jangan pernah membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain di sosial media. Karena kita tidak pernah tahu kondisi sebenarnya dari kehidupan mereka. Ingat foto itu hanya menangkap 1 detik dari kehidupan seseorang bukan seluruh momen kehidupannya. Jadi, janganlah membandingkan 1 detik tersebut dengan seluruh hidupmu. Tips: - Jangan iri pada post – post dari teman kita.
78
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
3. Semua Informasi di Sosial Media Adalah Benar
4. Semua Posting di Internet Bisa Dihapus Dengan Mudah
Semua orang bisa posting apa saja di sosial media – sesuatu yang benar atau salah sekalipun – tanpa ada yang mengawasi. Sehingga tidak ada yang tahu apakah informasi tersebut khalayan atau nyata. Suatu kali di Facebook pernah di-posting foto seseorang yang terlihat sedang dibakar hidup-hidup dan dalam keterangan foto dijelaskan bahwa foto tersebut diambil ketika kerusuhan di Myanmar. Beberapa hari kemudian ternyata ada posting lain yang mengklarifikasi bahwa foto tersebut adalah foto yang diambil di India dalam upacara pembakaran mayat.
Teman saya pernah bertanya, “Bisakah kita menghapus foto yang kita posting di internet?” Jawaban saya adalah tidak. Internet bekerja tidak berdasarkan satu server saja. Melainkan menggunakan berbagai server sebagai cadangan. Dan tiap server ini sudah saling terkoneksi. Secara sederhana, ketika saya mem-posting foto bugil saya di Facebook lalu foto itu saya jadikan profil picture, maka Facebook akan mengijinkan Google untuk mengcrawl foto saya dan
Jelas posting yang pertama tadi mengundang banyak sekali hujatan yang tidak pa da tempatnya, yang merugikan pihak yang tidak berkaitan sama sekali. Pesan: Tidak semua berita di sosial media adalah benar. Jangan langsung percaya atau dengan gegabah menanggapi berita-berita di sosial media. Tips: - Jangan mudah percaya pada informasi yang ada di dunia maya - Jangan mudah terprovokasi untuk memberikan komentar – komentar di post
menyimpannya di server Google. Bahkan mungkin ada server lain yang terhubung dengan Facebook, sehingga ketika saya posting ke Facebook, foto tersebut juga secara otomatis terduplikasi ke beberapa server lainnya. Sekadar info, setiap provider sosial media mempunyai beberapa server cadangan di dunia yang selalu menduplikasi file, sehingga foto yang kita upload dan tampilkan akan terduplikasi juga. Jadi, ketika saya menghapus foto saya di Facebook maka belum tentu foto di Google terhapus, dan belum tentu juga foto saya di server cadangan Facebook terhapus. Pesan: Berhati-hatilah terhadap apa yang kita post di dunia maya karena kita tidak bisa menarik kembali apa yang sudah kita posting. Tips: - Jangan pernah mem-post fotofoto yang bersifat pribadi - Jangan pernah mengeluarkan makian dan umpatan di dunia maya 5. Semua Postingan Saya Di Media Sosial Adalah Milik Saya Pribadi Ketika kita mendaftar pertama kali ke sebuah sosial media pasti kita diminta untuk menyetujui “Terms and condition” yang banyaknya berlembarMajalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
79
KKS lembar, dan biasanya kita hanya scroll turun lalu kita click “I Agree”. Setelah itu kita berasumsi bahwa semua foto yang kita posting di sosial media tetap menjadi milik kita. Pada kenyataannya di dalam terms and condition tersebut semua sosial media mengatakan bahwa apapun yang kita posting menjadi milik sosial media tersebut dan publik. Sehingga sosial media tersebut boleh menggunakannya untuk keperluan mereka. Termasuk di dalamnya pemanfaatan profil kita (nama, umur, kebiasaan online, nomor HP, IP address,dll). Itulah sebabnya berdasarkan kebiasaan online kita, kita bisa disasar oleh iklan-iklan tertentu karena kita sudah memberikan ijin.
Pesan: Jangan menyimpan data-data yang sangat pribadi (alamat, nomor telepon, nama orangtua, nama kecil kita) di profil sosial media karena data-data tersebut tidak aman. Tips: - Jangan pernah menaruh, mempost, ataupun memberikan datadata pribadi kita di dunia maya. Sosial Media bisa memberikan pengaruh positif dan bisa juga memberikan pengaruh negatif semua tergantung pada bagaimana kita menggunakan sosial media tersebut. Jadilah bijak di dalam menggunakan sosial media. (Sander)
Mendatar: 1. Mata uang logam emas/perak 7. Anak sulung Abraham 12. Campur (Jawa) 13. Anak buah 14. Pohon di Israel 16. Dewan pimpinan 17. Satuan jumlah kertas 20. Tidak senang 21. Bukan ini 23. Kelompok/kumpulan rutin 27. Genangan banjir 30. Bioskop, film layar lebar 31. Lebihan sesuatu 32. Ada di dalam
80
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Kupon KKS-MG 87/XXXI/2014
33. Universitas Islam Negeri 34. Nyala 35. Anjing (Jawa) 37. Minuman keras 40. Tidak ditutup 44. Asupan vitamin 45. Binatang yang hidup di air 46. Kuat, hebat (huruf kedua diganti A) 48. Hafal (Jawa) 50. Kompak/setuju (Jawa) 52. Sejenis makanan 53. Merek bumbu masak 54. Dingin/adem (Jawa) 55. Negara di Timur Tengah
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
81
FOTO KEGIATAN Menurun: 1. Hiasan ruangan 2. Keturunan 3. Singkatan merek motor gede 4. Angkatan udara 5. Mahkamah Konstitusi 6. Peristiwa besar Kebangkitan Yesus 7. Bukan kamu/saya 8. … akarya = usaha sendiri 9. Mahkamah Agung 10. Bukan kamu 11. Kerja di luar jam 14. Kebutuhan pokok bagi bayi 15. Nama putra Bing Slamet 18. Potong (Jawa) 19. Ukuran kecil 21. Inspektur Satu (singkatan) 22. Jenis tanaman 24. Kata awal
25. Lawan dari PM (singkatan waktu dalam bhs. Inggris) 26. Cinta negara/bangsa 27. Proses resmi dan sah 28. Singkatan besar/kecil 29. S … = pesan singkat 34. Penyimpan listrik 36. Akar buah bisa dikonsumsi 37. Jadwal tersusun 38. Singkatan Negara kita 39. Hubungan pria-wanita 41. Besar-kecil 42. Kereta api 43. Jarak satu sama lain 46. Kota di Jawa Tengah 47. Yang di dalam tanah 49. Tempat tanaman 51. Negara besar di dunia
Syarat pengiriman Jawaban KKS: 1. Jawaban ditulis di atas sehelai kartu pos atau kertas seukuran kartu pos dengan ditempel kupon asli KKS MG 87/XXXI/2014, disertai dengan nama dan alamat sesuai kartu identitas. 2. Diterima paling lambat hari Minggu tanggal 4 Mei 2014, melalui pos atau dimasukkan lewat kotak Majalah Gunsa di depan pintu masuk GSP I lt 1. 3. Jawaban yang benar akan diundi dan disediakan 3 (tiga) buah voucher belanja. 4. Nama pemenang akan diumumkan lewat Warta Persekutuan dan Majalah Gunsa edisi 88/ XXXI/2014. Bagi para pemenang, hadiah dapat diambil di perpustakaan GKI Gunsa pada hari Minggu setelah kebaktian pk 08.00 dengan membawa bukti diri yang sah 5. KKS – MG tertutup bagi anggota redaksi MG 6. Hadiah yang tidak diambil lewat sebulan sejak pengumuman di Warta Persekutuan, akan menjadi milik redaksi. Pemenang KKS No 86/XXX/2013 – Majalah Gunsa Dari sejumlah kartu pos jawaban yang diterima, diperiksa dan kemudian diundi, ternyata yang beruntung menjadi pemenang adalah sebagai berikut: 1. Susi, Jl. Kramat III, No. 2B, Jakarta Pusat 2. Karienta Yuandini, Jl. Kemayoran Gempol No. 1, Rt 009/008, Jakarta 10630 3. Dra. Sriwulan, Jl. Sakti III, Kav. No.68, Rt 008/009, Jakarta Barat. Bagi yang belum beruntung, jangan putus asa. Ikuti terus KKS MG ini sambil melatih otak dan kecerdasan Anda. Selamat mengirimkan jawaban Anda!
82
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
Jawaban KKS –MG 86/XXX/2013
Majalah Gunsa edisi 87/XXXI/2014
83