PENGEMBANGAN PEDOMAN OPTIMASI SUCKER ROD PUMP (SRP) Farid Febrian* Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D.**
Sari Untuk melakukan pengangkatan fluida yang sudah tidak dapat mengalir secara alami, mekanisme pengangkatan buatannya harus didesain secara baik. Selain desain yang baik, kontrol dan peninjauan ulang kinerja SRP diperlukan untuk menjamin produksi di lapangan. Setelah berproduksi beberapa lama, parameter-parameter yang mempengaruhi desain SRP sudah seharusnya dibandingkan dengan kegiatan produksi di lapangan. Sehingga dapat diketahui apakah sumur sudah berproduksi dengan laju alir optimumnya atau belum. untuk keperluan ini, dibangun suatu studi yang bertujuan untuk mengembangkan pedoman optimasi Sucker Rod Pump (SRP). Pedoman optimasi Sucker Rod Pump (SRP) dibangun dengan melakukan plot data antara laju alir dengan kebutuhan dayanya. Plot data tersebut dibagi menjadi kelas yang tiap kelasnya menjelaskan tentang hasil optimasi yang dilakukan. Hubungan antara laju alir dan kebutuhan daya tersebut diharapkan dapat menjadi justifikasi auntuk menentukan status optimasi desain SRP. Pengembangan pedoman didasarkan optimasi data lapangan suatu area yang menggunakan SRP sebagai mekanisme pengangkatan buatannya. Optimasi yang dilakukan menghasilkan kenaikan laju alir total sebesar 10.81%, tetapi kenaikan laju alir ini juga diikuti dengan naiknya kebutuhan daya sebesar 26.82%. Jika ditinjau per lapangan, Lapangan X2 merupakan lapangan yang memberikan hasil optimasi yang paling baik. Lapangan X2 mengalami kenaikan laju alir setelah optimasi sebesar 19.74% dan kenaikan paling besar diantara lapangan lain ini juga diperkuat dengan kenaikan daya yang dapat diabaikan.
Abstract To lift of the fluid can not flow naturally, artificial lift mechanism must be designed properly. In addition to good design, control and review the performance of SRP is required to ensure production in the field. After producing for some time, parameters that affect the design of the SRP was supposed to be compared with production activities in the field. So that can be known whether the wells already in production with optimum flow rate or not. For this purpose, developed a study that aims tp develop guidelines for optimization of SRP. Sucker Rod Pump (SRP) optimization guide was built by the data plot between the flow rate with power needs. Plot the data is divided into classes where each class describes the results of the optimization is performed. The relationship between flow rate and power demand is expected to be a justification for determining the status of the SRP design optimization. Optimization is done to produce a total flow rate increase of 10.81 %, but increase the flow rate was also followed with increasing power demand of 26.82 %. If the observed per field, field X2 is a field that gives the best optimization results. Field X2 flow rate increased after optimization of 19.74 % and the largest increase among the other field is also strengthened with the increase of power which can be ignored. Keywords : Sucker Rod Pump, optimation. *) Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan – Institut Teknologi Bandung. **) Dosen Pembimbing Program Studi Teknik Perminyakan – Institut Teknologi Bandung.
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
1
I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Agar menghasilkan pengangkatan yang efektif, Sucker Rod Pump (SRP) harus didesain berdasarkan parameter-parameter yang bekerja didalamnya. Desain yang terlalu berlebihan akan berakibat meningkatnya biaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk mengoperasikan SRP, sebaliknya desain yang tidak mencapai standar akan berakibat tidak tercapainya target pengangkatan yang dibutuhkan. Untuk mengoperasikan komponen SRP yang berada di permukaan dan bawah permukaan, dibutuhkan daya penggerak. Salah satu tantangan terbesar dalam melakukan optimasi SRP adalah menghasilkan desain dengan kenaikan laju alir yang optimal dengan kebutuhan daya yang tidak terlalu besar, sehingga optimasi akan memberikan nilai yang ekonomis. Selain desain yang baik dan benar, setelah berproduksi data desain awal yang digunakan pada SRP sudah seharusnya dibandingkan dengan kegiatan produksi di lapangan saat ini. Hal ini betujuan untuk mengetahui apakah desain yang digunakan dapat memberikan laju alir yang sudah optimal atau belum. Namun, kontrol yang dilakukan terhadap hal ini tidak terjadi pada keadaan lapangan. Dalam hubungannya dengan pedoman optimasi SRP, dibutuhkan suatu hubungan dan pengelompokan yang jelas atas sumur-sumur yang berproduksi menggunakan SRP agar dapat menghasilkan penjelasan yang cepat dan jelas mengenai keadaan suatu sumur berdasarkan laju alir dan kebutuhan dayanya. Sehingga bila suatu saat data sumur ditambah, maka dari pengelompokan ini dapat menghasilkan justifikasi optimasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
1.2 Tujuan
2. Memvalidasi data dengan melihat hubungan antara parameter desain SRP dengan kebutuhan dayanya. 3. Memberikan usulan pedoman optimasi pada suatu lapangan dengan menggunakan data yang tersedia. . II. Metodologi Penelitian dilakukan berdasarkan studi literatur mengenai materi kajian. Studi yang dilakukan melingkupi kemampuan sumur dari kurva IPR, perhitungan desain SRP, perhitungan kebutuhan daya, gambaran hubungan antara parameterparameter desain IPR dengan kebutuhan daya, dan pembuatan kelas laju alir dan kebutuhan daya Berikut merupakan tahapan-tahapan penelitian, antara lain:
2.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan sebagai input merupakan laporan per bulan dari suatu perusaan minyak. Fokus data terletak pada sumur-sumur yang menggunakan mekanisme pengangkatan buatan SRP, yang terdapat pada 43 sumur di lima lapangan berbeda. Selain laporan bulanan, data lain yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan cadangan yang berisikan data umum dan PVT lapangan-lapangan yang menjadi materi kajian.
2.2 Penentuan Kemampuan Sumur Penentuan kemampuan sumur dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak perminyakan yang memiliki kemampuan untuk membentuk kurva IPR dengan pilihan metode Fetkovich Multirate test. Setelah kurva terbentuk, dapat ditentukan apakah laju alir keadaan saat ini masih dapat dioptimasi atau tidak. Laju alir optimal inilah yang menjadi target untuk dicapai dengan desain ulang SRP.
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama: 1. Memberikan hasil desain SRP optimum yang menghasilkan laju alir yang maksimal atau memberikan daya yang minimal.
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
2.3 Prosedur Desain SRP Berikut merupakan prosedur desain SRP, antara lain:
2
1. Penentuan kemampuan sumur dan displacement sumur. 2. Penentuan working fluid level dan kedalaman pompa. 3. Penentuan Panjang stroke, ukuran plunger, ukuran tubing, ukuran rod, dan kecepatan pemompaan berdasarkan Grafik Atlantik untuk pemilihan pompa angguk. 4. Perhitungan specific gravity. 5. Penentuan faktor-faktor dari tabel dan gambar, antara lain: Berat rata-rata rod di udara (W r ) Konstanta elastis rod (E r ) Faktor frekuensi rod string (F c ) Konstanta elastisitas tubing (E t ). 6. Perhitungan parameter tidak berdimensi. Parameter ini terdiri dari: - Beban total fluida di plunger. - Konstanta elastisitas rod string. - Beban penyebab terjadinya strech pada rod string. - Kecepatan pompa tanpa dimensi dengan rod string yang tidak tappered. - Kecepatan pompa tanpa dimensi dengan tappered rod. - Konstanta elastisitas bagian tubing yang tidak diangker. 7. Penentuan displacement pompa hasil optimasi. Bila displacement pompa hasil optimasi lebih kecil dibandingkan displacement pompa sebelumnya maka parameter-parameter yang ada pada poin tiga harus disesuaikan sampai mencapai hasil yang lebih besar dari sebelumnya. 2.4 Prosedur Desain Kebutuhan Daya Prosedur desain kebutuhan daya didasarkan pada parameter-parameter yang telah dipilih dan dihitung pada desain SRP. Parameter desain SRP yang menjadi input pada desain kebutuhan daya antara lain: diameter tubing, diameter plunger, panjang dan diameter rod, panjang stroke, dan kecepatan pemompaan. Sedangkan input data lain yang digunakan pada desain kebutuhan daya berasal dari tes PVT serta kelengkapan pompa lain yang terdiri dari efisiensi pompa dan faktor keamanan. Kebutuhan daya dihitung berdasarkan persamaan berikut: ..............................................(1)
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
Kedua kondisi baik sebelum maupun sesudah optimasi desain SRP dihitung dayanya untuk kemudian dilakukan perbandingan. Hasil yang diharapkan dari perhitungan kebutuhan daya adalah hasil yang tidak terlalu jauh perbedaannnya antara sebelum dan sesudah optimasi, apabila terjadi penurunan daya semakin baik.
2.5 Studi Hubungan Parameter Desain SRP dengan Kebutuhan Daya Tujuan bagian ini adalah untuk memvalidasi data dengan membuktikan hasil yang didapatkan sesuai dengan teori mengenai SRP. Fokus parameter yang akan dicari hubungannya dengan kebutuhan daya adalah: ukuran tubing, panjang stroke, dan kecepatan pemompaan. Hubungan akan diidentifikasi dengan melakukan perbandingan antara perubahan yang terjadi pada parameter sebelum dan sesudah optimasi dengan rata-rata perubahan kebutuhan daya melalui grafik batang.
2.6 Pengklasifikasian Data Berdasarkan Laju Alir dan Kebutuhan Daya Tujuan akhir dari studi ini adalah untuk memberikan usulan pedoman optimasi pada suatu lapangan dengan menggunakan data berupa laju alir dan kebutuhan daya. Data tidak berdimensi hasil perbandingan data sebelum dan sesudah optimasi kemudian dimasukkan ke dalam suatu grafik. Kemudian grafik akan dibagi kedalam beberapa kelas atau kelompok sehingga dapat dilihat status optimasi dari suatu sumur.
III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Optimasi Desain SRP dan Kebutuhan Daya Berdasarkan hasil optimasi yang telah dilakukan, perolehan sumur yang menggunakan mekanisme pengangkatan buatan Sucker Rod Pump (SRP) yang direpresentasikan dengan laju alir dimungkinkan untuk ditingkatkan. Laju alir total pada Area A yang sebelumnya 8527 bbl/hari dapat ditingkatkan menjadi 9448.5 bbl/hari. Namun, peningkatan laju alir ini diikuti dengan meningkatnya daya yang dibutuhkan, dari sebelumnya membutuhkan 164.4 HP, meningkat
3
menjadi 208.5 HP. Dari total 43 sumur yang menggunakan SRP, 28 sumur memiliki potensi untuk ditingkatkan laju alirnya. Namun, peningkatan laju alir ini, juga diikuti dengan kebutuhan daya yang lebih besar pada 35 sumur. Secara prosentase, lapangan yang memiliki potensi peningkatan laju alir paling besar adalah Lapangan X2 dengan prosentase potensi kenaikan laju alir sebesar 19 %. Besarnya potensi peningkatan ini juga diperkuat dengan penggunaan daya yang tidak terlalu meningkat. Walaupun daya yang dibutuhkan setelah proses optimasi tidak menurun seperti yang terjadi pada Lapangan X1, Lapangan X2 hanya mengalami peningkatan penggunaan daya sebesar 0.5%. Jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan peningkatan penggunaan daya tiga lapangan lain yang berkisar antara tiga belas sampai 92 %. Peningkatan laju alir diperoleh dengan melakukan desain ulang SRP. Didasarkan pada kurva IPR, sumur-sumur yang masih mungkin untuk dinaikkan laju alirnya kemudian dioptimasi. Optimasi desain SRP didasarkan pada desain API 11RL dengan menggunakan ketentuan desain sumur dangkal atau masih mepertimbangkan gerak harmonis. Konsiderasi desain yang dijadikan fokus pada penelitian terdiri dari empat parameter utama, antara lain ukuran pompa tubing, ukuran plunger, panjang stroke, dan kecepatan pemompaan. Desain hasil optimasi per sumur menunjukkan hasil yang hampir sama (SL-34 dan PS-20), dapat dikatakan sebagai kombinasi minimum dalam desain menggunakan API 11RL untuk sumur dangkal, karena sumur-sumur yang menggunakan SRP pada area ini memiliki tren yang sama pula yaitu sumur-sumur yang sangat dangkal, tekanan reservoir yang kecil, dengan laju produksi yang tidak begitu besar. Perbedaan signifikan pada desain sebelum dan setelah optimasi disebabkan karena tidak digunakannya standar API11RL pada desain yang berlaku sekarang, sehingga secara keseluruhan panjang stroke yang ada pada keadaan sekarang terlalu besar dan kecepatan pemompaannya terlalu kecil sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan alat dan tidak efektifnya alat bekerja. Beban rod yang terlalu besar akibat terlalu besarnya panjang stroke mengakibatkan kecepatan pemompaan yang tidak bisa terlalu besar.
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
Perbedaan desain antara sebelum dan setelah optimasi akan memberikan hasil perhitungan yang berbeda pula pada kebutuhan daya pada tiap sumur. Besar empat konsiderasi yang menjadi fokus penelitian mempengaruhi secara langsung kebutuhan daya. Semakin besar ukuran pompa tubing, ukuran plunger, panjang stroke, dan kecepatan pemompaan akan memberikan kebutuhan daya yang semakin besar pula.
3.2 Hubungan Parameter Desain SRP dengan Perubahan Kebutuhan Daya Parameter desain SRP yang akan dipelajari pola perubahannya dengan kebutuhan daya pada penelitian ini antara lain: -
Ukuran pompa tubing. Panjang stroke. Kecepatan pemompaan.
Penelitian dilakukan dengan menghitung selisih antara parameter sesudah dan sebelum optimasi. Kemudian hasil yang didapatkan dibandingkan dengan jumlah selisih perubahan kebutuhan daya sesudah dengan sebelum optimasi yang dirataratakan. Agar lebih mudah didentifikasi dan dilihat polanya, selisih antara parameter sesudah dan sebelum optimasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga kelompok inilah yang nantinya akan dilihat pola perubahan kebutuhan dayanya.
3.2.1 Pola Perubahan Ukuran Pompa Tubing Untuk menghasilkan pengangkatan yang lebih besar, umumnya digunakan ukuran pompa tubing yang lebih besar pula. Karena sebagian besar sumur mengalami peningkatan laju alir, maka penggunaan ukuran pompa tubing yang lebih besar akan dibutuhkan. Dari berbagai kenaikan ataupun penurunan ukuran pompa tubing diharapkan dapat diidentifikasi suatu pola perubahan dalam hubungannya dengan perubahan kebutuhan daya. Hubungan keduanya dapat dilihat pada gambar 4. Angka positif pada perubahan ukuran pompa tubing dapat diartikan sebagai naiknya diameter pompa tubing, sebaliknya angka negatif dapat diartikan sebagai turunnya diameter pompa tubing. Kemudian angka yang didapatkan dikelompokkan
4
menjadi beberapa kelas sesuai besarnya kenaikan atau penurunan diameter, dan didapatkan lima kelas untuk parameter ini, antara lain: -0.75, -0.25, 0.25, 0.75, dan 1.25. Sementara untuk melihat hubungan perubahan diameter yang direpresentasikan oleh kelas-kelas tersebut dengan perubahan kebutuhan daya dilakukan perbandingan antara keduanya melalui grafik batang. Perubahan daya tiap kelas dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah sumur tiap kelas, sehingga menghasilkan perubahan kebutuhan daya rata-rata tiap kelas. Hasil yang positif menunjukkan daya yang dibutuhkan sesudah optimasi akan naik dan angka yang semakin besar menunjukkan kebutuhan daya yang semakin besar pula, begitu juga sebaliknya. Dari hasil plot pada grafik batang, pola yang terbentuk menunjukkan sebuah tren yang menggambarkan bahwa semakin besar perubahan diameter pompa tubing maka daya yang dibutuhkan semakin besar pula, sebaliknya bila pompa yang digunakan setelah optimasi ukurannya lebih kecil maka daya yang dibutuhkan semakin menurun. Ketidakkonsistenan pola terjadi pada kelas 0.75 dan 1.25, daya yang dibutuhkan kelas 1.25 lebih kecil dibandingkan kelas 0.75. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh besar-kecilnya parameter lain sehingga hasil perhitungan daya memberikan pola yang berbeda. Ketidakkonsistenan ini juga dimungkinkan terjadi karena jumlah data tiap-tiap kelas yang tidak sama. 3.2.2 Pola Perubahan Panjang Stroke Seperti yang dilakukan pada paramater pertama, grafik batang merupakan media utama penelitian. Klasifikasi perubahan panjang stroke dilakukan dengan menghitung selisih antara panjang stroke sebelum-sesudah optimasi dan dikelompokkan menjadi kelompok 20 yang merepresentasikan sumur dengan perubahan panjang stroke sebesar 20-29, kelompok 30 yang mrepresentasikan perubahan stroke sebesar 30-39, dan seterusnya sampai kelompok dengan perubahan terbesar yaitu kelompok 60. Sedangkan untuk perhitungan perubahan kebutuhan daya dilakukan dengan cara yang sama, menjumlahkan perubahan daya tiap kelas untuk kemudian dibagi dengan jumlah sumur tiap kelas.
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
Pola yang ditunjukkan pada grafik batang menggambarkan bahwa semakin besar kenaikan perubahan panjang stroke maka kebutuhan daya akan semkain besar. Hal ini sesuai dengan logika dasar desain yang menyatakan bahwa semakin besar parameter yang dibutuhkan untuk mendesain SRP, dalam hal ini panjang stroke, maka semakin besar kebutuhan dayanya. Dan pada parameter kedua ini tidak terjadi ketidakkonsistenan pola kenaikan grafik batang seperti yang ditunjukan pada gambar 5.
3.2.3 Pola Perubahan Kecepatan Pemompaan Parameter terakhir yang diidentifikasi adalah kecepatan pemompaan, medianya masih sama yaitu grafik batang. Kelas yang digunakan dipilih dengan cara menghitung jumlah selisih kecepatan pemompaan. Kelas yang dihasilkan memiliki jarak yang sangat dekat satu sama lainnya, hanya berbeda 1 SPM saja. Kelas pada parameter ini terdiri dari delapan kelas, yaitu kelas 7-8-9, 10, 11, sampai kelas 16. Pola yang ditunjukkan pada dasarnya tidak berbeda dengan dua parameter sebelumnya seperti yang ditunjukan pada gambar 6, yaitu semakin besar perubahan kecepatan pemompaan maka kebutuhan daya akan semakin besar. Hanya saja yang berbeda adalah banyaknya ketidakkonsistenan pola. Hal ini terjadi karena kelas yang terlalu dekat jaraknya sehingga data masing- masing kelas jumlahnya tidak terlalu banyak dan kurang merepresentasikan jumlah daya yang dibutuhkan.
3.3 Usulan Pedoman Optimasi Sucker Rod Pump (SRP) Pedoman optimasi dibangun berdasarkan hubungan antara laju alir tak berdimensi dengan kebutuhan daya tak berdimensi. Parameter tak berdimensi ini dihasilkan dari perbandingan parameter sebelum dan sesudah optimasi. Dari gambar diharapkan dapat dianalisis kelakuan-kelakuan sumur saat ini berdasarkan laju alir dan kebutuhan dayanya. Setelah dibangun, kemudian grafik diklasifikasikan menjadi tiga kelas sama besar yang ditinjau dari masing-masing parameter. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 7.
5
Kelas pertama yang dilihat secara vertikal menjelaskan optimasi laju alir dan dibagi dari atas ke bawah menjadi kelas optimum, sedang, dan belum optimum. Semakin keatas menjelaskan bahwa laju sebelum dan sesudah optimasi besarnya sama atau hampir sama, sehingga optimasi yang dilakukan hanya memperbaiki desain SRP-nya yang tidak sesuai API 11 RL. Sedangkan bila data yang didapatkan semakin ke bawah maka dapat diartikan bahwa optimasi laju alir yang besar terjadi sumur tesebut. Sehingga diharapkan dapat memberikan usulan desain yang baik agar laju optimasi dapat tercapai. Kelas kedua dilihat secara horizontal dan diharapkan dapat menjelaskan optimasi kebutuhan daya suatu sumur. Dari kiri ke kanan kelas dibagi menjadi tiga sama besar, yaitu besar, sedang, dan kecil. Semakin ke kanan grafik tersebut menjelakan bahwa daya yang digunakan setelah optimasi semakin kecil. Untuk menghasilkan keuntungan yang besar, maka diharapkan suatu sumur memiliki laju alir yang besar dengan kebutuhan daya yang kecil. Berdasrkan gambar maka posisi yang diharapkan adalah titik pada kanan atas. Banyaknya data yang berada di kiri disebabkan tidak digunakannya API 11 RL sebagai metode optimasi, sehingga data sebelum optimasi dapat dianggap tidak seimbang.
IV. Kesimpulan 1. Optimasi desain SRP menghasilkan rata-rata kenaikan laju alir sebesar 10.81%, tetapi kenaikan laju alir juga diikuti dengan kenaikan daya yang dibutuhkan sebesar 26.82%. 2. Lapangan X2 merupakan lapangan yang paling ekonomis untuk dikembangkan pada Area A. Lapangan X2 mengalami kenaikan laju alir setelah optimasi sebesar 19.74% dan kenaikan paling besar diantara lapangan lain ini juga diperkuat dengan kenaikan daya yang dapat diabaikan. 3. Pola parameter desain SRP setelah optimasi memiliki bentuk umum yang sama yaitu besar panjang stroke 34 dan kecepatan pemompaan 20 SPM. Hal ini karena kondisi sumur yang Sebagian besar sama, yaitu sumur dangkal dengan laju alir kecil. Pola ini berbeda dengan
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
data yang ada dikarenakan tidak digunakannya standar desain API 11 RL. 4. Hubungan parameter desain SRP dengan kebutuhan daya menunjukan semakin besar perubahan parameter pada desain SRP akan memberikan hasil yang lebih besar pula. Parameternya antara lain panjang stroke, diameter pompa tubing, dan kecepatan pemompaan. Hali menyatakan bahwa data di lapangan sesuai dengan teori yang ada. 5. Usulan pedoman optimasi lapangan dapat digunakan sebagai justifikasi awal yang cepat dan dipertanggungjawabkan.
V. Saran 1. Validasi data dan hasil dengan menggunakan perangkat lunak perminyakan. 2. Penggunaan data yang lebih banyak, agar dapat memvalidasi hubungan antara parameter desain dengan kebutuhan daya. VI. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
Brown, K.E., et al, The Technology of Artifial Lift method, Volume 2b, The Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1980. Guo, Boyun., Lyons, William C. dan Ghalambor, Ali, Petroleum Production Engineering – A Computer Assisted Approach, Elsevier Science & Technology Books, 2007. Tjondrodiputro, B., Bahan kuliah Teknik Produksi, Jurusan Teknik Perminyakan, ITB Bandung, 2004.
6
Parameter
Satuan
X1
X2
X3
X4
X5
FVF Oil
Rb/STB
1.15
1.075
1.15
1.0689
1.088
Kedalaman Datum
Feet
2207
1852
1390
625
1710
Temperatur Reservoir
Degree F
208
192
190
170
204
Gravity Minyak
API
33
37
37
31
34
GOR
SCF/ STB
30
25
50
30
30
Tabel 1. Data-data yang berasal dari laporan cadangan
Data
Satuan
Parameter Pump Water Cut
%
Kedalaman Pompa
Feet
SFL
Feet
WFL
Feet
Produksi
BOPD
Tabel 2. Data-data yang berasal dari laporan produksi per hari
Populasi Artificial Lift Area A 14.8%
ESP
24.6% 60.7%
TBG PP PCP
Gambar 1. Populasi penggunaan artificial lift di Area A
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
7
No Sumur Sumur 001
Sumur 002
Status
Q
Pump Size
Stroke Length
Pumping Speed
Daya
Current
127
1.75
100
9
6.1
Rekomendasi
127
2
34
20
5.5
Current
72
2.75
90
10
24.2
Rekomendasi
72
2
34
20
5.5
Tabel 1. Optimasi lapangan X1
No Sumur Sumur 023
Sumur 036
Sumur 038
Status
Q
Pump Size
Stroke Length
Pumping Speed
Daya
Current
294
2.75
100
10
7.4
Rekomendasi
337
2.5
34
20
5.6
Current
107
1.75
90
7
4.8
Rekomendasi
129
2
34
20
5.2
Current
174
1.75
100
8
6.4
Rekomendasi
222.5
2.5
42
20
7.9
Tabel 2. Optimasi Lapangan X2
No Sumur Sumur 001
Sumur 008
Sumur 013
Sumur 016
Sumur 019
Sumur 020
Sumur 021
Status
Q
Pump Size
Stroke Length
Pumping Speed
Daya
Current
568
2.75
100
12.5
16.4
Rekomendasi
568
2.5
48
20
10.8
Current
94
1.75
50
7
2.5
Rekomendasi
103
2.5
34
20
6.6
Current
144
2.75
100
5
5.4
Rekomendasi
151
2.5
34
19
6.1
Current
107
2.75
70
10
7
Rekomendasi
131
1
34
20
5.1
Current
110
1.75
100
8
5.3
Rekomendasi
115
2
34
20
5.2
Current
238
1.75
60
8
3.2
Rekomendasi
297
2.5
42
19
7.9
Current
283
1.75
80
5
3
Rekomendasi
315
2.5
48
20
6.8
Tabel 3. Optimasi Lapangan X3
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
8
No Sumur Sumur 003 Sumur 008 Sumur 010 Sumur 013 Sumur 029 Sumur 032 Sumur 035 Sumur 038 Sumur 046 Sumur 048 Sumur 050 Sumur 051 Sumur 054 Sumur 056 Sumur 074 Sumur 076 Sumur 081 Sumur 085 Sumur 092 Sumur 099 Sumur 101 Sumur 104 Sumur 106 Sumur 107 Sumur 144 Sumur 147 Sumur 149
Status Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi
Q 511 511 84 127 859 859 490 500 282 378 458 458 260 264
Pump Size 2.75 3 1.75 3 2.75 3 2.75 3 2.75 3 2.75 3 1.75 3
Stroke Length 64 42 60 34 100 64 100 34 88 34 96 34 100 34
Pumping Speed 8.95 20 12 20 12 21 10 21 10 20 10 19 10 20
Daya 2.7 4.7 1 2.4 4.9 7.5 3.1 2.9 2.5 2.3 4.8 3.9 2 3.5
Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi Current Rekomendasi
144 297 161 163 177 177 184 184 56 110 590 590 98 113 8 80 62 62 62 93 90 90 94 94 94 94 114 139 161 161 310 312 191 240 116 116 80 114 114 139
2.25 3 1.75 3 2.75 3 2.75 3 2.75 3 2.25 3 1.75 3 1.75 3 1.75 3 1.75 3 1.75 3 1.75 3 2.75 3 1.75 3 2.75 3 2.75 3 2.75 3 2.25 3 2.25 3 1.75 3
115 34 70 34 100 34 80 34 70 34 70 42 98 34 80 34 70 34 55 34 80 34 80 34 70 34 70 34 60 34 70 34 78 34 60 34 70 34 80 34
5 20 4 19 4 20 8 20 7 20 8 21 10.5 20 7 20 6 20 5 20 6 20 4 20 6 20 8 20 8 20 8 20 4 20 8.5 20 5 20 8 20
1.2 2.9 2.1 4.2 1.9 4.4 3.7 5.3 2.7 5.6 1.7 4 2.5 3.5 1 2.6 2 4.4 1 2.5 1.4 4.7 1 4.9 1 4.8 1.2 4.4 2.9 4.7 3.1 4.3 1.9 4.9 1.6 3.9 1.3 4.9 2.1 4
Tabel 4. Optimasi Lapangan X4
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
9
No Sumur Sumur 009
Sumur 011
Sumur 012
Status
Q
Pump Size
Stroke Length
Pumping Speed
Daya
Current
43
2.75
80
6
6.7
Rekomendasi
43
2.5
34
20
6.1
Current
197
2.25
90
6
4
Rekomendasi
224
2.5
34
20
5.9
Current
119
1.75
90
6
37
Rekomendasi
149
2.5
34
20
6.2
Tabel 5. Optimasi Lapangan X5
Nama Lapangan X1 X2 X3 X4 X5 Jumlah
Saat Ini (BOPD) 199 575 1544 5850 359 8527
Rekomendasi (BOPD) 199 688.5 1680 6465 416 9448.5
Perubahan Q (%) 0 19.74 8.81 10.51 15.88 10.81
Tabel 6. Optimasi Laju Alir Keseluruhan
Nama Lapangan X1 X2 X3 X4 X5 Jumlah
Saat Ini (HP) 30.3 18.6 42.8 58.3 14.4 164.4
Rekomendasi (HP) 11 18.7 48.5 112.1 18.2 208.5
Perubahan daya (%) -63.7 0.54 13.32 92.28 26.39 26.82
Keterangan Lapangan Penurunan kebutuhan daya Relatif tidak berubah Meningkat Peningkatan paling besar Meningkat
Tabel 7. Optimasi Kebutuhan Daya Keseluruhan
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
10
Laju Alir Tiap Sumur 10000
Laju Alir Minyak (BIOPD)
9000 8000 7000 6000 5000 4000
Saat Ini
3000
Rekomendasi
2000 1000 0 X1
X2
X3
X4
X5
Jumlah
Nama Sumur
Gambar 2. Grafik Optimasi Laju Alir
Kebutuhan Daya Tiap Sumur 250
Daya (HP)
200 150 Saat Ini
100
Rekomendasi 50 0 X1
X2
X3
X4
X5
Jumlah
Nama Sumur
Gambar 3. Grafik Optimasi Kebutuhan Daya
Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
11
Kenaikan Pertambahan Daya vs Perubahan Ukuran Tubing Rata-rata Δ Perubahan Daya (HP)
5 0 -0.75
-0.25
0.25
0.75
1.25
-5 -10 -15 -20
Δ Ukuran Tubing Pompa (inch)
Gambar 4. Grafik hubungan pertambahan daya dengan perubahan ukuran tubing
Rata-rata Δ Perubahan Daya (HP)
Kenaikan Pertambahan Daya vs Perubahan Stroke Length 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 20
30
40
50
60
Δ Panjang Stroke (inch)
Gambar 5. Grafik hubungan pertambahan daya dengan perubahan panjang stroke Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
12
Kenaikan Pertambahan Daya vs Perubahan Kecepatan Pemompaan Rata-rata Δ Peubahan Daya (HP)
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 -0.5 -1
7,8,9
10
11
12
13
14
15
16
Δ Kecepatan Pompa (SPM)
Gambar 6. Grafik hubungan pertambahan daya dengan perubahan kecepatan pemompaan
Gambar 7. Grafik hubungan antara laju alir dengan kebutuhan daya Farid Febrian 12206011, Semester II 2010/2011
13