No. 7/OKTOBER/2010
TET dan TAT yang Berulang-tahun di Bulan Oktober dan November 2010 OKTOBER
NOVEMBER NOVEMBER
04 13 14 19 20 29
01 01 02 06 06
Jonathan Samuel Sukham, dr. Fanny Rahardja, dr., M.Si. Pit Lan, dr. Neilany Edwina, S.Sos. Sri Indayati, dr., SpA(K) Dr. Savit r i R War dhani, dr ., SpKK, M.Kes.
06 06 09 09 12 12 14 14 20 20 23 23 24 23 28 24 28 28 28
Hanna Hanna Ratnawati, Ratnawati, dr., dr., M.Kes. M.Kes. Siauw Ling, dr., SpA Dedeh Supantini, dr., SpS., Dedeh MPd.Ked.Supant ini, dr ., SpS., MPd.Ked. Stella Tinia, dr. Stella Sylvia,Tinia, dr. dr. Sylvia, dr. Sonda Djoehara Goenawan Goenawan Djoehara DominggusSonda Mangape, dr., Dominggus Mangape, dr ., SpTHT, Ph.D SpTHT, Ph.D Nancy Novianti, A.Md. Nancy Novianti, A.Md.M.Si. Endah Tyasrini, S.Si., Daniel Wibowo, dr., M.Sc. Kartika SDewi, dr., M.Kes., SpAK Endah Tyasrini, S.Si., M.Si. Aming Tohardi, dr., M.S. Kartika Dewi, dr., M.Kes., SpAK Adrian Suhendra, dr., SpPK., Aming Tohardi, dr., M.S. M.Kes. Adrian Suhendra, dr., SpPK
(Mohon maaf bila ada kesalahan t anggal at au (Mohon maaf bila ada anggal at au nama yang t er lewat . Korkesalahan eksi dapat t disampaikan nama t er lewat . Kor eksi dapat disampaikan kepadayang Redaksi). kepada Redaksi).
Pembina Rektor UKM Narasumber Dekan FK UKM Direktur RS Immanuel Penanggung jawab Dr. Slamet Santosa, dr., M.Kes. Pimpinan Redaksi Sylvia Soeng, dr, M.Kes. Sekretaris Redaksi Teresa Liliana W., S.Si., M.Kes. Bendahara Hanna Ratnawati, dr, M.Kes. Staf Redaksi Budi Widyarto Lana,dr., M.H. Dr. Diana Krisanti, dr., M.Kes. Hartini Tiono, dr. Heddy Herdiman, dr. Jan Piter T Sihombing, dr., SpKJ, M.Kes. Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Philips Onggowidjaja. S.Si., M.Si. Rosnaeni, Dra., Apt Sri Utami, Dra., M.Kes. Winsa Husin, dr., M.Sc., M.Kes. Penerbitan dan Distribusi Chandra Iskandar,S.H. Alamat redaksi Lab. Biologi FK-UKM Jl. Suria Sumantri 65-Bandung 40164 E-mail :
[email protected]
PROFIL
Suprapti T/T lahir Alamat
: Jepara, 9 Juni 1966 : Kampung Pasir Kiara no. 158 Cipageran Asri Bandung Agama : Kristen Protestan Keluarga : Suami: Konang Bagus Anak : Devani Pujianti, 10 thn Kezia Novianti, 5 thn
DARI REDAKSI Hello Pembaca, Selamat ber j umpa lagi dengan FORKOM FK UKM edisi Okt ober 2010. Tampaknya edisi ini sar at dengan ar t ikel-ar t ikel yang sangat inf or mat if bagi par a pembaca, khususnya sivitas akademika FK UKM. Melalui t ulisan dr . Dominggus Mangape, SpTHT, PhD, yang t elah mendapat kepercayaan dari BAN PT untuk menjadi asesor, kita dapat memahami proses akreditasi Pr ogr am St udi Pendidikan Dokt er ser t a inst r umen bar u yang dikembangkan dalam akreditasi Program Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi (PPPKKG). I nt er nsip menj adi pionir bagi Pendidikan Ber basis Kompet ensi t er ut ama di bidang kedokt er an. Kit a per lu sama-sama menyimak “I nt er nsip Dokt er I ndonesia: Tonggak Sejarah Baru Pendidikan Kedokt er an di I ndonesia” agar memahami t uj uan dan manf aat dari internsip. Bagaimanakah hasil j ej ak pendapat t ent ang FK kit a t er cint a? Pembaca dapat membaca laporannya yang ditulis oleh Unit Penjamin Mutu (Quality Assurance) FK UKM. Walaupun pendidikan kedokt er an saat ini t er ut ama dit ekankan pada pendidikan medical science, namun pendidikan medical humanit ies j uga t idak boleh diabaikan, inilah harapan dr. Edhiwan Prasetya, SpPD dalam artikel tentang donor darah. Rubr ik r ut in j uga t ak kalah menar ik. Kit a dapat mengenal lebih j auh mbak Pr apt i yang sehar i-har i kit a j umpai di PPK UKM melalui r ubr ik PROFI L; Berita Fakult as memuat segala kegiat an sivit as akademika FK UKM; Poj ok I lmiah menyaj ikan aspek molekuler dar i suat u penyakit otoimun; Tr adit ional Medicine mengungkap zat -zat t oksik dalam her bal; Renungan mengingat kan kit a j angan sekali-kali menggunakan st andar ganda; English Caf é mengut ar akan saat menghadapi masalah, apa mau menj adi ”swimmer ” at au ”sinker ”? Awas kecanduan gula seper t i yang t er t er a di dalam Poj ok Nut r isi; J endela Jiwa j uga t idak kalah menar ik unt uk membedakan kar akt er keluar ga yang nurturing atau disfungsional.
Hobi Motto
: masak dan makan : bekerja di ladang Tuhan
Profil kita kali ini adalah seorang ibu muda yang sangat berjasa bagi perkembangan poliklinik Universitas Kristen Maranatha. Banyak orang memanggilnya dengan panggilan ‘mbak Prapti’, yang menunjukkan bahwa Ibu Prapti adalah orang yang dituakan di antara rekan-rekannya. Ibu Prapti, berpendidikan Sekolah Penjenang Kesehatan (SPK) di Bandung, alumni tahun 1984 dan setelah lulus tahun 1987, bekerja di RS Kebon Jati. Atas peran dari dr. Bob (alm.) yang berhubungan baik dengan dr. Somali dari RS tersebut, Ibu Prapti bersama empat orang rekannya dapat bekerja di Poliklinik Maranatha, secara bergiliran setiap bulan sekali. Pada tahun 1989, Poliklinik Maranatha mengalami kekosongan tenaga perawat sehingga dr. Daniel Susilo Wibowo, MSc. yang menjabat sebagai Dekan FK UKM, melalui Ibu Elly Saerun meminta Ibu Prapti bekerja sebagai tenaga tetap dengan masa percobaan 3 (tiga) bulan dan masa kontrak selama 1 (satu) tahun, setelah itu diangkat sebagai TAT Poliklinik UKM. Untuk mendukung pekerjaannya, Ibu Prapti pernah mengikuti pelatihan ‘Etika Berbicara yang Baik dan Benar’. Ibu Prapti sangat menyenangi pekerjaannya, karena dapat mempunyai banyak teman dan berkenalan dengan
banyak orang, baik pejabat, pegawai, maupun mahasiswa dengan beragam sifat dan perilaku. Ibu Prapti hampir tidak mempunyai kendala dalam melakukan pekerjaan karena selalu bekerja bahumembahu dengan teman-temannya. Kendala yang dihadapi yaitu bila poliklinik sudah hampir tutup, tetapi masih ada pasien yang perlu berobat sehingga mengorbankan waktu istirahatnya. Menurut Ibu Prapti, dokterdokter yang bekerja di poliklinik UKM semua baik. Selama bekerja sebagai tenaga kesehatan di poliklinik UKM, Ibu Prapti sangat terkesan karena bisa dipercaya oleh pasien untuk dapat menyimpan rahasia pasien yang curhat kepadanya. Ibu Prapti yang mempunyai hobi memasak, sangat senang masak sayur bakut, cap cay, dan masakan-masakan yang berasal dari Padang. Hobi lain yaitu makan, menyebabkan Ibu Prapti sering tampak mencoba jenis makanan baru bila waktu istirahat tiba. Pesan dan harapan yang ingin disampaikan oleh Ibu Prapti adalah pengobatan di poliklinik UKM bisa kembali ke sistem yang lama. Ibu Prapti merasa kasihan terhadap pasien, terutama karyawan UKM yang harus mendapatkan obat hari itu tetapi obat tidak bisa didapat dari poliklinik. Pasien-pasien tersebut harus mendapatkannya dari apotik rekanan, sehingga harus menunda dulu untuk minum obat. ~ Sri Utami
BERITA FAKULTAS Seluruh sivitas akademika FK UKM mengucapkan selamat kepada: Decky Gunawan, dr., M.Kes. yang telah menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Kedokteran Dasar konsentrasi Ilmu Faal dan Kedokteran Olah Raga di Universitas Padjadjaran pada 19 Agustus 2010. Judul tesis: ”Perbedaan Respons Otot Soleus dengan Otot Vastus Lateralis Tikus Wistar yang Diimobilisasi Berdasarkan Diameter Serabut dan Aktivitas SOD Otot Setelah Pemberian Inhibitor Xantin Oksidase.” Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. yang telah menyelesaikan pendidikan Program Doktor Ilmu Kedokteran di Universitas Padjadjaran pada 7 Oktober 2010 setelah mempertahankan disertasi berjudul: ”Peran Fraksi Sisa Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) dalam Meningkatkan Perilaku Seksual pada Mencit Swiss Webster Jantan.” Pada Yudicium P3D, 15 September 2010, telah dilantik 33 orang dokter. Lulusan dengan predikat cum laude adalah Dia Mayang Sari (0410054) dengan IPK 3,70; Anasthasia
Marlene C. (0410070) dengan IPK 3,53; Ferry Hidayat (0410175) dengan IPK 3,71; dan Indra (0410180) dengan IPK 3,58.
pada 20th International Meeting of Physiology di Palembang. Stella Tinia, dr. dan Decky Gunawan, dr., M.Kes. juga mengikuti pertemuan tersebut.
AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FK UKM
Kelulusan UKDI tahun 2010: Februari, peserta 48 orang, lulus 41 orang (85,4%) Mei, peserta 53 orang, lulus 45 orang (84,9%) Agustus, peserta 58 orang, lulus 50 orang (86,2%).
Mata kuliah yang ditawarkan untuk remedial akhir semester ganjil 2010/ 2011 bagi sistem reguler adalah: Faal 3, Patologi Anatomi 1, Farmakologi 1, Ilmu Kesehatan Masyarakat 1, dan Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan.
Hasil Rakernas AMSA 24-26 September 2010 di Makasar yang diwakili oleh Kasmanto (’07), Hani Lusyana (’09), Lydiana Permadi (’09), Regine Rosaline Sinaryo(’09) dan Felicity Pheeyen (’09) memutuskan UKM sebagai tuan rumah MUNAS AMSA se-Indonesia tahun 2011.
Seluruh sivitas akademika FK UKM menyatakan belasungkawa dan simpati yang dalam atas dipanggil pulang ke rumah Bapa Sorgawi: Djuhaefah, dra pada tanggal 9 September 2010.
Semua tentu masih ingat, tanggal 2-3 Agustus 2010 yang lalu, FK UKM dikunjungi oleh dua Asessor dari BAN PT, dalam rangka asesmen lapangan, untuk melengkapi pemeriksaan sebelumnya yang disebut Asesmen Kecukupan atas Borang yang dikirimkan ke BAN PT. Bagaimana hasil akreditasi FK UKM? Dapatkah FK UKM mempertahankan akreditasi “A” yang diperoleh 5 tahun lalu? Untuk dapat memahami proses penilaian akreditasi, kita harus melihat Prosedur Akreditasi Program Studi yang dilaksanakan oleh BAN PT. Awalnya adalah Permohonan Akreditasi oleh Pogram Studi (PS) ke BAN PT. BAN PT akan mengirim Instrumen Akreditasi ke PS untuk diisi. Selanjutnya Borang yang telah terisi dikirim oleh PS ke BAN PT bersama dengan Laporan Evaluasi Diri. BAN PT lalu menunjuk dua orang Asessor untuk menilai kedua dokumen tersebut. Penilaian ini disebut Asesmen Kecukupan. Segera setelah Asesmen Kecukupan dinilai, kedua Asessor akan mengunjungi PS bersangkutan untuk mengklarifikasi data, memeriksa dokumen/ sarana dan wawancara personil (ini disebut Asesmen Lapangan). Hasilnya akan diserahkan ke BAN PT untuk proses selanjutnya yang disebut
July Ivone, dr., MKK, M.Pd.Ked. telah mengikuti Workshop Pelatihan Surveyor dan Sosialisasi Survei Implementasi dan Revisi Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan Profesi Dokter (Tahap 2) oleh DIKTI-HPEQ pada 1-2 Oktober 2010 di Jakarta. Pada 14-17 Oktober 2010, Jo Suherman, dr., M.S., AIF, Indra Sjarief S., dr., M.Kes., AIF, Harijadi Pramono, dr., M.Kes. membawakan makalah ”Long QT Syndrome dan Perancangan Bra yang Ergonomis”
BERITA PADMA Seluruh sivitas akademika FK UKM menyatakan belasungkawa atas dipanggil pulang ke rumah Bapa di Surga: Melly Kartika Banowati, dr. (alumnus FK UKM, angkatan 1987) pada tanggal 22 September 2010.
tahap Validasi. Setelah itu baru diputuskan dalam Rapat Pleno BAN PT untuk menetapkan Keputusan Akreditasi. Pengumuman Keputusan Akreditasi disertai Rekomendasi Pembinaan akan diserahkan ke PS. Dari sini PS selanjutnya akan melakukan proses Evaluasi Diri, dan seterusnya akan masuk lagi ke proses awal permohonan akreditasi dan selanjutnya sehingga akan merupakan satu siklus dalam jangka waktu tertentu. Jadi berdasarkan prosedur di atas, untuk mengetahui hasil akreditasi FK UKM yang kita cintai ini, kita dalam masa menunggu selesainya dua tahapan lagi yaitu: Validasi dan Rapat Pleno BAN PT. INSTRUMEN BARU AKREDITASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN dan KEDOKTERAN GIGI (PPPKKG) Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi yang menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau program studi tersebut dalam melaksanakan program pendidikan dan mutu lulusan yang dihasilkannya, telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Penetapan akreditasi oleh BAN PT dilakukan dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan
antara tujuan, masukan, proses dan keluaran suatu perguruan tinggi atau program studi, yang merupakan tanggung jawab perguruan tinggi atau program studi masing-masing. Sehubungan dengan kekhasan program studi akademik profesional, maka BAN PT sejak akhir tahun 2008 mulai mengembangkan instrumen khusus untuk program studi akademik profesional, seperti profesi dokter, dokter gigi, dan akuntansi. Khusus untuk program studi pendidikan dokter, pengembangan instrumennya dilakukan melalui kerjasama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Dengan diberlakukannya Standar Kompetensi Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), maka penjaminan mutu eksternal dari program studi pendidikan dokter melalui akreditasi menggunakan standar ini. Sebagai konsekuensinya, instrumen akreditasi yang digunakan juga menyesuaikan dengan kedua standar ini. KKI bersama BAN PT membentuk suatu Komisi Akreditasi Program Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi yang bertugas membantu BAN PT menyiapkan instrumen dan prosedur akreditasi. Dalam upaya tersebut telah berhasil disusun perangkat Instrumen Akreditasi Program Pendidikan Profesi Dokter.
Baru-baru ini BAN PT telah mengadakan perekrutan 23 asessor baru (15 FK dan 8 FKG) untuk melengkapi 27 asessor yang sudah ada (18 FK dan 9 FKG). Kelima puluh asessor lalu dikumpulkan di Hotel JW Marriot Surabaya pada tanggal 27-31 Agustus 2010 untuk mengikuti pelatihan penggunaan instrumen baru akreditasi PPPKKG. Instrumen baru yang masih berupa draft akan diujicobakan ke 6 FK dan 3 FKG yang sudah ditetapkan dan telah mengisi Borang Akreditasi dan Evaluasi Diri. Pelatihan penggunaan instrumen baru akreditasi berlangsung dua hari, dan segera disusul dengan Asesmen Kecukupan untuk 6 FK dan 3 FKG yaitu FK Univ. Andalas, FK Univ. Mulawarman, FK UGM, FK Univ. Sam Ratulangi, FK Univ. Kristen Krida Wacana, dan FK Univ. Diponegoro serta FKG Univ. Indonesia, FKG Univ. Mahasaraswati, dan FKG Univ. Prof. Dr. Moestopo Beragama. Asesmen Lapangan direncanakan akan berlangsung dalam bulan Oktober 2010. Dari hasil uji coba ini, diharapkan akan dapat dilakukan perbaikan akhir dari draft instrumen baru tersebut sehingga dapat digunakan sebagai instrumen akreditasi BAN PT untuk Program Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Dari 23 asessor baru, 1 orang dari FK UKM yang dipanggil oleh BAN PT untuk menjadi asessor adalah Dominggus Mangape, dr., Ph.D, Sp.THT. Dalam pelatihan di Surabaya,
tampak turut dalam pelatihan kedua asessor yang baru-baru ini menilai di FK UKM yakni Prof. Dr. Soewadi, MD., MPH, SpKJ dan Paramasari Dirgahayu, dr., PhD. Asesmen Kecukupan dilakukan selama 3 hari dan wakil FK UKM mendapat tugas dalam tim yang akan menilai (uji coba) FK Univ. Andalas Padang. Asesmen Lapangan ke Padang sudah dijadwalkan pada awal Oktober oleh tim yang terdiri atas asessor dari FK Yarsi, FK UNS Solo, FK Unair dan FK UKM. Semoga tugas ini dapat diemban dengan baik, demi nama FK Universitas Kristen Maranatha. ~ Dominggus M.
Internsip Dokter Indonesia: Tonggak Sejarah Baru Pendidikan Kedokteran di Indonesia Tiga kementerian bersepakat untuk satu komitmen. Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Dalam Negeri saling berkoordinasi, menyukseskan luncuran perdana program Internsip Dokter Indonesia. Program yang bakal berdampak positif bagi layanan kesehatan masyarakat luas.
Inilah tonggak sejarah baru bagi Pendidikan Kedokteran di Republik Indonesia, untuk mempersiapkan calon dokter yang profesional dalam menjalankan tugasnya dengan cara langsung terjun ke lapangan. Program ini menjadi pionir bagi Pendidikan Berbasis Kompetensi, khususnya di bidang kedokteran. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH dalam sambutannya usai memukul gong pertanda resminya Soft Launching program INTERNSIP DOKTER INDONESIA untuk 92 mahasiswa (lulusan dokter) dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Senin (22/ 2-2010) di Gubernuran Provinsi Sumatera Barat. Turut hadir pada acara ini Ketua Konsil Kedokteran Indonesia atau KKI yaitu Prof. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P(K), FCCP. Lalu Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr, Sp.KK (Ketua Konsil Kedokteran) dan Dr. H. Wawang Setiawan Sukarya, Sp.OG(K), MARS, MH.Kes (Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran), Gamawan Fauzi, SH, MM (Menteri Dalam Negeri), Prof. dr. Fasli Djalal, Ph.D, Sp.GK (Wakil Menteri Pendidikan Nasional), dan H. Firdaus. K, SE, M.Si (Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar) yang mewakili Gubernur Provinsi Sumbar dan masih banyak lagi pejabat terkait seperti para rektor dari berbagai universitas dan perguruan tinggi, pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia, Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan lainnya. Menurut Menkes RI, program Internsip Dokter Indonesia -yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia ini-, bertujuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan etika dalam praktek Kedokteran dengan kurikulum berbasis kompetensi yang sudah setara dengan kurikulum pada tingkat internasional. Program ini berlaku wajib bagi seluruh calon dokter se-Indonesia, untuk mengikuti praktek selama satu tahun yaitu, 10 bulan ’bertugas’ di Rumah Sakit dan 2 bulan di Puskesmas. Dengan demikian, tercipta komunikasi yang baik antara Dokter dengan para pasiennya. ”Pendidikan calon Dokter ini di bawah supervisi para pembimbing. Peserta pun nantinya akan ditempatkan di beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas yang ada di Sumbar. Jadi jelas, ada koordinasi yang baik dengan Pemerintah Daerah untuk lokasi dan penempatan para peserta. Pemda diharapkan untuk bisa menyiapkan Rumah Sakit dan Puskesmas guna penempatan para peserta Program Internsip Dokter Indonesia ini, baik itu berupa tenaga, program, maupun peralatan untuk pendukung dan kesuksesan program ini," ujar Menkes. Menkes menandaskan bahwa program Internsip Dokter Indonesia ini pasti juga akan bermanfaat bagi Rumah Sakit dan Puskesmas yang bersangkutan. Karena,
dengan adanya peserta internsip ini tenaga pelayanan akan bertambah, sehingga mutu layanan kesehatan di daerah tersebut akan berdampak baik dan memuaskan masyarakat. Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Nasional RI, Prof. dr. Fasli Jalal, PhD., SpGk. dalam sambutannya yang penuh semangat mengatakan, selain masalah pendidikan, tingkat kesehatan adalah juga merupakan indikator kesejahteraan suatu masyarakat dalam sebuah negara. ”Kemendiknas melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) siap meningkatkan mutu program pendidikan bagi para Dokter. Ini sesuai dengan amanat UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa peningkatan kualitas tenaga Dokter ini akan dilakukan melalui penerapan program Kurikulum Berbasis Kompetensi,” ujarnya. Dijelaskan Fasli, pihak Dirjen Dikti sejak tahun 2003 hingga 2008 telah menjalankan proyek yang bernama Health Worksforce and Service (HWS). ”HWS ini adalah suatu proyek yang mempersiapkan dan menerapkan KBK di seluruh institusi pendidikan Dokter. Program ini pada awalnya dilakukan secara bertahap, tetapi pada hasil akhirnya, seluruh institusi pendidikan Dokter telah berhasil menerapkannya. Dalam sistem HWS ini, mahasiswa yang mengikuti KBK harus melanjutkan program pemutakhiran kompetensi melalui Internsip,“ tuturnya.
Rekomendasi penyelenggaraan Internsip ini, kata Fasli, adalah merupakan hasil dari studi orientasi proyek HWS Dikti ke 4 negara yaitu Inggris, Belanda, Australia dan Singapura. Kesimpulan yang waktu itu dapat diterima semua pihak adalah bahwa masing-masing negara memiliki program Internsip yang berbeda, bervariasi dan tidak sama. ”Tetapi, terdapat suatu kesamaan yaitu Internsip merupakan program pelatihan lanjutan untuk praktek mandiri sebelum mendapatkan kewenangan dan izin praktek mandiri sebagai dokter pelayan primer (General Practice). Hasil dari studi orientasi inilah yang kemudian dijadikan masukan bagi Kolegium Dokter Indonesia,” tukasnya. Untuk itulah, Fasli mengajak semua yang hadir untuk patut berbangga karena di Indonesia ini, yang pertama kali menerapkan program Internsip Dokter Indonesia atau menjadi role model-nya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Sumbar. ”Hingga saat ini, Unand telah menghasilkan lulusan Dokter pertamanya di tahun 2009, dan para lulusan ini akan mengikuti Uji Kompetensi di awal 2010. Mereka akan dipersiapkan mengikuti program Internsip yang pertama kalinya di Indonesia, dan kita optimis bahwa pilot project penerapan program Internsip yang pertama ini akan menuntun kita semua pada program Internsip yang sesuai
untuk diselenggarakan dengan situasi ala Indonesia,” katanya dengan optimis. Pada akhir sambutannya, Fasli Jalal mengatakan, sebagian besar negara maju telah melaksanakan program Internsip untuk lulusan Fakultas Kedokterannya. Oleh karena itu, Indonesia pun perlu melaksanakan Internsip, sehingga para tenaga Dokter Indonesia akan senantiasa siap dengan sistem dan situasi internasional yang terkait pula atas kebijakan Internsip bagi para tenaga Dokter. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) No.1/ KKI/ PER/ I/ 2010 tentang Registrasi Dokter Program Internsip disebutkan bahwa terhadap Dokter lulusan program pendidikan Kedokteran dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi diperlukan proses pemahiran setelah lulus dari program pendidikan. Dan, proses pemahiran ini dilakukan melalui program internsip setelah memperoleh sertifikat kompetensi dari kolegium terkait. Dinamakan ”Internsip” adalah untuk menunjukkan arti bahwa inilah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan primer guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, menerapkan standar profesi pada praktik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji kompetensi. Sedangkan mereka yang disebut sebagai peserta program Internsip, tak lain adalah dokter yang telah lulus
program studi pendidikan dokter dan telah lulus uji kompetensi namun belum mempunyai kewenangan untuk praktik mandiri. Adapun jangka waktu pelaksanaan program internsip dilaksanakan dalam kurun satu tahun. Meskipun, apabila kompetensi belum dapat dicapai sesuai ketentuan maka dapat diperpanjang sesuai waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dan, sesuai Pasal 6 Peraturan KKI No.1/ 2010, apabila setelah melewati jangka waktu tertentu peserta Internsip tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan, maka dinyatakan tidak dapat melanjutkan program Internsip dan tidak boleh berpraktik profesi dokter. Karenanya, patut dicamkan pernyataan Ketua Konsil Kedokteran Indonesia, Prof. Menaldi Rasmin, dr, Sp.P (K) yang mengatakan bahwa program Internsip adalah sebuah langkah maju pendidikan dokter di Indonesia. ”Kalau dulu, terkesan pendidikan yang kita dapatkan tersekat-sekat,” tuturnya seraya menambahkan bahwa pihaknya pun sepakat bila program Internsip ini dijadikan sebagai salah satu aspek penilaian akreditasi universitas. Di sisi lain, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan Depkes RI, Dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH menegaskan bahwa bila acara Soft Launching program Internsip Dokter Indonesia ini dilaksanakan bagi peserta internsip dari
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, maka pada bulan Desember 2010 nanti, bakal dilaksanakan acara Grand Launching program Internsip Dokter Indonesia. ”Tempat pelaksanaannya adalah di Pontianak, Kalimantan Barat, dan acaranya pasti akan lebih gebyar lagi, karena melibatkan sembilan Fakultas Kedokteran yaitu masing-masing dari Universitas Andalas (Padang), Universitas Indonesia (Depok), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Hasanuddin (Makassar), Universitas Jenderal Soedirman (Purwokerto), Universitas Islam Sultan Agung (Semarang), Universitas Tanjungpura (Pontianak), dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Jakarta),” tuturnya. Banyak harapan yang disandangkan pada program Internsip Dokter Indonesia ini. Seperti juga tertuang dalam Peraturan KKI No.1/ 2010 Pasal 3 tentang tujuan umum yang mengharapkan program ini memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga. Sedangkan tujuan khusus internsip ini, tak lain adalah untuk: 1. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer; 2. mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar praktik kedokteran; 3. memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan; 4. meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional media dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi. 5. selain itu, bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika; 6. berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multidisiplin; 7. menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; serta 8.memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis. Berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) No.1/ KKI/ PER/ I/ 2010 tentang Registrasi Dokter Program Internsip, Pasal 7 (ayat 1) mengatur soal Wahana Pelatihan Internsip. Disebutkan, agar kegiatan internsip dapat terlaksana dengan baik harus tersedia wahana atau tempat pelaksanaan internsip yang terakreditasi dan memenuhi syarat agar peserta internsip dapat mencapai kompetensi sesuai yang diinginkan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan wahana Internsip adalah rumah sakit, klinik dokter keluarga, puskesmas, balai kesehatan masyarakat, serta klinik layanan primer lainnya milik pemerintah dan swasta (Pasal 7 ayat 2). Adapun layanan yang dilakukan wahana pelatihan Internsip meliputi: Pertama, setiap hari memberikan layanan kesehatan dan kedokteran kepada masyarakat, termasuk layanan kedaruratan medik dan bedah sederhana. Kedua, setiap hari sekurang-kurangnya melayani 20 pasien atau kasus, dengan jenis yang bervariasi, serta ada sebaran umur dan sebaran jenis kelamin. Ketiga, memiliki sarana klinik laboratorium dan sarana farmasi sendiri yang cukup memadai. Keempat, tersedia tenaga dokter yang menjadi pendamping bagi seluruh peserta internsip. (Pasal 7 ayat 3). Acungan jempol memang pantas ditujukan kepada Pemprov Sumbar, yang meski sempat dilanda gempa dahsyat berskala 7,6 skala richter pada 30 September 2009 lalu, namun respons terhadap penyediaan wahana Internsip ini begitu baik. ”Untuk sementara, Pemerintah Provinsi Sumbar telah menyediakan sepuluh rumah sakit dan 20 unit Puskesmas sebagai wahana internsip. Selain perangkat operasional lain seperti Pedoman Pelaksanaan, Logbook, sebanyak 76 tenaga Dokter pendamping
yang terlatih dan bersertifikat, serta anggaran,” jelas Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan Depkes RI, Dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH. Kesadaran dan kecekatan pemda seIndonesia untuk merespons kebutuhan wahana Internsip di wilayah otoritasnya masing-masing memang amat dinantikan. Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia. 2010. http://inamc.or.id/ Kiriman: ~ Iwan B.
Laporan Hasil Jajak Pendapat tentang Fakultas Kedokteran UKM Unit Penjaminan Mutu (Quality Assurance) FK UKM beberapa bulan yang lalu menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan masukan dari sivitas akademika FK UKM mengenai keadaan Fakultas Kedokteran UKM. Evaluasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil kerja yang sudah kita lakukan, sehingga di masa datang dapat dicapai tingkat kepuasan maksimal yang dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengguna, pengelola, dan pelaku sendiri. Berdasarkan tujuan tersebut, maka Unit Penjaminan Mutu Fakultas Kedokteran
mengadakan jajak pendapat kepada sivitas akademika FK UKM maupun alumni dan orangtua mahasiswa. Jajak pendapat dilakukan dengan metode survei deskriptif berupa penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup maupun terbuka (usul/ saran). Pertanyaan dalam kuesioner berpedoman pada borang akreditasi BAN DIKTI, yaitu mengenai penilaian pelaksanaan program pendidikan kedokteran di FK UKM hingga akhir semester genap tahun akademik 2009/2010. Data yang kami peroleh kemudian dianalisis secara statistik dengan mencari nilai rerata dari setiap item/ pernyataan, kemudian ditetapkan kriteria baikburuknya berdasarkan skoring yang didapatkan. HASIL ANALISIS DATA Dari seluruh kuesioner yang kami sebarkan kepada para responden, ternyata yang kembali hanya sebagian saja (Tabel 1). Tabel 1. Responden yang mengisi dan mengembalikan kuesioner
No
Responden
Yang dikirim
1
Dosen PSPD
67
24
35,8
2
Dosen P3D PSPDG (Dosen, TAT, TKT)
47
13
27,7
14
14
100
3
Yang kembali
Persentase (%)
4
TAT FK
29
8
27,6
TKT FK Mahasiswa PSPD 6 angkatan 2007 Mahasiswa 7 PSPD angkatan 2008 Mahasiswa 8 PSPDG angkatan 2008 - 2009 9 Dokter muda angkatan 2005 10 Dokter muda angkatan 2006 11 POMA 12 PADMA (by email) TOTAL
17
11
64,7
156
120
76,9
207
121
58,5
57
47
82,5
67
32
47,8
138 10
54 0
39,1 0
809
3 444
? 54,88
5
Keterangan : PSPD: Program Studi Pendidikan Dokter P3D: Program Studi Pendidikan Profesi Dokter TAT: Tenaga Administratif Tetap TKT: Tenaga Kerumah Tanggaan FK: Fakultas Kedokteran PSPDG: Program Studi Pendidikan Dokter Gigi POMA: Persatuan Orang Tua Mahasiswa PADMA: Perhimpunan Alumni Dokter Maranatha
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa partisipasi total sebesar 54,88% dan yang terbaik dalam pengisian kuesioner ada pada PSPDG, baik dosen, TAT, TKT, dan mahasiswa (82,5–100%). Partisipasi yang cukup baik juga diperlihatkan oleh mahasiswa PSPD angkatan 2007 (76,9%), sedangkan yang buruk partisipasinya adalah POMA, PADMA, dokter muda angkatan 2005, TAT FK,
dosen PSPD, dosen P3D, dan dokter muda angkatan 2006 (0–39,1%). Hal ini diduga karena beberapa hal, yaitu: 1. Responden masih belum menyadari manfaat dari evaluasi ini 2. Responden apatis akan upaya-upaya seperti ini, sebab selama ini tidak ada/tidak jelas tindak-lanjutnya 3. Ketidakberanian untuk menyatakan pendapat/penilaian yang sebenarnya 4. Sosialisasi manfaat pengisian kuesioner dari petugas kurang Pernyataan pada kuesioner meliputi 6 kompetensi yang terdiri atas 52 buah pernyataan, yaitu : 1. Visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi pencapaian: 2 pernyataan 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu: 10 pernyataan 3. Mahasiswa dan lulusan: 5 pernyataan 4. Sumber daya manusia (dosen/tenaga administrasi/tenaga kerumahtanggaan): 3 pernyataan 5. Kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik: 6 pernyataan 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi: 26 pernyataan Kriteria skoring setiap pernyataan dan kompetensi: 0–4 : Sangat kurang >4–5 : Kurang >5–7 : Cukup >7–8 : Baik > 8 – 10 : Sangat baik
Rangkuman analisis dari 52 pernyataan (6 kompetensi) dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 2. Seluruh kompetensi memiliki penilaian dengan kriteria baik/ sangat baik dan kurang/ sangat kurang, namun kelompok yang mendapatkan rata-rata kriteria penilaian baik adalah kompetensi 1 (visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi pencapaian) dan kompetensi 5 (kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik) dengan rata-rata 7,05. Kompetensi lainnya mendapatkan penilaian cukup dengan nilai rata-rata antara 6,05-6,40 . Berdasarkan skoring, maka dapat dilihat bahwa kompetensi yang paling banyak mendapat penilaian baik/ sangat baik adalah kompetensi 5 (kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik) yaitu 10,61% dari seluruh responden, sedangkan yang paling sedikit adalah kompetensi 6 (pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi) yaitu 4% dari seluruh responden. Kompetensi yang paling banyak mendapat penilaian kurang/ sangat kurang adalah kompetensi 6 (pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi) yaitu 11,64% dari seluruh responden, sedangkan yang paling sedikit adalah kompetensi 4 (sumber daya manusia - dosen/ tenaga administrasi/tenaga kerumahtanggaan) yaitu 1,21% dari seluruh responden (tabel 2).
Dari data yang masuk juga didapatkan bahwa dari 52 pernyataan yang dinilai mendapatkan penilaian sangat baik (skor > 8) dari antara responden, yaitu pernyataan-pernyataan : Visi dan misi program studi sudah mencerminkan tujuan dan sasaran program studi. Upaya penyebaran/ sosialisasi visi, misi dan tujuan program studi, serta pemahaman sivitas akademika sudah memadai. Keberadaan dan peran Unit Pendidikan Kedokteran (MEU) sudah baik. Program studi telah melakukan upaya untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) peningkatan mutu manajemen. Program studi telah melakukan upaya untuk melaksanakan dan meningkatkan
hasil kerjasama kemitraan (termasuk dengan rumah sakit pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan). Pelaksanaan penjaminan mutu pada program studi sudah berjalan dengan baik. Program studi telah melakukan upaya untuk peningkatan mutu lulusan. Dosen tetap telah melaksanakan tridarma penuh selama 36 jam per minggu. Kurikulum sudah mencakup kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya yang merupakan kekhususan atau keunggulan program studi. Proses kepaniteraan pada setiap stase kepaniteraan, mencakup informasi pelaksanaan dan supervisi tentang: tutorial, bedside teaching, refleksi kasus
Tabel 2. Skoring dan kriteria penilaian setiap kompetensi NO
KOMPETENSI
SKOR
KRITERIA
PERSENTASE BAIK
PERSENTASE KURANG
1
Visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi pencapaian Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu Mahasiswa dan lulusan Sumber daya manusia (dosen/ tenaga administrasi / tenaga kerumah-tanggaan) Kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi
7.05
BAIK
9.09
4.55
6.40
CUKUP
8.28
2.48
6.24 6.15
CUKUP CUKUP
7.27 6.06
5.45 1.21
7.05
BAIK
10.61
4.55
6.05
CUKUP
4
11.64
2
3 4
5 6
(laporan kasus, responsi, morning report, mortality case), manajemen kasus, journal reading, dan lain-lain. Buku Panduan Pembimbingan Penelitian/ Karya Tulis Ilmiah sudah tersedia. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sudah baik. Penggunaan dana untuk investasi prasarana dan sarana sudah jelas. Sedangkan dari 52 pernyataan yang dinilai mendapatkan penilaian sangat kurang (skor < 4) dari antara responden, yaitu pernyataan-pernyataan : Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan lain (Puskesmas, Balai Pengobatan, dll) sudah baik. Penggunaan dana untuk investasi prasarana dan sarana sudah jelas. Penggunaan dana operasional penelitian sudah jelas. Sistem seleksi/perekrutan, penempatan, pengembangan, retensi, dan pemberhentian dosen dan tenaga kependidikan (TAT/ TKT) untuk menjamin mutu penyelenggaraan program pendidikan sudah memadai. Tersedianya dana dari Fakultas untuk kegiatan penelitian pada tiga tahun terakhir. Penilaian pernyataan ”Penggunaan dana untuk investasi prasarana dan sarana sudah jelas”, agak membingungkan karena ada 2 pendapat yang bertentangan (sangat baik dan sangat kurang). Ternyata yang
memberikan penilaian sangat baik adalah dari responden TKT PSPDG, sedangkan yang memberikan penilaian sangat kurang adalah dari responden mahasiswa PSPD angkatan 2008 dan 2009. Hal ini mengisyaratkan bahwa : 1. Penggunaan dana untuk investasi prasarana dan sarana sudah jelas untuk PSPDG 2. Penggunaan dana untuk investasi prasarana dan sarana belum jelas untuk PSPD. Dari data yang masuk diketahui bahwa responden TKT PSPDG paling banyak memberikan penilaian baik/sangat baik untuk setiap pernyataan, sedangkan mahasiswa PSPD angkatan 2008 dan 2009 adalah kelompok responden yang paling banyak memberikan penilaian kurang/ sangat kurang untuk setiap pernyataan. Hal ini perlu dicermati, karena kedua kelompok responden tersebut berasal dari dua kelompok yang berbeda status sosialnya. Responden TKT PSPDG merasa cukup puas dengan keadaan di PSPDG saat ini, sedangkan mahasiswa PSPD angkatan 2008 dan 2009 sangat mendambakan perbaikan pada PSPD. Masalah ini didukung oleh usul/ saran yang diberikan oleh para responden terutama mahasiswa PSPD angkatan 2008 dan 2009 dan dosen PSPD. Rangkuman usul/saran dari seluruh responden berdasarkan usulan/ saran terbanyak adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sarana & Prasarana di FK UKM Tidak Memadai TAK SEBANDING DENGAN UANG SUMBANGAN & KULIAH. Uang Sumbangan & Kuliah FK PALING MAHAL TAPI KENAPA SARPRAS UNTUK FAKULTAS LAIN JUSTRU LEBIH BAIK daripada FK, padahal lebih murah bayarnya Transparansi dana operasional dan investasi FK perlu diperbaiki, minta rincian Uang Pembangunan & Kuliah Waktu birokrasi surat-menyurat, pencairan dana perlu dipercepat perlu otonomi keuangan di tingkat fakultas/program studi Ruang kuliah SEMPIT, KOTOR, kelas TERLALU TERANG (gordijn sepotong-sepotong) akibatnya proyeksi slide TIDAK JELAS, Lab. Praktikum / Ruang Tutorial dan Skills Lab fasilitasnya ditingkatkan, mohon ber-AC & diperluas (terlalu sempit) Perbaikan sarana multi media (Laptop, LCD, Mic; kursi banyak yang rusak, spidol) Tingkatkan sosialisasi pengumuman dan hal-hal yang menyangkut sivitas akademika FK pimpinan jangan tertutup Tingkatkan hubungan kerjasama dengan institusi lain, termasuk dalam pendanaan FK Gunakan dana dari sumber lain untuk kesejahteraan karyawan dan mahasiswa FK, misalnya dana dari PPK
Jalankan sistem reward-punishment pimpinan FK harus bijak & berani 10. Tingkatkan sarana Internet/ Hot-Spot (Wi-Fi) di Lingkungan FK UKM 11. Pengumuman Remedial mohon CEPAT (minimal 3-5 hari sebelum hari H) supaya persiapan belajar lebih baik 12. Minta dibuat Lab. Radiologi beserta fasilitas/sarananya 13. Laboratorium jangan digabung (Histo/PA/Mikro/Parasit) tambah ruangan 14. Minta tambahan mikroskop baru, cadaver baru yang lama sudah tak layak pakai 15. Fasilitas Peningkatan Bakat & Minat Mahasiswa KURANG DISOSIALISASIKAN DAN DIKEMBANGKAN misalnya PSMUKM/PS-AIFI 16. Transparansi/objektivitas penilaian mahasiswa ditingkatkan, pengumuman nilai ujian 17. Ketersediaan RS Pendidikan diperjelas 18. Rekrutmen SDM harus bottom-up 19. Sarana Publikasi Penelitian Mahasiswa BELUM ADA/ DIKEMBANGKAN 20. Buku MP KURANG LENGKAP & masih ada yang harus foto kopi sendiri 21. Pengecatan kembali dinding kampus FK UKM supaya ASRI 22. Mohon BAKSOS bisa dijadikan sarana melatih Skills Lab 23. Mohon peminjaman preparat PA sebelum OSPE 9.
24. Pembagian
kelompok jangan TERLALU banyak jumlah anggotanya 25. Nilai standar lulus JANGAN TERLALU BESAR 26. Kembalikan sistem jaminan kesehatan karyawan pada peraturan sebelum ini 27. Pengaturan jadual kuliah ”jeda waktu” antar kuliah & efisiensi waktu 28. Kebebasan memilih judul, pembimbing & penguji KTI sesuai minat 29. Perwalian, pengumuman nilai secara On-Line Mengapa harus di KAMPUS ? 30. Pelaksanaan BLOK 15-16 diperbaiki (kurang ahli Ob-Gyn) 31. Standarisasi & peningkatan mutu dan jumlah instruktur Skills Lab sesuaikan dengan bahan yang akan diuji (terutama BLOK 15-16) 32. Angket-angket yang HARUS diisi HARUS ADA TINDAK LANJUT 33. Tata-tertib mahasiswa/ i FK-UKM dilonggarkan/ disamakan seperti fakultas-fakultas lainnya (cara berpakaian) / aturan mahasiswa jangan terlalu banyak 34. Penilaian sikap tata tertib absensi mahasiswa (absen 1 x ditulis 2 x ?) 35. Penilaian perilaku HARAP diTINJAU KEMBALI JANGAN MEMPERSULIT 36. Peraturan banyak DIUBAH TANPA PEMBERITAHUAN/tidak transparan
37. Jadual
kuliah jangan PINDAHPINDAH BAHKAN BATAL KULIAH 38. Pengumuman jangan SERING TERJADI KESALAHAN. Lokasi & jumlah pengumuman tempat yang strategis & jangan mendadak 39. Pengumuman PELAKSANAAN UJIAN KURANG JELAS LOKASI & KELOMPOKNYA 40. Tingkatkan hubungan kolegial mahasiswa-dosen saling membutuhkan 41. Sikap petugas-petugas di RSI saat Hospital V isit tidak pantas perlu diperbaiki 42. Sistem KBK kurang cocok untuk FK UKM Penilaian dari sivitas akademika FK berdasarkan angket ini seyogyanya ditindaklanjuti oleh pimpinan Fakultas, Program Studi dan Pejabat yang berwenang, untuk perbaikan kondisi FK di masa yang akan datang. Penilaian ini juga seharusnya dapat menjadi salah satu acuan untuk menyusun rencana strategis FK, di samping penilaian dari pihak luar (UPM-UKM/BAN-DIKTI/AIPKI/ KKI dan stakeholder lainnya). BE AN INTEGRATED, CARING, AND EXCELLENT (ICE) – FAMILY DOCTOR Unit Penjaminan Mutu (Quality A ssurance) FK UKM ~ Slamet Santosa
POJOK ILMIAH Aspek Molekuler
Antiphospholipid Syndrome A ntiphospholipid Syndrome (APS) adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang dapat berdampak serius bagi penderitanya. APS pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Graham R.V. Hughes (St. Thomas' Hospital, London, UK), oleh karena itu sering disebut juga sebagai Hughes syndrome. Awalnya APS adalah sebuah triad dari trombosis, aborsi berulang dan trombositopenia, tetapi saat ini ternyata APS merupakan penyakit yang lebih ‘sistemik’ dibandingkan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), karena APS dapat menyerang hampir seluruh organ dan jaringan tubuh. Hal ini disebabkan otoantigen APS sangat beragam dan terdapatnya explosion autoantibody. Telah diketahui lebih dari 25 jenis otoantibodi pada APS, seperti, anticardiolipin antibody, antiphosphatidylserine, antiphosphatidylethanol amine, antiphosphatidylcholine, antiplatelets, antiAnnexin-V , antiprothrombin, antiDN A , antiendothelial cell antibodies, antioxLDL, antiLDL, antilipoprotein dan antibodi lainnya yang masih dalam penelitian. Sebenarnya antiphospholipid syndrome (APS) merupakan istilah yang kurang tepat, karena otoantibodi yang timbul bukan suatu antibodi terhadap fosfolipid (suatu substansi pada membran sel),
tetapi suatu antibodi terhadap protein plasma yang mempunyai afinitas untuk fosfolipid anion, yaitu antibodi terhadap kardiolipin (anti-cardiolipin antibodies) dan ß2 glycoprotein I. Pada umumnya, pasien APS adalah wanita dan sering dijumpai pada masa reproduksi, usia 15 hingga 55 tahun. Pada APS juga terdapat faktor predisposisi genetik, keluarga yang menderita APS, 33% anaknya berisiko menderita APS juga. Suatu penelitian terbaru menemukan kaitan antara antibodi antikardiolipin dan sekelompok individu dengan gen-gen HLA tertentu, termasuk DRw53, DR7 (paling banyak pada orang Hispanic), dan DR4 (terutama pada orang kulit putih). APS sering disertai dengan penyakit otoimun lainnya seperti SLE dan pada beberapa kasus dapat terjadi kerusakan pada beberapa organ akibat trombosis yang luas sehingga mempunyai risiko tinggi terjadinya kematian, keadaan ini disebut “catastrophic antiphospholipid syndrome” (CAPS). Pertanyaan utama yang belum terjawab adalah mengapa pada beberapa orang dengan aPL positif, tidak selalu menunjukkan keadaan trombosis (asimptomatik). Hal ini diduga akibat adanya pemicu lain yang dapat meningkatkan risiko thrombophilic dan clotting. Penyakit infeksi diduga sebagai pemicu karena penyakit infeksi ini sering sebagai penyebab terjadinya ‘fullblown state’ (subtipe catastrophic). Toll-like receptor
dan komplemen juga berperan dalam memfasilitasi agen mikroba serta dapat bersinergi dan berkontribusi dalam terjadinya clotting. Dapat terjadi cross reactions antara antibodi yang melawan antigen aPL, seperti b2 glycoprotein I (b2GPI) dengan epitop yang diekspresikan oleh mikroba sebagai akibat molecular mimicry antara molekul eksogen dan b2GPI. Kapan seseorang dengan aPL positif akan berkembang menjadi APS, juga tergantung dari faktor predisposisi genetik yang menyebabkan terjadi atau tidaknya cross-reacting autoantibodies. Baru-baru ini telah ditemukan adanya polimorfisme gen yang mengkode signaling pathways dari mediator proinflamatori (gen tlr4) yang diduga sebagai pelindung terhadap terjadinya trombosis. Menurunnya respons inflamasi dapat melindungi terhadap efek trombogenik aPL, tetapi respons inflamasi yang meningkat akan meningkatkan risiko trombosis pada pasien APS. Peran serta sitokin, terutama TNF-a dan komplemen dalam patogenesis APS merupakan bukti adanya proses inflamasi pada APS. Keadaan hiperkoagulasi pada APS disebabkan hiperekspresi TF (Tissue factor) pada permukaan sel endotelial dan sel monosit. Polimorfisme dari gen lainnya yang mengkode glikoprotein platelet telah diketahui meningkatkan risiko trombosis dan diduga ada gen lainnya yang
berperan dalam terjadinya fullblown APS. Sebaliknya, hormon seks kurang berperan dalam patogenesis APS dibandingkan dalam patogenesis SLE, karena ratio wanita : pria pada APS 5 : 1, sedangkan pada SLE adalah 9 : 1. Faktor lainnya seperti trauma, hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia dsb. juga dapat meningkatkan risiko trombosis. Pemberian aspirin dosis rendah dan heparin (berat molekul rendah), efektif pada kebanyakan kasus. Heparin dapat membentuk ikatan yang kuat dengan b2GPI dan heparin juga mempunyai aktivitas inhibisi terhadap komplemen dan kemokin. Penelitian secara in vitro dan pada hewan coba menunjukkan inhibisi terhadap NF B atau p38 mitogenactivating protein kinase (p38MAPK) memberikan hasil yang efektif. Mengingat peranan sitokin proinflamasi dan komplemen dalam patogenesis APS, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu diberikan kortikosteroid, IVIG (intra venous immunoglobulin), complement activation inhibitor dan imunosupresif (seperti anti-CD20) dengan tujuan memodulasi sel B dan menurunkan produksi antibodi patogen. Masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk menentukan terapi yang optimal bagi penderita APS. ~ Hanna R.
Traditional Medicine
ZAT-ZAT TOKSIK DALAM HERBAL Khasiat obat tradisional dari bahan baku herbal ditentukan melalui uji farmakodinamik, sedangkan keamanannya ditentukan melalui uji toksisitas. Banyak zat-zat kimia yang mempunyai efek toksik spesifik terhadap manusia. Untuk memperoleh informasi keamanan obat tradisional ini, selain dilakukan uji toksisitas umum, juga dirancang uji toksisitas spesifik/ khusus meliputi uji teratogenisitas, uji mutagenisitas, uji karsinogenisitas, uji efek iritasi kulit dan lain-lain. Dari hasil penelitian, obat tradisional dapat dikelompokkan sebagai berikut: kelompok pertama: obat tradisional yang terbukti aman (tidak toksik) dan berkhasiat kelompok kedua: obat tradisional yang terbukti aman (tidak toksik), namun tidak berkhasiat kelompok ketiga: obat tradisional yang terbukti tidak aman (toksik), tetapi berkhasiat kelompok keempat: obat tradisional yang terbukti tidak aman (toksik) dan tidak berkhasiat. Zat-zat toksik dalam herbal yang sudah diketahui memberikan efek toksik antara lain:
Akaloid pirolizidin Akaloid pirolizidin pernah dilaporkan terdapat dalam famili Boraginaceae, Asteraceae, Leguminosae, Apocynaceae, Ranunculaceae, dan Scrophulariaceae. Contoh herba yang mengandung alkaloid ini adalah comfrey (Symphytum sp.). Tidak semua alkaloid pirolizidin bersifat toksik, hanya yang tak jenuh pada posisi 1,2, misalnya senesionin. Alkaloid pirolizidin bersifat hepatokarsinogenik dan berefek kumulatif. Senyawa alkaloid ini secara kimia cukup labil dalam obatobat herbal yang telah mengalami proses pemanasan sehingga tak satupun alkaloid ini yang terdeteksi pada saat pengujian. Namun, dalam bahan tumbuhan segar dan juga contoh akar, alkaloid tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak. Asam aristolokat Asam aristolokat bersifat nefrotoksik yang mengakibatkan gagal ginjal. Herba yang mengandung zat ini harus dihindari. Herba yang mengandung asam aristolokat dahulu digunakan sebagai obat antiradang dan di India digunakan sebagai obat kontrasepsi. Herba yang mengandung senyawa ini tidak lagi digunakan dalam pengobatan herbal dan dilarang diperdagangkan di Eropa dan Amerika Serikat. Monoterpen dan fenilpropanoid Kebanyakan monoterpen dan seskuiterpen yang ditemukan dalam
minyak atsiri cukup aman, tetapi dapat menyebabkan iritasi jika digunakan tanpa diencerkan dan menyebabkan alergi pada individu yang peka. Beberapa senyawa ini telah terbukti karsinogenik, contohnya safrol yang berasal dari kulit kayu sassafras dan ß-asaron dari Acorus calamus. Senyawa tersebut ternyata tidak menimbulkan masalah jika terdapat dalam jumlah sedikit dalam minyak lain. Metistisin yang terdapat dalam biji pala (Myristicae fragrans) bersifat toksik dalam dosis besar dan dapat dimetabolisme secara in vivo menjadi bentuk metilen dioksimetamfetamin yang bersifat halusinogenik. Tujon yang terdapat dalam wormwood (A rtemisia absinthium) dan dalam liquwurabsinthe juga bersifat toksik dan halusinogenik. Lakton seskuiterpen Senyawa lakton seskuiterpen terdapat dalam banyak tumbuhan famili Asteraceae. Sebagian senyawa ini sitotoksik dan sebagian lagi sangat alergenik. Contoh senyawa lakton seskuiterpen yang sangat alergenik adalah antekolutida. Ester diterpen Ester-ester forbol, dafnan, dan ingenol ditemukan dalam tumbuhan famili Euphorbiaceae dan Thymeliaceae. Senyawa ini memiliki aktivitas kokarsinogenik. Senyawa yang terpenting adalah tetradekanoil forbol
asetat (TPA). Beberapa tumbuhan yang mengandung senyawa tersebut dulu digunakan sebagai laksatif, tetapi sekarang tidak boleh ada dalam produk herbal. Ricin Jarak (Ricinus communis L.) yang termasuk famili Euphorbiaceae dikenal sebagai pencahar. Bahan toksik dalam biji jarak adalah ricin yang merupakan suatu protein. Ricin diabsorpsi dalam bentuk asli, menghambat sintesis protein dan mengganggu proses metabolisme. Furanokumarin Beberapa furanokumarin misalnya psoralen, xantotoksin, dan imperatorin yang ditemukan dalam famili Umbeliferae bersifat fototoksik serta menyebabkan fotodermatitis dan ruam kulit. Turunan urusiol Senyawa urusiol, asam anakardat, dan asam ginkgolat merupakan senyawa fenolat dengan rantai samping yang panjang, dapat menyebabkan eksim yang parah. Asam ginkgolat diduga menyebabkan reaksi alergi; senyawa ini lebih banyak terdapat dalam buah Ginkgo biloba daripada di dalam daunnya, yang merupakan bagian yang bermanfaat sebagai obat. Glikosida kumarin Inggu (Ruta graveolens L) dari famili Rutaceae mengandung glikosida kumarin, rutarin (marmesin). Kumarin dapat mengiritasi kulit dan
dapat menyebabkan kulit melepuh pada individu yang peka. Crotin dan minyak croton Croton tiglium L dari famili Euphorbiaceae mengandung minyak kroton yang berbahaya. Setetes minyak (0.05 gram) dapat menyebabkan diare, sedangkan dosis lebih besar dapat berakibat fatal bagi manusia. Biji croton mengandung crotin, yang merupakan suatu protein fitotoksin, fraksi resinnya mengakibatkan radang kulit. Minyak kroton juga mengandung zat karsinogenik yang dapat merangsang zat karsinogen yang lemah sehingga menyebabkan kanker. Informasi lain yang diperoleh dari uji toksisitas: Beberapa tanaman sudah diketahui besar LD50-nya, dan ada beberapa tanaman dengan LD50 cukup kecil sehingga dianggap berbahaya, tetapi belum diketahui zat apa yang mengakibatkan gejala negatif. Beberapa tanaman bersifat oksitoksik, tetapi belum diketahui zat penyebabnya. Kesimpulan : Dari penelitian telah diketahui adanya zat-zat toksik yang berbahaya dalam sejumlah obat tradisional yang berasal dari herbal. Zat-zat toksik dalam herbal ada yang langsung mengakibatkan gejala yang
tidak diinginkan, tetapi ada juga yang memperlihatkan gejala negatif setelah digunakan dalam jangka waktu lama Para pengguna obat tradisional harus waspada akan kemungkinan timbulnya efek yang tidak diinginkan. Sumber : Farmakognosi dan Fitoterapi Obat Tradisional Tidak Tanpa Bahaya dan Sumber-Sumber lain Disarikan oleh: ~ Rosnaeni
RENUNGAN
STANDAR GANDA “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Matius 7:2) Peribahasa mengatakan, “Kuman di seberang lautan tampak, tetapi gajah di pelupuk mata tidak tampak.” Kita
memang cenderung mencari enak dan menangnya sendiri, sehingga sadar atau tidak sadar, kita sering bersikap mendua dalam berbagai hal, termasuk dalam menerapkan standar yang berbeda untuk orang lain dan diri sendiri. Standar yang kita terapkan untuk diri kita sendiri tidak seberat yang kita terapkan pada orang lain. Sikap mendua menghasilkan KEMUNAFIKAN, lain di mulut, lain di hati, dan lain di perbuatan. Kemunafikan selalu menjadi biang kerok berbagai kemelut dalam kehidupan kita bersama, di tengah keluarga dan dalam lingkungan di mana kita berada. Bersuara vocal dan kritis tentu boleh-boleh saja, bahkan kadang-kadang diperlukan, apalagi di alam kehidupan yang demokratis. Namun, alangkah arif dan bijaksananya bila kita bersedia mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan apalagi menghakimi orang lain, agar kita tidak jatuh dalam kemunafikan. Dalam Matius 7:5 dikatakan, “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Ayat tersebut dikatakan langsung oleh Tuhan Yesus supaya orang-orang pada saat itu saling mengoreksi diri dan tidak cenderung menghakimi orang yang bersalah. Marilah kita bersikap jujur dan adil terhadap diri sendiri dan sesama, tentunya juga terhadap Tuhan. Jauhilah
sikap mendua dalam segala aspek kehidupan. Satukan kata dan perbuatan dalam hidup, seperti kata pepatah “say what you do and do what you say”. Jangan sekali-kali memakai standar ganda sebab penghakiman dan ukuran yang kita pakai untuk menilai orang lain, itu juga yang dikenakan atas kita. Milikilah standar yang digunakan oleh Yesus Kristus, yaitu tidak saling mencari kesalahan dan bersikap adil terhadap seluruh aspek, sehingga nama Yesus ditinggikan dan orang lain diberkati lewat hidup kita. Amin. Disadur dari Warta Jemaat Gereja Allah Baik Jemaat Extravagant Worship, Minggu, 26-9-2010 ~ Diana K. Jasaputra
THINK THEM OVER Our value is not measured by what we do for God, but by what He has done in us. Nilai kita tidaklah diukur dari apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan dari apa yang Dia telah kerjakan di dalam kita. Artinya, kita dan apa yang kita lakukan bagi Allah adalah karya Allah di dalam diri kita, tidak ada yang bersumber dari diri kita sedemikian sehingga kita bermakna karenanya.
It`s not the words we know that show wisdom, but how and when we use them. Bukanlah kata-kata yang kita tahu yang memperlihatkan kebijaksanaan, melainkan bagaimana dan kapan kita menggunakan kata-kata itu. Artinya, koleksi kata-kata bijak tidak menjadikan kita bijaksana, melainkan bagaimana dan kapan kita menggunakan kata-kata itu sehingga efektif. God provides the armor, but we must put it on. Allah menyediakan persenjataannya, namun kita sendiri harus mengenakannya. Artinya, Allah tidak membiarkan kita berperang tanpa perlengkapan, melainkan semua sudah Dia sediakan, hanya saja kita harus percaya dan taat untuk mengenakan dan menggunakannya. Our sins can be forgiven and washed away, but their consequences are ours to pay. Dosa-dosa kita dapat diampuni dan dicuci bersih, namun konsekuensikonsekuensinya harus kita tanggung. Artinya, Allah menebus hukuman atas dosa-dosa kita, sedemikian sehingga kita lunas dan status kita suci di hadapanNya, namun konsekuensi dari dosa tetap menjadi tanggung jawab kita. ~ Philips O.
NUTRITIONAL CORNER
GULA DAPAT TIMBULKAN KECANDUAN Kecanduan, tidak hanya berlaku untuk kokain dan heroin. Gula, ternyata dapat membuat seseorang ketagihan. Hasil sebuah studi menunjukkan bahwa mereka yang gemar makan, dapat merasa kecanduan pada zat manis ini. Faktanya, para penggemar makan memiliki perubahan kimia pada otak mereka, mirip seperti pecandu kokain dan heroin. Bart Hoebel, seorang kepala peneliti yang juga profesor psikologi di Princeton University mengatakan bahwa seseorang yang mengonsumsi minuman manis dalam jumlah besar saat lapar dapat menyebabkan perubahan behavioral dan biokimia pada otak, mirip perubahan yang terjadi saat orang atau hewan coba mengonsumsi substansi jenis candu. Percobaan pada hewan coba menunjukkan tanda withdrawl bahkan efek jangka panjang yang menyerupai craving. Menurut Dr Louis Aronne, Direktur Comprehensive Weight Control Program di N ew York Presbyterian Hospital/ Weil Cornell Medical Center, New York, pertanyaan terbesar adalah apakah hal tersebut hanya menyangkut masalah behavioral saja atau masalah metabolisme biokimia juga.
Bukti dari penelitian ini justru mendukung ide bahwa terjadi sesuatu yang menyangkut masalah kimia, demikian dikutip dari Healthday bulan Desember 2008. Menurut Hoebel, ketagihan gula, dapat berperan sebagai awal dari kecanduan yang lain, seperti kecanduan alkohol. Menurut American Psychiatric A ssociation (APA), tahap adiksi adalah bingeing, withdrawl dan craving. Pada percobaan menggunakan tikus, selama 3 minggu, setiap hari hewan coba ini tidak diberi makan selama 12 jam, lalu selama 12 jam berikutnya diberi makanan dan gula yang mengandung 25% glukosa dan 10% sukrosa, mirip dengan soft drink. Pada hewan coba yang mengalami bingeing, terjadi pelepasan dopamine di otak. Telah lama diketahui bahwa obat candu juga meningkatkan kadar dopamine di otak. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh efek gula semata, namun gula dan pergantian jadwal antara ada dan tidak adanya makanan plus gula. Setelah 3 minggu, tikus menunjukkan gejala withdrawl mirip seperti yang terlihat pada orang yang berusaha berhenti dari merokok, minum minuman alkohol atau menggunakan morfin. Peneliti kemudian memblok endorfin otak tikus dan terjadi gejala withdrawl, kegelisahan, depresi behavioral dan turunnya level dopamine. Dengan kata lain, behavior tersebut berkaitan dengan neurokimia. Periode tidak ada makanan yang lebih panjang ternyata tidak dapat menyembuhkan, malahan terdapat efek jangka panjang
seperti memakan gula lebih banyak dibanding sebelumnya, seperti yang terjadi pada mereka yang ketagihan candu. Tanpa gula, mereka meminum lebih banyak alkohol. Peneliti berspekulasi bahwa mungkin terjadi perubahan otak juga pada mereka yang mengalami gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia, meski riset lebih lanjut dibutuhkan untuk membuktikan dugaan efek itu pada manusia. Sumber: FARMACIA Ethical Update. Vol VIII No.6. Jan 2009.
Sink? or Swim! by Keith Phillips Have you ever noticed how some people can stay afloat when engulfed in troubles and hardships, while others sink to the bottom? What sets the swimmers apart from the sinkers? From what I`ve seen, the biggest factor seems to be faith in God`s love. When those who understand how much God loves them find themselves in over their heads, they know He won`t let them drown.
~ Meilinah H. So, unlike those who don`t have such faith, they don`t wear themselves out struggling just to keep their heads above water --- or worse, panic & go down all the quicker. Buoyed by their faith, the swimmers can concentrate their energy on getting to solid ground. If you feel more like a sinker than a swimmer, you can get ready for the next sink-or-swim situation by strengthening your faith in God`s love.
ENGLISH CAFÉ Dear readers, we face problems and problems and problems, challenges, threats,… should we sink? or swim? Lets humble ourselves and swim, shall we?
‘He is like a father to us; tender & sympathetic to those who reverence him.’ (Ps. 103 : 13, TLB) God doesn`t enjoy seeing you in trouble. He isn`t trying to make life hard for you. He is on your side and wants nothing more than to see you happy & fulfilled. That doesn`t mean He will never let you have problem, but when you find yourself in over your head, you can be sure He`ll be there for you. In fact, there is a verse in the Bible in which He promises that very thing ; fact, there is a verse in the Bible in which He promises that very thing ; ‘When you pass through the waters, I`ll be with you; and through the rivers, they shall not overflow you.’ (Is. 43 : 2) The first step in learning to swim is learning to float, & that starts with learning to relax & not fight the water. Put yourself in God`s hands, lie back, relax, & let Him support you. Practice in the shallows, & you`ll be ready for whatever the future may hold. Untill next menu!
The scope & depth of that love are beyond our comprehension, but the Bible likens it to the love of a father for his children.
~ Philips O.
JENDELA JIWA KARAKTERISTIK KELUARGA: Nurturing atau Disfungsional NURTURING
Para anggota keluarga merasa bebas untuk mengutarakan perasaannya Semua jenis perasaan adalah wajar untuk dimiliki/diutarakan Anggota keluarga lebih penting daripada performance Saling menghormati harga diri masingmasing anggota keluarga Dapat mendiskusikan apa saja Komunikasi dua arah, mendengarkan Diterima adanya perbedaan individual
DISFUNGSIONAL
Para anggota keluarga secara kompulsif melindungi perasaannya Hanya ada beberapa perasaan yang wajar untuk dimiliki/diutarakan Performance lebih penting daripada individu itu sendiri Pelecehan secara emosional, verbal, fisik, seksual
Banyak yang bersifat tabu dan dirahasiakan Komunikasi satu arah, bersifat memerintah Setiap individu harus mematuhi pendapat/nilai anggota keluarga yang ”terkuat”
Setiap anggota keluarga bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri Anggota keluarga diperbolehkan mengalami sendiri pengalamannya Kritik dengan sopan diberikan serta konsekuensi yang sesuai dengan sikap dan perbuatan Tanggung jawab bersama atas adanya masalah Sedikit kata ”seharusnya” Peraturan yang jelas dan fleksibel Struktur panutan dan batasan yang jelas Suasana santai Kebahagiaan mendominasi Menghadapi dan menjalani stres Para anggota keluarga memiliki tenaga, bersemangat
Perbuatan harus terkontrol dan harus disesuaikan
Overprotection
Hukuman, penolakan, menyalahkan, mempermalukan sikap dan perbuatan yang tidak sesuai Konsep kambing hitam Banyak kata ”seharusnya” Peraturan yang kaku dan tidak konsisten Struktur yang kabur dan panutan yang salah Suasana tegang Kemarahan dan ketakutan mendominasi Menghindari stres
Para anggota keluarga merasa lelah
Orang-orang merasa dicintai Mendukung pertumbuhan, perkembangan Memiliki harga diri yang tinggi Orang tua bersatu secara kuat Penggunaan secara bertanggung jawab zat yang mempengaruhi mood Memberikan perhatian yang sesuai dengan melewati waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga
Orang-orang merasa sakit hati dan kecewa Menghambat pertumbuhan, perkembangan Memiliki harga diri yang rendah Terjadi persekutuan antar generasi Mengenal penggunaan zat yang mempengaruhi mood sejak dini dan penggunaannya yang ceroboh Memanjakan sebagai bentuk perhatian
~Jan Piter
DONOR DARAH: TANDA KEPEDULIAN TERHADAP SESAMA Tiap tahun, pada bulan puasa, selalu ada artikel di surat kabar bahwa Palang Merah Indonesia (PMI) kekurangan persediaan darah.1,2,3 Walaupun pada tahun 2000 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa menjadi donor tidak membatalkan puasa, agaknya mereka yang sedang berpuasa merasa kurang fit untuk memberikan darah, sehingga PMI selalu kekurangan darah pada bulan puasa. Menurut survei WHO pada tahun 20041, jumlah penduduk yang menjadi donor darah tiap tahun di beberapa negara sebagai berikut: - Jepang : 68 per 1000 penduduk - Singapura : 24 per 1000 penduduk - Malaysia : 14 per 1000 penduduk - Indonesia : 5 per 1000 penduduk Jepang, Singapura, dan Malaysia adalah negara-negara berpenduduk relatif sedikit dibandingkan Indonesia, tetapi mempunyai jumlah pendonor darah lebih banyak dari Indonesia. Penduduk Indonesia berjumlah ratusan juta, namun sebagian bertempat tinggal di luar jangkauan PMI. Itulah salah satu sebab mengapa hanya sedikit penduduk Indonesia yang menjadi donor darah. Penduduk Jepang yang menjadi pendonor darah jumlahnya tinggi.
Agaknya di Jepang pendidikan humaniora sejak kecil sudah menjadi kebiasaan, karena itu setelah dewasa rasa kepedulian terhadap sesamanya tinggi. Pak Jusuf Kalla, ketua PMI mengatakan, “Indonesia berpenduduk 230 juta orang, seharusnya banyak orang yang dapat dianjurkan untuk memberi darahnya pada bulan puasa.”1 Pada tahun 2009, terdapat artikel di Pikiran Rakyat bahwa PMI Bandung kekurangan darah di bulan puasa.3 Ketika itu saya anjurkan kepada para ko-asisten di FK UKM/ RSI yang tidak berpuasa untuk menyumbangkan darah. Ada sekitar 40 ko-asisten yang memberikan darah ke PMI. Mengapa hanya 40 orang? Menurut perkiraan saya, saat itu jumlah ko-as yang tidak berpuasa sedikitnya 200 orang. Pada bulan puasa tahun ini, sayangnya tidak ada kegiatan seperti tahun yang lalu. Saat ini, di antara 40 orang ko-asisten di Bagian Penyakit Dalam, hanya 3 mahasiswa yang menjadi donor darah tetap dan 7 orang pernah menjadi donor tetapi tidak tetap. Apa hubungannya hal-hal di atas dengan kita, civitas akademik FK UKM? Pada saat ini, memang pendidikan kedokteran terutama ditekankan pada pendidikan Medical Science, namun pendidikan Medical Humanities (etika, kepedulian, dll.) pun perlu mendapat perhatian karena merupakan salah satu kompetensi (dari 7 kompetensi yang ditetapkan oleh KKI/ AIPKI) yang harus dimiliki oleh seorang dokter Indonesia
dan sekaligus juga menjadi muatan lokal (unggulan) dari FK UKM. FK UKM diharapkan dapat menghasilkan para lulusan yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap sesama. Selain pendidikan Medical Humanities yang lebih diperhatikan, FK UKM diharapkan mengadakan lebih banyak kegiatankegiatan kepedulian sosial, salah satunya kegiatan donor darah. Referensi: 1. The Jakarta Globe. 18 Agustus 2010: Fasting Month Brings With It The Annual Blood Shortage. 2. Pikiran Rakyat. 3 September 2010: Stok Darah semakin Tipis. 3. Pikiran Rakyat. 27 Agustus 2009. PMI Minta Rumah Sakit Mengurangi Permintaan Darah. ~ Edhiwan Prasetya
KETIKA TUHAN BERKATA "TIDAK" Ya Tuhan, ambillah kesombonganku dariku. Tuhan berkata, "Tidak. Bukan A ku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya." Ya Tuhan, sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat. Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."
Ya Tuhan, beri aku kesabaran. Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri." Ya Tuhan, beri aku kebahagiaan. Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan bergantung kepadamu sendiri." Ya Tuhan, jauhkan aku dari kesusahan. Tuhan berkata, ”Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu padaKu.” Ya Tuhan, beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat. Tuhan berkata, ”Tidak. A ku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.” Ya Tuhan, bantu aku MEN CIN TA I orang lain, sebesar cintaMu padaku. Tuhan berkata... ”A hhhh, akhirnya kau mengerti !” Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan, namun tak ada jawaban sama sekali. Kita sudah bekerja keras dan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai,
berakhir dengan penolakan dan kegagalan, sedangkan orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil), lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih, kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu. Begitu pula dengan Tuhan, Ia tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkan permintaan kita, karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari ”pilek” dan ”demam”.... dan terus berdoa. There’s a time and place for everything, for everyone. God work in a mysterious way. We won’t know what HIS plan is, but one thing we have to believe HE always give us the best way eventhough it will hurt us. Kiriman: ~ Heddy H.
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.