2 Tinjauan Pustaka 2.1
Zeolit Alam
Nama zeolit berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu zeo (mendidih) dan lithos (batu). Istilah ini dikemukakan pada tahun 1756 oleh seorang ahli mineral Swedia, Axel Fredrik Cronstedt. Dalam penelitiannya terhadap mineral stilbit. Cronstedt menemukan perilaku mineral ini yang dengan cepat melepaskan air bila dipanaskan sehingga terlihat seolah-olah mendidih (Barrer, 1982). Zeolit merupakan mineral alumina silikat berhidrat yang termasuk ke dalam kelas silikat dan subkelas tektosilikat. Pada mineral ini, silikat yang beradisi dengan alumina merupakan struktur dasar dari kerangka tetrahedral yang membentuk jaringan anion tak terbatas, dengan logam dari golongan alkali atau alkali tanah sebagai kation. Setiap atom silikon dan aluminium dikelilingi oleh 4 atom oksigen. Perbandingan antara (Al + Si) dengan O adalah 1:2 (Barrer 1987). Berdasarkan strukturnya, mineral kelas silikat dibagi menjadi enam subkelas, yaitu: (www.galleries.com) a. Nesosilikat, memiliki struktur tetrahedral tunggal, yaitu terdiri dari kerangka tetrahedral yang membentuk anion (SiO4)4- dan berikatan dengan kation. Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Andalusit (Aluminium Silikat), Datolit (Kalsium BoroSilikat Hidroksida), dan Euclase (Berilium Aluminium Silikat Hidroksida). b. Sorosilikat, memiliki struktur tetrahedral ganda, yaitu terdiri dari kelompok tetrahedral yang membentuk anion (Si2O7)6-, masing-masing tetrahedral dihubungkan oleh kation. Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Bertrandit (Berilium Silikat Hidroksida), Danburit (Kalsium Borosilikat), dan Ilvanit (Kalsium Besi Silikat Hidroksida).
c. Inosilikat, memiliki struktur rantai tunggal dan rantai ganda, terdiri dari dua sistem rantai tetrahedral, yaitu rantai tunggal dan rantai ganda. Pada rantai tunggal perbandingan antara Si dan O adalah 1:3, sedangkan pada rantai ganda 4:11. Beberapa mineral yang memiliki struktur inosilikat rantai tunggal adalah Lorenzenite (Natrium Titanium Silikat), Neptunit (Kalium Natrium Litium Besi Mangan Titanium Silikat), dan Okenit (Kalsium Silikat Hidrat). Sedangkan untuk beberapa mineral yang memiliki struktur inosilikat rantai ganda adalah Astrofilit (Kalium Besi Titanium Silikat Hidroksida), Babingtonit (Kalsium Besi Mangan Silikat Hidroksida), dan Inesit (Kalsium Mangan Silikat Hidroksida Hidrat). d. Siklosilikat, memiliki struktur cincin, yaitu terdiri dari jaringan tetrahedral yang membentuk cincin anion (Si6O18)12- dengan perbandingan antara Si dan O sebesar 1:3. Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Aksinit (Kalsium Magnesium Besi Mangan Aluminium Borosilikat Hidroksida), Baratofit (Kalium Litium Kalsium Titanium Zirkonium Silikat Florida), dan Benitoit (Barium Titanium Silikat). e. Filosilikat, memiliki struktur berlapis, yaitu terdiri dari jaringan tetrahedral (SiO4)4- yang terjalin dalam bidang tak terhingga membentuk jaringan anion (Si2O5)2- dengan perbandingan antara Si dan O sebesar 2:5. Beberapa mineral yang memiliki struktur ini adalah Apofilit (Kalium Natrium Kalsium Silikat Hidroksida Florida Hidrat), Cavansit (Kalsium Vanadium Silikat Hidrat), dan Krisokola (Tembaga Aluminium Hidrogen Silikat Hidroksida Hidrat). f.
Tektosilikat, memiliki struktur kerangka, yaitu terdiri dari tetrahedral yang saling berhubungan membentuk suatu kerangka dasar. Subkelas ini terbagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya: •
Kelompok Feldspar, contohnya Albit (Natrium Aluminium Silikat)
•
Kelompok Feldspathoid, contohnya Leusit (Kalium Aluminium Silikat)
•
Kelompok Kuarsa, contohnya batu kuarsa
•
Kelompok Zeolit, contohnya Mesolit (Natrium Kalsium Aluminium Silikat Hidrat)
2.1.1
Struktur Zeolit
Struktur dasar zeolit adalah kerangka SiO4 dan AlO4 yang tersusun dari rantai-rantai yang menghubungkan atom Si dan Al dengan empat atom O yang terikat secara kovalen. Struktur dasar ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.a. Ukuran ion aluminium terlalu kecil jika ditempatkan di pusat empat atom O. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan 4
keisomorfan antara ion Si4+ dan ion Al3+, sehingga kerangka tetrahedral menjadi bermuatan negatif. Kerangka tetrahedral yang bermuatan negatif tersebut dinetralisir oleh kation yang dapat dipertukarkan. Kation-kation yang menyusun zeolit adalah ion logam alkali dan alkali tanah. Ikatan yang terjadi antara kerangka tetrahedral yang bermuatan negatif dengan kation adalah ikatan ion (Fairbridge, 1972). Struktur 3 dimensi zeolit dapat dilihat pada Gambar 2.1.b.
b. Struktur 3 dimensi (www.qcif.edu.au)
a. Struktur dasar
Gambar 2. 1 Struktur zeolit Rumus umum zeolit adalah M xn/ n [AlxSiyO2x+2y].z H2O dengan M adalah Na, K, Ca, Sr, atau Ba. Kedudukan relatif kation serta molekul air pada kerangka tetrahedral belum diketahui secara pasti karena mobilitas alaminya. Akan tetapi, kemungkinan besar spesi-spesi ini menempati posisi-posisi dalam bidang dan saluran (Hers, 1961). Kandungan rongga dan saluran yang besar pada zeolit (ρzeolit = 2,0 – 2,3; ρfeldspathoid = 2,3 – 2,5; ρfeldspar = 2,6 – 2,7) memberikan kemampuan adsorpsi dan pertukaran kation yang lebih tinggi dari mineral-mineral lain. Keistimewaan lain yang dimiliki zeolit yang membedakan dari mineral lain adalah kehadiran molekul-molekul air pada saluran struktural, yaitu ikatan antara kerangka tetrahedral dan kation relatif lemah sehingga kedudukannya mudah digantikan oleh molekul-molekul lain yang dihilangkan sama sekali tanpa mengganggu ikatan pada kerangka tetrahedral. Berdasarkan
struktur
dasarnya,
zeolit
dibagi
menjadi
tiga
grup
utama,
yaitu:
(www.galleries.com) a. Grup Natrolit, memiliki struktur jarum seperti kristal prisma. Bentuk kristal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.a.
5
b. Grup Heulandit, memiliki struktur seperti lembaran yang bentuk kristalnya rata seperti lempengan dan pada permukaannya biasanya terdapat belahan. Bentuk kristal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.b. c. Grup Kabasit, memiliki struktur kerangka yaitu kristalnya memiliki kekuatan ikatan hampir sama pada semua arah kristalografi. Bentuk kristal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.c. Zeolit dapat dianalogikan seperti sebuah rumah yang strukturnya terdiri dari pintu, jendela, dinding, dan atap. Perkakas dan penghuni rumah dapat dianalogikan sebagai air, amonia, dan molekul lain yang dapat keluar masuk dari struktur zeolit. Struktur seperti jarum (grup Natrolit) dapat diibaratkan seperti sebuah menara atau sebuah tiang yang tinggi. Struktur seperti lembaran (grup Heulandit) diibaratkan sebagai bangunan kantor yang tinggi dengan lembarannya dianalogikan sebagai lantainya dan terdapat beberapa sekat di antara lantai. Selanjutnya, struktur seperti kerangka (grup Kabasit) diibaratkan seperti sebuah rumah yang dinding dan lantainya sama padat.
a. Natrolit
b. Heulandit
c. Kabasit
Gambar 2. 2 Bentuk kristal tiga kelompok utama zeolit
2.1.2
Penggunaan Zeolit
Beberapa aspek dasar dari penggunaan zeolit adalah sebagai berikut: a. Katalis Zeolit telah diketahui memainkan peranan penting sebagai katalis asam pada industri pengolahan minyak dan petrokimia, termasuk dalam reaksi perengkahan dan isonerisasi hidrokarbon (Trisunaryanti et al., 1996). Kemampuan zeolit untuk mengkatalis suatu reaksi kimia terutama yang berhubungan dengan sifatnya sebagai padatan asam karena adanya proton-proton yang terikat pada kerangka zeolit, baik asam Bronsted maupun Lewis. Asam Bronsted dapat dihasilkan melalui beberapa cara sebagai berikut: •
Perlakuan termal terhadap bentuk amonium zeolit untuk menghilangkan amonia sehingga diperoleh bentuk H-zeolit. 6
•
Dehidrasi terhadap kation multivalen pada zeolit yang diikuti terdisosiasinya air yang terkoordinasi dalam bentuk molekul membentuk ion H+ pada permukaan zeolit.
•
Perlakuan asam pada zeolit yang stabil terhadap asam dapat secara langsung menukar kation dengan proton.
Asam Lewis dapat diperoleh dari dehidroksilasi dua gugus hidroksil yang berdekatan dengan perlakuan panas (T > 750 K). Sifat lain dari zeolit yang juga berpengaruh terhadap peranannya dalam kation adalah: •
Komposisi kerangka dan struktur pori zeolit, komposisi kerangka zeolit mengatur muatan kerangka dan mempengaruhi stabilitas termal dan asam dari zeolit.
•
Kenaikan rasio Si/Al akan berpengaruh pada stabilitas zeolit terhadap temperatur tinggi dan lingkungan yang reaktif seperti naiknya keasaman.
•
Medan elektrostatis zeolit; keadaan ini menyebabkan interaksi adsorbsinya dengan molekul lain berubah-ubah.
•
Kekuatan asam dari asam Bronsted akan bertambah dengan naiknya rasio Si/Al penurunan konsentrasi kation dalam zeolit.
Perubahan struktur unit bangun sekunder dari zeolit peran struktur pori zeolit sangat penting dalam proses katalis karena pori inilah yang berperan sebagai mikroreaktor dan darinya dimungkinkan untuk mendapatkan reaksi katalitik yang diinginkan menurut aturan selektivitas bentuk. b. Adsorpsi dan Pemisahan Bentuk zeolit yang selektif juga merupakan dasar dari penggunaan zeolit dalam proses adsorpsi molekular. Kemampuan zeolit dalam mengadsorpsi molekul tertentu telah membuka banyak aplikasi. Kation yang terkandung dalam zeolit banyak digunakan sebagai pengering karena sifat zeolit yang memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi. Selain itu, aplikasi yang lain adalah pemisahan gas, yaitu molekul dipisahkan berdasarkan perbedaan interaksi elektrostatis dengan ion logam. Pada dasarnya, zeolit dapat memisahkan molekul berdasarkan ukuran, bentuk dan polaritasnya. Untuk keperluan adsorben, setiap spesi penembus (adsorbat) harus berukuran lebih kecil dari saluran dan lubang yang terdapat dalam zeolit itu sendiri. Pada zeolit dengan kandungan kation yang rendah, kation merupakan spesi yang paling mobil, tetapi kemobilan juga tergantung pada ekivalen elektroniknya. Contohnya, Na+ lebih
7
mobil daripada Ca2+, karena Na+ merupakan kation monovalen dengan ikatan elektrostatik lemah. Ilustrasi dari proses adsorpsi ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Ilustrasi proses adsorpsi oleh zeolit c. Penukaran Ion Ikatan lemah kation pada zeolit menjadikan ikatan tersebut mudah digantikan dengan kation yang lain. Hal ini menjadi dasar dari pemurnian air, yaitu logam alkali seperti Natrium dan Kalium akan keluar dari kerangka zeolit dan akan tergantikan oleh ion “keras” Magnesium dan Kalsium yang terdapat dalam air. Air komersial yang mengandung logam berat dan limbah buangan yang mengandung isotop radioaktif juga dapat dibersihkan dengan menggunakan zeolit. Ilustrasi proses penukaran ion ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Ilustrasi proses penukaran ion oleh zeolit Faktor-faktor yang mempengaruhi pertukaran kation oleh zeolit adalah sebagai berikut (www.gsaresources.com): •
Valensi dan ukuran pori Reaksi pertukaran ion meningkat, dengan meningkatnya valensi ion. Kecenderungan ini akan meningkat dengan menurunnya total ion dalam larutan. Untuk ion dengan valensi sama, reaksi pertukaran meningkat dengan, menurunnya jari-jari atom dan meningkatnya nomor atom.
•
Konsentrasi ion-ion dalam larutan
8
Untuk larutan dengan konsentrasi ion yang tinggi, reaksi pertukaran ion tidak mengikuti aturan umum, bahkan terjadi reaksi balik. Hal ini menjadi dasar untuk proses regenerasi. •
Karakteristik dari zeolit Maksudnya sifat fisik dan kimia zeolit. Walaupun komposisi kimianya serupa, namun tiap zeolit memiliki dtruktur kristal yang berebda, sehingga sifat fisik dan kimianya berbeda pula.
•
Rasio Si/Al Bila perbandingan Si/Al makin kecil, berarti kerapatan muatannya besar sehingga kemampuan untuk mengikat molekul besar. Makin rendah harga rasio Si/Al, makin banyak kation yang diikat, dan makin besar kapasitas penukaran kationnya.
•
Keberadaan ion logam lain dalam larutan yang akan menyebabkan kompetisi antar ion. Bila konsentrasi ion logam lain meningkat, maka kapasitas tukar untuk ion logam yang diinginkan cenderung menurun.
2.2
Adsorpsi
Menurut kamus kimia (Mulyono, 2006), adsorpsi merupakan proses penyerapan atau penggumpalan pada benda yang berlangsung hanya pada permukaan benda itu. Adsorpsi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan konsentrasi suatu substansi terlarut atau ion pada antarmuka antara dua fasa. Biasanya adsorpsi terjadi antara fasa padat dengan fasa cair atau fasa gas. Substansi terlarut atau gas terkonsentrasi hanya pada permukaan padatan. Padatan tersebut disebut adsorben, sedangkan substansi terlarut dan gas disebut adsorbat (Hers, 1961). Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada adsorpsi, adsorbat hanya diserap di permukaan adsorben, dan tidak terjadi reaksi kimia. Hal yang paling berbeda adalah pada proses adsorpsi, adsorbat diserap secara fisik, mudah lepas, dan adsorben dapat diregenerasi. Berbeda dengan adsorpsi, pada absorpsi terjadi reaksi kimia antara adsorben zat yang diserap dan penyerap, ikatannya lebih kuat sehingga memerlukan banyak energi untuk melepaskan ikatan tersebut (www.epa.gov). Meskipun kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan sangat jelas, tetapi dalam beberapa kasus, kedua proses itu sulit dibedakan. Oleh karena itu, penyerapan oleh zat padat kadang-kadang disebut juga sorpsi (Mulyono, 2006). Pada partikel adsorben, molekul-molekul saling berikatan dengan molekul tetangganya. Di bagian dalam, ikatan terjadi pada semua arah, sehingga terdapat kesetimbangan gaya antara 9
molekul-molekulnya. Sedangkan di bagian permukaan hanya terdapat satu gaya, yaitu ke arah molekul-molekul di bagian dalam, sehingga timbul medan gaya bebas dengan kemampuan molekulnya menarik molekul-molekul adsorbat (Alexeyev, 1963). Untuk membedakan tipe orientasi molekul-molekul adsorbat yang terserap oleh permukaan adsorben, terdapat dua tipe adsorpsi, yaitu (Kipping, 1965): a. Adsorpsi Fisik Adsorpsi tipe ini berlangsung dengan kecepatan cukup tinggi, reversibel, dan menhasilkan kalor adsorpsi yang kecil. Gaya yang terlibat di dalamnya sama seperti gaya yang menyebabkan kondensasi gas untuk membentuk cairan yang umumnya dikenal gaya van der Walls. Kalor adsorpsi yang dilepaskan sebanding dengan besarnya kalor yang dilepaskan pada proses kondensasi gas, yang besarnya sekitar 5 – 10 kkal/mol. Banyaknya adsorbat yang teradsorpsi pada adsorben dapat membentuk beberapa lapisan monomolekul. Karena lemahnya gaya van der Walls, maka adsorbat tidak terikat secara kuat pada permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan biasanya dapat diregenerasi. Adsorpsi fisik sangat dipengaruhi oleh suhu, yaitu makin tinggi suhu, makin sedikit adsorbat yang teradsorpsi. b. Adsorpsi Kimia Adsorpsi kimia terjadi dalam bentuk reaksi kimia, sehingga terbentuk ikatan antara adsorben dengan adsorbat dengan kalor adsorpsi yang besar, sekitar 10 – 100 kkal/mol. Kecepatan pembentukan ikatan antara adsorben dengan adsorbat dapat berlangsung lambat dan dapat juga cepat, bergantung pada besaarnya energi aktivasi. Banyaknya materi teradsorpsi sebagian besar ditentukan oleh karakteristik adsorben. Selain itu, tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut juga sangat berpengaruh. Karena ikatan antara adsorben dan adsorbat sangat kuat, maka spesi aslinya biasanya tidak dapat ditemukan lagi, sehingga untuk adsorpsi tipe ini, regenerasi tidak dapat dilakukan.
2.3
Mangan
2.3.1 Mangan di Alam dan Sifat-Sifatnya Dalam sistem periodik, mangan memiliki simbol Mn dengan nomor atom 25, nomor massa 54,93894 grsm/mol, golongan 7, periode 4, dan terdapat dalam blok-d. Dalam bahasa Inggris, mangan bernama Manganese. Logam mangan berwarna putih abu-abu dan penampilannya mirip besi, akan tetapi mangan lebih keras dan mudah patah. Bentuk kristal 10
logam Mangan dapat dilihat pada Gambar 2.5. Mangan melebur pada suhu sekitar 1.250oC. Mangan reaktif dalam keadaan murni dan dalam keadaan serbuk akan terbakar dalam oksigen, beraksi dengan air (berkarat seperti besi), dan larut dalam pelarut asam.
Gambar 2.5 Kristal mangan (www.webelements.com) Mangan paling banyak terdapat di tanah dalam bentuk oksida dan hidroksida dan mengalami perubahan bilangan oksida. Mangan paling banyak terdapat sebagai pyrolusit (MnO2), dan tingkat paling sedikit sebagai rhodochrosit (MnCO3). Lebih dari 25 juta ton mangan ditambang setiap tahunnya. Wilayah penambangan utama bijih mangan adalah Afrika Utara, Rusia, Ukraina, Georgia, Gabon, dan Australia.
2.3.2 Penggunaan dan Toksisitas Mangan Berikut ini beberapa penggunaan mangan: a. Sebagai bahan penting dalam pembuatan besi dan baja b. Mangan dioksida (MnO2) biasa digunakan sebagai katalis c. Digunakan untuk mewarnai gelas dan membuat warna violet pada gelas d. Kalium permanganat (KmnO4) adalah pengoksidasi yang baik dan digunakan sebagai desinfektan e. Mangan oksida (MnO) sebagai pupuk f.
Mangan karbonat (MnCO3) sebagai bahan baku pembuatan senyawa mangan yang lain.
Mangan adalah unsur yang diperlukan untuk semua makhluk hidup. Beberapa molekul seperti diatom, moluska, dan bunga karang mengakumulasi Mangan. Pada ikan hingga 5 ppm dan mamalia 3 ppm dalam jaringannya, sedangkan kadar normalnya sekitar 1 ppm. Mangan diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia. Kekurangan mangan dalam tubuh dapat mengakibatkan kegemukan, diabetes, penggumpalan darah, masalah kulit, darah rendah, kelainan kerangka tubuh, cacat lahir, perubahan warna rambut, dan gejala saraf.
11
Meskipun mangan berguna untuk tubuh, akan tetapi jika terakumulasi dalam konsentrasi tinggi, akan menjadi suatu penyakit. Mangan masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, seperti bayam, teh, dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung mangan konsentrasi tinggi adalah padi, kacang-kacangan, telur, minyak zaitun, dan tiram. Setelah terabsopsi dalam tubuh manusia, mangan akan ditransportasi melalui darah menuju jantung dan ginjal, kelenjar pankreas, dan endokrin. Akumulasi mangan dalam tubuh dapat mengakibatkan Parkinson dan Bronkhitis, bahkan pada laki-laki dapat mengakibatkan impoten. Senyawa mangan terdapat di alam sebagai padatan dalam tanah dan partikel kecil dalam air. Partikel mangan dalam udara berada di partikel debu dan akan berada dalam tanah selama beberapa hari. Manusia mempertinggi konsentrasi mangan di udara melalui aktivitas industri dan melalui pembakaran bahan bakar fosil. Mangan yang berasal dari aktivitas manusia dapat memasuki air permukaan, air tanah, dan air buangan. Penggunaan pestisida yang mengandung mangan juga dapat mengakibatkan pencemaran tanah. Konsentrasi mangan yang tinggi dalam tanah dapat menyebabkan berpengaruh terhadap tanaman, diantaranya adalah swelling (pengembangan) dinding sel, membuat daun layu, dan timbul bintik-bintik coklat pada daun (www.lenntech.com).
2.4
Metode Spektrofotometri Serapan Atom
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) merupakan suatu teknik pengukuran dalam bidang kimia analitik yang didasarkan pada perubahan tingkat energi dalam atom akibat penyerapan cahaya oleh atom tersebut. Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada tahun 1955 (Khopkar, 2003). Metode ini dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu unsur. SSA memiliki sensitivitas yang tinggi sehinngga memiliki kemampuan untuk mengukur konsentrasi dalam rentang ppb (part per billion). Beberapa aplikasi dari metode ini dapat diterapkan dalam bidang-bidang berikut (Levinson, 2000): a. Analisis klinik, contohnya analisis logam dalam darah atau urine. b. Analisis lingkungan, contohnya menganalisis unsur-unsur yang terdapat di lingkungan.
12
c. Farmasi, contohnya dalam pabrik obat-obatan, penentuan banyaknya logam katalis dalam obat untuk proses pembuatan obat dianalisis pada proses terakhir dengan menggunakan metode SSA. d. Industri, contohnya untuk menentukan kemurnian suatu produk yang dihasilkan. e. Pertambangan, contohnya dengan menggunakan SSA, banyaknya emas dalam batuan dapat ditentukan. Berikut ini adalah gambar diagram SSA:
Gambar 2.6 Rangkaian alat SSA
Berdasarkan Gambar 2.6, komponen-komponen dasar dari alat SSA adalah sebagai berikut: a. Unit atomisasi Atomisasi dapat dilakukan tanpa nyala maupun dengan tungku.Untuk mengubah unsur logam menjadi uap atau hasil disosiasi, diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali agas proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Berdasarkan Gambar 2.6, bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan ke dalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui baffle menuju ke pembakar. Nyala akan dihasilkan, kemudian sampel dihisap masuk ke dalam kamar pencampur. Dengan gas asetilen dan oksidator udara, temperatur maksimum yang tercapai adalah 1200oC. 13
b. Sumber sinar Lampu yang digunakan pada saat pengukuran harus disesuaikan dengan unsur yang akan ditentukan kadarnya. Sumber sinar disebut lampu hallow cathode.Lampu ini terdiri dari anoda tungsten dan hollow cathode yang terbuat dari unsur yang akan ditentukan kadarnya. Lampu ini dibungkus oleh pipa gelas yang diisi oleh gas inert seperti neon atau argon pada tekanan antara 1 Nm-2 dan 5 Nm-2. c. Sistem optik dan detektor Untuk mengukur kadar suatu unsur dengan menggunakan metode SSA, kita terlebih dahulu harus menyesuaikan panjang gelombang yang dapat diserap oleh atom. Monokromator digunakan untuk memilih panjang gelombang secara spesifik.
14