2. TINJAUAN PLJSTAKA Kccombrang Kecombrang (Nicolaia !Jpeciosa Horan) rnerupakan tanaman yang hidupnya tahunan dengan ketinggian I - 3 meter (Gambar 2.1).
Tanaman ini banyak
ditemukan di daerah pegunungan atau daerah-daerah rindang dekat air dengan ketinggian 800 di atas permukaan air 1aut. Kecombrang memiliki bebcrapa nama latin, seperti Nicolaia speciosa Horan, Nicolaia elatior Horan, Etlingera e/ollor, Phaeomeria magnifica, Phaeomeria speciosa, P. intermedia Valet (Tampuholon ef
al. 1983). Nama-nama lain daerah tempat tanaman ini tumhuh yaitu kaJo (Oayo), puwa kijung (Minangkahau), katinbung (Makasar), salahawa (Seram). petikala
(Tcmate) (Hidayat & Hutapea 1991), sedangkan di luar negcri dikenal dengan nama ginger bud (lnggris),
xiong bao jiang (Cina),
gingemhre uromatique
(perancis), kantan (Malaysia), boca de dragon (Spanyol) dan kaa laa (Thailand). Kecombrang tennasuk dalam golongan Zingibcraceae, satu famili dengan tanaman laos. Kecombrang mcrupakan salah satu jenis tanaman rcmpah-rcmpah yang sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat-obatan. Bagian
tanaman
yang
umum
digunakan
adalah
bunga dan
batangnya.
Pemanfaatannya adalah sebagai pemberi citarasa pada masakan. seperti UTab, peeal, sambal dan masakan lain. Batangnya dipakai sebagai pemberi citarasa pada masakan daging. Kecombrang juga dimanfaatkan sebagai obat-obatan berkaitan dengan khasiatnya, yaitu sebagai penghilang bau badan dan bau mulut (Hidayat & Hutapea
1991).
Penclitian ini memanfaatkan
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
bunga kecombrang, yang
7
Gambar 2.2 Bunga kecombrang yang tcrdiri dari he1aian bunga
8
Kecornbrang sclain scbagai ;:mtibaktcri.
Pcnelitinll mcngcnai
pemberi citarasa Juga berpolcnsi scbagai patensi antibaktcri hunga kecombrang tcJah
dilakukan dari petal bunga muda, petal bunga optimal dan petal bunga Iua
(\':.:lianty
2002). dimana ditcmukan bah\\
amimikroha adalah petal bunga optimal. Pcngujian aktivitas antibakteri dilakukan tcrhadap hnktcri gram (r:.~(·/II!richili
positif (Badllll.'" .l"uhf/lis) dJn baktcri gram
ncgalif
colO.
Senyawa Antimikroba Dari Tanaman
Penggunaan scnyawa antimikroba khususnya yang alami, 5.ccara umurn
meningkat daTi tahun ke tahun. Senyawa antimikroba mcrufJakan scnyawa yang mempunyal kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganismc.
ScnY3wa
antimikroba yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tanaman diketahui dapat menghambat bcbcrapa mikroba patog:cn maupun perusak pan!!an Ibranen \q ( 3).
Scnyawa antimikroha Icrschul dapat herasa! dari bagian tanaman, sepcni
bunga, biji, buah, rimpang, batang, daun dan umbi. Secara !cngkap disajikan pada T3nc! 2. I. Scnyawa antimikroba yang bcrasal dari tanaman, sebagian hesar diketahui mcrupakan mctabolit sekundcr tanaman, terutama dari golongan lCnoiii.; dan l..:rpcn3 aalam minyak alsiri. Sebagian besar mctabolit sckunder dibiosintcsis dari oanyak metaholit primer scpcrti dari asarn-asarn amino, ascIi! ko-J\, asam rncvalonat dan mctaholit antara (Ilerbcrt 194)}. i)itambahKan Olen Ta<;<;ou
(2000). bchcrapa scnyawa yang
hcrsil~n
N~(nas l](\!1
anlimikrnna :1iami beras:,i ll
tanaman l.wlIltaranya adalah fitoalcksin, asam organik, minyak cscnsial (abiri), iL'noiik dan bcbcrapa kclompnk pigrncn tanaman atau scnyawa scjcni<;.
9
Tabl'l 2.1 Aktivitas antimikroba ekstrak tanaman --B~gian da~ jenis~-
taoaman
I
Jcnis ekstraklfraksi
Pustaloo:t
Mikroba yg dill
~~~~~~~~~~~=
Runga
I. Kecombrang
Ekstrak elanol
2. Mdati
rraksi
i Escherichia coli. I Bacillus suhtilis
Vali
a~am
Sa/null/ella
Typnimurium, E('(!/i. I"isler;a
I
(//.
I
monOL:vogenes,
StQP"J'!ococcus lJureus
---------,
I
Biji Atung (Parinariwn g/aherrimulI1 Hassk)
Ekstrak eti I asctat
I
S. aureus,
I Moniharapon
:.,'a/1II0Ile/ia
;,1199g)
'J'yphimurium. P. aerugino.w.l
I !
Ekstrak ctano!
Ekstrak metano!
P.ael1lginosa Vibrio cholerae S.
1111reUS
_+_______
c"=:-_______ L'd"a"'' "1,,2,,c'' ra,,k.,s'-i
IDaun f
Ada\\ i:- ah
I
( 199F)
!
",Murhadi (2002)
-'-I
1
I. Sirih
Ekstrak etanol
F:. ("/Iii. ,...·{JIII/of/ella Typhi. S (lure liS. I 'st' /l(It J/I/(n /(IS fluoresce/Is
2. Bclllntas
Ekjlrak clanol
/J.su/Jtilis. II.
Ardlan'i~ah
cere liS. SOI/rells. S Typhi. E.coli dan
(200~
Sugiastuli (2(j(U)
i' !
1
el al.
)
i~=c-----f-----+~~='-----~-I r. /lllore.\'{'('//'\'
!
R.!!11ran.j~
I ,
l. Lcngkllas
I I-:kstrak metanol
B. I'. l'. L
cerells. S.ul/reus.
i R.aha~ u () 999)
clw/erae, aenIKifl(}s(J.
monocl'togenl's. ,
I
Ekstak dikloromctan
L _.__ _
,~.
coli, S. Typhi, V. cholerae
I Radiati (2002)
10
Senyawa Fcnolik SenvaW3 fenolik mempakan suhstansi yang mempunyai cinein aromatik dengan satu atau lebih substansi gugus hidroksil dan alki!.
diklasifikasikan menjadi tiga kclompok:
Senyawa illi
fenol scdcrhana (vanilin. gingcroL
shogaol, guaiako[ dan eugenol) dan a5am fenol (p-krcsol, 3-etilfenol. hidrokuinon, asam galat dan siringit), turunan asam hidroksisinamat (p-kumarin, kalein dan ferulin); dan flavonoid (anLasianin, flavonan, navanan, navano! dan tanin) (Gould
\005). Penelitian mengenai aktivitas antimikroba dari golongan tenolik tanarnan
fe/ah banrak dilakllkan, diantaranya oleh Abram dan Danko (lQC)C»), Haragtlchi ef al. (1998) dan Nishina et al (1991) seperti disajikan pada Tabd 2.2. Senyawa fcno\ik ta"aman \clah lerbukti mem\\iki ahivitas antibakteri. yang
dap~,t
mcnghambat pertumbuhan bakteri Gram posit if seperli Slaphylococcu,\' sr, cian Bacillus sp. ,H:wpun terh . ~dar baktcri Gram
ncgf~fif ~rerti f'sl'lIdOlllolla\"
sr. d:m
kelompok bakteri koiifonn (Haraguchi el al. 1998). ~enyawa
T erpenoid
Senyawa terpenoid terbentuk scbagai mctaboiit sekunder dari tan
senyawa tcrpenoid (Man 19R7). yang dikenai sebagai scnyawa ulama rada tanaman yang l"lcrsifat sebagai pcnyuslIn minyak alsid. TeTpenoid mcmpunyai rumus dasar (CsHg)n atau dengan satu unit isoprene-2 mctil-2,3 butadiena, lumlah n mcntlnjtlkkan
klas;lik;-Is;
terpenoid yang dikenal
dengan
monotcrrcn,1.
seskuiLerpen. diterpena, tetratcrpena dan poiilcrpena (Tcisscr 1994).
Scnyawa
tcrpcnoil\ yang mcmpunyai akti,rita" antimikroba antara lain adalah b()fnco\' sineol, pinene, kamfene dan kamfor (Conner 1993), meredioL l;nalool. indol dan kadincn (Kuhn e/ al. 1993). Scnyawa ini cfcktif untuk mcnghamoat pertumouhan B. suhtilis, Staphylococcus aureu.\' dan E. coli.
11
Tabel2.2 Senyawa antibakteri Senyawa fenolik dari lanaman
Bagian dan jenis tanaman Daun I. ,r.;empen'il'um L
Jenis ekstraklfraksi
Mikroba yg dihambat
Scnyawa fcnolik
S. aureus, B. cereus, Geotrichum sp., E. (aecalis
2. Sempervivum
Fraksi polifenol
S. (lure us, B. cereus,
,
Abram dan Donko (1999)
I Abram dan Donko (1999)
GeolrichulII .\lJ.,
leclorum
Pustaka
l
E.Jaecalis Satang
Bambu (Phylloslachys heterocycla var Pubscens) Akar Glycyrrhiza inflata
Fraksi fenolik
Senyawa fenolik
.
-- --
Nishina el til. (1991 )
S. oureu.\'
Micrococcu5 {uleus,
! Haraguchi
S.oureus, B. ,\'uhrilis, Mucor
I (1998)
pusillus. Saccharomyces cereviciae.- - -
I I
e{
01.
,
I
--'
Scnyawa Alkaloid Sccara umurn alkaloid dari tanaman tclah tcrbukti memiliki aklivilas
anlimikroba, diantaranya klausenalena bcrsifat antibakteri lerhadap Salmonella hllell. P. vulgaris, E. coli dan
Sll1phylo("oCCII.~
juga memiliki aklivitas antimikroba terhadap
B..\·Uhlilis.
lwreus, dan murayanol
S. aureus, E. coli dan Candida
parapsilasis (Ramscwak el al. 1999).
Minyak atsiri Minyak atsiri merupakan sllatu kclompok penentll bau (odourJ), larut dalam alkohol dan kurang larut dalam air dan terdiri dari campuran ester, aldehid, keton dan terpenoid (Nyc has & Tassou 2000). sedangkan oleoresin terdiri dari minyak atsiri, resin organik larut dan bahan-bahan lainnya yang ada pada rempah dan juga asam lemak non volatil (Farrel 1990). Senyawa antimikroba di dalam tanaman urnumnya terdapat dalam fraksi minyak atslrl, yang diperoleh dari bahan tanaman melalui destilasi uap dan atau
12
dcngan perlakuan dingin dan destilasi vakum (Farrel 1990).
Sebagian besar
scnyawa fenaHk tcrutama kurnarin, flavonoid dan minyak esensial yang ditemukan di dalam tanaman abat, tanaman jamu dan rcmpah-rcmpah. memiliki fungsi schagai antimikrohu. Minyak atsiri timol dari thyme dan oregano; aldehid sinamat dari kayu manis dan eugenol dari cengkch merupakan
antirnikroba dcngan
spektrum luas (Nychas & Tassou 2000).
Mckanismc Kcrja Senyawa Antimikroba Mekanisme
penghambatan
antimikroba berbeda-beda.
dan
kerusakan
mikroba
oleh
senyawa
Penghambatan mikroba oleh scnyawa antimikroba
secara umum dapat disebabkan oleh: (I) gangguan pada komponen penyusun sel; terutama komponen penyusun dinding sel, (2) reaksi dengan membran sel yang dapat
mengakibalkan
perubahan
penneabilitas
dan
kehilangan
komponen
penyusun sel, (3) penghambatan terhadap sintesis protein dan (4) gangguan rungsi material genetik (Davidson 200 \).
Menurut Kanazawa el al. (\995) tc~iadinya
proses terscbut diatas discbabkan oleh adanya pelekatan senyawa antimikroba pacta pennukaan sel mikroba atau senyawa tcrsebut bcrdifusi ke dalam sel.
Gangguan pembentukan dinding sel Dinding scl baktcri mengandung pcptidoglikan yang terdiri dari turunan gula yaittl asam N-asctilglukosamin dan asam N-asetilmuramat scrta asam amino 1.alanin, D-alanin, D-glutamat, dan lisin (Fardiaz 1992).
Baktcri gram positif
mcngandung 90% pcptidoglikan serta larisan (iris a5am tcikoat dan asam teikuronat yang bennuatan negatif. Pada baktcri gram ncgatif, terdapat lapisan di luar dinding scI yang mcngandung 5-20% peptidoglikan (Gambar 2.3). Lapisan ini merupakan lapisan lipid kcdua yang disebut lapisan lipopolisakarida (LPS). Lapisan ini tersusun olch fosfolipid, polisakarida dan protein (Madigan e( of. 2000). Dalam upaya mencapai sasaran, senyawa antimikroba dapat menembus lipopolisakarida dari dinding seltersebut (Gambar 2.4).
13
Gambar 2.3 Struktur dinding dan membran sel bakteri Gram negatif (A) terdiri dari membran plasma 8 nm (a), peptidoglikan (b) dan membran luar 8 run (c); Gram positif (8) terdiri dan membran plasma 8 nm (a) dan peptidoglikan 15-80 nm (b) (Lovitt & Wright 2000)
Rlrm,tdehid
Oinding sel
Memt:ran sitopl3sma
Prous Silopluma p."abe<'l Konsenl,;asllinggi
"ph~nllcI2nol
",' ,,,'.,
Hg'" Fenol Klorheksi:lin
Aumlipofi~t
temah
Sisl.e<TI eteklron
t,"nsport
~~
Gambar 2.4 Target bahan pengawet terhadap sel rnikroba (Madigan el al. 2000)
14
Molekul-molekul
bcrsifat
yang
hidrofilik
lebih
mudah
melewati
lipopolisakarida dibandingkan dengan yang hidrofohik. Pada baktcri Gram positif. tidak ada lapisan lipopolisakarida, schingga molekul senyawa antimikroba yang ner",ifat hidrofilik maupun yang hidrofobik dapat mclcwatinya
(P,e~t
I qqq).
Penghambatan senyawa antimikroba adalah kemampuan suatu scnyawa antimikroba untuk mempengaruhi dinding sci mikroba (Ullce ('/
at
2000).
Nychas dan Tassou (2000) menyatakan bahwa minyak atsiri dapat menghambat cmim yang terlinat pada proonKsi encrgi dan pcmhentukan komponen ':'truktura\, sehingga pernbentukan dinding scI bakteri terganggu.
Mekanisme kerusakan
dinding scI dapal disebahkan oleh adanya akumll/8si komponcn /ipofi/ik FlOg tcrdapat pada dinding sel atau membran sel, sehingga menyebabkan pcrubahan
komp0"i"i penyu"un dinding ..e\. Bereaksi dengan Membran Sel Membran sitoplasma yang berperan pada kelltuhan sci dapal lerganggu penneabilitasnya oleh beberapa senyawa antimikroba yang dapat mcnyebabkan
kchoc()ran i"i "c\ "ehingga tran"fer i"i "e\ tidak terkontw\. B0C()mya mcmhran sitoplasma bersifat dapat pulih, dan dapat dideteksi dengan adanya perubahan jwnJah asam nuk/car dan pmtcin dalam medium scpcrti lelah dihuklikan ()/ch Bunduki e( al. 1995) pada Uvleria monocytogenes yang mengalami kerusakan
"uhkta\ pam" (56°C, 20 menit) atau J)Cmana..an "anitai"cr klmin (Antihaktcri 100 ppm, 20 men it).
Scnyawa
antimikroba
dapat
mempengaruhi integritasnya.
menyerang
membran
,>itoplasma
dan
Kerusakan pada membran ini mengakibatkan
pcningkatan pcrmcaoilita" dan tcrjadi kcoocoran sci, yang diikuti dcngan keluarnya materi intraseluler.
Mekanisme antimikroba minyak atsiri (karvakrol,
sitra/ dan geraniol) ada/all mengganggu lap;san to,>fnlipid d,iri membnm scI y,1ng menyebabkan pcningkalan permeabilitas sehingga kehilangan unsur penyusun sel
(Kim et al. \ q<)5). Penghambatan sintesis protein Simesis protein adalah pembentukan rantai polipeptida dari asam-asam amino melalui ikalan peptida (Prindle 1983).
Proses sintesis tersebut terdiri atas
15
beberapa lahap yaitu inisiasi, pcnggabungan kompleks asam amino, pembcntukan ikatan
peptida,
translokasi
dan
terminasi.
Scnyawa antirnikroba
dapat
menghambat sintesis protein bakteri, yailu senyawa tersebut bereaksi dengan
komponcn sci ribosom 50 S yang membcntuk
komplek~
pada lahar inisias; (tahar
3\\-al sintesis protein), schingga menstimulasi translasi yang salah, sdanjutnya ter:jadi pcnyimpangan dalam ribosom, yang mengakibatkan sintesis protein dilanjutkan dengan pasangan yang tidak tepat dan akhimya mcngganggu pemhentukan pwtcin (Nychas & Tassou 2000).
Gangguan fungsi material gcnetik Sinlesis protein merupakan hasi! akhir dar; proses transkripsi (sintcsis asam ribonukleat, tergantung DNA) dan proses translasi (sintesis protein tergantung
RNA), jika
senyawa antimikroba mcnghambat salah satu dari kcdua PT(\SCS
tersebut maka sintcsis protein akan terhambat (Best 1999). Senyawa anlimikroba dapat mengganggu pembentukan asam nuklear (DNA dan RNA), akibatnya transfer infonnasi genetik akan terganggu karena komponen ini mcnghambat aktivitas enzim RNA polimcrase dan DNA po\imcrase, yang selanjutnya
akan
menginaktivasi
atau
mcrusak
materi
genetik
sehingga
Jncngganggu proses pembdahan se/ (Kim el (II. 1995).
Isolasi Scnyawa Autimikroba Dari Tauaman Beberapa tahapan isolas! scnyawa antimikroba dari tanaman yailu dimulai dengan ekstraksi senyawa antimikroba, pemisahan dan fraksinasi, seTta pemumian komponen.
Permasalahan dalam proses persiapan Isolasi komponen tanaman
adalah teknik mendapatkan bahan sampcl yang proporsional dari jumlah sampcl yang bcsar dan beragam, kehilangan scbagian besar tanaman, perubahanperubahan enzimatik sebclum dan selama isolasi, perubahan-perubahan komponen bahan selama penggiiingan, kontaminasi bahan peralatan penggilingan dan perubahan komponen-komponen yang tidak stabil (Pomeranz & Meloan 1994).
Ekstraksi Ekslrak tanaman dapal diperoieh dcngan eara ekslraksi dengan peiarut, yailu mcmpertemukan bahan yang akan diekstrak dengan pelarut organik selama waktu
16
tertentu,
diikuti
pcmisahan
filtrat
terhadap rcsidu
bahan
yang diekstrak.
Urnumnya bahan yang akan diekstrak terlebih dahulu dikcringkan atau dikurangi kandungan air dalam bahan (Houghton & Raman \998).
Dalam proses ckstraksi rempah-rcmpah, komposisi, wama, aroma dan rendemen yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh jenis, ukuran dan tingkat kernatangan bahan baku, jenis pelarut, suhu dan waklu ckstraksi sc/1a metode ckstraksi (Farrel 1990).
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelarut untuk
mcngckstrak rempah-rempah antara lain: tidak herbau dan tidak bcrasa. schingga tidak mcmpengaruhi mull! produk akhir, mudah berpenctrasi k~rcna viskositasl1)'a rcndah sehingga efisk-osi ekstraksi linggi, mudah dipisahkan taora menimbulkan rcsidu sehingga produk dapat bebas dari pelarut dan dapat digunakan secara selcktif dengan bcroogai kondisi suhu dan tekanan
ck~traksi
untuk mcndapatkan
ckstrak dengan mutu terbaik (Moyler 1994). Pemilihan pelawt yang akan dipakai dalam
proses cksrraksi, harus
memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polarhas dan gugus rn1ar dari suatu senyawa. Scnyawa polar lehih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar lebih mudah larul dalam pelarut nonpolar.
Dcrajat po/aritas bcrganrung pada kcretapan dielektrik., makin bcsar
tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut (Houghton dan Raman 1998). Houghton dan Raman (1<)<)8) mengemukakan hahwa ekstraksi darat dilakukan seeara bcrturut-turut mulai dengan mcnggunakan pclarut nonpolar (nhcksana, sikloheksana, tolucna dan klorofarm) /alu menggunakan pclarut yang semipolar (dikloromctan, dieteil eter dan etil asetal), kemudian dengan pc1arut polar (mctanol, ciano! dan air).
Eks\raksi $Ceara bcrtahap scperti ini akan
mendapatkan ekstrak kasar yang mengandung berturuHurul scnyawa nonpolar, semipa/ar dan polar. JilOC
el
al. (1992) mengekstrak berbagai jenis rempah-rempah golongan
Zingiheraceae menggunakan pclarut hcksana scbagai pclarut nonpolar dan air sebagai pelarut polar.
Ekstraksi flavonoid dari akar man is yang dilakukan olch
Gordon dan Jin An (1995) menggunakan leknik l'kSlraksi bertingkat menghasilkan beberapa jenis ekstraksi sesuai pelarut yang digunakan. Mula-mula bahan yang roupa bubl.lk akar manis diekstrak menggunakan heksana sehingga dihasilkan
17
ekstrak heksana,
kemudian residunya diekstrak dengan meta/lOi
dihasilkan ekstrak metanoL
sehingga
Selanjutnya komponen daIam ekstrak metanal
diseparasi dengan ekstraksi pelarut menggunakan kloroform sehingga dihasilkan ekstrak kloroform. lokopriyambodo ef al. (1999) menyatakan bahwa hasil ekstraksi khususnya
dari Zingiberaceae dipengaruhi oleh jenis dan rasio pelarul, derajat kehalusan simplisia serta teknik dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan cara perkolasi dan maserasi tidak menunjukkan perbedaan terhadap kadar ekstrak, sedangkan PCi;]fUI
yang paling banyak menghasilkan ekstrak total adalah pelarut elanol : air (7 : 3, v/\').
Mctode ekstraksi yang juga pernah diapIikasikan untuk lengkuas (famili
Zingiberaceae) adalah menggunakan pelarut etanol dan campuran pcntana dan d:eli1 cter (1 : 1, viv), namun ekstrak elanol tidak memberikan
a~li\'ilaS
antimikroba terhadap mikroba Candida albieans. Kcc()mhrang
teml~uk
salah
satu
tanaman
famili
Zillgiheraceac
(Tampubolon el al. 1983). Ekstraksi dapat dilakukan menggunakan berbagai jenis pclarut hcrdasarkan kcpolarannya.
Valianty (2002) telah melakukan pcnc!itian
mengenai persiapan bahan (sampc!) bunga kecombrang hingga ckstraksi bubuk, yaitu dcngan cara : pc!epasan hclaian bung,a, pcngeringan dengan own 50"C sampai patah kcring. pcnggilingan dan penYlmpanan.
Hasil bubuk bunga
kecombrang kcring dilakukan ekstraksi dengan metode perendaman dcngan pe!arut etanol. Campuran hasil ekstraksi dan etanol kemudian dipisahkan. Fraksinasi
Metodc fraksinasi ekstrak tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa tcknik kromatograli dianlaranya adalah kromalograli kcrta'), kromalografi lapis lipis, kromatografi kotom dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pemilihan tcknik
pcmi~ahan
komponen dcngan teknik kromatografi terscbut,
sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan (Barbome 1996). T eknik
kromatografi
untuk
pemisahan
suatu
campuran
komponen
dipcngaruhi oleh sifat kdarutan dari komponen )'ang hersangkutan di dalam larutan pcngembangnya, interaksi komponen dengan bahan fase diam dan pclarut dengan fase gerak (Houghton & Raman 1998).
18
Kromatografi lapis (ipis merupakan me-lode pemisahan yang cepat dcngan peralatan sederhana dan banyak parameter percobaan yang dapat divariasi untuk mendapatkan pemisahan yang baik.
Kromalografi lapis tipis merupakan sistcm
pemisahan adsorbsi dan partisi. Lapisan yang memisahkan tcrdiri at35 fase
di~11l
ditempatkan pada penyangga befupa plat geias, logam atau iapisan yang coeok. CampurJ.n yang akan dipisahkan bcrupa larutan yang dispotbn pada plat, sehingga
menghasilkan
bcrcak
atau
pita
awal,
kemudian
plat
tersebut
dikcmb.:lllgk::m dengan larulan pengembang yang cocuk. Pcmisahan terjaJi sclama
peresapan secara kapiler, kemudian leThentuk spot-spot yang terpisah. lika spot tidak tampak dapat dilihat dcngan bantuan sinar ultr3violt't alau dengan menggunakan uap yodium (Houghton & Raman 1998).
Analisis Aktivitas Antimikroba Teknik yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikroba diantaranya MIC (Minimum Inhibitory Concentration), seleksi aktivitas antimikroba dcngan
Jifusi t.:a.kram Jan difusi sumur, pcncnluan kcrapaian :.Ikti\·itas antimikroba JCll"3n 0 kurva kematian sd dan pengamatan efek tisik dari aktivitas antimikroba dengan ,,'catlllillg elccrrol1 micJ"(Jsc<Jpc (Sara 200-t).
Pengharnbatan mikroba oleh suatu senyawa antimik.roba dinyatakan dengan
nilai MIC
yaitu konsenlrdsi tcrcndah yang dapat mcnghambat pcrtumbuhan
mikroba sebanyak 90 % dari inokulum asal selarna inkubasi 24 jam (Cost'nlino el
al. 1999). Nilai MIC dall MBC senyawa antimikroba dari ekstmk rcmpah-rcmpah maupun lanaman bcrbeda-beda bergantung pada jcnis mik.roba dan senyawa
antimikroba. Komponen fenolik dalam ekstrak teh yailu a-terpineol dan linalool, dapat membunuh £. coli masing-musing pada M[C 0,06 mglml (Carson & Riley 1995).
Antibiotika
siprofloksasin
dan
tobramisin
masing-masing
menghambat
pcrtumbuhan Pseudomonas cepacia pada l\·lIC 6,25 I1g/1111 dan 50 (McKelll1ey el al. 1994).
~lg/ml
Nilai MIC senyawa antimikroba yang (ebih rendah
menunjukkan baktcri lcbih scnsitif terhadap senyawa lcrsebuc Fase pertumbuhan bakteri berpengaruh pada sensitifitas bakteri terhadap
5ellyawa antimikroba. Menurut Thompson dan Hintom (1996) baktcri paJa fase
19
slasioner Icbih sensitif terhadap antimikroba asam lemak rantai pendek daripada bakteri fase pcrtumbuhan.
Hal ini disebabkan karena penambahan asam rantai
pendck seperti propionat pada fase pertumbuhan E. coli dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk 35am iemak yang berinkorporasi dengan atom karbon yang lain
ke dalam membran sitaplasma. Selcksi ak1i\'1ta5 antimikroba dengan difusi 5umur dan difusi cakram digunakan sebagai pengujian pendahuluan. Metodc illi dipengaruhi olch kctebalan lapisan agar dan volume minyak a15iri yang terserap dalam cakram. schingga mctode ini digunakan uotuk seleksi awal berrnacam-macam min yak atsiri atau
bennacam-macam mikroba yang diuji (Dorman & Deans 2000). Kerusakan dinding sel mikroba dan kebocoran kandungan sci mikroha akihat adanya interaksi dengan antimikroha dapal dipelajari dcngan SET'\'1 (Lambert dal.
2001: Burt & Reinders 2003).
Preparasi sampei
untuk analisis SEM perlu
mcnjamin bahwa pcrbcdaan pengamatan antam kontrol dengan perlakuan disebabkan oleh adanya pcrlakuan minyak atsiri dan bukan karena metode preparaSL
Mikroba Penguji Aktivitas Antimikroba Mikroba yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba yang penerapannya terutama pada pangan me!iputi bakterL kapang dan khamir. Mikroba-mikroba tersebut darat digolongkan dalam mikroba patogen dan/atau perusak yang dapa! dihambat pertumbuhannya dengan antimikroba dan rempahrempah. Kepekaan mikroba berbcda-bcda tcrganlung kompollcll aktif yang terdapat dalam tanaman.
Nilai MIC mikroha dari pengujian ekstrak tanaman terhadap
mikroba patogcn dan perusak pangan disajikan pada Tabe! 2.3.
20
Tabell.3 Nilai MIC mikroba bcrbagai ekstrak tanaman tcrhadap mikroba patogen dan perusak pangan Sumber Ekstrak Estrak Biji Atung Estrak .Tahe
Mikroba
S. oureWi, P. jluorescens V. cholera, E .coli dan S Typhi Ekstrak Buah P. aeruginosa, S. Typhimurium dan Atung S. aureus Ekstrak Daun B. sub/ilis, Beluntas S. Typhi P. jluorescens, Ekstrak Daun Salam B. cereus Ekstrak Biji S. aureus, Picung B. cereus B. cereus, Ekstrak Roseman' L plan/arum E. coli, Ekstrak Daun Sirih S. Typhimurium, P. jluorescens, S. aureus -Minyak atsiri S. aureus, Thyme P. aeruginoSll, E. coli Ekstrak B. cereus, P. aeruf{inosa Lengkuas Ekstrak S. allrells Curcuma Zanga Ekstrak Kulit E coli, B. cereus Kay_u Sikam
Nilai MIC
1,75 mg/ml
Pustaka Murhadi (2002)
3,95 mg/ml
5 mg/IllI
Radiati (2002)
10 mg/ml 7 mglg 7,5 mg/g
Moniharapon (1998)
24 mg/g 31,9mg/g
6,6 mg/g 39,7 mg/g 34,6 mg/g 62,5 mii!;; 0,6 mg/g >10 mg/g
2 mglml 2 mglml 2 mg/ml 3 mg/ml 0,12 mg/ml
0,24 mglml 0,12 mg/ml J mg/ml 7,5 mg/ml
I mglml
50
~lIml
Ardiansyah el af. (2003) Nuraida dan Dewanti (200 I) Nuraida eI 01. (1999) Campo el af (2000) Sugiastuti (2002)
Bruni (2004)
el
Rahayu (1999) Khattak e( al. (2005)
Saragih (200 I)
01.
21
Mikroba perusak pangan dan patogcn yang digunakan pada penelitian ini adalah dari jenis bakteri pcmbentuk spora yailu Bacillus cercus, positif yailu Slapily/ocoCt:us
negatif yailu
QureUS
bakteri Gram
dan Lis/eria monoc)'togenes, baktcri Gram
Salmonella Typhimuriulll dan Escherh'hh.1 coli. bakteri pcrusak
Pselldomonas aerHxinosa. dan kapang penyebab kerusakan yailu Penicillium fimiclIlusulII. AspeIXif{usj7tl\'US dan Rhi:wpus ulixo.\porus (Fardiaz & .lenie 1988)_
Bacillus cereus u Bacillus cereus mempunyai suhu optimum antara 28 - 35 C dan maksimulll 4S°C. Waktu generasinya antara 18 - 27 menit. B. cereus tumbuh pada range pH
yang lebar yailu dari ..L9 - 9,3 dan pada konsentrasi garam sampai 7,5%. Mcmpunyai spora yang relatif tahan panas, meskipun nilai D-nya bervariasi, nilai DIOII
bcrkisar dari 2.7 - 3.1 mcniL Proses genninasinya cepat dan pada bcbcrapa
galur terjadi dalam waktu 30 menit. Genninasi membutuhkan sejumlah molekul kecil yaitu glisin alau abnin dan purin ribosida (Jay 1996). Keberadaan baktcri ini perlu djwaspadai karena kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar menyimpan makanan matang tanpa perlakuan khusus atau memasak lanpa suhu pemanasan yang linggi. Makanan terse but potensial untuk terce mar oleh B. cercus. Bakteri ini menycbahkan keracunan yang tcrjadi di Eropa pada tahun 1906 (Jay 1996).
n. I.:ereus gatur CIP 51.27 dan Z 4234 merupakan baktcri yang paling scnsitif diantara bakteri Gram positif terhadap ekstrak rosemary dcngan konscntrasi 0,06% (Campo ef a'- 2000).
Staphylococcus ourew; Staphylococcus aureus merupakan mikroba tlora normal yang terdapat pada pennukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan.
S. aureus hanyak menccmari pangan karena tindakan yang tidak
higienis dalam penanganan pangan (Adam & Moss 1995). Suhu optimum pcrtumbuhan S. aureus adalah 35 - 37"C, suhu minimum 6,7°C dan suhu maksimum 4S,S°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 - 9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0 - 7,8. Pertumbuhan pada pH mcndckati 9,8 hanya
22
mungkin bila substratnya mempunyai komponcn yang baik untuk pertumbuhan
(Fardiaz & Jenie 1988). Minyak esensial dari thyme dapat menghambat S. aureus dengan konsentrasi
0,12 mghnl (Bruni el al. 2004). Ekstrak rosemary dengan konsentrasi 0,25% -
1,0% dapat bersifat bakterisidal terhadap S. aureus (Campo e( af. 2000). Baktcri gram positif seperti S. uureus Ichih sensitif terhadap 21 jenis minyak atsiri tumbuhan dibandingkan bakteri Gram negatif (Palmer el al. 1998).
Listeria mOllocytogenes Listeria monocylOgenes merupakan bakteri patogen dcngan sifat-siCat sebagai berikut: berbentuk batang, ukuran panjang 0,5 - 2,O).tIn, diameter OA-O.5j..lnl,
mempunyai flagella (motilitas positif), katalase positif, anaerobik fakultatif, mcmproduksi asam dari dekstrosa atau maltosa (tanpa gas), tumbuh pada suhu 2,544"C dan bcrsifat fcnnentatif (Fardiaz 1985). Pemah dilaporkan bahwa Listeria
mono()-'/ogenes dapat tumbuh pada suhu O°C, juga dapat hidup pada suhu 37°e
sclama lS hari dalam substrat yang mengandung NaCl 10,5% atau 10 hari (NaCI 13%) atau 5 hari (NaCI20%) dan pada suhu 4°C dapat bertahan hidup sampai 100 hari dalam substrat yang ml..":ngandung NaCI 10,5%.
Keberadaan spesies Lisleria mOnOGylogenes dalam produk pangan menjadi perhatian penting terutama pada industri pcngnlahan pangan tennasuk produkproduk olahan daging dan unggas (Ming e/ al. 1997). lumlah L. monocytogenes datam hahan pangan harus dikcndalikan dan tidak bolch Icbih
dan
salu sci per
gram bahan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah pengendalian keberadaan baktcri ini pada produk pangan yang di.simpan dingin (dalam lemari pendingin), karena dapat berkembang biak pada suhu O°C. Pada suhu 4,4°C. bakteri ini dapal lumbuh mcnjadi dua kali lipat sclelah 24 jam.
L. mono'Ylogenes sensitifterhadap 21 jenis minyak atsiri tumbuh-tumbuhan seperti minyak kayu putih, kayu manis, dan cengkch (Palmer el al. 1998).
L.
monocytogenes dapat dihambat dengan ekstrak cengkeh dan oregano nilai MIC
50-70 mg/ml, juga ekstrak sage dan rosemary dengan nilai MIC 70-100 mglml (Ting & Diebel 1992).
23
Salmonella Typhimuriurn ,\'almonella .\PP merupakan bakteri patogen yang harus negar(f pada produk
makanan. Salmonella dapat tumhuh pada kisaran suhu 5 - 45"e, dcngan suhu
optimum 37°C, mcskipun dapat tumbuh pada suhu di bawah lOne. pll optimum 6,5 - 7,5.
Memiliki kctahanan panas yang tinggi pada pH 5,5 dan u'" rendah.
Viabilitas SulmeJl1el1a menurun selama penyimpanan belu (Portillo 2(00). Salmonella terbagi menjadi 3 spesies yaitu S. Typhi, S. enlericu dan S. enteritidis. Salmonella Typhimurium
merupakan
spesies Salmonella
t.:nferiCl.J
serovar
Typhimurium (0' Aost 2000). Infeksi Salmonella pada bahan pangan ban yak mendapat perhatian, karena bakteri ini seringkali mcnjadi penyebab Food borne disease. Diperkirakan !cbih dari 113 kejadiall luaf biasa (KLB) yang makanan terinfeksi oleh Salmonella spp.
tc~iadj
discbabkan karcna !"ol1sumsi
Insiden ini terjadi dan cenderung
semakin mcningkat. tcrutama di negara-ncgara industri (Stock & Stolle 200!).
Salmonella
dapat ditekan pertumbuhannya dcngan minyak escnsial dari
bunga aywn dcngan nijai M1C sebesar 6,25 mgiml dan diamckr zona hambat scbcsar 19 mm (Shunying el al. 2005).
Escherichia coli Escherichia coli merupakan flora nonnal yang tcrdapat pada saluran penccrnaan
manus'la dan
hewan.
E
coli
mcrupakan
mikroba IXllogcn
Gram negatif yang banyak menimbulkan gangguan kcsehatan pada manusia. (Doyle et ul. 2001). Raktcri ini dapat tumbuh dalam kisaran suhu yang luas yaitu mulai dari I - 4S"C, schingga kemungkinan pangan terccmar bakteri ini sangat
bcsar bila pcnanganun
b~han
pangan kurung memaduj (Fafdiaz 1996).
Bakteri ini termasuk dalam gram negatif, bcrbentuk batang dengan ukuran 1,1 - 1,5
~ml
x 2 - 6 11m, bersifat moli! karcna adanya flagda.
Aktivitas
antimikroba minyak esensial dari bunga chrysan dapat menghambat E. coli pada konscntras'l 0,39 mg/ml dan diameter zona hambat sebesar 25 mm (Shunying el al. 2005).
24
AeromOlJa!)" hydrophila A. hrdrophilll termasuk baktcri Gram negatif yang senng menyebabkan
kc;jadian luar biasa karcna mengakibatkan gastroenteritis.
Suhu pcrtumbuhan
bakteri ini 4 -SoC sampai 42-43"C, dengan suhu optimum pel1umbuhan 2&oC dan pada kisaran pH 4,5-9.
A. hydrophila dapat tumbuh pada media yang
mcngandung !'\aCI dcngan konscntrasi 0 - 4%. Minyak esensial dari cengkch
pada 500 )..tg/ml dapat menghambat
perlumbuhan A. hydrophila dalam media mikrobioJogi paJa pengcmasan vakum (Davidson 200t).
Pseudomonas aerugillosa Pseudumunas sp. merupakan salah 5atu bakteri yang sering mcnimbulkan kebu.'>ukan paJa makanan sepcI1i pada susu, daging dan ikan; diantaranY3 ten.!ir;
dari spesics Pseudomonas aeruginosa,
P.
jluorescens,
dan
P.
putida.
Pseud(JIJJ(lllUS merupakan bakter; gram negati( bersiCat aerob dan dapat lumouh pada media sederhana, bentuk sel bervariasi dari batang, koma dan kadang-kadang buJat. oksiJase dan kataJasc positif (Doyle eJ al. 2001).
Pseudomonas sp. mudah tumbuh dan menycbabkan kerusakan pada beragam produk pangan dikarcnakan kcmampuannya untuk menggunakan berbagai sumber karbon bukan karbohidrat dan komponen nitrogen sederhana scbagai sumber energi, mampu mensintcsis sendiri vitamin dan faktor-faktor pcrtumbuhan lainllya. bersifat lipolitik. protcolitik dan pektinolitik, tumbuh baik pada suhu dingin (dalam lemari pendingin) dan mcnghasilkan senyawa-senyawa penyebab bau ousuk pada pangan (Frazier & Westhoff 1988).
P.
aer"~il1osa
dapat dihambat olch ekstrak ,\'yzYKium dcngan konsentrasi
1000 I-lg/ml (Djipa el al.
2000) dan dilaporkan oleh Messager el al. (2005)
aktivitas lea Iree oil dapat mcnurunkan 4 log sci P. aeruginosa selama waktu kontak 5 menit.
25
Kapang Kapang adalah keiompok mikroba yang tergolong dalam fungi y
mempunyai filamen. Bebcrapa jenis kapang yang dipclajari yaitu : (I) Rhizopus sp. yang sering disebut juga kapang roti kan:na scring tumbuh dan mcnyebabkan
kerusakan pada roti. Selaill itu kapang ini juga sering tumbuh pada sayuran dan huah-huahan. (2) Aspergillus sp. yang
tcrsehar luas di alam dan kebanyakan
spesics menycbabkan kerusakan makanan.
A ...,perKillus sp. tum huh baik pada
substrat dcngan konscntrasi gula dan garam linggi. olc11 karcna itu darat turnbuh
pada makanan dengan kadar air rendall. Grup ini mempunyai konidia berwarna hijau dan memhcntuk askospora yang tcrdapat di dalam aski dan (3) Penil..:iI/iulIl
sp. banyak tersebar di alam dan menyebabkan kerusakan pada sayuran, buahbuahan dan serealia (Fardiaz 1991).
8eberapa penelitian tclah membuktikan adanya aktivitas antikapang dari ekstrak tanmnan, antara lain dilakukan oleh Fitzgerafd et "I. (2005) menggunakan
vanilin dcngan konscntrasi 3 ruM untuk ruenghambat P. funiculosum. al. (2005) I11cnggunakan Arlemisil1 dcngan konscntrasi 10 - 40
menghambat pertumbuhan miselia Penicillium sp.
Kordali el ~tl
unluk
Vagi el al. (2005) telab
mcmbuktikan del pcnghambatan ckstrak etanof origwwflI terhadap ASjJergillus
sp. dengan konsentrasi 2,5 % b/v. Lopez el a/. (2005) menggunakan carvacrol, L'itrul, eUJ.:enol. Ihymnl
dan
l'unilin untuk menghalllbat diameter pertumbuh ..m
koloni A. flavils. Kapang ymlg scnng mcnycbabkan kerusakan pada produk pangan dap:.lt dilihat pada Tabel 2.5.
26
Tabel2.5 Jenis Kapang yang sering dijumpai pada komoditas pangan
Jenis Kapang
Bahan
I
03n!!3n
Susu buhuk
Keju Tclur
AJperlf,iiius glaucus, A. versicolor, Penicillium (yc/iporium, 1'. oxalicum, P. stoloniferum, P. viridicatum, Scopulariopsis brcvicclulis. P. expansum, P. L'immllne, A. candidus, Cladosporium herharum. Mucor rocemosu.~~,A. niger, A.jlavus, J'. oxalicu/~l. )'. puherulum P. cilrinum, P. viridicalum, P. verrucasum
Manisan buah
A. glaucus, Penicillium :-.p., Xeromyces hisporus. Mucor sp.. Rhi:=opus SjJ. Sumber: Syanefdan Hahd (1993)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Senyawa Antimikroba Kcmampuan senyawa antimikroba dalarn menghambat pertumbuhan bakteri dipcngaruhi oleh kestabilannya tcrhadap protein, lipid, garam d<m tingkat kcasaman (pI1) dalam medium pertumbWlan (Nychas dan 'j"assou 2000). 13t:bcrapa penelitian menunjukkan bahwa garam dapat meningkatkan daya ham bat senyawa leno!ik atau
miny~k
atsiri.
Bagamboula
e(
al (2003) melaporkan hahwa
penghambatan thyme dan kemangi terhadap Shigella sonnei semakin hesar dcnp;m meningkatnya konsentrasi garam. Pengaruh yang sama dari garam terhadap daya ham bat senyawa fenolik juga dilaporkan oIeh Campo et af. (2000) dimana daya ham bat terbesar ekslrak rosemary terhadap Leuconosfoc mesenfemidcs, LisfCril1
monocytogenes, Staphylococcus aureus,
Streptococcus mutans dan R. cereus
ditel1lukan pada kandungan garam yang tertinggi. Pengaruh penghambatan sage terhadap B. cereus dalam nasi juga meningkat dcngan penambahan garam (Nychas dan Tassou 2000).
Garam juga memberikan pengaruh sinergisme terhadap
senyawa fenolik BHA. Peningkatan konsentrasi garam dari
~%
menjadi 7% akan
menurunkan jwnlah BHA yang dibutuhkaJl untuk menghambat ,...,'. lJureus sebesar
dua kali (Stem el al. 1979). Tingkat keasaman (pH) merupakan faktor yang sangat mempengaruhi efektivitas senyawa antimikroba.
Sebagian besar senyawa antimikroha pangan
merupakall asam-asam lemah yang efektif dalam belltuk tidak terdisosiasi karena
I
27
dalam bentuk ini senyawa antimikroba tcrsebut dapat masuk dalam membran sitoplasma mikroorganisme (Davidson 1997).
Asam lemah dapat menurunkan pH sitoplasma, mempengaruhi struktur membran dan fluiditasnya scrta mengkclat ion-ion dalam dinding sel haktcri ~StraTford
2000). Pcnunman pH sitoplasma akan mcmpengaruhi protein struktural
sel, enZim-enzim, asam nuklcat dan fos101ipid membran (Davidson 19(7), Asam laktat dan a5am klorida dilaporkan darat mempengaruhi struklUf memhmll dan lluiditas bakleri Gram negatif llengan melcp:1skan L1-'S dari ou/er memhrane dan mcnyehahkan
memhran
menjadi
penneahel
terhadap
senyawa
hidrofobik
(Alakomi ef ut 2000), sedangkan :1sam sitrat, asam mala! Jan a..<;am tartara!
mengganggu perrncabilitas rnemhran dengan mengkelat kation-kation pada dinding sel bakteri (Strdtford 2000). Suhu dan
waktll pemanasan Juga mempengaruhi stabilitas senyawa
antimikroba. Senya\\a antimikroba yi.l.ng bl.!fsifat volatil akan mcnguap dan hibng
jika dipanaskan (Brancn 1991). Ewald ef or (J999) mc1aporbn hah\vn aKTl\'11as antibakleri kuersdin dan kaemferol dari golongan flavonoid menurUll scbesar dan 68 % dcngan adanya pemanasan pada suhu 60"C sclama 2 jam.
4~
28
DAFT AR PUSTAKA Abram V, Danko M.
1999. Tentative Identification of Polyphenols In Sempervivum leclOrum and assessment of the antimicrobial activity of Sempervivum L. .J Agric Food Chern 47(2):485-489.
Adam MR, Moss MO. 1995. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry. Cambridge. Adawi:yah DR. 1998. Kajian Pengembangan Metode Ekstraksi Komponen Antimikroba Biji Buah Alung (Parinarium glaberrinum Hassk) lTesisl. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogar. Alakomi HL, Skytta E, Saarela M, Mattila-Sandholm T. 2000. Lactic acid pemlcabilizes gram negative bacteria by disrupting the outer membrane. Appl Environ Microbial 66:2001-2005. Ardiansyah, Nuraida L, Andarwulan N. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Plucea indica L) dan Stabilitas Aktivitasnya Pada Berbagai Konsentrasi Garam dan Tingkat pH . .J Teknol dan Indusrri Pangan XIV:2 (90-97). Bagamboula CF, Uyttendaele M, Dcbcvere J. 2003. Antimicrobial clrcet of species and herbs on Shigella sonnei and Shigella jlexneri. J Food Prof 66:668-673 Baron EJ, Peterson LR, Finegold SM. 1995. Diagnoslic Microbiology. 9th cds. Bailey and Scott's Publisher. London. Best GK. 1999. Antibacterial Chemotheraphy. http://pharminto.com/publlmsb/ newdrgs.html. [20 maret 2004]. Branen AL, Davidson PM. 1993. Antimicrobial in Food. Marcel Dekker. New York. Rruni R el al. 2004. Chemical composition and biological activities of IShpingo essential oiL a traditional Ecuadorian spice from (korea quixos (Lam.) Kostcrm. (Laurcceae) flower calices. Food Chem 415-421. Bunduki MMC, Flanders KJ, Donnelly CWo 1995. Metabolic and Structural sites of Damage in heat and sanitizer-injured population of Listeria monocyfogenes. J Food Protect 58(4): 410. Burt SA, Reinders RD. 2003. Antibacterial activity of selected plant essential oils against Escherichia coli 0157:H7. Letters in Appl Microbial 36(3) : 162-167. Carson CF, Riley TV. 1995. Antimicrobial activity of the major components of the essential oil of Melaleuca alterntfolia . .J Appl Bacteriol 78: 264-269.
29
Campo 1D, Amiot MJ, Christophe NT.. 2000. Antimicrobial Effect of Rosemary Extract. J Food Protect 63(10): 1359- 1368 Cepeda ON. 2005. Aktivitas Ekstrak Flanol Serch «(ymbo,mw(Jn ,'tfralUS (fH .1 Stapf) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Vnotoksin pic!". i.."\ch.·-rft';!I': ,,"(;/1 Verotoksigenik [Thesisl Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Conner DE. 1993. Naturally occurin~ compounds. In Davidson P.M. and A.L Brancn. Antimicrohial in F'ood" 2nd, Marcel Dekker. Inc. New York. Cosentino S ef af. 1999. In vitro antimicrobial activity and chemical composition of Sardinian Thymus essential oils. Lelterrs in AppJ Microbiol29: 130-135.
IJavidson PM. i997. Chemical preservatives and nalural anlimicrohia/ (·(lmpounds. in !)()yl{~ MP, Hellchat LR. Montville TJ. editor. Food Microbiology:Fundamental and Frontiers. Washington DC: ASM Press. 2001. Chemical Preservativcs and Natural Antimicrobial Davidson MP. Compounds. Di dalam Doyle. M.P .. L.R. Beuchat dan T.1. Montville. Food Microbiology. ASM Press. Washington DC. D'Aost .IY. 2000. Salmonella. Di dalam: Lund BM, Baird·Parker Te. Gould GVv' (editor). The Microbiological .s'alety and Quality of Food. Volume 3. Maryland: Aspen Publisher Inc. Ojipa CO, oclmee M, Quetin-Leclercq J. 2000. Antimirobial activity of bark ,.::xtracls of Syzyxiumjamhos (L.) Alston (Myrtaceae). J Elhnopharm 71 :307· 313. Dorman HJD. Deans SO. 2000. Antimicrobial agents from plants: antihaClerial activity of plant volatile oils. J Appl Microhiol 88:308-316. Doyle MP, Beuchat LR, Montville TJ. 2001. Food MicrobioloX)'. ASM Press, Washington DC. Ewald C. eJ al. 1999. Effects of processing on major flavonoids m processed onion, green beans and peas. Food Chern 64: 231-235. Fardiaz S. 1985. Mikrobiologi Keamanan Pangcln (Jilid I). Fakultas Tcknologi Pertanian, IPS, Bogar. Fardiaz S, Jenie BSL. 1988. Mikrobiologi Pangan II. PAU Pangan dan Gi?i IPA, Bogar. Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pengolahan Pangan LanjUf. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
30
Fardiaz. S. 1996. Strategi Risel Bidang Mikrobiologi untuk Meningkatkan Keamanan Pangan di Indonesia. Orosi Ilmiah Guru Besar Tetap I/mu Mikrohiologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPE.
Farrel KT. 1990. Spices, Condiments and Seasonings. Westport. Connecticut.
AVI Pubs. Co. Inc.
Fitzgerald 0.1, Stratford M, Gasson MJ, Narnad A. 2005. Structure-Function Analysis of the Vanillin Molecule and Its Antifungal Properties. J Agric Food ehem 53:1769-1775. Frazier we, Westhoff. 1988. Food Microbiology. Tata McGra ...... ·Hill Pub!. Co .. Ltd. New Delhi. Gordon MH, ling An. 1995. Antioxidants activity of flavonoids isolated from Licorice. J Agric Food Chern 43:1874-1880 Gould OW. 1995. New method of food preservation. Professional Pub .• London.
Blackie Academic and
Haraguchi H ef aI. 1998. Antifungal activity from A. galanga and the competition for incorporation of unsaturated fatty acid in cell growth. Plan! Med 62(4):308. IImbone JB. 1996. Me/ode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (Penerjemah Padmawinata, K dan 1. Soediro). Penerbit ITB. Bandung. ilerbert RB. 1995. Biosintesis Metabolit Sekunder. (Terjemahan Srigandono B) IKIP Semarang Press. Semarang. Hidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obal indonesia. Edisi I: 440 - 441. Badan Penelitian dan Pengembangan Departcmcn Kcschatan Rcpublik Indonesia. Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory Handhook for The FracfOnalion of Natural Extract. Chapman & Hall. London. Jay JM. 1996. Modern Food Microbiology. Van Nostrand Reinhold Publ. New York . .Ienle HSI., 1Indriyani K, Dewanti R. 1992. Pengaruh metode ekstraksi jahe dan wnklU kOOiak terhadap aktivitas beberapa mikroba penyebab kerusakan pangan. Bill Pen lImu dan Tek Pangan III (2):1-16. litae el al. 1992. Antioxidant activity of tropical ginger extracts and analysis of the contained curcuminoids. J Agrie Food Chern 40:1337-1341.
31
jokopriyamhodo W, Wahyono S, Katno. 1999. Pcngaruh Illctode ekstraksi krh<-tduJ) k
cr.
1995. Antibactcria Activity of Some Essensial Oii Cnmponents Againts Five Foodbome Pathogens. J Agrie Food Chern 43( 11 ):2839-2845.
Kcun I, Davidson PM, Chung H.f. 2001. Antihacterial Activi1y in FXlracl~ of Camelia /aponica 1.. petal~ and h~ Arrlication 10 H Model Food SYS1:'1Il .I Food Prolecl 64 (8): 1255-1260. Kordait :"\ e.l ai. 20(15. Screening of chemical composition and antifungal and ijllil(l'l(ld,ml. 'l,).ivilij~s of the (~ssentjal oils from thrce Turkish Artemisia species.
J Agric Food Chern 53:1408-1416. Kubo A, Lunde CS, Kubo I. 1993. Antimicrobial activity of olive oil flavour compounds. J Agric Food Chern 40(6): 999-\ 003. Lambert RJW, Skandamis PN, Coote P, Nychas GJE. 2001. A study of minimum inhibitory concentration and mode of action of oregano essential oil. thymol and carvacroL J appl Microbiol 91 :453-462. i.VPCL AM,
SM, Palou E. 2005. Aspergillus jlavus gro\',1h in the lli" chemical prcscrvalivcs and naturally occurring antimicrobial compounds. Intern.J Food Microhiol 90: 119-128. AiUlIllOJa
p'.::~<.:nc\;
Lovitt RW, Wright C1. 2000. Bacleria. Di dalam Rohinson RK, nat! CA, Patei PD. editorial. Encyclopedia of food microbiology volume 1. Acadl~mic t'n:ss London. Madigan MT, Martinko JM, Parker 1. 2000. Biology of Microorganisms. Ninth Edition. Southern Illinois University Carbondale. Man J. 1987. Secondary Metaholism (2nd ed.). Clerendon Press. Oxfnni. McKenney 0, Willcock L, Tmeman PA, Allison DG. 1994. EfTect ofsub-Mic antibiotic Oil the ccll surFacc and extracellular virulence determinants of Pseudomonas cepacia. .J App! Baclerio/ 76: 190-195.
32
Messager S, Hammer KA, Carson CF, Riley TV. 2005. Assesssmer'll of the antibacterial activity of tea tree oil using the European EN 1276 and EN 12054 standard suspension tests. J limp Infect 59: 113-125. Ming X. Weber GH. Ayres .IW, Sandine WE. 1997. Bacteriocins applied to food packaging materials to inhibit Listeria monocyfogenes on meats. J Food Sci 62(2): 413-415. Moniharapon T. 1998. Kajian Fraksi Bioaktif dari Buah Atung (Parinarium glaberrimum Hassk) sebagai Bahan Pengawct Pangan l discrtasi]. Bogor: Program Pascasarjana, lnstitut Pcrtanian Bogar. Moyler DA. 1994. Spices Recent Advances. Di dalam Charambous (edition). Spices, Herbs and Edible Fungi. Elsevier. Amsterdam. Murhadi. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Komponen Antibakteri dan Biji Alung (Parinarium glaberrimum Hassk) (disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nikaido II. 1996. OU1er memhrane. In Neidhart, F.e. Escherichia coli and Salmonella Cellular and Molecullar Biology. ASM Press. Washington D.C. Nishina AK ct 01. 1991. 2,6-Dimetoxin-perfusi-benzoquinonc as an Antimicrobial Substance in the Bark of Phylloslachys heterocycla var. Pubsccns a Species ofThicks-Stemmed Bamboo. J Agric Food Chern 39:266269. Nuraida L, Andarwulan N, Kristikasari E. 1999. Aktivita<; antimikroha hiji piclJn~ (Pangium edule Reinw.) segar dan terfenncntasi lerh
33
Pomeranz Y, Meloan CE. 1994. rood Analysis, Theory, and Practice (3 rd Ed.). Chapman & Hall. New York. Prindle RF. 1983. Phenolic compounds. In Dlock SS. Ed. Sterilization and Preservation. Lea and Fibiger. Philadelphia.
Desinfection
Radiati LE. 2002. Mekanisme Penghambatan Virulensi Bakteri Enteropatogen oleh Ekstrak Rimpang lahe (Zingiber olficinale Roscoe) Idisertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rahayu WP. 1999. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga L. Swartz) Terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Pangan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ramsewak RS ef al. 1999. Biologically active carbazole alkaloids from Murraya koeni1!ii. J Agric Food Chem 47(2): 444-447.
Sara B. 2004. Essential oils: their antibacterial properties and potential applications in foods - a review. Intern J Food Microb 94:223-253. Saragih B, Betty SLJ, Wijaya CH. 2003. Potensi antirnikroba ekstrak kulit kayu sikarn (Bishoffia javanica BL) terhadap bakteri patogen dan peusak rnakanan. ProsidinX Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Ahli Tekn%gi Panxan Indonesia (PATP!); Yogyakarta, 22-23 Juli 2003. Shunying Z et al. 2005. Chemical composition and antimicrobial activity of the essential oils of Chrysanthemum indicum. J Elhnopharm 96: 151-158. Stem NJ, Smoot LA, Pierson MD. 1979. Inhibition of S'tuphylococcus aureus growth by combinations of butylated hydroxyanisole, sodium chloride and pH. J Food Sci 44:710-712. Stock K, Stolle A 2001. Incidence of Salmonella in minced meat produced in a European Union-approved cutting plant. J Food Protect 64(9): 1435-1438. Stratford M. 2000. Traditional preservatives organic acids. In; Robinson RK, Batt CA. Patel PD, editor. Encyclopedia qffood microbiology. volume 1. London: Academic Press. Sugiastuti S. 2002. Kajian Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) pada Daging Sapi Giling [tesisl. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Syarief R, Halid H. J993. TeknoJogi Penyimpanan Pangan. Arcan. Jakarta.