1
KESESUAIAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL ( STUDI KASUS : SMAN 71 JAKARTA KELAS XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPS 3 & XI IPS 4) Oleh: Paradat Eka Prasetya Syamsuddin Lubis dan Sari Narulita Ilmu Pendidikan Islam Universitas Negeri Jakarta
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi secara empiris dan komperhensif mengenai korelasi yang ada antara hasil belajar pendidikan agama Islam dengan akhlak siswanya yang dikhususkan pada tulisan ini di sekolah standar Nasional. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi kepada guru pendidikan agama Islam serta siswa SMA N 71 Jakarta. Selanjutnya dilakukan dengan menarik kesimpulan.Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hasil belajar pendidikan agama Islam dapat dikatakan sesuai dengan disiplin siswa namun relatif rendah. Bila hasil belajar pendidikan agama Islam dikatakan tidak sesuai dengan disiplin siswa maka akan relatif tinggi prosentasenya.Kata kunci: Majelis Dzikir, Remaja Putri , Akhlak, Akhlak kepada Allah, Akhlak kepada sesama makhluk Allah,dan sebagai suri teladan.
meningkatkan mutu pendidikan untuk
A. Pendahuluan Sekolah standar nasional adalah proyek
pemerintah
dalam
nantinya bersaing dengan bangsa lain. Sekolah
Standar
Nasional
program
mengembangkan pendidikan yang lebih
pemerintah memiliki rancangan perbaikan
baik lagi. Diproyeksikan Sekolah Standar
dalam bidang mutu pendidikan menuju
Nasional atau yang biasa disebut SSN,
perubahan yang lebih baik lagi serta
nantinya
suatu
mengembangkan sIstem pendidikan yang
perkembangan
sudah ada. Hal ini dapat dilihat dari segi
pendidikan di Indonesia yang lebih baik
pengadaan sarana dan prasarana sekolah
lagi. Pemerintah selalu berupaya agar
yang bertujuan agar menjadi lebih baik
model pembelajaran yang ada dapat
lagi.
perubahan
akan
memberikan
serta
Semua
itu
diharapkan
agar
2
mewujudkan
sekolah
yang
dapat
Sikap disiplin siswa dapat dilihat
menghasilkan output lanjutan yang lebih
dengan sesuainya sikap siswa dengan
baik lagi.
peraturan yang ada di sekolah. Displin
Sekolah Standar Nasional memiliki
siswa akan menjadi ranah afektif yang
klasifikasi siswa-siswi yang berkompeten
dinilai pada setiap keadaan terlebih dari
dalam nilai jauh dibandingkan sekolah
ranah kognitif yang dicapai siswa. Betapa
pada umumnya. Hal ini terlihat jelas
besar pun nilai siswa-siswi di setiap mata
dengan nilai hasil Ujian Nasional atau
pelajaran tidak menjadi dasar penilaian
yang biasa kita sebut dengan UN yang
orang lain ketika melihat sikap displin
diterima pada sekolah SSN tersebut.
siswa-siswi pada kehidupan sehari-hari
Misalnya saja Sekolah Menengah Atas 71
tidak
Jakarta
seharusnya.
yang
menerima
siswa-siswi
mencerminkan
apa
yang
yang
terkait
kedisplinan
siswa.
lulusan SMP dengan nilai Ujian Nasional
Problem
permasalahan
rata-rata 37.23. Nilai tersebut bila dirata-
dengan
tingkat
ratakan maka bisa diasumsi 9.4-an.
Misalnya saja beberapa sekolah standar
Dari pemahaman awal tentang
nasional yang telah lama menyandang
sekolah standar nasional maka yang
status sekolah standar nasional seperti
terbangun adalah sikap disiplin yang akan
SMA N 70 Bulungan, Jakarta Barat
dibentuk di sekolah standar nasional.
dengan SMA N 6 Bulungan di kotamadya
Disiplin ini adalah sebuah sikap yang
yang
sesuai dengan kesapakatan yang telah
disebutkan sebelumnya. Kedua sekolah
ditetapkan. Kesepakatan yang ditetapkan
yang bertitelkan sekolah standar nasional
dibuat oleh dewan guru dengan maksud
tersebut pernah beberapa kali masuk
baik kepada siswa di sekolah dan
media
disepakati
melanggar
oleh
siswa
dengan
rasa
tanggung jawab.
sama
dengan
dengan
sekolah
yang
perilaku
siswa
yang
tertib
yang
telah
tata
ditetapkan yaitu tawuran antar pelajar.
Siswa-siswi yang bersekolah di
Masalah disiplin siswa menjadi tingkat
Sekolah Standar Nasional sudah pasti
keseriusan yang tinggi. Sekolah yang baik
memiliki input dalam nilai yang memang
akan dipandang masyarakat tentunya
di atas dari siswa-siswi di sekolah
menghasilkan output yang baik pula.
lainnya.
Maka ketika terjadi kasus siswa di
Dengan
sebelumya
maka
penjelasan
di
pemahaman
atas anak
sekolah
standar
nasional
didapati
terhadap mata pelajaran sudah menguasai
membawa senjata tajam atau barang-
materi yang disampaikan oleh guru.
barang
benda
berbahaya
akan
3
menimbulkan sudut pandang masyarakat
mendapatkan nilai yang bagus. Hasil
yang kurang baik.
belajar yang bisa saja diukur dengan
Dari
masalah
yang
mengujikan apa yang telah disampaikan
mungkin masih belum dengan yang
pada proses belajar mengajar berbeda
diharapkan bagi yang menilainya. Bidang
dengan sikap displin yang sulit diukur
studi
dengan materi yang disampaikan.
terkait
yang
disiplin
akan
menjadi
perbandingan biasanya adalah bidang
Hasil belajar pendidikan agama
studi yang kaitannya dengan pengaturan
Islam dengan sikap displin memanglah
sikap siswa. Bidang studi yang terkait
suatu perbedaan yang sangat jauh satu
adalah pendidikan agama Islam dan
sama lainn dan tidak bisa disama ratakan
pendidikan kewarganegaraan. Akan tetapi
dalam menilainya. Nilai terukur dengan
yang menjadi sorotan adalah pendidikan
indikator bahan ajar sedangkan sikap
agama islam.
displin terukur dengan keseharian yang
Agama
mengajarkan
tentang
diterapkan dari indikator yang dipahami
perihal kebaikan yang harus dijalankan
dari bahan ajar. Nilai mungkin hanya
dan memang sebaiknya dilaksanakan
membutuhkan waktu lebih kurang 2 x 60
serta memberitahukan batasan apa saja
menit untuk mendapatkan hasil yang
yang seharusnya tidak diperbuat. Sikap
tercermin dari apa yang ia pelajari tetapi
displin pun diajarkan oleh agama agar
sikap displin membutuhkan waktu lebih
siswa-siswi bisa mempunyai sikap yang
banyak agar seorang guru mengetahui
baik sebagai wujud penerapan apa yang
bagaimana sikap seorang anak didiknya.
dipelajari pada bidang agama.
Nilai
Maka kaitannya nilai dengan sikap displin
agama menjadi cerminan sukses si anak
menarik untuk dikaji terlebih lagi di
dalam
Sekolah Standar Nasional yang memiliki
mengaplikasikan
apa
yang
dipelajari.
input yang baik dari sekolah sebelumnya.
Sebagaimana yang kita ketahui dan selalu
B. Kajian Teori
menjadi
A. Hasil Belajar
kendala
adalah
persentase
kegiatan belajar mengajar dikelas bidang studi agama kurang sekali dibandingkan
1. Pengertian Hasil Belajar Sebelum
kita
mendapatkan
dengan mata pelajaran yang lainnya.
pengertian hasil belajar ada baiknya kita
Maka dengan alasan yang demikian
mengetahui dahulu apa itu pengertian dari
seorang anak yang telah memhami materi
masing-masing kata, apa itu hasil dan apa
sesuai
guru
itu belajar. Menurut Kamus Lengkap
sepatutnya
Bahasa Indonesia ( KLBI ) , hasil adalah
dengan
sampaikan
indikator sudah
yang
4
akibat, kesudahan (setelah pertandingan,
Penulis menyimpulkan pengertian
ujian, dsb) sesuatu yang didapat dari jerih
belajar dari beberapa pengertian yang
payah, panen, pendapatan, perolehan,
sudah dipaparkan sebelumnya bahwa
buah. Hasil juga dapat diidentifikasikan
belajar merupakan suatu kegiatan yang
sebagai
disengaja dan dapat menimbulkan atau
sesuatu
yang
didapat
oleh
seseorang di akhir perbuatannya. Hasil itu
menghasilkan
perubahan
ada karena perbuatan sebelumnya dengan
seseorang
berupa
kata lain usaha yang dilakukan dari apa
pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
yang ingin dicapai.
keterampilan,
Maka
dari
beberapa
dalam
diri
pengetahuan,
kecakapan
serta
pengertian
kemampuan seseorang berkat pengalaman
tentang arti kata hasil, penulis dapat
dan latihan melalui interaksi dengan
menyimpulkan
lingkungannya.
bahwa
hasil
adalah
kesudahan melakukan sebuah tindakan
Setelah kita memahami dua arti dari
seseorang yang dapat dinotasikan dalam
masing-masing kata tersebut maka dapat
bentuk angka maupun huruf ( berupa
kita
kuantitatif ataupun kualitatif).
kemampuan terukur dari upaya belajar
Lalu setelah kita dapat memahami arti
seseorang berupa angka maupun huruf.
kata hasil
Tentunya angka dan huruf yang telah
selanjutnya
sebelum
kita
simpulkan
hasil
sebagai
belajar
pedoman
adalah
mengetahui makna hasil belajar atau
ditentukan
pengertiannya maka kita lihat arti kata
memberikan suatu ekspresi hasil belajar.
belajar terlebih dahulu. Menurut Oemar
2.
Hamalik pengertian belajar yaitu suatu
Pendidikan Agama Islam
bentuk
pertumbuhan
dan
Bentuk-bentuk
Hasil
dalam
Belajar
perubahan
Pembahasan bentuk-bentuk Hasil
dalam diri seseorang yang dinyatakan
belajar dalam skripsi ini meliputi Hasil
dalam cara-cara bertingkah laku yang
belajar
baru berkat pengalaman dan latihan. Dari
domain), Hasil belajar bidng afektif
pernyataan tersebut jelas kiranya belajar
(afective domain), dan Hasil belajar
akan membuat seseorang berubah dari
bidang psikomotor (psychomotor domain)
satu keadaan yang kurang menjadi suatu
. Akan tetapi yang akan dibahas disini
keadaan yang lebih mengetahui hal yang
hanyalah ranah hasil Hasil belajar di
belum diketahui sebelumnya. Hal ini
bidang afektif yang menjadi ide penulisan
nantinya akan dapat diukur dengan angka
tulisan ini. Secara garis besar pembahasan
yang menjadi nilai kognitif yang ia
Hasil belajar bidang afektif (Afective
dapatkan.
domain) sebagai berikut :
bidang
kognitif
(cognitive
5
1.
Sikap
arah dan intensitas konsep diri pada
Sikap
merupakan
suatu
dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
kecenderungan untuk bertindak secara
Target konsep diri biasanya orang tetapi
suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
bisa juga institusi seperti sekolah. Arah
Sikap
cara
konsep diri bisa positif atau juga negatif,
mengamati dan menirukan sesuatu yang
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam
positif. Kemudian melalui penguatan
suatu daerah kontinum, yaitu mulai dai
serta
rendah sampai tinggi.
dapat
dibentuk
menerima
melalui
informasi
verbal.
Perubahan sikap dapat diamati dalam
Konsep diri ini penting untuk menentukan
proses pembelajaran, tujuan yang ingin
jenjang
dicapai,
konsistensi
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah
sendiri, dapat dipilih alternative karir
penilaian
yang
keteguhan,
yang
dan
dilakukan
untuk
karir
tepat
mengetahui sikap siswa terhadap mata
informasi
pelajaran,
sekolah
kondisi
pembelajaran,
siswa,
bagi
siswa.
konsep untuk
diri
belajar siswa dengan tepat.
2.
4.
dengan
Selain
penting
memberika
pendidik, dan sebagainya. Minat
yaitu
itu bagi
motivasi
Nilai
Minat adalah suatu disposisi yang
Nilai merupakan suatu keyakinan
yang terorganisir melalui pengalaman
perbuatan,tindakan atau perilaku yang
yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk.
mendorong
memperoleh
objek
seseorang khusus,
untuk aktifitas,
Selanjutnya
dijelaskan
bahwa
sikap
pemahaman, dan keterampilan untuk
mengacu pada suatu organisasi sejumlah
tujuan
pencapaian.
keyakinan sekitar objek spesifik atau
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
situasi,sedangkan nilai mengacu pada
(1990:583), minat atau keinginan adalah
keyakinan.
kecenderungan hati yang tinggi terhadap
menjadi ide, target nilai juga dapat juga
sesuatu. Hal penting pada minat adalah
berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku
intensitasnya.
minat
arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
yang
Selanjutnya intesitas nilai dapat dikatakan
termasuk
perhatian
atau
Secara
karakteristik
umum afektif
Target
nilai
cenderung
memiliki intensitas tinggi.
tinggi atau rendah tergantung pada situasi
3.
Konsep diri
dan nilai yang diacu.
Konsep diri adalah evaluasi yang
5.
Moral
dilakukan individu terhadap kemampuan
Moral berkaitan dengan perasaan
dan kelemahan yang dimiliki. Target,
salah atau benar terhadap tindakan yang
6
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu
meliputi ketaatan dan hormat terhadap
orang lain, membohongi orang lain, atau
perjanjian yang dibuat antara siswa dan
melukai orang lain baik fisik maupun
sekolah.
Sekolah
psikis.
peraturan
dan
Moral
juga sering dikaitkan
yang
siswa
yang
akan
dengan keyakinan agama sesorang,yaitu
melaksanakan
keyakinan akan perbuatan yang berdosa
peraturan yang telah dibuat. Sekolah
dan berpahala. Jadi moral berkaitan
membuat peraturan karena sebuah sistem
dengan prinsip , nilai ,dan keyakinan
kepemimpinan yang baik harus memiliki
seseorang.
sebuah aturan yang disepakati bersama
Selanjutnya
merupakan
sebaik-baiknya
dari
agar mencapai tujuan yang sama yang
penilaian sikap yang penting juga dari
biasanya akan dituangkan ke dalam visi
ranah afektif adalah kejujuran. Misalnya
dan misi sekolah masing-masing. Sekolah
saja siswa harus menghargai kejujuran
dalam hal ini mempunyai sebuah tujuan
dalam berinteraksi dengan orang lain.
pendidikan yaitu memanusiakan manusia
Kemudian sikap yang merupakan bagian
dengan mengoptimalkan segi kognitif
dari
adalah
yang dilihat dari hasil belajar dan afektif
integritas, contoh yang mudahnya siswa
yang salah satunya dapat dilihat dari
harus mengikatankan diri pada kode nilai,
disiplin siswa. Antara siswa dengan
misalnya moral dan artistik. Lalu sikap
sekolah yang memiliki tingkatan yang
yang dibutuhkan pula yaitu adil karena
elbih
siswa harus memiliki pendapat bahwa
sekolah yang menaungi siswa. Maka oleh
semua orang mendapatkan perlakuan
karena
yang sama dalam memperoleh pendidikan
membuat perturan yang nantinya akan
dan yang terkahir adalah sikap kebebasan
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah
yang ditanamkan agar siswa harus yakin
pada
bahwa Negara yang demokratis memberi
khususnya.
ranah
kebebasan
afektif
yang
bagian
dengan
membuat
lainnya
bertanggung
tinggi
hal
adalah
sekolah
tersebut,
umumnya
sekolah
dan
siswa
karena
yang
pada
jawab
secara maksimal kepada semua orang
2.
Tujuan Disiplin Disiplin
merupakan
sebuah
B. Disiplin
kelanjutan dari tindakan yang dilakukan
1. Pengertian Disiplin
dengan sebab tatatertib tau peraturan yang
Disiplin kepada
memiliki
hukum
yang
makna
taat
ditetapkan. Oleh karena itu maka disiplin
berlaku
dan
nantinya
peraturan yang berlaku. Dalam artian
memiliki
tujuan.
Tujuan
penerapan disiplin siswa adalah untuk
7
menolong
anak
dalam
memperoleh
3.
Memiliki disiplin pribadi. Tidak
keseimbangan antara kebutuhannya untuk
perlu diatur oleh siapa pun tetap bertindak
berdikari dan penghargaan terhadap hak-
teratur dan tepat, tidak perlu di ancam
hak orang lain.
dengan hukuman, selalu patuh pada
Apabila maupun
orang tua
pendidikan
di
di
rumah,
ketentuan yang berlaku.
sekolah
4.
Sadar tentang batas kemampuan dan
mengetahui jika suatu lembaga atau
batas kemampuan pribadi menjadi “ The
instansi pendidikan hendaknya berjalan
Rigth Man in The Right Place”, tidak
dengan lancar dan memenuhi fungsinya,
perlu didampingi , atau amplop di bawah
maka perlu diadakan batas-batas tertentu
meja,
atau tata tertib atau peraturan yang harus
sendiri.
dilaksanakan dengan baik oleh semua
5.
dalam satu ruang linkup yang sama serta
merasa dan mengetahui serta bertanggung
dijauhi agar tidak dilanggar oleh semua
jawab untuk tiap tingkah laku, tidak
anggota-anggotanya
siswa-
pernah berjanji hanya untuk kesukaran,
siswa yang ada di dalam ruang lingkup
dan tiap perkataan di pertimbangkan
sekolah yang sama.
konsekuensinya.
termasuk
bisa
mendapatkan
pekerjaan
Mempunyai rasa kehormatan diri,
Kelima sifat di atas dapatlah di tarik suatu 3.
Kriteria Disiplin
kesimpulan tentang kriteria kedisiplinan
Kedisiplinan
erat
yaitu selalu siap untuk menjalankan tugas
hubungannya dengan sikap seseorang
sebagaimana mestinya, bersikap jujur,
yang sudah tertanam dalam kehidupan
tekun dan rajin, selalu hidup teratur dan
sehari-hari.
tepat
Untuk
sangat
dapat
mengetahui
dalam
menjalankan
kriteria kedisiplinan, ada beberapa sifat
bertanggung
positif ditinjau dari segi psikologis, sifat-
mandiri.
sifat tersebut antara lain :
Dalam
1.
pendidikan yang ada selalu di hadapkan
Pintar, terampil, rapi, sikap bekerja
kaitannya
setiap waktu.
pada
2.
dilakukan
Jujur, baik terhadap diri sendiri
jawab,
konsekuen
tugas,
dengan
serta
sistem
permasalahan-permasalahanyang siswa
dalam
lingkungan
maupun orang lain tanpa disumpah,
sekolah, hal ini merupakan tanggung
diawasi, oleh satpam, hansip atau polisi
jawab seorang guru untuk membina dan
tidak
membimbing
akan
menggunakan
kreativitas
untuk menipu, mencuri ,atau memeras.
siswa-siswa
agar
mempunyai sikap disiplin. Akan tetapi emamng banyak pendapat- pendapat yang
8
menyangkut
tentang
penghukuman
Berawal dari Permendiknas Nomor 15
terhadap siswa yang mulai berkurang dan
Tahun 2010 tentang Sistem Pelayanan
mengambil alternatif-alternatif lain yang
Minimal untuk menjamin tercapainya
mungkin lebih baik dan dimengerti oleh
mutu pendidikan yang diselenggarakan di
siswa-siswa, walaupun terkadang tidak
daerah
semua siswa mengerti dan peduli.
diterbitkan. Standar Pelayanan Minimal
maka
Permendiknas
ini
merupakan tolak ukur kinerja pelayanan 4.
Faktor- Faktor Yang Membentuk
Kedisiplinan
pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan oleh daerah
Untuk membentuk kedisiplinan itu
kabupaten / kota. Dalam Permendiknas
tidaklah mudah, tetapi suatu pekerjaan
No. 15 Tahun 2010.
berat, untuk itu perlu diketahui ada
2.
beberapa faktor yang dapat membentuk
(SSN)
kepribadian disiplin, di antaranya adalah
Kriteria adalah ukuran yg menjadi dasar
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
penilaian atau penetapan sesuatu. Dalam
intern adalah faktor yang berasal dari
kaitannya sekolah standar nasional maka
individu,seperti pembawaan,watak dan
juga
kepribadian. Sedangkan faktor ekstern
mendapatkan prediket sekolah
adalah faktor yang berasal dari luar
nasional. Kriteria untuk menjadi sekolah
individu,
standar nasional ada dua yaitu kriteria
seperti
faktor
keluarga,
Kriteria Sekolah Standar Nasional
mempunyai
kriteria
agar
standar
sekolahdan masyarakat. Selain dari dua
yang umum dan kriteria yang khusus.
faktor tadi masih ada faktor-faktor lain
C. Metode Penelitian
juga yaitu faktor pembawaan, keluarga, sekolah, masyarakat dan bimbingan. a.
Pembawaan
b.
Keluarga
c.
Sekolah
d.
Lingkungan masyarakat
e.
Bimbingan
Pengertian
Nasional
Setiap peneliti selalu dihadapkan pada persoalan yang menuntut jawaban yang sistematis dan akurat, oleh karena itu diperlukan adanya metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, untuk memecahkan dan mendapatkan jawaban atas persoalan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
C . Sekolah Standar Nasional 1.
bisa
Sekolah
Standar
melakukan
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
9
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field
menggunakan
research)
pendekatan
dengan penelitian
kualitatif. Penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Metode penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode survey, karena untuk mendapatkan data yang benar dan sesuai dengan fakta, harus diperoleh langsung dari sumbernya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
dengan
pendekatan
menggunakan
korelasional
yaitu
untuk
melihat hubungan antar variabel X (hasil belajar pendidikan agama Islam) dan variabel Y (sikap disiplin siswa).
SMA N 71 Jakarta di Jalan Kav. TNI AL,Duren Sawit, Kecamatan Jatinegara, Waktu
penelitian
dilaksanakan selama empat bulan, yakni dimulai pada bulan Maret dan berakhir bulan
Juni
2013.
Waktu
tersebut
merupakan waktu yang tepat untuk peneliti, karena pada bulan tersebut kegiatan belajar mengajar di sekolah masih aktif . 3. Sumber Data
data
merupakan
sekunder.
Data
data
diperoleh
yang
primer di
lapangan yang dianggap bahan pokok dalam pembahasan skripsi ini. Data tersebut berasal dari informan penelitian yaitu siswa SMA N 71 Jakarta dengan jumlah 40 orang siswa yang diambil secara random dari empat kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPS 3, dan XI IPS 4 yang masing-masing kelasnya diteukan hanya 10 orang siswa terbagi atas 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempan serta ditambahkan informan guru pendidikan agama Islam yang mengajar kelas XI yang
merupakan
wawancara
dan
sumber
dari
pengamatan
hasil secara
langsung. Data sekunder merupakan data
Jakarta berupa buku kumpulan hasil
Penelitian ini dilaksanakan pada
Timur.
dan
pendukung yang ada di SMA N 71
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Jakarta
terdiri dari dua macam, yaitu data primer
belajar siswa, buku catatan kelakuan siswa ( buku poin ), absensi piket ( keterangan terlambat, sakit, izin serta tanpa keterangan ) dan teman siswa yang dijadikan objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : a.
Interview atau wawancara
10
Wawancara
percakapan
lalu dilanjutkan ketika berada di kelas
dengan maksud tertentu. Percakapan ini
sampai mereka pulang sekolah. Observasi
dilakukan
dilakukan agar hasil wawancara lebih
oleh
pewawancara
adalah
dua
pihak,
yang
yaitu
mengajukan
konkret
dan
akurat
dalam
penelitian
yang
pertanyaan dan yang diwawancarai yang
mendeskripsikan
memberikan jawaban atas pertanyaaan
dilaksanakan. Dengan demikian observasi
itu.
di SMA N 71 Jakarta dilakukan sebagai
Peneliti menggunakan metode ini
untuk memperoleh data sikap disiplin apa
tindak
saja yang telah dilakukan atau bahkan
wawancara yang dilakukan sebelumnya.
belum dilakukan oleh seorang siswa. Lalu dengan wawancara akan diperoleh alasan
lanjut
penujnjang
dari
hasil
5. Teknik Analisis Data
tersebut.
Dalam menganalisis data, penulis
Wawancara yang terjadi juga berguna
menggunakan metode deskriptif kualitatif
untuk mendekatkan perspektif tentang
yang
pencapaian hasil belajar seorang siswa
diantaranya
dengan sikap disiplin yang ia lakukan
penyajian data, penarikan kesimpulan
atau belum lakukan.. Wawancara ini
atau
dilakukan kepada 40 orang siswa dari
pengumpulan data selesai, maka tahap
kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPS 3, dan
selanjutnya adalah mereduksi data yang
XI IPS 4 yang masing-masing kelasnya
telah
ditentukan secara random 10 orang siswa
menggolongkan,
yang terdiri atas 5 siswa laki-laki dan 5
membuang
siswa perempuan dari SMA N 71 Jakarta
mengorganisasi data, dengan demikian
dan guru pendidikan agama Islam seagai
maka dapat ditarik kesimpulan. Tahap
informan yang mengajar mereka.
kedua, data akan disajikan dalam bentuk
siswa
b.
akan
tindakannya
Observasi atau Pegamatan Observasi yang penulis laksanakan
adalah observasi langsung, yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar
terdiri
dari adalah
verifikasi.
kegiatan,
reduksi
Pertama,
diperoleh,
yang
tiga
yaitu
data,
setelah
dengan
mengarahkan, tidak
perlu,
dan
narasi, kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh. D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1.
Hasil
Belajar
Pendidikan
lain untuk keperluan tersebut. Observasi
Agama Islam Siswa SMA N 71
tersebut dilaksanakan di ruang lingkup
Jakarta
sekolah mulai dari awal masuk sekolah
11
Hasil belajar menjadi sebuah pengamatan
Dari tabel di atas siswa 1 sampai dengan
awal terhadap siswa atas proses belajar
siswa 10 merupakan hasil belajar siswa
yang telah di alami. Penelitian ini akan
kelas XI IPA 1 dari 10 siswa yang menjadi
merujuk kepada hasil belajar dari SMA N
objek penelitian terlihat delapan siswa
71 Jakarta. Data objek penelitian adalah 40
yang sudah tuntas berarti bisa dikatakan
orang siswa yang terdiri dari 4 kelas yaitu
80% dan sisanya 20% siswa tidak tuntas.
XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPS 3, dan XI IPS
Lalu kelas XI IPA 2 terlihat 90% siswa
4. Masing-masing kelas tersebut diambil
tuntas dan 10% siswa tidak tuntas. Hal tak
10 orang siswa dengan pembagian di
jauh berbeda dengan XI IPA 1, XI IPS 3
masing-masing kelasnya 5 siswa laki-laki
juga memiliki prosentase ketuntasan hasil
dan
Dengan
belajar mencapai 80% dan 20% siswa
narasumber
tidak tuntas. Kemudian selanjutnya XI IPS
penelitian ini maka perlu melihat hasil
4 memiliki ketuntasan yang cukup besar
belajar yang telah dicapai oleh siswa
yaitu 100% dengan demikian di kelas ini
tersebut.
objek penelitian tidak ada yang mengikuti
5
siswa
penjelasan
perempuan.
awal
oleh
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam lebih lanjut, hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa sudah cukup memuaskan dengan hampir bisa dikatakan 90% siswa tuntas tidak perlu mengikuti ulangan remedial bagi siswa kelas XI IPA maupun XI IPS yang beliau ajar. Siswa SMA N 71 Jakarta
kegiatan bagi siswa yang tdak tuntas berupa remedial. Dari kalkulasi data di atas maka terlihat bahwa 87.5% siswa dikatakan tuntas dari segi hasil belajar yang didapatkan dan sisanya 12.5% masih harus mengikuti remedial. Dari data ini maka hasil wawancara betul dikuatkan dengan temuan penelitian.
dalam keseharian memang terlihat biasa
Hasil belajar tersebut merupakan
tetapi mereka sebuah aset luar biasa dalam
sebuah hasil akhir yang siswa terima
mata pelajaran khususnya mata pelajaran
ketika siswa sudah mengikuti semua
Pendidikan Agama Islam.
Drs. Ali
tahapan pembelajaran di sekolah. Hasil
Hasymi Lubis juga mengatakan bahwa
belajar pendidikan agama Islam memiliki
hasil belajar yang siswa perolah merupakn
intensitas kepentingan dengan bidang studi
sebuah
cukup
atau mata pelajaran yang lainnya. Dengan
membanggakan karena pendidikan agama
prosentase tersebut maka hasil belajar
Islam
pendidikan agama Islam sudah dapat
prestasi
kadang
yang
dianggap
beberapa kalangan.
remeh
oleh
dikatakan bahwa mata pelajaran tersebut
12
mendapat perhatian secara umumnya.
Penelitian lanjutan yang dilakukan
Hasil belajar akan baik dimungkinkan
dengan cara observasi ketika berada di
dengan
kelas ketika mata pelajaran pendidikan
sikap
siswa
terhadapa
mata
pelajaran tersebut.
agama Islam berlangsung maka siswa yang
Dari 4 kelas tersebut terdapat kelas yang memiliki prosentase ketuntasan mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan mencapai angka 100%. Menurut siswa40 sebut saja namanya NR, ia mengutarakan bahwa
pendidikan
agama
Islam
merupakan mata pelajaran yang sangat penting juga selain mata pelajaran yang dijadikan
sebagai
Ujian
Nasional
.
menjadi
objek
kesemuanya
penelitian
memiliki
hampir
perhatian
yang
cukup baik. Cukup baik disini adalah ketika guru menjelaskan siswa langsung bertanya apabila siswa merasa belum paham atau masih kurang jelas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa memperhatikan apa yang guru jelaskan. Maka
peneltian
ini
menarik
Selanjutnya hal tersebut diutarakan oleh
kesimpulan bahwa hasil belajar pendidikan
siswa tersebut dengan alasan juga sebagai
agama Islam SMA N 71 Jakarta sudah
bekal kehidupan di akhirat sehingga harus
memiliki prosentase yang cukup tinggi
belajar dengan sungguh-sungguh pula agar
mencapai 87.5% siswa yang mencapai
hasilnya tidak kalah dengan mata pelajaran
target ketuntasan. Sisanya siswa yang
yang tidak ada kaitannya dengan dunia
belum
melainkan dengan akhirat . Berbeda
menyimpan beberapa hasil misalnya pola
dengan siswa yang masih di dalam satu
asumsi
kelas yang sama bahwa setiap hasil belajar
menyepelekann pelajaran agama Islam
harus dimaksimalkan dengan baik agar
sebagai pelajaran yang harus mereka ikuti
apabila ada mata pelajaran yang lain yang
dengan
kurang
mendapatkan hasil belajar yang baik
baik
Wawancara
bisa dengan
terbantu
nilainya.
siswa33
yang
mencapai
yang
target
mereka
sungguh-
ketuntasan
tanamkan
sungguh
guna
sehingga mereka terlena dan hasil belajar
berinisial HZ berbeda pendapat tersebut
mereka
yang
ini
disepakati sekolah terlebih juga SMA N 71
pendidian agama Islam telah ia dapatkan
Jakarta terakreditasikan sebagai sekolah
ketka masih kecil dan akan terus ia pelajari
standar nasional.
sebelumnya.
Bagi
siswa
jadi sudah jelas hasil belajar yang didapat akan baik.
2.
belum
mencapai
yang
telah
Sikap Disiplin Siswa SMA N 71 Jakarta
13
Disiplin mempunyai dua faktor secara
dengan kebutuhan ketika kegiatan
umumnya yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal
dari
pembawaan,watak
dan
pembelajaran luar kelas ). c) Siswa berada di dalam kelas
individu,seperti
selama kegiatan belajar mengajar
kepribadian.
berlangsung kecuali hanya dengan
Sedangkan faktor ekstern adalah faktor
izin guru yang bersangkutan.
yang berasal dari luar individu, seperti
d) Siswa tidak memainkan handphone
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat
di saat proses kegiatan belajar
sebagaimana yang telah dibahas pada
mengajar berlangsung.
pemabahsan teori. Selain dari dua faktor
e) Siswa tidak mengobrol dengan
tersebut maka disiplin masih memiliki
siapapun selama proses kegiatan
faktor-faktor
belajar
lain
juga
yang
dapat
mengajar
berlangsung
menunjang sejauh mana akan terlihat aatu
kecuali yang menyangkut materi
tidaknya betuk sikap disiplin tersebut yaitu
yang disampaikan oleh guru yang
faktor pembawaan, keluarga, sekolah,
bersangkutan.
masyarakat dan bimbingan. Tabel
yang
f) Siswa tidak makan dan minum
ditampilkan
merupakan sebuah data penelitian yang telah dikumpulkan dari objek penelitian yang
telah
dijelaskan
secara
selama di kelas ketika sedang
tersebut
kegiatan belajar mengajar. g) Siswa tidak membuang sampah di sembarang
rinci.
hanya
Pedoman penilaian poin yang pertama sampai pion ke sepuluh dengan penilaian yang telah dibuat sebelumnya. Pedoman
yang
telah
h) Siswa memperhatikan penjelasan guru
selama
kegiatan
belajar
mengajar berlangsung. i) Siswa selalu mengerjakan tugas
a) Siswa datang selalu tepat waktu ke sekolah.
tempat
melainkan
disediakan.
penilaian tersebut adalah sikap disiplin yang diamati ada 10 poin yang dibatasi :
di
tempat
yang diberikan oleh guru. j) Siswa berperilaku ramah terhadap
b) Siswa memakai pakaian seragam
guru yang mengajar di sekolah
sekolah serta atribut lainnya sesuai
dengan menegur sapa guru yang
dengan yang disepakati oleh pihak
dijumpai.
sekolah ( seragam harian, ikat pinggang berlabel sekolah, sesuai
Dari
tabel
tersebut
maka
dapat
di
prosentasekan disetiap poinnya. Tujuanny
14
adalah mengetahui penilaian sikap disiplin yang
bagaimana
yang
Penilaian kesesuaian hanya terbai atas
prosentase
sesuai atau tidak sesuai antara hasil belajar
dilaksanakannya tinggi dan prosentase
pendidikan agama Islam dengan disiplin
yang dilaksanakannya rendah.
siswa yan telah dapat dilihat dengan skor
Tabel tersebut mengindikasikan bahwa siswa di SMA N 71 Jakarta lebih banyak yang memiliki sikap disiplin di sekolah dibandingkan siswa yang belum memiliki sikap disiplin. Prosentase yang ada secara garis besar mewakili keseharusan. Disiplin
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Untuk menyatakan sesuai atau tidak sesuainya maka perlu dilihat pedoman yang dipakai agar semua data tersajikan dengan baik. Maka pedoman penilaian sesuai atau tidak sesuai adalah sebagai berikut :
sudah dapat diindikasikan bahwa SMA N
1.
71
yang dicapai siswa memiliki kesesuaian :
Jakarta
umumnya
siswa
yang
bersekolah disana memiliki sikap disiplin yang lebih tinggi dari sekolah umum biasanya. 3.
a) Jika
Ulasan
Hasil
dengan
Belajar
Agama
Disiplin
Islam
Siswa
di
Sekolah Standar Nasional
yang sudah dilakukan penelitian dan di analisis data selanjutnya akan dilihat kesesuaiannya dengan disiplin siswa. Hasil belajar pendidikan agama Islam di SMA N 71 Jakarta dengan proyeksi rata-rata dari hasil belajar yang telah di dapat dari hasil penjumlahan hasil ulangan harian pertama, tugas, ulangan tengah semester, ulangan harian kedua, hasil tes praktek, dan yang ujian
akhir
semester
yang
semuanya akan dibagi dengan jumlah item nilai yang di input.
kedisiplinan
range
hasil
belajar
siswa yang digunakan = ≥ 78 b) Jika
skor
kedisiplinan
menunjukkan skor huruf B maka
Hasil belajar pendidikan agama Islam
skor
menunjukkan skor huruf A maka
Pendidikan
terakhir
Untuk menyatakan hasil belajar
range
hasil
belajar
siswa yang digunakan = 77 – 75 c) Jika
skor
kedisiplinan
menunjukkan skor huruf C maka
range
hasil
belajar
siswa yang digunakan = 74 – 72 d) Jika
skor
kedisiplinan
menunjukkan skor huruf D maka
range
hasil
belajar
siswa yang digunakan = 71 – 69 e) Jika
skor
kedisiplinan
menunjukkan skor huruf E
15
maka
range
hasil
belajar
siswa yang digunakan = ≤ 68 2.
Untuk
menyatakan
yang tidak
sesuaia dengan melihat range hasil belajar pendidikan agama Islam yang diraih berada dicakupan skor kedisiplinan dengan skor huruf yang mana
sebesar 27.5% , dan sebaliknya data yang diperoleh dan tidak terdapat kesesuaian antara hasil belajar pendidikan agama Islam dengan sikap disiplin yang dimiliki siswa sebesar 72.5%. Prosentase jelas menunjukkan bahwa yang tidak terdapat kesesuaian hasil belajar pendidikan agama Islamnya dengan disiplin siswa di SMA N
Dari tabel tersebut maka dapat
71 Jakarta lebih besar dibandingkan yang
ditarik hasil penelitian berupa terdapat
mengalami kesesuian. Maka dalam hal ini
siswa yang mendapatkan hasil belajar
yang menjadi pokok penelitian akan
pendidikan agama Islam baik dengan tidak
terlihat pada hasil belajar pendidikan
remedial lalu disertai sikap disiplin siswa
agama Islam yang baik dan cenderung
tersebut
indikasi
sangat baik dengan indikasi sikap disiplin
disiplin sesuai dengan penjelasan indikasi
yang dimiliki siswa masih kurang disiplin
disiplin sebelumnya yang telah dipaparkan
bahkan belum disiplin.
yang
menunjukkan
di atas. Lalu ditemukan pula ragam siswa yang
mendapatkan
hasil
belajar
pendidikan agama Islam yang tergolong baik tetapi sikap disiplin yang dimiliki siswa tersebut dapat diindikasikan kurang baik sebagaimana paparan awal tentang sikap disiplin siswa. Kemudian terkahir ditemukan hasil penelitian bahwa siswa yang hasil belajar pendidikan agama Islamnya
kurang
baik
terindikasikan
sebagai siswa yang kurang atau bahkan belum memiliki sikap disiplin. Berdasarkan data penelitian yang di atas apabila diprosentasekan akan antara
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pendidikan agama Islam tidak dapat
dikatakan
memiliki
dengan disiplin siswa. Adapun data yang menunjukkan bahwa terdapat kesesuain hasil belajar pendidikan agama Islam dengan disiplin hanya berprosentase 27.5 % lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak
memiliki
kesesuaian
dimilikinya maka akan terlihat prosentase
yaitu
bserpprosentase 72.5% . Sekolah standar nasional sekalipun belum bisa dikatakan memiliki
kesesuaian
hasil
belajar
pendidikan agama Islam dengan disiplin siswanya.
siswa yang hasil belajar pendidikan agama Islamnya sesuai dengan sikap disiplin yang
kesesuaian
E.Kesimpulan & Saran 1. Kesimpulan
16
Bertitik tolak dari pemaparan yang
Dalam rangka meningkatkan mutu
peneliti susun yaitu mengenai kesesuaian
pendidikan dan untuk mencapai hasil yang
hasil belajar pendidikan agama Islam
lebih baik lagi disertai dengan
dengan akhlak siswa disekolah standar
pengembangan akhlak yang lebih
nasional yang terurai di dalam bab-bab
berkembang ke arah yang positif, mungkin
bahasan, serta dari hasil penelitian yang
ada baiknya, penulis memberikan saran-
telah penulis laksanakan di SMA N 71
saran yang ditujukan kepada berbagai
Jakarta, akhirnya penulis dapat menarik
pihak sebagai sumbangsih dan partisipasi
kesimpulan sebagai berikut:
yang mudah-mudahan bermanfaat bagi
Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMA N 71 Jakarta dengan sikap disiplin siswa di SMA N 71 Jakarta merupakan dua unsur yang berbeda. Hasil belajar pendidikan agama Islam bisa memiliki kesesuaian dengan disiplin siswa tetapi hanya dengan prosentase yang relatif rendah yaitu 27.5%. Dibandingkan dengan prosentase bahwa hasil belajar pendidikan agama Islam tidak memiliki kesesuaian
kita semua. Saran-saran tersebut adalah: 1.
Setiap guru harus mengetahui
proses awal siswanya bukan hanya sekedar tahu hasil akhir yang siswanya raih. Hal ini menjadi bahan pertimbangan terbesar khusunya dengan pendidikan agama Islam karena menitik beratkan hasilnya pada afektif siswa yang terjadi.
dengan disiplin siswa. Sekalipun sekolah
2.
tersebut adalah sekolah yang berstatuskan
menanamkan nilai-nilai yang baik guna
sebagai sekolah standar nasional. Hasil
menumbuhkan sikap mereka dalam
belajar siswa yang tinggi di sekolah
mencerminkan hasil belajar bidang studi
standar nasonal merupakn sebuah wujud
pendidikan agama Islam dalam kehidupan
kebutuhan siswa terhadap nilai
sehari-hari.
Dari beberapa hasil yang telah
3.
Seorang guru harusnya
Kepada guru-guru SMA N 71
peneliti paparkan sebelumnya maka
Jakarta agar lebih menjadi guru sebagai
peneliti menarik kesimpulan hasil belajar
pendamping serta motivator di mata
tidak bisa dijadikan acuan seseorang dalam
siswanya bukan sekedar alat bantu
menilai sikap sehari-hari yang ditunjukkan
menyampaikan suatu program pendidikan
dengan sikap disiplinnya.
pemerintah.
2. Saran
17
4.
Kepada guru agar memberdayakan
M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi
pendidikan agama Islam tidak hanya dari
Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Pers,
sisi kognitif saja akan tetapi dengan sisi
t.th. Muhammad Syata, Pengantar Media
afektif juga.
Pendidikan Bidang Study, IKIP Ujung
5.
Kepada guru juga akan penilaian
siswa di ikut sertakan penilaian afektif sehingga meminimalisasi tingkat siswa yang hasil belajar pendidikan agama Islamnya tinggi dengan disipinnya yang rendah. 6.
Kepada guru agar melihat disiplin
siswa sebagai poin yang menjadi dasar penilaian yang lebih dibandingkan dengan hasil belajarnya karena pendidikan agama Islam harus beriringan dengan sikap yang dihasilkan oleh siswa tersebut. Demikianlah saran yang dapat penulis berikan, semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang menaruh perhatian serta mencintai dunia pendidikan pada umunya.
F. Referensi
Pandang, 1990. Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta, 1998. N. K. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1998. Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Cet.I, jakarta, PT. Raja Grafindo, 1997 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm8. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 16 Wahyuddin , dkk, “ Pendidikan Agama Islam “, Jakarta : PT. Grafindo , hlm. 54 . 2002 Yuniar,tantri Sip., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Agung Media Mulia, hlm.233 Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, ( Bandung : Angkasa ,1984 ),hlm.69
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm 223-224. Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York : America Book Compani, t.th), hlm. 215. Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 3
