BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENCEMARAN AIR Definisi pencemaran air menurut surat Keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkan makhluk hidup, zat,energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1). Dalam pasal 2, air pada sumber menurut kegunaan/peruntukannya digolongkan menjadi: 1.
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3.
Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4.
Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan milik Negara (Achmad, 2004).
4
5
Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya bagi manusia. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam air tanah menjadi sumber air minum, mencuci, memasak, mandi, dan bersuci. Air tanah yang telah tercemar sangat sulit untuk dipulihkan kembali menjadi air bersih, meskipun beberapa logam berat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan biologis, misalnya pertumbuhan alga sebagai tumbuhan air namun jika jumlahnya berlebihan akan mempengaruhi kegunaannya karena yang timbul justru daya racun yang dimiliki logam berat, sehingga jumlah logam berat dalam air limbah harus diperhatikan sebelum dibuang ke lingkungan luar yang luas (Sugiharto, 2005). Daerah pemukiman juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari air. Limbah yang dihasilkan yaitu sampah dan air buangan yang mengandung deterjen. Limbah yang masuk dalam perairan akan menggangu ekosistem perairan dan secara langsung maupun tidak langsung yang berimbas juga pada manusia (Aliya, 2006).
B. LIMBAH 1. Definisi Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan
6
Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. 2. Indikasi Pencemaran Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian. a. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam. b. Perubahan warna, bau dan rasa Air normal dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang berbau dapat berasal dari limbah industri atau dari hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
8
c. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut. Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, bahan buangan anorganik. 3. Macam-macam limbah ada 3 macam: a. Limbah padat Limbah padat atau sampah, istilah ini diberikan kepada barangbarang atau bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat. Sampah merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sampah dapur (organik) maupun bahan-bahan berbahaya yang banyak dibuang oleh pabrik dan rumah tangga yang dapat digunakan kembali maupun yang tidak dapat digunakan kembali. Dampak negatif dari sampah tersebut dapat terjadi di tempat penampungan sementara (TPS) yang terdapat di setiap wilayah seperti di setiap RW atau Kelurahan, pasar dan sebagainya maupun di tempat penampungan akhir (TPA). Dampak negatif di TPS biasanya dalam bentuk bau yang kurang sedap karena terjadi penguraian secara
9
anaerob, kumpulan lalat di atas sampah yang dapat menimbulkan berjangkitnya penyakit dan estetika. Tempat penampungan sampah akhir (TPA) dalam bentuk penimbunan sampah terbuka akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena selain bau yang tidak sedap yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah, seperti gas H2S, NH3, CH4 juga dapat terjadi rembesan dari proses “leaching” logam-logam berbahaya ke dalam air tanah atau sumber air (Achmad Lutfi, 2009). b. Limbah Cair Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik pengolahan kawat, seng, besi-baja, sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, kemudian dibuang. c. Limbah Gas Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui
10
udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun (Suparni, 2009).
C. BESI Besi merupakan salah satu unsur logam transisi periode ke empat golonganVIII B yang mudah ditempa, mudah dibentuk, berwarna putih perak, dan mudah dimagnetisasi pada suhu normal. Dalam sistem periodik unsur besi mempunyai nomor atom 26 dan massa atom 55,847 sma. Dalam bentuk senyawa, besi mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +3. Logam besi terdapat dalam 3 bentuk, yaitu -iron, -iron, dan -iron. Perbedaan dari tiap bentuk besi tersebut adalah susunan atom-atom pada kristalnya. Secara kimia, besi merupakan logam yang cukup reaktif karena dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain seperti unsur halogen (florin, klorin, bromin, iodin, dan astatin), belerang, fosfor, karbon, oksigen, dan silikon. Di alam besi dalam bentuk senyawa-senyawa antara lain sebagai hematite (Fe2O3), magnetit (Fe2O4), pirit (FeS2), siderite (FeCO3). Besi murni diperoleh dari proses elektroforesis dari larutan besi sulfat (Sunardi, 2006). Fungsi bahan yang mengandung besi adalah mengangkut oksigen dan mediasi dalam rantai pemindahan elektron (Cotton, 2007).
11
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe > 12 mg/l, tapi dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain ataupun perkakas dapur. Air yang tidak mengandung O2 seperti air tanah yang sering kali berada sebagai Fe2+ yang terlarut, sedangkan pada air sungai mengalir terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ sulit larut pada pH 6-8, dapat menjadi ferihidroksida atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bias mengendap. Dalam air sungai besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloid (Kusnaedi, 1995).
D. FILTRASI ATAU PENYARINGAN Filtrasi atau penyaringan merupakan proses dimana air dibersihkan dengan melewatkan melalui bahan (media) yang berpori. Cara ini cukup dikenal masyarakat dan sering digunakan dalam berbagai pengolahan air.
Gambar 1 Filter Sederhana
12
Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau penyaring memisahkan campuran solida likuida dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary treatment). Air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka bahanbahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, maka saringan yang digunakan adalah single medium. Sebaliknya, seperti dalam penelitian ini, karena ukuran beragam maka digunakan saringan dual medium atau three medium (Sanropie,1984). Pada penelitian ini saringan zeolit yang digunakan berdiameter 40mesh. Dengan cara mengayak batuan zeolit tersebut dengan ayakan ukuran 50 mesh. Hal ini bertujuan untuk menyamakan diameter karena besar diameter media sangat berpengaruh terhadap hasil penyaringan. Ada beberapa alternatif media untuk penyaringan antara lain: a. Pasir Pasir merupakan media penyaring yang baik dan biasa digunakan dalam peroses penjernihan air. Ini dikarenakan sifatnya yang berupa butiran bebas yang porous, berdegradasi, dan uniformity. Butiran pasir memiliki pori-pori dan celah yang mampu menyerap dan menahan
13
pertikel dalam air. Selain itu butiran pasir juga mempnyai keuntungan dalam pengadaannya yang mudah dan harganya yang relatif rendah. Pasir berfungsi menyaring kotoran dan air, pemisah sisa-sisa flok serta pemisah partikel besi yang terbentuk setelah kontak dengan udara. Selama penyaringan koloid suspensi dalam air akan ditahan dalam media porous tersebut sehingga kualitas air akan meningkat (Kusnaedi,1995). b. Kerikil Kerikil berfungsi sebagai media penyangga dalam proses filtrasi, agar media pasir tidak terbawa aliran hasil penyaringan, sehingga penyumbatan dapat dihindari. Diameterkerikil yang digunakan biasanya antara 1 – 2,5 cm. Batuan kerikil mempunyai bentuk yang tidak beraturan namun ukurannya dapat disamakan melalui proses pengayakan analisa krikil. Di Indonesia pembagian fradasi krikil sesuai dengan lubang ayakan yang terdiri dari 5 mm, 10 mm, 15 mm, 20 mm, 25 mm, 40 mm. b. Arang Aktif Arang aktif adalah bahan padat berpori yang terbentuk dari hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Unsur utamanya terdiri atas karbon terikat, abu, nitrogen, air, dan sulfur. Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon tinggi dan kadar abu rendah. Arang tempurung kelapa termasuk arang yang sudah diaktifkan sehingga poriporinya terbuka, dengan demikian gaya absorbsi menjadi lebih besar. Pori-pori arang aktif tersebut bersifat menyerap.
14
Arang aktif yang sering disebut karbon aktif dan biasa dimanfaatkan untuk bahan bakar juga digunakan untuk keperluan pengolahan air karena memiliki daya serap dan absorbsi yang kuat untuk gas atau bau dan warna pada air. Arang yang biasa dimanfaatkan untuk pengolahan air ada 2 bentuk yaitu bubuk dan butiran. Arang aktif juga sering digunakan dalam proses pengolahan akhir terhadap air untuk proses industri dan air mineral. Pada proses ini arang aktif akan menahan bahan organik terlarut, menghilangkan bau dan rasa dalam air serta mengabsorbsi ion-ion logam berat, ketebalan media arang aktif untuk filtrasi setinggi 10 – 20 cm (Sutrisno,1987).
E. ZEOLIT Mineral alam zeolit biasanya masih tercampur dengan mineral lainya seperti kalsit, gypsum, feldspar, dan kuarsa dan ditemukan di daerah sekitar gunung berapi atau mengendap pada daerah sumber air panas. Zeolit juga ditemukan sebagai batuan endapan pada bagian tanah jenis basalt dan komposisi kimianya tergantung pada kondisi hidrotermal lingkungan lokal, seperti suhu, tekanan uap air setempat dan komposisi air tanah lokasi kejadiannya. Deposit mineral alam zeolit yang cukup besar ditemukan dibeberapa Negara seperti, Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang, Australia, Kuba dan beberapa Negara Eropa bagian timur seperti Ceko dan Hunggaria.
15
Di Indonesia, zeolit ditemukan pada tahun 1985 oleh PPTM Bandung dalam jumah besar, diantaranya tersebar di beberapa daerah pulau Sumatera dan Jawa. Namun dari 46 lokasi zeolit, baru beberapa lokasi yang ditambang secara intensif antara lain Bayah, Banten, Cikalong, Tasikmalaya, Cikembar, Sukabumi, Nanggung, Bogor, dan Lampung. Pemanfaatan zeolit masih belum banyak diketahui secara luas sehingga saat ini dipasarkan masih dalam bentuk alam terutama pada pemupukan bidang pertanian (Tamzil Las, 2008). Zeolit merupakan kristal alumina silika yang berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan ronggarongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O. Stuktur zeolit sejauh ini diketahui bermacam-macam, tetapi secara garis besar strukturnya terbentuk dari unit bangun primer, berupa tetrahedral yang kemudian menjadi unit bangun sekunder polihedral, membentuk polihedral, dan akhirnya unit stuktur zeolit (Sinly, 2007). Digunakannya zeolit dalam penelitian ini, karena banyak keuntungan, yaitu: 1. Bebas lumpur dan endapan. 2. Biaya cukup murah. 3. Bebas dari bahan kimia berbahaya pada efluennya.
16
4. Mudah penanganan bahan-bahan kimianya karena hanya menggunakan NaCl (bila dibandingkan dengan proses kapur soda abu). 5. Dapat menghasilkan air dengan kesadahan 0, dimana untuk proses lime soda tidak dapat dicapai. 6. Sederhana dalam pengoperasian (pengoperasian seperti pada saringan pasir cepat) (M.Ridwan,2005). Mineral zeolit adalah kelompok mineral alumunium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz. nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca, dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisien dari H2O, serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis (M+2, M2+) Al2O3.gSiO2.zH2O, M+ berupa Na atau K dan M2+ berupa Mg, Ca, atau Fe. Li , Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M+ atau M2+, g dan z bilangan koefisien. Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, dan coklat. Karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas zeolit antara 2,0 - 2,3 g/cm3, dengan bentuk halus dan lunak. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation logam, dan molekul air (Sanropie.1984). Morfologi dan sistem kristal zeolit. Zeolit berbentuk kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung muatan positif dari ion-ion logam alkali dan alkali tanah dalam kerangka kristal tiga dimensi, dengan setiap oksigen membatasi antara dua tetrahedral.
17
Gambar 2 Batuan Zeolit Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu: a) struktur seperti rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular dan prismatic, contoh: natrolit, b) struktur seperti lembaran (sheet-like structure), dengan bentuk kristal platy atau tabular biasanya dengan basal , contoh: heulandit, c) struktur rangka, dimana kristal yang ada memiliki dimensi yang hampir sama, contoh: kabasit. Zeolit mempunyai kerangka terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan adsorpsi Ca bertukar dengan 2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si. Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari rongga-rongga yang berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas. Morfologi ini terbentuk dari unit dasar pembangunan dasar primer yang membentuk unit dasar pembangunan sekunder dan begitu seterusnya (Sugiarto,1985). Berdasarkan pada asalnya zeolit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu zeolit alam dan zeolit sintetis. Zeolit alam pada umumnya, dibentuk oleh reaksi dari air pori dengan berbagai material seperti gelas, poorly cristalline clay, plagioklas, ataupun silika. Bentukan zeolit mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada Na+, K+ dan Ca2+. Pembentukan zeolit alam
18
ini tergantung pada komposisi dari batuan induk, temperatur, tekanan, tekanan parsial dari air, pH dan aktivitas dari ion-ion tertentu. Sedangkan zeolit sintetis mineralnya dibuat tidak dapat persis sama dengan mineral zeolit alam, walaupun zeolit sintetis mempunyai sifat fisik yang jauh lebih baik. Beberapa ahli menamakan zeolit sintetis sama dengan nama mineral zeolit alam dengan menambahkan kata sintetis di belakangnya, dalam dunia perdagangan muncul nama zeolit sintetis seperti zeolit A, zeolit K-C dan lain-lain (R.Saputra,2006). Zeolit sintetis terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada temperatur dari temperatur kamar sampai dengan 2000C pada tekanan atmosferik ataupun autogenous. Metode ini sangat baik diterapkan pada logam alkali untuk menyiapkan campuran gel yang reaktif dan homogen. Struktur gel terbentuk karena polimerisasi anion aluminat dan silikat. Komposisi dan struktur gel hidrat ini ditentukan oleh ukuran dan struktur dari jenis polimerisasi. Zeolit dibentuk dalam kondisi hidrothermal, bahan utama pembentuknya adalah aluminat silikat (gel) dan berbagai logam sebagai kation. Komposisi gel, sifat fisik dan kimia reaktan, serta jenis kation dan kondisi kristalisasi sangat menentukan struktur yang diperoleh (Kusnaedi, 1995).
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYARINGAN Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penyaringan yaitu antara lain :
19
1. Temperatur Efisiensi penyaringan juga dipengaruhi oleh temperatur, karena temperatur
mempengaruhi
kecepatan
reaksi-reaksi
kimia
serta
metabolisme bakteri dan mikroorganisme lainnya selama penyaringan. Temperatur yang baik apabila aktivitas bakteri tinggi, dengan tingginya aktivitas maka terbentuklah lapisan lendir pada media filter sehingga partikel-partikel yang lebih kecil dari porositas media penyaring dapat bertahan lama (Sularso, 1998:20). 2. Kualitas air Kualitas air yang diolah semakin baik, maka akan baik pula hasil penyaringan yang diperoleh, Jika kadar pencemar air tinggi maka masa operasi filter akan pendek (Sularso, 1998:19). 3. Diameter media Menurut Huisman semakin halus butiran yang digunakan sebagai media penyaring, semakin baik air yang dihasilkan. Jika diameter butiran kecil, akan meningkatkan penyaringan. Hasil pengolahan hasil yang paling efektif menurunkan kadar Fe pada susunan pasir-zeolit, yaitu menurunkan 93,52 %. Dari alat pengolahan air dengan media mampu menurunkan kadar Fe di atas standar, sedangkan dengan media dapat menurunkan kadar
Fe
dibawah
standar
yang
ditetapkan
907/MENKES/VI/SK/2002 (Sularso,1998:).
Kepmenkes
No
20
4. Waktu Kontak Waktu kontak yang pada penelitian ini dipengaruhi oleh diameter alat dan panjang media pada tabung filter tersebut. Waktu kontak ini merupakan waktu dimana air yang disaring berhubungan atau berikatan dengan media zeolit yang dipakai. Pada sistim filtrasi ini diameter media yang digunakan ± 40 mesh dan panjang medianya 20 cm dengan menggunakan aliran maksimal.
G. ANALISIS Fe(III) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Optimasi panjang gelombang dilakukan dengan baku seri 1mg/l, 5mg/l, 10mg/l dan variasi panjang gelombang (λ) (380nm, 390nm, 400nm, 410nm, dan 420nm). Hasil absorbansi baku seri tersebut mengalami kenaikan pada panjang gelombang (380nm dan 390nm) sedangkan pada variasi panjang gelombang 400nm, 410nm, dan 420 mengalami penurunan. Sehingga panjang gelombang maksimum yang digunakan untuk pengukuran absorbansi adalah 390 nm Optimasi waktu kestabilan pada spektrofotometer dilakukan dengan baku seri 1 mg/l, 5 mg/l, dan 10 mg/l dan panjang gelombang 390 nm serta variasi waktu kestabilan (5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit). Hasil absorbansi baku seri tersebut mengalami kenaikan pada variasi waktu 5 dan 10 menit sedangkan pada waktu 15 dan 20 menit mengalami penurunan absorbansi. Sehingga waktu kestabilan reaksi yang maksimum untuk pengukuran absorbansi adalah 10 menit
21
Prinsip dari pemerikasaan ini adalah larutan Fe(III) dalam suasana asam akan bereaksi dengan KCNS membentuk warna merah jingga. Warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna baku yang telah diketahui kadarnya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 390 nm.
H. SPEKTROFOTOMETER 1. Pengertian Sperktrofotometer adalah suatu alat untuk mengukur transmisi atau absorban suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang. Pengukuran terhadap sederet sampel pada satu panjang gelombang tunggalpun dapat dilakukan. 2. Jenis Ada tiga jenis spektrofotometer yang dikenal, yaitu: a) Single beam (berkas sinar tunggal) spektrofotometri Spektrofotometri jenis ini banyak digunakan karena cukup murah tetapi memberikan hasil yang memuaskan. Spektrofotometri jenis ini hanya satu berkas sinar sehingga dalam praktek pengukuran sampel dan blangko atau standar harus dilakukan bergantian dengan sel yang sama. b) Double beam (berkas ganda) spektrofotometri Spektrofotometri jenis ini biasa ditemui pada spektrofotometri yang telah memakai automatis absorbansi (A) sebagai fungsi panjang
22
gelombang (). Spektrofotometri jenis ini mempunyai dua buah berkas sinar sehingga dalam pengukuran absorbansi tidak perlu bergantian antara sampel dan blangko, tetapi dapat dilakukan secara parallel. c) Gilford spektrofotometri Spektrofotometri jenis ini banyak digunakan di laboratorium biokimia
san
mempunyai
beberapa
keuntungan
dibandingkan
spektrofotometri biasa karena mampu membaca absorbansi (A) sampai satuan 3 (spektrofotometri biasa 0,1-1,0). 3. Metode Ada tiga jenis teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrofotometri, yaitu: a. Metode standar tunggal Metode ini sangat praktis karena menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya, selanjutnya absorbansi larutan standard an sampel diukur dengan spektrofotometri. Rumus perhitungan kadar sampel: Absorbansi sampel x C baku x P sampel Absorbansi baku b. Metode kurva kalibrasi Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi selanjutnya absorbansi masing-masing larutan
23
tersebut diukur dengan spektrofotometri. Kemudian dibuat grafik antara konsentrasi dengan absorbansi yang merupakan garis lurus melewati titik. c. Metode adisi standar Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matrik)sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambahkan terlebih dahulu dengan sejumlah tertentu larutan standard an diencerkan seperti pada larutan yang pertama. 4. Kesalahan spektrofotometri Ada beberapa kesalahan dalam pengukuran secara spektrofotometri antara lain kuvet yang kotor atau tergores, sidik jari yang dapat menyerap radiasi sinar ultra violet, penetapan kuvet yang tidak seragam, adanya gelembung udara atau gas dalam lintasan c, panjang gelombang yang dihasilkan sudah tidak cocok dengan yang tertera pada instrument, dan kurangnya ketelitian dalam mempersiapkan larutan contoh. 5. Komponen spektrofotometri Komponen yang terpenting dari suatu spektrofotometri adalah sebagai berikut:
24
Sumber
monokromator
sampel
detektor
Pengganda
Piranti baca a. Sumber energi cahaya yang berkisenambung yang melewati daerah spektrum. b. Monokromator, yaitu suatu piranti yang menghubungkan dengan pita sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. c. Wadah untuk sampel d. Detektor yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. e. Pengganda dan rangkaian berkaitan yang membuat isyarat listik memadai untuk dibaca. f. Sistem baca yang diperagakan besarnya isyarat listrik (Day R.A A.L Underwood, 1999).