Naik dengan Percuma
oleh : Andrea Hifran berdasarkan : Naik dengan Percuma versi : 2008/07/19
1. FADE IN: EXT. CERUKAN BUKIT - SENJA Langit hampir gelap di sebuah bukit yang di tengahnya diiris untuk jalur rel trek tunggal. Suara KERETA API terdengar lemah. ANGLE ON - kaki seseorang yang sedang melepas SANDAL dalam gelap. Di tangannya terlihat segulung kecil KAWAT. EMAN (O.S.) Pokoknya, camkan semua yang kamu dapat dari training. Apapun instruksinya, lakukan. Jangan banyak tanya. Mengerti? WAWAN (O.S.) Ya, Pak. Kaki melangkah pelan di atas PIPA yang melayang di udara. Sampai tengah pipa, tangan terlihat melingkarkan kawat ke pipa dan membuat simpul. EMAN (O.S.) Kalau kerjamu bagus, dapat dua puluh tiga puluh nasabah di kontrak pertama, aku jamin, kamu pasti langsung diangkat. Karyawan tetap. Rel mulai diterangi lampu dari jauh. EMAN (O.S.) Kamu tahu kalau harus pegang kelas satu dulu, kan? _Main receh dulu. Keluar masuk kampung. Pancingannya yang simpel-simpel saja. Modal usaha kek, beli motor kek. Jangan takut sama orang-orang leasing. Jangan gengsi. Sepasang KAKI jatuh. Telapaknya tidak rata, sehingga terlihat kalau kaki itu menggantung. Kaki itu kejang-kejang, lama-lama semakin hebat. Suara kereta semakin keras. Lampu kereta api menyinari kaki dari belakang. Kaki yang mengejang hebat diterjang LOKOMOTIF dari belakang, terputus, darah belum mengucur, sebelum ... MAIN TITLE ... menutupi sebagian besar kaki. Teks menghilang. Yang tersisa dari kaki tinggal paha. Tungkai tinggal beberapa lembar tak beraturan seperti kain perca. Darah mengucur. Paha tetap mengejang. Atap gerbong terlihat bergerak di bawahnya. INT. SAMBUNGAN KERETA API EKSEKUTIF - SENJA EMAN, 40an tahun, dan WAWAN, awal 20an, sedang merokok. Eman hampir selesai mewejangi Wawan.
2. EMAN Jaman sekarang, susah cari kerja. Enggak perlu makan gengsi. Pokoknya, bapakmu nitip ke aku dengan satu pesan, kamu harus rajin dan nurut. Daripada lontang-lantung enggak jelas, katanya. Paham? WAWAN (menunduk) Ya, Pak Eman. Eman membuang puntung dan menginjaknya sampai lumat. Dia menekan tombol pintu sebelum menariknya dengan terburu-buru setelah pintu tidak kunjung terbuka. Wawan membuat lambang penggal kepala dengan dua lengannya. CUT TO: EXT. ATAS ATAP GERBONG - SENJA Sepotong kaki melayang, jatuh di sela-sela gerbong. CUT BACK TO: INT. SAMBUNGAN KERETA API EKSEKUTIF - SENJA POV WAWAN - menghisap rokok, menatap sambungan. Sepotong TUNGKAI menjulur dari sela-sela atap sambungan. Tungkai jatuh dan tergelincir ke bawah, masuk rel. Wawan terperangah beberapa saat. Rokoknya berhenti menjelang mulutnya. Wawan buru-buru membuka grendel pintu gerbong. POV WAWAN - dari jauh tampak tubuh tergantung, tungkainya hilang. BATU dilempar, mendarat di atas pintu. Wawan terkejut dan buru-buru menutup pintu. JEJAKA #1 (O.S.) (meratap) Bapaaak ... CUT TO: EXT. CERUKAN BUKIT - SENJA Gerbong terakhir kereta menghilang di balik bukit. JEJAKA #1, 14 tahun, histeris sambil melempari kereta dengan batu. Di sebelahnya, tampak PIPA yang mengangkangi cerukan bukit. Di pipa ini, sesosok tubuh menggantung. JEJAKA #1 Aku tidak jadi minta sepeda motor, Bapak. Bapak, bangun. (beat) Kereta sialan. (melempar batu ke rel) Kereta sialan. Bapak. Bangun. Minta motornya tidak jadi, Bapak. Ke sekolah naik sepeda saja, Bapak. Bangun. Biar aku tunggu Emak dari Arab saja, Bapak. Bapak. Bangun.
3. Jejaka #1 duduk, menunduk, menangis. DISSOLVE TO: EXT. JALAN RAYA ANTAR KOTA – PAGI Anak-anak berseragam sedang berarak-arakan naik sepeda, didahului anak-anak lain yang ugal-ugalan naik motor, melewati spanduk yang direntang di atas jalan berbunyi: "MOTOR TANPA UANG MUKAH? KE PRIMA BUANA AJAH!" Wawan mendahului anak-anak bersepeda, naik sepeda motor pelan-pelan, sambil mendengarkan 'Cindai' dari ponsel dengan hedpon. Terdengar 'Goyang Dombret' yang menjadi NADA DERING ponselnya, bertumpukan dengan 'Cindai'. Wawan kaget dan langsung menepikan motor. Wawan mencabut ponsel dari selongsong di pinggangnya. Tertera nama "Eman" di layar. Wawan menempelkan ponsel ke helm, sadar kalau sedang memakai helm, membuka helm, dan baru berbicara ke ponsel. WAWAN (ke ponsel) Ya, Pak. EMAN (O.S.) Belum sampai kantor? WAWAN Belum, Pak. Sedang di perjalanan. EMAN (O.S.) Kamu tidak ada jadwal khusus, kan?, hari ini? WAWAN (terbata-bata) Ad...da. Ke Ciawi, Pak. Kelas dua. EMAN (O.S.) Serahkan ke orang lain. Kamu langsung ke stasiun, kejar kereta ke Sukabumi. Jam sebelas_ditunggu. Ini kelas empat. Wawan tertegun sejenak. WAWAN Sukabumi, Pak? Bukannya tidak ada kereta? EMAN (O.S.) (marah) Kamu ini masih mau dapat perpanjangan kontrak_apa tidak? Atau pura-pura bego? Dua bulan,_kerjaanmu hanya menghabis-habiskan uang_transpor, nasabah nol, dan mau membodoh-bodohi aku ... Sebuah truk long haul lewat. Suara Eman tidak terdengar jelas. Setelah truk melintas, sebuah delman menyusul. Beberapa anak sekolah berteriak- teriak menyuruh delman minggir.
4. EMAN (O.S.) ...kan presentasi sewajarnya. Ini bukan mikro-mikroan lagi. Orang ini mau ambil seratusan kurang_sedikit. Dia ..., ah, nanti aku imel alamatnya sama_aplikasinya. Kamu buat slide di kereta. Kamu_bakalan kejar-kejaran sama orang bank ritel. Jadi_jangan sampai bikin malu kantor. Ngerti? WAWAN Mengerti, Pak. (menutup mikrofon ponsel) Kan...cud! EMAN (O.S.) Baik. Sekarang kejar kereta. Ongkos nanti diganti. Dan jangan coba-coba menulisi-ulang kuitansi. (beat) Kalau bukan aku yang pegang orang ini, pasti sudah_dikasih ke orang lain, bukan pemalas sepertimu. Wawan mengerutkan kening, heran. EMAN (O.S.) Jadi kerjakan baik-baik. Ingat! Tinggal dua bulan lagi kontrakmu diperbaharui. Bisa jadi, ini kesempatan terakhirmu. (beat) He! Wan! WAWAN (terbata-bata) Euh, iya, Pak. EMAN (O.S.) (Bahasa Sunda) Nenaonan maneh? Buru! Jam tujuh, keretanya. WAWAN Sa..., saya berangkat, Pak. Wawan menutup ponsel. Wawan memutar-balik motor dan berusaha melajukannya kencang. Sebuah angdes menghalangi. KLAKSON dia bunyikan berulang-kali. EXT. DEPAN STASIUN AWAL - PAGI Wawan menepikan motor ke arah pintu lapangan parkir. Dia berhenti ketika ada plang yang menghalangi jalan masuk, berbunyi: "MAAF PARKIR PENUH". Wawan melihat jam digital di pergelangannya, 07:12. ______ WAWAN (mengumpat) Kan...cud! Wawan melajukan motor. INT. TEMPAT PARKIR SWASTA - PAGI Wawan sedang menuntun motornya melewati beranda. Dia gelisah menunggu sesama pemarkir, bapak-bapak renta yang terlalu pelan menuntun.
5. PENJAGA PARKIR #1, perempuan, 50an, menghadap meja. SFX: bunyi 'do mi sol do' dari pengeras suara stasiun. PPKA (V.O.) (di pengeras suara) Kereta eksekutif Padjadjaran jurusan Bogor terakhir Sukabumi siap diberangkatkan. Penumpang yang di... WAWAN (mengumpat) Kancud! Penjaga Parkir #1 merengut, menatap Wawan. WAWAN (Bahasa Sunda) Punten. Lamun ka Sukabumi aya keneh, teu? Nu eksekutip? PENJAGA PARKIR #1 (logat Tegal) Telat ya, Mas? Naek ekonomi sadja. WAWAN Kalau Mutiara Barat belum sam... PENJAGA PARKIR #1 Mutiara Barat endak berhenti di sini, Mas. Sudah. Ekonomi sadja. Sebhentar lagi sudah bherangkat, itu. Nanti baru nyambung eksekutip Pakuan dari Mbogor. WAWAN Oh. Begitu, ya? Wawan buru-buru menyandarkan motornya. WAWAN (mengeluarkan kartu nama) Tolong, motor saya ya, Bu. Kalau ada apa-apa ... (menaruh kartu nama di meja) ... kalau butuh uang cepat ... INSERT - Kartu nama bertuliskan "Wawan Darmawan, Staff Marketing, Prima Buana". WAWAN ... ini kartu nama saya. Wawan berlari keluar tempat parkir. EXT. PERON STASIUN AWAL - PAGI Wawan beringsut di antara sesama calon penumpang yang berjubal di sisi rel. Dia berdiri di sebelah seorang tukang sayur yang tidak menurunkan pikulannya. PPKA (V.O.) (di pengeras suara) Kereta api ekspres Priangan akan tiba di jalur satu.
6. INT. GERBONG KERETA API EKONOMI - PAGI Wawan berjubal-jubal di depan WC gerbong. Kaki kirinya terangkat ke pintu karena ada sekeranjang sayur di sebelahnya. KONDEKTUR #1 menyelusup dari gerbong lain, disusul seorang TENTARA #1 yang menyelempangkan senapan tanpa magazin. KONDEKTUR #1 Karcis, karcis. Penumpang yang berkarcis mengulurkan karcis berwarna merah muda. Penumpang yang tidak berkarcis, termasuk Wawan, memasukkan uang ke saku dada kondektur. Wawan mengikuti kondektur memasuki gerbong sambil memegang tasnya erat-erat. Wawan berhenti di tengah gerbong, bersandar di pinggiran kursi yang diduduki seorang IBU #1 yang sedang memangku BALITA #1 di sisi luar. EXT. CERUKAN BUKIT - PAGI Kereta api ekonomi mulai menapaki cerukan. INT. GERBONG KERETA API EKONOMI - PAGI Wawan sedang menatap ke luar jendela. Gerbong ribut dengan orang yang mengobrol. Seorang PENGASONG TAHU Sumedang berteriak-teriak menjajakan dagangannya, "Tahu, tahu, yang anget, yang anget." CUT TO: EXT. CERUKAN BUKIT - PAGI Jejaka #1 sedang memegang LINGGIS, duduk di dekat pipa. Begitu bunyi kereta api terdengar, dia menaruh linggis dan mengambil BATU. Dia melempari kereta dengan batu begitu kereta lewat bawah pipa. CUT BACK TO: INT. GERBONG KERETA API EKONOMI – PAGI BATU mengenai kaca jendela yang langsung pecah. Batu tidak menerobos masuk tapi pecahan kaca mengenai balita yang langsung menangis. IBU #1 menangis histeris sambil membersihkan pecahan kaca di wajah anaknya, BALITA #1, yang sedikit berdarah dan sedang ditutupi dengan kain. Semua suara manusia berhenti tapi tidak ada orang yang melihat ke arah IBU #1 atau balitanya. Gerbong seakan jadi hening. WAWAN (ke Kondektur #1) Pak Kondektur! Kondektur #1 menengok, lalu menyelusup, mendekati Wawan, diikuti Tentara #1 yang mengawalnya. WAWAN Apa ini?
7. KONDEKTUR #1 (ke Ibu #1) Ceuk? Tidak apa-apa? WAWAN Anaknya, Pak. Yang kena. Kondektur #1 membungkuk, mencoba menarik kain penutup Balita #1. Ibu #1 langsung menepis tangan kondektur. WAWAN (ke Tentara #1) Kok didiamkan, Pak? TENTARA #1 (sambil menguap) Biasanya tembak di tempat, itu. WAWAN Apa benar? TENTARA #1 Ya. Pasti. Kalau ketahuan, tidak ada ampun. PENGASONG TAHU (berbisik) Hantu pipa gantung, A. Kereta melambat. Suara manusia kembali riuh terdengar. Kereta akhirnya berhenti di tengah sawah. WAWAN (ke Tentara #1) Mau dikejar, ya? Tentara #1 tidak menjawab. Dia mengikuti kondektur yang telah merangsek ke gerbong depannya. CUT TO: EXT. CERUKAN BUKIT – PAGI Dari arah berlawanan, terlihat kereta api yang hanya bergerbong dua. CUT BACK TO: INT. GERBONG KERETA API EKONOMI – PAGI Dari dalam gerbong terlihat kereta lain berpapasan dengan cepat. PENGASONG TAHU Kalau tidak menteri, pasti bupati atau gubernur. WAWAN (mengumpat) Kancud! Kereta bergerak lagi. EXT. PERON STASIUN BOGOR - PAGI Seorang prami, CANDRA, berdiri di dekat tangga masuk gerbong. Wawan melewatinya.
8. CANDRA Wan! Wawan Darmawan, kan? Wawan menengok. Dia mengamat-amati Candra beberasa saat. WAWAN (ragu) Candra? Candra mengangguk. Wawan mendekati Candra. WAWAN Ngapain lo? Jadi waitress nih, ceritanya? CANDRA Deee. Yang udah jadi eksemud. Ngantor di mana nih ... (sengaja mengulang) ... ceritanya? Wawan sudah mau mengambil kartu nama di dada, tapi tidak jadi mengeluarkan isinya. WAWAN Ah, biasa aja. Lagi ada meeting sama klien. Entar lagi, di Sukabumi. Ginilah ... (menyengir) ... jadi budak kapitalis. CANDRA Masak, sih? Iya? Secara, dulu lo yang kekiri-kirian bangeeet. Sekarang malah ... apa bidang_lo tadi? WAWAN Finance. Kecil-kecilan. CANDRA (tertawa) Dari anti-nekolim jadi neolib? (mencubit lengan Wawan) Udah pada dikemanain tuh, yang dulu sampai kejar-kejaran sama aparat? Coret-coret billboard, nurunin spanduk orang sampai dipukulin tibum. WAWAN Gua juga bingung. Realita bicara lain ... (pura-pura lihat jam tangan) Eh ..., entar lagi berangkat, nih. CANDRA Deee, yang sibuk. Ini kan kereta gue, gitu loh. Kalo sempet, ke resto ya, entar? Itung-itung, nostalgia gitu, deh. WAWAN Kalo sempet, ya? (menepuk tas) Ada tanggungan yang belum selesai, soalnya. Wawan meninggalkan Candra yang geleng-gelengnya tidak berhenti sampai ada seorang ibu menghampirinya dan menanyakan sesuatu.
9. Tentara #1 sedang menggulung lengan seragamnya, rambutnya basah, berjalan ke arah pintu gerbong di belakang Candra. Segerombol bule yang berisik lewat di depan Candra. INT. GERBONG KERETA API EKSEKUTIF - PAGI Wawan berusaha menerobos segerombol bule yang sibuk mengobrol dan menutupi lorong gerbong. Kereta api mulai bergerak. Bule-bule masih mondar-mandir dan mengobrol. Wawan mengeluarkan buku dari tas, membolak-baliknya. Dia tetap menatap buku ketika KONDEKTUR #2 mendekat dari belakang dan menyentuh bahunya. KONDEKTUR #2 Karcis. Wawan mengulurkan tiket, membiarkan kondektur melubanginya. KONDEKTUR #2 (mengulurkan tiket) Terima kasih. Wawan mengambil tiketnya tanpa menengok ke kondektur. Karena tidak bisa konsentrasi dengan bukunya, Wawan berdiri, berjalan mendekati sambungan. Di sambungan, Wawan melihat dua bule perempuan sedang mengobrol dan merokok. Keduanya bersandar di papan kontrol AC yang pintunya selalu menganga. Wawan ikut menyulut rokok, lalu masuk kamar kecil. Di dalam kamar kecil, Wawan menyedot rokoknya dengan cepat. Dia membuka celana, duduk di kloset, kencing. Dia buang rokoknya lewat jendela yang sedikit terbuka. Gelisah, Wawan menutup celana dan mencuci muka berkali-kali. Wawan keluar dari kamar kecil dan melihat kedua bule perempuan masih mengobrol. Satu bule menyenggol KUNCI INGGRIS sampai terjatuh ke bagian dalam panel kontrol AC. Wawan kembali ke kursinya, mengikuti kedua bule perempuan. Di kursi, dia mengeluarkan komputer jinjing, menghubungkan komputer dengan ponsel dan berusaha menemukan koneksi internet. Di layar komputer terlihat: "Tidak ada jaringan" di dialog box bertuliskan "Internet Nirkabel". Wawan terlihat sangat jengkel. Wawan membuka program pembuat slide. Dia baru mengetikkan: "MENGAPA PRIMA BUANA???" di slide ketika ... ... BULE #1, laki-laki, memotret ke luar jendela di atas kepalanya tanpa basa-basi, sambil mengobrol dalam Bahasa Rusia dengan teman di belakangnya. WAWAN (menggerutu) Bule kampung! Wawan meletakkan komputernya di kursi dan berdiri, berjalan terpatah-patah ke arah sambungan, menghitung langkah, tampak dari gerak mulutnya.
10. Wawan masuk kamar kecil, mengurai TALI RAFIA yang mengikat daun jendela dan mengukur panjangnya dengan lengan. Wawan keluar dari kamar kecil, mendekati panel kontrol AC dan mencari-cari sesuatu di lantainya. Wawan berdiri dengan KUNCI INGGRIS di tangannya. Dia mengikat kunci Inggris itu dengan satu ujung tali rafia. Dia membuka pintu gerbong dan mengikatkan ujung tapi yang lain ke pegangan pintu. Wawan melempar kunci Inggris ke udara, lalu dengan tangan dia mengarahkan tali ke kiri hingga kunci Inggris terarah ke jendela gerbong. SLOW MOTION - POV KUNCI INGGRIS - melayang di lingkaran dan semakin mendekati jendela, memperlihatkan muka Bule #1 yang sedang memotret, menghantam kaca. Wawan membakar ujung tali pengikat kunci Inggris. Bule #1 terkejut sampai kameranya lepas dan jatuh berantakan. Dia spontan tiarap, menutup belakang kepala dengan telapak tangan. Wawan kembali ke gerbong. POV WAWAN - Bule-bule ribut. Seorang pemandu menenangnenangkan bule yang panik. Samar terdengar, pemandu ini menelpon polisi. Wawan hampir mencapai kursinya ketika dari belakangnya, ada tangan yang menyentuh bahunya. Wawan menengok. Dia melihat Kondektur #2. KONDEKTUR #2 Lihat orangnya? WAWAN (terbata-bata, panik) A..., a... . Kondektur #2 menatap Wawan beberapa saat. KONDEKTUR #2 Orang gagu ditanya? Wawan tertegun beberapa saat sebelum dia menggerak-gerakkan jarinya seperti sedang bercakap dengan bahasa isyarat. Kondektur #2 mendekati kerumunan bule yang panik. Wawan kembali duduk di kursinya, membersihkan pecahan kaca, dan meneruskan pekerjaan dengan komputernya. NADA DERING 'Goyang Dombret' terdengar dari ponsel Wawan yang bergetar. Wawan mencabut ponsel dari kabel yang terhubung ke komputer. INSERT - Layar ponsel menunjukkan pesan singkat dari Eman yang berbunyi: "Orangnya baru pergi ke Rangkas. Diundur sampai pemberitahuan lanjutan." WAWAN (mengumpat) Kancud!
11. PENUMPANG #1 di sisi kanan Wawan, laki-laki 40an, melirik dengan curiga. Wawan menutup komputer, menyapu wajah dengan tangan, menatap TELEVISI gerbong yang tidak menyala. CLOSE ON - televisi, beberapa lama, seakan cerita sudah selesai. DISSOLVE TO: EXT. STASIUN SUKABUMI - SIANG Wawan mengantri keluar, menunggu bule-bule turun dari gerbong. Banyak polisi sudah menunggu di stasiun. Semua penumpang yang tidak berkulit putih harus berhadapan dengan petugas-petugas yang melontarkan berbagai pertanyaan. PETUGAS #1, lelaki, rambut dikuncir, berhadap-hadapan dengan Wawan, bersebelahan dengan Kondektur #2. Di belakang Wawan menyusul Penumpang #1. KONDEKTUR #2 Tuna wicara, Pak. Petugas #1 membiarkan Wawan lewat. Wawan tampak lega, mengibas-ngibaskan leher kemeja. Candra menyenggolnya dari belakang. Wawan tampak sangat terkejut. Candra melirik gerbong. CANDRA (berbisik) Ada yang nyambitin. Petugas #1 tampak curiga karena Candra berbicara ke Wawan tidak sambil menatap. CANDRA Biasanya juga diantepin. Salah pilih penumpang aja. Tentara #1, menghadang Wawan, mengokang senapan yang langsung ditodongkan. Spontan, Wawan angkat tangan. TENTARA #1 (ke Kondektur #2) Siapa yang bilang tuna wicara? Orang ini sejak di ekonomi tadi sudah bikin masalah. (ke Wawan) Tak tembak di tempat, lo, kamu. Penumpang #1 melempar segelas air kemasan dan meleset. Dia mendaratkan dua kali pukulan ke belakang kepala Wawan. Petugas #1 menggeledah Wawan. Petugas lain, perempuan, menggeledah Candra. Petugas #1 menyerahkan kartu identitas Wawan ke PETUGAS #2, perempuan yang menghadap komputer. INSERT - di komputer Petugas #2 terpampang foto Wawan di sebuah ruang rapat kecil. Wawan mengacungkan tangan kiri di bawah poster besar Abu Nidal yang ditulis dengan huruf Latin dan Arab. Petugas #2 mencermati muka Wawan.
12. PETUGAS #2 Wawan Darmawan. (beat) Ekstrem kanan sejak di Fakultas Ilmu Manusia Unjendir. Tiga kali ditahan. Perusakan fasilitas umum. Petugas lain mendorong Wawan dan Candra menjauhi Petugas #2. PETUGAS #1 (berbisik ke Petugas #2) Jam'iyah? PETUGAS #2 Belum bisa dikonfirmasi. Mungkin rekrutan_baru. Yang pasti, dia penentu sasaran. (beat) Dia terlalu bodoh untuk tidak jadi martir. Orang ini masih hidup di era Perang Dingin. Petugas #2 menengok ke Wawan yang sedang digiring. PETUGAS #2 (V.O.) Ini bukan aksi impulsif. Satu-satunya hubungan antara aksi ini dan kecelakaan kereta dirjen, ... MONTAGE - A) Perjaka #1 mengungkit batu besar, B) Batu menggelinding, C) Batu mengenai bogi kereta dirjen, D) Kereta dirjen jatuh dari rel. PETUGAS #2 (V.O.) ... mereka berusaha mendiskreditkan pemerintah. Sebentar lagi, di koran mereka akan teriak soal pembedaan pengamanan, diskriminasi, isu-isu perifer. MONTAGE - Still atau kliping dari berbagai media tentang kecelakaan kereta api dari Padang sampai Lampung. PETUGAS #2 Dan ini bukan humas yang enak didengar di kuping komisi delapan. Jadi pastikan ... (beat) ... yang ini murni vandalisme dulu, dan yang kereta dirjen murni kecelakaan. ____________ PETUGAS #1 Tapi anjloknya kereta dirjen itu di single track, toh? PETUGAS #2 (memelototi Petugas #1) Mau gagal sinyal, mau masinis tidur, terserah. Pantatmu berakhir di lantas kalau sampai aku dengar ada BBC berseliweran. Petugas #1 tampak jengkel, berjalan ke arah sebuah mobil bersablon 'GEGANA' yang mendekat. PETUGAS #2 (berteriak) Dan suruh bubar mobil-mobil itu.
13. CLOSE ON - Wawan dan Candra saling pandang, terkejut melihat mobil gegana. Candra mengerutkan kening. Wawan mengangkat bahu. PAN - Stasiun Sukabumi, Wawan diborgol, dibawa melalui kerumunan bule, ditarik naik ke pikap tahanan, duduk bersebelahan dengan Candra, tertutup sedan-sedan polisi yang semakin banyak. CANDRA (V.O.) Lo ternyata belum berubah, ya? Enggak beda sama yang dulu. WAWAN (V.O.) Gua ini tukang kredit, jujur aja, pegawai kontrak yang masih bergantung ke orang tua. Abis ini, gua_dipecat itu udah pasti, dan entah apa masih bisa gua ngirim surat lamaran kemanamana._Jadi TKI aja udah enggak bakalan bisa. (beat) Kalo tau bakal begini, yang paling gua sesali adalah ... (beat) ... napa gua berubah. Kancud! FADE OUT THE END