5/6/15
Ketahanan Pangan (Food Security) =
Tabel Agroekologi Tanaman Pangan Tipe lahan
• ketahanan sosial (sosio security), • stabilitas ekonomi, • politik dan keamanan atau ketahanan nasional (national security); • penyediaan jasa-jasa lingkungan
Tipe lahan
Simbol
Penciri Utama
4. Lahan kering beriklim kering ( dryland – dry climate )
KK
- Curah hujan < 2000 mm/th - Masa bertanam < 6 bulan - Elevasi , 700 m dp
5. Lahan dataran tinggi ( high altitude area )
DT
- Elevasi > 700 m dpl
6. Rawa lebak dan pasang surut ( swampy/tidal areas )
RP
- Ada lapisan bahan organik - Terpengaruh pasang surutnya per mukaan air sungai dan laut - Potensi sulfat masam
Simbol
Penciri Utama
1. Lahan sawah beririgasi ( Irrigated Lowland )
IR
- Potensi air irigasi > 5 bulan - Ketersediaan air tidak tergantung kepada curah hujan - elevasi < 700 m dpl
2. Lahan sawah tadah hujan ( rainfed lowland )
TH
- Potensi irigasi < 5 bulan - ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan - Elevasi < 700 m dpl
3. Lahan kering beriklim basah ( dryland-wet climate )
KB
- Curah hujan > 2000 mm/th - Masa bertanam > 6 bulan - Elevasi < 700 m dpl
PP No 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
Pembangunan Pangan
1
5/6/15
Permasalahan lahan pangan
Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)
• Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dibutuhkan 15 juta ha lahan basah abadi, eksisting sekitar 7,8 juta ha . • Alih fungsi lahan sawah pertahun ± 110.000 ha/th pencetakan sawah ± 40.000-50.000 ha/ th à defisit pertumbuhan lahan pertanian pangan • Luas lahan tetap, pertumbuhan penduduk mencapai 1,34 %/th à tingginya kebutuhan & tekanan terhadap lahan itu sendiri
• UU no 26 th 2007 Penataan Ruang, mengamanatkan adanya UU PLP2B dalam rangka menjamin ketahanan pangan nasional • UU no 41 th 2009 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B), mengatur perlindungan lahan pertanian untuk menjamin kedaulatan pangan nasional dan antisipasi terjadinya perkembangan jaman dan kebutuhan dalam pemanfaatan lahan oleh berbagai sektor • PP no 1 th 2011, Penetapan dan Alih Fungsi lahan Pertanian Pangan berkelanjutan
UU no 41 tahun 2009 PLP2B
UU no 41 tahun 2009 PLP2B
• UU PLPPB yang terdiri dari 17 Bab dan 77 Pasal ini meliputi aspek perencanaan dan penetapan, pengembangan, penelitian, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, pengawasan sistem informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani, pembiayaan dan peran serta masyarakat. • Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan berdasarkan perencanaan PLP2B • PLP2B dilakukan dengan dukungan penelitian. • Pengendalian dengan pemberian INSENTIF dan DISINSENTIF
PADI SAWAH Rice and water • 75% of rice is irrigated (75 m ha) • Rice requires much water : 2000-3000 l kg-1 rice • Irrigated areas consume 80% of all fresh water used; Asia: > 50% of this is for rice
Beberapa pokok penting yang dimuat antara lain : 1. Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang terdiri dari lahan beririgasi, lahan reklamasi, rawa pasang surut dan non-pasang surut serta lahan tidak beririgasi. 2. Lahan-lahan tersebut diharapkan untuk tidak dialihfungsikan menjadi peruntukan lainnya, kecuali untuk kepentingan umum. 3. Apabila lahan-lahan tersebut pada butir (a) di atas akan dialihfungsikan, maka pengusul/pemakai harus mencari dan menetapkan lahan pengganti terlebih dahulu di Kabupaten/Kota yang bersangkutan, di luar Kabupaten di dalam Propinsi atau di luar Propinsi, dan menyelesaikan masalah ganti rugi pada pemilik lahan yang akan dialihfungsikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Bagi seseorang yang melakukan alih fungsi LPPB & bagi pejabat yang berwenang menerbitkan ijin alih fungsi, apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dipidanakan dengan pidana penjara dan atau denda.
MANAGE OF FERTILIZING The yield of plants depends directly on the amount of plant food available. Base your fertilizer quantity on the pre-plant soil test, leaf analysis and district experience The main nutrient : Nitrogen (N), Phosphorus (P) and Potassium (K) (primer), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Sulphur (S) (sekunder) (MAKRO) & Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl (MIKRO)
2
5/6/15
PROGRAM DEPTAN 2009 (SE Bersama Kep.Bappenas dan Menkeu 0081/M.PPN/04/2008 – SE
Isu & Target Ketahanan Pangan
357/MK /2008)
v Beras Masih Sebagai Komponen Utama Ketahanan Pangan
v Peningkatan Permintaan
§ Peningkatan Ketahanan Pangan
(Kuantitas) + 1,5%/tahun
§ Pengembangan Agribisnis § Peningkatan Kesejahteraan Petani § Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
v P2BN berkelanjutan à (2007-2009 & 2010 – 2014)
v Target Swasembada Jagung
(2007), Kedelai (2012), Gula (2009), Daging (2010)
§ Penerapan Kepemerintahan yang baik 13
14
PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN SWASEMBADA (PADI, JAGUNG, KEDELAI)
TARGET PRODUKSI PANGAN UTAMA KOMODITAS
Avalis → KKP-E, KUR, Investor
TARGET PRODUKSI 2009
1. Padi
63-64 juta ton
2. Jagung
18 juta ton
3. Kedelai
1,5 juta ton
4. Gula
3,3 juta ton
5. Daging sapi
KEGIATAN OPERASIONAL YG DIPERLUKAN SASARAN
§ PADI 63-64 jt Ton GKG § JAGUNG 18 jt Ton § KEDELAI 1,5 jt Ton
• SL – PTT /SRI (termasuk SL-PHT, SL-Iklim, PTT) • Dukungan Penyediaan Sarana Produksi • Pengamanan Produksi • Pemberdayaan • Kelembagaan
399,5 ribu ton
PAYUNG KEGIATAN DALAM RKP 1. Pengendalian OPT 2. Bantuan benih, Sarana dan Kelembagaan Perbenihan 3. Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen 4. Peningkatan Produksi dan Produktivitas 5. Eksibisi, Perlombaan dan Penghargaan Petani 6. LM3 7. Magang, Sekolah Lapang dan Diklat 8. Pemantapan Prinsip Good Governance 9. Penyusunan Kebijakan, Program dan Monev
LOKASI PRIORITAS
5/6/15
15 15
Padi
NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sulteng
Jagung
Sumut, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Sulsel, Gorontalo
Kedelai
NAD, Jabar, Jateng, Yogya, Jatim, NTB, Sulsel, Papua
16
STRATEGI PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2008 DAN 2009 KONDISI 2007:
STRATEGI
Langkah Operasional
SASARAN 2008:
Kondisi & Permasalahan
SASARAN 2009
Benih Unggul Bermutu
1
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
Alsintan
Luas Panen: 12,1 jt ha Produktivitas: 46,89 ku/ ha Produksi:
Perbaikan Budidaya Optimalisasi Lahan
2
PERLUASAN AREAL
Cetak Sawah Baru JITUT, JIDES & TAM Pompa/Sumur/Embung Konservasi Dampak Fenomena Iklim
3
PENGAMANAN PRODUKSI
Pengendalian OPT Penanganan Pasca Panen
Pasar, LUEP
57,05 jt ton
KOPTA, GAPOKTAN
4
KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN
Degradasi lahan (60 juta ha dg laju 2,8 juta ha/tahun) Alih fungsi lahan (+ 110.000 ha/tahun)
Pemupukan Berimbang & Organik Pengairan
Asosiasi/LSM/KTNA UPJA, Kios Saprodi
Luas Panen:
Luas Panen:
12 jt ha
12,8 jt ha
Produktivitas:
Produktivitas:
50,89 ku/ ha
60 ku/ha
Produksi:
Produksi:
60-61 jt ton
63-64 jt ton
Lahan
Pergeseran RTRW (Potensi alih sawah 3 jt ha) Penurunan kesuburan tanah Pelandaian Produktivitas Pertanian Issu Pemanasan Global (emisi carbon dan gas methan) Kelangkaan Sumber Daya Air
Pelayanan Penyuluhan/Perbenihan /Perlindungan KKP/LM3/SP3/ BLMKIP/LUEP
Fragmentasi lahan (petani gurem 13,7 juta kk )
17
18 Tuntutan Produk Pangan Sehat (Pangan Organik)
Kemitraan
3
5/6/15
SRI sebagai Solusi
PROGRAM PENGEMBANGAN SRI DEPARTEMEN PERTANIAN
Usaha Tani Ramah Lingkungan Hemat Air Irigasi Hemat Saprodi (bibit) Produksi Tinggi (Diatas Rata-Rata Nasional)
Keunggulan SRI
Mendaur Ulang Limbah Memperbaiki kesuburan tanah Produk sehat bebas residu kimia (Beras Organik) Harga Beras Diatas Harga Pasar Berbasis kearifan Lokal
1. Sosialisasi / pengenalan pada daerah-daerah irigasi yang potensial namun belum tersentuh SRI 2. Perluasan dampak pengembangan SRI bagi daerah yang sudah ada kegiatan SRI 3. Perluasan skala pengembangan SRI satu Scheme 4. Mendorong pemberdayaan petani untuk membuat pupuk organik, MOL dan pestisida nabati sendiri 5. Gerakan pengembalian jerami dan limbah organik ke lahan pertanian 6. Kemitraan dengan dunia usaha yang peduli organik (contoh Medco) 7. Promosi Produk Beras Sehat 8. Promosi penyelamatan lingkungan
19
20
METODE PENGEMBANGAN SRI • • • • • • • • •
SIMULASI NILAI TAMBAH YANG DIPEROLEH DARI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK SRI
Workshop, Lokakarya Farm Field Day TOT Sekolah Lapang Leaflet, Brosur Pemutaran film Forum Komunikasi Pengembang SRI Dialog interaktif melalui media massa Internet 21
A. ASPEK EKONOMI (Asumsi 10 % dari 7,8 jt Ha luas lahan sawah di Indonesia dapat “di SRI kan”)
- Penghematan subsidi pupuk Urea : Rp. 400,- X 250 kg/ha X 780.000 ha = Rp. 78.000.000.000,- Penghematan pupuk : 780.000 ha x 250 kg X Rp.1.150,- = Rp.224.250.000.000 - Penghematan benih : 35 kg X 780.000 ha X Rp. 4000 = Rp. 109.200.000.000,- Penghematan pestisida : 780.000 X Rp. 150.000,- = Rp. 117.000.000.000,-. - Tambahan pendapatan petani : 780.000 ha X Rp. 6.683.625,- = 5.213.227.500.000,- Penghematan penggunaan air per MT 780.000 ha x 15.000 m3 x 46% = 5.382 jt m3 = 358.800 ha - Tambahan Produksi 23 780.000 ha x ( 7,5-4,6 ton/ha) =2.262.000 ton
22
B. ASPEK LINGKUNGAN - Penurunan emisi gas metan - Pengurangan emisi gas CO2 akibat pembakaran jerami - Reduksi pencemaran tanah dan air dari pupuk kimia dan residu pestisida - Daur ulang sampah (Mengurangi problem sampah) - Peningkatan Kadar BO dalam tanah - Terpeliharanya keaneka ragaman hayati 24
4
5/6/15
C. ASPEK SOSIAL - - - - -
TANTANGAN PENGEMBANGAN SRI
Kearifan lokal Kelembagaan pedesaan Pemberdayaan petani Terciptanya lapangan pekerjaan Urbanisasi dapat dikendalikan
A. Tantangan Mendasar • • • •
Merubah paradigma / cara pandang budidaya dari konvensional ke SRI Transfer ilmu ke petani Pasar beras organik SRI Komitmen pemimpin formal dan non formal
25
B. Tantangan Teknis 1. Terbatasnya ketersediaan bahan kompos terutama yang bersumber dari kotoran hewan 2. Pembuatan kompos masih dilakukan secara manual sehingga memerlukan waktu lama, tenaga kerja yang tinggi 3. Distribusi bahan organik/kompos pada skala luas memerlukan biaya tinggi. 4. Kebiasaan membuang dan membakar jerami di sebagian besar petani menjadi budaya 5. Keterbatasan sarana pasca panen (lantai jemur, dryer, threser,dll) 6. Jumlah petugas/petani yang memahami teknis metoda SRI masih sangat terbatas 7. Dibeberapa daerah sawah irigasi masih memerlukan perbaikan/rehab jaringan irigasi 27 8. Sertifikasi mutu beras organik SRI
26
CONTOH PERSYARATAN TEKNIS PRODUK PANGAN ORGANIK 1. LAHAN a. Tan semusim : Konversi lahan dari konvensional min 2 tahun sebelum penebaran benih b. Tanpa pembakaran 2. BENIH a. Tidak berasal dari rekayasa genetika 3. SUMBER AIR & IRIGASI a. Tidak tercemar 4. MANAJEMEN KESUBURAN TANAH a. Tidak menggunakan pupuk kimia sintetis b. Tidak menggunakan tinja 5. PENGELOLAAN OPT a. Tidak menggunakan pestisida sintetis 28
5