15 Hashers – Lintas Dua Muara Muara Takus – Muara Paiti 6 Oktober 2012
Rombongan didepan Candi Muara Takus
Dirangkum oleh “SAKAI PUTIH”
Lintas Dua Muara Muara Takus – Muara Paiti Pendahuluan Desa Muara Takus terletak dipinggir Sungai Kampar Kanan, menjadi terkenal dalam Sejarah Indonesia karena disitu terdapat sebuah bangunan purbakala peninggalan zaman Sriwijaya bernama Candi Muara Takus. Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah, peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Budha, digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Ciri yang menunjukkan bangunan suci tersebut merupakan bangunan agama Budha adalah STUPA. Situs Candi Muara Takus diakui sebagai candi tertua di Sumatera. Didalam kompleks Situs Candi Muara Takus ini, terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi Sulung/tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Candi ini merupakan bukti bahwa agama Budha pernah berkembang di kawasan ini.
Candi Muara Takus
Peta Lokasi Situs Candi Muara Takus
Candi Muara Takus
Menurut penilikan Mbah Google, Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Candi itu sendiri dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata bahan pokoknya tanah liat. Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad keempat, ada yang mengatakan abad ketujuh, abad kesembilan bahkan pada abad kesebelas. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarawan menganggap kawasan ini merupakan salah satu pusat pemerintahan dari kerajaan Sriwijaya. Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Selain bangunan tersebut di dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya. Muara Paiti Merupakan sebuah desa kecil terletak berbatasan dengan Muara Takus termasuk Propinsi Sumatera Barat. Mata pencarian penduduk desa ini adalah berladang gambir dan karet serta beternak sapi. Mayoritas beragama Islam.
Persiapan
Ide hiking Muara Takus – Muara Paiti ini, terinspirasi dari track yang dijajal oleh Duri Bikers Club. Ceritanya, sepanjang perjalanan, mereka menuntun sepeda melintasi sungai, bukit dan lembah, tapi lebih sering sepeda dipanggul oleh biker. Selain Hervalni”Hernia”, Edy”Sang Kumbang”Soeswanto juga bergerak mencari info perihal rute tersebut, waktu tempuh serta tingkat kesulitan, sekaligus mencarikan transportasi. Tercatat ada 15 hashers yang serius mendaftar dalam petualangan ini. Peserta terdiri dari chapter Rumbai Hash dan Riau Hazards. Jarak dari kota Pekanbaru – Candi Muara Takus 156 km sekitar 2,5 jam perjalanan naik bus. Petualangan kali ini diikuti hasher lawas yang jarang muncul yakni Zulfan”Jengkol”Jirin peserta paling heboh dan menjadi bahan candaan. Meski sejak awal ada sedikit keraguan akan kelancaran perjalanan tanpa guide, namun mengingat kehandalan Sang Kumbang membaca peta alur GPS, didampingi oleh Hash Father Tri Joko“Joker“Waskito yang sarat ilmu dan pengalaman, berhasil memupus kekhawatiran tersebut. Apalagi hiking kali ini sekaligus menjadi ajang reunian hasher pensiunan seperti Joker, Jengkol, Cindaku, No In Stock, Mummy, Dump-Shit dan Tukang Kasur serta Lalat Hijau yang dipercaya sangat ahli dalam hal lintas melintas belantara. Modal semangat dan tekad bulat....akhirnya team menyatakan siap untuk ekspedisi.
Peta rute yang dilalui dari Muara Takus sampai Muara Paiti
jarak yang di tempuh Lintas Dua Muara
Grafik ketinggian elevasi yang di tempuh
PESERTA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
True Name Hervalni Romy Armi Nedriyanto Nasrul Edy Soeswanto Dongan Sihombing Alinur Hamzah Kasrinas Munas Tri Joko Waskito Tasman Jen Taufik Syafrizal Mawardi Abasri Zulfan Jirin
Hash Name Hernia Sakai Putih Mummy Saka Lawang Cindaku Sang Kumbang Bang Hole Angus Tukang Kasur Joker NIS (No In Stock) Lalar Hijau Dump Shit Bastard Jengkol
Confirm OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK
JADWAL HIKING MUARA TAKUS – MUARA PAITI HARI
TANGGAL
JAM (WIB)
KEGIATAN
Sabtu
6 Okt
05:30 06:00 09:00
Semua hasher kumpul di parkiran Rumbai Futsal (NIS) Berangkat menuju Muara Takus naik Bus Diharapkan Rombongan tiba di Muara Takus - Pembagian nasi bekal utk makan siang dalam perjalanan di hutan. - Check ransel dan menyelesaikan urusan administrasi termasuk perijinan, tiket masuk dan lain-lain. - Memastikan sopir bus penjemputan di muara paiti Perjalanan menuju Muaro Paiti dimulai Sampai di Muaro Paiti dan kemas-2 Rombangan balik Pekanbaru Sampai di rumah
09:30 18:00 22:00
Mission Accomplished !
TIPS: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Semua peserta mohon disiplin waktu, agar start perjalanan di Muara Takus tepat waktu, panas belum terlalu terik. Tepat pukul 05:30, Bus sudah stand-by di parkiran Rumbai Futsal milik NIS dan diharapkan peserta semua sudah berkumpul disana Sarapan sudah tersedia di Lontong Mintuo juga bisa pesan teh-manis, kopi kecuali juice. Nasi bekal sudah disediakan untuk makan siang diperjalanan. Peserta juga dibekali dengan 3 (tiga) botol Aqua isi 600-ml. Bagi yang belum menyerahkan uang pendaftaran sebesar Rp. 300,000,- (tiga ratus ribu rupiah) harap diselesaikan dengan Hernia. Kalau ada peserta yang pingin bawa golok, silahkan disiapkan paling tidak untuk memangkas semak atau potong kelapa muda. Pastikan obat-obatan pribadi dibawa. Pembagian kaos dilakukan di parkiran Rumbai Futsal, setelah melunasi biaya perjalanan. Jarak tempuh Tracking, diperkirakan +/- 26-km berdasarkan hasil GPS Duri Biker Club Kalau ada celana pendek strets untuk fitness atau sepeda, harap dipakai agar paha tidak lecet saat hiking. Jangan lupa bawa kamera dan sun-block. Tersedia arem-arem, setiap peserta mendapat 2 (dua) bungkus, sponsor Sakai Putih Mohon kerja-sama para peserta agar acara sukses. Sampai jumpa besok pagi 6-Oktober-2012....on..on
Jepret depan Cagar Budaya Candi Muara Takus
PERALATAN YANG DIANJURKAN: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Kaos kaki Sarung tangan Lampu Senter / Head Lamp untuk perjalanan malam, jangan lupa baterei cadangan Ponco (Mantel) Sepatu Hash/kanvas Pakaian ganti (kaos, celana pendek, celana training) dibungkus plastik Makanan kecil (coklat/gula merah/kismis/permen, Roti lebih dianjurkan dll) Jas/jaket Hujan Jungle survival knife – Swiss Army Obat-obatan pribadi (mis: Hansaplast, Kayu putih, Betadine, pembalut, dll.) Madu, susu, teh, kopi (inisiatif sendiri) Peralatan mandi, shampoo, odol & gosok gigi Air Minum 3 atau 5 botol Aqua 600 ml Sepatu cadangan, kaos kaki dan sandal jepit (terbungkus plastik) Peralatan makan (Aluminium mug + piring + sendok) Indomie/Pop Mie untuk makanan extra Minyak Gosok. Dianjurkan menggunakan minyak Kayu Putih. Minyak Angin atau Minyak Cap Kapak untuk gatal/bengkak digigit serangga Autan,untuk menghindari gigitan serangga Kain Sarung (untuk sholat dan selimut) Golok/Pisau atau sejenisnya Kantong plastik untuk bungkus pakaian kotor dan untuk menghindari basah terkena hujan
Inti Perjalanan
Pada hari yang direncanakan, tanggal 6 Oktober 2012, rombongan berkumpul di parkiran Rumbai Futsal pemilik salah satu hasher NIS (No In Stock) sejumlah 15 orang berangkat tepat pukul 07:00 dengan bus mini kapasitas pas utk 15 penumpang menuju Muara Takus. Saat di dalam bus, Sakai menawarkan arem-arem buatan istri sebagai tambahan bekal diperjalanan. Seragam kaos hijau daun yg disiapkan panitia telah dibagikan. Sepanjang perjalanan canda, tawa dan cerita lucu mewarnai suasana didalam bus sampai menjelang tiba di area Candi Muara Takus. Sekitar pukul 09:30 rombongan tiba di Muara Takus dan setelah ber-foto2 sejenak rombongan bertolak menuju Desa Tabiang.
Transportasi Team
di halaman depan candi Muara Takus
Menerjang Arus Deras Tepat pukul 09:45 rombongan sampai di desa Tabiang dekat surau (mesjid kecil). Panitia membagikan sebungkus nasi bekal dan 3-botol Aqua untuk setiap peserta. Masing-2 memeriksa peralatan bawaan dan mengenakan baju seragam. Beberapa saat, datang seorang penduduk desa bernama Pak Akmal menawarkan jasa baik menemani rombongan utk menyeberangi sungai kampar kanan tsb.
Rombongan akan berdoa bersama
Saat seberang sungai Kampar
Agar perjalanan lancar, Sang Kumbang mendapat tugas pegang GPS sedangkan HT dipegang Hernia diposisi depan dan Joker dibagian belakang. Setelah NIS memimpin Doa, tepat pukul 10:15 ekspedisi dimulai, satu-persatu bergerak perlahan menuju pinggiran sungai. Rombongan sempat tertegun kaget. Sungai yang bakal diseberangi itu, ternyata berarus deras, warna keruh dan terlihat dalam. Atas saran Pak Akmal (penduduk tempatan), lokasi penyeberangan dipindah arah kehulu. Guna menumbuhkan keberanian, Pak Akmal turun terlebih dahulu ketengah arus yang memang dalam, kira-kira sedada orang dewasa. Sakai Putih, Dumpshit, Joker, Tukang Kasur dan Hernia mulai turun ke tepi sungai. Demi keselamatan, masing-2 saling berpegang erat, bergeser menapak perlahan, semakin ketengah semakin dalam, arus menerjang kencang, badan terhuyung, pijakan kaki terseret, sulit melangkah. Hilang segala canda, wajah pucat dengan raut ketakutan. Beberapa hasher komat-kamit, seperti berdoa. Tiba-tiba salah satu hasher Bastard hanyut, tubuhnya terbawa arus, syukurlah dapat di tolong oleh hasher Mummy. Lebih setengah jam rombongan bertarung melawan arus, akhirnya sampai juga diseberang. Satu-persatu naik kedaratan, kaki dan tangan gemetaran. Jengkol tampak kesulitan minum, tangan kanannya gemetar tanpa kendali karena kedinginan. Sungguh, penyeberangan luar biasa, menantang maut dan menguras energi. Sebagian menggelosor kepayahan, enggan mengganti pakaian basahnya, sebagian lagi langsung ganti pakaian. Joker masih terlihat pucat, tapi dia beralasan,”aku ngeri bukan karena derasnya arus, aku takut HP-ku basah, urusan bakal runyam”....hee.
Arus deras pijakan kaki terseret
Hampir sampai diseberang
Pukul 10:45, perjalanan dilanjutkan, ditemani Pak Akmal, rombongan mulai memasuki semak, mencari jalan yang ditunjuk GPS. Tiap sebentar, Sang Kumbang mengingatkan bahwa posisi sekarang masih berjarak 200-m dari posisi seharusnya. Lama juga berputar, melewati tanah lembab tempat babi hutan biasa mencari cacing. Dibalik pohonan karet, bertemu area pekuburan ditutupi batu sungai. Karena sudah jauh kedalam hutan, Pak Akmal pamitan kembali ke desanya. Berpedoman GPS, rombongan meneruskan perjalananan sampai akhirnya bertemu sepasang suami-istri penyadap getah, bersedia menunjukkan arah jalan yang biasa digunakan penduduk. Selepas tanjakan, kami memasuki ladang gambir dan bertemu keluarga Pak Burhan petani gambir dan pemilik rumah kampan yang lebih mirip dapur.
Mampir rumah kampan
daun gambir & ambuang
Foto dgn Pak Burhan
Sambil melepas lelah, kawan2 asyik melihat para pekerja yang tengah merebus daun gambir, sementara Jengkol dan No In Stock antusias sekali menyimak serta mencatat penjelasan Pak Burhan bagaimana proses membuat gambir. LAMPIRAN: Gambir – Produk Pertanian menjanjikan Tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daun oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan licin, dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau; kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong, benang sari lima, dan buah berupa kapsula dengan dua ruang. Nama latin tumbuhan ini ”Uncaria Gambir” dari genus ”Uncaria” dan familii ”Rubiaceae”. Tanaman gambir dibudi-dayakan pada lahan ketinggian sekitar 200-800 m datas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Budidaya biasanya semi-intensif, jarang diberi pupuk, tetapi pembersihan dan pemangkasan harus rutin dilakukan. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan, berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria Gambir). Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan pada menyirih, yang sudah dikenal masyarakat Nusantara, dari Sumatera hingga Papua sejak 2500 tahun lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus. Sekarang gambir sudah menjadi komoditi ekspor dan salah satu sumber pendapatan Daerah bagi Sumatera Barat.
Teras dan dapur tempat proses gambir
Mengolah Gambir Pengolahan yang masih dilakukan secara tradisional dalam sebuah bangunan tempat pengolahan mirip gubuk yang disebut rumah kampa. Cara pengolahan tanaman sampai menjadi gambir adalah sebagai berikut; daun gambir berikut ranting, dimasukkan kedalam keranjang terbuat dari rotan disebut ambuang daun kemudian dipotong-potong, dimasukkan kedalam kapuak mirip keranjang, dan ditekan batu supaya padat sesudah itu daun gambir, kemudian direbus dalam kancah selama 2 jam, dan diaduk-aduk air sarinya dalam keadaan panas daun gambir dipress menggunakan dongkrak air sari hasil presan ditampung, dialirkan dan diendapkan dalam pasu, selama kurang lebih 10 jam getah gambir yang telah beku dimasukkan ke dalam belek kapuak pairi getah dihangat lagi dengan ukuran panas tertentu; dimasukkan ke dalam cetakan lebih kurang 4 jam, proses disebut di-cupak endapan di-cupak dipotong-potong menurut ukuran yang diinginkan di-salai / diasapkan kira-kira 4 jam; dipisahkan atau dibelah potongan-potongannya; langsung di-jemur sampai kering selama 5 hari; diikat-ikat dan produk gambir siap dipasarkan
Tanaman Gambir
Gambir yg telah dicetak pakai bambu dijemur
Menurut Pak Burhan (pemilik rumah kampa); pengolahan gambir yang dilakukan dengan cara demikian memerlukan waktu yang panjang sehingga petani dalam sehari hanya sekali mengolah gambir dengan hasil 5 kg/hari.
Gambir yang siap dijual
Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti luka bakar, obat sakit kepala, diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit, penyamak kulit; dan bahan pewarna tekstil untuk industri batik. Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa, serta kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.
Tak lama kemudian Pak Burhan, mengantar rombongan kejalan yang di-cari2, dengan posisi telah sesuai GPS. Setelah melewati rimbunan pakis hutan, perjalanan menjadi lebih mudah, walau seterusnya pendakian yang cukup melelahkan dengan ketinggian mencapai 560-dpl. Sekitar pukul 12:00 rombongan berhenti untuk makan siang. Tempatnya teduh, cocok untuk istirahat.
Melewati rimbunan pakis hutan
Rombongan makan siang
Dipenghujung wilayah RIAU, terdapat unggukan bongkahan batu seolah bertingkat tiga. Dibatu bagian atas yang berukuran lebih kecil, ada cekungan. Joker yang suka iseng, merogoh lubang dan menemukan beberapa kepingan uang logam dan sejumput kembang. Entah siapa yang meletakkan disitu, namun diduga gundukan batu itu merupakan tempat pemujaan. Joker, tiba2 mengembalikan kepingan logam kedalam lobang keposisi semula...mungkin Joker takut kualat. Jangan2 sampai dirumah, uang logam itu ngamuk, lalu minta diantar kembali ketempat semula...hhiiihh serem. Menurut Hernia, gundukan itu bernama Batu Sorban. Tentu saja Batu Sorban, cocok untuk berpose jeprat-jepret.
Rehat seusai makan siang
Sakai Putih dgn latar Batu Sorban
Walau sepanjang jalan, jurang terjal menganga, namun panorama diketinggian sungguh menakjubkan. Disepanjang Sungai Kampar yang berwarna coklat keruh, tampak desa yang tadi kami lewati. Maha Besar ALLAH dengan segala ciptaanNYA. Sayang banyak hutan menjadi tandus, akibat pembukaan lahan atau penebangan liar.
Panorama Indah bukit barisan
Pembukaan lahan hutan tandus
Setelah mendaki beberapa perbukitan yang tidak lagi lebat, rombongan tiba disuatu tanjakan gersang, seperti hutan habis dibakar. Disana-sini menyisakan pohon tegak yang telah hangus. Setelah itu rombongan tiba diperbatasan RIAU - SUMBAR. Sebuah tanda bertuliskan ”Tanda Batas Wilayah” buatan Badan Pertanahan Nasional. Hernia dan Bastard duduk berpunggungan diatas tapal batas. Dalam foto, Bastard terlihat masih berada diwilayah RIAU sedangkan Hernia dan beberapa hasher sudah berada didaerah Pangkalan, SUMBAR. Itulah hutan terakhir, karena setelahnya turunan panjang, kiri-kanan dipenuhi ladang-2 gambir, semak pakis dan pohon lainnya. Sayupsayup dikejauhan, terdengar deru chainsaw (gergaji mesin pemotong kayu), semakin lama deru mesin semakin keras terdengar.
Duduk diatas Tanda Batas Wilayah
Latar belakang bukit barisan
Jalan lebar, menurun tapi beralur. Tukang Kasur yang ditanjakan ter-engah2, mulai berwajah cerah, lenyap bekas kelelahan. Perjalanan dilalui dengan gembira. Suara mesin sinso tiba2 menghilang, Riuh rendah teriakan on-on kawan2, mungkin dikira Polisi Hutan lagi razia. Pasukan berkaos hijau, sebagian bercelana loreng atau gelap, jalan beriringan ditengah hutan, kalau bukan polisi hutan, siapa lagi???. Tampak beberapa sepeda motor parkir dibawah pohon. Lalat Hijau bilang, itu motor bekas curian tanpa plat nomor polisi. Setelah jauh, deru mesin kembali terdengar. Kata NIS ”pasti tadi kita dikira petugas kehutanan sedang patroli hutan !”. Melewati sebidang ladang gambir, Mummy menyapa beberapa orang dalam pondok. Mereka bertiga peladang gambir, berasal dari Mahat-Payakumbuh.
Sepeda motor utk Ilegal logging
Rombongan melanjutkan perjalanan
Tengah beristirahat, terdengar suara sepeda motor mendekat, membawa papan dan tonggak pagar hasil olahan ilegal logging. Papan2 sepanjang itu, diikatkan pada boncengan sepeda motor sedang ujung lainnya, diberi roda polanya seperti trailer. Motor dilarikan cukup kencang menyelusuri jalan, meninggalkan alur cukup dalam. Hebatnya, papan bawaan tidak terlempar keluar trail, walau jalanan berkelok dan tidak rata, mahir sekali.
Ketemu warung kopi di batas desa
Menikmati kopi & teh panas di sore hari
Sekitar pukul 16:00 rombongan tiba disebuah warung dibatas desa. Sebagian mengambil wudhuk untuk solat Zuhur. Kopi dan teh manis terasa nikmat, bahkan kue sarang burung pun terasa gurih. Apalagi diramu tangan lembut seorang ibu Nurcahya (pemilik warung). Tanpa disadari, gerombolan kambing bergerilya menggerayangi ransel Sakai dan Angus. Kambing2, ternyata cukup moderen, suka kue-kue. Hush...hush teriak Sang Kumbang mengusir kambing2 lapar itu. Namun kambing sempat juga ngembat kopi ginsengnya Dumpshit, namun dibiarkan saja oleh Bang-Hole.
Rehat sambil minum teh panas
Jeprat-jepret jembatan gantung
Mandi Sore Setelah cukup istirahat, rombongan turun melintas jembatan gantung menuju Desa Muara Paiti, Tanpa komando, semua menuju sungai untuk mandi dan bersih2, Kecuali Joker yang takut luntur ilmunya. Jengkol dan Cindaku yang tadinya enggan, ikutan nyebur. Sopir yang sangat bersahabat, memindahkan Bus, parkir ditepi sungai. Sayang Cindaku kehilangan jam-tangan yang tertinggal sehabis mandi. Kata Sakai, ditelan kambing. Menjelang maghrib, Bus bertolak meninggalkan Muara Paiti, meninggalkan kesan begitu mendalam. Bus melaju membelah gelapnya malam dgn perlahan. Mampir salah satu rumah makan favorit ‘Kelok Indah”, melengkapi kenangan tak terlupakan. Sekitar pukul 22:00 rombongan tiba di Pekanbaru dengan selamat. Perjalanan hiking berakhir selamat. Sampai jumpa ekspedisi berikutnya. Mission Accomplished...On-On
Hashers mandi dan bersih2
Rombongan siap kembali ke Pekanbaru
Penutup dan Kesan Perjalanan ini dianggap paling sempurna, tidak meleset baik waktu dan biaya, tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat, semua pada happy tidak ada yang mengeluh. Mulai dari sarapan pagi, 3-botol aqua, sebungkus nasi bekal, ngopi sore di warung kopi, mandi bersama diair keruh, makan malam sepuasnya di RM Kelok Indah lengkap dengan Juice Alpukat. Termasuk selembar Kaos Hiking Hijau dan BUS nyaman, hanya dengan biaya Rp. 300,000,-. Berfoto dilokasi yang indah. Salut untuk Hernia, Sakai Putih, dan Sang Kumbang sebagai panitia Lintas Dua Muara. Demikian, sampai jumpa pada ekspedisi berikutnya. Salam, on...on.