!
"
!
! '
) +&
)
,---. ' ' +/
0
&
,---. $
+1234.
'
) ) ) ) '
+&
12256173. 8
'
) ) ) +/
'
17
1221.
&
& #
+
/
1221.
)
(
)
)
)
)
)
'
+&
9 $
1232614 1:.
+,--:6,.
$
;
+1222.
6 ) 6
' 6
)
)
18
' '
12216<- +
=( > 1 ?
#
,--764.
#
) ) )
)
'
! &
@
'
+1225.
+1225.
)
19
&
0
+1225. )
)
) +
,--7. &
)
)
0
&
+1222.
'
+,--5.6
A
+,--7.
'
20
"
' )
)
) #
$
!
"
$
! +122:.
6 $
%
*
" ) 6
1
# # & )
,
&
#
& &
5
21
7
& )
;
$ *
)
6
1
(
'
)
)
, 6
) 7
'
&
'
) &
22
! ;
&
$
"
* 1
)
)
6
B ! (
,
)
' '
&
7 &
5
'
% % !
<
23
)
$
+
C
,--7.
)
;
"
$
'
!
* 1
,
6
$
)
$
)
' '
&
7
# '
)
5
24
& &
;
$
' "
*
) 6
1
,
7
;
$
@
+1225. 6
25
$
!
*
)
! 6
1
, )
!
7
' '
)
" +@
1225.
26
5
) <
& &
&
& $ $
"
* 1
" ("
)
)
6
& 7 +
,
.
$
)
$
)
+
7 $
)
$
)
.
+
.
6 )
)
27
$
)
)
)
#
)
7
' '
5
(
& &
) $
<
) %
28
%
& $
!
* 1
)
6
# #
'
,
' '
<
'
6 '
' '
' "
29
" $ *
" )
6
1
#
,
7
&
30
)
* '+ * ' $
@
+1227. 6
' '
' ' + )
. +
. ?
@) @) +
. @) ' )
&
31
)
$ $
6 @) @)
) @) @)
# 6
)
)
)
'
?
)
32
,
'
+
'
$
+123:.
6
&
$ '
' ( &
&
0
9 #
+
'
&
,--5. 6
+ (
.
+
.
+ ;
.
)
+ +
. .
33
# +123:.
-
! /
+123<. $ +122:.
#
+
6
D
,--: 1- -<
1. #
+
/
123<. .
!
!
"
!
$ +
,--,.
@
)
34
! "
$
+,---.
+ .
)
+ .
&
#
@
+
,--,. /
!
0
!
"
!
'
@
+1225.
35
'
@
+
,---.
?
% ' &
"
1
*
a. Pengertian Percaya Diri Menurut Angelis (1997) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam hati bahwa segala tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Pendapat tersebut didukung oleh Hambly (1987) yang mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu dalam menangani segala situasi. Ada ungkapan bahwa kepecayaan diri adalah keyakinan seseorang tentang adanya kemampuan dalam diri mereka. Kurangnya keyakinan diri dapat timbul dari ketakutan untuk mencoba. Kekurangan akan terlihat dari wajah pada suatu peristiwa dan juga kurang mengenal diri sendiri. Pendapat ini disampaikan oleh Rubin 1989:14 (dalam Walgito,2003 hal 23-24). “Self confidence is somebody beleve of exiting ability in them self. Lack of self believe can arising from haunted to feel incapable of trying, lack of streght bounce in face of an event and also recognition less at ownself” Sementara itu Walgito, (1991) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya. 36
Kurangnya kepercayaan diri dapat timbul karena dihantui rasa tidak mampu untuk mencoba, kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu peristiwa serta kurang pengenalan pada diri sendiri (Rubin, 1989). Hal yang sama dikemukakan oleh Darajat, (1990) yang menyatakan bahwa seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung pesimis dalam menghadapi kesukaran, karena setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus dihadapi sudah terbayang kegagalan sebelum mencoba untuk menghadapi. Kepercayaan diri dapat timbul bila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses. Selanjutnya Loekmono, (1983) mengatakan bahwa percaya diri merupakan milik pribadi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu yang ikut menentukan kebahagiaan dan kesehatan individu tersebut. Kepercayaan diri akan menyingkirkan semua kesukaran, masalah dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari Bremen, (dalam Kustiawan, 2003). Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang inidividu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya (Rini, 2002). Menurut Bandura, (1997), kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sementara itu Lauster, (1987) mengatakan bahwa kepercayaan adalah keyakinan akan kempuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh orang lain (dalam Kristiani, 2004). Sebaliknya Hakim, (2002) memberi pengertian 37
secara sederhana kepercayaan diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Ada sebuah pendapat bahwa jika di dalam hidupnya, seseorang mampu untuk menghargai dirinya sendiri maka orang lain akan menghargainya. Hal ini sangat penting untuk menghasilkan rasa percaya diri. Orang lain juga mengklaim untuk menerima keadaan sebagai manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini dikemukakan oleh Rubin (1989), (dalam Arumingtyas 2007). “If in their life, somebody can respect their around environtment and with them self, so other people will respecting. This is very important to make someone feel convidence. Others somebody also claimed to accept circumtance as humanbeng owning excess and insuffiency” Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup (Walgito, 1991). Serta keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002) sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain Lauster (dalam Kristiani, 2004)
38
2. Karakteristik atau Ciri-Ciri Kepercayaan Diri Menurut Rini (2002), karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai berikut: '
"
# '
+
$
. +
. $ $
Selanjutnya menurut Hakim (2002), memaparkan ciri-ciri orang yang percaya diri dalam 12 hal, tetapi ciri-ciri yang dikemukakan tersebut tidak dibedakan antara faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang dapat mempunyai kepercayaan diri dengan ciri-ciri orang yang percaya diri. Ciri-ciri orang yang percaya diri adalah sebagai berikut:
39
a.
Selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
b.
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c.
Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagi situasi
d.
Mampu menyesuaikan dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e.
Memiliki
kondisi
mental
dan
fisik
yang
cukup
menunjang
penampilannya. f.
Memiliki kecerdasan yang cukup.
g.
Memiliki tingkat formal yang cukup.
h.
Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang hidupnya.
i.
Memiliki kemampuan bersosialisasi.
j.
Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
k.
Memiliki pengalaman hidup yang mampu menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai coban hidup. Dari kajian tersebut nampak bahwa ciri-ciri orang yang punya
kepercayan diri yang dikemukakan oleh Rini, (2002), adalah juga masuk dalam ciri-ciri orang yang percaya diri yang dikemukakan oleh Lavator, (2002). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri Banyak hal yang mempengaruhi rasa percaya diri yang dimiliki oleh individu. Dapat dikatakan rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang secara keseluruhan. Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain 40
disekitar lingkungannya dan semua itu mempengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri (Darajat, 1990). Ada banyak faktor yang membentuk atau menghambat rasa percaya diri seseorang, seperti pengalaman, lingkungan, tradisi, kebiasaan dan tempat dimana individu tinggal (Loekmono, 1983). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a.
Konsep Diri Konsep diri sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Konsep diri yang positif akan membantu individu untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi tanpa merasa takut untuk mengalami kegagalan. Bisa menerima tanpa merusak kepercayaan diri yang dimiliki, Allport (dalam Sarwono, 1988).
b.
Kondisi Fisik Keadaan fisik inividu mempengaruhi kepercayaan diri individu. Individu yang memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain, akan merasa tidak enak karena ada yang berbeda pada dirinya dengan orang lain. Keadaan ini akan membuat individu menjadi tidak percaya diri (Surwabrata, 1984).
c.
Pengalaman Kepercayaan
diri
terbentuk
dan
berkembang sejalan
dengan
berjalannya waktu. Pada waktu masih muda, percaya diri seseorang bergitu rapuh, karena pada waktu muda suatu penolakan atau 41
kegagalsn akan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitksn. Namun semakin dewasa orang akan terbiasa dengan penolakan dan kegagalan dan kemudian belajar menerima kegagalan sebagai suatu resiko dari sebuah usaha (Hambly, 1987). d.
Jenis Kelamin Myers (dalam Sudardjo dan Purnamaningsih, 2003) mengatakan jenis kelamin mempengaruhi rasa kepercayaan diri individu. Perempuan akan merasa lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih eksploratif, lebih agresif, sangat bebas, sangat dominan, sering menggunakan logika dan sangatr percaya diri, sedangkan perempan lebih sensitif, cenderung pasif, tidak terus terang, tidak percaya diri dan cenderung lemah lembut.
e.
Dukungan Sosial Menurut Loekmono (1983), bahwa rasa percaya diri pada individu dipengaruhi dalamnya hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Pendapat ini didukung Nata Widjaya, (dikutip Afiatin dan Martiniah, 1998) untuk meningkatkan rasa perrcaya diri seorang remaja membutuhkan pihak lain ang dipercayainya untuk mendorong keberaniannya dalam mengambil keputusan.
f.
Pendidikan Monks (dikutip Muljiati, 2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan 42
mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin banyak yang telah dipelajari dan ini berarti semakin individu mengenal diri baik kelebihan dan kekurangan, semakin individu dapat menentukan standart sendiri keberhasilannya. Individu yang demikian ini mempunyai kepercayaan dalam menangani segala sesuatu tanpa rasa takut dan khawatir mengalami kegagalan, semakin
tinggi
tingkat
pendidikannya
semakin
tinggi
pula
kepercayaan dirinya. Jadi dapat dimpulkan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi kepercayaan diri adalah keadaan konsep diri, keadaan diri, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dan pendidikan. 4. Aspek-Aspek Kepercayaan diri Rasa kurang percaya diri dapat terjadi karena dihantui rasa tidak mampu sebelum mencoba serta kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu peristiwa (Rubin, 1989). Menurut Angelis, (1997) seseorang yang memiliki percaya diri tidak takut akan kegagalan. Kegagalan baginya bukan merupakan hal-hal yang sangat memalukan, sebaliknya kegagalan dapat merupakan bukti bahwa individu telah berbuat sesuatu, karena itu yang penting adalah usaha sebaik-baiknya. Sementara itu Loekmono (1983) menyatakan bahwa seseorang yang percaya diri memiliki sifat sportif, artinya sanggup menerima kenyataan bahwa semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Seseorang memiliki 43
rasa percaya diri biasanya optimis dalam menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu setiap persoalan akan dihadapi dengan tenang (Darajat, 1990). Gie (dalam Jatmiko, 2002) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah biasanya adalah orang yang selalu diliputi keraguan mengenai kemampuannya sendiri sehingga dalam dirinya selalu diliputi rasa takut. Menutut Vallet (dalam Jatmiko, 2002) kepercayaan diri dihasilkan oleh suatu keyakinan untuk menentukan hidupnya sendiri. Kenyataan itu dapat menjadikan pendorong untuk dapat lebih bertanggung jawab. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri mempunyai sikap mandiri atau tidak terpengaruh orang lain (Langter dalam Kustiawan, 2003). Selanjutnya menurut Lauster, seseorang yang memiliki rasa percaya diri (dikutip dalam Kristiani, 2004) dapat dilihat dari 4 aspek yaitu: a. Cinta Diri Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta diri ini bukanlah sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri. b. Menghargai Diri Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan perilaku sendiri. orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. c. Tujuan Hidup Yang Jelas 44
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan punya pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang bisa diharapkan.
d.
Berfikir Positif Orang yang perrcaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Tidak jauh beda dengan aspek yang dikemukakan oleh Lauster (dikutip
dalam Kristiani, 2004), Rini, (2002) juga mengungkapkan bahwa ada beberapa aspek pembentuk kepercayaan diri yaitu : a. Cinta diri Cinta diri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri. b. Pemahaman diri Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetensi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang mengetahui tujuan hidupnya karena mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang 45
bisa diharapkannya. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis, demi diterima oleh orang lain atau kelompok, memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dari diriya dan situasi yang terjadi. d. Selalu berfikir optimis Orang yang dapat melihat kehidupan dari sisi cerah serta mencari pengalaman dari hasil yang baik (tidak moodi dan emosinya stabil), memiliki internal locus os central (Memenadang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usahsa sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, serta tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang lain), mempunyai cara pandang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi diluar dirinya. Berdasarkan aspek-aspek pembentuk kepercayaan diri, maka penulis menggunakan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Rini, (2002) yang menyebutkan beberapa aspek yaitu cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas dan selalu berpikir optimis. 5. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia 18 tahun.yaitu usia kematangan yang resmi. Ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat di mana 46
individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistik dan ambang dewasa Hurlock, (1980). Menurut Hurlock (1980) juga menyatakan bahwa pada masa remaja perubahan sosial yang penting pada masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial Selanjutnya Piaget (dalam Hurlock, 1993) mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia pada saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif termasuk juga dalam perubahan intelektual yang mencolok. Definisi remaja menurut WHO, adalah suatu masa seorang individu berkembang dan saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Kepada keadaan yang relatif adolesence berasal dari kata Latin “adolescere” yang berarti remaja, yang mengandung arti “tumbuh” memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1998). 47
Sedangkan Kartono (2002) dalam kamus psikologi, adolescece merupakan periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan 12 – 21 tahun untuk anak gadis, yang lebih matang daripada anak laki-laki antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki. Sementara itu Gunarsa (1988) mengartikan adolesensia merupakan lebih mandiri. Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan emosional, sosial dan fisik pada saat usia remaja berkisar antara usia 12 tahun sampai dengan 22 tahun. 6. Pengertian Remaja Akhir Batasan usia remaja menurut Mappiare (1982) yaitu usia 12 – 21 tahun bagi wanita dan 13 – 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun – 17/18 tahun dan remaja akhir dalam rentang usia 17/18 tahun – 21/22 tahun. Sementara itu, Monks (1998) mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12 – 21 tahun dengan pembagian 12 – 15 tahun sebagai masa remaja awal 15 – 18 tahun sebagaimasa remaja tengah dan 18 – 21 tahun sebagai masa remaja akhir. Periode remaja akhir umumnya dialami oleh orang muda yang berada pada tingkat akhir SMU dan mahasiswa perguruan tinggi tingkat awal. 7. Pengertian Kepercayaan Diri pada Remaja Akhir Kepercayaan diri pada masa remaja akhir adalah keyakinan seseorang 48
khususnya pada orang muda (dalam kasus ini, khususnya seseorang yang berada ditingkat SMU dan mahasiswa perguruan tinggi tingkat awal) akan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup (Walgito, 1991). Serta keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002) sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain (Lauster dalam Kristiani, 2004). D. Hasil Penelitian yang Mendukung Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kecenderungan membeli produk, biasanya berorientasi pada tujuan. Dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, biasanya berorientasi pada tujuan. Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk, seseorang cenderung mempertimbangkan terlebih dahulu faktor –faktor yang ada pada dirinya serta menimbang keuntungan yang didapat setelah membeli dan kemudian mengkonsumsi produk yang sudah dibelinya. Dalam studi kasus yang dilaksanakan oleh Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah ini menyebutkan bahwa kepercayaan diri menjadi salah satu keuntungan yang didapatkan setelah konsumen membeli dan mengkonsumsi produk ponds. (dirangkum dalam jurnal ekonomi, 2003) “FaktorFaktor yang Memepengaruhi Perilaku Membeli Produk Kosmetik Ponds”.
49
E. Hipotesis 6
Ada hubungan antara faktor yang mendorong perilaku membeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada Siswi Kelas XI Jurusan Sekertaris, SMK Kristen 1 Salatiga.
50