37
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut. Pembangunan daerah merupakan akumulasi dari semua kegiatan pembangunan sektoral, daerah dan swasta serta masyarakat yang berlangsung di daerah termasuk didalamnya adalah pembangunan lingkungan hidup. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan daerah, permasalahan lingkungan di daerah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, hal tersebut perlu diikuti dengan peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengendalian dampak lingkungan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat akan menimbulkan resiko suatu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Karena itu diperlukan suatu usaha dalam meminimalisasikan kerusakan tersebut. Agar lingkungan hidup dapat serasi, selaras dan seimbang perlu dilakukan pengawasan, pengendalian dan pemulihan lingkungan dari kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup itu sendiri. Salah satu sumberdaya yang merupakan bagian dari ekosistem adalah sumberdaya air. Air merupakan salah satu faktor yang penting bagi makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian tidak semua air dapat langsung dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi
kriteria dalam setiap parameter yang telah ditetapkan. Sebagian besar air untuk keperluan sehari-hari berasal dari sungai, baik untuk keperluan bahan baku air minum, pengairan sawah, perikanan, peternakan, industri, tempat hidup satwa liar, transportasi dan rekreasi. Selain itu masyarakat yang berada di pinggiran atau tepian sungai memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Akibat pemakaian air
38
sungai untuk keperluan berbagai sektor tersebut, menyebabkan sifat fisik, kimia dan biologi air dalam badan air sungai sering mengalami perubahan karena adanya pencemaran. Sumber-sumber pencemaran menurut Sastrawijaya (2000), dibedakan menjadi sumber domestik (perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan sebagainya) dan sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi dan sumber pencemar lainnya). Daerah Provinsi Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki Provinsi “ Seribu Sungai” julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan sungai kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi sumberdaya air yang sangat besar karena dialiri oleh Sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia yaitu 1.086 Km dan juga daerah aliran sungai memiliki luas catchment 98.249 Km2, dimana terdapat 33 sungai induk dan 11 cabang. Sungai Kapuas ini memiliki nilai dan fungsi strategis bagi masyarakatnya serta mempunyai peran yang sangat besar dalam era pembangunan di daerah Provinsi Kalimantan Barat. Beberapa masalah lingkungan hidup di Provinsi Kalimantan Barat telah menjadi issu pokok lingkungan yang berpengaruh terhadap penciptaan kualitas lingkungan dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat umumnya, diantaranya kualitas peranan badan air Sungai Kapuas. Saat ini trennya menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kualitas sebagai akibat adanya buangan limbah
industri,
buangan
limbah
domestik
(perumahan),
pembukaan
lahan,
ekstensifikasi perkebunan dan hasil akhirnya berupa residu pupuk, pestisida dan lain sebagainya. Hal ini akan berakibat menurunnya daya tampung perairan sungai tersebut. Menurunnya daya tampung perairan sungai akan berdampak luas terhadap pemanfaatan air sungai, baik untuk keperluan perikanan, pertanian, air baku air minum, sarana industri, transportasi, rekreasi dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal diatas, maka kajian mengenai daya tampung perairan Sungai Kapuas sangat diperlukan, sehingga dapat diambil manfaat yang lebih besar dalam rangka memelihara kelangsungan fungsi sungai. Selain itu kajian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan kualitas air Sungai Kapuas.
39
1.2
Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. Peningkatan pemakaian sumberdaya air yang tidak terkendali cenderung akan meningkatkan potensi terjadinya pencemaran sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ketersediaan sumberdaya air. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai apabila adanya pembangunan secara berkesinambungan, sementara pembangunan pada hakekatnya dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam oleh kegiatan industri. Disamping menghasilkan produksi industri juga menghasilkan produk samping yang disebut limbah. Setiap produk diperlukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan, sementara limbah merupakan ancaman bagi ekosistem karena dapat merugikan atau mengurangi kesejahteraan. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik untuk memasak, minum, mencuci maupun mandi. Bagi kebanyakan penduduk secara tradisional penggunaan air bersih masih bersumber dari sungai dan air hujan. Daerah Provinsi Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak penggunaan air bersih masih bersumber dari sungai/danau dan air hujan. Berkenaan dengan fungsi Daerah Aliran Sungai Kapuas, bahwa ketergantungan masyarakat akan keberadaannya sangat tinggi. Tetapi ketergantungan masyarakat yang sangat tinggi tidak diikuti dengan perilaku masyarakat yang baik terhadap fungsi dan keberadaan Sungai Kapuas. Hal ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air yang pada akhirnya akan menurunkan nilai dan fungsi strategisnya sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Dalam pemanfaatannya Daerah Aliran Sungai Kapuas masyarakat sering melupakan untuk menjaga kelestarian fungsinya dan seringkali menjadikan badan Sungai Kapuas tersebut menjadi terminal akhir dari pembuangan limbah kegiatan yang berada di sepanjang perairan Sungai Kapuas. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat (2003), disebutkan bahwa sebanyak 28% masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kota Pontianak
40
Tahun 2002 bahwa sebanyak 12.996 kasus penyakit yang sebabkan antara lain dari pemanfaatan sumber air sungai.
1.3
Kerangka Pemikiran Pembangunan, pertumbuhan dan pemanfaatan Sumberdaya yang menunjang
berbagai kepentingan pembangunan di wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya memberikan kontribusi yang besar terhadap beban pencemaran yang masuk melalui sungai dan perairannya. Beban pencemaran di Sungai Kapuas bertambah berat baik yang disebabkan oleh alam maupun aktifitas manusia. Berbagai kegiatan pembangunan seperti pariwisata, pertanian, pertambangan, industri, perhubungan dan lain-lain menambah kompleksnya permasalahan pencemaran yang terjadi. Masyarakat daerah Provinsi Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak, Sungai Kapuas layak disebut sebagai jantung kehidupan mereka. Pemanfaatannya bukan hanya untuk cuci, mandi, dan minum, melainkan juga sebagai sumber nafkah. Sungai Kapuas bersama anak sungainya telah menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Kalimantan Barat. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kalimantan Barat Tahun 2000, sampai saat ini sebanyak 1.031 unit perahu motor serta 156 unit speed boad melayani pengangkutan sungai di daerah itu. Daya angkut perahu motor yang ada berkisar 5 ton 20 ton. Rute yang dilayani antara lain dari Kota Pontianak – Sanggau – Sintang Putussibau pergi pulang untuk mengangkut barang kebutuhan pokok. Kehadirannya setidaknya telah mampu meminimalisasi kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat kota serta desa. Hubungan antar mereka menjadi lebih dekat, hasil pertanian bisa dipasarkan, kebutuhan pokok dapat dibeli. Semuanya itu berkat jasa perahu motor yang setiap hari melayani angkutan barang dan penumpang menyusuri alur sungai dari serta ke kawasan pedalaman, terpencil dan hulu sungai. Pemakaian air sungai untuk keperluan berbagai sektor tersebut, menyebabkan sifat fisik, kimia dan biologi air dalam badan air sungai sering mengalami perubahan karena adanya pencemaran. Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan industri, perdagangan, permukiman dan transportasi yang di buang ke perairan sungai sangat mempengaruhi kualitas air sungai yang bersangkutan. Kualitas air sungai yang sesuai
41
dengan peruntukannya akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat yang berada pada sepanjang pinggiran atau tepian Sungai Kapuas, dengan kondisi demikian pengelolaan sungai secara berkelanjutan dapat diwujudkan. Kualitas perairan sungai merupakan suatu alat yang dapat menduga dan mengevaluasi terjadinya perubahan lingkungan. Kualitas air dari suatu perairan dapat dinyatakan baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan peruntukannya, seperti bahan baku air minum, prasarana/sarana rekreasi, industri, perikanan, peternakan dan pertanian. Suatu perairan dikatakan telah tercemar apabila beban pencemarnya telah melampaui kriteria baku mutu air yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Kondisi ini bila tidak dikelola dengan baik akan segera menimbulkan dampak yang negatif terhadap masyarakat Kota Pontianak, khususnya masyarakat yang berada di pinggiran Sungai Kapuas tersebut. Gambaran tentang kualitas air Sungai Kapuas dapat diketahui dengan melakukan suatu pengamatan terperinci yang berkaitan dengan keadaan, kondisi lingkungan sekitar daerah aliran Sungai Kapuas serta mengumpulkan data sekunder dan data primer hasil analisis parameter fisik, kimia dan biologi, kemudian dibandingkan dengan baku mutu air minum Kelas I berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Hasil analisis ini nantinya akan menggambarkan apakah telah terjadi penurunan kualitas air atau tidak. Kerangka pemikiran yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
42
Aktivitas Masyarakat di Sekitar Sungai Kapuas Kota Pontianak
Permukiman
Pabrik/Industri
Transportasi/perhubungan
Perdagangan
LIMBAH
PENCEMARAN
Analisis Air Sungai Kapuas
Analisis Kualitas Limbah Cair Industri
Penentuan Status Pencemaran
Penentuan Daya Tampung
` Analisis Kualitas Air Sungai Kapuas (PP No.82 Tahun 2001)
Pengendalian Pencemaran Perairan Sungai Kapuas, Kota Pontianak
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran ---- : Ruang Lingkup Penelitian 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah:
1. Menentukan tingkat kualitas air dan status mutu air Sungai Kapuas di Kota Pontianak. 2. Menentukan daya tampung Sungai Kapuas di Kota Pontianak. 3. Mengkaji pencemaran limbah cair dari kegiatan industri yang berada di pinggiran Sungai Kapuas, Kota Pontianak.
43
1.5
Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Kualitas air Sungai Kapuas di Kota Pontianak sudah melewati baku mutu untuk berbagai keperluan. 2. Daya tampung Sungai Kapuas di Kota Pontianak sudah terlewati.
1.6
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak pemerintah dan pihak terkait dalam mengelola lingkungan diperairan Sungai Kapuas. 2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya .