1,2 DIKLORO ETANA 1,2 DICHLORO ETHANE 1. N a m a Golongan Alifatik terhalogenasi Sinonim / Nama Dagang Ehtylene dichloride; Ethane, 1,2-dichloro-; sym-dichloroethane; 1,2-bichloroetha ne; alpha, beta-dichloroethane; ethylene chloride, EDC; Dutch liquid; Glycol dichloride; Brocide, C2H4Cl2. Nomor Identifikasi : Nomor CAS
: 107-06-2
Nomor OHS
: 09390
Nomor EC Index
: 602-012-00-7
Nomor RTECS
: K10525000
Nomor EINECS
: 203-458-1
UN
: 1184
ICSC
: 0250
STCC
: 4909166
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan 1,2-dikloro etana Deskripsi Cairan kental, tidak berwarna, memiliki aroma yang khas seperti kloroform, rasa manis. Berat molekul 98,96. Titik didih 182 ºF/83 ºC. Titik nyala 56 ºF/13 ºC. Kerapatan relatif (air = 1) 1,25. Kerapatan uap relatif pada suhu 20 C (air=1) 3,4. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4): Kesehatan 3
:
Tingkat keparahan sangat tinggi
Kebakaran 3
:
Sangat mudah terbakar
Reaktivitas 0
:
Tidak reaktif
Klasifikasi EC: F
:
Mudah menyala
T
:
Beracun
Xi
:
Iritan
Xn
:
Berbahaya
R 45
:
Dapat menyebabkan kanker
R11
:
Sangat mudah menyala
R22
:
Berbahaya jika tertelan
R36/37/38
:
Iritasi pada mata, sistem pernafasan dan kulit
S53
:
Hindari/cegah pemaparan – dapatkan instruksi khusus sebelum penggunaan
S45
:
Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan
segera
bawa
ke
dokter/rumah
sakit/puskesmas (perlihatkan label kemasan)
3. Penggunaan Pelarut untuk lemak, pelumas, lilin, gum, resin dan beberapa jenis karet; proses pembuatan asetil selulosa dan ekstrak tembakau. Sebagai fumigan serangga dan tanah.
4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata, depresi susunan saraf pusat, dicurigai menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Organ sasaran: SSP, hati dan ginjal. Kondisi
medis
yang
diperburuk
oleh
paparan:
masalah
kardiovaskuler, masalah ginjal, masalah hati, masalah pernafasan.
jantung
atau
Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Iritasi, mual, muntah, diare, denyut jantung tidak teratur, sakit kepala, mengantuk, gejala seperti mabuk, disorientasi, kulit berwarna kebiruan, kongesti paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, paralisis, koma. Kontak dengan kulit Iritasi, gejala seperti mabuk, kerusakan ginjal, kerusakan hati. Kontak dengan mata Iritasi. Tertelan Gejala seperti mabuk, kerusakan ginjal, kerusakan hati. Paparan jangka panjang Terhirup Kehilangan pendengaran, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, kerusakan hati. Kontak dengan kulit Sama dengan efek yang dilaporkan pada paparan jangka pendek. Kontak dengan mata Sama dengan efek yang dilaporkan pada paparan jangka pendek. Tertelan Kanker.
5. Stabilitas dan reaktivitas Reaktivitas
: Stabil pada tekanan dan suhu normal
Kondisi yang dihindari
: Hindarkan panas, percik api, api, dan sumber api lainnya. Wadah dapat retak atau meledak bila terpapar panas.
Tancampurkan
: Logam, basa, amina, bahan pengoksidasi, bahan mudah terbakar.
1,2-dikloro etana dengan Aluminium
: Terbentuk suatu senyawa yang sensitif terhadap getaran
Amonia (cair)
: Dapat terjadi ledakan hebat
Asam nitrat
: Campuran kedua bahan ini mudah terpicu oleh panas, hentakan, atau gesekan.
Dimethylamino-
: Dapat terjadi ledakan hebat
propylamine Dinitrogen tetroxide
: Terbentuk suatu campuran yang sensitif terhadap getaran
Kalium
: Terbentuk suatu senyawa yang sensitif terhadap getaran
Kaustik (kuat)
: Bahaya ledakan dan terbakar
Logam
: Dapat terbentuk karat bila suasana lembab
Logam (aktif)
: Bahaya ledakan dan terbakar
Magnesium
: Bahaya ledakan dan terbakar
Natrium
: Bahaya ledakan dan terbakar
Oksidator (kuat)
: Bahaya ledakan dan terbakar
Plastik, karet dan
: Dapat rusak
pelapis Bahaya dekomposisi
: Produk dekomposisi termal: fosgen, senyawa terhalogenasi, oksida karbon
Polimerisasi
: Tidak terpolimerisasi.
6. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standard yang berlaku
Simpanlah pada sebuah ruangan khusus yang terpisah dari bangunan utama, simpanlah bersama dengan cairan mudah terbakar lainnya
Simpanlah dalam wadah yang tahan api
Simpanlah pada tempat yang kering dan sejuk.
Simpan terpisah dari bahan yang tancampurkan dan oksidator kuat
Jauhkan dari makanan, minuman, dan bahan makanan hewan
7. Toksikologi Data Iritasi 625 mg kulit – kelinci yang tidak intak terjadi iritasi ringan; 500 mg/24 jam kulit – kelinci terjadi iritasi ringan; 63 mg mata – kelinci terjadi iritasi berat; 500 mg/24 jam mata – kelinci terjadi iritasi ringan. Toksisitas Data pada manusia: TCL0 inhalasi – laki-laki 1000 ppm/1 jam; LDL0 oral – manusia 286 mg/kg; TDL0 oral – manusia 428 mg/kg; LDL0 oral – laki-laki 714mg/kg. Data pada hewan: LD50 oral – tikus (rat) 670 mg/kg; LC50 inhalasi – tikus (rat) 1000 ppm/7 jam; LD50 intraperitoneal – tikus (rat) 807 mg/kg; LD50 subkutan – tikus (rat) 1 gm/kg; LDL0 intratekal – tikus (rat) 120 mg/kg; LD50 oral – tikus (mouse) 413 mg/kg; LCL0 inhalasi – tikus (mouse) 5 gm/m3/2 jam; LD50 intraperitoneal – tikus (mouse) 470 mg/kg; LDL0 subkutan – tikus (mouse) 380 mg/kg; LD50 oral – anjing 5700 mg/kg; LDL0 intravena – anjing 175 mg/kg; LC50 inhalasi – monyet 3000 ppm/7 jam; LC inhalasi – kucing >3000 ppm/7 jam; LD50 oral – kelinci 860 mg/kg; LCL0 inhalasi – kelinci 3000 ppm/7 jam; LD50 kulit – kelinci 2800 mg/kg; LDL0 subkutan – kelinci 1200 mg/kg; LCL0 inhalasi – babi 3000 ppm/7 jam; LCL0 inhalasi – guinea pig 1500 ppm/7 jam; LDL0 intraperitoneal – guinea pig 600 mg/kg; LC inhalasi – mamalia >3000 ppm/7 jam; TDL0 oral – tikus (rat) terus-menerus 21840 mg/kg/13 minggu; TCL0 inhalasi – tikus (rat) intermiten 200 ppm/7 jam selama 6 minggu; TCL0 inhalasi – tikus (rat) intermiten 1500 ppm/7 jam selama 5 hari; TDL0 oral – tikus (mouse) terus-menerus 43680 mg/kg/13 minggu; TCL0 inhalasi – tikus (mouse) intermiten 200 ppm/7 jam selama 9 hari; TDL0 oral – tikus (mouse) intermiten 685 mg/kg/14 hari; TCL0 inhalasi – anjing intermiten 1500 ppm/7 jam selama 5 hari; TCL0 inhalasi –monyet intermiten 1000 ppm/7 jam selama 9 minggu; TCL0 inhalasi – kucing intermiten 1000 ppm/7 jam selama 11 minggu; TCL0 inhalasi –
kelinci intermiten 400 ppm/7 jam selama 19 minggu; TCL0
inhalasi – guinea pig intermiten 200 ppm/7 jam selama 25 minggu; TCL0 inhalasi – guinea pig intermiten 1500 ppm/7 jam selama 5 hari.
Karsinogenik Diantisipasi sebagai karsinogen terhadap manusia. Pada hewan percobaan telah didapatkan bukti-bukti yang mendukung. IARC grup 2B. ACGIH: A4-tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen terhadap manusia. Pemberian 1,2-dikloro etana secara oral kepada tikus (mice dan rats) menyebabkan pertumbuhan tumor pada kedua jenis spesies. Karena tidak adekuatnya data pada manusia, maka IARC menyarankan agar berhati-hati terhadap bahan ini karena bersifat karsinogenik terhadap manusia. Tumorigenik TDL0 oral – tikus (rat) intermiten 5286 mg/kg selama 69 minggu; TCL0 inhalasi – tikus (rat) intermiten 5 ppm/7 jam selama 78 minggu; TDL0 oral – tikus (mouse) intermiten 3536 mg/kg selama 78 minggu; TCL0 inhalasi – tikus (mouse) intermiten 5 ppm/7 jam selama 78 minggu; TDL0 kulit – tikus (mouse) intermiten 1120 gm/kg selama 74 minggu; TD oral – tikus (rat) intermiten 38 gm/kg selama 78 minggu; TD oral – tikus (mouse) intermiten 76 gm/kg selama 78 minggu; TD oral – tikus (rat) intermiten 18 gm/kg selama 78 minggu; TD oral – tikus (mouse) intermiten 38 gm/kg selama 78 minggu. Mutagenik Mutasi pada mikroorganisme – Salmonella typhimurium 10 umol/cawan (+S9); mutasi pada mikroorganisme – Salmonella typhimurium 10ug/cawan (-S9); kerusakan DNA – Salmonella typhimurium 7060 umol/L; sistem pengujian mutasi lain – Escherichia coli 316 mmol/L; perubahan DNA – Escherichia coli 10 mg/cawan; pengujian lokus spesifik – oral Drosophila melanogasater 1000 ppm; pengujian lokus spesifik – inhalasi Drosophila melanogasater 250 mg/m3; hilangnya kromosom seks dan non disjungsi – oral Drosophila melanogaster 120 mmol/L; hilangnya kromosom seks dan non disjungsi – inhalasi Drosophila melanogaster 2 ppm/96 jam secara terus-menerus; hilangnya kromosom seks dan non disjungsi – Aspergilus nidulans 2000 ppm; inhibisi DNA – limfosit manusia 5 ml/L; mutasi sel somatik mamalia – limfosit manusia 100 mg/L; kerusakan DNA – oral tikus (rat) 150 mg/kg; kerusakan DNA inhalasi tikus (rat) 150 ppm selama 6 jam; sintesis DNA tidak sesuai jadwal – hati tikus (rat) 130 umol/L; pengujian lokus spesifik – intraperitoneal tikus (mouse) 300 mg/kg; kerusakan DNA – intraperitoneal tikus (mouse) 2 mmol/kg; kerusakan DNA – oral
tikus (mouse) 100 mg.kg; inhibisi DNA – intraperitoneal tikus (mouse) 29 mg/kg; mutasi mikroorganisme – ovarium hamster 2 mmol/L (+S9); transformasi morfologis – embrio hamster 200 uL/cawan; analisis sitogenik – paru-paru hamster 1 gm/L; mutasi pada sel somatik mammalia – ovarium hamster 40 mmol/L. Data Reproduksi TCL0 inhalasi – tikus (rat) betina hamil/7 jam 6-15 hari, terus-menerus, 300 ppm; TCL0 inhalasi – tikus (rat) /6jam 2 minggu sebelum hamil/1-21 hari betina hamil, 208 mg/m3. Data Tambahan Dapat melewati plasenta. Dapat dieksresikan pada air susu. Alkohol dapat meningkatkan efek toksik. Informasi Ekologi Berbahaya terhadap kehidupan perairan. Toksisitas pada ikan
: LC50
(Mortalitas)
sheepshead
minnow
(Cyprinodon variegatus) >130000 µg/L 96 jam Toksisitas pada invertebrata : EC50 (imobilisasi) kutu air (Daphnia magna) 160000 µg/L 48 jam Toksisitas alga
: EC50 (fotosintesis) diatom (Skeletonema costatum) > 433000 µ/L 96 jam
Toksisitas lain
: LC50 (Mortalitas) Salamander (Ambystoma gracile) 2450 µg/L 9,5 jam
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup 1,2-dikloro etana: dapat menyebabkan iritasi dari membran mukosa saluran pernafasan bagian atas, sakit kepala, mual dan muntah, diare, serta kramp usus. Gejala SSP meliputi rasa seperti melayang, kelemahan, stupor, gangguan keseimbangan, gemetar, ansietas, mengantuk, delirium, paralisis parsial, kolaps,
dan koma dapat muncul dalam waktu 7 jam setelah paparan. Dapat terjadi suatu periode laten, dan bila korban mampu bertahan, maka oliguria, jaundice, anemia akan berangsur hilang. Dalam beberapa hari kemudian dapat saja terjadi kegagalan hepartorenal dan disertai komplikasi perdarahan saluran cerna, hipoglikemia, hiperkalsemia, hipoprotrombinemia, menurunnya faktor pembekuan darah, dan perdarahan serta pembengkakan otak. Gejala lain dapat meliputi sianosis, penurunan tekanan darah, lemah, nadi cepat, kesulitan bernafas, edema paru, bronkitis, temperatur yang subnormal, dan aritmia jantung. Kematian dapat terjadi akibat henti nafas dan henti jantung. Temuan patologis meliputi kongesti paru, perubahan degeneratif pada miokard, nekrosis kelenjar adrenal, nekrosis hati, nekrosis tubular ginjal, dan sel saraf pada otak yang menciut.
(1)
Kontak dengan kulit 1,2-dikloro etana: kontak langsung dengan cairan ini dapat menyebabkan iritasi. Kontak yang lama dapat menyebabkan iritasi yang berat, edema dan nekrosis. Dapat diabsorpsi melalui kulit dan dapat menyebabkan toksisitas sitemik seperti yang terinci pada paparan akut secara inhalasi. Kontak dengan mata 1,2-dikloro etana: paparan terhadap uap konsentrasi tinggi atau cairan bahan ini dalam waktu cepat dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, lakrimasi, konjungtiva kemerahan, dan luka pada kornea, yang dapat kembali normal dalam satu atau dua hari. Tertelan 1,2-dikloro etana: penelanan dapat menyebabkan sensasi terbakar pada mulut, tenggorokan
dan
lambung.
Toksisitas
sistemik
meliputi
depresi
SSP,
hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas, dapat timbul gejala seperti yang dirinci pada paparan akut secara inhalasi. Keracunan kronik Terhirup 1,2-dikloro etana: paparan kronik 10-37 ppm dapat menyebabkan mual, muntah, pusing, dan efek simpang berbahaya terhadap sistem persarafan dan hati. Karakteristik gejala paparan akut dapat berlanjut bila mendapatkan paparan 75125 ppm secara berulang. Paparan berulang atau lama dapat menyebabkan
iritasi terhadap membran mukosa, inflamasi bronkial akut, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, konstipasi, insomnia, nyeri epigastrik, nistagmus, kerusakan hati dan ginjal, peningkatan urobilinogen, dan nyeri jantung. Gangguan neurologis meliputi gelisah, iritabilitas, gugup, penurunan tonus otot, kesulitan berjalan, tangan gemetar, hilangnya refleks, tanda Romberg positif, hiperhiderosis, kelelahan, dan dapat terjadi hilang pendengaran. Kematian dapat terjadi akibat gagal nafas, gagal sirkulasi, gagal hati, dan gagal ginjal. Kontak dengan kulit 1,2-dikloro etana: paparan berulang atau lama dengan cairan ini dapat menghasilkan kulit kering, bersisik, fisura dermatitis karena cairan ini memiliki aktifitas menghilangkan lemak kulit. Dapat terjadi efek sistemik seperti pada paparan akut. Seperti evaluasi yang dilakukan oleh RTECS, pemberian bahan ini pada kulit mencit menyebabkan peningkatan signifikan, secara statistik, terhadap insidens dari tumor neoplastik saluran pernafasan dan kulit. Kontak dengan mata 1,2-dikloro etana: paparan berulang dan lama dapat menyebabkan konjungtivitis. Tertelan 1,2-dikloro etana: dapat menyebabkan efek sistemik sperti yang dirinci pada paparan kronik secara inhalasi. Pada mencit, dapat menyebabkan tumor paru baik jinak maupun ganas, limfoma malignum baik pada mencit jantan maupun betina; karsinoma hepatoseluler pada jantan, serta adenokarsinoma mamae dan uteri pada betina. Pada tikus (rat), menyebabkan karsinoma lambung bagian depan pada jantan, tumor mamae baik jinak maupun ganas pada betina, serta hemangiosarkoma pada jantan dan betina. Dosis total berkisar dari 18-72 gm/kg secara intermiten selama 78 minggu.
9. Pertolongan Pertama a. Terhirup Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
b. Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. c. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%), selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. d. Tertelan Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Catatan untuk dokter: untuk tertelan, pertimbangkan tindakan bilas lambung, pemberian arang aktif dan katartik.
10. Penatalaksanaan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
c. Dekontaminasi saluran cerna Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif. Dapat dipertimbangkan kumbah lambung jika bahan tertelan dalam jumlah sedang sampai banyak.
Namun, karena kemungkinan terjadi kejang atau perubahan status mental yang cepat, kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan setelah intubasi.
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan 1,2-dikloro etana: 50 ppm OSHA TWA 100 ppm langit-langit, OSHA 200 ppm puncak 5 menit/3 jam, OSHA 1 ppm (4 mg/m3) OSHA TWA (dikeluarkan oleh 58 FR 35338, 30 Juni 1993) 2 ppm (8 mg/ m3) OSHA TWA (dikeluarkan oleh 58 FR 35338, 30 Juni 1993) 10 ppm (40 mg/m3) ACGIH TWA 1 ppm (4 mg/m3) rekomendasi NIOSH TWA 10 jam 2 ppm (8 mg/ m3) rekomendasi NIOSH STEL Metode pengukuran: selang karbon; karbon disulfid; gas kromatografi dengan deteksi ionisasi api; NIOSH III #1003, hidrokarbon terhalogenasi. Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi harus tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan. Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja. Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia. Respirator: data mengenai respirator berikut konsentrasi maksimum didapatkan dari NIOSH dan/atau OSHA. Perlengkapan respiratorik tersebut harus tersertifikasi oleh NIOSH/MSHA. Untuk tiap konsentrasi yang terdeteksi: Setiap alat bantu pernafasan yang dilengkapi dengan masker wajah penuh dan dioperasikan dalam mode tekanan sesuai kebutuhan (pressure-demamd) atau mode tekanan positif lainnya. Setiap respirator pemasok udara dengan masker wajah penuuh dan dioperasikan dalam mode tekanan sesuai kebutuhan (pressure-demamd) atau
mode tekanan positif lainnya yang dikombinasikan dengan “escape supply” yang terpisah. Pelindung wajah untuk keluar dari sumber paparan (Escape): Setiap respirator pemurni udara dilengkapi dengan masker wajah penuh dan sebuah kanister uap organik. Setiap tipe escape yang sesuai, alat bantu pernafasan serba lengkap. Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan: Setiap respirator pemasok udara dilengkapi dengan masker wajah penuh yang dioperasikan dalam suatu mode tekanan negatif atau positif lain digabungkan dengan “escape supply” terpisah. Setiap alat pernafasan serba lengkap dengan masker wajah penuh.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran Bahaya ledakan dan kebakaran: bahaya kebakaran besar. Campuran antara uap/udara dapat meledak bila melampaui titik nyala. Uapnya lebih berat dari pada udara. Uap atau gas dari bahan ini dapat terpercik bahkan walau dari jarak yang berjauhan dengan sumber api dan dapat menyambar balik. Media pemadaman: busa tahan alkohol, karbon dioksida, kimia kering biasa, air. Kebakaran besar: gunakan busa tahan alkohol atau banjiri dengan semprotan air halus (fine water spray), Pemadaman api: pindahkan wadah dari area, bila hal ini dapat dilakukan tanpa risiko. Dinginkan wadah menggunakan semprotan air hingga api padam. Menjauhlah dari ujung-ujung tangki. Bila kebakaran terjadi pada kargo atau gudang: dinginkan wadah menggunakan alat pemadam yang tidak dioperasikan oleh petugas (otomatis) hilngga api padam. Namun bila hal tersebut tidak dimungkinkan, maka lakukan tindakan berikut ini: tutup dan isolasilah area tersebut, jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan. Keluarlah dari area tersebut bila terdengar suara menderu dari ventilasi atau terjadi perubahan warna dari tangki akibat terbakar. Untuk tangki, mobil derek atau truk: radius evakuasi 800 meter (1/2 mil). Jangan berusaha memadamkan api kecuali aliran bahan ini dapat dihentikan terlebih dahulu. Banjirilah dengan semprotan air
halus. Jangan memperluas bahan yang tumpah dengan menggunakan semprotan tekanan tinggi. Dinginkan wadah dengan menggunakan semprotan air hingga setelah api padam. Semprotkan air dari jarak yang cukup aman atau dari jarak yang cukup jauh. Hindarkan menghirup materi hasil pembakaran. Tetaplah di area tinggi dan tidak melawan arah angin. Air dapat saja tidak efektif.
13. Manajemen Tumpahan Hindarkan panas, percik api, api dan sumber nyala lainnya. Pindahkan semua sumber nyala. Hentikan kebocoran, bila dapat dilakukan tanpa risiko. Kurangi uap emnggunakan semprotan air. Tumpahan sedikit: serap menggunakan pasir atau bahan tidak mudah terbakar lainnya. Kumpulkan bahan tumpahan dalam wadah yang sesuai kemudian dimusnahkan. Tumpahan besar: buatlah waduk untuk menampung tumpahan. Jauhkan orangorang yang tidak berkepentingan, isolasi daerah bahaya dan buatlah larangan masuk. Tetaplah di area tinggi dan tidak melawan arah angin.
14. Daftar Pustaka
Budavari, S. The Merck Index, 13th ed. An Encyclopedia of chemicals, Drugs and Biologicals. Merck & Co., Inc, NJ, 2001.
Gosselin, R.E., et al. Clinical Toxicology of Commercial Products, 5 th ed. Williams & Wilkins, Baltimore, 1984OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997.
International Chemical Safety Cards. Commission of the European Communities. 1991.
Micromedex (R) Healthcare Series. Micromedex Inc.
Olson K.R., Poisoning & Drug Overdose, 5th Edition, McGraw Hill Companies, Inc., USA, 2004
http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0271.html (diunduh Agustus 2010)
http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0250.htm (diunduh Agustus 2010)
http://www.pharmco-prod.com/pages/MSDS/ethylene_dichloride.pdf (diunduh Agustus 2010)
http://www.ilo.org/legacy/english/protection/safework/cis/products/icsc/dtasht /_icsc02/icsc0250.htm (diunduh Agustus 2010)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SiKer Nas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------