BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Film Dalam kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan selaput tipis yang
dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop). Sedangkan pengertian film secara luas adalah tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau bioskop. Pengertian film jenis ini juga disebut dengan istilah teatrikal.Film ini berbeda dengan Film Televisi atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi. Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, kostum, dan panorama yang indah. Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan penonton. Alasan-alasan khusus mengapa seseorang menyukai film, karena adanya unsur usaha manusia untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu. Kelebihan film karena tampak hidup dan memikat. Alasan seseorang menonton film untuk mencari nilai-nilai yang memperkaya batin. Setelah menyaksikan film, seseorang memanfaatkan untuk mengembangkan suatu realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas nyata yang dihadapi. Film dapat dipakai penonton untuk melihat-lihat hal-hal di dunia ini dengan pemahaman baru. Sebuah film disadari atau tidak, dapat mengubah pola kehidupan seseorang. Para penonton kerap menyamakan seluruh pribadinya
10
digilib.mercubuana.ac.id
11
dengan salah seorang pemeran film. Film mempunyai pengaruh sendiri bagi para penonton, antara lain: Pesan yang terdapat dalam adegan-adegan film akan membekas dalam jiwa penonton, gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis. Sajian tersebut memberikan kecemasan bagi manusia modern. Kecemasan tersebut berasal dari keyakinan bahwa isi seperti itu mempunyai efek moral, psikologi, dan sosial yang merugikan, khususnya pada generasi muda dan menimbulkan anti sosial pengaruh terbesar yang ditimbulkan film yaitu imitasi atau peniruan. Peniruan yang diakibatkan oleh anggapan bahwa apa yang dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan setiap orang. Jika film-film yang tidak sesuai dengan norma budaya bangsa (seperti sexs bebas, penggunaan narkoba) dikonsumsi oleh penonton khususnya remaja, maka generasi muda Indonesia akan rusak. Tetapi film yang dimaksud dalam penelitian ini adalah film animasi atau kartun, yang artinya suatu gagasan yang timbul atau ide dari para pelukis untuk menghidupkan gambar yang mereka lukis.8
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Film Film merupakan seni mutakhir di abad ke-20. Ia dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan. Film dan pendekatan yang serius terhadapnya – sebagaimana studi sastra, musik, teater – dapat menyumbang kepada pemahaman seseorang terhadap pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan. Thomas Alfa Edison (1847 – 1931),
8
Ekky Imanjaya, A-Z about Indonesian Film ( Bandung, Mizan, 2006 ) Yan Widjaya,” Sekilas Sejarah Film Indonesia 1900-2007,” dalam Majalah Cinemags
digilib.mercubuana.ac.id
12
ilmuan Amerika Serikat yang terkenal dengan penemuan lampu listrik dan fonograf (phonograph) atau piringan hitam. Pada tahun 1887 ia merancang alat untuk merekam dan memproduksi gambar. Alat itu mirip dengan fungsi fonograf untuk suara. Meskipun Edison menciptakan sebuah mekanisme, tetapi ia belum menemukan bahan dasar untuk membuat gambar. Masalah ini terpecahkan dengan bantuan George Eastman yang menawarkan gulungan pita seluloid, mirip plastik tembus pandang yang cukup ulet, sekaligus mudah digulung. Ciptaan Edison itu disebut kinetoskop kinetoscope). Bentuknya menyerupai sebuah kotak berlubang untuk mengintip (kinetoscope). pertunjukkan. Pada tahun 1894, di kota New York, mulai diadakan pertunjukkan kinetoskop untuk umum. Pertunjukkan yang dipertontonkan berupa fragmen-fragmen pertandingan tinju dan sketsa-sketsa hiburan kurang dari semenit. Atraksi ini segera populer di seluruh Amerika Serikat dan selanjutnya menyebar ke luar negeri, terutama di negeri-negeri Eropa. Di antara mereka yang dikagumi, yakni kakak-beradik Auguste dan Louis Lumiere dari Perancis yang lebih dikenal dengan nama Lumiere bersaudara. Lumiere bersaudara mulai memikirkan kemungkinan untuk membuat film-film mereka sendiri untuk alat kinetoskop. Bahkan mereka juga merancang perkembangan kinetoskop berupa piranti yang mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan proyektor menjadi satu. Piranti ini disebut sinematografi (cinematographe), yang dipatenkan Maret, 1895, Keunggulan sinematograf terletak pada adanya mekanisme gerakan tersendat (intermittent movement).
digilib.mercubuana.ac.id
13
Gerakan tersendat ini mirip dengan mekanisme mesin jahit, yang memungkinkan setiap frame dari film yang diputar akan berhenti sesaat untuk disinari lampu proyektor. Akibatnya, hasil proyeksi tidak tampak berkedi-kedip. Sinematograf digunakan untuk merekam adegan-adegan singkat, seperti para pekerja yang pulang pabrik, kereta api memasuki stasiun, dan anak-anak kecil bermain di pantai. Film mengalami perkembangan seiiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung. Mula-mulanya hanya dikenal dengan film hitamputih tanpa suara. Pada akhir tahun 1920-an mulai dikenal film bersuara, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an. Peralatan produksi film juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga sampai sekarang tetap mampu menjadikan film sebagai tontonan yang menarik khalayak luas. Dalam hal ini, ketika film ditemukan ia tidak langsung dianggap sebagai karya seni. Mula-mula film hanya dianggap sebagai tiruan mekanis dan kenyataan. Atau, paling-paling sebagai sarana untuk memproduksi karya-karya seni yang telah ada sebelumnya seperti teater. Dewasa ini terdapat berbagai ragam film. Meskipun cara pendekatan berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan masalah-masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya.9
9
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta. Homerian Pustaka. Hal 17
digilib.mercubuana.ac.id
14
2.1.2 Film Sebagai Media Massa Film adalah medium komunikasi massa, yaitu alat penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film menjadi medium ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu wawasan keindahan. Secara unik, kedua pemanfaatan itu terjalin dalam perangkat teknologi film yang dari waktu ke waktu makin canggih. Film menjadi ‘anak kandung’ teknologi modern. Menurut James Monaco, pengalaman dalam menikmati film menyerupai pengalaman dalam menghayati bahasa. Artinya, orang yang berpengalaman dan menghayati film, akan lebih banyak melihat dan mendengar dibandingkan dengan orang yang jarang melihat film. Film adalah karya seni yang lahir dari suatu kreatifitas orang-orang yang terlibat dalam proses penciptaan film. Sebagai karya seni, film terbukti mempunyai kemampuan kreatif. Ia mempunyai kesanggupan untuk menciptakan suatu realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas. Realitas imajiner itu dapat menawarkan rasa keindahan, renungan, atau sekedar hiburan. Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Dapat dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi)
digilib.mercubuana.ac.id
15
yang akan diolah, sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. 10 Ahli-ahli teori Perancis senang sekali membeda-bedakan “film” dari “sinema”. “Filmis” adalah aspek seni yang berkenaan dengan hubungannya dengan dunia sekitarnya; “sinematis” khusus mempersoalkan estetika dan struktur internal dari seni film. Sejak film muncul, kita mengatakan: “Film sebagai media visual.” Film-film harus menceritakan kisahnya secara visual dengan editing, fokus, pencahayaan, pergerakan kamera dan spesial efek yang baik Film yang pertama kali lahir di pertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan dengan percikan abu rokok sekalipun. 11 Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. Film merupakan salah satu media massa modern yang bersifat audio visual. Film merupakan rentetan gambar-gambar yang bergerak disertai dengan suara dan warna, dilatarbelakangi oleh cerita yang mengandung pesan-pesan dan diproyeksikan di atas layar putih yang kemudian nampak di depan mata penonton. Thomas Edison membangun studio gambar bergerak pertama dekat laboratoriumnya di New Jersey. Ia menyebutnya Black Maria, nama yang biasa digunakan pada waktu itu untuk sebuah mobil tua polisi.
10 11
Ibid 17 Ibid 19
digilib.mercubuana.ac.id
16
2.1.3 Film Sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan pembaca / pendengar / penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Dalam hal ini kita juga perlu membedakan massa dalam arti “umum” dengan massa dalam arti komunikasi massa. Kata massa dalam arti umum lebih mendekati arti secara sosiologis. Dengan kata lain, massa yang dimaksud dalam hal ini adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi tertentu. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Media massa dalam komunikasi massa bentuknya antara lain seperti media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Media massa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan orang perorangan (individu) atau organisasi. Media massa yang membawa pesan-pesan publik kepada masyarakat luas juga dapat memuat pesan-pesan pribadi (personal). Industri film adalah industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas.
digilib.mercubuana.ac.id
17
Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non-fiksi. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi. Film sebagai komunikasi massa juga dapat memberikan informasi kepada penontonnya. Ketika melihat film, penonton juga dapat merasakan hiburan yang ada dalam film tersebut. Sutradara dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya melalui media film. Dengan begitu ia juga bisa ikut mendidik masyarakat dengan pesan yang ada di dalam filmnya. Selain mampu untuk menginformasikan, menghibur, dan mendidik, film juga mampu untuk mempengaruhi seseorang, karena film merupakan salah satu komunikasi massa, maka film tidak hanya mempengaruhi satu orang saja, tetapi sekumpulan orang yang biasa disebut ‘masyarakat’. Tandatanda dan simbol-simbol yang ada dalam film merupakan sebuah propaganda pembuat film untuk menyampaikan pesan kepada penonton.12
2.2
Humanisme Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidak
puasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yag 12
Rivers, W.L & Jay Peterson. 2008. Media Massa & Masyarakat Modern. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
digilib.mercubuana.ac.id
18
relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal - hal yang bersifat positif tentang manusia. Pengertian
humanis
yang
beragam
membuat
batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsur manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan bandingkan berfokus pada “ketidak normalan” atau “sakit”. Manusia akan mempunyai mpunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme. Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memahami lingkungan ngan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar lajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori ori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme manisme lebih mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. iri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang
digilib.mercubuana.ac.id
19
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsepkonsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang ng selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.13 Dilihat dari segi kemanusiawian ataupun dari segi kebahasaan, humanisme manisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berartii manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. nusia. Sebagai paham, pendukungnya disebut humanis. Paham humanis adalah suatuu aliran untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang ditinggalkan tinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku tersebut dicetak lagii dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah humanista humanista, yakni jargonn zaman Renaissance yang sejajar dengan artista (seniman) atau iurista (ahli hukum). m). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari kebudayaan, seperti gramatika, atika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat moral. Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya secara penuh. Mengemukakan bahwa humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan 13
Anonim. 2008. Teori Belajar Humanisme (online). (trimanjuniarso.files.wordpress.com). /2008/02/teori belajar humanism.
digilib.mercubuana.ac.id
20
dan menyelesaikan permasalahan sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri. Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian yang terdapatt di kalangan ahli pikir di zaman Renaissance yang mencurahkan perhatian terdapa kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan. kemanusiaan. Posisi humanisme sama dengan reformasi. Keduanya samasama mengunggulkan pencapaian individu. Perbedaannya adalah bahwa humanisme, manisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran Tuhan. Manusia ia adalah pusat, bukan Tuhan. Pemikiran tersebut dipengaruhi oleh ilmu alam, am, kelak menjadi aliran rasionalisme. Sebaliknya aliran reformasi tidak memuja muja manusia dan keindahan, tetapi memuja Tuhan. Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga.14
2.2.1 Konsep Humanisme Humanisme merupakan sebuah konsep monumental yang menjadi aspek fundamental bagi Renaisans, yaitu aspek yang di jadikan para pemikir sebagai pegangan untuk mempelajari kesempurnaan manusia di alam natural dan di dalam sejarah sekaligus meriset interpretasi manusia tentang ini. Istilah humanisme 14
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis ( Semarang, 2011 )
digilib.mercubuana.ac.id
21
dalam pengertian ini adalah derivat dari kata-kata humanitas yang pada zaman Cicero dan Varro berarti pengajaran masalah-masalah yang oleh orang-orang Yunani disebut paidea yang berarti kebudayaan. Pada zaman Yunani kuno pendidikan dilakukan sebagai seni-seni bebas, dan ketentuan ini dipandang layak hanya untuk manusia karena manusia berbeda dengan semua binatang. Masalah yang dibahas :
1.
Kebebasan Humanisme membela kebebasan manusia untuk merancang sendiri
kehidupannya di dunia dengan cara yang merdeka. Humanisme memandang instruksi-instruksi ruksi-instruksi tradisional para pemuka agama bukan sebagai perintah yang akan membantu berbagai urusan yang mesti dilaksanakan, melainkan sebagai kendala la dan rintangan bagi manusia.
2.
Kesejajaran Manusia Kesejajaran ini terletak pada akal yang diberikan kepada manusia agar bisa
menyempurnakan tabiatnya. Dengan penelitian-penelitian teoritis yang efektif, dan dengan keyakinannya yang ekstrim, Bouille mengupas soal kelayakan dan kapabilitas manusia untuk membentuk kehidupannya sendiri di dunia. Keyakinan inipun menjadi semakin tajam dengan kemajuan-kemajuan skeptisisme yang dicapai humanisme di luar Italia pada abad setelahnya. Para penganut skeptisisme saat itu ialah Michael de Montaiyne (1533-79), Pierre Charron (1541-1603), dan
digilib.mercubuana.ac.id
22
Francisco Sanchez. Alhasil, keyakinan yang berlebihan kepada kelayakan manusia untuk membentuk kehidupannya sendiri di dunia telah menjadi dasar keyakinan baru humanisme dalam menghadapi paradigma yang berlaku pada abad pertengahan.
3.
Naturalisme Di mata kaum humanis, naturalisme berarti bahwa manusia adalah bagian
dari alam dan alam itu sendiri adalah habitat manusia. Struktur manusia berasal dari alam, dan struktur yang dimaksud ialah jasmani, indera, dan berbagai keperluan uan dimana manusia tidak bisa memisahkan dirinya dari faktor-faktor natural ural atau mengabaikannya. Kendati kaum humanis memuji ruh manusia karena kekuatan ikhtiarnya, namun mereka tidak mengabaikan jasmani dan segala yang berkaitan itan dengannya. Ketentraman dan nilai kenikmatan fisik di mata kaum humanis manis dan sentimen mereka terhadap praktik asketisisme abad pertengahan memperlihatkan mperlihatkan antusias kaum humanis mencari nilai-nilai baru sehubungan dengann aspek-aspek naturalistik manusia. 4.
Psikologi Humanistik Psikologi modern pada abad ke-20 didasari keyakinan bahwa manusia
adalah wujud yang tunggal yang tiada bandingannya. Sesuai karakteristik inilah terapi yang harus dilakukan para psikolog dan psikiater kepada manusia. Gerakan ini mengalami perkembangan dalam menentang dua aliran utama, behaviorisme dan psikoanalisis, dalam psikologi abad kedua puluh. Kaum humanis meyakini
digilib.mercubuana.ac.id
23
bahwa setiap individu bertanggungjawab atas kehidupan dan perbuatannya, dan bahwa dalam setiap zaman manusia bisa mengubah pendapat dan perilakunya melalui pengetahuan dan kehendak yang inovatif. Para psikolog humanis menaruh minat kepada perkembangan individual yang paling sempurna dalam berbagai wilayah kecintaan, perbuatan, penilaian diri sendiri (self worth), kemerdekaan mentalitas. Menurut perspektif ini, pertumbuhan dan kematangan dipandang sebagaii proses dimana pribadi seseorang terbentuk dan akan mengikuti tatanan nilai-nilainyasendiri. i-nilainyasendiri.
5.
Toleransi Pandangan-pandangan religius humanisme sarat dengan spirit toleransi.
Istilah lah toleransi menjadi popular akibat pengaruh peperangan bermotifkan agama pada abad-abad ke 16 dan 17. Tolerensi membawa pengertian mengenai kemungkinan ungkinan hidup rukun antar penganut berbagai agama, yaitu agama-agama yang ng tetap berbeda satu dengan yang lain dan tak mungkin diubah menjadi satu keyakinan. akinan. Oleh sebab itu, para humanis memastikan spirit persaudaraan sebagai satuu pandangan kolektif yang prinsipal dalam semua keimanan agama dan memungkinankan
6.
terwujudnya
perdamaian
agama
secara
universal.
Ajaran-ajaran Humanisme Ideologi-ideologi dibawah ini adalah ajaran-ajaran yang terbentuk
berdasarkan paham humanisme:
digilib.mercubuana.ac.id
24
A. Komunisme, karena di dalam ideologi ini humanisme bisa menghapus keterasingan manusia dari dirinya akibat kepemilikan swasta dan sistem masyarakat kapitalisme. B. Pragmatisme, karena pandangan yang menjadikan manusia sebagai orientasi, sebagaimana pandangan Protagoras, telah menjadikan manusia sebagai kriteria teria segala sesuatu. C. Eksistensialisme yang telah memberikan argumentasi bahwa tidak ada satupun upun alam yang sebanding dengan alam subyektivitas manusia.15
2.2.2 Teori dalam Humanisme Dalam teori belajar humanisme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan idikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, in, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
16
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha 15
Hauma, Humanism, (The World University Encyclopedia Unbridge, Vol. 6, Publisher Company, Inc., Washington, t.th. 16 Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.
digilib.mercubuana.ac.id
25
agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam am pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang tang belajar bermakna atau “Meaningfull Learning” yang juga tergolong dalam aliran iran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna, materi eri yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah ah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting ing dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, lajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif tif yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Pemahaman humanisme
dapat
terhadap
memanfaatkan
belajar teori
yang belajar
diidealkan apapun
menjadi asal
teori
tujuannya
memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanistic bersifat sangat eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan
digilib.mercubuana.ac.id
26
belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teoriteori apapun asal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia. Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. iannya. Dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan lakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing – masing dan menganggap nganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagaii keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang tang belajar sesuai pandangan masing –masing.17
2.3
Semiotika Pusat dari konsentrasi ini adalah tanda. Kajian mengenai tanda dan cara
tanda-tanda tersebut bekerja disebut simiotika atau semiologi dan kajian itu akan menyediakan fokus alternatif didalam buku ini. Semiotika, sebagaimana kita menyebutnya memiliki tiga wilayah kajian. Tanda itu sendiri, wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tandatanda didalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya.18
17
Michael rudbeger, rudolf. 2005. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) Hal 17
digilib.mercubuana.ac.id
27
Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami didalam kerangka penggunaan atau konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda tersebut. Kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi kajian ini melingkup bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunkasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut. Budaya tempat dimana kode-kode dalam tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri. Jadi, fokus utama semiotika adalah teks. Model proses linear memberi perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapantahapan yang lain di dalam proses komunikasi: memang beberapa di antara model-model tersebut melewatinya begitu saja, hampir tanpa komentar apapun. Hal tersebut adalah salah satu perbedaan mendasar dari pendekatan proses dan pendekatan semiotika. Di dalam semiotika, penerima, atau pembaca, di pandang memilik peranan yang lebih aktif dibanding sebagian besar proses (model gearbener adalah sebuh pengecualian). Semiotika lebih memiliki istilah pembaca lebih dibanding penerima. Karena setelah istilah tersebut menunjukan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga membaca adalah sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya: jadi hal tersebut menunjukkan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga membaca adalah sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya : jadi hal tersebut ditentukan oleh pengalaman budaya dari pembaca. Pembaca membantu untuk meciptakan makna dari teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosi
digilib.mercubuana.ac.id
28
yang dimiliki ke dalam makna. Pada bab ini saya berharap untuk memulai dengan melihat beberapa pendekatan utama terkait pertanyaan kompleks mengenai makna. Saya kemudian melanjutkan untuk mempertimbangkan peranan yang dimainkan oleh tanda di dalam menciptakan makna tersebut dan mengkategorikan tanda-tanda menjadi tipe-tipe yang berbeda sesuai dengan perbedaan cara yang dimiliki oleh tanda-tanda tersebut ketika menjalankan fungsi nya. 19
2.3.1 Semiotika Komunikasi Dalam kajian komunikasi, semiotika merupakan ilmu penting, sebab tanda-tanda da-tanda (signs) merupakan basis utama dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996). Sebab dengan tanda-tanda manusia dapat melakukan komunikasi apapun dengann sesamanya. 20 Dalam perkembangannya, kajian semiotika berkembang kepada dua klasifikasi utama, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. gnifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang ng salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi unikasi (pengirim, penerima, pesan, saluran dan acuan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu di sinilah munculnya berbagai cabang kajian semiotika seperti
19
Arthur Asa Berger. 2000a. Media Analysis Techniques. EdisiKedua Penerjemah Setio Budi HH. Yogyakarta; Penerbit Universitas Atma Jaya, Hal 12. 20 Alex Sobur, 2004. Semiotika Komunikasi. hal 15
digilib.mercubuana.ac.id
29
semiotika binatang (zoomsemiotics), semiotika medis (medicals semiotics) dan lain-lain, yang mana menurut Eco (1979) mencapai 19 bidang kajian21. Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda, atau apa yang lazim dipahami sebagai a sign by which something in known atau suatu tanda dimana sesuatu dapat diketahui. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika ka dan poetika. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk nunjuk pada adanya hal yang lain, sebagai contoh, asap menandai adanya api Jika ka diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak mempunyai mpunyai arti apa-apa dalam komunikasi. Tanda-tanda tersebut akan mempunyai mpunyai arti ketika dimaknai oleh pengirim (pemberi tanda) dan pembacanya (penerima ima tanda). Pembaca (penerima tanda) itulah yang menghubungkan tanda dengann apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa hasa yang bersangkutan.22
2.3.2
Pengertian Semiotika Dalam Film Kata semiotika di samping kata semiologi sampai saat ini masih sering
dipakai. Selain istilah semiotika dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidan gstudi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Menurut Segers dalam (Sobur: 2003) dikatakan bahwa pembahasan yang luas tentang 21
Alex Sobur , 2004. Semiotika Komunikasi: hal 140
22
Drs. Alex Sobur. Semiotika Komunikasi ; Rosda
digilib.mercubuana.ac.id
30
bidang studi yang disebut semiotika telah muncul di negara-negara AngloSaxon.23 Semiologi disebut juga berfikir tentang Saussurean. Dalam penerbitanpenerbitan Prancis, istilah-istilah semiologi kerap sekali dipakai. Sedangkan semiotika digunakan dalam kaitannya dengan karya Charles SandersPeirce dan Charles Morris. Baik semiotika maupun semiologi, keduanya kurang lebih dapat saling menggantikan nggantikan karena sama-sama digunakan untuk mengacu kepada ilmu tentang tanda. da. Dalam definisi Saussure (Sobur: 2003), semiologi merupakan “sebuah yang mengkaji ngkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan dengan demikian menjadi njadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukkan nunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya. ngaturnya. Sementara istilah semiotika, yang dimunculkan pada akhir abad 19 oleh eh filsuf aliran pragmatik Amerika Charles Sander Peirce, merujuk kepada “doktrin ktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa hasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Semiotika merupakan suatu studi ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam suatu konteks skenario, gambar, teks, dan adegan di film menjadi sesuatu yang dapat dimaknai. Sedangkan, kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” 23
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) Hal.12
digilib.mercubuana.ac.id
31
atau seme ,yang berarti “penafsir tanda”.24 Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atasseni logika, retorika, dan etika10 Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia, dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things). 25 Memaknai (tosignify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan(to ngkomunikasikan(to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak dak hanya membawa informasi, dalam hal ini obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, munikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda ,. Tandatanda da (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Suatu tanda menandakan sesuatu tu selain dirinya sendiri,dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek ek atau idea dan suatu tanda Charles Sanders Pierce terkenal dengan teori tandanya. danya. Berdasarkan obyeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), ndeks), dan symbol(simbol). 26 Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan 24
Ibid 27 Ibid 35 26 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Hal 18 25
digilib.mercubuana.ac.id
32
hubungan alamiah antara penanda danpetandanya, hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda)27. Menurut Saussure, bahasa merupakan suatu sistem tanda, dan setiap tanda kebahasaan, hasaan, menurutnya pada dasarnya menyatakan sebuah konsep dan suatu citra tra suara (sound image), bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang ng muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifer), sedang ng konsepnya adalah petanda. Dua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali. Jika hal itu terjadi maka akan menghancurkan kata itu sendiri. Sementara entara itu Barthes melihat signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatuu susunan yang sudah terstruktur. Signifikasi itu itu tak terbatas pada bahasa,tetapi hasa,tetapi terdapat pula pada hal-hal yang bukan bahasa. Pada akhirnya Barthes hes menanggap kehidupan sosial sendiri merupakan suatu bentuk dari signifikasi. gnifikasi. Dengan kata lain, kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatuu sistem tanda tersendiri pula kehidupan sosial seringkali digambarkan dalam tayangan film28. Dengan demikian simbol yang tersirat dalam film dapat ditransfer oleh penonton ke dalam kehidupannya. Hal-hal yang memiliki arti simbolis tak terhitung jumlahnya. Dalam kebanyakan film setting, memiliki arti simbolik yang
27 28
Ibid, Hal. 12 Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Brthes, ( Magelang Yayasan Indonesiatera, 2011 ).
digilib.mercubuana.ac.id
33
penting sekali, karena tokoh-tokoh sering dipergunakan secara simbolik.29 Dalam setiap bentuk cerita, sebuah simbol adalah sesuatu yang kongkret (sebuah obyek khusus, citra, pribadi, bunyi, kejadian atau tempat) yang mewakili atau melambangkan suatu kompleks, ide, sikap-sikap, atau rasa sehingga memperoleh arti yang lebih besar dari yang tersimpan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu sebuah simbol adalah suatu macam satuan komunikasi yang memiliki beban yang khususs sifatnya. Pada awalnya film adalah hiburan bagi kelas bawah, dengan cepat film mampu menembus batas-batas kelas dan menjangkau kelas lebih luas. Kemampuan mampuan film menjangkau banyak segmen sosial, kemudian menyadarkan para ahli komunikasi terutama, bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. layaknya. Karena itu, mulailah merebak studi yang ingin.30
2.3.3
Semiotika Dalam Film Kajian semiotika dalam film sudah banyak dilakukan diantaranya adalah
Budi Irawanto seorang alumnus Universitas Gadjah Mada, yang mengkaji semiotika atas teks film Enam Djam di Jogja, Janur Kuning dan Serangan Fajar. Ketiga film tersebut diproduksi pada masa yang berbeda oleh perusahaan film yang berbeda pula. Film Enam Djam di Jogja diproduksi pada masa Orde Lama, suatu periode yang sangat kuat diwarnai oleh persaingan ideologis antara kelompok sipil dan militer. Film ini diproduksi . hari lahir Perfini inilah oleh Dewan Film Indonesia kemudian ditetapkan sebagai “Hari Film Nasional”. 29
Ibid, Hal 58 Stephen w Littlejon 1996. Theories Of Human Communicatio, (5 edn; New Mexico: Wadsworth Publishing Company ) P.65
30
digilib.mercubuana.ac.id
34
Sedangkan dalam film Janur Kuning dan Serangan Fajar di produksi masa Orde Baru, sebuah periode yang ditandai oleh dominannya peran kelompok militer yang ditopang oleh ideologi yang kuat. Janur Kuning diproduksi PT Metro sebuah perusahaan film yang dimiliki oleh anggota senior polisi di Jakarta dan PT Karya Mandiri perusahaan film yang dimiliki Marsudi seorang kolonel yang memiliki hubungan dekat dengan Soeharto sejak perang kemerdekaan. Dan Marsudi pula yang bertanggung jawab terhadap bahan-bahan sejarah bagi film ini . Adapun perusahaan yang mensponsori dan memproduksi Serangan Fajar adalah Pusat Produksi Film Negara (PPFN) yang dikepalai oleh Brigjen G.Dwipayana, yang telah lama menjadi staf pribadi.
2.3.4
Komunikasi , Makna, dan Tanda Berbagai model yang sudah kita bahas sejauh ini keseluruhannya, dengan
derajat yang berbeda, menekankan pada proses komunikasi. Model-model tersebut pada dasarnya berasumsi bahwa komunikasi adalah pengiriman pesan dari A ke B. Akibatnya perhatian utama mereka terpusat pada medium, saluran, pengiriman, penerima, gangguan, dan feedback (umpan balik), dimana semua istilah-istilah tersebut terkait dengan proses pengiriman pesan. Sekarang saatnya perhatian kita beralih kepada kependekatan yang berbeda secara radikal. Penekanan dari pendekatan ini tidak terlalu terfokus pada komunikasi sebagai penghasil makna. Ketika saya berkomunikasi dengan anda, kurang lebih seakurat anda paham apa arti dari pesan saya. Agar komunikasi bisa terjadi harus membuat
digilib.mercubuana.ac.id
35
sebuah pesan yang terdiri dari berbagai tanda. Pesan ini kemudian menstimulisasi anda untuk menciptakan makna bagi diri anda sendiri dimana makna tersebut sedikit banyak berkaitan dengan makna. Semakin kita berbagi kode yang sama, maka semakin mungkin kita menggunakan sistem tanda yang sama, sehingga kedua makna yang kita miliki akan semakin mirip satu sama lain31. Kita harus membiasakan diri kita dengan serangkaian istilah-istilah baru. Istilah-istilah yang banyak digunakan pada bab ini adalah, tanda, signifikansi, ikon, indeks, simbol, konotasi-semua istilah yang mengacu pada berbagai cara menciptakan makna. Jadi model-model didalam bab ini akan berbeda dengan yang kita bahas sebelumnya karena tidak bersifat linier : tidak memuat panah-panah yang mengidentifikasikan arus pesan. Model-model tersebut merupakan model struktural, dan semua panah yang ada didalamnya mengidentifikasikan hubungan antara elemen didalam menciptakan
makna. Model-model ini juga tidak
mengansumsikan serangkaian langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh sebuah pesan : namun konsentrasinya lebih pada menganalisis serangkaian hubungan-hubungan terstruktur yang memungkinkan sebuah pesan memiliki makna tertentu : dengan kata lain, fokus pada apa yang membuat coretan-coretan dikertas atau suara diudara menjadi sebuah pesan. 32
31 32
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) Hal 116 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) 117
digilib.mercubuana.ac.id
36
2.4
Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce Semiotika di samping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain
istilah semiotika dan semiologi dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti suatu tanda atau lambang. Kata semiotika itu sendiri iri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Zoest, est, 1996:vii) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1996:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, ka, dan poetika. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal lain. Contohnya, tohnya, asap menandai adanya api. Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan ahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. da. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu tanda (sign). Dalam am ilmu komunikasi ”tanda” merupakan sebuah interaksi makna yang disampaikan sampaikan kepada orang lain melalui tanda-tanda. Dalam berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan tanda tersebut juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan dalan sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban, lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda. Menurut Eco, tanda akan selalu mengacu pada sesuatu hal (benda) yang lain, yang disebut referant. Lampu merah mengacu pada jalan
digilib.mercubuana.ac.id
37
berhenti, wajah memerah mengacu pada tersipu malu atau kebahagiaan, air mata mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian. Dari beberapa tokoh semiotik, ada 2 (dua) yang sangat ternama, yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Shanders Peirce (1839-1914). Pierce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut but telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda, tetapi tapi keduanya berfokus pada tanda. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tang tanda (sign), berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda-tanda tersebut but menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan nggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semua berkembang dalam bidang bahasa kemudian berkembang pula dalam am bidang seni rupa dan desain komunikasi visual. 33 Aart van Zoezt menuturkan Charles Sanders Pierce adalah salah seorang tokoh oh filsuf yang paling orisinil dan multidimensional, begitupun komentar Paul Cobley dan Litza Jansz Pirce adalah seorang pemikir yang argumentatif. Pierce terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Pierce, sebagaimana dipaparkan seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Charles Sanders Pierce, seorang ahli filsafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Sudjiman dan Van Zoest, mengatakan bahwasanya “sudah pasti bahwa tanpa 33
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) Hal 39
digilib.mercubuana.ac.id
38
tanda kita tidak dapat berkomunikasi”. Merujuk pada teori Pierce (Noth, 1995:45), berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda-tanda dalam gambar dan dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya : ikon, indeks, dan simbol. 1) Pertama : Dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. 2) Kedua : Menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. 3) Ketiga : Kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan pena kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya bers hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.34
34
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) Hal 41- 44
digilib.mercubuana.ac.id
39
Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengkomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang
digilib.mercubuana.ac.id
40
memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan.35 Berdasarkan Klasifikasi tersebut, Pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis tanda yang telah dia temukan dan pelajari dan tanda itu yaitu adalah : 1. Qualisign, Yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukkan kualitas tanda. Misalnya, Suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau sesuatu yang diinginkan. 2. Icon Sinsign, Yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh : Foto, diagram, peta, dan tanda baca. 3. Rhematic Indexical sinsign, yaitu tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh: Pantai yang sering merengut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya, dilarang mandi disini. 4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya tanda larangan masuk yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor. 5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya, rambu lalu lintas. 6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, ‘
Mana
buku itu?” dan jawab, “Itu!”. 35
Indiwan Seto Wahyu Wibowo.2013, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media . Hal 17
digilib.mercubuana.ac.id
41
7. Dicent Indexical Legsign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjukkan subjek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar – putar di atas mobil ambulan mendadak ada orang yang sakit atau orang yang celaka tengah dilarikan ke rumah sakit. 8. Rhematic Simbol, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau. 9. Dicent Simbol ( Proposisi ) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objeknya melalui asosiasi dalam otak. Kalu seseorang berkata, “ Pergi!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata – kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi didalam otak. 10. Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata,”Gelap.” Orang itu berkata gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap.36 Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentunya saja penilaian tersebut mengandung kebenaran. 37
36 37
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2003 ) hal 42-43 Alex Sobur : Hal 42-43
digilib.mercubuana.ac.id