BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semakin banyaknya film Indonesia yang bermunculan saat ini, membuat para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang terdiri dari beberapa genre-genre film nasional yang laris saat ini.
Di era globalisasi ini menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia juga dijadikan kebutuhan pokok riil pada setiap keberadaan manusia dimuka bumi ini, baik pendidikan formal maupun non formal. Banyak orang yang lapar akan hal itu, oleh karena itu mereka menonton film yang bertemakan pendidikan. akan tetapi baru sedikit jumlahnya yang bertemakan tentang pendidikan yang berakhir bahagia dan yang tidak bahagia. Walaupun tidak seperti film-film cinta yang banyak diproduksi, flim yang bertemakan tentang pendidikan masih sangat jarang sekali jika kita bandingkan dengan film-film yang bertemakan cinta, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh pasar perfilman Indonesia yang para penontonnya lebih suka menonton film yang bertemakan cinta ketimbang film pendidikan. Padahal film pendidikan memiliki nilai moral yang sangat tinggi kepada penontonnya. Khususnya pada generasi muda penerus bangsa. Unsur pendidikan yang mana didalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 “Setiap Warga Negara Berhak Mendapat Pendidikan”.
1
Unsur cinta juga tidak dapat hilang difilm- film karya anak bangsa masa kini masih memasukkan unsur-unsur cinta dalam karya mereka, komedi cinta, remaja dan cinta, cinta dan agama, bahkan ada film komedi sex.
Salah satu upaya untuk mengkomunikasikan hal tersebut, pendidikan, adalah melalui film, baik film dokumenter, komersia atau film cerita. Disini penulis mengambil tema film cerita. Film merupakan bentuk produk kebudayaan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh secara psikologis. Kekuatan film terletak pada daya sugestifitasnya karena pada dasarnya film itu diciptakan berpangkal dari realitas masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan kekuatan film dalam mempresentasikan kehidupan sehingga mampu memuat nilai budaya masyarakat. Sadar tidak sadar, setelah menonton film akan ada kesan yang tertanam dalam memori orang tersebut. Kesan tersebut akan mengendap dari dalam diri orang yang bersangkutan, sampai akhirnya memberikan pengaruh kepada pola atau sikap mereka.
Secara konvensional, dewasa ini bentuk-bentuk media massa yang kita kenal adalah pers, film, radio, dan televisi. Salah satu media massa yang dapat diserap secara mendalam oleh khalayak adalah film. Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya, baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada massa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha
2
menampilkan citra bergerak (moving Image), namun juga telah diikuti oleh muatan-muatan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup. 1
Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya. Dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut moving Image (semula sebutan ini untuk “berpindah gambar”). Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dan hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dari rekaman orang atau benda (termasuk fantasi dan figure palsu) dengan kamera, dan atau boleh dengan animasi.
Pada saat ini kita pecinta film nasional sudah sangat rindu pada wajahwajah asli perfilman Indonesia. Dimana dalam beberapa adegan film nasional banyak yang berupaya mengangkat citra, kebudayaan, semangat pendidikan dan tradisi asli Indonesia.
1
Victor C Mambor Satu Abbad “Gamabar Idoep” di Indonesia http://situskunci.tripod.com/teks/victor2.htm
3
Untuk
meningkatkan
apresiasi
penonton
film
Indonesia
adalah
menyempurnakan permainan trik-trik serealistis mungkin, seni peran yang lebih sungguh-sungguh, pembenahan struktur cerita, pembenaran seting budaya dan tradisi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan, penggunaan gambar yang lebih estetis.
Di Indonesia sendiri, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta), lima tahun setelah film dan bioskop pertama lahir di perancis. Pada massa itu film disebut Gambar Idoep .
Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa tradisional, masa penjajahan sampai masa kemerdekaan ini. Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah menyempurnakan pemikiran trik-trik serealistis dan sehalus mungkin, seni acting yang lebih sungguh-sungguh, pembenahan struktur cerita, pembenahan seting budaya yang lebih dapat dipertanggung jawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis.
Peningkatan mutu film dari genre-genre film nasional yang laris sekarang ini dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu di lingkungan penonton urban yang marginal, tetapi mungkin juga ditonton oleh golongan penonton yang terpelajar dan intelektual. Untuk membuat film bermutu yang laris di semua
4
golongan penonton dengan latar belakang budaya mereka yang berbeda-beda adalah adegan memberi kesempatan kepada para sineasnya. 2
Membuat film adalah suatu kerja kolaboratif. Sebuah film dihasilkan oleh kerjasama berbagai macam variable yang saling mendukung. Produksi film yang normal membutuhkan kooperatif banyak ahli dan teknis yang bekerja sama sebagai satu tim, sebagai satu unit produksi. 3
Diantara berbagai variabel terdapatlah skenario, satu variabel yang penting, karena secara prosedural merupakan bagian dari tahap pembuatan sebuah film yang paling awal. 4 Pembuatan film adalah proses kreatif berkesinambungan yang bisa dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap penulisan, penyutradaraan dan penyuntingan. Skenario dianggap penting dalam pembuatan film karena merupakan rencana untuk membuat film. Sebuah skenario yang baik telah menjadi sebuah film dalam bentuk tertulis.
Dalam sebuah naskah skenario yang sempurna, visualisasi dari gagasan sebuah film sudah tergambar dengan jelas. Secara rinci, dalam sebuah skenario tertulis element-element sebuah film seperti dramaturgi, konsep visual, montase, karakterisasi, pengadegan, dialog dan tata suara. 5
2
Sudwikatmono, “Sinepleks dan Industri Film Indonesia”, dalam layar perak, Jakarta : Gramedia 1999 3 Lindgren, Ernest, The Art Of The Film, New York : Collier Books, 1963, hal 4 4 Ibid 5 Herman, Lewis, A Practical Manual Of Screen play Writing for Theater and Television Film, New York: The New American Library, 1952.
5
Film adalah tontonan yang menyampaikan ceritanya melalui serangkaian gambar yang bergerak, ini dari segi visual. Sarana visual mendapatkan kedudukan yang penting dalam media film. Informasi yang diberikan oleh apa yang Nampak jauh lebih efektif. Tak bisa disangkal, bahwa memang sebuah gambar berbicara lebih dari seribu perkataan. Ekspresi-ekspresi pelaku dapat ditonjolkan semaksimal mungkin yang tidak dapat di ekspose oleh media seni lainnya dengan demikian riel dan efektif. 6
Dengan pertimbangan inilah media film digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan mengenai semangat juang untuk meraih pendidikan dalam film”Laskar Pelangi” Melalui film diharapkan pesan-pesan mengenai nilai pendidikan dapat lebih mudah diterima dan dipahami masyarakat dari berbagai kalangan.
Film LASKAR PELANGI merupakan sebuah film adaptasi sinema dari novel fenomenal yang berjudul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, yang mengambil seting di akhir tahun 70-an. Film ini merupakan kolaborasi antara Miles Films production dan Mizan Cinema Productions. Yang disutradarai oleh Riri Riza ini merupakan film yang berjudul Laskar Pelangi. Laskar Pelangi menceritakan sebuah kisah sebuah kisah anak bangsa yang menggambarkan perjuangan 2 orang guru yang bernama Bu Muslimah dan Pak Harfan dan 10 murid yang memiliki mimpi yang mengharukan mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, Syahdan, Borek, Kucai, A Kiong, Sahara, Trapa ni, Harun, serta 6
Misbach Yusa Biran, Membuat Naskah Skenario, Suatu pengantar, LPKJ
6
keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia. Film ini mengangkat realitas sosial masyarakat Belitung, tentang persahabatan, kegigihan dan harapan, dalam bingkai kemiskinan dan ketimpangan kelas sosial.
Setelah novel ini laku keras dipasaran, Mira Lesmana (produser), Riri Riza (sutradara film laskar pelangi) dia ingin menyampaikan beberapa hal melalui film ini. Pertama, tentang hak setiap warga negara indonesia. Kedua, ingin memperlihatkan realitas sosial yang terjadi di didaerah sekaya belitung masih ada sekolah yang seperti itu yang pendidikannya sangat memprihatinkan. Ketiga, ingin memvisualisasikan novel yang laris tersebut agar bisa mudah dimengerti oleh khalayaknya.
Pada penelitian ini penulis menganalisis bagaimana kecenderungan element-element standar dalam sekenario berupa dialog, seting atau tempat, dan penokohan. Dengan unit analisis naskah dalam film Laskar Pelangi yang dilihat dari adegan per adegan yang ditampilkan dalam film tersebut.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Idealisme di Wacanakan Dalam Film Laskar Pelangi?”
7
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kecenderunagn element-elemet yang mengarah pada gambaran realitas semangat juang dalam meraih pendidikan dan semangat untuk terus bermimpi dalam meraih cita cita dalam adegan film Laskar pelangi.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Secara akademis khususnya bagi Fakultas Ilmu Komunikasi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pengetahuan dibidang Broadcasting mengenai analisis wacana. Terutama analisis wacana dalam sebuah film. Serta dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang akan datang. Selain itu juga dapat bermanfaat bagi sarana pengetahuan akan film dan pembuatnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada production house (Rumah Produksi) dalam hal ini Miles Production dalam hal kecenderungan elment-element dalam skenario pada film Laskar Pelangi.
8