BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis novel The Great Gatsby sendiri pada masa hidupnya, F. Scott Fitzgerald bahwa novel tersebut merupakan novel yang gagal dikarenakan hanya mampu terjual sebanyak 25.000 kopi selama 15 tahun sisa hidup sang penulis novel, tapi setelah cerita dalam novel tersebut di filmkan oleh Luhrmann banyak respon positif dari banyak kritikus dunia, bahkan film ini memborong penghargaan dalam Australian Academy Cinema Television Arts (AACTA) sebagai best film of the year, best director (Baz Luhrmann), dan best actor (Leonardo DiCaprio). Dalam film The Great Gatsby konsep yang digunakan adalah formal karena karakter-karakter yang di perankan oleh masing-masing aktor dan aktris dalam film tersebut menonjolkan sikap santun dalam setiap percakapan yang ada dalam naskah film The Great Gatsby di karenakan film tersebut bercerita tentang para pembisnis dan kalangan elit yang dalam percakapan satu sama lainnya menggunakan tuturan santun dan formal. Karena hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalis maksim kesantunan (Politeness Maxims) pada percakapan yang terdapat dalam naskah Film The Great Gatsby sebagai data dalam penelitian ini.
1
2
Penulis berkonsentrasi dan memilih untuk menganalisis enam jenis maksim kesantunan (Politeness maxims) yang ada dalam prinsip kesantunan (Politeness principle) karena kesantunan merupakan aturan atau yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh penutur dan mitra tutur dalam sebuah percakapan, sama halnya dengan percakapan yang terjadi dalam sebuah film, kesantunan juga harus diterapkan agar tidak terjadinya sebuah pelanggaran dalam bertutur. Pelanggaran itu sendiri bisa terjadi dalam sebuah percakapan jika salah satu dari penutur ataupun mitra tutur tidak memberikan informasi yang sebenarnya atau tidak bekerja sama dengan baik sehingga informasi yang di bicarakan tidak bisa di interpretasikan dengan baik oleh penutur ataupun mitra tutur. Menurut Lakoff (1972) “... what we think is appropriate behaviour in particular situations in an attempt to achieve and maintain successful social relationship with other”. Artinya apa yang kita pikirkan merupakan
sebuah
perilaku yang berkaitan erat dengan terjadinya suatu kejadian dalam mencapai dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Oleh karena itu leech membuat aturan tentang kesantunan, Leech (1983) “Politeness as a type of behaviour that allows the participants to engage in a social interaction in an atmosphere of relative harmony”. Artinya kesantuan merupakan jenis atau aturan yang memungkinkan para peserta tutur untuk terlibat dalam interaksi sosial dengan suasana yang harmonis. Leech membagi prinsip kesantunan menjadi 6 maksim yaitu: maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (maxim approbation), maksim kesederhanaan (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian
3
(sympathy maxim). Ke enam maksim dalam prinsip kesantunan (Politeness Principle) dalam ilmu pragmatik dapat ditemukan pada percakapan sehari-hari, berikut salah satu contohnya: (1) a. I can lend you a hundred pounds b.You can lend me a hundred pounds kalimat (a) menggambarkan kesantunan dari penutur kerena penutur memiliki titik kebijaksanaan untuk memahami kadaan dari mitra tutur. Maka kalimat tersebut termasuk kedalam jenis maksim kebijaksanaan (tact maxim) sedangkan kalimat (b) bukan merupakan sebuah kesantunan, karena ungkapan pada kalimat tersebut mengandung keyakinan-keyakinan yang kurang santun, sehingga kalimat tersebut menyinggung mitra tutur dan tentu saja melanggar penggunaan maksim kesantunan. Maksim sendiri merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah tersebut mengatur tindakan, penggunaan bahasa, dan interpretasi terhadap tindakan dan ucapan petutur. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Maksimmaksim tersebut menganjurkan agar dalam sebuah percakapan bisa dilakukan dengan sopan dan menghindari ucapan yang tidak sopan. Oleh karena itu, kesantunan dalam berbahasa merupakan aspek penting dalam mengendalikan emosi petutur, karena dalam sebuah percakapan penutur dan mitra tutur tidak hanya dituntut untuk menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi agar penutur tidak saling mempermalukan satu sama lain saat berkomunikasi juga kesantunan sangat berpengaruh terhadap interpretasi informasi yang di tuturkan agar maksud dari informasi yang di
4
tuturkan bisa dipahami, seperti yang di ungkapkan Hornby (1995:254) “Make your convertional contribution such as is required at the stage which it occurs, by the accepted purpose or direction on the talk exchange in which you are stage” buatlah percakapan yang terarah berdasarkan tujuan yang telah disepakati atau arah percakapan yang anda sedang ikuti, agar tidaka ada kekeliruan dalam menginterpretasikan ujaran yang diucapakan sehingga tidak timbul pelanggaran dalam percakapan tersebut. Dengan demikian, penulis tertarik untuk membahas enam maksim kesantunan (Politeness maxims) yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, apa ciri yang menggambarkan terjadinya maksim kesantunan dan bagaimana cara penututur mengungkapkan tuturan tersebut dengan penggunaan dua jenis tindak tutur yaitu literal langsung dan literal tidak langsung, pembahasan serupa akan penulis tuangkan pada percakapan yang terjadi pada dilog Film The Great Gatsby ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Maksim Kesantunan (Politeness maxims) Pada Film The Great Gatsby: Kajian Pragmatik”.
1.2 Identifikasi Masalah Analisis data dalam penelitian ini dibatasi dari segi pragmatik. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis maksim kesantunan apa yang terdapat pada Film The Great Gatsby? 2. Jenis tindak tutur apa yang digunakan dalam maksim kesantunan pada poin satu diatas?
5
1.3 Batasan Masalah Untuk mencegah meluasnya permasalahan, penulis membatasi bahasanbahasan dari objek penelitian dalam proses penelitian skripsi ini. Objek yang penulis teliti pada skripsi ini adalah enam maksim kesantunan dari Leech dan Levinson juga dua jenis tindak tutur yaitu literal langsung dan literal tidak langsung yang ada pada naskah Film The Great Gatsby. Berikut keenam maksim kesantunan (Politeness maxims) yang akan penulis bahas dalam penelitian ini, maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (maxim approbation), maksim kesederhanaan (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim) dan dua jenis tindak tutur menurut keliteralanya yaitu tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal penulisan ini hanaya menggunakan dua jenis tindak tutur tersebut dikarenakan pada film yang di analisis lebih menonjolkan percakapan yang tidak mengarah ke pelanggaran sebuah kesantunan dan konteks pada film yang di analisis lebih mengarah kepada percakapan yang formal yang alur cerita pada percakapan film tersebut mengharuskan karakternya bertutur santun. Hal tersebut berkaitan dengan pembahasan yang diteliti. Penulisan ini lebih mendalami tentang enam jenis maksim kesantunan (Masims Politeness) dengan dua jenis tindak tutur yaitu tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal Pada naskah Film The Great Gatsby. Teori yang digunakan sebagai referensi pendukung dan bahan acuan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori dari Leech (1982) dan Levinson (1983).
6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian pada Film The Great Gatsby ini, yaitu dengan: 1. Mengidentifikasi maksim kesantunan yang terdapat pada Film The Great Gatsby. 2. Mendeskripsikan tindak tutur apa yang digunakan dalam maksim kesantunan pada poin satu diatas. Harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengguna bahasa, terutama penutur, agar dapat menyampaikan maksud dari sebuah tuturan secara tepat sesuai dengan kesantunan yang baik agar terjadinya percakapan yang harmonis dan bisa menginterpretasikan sebuah ujaran sehingga dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh petutur tanpa membuat pelanggaran dalam sebuah kesantunan pada sebuah percakapan. Kemudian, kepada para penonton Film The Great Gatsby agar dapat menikmati film ini dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai kesantunan (Politeness) pada setiap percakapan yang di tuturkan oleh stiap karakter yang ada di dalam Film The Great Gatsby.
1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek pada penelitian ini adalah enam maksim kesantunan (Politeness maxims) menurut teori Leech (1982) dalam prinsip kesantunan (Politeness Principle) pada percakapan yang ada dalam naskah film The Great Gatsby. Data tersebut diambil dari naskah film yang terdapat pada internet movie database atau IMDb.com.
7
Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah kualitatifdeskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2004:31), sedangkan penelitian deskriptif menurut (Trochim, 2006:23), “Descriptive analysis are used to describe the basic features of the data in a study. The provide simple summaries about the sample and measure. Together with simple graphic analysis, they form the basis of virtually of quantitative analysis of data, with descriptive analysis you are simply describing what is, what the data shows”. Artinya metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan, secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki sehingga analisis data akan terlihat lebih sederhana. Menurut Milles dan Humberman (1992:16) analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data dengan tahapan sebagai berikut: penulis menggunakan teknik dokumentasi dan observasi dalam mengumpulkan data keenam maksim kesantunan (Politeness maxims) yang terdapat pada film The Great Gatsby, kemudian melakukan reduksi dengan cara menganalisis, menggolongkan, mengorganisasikan data agar mempermudah penulis untuk mengakses data tersebut apabila diperlukan kembali. Langkah selanjutnya adalah penyusunan data yang telah dikumpulkan agar dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Verifikasi kesimpulan melalui keputusan berdasarkan pada
8
reduksi data dan penyajian data yang diangkat dari masalah yang menjadi fokus dalam penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini di tulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut, yaitu bab I Pendahuluan; bab II Kajian teori; bab III Analisis data; dan bab IV Kesimpulan dan saran. Bab I Pendahuluan, pendahuluan berisi uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab II Kajian teori, kajian teori membahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai referensi penulisan skripsi ini, antara lain, Teori pragmatik Leech, teori prinsip kesantunan Leech dalam bukunya yang berjudul Principles of Pragmatics. Bab III Penelitian ini menganalisis data dengan mengambil beberapa contoh percakapan dalam film The Great Gatsby yang mengandung maksim kesantunan menurut prinsip kesantunannya dan jenis tindak tutur langsung literal atau tidak langsung literal dalam maksim kesantunan yang ada pada naskah film The Great Gatsby. Hasil analisis pada bab III akan penulis tarik kesimpulan dan saran yang kemudian di kaji di bab IV.