BAB III REALITAS GERAKAN FEMINISME DI UKM BERBASIS GENDER DAN SIGNIFIKANSINYA DENGAN PENDIDIKAN IAIN WALISONGO SEMARANG A. Realitas UKM Berbasis Gender di Lingkungan IAIN Walisongo Semarang 1. UKM AZZAHRO Salah satu UKM yang berada dilingkungan Fakultas Tarbiyah secara historis, AZZAHRO berdiri dilatar belakangi adanya beberapa tuntutan. Diantaranya adalah tuntutan untuk meningkatkan kualitas mahasiswi Tarbiyah khususnya dalam hal kemampuan intelektual dan ketrampilan. Keadaan ini sebagai akibat dari budaya patriarki yang secara turun temurun mendiskriditkan perempuan dalam berbagai bidang tak dapat dielakkan juga di Fakultas Tarbiyah. Masih ada pemahaman yang bias pada mahasiswa dalam memahami arti gender. Hal ini dimaksudkan adanya stereotype yang dilekatkan pada jenis kelamin tertentu. Sebagai contoh, laki-laki kuat, rasional, perkasa. Sementara itu pencitraan bagi perempuan sosok yang lemah lembut, pemalu, irasional bahkan emosional. Pembedaan pencitraan itu terjadi akibat adanya pemahaman yang parsial tentang problem kesetaraan gender. Pada awalnya munculnya AZZAHRO karena ada usulan yang dihasilkan atas sharing ide dengan Pusat Studi Wanita
(PSW ) dan
Dharma Wanita IAIN Walisongo kemudian diselenggerakan loka karya. Adapun isu yang muncul adalah “dibutukan wadah untuk menampung dan mengembangkan
kreativitas
para
mahasiswi.1
Pertemuan
yang
diselenggarakan dan menghasilkan wadah dengan corak yang hampir sama dilingkungan Tarbiyah. Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 26 Mei bertempat di gedung B.I kampus I IAIN Walisongo kesepakatan itu ditindak lanjuti di tingkat Fakultas, sehingga terbentuklah UKM AZZAHRO. 1
Wawancara Ketua UKM AZZAHRO Fakultas Tarbiyah, Senin 26 April 2004.
60
61
Adapun isu yang diangkat pada saat awal terbentuknya Azzahro adalah bahwa perempuan itu tiang negara. Jadi harus ada pemberdayaan perempuan di tingkat mahasiswa. UKM AZZAHRO dulunya hanya bergerak di bidang keputrian saja, tapi kemudian mengalami pergeseran visi dan misi. Sampai saat ini banyak sekali yang telah dilakukan oleh AZZAHRO, mulai dari kajian-kajian keilmuan maupun ketrampilan.2 Visi dan misi setiap periode mengalami perkembangan sehingga setiap periode berbeda dalam bidang garapan. Pada awal perkembanganya berusaha untuk menampung potensi, bakat minat serta kreativitas mahasiswa. Senada dengan perkembangan zaman kemudian UKM yang bergelut di bidang pemberdayaan perempuan ini berupaya membuka nalar dengan wacana gender. Selain itu juga memberikan penekanan pemahaman kepada perempuan khususnya mahasiswa untuk mengetahui dan menyadari posisinya dengan meminimalisir isu yang ada. Mengenai keanggotaannya UKM yang satu ini tidak hanya itu, Azzahro juga memiliki kader-kader yang cukup potensial meski hanya berbekal sedikit pengetahuan dasar yang sering dijadikan kerangka acuan dalam setiap kegiatannya. Kajian yang dilakukan adalah tentang kesetaraan gender dan fenomena-fenomena yang menyangkut tentang ketidakadilan gender, baik dalam bidang politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Sampai saat ini UKM Azzahro belum banyak menonjolkan ciri khas yang dipunyai karena masih pada taraf permulaan dan pengkaderan. Perjuangan yang dilakukan oleh UKM ini lebih banyak persoalan perempuan hingga pada hakekatnya adalah gerakan feminisme yang kemudian lebih populer disebut gerakan perempuan. Untuk melakukan semua itu tentu saja bagi kader Azzahro harus mampu memahami nalar gender tanpa mengecualikan wacana yang berkembang. Sebagai upaya pemberdayaan ditingkatan internal UKM ini menggodok kader-kadernya
2
Maimunah, Bulettin AZZAHRO, UKM AZZAHRO, 2003, hlm. 2.
62
dengan berbagai kegiatan diskusi, proses advokasi, penanaman nilai ketrampilan. Adapun program kerja yang dilakukan. i . Bidang Keilmuan - Bedah Buku - Seminar - Ngobraz (ngobrol bareng azzahro) ii . Bidang Pengkaderan - Pelantikan - Raker - ta’aruf - Pendelegasian dan pengkaderan iii . Bidang Bakat dan Minat - Latihan ketrampilan - Penerbitan buletin - Penambahan alat dan pemeliharaan - Kenang-kenangan - Pembuatan sticker - Olah Raga iv . Advokasi - Pelatihan Advokasi - Kampanye Anti Kekerasan - Diskusi Rutin - Kerja sama ( Net working).3 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh UKM yang berbasis gender ini selain mengupayakan kesetaran dan keadilan gender juga berupa mendukung program pendidikan di Fakultas, walaupun hasilnya belum begitu terasa. Hal ini dapat dilihat pada agenda kegiatan yang dijalankan. Diskusi yang diselenggarakan tidak hanya persoalan gender namun dilengkapi ilmu pengetahuan lain bahkan isu-isu kontemporer. Hasil yang dirasakan adalah banyaknya mahasiswa yang tanggap dengan persoalan ini sehingga dapat menetralisir isu bahwa perempuan rendah. UKM Azzahro
bukan UKM
khusus mahasiswa putri saja , ini dibuktikan
dengan banyaknya mahasiswa yang terlibat
dalam aktivitas UKM.
Mereka merasa punya tanggung jawab untuk mewujudkan kesetaraan gender. 3
Matrik Program Kerja UKM AZZAHRO BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
63
Ketua Umum : Maimunah Wakil Ketua : Ani montela Sekertaris : Ainun Nikmah Wakil Sekertaris : Johan Nawawi Bendahara : Nunung P Wakil Bendahara : Laela A . Bidang Keilmuan Munir, Rumiyati, Fauzul azim B . Bidang Pengkaderan Hadirin, Nurizati, Nurhayati C . Bidang Bakat dan Minat Edi W, Odi, Istiqomah D . Bidang Advokasi Zuyina Laili, Mabrur, Eva S. Dalam melakukan aktivitas UKM Azzahro mengambil langkah gerak sebagaimana kaum feminis karena UKM ini merupakan gerakan feminis di Fakultas Tarbiyah. Feminisme sebagai sebuah gerakan dan sebagai aliran banyak dianut gerakan perempuan yang ada di kampus. Gerakan feminisme liberal sering menjadi acuan bagi feminis kampus. Karena aliran berpendapat bahwa ketidakadilan gender ini terjadi karena kebijakan yang berlaku bias maka dari itu agar tidak terjadi bias kaum feminis harus turut serta dalam pengambilan kebijakan. Hal itu juga dilakukan oleh aktivis gerakan perempuan di Fakultas Pendidikan ini dengan cara melibatkan diri masuk dan aktif diberbagai lembaga kemahasiswaan yang mempunyai kesempatan menentukan kebijakan. Untuk meningkatkan kinerja, mereka juga melakukan pemberdayaan di tingkat internal lembaga sebagai bekal yang berupaya pelatihan, training, ansos dan diskusi. Program yang telah direncanakan melalui strategi planning sudah dapat dilaksanakan.Hal ini membuktikan bahwa etos kerja aktivis UKM tinggi dan profesional. Pelatihan Advokasi misalnya, dilakukan untuk membekali kadernya agar ketika melakukan kerja praksis dapat profesional.
64
1. UKM RUMANITRA BEM FAKULTAS DAKWAH Rumanitra terlahir belum dapat dipastikan tanggal dan tahunnya namun yang pasti UKM ini lahir karena adanya keinginan dari kalangan dosen dan mahasiswi yang berkeinginan mengaktualisasikan diri melalui lembaga kemahasiswaan. Peristiwa tersebut kurang lebih sekitar tahun 1990-an. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa perempuan mampu dan berani seperti laki-laki.4 Nama UKM Rumanitra merupakan akronim dari forum wanita terampil yang di dalamnya tersirat makna bahwa seorang perempuan mampu dan berani dalam segala hal sehingga forum merupakan media untuk beraktualsasi diri mengembangkan potensi dan kreativitas serta kemampuan yang dimiliki. UKM Rumanitra merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Dakwah yang konsen terhadap isue gender namun demikian tidak kemudian untuk mahasiswa saja yang aktif namun dari kalangan mahasiswa laki-laki juga tertarik dengan diskursus ini. Forum ini mempunyai 4 orang anggota 30 perempuan dan 10 laki-laki. Visi dan Misi yang dibangun adalah: 1. Menjadikan perempuan-laki-laki yang paham tentang gender 2. Menjadikan kader UKM Rumanitra menjadi unik 3. Mewujudkan kader yang terampil 4. Menjadi perempuan dan laki-laki saling menghargai 5. Menjadikan kader Rumanitra berwawasan luas dan berahlaq mulia.5 Fokus yang diperjuangkan adalah sesuai dengan visi dan misinya. Hingga para anggotanya lebih terobsesi dengan gerakan feminisme. Disamping itu dalam rangka mendukung pendidikan di Fakultas Dakwah maka UKM ini memberi bekal kepada para anggota tentang berbagai persoalan gender dan masalah lain yang terkait sehingga ketika mahasiswa
4 5
Profil UKM Rumanitra 2003-2004. Wawancara Ketua UKM Rumanitra, Rabu 28 April 2004
65
mengikuti kuliah dapat aktif ,misalnya dalam mata kuliah Tafsir, Fiqih, Sosiologi Antopolgi maka yang digunakan adalah perspektif gender. Disamping itu dalam rangka pengambilan kebijakan setingkat Fakultas maka Rumanitra juga dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena secara struktural Rumanitra dibawah BEM Fakultas Dakwah. Adapun susunan pengurus selama periode 2003/2004 adalah sebagai berikut: Pelindung : Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Penasehat : PD III Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Pembina : 1. Dra. Misbach Zullfa Elisabeth 2. Dra Umul Baroroh, M.Ag 3. Dra. Hj. Siti Solikhati, Majelis hakim Penanggung Jawab : BEM Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Litbang Minkhatun Fitri Eryanti Rukhayati Muslimah Ema Hidayanti Ainun Toharoh Umi Inayah Hasyim Hasanah Departemen-Departemen I. Pengkaderan Dan Pendidikan 1. Lu’latul Fuad (Koord) 2. Siti Aisyah 3. Mazyatul Rodiana 4. Biti Esti 5. Nidatul Hasanah 6. Muftiana Basyiroh 7. Nur Puji Handayani 8. Mumsita 9. Agus Mundir 10. Rumawinanto II. Publik relation 1. Muftadhil Rizal (Koord) 2. Nur Khasanah 3. Dewi Arum 4. Sapti Ambarsari 5. Wahyu 6. Wiwik Suhartini 7. Uswatun Niswah
66
8. Siti Laeni Khoiliyah III. Kesejahteraan 1. Ning Afidatun 2. Subiyah 3. Siti mardiyah 4. Anis Rahmawati 5. A’isatun Shofni 6. Isro’iyah 7. Nunung Apriani 8. Ulil Ni’mah 9. Nur Ima 10. Asrofi.6 Sedang program kerja yang direncanakan pada rapat kerja (RAKER) pada hari rabu 23 April 2003 di kantor Rumanitra Fakultas Dakwah berhasil memutuskan beberapa program sebagai berikut : I. Departemen Pengkaderan dan Pendidikan 1. Diskusi rutin sebelan sekali 2. Penerimaan anggota baru 3. Ta’aruf anggota baru 4. Training gender 5. Kajian buku-buku gender 6. Seminar Regional 7. Bhakti sosial 8. Harlah/ milad Rumanitra 9. Lomba pidato II. Departemen Publik Relation 1. Distribusi surat-surat 2. Pedelegasian jaringan 3. Penerbitan buletin 4. Anjang sana intern dan extern III. Departemen Kesejahteraan 1. Pembuatan keterampilan 2. Tata Boga sebulan sekali 3. Arisan anggota sebulan dua kali 4. Buka bersama pada bulan Ramadhan Dalam kondisi yang berbeda UKM Rumanitra mencoba membuat kegiatan agar apa yang dilakukan sesuai dengan misi yang dibangun diantaranya yaitu membuat keunikan tersendiri. Disamping itu 6
Bahan Laporan Pertanggunngjawaban , Pengurus Rumanitra 2003-2004, hlm. 2.
67
UKM yang berharap ingin agar tatanan masyarakat berubah ingin mencoba membuka jaringan keluar agar dapat mengakses informasi dan pengetahuan dunia luar. Sesuai program kerja yang dibuat UKM ini berupaya melakukan kegiatan- kegiatan yang berorientasi kewilayah publik namun tidak meninggalkan kegiatan yang bersifat domestik sehingga menjadi seimbang antara kegiatan luar dan dalam rumah. Kegiatan tersebut misalnya membuat ketrampilan dan tata boga. Untuk wilayah publik diselenggarakan seminar sebagai wahana untuk sossialisasi tentang kesetaraan gender dalam berbagi bidang. Dengan demikian harapan pengurus Rumanitra agar wadah ini tetap ada walaupun perempuan dapat berkreasi dimana saja. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang menjadi ketua UKM dan HMJ bahkan penerima bea siswa sebagian besar perempuan.7 2. UKM FKS ANNISA BEM FAKULTAS USHULUDDIN Forum Komunikasi dan silaturahmi ANNISA merupakan UKM dibawah garis struktural BEM Fakultas Ushuluddin yang bergerak dibidang isu perempuan dan kesetaran gender. Dilihat dari namanya, isu yang akan muncul mengenai ANNISA adalah kelembagaan yang hanya khusus bagi perempuan. Namun anggapan seperti demikian haruslah ditepis jauh-jauh. Karena dalam ANNISA tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Pada periode 1991, lembaga ANNISA berdiri dengan tujuan awal yaitu mengembangkan kualitas kaum perempuan serta meningkatkan emansipasi perempuan dalam segala bidang yang berkaitan dengan hal-hal keperempuanan.8 Namun dengan berjalannya waktu lembaga ini tidak hanya mengkhususkan bagi perempuan saja, namun bagi semua pihak laki-laki maupun perempuan. 7 8
Wawancara PD III Fakultas Dakwah, Jum’at 7 Mei 2004. Brosur FKS ANNISA, 2003, hlm. 1
68
FKS ANNISA mempunyai obsesi besar yaitu memperjuangkan kesetaraan gender. Hal itu akan dapat berwujud ketika diantara laki-laki dan perempuan dapat berkiprah bareng sehingga tak ada batasan-batasan yang menjadi penghalang. Untuk lebih mendetail maka banyak kegiatan yang dilakukan oleh UKM ANNISA diantaranya a . Departemen keilmuan mengadakan diskusi mingguan (sesuai dengan jadwal dan juga membahas tentang isu-isu yang aktual) b. Departemen keahlian mengadakan pelatihan MC dan training ketrampilan c. Departemen pengkaderan merekrut anggota dan ta’aruf serta pelatihan. Semua kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga apa yang menjadi visi dan misi serta tujuan dari Fakultas Ushuludin dapat terbukti dengan adanya mahasiswa yang mempunyai pandangan yang revolusioner yang menganggap bahwa antara laki-laki dan perempuan sama kecuali kodrat yang berbeda. Dalam hal ini perjuangan UKM ANNISA tidak kemudian menginginkan keadilan gender karena memang sudah setara. Namun yang dilakukan adalah merambah ke wilayah pendidikan.9 Selain itu juga dalam hal-hal tertentu UKM juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta melakukan pemahaman bahasa secara spesifik. Menurut ketua ANNISA bahwa secara tidak langsung UKM terlibat dalam proses pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan mahasiswa khususnya jika berhubungan dengan persoalan gender.10 Pengurus FKS ANNISA Fakultas Ushuludin IAIN walisongo semarang periode 2003-2004 adalah:
9
Wawancara PD I Fakultas Ushulludin, Kamis 29 April 2004. Wawancara UKM ANNISA, Kamis 29 April 2004.
10
69
Ketua Umum : Sekertaris : Wakil Sekertaris : Bendahara : Wakil bendahara : Departemen 1 . Bidang Keilmuan : 2 . Bidang Keahlian : 3 . Bidang Pengkaderan :
I' anah Mardiyah Maulta Masitoh Ana Rhisowati Subhatun Nursaidah Nurul Salafiah Hajjah Riswati Nurfuadi Isnaeni Milda Eny Yulianti Fitriyah Kholifah Nadif
Kegiatan yang diselenggarakan oleh ANNISA berupa diskusi internal oleh pengurus dan kader. Tema yang banyak didiskusikan adalah tentang gender, keislaman dan sosial kemasyarakatan. ANNISA juga mengadakan kerja sama dengan UKM berbasis gender dilingkungan IAIN untuk menyelenggarakan Pelatihan Advokasi Perempuan ( PAP). Adapun upaya yang dilakukan untuk mendukung proses pendidikan di Fakultas Ushuludin adalah menyelenggarakan kegiatan yang bersifat akademik. Penerbitan buletin distu sisi sebagai sumber informasi dan sekaligus tempat melatih kreativitas kader dalam bidang jurnalistik. Disamping juga diselenggarakan kegiatan bersama seluruh lembaga kemahasiswaan Fakultas Ushuludin. 3. UKM FOSIA BEM FAKULTAS SYARIAH Pada dasamya bahwa berdirinya UKM FOSIA hampir sama dengan UKM berbasis gender di Fakultas yang lain hanya selang beberapa waktu saja. Latar belakang berdirinya FOSIA adalah pada saat itu dalam perkuliahan ada mata kuliah yang membahas atau mengkaji kitab kuning namun belum maksimal dalam artian persoalan gender belum tersentuh sama sekali.Senat mahasisswa pada tahun 1998 yang
Nurkhoirin dan
Nurhuda membidangi 5 bidang kajian. Satu diantaranya (bidang III) membidangi tentang kajian keputrian akan tetapi dirasa kurang begitu terfokus dan akhimya ada ide untuk mendirikan wadah bagi mahasiswi.
70
Untuk memberikan kesempatan kepada kaum perempuan di Fakukltas Syariah didirikan sehuah forum bernama Forum Silaturahmi Annisa (FOSIA). Di awal periode UKM ini berupaya meningkatkan kinerja dan kreatifitas dan anggota yang khususnya kaum perempuan. Adapun visi dan misi yang dibangun keadilan dan kesetaraan gender. Sementara misi yang merupakan target jangka pendek yaitu memperlihatkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh agar tidak terjadi bias gender.11 Sampai saat ini image yang kuat adalah UKM yang berbasis gender dianggap gerakan penentang dan pendobrak bahkan pembenci lakilaki padahal ketika dicermati lebih jauh lagi
apa yang sebenarnya
diperjuangkan kaum feminis adalah bagaimana mencIptakan dunia yang adil dan seimbang. Akumulasi dari semua itu dapat terealisir jika antar laki-laki dan perempuan dapat berjalan bergandeng tangan saling memahami serta menghargai. Bagaimana membuat perempuan terangkat tanpa harus menyingkirkan laki-laki. Sebuah upaya yang ditempuh adalah rekrutmen kader anggota yaitu dimulai dari periode 1999 mulai muncul laki-laki masuk dalam UKM ini. Dalam untuk mencapai tujuan serta untuk mempertahankan existensi dini maka UKM FOSIA mempunyai kegiatan sebagai berikut: -
-
11 12
Diskusi rutin (dua minggu sekali) dengan berbagai topik yang terbaru/aktual untuk memberikan pemahaman tentang gender dan feminis maka pada saat penerimaan angota baru benr-benar dilatar mengenai persoalan tersebut Mengadakan sosialisasi gender di SMU/SMK Nusabhakti Mengadakan pesantren kilat dengan berbagai topik yang dengan mudah dapat diterima misalnya globalisasi, remaja, pacaran dan sebagainya Pelatihan Advokasi Dasar sebagai bekal untuk melakukan pendampingan Untuk ketrampilan lomba presenter/ MC dan kerajinan tangan. Bimbingan dan konseling.12
Wawancara Ketua UKM FOSIA, Matrik Progran Kerja FOSIA, Periode 2003- 2004
71
Dalam melaksanakan kegiatan UKM FOSIA selalu melakukan koordinasi dengan BEM hal ini dilakukan
karena secara struktural
berada di bawah BEM. Selain yang sudah disebutkan diatas sudah banyak kegiatan yang dilakukannya kerja sama untuk memperluaskan. Baik secara langsung dan tidak langsung UKM dilibatkan dalam pengambilan kebijakan dalam hal-hal tertentu yang menyangkut dengan mahasiswa. Kegiatan –kegiatan besar banyak dilakukan UKM ini agar dapat mendukung pendidikan. Akumulasi pengetahuan baik berupa isu gender maupun yang lain akan menambah tatanan pengetahuan dari sivitas akademika Fakultas Syari' ah. 4. UKM ANNISWA BEM IAIN Walisongo Semarang Merupakan salah UKM di IAIN Walisongo yang konsen terhadap kesetaraan
gender
.UKM
ANNISWA
merupakan
organisasi
keperempuanan yang baru berusia sewindu tepatnya UKM ini berdiri pada tahun 1996 di IAIN Walisonngo Semarang. Latar belakang berdirinya tidak berasal dari grass root, akan tetapi atas inisiatif para petinggi senat mahasiswa dan Pembantu Rektor III13. Keinginan tersebut akibat dari keadaan sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia telah memiliki lembaga atau organisasi perempuan, oleh karena berdirilah UKM ANNISWA yang merupakan penterjemahan dari organisasi kaum perempuan. Berdirinya UKM tidak pada kondisi yang tidak tepat dan tidak mendukung, apalagi pada saat ini mengalami titik kejenuhan, kejumudan, kelesuan, dan kegamangan persepsi mahasiswa terhadap peran organisasai mahasiswa secara umum. Disamping itu juga kurangnya fasilitas pendukung. Pada awalnya UKM ini hanya berupaya untuk menjadi wadah dari kaum perempuan namun sekarang visi tersebut bergeser dengan adanya isu kesetaraan dan keadilan gender. Bukan atas dasar sikap latah 13
Dokumentasi-dokumentasi UKM ANNISWA, Tahun 1997-1998
72
yang diambil namun semua itu dilakukan demi eksistensi dan dalam rangka memenuhi kebutuhan kader di bawah. Selain itu UKM ini berfungsi sebagai jembatan atas
empat UKM berbasis gender
ditingkatan fakultas. Lebih besar lagi harapan dengan adanya UKM ini mampu meningkatkan posisi baik pada wilayah internal maupun eksternal. Adalah salah satu UKM yang konsen terhadap isu kesetaraan yang ada dilingkungan IAIN Walisongo Semarang. UKM hadir sebagai organisasi yang berlatar belakang kepada kesetaraan gender yang bervisi dan misi kerakyatan serta sosialis dan tanggung jawab terhadap fenomena yang ada.14 Fenomena dan realitas yang tampak sekarang ini terjadi mengungkapkan bahwa eksistensi perempuan pada era globalisasi sekarang ini belum bisa menghasilkan apa yang menjadi harapan kaum perempuan. Ketidakadilan, pelecehan dan penyimpangan hak terjadi hampir tiap hari
mayoritas adalah menimpa perempuan. Untuk itu
ANNISWA hadir sebagai mediator yang akan membawa mahasiswa IAIN untuk peka terhadap fenomena serta agar tidak buta terhadap permasalahan sosial bangsa. ANNISWA
sebagai
organisasi
yang
memprjuangkan
kesetaraan gender mencoba untuk membuka wacana mahasiswa terhadap kenyataan, dimana keadilan belum dapat ditegakkan. Untuk itu ANNISWA mencoba untuk mendobrak dengan menghilangkan tira-tirai serta belenggu patriarki, ketidak adilan, pelecehan serta budaya pembodohan. ANNISWA muncul guna menampung ide, aspirasi untuk diapukasikan demi tegaknya keadilan dan kesetaraan. Untuk mewujudkan semua itu yang jelas butuh peran aktif dari mahasiswa. Dengan melalui berbagai kegiatan ilmiah maupun praktis ke basis ANNISWA melakukan pemberdayaan kader agar mampu menjalankan tugas suci tersebut. Berbagai hambatan dan tantangan tidak 14
Buku panduan Passka 2004 IAIN Walisongo 2003, hlm.65
73
menghentikan langkah perjuangan gerakan perempuan di ANNISWA yang diketuai Zuzum. Adapun susunan pengurus ANNISWA 2003-2004 Ketua Sekertaris Bendahara Divisi Kajian dan keintelektualan Divisi Konseling Divisi Penerbitan
: Zuzum NW : Misbahul Munir : Khoirun Nisa : Khoirunnisa,Insiyatul Ulya, Anis M : Irfan, Lailatul M, Istiqomah, Tuty : Suharbadi, Syeh Fuzi
Adapun program kerja UKM ANNISWA Diskusi rutin seminggu sekali kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan intelektual kader. Diskusi ini tidak melulu membicarakan persoalan gender akan tetapi masalah masalah lain yang dapat meningkatkan wacana kader. Pelatihan advokasi perempuan kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan kerja advokasi. Secara teoritis para peserta akan mendapatkan bekal dengan berbagai materi tentang persoalan advokasi, HAM dan HAP. Disamping juga akan mendapatkan pengalaman secara praktis karena dalam pelatihan tersebut akan dilihatkan pada realitas masyarakat dengan praktek investigasi data serta analisis data. Sekolah analisa sosial yaitu pembacaan terhadap realitas masyarakat dengan menggunakan berbagai paradigma dalam melakukan analisis. Berbagai paradigma yang muuncul dalam menanggapi dan memahami berbagai persoalan. Seminar tentang perempuan dan politik dilaksanakan dalam. rangka
untuk
melakukan
sosialisasi
tentang
wacana
gender
kelingkungan masyarakat khususnya lingkuangan kampus. Penerbitan
buletin
merupakan
sarana
untuk
melakukan
kampanye tentang keadilan dan kesetaraan gender. Disamping itu sebagai tempat menuangkan ide-ide brilian dari kader dan sebagai tempat menampung kreatifitas mahasiswa.
74
Pendampingan basis tersebut dilakukan dengan jalan membuka program bimbingan dan konseling. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk studi kasus, baik di tingkatan internal maupun ekstemal melalui pengembangan jaringan dengan LSM atau organ lain yang sama.15 Berdasarkan Rapat kerja kemahasiswaan tanggal 12 Juni 2004 4 UKM berbasis gender ditingkat Fakultas sehingga kini tinggal ada 1 UKM berbasis gender di IAIN. Menurut Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan bahwa alasan yang mendasari proses dilikuidasinya 4 UKMF adalah karena kegiatan yang dilakukan selama ini sifatnya hanya ritual dan belum adanya gebrakan kegiatan. Disamping itu peran perempuan belum begitu nampak dalam berbagai kegiatan, walaupun sering dalam akhir akademik yang terbaik selalu perempuan tandasnya. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Pembantu Dekan III Fakultas Tarbiyah" Latar belakang dibekukanya UKM ini karena untuk di tingkat Fakultas yang ada hanyalah UKM bakat dan minat jadi kalau UKM menjadi UKM bakat minat tetap ada, tak masalah…."16 Walaupun secara umum UKM tersebut sudah banyak berkiprah dalam berbagai kegiatan baik di dalam dan di luar IAIN namun untuk dikalangan sivitas akademika IAIN belum yakin dan sepenuhnya mendukung. B. Gambaran Umum IAIN Walisongo Semarang 1. Sejarah Singkat IAIN Walisongo IAIN walisongo bermula dari sekolah tinggi agama Islam aktivitas perintisan pertama berawal dari gagasan dan pemikiran Drs Sunarto Notowidagdo untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi yang berpusat di pantai utara Jawa Tengah Gagasan ini muncul karena adanya kenyataan bahwa mayoritas penduduk Jawa Tengah beragama Islam dengan mata pencaharian didominasi petani dan pedagang. 15 16
Wawancara dengan Pembantu Rektor III IAIN Walisongo Semarang, Rabu, 7 juli 2004 Hasil Wawancara Dengan Bp. Darmuin Pembantu Dekan III fakultas Tarbiyah
75
Disamping itu karena pada saat itu pemilihan tahun 1955 PKI mendapat suara terbanyak oleh karena itu kehadiran PTAI merupakan
suatu
kebutuhan disamping untuk mendalami ajaran Islam juga untuk menanggulangi dan membendung kekuatan dan gerakan komunis serta untuk dakwah islamiyah. Gagasan ini muncul sejak tahun 1958 ketika Drs. Sunarto Notowidagdo menjabat sebagai ketua "Maarif NU" Jawa Tengah. Namun gagasan ini baru dapat terwujud ketika sang pecetus ide menjabat sebagai Bupati Kudus 1962 dengan
berbagai proses rapat koordinasi dan
konsultasi diputuskan rencana dengan mendirikan perguruan tinggi di Kudus dengan Fakultas Agama dan Fakultas Ekonomi. Keinginan ini mendapat tanggapan positif dari tokoh masyarakat di Kudus dengan berbagai dukungan masyarakat luas maka secara resmi pada bulan Oktober 1963 berdiri dua Fakultas tersebut diatas. Fakultas Ekonomi dibawah bimbingan dan pengawasan UNDIP sementara Fakultas Agama yang menurut rencana akan dijadikan Fakultas Dakwah namun tidak memungkinkaan sehinga diubah menjadi Fakultas Tarbiyah dan satu jurusan Pendidikan Agama dengan dikonsultasikan pimpinan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1966 Fakultas tersebut menginduk ke IAIN Sunan Kalijaga dengan melalui proses panjang akhirnya Fakultas-fakultas tersebut
menginduk
ke
IAIN
Walisongo
Jawa
Tengah.
Untuk
memperlancar rintisan maka dibentuklah panitia perintis masing-masing Fakultas sehinga daalam perjalananya panitia tersebut membuka pendaftaran mahasiswa dan mulai kuliah perdana. Dengan demikian sampai tahun 1969, sebelum Penegerian IAIN memiliki lima Fakultas : Fakultas Dakwah di Semarang, Fakultas Syariah di Demak, Fakultas Tarbiyah di Salatiga, Fakultas Syariah di Bumiayu dan Fakultas Ushuludin di Kudus. Ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan sebelum dilaksanakan penegerian diantaranya masih ada persoalan administrasi
76
dengan IAIN Sunan Kalijaga dan belum disetujuinya figur Rektor. Setelah persolan tersebut terselesaikan maka
penegerian IAIN Walisongo
Semarang segera dilakasanakan. Adapun pelaksanaannya di gedung balai kota Semarang. Berdasarkan SK Menteri Agama RI no 30 dan 31 tahun 1970. Dengan demikian secara resmi IAIN berdiri tanggal 6 April 1970. 2. Tugas, Fungsi Dan Jati Diri 1. Tugas
pokok
IAIN
WALISONGO
adalah
menyelenggarakan
pendidikan tinggi dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan agama Islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. IAIN WALISONGO mempunyai fungsi: a. Pelaksanan dan penyelenggaraan pendidikan b. Penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam c. Pengabdian kepada masyarakat d. Pembinaan kemahasiswaan e. Pembinaan sivitas akademika f. Pembinaan terhadap PTAIS g. Kegiatan pelayanan administratif 3. Jati Diri dan Asas 1) Institut Agama, Islam Negeri Walisongo, dengan sebutan IAIN Walisongo adalah lembaga pendidikan tinggi, terdiri dari Fakultas dan Program Pascasarjana yang menyelengarakan pendidikan akademik dan atau keahlian berkedudukan di bawah Departemen Agama. 2) IAIN Walisongo, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
77
3. Visi, Misi dan Tujuan IAIN Walisongo IAIN Walisongo Semarang yang merupakan lembaga pendidikan berciri khas Islam dengan landasan dasar Islam (Al Qur’an) dan sunah dalam pelaksanaannya mempunyai visi, misi dan jati diri sebagai berikut:17 Visi : Terciptanya dan terwujudnya sarjana Islam yang bertaqwa kepada Allah memiliki intelektualisme, profesionalisme, dedikasi, dan berprestasi yang tinggi serta siap dan mampu mengarungi dunia modern yang penuh kompetisi. Misi : 1. Menyediakan pelayanan yang penuh tanggung jawab dalam rangka menjalankan tri-dharma perguruan tinggi khususnya mengantarkan mahasiswa disamping untuk menjadi ahli ilmu agama Islam juga untuk memenatapkan aqidah, kedalaman spritual, kemudian etika keluasan/kedalaman ilmu dan intelektual, kematangan profesional ketulusan dedikasi, serta kemajuan inovasi dan prestasi. 2. Menyediakan keteladanan kehidupan masyarakat madani yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan tetap mejunjung tinggi budaya luhur bangsa Indonesia. Sasaran jati diri yang ditimbulkan : IAIN Walisongo Semarang menumbuhkan jati diri dalam wujud masyarakat madani yang penuh dengan nilai-nilai islami untuk menyongsong
masa
depan
bangsa.
Jati
diri
dimaksud
adalah
kesederhanaan yang penuh percaya diri. kedisiplinan, tanggung jawab, ketulusan hati nurani, dedikasi/ rela berkorban dan kemandirian yang partisipatif. Saat ini ada enam sasaran yang sedang dikembangkan yaitu : spiritual/ ibadah, etika, kebersamaan, intelektual, profesional dan prestasi (produktivitas). Oleh karena itu keluarga besar (dosen, pegawai administrasi dan mahasiswa) IAIN tersebut dalam menjalankan peran masing-masing didasarkan pada penghayatan mendalam terhadap visi dan 17
Rektor IAIN, Visi misi dan jatidri IAIN Walisongo Semarang, tt. hlm. 3
78
misi yang di emban dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Perlu disadari bahwa jati diri tersebut maka masing-masing unsur sivitas akademika memegang etika yang ada. Berdasarkan keputusan Menteri Agama Replubik Indonesia No. 59 Tahun 2003 tentang statuta IAIN Walisongo Semarang dalam Bab III pasal 6 menyatakan bahwa IAIN berdasarkan pancasila mengedepankan nasionalisme dan kebangsaan. Kemudian dalam pasal 9 disebutkan tujuan IAIN sebagai berikut: 1 . Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional, akademik, dan keahlian yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan agama islam. 2. Mengembangkan dan menyebarkan luas ilmu pengetahuan dalam penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi ilmu sivitas akademika Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut diatas, maka seluruh kegiatan harus dilandasi dengan etika kampus. Berdasarkan S.K Rektor No. 13 Tahun 1994, etika kampus terdiri dari tiga etika yang disebut tri etika. Ketentuan Umum : 1. Tri etika IAIN Walisongo adalah arah dan pedoman moral bagi pengembangan IAIN Walisongo terdiri dari : etika diniyah, etika ilmiah, dan ukhuwah 2. Tiga etika tersebut bukan merupakan unsur yang terpisah, tetapi ketiganya saling menjiwai. 3. Pelaksana tri etika ini adalah seluruh warga IAIN Walisongo 4. Masing-masing lembaga bisa enyabarkan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing sepanjang tidak keluar dari nilai-nlai yang terkandung dalam tri etika ini.
79
5. Untuk memudahkan pelaksanaanya, masing-masing etika diluangkan menjadi butit-butir dibawah ini a. Etika Diniyah 1. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamatan agama Islam 2. Menjadikan ajaran dan etika agama Islam sebagai landasan seluruh aktivitas 3. Memahami adanya perbedaan pemahaman dan pengamatan agama Islam 4. Menjadikan dirinya sebagai teladan bagi pengamalan agama Islam yang berwawasan ke-Indonesiaan 5. Melaksanakan amar ma’ruf nahi nmunkar secara fungsional dan profesional 6. Membudayakan ajaran agama Islam melalui tri dharma perguruan tinggi dalam kehidupan sehari-hari b. Etika Ilmiah 1. Mengembangkan dan menjunjung tinggi kebebasan akademik secara bertanggungjawab 2. Melaksanakan kegiatan akademik yang bermanfaat bagi institut dan masyarakat luas 3. Mengembangkan kebebasan akademik yang berorentasi pada wawasan etika dan masyarakat luas 4. Menjunjung tinggi otonomi keilmuan 5. Mengembangkan sikap ilmiah, seperti jujur dalam menyampaikan pendapat orang, terbuk dan obyektif c. Etika Ukhuwah 1. Mengembangkan rasa keberagamaan sebagai warga IAIN Walisongo 2. Menciptakan suasana kampus yang mantap, sejuk dan dinamis 3. Meningkatkan semangat persaudaraan antar warga iain Walisongo dan antar warga IAIN Walisongo dengan masyarakat 4. Mengembangkan sikap berprasangka baik
80
5. Menghormati dan menghargai harkat dan martabat manusia 6. Mengembangkan sikap tangung rasa dan tidak semena-mena 7. Menegakkan keadilan, kejujuran dan kebenaran dikalangan warga IAIN Walisongo dan dalam masyarakat. 4. Dasar Hukum Sebagai pedoman dalam rangka menjalankan kegiatan di IAIN Walisongo adalah: 1 . Undang-undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2 . Peraturan Pemerintah RI No.30 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi 3 . Keputusan Presiden RI no. 11 tahun 1997 tentang Pendirian STAIN 4 . Keputusan Menteri Agama RI No. 394 Tahun 1993 tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Walisongo Semarang 5. Keputusan Menteri Agama RI No. 408 Tahun 1993 tentang Statuta IAIN Walisongo Semarang 6. Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 283 Tahun 1997 tentang Kurikulum Pendidikan Nasional Program S-1 IAIN dan STAIN 7. Keputusan Rektor IAIN Walisongo Nomor 2 Tahun 1998 tentang Kurikulum IAIN Walisongo Semarang 8. Keputusan Rektor IAIN Walisongo No. 32 tahun 1999 tentang Pedoman Akademik 9. Keputusan Menteri Agama RI No. 59 Tahun 2003 tentang Statuta IAIN Walisongo Semarang 10. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Dasar-dasar inilah yang kemudian dijadikan sebagai pijakan serta acuan dalam pelaksanaan atau operasionalisasi seluruh kegiatan yang
81
diselenggarakan. Dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari dasar hukum yang ada.18 5. Organisasi dan Kelembagaan Senat Institut Senat IAIN adalah lembaga normatif dan perwakilan tertinggi di IAIN Walisongo Semarang yang mempunyai kebijakan akademik dan pengembangan IAIN, merumusan kebijakan penilaian prestasi akademik dan kecakapan serta kepribadian civitas akademika, normatif dan tolak ukur penyelenggara IAIN, memberikan pertimbangan dan persetujuan atas rencana anggaran pendapatan dan belanja yang diajukan oleh Rektor, menilai pertanggung jawaban pimpinan IAIN atas pelaksanaan yang telah ditetapkan. Adapun susunan senat terdiri atas Guru Besar, Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Direksi Pasca Sarjana, Wakil Dosen dan unsur lain yang ditetapkan senat. Biro Biro sebagai unsur pelaksana administrasi IAIN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Biro terdiri atas beberapa bagian yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab langsung kepada kepala biro. Biro administrasi umum, akademi dan kemahasiswaan ( biro AUAK) adalah unsur pelaksana administrasi IAIN yang dipimpin oleh seorang kepala biro yang bertangungjawab kepada Rektor, Biro AUAK terdiri atas beberapa bagian : a. Kepegawaian b. Perlengkapan dan rumah tangga c. Akademik dan kemahasiswaan d. Perencanaan dan sistem informasi 18
Keputusan Mentri Agama RI Tentang Statuta IAINwalisongo Semarang, ( Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. 2.
82
e. Administrasi Bina PTAIS f. Keuangan Biro
AUAK
mempunyai
tugas
melaksanakan
pelayanan
admnistrasi umum, akademik, dan kemahasiswaan dilingkungan IAIN serta melakukan admnistrasi pembinaan perguruan tinggi agama Islam swasta diwilayahnya. Masing-masing bagian mempunyai tugas dan wewenang sesuai bagiannya Unsur penunjang / unit pelaksana teknis Unsur penunjang pada IAIN Walisongo merupakan perangkat pelengkap dibidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Adapun unsur penunjang tersebut adalah : Perpustakaan Mempunyai tugas memberikan layanan bahan pustaka untuk keperluan pendidikan. Perpustakaan tersebut diempat fakultas dan ada satu unit perpustakaan institut yang merupakan perpustakaan pusat. Perpustakaan
Walisongo
sudah
menjadi
anggota
jaringan
perpustakaan se-Indonesia Pusat Komputer Unsur penunjang dibidang komputerisasi mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah, menyiapkan, menyimpan data dan informasi serta memberikan laporan untuk program pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat Unit Pembinaan Bahasa Bertugas menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan masalahmasalah kebahasaan Unit Peningkatan Mutu Akademik Unit ini bertangungjawab atas peningkatan mutu dan kualitas akademik sehinga dengan adanya unit IAIN Walisongo mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain dan diharapkan layak jual.
83
Pusat Penelitian Pusat penelitian merupakan unsur pelaksana dilingkungan akademik untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan pengkajian, yang ,mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinasi, memantau, dan menilai kegiatan penelitian dalam bidang agama Islam. Dari tugas dan fungsinya, pusat penelitian IAIN Walisongo berhasil kerjasama dengan berbagai institusi. Dengan demikian IAIN mampu membuka dan mengembangkan jaringan. Pusat Pengabdian Masyarakat Pusat pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur pelaksana akademik dilingkungan IAIN untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan mengusahakan sumber daya yang diperlukan. Dari tugas dan fungsi tersebut, PPM sudah dapat menyelenggarakan KKN dan mengembangkan Desa binaan diberbagai daerah di Jawa Tengah.19 6.
Fakultas, Jurusan dan Kurikulum 1. Fakultas Syariah Program studi di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Sampai saat ini Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo telah memiliki tiga program studi, yakni ; Ahwal al-Syakhsiyah
(AS),
Mu’amalah (MU) dan Jinayah Siyasah (JS). Kemahasiswaan Fakultas Syariah merupakan alternatif bagi para pendaftar setelah Fakultas Tarbiyah disetiap tahunnya. Sampai saat ini dilihat dari segi jumlah mahasiswa Fakultas Syariah menduduki peringkat kedua setelah Fakultas Tarbiyah. Adapun proses penjaringan dapat melalui tes masuk dan juga melalui PSSB. Setelah masuk IAIN mahasiswa dibebaskan untuk memilih jurusan sesuai dengan keinginan masing-masing.
19
Buku Laporan Pertanggungjawaban Rektor pada dies Natalis Tahun 2004 , hlm. 28-30.
84
Sebagian besar mahasiswa selain menjalankan kegiatan akademik
mereka
juga
berlatih
hidup
bermasyarakat.Untuk
meningkatkan kedewasaan dan pengembangan diri serta kemampuan mereka berorganisasi baik intra maupun ekstra kampus. Adapun untuk kegiatan intra kampus mereka dapat berikprah melalui BEMF, UKMF dan DPMF. Kegiatan-kegiatan dilakukan untuk mendukung program akademik di Fakultas. Disamping itu mahasiswa juga dilibatkan untuk pengambilan kebijakan tertentu, karena mahasiswa juga masuk Senat Fakultas, namun untuk persoalan teknis yaitu dari pihak mahasiswa diwakili oleh presiden BEM dan Ketua DPM. Aktivitas dan kegiatan mahasiswa dilaksanakan dalam rangka untuk mendukung prestasi akademik. Untuk meningkatkan kehidupan pemerintah mahasiswa ( student goverment) maka dibentuklah lembaga mahasiswa yaitu BEM dan DPM. BEMF
merupakan
pelaksana kegiatan mahasiswa baik akademis maupun non akademis yang berada di tingkat Fakultas. Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) merupakan lembaga pengawas dan pengontrol kebijakan BEM maupun Fakultas. Mekanisme pemilihan pengurus dilakuakan dengan pemilu raya mahasiswa yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Sementara
UKM
merupakan
lembaga
mahasiwa
yang
berfungsi untuk menanpung kretivitas bakat dan minat mahasiswa. Di fakultas Hukum Islam ini terdapat beberapa UKM diantaranya LPM Justisia, Teataer Asa, FOSIA, JQH dan sebagainya. UKM –UKM ini mempunyai
konsentrasi yang berbeda sesuai visi dan misi yang
diemban. Contoh, UKM FOSIA mempunyai visi dan misi untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Pada intinya keberadaan UKM diharapkan dapat mendukung proses pendidikan. Peran lembaga mahasiswa sangat penting karena secara resmi mahasiswa tergabung dalam Senat Fakultas yang merupakan lembaga
85
tertinggi di Fakultas. Mekanisme adalah mahasiswa diwakili oleh ketua BEM dan DPM. Dosen dan Tenaga Admnistrasi Sesuai
dengan
data
terakhir
yang
berasal
dari
laporan
pertangungjawaban Rektor tahun 2004 di Fakultas Syariah memiliki hanya beberapa saja dosen tetap. Karena mengingat kebutuhan tenaga pengajar yang tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa maka dengan berbagai kebijakan Fakultas Syariah mendatang dosen tidak tetap baik berasal dari dalam maupun luar IAIN. Untuk membenahi program pengajaran dan pembinaan terhadap dosen maka didatangkan dosen dari Fakultas Tarbiyah untuk sharing pengalaman tentang metodologi mengajar.20 Karena pada hakektnya sebagian besar mereka tidak berasal dari Fakultas Keguruan. Mengenai persoalan tenaga administrasi dan karyawan lainnya ini merupakan kebijakan Institut. Akan tetapi jika benar-benar dibutuhkan maka dapat diusulkan ke Institut atau bahkan mengambil kebijakan sendiri ditingkat Senat Fakultas. Untuk meningkatkan kinerja maka dalam hal ini perlu adanya training tersendiri. Apalagi dari penempatan yang tidak sesuai karena memang para karyawan / pegawai ini harus menyesuaikan ditempat kerja yang baru dan tugasnya pun amat berbeda dengan tempat asal. Struktur Organisasi Dalam Fakultas dan tidak hanya di Syariah saja akan tetapi yang namanya Fakultas dipimpin oleh seorang Dekan. Sesuai dengan pasal 57 Statuta IAIN, Fakultas terdiri dari : -
Dekan dan Pembantu
-
Senat Fakultas.
-
Bagian tata usaha.
-
Jurusan.
-
Perpustakaan. 20
Wawancara Dengan PD I Fakultas Syari’ah, Jum’at 7 Mei 2004
86
Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
pengabdian
masyarakat membina
tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi, kemudian berfungsi sebagai pembina, pengawas, dan pengarah seluruh kegiatan civitas akademika baik meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan dalam pelaksanaanya Dekan bertanggung jawab pada Rektor. Untuk mewujudkan visi dan misi, maka upaya-upaya yang dilakukan ialah meningkatkan kualitas dosen, meningkatkan kedisiplinan civitas akademika dan mengupayakan hal-hal yang bersifat fisik.21 Dalam penyelenggaraan pendidikan mahasiswa banyak terlibat aktif dalam berbagi kegiatan fakultas. Dengan berdirinya UKM justru menjadikan fakultas sayriah lebih semarak dengan berbagai aktivitas intelektual dan akademik. UKM tersebut bergerak sesuai bidang garapan masing-masing. FOSIA misalkan UKM ini konsen terhadap isue kesetaraan dan kesdilan gender maka kegiatan yang dilakukanpun juga berupaya memberi pemahaman kepada semua sivitas akademika tentang persoalan gender. Demikian UKM yang lain sudah dapat dipastikan bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan menyesuaikan kebutuhan kader. 2. Fakultas Tarbiyah. a. Visi, Misi dan Tujuan Pada dasarnya fakultas Tarbiyah ingin menyiapkan
intelektual
muslim yang paham dengan wacana keilmuan dan keagamaan serta mampu mentransfer ilmu tersebut sehingga difakultas ini dibekali ilmu keguruan. b. Kemahasiswaan Pada dasarnya dan dimaklumi bersama bahwa Fakultas Tarbiyah masih menjadi incaran oleh semua kalangan karena memang Fakultas ini
21
Wawancara PD I Fakultas Syari’ah.
87
masih dianggap favorit.22 Untuk proses masuknya melalui jalur pssb dan tes masuk serta lewat jalur MAK. Melalui jalur ini para peminat Fakultas dapat masuk dan tidak diterima mereka dimasukkan di Fakultas lain sebagai alternbatif lain. Dan sampai saat ini mahasiswa yang terdaftar di Fakultas Tarbiyah sebanyak 2278 yang terdiri dari 1760 S-1 Reguler, 294 mahasiswa S-1 Non Reguler, II3 program D2, dan III program akta IV. Seperti halnya di Fakultas lain di Fakultas Keguruan ini juga dilengkapi dengan berbagai unit kegiatan mahasiswa sebagai wahana untuk menempa dan mengembangkan potensi diri diantaranya yaitu : UKM AZZAHRO, Edukasi, BITA, LSB, LPO, BEM, DPM, dan HMJ. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan kedewasaan melalui wadah ini. Disamping itu mahasiswa juga dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan tertentu walaupun mahasiswa hanya diwakili oleh BEM dan DPM sebagai representasi dari mahasiswa. Dan untuk mendapatkan berbagai informasi mahasiswa dapat melakukan audensi dengan pihakpihak terkait sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi mis under standing. c. Dosen dan Tenaga Administrasi Adapun tenaga pengajar yang ada di Fakultas Tarbiyah jauh lebih banyak dibanding fakultas lain hal ini terjadi karena memang di fakultas tarbiyah mahasiswa banyak. Di Fakultas favorit ini ada 72 dosen yang jika dibanding denan jumlah mahaiswa akan menghasilkan rasio 1 banding 30 artinya 1 orang dosen membimbing 30 mahasiswa. Sementara itu untuk tenaga admnstrasi adalah kebijakan di tingkat Institut sehingga di Fakultas ini tidak dapat dengan serta merta menentukan jumlah tenaga akademik. Namun dalam keadaan tertentu fakultas dapat menambah kegiatan di Fakultas Tarbiyah. Bagi para karyawan atau tenaga harus dapat menyesuaikan di fakultas ini karena memang tugas di fakultas ini sangat banyak. 22
Wawancara dengan PD I Fakultas Tarbiyah, Tanggal 4 Mei 2004.
88
Untuk meningkatkan kinerja maka perlu dlaksanakan training dan pelatihan agar mapan dan profesinal daalm bekerja. d. Kurikulum dan Jurusan Pada dasarnya sama dengan Fakultas lainnya namun di Fakultas Tarbiyah terdapat penambahan yaitu adanya program minor yang merupakan bentuk kerja sama dengan Institut lainnya misalnya UNNES. Di Fakultas Tarbiayh terdapat 3 jurusan yaitu: Pendidikan Agama Islam ( PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), dan Kependidikan Islam (KI ) serta program MIPA, dan Bahasa Inggris. 3. Fakultas Dakwah a. Jati Diri, Visi Dan Misi Sasaran dan Tujuan Merupakan
pelaksana
akademika
yang
melaksanakan
pendidikan akademik dan profesional. Visi : Tercipta dan terwujudnya sarjana Islam dalam bidang manajemen dakwah, komunikasi dan penyiaran Islam, bimbingan dan penyuluhan Islam yang bertaqwa kepada Allah yang memiliki intelektualisme, profesionalisme, dedikasi dan prestasi yang tinggi serta sikap danm mengarungi dunia modern yang penuh kompetisi.23 Misi : A. Menyediakan pelayanan yang penuh tanggung jawab dalam rangka menjalankan tri dharma perguruan tinggi, khususnya mengantarkan mahasiswa disamping untuk menjadi ahli ilmu agama dalam bidang dakwah juga untuk memantapkan aqidah, kedalaman ilmu spirtual, kemuliaan etika, keluasaan / kedalaman ilmu dan intelektual, kematangan profesional, kelulusan dedikasi dan kemajuan inovasi dan prestasi dalam pengelolaan dakwah.
23
Laporan Evaluasi diri Progam Manajeamen Dakwah,Depaq RI, ( Jakarta: Depag RI, 2003), hlm.9.
89
B. Mewujudkan keteladanan kehidupan masyarakat madani yang berlandaskan nilai-nilai islami dan tetap menjunjung tinggi budaya luhur bangsa indonesia. C. Melakukan peningkatan penelitian dan pengembangan ilmu keislaman daalm bidang dakwah yang mengacu pada tercapainya visi. Tujuan : Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan
dalam
bidang
dakwah
secara
profesional, akademik dan keahlian yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu dakwah. b. Kemahasiswaan Mahasiswa Fakultas Dakwah proses masuk melalui penjaringan yang selektif untuk menghasilkan produk (output) yang berkualitas. Input untuk Fakultas Dakwah ini berasal dari berbagai macam lulusan, baik di sekolah umum maupun islam. Karena latar belakang pendidikan calon mahasiswa program studi ini tidak seluruhnya sama, maka sebelum diproses lebih jauh calon mahasiswa tersebut diseleksi terlebih dahulu melalui standar akademik dan administrasi. Sebagai bagian internal stake holder, dialog dan saransaran. Selain itu mereka juga dilibatkan secara aktif dalam rangka menghidupkan suasana akademik dilingkungan kampus, seperti mengadakan kegiatan ilmiah yang didesain, direncana dan diselenggarakan oleh mahasiswa. Mahasiswa dalam upaya untuk meningkatkan kreatifitas dan pengembangan potensi maka di Fakultas ini juga dilengkapi dengan adanya UKM wadah ini diharapkan mampu menjalankan para mahasisswa yang kreatif dinamis dan progresif sesuai dengan bakat dan minat mahasiswa. Dan kegiatan ini sering disebut sebagai kegiatan ko-kulikuler.
90
c. Dosen dan Tenaga Pendukung Rekrutmen dosen dan tenaga pendukung sepenuhnya adalah wewenang dari Institut (IAIN). Dalam hal ini Fakultas hanya dapat memberikan masukan tenaga doen diberi tugas untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki. Dosen-dosen yang ada pada Fakultas Dakwah memiliki latar belakang akademis yang bervariatif yaitu ilmu kislaman dan ilmu umum. Adapun jumlah dosen yang megajar di Fakultas Dakwah sebanyak 59 orang untuk meningkatkan kualitas keilmuan para dosen banyak mengadakan penilitian dan juga mengeluarkan karya berupa buku-buku ilmiah. Untuk merealisasikan visi dan misi Fakultas Dakwah banyak mengadakan kerjasama yang efektif dan efesien dengan berbagai unit baik di Fakultas dan Institut. Tenaga / staff administrasi merupakan bagian dari pengelolaan akademik difakultas dakwah. Untuk pengembangan tenaga administrasi ini Fakultas telah berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga admnistrasi. Kegiatan
untuk
meningkatkan
kualitas
dilakukan
kemampuan dan skill dilakukan dengan memberi pelatihan. Demikian halnya untuk meningkatkan kuantitas maka dilakukan dengan penambahan jumlah tenaga. d. Kurikulum dan Jurusan Fakultas Dakwah memiliki 3 jurusan - Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) - Bimbingan dan Konseling Islami (BPI) - Manajemen Dakwah ( MD) Untuk mewujudkan visis dan misinya Fakultas Dakwah melakuakan upaya- upaya sebagai berikut: -
Pelaksanaan tri dharma perguran tinggi.
-
Pelaksanaan perkuliahan yang efektif.
91
-
Menerbitkan
panduan-panduan
workshop
dan
peningkatan
penelitian. -
Untuk dapat mengabdi kepada masyarakat diharapkan civitas akademika membentuk dan mengembangkan kelompok pengajian.
-
Untuk meningkatkan sumber daya manusia maka diupayakan agar para lulusan melanjutkan kejenjang berikutnya. Begitu juga memberi masukan pada IAINuntuk membuka konentrasi Ilmu Dakwah
dalam
program
pasca
sarjana
IAIN
Walisongo
Semarang.24 Disamping itu juga dilakukan banyak pelatihan dan diskusi khusus untuk dosen agar pembinaan intelektual semakin mantap. Demi mencapai suatu tujuan yang di idealkan maka Fakultas Dakwah dilengkapi laborat, perpustakaan, radio siaran sebagai wadah menempa mahasiswa. Sampai saat ini Alumni Fakultas Dakwah sudah banyak diserap oleh pasar baik kerja formal maupun non formal. Misalnya di legislatif, wartawan dan sebagainya. 4. Fakultas Ushuludin a. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ushuludin sebagai pusat unggulan (center of excellence) dalam upaya kontektualisasi Al-qur’an dan Hadis. Disamping itu juga untuk menunjukan berbagai khasanah ilmu keagamaan dengan membandingkan agama non Islam. Salah satu misi program studinya yaitu menanamkan nilai-nilai Al Qur’an dan Hadis dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Kemahasiswaan Dalam rangka mencapai tujuan dari diadakannya studi Ushuludin maka input yang akan dijaring adalah para lulusan SLA 24
Wawancara Dengan Pembantu Dekan I Fakultas Dakwah, 29 April 2004
92
baik MA, SMU, maupun SMK. Adapun standar akademk dan administrasi yaitu Pengetahuan Agama Islam, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Pengetahuan Umum. Secara akademik tidak terjadi perbedaan yang signifikan diantara mahasiswa yang berbeda latar belakang tersebut. Sebagai bagian dari sivitas akademika, mahasiswa juga dilibatkan dalam penentuan kebijaksanaan yang menyangkut bidang kemahasiswaan dan akademik bahkan yang berkaitan dengan pengangkatan rektorat dan dekanat. Disampng itu juga dilibatkan untuk mengevaluasi perkuliahan melalui angket, dalog dan saransaran. Untuk memadai dan mengembangkan kreatifitas mahasiswa di Fakultas Ushuludin banyak sekali didirikan lembaga mahasiswa diantara BEM, DPM, HMJ, dan UKM. Ada beberapa UKM diantaranya JHQ, USQ, RGM I, ANNISA, Metafisis dan sebagainya. Organisasi tersebut adalah organisasi intra kampus yang merupakan bagian dari IAIN sebagai wahana dan sarana pengembangan dari setiap
mahasiswa
ke
arah
perluasan
kecendikiawanan dan pembentukan
wawasan,
peningkatan
integritas kepribadian serta
penciptaaan budaya mahasiswa yang demokrasi dan mengalami kepedulian sosial. Untuk memberikan penghargaan kepada mahasiswa maka aspek yang masuk dalam kegiatan ekstra kurikuler dihitung dengan satuan kredit kegiatan ekstra kurikuler (SKK). Untuk membina kegiatan tersebut didukung dengan adanya PKM dan juga pembiayaan kegiatan dari DIKS, sponsorship dan sumbangan tidak mengikat. c. Dosen dan Tenaga Pendukung. Proses rekrutmen mengacu pada keputusan Menteri Agama No. 363 Tahun 2002 tentang PNS yang intinya untuk merekrut tenaga dosen
minimal
memenuhi
standar
pendidikan
S2/S3.
Untuk
menambah keilmuan maka para dosen diberi kesempatan untuk studi
93
lanjut, penyelenggaraan diskusi rutin dua minggu sekali, mengadakan semiloka dan juga mengadakan penerbitan ilmiah. Dalam pelaksanaanya, tugas dosen akan dievaluasi scara pendidikan baik melalui laporan mahasiswa maupun observasi pimpinan Fakultas dan presensi. Untuk pembinaan dilakukan melalui pertemuan sambung rasa dan absensi serta memberikan pelatihan tambahan seperti komputer, internet, dan diklat penjenjangan karier. d. Kurikulum Untuk memenuhi visi dan misinya maka fakultas ushuludin diranvcang menjadi 4 jurusan yaitu Perbandingan Agama (PA), Aqidah Filsafat (AF), Tafsir Hadis (TH) dan Tasawuf Psikoterapi. Adapun tujuan dari mata kuliah dasar khusus adalah untuk membekali supaya dapat mengembangkan kompetensinya dimasa yang akan datang (future oriented). Mata kuliah yang ditujukan pada kebutuhan masyarakat terdekat dan kepentingan internal lembaga tercermin dalam mata kuliah yang mempelajari antropologi masyarakat. Paling tidak kurikulum yang didesain benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat. e. Struktur dan Kelembagaan Untuk menentukan kebijakan di tingkat Fakultas yang memutuskan adalah Senat Fakultas. Lain halnya ketika kebijakan yang dibutuhkan cukup dapat diselesaikan pimpinan Fakultas maka cukup dengan rapim. Untuk mengetahui realitas pendidikan di IAIN Walisongo Semarang diatas sudah disebutkan mengenai beberapa hal yang berkaitan denga penyelenggaraan pendidikan secara institusional. Untuk melihat seberapa jauh tingkat kemajuan pendidikan di IAIN dapat diketahui melalui kriteria:
94
d. Tujuan pendidikan Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai baik secara individu maupun kelompok. Sebagai sebuah lembaga pendidikan IAIN tentu saja mempunyai tujuan dan target yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan di IAIN merupakan pendidikan yang berkesadaran dan berlandaskan pada syariat Islam dimana IAIN sebagai lembaga pendidikan Islam. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan mlai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Dan proses pendidikan ini semua selalu berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan yaitu lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai. Begitu juga IAIN walisongo Semarang yang merupakan lingkungan pendidikan sudah dapat dipastikan bahwa ada beberapa objek atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu didasarkan atas kebutuhan pasar dan realitas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Pembantu Dekan I Fakultas Dakwah "....ingin menjadikan Fakultas unggulan
sehingga
mampu
menyiapkan
peserta
didik
yang
mempunyai kemampuan akademik dan profesional….".25 Tujuan yang dicanangkan diatas adalah merupakan visi dan misi yang kemudian diterjemahkan
kedalam
dalam
berbagai
upaya
diantaranya;
peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi, peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan jaringan. Lain halnya dengan pendapat
Pembantu Dekan I Fakultas
Tarbiyah "…bahwa tujuan dan misi fakultas Tarbiyah adalah ingin mewujudkan intelektual muskin yang paliam keagamaan dan ilmu pengetahuan lain serta dapat mengaplikasikan atau transfer ilmu."26 25 26
Wawancara dengan Pembantu Dekan I fakultas Dakwah tanggal 1 Mei 2004 Wawancara dengan Pembantu dekan I Fakultas Tarbiyah tanggal 4 Mei 2004
95
Sudah menjadi rahasia umum bahwa fakultas, Tarbiyah merupakan fakultas favorit sehingga hampir ditiap tahunnya mendapat mahasiswa terbanyak. Untuk menyempurnakan keilmuwan di fakultas tarbiyah maka ditambah dengan program studi MIPA dan Bahasa Inggris. Bebeda lagi dengan fakultas syariah yang ingin menyiapkan alumni yang siap pakai di masyarakat. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas dosen dengan menggalakan diskusi. Apabila diskusi membahas persoalan metodologi pengajaran maka akan mendatangkan dosen dari fakultas pendidikan Islam. Upaya yang kedua adalah meningkatkan kedisiplinan seluruh civitas akademika. Ketiga meningkatkan sarana dan prasarana yang berupa fisik karena kualitas fisik merupakan sarana pendidikan yang berpengaruh terhadap output. Ushuludin merupakan fakultas yang ingin dijadikan sebagai center of excellent27 yang berusaha mencetak sarjana muslim yang mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan masyarakat. Membangun peradaban Islam diera sekarang ini sangatlah tidak mudah
karena
nilai-niliai
mordernitas.
Dengan
memberikan
pemahaman tentang keislaman menjadikan fakultas Ushuludin menjadi pusat khazanah ilmu keislaman dan kekinian. Semua itu akan diupayakan melalui jalan peningkatan mutu pendidikan dan perbaikan pelayanan mahasiswa. Pada umumnya IAIN berdiri untuk menjawab kebutuhan masyarakat yaitu seorang cendikiawan muslim yang profesional dibidangnya serta mampu mentransfer dan mengabdikan ilmunya demi kesejahteraan masyarakat. Tujuan IAIN yang begitu mulia termanifestasikan dalam bentuk mata kuliah baik teori maupun praktek. Program-program tersebut diselenggarakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan yang terakumulasi dalam visi dan misi. 27
Wawancara dengan Pembantu dekan I Fakultas Ushuludin kamis Tanggal29 April 2004
96
Penyusunan program tidak akan bisa dilakukan sebelum mengetahui persoalan dilapangan. Program disini bukan merupakan keinginan pribadi tetapi usaha pelaksanaan dan peningkatan kegiatan akademik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan tersebut harus melihat resource yang ada baik human, natural maupun other resource. Disamping itu juga berdasarkan pada visi dan misi lembaga pendidikan. Mengenai tujuan pendidikan IAIN nampaknya dengan berbagai cara dilakukan agar tujuan tersebut dapat tercapai misal dengan penggunaan metode pembelajaran. Disamping itu pengajaran disesuaikan dengan materi dan konsentrasi akademik yang ditekuni mahasiswa. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dapat dilihat dari hasil akhir pendidikan dalam arti dilihat dari prestasai akademik. Jika yang digunakan sebagai ukuran adalah Indeks Prestasi maka IAIN tergolong sudah berhasil. Sebagai bukti dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
97
TABEL Indeks prestasi dan predikat kelulusan Tahun akademik 2003-200428 Indeks Prestasi
Prgram
Predikat kelulusan I/O
Rata-rata
Terendah
Tertinggi
Baik
Baik sekali
Istimewa
Sarjana S-1
3,31
2,62
3,85
39,9
55,9
4,2
Dakwah
3,16
2,70
3,85
66,7
28,9
4,4
Syad' ah
3,36
2,77
3,85
32,0
64,0
4,0
Tarbiyah
3,40
2,62
3,82
25,3
68,4
6,3
Ushuluddin
3,21
2,74
3,63
53,8
46,2
-
Magister (S-2)
-
-
-
-
-
-
Akta IV
-
-
-
-
-
-
Selain berdasarkan indek prestasi juga didasarakan atasa penerimaan dan penyerapan alumni IAIN di masyarakat. Secara umum alumni IAIN sudah dapat diterima dan diserap dalam masyarakat hingga tidak ada alumni yang "nganggur". Makna kata "nganggur" tidak lantas mereka bekerja pada sektor pemerintah( PNS) namun sebagian dari mereka bekerja disektor swasta.
Pekerjaan yang digeluti alumni tidak hanya terbatas pada sektor
formal saja akan tetapi juga pada sektor nonformal karena IAIN mempunyai pengetahuan lebih dalam bidang agama.29 b. Kurikulum dan kebijakan akademik Dalam menyususun sebuah kurikulum harus memperhatikan asas, prinsip dan orientasi tertentu.
Asas filosofis berperan sebagai penentu
tujuan umum pendidikan. Sedang asas sosiologis berperan memberikan 28 29
Pidato Rektor pada dies natalis di IAIN ke-34, tanggal 6 April 2004 Wawanacara dengan pembantu dekan I Fakultas syari' ah tanggal 1 Mei 2004
98
dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Asas organisatoris memberikan dasar-dasar bgaimana kurikulum disusun dan bagaimana menetukan luas dan urutan mata pelajaraan. Selanjutnya asas psikolosis berperan memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan
anak
didik
dalam
berbagai
aspeknya
serta
cara
menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh siswa sesuai dengan tahap perkembangannya. IAIN Walisongo sebagai institusi pendidikan Islam dalam menyusun kurikulum tetap memperhatikan aspek pasar dalam artian memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan aspek islami. Dalam penyusunan kurikulum IAIN telah melakukan beberapa kali work shop untuk memberikan kelengkapan dan inovasi kurikulum. Muatan kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 1999 atau kurikulum yang disempurnakan. Dalam kurikulum tersebut secara tersurat belum ada materi tentang gender namun dalam proses pengajarannya dimungkinkan juga disisipkan materi tentang isu gender. Akan tetapi hal itu belum dilakukan oleh semua pengajar di Walisongo, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang minim tentang gender. Hal ini yang menjadi awal peluang untuk memunculnya bias gender dalam pendidikan. Pada prinsipnya dilakukan analisis kurikulum di IAIN ditemukan kekurangan dan kelebihannya. Kurikulum yang dimiliki oleh IAIN tentu saja mengacu pada kurikulum nasional akan tetapi masih menunjukkan identitas diri yaitu dengan kurikulum institusional. Mata kuliah yang ditawarkanpun secara umum sama namun perlu adanya keunggulan komparatif yang merupakan satu bentuk penonjolan ciri IAIN. Adapun ciri alumni IAIN yaitu sarjana plus disatu sisi sebagai ilmuan (intelek) disisi yang lain sebagai agamawan. Kalau menurut kurikulum tahun 1999/1994 yang disempurnakan untuk mencapai gelar S-1 minimal harus menyelesaikan paling sedikit 144 sks. Sementara untuk pasca sarjana ada 42 sks. Dalam menyusun kurikulum
99
tentu saja IAIN harus memperhatikan beberapa aspek yang telah disebutkan di
atas.
Dalam
proses
pengambilan
kebijakan
IAIN
harus
mempertimbangkan berbagai aspek dan unsur yang terlibat didalamnya. Senat merupakan forum tertinggi untuk menentukan kebijakan dengan komposisi Guru besar. Rektor, pembantu rektor merupakan perwakilan yang diambil dari BEM dan DPM. BEM dan DPM dengan organ dibawahnya menjadi penyambung antara pimpinan IAIN dan Mahasiswa. Persoalan kurikulum di IAIN sangat mendapat fokus perhatian, sebagai langkah awal bahwa isi atau subtansi kurikulum saat ini dirasa memang sudah tidak ada perbedaan antara laki- dan perempuan bukti yang menyatakan adalah data menunjukan bahwa 85% responden menyatakan" bahwa kurikulum di IAIN sudah tidak dibedakan / bias" hal ini mengandung makna bahwa sebagian besar sivitas akademika tahu dan paham gender. Kurikulum yang ada secara tekstual memang tidak ada perbedaan anatra laki-laki dan perempuan. Pendapat yang menyempurnakan data diatas adalah pernyataan
Pembantu Rektor III bahwa: " di IAIN Walisongo
Semarang tidak di bedakan antara pria dan wanita…"30 C. Existensi dan signifikasi Gerakan feminis UKM berbasis gender dengan Pendidikan. Berbicara persoalan eksistensi adalah bicara persoalan pengakuan nilai penting sesuatu jika bicara nilai penting yang perlu digarisbawahi untuk memberikan nilai penting maka harus tahu peranan yang diambil. Kedudukan dan pengakuan atau legitimasi sangat di perlukan untuk menentukan sebuah kebijakan. Dalam hal ini UKM khususnya UKM berbasis gender secara formal kelembagaan di akui keberadaannya baik di tingkat Fakultas maupun Institut. Namun di mata sivitas akademika kurang begitu berpengaruh hal ini di sebabkan karena UKM ini masih "dianak tirikan" Maksud dari peryataan ini adalah perlu adanya perhatian ke UKM tersebut. Untuk menunjukkan keberadaan UKM ini sudah banyak melakukan berbagai kegiatan. 30
Wawancara dengan pembantu Rektor III, Rabu tanggal 7 Juli 2004
100
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh UKM berbasis gender berdasarkan rancangan sesuai dengan program kerja, program kerja yang di lakukan merupakan makna dari visi dan misi organisasi. Empat UKM berbasis gender berada di tingkat Fakultas dan satu UKM berada di tingkat institut keberadaannya memang tidak begitu diterima. Karena pada dasarya masih banyak yang acuh terhadap UKM ini. Adapun persoalan yang mendasari adalah manusia tidak tertarik isu keadilan dan
kesetaraan
gender,
walaupun
dalam
UKM
tidak
hanya
memprrbincangkan persoalan gender saja. Banyak hal yang dilakukan selain mengusung isu gender gerakan feminis berupaya melakukan pendampingan basis. Visi dari kesemua UKM ini ternyata hampir sama yaitu menjadikan UKM sebagai wadah untuk menggali potensi dan kreativitas mahasiswa untuk dapat sejajar dengan yang lain dalam arti bagaimana antara mahasiswa dan mahasiswi dapat seimbang dalam beberapa hal. Eksistensi UKM dapat di lihat dari program kegiatan secara umum. Program tersebut dapat di kategorikan dalam beberapa hal. 1) Pengembangan wacana dan sosialisasi 2) Pemberdayaan kader 3) Wilayah kerja praktis (advokasi) 4) Pengembangan jaringan Secara umum 5 UKM mempunyai visi yang sama sehingga dapat di katakan ANNISWA merupakan representasi dari UKM berbasis gender di IAIN Walisongo. ANNISWA bekerja untuk menyelesaikan permasalahan persoalan-persoalan ketimpangan gender disamping itu juga berupaya memenuhi keinginan dan kebutuhan kader. Pengembangan dan sosialisasi wacana gender sebagai upaya untuk menambah pengetahuan, pemahamann studi tentang persoalan masyarakat yang berkaitan dengan gender. Ada hal lain yang menarik dari semua itu yaitu sebagai wahana memberikan wacana dan penyadaran kepada
101
masyarakat. Adapun bentuk kegiatannya duilakukan dengan seminar, bedah buku, public hearing, dan diaolog interaktif. Sementara itu untuk menambah pengetahuan kader dan pengurus dan sekaligus sebagai wahana pemberdayaan kader maka dalam UKMUKM tersebut menyelenggarakan kegiatan bersifat internal pengurus misalnya diskusi, bedah buku dan pelatihan. Kemudian untuk bekerja di wilayah praktis UKM ini melakukan pendampingan baik untuk internal IAIN maupun eksternal yang berupa studi kasus dengan memperluas jaringan dengan padatnya kegiatan akan semakin menunjukan kedudukan UKM ini. Dalam wilayah pendidikan temyata belum begitu nampak signifikansinya gerakan ini, namun sedikit banyak gerakan ini mempunyai pengaruh terhadap pendidikan. Tantangan terberat dalam wilayah pendidikan ternyata berasal dari tingkatan internal sendiri, walupun secara umum belum begitu tampak mewarnai aktivitas akademik. Hal ini merupakan tantangan terbesar bagi gerakan feminisme dari UKM ini. Fenomena yang muncul adalah adanya kebijakan terbaru yang memutuskan bahwa UKM berbasis gender akan digabungkan menjadi UKM berada di tingkat Institut. Ternyata hal ini merupakan tantangan bagi aktivis feminisme dikampus untuk dapat melanjutkan aktivitasnya. Sebenarnya ada persoalan apa dibalik itu semua, namun satu hal yang pasti bahwa UKM tersebut sudah di merger. Ketika ditelusuri lebih lanjut visi dan misi UKM yang ada belum banyak memberikan gambaran jelas. Hal ini dapat dilihat dalam data penelitian bahwa keterlibatan UKM berbasis gender belum banyak karena sistem pengambilan kebijakan di tingkatan fakultas maupun institut melalui senat. UKM dapat terlibat dalam pengambilan kebijakan melalui BEM atau DPM yang merupakan representasi dari mahasiswa. Kemudian jika dilihat dari aspek gender dalam kurikulum IAIN belum banyak ditemukan adanya bias gender. Disamping para pembuat kebijakan sudah paham gender juga
102
disebabkan keterlibatan beberapa pihak yang pro aktif dalam membuat kebijakan. Kalau menurut survai dari lapangan bahwa UKM berbasis gender selain bergerak di bidang kesetaraan dan keadilan gender namun berupaya untuk mendukung keberhasilan pendidikan di IAIN dengan jalan membekali kader
nya dengan berbagai pengetahuan. Persoalan yang sebenarnya menjadi polemik adalah seberapa jauh
peranan lembaga eksekutif dan legislatif perwakilan mahasiswa
dikampus mampu menjadi
dalam senat baik Fakultas maupun Institut.
Disamping itu apakah UKM berbasis gender sudah menitipkan aspirasinya melalui lembaga tersebut. Untuk mendapatkan
keabsahan pernyataan
tersebut dapat dibuktikan melalui pernyataan salah satu responden "..untuk dapat menyalurkan aspirasi kepada pimpinan perlu kita titipkan pada DPM atau BEM…."31 Pernyataan tersebut memberikan makna bahwa sedikit banyak kaum feminis di UKM
telah ikut serta untuk mensukseskan
program pendidikan. Bagi gerakan feminisme sossialisasi dan kerja- kerja real sangat menentukan
eksistensinya sehingga akan berimplikasi positif dalam
pendidikan. Peranan yang diambil UKM sangat dibutuhkan untuk mendukung keberlangsungan pendidikan. Upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas kader.
31
Wawancara dengan salah satu aktivis perempuan yang berinisial N
103
DATA-DATA HASIL PENELITIAN32 Tabel I Jawaban responden Tentang perbedaan kodrat dan gender
Berdasarkan data di atas 75 % dari responden menjawab ya, yaitu tahu tentang perbedaan kodrat dan gender sementara 25 % belum tahu tentang perbedaan yang dimaksud. Hal ini dipertegas dengan pertanyaan yang berupa statmen bahwa gender adalah kodrat dengan alasan yang dikemukakan di atas. Pada dasarnya kodrat adalah pemberian yang sifatnya paten tak dapat dirubah, sementara gender adalah ciptaan, bahkan budaya yaitu hurturing dan conditioring. Tabel II Jawaban responden Tetang perlakuan peran gender dalam lingkungan mereka Data tersebut menunjukkan bahwa 40 % gender antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan budaya dan kondisi yang ada. Sementara itu kondisi yang ada yang ada 10 % ada yang menyatakan bahwa peran gender laki-laki dan perempuan hal ini merupakan kasuistik, disisi lain sebagian responden menyatakan bahwa peran gender laki-laki dan perempuan sama saja. Kemudian ada yang menjawab peran gender tidak dibedakan sebesar 35 %. Tabel III Jawaban responden Tenteng frekuensi responden mengikuti kegiatan berbasis gender Data di atas menunjukkan tingkat partisipai responden terhadap kegiatan berbasis gender 5 % diantaranya tidak pernah diantaranya tidak pernah mengikuti 32
Hasil dari penelitian melalui angket
104
kegiatan tersebut. 15 % responden menjawab jarang terlibat baik aktif maupun pasif. Ada 45 % yang sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbasis gender. Sementara itu 35 % responden selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbasis gender. Hampir setiap moment mereka terlibat. Tabel III Jawaban responden Tentang pengetahuan terhadap UKM berbasis gender di lingkungan IAIN
Hasil di atas menunjukkan pengetahuan responden tentang unit kegiatan mahasiswa yang berbasis gender sebesar 85 %. Sementara responden yang tidak mengetahui sebanyak 15 % . dari data ini mengandung makna bahwa apa yang dilakukan oleh UKM berbasis gender sudah tersosialisasikan sehingga akhirnya dapat dirasakan gejalanya. Disamping itu pengetahuan keberadaaan sebuah UKM ditegaskan melalui jawaban responden pada pertanyaan berikutnya yaitu tentang agenda UKM. Sebagian besar mereka memahami agenda yang di jalan UKM walaupun pengetahuan yang dimiliki responden baru sebatas UKM yang berada disekililing nya. Tabel IV Jawaban responden Tentang fokus perjuangan/ kegiatan Data yang tersajikan di atas beda dengan dari yang lain, hal ini dikarenakan responden dalam menjawab tidak hanya satu pilihan jawaban namun lebih. Hal ini belum terbaca ketika belum ada penjelasan dari pertanyaan berikutnya. Penguatan jawaban responden yang memberi alasan ketika memberi jawaban. Dan alasan yang banyak muncul adalah perjuangan yang dilakukan UKM tersebut menitik beratkan pada sebuah upaya untuk mendobrak tatanan budaya yang patriarti. Tabel V
105
Jawaban responden Tentang perjuangan UKM tersebut dalam memperjuangkan aspirasi perempuan 85 % data yang masuk menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mengatakan
bahwa
perjuangan
yang
dilakukan
oleh
UKM
adalah
memperjuangkan aspirasi kaum Perempuan. Ada sebuah hal yang kontraksi yaitu 5 % mengatakan bahwa UKM tersebut tidak memperjuangkan aspirasi kaum wanita. Lain halnya 10 % dari data menyatakan tidak tahu. Hal ini diperjelas dengan pernyataan bahwa para pejuang hak perempuan disebut gerakan feminisme. Walaupun ada beberapa yang tidak sepakat tabel VI Jawaban responden Tentang pendapat responden bahwa pejuang keadilan dan kesetaraan gender disebut gerakan Feminisme Sebagian besar responden menyatakan bahwa para pejuang keadilan dan kesetaraan gender disebut sebagai gerakan feminis dengan dasar bahwa gerakan feminis/ gerakkan perempuan ini didasarka atas dasar kinerja dan kegiatan yang dilakukan. Hal ini dinyatakan jumlah 75 %. 10 % dari responden mengatakan tidak setuju ketika para pejuang keadilan gender tersebut dengan gerakan feminis karena butuh stndar yang jelas. Sikap ketidak tahuan dinyatakan dengan nominal 15% . Tabel VII Jawaban responden Tentang pendapat bahwa UKM berbasis gender disebut sebagai kelompok gerakan feminisme Pendapat mengenai UKM berbasis gender disebut sebagai gerakan perempuan dinyatakan berbagai persepsi sangat setuju 10 %, setuju 40 %, tidak setuju 15 %, sangat tidak setuju 10 % dan sebagian yang lain menyatakan tidak tahu sebesar 25 %.
106
Tabel VIII Jawaban responden Pandangan terhadap output dari pendidikan di IAIN Walisongo. Keberhasilan pendidikan di IAIN Walisongo berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dinyatakan dengan 80 %. Keberhasilan yang dinilai ini adalah berdasarkan tingkat penyerapan di masyarakat baik dari segi formal maupun non formal. Sementara yang mengatakan belum berhasil berdasarkan standar bahwa masih alumni IAIN masih menganggur. Tabel IX Jawaban responden Presepsi responden terhadap kurikulum dilihat dari aspek gender Jawaban di atas menggambarkan bahwa kurikulum pendidikan di IAIN tidak dibedakan atas dasar laki-laki dan perempuan ini dinyatakan
dengan
prosentase sebesar 85 %. Sebaliknya berdasarkan ternyata tidak ada yang menyatakan bahwa kurikulum dibedakan atas dasar jenis kelamin. Sementara itu sikap tahu ditunjukkan sebesar 15 %. Data ini didukung dengan jawaban pada pertanyaan berikut yang menyatakan bahwa kurikulum IAIN tidak bias. Tabel X Jawaban responden Tentang keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan Proses keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan kebijakkan baik di tingkat fakultas maupun Institut baik langsung maupun tidak langsung dinyatakan sebesar 60 %. Sementara yang menyatakan mahasiswa tidak dilibatkan dalam pengambilan 40 %. Tabel XII Jawaban responden Persepsi responden terhadap kurikulum IAIN memuat materi gender
107
Sampai saat ini berdasarkan data kurikulum IAIN belum memuat materi tentang gender hal ini dinyatakan dengan 85 % dan sudah memuat 5 % namun disisi lain ada yang tidak tahu 10 %
108
Tabel XIII Jawaban responden Tentang persepsi pendidikan androgini/ bebas gender Berdasarkan data dari lapangan mayoritas responden menyatakan setuju dinominalkan dengan nominal 95 % sementara yanng tidak setuju hanya 5 % Kemudian hasil penelitian dan observasi kinerja dan kegiatan UKM diproyeksikan kewilayah pendidikan. Hal ini dilakukan karena gerakan yang dibangun ditingkatkan kampus lebih tepat di wilayah pendidikan. Bagaimana gerakan yang di bangun UKM mampu menjadi inspiran bagi lahirnya pendidikan berperspektif gender baik dari segi teoritis maupun praktis.