1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Bahan-bahan kimia yang seringkali digunakan oleh seorang petani dalam sistem budidayanya berupa pestisida dan pupuk kimia sintesis hingga zat pengatur tumbuh. Penggunaan bahan-bahan kimia dapat memacu perubahan keseimbangan ekosistem serta perubahan sifat kimia, fisika hingga biologi lahan. Seiringnya waktu, produktifitas lahan akan mengalami penurunan karena struktur lahan memadat. Sejalan dengan kesadaran masyarakat mengkonsumsi makanan sehat dan keseimbangan ekosistem, muncul selogan “Back to Nature” yang didukung syarat jaminan produk pertanian, yaitu aman untuk dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi yang tinggi (nutritional attributes), dan ramah terhadap lingkungan (eco-labelling attribute) (Sutanto, 2002). Pertanian organik merupakan budidaya yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintesis. Tujuan utama dari pertanian organik yaitu menyediakan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Dalam pertanian organik, dituntut lahan yang tidak tercemar oleh bahan kimia namun memiliki aksesibilitas yang cukup baik, akan tetapi kesuburannya lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan yang sudah tercemar bahan kimia. Konversi lahan pertanian anorganik menjadi organik membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun (Sutanto, 2002). Hingga saat ini, pertanian anorganik masih banyak dilakukan petani Padi Indonesia. Penggunaan pestisida dapat mengakibatkan “hilangnya” agen pengendali hayati dari organisme pengganggu tanaman (OPT) budidaya, selain itu dapat meningkatkan keresistenan hama. Penggunaan pupuk sintesis dapat menimbulkan dampak negatif bagi struktur tanah, sehingga perakaran tanaman sulit menembusnya (Untung, 2007).
1
2
Hasil produksi pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional, sebagian besar dipenuhi negara maju seperti Australia, Eropa dan Amerika. Di Asia, pasar produk pertanian organik banyak didominasi Jepang, Taiwan dan Hongkong. Saat ini potensi penjualan produk pertanian organik di Indonesia masih sedikit, karena terbatas di kelas menengah ke atas. Kendala yang lain adalah nilai investasi pertanian organik yang tinggi. Penyebabnya diperlukan pemilihan lahan yang belum tercemar bahan kimia. Kendala lainnya adalah belum ada kepastian pasar produk pertanian organik, sehingga petani tidak termotivasi memproduksi produk pertanian organik (Anonim, 2002a). Saat ini pertanian organik modern sudah memasuki pertanian di Indonesia, namun dalam skala kecil. Pertanian organik modern memiliki kesamaan dengan pertanian organik pada umumnya, yaitu memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Beberapa komoditas perspektif yang dapat dikembangkan dengan pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan,
tanaman
rempah
dan
obat,
serta
peternakan
(Anonim, 2002a). Bahan pangan strategis seperti Beras, Gula, Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, dan Ikan Kering sudah mendapatkan perhatian khusus. Di negara-negara Asia termasuk Indonesia, pangan berarti Beras. Ini menandakan Beras memegang peranan penting sebagai bahan pangan. Diperkirakan 40-80% kebutuhan kalori masyarakat berasal dari Beras. Beras menjadi sumber pendapatan penting bagi sebagian besar petani kecil Asia, karena diperkirakan 2/3 lahan pertanian di Asia dialokasikan untuk tanaman Padi (Sawit dalam Widodo dkk, 2002: 117-119). Berdasarkan Dispertan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005, produksi Padi di Jawa Tengah adalah 8.424.096 ton, yang diperoleh dari luasan lahan panen sebesar 1.611.107 ha, dimana produktivitas adalah 52,29 kw/ha (Anonim, 2005 dalam Trianto, 2006: 10). Menurut penelitian Hapsari di Ngawi tahun 2006 tentang usahatani Padi organik didapati produksi rata-rata pertanian organik lebih rendah dari pada pertanian anorganik yaitu 5.472,91 kg/ha sedangkan pertanian konvensional
3
6.399,57 kg/ha. Pendapatan rata-rata pertanian organik sebesar Rp 5.496.178/ha sedangkan pertanian konvensional Rp 3.699.938/ha (Hapsari, 2006). Dari uraian di atas, ada hal yang menarik yaitu mengenai pendapatan bersih seorang petani. Pendapatan bersih pertanian organik lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertanian anorganik sebab biaya yang dikeluarkan untuk pembelian saprodi (benih, pupuk, pestisida, dan fungisida) lebih rendah. Penyebabnya pupuk, pestisida, dan fungisida yang digunakan dalam usahatani sangat murah dan mudah dibuat secara mandiri. Oleh karena itu biaya saprodi yang dikeluarkan hanya untuk pembelian benih lokal. Jika dilihat dari sisi pendapatan kotor yang dihubungkan dengan harga jual tiap kilogram Beras dari tangan petani, pertanian organik memberi pendapatan kotor yang tinggi, harga jualnya mencapai Rp 10.000,00/kg untuk varietas Padi yang sama, dalam hal ini adalah varietas IR-64. Berbeda dengan harga jual Padi IR-64 yang diproduksi secara pertanian anorganik, yaitu Rp 5.900,00/kg. Dari uraian latar belakang, terdapat beberapa permasalahan yang menarik untuk diteliti diantaranya mengenai pendapatan bersih dan kotor pertanian Padi organik dengan anorganik, kemudian mengenai perbedaan produktivitas Padi pertanian organik, semi organik dan anorganik yang memiliki selisih cukup besar, yaitu 2 ton/ha. Sehingga rumusan masalahnya adalah: 1.1.1 Bagaimana tingkat produktifitas Padi yang dibudidayakan secara organik dan anorganik. 1.1.2 Bagaimana pendapatan kotor dan pendapatan bersih yang diperoleh petani Padi yang dibudidayakan secara organik dan anorganik.
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Mengetahui produktifitas Padi yang dibudidayakan secara organik dan anorganik. 1.2.2 Memperbandingkan besarnya modal lancar, pendapatan kotor dan bersih, dan biaya produksi yang meliputi benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja di pertanian padi organik dan anorganik.
4
1.3 Signifikansi Penelitian Ditinjau dari segi ilmiah Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang Agribisnis, terutama mengenai Padi organik. Ditinjau dari segi kepraktisan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak, terutama kepada pihak yang bergerak dalam bidang pertanian organik dengan komoditas Padi. Ditinjau dari segi ekonomi Diharapkan penelitian ini mampu meningkatkan roda perekonomian hasil produksi Padi pertanian organik yang telah diusahakan oleh petani.
1.4 Batasan Masalah Dalam penelitian skripsi yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka perlu dibatasi permasalahan yang hendak dicapai, sehingga ruang lingkup penelitian hanya dibatasi untuk mengetahui karakteristik dari petani Padi yang bergerak pada bidang pertanian organik dengan anorganik yang terdapat di Kabupaten Sragen. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan pertanian organik adalah budidaya komoditas Padi yang kegiatan usahataninya tidak menggunakan bahan kimia sintesis seperti pestisida, fungisida, dan pupuk kimia sintesis, namun penggunaan benih unggul maupun introduksi masih dilakukan. Yang dimaksudkan dengan pertanian anorganik adalah budidaya komoditas Padi, yang kegiatan usahataninya menggunakan masukan berupa bahan-bahan kimia sintesis seperti pestisida, fungisida, dan pupuk kimia sintesis serta penggunaan benih unggul. Kemudian yang dimaksudkan dengan usahatani adalah pertimbangan antara biaya dan pendapatan melalui pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh keluarga petani secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, komponen usahatani yang diteliti adalah modal lancar, biaya saprodi benih, biaya saprodi
5
pupuk, biaya saprodi pestisida, biaya tenaga kerja, pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan varietas benih adalah varietas-varietas tanaman Padi yang dipilih dan dibudidayakan oleh seorang petani organik maupun anorganik pada satu musim tanam terakhir. Varietas ini terdiri dari varietas Padi lokal, Padi unggul maupun Padi hibrida. Selanjutnya yang dimaksud dengan pupuk adalah sumber unsur hara yang berasal dari luar ekosistem lahan, terdiri dari pupuk kimia sintesis maupun pupuk hayati yang digunakan oleh seorang petani untuk mendukung usahataninya selama satu musim terakhir. Kemudian yang dimaksudkan dengan pestisida adalah beberapa bahan kimia diantaranya pestisida, fungisida maupun herbisida, baik organik maupun anorganik yang dipilih oleh seorang petani Padi dan digunakan selama satu musim terakhir untuk memberikan perlindungan pada tanaman. Yang dimaksudkan dengan produktivitas adalah hasil bagi antara input dengan output, dimana input berupa luas lahan dan output merupakan hasil produksi. Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal lancar yaitu harta yang mampu memberikan hasil usaha berupa pendapatan, atau sejumlah dana yang dikeluarkan untuk memberikan pendapatan. Contohnya dapat berupa, benih, pupuk, pestisida, fungisida, dan tenaga kerja. Yang dimaksud biaya adalah jumlah segala pengeluaran yang dilakukan oleh seorang petani Padi dalam pembiayaan usahataninya selama satu musim terakhir, baik pada petanian organik maupun anorganik. Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan biaya sewa alat serta biaya sewa lahan. Biaya untuk benih adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk pemenuhan benih bagi usahatani Padi organik atau anorganik. Biaya untuk pupuk adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk membeli sejumlah pupuk untuk kegiatan usahatani Padi organik maupun anorganik. Biaya untuk pestisida adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk pembelian pestisida dalam kegiatan usahatani Padi organik maupun anorganik.
6
Biaya untuk tenaga kerja adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh seorang petani untuk membayar tenaga kerja dalam usahatani Padi organik maupun anorganik. Pendapatan kotor adalah jumlah pemasukan dari usahatani yang dilakukan seorang petani Padi organik maupun anorganik dalam satu musim terakhir sebelum dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkannya. Kemudian yang dimaksud dengan pendapatan bersih adalah jumlah dari pendapatan kotor yang dikurangi jumlah biaya total dari usahatani Padi organik maupun anorganik, dapat disebut juga sebagai keuntungan.
1.5 Model Hipotesis
Y1 Y2a
Xi Y2
Y2b Y3a Y3b Y3 Y3c Y3d
Keterangan: Xi =Budidaya pertanian (organik/ anorganik) Y1 = Modal Y2 = Pendapatan Y2a = Pendapatan kotor Y2b = Pendapatan bersih Y3 = Biaya Y3a = Biaya saprodi benih Y3b = Biaya saprodi pupuk Y3c = Biaya saprodi pestisida Y3d = Biaya tenaga kerja