Nilai IR di dapatkan dari persamaan:
Tabel 5. Penentuan indeks kerentanan wilayah berdasarkan jumlah orde kombinasi Trend dan Orde 1R
I
No ( TingkatlR
I
Trend
I
tdk adasend Naik
5. Penyusunan tingkat kerentanan dengan menggunakan trend 3 bulanan dan tingkat IR mingguan per tahun.
Tabel 2. Kisaran IR DBD Tahunan No Nilai IR 1 0,l-5 2 5 -20 3 >20
3
Tmgkat IR ringan sedang berat
No 1 2 3
Nilai IR
Tingkat IR
0,l-0,4 0,4-1 21
Rendah Sedang tinggi
Orde 1 2 3
Tabel 4. Kisaran nilai trend dengan a 10 % dari data berjumlah 36 bulan untuk Jakarta dan 60 bulan untuk Kota Padang
' No 1 2
3
Nilai Kurva T hitung [TI > 1,36 -1,36< [TI< 1,36
1 [TI <-1,36
1
I
I I
sedang I tinggi sangat tinggi 1
.
Tabel 3. Kisaran IR DBD mingguan untuk menentukan orde
-
tllrun
Trend
Orde Trend
naik Trend tidak nyata turun
2
1
10
Berdasarkan tingkat kerentanan yang merupakan kombinasi antara orde IR rata-rata mingguan dan orde trend 3 bulanan, di lakukan pemetaan dengan menggunakan Arc View 3.3 untuk setiap kecamatan di DKI Jakarta dan Kota Padang.
IV.HAS'% DAN PEMBAHASAN
1
~
I
4.1 Korelasi Unsur lklim dengan Kasus DBD 4.1.1 Hujan
DKI Jakarta Hasil perhitungan keeratan hubungan antara hari hujan mingguan DKI Jakarta tahnn 20022006 dengan IR menunjukkan bahwa nilai korelasi maksimum yang di dapat adalah 0,34 berarti berkorelasi rendah (Lampiran 1). Berdasarkan gambar 4, pada setiap kejadian hari hujan dalam seminggu terdapat IR namun nilai IR tertinggi terdapat patla hari hujan 2 hingga 4 hari dengan IR>3,8 kasus/100.000 penduduk. Korelasi paling tinggi di dapatkan antara banyaknya hari hujan 7 mingguan sebelum kasus dengan I R Berdasarkan nilai korelasi dan nilai a (0,000) banyaknya hari hujan sebelum kasus dengan IR dapat disimpulkan bahwa meskipun nilai korelasi rendah tetapi terdapat hubungan yang nyata, sehingga secara tidak langsung banyaknya hari hujan akan mempengaruhi jumlah kasus di Jakarta, berarti jika hari hujan meningkat, secara tidak langsung IR juga mengalami peningkatan namun sebaliknya jika jumlah hari hujan sedikit maka secara tidak langsung IR akan mengalami penurunan.
tlti dan Ln (IR) DKI Jakarta 2002-2006
1
hujan dan IR DBD tidak di dapatkan keeratan hubungan yang nyata (Lampiran 1). 4.1.2
Gambar 4. Grafik HH dan IR Jakarta 2002-2006 Berdasarkan hasil perhitungan keeratan hubungan antara curah hujan mingguan DK1 Jakarta tabun 2002-2006 dengan IR mingguan menunjukkan bahwa nilai korelasi paling tinggi yang didapatkan adalah 0,26 berarti rendah. Korelasi paling tinggi didapatkan antara curah hujan 7 mingguan sebelum kasus dengan IR. Berdasarkan nilai korelasi dan nilai a (0,000) dapat disimputkan bahwa meskipun nilai korelasi rendah tetapi terdapat hubungan yang nyata antara curah hujan 7 minggu sebelum kasus dengan IR, sehingga secara tidak langsung jika terjadi peningkatan jumlah curah hujan akan menyebabkan kenaikan IR dan sebaliknya jika teriadi oenurunan iumlah curah huian. seem tidak langsung akan menyebabkan penurunan IR. Berdasarkan gambar 5, kejadian IR 23 tejadi pada curah hujan mingguan antara 0 150 mm.
Suhu
DKI Jakarta Hasil perhitungan keentan hubungan antara suhu mingguan DKI Jakarta tnhun 2002-2006 dengan IR mingguan, menunjukkan bahwa nilai korelasi paling tin& seksar -0,19 benrti rendah (Lampinn I). Korelasi paling tinggi didapatkan antara suhu 7 rniugyan sebelum kasus dengan IR. Berdasarkan nilai korelasi dan nilai a (0,000) dapat disi~npulkan bahwa meskipun nilai korelasi rendah tetapi terdapat hubungan yang nyata antan banyaknya hari hujan 7 minggu sebeluln kasus dengan lR, sehingga lcenaikan maupun penurunan suhu secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap IR. Berdasarkan hasil korelasi, didapatkan nilai korelasi negatif antara sohu dengan IR, yang berarii kenaikan suhu akan menyebabkan penurunan nilai IR, namun sebaliknya jika tejadi penurunan suhu akan menyebabkan kenaikan 1R. Berdasarkan gambar 6, nilai IR meningkat pada suhu 26-28 "C dengan nilai m3.
Korelasi CH dan Ln (IR) DKI Jakarta 2002-2006
Gambar 6. Grafik'l'dan IR Jakarta 2002-2006
Gambar 5. Grafik CH dan IR Jakarta 2002-2006 Kota Padang Padang mempakan daerah dengan tipe curah hujan equatorial, dan mempunyai cunh hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara banyaknya hari
Kota Padang Berdasarkan hnsil analisis korelasi antara suhu dan IR DBD tidak didapatkan keeratan hubungan yang nyata di Kota Padang (Lampiran 1). 4.1.3 Kelembaban
DKI Jakarta Hasil perhitungan keeratan hubungan antara RH mingguan DKI Jakarta tahun 2002-2006 dengan IR menunjukkan bahwa uilai korelasi paling tinggi yang di dapat adalah 0,27 berarti
. .-
rendah (Lampiran I). Korelasi paling t i n e di dapatkan antara RH 7 mingguan sebelum kasus dengan IR. Berdasarkan nilai korelasi dan nilai a (0,000) dapat disimpulkan meskipun nilai korelasi rendah tetapi terdapat hubungan yang nyata antara RH 7 minggu sebelum kasus dengan IR, sehingga kenaikan maupun penurunan RH secara tidak langsung akan berpengmih terhadap IR. -. . . -
-
--
4 1
I--.:
.
.
-
_i
.
I
11
RHt%)
Gambar 8. Graiik S-D d m 1R Jakarta 2002-2006 Kota Padang Berdasarkan hasil korelasi, di Kota Padang tidak terdapat keeratan hubungan antara S-D curah hujan dengan 1R di Kota Padang (Lampiran 1).
....
-3
I
4.2 Peluang Kejadiao DBD Miogguan
~ e r d a s a r k a nBanyaknya ~ a r i ~ u j o n , Curah Hujsn, Kelembaban, Suhu dan Surplus-Defisit Curah Cujan
Gambar 7. Grafik RH dan IR Jakarta 2002-2006 Kota Padang Berdasarkan hasil analisis korelasi antara kelembaban dan IR DBD tidak di dapatkan keeratan hubungan yang nyata di Kota Padang (Lampiran 1) 4.1.4
. .
1
. . .-
Korelas! RH dan Ln (IR) DKi Jakarta 2002-2006
1
. ... ..
/ y l a s i S D dan Ln (IR) DKI Jakarta 2002-2006
Surplus Defisit curah bujan
DKI Jakarta Berdasarkan h a i l perhitungan keeratan hubungan antara S-D curah hujan mingguan DKI Jakarta tahun 2002-2006 dengan IR menunjukkan bahwa nilai korelasi paling tinggi yang di dapatkan adalah 0,26 berarti rendah (Lampiran 1). Korelasi paling tinggi didapatkan antara S-D curah hujan 7 mingguan sebelum kasus dengan IR Berdasarkan nilai korelasi clan nilai a (0,000) dapat disimpulkan meskipun nilai korelasi rendah tetapi terdapat hubungan yang nyata antara S-D curah hujan 7 mingguan sebelum kasus dengan I K sehingga kenaikan maupun penurunan S-D curah hujan secara tidak langsung akan b e r p e n g d terhadap I R
Peluang kejadian Demnm Berdarah setiap minggunya dapat menjadi gambaran terjadinya penyakit DBD yang dipengaruhi oleh banyaknya hail hujan, suhu, kelembaban, curah hujan dan surplus-defisit curah hujan Tabel 6. Penentuan kisamn T, CH, RH, S D I Tinggi Sedang I Rendah
I
Mmdmg
S-D
-31,5S-
IWlntdmg 1
<-31,s mm/mg
HH
25 hari 281%
4hariZHIG-2 hari 70SRHW<80%
< 2 hari
RH T
Z8T
27Sl'9T
25°C-27°C
600%-70%
4.2.1 Suhu
Suhu memberikan kontribusi yang besar terhadap peluang terjadinya kasus DBD, berdasarkan Tabei 7, di DKI Jakarta peluang tejadinya IR berat dan ringan besar pada suhu rendah berkisar antara 2527°C. Hal ini berkaitan dengan hasil korelasi antara 1R dan suhu yaitu korelasi bemilai negatif. Peluang terjadinya IR berat, sed;mg dan ringan paling besar di Jakarta yaitu di Jakarla Timur pada suhu rendah yaitu 0,90 dan I. Di Kota Padang IR DBD bent dan ringan herpeluang besar pada suhu rendah yaihi sebesar 0,66 dan 0,50.
1
4.2.2 Surplus-Defisit Curah Hujan
Curah hujan akan menyebabkan terjadiuya keadaan surplus maupun defisit yang berakibat pada tejadiiya genangan untuk perindukan nyamuk. Berdasarkan Tabel 7, peluang tejadinya IR ringan banyak terjadi pada surplusdefisit tinggi yaitu berkisar antara >Omm/mgg. Pada daerah DKI Jakarta, Jakarta Selatan berpeluang paling besar terjadinya IR rendah pada S-D tinggi sebesar 0,86, sedangkan Peluang terbesar IR DBD berat dan ~ g a Kota n Padang juga paling banyak tejadi pada surplus-defisit curah hujan tinggi yaitu sebesar 0,82 dan 0,88. 4.2.3 Kelembaban (RH)
Berdasarkan Tabel 7, Jakarta Barat mempunyai peluang terbesar untuk kejadian IR berat sebesar 0,68 pada kisaran RH tinggi dan kejadian IR ringan 0,73 pada RH sedang dengan
kisaran 70-SO%, sedangkan Kelembaban yang tinggi di Kota Padang mcmberikan peluang yang b e w terhadap kejadian IR DBD ringan sebew 0,63. kelembaban 70-80% akan memberikan kenyamanan pada nyaniuk vektor, karena RH berpengaruh pada sistem pernafasan nyamuk (Trakea). Kejadian Hujan (HH) Berdasarkan Tabel 7, peluang kejadian IR berat dan ringan tejadi pada jumlah hari hujan sedang dengan kisaran 2-4 hai. Peluang terbesar terjadiiya IR berat di Jakarta yaitu Jakarta T i u r yaitu 0,71, sedangkan peluang IR ringan paling besar terdapat di Jakarta Barat yaitu 0,57. Pada Kota Padang IR beraf sedang dan ringan berpeluang sebesar yaitu 0.76, 0.77 dan 0.80 pada K i m hari hujan s&ug. 4.2.4
Tabel 7. Peluang kejadian tingkat IR menurut kelas T, RH, S-D, CH, HH
Ket : * peluang kejadian 50.50 (lil~atLampiran 2) brt : berat sdg : sedang
rgn : ringan tgg :tinggi sdg :sedang rdh : rendah
4.2.5 Curah Hujan Berdasarkan Tabel 7, peluang terjadinya IR berat dan ringan terdapat pada curah hujan yang tinggi dengan kisaran >29,9 mm. Hal ini disebabkan, jika curah bujan meningkat maka akan menambah habitat vektor DBD sedangkan jika cumh hujan tinggi juga akan menyebabkan aliran permukaan (banjir) yang menyebabkan hitangnya habitat vektor DBD. Pada DKI Jakarta peluang IR berat sebesar 0,51 di Jakarta Selatan, sedan* IR ringan berpeluang 1 di Jakarta Timur, 0,73 di Jakarta Barat dan 0,83 di Jakarta Selatan. Pada Kota Padang peluang IR DBD berat dan ringan sebesar 0,39 dan 0,50. 4.3
Tingkat Kerentanau Kecamatan
DBD
per
Berdasarkan data (Lampiran 4) IR di kecamatan Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakata Selatan dan Utam dari tahun 20022006, pada tahun 2005 terjadi IR paling tinggi daripada tahun lainnya. Berdasarkan data IR Kota Padang tahun 2002-2006, kejadian IR setiap tahun di Kota Padang tidak menenhl sehingga tidak terlibat trend dari IR swam nyata. PETA KERENTANAN DBO
D M Jakarta Hasil pemetaan berdasarkan nilai kombinasi antara trend dan orde IK di dapatkan bahwa sebagian besa h h Jakarta Sclatan merupakan daerah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi terhadap kejadiari DBD. Kecamatan di daerah Jakarta Timur merupakan daerah yang mempunyai kerenlanan tinggi DBD setiap tahunnya (2002-2006) dan daer'ah yang lnemiliki klasifikasi tingkat kerentanan sedang adalah sebagian besar daerah Jakarta Pus& Jakarta Utara dan Jakarta Timur ( Gambar 9) Kota Psdang Hasil pemetaan berdasarkan nilai kombinasi antara trend dan orde IR di dapatkan bahwa daenh Teluk Kabung merupakan kecamatan yang mempunyni tingkat keretanan sedang terhadap DBD, namnn kecamatan Luki, Padang Bamt, Kuranji, Padang Utara, Nanggalo, Koto Tangah merupakan kecamatan yang mempunyai tingkat kerentanan sangat tinggi terhadap kejadian DBD, ini berdasarkan nilai IR tahun 2002-2006 (Gambar 10). Kecamatan Pauh, Padang Selatm Padang Timur dan Lubuk Begalnng merupakan kecamatan yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi terhadap DBD.
MIJMSWT.4 PERUECPMATAN TAHUN 2002-2006
PETA KERENTANAN DSD KOTA PADANG PER KECAMATAN TAXUN ZW2-2006
Gambar 9. Sebaran Wilayah Rentan DBD 2002-2006 DKI Jakarta
I
Gnmbar 10. Sebaran Wilayah Rentan DBD
2002-2006 Kota Padang