1. KERANGKA KERJA MONITORING PENINGKATAN MUTU GURU
DAN
EVALUASI
PROGRAM
1.1 Pendahuluan
Program Peningkatan Mutu Guru kerjasama Teacher Institut Sampurna Foundation dengan Universitas Pendidikan Indonesia di Kabupaten Karawang, Universitas Negeri Surabaya di Kota Surabaya, Universitas Negeri Malang di Kota/Kab. Pasuruan memiliki tujuan umum 1) Model Pelatihan guru dalam jabatan (in-service) melalui kegiatan MGMP dengan menerapkan Lesson Study terdeseminasikan di kabupaten/kota sasaran ke MGMP Non MIPA sebagai bentuk pengembangan keprofesionalan guru berkelanjutan; 2) Kemampuan belajar siswa dalam matematika dan IPA meningkat di kabupaten/kota sasaran. Tujuan khusus program ini adalah Model kegiatan MGMP menerapkan lesson study untuk meningkatkan mutu guru matematika dan IPA berkembang di kabupaten/kota sasaran. Lesson Study pada hakekatnya merupakan suatu proses belajar yang dilakukan oleh sebuah Learning Community yang melibatkan banyak fihak antara lain guru-guru sebidang atau lintas bidang, dosen, kepala sekolah, Staf Dinas Pendidikan, tenaga ahli dari luar negeri atau praktisi pendidikan lainnya. Proses Lesson Study ini terdiri dari tiga bagian yaitu Plan yaitu
kegiatan
perencanaan
yang
meliputi
indentifikasi
masalah
pembelajaran,
mengidentifikasi alternatif solusi, serta menyusun rencana pembelajaran. Do adalah kegiatan implementasi pembelajaran yang telah disusun, dan See adalah kegiatan refleksi yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir. Untuk melihat keberhasilan suatu program tentu diperlukan evaluasi program yang sistematis yang sanggup memberikan informasi awal mengenai persiapan program, keterlaksanaan program, keberhasilan program dan dampak program selanjutnya serta mengungkap efektifitas program.
1.2. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Program Peningkatan Mutu Guru Mekanisme monitoring dan evaluasi program tersebut menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi program melalui pengembangan perangkat instrumen untuk mendukung implementasi program Lesson Study (LS) lebih efektif. Evaluasi konteks berfungsi sebagai need assessment yaitu mencari kebutuhan, kelemahan dan problem yang dihadapi guru-guru di suatu wilayah untuk pengembangan profesional guru matematika dan sains. Dari hasil evaluasi konteks dapat disimpulkan 1
substansi apa yang perlu menjadi muatan kegiatan Lesson Study MGMP, khususnya aspekaspek kompetensi apa yang perlu dikembangkan pada diri guru melalui kegiatan Lesson Study. Kompetensi pedagogi yang mana dan kompetensi profesional yang mana? Disamping mengembangkan tradisi ”berkooperasi” dikalangan guru mata pelajaran sejenis, LS pun hendaknya berisi intervensi untuk mengubah model pembelajaran dari ”teacher centered” ke arah ”student centered”, serta dari ”teoritik” ke arah ”hands-on. Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti profil siswa (kapasitas belajar, tingkat kemampuan dll.), profil guru (latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar, mismatch, sikap terhadap suatu inovasi, budaya kerja sekolah, dll.) dan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah.
Dari evaluasi input dapat
disimpulkan pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam LS, model pembelajaran apa yang perlu ditumbuhkembangkan, serta hidden agenda apa yang perlu dibawa melalui LS MGMP. Sasaran ”baseline survey” diarahkan pada pengumpulan informasi yang diperlukan untuk evaluasi konteks dan input. Oleh karenanya disain dan instrumen baseline survey perlu dirancang dengan merujuk pada kebutuhan pengumpulan informasi secara komprehensif tentang problem lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran, keberadaan peralatan pendukung pembelajaran, selain profil input lainnya, seperti kondisi guru dan siswa. Evaluasi proses (dapat disebut monitoring) berkenaan dengan kajian seberapa jauh pelaksanaan operasional LS di MGMP berjalan secara efektif ke arah pengembangan profesional guru yang diharapkan. Evaluasi proses bersifat sebagai evaluasi formatif, sehingga hasil evaluasi perlu segera diumpanbalikkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk manajemen program di wilayah tertentu serta MGMP fasilitator dan experts, untuk ditindaklanjuti. Evaluasi produk meliputi dua aspek, yakni evaluasi output dan evaluasi dampak (impact). Evaluasi output terarah pada hasil langsung (direct) program, baik perubahanperubahan pada kinerja mengajar guru maupun kinerja belajar siswa yang teramati pada akhir implementasi program. Evaluasi dampak lebih bersifat monitoring terhadap konsistensi aktivitas LS MGMP pasca project (sustainability). Kerangka kerja program evaluasi dapat diilustrasikan dalam diagram 1.2. berikut ini.
2
KOMPONEN
FUNGSI
Need assessment
Context
PROSEDUR
Baseline survey
Input
Site Condition
Process
Formative
Monitoring
Outputs (summative)
End-line survey
Impact (sustainability)
Post-project Impact study
PROGRAM EVALUATION
Product
Diagram 1.2. Kerangka Kerja Evaluasi Program Peningkatan Mutu Guru 1.3
Kerangka Kerja Analisis Dampak Program Untuk menganalisis dampak dari program direncanakan dua survey yaitu Baseline
Survey pada awal program dan End-line Survey pada akhir Program. Dampak program dianalisis berdasarkan perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah program dilaksanakan melalui analisis perbandingan keadaan sebelum dan sesudah pada kelompok sasaran. Secara alamiah diasumsikan akan terjadi perubahan walaupun tanpa intervensi program di atara dua waktu tertentu. Dengan demikian, diperlukan pembanding sebagai acuan untuk program yang tidak mengalami intervensi antara dua waktu tertentu dengan mengukur keadaan awal dan akhir pada kelompok kontrol. Pertama menentukan daerah sebagai kelompok kontrol yang memiliki karakteristik wilayah yang hampir sama dengan kelompok sasaran. Analisis dampak terdiri dari dua tipe perbandingan yaitu: 1) Perbandingan sebelum dan sesudah program intervensi; dan 2) Perbandingan dengan dan tanpa program intervensi Kerangka kerja dari Survey Dampak ditunjukkan pada tabel 1.3.1 berikut ini: 3
Tabel 1.3.1 Kerangka Kerja Analisis Dampak Provinsi Jawa Barat Jawa Timur Jawa Timur
Kota/Kabupaten Karawang Purwakarta Kota Surabaya Gresik dan Sidoarjo Pasuruan Malang
Baseline Survey A B A
End-line Survey A’ B’ A’
B
B’
∆B
A B
A’ B’
∆A ∆B
Perubahan ∆A ∆B ∆A
Dampak ∆A / ∆B ∆A / ∆B ∆A / ∆B
2. TUJUAN DAN METODOLOGI BASELINE SURVEY 2.1
Tujuan Baseline Survey 1. Untuk mengetahui kondisi awal tentang pelaksanaan in-service training serta kondisi
pendidikan
matematika
dan
sains
di
sekolah
dalam
rangka
mengimplementasikan program Peningkatan Mutu Guru di Kabupaten Karawang, Kota/Kab. Pasuruan dan Kota Surabaya. 2. Untuk mengumpulkan data tentang budaya sekolah, proses belajar mengajar, ketertarikan/motivasi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, juga kemampuan akademik siswa dari sekolah sasaran dan sekolah kontrol sebagai baseline data, dalam rangka menilai dampak dari projek ini melalui perbandingan dengan data ketika projek ini berakhir.
Metode 1-1 Mengobservasi kinerja guru melalui video-analysis pembelajaran. 1-2 Wawancara dengan informan Guru MIPA tentang kegiatan dan permasalahan dalam pembuatan RPP, pengembangan media, pengembangan alat penilaian, dan pelaksanaan pembelajaran. 1-3 Mengumpulkan contoh silabus, RPP, LKS, dan soal test yang digunakan. 1-4 Observasi lab dan fasilitas pembelajaran MIPA lainnya. 2-1 Mengumpulkan
data dari Disdik Kab. Karawang tentang latar belakang
pendidikan guru MIPA SMP, usia dan lama pengalaman mengajar, dan prestasi akademik MIPA siswa selama dalam beberapa tahun terakhir. 2-2 Menilai penguasaan konsep dan keterampilan proses esensial MIPA siswa.
4
2-3
Menjaring data/informasi melalui kuesioner tentang persepsi dan sikap guru terhadap inovasi dan keterlibatan dalam kegiatan MGMP, serta kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran MIPA.
2-4 Wawancara kepala sekolah tentang inisiatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran MIPA sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru MIPA. 2-5 Wawancara dengan koordinator MKKS dan MGMP tentang penyelenggaraan aktivitas MGMP selama ini: Organisasi, prosedur, keuangan dan permasalahan kegiatan MGMP.
2.2
Tim Pelaksana Baseline Survey Baseline Survey dilaksanakan di bulan Maret sampai Juni 2008. Pengumpulan data
aktual, kompilasi data dan analisa data dasar dilaksanakan oleh Tim Monev FPMIPA UPI, FMIPA UM dan FMIPA UNESA dibawah pengawasan para Dekan di tiga universitas. Anggota dari tim Baseline Survey Lesson Study di Kabupaten Karawang, Kota/Kab. Pasuruan dan Kota Surabaya ditunjukkan di bawah ini.
Tabel 2.2.1 Tim Baseline Survey Kab. Karawang, Kab/Kota Pasuruan dan Kota Surabaya Tim Monev
FPMIPA UPI
FMIPA UM
FMIPA UNESA
Nama
Bidang
Dra. Ida Kaniawati, M.Si.
Fisika
Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si.
Fisika
Dra. Soesy Asiah, M.Si.
Biologi
Dra. Elah Nurlaelah, M.Si Dr. Siti Fatimah, M.Si.
Matematika
Dra. Ade Rohayati, M.Pd Prof. Dr. Liliasari, M.Pd. Nahadi, S.Pd., M.Si. Dr. Lia Yuliati, M.Pd. Ir. Herutomo, M.Si. Dra. Eko Sulasmi, M.Si. Dr. M. Suaidy, M.Si. Drs. A. Lutfi, M.Pd Dra. Wisanti M.Si. Drs. Abdul Aziz Abdullah, MS. Dr. Siti Maghfirotun Amin, M.Pd.
Matematika
5
Matematika
Kimia Kimia Fisika Matematika Biologi Kimia Kimia Biologi Fisika Matematika
2.3. Komponen dari Baseline Survey Baseline Survey ini terdiri dari dua jenis yaitu Quantitative Baseline Survey merupakan survey tentang kondisi awal yang berkaitan tentang profil kemampuan akademik siswa yang diperoleh melalui tes akademik. Dan menggali informasi tentang kondisi awal yang berkaitan
dengan
kapasitas
guru,
budaya
sekolah,
proses
belajar
mengajar,
ketertarikan/motivasi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, juga implementasi MGMP. Informasi ini diperoleh melalui penyebaran angket kepada semua pihak yang terkait. Intrumen tes akademik dan kuesioner dikembangkan oleh Tim Monev FPMIPA UPI. Qualitative Baseline survey merupakan survey yang bertujuan untuk menggali lebih dalam dan lebih faktual untuk memperoleh gambaran tentang masalah, kebutuhan lapangan serta kondisi dan situasi sekolah. Pada survey ini pengembangan instrumen maupun pelaksanaan survey dilakukan oleh tim Monev FPMIPA UPI, FMIPA UM dan FMIPA UNESA. Untuk Selanjutnya akan dipaparkan penjelasan tentang pelaksanaan dan hasil Baseline Survey di tiga wilayah. 2.4
Instrumen Survey
Instrumen Baseline Survey terdiri dari: a. Instrumen kuantitatif yang terdiri dari 2 bagian yaitu: Kuesioner (K) dan Tes Akademik (TA). b. Instrumen kualitatif terdiri dari 3 bagian yaitu: Wawancara dan Observasi Situasi & kondisi sekolah. 2.4.1 Instrumen Survey Kuantitatif Instrumen Survey terdiri dari Kuesioner (KS), Tes Akademik (TA), Pedoman Wawancara (PW), Pedoman Observasi Pembelajaran (POB), dan Pedoman Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah (POS). a. Kuesioner (KS) Fokus-fokus informasi yang digali melalui kuesioner adalah aktivitas kegiatan MGMP saat ini, managemen Sekolah, kemampuan akademik siswa dan kemampuan non akademik siswa. Kuesioner dikembangkan untuk kepala sekolah, guru dan siswa. Kuesioner tambahan dikembangkan untuk para pejabat Dinas Pendidikan untuk mengetahui pandangan mereka tentang kegiatan MGMP. Kategori pertanyaan pada setiap kuesioner 6
ditunjukkan pada tabel 2.4.1 berikut ini. Tabel 2.4.1.a Kategori Pertanyaan dalam Kuesioner Tipe Kuesioner Kategori Informasi Pribadi Informasi Sekolah Kegiatan MGMP saat ini Managemen Sekolah Budaya Sekolah Proses Pembelajaran Matematikda dan sains Kinerja Siswa
Kepala Sekolah ✓ ✓ ✓ ✓
✓
Guru
Siswa
✓
✓
✓ ✓ ✓
✓
✓
✓
✓
✓
Pejabat Pendididikan ✓ ✓
Banyak dari pertanyaan berhubungan dengan pengamatan dan pendapat responden mengenai kegiatan MGMP dan lingkungan sekolah. Respon mereka diberikan dengan menggunakan skala likert 5 angka, dimana 1 hingga 5 menunjukkan tingkat keseringan atau tingkat kesesuaian dengan pernyataan yang diberikan. Sebagai contoh, guru ditanyakan untuk memilih dari 1 (Tidak pernah), 2 (Jarang), 3 (Kadang-kadang), 4 (Sering), dan 5 (Selalu) pada pernyataan seperti ”Sekolah menyelenggarakan pelatihan guru yang berbasis sekolah” atau siswa ditanyakan untuk memilih dari 1 (Sangat tidak setuju), 2 (Tidak setuju), 3 (Tidak ada pendapat), 4 (Setuju), dan 5 (Sangat setuju) pada pernyataan seperti ” Saya senang belajar dengan siswa-siswa lain di dalam kelas”. Beberapa pertanyaan adalah pertanyaan pilihan ganda dan lainnya butuh menuliskan informasi seperti jumlah siswa, hasil UAN, dan hal-hal lainnya dari sekolah. Kuesioner dikembangkan oleh Tim Monev FPMIPA UPI yang telah dilakukan uji coba di 3 sekolah di sekita Bandung. Terdapat revisi berdasarkan hasil temuan ujicoba instrumen. b. Tes Akademik ( TA) Tes akademik Matematika dan Sains dipersiapkan oleh tim Monev FPMIPA UPI. Tes Akademik dikonstruksi untuk mengukur kompetensi standar siswa yang menekankan pada aspek penalaran (reasoning). Semua soal adalah soal-soal pilihan ganda. Tes akademik terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 13 pertanyaan Fisika, 12 pertanyaan Bioligi dan 5 pertanyaan Kimia. Tes Akademik Matematika terdiri dari 20 pertanyaan. Kedua Tes Akademik mencakup 30 % dari silabus kelas 7 dan 70% dari silabus kelas 8. Alasan mengapa mencakup silabus di kelas 8 karena tes akademik ini akan
7
digunakan pada End-line survey ketika progam ini berakhir. Interval waktu tes adalah 90 menit untuk kedua tes akademik. Tabel 2.4.1.b Butir Soal Tes Akademik Kelas Kelas 7 Kelas 8 Total
Sains Fisika 4 9 13
Biologi 3 9 12
Kimia 2 3 5
Total 9 21 30
Matematika 6 14 20
Kedua tes akademik tersebut telah diujicoba di tiga sekolah sekitar kota Bandung. Ada beberapa butir soal yang mengamali revisi. Instrumen tidak dilampirkan pada laporan ini, karena akan digunakan pada End-line survey.
2.4.2 Instrumen Survey Kualitatif Survey kualitatif bertujuan untuk menggali informasi keadaan awal yang dapat melengkapi data yang digali melalui survey kualitatif. Ada tiga kegiatan dalam survey kualitatif adalah Observasi situasi sekolah, Wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa dan Analisis Video Pembelajaran. a. Oberservasi Situasi Observasi kondisi dan situasi sekolah bertujuan untuk memperoleh data kondisi dan situasi awal sekolah sebelum program Lesson Study dilaksanakan. Instrumen observasi dan situasi sekolah terdapat pada Lampiran 1. Beberapa komponen yang diobservasi adalah kondisi dan situasi sekolah, Kelas dan laboratorium.
Tabel. 2.4.2.a Aspek Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah Komponen Observasi Kondisi dan Situasi Sekolah
Kondisi dan Situasi Kelas
Kondisi dan Situasi di Laboratorium
Aspek Keberadaan Fasilitas Sekolah Pemanfaatan dan Pemeliharaan fasilitas sekolah Kegiatan yang berlangsung di tempat/fasilitas yang teramati. Keberadaan fasilitas belajar Pemanfaatan dan pemeliharaan kelas Kegiatan yang berlangsung di kelas Keberadaan laboratoriun dan peralatan Pemanfaatan dan pemeliharaan laboratorium Kegiatan yang berlangsung di laboratorium 8
b. Wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa Wawancara kepada beberapa orang responden bertujuan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dan dapat melengkapi yang diperoleh melalui angket. Instrumen wawancara terdapat pada Lampiran 1. Aspek-aspek yang menjadi fokus wawancara terdapat pada tabel 2.4.2b. berikut ini. Tabel. 2.4.2.b Aspek Wawancara kepada Responden Responden Kepala Sekolah
Guru
Siswa
Aspek Kapasitas Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Implementasi MGMP Sekolah Pengelolaan Laboratorium Keberadaan alat Peraga Persepsi Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Kinerja Guru Mata Pelajaran Matematika dan Sains Kegiatan Laboratorium Persepsi siswa terhadap Mata Pelajaran Matematika dan Sains Cara Belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika dan Sains. Proses Pembelajaran di Kelas Mata Pelajaran Matematika dan Sains Daya Dukung (Buku Sumber) Daya Dukung dari Orang tua dan Tempat tinggal.
c. Pedoman Observasi dan Analisis Video pembelajaran. Observasi dan Analisis Video Pembelajaran merupakan data yang menggambarkan secara faktual proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang direkam adalah proses pembelajaran Matematika dan Sains dan sekaligus diobservasi secara langsung oleh tim Surveyor. Aspek-aspek yang diobservasi dan dianalisis berdasarkan video pembelajaran adalah
Aspek
Membuka
Pelajaran/
Kegiatan
Awal,
Kegiatan
Inti,
Kegiatan
Akhir/Pemantapan, dan Hands-on Activity. Instrumen pedoman analisis video pembelajaran terdapat pada Lampiran 1.
2.5 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Populasi terdiri dari 30 sekolah dengan kategori posisi dan Kategori UN seperti pada tabel 2.5. berikut ini.
9
Tabel 2.5 Distribusi Sampel Sekolah Target Group
Jumlah sekolah Kategori UN Mat
Jumlah
Jumlah sekolah Kategori UN Mat
Tinggi Sedang Tinggi 5 4 9 1 4 3 7 1 4 3 7 1 5 2 7 1 Jumlah sekolah sampel Sekolah Target
A B C D
Jumlah sampel
Sedang 1 1 1 1
2 2 2 2 8
Berdasarkan tabel di atas penentuan sampel agar representative, dipilih dari 30 sekolah 8 sekolah sampel yang mewakili group dan kategori UN Matematika. Dua sekolah ditetapkan sebagai sekolah kontrol yang berada di kota/Kab di luar kab/kota target. Pengambilan sampel tersebut juga dilakukan di wilayah Kota Surabaya dan Kota/Kab Pasuruan. Sehingga total jumlah sampel di tiga wilayah adalah sebagai berikut. Tabel 2.5.a Sampel Sekolah Target dan Sekolah Kontrol di Tiga Wilayah Wilayah
Jumlah Sekolah Target
Jumlah Sekolah Kontrol
Jumlah Sekolah
Kab. Karawang
8
2
10
Kota Surabaya
8
2
10
Kab/Kota Pasuruan
8
2
10
Jumlah sekolah
24
6
30
2.5.1 Sekolah Sampel Pada tabel di bawah ini adalah daftar nama sekolah sampel yang telah dipilih di tiga wilayah. Tabel 2.5.1.a Jumlah Sekolah Target Provinsi
Jawa Barat
Kab/Kota
Jenis Sampel
Kab. Karawang
Sekolah Target
Kab. Purwakatra
Sekolah Kontrol
Nama Sekolah SMPN 2 Cikampek SMPN 1 Jatisari SMPN 1 Klari SMPN 1 Teluk Jambe SMPN 5 Karawang SMPN 2 Rengasdengklok SMPN 6 Karawang SMPN 8 Karawang SMPN 5 Purwakarta SMPN 2 Bungursari
10
Jumlah Sampel
8
2
Provinsi
Jawa Timur (1)
Jawa Timur (2)
Kab/Kota
Kota Surabaya
Jenis Sampel
Sekolah Target
Kab. Sidoarjo Kab. Gresik
Sekolah Kontrol
Pasuruan
Sekolah Target
Kota Malang
Sekolah Kontrol Jumlah Sekolah
Nama Sekolah Purwakarta SMP N 2 Surabaya SMP N 19 Surabaya SMP N 21 Surabaya SMP N 22 Surabaya SMP N 26 Surabaya SMP N 29 Surabaya SMP N 33 Surabaya SMP N 1 Sidoarjo SMP N 2 Gresik SMA 1 Pasuruan SMA MUH. PASURUAN SMA Yayasan Pasuruan SMAN 2 Pasuruan SMAN 1 Grati SMAN 1 Bangil SMAN 3 Pasuruan SMA Yadika Pasuruan SMAN 8 MALANG SMA Shalahuddin
Jumlah Sampel
8 2
8
2 30
2.5.2 Jumlah Responden Responden terdiri dari pejabat dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, dan siswa. Jumlah responden pada sekolah kontrol dan sekolah target yang mengisi kuesioner dapat dilihat pada tabel 2.5.2.a. Table 2.5.2.a Jumlah Sekolah dan Responden Kab/Kota
Karawang Purwakarta Surabaya Sidoarjo & Gresik Pasuruan Malang Total
Target/ Kontrol T K T
Jumlah Sekolah 8 2 8
K
2
T K
8 2 30
Dinas Pendidikan 5
5
5 15
Kepala Sekolah 8 2 8
Guru
Siswa
Total
40 10 40
335 80 294
396 94 355
2
10
70
84
8 2 30
40 10 150
297 72 1148
358 86 1373
Banyaknya sampel responden yang diwawancarai dan diobservasi dapat dilihat pada tabel 2.5.3.b.
11
Tabel. 2.5.3.b. Jumlah Responden Wawancara, Observasi Sekolah dan Observasi Pembelajaran Kode Wawancara
Responden Kepala Sekolah Guru Siswa Sekolah
Observasi Sekolah Observasi Guru pembelajaran 2.6
Karawang 8 16 24 8
Surabaya 8 16 24 8
Pasuruan 8 16 24 8
Total 24 48 72 24
6
6
6
18
Prosedur Pengambilan Data Pada pelaksanaan pengumpulan data ada beberapa hal teknis yang perlu
diperhatikan yaitu sebagai berikut: Tes Akademik Tes Akademik dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: a. Perangkat Tes Akademik terdiri dari dua paket yaitu Paket A dan Paket B. Kedua paket tersebut memiliki konten yang sama dengan susunan soal yang berbeda. Hal ini dilakukan agar diperoleh data yang lebih objektif. b. Lembar jawaban juga terdiri dari dua jenis (paket A dan paket B) sesuai dengan lembar soal. Jadi sebaiknya siswa memperoleh lembar soal dan lembar jawaban dengan paket yang sama. c. Bila memungkinkan sebaiknya pengawas dibantu oleh seorang guru untuk setiap ruang tes. d. Pelaksanaan tes Matematika dan Sains dilaksanakan selama 90 menit. e. Lembar soal dan lembar jawaban yang terpakai maupun yang tidak terpakai harus dikumpulkan kembali. Hal ini menjaga agar soal tidak bocor. f. Jika ada siswa yang bertanya tentang soal, pengawas tidak berhak untuk menjelaskan apapun. g. Siswa mengisi daftar hadir peserta tes yang telah disediakan. h. Pengawas mengisi berita acara yang telah disediakan.
Kuesioner/Angket Teknik pengambilan data melalui kuesioner adalah sebagai berikut: a. Angket terdiri dari angket untuk siswa, angket untuk guru, angket untuk kepala sekolah, dan angket untuk pejabat Dinas Pendidikan. 12
b. Angket untuk siswa dilakukan dalam kelas setelah mereka menyelesaikan tes akademik, dan dikumpulkan pada hari yang sama (+ 30 menit). c. Angket untuk guru diisi oleh semua guru sains dan guru matematika. Pengisian angket oleh para guru bertempat pada satu ruang tertentu. d. Agar pelaksanaannya lebih efektif, sebaiknya kepada kepala sekolah dan semua guru yang menjadi responden harus diinformasikan terlebih dahulu waktu pelaksanaan pengisian angket. e. Demikian pula pengisian angket untuk 5 orang Pejabat Dinas Pendidikan sebaiknya diinformasikan terlebih dahulu, agar hasil pengisian angket dapat diperoleh pada hari yang sama.
Wawancara Prosedur wawancara terhadap responden adalah sebagai berikut: a. Wawancara dilakukan terhadap Kepala Sekolah, Guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disedikan dengan menggunakan alat bantu IC Recorder. Pelaksanaan wawancara dilakukan dalam satu ruang tertentu dengan situasi yang rileks dan penuh kekeluargaan. b. Wawancara Kepada Kepala Sekolah dengan menggunakan Pedoman Wawancara Kepala Sekolah. Waktu wawancara sekitar 30 menit. c. Wawancara guru dilakukan kepada lima orang guru mata pelajaran yaitu Guru Matematika dan Guru Sains (Fisika/Biologi/Kimia). Pelaksanaan wawancara dilakukan bersama-sama dalam satu ruang tertentu. Pertanyaan yang dikemukakan mengacu pada Pedoman Wawancara Guru yang telah disediakan. Waktu wawancara selama 30 menit. d. Wawancara kepada siswa dilakukan kepada tiga orang siswa secara bersamaan. Pertanyaan yang diajukan menggunakan Pedoman Wawancara Siswa selama 30 menit. e. Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara berurutan atau secara paralel kepada jenis responden yang berbeda.
Observasi Kondisi dan Situasi Sekolah Prosedur pengambilan data melalui observasi situasi dan kondisi sekolah adalah sebagai berikut: 13
a. Observasi Kondisi dan situasi sekolah mengacu pada pedoman observasi yang telah disediakan. b. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, pada saat mengobservasi sebaiknya bersama dengan Kepala Sekolah atau yang mewakilinya. c. Waktu observasi diperkirakan selama 60 menit.
Observasi dan Video Pembelajaran Obsrvasi dan Proses perekaman video pembelajaran dilakukan oleh TIM AVA FPMIPA UPI, dengan rambu-rambu yang diberikan oleh Tim Monev. Berdasarkan keterbatasan tenaga dan biaya, maka dilakukan sampling proses perekaman pembelajaran di sekolah sebagai berikut. Analisis hasil rekaman video pembelajaran dianalisis berdasarkan Pedoman Analisis Video Pembelajaran. Proses pengumpulan data dirinci dengan jadwal sebagai berikut. Tabel 2.6.5 Rincian Jadwal Kegiatan di Setiap Sekolah Waktu 09.00-11.00 11.00-11.15 10.00-10.15
Kegiatan Tes Akademik Kuesioner Kuesioner
09.00-10.30
Observasi Pembelajaran & Videotaping Observasi Situasi Sekolah
11.15-12.30
Wawancara
Responden 1 kelas VIII
Jumlah + 50 orang siswa Guru + 5 orang (guru Mat dan Sains) 1 orang Guru 1 orang guru Mata Pelajaran (Mat/ Fis/ Bio)
Siswa
3 orang
Guru
1 or guru mat dan 1 or guru Sains 1 orang
10.30-12.30 Kepala Sekolah
Tim Pelaksana Guru dan 1 orang Tim Monev (A) 1 orang Tim Monev (B) dan 1orang Tim AVA 1 orang Tim Monev (A)
1 orang Tim Monev (B)
2.7 Jadwal Kegiatan Baseline Survey Berikut ini diuraikan jadwal kegiatan Baseline Survey mupai dari tahap persiapan hingga pelaporan. No. 1 2 3
Tabel 2.7. Jadwal Pelaksanaan Nama Kegiatan Seleksi Sampel Persiapan instrumen dan validasi Persiapan videotaping pembelajaran Matematika 14
Waktu 18 Feb 2008 18 Feb- 3 Maret 2008 3 Maret – 10 Maret 2008
No. 4 5 6 7
9 10 11
Nama Kegiatan dan Sains Persiapan dan perbanyakan instrumen Pelatihan dan workshop surveyor Koordinasi Fakultas dengan pihak lapangan Survey lapangan : Observasi pembelajaran /Videotaping, Kuesioner, Tes Akademik, Obsevasi Fasilitas pembelajaran, dan wawancara Pengolahan dan analisis data Penulisan Laporan dan perbanyakan Laporan Penyerahan laporan dan diseminasi kepada stakeholder
Waktu 10-19 Maret 2008 27 Maret 2008 27-30 Maret 2008 1 April- 14 Mei 2008
15- 30 Mei 2008 1 Juni-15 Juni 2008 2 Juli 2008
2.8. Prosedur Analisis Data 2.8.1 Prosedur Analisis Data Kuantitatif a. Data dimasukkan pada sebuah format excel yang sederhana menurut kelompok dari petugas data entry yang telah diberi pelatihan pendahuluan mengenai data entry dan yang diawasi secara ketat oleh Pengawas Data Entry dan Analisa. Proses data entry dimulai tanggal 12 April 2008 dan berlangsung hingga 5 Mei 2008. b. Dalam kategori manajemen Sekolah, Budaya Sekolah, Proses Pembelajaran Sains dan Matematika, serta Prestasi Akademik dan Non-akademik siswa, banyak indikator yang merupakan variabel yang abstrak, seperti kepemimpinan kepala sekolah, kolegialitas dukungan antar para guru, serta pemahaman dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran, dsb. Masingmasing dari variabel-variabel ini diukur dengan satu set yang terdiri dari tiga hal yang merefleksikan dimensi yang berbeda dari variabel tersebut. Para kepala sekolah, guru-guru, dan para siswa diminta untuk menilai masing-masing hal tersebut dengan skala likert 5 angka. Dengan demikian skor untuk tiap hal terentang antara 1 hingga 5. Nilai Mean dan Standar Deviasi (SD) diperhitungkan sebagai nilai dari variabel tersebut, skor-skor individual juga digunakan untuk analisa yang lebih rinci. c. Sebagaimana maksud utama dari Survey ini sekarang adalah untuk menunjukkan keadaan saat ini dari sekolah-sekolah target.
2.8.2 Prosedur Analisis Data Kualitatif Prosedur analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Analisis hasil wawancara dilaporkan dalam format yang sama dengan instrumen dan tuliskan point-pont penting dari hasil wawancara. 2. Analisis hasil observasi pembelajaran dilaporkan hasil penilaian dalam pedoman observasi pembelajaran dan format deskripsi proses pembelajaran yang telah terisi point-point penting tentang hasil observasi proses pembelajaran. CD pembelajaran hasil videotaping akan diterima ibu dan bapak dua hari setelah survey dilaksanakan. 3. Hasil observasi situasi sekolah dilaporkan dalam bentuk instrumen observasi yang telah terisi.
15
4. Seluruh hasil analisis harus dikumpulkan secepatnya kepada Koordinator Monev atau Local Koordinator. paling lambat 5 hari setelah survey dilaksanakan dalam bentuk file kecuali penilaian proses pembelajaran.
3. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF KABUPATEN KARAWANG 3.1
Informasi Pribadi Responden
3.1.1 Kepala Sekolah Tingkat pendidikan Kepala Sekolah bervariasi dapat dilihat pada diagram berikut.
Pendidikan Kepala Sekolah di Karawang
S3 0%
D3 13%
S2 38%
D3 S1 S2 S3 S1 49%
Diagram 3.1.1. Pendidikan Kepala Sekolah Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan di karawang adalah sebagian kepala sekolah (49%) S1, sedangkan 13 % masih pendidikan D3 dan 38% sudah berpendidikan S2. Sedangkan di sekolah kontrol satu orang berpendidikan S1 dan satu orang lainnya S2. 3.1.2 Guru Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram berikut ini.
16
Pendidikan Guru S3 0%
S2 D1 3% 3%
D2 5%
D3 17%
D1 D2 D3 S1 S2 S3
S1 72%
Diagram 3.1.2a Tingkat Pendidikan Guru
Berdasarkan tabel di atas latar belakang pendidikan sebagian besar (72%) guru di sekolah target berpendidikan S1 sedangkan 25%, 3% (1) orang guru berpendidikan S2, sedangkan sisanya berpendidikan dibawah S1. Sedangkan di sekolah kontrol sudah semua guru berpendidikan S1
Bidang Studi Keahlian Guru di Karawang
20%
Matematika 17.50%
Fisika Biologi
5% 52.50%
5%
Kimia Lainnya
Diagram 3.1.3b Bidang Studi Keahlian Guru di Karawang
17
Bidang Studi Keahlian Guru di Purwakarta
11%
0% Matematika
44%
Fisika Biologi Kim ia
34%
Lainnya
11%
Diagram 3.1.3c Bidang Studi Keahlian Guru di Purwakarta Latar belakang pendidikan akdemik guru di sekolah-sekolah target terdiri dari 52% bidang Matematika, 42,5% bidang Sains dan 5% berpendidikan lainnya. Sedangkan di sekolah-sekolah kontrol 44% terdiri dari bidang Matematika dan 56% dari bidang Sains. Tugas guru mengajar selain di sekolah yang disurvey ternyata cukup banyak. Seperti pada tabel di bawah ini, 20% guru di sekolah target mengajar di lebih dari satu sekolah, demikian pula 22% di sekolah Kontrol. Tabel 3.1.6 Jumlah guru yang mengajar lebih dari satu sekolah
Kabupaten Kabupaten Karawang Kabupaten Purwakarta Total
Jml guru yg disurvey
Jumlah guru yang mengajar lebih dari satu sekolah
40 9 49
8 (20%) 2 (22%) 10 (20%)
Jumlah guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran 0 0 0
3.1.3 Pejabat Pendidikan Berdasarkan data yang diperoleh pendidikan terakhir pejabat pendidikan terdiri dari 2 orang berpendidikan S1 dan 3 orang berpendidikan S2.
18
3.2
Informasi Tentang Sekolah Sampel
Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah sampel adalah sebagai berikut. Tabel 3.2a. Rasio Guru Siswa Kabupaten
Kategori
Jumlah Rata-rata Siswa 1505
Rasio guru: Siswa
Target
Jumlah Ratarata Guru 48
Kab Karawang Kab Purwakarta
Kontrol
40
948
1: 24
1: 31
Berdasarkan tabel di atas rasio guru dan siswa pada sekolah target lebih besar dibandingkan dengan sekolah kontrol. Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.2b. Jumlah Siswa yang Drop Out dan Jumlah Siswa yang Tidak Naik Kelas Kasus
Tahun
Putus Sekolah
2005 2006 2007 Rata-rata 2005 2006 2007 Rata-rata
Mengulang Kelas
Kab Karawang 79 88 48 72 9 3 2 5
Kab Purwakarta 11 8 5 8 6 9 7 7
Total 90 96 53 80 15 12 9 12
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir 72 orang siswa drop out di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol rata-rata 5 orang. Angka drop out ini sangat tinggi terjadi di sekolah target dibanding di sekolah kontrol. Sedangkan kasus siswa yang tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebanyak 5 orang. 3.3
Kegiatan MGMP di Kab. Karawang
3.3.1 Pengetahuan Kepala Sekolah dan Keterlibatan dalam Kegiatan MGMP. Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket dengan respon seperti pada tabel berikut ini.
19
Table 3.3.1 Pengetahuan Kepala Sekolah dan Keterlibatan dalam Kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota Karawang Purwakarta Total
Apakah Anda tahu isi kegiatan Apakah Anda pernah MGMP? mengikuti kegiatan MGMP? Ya Tidak Ya Tidak 7 0 7 0 1 1 1 1 8 1 8 1
Berdasarkan tabel tersebut semua kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi kegiatan MGMP dan menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP. Sedangkan pada sekolah kontrol sebagian kepala sekolah yang tahu tentang kegiatan MGMP.
3.3.2 Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada gambar berikut ini.
Diagram 3.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
20
Berdasarkan data di atas 63 % guru di sekolah target yang mengikuti kegiatan MGMP dengan rata-rata kegitan dalam satu tahun sebanyak 2 kegiatan. Sedangkan di sekolah kontror 80% guru menyatakan telah mengikuti kegiatan MGMP dengan rata-rata 2 kegiatan dalam satu tahun. 3.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP Menurut Guru dan Kepala Sekolah 3.3.4 Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat ditunjukkan pada tabel 3.3.4 berikut ini. Tabel 3.3.4 Kekuatan MGMP-MIPA No 1
2
3
4
5
6
7
Kekuatan Membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi. Membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif.
Mencakup persoalanpersoalan nyata yang dihadapi guru dalam kelas Memberikan kesempatan kepada guru-guru bertukar pikiran dan pengalaman.
Memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya
Membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya
Lainnya
Responden Kepsek Guru
Kab. Karawang
Kab. Purwakarta
n
%
n
%
4
16
1
16.7
18
15.8
4
14.8
Pejabat pendidikan Kepsek
3
20
-
-
7
28
1
16.7
Guru
24
21.1
7
25.9
Pejabat pendidikan Kepsek
3
20
-
-
3
12
1
16.7
Guru
20
17.5
6
22.2
Pejabat pendidikan Kepsek
1
6.67
-
-
4
16
1
16.7
Guru
31
27.2
6
22.2
Pejabat pendidikan Kepsek
4
26.7
-
-
6
24
1
16.7
Guru
17
14.9
3
11.1
Pejabat pendidikan Kepsek
4
26.7
-
-
1
4
1
16.7
Guru
4
3.51
1
3.7
Pejabat pendidikan Kepsek
-
-
-
-
0
0
0
0
Guru
0
0
0
0
Pejabat pendidikan
0
0
-
-
21
Diagram 3.3.4 Kekuatan Kegiatan MGMP di Kab. Karawang
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 27 % guru-guru di sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman. Sedangkan dibawah 20 % guru menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Dan hanya 3 % menyatakan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya. Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 25 % menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Berikut ini ditunjukkan kelemahan kegiatan MGMP yang telah dilakukan menurut Guru, Kepala Sekolah dan Pejabat Pendidikan. Tabel 3.3.5 Kelemahan MGMP-MIPA No
Kelemahan
1
Materi kegiatan MGMP MIPA tidak sesuai dengan kebutuhan guru.
Responden
Kab. Karawang
Kab. Purwakarta
n
%
n
%
Kepsek
0
0
0
0
Guru
6
7.14
0
0
Pejabat Pendidikan
1
9.09
-
-
22
No
Kelemahan
2
Instruktur kegiatan MGMP kurang menguasai atau kurang terlatih secara baik
3
4
5
6
Hanya sejumlah kecil guru menghadiri kegiatan pelatihan.
Koordinasi dan komunikasi antara MGMP MIPA dengan lembaga-lembaga lain kurang baik. Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai.
Lainnya
Responden
Kab. Karawang
Kab. Purwakarta
n
%
n
%
Kepsek
0
0
1
20
Guru
6
7.14
3
17.6
Pejabat Pendidikan Kepsek
0
0
-
-
3
17.6
1
20
Guru
28
33.3
8
47.1
Pejabat Pendidikan Kepsek
2
18.2
-
-
6
35.3
1
20
Guru
8
9.52
1
5.88
Pejabat Pendidikan Kepsek
2
18.2
-
-
8
47.1
2
40
Guru
32
38.1
5
29.4
Pejabat Pendidikan Kepsek
5
45.5
-
-
0
0
0
0
Guru
4
4.76
0
0
Pejabat Pendidikan
1
9.09
-
-
Diagram 3.3.5 Kelemahan Kegiatan MGMP di Kab. Karawang Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru dan kepala sekolah dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru yang paling menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil guru menghadiri kegiatan pelatihan dan kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana
23
dan fasilitas) secara memadai”. Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut. 3.3.5 Kebutuhan Guru Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti tabel berikut.
Tabel 3.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
No (1) (2) (3) (4) (5)
Kebutuhan Guru Memperdalam penguasaan materi ajar. Kemampuan dan keterampilan mengajar. Memahami proses belajar siswa. Penilaian kepala sekolah kepada guru harus objektif. Kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman diantara para guru.
(6) Lainnya
Responden Guru Pejabat Guru Pejabat Guru Pejabat Guru Pejabat Guru
Kab Kab Karawang Purwakarta 31 (78%) 8 (80%) 2 (40%) Tidak ada 33 (83%) 9 (90%) 4 (80%) Tidak ada 33 (83%) 7 (70%) 3 (60%) Tidak ada 0 1 (10%) 1 (20%) Tidak ada 16 (40%) 2 (20%)
Pejabat
4 (80%)
Tidak ada
Guru Pejabat
1 (2,5%) 1 (20%)
0 Tidak ada
24
KEBUTUHAN GURU 100%
100% 90% 80%
89% 78%
83%
78%
Purwakarta
83%
Karawang
70% 60% 50% 40%
40% 30%
22%
20%
11%
10%
0% 3%
0%
0%
Pendalaman Ketrampilan Pemahaman Objektifitas Kesempatan Materi
Mengajar
Proses
Penialaian
Belajar
Kepsek
Lainnya
Berdiskusi
Diagram 3.3.5 Kebutuhan Guru di Purwakarta dan Karawang Berdasarkan data pada diagram dan tabel di atas menunjukkan bahwa di atas 79% guru menyatakan setuju dan sangat setuju mengenai kebutuhan dalam hal: memperdalam penguasaan materi ajar; 80% meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; dan 80% memahami proses belajar siswa. Sedangkan mengenai pernyataan objektivitas penilaian kepala sekolah dan kesempatan untuk berdiskusi rata-rata disetujui oleh guru dibawah 40%. 3.3.6 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala Sekolah terhadap Kegiatan MGMP Pada umumnya pejabat pendidikan (93%) menyatakan sangat setuju terhadap penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”. Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan.
25
Dampak MGMP Menurut Kepala Sekolah dan Guru di Karawang 80
Kepsek Guru
70
75
62
60 50
53
55 50
48
50 38
40 30
25
23
20
15
13
10 0
28
8
5
2
0
0
STS
TS
0
0
STS
TS
0 STS
TS
R
S
SS
R
S
SS
MGMP MIP A dapat m eni ngkatkan
MGMP MI P A dapat meni ngkatkan
pengetahuan
ketram pil an
R
S
SS
Forum MGMP untuk tukar i nf orm asi
Diagram 3.3.6 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Kepala Sekolah dan Guru Sedangkan uru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju (68%) bahwa dampak kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, (78%) dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan (77,5%). Disamping itu kegiatan MGMP dapat menjadi ajang untuk bertukar informasi (93%). Demikian juga berdasarkan guru-guru yang berasal dari sekolah kontrol, 88% menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat meningkatkan ketrampilan mengajar dan menjadi ajang untuk bertukar informasi. 3.4 Manajemen Sekolah 3.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam managemen sekolah. Diagram 3.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru pada sekolah target dan sekolah kontrol.
26
Kepemimpinan Kepala Sekolah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 STS
TS
R
S
SS
STS
TS
Pemeriksaan RPP Karaw ang
R
S
SS
STS
Supervisi Kelas
TS
R
S
SS
Penghargaan terhadap Kinerja
Purw akarta
Diagram 3.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah
Frekuensi
Kepemimpinan Kepala Sekolah
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 STS
TS
R
S
SS
STS
Pemeriksaan RPP Purw akarta
TS
R
S
Supervisi Kelas
SS
STS
TS
R
S
SS
Penghargaan terhadap Kinerja
Karaw ang
Diagram 3.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sekitar 90% guru dan kepala sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru; 75%
secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk 27
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas;
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah dan 77% guru di sekolah kontrol menyatakan hal yang sama.
3.4.2 Komunikasi dan partisipasi Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan, membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru. Komunikasi dan Partipasi Menurut Kepala Sekolah dan Guru 90
87.5
80 70
70
62.5
60 50
50 40
50
47.5
37.5
30 22.5
12.5
(a)
(b) Kepsek
7.5
4
SS
0
TS
SS
STS
00
0
S
SS
S
00
R
00
TS
2.5
0
TS
STS
00
12.5
5
STS
5
R
10
S
12.5
R
20
0
37.5
35 30
(c ) Guru
Diagram 3.4.2 Komunikasi dan Partisipasi Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di sekolah target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan: a. Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah b. Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas. c. Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah. 3.4.3 Pengembangan Guru Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru.
28
Berikut ini pada diagram 3.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
Prioritas Pengembangan Guru Purwakarta Karawang
80
78
68
70
70
67
60
75
56
50
44
Frekuensi 40
33
28
30
22
28
25
20
Prioritas Pelatihan
Kesempatan untuk Pelatihan
SS
S
R
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
5 R
TS
STS
0
3
R
10
Dorongan Menerapkan Metode Pembelajaran
Diagram 3.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru
Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa; a. Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah. b. Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan guru. c. Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran 3.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah: a) Saya (sekolah) menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; b) Saya (kepala sekolah) mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di kalangan mereka; dan c) Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru (kami diberi kesempatan) mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain. Diagram berikut menyajikan data hasil survey terhadap kepala sekolah dan guru
29
Prioritas Pengembangan Guru Menurut Kepala Sekolah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 TP
J
K
Srg
SS
TP
J
K
Srg
SS
Pelatihan Guru Berbasis Sekolah Dorongan untuk membentuk Kel. Diskusi Karawang
TP
J
K
Srg
SS
Kesempatan untuk mangamati pembljrn
Purwakarta
Diagram 3.4.4a Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Menurut Kepala Sekalah
Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Purwakarta 70 Karawang
67
60
56
56 48
frekuensi
50
43 40 28
30
33
22 20 10
22
20
13 11
11
20
20 10 11 11
8
20
22 20 18
11
3 0 TP
J
K
Srg
S
Pelatihan Guru Berbasis Sekolah
TP
J
K
Srg
S
Dorongan Membentuk Kelompok Diskusi
TP
J
K
Srg
S
Kesempatan Mengamati Pembelajaran
Diagram 3.4.4b. Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Menurut Guru Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 100% kepala sekolah target dan kontrol menyatakan sering dan sangat sering sekolah menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok 30
studi di kalangan mereka dan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengamati pembelajaran. Bertentangan dengan pendapat kepala sekolah, guru-guru di sekolah target sekitar 74% menyatakan tidak pernah,
jarang dan kadang-kadang sekolah menyelenggarakan
pelatihan guru berbasis sekolah; mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di kalangan mereka dan memberikan kesempatan kepada guru-guru. Respon yang senada antara kepala sekolah dan guru mengenai kesempatan/dorongan yang diberikan kepala sekolah kepada guru untuk membentuk kelompok diskusi. Dengan demikian terjadi respon yang bertolak belakang antara guru dan kepala sekolah. Tentunya respon guru yang lebih dapat dipercaya, karena para guru yang mengalami kegiatan di sekolahnya. 3.5
Budaya Sekolah
3.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini; 2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; 3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar.
31
Kesejawatan dan Dukungan 70
67
67
67
60
48
50
40
35 33
40 30
25
20
18 11
10
43
35 22
15 11
43
22
0 STS TS
R
S
SS STS TS
Kenyamanan dalam Kerjasama
R
S
Kebebasan untuk Berdiskusi
SS STS TS
R
S
SS
Kebebasan Meminta Nasehat
Purw akarta Karaw ang
Diagram 3.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target di atas 75% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 % lainnya merasa ragu-ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut. 3.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan dengan guru-guru mereka: (1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; (2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan (3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Respon siswa terhadap pernyataan ditersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.
32
Dukungan Guru Terhadap Siswa 57
60
56
52
52 48
44
50
34
40
37 37
29
26 30
20
19
19
20 10
11 7
1 31
4
13
10 5
1
1
2
STS
TS
11
0 STS
TS
R
S
SS
Guru baik dan suka menolo ng
STS
TS
R
S
SS
R
S
SS
Kepedulian guru terhadap siswa Kepedulian guru terhadam PB M
Karaw ang Purw akarta
Diagram. 3.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa
Berdasarkan tabel di atas 76% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 67% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru mempunyai kepedulian terhadap siswa jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 85% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Sedangan sisanya menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Demikian pula pada sekolah kontrol. Hal yang menarik yang dapat ditarik dari data di atas adalah guru masih kurang memiliki kepedulian terhadap siswa yang memiliki permasalahan. Secara rinci respon siswa di Kab. Karawang. Tabel. 3.5.2a. Dukungan Guru terhadap Siswa di Kab. Karawang Jawaban Siswa 1
2
3
4
5
Siswa Menjawab
a
1
11
67
192
64
335
b
13
63
145
96
15
332
c
3
7
42
159
123
334
Soal A1
Di sekolah target 76% siswa menyatakan bahwa guru-guru di sekolah ini baik
33
terhadap saya dan suka menolong saya; 67% siswa menyatakan tidak setuju bahwa guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 84 % siswa menyatakan setuju bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Secara rinci respon siswa di Kab Purwakarta adalah sebagai berikut: Tabel. 3.5.2a. Dukungan Guru terhadap Siswa di Kab. Purwakarata
1
2
3
4
5
Siswa Menjawab
a
1
1
5
41
25
73
b
1
8
19
38
7
73
c
0
0
8
27
38
73
Soal A1
Di sekolah kontrol 89% siswa menyatakan setuju bahwa guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 62% siswa menyatakan setuju bahwa guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 89 % siswa menyatakan setuju bahwa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. 3.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: (1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas; (2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan (3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
34
Dukungan Antar Siswa 60
59
52
50
50
33
10
27 10 8 1 14 3
17 11 12
1515
1 5
1 11
Purwakarta
Bekerja sama dgn siswa lain
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
0
Karawang
26 25
S
20
27 27
R
30
TS
40
57 49
ST S
60
SS
70
Kebebasan berdiskusi Bantuan kepada teman sekelas
Diagram 3.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa Berdasarkan data tersebut pada umumnya siswa (93%) di sekolah target menyatakan setuju untuk pernyataan”Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; 77% menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan ”Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan 83% menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan ”Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas. Sedangkan 82 % siswa di sekolah kontrol setuju terhadap pernyataan tersebut. 3.5.4 Dukungan Orang tua dan Dorongan kepada Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: (1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting; (2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan (3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah.
35
Dukungan Orang Tua 80
80
74
70
55
60
60 50
50
45 35 34
40
26 18
30 20 10
8 1
2119
16 11 11 3 3
4
23
1
1514
Karaw ang
Kesungguhan belajar
Bantuan orang tua
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
0
Bantuan orang tua
Purw akarta
Diagram 3.5.4. Dukungan Orang tua kepada Siswa
Berdasarkan tabel di atas 98% siswa pada sekolah target menyatakan setuju bahwa “Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting”; 76% siswa menyatakan bahwa “Orang tua saya membantu saya belajar di rumah”; dan 85% siswa menyatakan bahwa “Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon siswa di sekolah kontrol rata rata di atas 79% menyatakan setuju pada ketiga pernyataan tersebut.
3.6
Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika Diperkenalkannya Lesson Study ini akan sangat mungkin merubah proses belajar dan
mengajar di dalam kelas. Hal itu diharapkan akan mendorong kerja kelompok di antara siswa, penggunaan bahan-bahan media yang konkret, dan tukar pendapat selama pembelajaran. Program tersebut juga mengarah pada peningkatan faktor-faktor hasil (outcome) seperti minat guru-guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar, meninkatkan pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran. 3.6.1 Kerja Kelompok Guru-guru dan Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut kerja kelompok: (1) Saya memasukkan (kami mempunyai) kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok36
kelompok kecil dalam pembelajaran matematika/sains di kelas saya (kami); (2) Saya mengatur (kami mempunyai) kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di kelas saya (kami); dan (3) Saya (guru sains/matematika kami) mendorong siswa (kami) untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
frekuensi
Kerja Kelompok 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Purwakarta Karawang
TP
J
K
Srg
S
Pelaksanaan Belajar dgn kelompok kecil
TP
J
K
Srg
Diskusi Kelompok
S
TP
J
K
Srg
S
Dorongan untuk bertukar pendapat
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok Menurut Guru 87% guru-guru di sekolah target di wilayah karawang menyatakan kadang-kadang dan sering pelaksanaan pembelajaran Matematika dan Sains dilaksanakan dalam kelompok kecil, 85% menyatakan kadang-kadang dan sering bahwa pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok, dan 85% menyatakan bahwa mereka selalu memberikan dorongan kepada siswa untuk bertukar pendapat dan bekerja sama dengan siswa yang lain.
37
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika 60
48
50
40
40 30
24
18
20 10
29 27
33 26
41
37
19 4
25
18 11 9
15
10 3
6
41 40
20
18
14
8
5
5
4
Kegiatan belajar dalam kel kecil
Diskusi Matematika dalam kelompok
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Sr g
K
J
Tp
0
Bantuan guru untuk belajar bersama
Karaw ang Purw akarta
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Matematika Pendapat mengenai kerja kelompok ditanyakan pula kepada siswa, berikut adalah jawaban mereka; pada pembelajaran Matematika 61% siswa menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang kegiatan belajar matematika dilaksanakan dalam kelompok kecil, 66% siswa menyatakan sering dan sangat sering mereka melakukan diskusi dalam kelompok, dan 69% menyatakan tidak pernah-kadang-kadang guru memberikan bantuan /dorongan untuk belajar bersama dengan siswa lain. Hal senada disampaikan oleh siswasiswa dari kelompok kontrol. Berdasarkan respon siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika siswa belum dilibatkan dalam pembelajaran secara berkelompok.
38
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Sains 45
41
40
39
35
33
32
30
30 25
25
25
24
20
19
20 15 10
8
8
5
38 28
25 21
15 14 14
13 7
11 12 5
13
4
3
5
34 35
Kegiatan belajar Sains dlm kel kecil
Diskusi Sains dalam kelompok
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0
Bantuan guru Sains untuk belajar bersama
Karaw ang Purw akarta
Diagram 3.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Sains Respon siswa pada pembelajaran Sains sebagai berikut, di atas 71 % siswa di sekolah target menyatakan menyatakan kadang-kadang, dan sering
kegiatan belajar
dilaksanakan pada kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran sains di kelas; 69% menyatakan kadang-kadang, dan sering kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di kelas kami; dan guru sains/matematika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Di sekolah kontrol hampir 70% siswa menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang pembelajajran sains maupun matematika dilaksanakan dalam kelompok. Berdasarkan respon guru dan siswa di atas terdapat hal yang kontradiksi, namun demikian mungkin dalam hal ini kita lebih mempercayai data yang diberikan oleh siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran matematika dan sains, siswa-siswa belum banyak dilibatkan dalam pembelajaran secara berkelompok. 3.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, terkait dengan penggunaan bahan-bahan media pembelajaran yang konkret: (1) Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di
39
kelas; (2) Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan (3) Saya membiarkan siswa (kami) terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika.
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika 50
48
44 45
44
40 35
37
34
33
32
30 25
23
26 25
23 22
23
18
20
20
15
14 15
12
12
10
10
26
7
10
11 7 7
8
5
3 3
1
Penggunaan Berbagai Alat Perga
Alat Peraga berasal dari kehidupan sehari-hari
Kesem patan Bereksplorasi
S
Sr g
K
J
Tp
S
Sr g
K
J
Tp
S
Sr g
K
J
Tp
0
Karaw ang Purw akarta
Diagram 3.6.2a Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Dalam Pelajaran Matematika Memperhatikan diagram 3.2.6a di atas, 70 % siswa di sekolah target menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bahwa pembelajaran Matematika menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; 74% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang pemebelajaran matematika menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan 70% menyatakan sering dan sangat sering terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran Matematik. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran Matematika siswa belum banyak dilibatkan dalam penggunaan media pembeelajaran yang bervariasi dan penggunaan alat peraga yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
40
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Sains Karaw ang
60
51
Purw akarta 50
41
40 40
37
36
34
34
31 30
18
26
21
20 10
7
11
25
25 2119
19 16
16
10 9 8
10 11
10 5
5
3
3
Penggunaan Berbagai Alat Perga
Alat Peraga berasal dari kehidupan
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0
Kesempatan Bereksplorasi
Diagram .3.6.2b Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Dalam Pelajaran Sains
Berdasar diagram 3.2.6b di atas 65 % siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa pembelajaran sains menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains. Di sekolah kontrol sekitar 65% guru dan siswa menyatakan netral tentang pernyataan penggunaan berbagai media. Data ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran masih rendah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. 3.6.3 Tukar Pendapat Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut tukar-menukar pendapat: (1) Dalam kelas saya (sains/matematika kami), saya (guru) mendorong siswa (kami) mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; (2) Dalam kelas saya (sains/matematika kami), siswa (saya) merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan (3) Siswa (saya) dapat memperdalam pemahaman mereka (saya) ketika mendengarkan
41
pendapat dan pikiran siswa lainnya. Diagram di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan tersebut.
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika 60
52 50
42 42
42
40 32 33
40
32
29
30
28
29
41
24 20
8 10
19 16
17
20
7
43
7
8
76
3
21
7
Dorongan untuk mendengar pendapat
bertukar pikiran dengan siswa lain
S
Sr g
K
J
Tp
S
Sr g
K
J
Tp
S
Sr g
Tp
J
K
0 Purw akarta Karaw ang
Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 3.6.3aTukar Pendapat Dalam Pelajaran Matematika
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains 50
43
45
42
43 45
3840
40 35 30
2525
25
33
22
18
12
15
24 23
25
21 18
20
10
31 26
18
11
8
9 11 7
1 3
5
13
0 Tp
Karaw ang
J
K
Srg
S
Dorongan untuk mendengar pendapat
Tp
J
K
Srg
S
bertukar pikiran dengan siswa lain
Purw akarta
Tp
J
K
Srg
S
P emahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 3.6.3b Tukar Pendapat Dalam Pelajaran Sains Berdasarkan data tersebut sekitar 55% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa dalam pembelajaran sains: guru mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan
42
Siswa dapat memperdalam pemahaman siswa ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Sedangkan pada pembelajaran matematika 71% siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Sedangkan di sekolah kontrol sekitar 70 % siswa menyatakan setuju terhadap ketiga pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan pembelajaran matematika dan sains sudah ada upaya guru untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk tukar pendapat. 3.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran: (1) Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa; (2) Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya; dan (3) Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya. Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan matematika.
Diagram 3.6.4 Ketertarikan Guru terhadap PBM 100 90
Purwakarta
89
Karawang
frekuensi
80 70
65 58
60
56
56
63
44
50 40
33
25
30 20
23
18 11
10
15
13
18 11
5
0 STS TS
R
S
SS STS TS
Ketertarikan terhadap kemajuan belajar sisiwa
R
S
SS STS TS
Siswa bekerja sama
R
SS
Belajar diantara Siswa
Diagram 3.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran
43
S
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa 100% guru matematika dan sains di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa; tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya; dan banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya. Sedangkan di sekolah kontrol sekitar 93% setuju pada pernyataan tersebut. 3.7
Hasil Belajar Siswa Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai indikator dari aspek berikutnya.
3.7.1 Tes Akademik Hasil tes akademik Sains dan Matematika di sekolah Target dan sekolah kontrol ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini. Tabel 3.7.1a Skor Tes Akademik Sekolah Target Test Sains Matematika
N 335 335
Maximum
Minimum
Mean
SD
7,67
1.33
4.45
1.26
9
0.5
4.02
1.49
Table 3.7.1b Skor Tes Akademik Sekolah Kontrol Test Sains Matematika
N 78 78
Maximum
Minimum 1.67
4.01
1.16
6
1.5
3.49
1.001
Test Scores Academic Of Mathematics
Rata-Rata
Rata-Rata
4.5 Science
3.5 Karaw ang
SD
6.5
Test Scores Academic Of Science
4
Mean
Purw akarta
4.2 4 3.8 3.6 3.4 3.2
Matematika
Karawang
Purwakarta
Daerah Daerah
44
Diagram 3.7.1 Skor Tes Akademik
Diagram
Sains
3.7.2
Skor
Tes
Akademik
Matematika
Tabel 3.7.2 Skor Tes Akademik Berdasarkan Kabupaten Provinsi
T/C
Jabar
Kabupaten
T C
Sains
Karawang Purwakarta
Matematika Mean SD
Mean
SD
4.45
1.26
4.02
1.49
4.01
1.16
3.49
1.001
Berdasarkan data di atas bahwa hasil tes akademik baik sains maupun matematika di sekolah target maupun disekolah kontrol beada pada kategori rendah yaitu hanya 40% yang dapat dijawab dengan benar. 3.7.2. Hasil UAN Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Karawang dan Purwakarta. a. Nilai UAN untuk Kabupaten Karawang
Nilai UAN Matematika Tahun 2004-2006
8.41 7.23
6.8
6.32
8.6 7.3
6.44
6.61
2004
7
7.73 7.88 7.43 7.88 7.75
2005
Karawang
Matematika
Diagram 3.7.2a. Nilai UAN Matematika di Kab. Karawang Tahun 2004-2006
45
2006
8.32 7.77
SMPN 2
Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
Telukjambe
Cikampek SMPN 1
Karawang SMPN 2
Karawang SMPN 6
Karawang SMPN 8
SMPN 2
Rengasdengklok SMPN 5
SMPN 1 Jatisari
Telukjambe
SMPN 1 Klari
Cikampek SMPN 1
Karawang SMPN 2
Karawang SMPN 6
Karawang SMPN 8
SMPN 2
Rengasdengklok SMPN 5
SMPN 1 Jatisari
Telukjambe
8.6
4.76
SMPN 1 Klari
Cikampek SMPN 1
Karawang SMPN 6
Karawang SMPN 8
Karawang SMPN 2
5.15 5.26
5.01
SMPN 5
8.1
7.81
7.41
nilai
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Berdasarkan informasi dari kepala sekolah-kepala sekolah di atas, dapat dilihat pada tahun 2004 nilai UAN yang tertinggi diraih oleh SMPN 5 Karawang dengan nilai 7.41, tahun 2005 diraih oleh SMPN I Klari dengan nilai 8,6 dan tahun 2006 diraih oleh SMPN I Klari dengan nilai 8.6.
Nilai UAN B.Indonesia Tahun 2004-2006 10
9.02
9 8
8.23 7.73
7.43
7.25
7
6.85 5.48
5.53
Cikampek
Telukjambe
7.3
8.05
7.45
7.13
8.42
8.2 7.44
5.36
nilai
5.43
7.32
7.89
6.65
7 6
8.26
8 7.59
5 4 3 2 1
2004
Karawang
2005
SMPN 2
Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1
Telukjambe
SMPN 2
Cikampek
SMPN 6
Karawang
SMPN 8
Karawang
SMPN 5
Karawang
SMPN 2
Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1
Telukjambe
SMPN 2
Cikampek
SMPN 6
Karawang
SMPN 8
Karawang
SMPN 5
Karawang
SMPN 2
Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1
SMPN 2
SMPN 6
Karawang
SMPN 8
Karawang
SMPN 5
Karawang
0
2006
B.Indonesia
Diagram 3.7.2b. Nilai UAN Bahasa Indonesia di Kab. Kawarang Tahun 2004-2006
Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2004 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 6 Karawang dengan nilai 7.43, tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN I Klari dengan nilai 9.02, dan pada tahun 2006 dicapai oleh SMPN 2 Rengasdengklok dengan nilai 8.42.
46
Nilai UAN B.Inggris Tahun 2004-2006 9 7.74
8 7
6.85
6.62
nilai
6
4.91 5.13
4.63
5
6.63
6.2
6.63
7.14 6.88
7.42 7.23
6.5
8
7.9
7.46
6.93 6.72 7.23 7.14
6.88
6.4
4.6
4 3 2 1
2004
Karawang
2005
SMPN 2 Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1 Telukjambe
SMPN 2 Cikampek
SMPN 6 Karawang
SMPN 8 Karawang
SMPN 5 Karawang
SMPN 2 Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1 Telukjambe
SMPN 2 Cikampek
SMPN 6 Karawang
SMPN 8 Karawang
SMPN 5 Karawang
SMPN 2 Rengasdengklok
SMPN 1 Jatisari
SMPN 1 Klari
SMPN 1 Telukjambe
SMPN 2 Cikampek
SMPN 6 Karawang
SMPN 8 Karawang
SMPN 5 Karawang
0
2006
B.Inggri s
Diagram 3.7.2c. Nilai UAN Bahasa Indonesia di Kab. Karawang Tahun 2004-2006 Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2004 nilai tertinggi diperoleh oleh SMPN 6 Karawang dengan nilai 6.85, sedangkan yang terendah diperoleh oleh SMPN I Jatisari dengan nilai 4.6, tahun 2005 nilai tertinggi 7.74 dicapai oleh SMPN I Teluk Jambe dan nilai terendah 6.5 diperoleh oleh SMPN 2 Cikampek, tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN I Klari dengan nilai 8 sedangkan nilai terendah dicapai oleh SMPN I Jatisari dengan nilai 6.4. b. Nilai UAN di Kabupaten Purwakarta.
47
Nilai UAN Matematika Tahun 2004-2006 9 8
8.32
7.81
7.41
7.73 7
6.8
7 6
nilai
5 4 3 2 1 0 SMPN 2 Bungursari
SMPN 5 Purwakarta
SMPN 2 Bungursari
2004
SMPN 5 Purwakarta
SMPN 2 Bungursari
2005
SMPN 5 Purwakarta
2006
Matematika
Purwakarta
Diagram 3.7.2d. Nilai UAN Matematika di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006 Diagram di atas menyajikan nilai UAN Matematika di Kabupaten Purwakarta. Nilai UAN tertinggi dari tahun 2004-2006 dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 8.32, dan nilai tertendahpun dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta pada tahun 2004 dengan nilai 6.8.
nilai
Nilai UAN B.Indonesia Tahun 2004-2006 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7.25
8.42
8
7.73
7.13
7
SMPN 2 SMPN 5 SMPN 2 SMPN 5 SMPN 2 SMPN 5 Bungursari Purwakarta Bungursari Purwakarta Bungursari Purwakarta 2004 Purwakarta
2005
2006
B.Indonesia
Diagram 3.7.2e. Nilai UAN Bhs. Indonesia di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006
48
Nilai UAN tertinggi pada tahun 2004 – 2006 dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 8.42, dan yang terendah dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 7.
nilai
Nilai UAN B.Inggris Tahun 2004-2006 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7.9 6.62
6.63
6.88
SMPN 2 Bungursari
SMPN 5 Purwakarta
6.2
SMPN 2 Bungursari
SMPN 5 Purwakarta
2004
SMPN 2 Bungursari
2005
Purwakarta
7.46
SMPN 5 Purwakarta
2006
B.Inggris
Diagram 3.7.2f. Nilai UAN Bhs. Inggris di Kab. Purwakarta Tahun 2004-2006 Untuk pelajaran Bahasa Ingris, nilai UAN di Kabupaten Purwakarta dari tahun 2004- 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 2 Bungur sari dengan nilai 7.9, sedangkan yang terendah dicapai oleh SMPN 5 Purwakarta dengan nilai 6.2. 3.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: (1) Pada umumnya saya (Kebanyakan siswa saya) mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas (saya); (2) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) senang belajar pada pelajaran sains/matematika (saya); dan (3) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) ingin belajar sains/matematika (pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi.
49
Pemahaman dan Minat Siswa 90
78 78
78
80 70
56
60
48 44
48
50
35
40
35 30
30
22
22
20
10
10
10
8 TS
R
S
SS
M ayoritas Siswa M emahami M ateri
10
3
0 STS
13
STS
TS
R
S
SS
M ayoritas Siswa M engikuti P elajaran
STS
TS
R
S
SS
Purwakarta
Siswa ingin Belajar di tingkat yang lebih tinggi
Karawang
Diagram 3.7.3 Pemahaman Dan Minat Siswa Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa di atas 50% siswa di sekolah target menyatakan tidak setuju bahwa siswa mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas ; siswa senang belajar pada pelajaran sains/matematika (saya); dan siswa ingin belajar sains/matematika (pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi. Sedangkan di sekolah kontrol di atas 57% siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
50
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika 60
53 50
50
50
41
40
40
36 30
30
35 30
33
29
19
20
39
22
18
18
15 11
10
2
21
5 6
5 7 21 Karaw ang
0 STS
TS
R
S
SS
STS
Mengerti dan dapat me ngikuti pe l
TS
R
S
SS
STS
Se nang be laja r
TS
R
S
SS
Ingin B ela jar Matem atika di tingka t le bih tinggi
Diagram 3.7.3a Rincian Respon siswa Pemahaman dan Minat Siswa dalam Matematika
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Sains 70
61 63
58
60
51
50 40
31
30
10
1 STS
Karaw ang
22
23 15
20
0
42 39 36 33
14
4 4
4 R
S
SS
18
11
2 TS
24
23
21
STS
Mengerti dan dapat mengikuti pel
TS
R
Senang belajar
Purw akarta
S
SS
STS
TS
R
S
SS
Ingin Belajar Matematika di tingkat lebih tinggi
Diagram 3.7.3b Rincian Respon siswa Pemahaman dan Minat Siswa Sains Diagram di atas menunjukkan bahwa 65% siswa di sekolah target menyatakan bahwa mereka mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran Matematika dan Sains, senang mengikuti pembelajaran dan ingin belajar matematika dan sains di kelas yang lebih tinggi.
51
Purw akarta
3.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains kepada siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut; 1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari. 2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik. 3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami 4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari. 5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan tabel dan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika dan Sains. Tabel 3.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika Responden
Siswa
Alternatif Kab. Karawang Jawaban n % 20 1.26 1 108 6.81 2 510 32.2 3 702 44.3 4 246 15.5 5
Kab. Purwakarta n
%
11
3.16
20
5.75
101
29
131
37.6
85
24.4
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika 60
56
55 52
49
50
43 40
48 45 47
46 39 38
36
41
40
37
45
34
31
28
30
19 16
Karawang Purwakarta
Matematika sulit dipelajari
7
S
Materi Matematika berguna untuk ilmu lain
Diagram 3.7.4 Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika dan Sains
52
SS
SS
Materi Matematika berguna
STS
S
R
TS
SS
S
R
TS
Materi Matematika mudah dipahami
5
12
1 21
R
6
TS
10 7
STS
S
R
TS
8
11
Materi Matematika menarik
15
15
7
4 STS
S
8 4
SS
R
TS
0
6
4 STS
10
SS
14 14 11
STS
20
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa 59,8% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 40% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 50 % siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Tabel 3.7.5 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
Responden
Alternatif Jawaban
Siswa
1 2 3 4 5
Kab. Karawang n %
Kab. Purwakarta N %
21
1.35
7
2.02
131
8.44
33
9.54
416
26.8
65
18.8
707
45.5
162
46.8
278
17.9
79
22.8
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains 70
68
60
57 41 44 35
42 43 40
20 10
51
50
50
30
58
53
30
25 20 19
10 6
22 11
30 21 18
18 12 11 9
3 2
6 1
2
10 7 11
1
2
S TS TS R S SS S TS TS R S SS S TS TS R S SS S TS TS R S SS S TS TS R S SS
0
42 44
39 33
Karaw ang Purw akarta
Sains sulit dipelajari
Materi Sains Materi Sains Materi Sains Materi Sains menarik mudah berguna berguna dipahami sehari-hari untuk ilmu
Diagram 3.7.5a. Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
53
Berdasarkan tabel di atas 63 % siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa sains merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 37% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 69 % siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap proses pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut; 1).
Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan.
2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika (sains)yang dilakukan. 3).
Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan.
4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains).
Informasi yang diperoleh disajikan pada dua diagram di bawah ini.
54
Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika 50
50
45
39
40
42
38
37 3230
35
25
25
88
5
36 37
35
22 21
20
10
35
33
30
15
40
36
32
18
21
20
8 744
54
3
1
1
10
9
9
38
1
1
Karaw ang Purw akarta
Pembelajaran Matematika menyenangkan
belajar Matematika membosankan
SS
R
S
TS
STS
S
SS
R
TS
STS
S
Semangat tinggi
SS
R
TS
SS
STS
R
S
TS
STS
0
malas belajar matematika
Diagram 3.7.5b. Pandangan Siswa tentang Belajar Sains Dari diagram di atas diperoleh informasi bahwa 59% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa pembelajaran matematika menyenangkan, 52% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar mateamtika dengan semangat tinggi, 75% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa belajar matematika itu membosankan, dan 89% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa mereka malas untuk belajar
matematika. Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika itu sulit tapi mereka masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika, hal ini ditunjukkan bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika membosankan dan tidak setuju bahwa mereka malas belajar matematika.
55
Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains 64 52 48
41 36
39
20
26
Semangat tinggi
S
R
TS
STS
SS
R
S
Pembelajaran Sains menyenangkan
23
21 11 8
11 11
TS
1
TS
30
31
0 STS
2118 17 18
S
3
R
10
22
belajar Sains membosankan
R
17
30 28
TS
26 12
30
SS
40
48
7 4 41
S
51
SS
54
50
STS
60
SS
Purwakarta
70
STS
Karawang
malas belajar Sains
Diagram 3.7.5c. Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains Untuk pembelajaran sains para siswa berpendapat mereka (71%) setuju dan sangat setuju bahwa pembelajaran sains menyenangkan, sekitar 68% orang setuju dan sangat setuju bahwa belajar sains sangat menyenangkan, 87% menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju bahwa belajar sains membosankan, 905 orang sangat tidak setuju-ragu-ragu bahwa mereka malas belajar sains. Selanjutnya disajikan tabel dan diagram respon siswa terhadap aktivitas pada waktu belajar Matematika dan Sains Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu belajar matematika dan sains, respon siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1). Kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada Saya dan teman-teman bertukar pikiran. 2). Pada belajar matematika yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu.
56
3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika yang dilakukan 4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains.
Aktivitas Belajar Matematika 70
63 62 60
59
50
45 33 27
40 30
33
23 19 14 14
20 10
1
3
9
1
47 32
22
19
14 12 7
1
45 44 36 32
12
11
8 1
21
1
11
15
7 4
Kesempatan bertukar belajar Matematika pikiran hanya mendengarkan
belajar Matematika dengan aktif
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
SS
STS
S
R
TS
STS
0
belajar Matematika secara kolaboratif
Karawang Purwakarta
Diagram 3.7.5d. Aktivitas Belajar Matematika Dari diagram di atas diperoleh informasi sekitar 77% siswa setuju bahwa guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran, meskipun selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran matematika di kelas hanya mendengarkan dan sekitar 60% berpendapat bahwa belajar matematika dilaksanakan secara aktif dan kolaboratif.Hal senada disampaikan oleh siswa dari sekolah kontrol .
57
Aktivitas Belajar Sains 63 56 40 3234 37
Kesempatan bertukar pikiran
STS
S
1
6
19
21 18
1 R
5 SS
STS
S
1
R
3
24
18 14
TS
12 11
SS
S
SS
2 R
TS
STS
21 2 3
33 23
15 14
R
20
19 14
TS
21 20
STS
30
TS
40
0
52
48
50
10
59
59
S
60
SS
70
belajar Sains hanya belajar Sains dengan belajar Sains secara mendengarkan aktif kolaboratif
Karaw ang Purw akarta
Diagram 3.7.5e. Aktivitas Belajar Sains Untuk mata pelajaran sains 77% siswa menyatakan bahwa pembelajaran sains memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertukar pikiran, meskipun
dalam
pembelajaran sains 52% siswa menyatakan bahwa proses pembelajaran lebih banyak mendengarkan. Sekitar 61% siswa menyatakan bahwa siswa belajar sains dengan aktif dan pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif. 3.7 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu aktivitas yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru . Namun demikian kegiatan penelitian belum merata dapat dilaksanakan oleh semua guru. Untuk mengungkap bagaimana pendapat guru matematika dan sains mengenai penelitian tindakan kelas, daajukan beberapa pertanyaan sebagai barikut; 1).
Selama menjadi guru saya melakukan PTK
2).
Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran.
3).
Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
4).
Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
5).
Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
6).
Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
7).
Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar
58
Informasi yang diperoleh dari kuosioner yang disebarkan terhadap guru-guru sains dan matematika di sekolah-sekolah target dan sekolah kontrol disajikan pada diagram berikut;
Pelaksanaan PTK 35 29
30 26
26 24
frekuensi
25 20
17
16
15 11 9
10 5
4
11
10
11 11
10 8
5
7
6 4
4
3 1 1
2
1 1
0
3 3 0
0
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
0
5
4 3
2
Diskusi Penyusunan Kolaborasi Publikasi Presentasi Melakukan Diskusi rencana dengan PT di jurnal di Seminar alternatif PTK Masalah PTK Pembelajaran solusi
Purwakarta Karawang
Diagram 3.7a. Pelaksanaan PTK Dari 40 guru responden di sekolah-sekolah target diperoleh informasi bahwa 29 orang belum melaksanakan PTK,
meskipun para guru tersebut sering mendiskusikan
masalah pembelajaran dan alternatif solusi pembelajaran dengan guru lain (27 orang), 31 orang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa yang didiskusikan adalah rencana penyusunan PTK, dan rata-rata 28 orang tidak setuju bahwa para guru sudah berkolabori dengan PT, mempublikasikan dalam jurnal dan mempresentasikan
hasil penelitiannya
dalam suatu seminar. Hal senada juga disampaikan oleh 7 orang guru responden dari sekolah-sekolah kontrol. Dalam
kuosioner tersebut diungkap pula pertanyaan-pertanyaan mengenai
ketertarikan dan manfaat PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan adalah: 1).
Saya tertarik pada penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2).
PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme saya
3).
PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya meneliti
4).
PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran
5).
PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
59
Inforamsi yang diperoleh adalah sebagai berikut;
Pentingnya PTK 35 29
28
28
27
26
25 20 15
11
2
2 0
0
1
1
1
0
1
1
R
1
TS
0
R
5
11
11
9
TS
9
10
SS STS
frekuensi
30
0
0
1
Ketertarikan terhadap PTK
PTK PTK m eningkatkan m eningkatkan Prefesionalism e kemam puan
PTK dapat m engatasi kesulitan
S
SS
R
TS
SS STS
S
SS STS
S
S
R
TS
SS STS
S
R
TS
STS
0
PTK m eningkatkan kualitas
Diagram 3.7b. Pentingnya PTK. Dari kuosioner yang disampaikan pada guru-guru di sekolah target dan kontrol hampir 95% guru-guru menyampaikan setuju dan sangat setuju bahwa mereka sangat tertarik terhadap PTK; dan PTK dapat meningkatkan profesionalisme, meningkatkan kemampuan meneliti dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Lebih jauh kuosioner mengungkap pendapat guru-guru tentang manfaat PTK bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan bagi pengingkatan karier guru sendiri. Pertanyaan yang diungkapkan adalah sebagai berikut; 1). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat. 3). Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi guru. 4). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah Hasil yang diperoleh dari penyebaran kuosioner terhadap guru-guru di sekolah target dan guruguru di sekolah kontol disajikan pada diagram berikut;
60
Purw akarta Karaw ang
Kegunaan PTK 35
32
30 26
25
23 21
20 15
12
10
9
8 5
TS
2 0
2
1
0
0
0
TS
0
STS
2 0
STS
5
6
5
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Dapat menambah Persiapan untuk angka kredit sertifikasi
SS
S
R
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
0
Meningkatkan suasana akadem ik
Purwakarta Karawang
Diagram 3.7c. Keguanaan PTK
Di daerah target, tiga puluh delapan orang guru setuju dan sangat setuju bahwa PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 33 orang setuju PTK dapat menambah angka kredit karena dapat digunakan untuk persiapan sertifikasi, 35 orang setuju dan sangat setuju bahwa PTK dapat meningkatkan suasana akdemik.
Demikian pula pendapat serupa oleh guru-
guru di sekolah kontrol. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang berkembang akhir-akhir ini, sehingga beberapa orang guru masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan ,melaksanakan, dan dalam menentukan alternative solusi pada PTK. Apakah fenomena tersebut juga terjadi pada guru-guru di sekolah target dan guru-guru sekolah kontrol. Untuk mengungkap hal tersebut berikut disajikan beberapa pertanyaan mengenai fenomena itu; 1).
Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah.
2).
Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah
3)
Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK
4).
Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data
5).
Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan rancangan PTK
6).
Saya belum memahami prosedur PTK
61
Kesulitan PTK 30
Purwakarta Karawang
25
25
25
24 23 21
frekuensi
20
20 15
15
13
13 12
12
11
11 10
10
8
8 7
6 5
5 0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
0
0
3
3 1
1
1
Identifikasi Masalah
Mencari Alternatif Solusi
Penyusunan Pengumpulan Melaksanakan Proposal Data PTK
Menulis Laporan
Belum Memahami Prosedur PTK
Diagram 3.7d. Keguanaan PTK
Dari jawaban kuosioner dari guru-guru di sekolah target diperoleh informasi bahwa 24 orang menyatakan mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 34 orang setuju mereka mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi, 25 orang setuju mereka menalami kesultan dalam menyusun proposal, 23 orang setuju mereka mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data, 36 orang mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 36 orang setuju mengalami kesulitan dalam menulis laporan dan 33 orang setuju mereka belum memahami prosedur PTK. Hal senada disampaikan oleh guru-guru pada kelompok kontrol. Dari informasi yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa guru-guru di sekolah target dan guru-guru di sekolah kontrol merasa sangat tertarik dengan pelaksanaan PTK. Karena PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan
karier
guru berkaitan dengan pelaksanaan sertifikasi. Namun mereka masih belum memhami secara benar prosedur pelaksanaan PTK. Dengan demikian akan sangat berguna jika mereka mendapat bantuan untuk meningkatkan pemahamannya tentang PTK.
62
4. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KABUPATEN KARAWANG 4.1 Analisis Pembelajaran Hasil observasi pembelajaran mata pelajaran fisika, kimia biologi dan matematika di Kabupaten Karawang diuraikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1a. ANALISIS PEMBELAJARAN Fisika DI SMPN 1 KLARI KABUPATEN KARAWANG NO.
1
2
3
INDIKATOR
Kegiatan awal
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Sebagian siswa • Tidak ada kegiatan memperhatikan guru ketika merumuskan masalah membuka pelajaran • Sedikit siswa yang dapat • Sebagian siswa tampak menangkap tujuan tertarik pada ilustrasi yang pembelajaran yang disajikan guru dsampaikan guru • Sebagian siswa tampak • Hanya 2 orang siswa yang termotivasi merespon pertanyaan guru
Kegiatan Inti
• Media/alat peraga tersedia cukup baik. • Sebagian siswa tampak aktif dan berkesempatan untuk eksplorasi, investigasi dan melakukan percobaan • Sebagian siswa tampak memperoleh data atau informasi yang diperlukan • Sebagian siswa menemukan jawaban atau kesimpulan yang dicari • Sebagian siswa tampak terdorong untuk aktif dalam kerja kelompok dan penyajian data • Hampir tak ada siswa yang pasif, mengantuk atau kurang perhatian, meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat tertekan.
Kegiatan Akhir
• Siswa dapat membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
63
• Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah • Siswa tidak terstimulus untuk berfikir tingkat tinggi • Tak ada siswa yang mengajukan jawaban atau kesimpulan • Papan tulis belum digunakan secara proporsional • Diskusi kelompok kurang berlangsung secara partisipatif • Siswa kurang didorong untuk belajar mandiri • Kemampuan siswa dalam menggunakan KIT dan memahami LKS masih kurang • Masih ada siswa yang keliru dalam melakukan pengamatan • Siswa belum dapat memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
NO.
4
INDIKATOR
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Guru tidak memberi • Tujuan praktikum sesuai penjelasan secara lengkap dengan tujuan pembelajaran tentang teknik lab yang benar • Guru memberikan dan aman Belum seluruh pengarahan kegiatan siswa terlibat aktif dlam laboratorium yang relevan kegiatan praktikum • Sebgain siswa antusias dalam • Tidak ada alat buatan guru melakukan percobaan yang digunakan dalam meskipun tidak semua siswa praktikum. terlibat dalam diskusi • Pengembangan keterampilan kelompok proses kurang distimulasi.
Tabel 4.1b. ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 1 JATISARI KABUPATEN KARAWANG NO.
1
2
INDIKATOR
Kegiatan awal
Kegiatan Inti
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran • Siswa menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru • Tak ada siswa yang mengajukan • Siswa tertarik pada ilustrasi permasalahan/pertanyaan yang disajikan guru • Siswa tampak termotivasi/bersemangat • Siswa membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan • Sebagian siswa berkesempatan dan aktif untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan percobaan • Siswa memperoleh informasi, jawaban, kesimpulan yang diperlukan • Media/alat peraga tersedia cukup memadai • Sebagian siswa tampak terstimulasi untuk berpikir tingkat tinggi • Papan tulis telah digunakan secara proporsional dan efisien • Siswa telah didorong untuk 64
• Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah • Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok • Tidak ada diskusi kelompok • Banyak siswa yang pasif, mengantuk atau kurang perhatian • Masih ada siswa yang belum termotivasi • LKS yang digunakan tidak dibuat guru
NO.
INDIKATOR
3
Kegiatan Akhir
4
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri • Sebagian siswa memahami tugas rumah • Siswa belum dapat memberi contoh • Sebagian siswa mengerjakan evaluasi dengan tertib • Ada siswa yang kurang memperhatikan tugas • Sebagian siswa membuat rumahnya rangkuman pada akhir pembelajaran • Kegiatan praktikum sesuai dengan tujuan pembelajaran • Teknik lab yang benar dan • Arahan kegiatan praktek yang aman telah diberikan secara diberikan pada fase pra lab lengkap belum relevan • Seluruh siswa telah didorong • Guru tidak membuat LKS untuk melakukan praktek khusus untuk pembelajaran dan observasi dan petunjuk hands on • Peralatan praktek yang activity nya diberikan secara dirancang guru digunakan lisan saja dengan baik. • didominasi oleh guru • Pengembangan keterampilan proses distimulus secara efektif
Tabl 4.1c. ANALISIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 2 CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG NO.
INDIKATOR
1
Kegiatan awal
2
Kegiatan Inti
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Tak ada siswa yang • Sebagian siswa mengajukan memperhatikan guru ketika masalah/pertanyaan membuka pelajaran • Sebagian Siswa tidak • Siswa tampak menangkap tujuan termotivasi/semangat pembelajaran yang disampaikan guru • Sebagian siswa tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru • Tak ada siswa yang membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan • Tak ada urun pendapat untuk • Sebagian siswa merumuskan masalah berkesempatan dan aktif dalam eksplorasi, investigasi • Media/alat peraga kurang dan melakukan percobaan cukup tersedia • Siswa memperoleh data, • Siswa kurang distimulus untuk berpikir tingkat tinggi informasi, jawaban dan kesimpulan yang diperlukan • Sebagian besar siswa pasif, 65
NO.
3
4
INDIKATOR
Kegiatan Akhir
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif mengantuk dan kurang • Papan tulis telah digunakan perhatian secara proporsional dan efisien • Masih ada beberapa siswa yang terlihat tertekan • Siswa terdorong untuk . berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok dan penyajian data • Siswa mengikuti diskusi kelompok secara partisipatif • Siswa didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri • Kegiatan pembelajaran diobservasi oleh 7 orang guru sejawat dari SMP yang sama • Sebagian besar siswa belum dapat memberi contoh dan mengaplikasikan konsep • Siswa memahami bahan tugas • Sebagian besar siswa tidak rumah tertib dalam mengerjakan evaluasi • Kesimpulan dibuat siswa dengan bimbingan guru • Sebagian besar siswa belum dapat membuat rangkuman pada akhir pembelajaran • Teknik lab yang benar dan aman telah diberikan secara lengkap • Peralatan buatan guru yang • Arahan kegiatan praktek digunakan dalam praktek yang diberikan pada fase bekerja cukup baik pra lab relevan • Pengembangan keterampilan • Kegiatan praktikum yang proses distimulasi secara diberikan kurang relevan efektif dengan tujuan pembelajaran • LKS yang digunakan open ended meskipun diperoleh dari buku sumber
Tabel 4.1d. ANALISIS PEMBELAJARAN Fisika DI SMPN 2 RENGASDENGKLOK KABUPATEN KARAWANG NO. 1
INDIKATOR Kegiatan awal
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Sebagian siswa • Tidak ada kegiatan memperhatikan guru ketika merumuskan masalah atau membuka pelajaran pertanyaan 66
NO.
2
3
INDIKATOR
Kegiatan Inti
Kegiatan Akhir
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Siswa nampak tertarik • Sebagian besar Siswa tidak dengan ilustrasi yang menangkap tujuan disajikan guru pembelajaran yang disampaikan guru • Siswa nampak kurang termotivasi • Tak ada siswa yang membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan • Tidak ada kegiatan urun pendapat untuk perumusan masalah • Siswa tidak mendapat informasi yang diperlukan, jawaban atau kesimpulan yang dicari • Media/alat peraga tak tersedia • Siswa tak terstimulasi untuk berpikir tingkat tinggi • Siswa tidak mengajukan jawaban atau kesimpulan • Siswa berkesempatan • Siswa tidak terdorong untuk melakukan eksplorasi, dan berpartisipasi aktif dalam investigasi kerja kelompok • Papan tulis digunakan secara • Siswa kurang terlibat dalam proporsonal dan efisien penyajian data • Ada siswa yang aktif dalam • Siswa tidak aktif dalam menyajikan data melakukan percobaan atau investigasi • Diskusi kelompok kurang berlangsung secara partisipatif • Siswa pasif, mengantuk dan kurang perhatian • Masih ada siswa yang terlihat tertekan • Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri • Siswa tak dapat memberi contoh dan mengaplikasikan • Sebagian siswa dapat membuat rangkuman di akhir konsep pembelajaran • Siswa tidak memahami tugas rumah • Siswa tidak mengerjakan 67
NO.
4
INDIKATOR
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif evaluasi dengan tertib • Tujuan demonstrasi sesuai dengan tujuan pembelajaran
• Kegiatan demonstrasi yang dilakukan tidak melibatkan siswa. (siswa hanya melihat saja)
Tabel 4.1e. ANALISIS PEMBELAJARAN Fisika DI SMPN 6 KABUPATEN KARAWANG NO.
1
2
INDIKATOR
Kegiatan awal
Kegiatan Inti
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran • Guru membuka pelajaran dengan mengajukan beberapa • Siswa tidak tertarik pada ilustrasi yang disajikan guru pertanyaan • Siswa termotivasi dan dapat • Siswa tidak bertanya atau mengajukan permasalahan menangkap tujuan kepada guru pembelajaran yang disampaikan guru dengan baik • Sedikit siswa yang urun pendapat dalam perumusan masalah • Siswa mendapatkan • Siswa kurang mendapat informasi relevan yang kesempatan investigasi dan diperlukan eksplorasi • Siswa menemukan sendiri • Tidak tampak media/alat jawaban atau kesimpulan peraga yang dicari • Siswa kurang terstimulus • Guru telah menggunakan berfikir tingkat tinggi. papan tulis secara • Siswa kurang didorong untuk proporsional aktif dalam kerja kelompok • Siswa didorong untuk belajar sehingga diskusi kelompok mandiri kurang berjalan dengan baik • Siswa didorong untuk • PBM dilaksanakan secara berpartisipasi maupun konvensional dimana guru berprestasi meskipun ada ceramah tentang konsep lalu yang kelihatan tertekan. memberi contoh soal dan siswa mengerjakan soal. • Siswa terlibat aktif dalam penyajian data • Sebagian siswa tampak pasif, mengantuk dan kurang perhatian
68
NO.
INDIKATOR
3
Kegiatan Akhir
4
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Siswa kurang dapat mengaplikasikan konsep • Siswa mengerjakan evaluasi dengan tertib dan memahami termasuk membuat bahan untuk tugas rumah rangkuman pada akhir pembelajaran Ada upaya guru untuk • Tidak ada praktikum menghubungkan materi sehingga hands on activity, pelajaran dengan kehidupan local material tidak sehari-hari. digunakan.
Tabel 4.1f. ANALISIS PEMBELAJARAN Biologi DI SMPN 8 KABUPATEN KARAWANG NO.
1
2
3
INDIKATOR
Kegiatan awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Akhir
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif • Seluruh siswa memperhatikan guru ketika membuka pelajaran • Hampir semua siswa tampak menangkap tujuan pembelajaran yang disampaikan guru • Siswa tampak termotivasi dan tertarik dengan ilustrasi yang disajikan guru • Siswa membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan • Siswa berkesempatan urun pendapat untuk merumuskan masalah. • Siswa berkesempatan untuk melakukan eksplorasi, dan investigasi • Siswa distimulus untuk berpikir tingkat tinggi • Siswa memperoleh informasi yang relevan • Siswa menemukan jawaban dan kesimpulan yang dicari
• Tidak ada alat peraga/media yang digunakan kecuali charta • Tidak ada kerja kelompok • Sebagian siswa tampak pasif, mengantuk atau kurang perhatian • Siswa kurang didorong untuk berpartisipasi, berprestasi dan belajar mandiri. • Papan tulis belum digunakan secara proporsional
• Siswa diberi kesempatan • Guru menyimpulkan sendiri untuk mengisi LKS dan • Siswa tidak diberi menuliskannya dipapan tulis kesempatan untuk membuat • Siswa mengerjakan evaluasi rangkuman pada akhir 69
NO.
4
INDIKATOR
Hands-on activity
BASELINE SURVEY Indikasi Positif Indikasi Negatif dengan tertib pembelajaran • Siswa memahami bahan untuk tugas rumah • Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan tujuan • Tak ada kegiatan praktikum pembelajaran
4.2. Hasil Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah di Kabupaten Karawang Berdasarkan hasil observasi kondisi dan situasi sekolah di delapan sekolah sampel terhadap komponen Kondisi sekolah dan fasilitas belajar dapat diidentifikasi berdasarkan indikasi positif dan indikasi negative berikut ini. Indikasi Positif Kondisi Sekolah dan Fasilitas Belajar • Pada umumnya akses alat transportasi ke sekolah mudah, baik dengan kendaraan beroda dua maupun beroda empat, karena kondisi jalan yang baik. • Pada umumnya pemeliharaan sekolah berada pada kategori cukup terpelihara dan terpelihara dengan baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi sekolah cukup mendukung untuk melaksanakan aktivitas belajar dan mengajar. • Jumlah meja dan kursi di dalam kelas, lima sekolah sangat memadai karena satu kursi untuk satu siswa.. Hal ini dapat memberikan informasi bagaimana fleksibilitas ruangan jika didesain untuk belajar bekelompok. • Semua sekolah menggunakan buku sumber dari penerbit tertentu yang ditetapkan sekolah. Buku tersebut diwajibkan untuk dimiliki setiap siswa, namun ada sekolah yang memberi kesempatan bagi siswa yang tidak mampu untuk meminjam dari perpustakaan sekolah. • Hampir semua sekolah memiliki fasilitas penerangan, fentilasi, air, dan listrik memadai.
Indikasi Negatif Kondisi Sekolah dan Fasilitas Belajar Permasalahan yang ditemukan tentang kondisi sekolah dan fasilitas belajar adalah sebagai berikut : Ø Posisi sekolah terhadap kota kabupaten (5-30 km) bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perkotaan terhadap situasi dan kondisi sekolah bervariasi.
70
Ø Hampir semua sekolah sedang mengalami renovasi. Sehingga sulit mengakibatkan ada sekolah yang dijadikan dua shift, laboratorium yang dijadikan kelas, serta laboratorium yang tidak dapat digunakan karena sedang dipugar. Ø Ukuran dan kapasitas kelas pada dua sekolah berada pada kategori cukup memadai (9x10 m2) untuk 48-50 orang. Dan beberapa sekolah lainnya cukup memadai ukuran 7x9 m2 untuk 48 orang. Hal ini dapat memberikan gambaran bagaimana kondisi pembelajaran di kelas dengan rasio guru:jml siswa. Ø Fasilitas pembelajaran di kelas sangat kurang
Pada salah satu sekolah ada yang
dilenglapi VCD player dan TVdari 30 kelas 10 kelas sudah dilengkapi TV video pembelajaran (SMP Klari ) Benda-benda manipulatif untuk pembelajaran matematika masih sangat terbatas. Ø Jumlah buku paket sangat terbatas, sehingga siswa harus membeli sendiri. Keberadaan perpustakaan bervariasi, dengan jumlah buku ada yang mencapai 3000 buah ,buku matematika berkisar 75 sampai 900 buah , dan sains berkisar antara 100 sampai 900 buah buku. Hal ini memberikan gambaran bahwa sumber belajar berupa buku pada setiap sekolah bervariasi, bahkan di Jenis buku sumber yang dimiliki bervariasi dari 500 sampai 25 buku. Dan ada satu sekolah yang tidak memiliki perpustakaan. Ø Kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan pada umumnya adalah kegiatan Olimpiade matematika dan sains, sedangkan KIR hanya dilakukan oleh satu sekolah saja.
4.3. Kapasitas Guru Matematika dan Sains Kabupaten Karawang 4.3.1. Kapasitas Guru Matematika Indikasi Positif tentang Kapasitas Guru Matematika • Kepala sekolah pada umumnya mendorong guru untuk meningkatkan kualitas kinerja guru dengan memfasilitasi guru untuk mengikuti MGMP, dan mendorong untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. • Interaksi sosial antara guru di sekolah baik. Para guru Matematika dan Sains memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerja dan sangat mengharapkan inovasi-inovasi pembelajaran baik matematika maupun sains. • Guru matematika masih merasa belum puas karena kegiatan pembelajaran masih belum optimal. Upaya yang dilakukan dengan saling tukar pikiran dengan guru lain
71
• Para guru berpendapat bahwa matematika sebagai mata pelajaran sangat penting diberikan kepada siswa di sekolah. Selain sangat berguna sebagai alat Bantu dalam kehidupan, juga sebagai alat bantu untuk pelajaran lain. • Ada upaya yang dilakukan guru matematika dalam mengatasi kesulitan siswa diantaranya adalah menjelaskan kembali, memberikan contoh-contoh yang lengap dan bervariasi, dan memberi kesempatan siswa saling belajar dari sesama siswa melalui belajar kelompok. • Kadang-kadang guru matematika melakukan pembelajaran dengan diskusi. Siswa berpendapat bahwa dengan pembelajaran tersebut, siswa belajar untuk berani ke depan dan mengemukakan pendapat, lebih mandiri, bekerja lebih teliti karena harus ditampilkan. Dengan diskusi bisa bekerjasama dengan siswa yang lain. • Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah kertas lipat, mistar, jangka, busur derajat dan macam-macam bangun ruang.
Indikasi Negatif tentang Kapasitas Guru Matematika Ø
Terdapat adanya mismatch antara latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar. Pada umumnya guru-guru sudah melalui pendidikan S1 walaupun dari bidang study yang berbeda dengan tugas mengajar mereka .
Ø
Beban mengajar guru matematika dan sains pada antara 15-24 jam/minggu.
Ø
Kecenderungan pembelajaran matematika dan sains masih bersifat tradisional (teacher centered) dengan menggunakan metode ceramah. Jarang menggunakan laboratorium untuk kegiatan pembelajaran sains.
Ø
Masih jarang guru matematika yang melaksanakan kegiatan hands-on dalam pembelajaran. Biasanya menggunakan pendekatan konvensional, seperti menjelaskan, memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Metode yang paling disenangi guru adalah ceramah, tanya jawab, tugas dan sesekali kerja kelompok.
Ø
Guru matematika melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran melalui evolusi proses dan evolusi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui pengamatan terhadap kegiatan siswa. Evaluasi hasil belajar pada umumnya melalui ulangan harian/kuis dan tes sumatif. Aspek yang dievaluasi hanya pada ranah kognitif.
Ø
Banyak siswa yang tidak menyenanginya karena mereka kesulitan dalam belajar matematika. Akibatnya mereka malas, kurang perhatian ketika kegiatan pembelajaran.
72
Belajar matematika tergantung kepada guru yang mengajar, jika guru menerangkan dengan baik, maka mudah dimengerti. Ø
Siswa berpendapat kadang kala sulit belajar matematika, karena banyak rumus dan angka, menuntut berfikir, dan materinya sulit. Namun kadang mudah untuk mempelajarinya. Belajar matematika tergantung kepada guru yang mengajar, jika gurur menerangkan dengan baik, maka mudah dimengerti. Siswa ada juga yang berpendapat Matematika adalah pelajaran yang menantang.
Ø
Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengemukakan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada siswa lain.
4.3.2. Kapasitas Guru Sains Indikasi Positif tentang Kapasitas Guru Sains • Para guru sains pernah melakukan pembelajaran selain dengan metode ceramah yaitu ada yang menggunakan, Pembelajaran berbasis masalah, kooperatif learning tipe jigsaw dan NHT, demonstrasi, keterampilan proses dan inkuri, dan metode disesuaikan dengan materi. • Menurut pendapat siswa belajar biologi itu mudah. • Ada upayan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan misalnya :belajar sendiri, jika tidak bisa maka bertanya kepada teman, guru, kakak dan orang tua. Adapula siswa yang membuat strategi sendiri, misalnya untuk menghadapi istilah-istilah latin yang dikaitkan dengan nama-nama yang mudah dan ada disekitar siswa. • Evaluasi pembelajaran sains pada umumnya telah melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses ada yang dipahami sebagai evaluasi formatif sebagai feed back, evaluasi berbasis kelas, aktivitas siswa, dan untuk kerja. Evaluasi hasil ada yang melakukan tes tulis, lisan, dalam bentuk laporan tertulis, dan ulangan harian dan sumatif. • Pada umumnya guru belum merasa puas dengan pembelajaran yang telah dilakukan, walaupun telah dilakukan upaya tetapi tidak mengalami perubahan dari segi hasil belajar, sehingga sangat mengharapkan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi. • Pada umumnya guru menggunakan lebih dari satu buku sumber, dan juga membaca bukubuku tentang materi pelatihan yang telah diperolehnya.
73
• Pada umumnya semua guru pernah melakukan inovasi pembelajaran antara lain : pernah melakukan PTK, memberi penghargaan pada anak, memberikan perbandingan waktu di Inodonesia dan di luar negeri, guru bercerita dulu sebelum mengajar.
Indikasi Negatif tentang Kapasitas Guru Sains Ø Kegiatan hands-on yang dilakukan hanya pada beberapa topic saja. Hal ini disebabkan karena peralatan yang kurang. Ø Ketersediaan alat peraga sangat kurang dan keterampilan guru dalam membuat alat peraga sangat rendah. Ø Pembelajaran sains pada umumnya berlangsung dengan cara konvensional : guru menerangkan konsep, memberi contoh soal dan kemudian siswa mengerjakan latihan soal. Namun ada kelas dimana guru memberikan kuis dan reward dan menggunakan metode diskusi. Ø Pada umumnya siswa tidak menyenangi pelajaran fisika dan juga kimia. Masalah yang dihadapi siswa diantaranya sulit memahami buku sumber, siswa tidak tahu penggunaan konsep yang dipelajarinya dan kurang termotivasi untuk belajar fisika. Siswa mendapat masalah dalam menghadapai rumus-rumus fisika dan kimia, juga menghadapi istilahistilah latin dalam biologi. Ø Siswa pada umumnya tidak memiliki buku sumber lain, selain buku yang diwajibkan. Ø Pada umumnya siswa mempelajari sains dengan memperbanyak latihan soal-soal dan menghapal di rumah. Ø Dalam mengevaluasi hasil belajar, pada umumnya guru sains, mengalami kesulitan dalam membuat format penilaian proses. Jika adapun sulit menerapkannya karena rasio guru dan siswa terlalu besar. Permasalahan lain adlaah evaluasi efektif fan psikomotor dilakukan di akhir blok, hanya untuk memenuhi tuntutan saja. Permasalahan lain adalah format raport yang tidak sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan. Ø LKS yang digunakan dalam pembelajaran adalah LKS yang sudah dibuat oleh penerbit tertentu. Tapi kendalanya terkadang tidak sesuai dengan materi, untuk membuat sendiri tidak ada waktu karena beban mengajar 15-24 jam/minggu. Ø Masalah yang sering muncul dalam pembelajaran sains antara lain : mengkomunikasikan konsep pada siswa, adanya bahasa ilmiah dan banyak rumus, waktu yang tidak cukup.
74
4.3. 3. Pengelolaan Laboratorium di Kabupaten Karawang Ø Adanya biaya yang dianggarkan oleh sekolah untuk mengikuti kegiatan MGMP. Ø Saran yang diberikan guru sains untuk kegiatan MGMP adalah: perlu pengkondisian dan pemantauan dari atas secara formal, perlu menghadirkan expert dalam bidang pendidikan, kegiatan yang dapat melibatkan semua guru dan membahas tentang praktek pembelajaran sains di kelas. Ø Keberadaan lab sains pada umumnya kurang memadai bahkan ada sekolah yang tidak punya laboratorium (SMP 8 ), hal ini disebabkan angggaran biaya untuk lab kurang dan sebagian lagi sedang direnovasi.
5. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF BASELINE SURVEY DI KOTA SURABAYA 5.1
Informasi Pribadi Responden
5.1.1 Kepala Sekolah Pendidikan Kepala Sekolah di Surabaya
S3 0%
D1 S1 0% 0%
D3 0% D2 0%
D1 D2 D3 S1 S2
S2 100%
S3
Pendidikan Kepala Sekolah di Gresik&Sidoarjo
0% 0%
0% 0%
0%
D1 D2 D3 S1 S2
100%
S3
Diagram 5.1.1 Pendidikan Kepala Sekolah
Berdasarkan diagram lingkaran di atas, pendidikan kepala sekolah –sekolah target di kabupaten Pasuruan
sebanyak 100% berpendidikan S2, demikian pula pendidikan
kepala sekolah di sekolah kontrol.
75
5.1.2 Guru Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram berikut ini. Pendidikan Guru Di Surabaya
S2 15.38 %
D1 D2 D3
S1 84.61 %
S1 S2 S3
Pendidikan Guru Di Gresik Sidoarjo
D3 10 %
S2 20 %
D1 D2 D3 S1 S2 S1 70 %
S3
Diagram 5.1.2. Tingkat Pendidikan Guru di Surabaya dan Gersik-Sidoardjo Pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah target 84,61% berpendidikanS1, dan 15,38% berpendidikan S2. Sedangkan pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram lingkaran di atas, yaitu 10% berpendidikan D3, 70% berpendidikan S1 dan 20% berpendidikan S2. Adapun bidang studi keahlian guru-guru di sekolah-sekolah target dan kontrol adalah sebagai berikut.
76
Bidang Studi Keahlian di Sura baya
Bidang Studi Keahlian Guru Di Gresik Sidoarjo
2% 0% 26%
10 % Matematika
10 %
Fisika
46%
Biologi 50 %
Matematika
30 %
Biologi Kimia
Kimia Lainnya
Fisika 26%
Lainnya
Diagram 3.1.3 Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
Bidang studi keahlian dari guru-guru di sekolah– sekolah target terdiri dari 46 % bidang Matematika, 26% bidang Fisika, 26% bidang Biologi, dan 2% bidang lainnya, sedangkan di sekolah-sekolah kontrol 50% bidang Matematika, 30% bidang Fisika, 10% bidang Biologi dan 10% bidang Kimia. Terdapat 2 orang guru di sekolah target yang mengajar di sekolah lain, sedangkan di sekolah kontrol terdapat 3 oarang guru yang mengajar di sekolah lain.
5.1.3 Pejabat Pendidikan Pejabat pendidikan yang disurvey terdiri dari 3 orang dengan tingkat pendidikan 2 orang berpendidikan S2 dan 1 orang berpendidikan S1. Kesepuluh pejabat tersebut telah menjabat di dinas pendidikan antara 1- 23 tahun. 5.2
Informasi Tentang Sekolah Sampel Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 5.2 Rasio Guru Siswa Kabupaten
Kategori
Jumlah Siswa
Rasio guru: Siswa
Target
Jumlah Guru 501
Kab/Kodya Surabaya Kab GersikSidoardjo
7213
1: 14
Kontrol
110
1565
1: 14
Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
77
Table 5.2.Jumlah Siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas Kasus
Tahun
Kab/Kodya Surabaya
Putus Sekolah
2005 2006 2007 Rata-rata 2005 2006 2007 Rata-rata
1 0 4 2 12 4 10 9
Mengulang Kelas
Kab GersikSidoardjo 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
1 0 4 2 12 4 10 9
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir diperoleh informasi 2 orang siswa drop out di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol tidak ada yang drop out.. Sedangkan kasus siswa yang tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebanyak 9 orang di sekolah target dan tidak ada yang tidak naik kelas di sekolah kontrol.
5.3
Kegiatan MGMP
5.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP. Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket dengan respon seperti pada tabel berikut ini. Table 5.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota Surabaya GersikSidoardjo Total
Apakah Anda tahu isi kegiatan Apakah Anda pernah MGMP? mengikuti kegiatan MGMP? Ya Tidak Ya Tidak 7 1 5 3 1
1
1
1
8
2
6
4
Berdasarkan tabel tersebut 7 orang kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi kegiatan MGMP, 1 orang tidak mengetahui, dan 5 orang menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP, 3 orang tidak pernah. Sedangkan di sekolah kontrol 1 orang kepala sekolah mengetahui isi dan pernah mengikuti tentang kegiatan MGMP, dan 1 orang yang tidak mengetahui dan tidak pernah mengikuti kegiatan MGMP.
78
5.3.2 Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada diagram berikut ini. Partipasi Kegiatan MGMP 3.7
4 3
3.2
2
2 1
0.2
0 Jumlah Keg Jumlah hari MGMP
Surabaya Gersik-Sidoardjo
Diagram 5.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
Berdasarkan data di atas guru-guru di sekolah target rata-rata mengikuti 2 kegiatan MGMP selama periode tahun ajaran 2006/2007 dengan rata-rata 3.7 hari kerja dalam satu tahun terakhir. Sedangkan di sekolah kontrol guru-guru
menyatakan telah mengikuti
kegiatan MGMP dengan rata-rata 0.2 kegiatan dalam satu tahun dengan rata-rata 3.2 hari kerja.
5.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP menurut Guru dan Kepala Sekolah Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat ditunjukkan pada diagram 5.3.3 berikut ini:
79
Kekuatan Kegiatan MGMP di Surabaya 79.49
75
75 62.5
43.59
50
51.28
50
46.15
50
50
50
38.46
37.5
25 15.38 12.5
Guru (%) Kepsek (%) Pejabat Dinas (%)
Ke m am pu an Ak ad em ik
M ot iva si
Be rtu ka rP iki ra n
Pe rso ala nK ela s
M eto de Pe m be laj ar an
0
Pe ng eta hu an
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Kekuatan
Diagram 5.3.3a Kekuatan Kegiatan MGMP di Surabaya dan Sidoarjo Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 80 % guru-guru di sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman. Sedangkan dibawah 50 % guru menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Dan hanya 15 % menyatakan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya. Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 50 % menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Terdapat perbedaan pendapat antara pejabat pendidikan, kepala sekolah dan guru, namun dalam hal ini pendapat guru yang lebih diperhatikan karena merekalah yang menjadi pelaksana dalam proses pembelajaran di kelas. Disamping kekuatan MGMP, diungkap pula kelemahan-kelemahannya. Informasi dari guru, kepala sekolah disajikan pada diagram di bawah ini;
80
Kelemahan Kegiatan MGMP di Gresik & Sidoarjo 100
100.00 90.00
Guru (%)
80.00
Kepsek (%)
70.00
Pejabat Dinas (%)
75
75 62.5
60.00 43.59 37.5
50.00 40.00
10.00
38.46
28.21
30.00 20.00
37.5
12.82
10.26 0.0
0
12.5 0.0
5.13
0
0
0.00 Instruktur Materi Kegiatan Tidak kurang m ampu Sesuai
Partisipasi rendah
Koordinasi Lem ah
Kurang dukungan
Lainnya
Diagram 5.3.3b Kelemahan Kegiatan MGMP di Surabaya dan Sidoarjo Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru dan kepala sekolah dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru yang paling menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil guru menghadiri kegiatan pelatihan dan kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut.
5.3.4 Kebutuhan Guru Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti tabel berikut
81
80
80
71.79
71.79
70
60
70 60
60
51.28
48.72
50 40 30 15.38
10
0
Kesempatan Berdiskusi
Objektivitas Penilaian Kepsek
Pemahaman Proses Mengajar
Surabaya
Keterampilan Mengajar
Gresik Sidoarjo
0
Pendalaman Materi
0
0
Lainnya
20
Kebutuhan Guru
Diagram 5.3.4 Kebutuhan Guru di Surabaya dan Sidoarjo Berdasarkan data pada diagram di atas menunjukkan bahwa di kota Surabaya 71,79% guru menyatakan kebutuhan dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 71,79% dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 48,72% dalam memahami proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas penilaian dari kepala sekolah guru yang yang merespon hanya 15,38%, dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi sebanyak 51,28%. Sementara itu guru-guru di sekolah kontrol (Gersik-Sidoardjo), sebanyak 80% guru menyatakan kebutuhan dalam
memperdalam penguasaan materi ajar; 60% dalam
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 60% dalam memahami proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas penilaian dari kepala sekolah guru tidak ada yang merespon, dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi sebanyak 70%. 5.3.5 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala sekolah terhadap Kegiatan MGMP Pada umumnya pejabat pendidikan (100%) menyatakan sangat setuju terhadap penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”. Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan setuju dan 82
sangat setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan.
Sedangkan dampak kegiatan MGMP menurut guru-guru di sekolah target menyatakan bahwa: MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi (46.16%) dan dapat meningkatkan keterampilan mengajar (38,46%). Disamping itu kegiatan MGMP dapat menjadi ajang untuk bertukar informasi (53,84%). Demikian juga berdasarkan guru-guru yang berasal dari sekolah kontrol, 50 % menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat meningkatkan ketrampilan mengajar dan
menjadi ajang untuk bertukar informasi. Sedangkan guru-guru lainnya baik dari
sekolah-sekolah target maupun kontrol tidak memberikan respon untuk seluruh pertanyaan tersebut. 50
50
50
45 40
40
38.46
35 28.21
30 25
17.95
20
20.51 17.95
17.95
15.38
15
12.82 10
10 5.13
5
2.56 2.56 0 0 0
2.56 0
00
0
0
2.56
0
0
SS
STS
00 0
0 STS TS
N
S
SS
STS TS
Gresik Sidoarjo Peningkatan Penguasaan
Materi
Surabaya
N
S
Peningkatan Keterampilan Mengajar
TS
N
S
SS
Saling Tukar Informasi
Diagram 5.3.5 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Guru 5.4 Manajemen Sekolah 5.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam managemen sekolah. Diagram 5.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru pada sekolah target dan sekolah kontrol.
83
120 Surabaya
100
100
100
Gresik+Sidoarjo
80
25
62.5
60
50 75
40 20
37.5
0 0 00 0 0 STS
TS
R
S
SS
Pemeriksaan RPP Guru
STS
TS
R
50 0
00 00 00
0
50
0 0 0 00 S
SS
Keteraturan melakukan Supervisi
STS
0
TS
R
S
SS
Pemberian Penghargaan
Diagram 5.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah
90 80
Gresik Sidoarjo 80 76.92 Surabaya
80
80
69.23
70 60
51.28
50
43.59
40 30 20 15.38
20
10.26
7.69
10 00
00
STS
TS
20
0
00
0
STS
TS
20
15.38
5.13 0
00
00
STS
TS
5.13 0
0 R
S
SS
a
R b
S
SS
R
S
SS
c
Diagram 5.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru;
secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas;
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah di sekolah kontrol menyatakan hal yang
84
sama. Demikian juga menurut pandangan guru di sekolah-sekolah target dan sekolah kontrol, di atas 95 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas;
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah
5.4.2 Komunikasi dan Partisipasi Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan, membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru. Komunikasi Dan Partisipasi 100
100 90 80.0
80
82.1
80.0
75 70.0
69.2
70
63 33.3
60 50 50
50
50
51.3 38
50 50 25.6
50
40 25 12.8
30 20
20
20
20
10.0
7.7 7.7
10 0
00 0 0 00 STS TS
R
0 0 0 0 00
0 S
SS STS TS
Keterlibatan Guru dalam Perumusan Kebij akan
R
0
00 0 0 S
Diskusi Masalah
SS
STS TS
5.1 0 0 0 0 0
R
S
Dukungan Komite
Gresik Sidoarj o
SS STS TS
R
2.6 0 0 00 0 S
SS
Keterlibatan Guru dalam Perumusan Kebijakan
STS TS
R
0 0 S
SS STS TS
Diskusi Masalah
0
0 R
S
SS
Dukungan Komite
Guru Surabaya
Diagram 5.4.2 Komunikasi dan Partisipasi Menurut Kepala Sekolah
Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di sekolah target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan: a. Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah b. Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas.
85
Kepsek
c. Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah 5.4.3 Pengembangan Guru Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru. Berikut ini pada tabel 5.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
Prioritas Pengembangan Guru 120 Guru 100
Kepsek
100 80
100
75.0
70.0 64.1
60
50.0
50
50
50
62.5 33.3
59.0
62.5 30.8
64.1
50 50 37.5
37.5
40
30.8
30 25
20 00
00
00
STS
TS
R
0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 00
0
00
0 S
P rio ritas P elatihan
SS STS TS
R
S
Partisipasi Guru
SS STS
TS
R
S
SS STS
Do rongan untuk M enerapkan P engetahuan dan Keterampilan yang baru
00 TS
2.6 R
00
0 S
5.1 5.1 0 0
SS STS TS
P rio ritas P elatihan
R
5.1
S
P artisipasi Guru
Gresik Sidoarjo
0 0
00
SS ST S
TS
0 R
Surabaya
Diagram 5.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa; a. Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah. b. Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan guru. c. Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran 5.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan
86
S
SS
Do ro ngan untuk M enerapkan P engetahuan dan Keterampilan yang baru
dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah: a. Saya (sekolah) menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; b. Saya (kepala sekolah) mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di kalangan mereka; dan c. Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru (kami diberi kesempatan) mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
Pengembangan Guru Berbasis Sekolah 120
Guru Kepsek
100
100.0
80 75.0 62.5 25.6
60.0
60 50.0
50.0
50.0
50.0 41
40.0
37.5 37.5
40 30.0
30.0
20
20 20
33.3
28.2 12.5 25.6
30.0
25.0 15.4
20
25
0
0 0
0
00
00
0
0
0
TS
R
S
P engo rganisasian P ela tihan
SS ST S
TS
R
S
SS
P em bentuk an Kelo mpo k St udi
ST S
R
2.6 0
0
0 TS
17.9 20.5 12.5 12.5
10
10.0
0 ST S
20.5
17.9
20 10
33.3
S
SS
Kes empata n M engama ti
G resik S ido arjo
ST S
TS
7.7
2.6 2.6 0 0
0 R
S
P e ngo rganisa sian P elat ihan
SS
STS
TS
0
0 R
S
SS ST S
TS
R
S uraba ya
Diagram 5.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
5.5
Budaya Sekolah
5.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini; 2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; 3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar
87
S
SS
P embent ukan Ke lo mpo k Kese mpat an M e ngam at i S tudi
70
70
70.00
70
60.00 17.95
50.00
30.00
Gresik Sidoarjo Surabaya
R
SS
S
R
TS
STS
SS
Kenyamanan Dalam Kerjasama
TS
10 2.56 0 0 0
5.13 0 00 0 S
R
TS
0.00
10.26 0 00 0 STS
10.00
10
17.95
STS
17.95
20.00
SS
30
38.46 38.46
35.90 38.46 30
33.33
S
35.90
40.00
Kebebasan Untuk Kebebasan Meminta Berdiskusi Nasehat
Diagram 5.5.1. Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah kontrol di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan sekitar 20 % lainnya merasa ragu-ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut.
5.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan dengan guru-guru mereka: (1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; (2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan (3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Respon siswa terhadap pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
88
Dukungan Guru Terhadap Siswa 58.82
58.57
60
53.06 49.83
50 32.99
38.78
40
30.43
30.00 26.53
30
39.13
21.77
20
21.50
10.14
11.43
10
1.02
3.40
1.45 1.02
0
0
22.53
18.84
15.99
14.71
13.24
5.44
5.12 1.021.47
SS
STS
11.76
0 STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
TS
R
S
SS
Guru baik dan suka
Kepedulian guru terhadap
Kepedulian guru terhadam
menolong
siswa
PBM
Gresik Sidoarjo
Diagram 5.5.2. Dukungan Guru terhadap siswa Dari diagram di atas dapat dilihat, sebanyak 69% siswa setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru di sekolah target baik dan suka menolong mereka, tetapi hanya 38% siswa yang setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru memahami ketika para siswanya sedang bermasalah, dan 71,66% siswa berpendapat setuju dan sangat setuju untuk pernyataan bahwa para guru peduli terhadap proses belajar siswa. Demikian juga siswa-siswa dari sekolah kontrol berpendapat yang sama. 74,57% siswa setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru baik dan suka menolong mereka, 49,27% siswa yang setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru memahami ketika para siswanya sedang bermasalah, dan 60,57% siswa berpendapat setuju dan sangat setuju untuk pernyataan bahwa para guru peduliterhadap proses belajar siswa. Dari analisa terhadap hasil angket tersebut, guru-guru masih perlu meningkatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa-siswa mereka, karena kurang dari 50% siswa yang merasa diperhatikan oleh guru ketika mereka sedang bermasalah. Secara rinci respon siswa di Kota Surabaya. Tabel 5.5.2a Dukungan Guru Terhadap Siswa di Kota Surabaya Jawaban Siswa 1
2
3
4
5
Siswa Menjawab
a
3
10
78
156
47
294
b
3
64
114
97
16
294
c
3
15
63
146
66
293
Soal A1
89
Surabaya
Secara rinci respon siswa di Kab Gresik dan Sidoarjo Tabel 5.5.2a Dukungan Guru Terhadap Siswa di Kab. Gresik dan Sidoarjo
1
2
3
4
5
Siswa Menjawab
a
0
0
21
41
8
70
b
1
13
21
27
7
69
c
1
9
10
40
8
68
Soal A1
5.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas; 2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan 3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
Dukungan Antar Siswa 70 61.9
60 50 40
51.4 52.9 47.1 35.0 35.7
33.0 34.3
26.9 25.7
30
10.5 0.7 1.4
11.4
10.210.0 1.0 0.0 0.0 0.0
4.4 0.0
Surabaya Gresik Sidoarjo
Bekerja sama dgn sisw a lain
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
0
Kebebasan berdiskusi
S
12.9
R
9.5 5.4 2.9 0.7 1.4
TS
10
ST S
20
SS
49.3
64.3
Bantuan kepada teman sekelas
Diagram 5.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa Respon siswa-siswa di sekolah-sekolah target terhadap tiga pertanyaan di atas dapat dilihat pada diagram di atas. Sekitar 84,3% siswa-siswa setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang bekerja sama dengan siswa lain, 84,4% siswa setuju dan sangat setuju 90
mereka merasa bebas untuk berdiskusi dengan teman-teman sekelas, dan 88,8% siswasiswa setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang memberi bantuan kepada rekanrekannya di kelas. Hal yang sama terjadi pada siswa-siswa di sekolah kontrol, mereka memberikan respon positif terhadap kerjasama dan saling membantu dengan teman sekelasnya. Untuk ketiga pertanyaan di atas siswa-siswa yang menyatakan setuju dan sangat setuju sekitar 75%. 5.5.4 Dukungan Orang Tua dan Dorongan kepada Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting; 2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan 3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah. Dukungan Orang Tua 80
78.57
70
64.29 55.71
55.71
60
50.68 48.46
50 35.15
32.86
40
30.00
30 20.75
21.43
20.07
17.01 14.29 9.86
12.29
20
12.86
8.57 1.43 1.43 0.68 0.000.00 0.00
10
2.38 0.00
1.37 2.73 1.43 0.00
Gresik
Kesungguhan belajar
SS
S
R
TS
SS
S
R
TS
Bantuan orang tua
ST S
Surabaya
ST S
SS
S
R
TS
ST S
0
Bantuan orang tua
Diagram 5.5.4 Dukungan Orang Tua kepada Siswa Terhadap ketiga pertanyaan yang berkaitan dengan dukungan orang tua terhadap siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan sekolah-sekolah kontrol diatas 75% siswa-siswa menyatakan setuju dan sangat setuju.
91
5.6
Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika
5.6.1 Kerja Kelompok Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut kerja kelompok: 1) Kami mempunyai kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran matematika/sains di kelas kami; 2) Kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di kelas kami; dan 3) Guru sains/matematika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini. Diagram 3.1.6a Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika 70 61.43
50
48.57
44.37
40 27.99 20.00 12.67
13.65
2.73 2.86
2.86
14.29
11.43 5.14
2.86
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
13.31 1.43
0
Kegiatan belajar dalam kel kecil
23.89 22.86
6.48
Diskusi Matematika dalam kelompok
Srg
12.86
K
11.26
20
15.71
J
20
27.30 29.01
22.86 21.92
24.66
Tp
30
10
40.00
35.62
S
60
Bantuan guru untuk belajar bersama
Surabaya Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.1 Kerja Kelompok dalam Pelajaran Matematika Berkaitan dengan pembelajaran Matematika, siswa-siswa di sekolah-sekolah target hanya 16,38% yang menyatakan sering dan selalu bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, hanya 27,06% yang menyatakan sering dan selalu pembelajaran matematika dilaksanakan dalam kelompok, dan 52,9% menyatakan guru mendorong siswa untuk belajar bersama dengan siswa lain.
Demikian pula siswa-siswa di sekolah-sekolah
kontrol, rata-rata 25% siswa berpendapat bahwa pembelajaran matematika dilaksanakan dalam kelompok kecil, 62% siswa menyatakan sering dan selalu guru memberikan dorongan pada siswa untuk belajar dengan siswa lain. 92
Sedangkan untuk pembelajaran sains (Diagram 3,1,5b) diperoleh informasi, 36,07% siswa menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil, 46,82% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok, dan 58,16% menyatakan sering dan selalau guru mendorong siswa untuk belajar bersama dengan siswa lain. Berbeda dengan jawaban siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol, ratarata 55,72% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil, 68,57% menyatakan sering dan selalu pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok, dan 74,28% menyatakan sering dan selalu guru mendorong siswa untuk belajar bersama dengan siswa lain. Dari informasi tersebut ternyata pembelajaran matematika belum memanfaatkan secara maksimal pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk belajar dalam kelompok. Disaming itu ternyata sekolah-sekolah kontrol aktivitas pembelajaran dalam kelompok lebih sering dilakukan dibandingkan dengan pembelajaran di sekolah-sekolah target.
Diagram 3.1.6b Kerja Kelompok dalam Pelajaran Sains 50
45.71
45 40 35
30.95
30
27.14
25.51
25 20
16.33
15
5
28.57 25.51
17.14
15.99 11.56
11.56 8.57
7.14
7.14
5.78 2.86
1.43
28.57 27.21
24.83
21.43
20.07
10
40.00
37.07
35.71 34.29 34.29
4.76 1.43
1.43
Kegiatan belajar Sains dlm kel Diskusi Sains dalam kelompok kecil
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0
Bantuan guru Sains untuk belajar bersama
Surabaya Gresik Sidoarjo
5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, terkait dengan penggunaan bahan-bahan (media pembelajaran) yang konkret: 1). Guru sains/matematika kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; 2). Guru sains/matematika kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan 93
3). Kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika. Jawaban siswa –siswa yang diperoleh dari angket disajikan dalam diagram 5.6.2a dan diagram 5.6.2b. Diagram 5.6.2a menyajikan informasi tentang jawaban siswa tentang penggunaan media pembelajaran matematika, dalam diagram tersebut 76,87% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ”Guru matematika kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas”, 65,64% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ” Guru matematika kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan seharihari untuk pembelajaran di kelas”, dan 77,88% menyatakan sering dan selalu ” Kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran
matematika”. Hal senada dijawab oleh siswa-siswa dari sekolah-sekolah
kontrol. Diagram 3.6.2a Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika 45
42.86 41.43
40
37.41
35
36.73 34.29 32.86
32.86 28.91
30
25.85 23.47
21.77
15.31
15.71
14.97 12.59
10.88
10
10.00
7.82
6.80
5.71
S
Sr g
K
J
Tp
S
Sr g
K
J
Tp
Pe nggunaan Be rbagai Alat Pe rga
Alat Peraga be ras al dari k ehidupan s ehari-hari
1.43
Ke se m patan Berek sploras i
S
0.340.00
Sr g
1.43
0
K
2.86
J
15.99
15
5
21.43
17.14
Tp
25 20
41.16
40.00
Surabaya Gresik Sidoarjo
Diagram 5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Matematika
94
Diagram 3.6.2b Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Sains 50
50.00
45
41.43 40.00
40
38.44 31.97
35.71
34.35
34.29
35
32.99
32.31 29.59
30 24.29
24.15
25
20.00
20
18.57
17.14
13.95
14.97
13. 95
13. 27
15 10 5
7.14
5.71
7.14
7.14
5.10
4.29 1.43
0.68 0.00
0.00
0 Tp
J
K
Srg
S
Tp
J
K
Srg
S
Tp
J
K
Srg
Penggunaan Berbagai
Alat Peraga berasal
Kesempatan
Alat Perga
dari kehidupan
Bereksplorasi
S
Surabaya Gresik Sidoarjo
sehari-hari
Diagram 5.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Sains Sedangkan untuk penggunaan media dalam pembelajaran sains diperoleh informasi sebagai berikut; 53,09% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ”Guru sains kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas”, 52,38% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang ” Guru sains kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas”, dan 75,71% menyatakan sering dan selalu ” Kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains”. Dari informasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran matematika dan sains masih kurang memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi yang berasal dari kehidpan sehari-hari. Dengan demikian seyogyanya guru-guru dapat menfaatkan hal tersebut untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya. 5.6.3 Tukar Pendapat Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut tukar-menukar pendapat: a. Dalam kelas sains/matematika kami, guru mendorong kami mendengarkan
95
gagasan dan pemikiran siswa lain; b. Dalam kelas sains/matematika kami, saya merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan c. Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Diagram di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan tersebut.
Diagram 3.6.3a Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika 47.14
45.71
50
44.22
42.52
45
40.00
36.73
40
34.29
35 26.19
30
28.23
27.14 25.17
22.86
24.29
25.85
22.86
21.43 20.00
25 15.65
20 9.86
15 10
4.08 1.43
9.18
7.82 5.71
4.29
2.86
2.38 0.00
0.681.43
5 0 Tp
Surabaya Gresik Sidoarjo
J
K
S rg
S
Do ro ng a n unt uk m e nd e ng a r p e nd a p a t
Tp
J
K
S rg
S
b e rt uk a r p ik ira n d e ng a n s is wa la in
Tp
J
K
S rg
S
P e m a ha m a n m e nd a la m d g n t uk a r p e nd a p a t
Diagram 5.6.3a. Tukar Pendapat pada Pembelajaran Matematika Dari diagram di atas diperoleh informasi, 70,41% menyatakan sering dan selalu guru matematika mendorong mereka mendengarkan gagasan dan pemikiran siswa lain; 64,96% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas matematika, kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan 63,95% menyatakan sering dan selalu “Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya”. Untuk sekolah-sekolah kontrol diperoleh informasi 72,85% menyatakan sering dan selalu guru matematika mendorong mereka mendengarkan gagasan dan pemikiran siswa lain; 70% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas matematika, kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan 54,29% menyatakan sering dan selalu “Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya”. Sementara itu untuk mata pelajaran sains (diagram 5.6.3b) diperoleh informasi 96
63,63% menyatakan sering dan selalu
guru sains mendorong mereka mendengarkan
gagasan dan pemikiran siswa lain, 60,76% menyatakan sering dan selalu “Dalam kelas sains, kami
merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain”, dan
63,82%
menyatakan sering dan selalu “Saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya”. Hal senada informasi yang diperoleh dari siswa-siswa dari sekolah kontrol. Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains Surabaya
43.00
41.50 40.00
Gresik Sidoarjo
44.29 41.43 40.27
31.43
30.00
29.69 28.57 23.13 21.09
26.28
24.29
23.5522.86
21.43 17.75
11.90 7.14
2.86
2.39 0.00
2.38 0.00 Tp
J
7.85 5.71
7.17
K
S rg
S
D o ro nga n unt uk m e nde nga r pe nda pa t
Tp
J
K
2.05 0.00 S rg
S
be rt uk a r pik ira n de nga n s is wa la in
Tp
J
K
S rg
S
P e m a ha ma n m e nda la m dgn t uka r pe nda pa t
Diagram 5.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Sains
5.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran: a. Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa; b. Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya; dan c. Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya. Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan matematika.
97
5.7
Hasil Belajar Siswa Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai indikator dari aspek berikutnya. 5.7.1 Tes Akademik Hasil tes akademik Sains dan Matematika di sekolah Target dan sekolah kontrol ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini. Tabel 5.7.1 Skor Tes Akademik Sekolah Target Test Sains Matematika
N 295 295
Maximum
Minimum
Mean
SD
9
2.67
5.89
1.05
10
1
5.84
1.64
Table 5.7.1 Skor Tes Akademik Sekolah Kontrol Test Sains Matematika
N 69 69
Maximum
Minimum
Mean
SD
5.57
2
5.57
1.17
9
2.5
5.9
1.69
Test Scores Academic Of Science 6 5.9 5.8 5.7 5.6 5.5 5.4
Test Scores Academic Of Mathematics
Rata-rata Sains
Surabaya
5.95 5.9 5.85 5.8
Rata-rata Matematika Surabaya
Gresik Sidoarjo
Gresik Sidoarjo Daerah
Daerah
Diagram 5.7.1 Skor Tes Akademik
Diagram
5.7.2
Skor
Tes
Matematika Berdasarkan tes akademik yang diberikan pada siswa-siswa dari sekolah-sekolah kelompok target diperoleh rata-rata nilai Matematika 5,84 dan rata-rata nilai Sains 5,89, sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh dari siswa-siswa kelompok kontrol adalah 98
Akademik
Mateamtika 5,9 dan Sain 5,57. Tabel 5.7.2 Skor Tes Akademik Berdasarkan Kabupaten Provinsi JATIM
T/C T C
Kotamadya / Kabupaten Surabaya Gresik Sidoarjo
Sains
Matematika Mean SD
Mean
SD
5.89
1.05
5.83
1.64
5.57
1.17
5.9
1.69
5.7.2. Hasil UAN Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Surabaya-Gersik. NILAI UAN MATEMATIKA 10 9 8
9.06
9.07 8.36
8.52
8.34 7.6
7.26 7.48
7.94 8.17 7.95
8.49 8.4 7.55
7.33 7.37
8.57
SMP N 2 Surabaya
8.36
8.06
SMP N 19 Surabaya
7.35
7.14
7
6.4
6
SMP N 21 Surabaya SMP N 22 Surabaya
5
SMP N 26 Surabaya 3.73
4
SMP N 29 Surabaya
3
SMP N 33 Surabaya
2
SMP N 38 Surabaya
1
0
0
2005
2006
2007
Diagram 5.7.2a. Hasil UAN Matematika di Kota Surabaya
Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dilihat pada tahun 2005 nilai UAN Matematika yang tertinggi adalah 9,06, tahun 2006 dengan nilai 8,52 , dan tahun 2007 dengan nilai 8.6, ketiga tahun berturut dicapai oleh SMPN 2 Surabaya.
99
Nilai UAN Bahasa Indonesia 12
8.33 8.53 8.42
8.49 8.4 8
7.11
10
9.4
9.33
10
8 8.16 6.89
8.76 8.57
8.23 8.43 7.51 7.14
8.2
8.74 8.55 8.41
SMP N 2 Surabaya 7.89
6.01
6
SMP N 19 Surabaya SMP N 21 Surabaya SMP N 22 Surabaya SMP N 26 Surabaya
4
SMP N 29 Surabaya SMP N 33 Surabaya
2
SMP N 38 Surabaya
0 2005
2006
2007
Diagram 5.7.2b. Hasil UAN Bhs. Inodenesia di Kota Surabaya
Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9,33, tahun 2006 dan tahun 2007 nilai tertinggi juga dicapai oleh SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9.4 dan 10. NILAI UAN BAHASA INGGRIS 10 9 8
9.33 8.04
7.8
7.63
9.4
9.2
7.43 7.27
7.31 7.09
7.71
8.56
8.19 8.26
8.14 7.37
7.13
7.42 7.66
7.19
SMP N 2 Surabaya SMP N 19 Surabaya
6.49
7 6
9.36
SMP N 21 Surabaya
5.34
SMP N 22 Surabaya 4.47
5
SMP N 26 Surabaya SMP N 29 Surabaya
4
SMP N 33 Surabaya
3
SMP N 38 Surabaya 2 1 0 2005
2006
2007
Diagram 5.7.2c. Hasil UAN Bhs. Inggris di Kota Surabaya
Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2005 dan tahun 2007 nilai tertinggi diperoleh oleh SMPN 33 Surabaya dengan nilai 9,33 dan 9.4, nilai terendah tahun 2005 diperoleh oleh SMPN 21 Surabaya dengan nilai 5,34, tahun 2007 nilai terendah 7.13 diperoleh oleh SMPN 21 Surabaya, sedangkan pada tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMPN 2 Surabaya dengan nilai 9.36 dan nilai terendah dicapai oleh SMPN 38 Surabaya dengan nilai
100
4,47. Nilai UAN di kabupaten Gersik Sidoarjo dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.7.2 Nilai UAN di Kabupaten Gersik Sidoarjo
SMPN 2 Gersik SMPN 1 Sidoarjo
Bahasa Indonesia 2005 2006 2007
Bahasa Inggris 2005 2006 2007
Matematika 2005 2006 2007
8.18
7.92
8.58
6.92
7.57
7.61
8.38
8.55
9.25
0
8.97
0
0
8.69
0
0
9.1
0
5.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Pada
umumnya
saya
mengerti
dan
dapat
mengikuti
pembelajaran
sains/matematika di kelas; 2) Saya senang belajar pada pelajaran sains/matematika ; dan 3) Saya ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi. Pemahaman dan Minat Siswa 70
62.86
60
Surabaya
54.42
Gresik Sidoarjo
49.29
50
40.71 39.29 39.69 36.12
46.09
40 30
24.15
20
20
18.91 18.57
S
SS
R
3.58 1.43 0.00
TS
SS
S
1.70
R
TS
ST S
SS
S
R
1.43 2.89 2.14 0.51
ST S
2.55 0.17 1.43 0.00
ST S
0
24.29
15.71
TS
10
25.85
24.66 22.86
18.71
Mayoritas Siswa
Mayoritas Siswa
Siswa Ingin Belajar
Memahami Materi
Mengikuti Pelajaran
di Tingkat yang lebih Tinggi
Diagram 5.7.3a. Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika
Rincian Respon Pemahaman dan Ketertarikan Siswa terhadap Pelajaran Sains dan Matematika
101
Diagram 3.7.2a Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
60.00
60
Surabaya
51.70
Gresik Sidoarjo
50 44.29 41.50
41.43 41.43 38.91
40
35.84
30
31.29 28.57
24.29 24.49
23.47 21.43
20.41
19.45
20 14.29 10
14.29
3.06 2.86 2.86 0.68
0.34 3.06 0 1.43
2.05 0
0 ST S
TS
R
S
SS
STS
TS
M e nge rt i da n da pa t m e ngi k ut i pe la ja ra n M a t e m a t ik a
R
S
SS
ST S
Se na ng be la j a r
3.75 2.86 TS
R
S
SS
Ingin B e l a ja r M a t e m a t ik a di t ingk a t l e bih tinggi
Diagram 5.7.3b. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Diagram 3.7.2b Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Sains Surabaya
65.71
70
Gresik Sidoarjo 57.14
54.29
60
50.68 50 40.48 40.00 37.14 36.39 40 28.23 27.14
23.81 15.71
0 0
17.01
17.14
2.04 1.43
0.34 0
18.03 17.14
30
22.86 18.37
20
2.72 1.43
1.36 0
10
3.40 0
0 STS
TS
R
S
SS
M engerti dan dapat mengikuti pel
ST S
TS
R
S
Senang belajar
SS
ST S
TS
R
S
SS
Ingin Belajar Sains di tingkat lebih tinggi
Diagram 5.7.3c. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Sains
102
Dari kedua diagram diatas dari siswa-siswa di sekolah-sekolah target diperoleh informasi, 72,11% dan 74, 15% menyatakan setuju dan sangat setuju menyatakan ” Pada umumnya saya mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas”, 72,79% dan 76,91% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya senang belajar pada pelajaran sains/matematika”, dan 73,61% dan 76,87% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi”. Sedangkan untuk siswasiswa di sekolah-sekolah kontrol persentasi itu masing-masing lebih tinggi sekitar 10%an. 5.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains kepada siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut; 1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari. 2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik. 3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami 4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari. 5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan tabel dan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika dan Sains Tabel 5.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika Responden
Siswa
Alternatif Jawaban 1 2 3 4 5
Kota Surabaya
Kab. Gresik, Sidoarjo
n
%
n
%
36
2.517483
7
2.121212
120
8.391608
29
8.787879
402
28.11189
88
26.66667
559
39.09091
153
46.36364
313
21.88811
53
16.06061
103
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika 60 50
47.28
47.83
48.81
47.14 43.00
37.41
40
27.14 25.85
45.70
44.71
38.67
37.54 35.71
35.71
33.33
30
56.86
58.57
31.43 27.45
27.21
25.71 22.79
20 8.84
0
8.70 5.10 8.16 4.29
7.14
1.36 0.00
Matematika sulit dipelajari
Surabaya
10.14 5.12 2.86 4.29 1.37
10.00 7.17
14.06 11.26 8.57
1.43 0.68 0.34 0.00
1.56 0.00 0.000.00
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
10
15.69
15.99
Gresik Sidoarjo
Materi Matematika menarik
Materi Matematika mudah
Materi Matematika berguna
Materi Matematika berguna untuk
Diagram 5.7.4a. Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Tabel 5.7.5 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Sains
Responden
Alternatif Jawaban
Siswa
1 2 3 4 5
Kota Surabaya n %
Kab. Gresik, Sidoarjo N %
32
2.244039
13
3.927492
135
421.875
31
9.365559
338
250.3704
70
21.14804
622
184.0237
144
43.50453
299
48.07074
73
22.05438
104
Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains 60
58.50
55.71
51.79
51.43 48.57
50
49.02
47.44
45.58 40.61
40
40.00
38.10
34.29
38.44
34.29
33.33
29.41 30.00
29.08
30 24.29 18.37 15.99
17.14
18.57
17.14
15.94
15.69
14.29 12.59
10.2
Sains sulit dipelajari
Materi Sains menarik
Gresik Sidoarjo
3.92 3.19
1.43
1.96
0.68 0.00 0.00
R S SS
TS
0
S SS STS
R S SS STS
0
TS
S SS STS
R
STS TS
Surabaya
0.34
0
R S SS STS
0
0
7.14
3.06
2.86
1.36 0.34
R
2.86
2.38
TS
10
11.26
TS
20
21.43
Materi Sains Materi Sains Materi Sains mudah dipahami berguna sehari- berguna untuk hari ilmu lain
Diagram 5.7.4b. Kepuasan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap proses pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut; 1). Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan. 2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika (sains)yang dilakukan. 3). Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan. 4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains). Informasi yang diperoleh disajikan pada dua diagram di bawah ini. Dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 64% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Matematika yang dilakukan menyenangkan, 54% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang dilakukan, 20% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika
105
yang dilakukan membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar matematika.
Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika
Surabaya Gresik Sidoarjo
60 55.71
50 42.86
41.98
40
36.18
38.57
38.91 38.57
37.14 36.18 33.79
29.35
34.81
27.14
30
9.22
11.43
1.43 1.37
12.29
10
7.17 7.14
4.29
10
17.14
16.04 15.70 11.43
18.09
20
26.62 25.71
27.14 26.96
25.71
7.14
8.57 7.85
3.07
2.05 1.43
2.39 1.43
Pembelajaran Matematika menyenangkan
SS
S
R
TS
STS
S
belajar Matematika membosankan
SS
R
TS
STS
S
Semangat tinggi
SS
R
TS
STS
S
SS
R
TS
STS
0 malas belajar matematika
Diagram 5.7.4c. Pandangan Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Sedangkan untuk pelajaran Sains dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 83% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Sains yang dilakukan menyenangkan,
60% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Sains yang dilakukan, 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Sains yang dilakukan membosankan, dan 8% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar Sains.
106
Pandangan Siswa tentang Pelajaran Sains 60.00
Surabaya
60
Gresik Sidoarjo
52.22
50
45.71 43.34
44.37 42.32
42.86
40.00
40
34.81 31.43
35.71
30
29.01
26.96 18.43 15.71
20
24.29
22.87 21.43
21.43 20.48
22.86
20.82
17.75
17.14 12.86
S SS STS
TS R
S SS STS
Pembelajaran Semangat tinggi belajar Sains membosankan Sains menyenangkan
S SS
2.86 1.37 1.43
0
TS R
S SS STS
4.44
3.07
0.34 0
TS R
STS
0
7.17
3.75 1.43
0.34 0
TS R
6.14 2.86
10
malas belajar Sains
Diagram 5.7.4e. Pandangan Siswa terhadap Pelajaran Sains
Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika itu sulit tapi mereka masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika, hal ini ditunjukkan bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika membosankan dan tidak setuju bahwa mereka malas belajar matematika. Selanjutnya disajikan tabel dan diagram respon siswa terhadap aktivitas siswa pada waktu belajar
Matematika dan Sains. Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu
belajar matematika dan sains, respon siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1). Kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada Saya dan teman-teman bertukar pikiran. 2). Pada belajar matematika yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu. 3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika yang dilakukan 4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains. 107
Aktivitas Belajar Matematika 70 64.71 61.43 58.82
60
58.16
54.11 44.29
50
46.94
32.42
40
37.41
35.49
30.88
27.14
30
23.63 15.75
16.18 12.86
8.19 4.42
belajar Matematika hanya mendengarkan
belajar Matematika dengan aktif
SS
S
R
TS
STS
0
S
STS
SS
S
R
0
TS
STS
SS
S
R
Kesempatan bertukar pikiran
2.04
0.34
0.68
0
TS
STS
0
4.41
5.88
4.41
4.10
R
1.43
0.68
0
10.54
5.82
TS
10
18.71 14.71
15.71
SS
20
20.75
21.43 19.80 15.71
belajar Matematika secara kolaboratif
Surabaya Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4f. Aktivitas Belajar Matematika
Berkaitan dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa diperoleh informasi sebagai berikut, pada pembelajaran Matematika sekitar 87% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman bertukar pikiran, 40% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar
matematika yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 57% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar matematika yang dilakukan, dan 76% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika.
108
Aktivitas Belajar Sains 69.12
70
63.24
60.88
60.29
60 47.06 33.33
50
10
20.59 20.75 16.67 16.18
3.06 0.34 0 0
9.52 7.35 3.41 2.94 0.34 0
3.40 0
STS TS R S SS STS TS R S SS STS
0
19.05 10.29
Kesempatan bertukar pikiran
belajar Sains hanya mendengarkan
17.06 14.71
23.47 11.76
26.47 22.11
2.72 1.47 00
TS R S SS STS TS R S SS
20
45.39 33.79 19.12
32.99 29.41
40 30
51.70
belajar Sains dengan aktif
belajar Sains secara kolaboratif
Surabaya Gresik Sidoarjo
Diagram 5.7.4f. Aktivitas Belajar Sains Dan untuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada pelajaran sains diperoleh informasi sebagai berikut, sekitar 77% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar sains yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman bertukar pikiran, 42% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar sains yang dilakukan
lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar sains yang dilakukan, dan 83% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar sains. 5.7.5 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas Berkaitan dengan penelitian tindakan kelas kepada guru-guru diajukan beberapa pertanyaan mengenai rencana dan pelaksanaan PTK. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah; (a). Selama menjadi guru saya melakukan PTK (b). Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran. (c).
Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
(d).
Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
(e).
Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
(f).
Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
(g).
Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar.
Jawaban guru-guru terhadap pertanyaan tersebut disajikan pada diagram di bawah ini; 109
P e l a k sa n a a n P TK 120 Gr esi k Sidoar j o 100
Sur abaya
100
100
90
90 87 77
80
74
70 60
60
50
46
40 41
40
31 26
26
20
20
36
28 30
31
28
21
21
10
8 0
10
3
10
5
0
00 0
SS
STS
0
00
00
STS
TS
21
10
10
5 0
00
0
5 0
5
3 0 0 0
10
5
0
0
TS
R
3 0
3
3
0
STS
TS
R
S
TS
a
R
S
SS
b
R
S
SS
c
STS
TS
R d
S
SS
STS
TS
R
S
e
SS
STS
S
SS
STS
TS
f
Diagram 5.7.5a. Pelaksanaan PTK Sekitar 81% guru-guru menyatakan
tidak pernah, jarang dan ragu-ragu bahwa
selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 80% menyatakan sering dan selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 63% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi pembelajaran, 88% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 84% menyatakan tidak pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 82% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 90% menyatakan tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolahsekolah kontrol. Selanjutnya untuk mengungkap pentingnya penelitian tindakan kelas untuk guru diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagi berikut; (a). Saya tertarik pada PTK (b). PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme saya. (c). PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya meneliti. (d). PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. (e). PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut;
110
3
0
0
R g
00
00
S
SS
Pent i ngny a PT K 80 70
70
70
64.10 60
58.97
56.41
60
60 58.97
53.85 50 50
50 40 40
35.90 30
33.33
40
35.90
33.33
28.21
30 20 20 10
c
d
SS
S
R
TS
STS
S
2.56 2.56 0 00 0
SS
R
TS
SS
STS
2.56 2.56 0 00 0
S
R
TS
SS
S
R
SS
TS
b
STS
5.13 2.56 0 00 0
2.56 2.56 0 00 0
STS
Gresik Sidoarjo a Surabaya
S
R
TS
0
2.56 2.56 0 00
STS
10
e
Diagram 5.7.5b. Pentingnya PTK Sembilan puluh dua persen guru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru tertarik pada PTK, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme guru, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru karena dapat meningkatkan kemampuan guru meneliti, 92% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, dan 94% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendapat serupa disampaikan pula oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol. Untuk mengetahui kegunaan PTK , kepada guru-guru di sekolah target dan kontrol diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; (a). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (b). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat. (c). Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi guru. (d). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah. Jawaban guru terhadap pertanyaan di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini
111
Kegunaan PTK 90
Gresik Sidoarjo
80
80
Surabaya
70
51.28
60 58.97
60
60 60
56.41
51.28
50
40
35.90
40
33.33
33.33
30.77
30
30
30 20
00
10
5.13
0 0
0
10
7.69
0 0
0
7.69
5.13 2.56 0
00
00
TS
00
TS
10.26
STS
10
STS
20
0
a
b
c
d
Diagram 5.7.5c. Kegunaan PTK Dari diagram di atas diperoleh informasi 87 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 88% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat, dan 89% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi sertifikasi guru, dan 81% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah. Berdasarkan analisa terhadap diagram tabel yang sama jawaban guru-guru di sekolahsekolah menjawab hal yang senada. Selanjutnya untuk mengungkap kesulitan
guru-guru dalam melaksanakan PTK
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; (a). Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. (b). Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah. (c). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK. (d). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data. (e). Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK (f). Saya mengalami kesulitan dalam menulis laporan. 112
SS
S
R
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
0
(g). Saya belum memahami prosedur PTK Informasi dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram di bawah ini;
100
90
90
90
Gresik Sidoar jo
90
80
Sur abay a
80
70
70
60
60 50
48.72 43.59
38 .46
40
10
10 2.56
0
0
5.13
0
00
0
0
0
0
0
0
15.38
10 10 5.13
00
10 10
10
5.13
5.13 2.56
0
0
0
00
10 0
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
0
00
15.38
10 5.132.56
33.33 30.77 30.77
20
17.95
10 5.13
35.9 035.90 28.21
30
25.64 15.38
23.08 23.08
20.51
20
43.59
38.46 30.77
28.21
30 10
70
a
b
c
d
e
f
g
Kesulitan PTK
Diagram 5.7.5d. Kesulitan PTK Dari diagram di atas diperoleh informasi 50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah, 52% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 53% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 53% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK,
51% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 53 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 63% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK.
113
6. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KOTA SURABAYA
6.1. Kapasitas Guru Kompetensi guru matematika dan sains baik sekali. Interaksi sesama guru juga baik sekali. Sikap dan loyalitas guru-guru pada profesi dan sekolahpun juga baik sekali. Kinerja guru matematika dan sains pada umumnya baik. Upaya Kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dengan memberi fasilitas dan kesempatan untuk mengikuti kegiatan MGMP, Workshop dan pelatihan. Di sekolah diadakan pelatihan pemanfaatan ICT untuk pembelajaran
dengan mendatangkan instruktur. Kegiatan diadakan 2 kali
dalam seminggu setelah jam pelajaran siang. MGMP sekolah diadakan kegiatan tiap 2 minggu sekali yaitu hari Rabo namun sering tidak berjalan sesuai rencana. Interaksi antar guru di sekolah baik, saling diskusi dan tukar pengalaman bila mereka mengikuti pelatihan atau workshop diluar sekolah. Sikap guru matematika dan sains juga baik, mereka welcome dan merespon postip terhadap kegiatan baseline survey yang diadakan di sekolah tersebut. Keterlibatan guru di kegiatan MGMP cukup baik. Untuk kegiatan MGMP kota sekolah memberi tugas kepada guru sain dan matematika secera bergilir. Sedang untuk kegitan MGMP sekolah diadakan setiap hari Rabu. Untuk hari itu para guru sains dan matematika dikosongkan dari jadwal mengajar. Kegiatan akademik yang dilakukan guru matematika dan sains di luar maupun di dalam sekolah selain mengajar adalah mengikuti pelatihan atau workshop yang sesuai dengan bidang studi masing-masing. Sekarang ini sekolah mengadakan pelatihan pemanfataan ICT untuk pembelajaran dan pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Bahan ajar Biologi menggunakan buku yang diterbitkan penerbit Sunda Kelapa, sedang buku Fisika menggunakan penerbit Intan Pariwara. LKS yang digunakan adalah LKS yang dikembangkan oleh MGMP kota. Silabus menggunakan acuan dari silabus yang dikembangkan pusat (puskur) yang disesuaikan dengan sekolah dan didiskusikan dalam MGMP sekolah RPP dikembangkan oleh guru sendiri sebelum melaksanakan pembelajaran Alat peraga sains/fisika : KIT Termofisika, Optika, (listrik), Mekanika Alat peraga sains/biologi : beberapa torso dan poster CD pembelajaran IPA Alat-alat laboratorium dan alat peraga tersebut sering digunakan (70% pembelajaran menggunakan alat peraga/media) Kendala dalam pemanfataanya : beberapa CD pembelajaran gambarnya 114
kurang bagus. Jumlah peralatan/alat peraga tidak sesuai dengan jumlah kelompok. Kegiatan hand on sering dilakukan dalam pembelajaran, misalnya membuat model paru-paru dari balon udara; bekas bungkus ciki, juga menggunakan peralatan laboratorium yang ada. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menanyakan kepada siswa apakah pembelajaran yang diselenggarakan terlalu cepat, kurang dipahami, tidak menarik. Jawaban siswa digunakan untuk refleksi dan perbaikan pembelajaran yang berikutnya. Evaluasi proses
dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan praktikum/percobaan,
diskusi. Evaluasi hasil dilakukan tes hasil belajar berupa penguasaan konsep-konsep yang dilakukan setelah beberapa kali pertemuan untuk pokok bahasan tertentu. Guru belum merasa puas terhadap setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru sering merasa terlalu cepat. Cara mengatasi dengan bertanya kepada siswa apakah sudah memahami konsep yang telah disampaikan, kemudian diulangi lagi. Guru selalu berupaya agar pembelajaran lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Caranya dengan bertanya dan berdiskusi dengan teman-teman guru dan teman-teman instruktur Siswa menggunakan buku paket yang tersedia di perpustakaan. Guru menggunakan referensi yang sesuai yang diterbitkan berbagai penerbit
6.2. Implementasi Kegiatan MGMP Kontribusi sekolah terhadap kegiatan MGMP relatif besar. Sekolah mendukung baik secara moril dan material. Kegiatan MGMP kota dan MGMP sekolah dijadwalkan hari Rabu, maka sekolah mengosongkan jadwal mengajar bagi guru-guru matematika dan sains pada hari tersebut. MGMP kota diadakan sekali dalam sebulan. Sekolah mengikutsertakan guru-guru secara bergiliran. Menurut Kepala Sekolah MGMP sangat berperan dalam pembinaan guru dalam meningkatkan profesionalisme guru. Beliau menyarankan MGMP kota menyusun program-program yang berkaitan langsung dengan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dengan mendatangkan nara sumber yang terkait dengan referesing materi.Beliau juga menyarakanan agar MGMP menyusun program semesteran atau tahunan dan di sosialisasikan kepada sekolah-sekolah.Saran adalah juga hendaknya guru yang datang pada kegiatan MGMP menyampaikan apa yang diperoleh dalam pertemuan MGMP kepada teman guru lain yang tidak berangkat.
115
6.3. Pengelolaan Laboratorium Sekolah sudah mempunyai tenaga laboran yang tugasnya mengelola secara asminitratif dan merawat alat-alat lab yang dimiliki sekolah. Pengadaan alat-alat laboratorium melalui blockgrand dan swasembada sekolah yang dibantu oleh komite sekolah. Keberadaan alat laboratorium belum cukup lengkap dan akan dilengkapi secara bertahap. Bajet yang dianggarkan sekolah relatif masing sangat kecil kurang dari 5% dari anggaran belanja sekolah. Belum ada Laboratorium yang standart, banyak alat peraga yang penyimpanannya dititipkan di lemari guru.
6.4. Persepsi dan Kinerja Guru Menurut pendapat guru bahwa mata pelajaran sains merupakan matapelajaran yang sangat menarik bagi siswa apabila proses pembelajaran sains dilakukan dengan melakukan kegiatan laboratorium. Namun masalah yang sering muncul adalah kurangnya memberikan kegiatan laboratorium karena terkendala waktu dan peralatan yang tersedia. Sering guru memanfaatkan media CD untuk menunjukkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh siswa. Guru juga memberikan jam tambahan di luar jadwal pelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa.
Guru jarang melakukan atau
mencobakan inovasi dalam pembelajaran, karena jam mengajar setiap minggu guru sains cukup banyak. Sebetulnya guru bisa melakukan pembelajaran dengan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk menemukan konsep sendiri melalui kegiatan laboratorium dan bekerja secara kelompok. Juga diberi kesempatan siswa untuk melatihkan keterampilan lain, misalnya
dengan mempersiapkan dan melakukan
presentasi di depan kelas. Guru sebetulnya sudah merasa bekerja secara optimal antara lain dengan memberi tambahan pelajaran di luar jadwal pelajaran, namun masih perlu ditingkatkan terutama untuk mencobakan berbagai inovasi pembelajaran sains. Suasana akademik di sekolah cukup kondusif. Komunikasi sesama guru berlangsung dengan baik, demikian juga komunikasi sesama guru mata pelajaran saling memberikan informasi dan diskusi untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, namun jarang dilakukan kolaborasi dengan pihak luar sekolah. Keterlibatan guru dalam MGMP cukup baik. Ketika ada kegiatan MGMP sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk menghadirinya, walaupun tidak semua guru dapat mengahadiri secara terus 116
menerus. Saran Guru pada MGMP hendaknya pengurus MGMP beserta anggotannya menyusun program kegiatan dan jadwal kegaiatan untuk satu tahun ( atau satu semester) terutama kegiatan yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolahsekolah. Bapak/Ibu guru berpendapat bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran sains. Namun alat-alat laboratorium belum cukup lengkap untuk memenuhi semua materi kegiatan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kegiatan laboratorium sains relatif sering dilakukan. Paling tidak selama satu semester lebih 10 kali praktikum. Topik yang sering dilakukan adalah untuk materi prtumbuhan, optika dan rangkaian listrik Guru sering menggunakan Petunjuk praktikum yang disusun oleh MGMP. Praktikum dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok 4- 5 anak. Langkah-langkah praktikum diawali dengan penjelasan guru tentang materi praktikum dan prosedur percobaan, kemudian siswa melakukan percobaan dan melaporkan hasil praktikum. Guru berupaya untuk memfasilitasi kegiatan praktikum dengan memanfaatkan peralatan yang dimiliki sekolah. Beberapa bahan dan peralatan sederhana, siswa diminta untuk menyediakan sendiri.Dari kegiatan praktikum tersebut siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan, mengumpulkan data, mengolah data, menyimpulkan dan kadang-kadang mempresentasikan hasil percobaannya. Selama praktikum guru melakukan evaluasi terhadap proses praktikum.
6.5 Persepsi Siswa Siswa lebih menyenangi mata pelajaran sains dari pada matematika Karena mata pelajaran sains lebih menarik, ada hubungannya dengan kenyataan yang dijumpai anak-anak sehari-hari, penerapannya jelas ada dilingkungan anak, jadi ada tantangan untuk mengetahuinya. Sedangkan pelajaran matematika banyak mengahafalkan rumusrumus dan siswa dituntut untuk menghitung. Proses pembelajaran sains yang sering dilakukan adalah guru memberikan penjelasan tentang materi, sering juga dengan memberi tayangan CD pembelajaran kemudian siswa mengisi LKS dan
mendiskusikan jawabannya. Guru sering
menggunakan media CD pembelajaran, dan alat peraga yang sering digunakan adalah model kerangka manusia, model organ-organ tubuh kerangka, beberapa peralatan fisika misalnya alat-alat percobaan optika dan 117
kelistrikan dan kemagnetan. Sedangkan
pembelajaran matematika yang sering dilakukan adalah guru menjelaskan materi pelajaran kemudian memberi latihan-latihan soal dengan mengerjakan LKS. Siswa sering merasa kesulitan dalam belajaran matematika karena
harus
menghafalkan rumus-rumus dan menghitung. Upaya siswa untuk lebih mengerti dengan bertanya kepada guru. Buku yang dipakai siswa adalah buku Fisika/Sains terbitan Sunda Kelapa dan Intan Pariwara dan LKS yang dikembangkan oleh MGMP dan diterbitkan oleh KKKS kota Surabaya. Umumnya siswa memiliki buku tersebut.
8. HASIL ANALISIS DATA KUANTITATIF BASELINE SURVEY DI KAB/ KOTA PASURUAN
8.1
Informasi Pribadi Responden
8.1.1 Kepala Sekolah Pendidikan Kepala Sekolah di Pasuruan S3 0%
D3 0%
D1 0%
D1 D2
D2 0%
S2 38%
D3 S1 S2 S3 S1 62%
Diagram 8.1.1a Pendidikan Kepala Sekolah di Pasuruan
118
0% 0%
0%
0%
0%
D1 D2 D3 S1 S2
100%
S3
Diagram 8.1.1b Pendidikan Kepala Sekolah di Malang Berdasarkan diagram lingkaran di atas, pendidikan kepala sekolah –sekolah target di kabupaten Pasuruan
sebanyak 62% berpendidikan S1 dan 32% berpendidikan S2,
sedangkan kepala sekolah di sekolah kontrol seluruhnya berpendidikan S1. 8.1.2 Guru Latar Belakang Pendidikan Guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Pendidikan Guru Di Pasuruan
D3 S2 5.26 % 1.75 %
D1 D2 D3 S1 S2
S1 92.98 %
S3
Diagram 8.1.2a. Tingkat Pendidikan Guru di Pasuruan
Pendidikan guru-guru di sekolah-sekolah target 92,98% berpendidikan S1, 5,26% berpendidikan S2 dan 1,75% berpendidikan dibawah S1. Sedangkan pendidikan guru-guru
119
di sekolah-sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram lingkaran 8.1.2b di bawah ini, yaitu 8,33% berpendidikan D3, 83,34% berpendidikan S1 dan 8,33% berpendidikan S2.
Pendidikan Guru Di Malang
S2 8.33 %
D3 8.33 %
D1 D2 D3 S1 S2 S3
D1 83.33 %
Diagram 8.1.2b. Tingkat Pendidikan Guru di Malang
Adapun bidang studi keahlian guru-guru di sekolah-sekolah target dan kontrol adalah sebagai berikut: Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
5% 23%
33%
Matematika Fisika Biologi Kimia
18%
Lainnya 21%
Diagram 8.1.2c Bidang Studi Keahlian Guru di Pasuruan
Bidang studi keahlian dari guru-guru di sekolah –sekolah target terdiri dari 33% bidang Matematika, 21% bidang Fisika, 18% bidang Biologi, 23% bidang Kimia dan 5% bidang
120
lainnya.
Bidang Studi Keahlian Guru Di Malang
16.67 33.33
Matematika Fisika Biologi Kimia
25.00
Lainnya
25.00
Diagram 8.1.3d Bidang Studi Keahlian Guru di Malang
Sedangkan bidang keahlian dari guru-guru di sekolah-sekolah kontrol terdiri dari 25% bidang Fisika, 25% bidang Biologi, 16,67% bidang Kimia dan 33,33 % bidang Matematika. Jumlah guru – guru target yang mengajar di sekolah lain hanya 7 orang dari 59 orang sampel sementara di sekolah kontrol tidak ada yang mengajar di tempat lain.
8.1.3 Pejabat Pendidikan Pejabat pendidikan yang disurvey terdiri dari 10 orang dengan tingkat pendidikan 6 orang berpendidikan S1 dan 4 orang berpendidikan S2. Kesepuluh pejabat tersebut telah menjabat di dinas pendidikan antara 1- 29 tahun. 8.2
Informasi Tentang Sekolah Sampel Rasio guru siswa di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 8.2 Rasio Guru Siswa Kabupaten
Kategori
Jumlah Siswa
Rasio guru: Siswa
Target
Jumlah Guru 370
Kab Pasuruan
4617
1: 65
Kab Malang
Kontrol
117
1508
1: 12
121
Jumlah siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Table 8.2.Jumlah Siswa yang drop out dan jumlah siswa yang tidak naik kelas Kasus
Tahun
Putus Sekolah
2005 2006 2007 Rata-rata 2005 2006 2007 Rata-rata
Mengulang Kelas
Kab Pasuruan 75 66 43 61 36 29 45 37
Kab Malang 0 0 0 0 4 3 2 3
Total 75 66 43 61 40 32 47 40
Berdasarkan data di atas rata-rata dalam tiga tahun terakhir 61 orang siswa drop out di sekolah target sedangkan di sekolah kontrol tidak ada yang drop out. Angka drop out ini sangat tinggi terjadi di sekolah target dibanding di sekolah kontrol. Sedangkan kasus siswa yang tidak naik kelas rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebanyak 37 orang di sekolah target dan 3 orang di sekolah kontrol. 8.3
Kegiatan MGMP
8.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP. Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket dengan respon seperti pada tabel berikut ini. Table 8.3.1 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP
Kabupaten/ Kota Pasuruan Malang Total
Apakah Anda tahu isi kegiatan Apakah Anda pernah MGMP? mengikuti kegiatan MGMP? Ya Tidak Ya Tidak 5 2 3 4 2 0 2 0 7 2 5 4
Berdasarkan tabel tersebut semua kepala sekolah target menyatakan 5 orang mengetahui isi kegiatan MGMP, 2 orang tidak mengetahui dan 1 orang tidak memberikan tanggapan, dengan 3 orang menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP, 4 orang tidak
122
pernah dan 1 orang tidak memberi respon. Sedangkan pada sekolah kontrol seluruh kepala sekolah mengetahui isi dan pernag mengikuti tentang kegiatan MGMP. 8.3.2. Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan MGMP Keikutsertaan guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP dapat ditunjukan pada gambar berikut ini. Partisipasi dalam Kegiatan MGMP 12 10 8
11
Pasurun Malang
5
6 4
2
1
2 0 Jumlah keg MPMP
Banyak hari
Diagram 8.3.2 Keikutsertaan Guru Dalam Kegiatan MGMP
Berdasarkan data di atas guru-guru di sekolah target rata-rata mengikuti 5 kegiatan MGMP selama periode tahun ajaran 2006/2007 dengan rata-rata 11 hari kerja. alam Sedangkan di sekolah kontrol guru-guru menyatakan telah mengikuti kegiatan MGMP dengan rata-rata 1 kegiatan dalam satu tahun dengan rata-rata 2 hari kerja.
8.3.3 Evaluasi Kegiatan MGMP menurut Guru dan Kepala Sekolah Pengetahuan kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP dapat digali melalui angket dengan respon seperti pada tabel berikut ini. Table 8.3.3 Pengetahuan Kepala sekolah dan Keterlibatan dalam kegiatan MGMP Kabupaten/ Kota Pasuruan Malang
Apakah Anda tahu isi kegiatan Apakah Anda pernah MGMP? mengikuti kegiatan MGMP? Ya Tidak Ya Tidak 5 2 5 2 2 0 2 0 123
Apakah Anda tahu isi kegiatan Apakah Anda pernah MGMP? mengikuti kegiatan MGMP? Ya Tidak Ya Tidak 7 2 7 2
Kabupaten/ Kota Total
Berdasarkan tabel tersebut 5 orang kepala sekolah target menyatakan mengetahui isi kegiatan MGMP dan menyatakan pernah mengikuti kegiatan MGMP, 2 orang tidak mengetahui dan 1 orang tidak memberikan respon. Sedangkan pada sekolah kontrol seluruh kepala sekolah yang mengetahui tentang isi kegiatan dan pernah mengikuti MGMP. 8.3.4 Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA Berdasarkan pengalaman guru-guru dalam mengikuti kegiatan MGMP memberikan evaluasi tentang kekuatan dari kegiatan yang pernah diikuti. Respon guru-guru dapat ditunjukkan pada tabel 8.3.4 berikut ini.
100 87.5
90 80
75
70
80
70
62.5
60
60
50
50
50
40
37.5
40 30 20 10
12.5 5.26
3.51
0.00
1.75
0.00
1.75
0 Ak ad em ik
Ke m
am pu an
M ot iv as i
an Be rtu ka rP ik ir
Ke la s oa lan Pe rs
Pe m be laj ar an M et od e
Pe ng et ah ua n
0
Guru (%) Kepsek (%)
Kekuatan
Pejabat Dinas (%)
Diagram 8.3.4 Kekuatan Kegiatan MGMP di Kab Pasuruan Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 10 % guru-guru di sekolah target menyatakan bahwa kegiatan MGMP memberikan kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman, dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya,
dan dapat membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan akademiknya. Menurut Kepala sekolah dan pejabat pendidikan di atas 37,5% menyatakan bahwa
124
kegiatan MGMP dapat membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif dan dapat memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya, dan hanya 12,5% yang menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat membantu guru untuk mengelola kelas. Sementara itu para pejabat dinas
menyatakan bahwa MGMP memberikan
kesempatan bertukar pikiran dan pengalaman, dapat membantu guru menguasai lebih mendalam pengetahuan bidang studi; membekali guru dengan metode pembelajaran yang inovatif; memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya di atas 40%, sedangkan tidak satupun pejabat dinas pendidikan yang menyatakan setuju bahwa kegiatan MGMP dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya Berikut ini ditunjukkan kelemahan kegiatan MGMP yang telah dilakukan menurut Guru, Kepala Sekolah dan Pejabat Pendidikan.
100 90
87.72
80
70 70
62.5
60
50.0 50
40
37.5
40
37.5 30 25.0
30
20 20
14.04 5.26
10
0.0
0
0.00
0.00
0.00
0 Materi Kegiatan Tidak Sesuai
Instruktur kurang m ampu
Partisipasi rendah
Koordinasi Lemah
Kurang dukungan
Kelem ahan
Lainnya
0 Guru (%) Kepsek (%) Pejabat Dinas (%)
Diagram 8.3.5 Kelemahan Kegiatan MGMP di Kab Pasuruan Berdasarkan diagram di atas, tampak jelas kelemahan menurut guru, kepala sekolah dan pejabat pendidikan menyatakan bahwa “Materi yang disajikan kurang sesuai”, ”Koordinasi lemah”. Dan ”Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan menjadi perhatian bagi pelaksana program untuk lebih memperhatikan aspek-aspek tersebut
125
8.3.5 Kebutuhan Guru Kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitas pembelalajaran menjadi informasi yang penting untuk diketahui. Berdasarkan survey terhadap guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol tentang enam kategori kebutuhan guru diperoleh data seperti diagram berikut. Diagram 8.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ke butuhan Guru 90
80.70
77.19
80
71.93 Malang
70 60
50
Pasuruan 50.00 43.86
50.00
50
41.67
40 30
16.67
20 7.02
10
3.51
Lainnya
Kesempatan Berdiskusi
Objektivitas Penilaian Kepsek
Pemahaman Proses Mengajar
Keterampilan Mengajar
Pendalaman Materi
0
0.00
Kebutuhan Guru
Diagram 8.3.5 Kebutuhan Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berdasarkan data pada diagram di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Pauruan 80,70% guru menyatakan kebutuhan dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 77,19% dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 71,93% dalam memahami proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas dari kepala sekolah guru yang yang merespon hanya 7,02%, dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi hanya 43,66%. Sementara itu guru-guru di sekolah kontrol yang menyatakan kebutuhan mengenai pendalaman materi, keterampilan mengajar, dan kesempatan untuk berdiskusi hanya 50%, kebutuhan mengenai pemahaman proses belajar mengajar hanya 41,67%. 8.3.7 Komitmen Pejabat Pendidikan dan Kepala sekolah terhadap Kegiatan MGMP Pada umumnya pejabat pendidikan (90%) menyatakan sangat setuju terhadap
126
penyataan ” Menurut saya pengembangan guru penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah”, ” Saya mendukung MGMP-MIPA karena merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan guru” dan ” Saya merasa ikut bertanggung jawab terhadap kualitas sekolah di wilayah kami”. Dampak dari kegiatan MGMP menurut semua kepala sekolah menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa: kegiatan MGMP MIPA berguna untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan bidang studi guru-guru di sekolah saya; kegiatan MGMP Matematika dan IPA berguna bagi guru-guru di sekolah saya untuk meningkatkan keterampilan mengajar; dan kegiatan MGMP MIPA berguna bagi guru-guru sekolah saya untuk bertukar gagasan. Meskipun
terdapat seorang kepala sekolah yang menyatakan sangat tidak setuju untuk seluruh pertanyaan yang diajukan. Sedangkan dampak kegiatan MGMP menurut guru-guru di sekolah target menyatakan bahwa : MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi (77,19%) dan dapat meningkatkan keterampilan mengajar (78,95%). Disamping itu kegiatan MGMP dapat menjadi ajang untuk bertukar informasi (82,46%). Demikian juga berdasarkan guru-guru yang berasal dari sekolah kontrol, 58,33 % menyatakan bahwa kegiatan MGMP dapat meningkatkan penguasaan materi, menyatakan dapat meningkatkan ketrampilan mengajar dan menjadi ajang untuk bertukar informasi. Dampak Kegiatan MGMP 57.89
60
59.65 50.00
50.00
50
50.00 50.88
40 31.58 30
0
1.75 3.51 3.51 0 0
STS TS Malang Pasuruan
8.33
8.33
10 0
19.30
19.30
20
N
S
3.51 0 1.750 0 0 SS STS TS
Peningkatan Penguasaan Materi
N
8.33 1.75 0 00
S
SS STS TS
Peningkatan Keterampilan Mengajar
00 N
SS
Saling Tukar Informasi
Diagram 8.3.7 Dampak Kegiatan MGMP dalam Pandangan Guru
127
S
8.4 Manajemen Sekolah 8.4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam managemen sekolah. Tabel 8.4.1 menunjukkan respon dari Kepala sekolah dan guru pada sekolah target dan sekolah kontrol.
120 Pasuruan
100
100
100
100
Malang 75
80
62.5
50
60
50
37.5
40
25
20
0 0 00 00
0 0 0 00 0 0
0 STS TS
R
S
SS STS TS
Pemeriksaan RPP Guru
0 0 0 00 0 0
R
S
SS STS TS
Keteraturan melakukan Supervisi
R
0 S
SS
Pemberian Penghargaan
Diagram 8.4.1a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Kepala Sekolah 100
90.91
Malang
90 80
Pasuruan
77.19 72.73
70 60
72.73
63.16
59.65
50 35.09
40 30 20 10
18.18
15.79 9.09 3.51 1.75 01.75 0
0
18.18
17.54
10.53 7.02 9.09
9.09
01.75
0
0 0
0
5.26 0
0 STS
TS
R a
S
SS
STS
TS
R b
S
SS STS
TS
R
S
SS
c
Diagram 8.4.1b. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Guru Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana 128
pembelajaran yang disusun guru;
secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas;
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah. Tidak jauh berbeda 100% kepala sekolah di sekolah kontrol menyatakan hal yang sama. Demikian juga menurut pandangan guru di sekolah-sekolah target dan sekolah kontrol, di atas 95 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru; secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas;
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah 8.4.2 Komunikasi dan partisipasi Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan, membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu diketahui. Berikut ini diperoleh hasil kuesioner kepada kepala sekolah dan guru.
80
73.68
71.43 66.67
70
66.67
60
55.56
56.14
50 40
33.33
33.33
33.33
30
24.56
21.05
19.64
19.30
20
11.11
a
b
c
SS
S
00
R
0 0
TS
SS
STS
SS
S
R
0
3.51 1.75 0 0
S
00
R
TS
0
TS
0
STS
1.79
0 0
STS
7.14
10
Malang Pasuruan
Diagram 8.4.2 Komunikasi dan Partisipasi
Berdasarkan diagram di atas pada umumnya baik kepala sekolah maupun guru di sekolah target dan sekolah sasaran menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan: 1) Guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah 129
2) Guru-guru menemui saya untuk membicarakan masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas. 3) Kami memiliki Komite Sekolah yang aktif mendukung peningkatan sekolah. 8.4.3 Pengembangan Guru Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru. Berikut ini pada tabel 8.4.3 menunjukkan pendapat guru dan kepala sekolah.
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
70 67
70 58
33 30
33 26
8 00
00
STS TS Malang Pasuruan
75 72
26. 25
4 00
0
R
S
00
SS STS TS
a
0
R
00
S
00 0 2
SS STS TS
b
R
S
SS
c
Prioritas dalam hal pengembangan guru
Diagram 8.4.3 Prioritas dan Pengembangan Guru
Berdasarkan data di atas pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan bahwa; 1) Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah. 2) Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan guru. 3) Guru-guru didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran 8.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah Berkaitan dengan pengembangan guru, satu set pernyataan-pernyataan lainnya 130
diberikan kepada para kepala sekolah dan guru-guru untuk diberi nilai, yang berhubungan dengan pengembangan guru berbasis sekolah. Ketiga pernyataan tersebut adalah: 1) Sekolah menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; 2) Kepala sekolah mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di kalangan mereka; dan 3) Saya memberikan kesempatan kepada guru-guru mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
70
70 .00
60
60 .00
40 .00
30 22.81
45.61 33
44
45 .6 1
50 .00
35.09
29.82
29.82
30 .00 20 .00
10
0 .00
Malang
00
a
Pasuruan
2 1. 0 5 2 1. 0 5
22 .8 1
12 . 2 8 10 . 5 3
1. 7 5 1. 7 5 0 0 0
10 .00
22 30
0
b
0
0 0
c
Pengembangan Guru
Diagram 8.4.4 Pengembangan Guru Berbasis Sekolah
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sekitar 25% kepala sekolah target menyatakan setuju bahwa a). Sekolah telah menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; b). mendorong guru-guru membentuk kelompok-kelompok studi di kalangan mereka dan c). memberikan kesempatan kepada guru-guru. Sedangkan menurut guru sekolah target 90 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa a). sekolah telah menyelenggarakan pelatihan guru berbasis sekolah; 55% guru menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa b). kepala sekolah mendorong guru-guru membentuk kelompok-
kelompok studi; dan 70% guru menyatakan c). ragu-ragu bahwa kepala sekolah memberi kesempatan mengamati pembelajaran yang dilakukan guru lain.
131
Respon yang bertolak belakang antara guru dan kepala sekolah. Tentunya respon guru yang lebih dapat dipercaya, karena para guru yang mengalami kegiatan di sekolahnya. 8.5
Budaya Sekolah
8.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: (1) Saya merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ini; (2) Saya merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; (3) Saya merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar 70.00 6 3 . 16
6 1.4 0
59 . 6 5
60.00 50
50.00 40 40
40
40.00 30 30
30
30.00 2 4 .56
20
2 1. 0 5
19 . 3 0
12 . 2 8
20.00 10
10 . 53 3 . 51
10.00
3 .51 0
5. 2 6
3 . 51 0
0
0
10 . 5310
1. 75
0
0
0.00 STS
TS
R
S
SS
Kenyamanan Dalam Kerjasama
STS
TS
R
S
SS
Kebebasan Untuk Berdiskusi
STS
TS
R
S
SS
Kebebasan Meminta Nasehat
Malang Pasuruan
Diagram 8.5.1 Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Berdasarkan data di atas sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah kontrol di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 % lainnya merasa raguragu terhadap ketiga pernyataan tersebut. 132
8.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa Para siswa diminta untuk memberi nilai atas tiga pernyataan berikut yang berkaitan dengan guru-guru mereka: 1) Guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 2) Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas; dan 3) Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya. Respon siswa terhadap pernyataan ditersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. PASURUAN
70
63.08
MALANG
57.41
60 48.90
49.23
44.62
50 38.80
40 25.55 21.54
30
25.24
23.08 22.40
26.15 26.15
24.61 18.93
20 7.26
10
16.92
9.78 9.23
3.08 2.52
6.15
6.15 3.47 3.08 1.54 2.84 0.00
0.00 0.00
0 STS
TS
R
S
SS STS
Guru baik dan suka
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
Kepedulian guru terhadap Kepedulian guru terhadap
menolong
siswa
PBM
Diagram. 8.5.2 Dukungan Guru terhadap Siswa Berdasarkan tabel di atas 65% siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa guru-guru di sekolah ini baik terhadap saya dan suka menolong saya; 61,2% tidak setuju dan ragu-ragu untuk pernyataan “Guru tampak mengetahui jika saya mempunyai masalah di kelas”; dan73,51% setuju dan sangat setuju untuk pernyataan “Saya merasa para guru di sekolah ini peduli terhadap proses belajar saya”. Demikian pula respon siswa di sekolah control tidak jauh berbeda. 8.5.3 Lingkungan yang Mendukung Diantara Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini:
133
1) Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas; 2) Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan 3) Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas. Berdasarkan data pada diagram 3.53 diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa (di atas 80%) di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan setuju bahwa ”Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; ”Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan ”Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas.
Lingkungan yang mendukung di antara siswa 80 70
PASURUAN
70 .7 7
MALANG
6 1.54
57. 73
60
53 .8 5 4 9 .53
50
4 4 .79
4 3 .2 2 3 8 .4 6
40
3 4 .7 0
3 3 .12
30
2 3 .0 8 2 1.54
20 10 .7 7
6 .15
10
4 .4 2
6 .15
6 .6 2 6 .15
6 .9 4 0 .0 0 0 .0 0
0 .6 3 0 .0 0
4 .4 2 0 .0 0 0 .0 0 0 .6 3 0 .0 0
0 .6 3 1.5 4
Bekerja sama dgn siswa lain
Kebebasan berdiskusi
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
SS
S
R
TS
ST S
0
Bantuan kepada teman sekelas
Diagram 3.5.3 Lingkungan yang mendukung di antara siswa
8.5.4 Dukungan Orang tua dan Dorongan kepada Siswa Para siswa juga diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting; 2) Orang tua saya membantu saya belajar di rumah; dan 3) Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah.
134
DUKUNGAN ORANG TUA 80
76.34
70
PASURUAN MALANG
60.00
60
55.38
50 41.01
40.06 38.46
40
40.38
36.92 29.23
30 21.54 20.19
17.98
20
21.54 16.40
15.77
7.69
10 0
1.54 1.54 1.26 0.00 1.58 0.00
STS
TS
R
2.21
S
Kesungguhan belajar
SS
3.08
STS
0.00
TS
R
S
SS
11.99 12.31 9.23 5.36 1.54
STS
Bantuan orang tua
TS
R
S
SS
Perhatian orang tua
Diagram 8.5.4 Dukungan Orang Tua
Berdasarkan tabel di atas 85,72%% siswa-siswa di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa “Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting”; 58,48,5% siswa menyatakan bahwa “Orang tua saya membantu saya belajar di rumah”; dan 81,39% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa “Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon siswa di sekolah kontrol rata rata di atas 70% menyatakan setuju pada ketiga pernyataan tersebut. Proses Belajar dan Mengajar Sains dan Matematika Diperkenalkannya Lesson Study ini akan sangat mungkin merubah proses belajar dan mengajar di dalam kelas. Hal itu diharapkan akan mendorong kerja kelompok di antara siswa, penggunaan bahan-bahan media yang konkret, dan tukar pendapat selama pembelajaran. Program tersebut juga mengarah pada peningkatan faktor-faktor hasil (outcome) seperti minat guru-guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar, meninkatkan pemahaman dan minat siswa terhadap mata pelajaran. 8.6.1 Kerja Kelompok Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut kerja kelompok: 1) Kami mempunyai kegiatan-kegiatan belajar pada kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran matematika/sains di kelas kami; 2) Kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika/sains di 135
kelas kami; dan 3) Guru sains/matematika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Respon siswa pada ketiga pernyataan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini. 46.15 43.53
PASURUAN
41.54 38.49
MALANG
29.65 24.62
24.62 19.2418.46
S
4.62
Tp
S
Sr g
K
Tp
S
Sr g
K
J
J
Diskusi Matematika dalam kelompok
12.30
7.89 3.08
Kegiatan belajar dalam kelompok kecil
20.00
Sr g
5.99
9.78
J
10.77 6.626.155.99
26.81 24.62
17.98
15.38 12.31
26.15
K
20.8221.54
20.50
19.87
Tp
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Bantuan guru untuk belajar bersama
Diagram 8.6.1a Kerja Kelompok pada Kelas Matematika Berdasarkan data di atas sekitar 65% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang kegiatan belajar matematika dilaksanakan dalam kelompok kecil,
belajar matematika
dalam kelompok dan 55% menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan bantuan dalam belajar bersama. Hal senada disampaikan oleh siswa- siswa dari sekolah kontrol. Dari analisa terhadap data tersebut maka masih perlu ditingkatkan proses belajar dilaksanakan dalam kelompok kecil dan diskusi dilaksanakan dalam kelompok, hal ini diuapayakan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, berbagi informasi, meninhgkatkan kemampuan komunikasi matematika dan menghargai pendapat orang lain. Untuk pembelajaran Biologi, data yang berkaitan dengan belajar di dalam kelompok dapat di lihat pada diagram berikut;
136
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Biologi 44.16
45.00
PASURUAN
40.00
MALANG
41.32 38.49 31.23 33.44 30.77
35.00 27.69
30.00
29.23 24.62
25.00
20.50
24.62
21.54 16.72
13.85 10.7711.99 9.46
10.77
10.73
10.00 5.00
26.15
20.50
20.00 15.00
32.31 29.23
7.69 4.62
2.52
5.68
6.15 3.15
1.58
Kegiatan belajar Biologi dalam kelompok kecil
Diskusi Biologi dalam kelompok
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0.00
Bantuan guru Biologi untuk belajar bersama
Diagram 8.6.1b Kerja Kelompok pada Kelas Bologi Hasil analisa diperoleh informasi bahwa 61,82% siswa menyatakan sering dan sangat sering proses pembelajaran Biologi dilaksanakan dalam kelompok kecil, 71,93% menyatakan sering dan sangat sering pembelajaran Biologi dilaksanakan dalam kelompok, dan 73,39% menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan bantuan dalam menumbuhkan belajar bersama. Pendapat siswa-siswa dari sekolah kontrol tidak jauh berbeda dengan siswa –siswa dari kelompok target.
137
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Kimia 38.46
40.00
39.12
38.46
36.92
34.70
35.00
31.86
32.18
31.86
30.77
29.97
30.00 26.15
26.15 23.34
25.00 18.46
20.00 15.00
17.98 14.20
10.77 11.04
10.77
10.00 5.00
16.92
13.85 10.77
10.77
7.26
6.15
6.31
4.62
2.52
1.58
1.58
Kegiatan belajar Kimia dalam kelompok kecil
Diskusi Kimia dalam kelompok
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0.00
Bantuan guru Kimia untuk belajar bersama
PASURUAN MALANG
Diagram 8.6.1c Kerja Kelompok pada Kelas Kimia Pendapat siswa mengenai diskusi kelompok pada pembelajaran Kimia, diperoleh hasil sebagai berikut 48,9% siswa menyatakan sering dan sangat sering pembelajarn kimia dilaksanakan dalammkelompok kecil, 55,42% menyatakan sering dan sangat sering pembelajaran kimia dlaksanakan secara diskusi dalam kelompok, 70, 98% menyatakan sering dan sangat sering pada pembelajaran kimia guru memberikan bantuan untuk belajar bersama. Sedangkan pendapat siswa-siswa dari kelompok kontrol diperoleh hasil sebaliknya, rata-rata di atas 60% siswa-siswa dari kelompok kontrol merasa tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang pembelajaran kimia dilaksanakan dalam kelompok kecil dan melakukan diskusi dalam kelompok kecil.
138
Kerja Kelompok dalam Pelajaran Fisika 44.79
45.00 40.00
40.00
36.92
34.07
35.00
32.49
31.86
34.70
30.91 30.77
30.77
30.77
30.00 25.00
21.54 18.93
20.00
16.92 15.38
15.00
13.25 12.31
13.85
11.99 10.77
10.77 9.78
10.77
10.00
12.30 10.77
7.69 5.99
4.10
5.00
3.79 0.32
Kegiatan belajar Fisika dalam kelompok kecil
Diskusi Fisika dalam kelompok
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0.00
Bantuan guru Fisika untuk PASURUAN MALANG belajar bersama
Diagram 8.6.1d Kerja Kelompok pada Kelas Fisika Sedangkan berdasarkan tabel di atas 50 % siswa di sekolah target menyatakan kadang-kadang
kegiatan belajar dilaksanakan pada kelompok-kelompok kecil dalam
pembelajaran Fisika di kelas; kami mempunyai kelompok diskusi dalam pembelajaran fisika; dan guru fisika kami mendorong kami untuk belajar bersama dan belajar dengan siswa lain. Sedangkan di sekolah-sekolah kontrol hampir 70% siswa menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang pembelajajran sains maupun matematika dilaksanakan dalam kelompok.
8.6.2 Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, terkait dengan penggunaan bahan-bahan media pembelajaran yang konkret:
(a). Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; (b).Saya (guru sains/matematika kami) menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas; dan (c).Saya membiarkan siswa (kami) terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, 139
menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika.
80 80.00 70.00
57.89 50 50
60.00
60
45.61
50.00
52.63
43.86 30 19.30
33.33
40.00
22.81
30.00
10 20.00 10.00
10
5.26 5.26
7.02 1.75 0 0
00 0
0.00
STS TS Malang Pasur uan
R
S
SS
STS TS
a
R
S
10
5.26 0 00 0 0 SS STS TS
b
R
S
SS
c
Penggunaan Alat Peraga
Diagram 8.6.2a Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru-guru di sekolah kontrol diperoleh informasi sebagai berikut
57,89 % menyatakan ragu-ragu bahwa kami sains/matematika
menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas; 80% menyatakan ragu-ragu bahwa kami guru sains/matematika menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas,dan 90% menyatakan ragu-ragu dan sering guru mengajar melibatkan siswa dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran sains/ matematika. Untuk guru-guru di sekolah kontrol diperoleh hal yang senada. Berdasarkan pandangan siswa untuk
penggunaan media pembelajaran dalam
pembelajaran diperoleh informasi sebagai berikut;
140
Penggunaan Alat Peraga dalam Pelajaran Matematika
60
PASURUAN MALANG
50
47.69
44.62
40 30.91 30.60 29.23
30
29.65
22.40
21.54
20
35.96 32.31 30.60
29.23
29.02 21.54
21.54
15.14
16.92
10.77
8.209.23 6.31 6.15 1.26 0.00
7.69 7.57
10
18.61
13.56
3.47 1.54
0 Tp
J
K
Srg
S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga
Tp
J
K
Srg
S
Tp
Alat Peraga berasal dari kehidupan sehari-hari
J
K
Srg
S
Kesempatan Bereksplorasi
Diagram 8.6.2b Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Matematika Sekitar 82% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pembelajaran matematika
menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta,
grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 73% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pemebalajaran matematika guru menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 65% siswa menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dalam pembelajaran matematika. Hal yang sama disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Biologi 60
PASURUAN
5 3 .8 5
MALANG
5 2 .3 1
4 7 .6 9
50
4 0 .3 8
3 9 .7 5
3 8 .8 0
40
3 4 .3 8 2 7 .6 9
30
2 5 .8 7
2 4 .6 2 2 3 .0 8
2 3 .0 3
2 0 .8 2
19 .5 6 18 .4 6
16 .9 2
20
16 .9 2 14 .2 0
7 .8 9
10
7 .6 9
10 .7 3
0 .0 0 2 .5 2
1.8 9 0 .0 0
0 Tp
J
9 .15 7 .6 9
K
Srg
S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga
Tp
3 .0 8 0 .000.0 0
J
K
Srg
S
Alat Peraga berasal dari kehidupan sehari-hari
Tp
J
K
Srg
S
Kesempatan Bereksplorasi
Diagram 8.6.2c Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Biologi
Pada pembelajaran Biologi di kelompok kontrol diperoleh informasi bahwa 80% siswa-siswa
menyatakan sering dan sangat sering guru biologi 141
menggunakan alat
pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 83% menyatakan sering dan sangat sering guru biologi kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 85% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran biologi. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Fisika 60 5 3.8 5
PASURUAN MALANG
50
40
5 2 .3 1
4 7 .69
39 .7 5
40 .3 8
3 8 .8 0
3 4 .3 8 2 7 .6 9
30
2 4 .6 2
2 5 .8 7
2 3.0 8
2 3.0 3 19 .5 6
2 0 .82
20 7 .8 9
0
10.7 3
2 .5 2 0 .0 0
Tp
14 .2 0
7 .6 9
10
1.8 9 0.0 0
J
K
Srg
S
16.9 2
18 .4 6
16 .9 2
Tp
9 .15
7 .6 9
3 .0 8 0 .000.00
J
K
Srg
S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan sehari-hari
Tp
J
K
Srg
S
Kesempatan Bereksplorasi
Diagram 8.6.2d Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Fisika
Untuk proses pembelajaran Fisika sekitar 50% siswa –siswa di sekolah kontrol menyatakan bahwa sering dan sangat sering guru fisika kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 59% menyatakan sering dan sangat sering guru fisika kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 75%% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran Fisika.
142
Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Kimia 60 5 5 .3 8
PASURUAN
50
4 9 .2 3
MALANG
40
3 8 .17
3 9 .12
3 7 .5 4
3 9 .7 5
3 3 .8 5 2 9 .2 3
30
2 9 .2 3 2 6 .15
2 2 .7 1
2 1.14
2 0 .0 0
20
17 .9 8 16 .0 9
14 .8 3
13 .2 5
10
7 .6 9 5 .9 9
13 .8 5
10 .7 7
9 .2 3
10 .7 7
10 .0 9 6 .6 2
2 .834.0 8 0 .603.0 0
0 Tp
J
K
Srg
S
Tp
J
K
Srg
S
Penggunaan Berbagai Alat Peraga Alat Peraga berasal dari kehidupan sehari-hari
Tp
1.5 4
J
K
Srg
S
Kesempatan Bereksplorasi
Diagram 8.6.2d Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran Kimia Sedangkan untuk proses pembelajaran Kimia di atas 50% siswa –siswa di sekolah kontrol menyatakan bahwa sering dan sangat sering guru kimia kami menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 55% menyatakan sering dan sangat sering guru kimia kami menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 77% menyatakan sering dan sangat sering guru membiarkan kami terlibat dalam kegiatan seperti percobaan, menghitung, menggambar, dsb., dalam pembelajaran Kimia. Pendapat siswa di sekolah kontrol mengenai hal ini persentasinya lebih tinggi. 8.6.3 Tukar Pendapat Guru-guru dan para siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut tukar-menukar pendapat: (a). Dalam kelas saya (sains/matematika kami), saya (guru) mendorong siswa (kami) mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; (b). Dalam kelas saya (sains/matematika kami), siswa (saya) merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan (c). Siswa (saya) dapat memperdalam pemahaman mereka (saya) ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Tabel di bawah ini menunjukkan data respon siswa dan guru tentang pernyataan tersebut. 143
90.00
82 73
80.00 70.00
56.14
60.00
45
50.00
59.65
54.39
55 35.09
40.00
26.32 18
30.00
12.28 1.75 00 0 0
7.02 1.75 00 0 0
20.00 10.00 0.00
a
Mal ang
18 17.54
24.56
3.51 0 00
b
9
c
Tukar Pendapat
Pas uruan
Diagram 8.6.3a Tukar Pendapat Menurut Pandangan Guru Sekitar 91% guru-guru di sekolah target menyatakan sering dan sangat sering mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; 85,97% menyatakan sering dan sangat sering dalam kelas saya, saya merasa senang jika siswa dapat bertukar pendapat dan pikiran siswa lain; dan 78,95% saya dapat memperdalam pemahaman mereka ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya Menurut pendapat siswa aktiviats tukar pendapat dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut;
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika 60 PASURUAN
53.85
MALANG
50
47.69 43.08 38.17
38.17
40
36.28
30
26.18
24.62
23.66 18.46
20
20.82
16.92
23.97
23.03
20.00
17.98 16.92
10.41
10.77
10.77
11.04
16.92
9.23
9.46
10.77
10 4.73 2.21
1.26 0.00
0.00
Dorongan untuk mendengar pendapat
bertukar pikiran dengan siswa lain
Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 8.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Matematika
144
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
S
Srg
K
J
Tp
0
Siswa-siswa di sekolah-sekolah target, sekitar 61,95% menyatakan sering dan sangat sering guru matematika mendorong saya mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; sekitar 59% menyatakan sering dan sangat sering dalam kelas matematika kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain, dan 62% menyatakan sering dan sangat sering saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Demikian juga pendapat siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol, bahkan persentase yang menyatakan sering dan sangat sering lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah target. Tidak jauh berbeda pendapat siswa mengenai tukar pendapat yang dilakukan ketika pada proses belajar mengajar Biologi, Fisika dan Kimia, sebagaimana disajikan pada tabeltabel di bawah ini. 70
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Bologi 61.54
60 50
PASURUAN 52.31
MALANG
47.69
42.90
41.64
39.75
40 29.02
28.71
30
25.24 23.0 8
22.71 21.5 4 17.98
20
15.38
20.0 0
20.82
20.0 0
15.3 8 9.23
10
7.26
5.36 6.15
6.15
4.73 0.321.54
1.26
0.630.0 0
0.00
0 Tp
J
K
Srg
S
Dorongan untuk mendengar pendapat
Tp
J
K
Srg
S
bertukar pikiran dengan siswa lain
Tp
J
K
Srg
S
Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 8.6.3c Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Biologi
145
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Fisika 49.23
50 45
PASURUAN
40
MALANG
39.75
36.92 38.17
35
29.34
25 15
13.85
15.38 15.38
13.85
10.77 7.57
9.23
7.69 6.94
6.31 1.54 0.63
1.26
0 Tp
25.87
23.97 20.00
19.24
20
5
34.07 24.62 26.81 26.50
32.31
30
10
47.69
J
K
Srg
S
Dorongan untuk mendengar pendapat
Tp
1.54 0.32
J
K
Srg
S
Tp
bertukar pikiran dengan siswa lain
J
K
Srg
S
Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 8.6.3c Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Fisika
60
Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Kimia 50.77
50
PASURUAN
47.69
MALANG 4 1. 0 1
40.38 3 8 . 17 36.92
40
29.34 27.69
30
2 6 . 18 24.61
23.03
23.03 2 1. 5 4
20
2 2 . 4201. 5 4
20.00
18 . 4 6
18 . 4 6
10 . 7 7 9.23
10
7.69 4.62
6.62
5.36
6.31 3.08
1. 5 8
1. 5 4 0.32
0.63
0 Tp
J
K
Srg
S
Dorongan untuk mendengar pendapat
Tp
J
K
Srg
S
bertukar pikiran dengan siswa lain
Tp
J
K
Srg
S
Pemahaman mendalam dgn tukar pendapat
Diagram 8.6.3b Tukar Pendapat dalam Pembelajaran Kimia 8.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran Guru-guru diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini, menyangkut minat mereka berinteraksi dengan siswa selama pembelajaran: 1) Saya tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa; 2) Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya; dan 3) Saya banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelas saya.
146
Diagram di bawah ini menunjukkan jawaban guru terhadap pembelajaran sains dan matematika.
Ketertarikan Guru 73 .6 8
80.00
70 .18 64
70.00
6 6 .6 7
64
64
60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00
18 1.75 3 .51 1.75 0 0
19 .3 0 18
18 1.75
2 2 .8 1 18 18 18 5.2 6 8 .77
3 .51 1.75 0 0
19 .3 0
0
00
0.00
M alang
a
Pasuruan
b
c
Ketertarikan Guru
Diagram 8.6.4 Ketertarikan Guru-guru dalam Pembelajaran Pada diagram batang di atas diperoleh informasi pendapat guru mengenai ketertarikan mereka proses belajar siswa-siswanya. 92.98% guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa, 92,99% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka Saya tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya, dan 85,97% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelasnya.
8.7
Hasil Belajar Siswa Salah satu tujuan dari program ini adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam bidang sains dan matematika. Kemampuan belajar ini dapat diukur dari dua sisi: sisi kognitif (atau akademik) dan sisi afektif. Hasil tes akademik (TA) sains dan matematika dan hasil UAN digunakan sebagai indikator dari aspek kognitif capaian siswa. Pemahaman dan minat siswa dalam pelajaran serta ketertarikan siswa terhadap sekolah digunakan sebagai indikator dari aspek berikutnya.
147
8.7.1 Tes Akademik Hasil tes akademik Sains (Fisika, Kimia, Biologi) dan Matematika di sekolah Target dan sekolah kontrol ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini. Tabel 8.7.1a Skor Tes Akademik di Sekolah- Sekolah Target Test Biologi Fisika Kimia Matematika
N 294 294 294 294
Maximum
Minimum
5.333333 8.666667 8 6,8
0 0,7 0 0,8
Mean
SD
2.76644 3.498866 3.380952 3.7292517
1.131086 1.417628 1.437089 1.091651
Table 8.7.1b Skor Tes Akademik Sekolah –Sekolah Kontrol Test Biologi Fisika Kimia Matematika
N 71 71 71 71
Maximum
Minimum
5.333333 8 7.333333 6.8
Mean 0 0 0 0
SD
3.43662 4.244131 3.821596 4.095774
1.201311 1.653239 1.473395 1.325727
Selanjutnya nilai rata-rata Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi di atas disajikan dalam diagram batang sebagai berikut; Rata-Rata Nilai Matematika dan Sains 4.5 4
4.24
4.1 3.73
3.82 3.5
Nilai rata-rata
3.44
3.38
3.5
2.77
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Mat
Fisika
Kimia
Biologi
Pasuruan Malang
Diagram 8.7.1 Rata-rata Nilai Akademik Matematika dan Sains
Dari diagram tersebut dapat dilihat secara keseluruhan rata-rata nilai Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi dari siswa-siswa di sekolah-sekolah target lebih rendah dari nilai
148
siswa di kelompok kontrol. 8.7.2 Nilai UAN Diagram di bawah ini menyajikan hasil UAN untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk Wilayah Pasuruan – Malang. a. Nilai UAN untuk Kota Pasuruan
NILAI UAN MATEMATIKA 12 9.6 9.49
10 8.9 8.19
8 6
8.92 8.63 8.15 7.85 7.58 6.83
8.72 8.06 7.81
7.98
8.98 8.93 7.767.96 7.257.227.42
8.08
6.17 5.47
SMA Yayasan Pandoan SMAN 2 Pasuruan SMA Grati Pasuruan SMA Muhammadiyah SMA N 3 Pasuruan
4
SMA N 1 Bangil SMA N 1 Pasuruan SMA Yadika Bangil
2 0 2005
2006
2007
Diagram 8.7.2a. Nilai UAN Matematika di Kota Pasuruan Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dilihat pada tahun 2005 nilai UAN Matematika yang tertinggi adalah 8,9 diperoleh oleh SMAN 2 Pasuruan,
tahun 2006
dengan nilai 9,06 dicapai oleh SMAN 11 Bangil , dan tahun 2007 dengan nilai 8,93 dicapai oleh SMAN 1 Bangil dan SMAN 1 Pasuruan.
149
NILAI UAN BAHASA INDONESIA 10
8.01 8.06 8
9.31
8.91
8.82
9
8.16
7.83
7.63 7.28
9.09 8.47 8.47
8.18 8.06 7.72
7.65 7.01
6.99
7
7.46 7.25
7.34
7.41
6.54 6.18 SMA Yayasan Pandoan
6
SMAN 2 Pasuruan SMA Grati Pasuruan
5
SMA Muhammadiyah SMA N 3 Pasuruan
4
SMA N 1 Bangil
3
SMA N 1 Pasuruan SMA Yadika Bangil
2 1 0
2005
2006
2007
Diagram 8.7.2b. Nilai UAN Bhs. Indonesia di Kota Pasuruan Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pada tahun 2005 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 2 Pasuruan
dengan nilai 8,82, tahun 2006 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 1 Bangil
dengan nilai 9.31 dan tahun 2007 nilai tertinggi dicapai oleh SMAN 1 Bangil dan SMAN 1 Pasuruan dengan nilai 8.47. NILAI UAN BAHASA INGGRIS 12
9.71
10
9.26 8.35
7.9
8
9.23 8.38
8.08
8.06
7.96
7.6 7.63
7.61 7.15 6.27
6
7.84
7.91 7.43
7.6
7.41
7.71
SMA Yayasan Pandoan SMAN 2 Pasuruan SMA Grati Pasuruan
6.8
SMA Muhammadiyah
6.26
5.7
SMA N 3 Pasuruan SMA N 1 Bangil SMA N 1 Pasuruan 3.7
4
2
0 2005
2006
2007
Diagram 8.7.2c. Nilai UAN Bhs. Inggris di Kota Pasuruan
150
SMA Yadika Bangil
Untuk pelajaran Bahasa Inggris, pada tahun 2005-2007 nilai tertinggi diperoleh oleh SMAN 1 Bangil dengan nilai berturut-turur 9,26; 9,27; dan 9,23, nilai terendah tahun 2005-2007 diperoleh oleh SMAN Yadika Bangil dengan nilai berturut-turut 5,7; 6,26 dan 3.7. b. Nilai UAN di Kabupaten Malang Nilai UAN untuk sekolah sampel di Kabupaten Malang disajikan pada tabel di bawah ini; Tabel 8.7.1 Nilai UAN di Malang Sekolah
Bahasa Indonesia 2005 2006 2007
SMAN Shalahuddin SMAN 8 Malang
Bahasa Inggris 2005 2006 2007
Matematika 2005 2006 2007
0
0
0
0
0
0
0
0
7.75
9.05
8.36
7.73
8.9
8.59
7.47
7.93
8.7.3 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika Siswa diminta untuk memberi penilaian pada tiga pernyataan berikut ini: 1) Pada umumnya saya (Kebanyakan siswa saya) mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas (saya); 2) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) senang belajar pada pelajaran sains/matematika (saya); dan 3) Saya (Saya rasa kebanyakan siswa saya) ingin belajar sains/matematika (pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi. Berikut disajikan respon siswa-siswa dari sekolah-sekolah target dan kontrol terhadap pertanyaan di atas,
151
0 7.74
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika 70
PASURUAN MALANG
60
6 1.5 4 56 .92
50
46.15 4 2.5 9
41.01
40
35 .65 32 .49
31.86 2 7.7 6
30
29 .23
24 .6 2 23 .08
23 .3 4
18.4 6
20
23 .66 2 0.0 0
16.40 15 .38
10 0
0.32 0.0 0
3.7 9
2.21 0.0 0
STS TS
0.603.00
R
S
SS STS TS
Mengerti dan dapat mengikuti pel
0 .95 0.00
0 .00
R
S
Senang belajar
4.62 2 .84
SS STS TS
R
S
SS
Ingin Belajar Matematika di tingkat lebih tinggi
Diagram 8.7.3a Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Matematika Pada pembelajaran Matematika sekitar 60% siswa-siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa pada umumnya mereka mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran matematika di kelas, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang belajar pada pelajaran matematika, dan 68% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka ingin belajar matematika di kelas yang lebih tinggi. Hal senada disampaikan oleh siswasiswa dari kelompok kontrol dengan persentase yang jauh lebih tinggi, dibandungkan dengan persentase dari kelompok target. Sedangkan pada pembelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi respon siswa-siswa adalah sebagai berikut:
152
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa akan Mata Pelajaran Fisika 49.84 47.69
49.23
50
47.69
44.16
45 40
40.38
40.00
38.17 35.38
35
30.77 28.71
29.65
30 25
22.40
20
0.32 0.00
2.84
9.23 0.32 0.00
STS TS PASURUAN
10.09 7.69
7.69
5 0
R
S
3.08 2.52
0.320.00
SS STS TS
Mengerti dan dapat mengikuti pel
MALANG
15.38
14.51
15 10
R
S
6.15 2.84
SS STS TS
Senang belajar
R
S
SS
Ingin Belajar Matematika di tingkat lebih tinggi
Diagram 8.7.3b Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Fisika
Ketertarikan dan Pemahaman Siswa akan Mata Pelajaran Kimia 69.23
70
61.54
60 50
47.95
46.06 43.08 40.38
40 31.86
30
28.08
20
2.52
MALANG
15.38
13.56 10.77
1.54 0.00 0 0.00 STS TS R PASURUAN
20.82
18.46
10
1.54 0.00
0.00 0.00 0.95 0.00
S
SS
Mengerti dan dapat mengikuti pel
28.08 26.15
26.15 24.61
23.08
STS
TS
R
S
Senang belajar
SS
STS
3.15 3.08
TS
R
S
SS
Ingin Belajar Matematika di tingkat lebih tinggi
Diagram 8.7.3c. Ketertarikan dan Pemahaman Siswa terhadap Pelajaran Kimia
153
Pemahaman dan Ketertarikan Siswa akan Mata Pelajaran Biologi 70 63.08 60.00 57.41
60 54.89
50
46.15 41.32
40
36.91
30 20
20.82
19.24
1.54 0.00 0.63 0 0.00 STS TS R
20.00 16.40
13.85 10.41
10.77
10
4.62 0.63 0.00 0.63
3.08 0.00 0.00 1.26
S
SS
29.23
26.81 23.08
24.62
STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
PASURUAN MALANG
Mengerti dan dapat mengikuti pel
Senang belajar
Ingin Belajar Matematika di tingkat lebih tinggi
Diagram 8.7.3d Pemahaman dan Ketertarikan Siswa terhadap Pelajaran Biologi Dari ketiga diagram di atas terlihat bahwa pemahaman dan ketertarikan siswa-siswa terhadap mata pelajaran Fisika, Kimia dan Biologi dari kelompok kontrol lebih baik daripada siswa-siswa di kelompok target. 8.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains Untuk mengungkap kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika dan sains kepada siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut; 1). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)sulit dipelajari. 2). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari menarik. 3). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) yang dipelajari mudah Saya pahami 4). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains) berguna untuk kehidupan sehari-hari. 5). Saya rasa materi pelajaran matematika (sains)berguna untuk mempelajari ilmu lain
Berikut disajikan diagram jawaban siswa terhadap pelajaran Matematika dan Sains
154
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Matematika 70
Pas uruan
64.62 40.06
Malang
60
51.42 41.54 47.63
50 40
36.92
46.15 41.64 41.01
40.00 29.34
39.12 26.15
38.46 35.02
49.23
36.92 31.86
30
24.29
23.08
15.38
20 10
25.24
6.94 6.15
7.57 1.54
5.36 3.08 00
9.78 13.85 7.69 6.94 0.95 0
24.62
14.20 5.68 3.08 4.62 1.26 00
3.79 2.52 3.08 0 0 0
0 STS Matematika sulit dipelajari
STS Materi Matematika menarik
STS Materi Matematika mudah dipahami
STS Materi Matematika berguna
STS Materi Matematika berguna untuk ilmu lain
Diagram 8.7.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains Dari diagram kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika di atas diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, s3kitar 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Matematika merupakan suatu materi yang menarik, 60% menyatakan tidak setuju dan raguragu bahwa materi-materi matematika mudah dipelajari, 79% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi matematika berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
155
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Fisika 58.99
60 50 40
18.61 15.38
10 2.84 0
58.46
0
STS Fisika sulit dipelajari
16.92 7.57 18.46 7.57 1.54 0.95
STS Materi Fisika menarik
Pasuruan
21.54 7.89 10.73 6.15 4.62 2.52
STS Materi Fisika mudah dipahami
Malang
53.85 51.74
51.74
44.79 38.49 32.31 40.00 35.38 34.70 26.50 33.85
30 20
55.38
34.07 27.69 26.15 18.93 16.92
12.31 10.09
4.42 1.54 1.54 00 0
STS Materi Fisika berguna sehari-hari
30.60
16.92 12.62 5.68 3.08 00
STS Materi Fisika berguna untuk ilmu lain
Diagram 8.7.5a Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Fisika
Pada pelajaran Fisika diperoleh informasi sekitar 57% siswa-siswa di sekolah target menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 51% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa fisika merupakan suatu materi yang menarik, 68% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi fisika mudah dipelajari, 75% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol. Sedangkan untuk pelajaran Kimia diperoleh informasi seperti pada diagram di bawah ini, sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target menganggap kimia merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kimia merupakan suatu materi yang menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi kimia mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 73% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol.
156
Kepuasan Siswa Terhadap Pe lajaran Kimia 49.84 38.46
50.77
50
45.11
41.54 38.80
40
35.38
60
58.46 53.31
60
46.06
41.54 29.34
30.91 29.23
29.23 27.13
30
23.08
20.82 18.46
19.5
20 7.26 10 3.08
14.5113.85 12.31
7.69 4.73 5.36 1.54 00
16.92
14.51
10.77
7.57 6.15 1.54 0.95 00
7.5 1.58 0
25.5 22.08
5.99 00
0
0 STS Kimia sulit dipelajari
STS Materi Kimia menarik
STS Materi Kimia mudah dipahami
STS Materi Kimia berguna sehari-hari
STS Materi Kimia berguna untuk ilmu lain
Pas uruan Malang
Diagram 8.7.5b Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Kimia
Kepuasan Siswa Terhadap Pelajaran Biologi 60
55.84 50.77
50 40 30
45.43 43.08 40.00 35.65
38.49 30.77 29.23 27.44 18.46 12.3
20 10 0 STS Biologi sulit dipelajari
18.46 11.99
48.58 49.23 47.69 45.11 44.16 44.62 33.85
35.65
28.39 24.62
21.54
20.00 12.31 11.04
9.46 3.08 4.62 2.84 1.890.32 0 STS Materi Biologi menarik
4.62 2.52 0.32 0 STS Materi Biologi mudah dipahami
3.08 2.84 0.32 00 0 STS Materi Biologi berguna sehari-hari
13.25 4.42 0.32 0 0 STS Materi Biologi berguna untuk ilmu lain
Pas uruan Malang
Diagram 8.7.5c Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Biologi
Pada pelajaran Biologi diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target menganggap Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Biologi merupakan suatu materi yang menarik, 58% 157
menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi Biologi mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 71% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol. Selanjutnya pada kuosioner yang disampaikan pada siswa-siswa di sekolah-sekolah target dan sekolah- sekolah kontrol, diajukan pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap proses pembelajaran matematika dan sains. Pernyataan yang diajukan adalah sebagai berikut; 1). Saya rasa kegiatan belajar Matematika (sains) yang dilakukan menyenangkan. 2). Semangat belajar Saya tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika (sains)yang dilakukan. 3).
Saya rasa kegiatan belajar matematika (sains) yang dilakukan membosankan.
4). Saya malas mengikuti kegiatan belajar matematika(sains). Informasi yang diperoleh disajikan pada empat diagram di bawah ini.
158
Pandangan Siswa Tentang Belajar Matematika 70
67.69 60.00
58 . 4 6
60 47.69 34.07
50
40.00 38.80
35.3
40
35.65
34.07
32.81 29.65
30 23.08
23.34 20.00
23.97
20
20 11. 6 7 6 . 15
12 . 3 0 11. 9 9 . 2 3 10 . 7
11. 0 4 6 . 15
8.83
16 . 0 9 6 . 15
15 . 3 8 9 . 15
3.08
10 3.79 0
0 STS Pembelajaran Matematika menyenangkan
6.62 0
0
STS Semangat tinggi
6 . 15 0.63
1. 2 6
STS belajar Matematika membosankan
STS malas belajar matematika
0
Pasuruan Malang
Diagram 8.7.5d Pandangan Siswa tentang Belajar Matematika
Dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 47% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Matematika yang dilakukan menyenangkan, 45% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang dilakukan, 22% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar matematika.
159
Pandangan Sisw a Tentang Belajar Kim ia 70 60
Pasuruan 6 1.54
Malang 52 .3 1 3 7.54
4 4 .6 2 4 4 .6 2 4 0 .3 8 3 6 .2 8
50 3 7.54 3 5.3 8
40
4 9 .2 3
3 9 .12 3 3 .12
3 0 .77 2 9 .3 4
2 9 .6 5
30 2 1.4 5 16 .9 2
20
13 .2 5 4 .6 2
11.3 6 7.8 9
10
9 .2 3
3 .0 8
6 .1
1.58 0
0 .6 3 0
STS Pembelajaran Kimia menyenangkan
STS Semangat tinggi
0
14 .2 0 13 .8 5 11.9 9
18 .4 6
11.3 6 4 .73 3 .0 8
6 .15 1.2 6 0
STS belajar Kimia membosankan
0 .9 5 0
STS malas belajar Kimia
Diagram 8.7.5e Pandangan Siswa tentang Belajar Kimia Sedangkan untuk pelajaran Kimia dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 48% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Kimia yang dilakukan menyenangkan,
48% menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Kimia yang dilakukan, 12% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Kimia yang dilakukan membosankan, dan 5% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar kimia.
160
Pandangan Siswa Tentang Belajar Fisika 60 Pasuruan 50
50.77
Malang 41.5443.85
37.85
40 33.75
10
40.00 39.43
26.15
32.18 29.23 20 9.46
12.31 6.31 3.08 0.63
39.12 38.46 35.38 23.97
35.38
30 20
41.64
13.85 11.67 9.78 7.69
19.87 16.92
13.88 10.09 9.23 7.69
9.23 5.68 1.58 1.54
1.54 0.63
0 STS Pembelajaran Fisika menyenangkan
STS Semangat tinggi
STS belajar Fisika membosankan
1.58 0
STS malas belajar Fisika
Diagram 8.7.5f Pandangan Siswa tentang Belajar Fisika Pada pelajaran Fisika dari diagram di atas diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 54% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Fisika yang dilakukan menyenangkan, 51% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Fisika yang dilakukan, 11% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Fisika yang dilakukan membosankan, dan 7% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar Fisika. Untuk pelajaran Biologi dari diagram di bawah diperoleh informasi sebagai berikut; sekitar 82% siswa menyatakam setuju dan sangat setuju bahwa mereka menganggap kegiatan belajar Biologi yang dilakukan menyenangkan, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Biologi yang dilakukan, 23% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Biologi yang dilakukan membosankan, dan 9% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar Biologi.
161
Pandangan Siswa Tentang Belajar Biologi 60
56.47
Pas uruan 48.26
50
43.08
40
46.15 43.53
43.08
35.38 29.02 23.08
29.23
30
22.71 18.46 19.24 15.38
26.50
25.55 20.00
20
23.08 18.61
12.62
10 0
Malang
49.21
46.15
4.62 1.26 0 0
STS Pembelajaran Biologi menyenangkan
21.54 15.46
15.38 4.4 9.23 2.21
8.52 6.15 0.32 0
0 0
STS Semangat tinggi
STS belajar Biologi membos ankan
0.63 0
STS malas belajar Biologi
Diagram 8.7.5g Pandangan Siswa tentang Belajar Biologi Data ini menunjukkan bahwa meskipun belajar matematika dan Sains itu sulit tapi mereka masih mempunyai rasa tanggung jawab untuk tetap belajar matematika dan Sains, hal ini ditunjukkan bahwa mereka tidak setuju bahwa belajar matematika dan Sains membosankan dan tidak setuju bahwa mereka malas belajar matematika dan Sains. Selanjutnya disajikan diagram respon siswa terhadap aktivitas pada waktu belajar Matematika dan Sains; Untuk mengungkap aktivitas siswa pada waktu belajar matematika dan sains, respon siswa diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1). Kegiatan belajar matematika dan Sains yang dilakukan memberikan kesempatan kepada Saya dan teman-teman bertukar pikiran. 2). Pada belajar matematika dan Sains yang dilakukan, saya dan teman-teman lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu. 3). Saya bersama teman-teman aktif dalam kegiatan belajar matematika (Sains) yang dilakukan
162
4). Saya bersama teman-teman bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika (sains) Berikut disajikan respon siswa dari sekolah–sekolah target dan sekolah kontrol mengenai aktivitas belajar mereka untuk mata pelajaran matematika dan sains.
Aktifitas Belajar Matematika 80
75.38
72.31
70 60.00
60 50
44.62
40 30 19.56 18.46 17.67
20
10 0.636.31
PASURUAN MALANG
31.86 25.87 25.55 26.15 23.08
7.69 3.47 1.54
39.43 36.59 24.62
9.78 4.62 4.42 0.32 3.08 0.00
23.97
12.30 12.31
15.77 15.38
1.54 0.320.95 0.00
7.69
STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS STS TS R S SS
0.001.54
0
55.21
53.00
Kesempatan bertukar pikiran
belajar Matematika hanya
belajar Matematika dengan aktif
belajar Matematika secara
Diagram 8.7.5h Aktivitas Belajar Matematika Berkaitan dengan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa diperoleh informasi sebagai berikut, pada pembelajaran Matematika sekitar 67% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman bertukar pikiran, 40% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar
matematika yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 51% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar matematika yang dilakukan, dan 79% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika. Aktivitas siswa-siswa pada pembelajaran fisika dapat dilihat pada diagram di bawah ini dengan informasi sebagai berikut; sekitar 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Fisika yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan teman-teman bertukar pikiran, 41% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar Fisika
yang dilakukan lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 56% menyatakan
163
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar Fisika yang dilakukan, dan 74% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar matematika.
70
PASURUAN
Aktifitas Belajar Fisika
64.62 63.09
MALANG
63.08
60 52.37
50 44.62 42.27 40.00
40.00
40
36.28 29.2330.28 30.28
30
10
18.46
17.03 15.38
15.38 12.93
0
21.54 20.19
21.14
20
SS STS TS
Kesempatan bertukar pikiran
6.15 1.89 1.54 0.32 0.00
1.54 0.63
0.32 0.00
S
7.69 4.10
6.15 5.05
6.15 3.15
R
13.85
12.62
8.20 4.62
STS TS
21.45
R
S
SS STS TS
belajar Fisika hanya mendengarkan
R
S
SS STS TS
belajar Fisika dengan aktif
R
S
SS
belajar Fisika secara kolaboratif
Diagram 8.7.5i Aktivitas Belajar Fisika Sedangkan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada peljaran Kimia diperoleh informasi sebagai berikut, sekitar 72% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar kimia yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan temanteman bertukar pikiran, 30% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar kimia yang
dilakukan lebih banyak
mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 59% menyatakan
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar kimia yang dilakukan, dan 73% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar Kimia.
164
80
Aktifitas Belajar Kimia
P ASURUA N M A LANG
70.77
70 60
69.23
56.92
55.52
50
48.90
40
38.4637.22 36.92
30
30.60 27.69
26.18 20.82
19.56
20
17.03
18.61 16.92
16.92
13.85 4.73 4.62
5.36 3.08
4.42 4.62
0.63 0.00
STS TS
R
S
18.30
11.99 10.77
10.77
10 0
55.21
SS STS TS
Kesempatan bertukar pikiran
R
S
0.63 0.00
0.32 0.00
SS STS TS
belajar Kimia hanya mendengarkan
10.77
4.62 4.10
R
S
3.15 3.08
SS STS TS
belajar Kimia dengan aktif
R
S
SS
belajar Kimia secara kolaboratif
Diagram 8.7.5j Aktivitas Belajar Kimia
Aktifitas Belajar Biologi
70
69.23
PASURUAN MALANG 60.00 56.78
60
57.41
56.15
52.31
50 40
38.46 30.91
30
23.34 23.0823.66 20.00
20
12.31
7.89
6.15 5.99
0.00 0.00
R
S
SS STS
Kesempatan bertukar pikiran
TS
R
S
SS
belajar Biologi hanya mendengarkan
10.73
9.23
7.69 0.00 0.00
STS TS
18.46
17.98
12.31
10.73 7.69 5.36
10
27.13
18.93
16.92
15.38
0
27.69
26.81
STS
1.58
TS
0.32 0.00
R
S
3.08 1.58
SS STS TS
belajar Biologi dengan aktif
R
S
SS
belajar Biologi secara kolaboratif
Diagram 8.7.5k Aktivitas Belajar Biologi Dan untuk aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa pada pelajaran Biologi diperoleh informasi sebagai berikut, sekitar 73% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar Biologi yang dilakukan memberikan kesempatan kepada saya dan temanteman bertukar pikiran, 37% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa belajar Biologi yang
165
dilakukan lebih banyak
mendengarkan daripada melakukan sesuatu, 75% menyatakan
setuju dan sangat setuju mereka aktif dalam kegiatan belajar Biologi yang dilakukan, dan 83% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka bekerjasama dalam kegiatan belajar Biologi. 8.7.6 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas Berkaitan dengan penelitian tindakan kelas kepada guru-guru diajukan beberapa pertanyaan mengenai rencana dan pelaksanaan PTK. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah; (a).
Selama menjadi guru saya melakukan PTK
(b).
Selama menjadi guru saya berdiskusi bersama guru sejawat membahas
permasalahan pembelajaran. (c).
Bersama guru sejawat saya mendiskusikan alternative solusi pembelajaran.
(d).
Bersama guru sejawat saya menyusun rencana PTK.
(e).
Dalam melakukan PTK saya berkolaborasi dengan PT.
(f).
Setelah selesai PTK saya mempublikasikan dalam jurnal atau sejenisnya.
(g).
Setelah selesai PTK saya mempresentasikan dalam seminar.
Jawaban guru-guru terhadap pertanyaan tersebut disajikan pada diagram di bawah ini.
166
Pelaksanaan PTK
120 Malang
100
Pasur uan
100
100
91 86 82
80
60
50
50
50
53
42
40
20
74
70
35 25
50
42
40
32 25 25 25
26
21 17
19 8
14
9 4 0
8 00 0 2
5 00 0
26
11 8
19 9
7 0 0
2
12 7
9 0
0
2
00
0
4 4 0 00 0
0
0
2
00 00
0 a
b
c
d
e
f
g
Diagram 8.7.6a. Pelaksanaan PTK Sekitar 88% guru-guru menyatakan
tidak pernah, jarang dan ragu-ragu bahwa
selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 78% menyatakan sering dan selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 81% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi pembelajaran, 91% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadang-kadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 82% menyatakan tidak pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 91% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 100% menyatakan tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolahsekolah kontrol. Selanjutnya untuk mengungkap pentingnya penelitian tindakan kelas untuk guru diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagi berikut; (a).
Saya tertarik pada PTK
(b).
PTK
merupakan
kegiatan
yang
profesionalisme saya.
167
dapat
meningkatkan
peningkatan
(c).
PTK penting bagi saya karena dapat meningkatkan kemampuan saya
meneliti. (d).
PTK penting bagi saya untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran. (e).
PTK penting bagi saya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol adalah sebagai berikut.
Pentingnya PTK
90
83
80
83
75 70
70
75 74
75 61
61
60
56
50 40
39
35 25
STS
TS
0
00
4
0
12
8
8 0
00
8
7
8
8 0
0
8
4
8 00
00
TS
00
8
TS
00
8
STS
8
5
TS
10
STS
20
23
19
17
STS
30
8
5
a M alang
b
c
d
SS
S
R
SS
S
R
TS
SS
STS
S
R
SS
S
R
SS
S
R
0
e
P asuruan
Diagram 8.7.6b. Pentingnya PTK Sembilan puluh lima persen guru-guru di sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru tertarik pada PTK, 97% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan peningkatan profesionalisme guru, 93% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru karena dapat meningkatkan kemampuan guru meneliti, 84% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, dan 95% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK penting bagi guru untuk
168
meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendapat serupa disampaikan pula oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol. Untuk mengetahui kegunaan PTK , kepada guru-guru di sekolah target dan kontrol diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; (a).
Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(b). Saya merasa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat. (c).
Saya merasa PTK berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
sertifikasi guru. (d). Saya merasa PTK berguna untuk meningkatkan suasana akademik sekolah. Jawaban guru terhadap pertanyaan di atas dapat dilihat pada diagram di bawah ini
Kegunaan PTK 90
83
M alang
82
Pasuruan
80
70
66 66
64 58
60
53
50
39 40
25 25
27 23 17 5 02
02
0
STS
TS
R
10
5
8
9
17 9
9
8 02
0
2
0
8
8
7
02
0
TS
20
25
25 19
STS
30
a
b
c
SS
S
R
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
SS
S
0
d
Diagram 8.7.6c. Kegunaan PTK Dari diagram di atas diperoleh informasi 100 % guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, 64% menyatakan 169
setuju dan sangat setuju bahwa PTK berguna untuk menambah angka kredit kenaikan pangkat, dan 91% ,emyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
PTK berguna untuk
meningkatkan suasana akademik sekolah. Berdasarkan analisa terhadap diagram tabel yang sama jawaban guru-guru di sekolah-sekolah menjawab hal yang senada. Selanjutnya untuk mengungkap kesulitan
guru-guru dalam melaksanakan PTK
diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; (a). Saya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. (b). Saya mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah. (c). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK. (d). Saya mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data. (e). Saya mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK (f). Saya mengalami kesulitan dalam menulis laporan. (g). Saya belum memahami prosedur PTK Informasi dari guru-guru di sekolah target dan sekolah kontrol dapat dilihat pada diagram di bawah ini;
170
70 58
60
55 50
50 40
38 33
32
30 20
42 41
42
42
33 30 30 32
42
32 33
32
17
16
17 8
8 4 0
2
5 2
0
32
34
33
38
29
27 23
25
10
36
30
32 33 29
25 26
21
17
17
9 9
8
2 0
2 0
9
9 8 7 2 0
8
8
8
8
7
7 2 0
2 0
0 a
b
c
M alang
d
e
f
g
Kesulit an PTK
P asuruan
Diagram 8.7.6d. Kesulitan PTK Dari diagram di atas diperoleh informasi 59% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah, 62% menyatakan sangat tidak satuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK,
55% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu
bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 50 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK.
171
9. HASIL ANALISIS DATA KUALITATIF KOTA/KAB PASURUAN 9.1 Hasil Analisis Pembelajaran a. Pembelajaran Fisika Secara umum kegiatan pembelajaran untuk matapelajaran fisika di kelas X salah satu SMA Sampel masih belum baik. Dalam beberapa hal ada yang perlu dibenahi sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berimbas pada peningkatan capaian belajar siswa. Berdasarkan kuantisasi hasil observasi menggunakan skala Likert pada proses pembelajaran yang telah dilakukan dari seluruh aspek diperoleh skor rerata 53,25 dari skor tertinggi 100. Hal ini dapat disimpulkan, kebanyakan indicator kualitas proses pembelajaran perlu ditingkatkan, khususnya pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti, dan pengelolaan hands-on activity. Pembelajaran Fisika di SMA Sampel lainnya diperoleh hasil observasi sebagai berikut. Kegiatan awal/ pendahuluan: •
Guru menuliskan Tujuan Pembelajaran
•
Appersepsi kurang menarik minat siswa
•
Ilustrasi guru kurang menarik
•
Siswa pasip/tidak memberikan pertanyaan
•
Siswa tidak membantu menyiapkan alat-alat.
Kegiatan Inti • Siswa pasif •
Siswa mengambil data
•
Jumlah siswa dalam kelompok terlalu besar
•
Media tidak cukup memadai
•
Terjadi diskusi kelompok oelh sebagian kecil siswa
•
Siswa memperoleh data dari percobaan
•
Papan tulis digunakan secara proporsional
•
Sebagian besar siswa pasip
•
Siswa tidak terdororng untuk berpartisipasi dan berprestasi
Kegiatan Akhir •
Siswa tidak memberi contoh dan mengaplikasikan konsep
172
•
Siswa mengerjakan evaluasi
•
Sebagian siswa dapat membuat rangkuman pada akhir pembelajaran
b. Pembelajaran Matematika
Secara umum pelajaran matematika di Kelas XI-A Salah satu SMA sampel berlangsung lancar. Guru mengawali pelajaran dengan meminta beberapa siswa menuliskan hasil kerja menyelesaikan soal latihan matematika di rumah pada pelajaran sebelumnya. Setelah itu baru guru memulai pelajaran materi berikutnya dengan menjelaskan konsep ”Turunan atau persamaan diferensial”. Dalam menjelaskan konsep turunan guru mengambil contoh kasus rumus kecepatan dalam pelajaran fisika. Selanjutnya dibahas satu contoh soal. Berikutnya siswa diminta mengerjakan soal latihan dalam buku paket. Pada saat siswa mengerjakan soal latihan ini guru berkeliling mendampingi kerja siswa. Dalam mengerjakan soal latihan ini tidak dibentuk kelompok atau kerja secara individual, siswa kadang-kadang hanya berdiskusi dengan teman di sebelahnya. Kegiatan ini berlangsung sampai waktu dua jam pelajaran selesai. Sebelum mengakhiri guru meminta siswa meneruskan pekerjaannya di rumah. Jadi secara umum pembelajaran ini berlangsung secara konvensional, kurang kontekstual, dan tidak dibentuk kelompok kerja/belajar. Hasil observasi Proses Pembelajaran dengan mengambil seorang guru matematika dan seorang guru sains sebagai sampelnya dan hasilnya sebagai berikut di bawah: 1. Aspek membuka pelajaran yang meliputi 6 indikator, dapat disimpulkan bahwa untuk pembelajaran matematika berkatagori cukup baik (indikasi 2), sedang pembelajaran sains berkatagori cukup baik (indikasi 3). Namun tidak nampak kelihatan siswa yang merumuskan permasalahan dan membantu menyiapkan alat/media yang diperlukan saat pembelajaran berlangsung (indikasi 1) 2. Aspek kegiatan inti yang meliputi 16 indikator, dapat disimpulkan telah berjalan dengan baik untuk kedua mata pelajaran, yaitu matematika dan sains (indikasi 3), hanya peranan siswa untuk urun pendapat dan melakukan investigasi masih belum nampak (indikasi 1) dan nampaknya masih terdapat beberapa siswa yang nampak tertekan (indikasi 1).
173
3. Aspek kegiatan akhir/pemantapan yang meliputi 4 indikator, telah dilakukan guru matematika dengan baik (indikasi 4) dan dengan cukup baik (indikasi 3) oleh guru sains. Aspek kegiatan praktikum (hand-on activity) yang meliputi 5 indikator, pada indikator pertama
guru matematika dan sains telah melakukannya
sesuai dengan tujuan
pembelajaran (indikasi 3 dan 4). Namun 4 indikator berikutnya yang ada, yaitu arahan kegiatan praktek, teknik laboratorium yang benar dan aman, peralatan buatan guru dan pengembangan keterampilan proses tidak nampak dilakukan guru baik matematika maupun sains (indikasi 1).
c. Hasil Observasi Pembelajaran Kimia
Kegiatan Awal/ Pendahuluan •
Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran;
•
Guru memberi apersepsi;
•
Siswa memperhatikan dan menangkap tujuan pembelajaran, dan menjawab pertanyaan yang diberikan Guru.
Kegiatan Inti •
Guru melakukan pembelajaran dengan tanya jawab, dan hasilnya ditulis di papan tulis;
•
Guru membentuk 6 kelompok dari 39 siswa;
•
Guru memberi soal ke masing-masing kelompok;
•
Diskusi kelompok kurang maksimal;
•
Setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompok.
•
Guru tidak membahas hasil diskusi;
•
Siswa tidak mempunyai buku paket, yang ada buku LKS.
Kegiatan Akhir/ Penutup •
Guru tidak merangkum dan tidak mengajak siswa merangkum
•
Guru memberi tugas di LKS;
•
Guru berjanji mengoreksi hasil diskusi, dan mengembalikan hasil diskusi pada pertemuan berikutnya
174
9.2 Hasil Wawancara kepada Kepala Sekolah Guru dan Siswa a. Kapasitas guru Kinerja guru matematika dansains pada umumya cukup baik, kolaborasi atar guru cukup baik. Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru yaitu dengan mencari peluang untuk mengikutkan guru ke berbagai kegiatan. Sebagian besar guru matematika dan sains telah kompeten dalam bidangnya. Interaksi antarguru di sekolah baik, sikap guru matematika dan sains juga baik. Semua guru matematika dan sains terlibat dalam MGMP, kepala sekolah selalu mendorong dan memonitor guru yang mengikuti MGMP. Selain MGMP kegiatan akademik yang dilakukan/ diikuti oleh guru matematika dan sains di luar sekolah adalah mengikuti pelatihan.
b. Implemetasi kegiatan MGMP Kontribusi sekolah terhadap kegiatan MGMP diwujudkan dengan mendanai kegiatan tersebut yang dibajetkan oleh MKKS. Kegiatan MGMP yang didaai miimal 10 kali dalam satu tahun.Kepala sekolah memberdayakan guru dalam kegiatan MGMP dengan cara mengundang guru untuk mengikuti MGMP karena kepala sekolah sangat mendukung kegiatan MGMP. Saran yang duiusulkan kepala sekolah adalah dana untuk MGMP jika bisa tidak hanya dari sekolah melainkan ada kontribusi dari daerah melalui APBD.
c. Pengelolaan laboratorium Laboratorium dan kelas berfungsi ganda sebagai laboratorium dan sebagai ruang kelas. Ada laboran khusus sebagai teaga pegelola. Kepala sekolah megusahakan pengadaan/pemeliharaan alat-alat laboratorium. Laboratorium belum memadai sehigga alat/media masih belum tertata dengan baik, alat peraga sebagian disimpan di almari guru, sebagian lagi di laboratorium. Hanya ada satu laboratorium untuk sains. Bajet yang diguakan untuk mengelola laboratorium relatf sedikit dan belum mencukupi untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium. Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan laboratorium adalah
sarana kurang mencukupi, bahan untuk kegiatan 175
laboratorium sulit diadakan. Guru matematika memiliki alat peraga (media/maipulatif) untuk pembelajarannya yang diusahakan oleh sekolah dan guru yang bersangkutan. Alat peraga tersebut disimpan di atas almari di ruang guru dan ruang lainnya karena sekolah belum memiliki almari khusus untuk peyimpanan alat peraga tersebut. Terkait dengan pengelolaan laboratorium ada SMA yang memiliki lab bahasa, lab komputer, lab kimia yang masih jadi satu dengan lab biologi, dan lab fisika yang sekarang digunakan untuk kelas karena lab fisika peralatannya masih belum memadai (kurang). Rencananya akan dibuatkan lab kimia tersendiri beserta isinya. Masing-masing lab ada pengelola dan ada laborannya. Untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium, ada anggaran dari pemkot dan juga diambilkan dari dana SPP. Besar anggaran untuk kegiatan lab IPA sekitar 20 juta per tahun, sedangkan untuk lab komputer sekitar 72 juta pertahun. Dana sebesar itu nampaknya sudah cukup untuk memfasilitasi kegiatan laboratorium. Dalam mengelola laboratorium IPA, masalah yang sering dihadapi adalah pengelola lab IPA terlalu keras dalam mengelola lab, sehingga guru-guru IPA menjadi enggan menggunakan fasilitas lab ataupun melakukan kegiatan laboratorium/praktikum. Masalah yang lain adalah kemauan guru untuk melakukan kegiatan praktikum kurang. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran matematika, sekolah juga telah menyediakan alat peraga walaupun jumlah dan jenisnya belum memadai (sedikit). Untuk alat peraga tertentu biasanya dibuat sendiri oleh guru atau bahkan siswa. Karena belum mempunyai ruang khusus, maka alat peraga ini biasanya disimpan di ruang guru atau di tempat lain, misalnya di gudang atau di lab pembelajaran.
d. Perecanaan Pembelajaran Guru Sains maupun matematika wajib membuat silabus, mereka menyiapkan memerlukan waktu 2-3 minggu.Bahan ajar tidak mereka siapkan, yang ada LKS produk MGMP. Fasilitas yang dimiliki untuk menunjang pembelajaran berupa alat peraga buatan guru (matematika), sedang untuk sains ada beberapa torso dan sedikit mikroskop, gelas kimia dan statif. Alat peraga untuk menunjang pembelajaran tidak cukup, seringkali alat yang penting tidak ada. Kegiatan hand-on sering dilakukan, misalnya menentukan tinggi pohon untuk matematika dengan menggunakan alat buatan sendiri; Sedangkan untuk Sains misalnya: Gerak melingkar beraturan dengan menggunakan stopwatch, penggaris,alat senmtripetal; 176
Uji bahan makanan dengan menggunakan tabung reaksi, pipet, reagent. Kegiatan pembelajaran yang tanpa praktikum dilakukan di kelas, sedangkan kegiatan pembelajaran yang ada praktikumnya dilakukan di laboratorium. Mengingat laboratorium yang dipunyai sekolah hanya satu yaitu laboratorium IPA, sementara kegiatan praktikum IPA yang meliputi Fisika, Kimia dan Biologi sering dilakukan, maka sering berbenturan jam praktikum antara ke tiga matapelajaran tersebut. Hal ini diatasi oleh guru dengan cara mengatur kegiatan. Apabila praktikumnya tidak memerlukan banyak alat laboratorium dilakukan di kelas, misalnya pengmatan morfologi alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Guru melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil dalam pembelajarannya. Evaluasi/asesmen
dilakukan dengan menilai pelaksanaan praktikum sampai membuat
lapora percobaan, tugas, portofolio, catatan harian dan tes tulis. Secara umum guru belum merasa puas dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Masalah yang timbul antara lain kurangnya fasilitas belajar siswa, sarana dan prasarana yang belum mencukupi. Hal ini diatasi dengan memfungsikan ganda ruang kelas dan laboratorium, membuat alat peraga sendiri tetapi penyimpanannya masih berantakan di atas almari atau di ruang yang kosong karena tidak adanya lemari khusus untuk menyimpan alat peraga. Guru Sains dan matematika selalu berupaya untuk membelajarkan lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya. Upaya yang dilakukan guru yaitu bertukar wawasan sesama guru di sekolah, atau melalui MGMP. Disamping itu guru mengikuti pelatihan pembelajaran. Guru matematika tidak mengharuskan siswa untuk memiliki buku wajib,
guru
menyarankan siswanya memiliki buku apa saja asal relevan. Sedangkan guru Sains mewajibkan sekurang-kurangnya buku paket, dan karangan M. Purba untuk Kimia. Disamping itu guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
menggunakan buku
terbitan Erlangga, menggunakan buku terbitan Erlangga, Yudistira atau buku lain yang relevan Frekuensi kegiatan laboratorium yang dilakukan oleh guru Sains sangat banyak, lebih enam kali dalam satu semester karena hampir semua topik ada kegiatan praktikumnya. Akibatnya penggunaan ruang lab. sangat padat dan sering berbenturan jam praktikum antara matapelajaran Fisika, Kimia dan Biologi; untuk mengatasinya praktikum juga dilaksanakan di kelas. Petunjuk praktikum tidak selalu disiapkan sendiri oleh guru. Sebagian guru telah 177
berusaha membuat skenario praktikum untuk pembelajarannya, sebagian yang lain menggunakan produk MGMP. Kegiatan praktikum dilaksanakan oleh kelompok-kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Mengingat keterbatasan sarana yang dimiliki sekolah, guru mengupayakan untuk memanfaatkan alat sederhana dan terjangkau yang dapat disiapkan oleh sekolah maupun siswa. Kendala yang dihadapi guru sains adalah kurungnya alat da bahan yang diperlukan untuk kegiatan laboratorium. LKS yang digunakan untuk kegiatan laboratorium secara umum merupaka hasil dari MGMP. Ada sebagian guru yang telah menyiapkan LKS untuk kegiatan laboratorium. Melalui kegiatan laboratorium siswa mendapatkan pengalaman belajar nyata dan lebih mengena, sehingga siswa lebih memahami inti materi pembelajaran. Siswa diberi kesempatan oleh guru sains untuk melakukan pengamatan, mengumpulkan data, mengolah data, menyimpulkan dan mempresetasikan hasil percobaan. Evaluasi kegiatan laboratorium yang dilakuka guru sains adalah evaluasi proses dan hasil, disamping membuat laporan percobaan dan portofolio.
e. Persepsi dan Kinerja Persepsi guru matematika dan sains mengeai pembelajaran matematika dan sains ada yang sudah baik, namun ada pula yang masih belum kompeten. Masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah sulitnya siswa memahami konsep. Adapun upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar atara lain menyampaikan materi melalui praktek di laboratorium, belajar kelompok, memberikan tugas-tugas kepada siswa. Guru sudah pernah mencobakan inovasi dalam pembelajarannya untuk mencari solusi pembelajaran yang efektif. Menurut pendapat guru inovasi yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan sains adalah inovasi pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu mengkonstruksi materi secara mandiri dengan pemahamannya sendiri, supaya mudah dipahami dan bertahan lebih lama diingatanya. Guru matematika dan sains merasa sudah bekerja secara optimal, namun bukan berarti sudah puas.Guru masih ingin meningkatkan kemampuan terutama model-model pembelajaran yang baru. Suasana akademik di sekolah meurut guru matematika dan sains sudah kondusif. Guru juga melakuka kegiatan kolaborasi dengan guru sesama bidang studi melalui MGMP, 178
dalam satu tahun ada 10 kali pertemuan di MGMP. Semua guru matematika da sains terlibat dalam kegiatan MGMP. MGMP cukup memfasilitasi guru untuk berkembang. Kegiatan yang biasa dilakuka MGMP yaitu membuat perencanaan pembelajaran.
f. Persepsi Siswa Siswa tidak megalami kesulitan dalam pelajaran sains dan matematika, menurut siswa kalau belajar pasti bisa. Siswa menyenangi matematika dan sains karena jawabannya pasti, dan cara mempelajarinya terus-menerus. Kegiatan pembelajaran matematika dan sains membuat siswa dapat memahami palajaran dengan baik. Media yang sering dipakai dalam pembelajaran matematika adalah penggaris, busur, segitiga. Kesulitan yang sering dialami siswa adalah memahami konsep dan teori. Siswa bertanya kepada guru atau teman jika belum mengerti tentang materi yang dipelajari di kelas. Buku sains / matematika yang digunakan di sekolah adalah terbitan Grafindo. Di samping itu siswa juga memiliki buku terbitan Erlangga, Yudistira, dan Cempaka Putih.
9.3 Kondisi dan Situasi Sekolah Fisik bangunan sekolah mada umumnya cukup mamdai, walaupun ada beberapa bangunan lama namun juga ada beberapa banguna baru hasil rehab. Khususnya ruang kerja kepala sekolah, ruang guru dan ruang tata usaha cukup representatif dengan fasilitas yang memadai. Demikian juga pemanfaatan juga cukup efektif, artinya aktivitas kerja kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi cukup aktif dengan tugas masing-masing. Perpustakaan untuk siswa juga cukup memadai dengan kapasitas tempat duduk untuk baca kurang lebih 50 orang, jumlah koleksi buku yang cukup. Ruang BP untuk kegiatan konseling juga tersedia dengan fasilitas yang memadai, namun saat itu tidak ada aktivitas bimbingan dari guru BP. Halaman sekolah cukup luas, yang meliputi halam depan dan halaman tengah, dengan aktivitas saat itu adalah olah raga, sepak bola, bola volly, dll. Kamar mandi/WC tersedia dalam julah cukup, terpisah antara WC putra dan putri. Namun perawatan fasilitas kamar mandi dan WC masih perlu ditingkatkan. Kegiatan ekstra kurikuler yang meliputi KIR, Olah raga, Pramuka, juga berjalan dengan baik.
179
Kondisi dan Situasi Kelas Ruang kelas untuk sekitar 36-40 siswa cukup memadai, yakni berukuran sekitar 8x8 2
m . Penataan tempat duduk konvensional atau berjajar, dengan 1 anak 1 kursi, dan 2 anak 1 meja. Fasilitas poster atau gambar-gambar yang mendukung pelajaran masih kurang. Penerangan ruang kelas cukup memadai, baik dari penerangan alami dengan matahari maupun dengan lampu listrik. Kebersihan ruang kelas secara umum cukup terpelihara, aktivitas belajar juga cukup tertitip. Kondisi dan Situasi Laboratorium Labotarorium Sains ada dua ruangan. Satu ruang lebih khusus untuk laboratorium kimia, dan satu ruangan untuk fisika. Sementara biologi dapat menggunakan keduanya. Untuk mengamankan kerja siswa disediakan jas lab untuk siswa dan guru. Alat lab tersedia cukup walaupun perlu penambahan dan peremajaan. Perawatan atau kebersihan ruang laboratorium perlu ditingkatkan, terutama berkaitan dengan masalah debu. Penerangan dan ventilasi lab secara alamiah dari matahari agak kurang, dari listrik cukup. Pengamanan alat dan bahan lab di ruang persiapan cukup memadai namun perawatannya perlu ditingkatkan. 10. KESIMPULAN
10.1 Informasi Pribadi Responden Ø Kepala Sekolah Dari ketiga wilayah yang disurvey, seluruh kepala sekolah yang mengisi angket terdiri dari 30 orang, 24 orang berasal dari kepala sekolah dari kelompok target dan 6 orang kepala sekolah dari kelompok kontrol. Informasi tingkat pendidikan kepala sekolah adalah sebagai berikut; di kabupaten Karawang masih terdapat 1 orang
kepala sekolah yang
berpendidikan D3. Pada umumnya pendidikan kepala sekolah dari ketiga wilayah tersebut berpendidikan S1. Yang paling menonjol adalah tingkat pendidikan kepala sekolah di Surabaya, karena dari 8 orang kepala sekolah semuanya berpendidikan S2. Sedangkan di Malang semuanya berpendidikan S1, tidak ada yang S2. Tiga orang berlatar belakang pendidikan bidang Matematika, 4 orang berlatang belakang pendidikan Fisika, dan 22 orang yang lainnya berlatang belakang pendidikan lain-lain, dan 1 orang tidak mengisikan jawaban untuk pertanyaan ini. Ø Guru Seluruh guru sampel dari ketiga wilayah berjumlah 167 orang, tingkat pendidikan
180
guru mulai dari D1 sampai S2. Namun demikian yang berpendidikan D1 hanya 1 orang yang berasal dari Wilayah Karawang-Purwakarta. Pada umumnya tingkat pendidikan guruguru adalah S1, sedangkan guru-guru yang paling banyak dengan tingkat pendidikan S2 (ada 6 orang) adalah Wialayah Surabaya. Sebaliknya wilayah yang tidak memiliki guru dengan tingkat pendidikan S2 adalah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta. Dan dari 148 orang guru yang menjawab angket untuk pertanyaan ini, untuk masingmasing wilayah mayoritas latar belakang pendidikan guru adalah bidang Matematika, disusul Fisika. Sedangkan guru di Pasuruan dan Surabaya tidak ada yang berlatar belakang bidang Kimia.
Jumlah guru yang mengajar ditempat lain paling banyak berasal dari
Wilayah Pasuruan-Malang sebanyak 12 orang, disusul Wilayah Karawang-Purwakarta sebanyak 10 orang, dan terakhir Wilayah Surabaya-Gersik sebanyak 5 orang. Ø Pejabat Dinas Pendidikan Informasi untuk baseline survey diungkap pula dari pejabat pendidikannya. Data yang diperoleh mengenai tingkat pendidikan para pejabat pendidikan adalah sebagai berikut jumlah seluruh pejabat pendidikan yang disurvey ada 19 orang. Berdasarkan data tingkat pendidikan para pejabat pendidikan adalah S1 dan S2.
10.2 Informasi Sekolah Ø Rasio Guru dan Siswa Rasio antara guru dan siswa yang mendekati ideal adalah di Kabupaten Malang (1 :12) artinya 1 orang guru membina 12 orang siswa, sedangkan di kabupaten Karawang, beban guru lebih berat karena 1 orang guru harus membina 24 orang siswa. Rata-rata siswa putus sekolah 80 orang pertahun untuk Wilayah KarawangPurwakarta, 61 orang untuk Wilayah Pasuruan-Malang, dan
3 orang untuk Wilayah
Surabaya-Gersik Sidoarjo. Sedangkan rata-rata siswa yang tidak naik kelas untuk masingmasing wilayah adalah 13 orang untuk Wilayah Karawang-Purwakarta, 40 orang untuk Wilayah Pasuruan-Malang, 7 orang untuk Wilayah Surabaya-Gresik Sidoarjo. Dengan demikian Wilayah yang siswanya paling banyak drop out adalah Wilayah Karawang – Purwakarta, dan siswa yang apling banyak tidak naik kelas ada di Wilayah PasuruanMalang.
181
10.3 Kegiatan MGMP Ø Pengetahuan dan Keterlibatan Kepala Sekolah dalam Kegiatan MGMP Kepala sekolah-kepala sekolah di masing-masing wilayah rata-rata sudah mengetahui isi dari kegiatan MGMP dan pernah mengikuti kegiatan tersebut. Ø Partisipasi Guru dalam Kegiatan MGMP Kebanyakan guru - guru dari Wilayah Karawang-Purwakarta dan Wilayah PasuruanMalang telah mengikuti kegiatan MGMP, sedangkan di Wilayah Surabaya-Gersik hanya sekitar 40% yang telah mengikuti kegiatan MGMP, sehingga khusus untuk Wilayah Surabaya-Gersik, guru-gurunya lebih didorong untuk mengikuti kegiatan tersebut. Ø Kekuatan dan Kelemahan MGMP-MIPA Guru, kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan yang menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan MGMP berdampak pada penambahan pengetahuan hanya didukung oleh kurang dari 48% guru-guru, 37,5% kepala sekolah, meskipun demikian pejabat dinas memberikan respon positif terhadap kegiatan tersebut. Guru-guru lebih setuju untuk menyatakan bahwa kegiatan MGMP hanya sebagai forum untuk bertukar fikiran. Sedangkan kegiatan MGMP kurang memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
akademik,
meningkatkan
kemampuan
metode
pembelajaran,
dan
menyelesaikan persoalan kelas. Dengan demikian forum MGMP selanjutnya diharapkan dapat mengakomodasi segala yang menjadi kebutuhan guru. Adapun yang menjadi kelemahan dari kegiatan MGMP menurut guru, kepala, sekolah dan pejabat dinas pendidikan adalah; “Kegiatan MGMP Kurang memperoleh dukungan dan sumber daya (dana dan fasilitas) secara memadai”. Sedangkan pendapat guru yang paling menonjol tentang kelemahan kegiatan MGMP adalah “Hanya sejumlah kecil guru menghadiri kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil survey tersebut diharapkan para pelaksana kegiatan MGMP menperhatikan aspek-aspek tersebut. Ø Kebutuhan Guru Di ketiga wilayah rata-rata di atas 80% guru menyatakan kebutuhannya dalam memperdalam penguasaan materi ajar; 77% dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar; 50% dalam memahami proses belajar siswa. Sedangkan terhadap pertanyaan objektivitas dari kepala sekolah guru yang merespon hanya 29% dan kebutuhan untuk mendapat kesempatan berdiskusi rata-rata 50%. Dengan demikian kebutuhan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah 182
pendalaman materi, keterampilan
mengajar, pemahaman proses mengajar, dan kesempatan untuk berdiskusi. Sedangkan untuk pentingnya objektivitas penilaian dari kepala sekolah para guru tidak menganggap sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting. Ø Materi dan Rencana Kegiatan MGMP Rencana kegiatan MGMGP, sekitar 75% guru-guru tidak begitu mendukung terhadap pernyataan
“Kegiatan MGMP harus direncanakan pada tingkat yang lebih
bawah”, “kegiatan MGMP harus dihadiri oleh semua guru tidak hanya perwakilan saja”, dan “kegiatan MGMP harus dilaksanakan lebih sering”.
Hal ini mungkin disebabkan
kurangnya kesadaran guru tentang pentingnya kegiatan MGMP. Sedangkan para kepala sekolah berpendapat sebaliknya. Namun untuk pernyataan ”Semua guru harus diberi kesempatan untuk menghadiri kegiatan MGMP, dan “ Kegiatan MGMP harus memperoleh dukungan dana” sekitar 80% guru dan kepala sekolah menyatakan setuju dan sangat setuju. Ø Sikap dan Kepedulian Pejabat Dinas Pendidikan terhadap MGMP Para pejabat dinas pendidikan di setiap wilayah akan mendukung dan mendorong terlaksana kegiatan MGMP. Berdasarkan informasi dari guru, kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan bahwa kegiatan MGMP berdampak pada penambahan pengetahuan hanya didukung oleh kurang dari 48% guru-guru, 37,5% kepala sekolah, meskipun pejabat dinas memberikan respon positif terhadap kegiatan tersebut. Guru-guru lebih setuju untuk menyatakan bahwa kegiatan MGMP hanya sebagai forum untuk bertukar fikiran. Sedangkan kegiatan MGMP kurang memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan metode pembelajaran, dan menyelesaikan persoalan kelas. Dengan demikian forum MGMP selanjutnya diharapkan dapat mengakomodasi segala yang menjadi kebutuhan guru.
10.4 Manajemen Sekolah Ø Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa kepala sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru;
secara teratur melakukan kunjungan kelas untuk
memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; 183
serta memberikan
penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah. Disamping itu guru dan kepala sekolah di ketiga wilayah menyatakan bahwa kepala sekolah target menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan ”secara teratur kepala sekolah memeriksa rencana pembelajaran yang disusun guru”;
secara teratur
melakukan kunjungan kelas untuk memantau dan mensupervisi proses pembelajaran dalam kelas; serta memberikan penghargaan khusus kepada guru-guru yang bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sekolah. Ø Komunikasi dan Partisipasi Komunikasi antara guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan, membahas permasalahan serta tentang komite sekolah merupakan kondisi awal yang perlu diketahui. Berdasarkan hasil survey untuk ketiga wilayah di atas dapat dilihat bahwa, sekitar diatas 80% guru dan kepala sekolah menyatakan setuju dan sangat setuju pada pernyataan guru-guru terlibat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan di sekolah, tidak ragu berbicara pada kepala sekolah mengenai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dan menajemen kelas, dan memiliki komite sekolah yang aktif mendukung peningkatan kualitas/kinerja sekolah. Ø Prioritas Pengembangan Guru Program pengembangan guru di sekolah merupakan informasi awal yang penting untuk diketahui sebagai gambaran kondisi awal tentang persepsi kepala sekolah dan guru. Para pejabat dinas pendidikan di setiap wilayah akan mendukung dan mendorong terlaksana kegiatan MGMP. Disamping itu pada umumnya kepala sekolah dan guru di sekolah target dan sekolah kontrol menyatakan bahwa; Pelatihan guru merupakan salah satu prioritas sekolah,
Guru-guru diberi cukup waktu untuk berpartisipasi dalam pelatihan dan
pengembangan guru, dan Guru-guru (kami) didorong untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
10.5 Budaya Sekolah Ø Kesejawatan dan Dukungan Antar Guru Berdasarkan data hasil survey sebagian besar guru di sekolah target dan sekolah kontrol di ketiga wilayah di atas 80% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa: guru 184
merasa nyaman ketika bekerja dengan guru-guru yang lain di sekolah ; guru merasa bebas untuk mendiskusikan masalah-masalah pekerjaan dengan guru lain; dan guru merasa bebas untuk meminta nasehat dan saran dari guru lain dalam hal mengajar. Sedangkan 25 % lainnya merasa ragu-ragu terhadap ketiga pernyataan tersebut. Ø Dukungan Guru Terhadap Siswa Dari analisa terhadap hasil angket, guru-guru masih perlu meningkatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa-siswa mereka, karena kurang dari 50% siswa yang merasa diperhatikan oleh guru ketika mereka sedang bermasalah. Ø Lingkungan yang Mendukung diantara Siswa Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa pada umumnya siswa (di atas 80%) di sekolah target dan sekolah kontrol di ketiga wilayah menyatakan setuju bahwa ”Saya senang belajar bersama dengan siswa lain di kelas”; ”Saya merasa bebas bertanya kepada teman sekelas”, ketika saya mempunyai kesulitan belajar di kelas; dan ”Saya senang membantu teman sekelas bila mereka mempunyai kesulitan belajar di kelas. Ø Dukungan dan Dorongan Orang Tua Kepada Siswa Pada umumnya siswa di sekolah target dari ketiga wilayah menyatakan setuju bahwa “Orang tua saya berpendapat bahwa belajar sungguh-sungguh itu penting”; “Orang tua saya membantu saya belajar di rumah”; dan “Orang tua saya menaruh perhatian pada apa yang saya pelajari di sekolah”. Tidak terlalu berbeda respon siswa di sekolah kontrol rata rata di atas 79% menyatakan setuju pada ketiga pernyataan tersebut.
10.6 Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Ø Kerja Kelompok Hasil analisa terhadap data diperoleh informasi pembelajaran matematika belum memanfaatkan secara maksimal pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk belajar dalam kelompok. Disamping itu masih perlu ditingkatkan proses belajar dilaksanakan dalam kelompok kecil dan diskusi dilaksanakan dalam kelompok, hal ini diupayakan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, berbagi informasi, meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan menghargai pendapat orang lain. Ø Penggunaan Bahan-bahan Media Pembelajaran yang Konkret Berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran yang konkret diperoleh informasi untuk sekitar rata-rata 82% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pembelajaran matematika
menggunakan alat pembelajaran/alat peraga yang 185
bervariasi, seperti; peta, grafik, gambar, kartu, dsb., dalam pembelajaran di kelas, 73% menyatakan tidak pernah, jarang dan kadang-kadang proses pembelajaran matematika guru menggunakan alat dan bahan yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari untuk pembelajaran di kelas, dan 65% siswa menyatakan sering dan sangat sering guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dalam pembelajaran matematika. Hal yang sama disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol. Informasi ini sedikit berbeda untuk mata pelajaran Biologi, Kimia dan Fisika, karean pada ketiga pelajaran tersebut siswa sering dilibatkan dengan praktikum. Ø Tukar Pendapat Pada umumnya siswa dari ketiga wilayah sering dan sangat sering guru mendorong saya mendengarkan gagasan dan pimikiran siswa lain; dalam kelas matematika dan sains kami merasa senang bertukar pendapat dan pikiran siswa lain, saya dapat memperdalam pemahaman saya ketika mendengarkan pendapat dan pikiran siswa lainnya. Demikian juga pendapat siswa-siswa dari sekolah-sekolah kontrol, bahkan persentase yang menyatakan sering dan sangat sering lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah target. Ø Ketertarikan Guru terhadap Proses Belajar Siswa Berdasarkan analisa terhadap data diperoleh informasi pendapat guru mengenai ketertarikan mereka proses belajar siswa-siswanya. Pada umumnya guru menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik pada proses dan kemajuan belajar perorangan siswa, guru tertarik pada bagaimana siswa bekerja sama dalam pembelajaran kelas saya, guru banyak belajar dari para siswa dalam pembelajaran kelasnya
10.7 Kemampuan Akademik Ø Siswa SMP di kabupaten Karawang lebih tinggi kemampuan akademik sains dan matematika lebih tinggi dibandingkan di Kab Purwakarta. Ø Kemampuan akademik siswa SMP di sekolah Target Kota Surabaya dalam mata pelajaran Sains lebih tinggi dibanding dengan siswa sekolah kontrol di Kab. Gresik dan Sidoarjo. Lain halnya untuk tes akademik Matematika siswa sekolah target di Kota Surabaya lebih rendah dibandingkan siswa sekolah kontrol di Kab. Gresik dan Sidoarjo. Ø Tes akademik Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika siswa SMA di sekolah target di Kab. Pasuruan lebih rendah dibandingkan sekolah kontrol di Kota Malang.
186
10.8 Pemahaman dan Minat Siswa dalam Sains dan Matematika Ø Siswa siswa di Kab. Karawang dan Kab. Purwakarta menunjukkan bahwa di atas 50% siswa di sekolah target menyatakan tidak setuju bahwa siswa mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas (saya); siswa senang belajar pada pelajaran sains/matematika (saya); dan siswa ingin belajar sains/matematika (pelajaran saya) di kelas yang lebih tinggi. Sedangkan di sekolah kontrol di atas 57% siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Ø Siswa-siswa di sekolah-sekolah di Kota Surabaya diperoleh informasi, 72,11% dan 74, 15% menyatakan setuju dan sangat setuju menyatakan ” Pada umumnya saya mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran sains/matematika di kelas”, 72,79% dan 76,91% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya
senang belajar pada pelajaran
sains/matematika”, dan 73,61% dan 76,87% menyatakan setuju dan sangat setuju ” Saya ingin belajar sains/matematika di kelas yang lebih tinggi”. Sedangkan untuk siswasiswa di sekolah-sekolah kontrol persentasi itu masing-masing lebih tinggi sekitar 10%an. Ø Pada pembelajaran Matematika di Kab. Pasuruan sekitar 60% siswa-siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa pada umumnya mereka mengerti dan dapat mengikuti pembelajaran matematika di kelas, 63% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka senang belajar pada pelajaran matematika, dan 68% menyatakan setuju dan sangat setuju mereka ingin belajar matematika di kelas yang lebih tinggi. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari kelompok kontrol dengan persentase yang jauh lebih tinggi, dibandungkan dengan persentase dari kelompok target.
10.9 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Matematika dan Sains Ø 59,8% siswa di sekolah Kab. Karawang menyatakan setuju bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 40% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 50 % siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. 63 % siswa di sekolah target menyatakan setuju bahwa sains merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, merupakan materi yang menarik untuk dipelajari, mudah dipahami, berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan berguna 187
untuk mempelajari ilmu lain. Sedangkan sekitar 37% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Di sekolah kontrol pula di atas 69 % siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Ø Untuk pembelajaran sains para siswa berpendapat mereka (60 orang) setuju dan (56 orang) sangat setuju bahwa pembelajaran sains menyenangkan, sekitar 230 orang setuju dan sngat setuju bahwa belajar sains sangat menyenagkan, 249 orang sangat tidak setuju dan tidak setuju bahwa belajar sains membosankan, 297 orang sangat tidak setuju-raguragu bahwa mereka malas belajar sains. Ø Sekitar 66% siswa setuju bahwa guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran, meskipun selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran matematika di kelas hanya mendengarkan dan sekitar 60% berpendapat bahwa belajar matematika dilaksanakan secara aktif dan kolaboratif. Hal senada disampaikan oleh siswa dari sekolah kontrol. Ø Mata pelajaran sains 76,3% siswa menyatakan bahwa pembelajaran sains memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertukar pikiran, meskipun dalam pembelajaran sains 52% siswa menyatakan bahwa proses pembelajaran lebih banyak mendengarkan. Sekitar 61% siswa menyatakan bahwa siswa belajar sains dengan aktif dan pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif. Ø Kepuasan siswa terhadap pelajaran Matematika di atas diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah di Kota Surabaya menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, s3kitar 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Matematika merupakan suatu materi yang menarik, 60% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi matematika mudah dipelajari, 79% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Matematika berguna dalam kehidupan seharihari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi matematika berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol. Ø Pada pelajaran Fisika diperoleh informasi sekitar 57% siswa-siswa di sekolah Kab Pasuruan menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 51% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa fisika merupakan suatu materi yang menarik, 68% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi fisika mudah dipelajari, 75% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi fisika berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 82% menyatakan setuju dan sangat setuju 188
bahwa materi fisika berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol. Ø Sedangkan untuk pelajaran Kimia diperoleh informasi seperti pada diagram di bawah ini, sekitar 65% siswa-siswa di sekolah Kab Pasuruan menganggap kimia merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kimia merupakan suatu materi yang menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan raguragu bahwa materi-materi kimia mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 73% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi kimia berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada
disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah
kontrol. Ø Pada pelajaran Biologi diperoleh informasi sekitar 65% siswa-siswa di sekolah target Kab Pasuruan menganggap Biologi merupakan mata pelajaran yang sulit, sekitar 59% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa Biologi merupakan suatu materi yang menarik, 58% menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa materi-materi Biologi mudah dipelajari, 80% siswa menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan 71% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa materi Biologi berguna dalam membantu mata pelajaran yang lain. Hal senada disampaikan oleh siswa-siswa dari sekolah kontrol. Ø Sekitar 47% siswa di Sekolah Kab. Pasuruan menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
mereka
menganggap
kegiatan
belajar
Matematika
yang
dilakukan
menyenangkan, 45% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa semangat belajar mereka tinggi ketika mengikuti kegiatan belajar Matematika yang dilakukan, 22% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kegiatan belajar matematika yang dilakukan membosankan, dan 10% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka malas mengikuti kegiatan belajar matematika. 10.10 Tanggapan Guru terhadap Penelitian Tindakan Kelas •
Dari 40 guru responden di sekolah-sekolah target (Kab. Karawang) diperoleh informasi bahwa 29 orang belum melaksanakan PTK, meskipun para guru tersebut sering mendiskusikan masalah pembelajaran dan alternatif solusi pembelajaran dengan guru lain (27 orang), 31 orang
menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa yang
189
didiskusikan adalah rencana penyusunan PTK, dan rata-rata 28 orang tidak setuju bahwa para guru sudah berkolabori dengan PT, mempublikasikan dalam jurnal dan mempresentasikan
hasil penelitiannya
dalam suatu seminar.
Hal senada juga
disampaikan oleh 7 orang guru responden dari sekolah-sekolah kontrol. •
Dari kuosioner yang disampaikan pada guru-guru di sekolah target (Kab Karawang) dan kontrol (Kab. Purwakarta) hampir 95% guru-guru menyampaikan
setuju dan
sangat setuju bahwa mereka sangat tertarik terhadap PTK; dan PTK dapat meningkatkan profesionalisme, meningkatkan kemampuan meneliti dan meningkatkan kualitas pembelajaran. •
Guru-guru di sekolah target (Kab Karawang) diperoleh informasi bahwa 24 orang menyatakan mereka mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, 34 orang setuju mereka mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi, 25 orang setuju mereka menalami kesultan dalam menyusun proposal, 23 orang setuju mereka mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data, 36 orang mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 36 orang setuju mengalami kesulitan dalam menulis laporan dan 33 orang setuju mereka belum memahami prosedur PTK. Hal senada disampaikan oleh guru-guru pada kelompok kontrol.
•
Sekitar 81% guru-guru Kota Surabaya menyatakan tidak pernah, jarang dan ragu-ragu bahwa selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 80% menyatakan sering dan selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 63% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi pembelajaran, 88% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadangkadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 84% menyatakan tidak pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 82% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 90% menyatakan tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol.
•
50% guru di Kota Surabaya menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru menyatakan
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah,
52%
sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 53% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu190
ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 53% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 51% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 53 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 63% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK. •
Sekitar 88% guru-guru di Kab. Pasuruan menyatakan tidak pernah, jarang dan raguragu bahwa selama menjadi guru mereka melakukan PTK, 78% menyatakan sering dan selalu mereka berdiskusi bersama guru sejawat membahas permasalahan pembelajaran, 81% menyatakan sering dan selalu bersama dengan guru sejawat mendiskusikan alternative solusi pembelajaran, 91% menyatakan tidak pernah, jarang, dan kadangkadang bersama dengan guru lain menyusun rencana PTK, 82% menyatakan tidak pernah melakukan PTK berkolaborasi dengan PTK, 91% menyatakan tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal atau sejenisnya, dan 100% menyatakan tidak pernah dan jarang mempresentasikan dalam seminar. Hal senada disampaikan oleh guru-guru dari sekolah-sekolah kontrol.
•
59% guru di Kab. Pasuruan menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru menyatakan
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah,
62%
sangat tidak satuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru
mengalami kesulitan dalam mencari alternatif solusi pemecahan masalah, 50% menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan raguragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat pengumpul data, 57% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan PTK, 55% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru mengalami kesulitan dalam menulis laporan, dan 50 % menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu bahwa guru-guru belum memahami prosedur PTK. Sementara itu guru-guru dari kelomopok kontrol di atas 50% menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu untuk seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan pelaksanaan PTK.
191
10.11 Kecenderungan Kemampuan Mengajar Guru di Tiga Wilayah •
Kemampuan guru dalam mengajar masih rendah, siswa kurang tertarik, dan pasif dalam memberikan pendapat.
•
Siswa kurang distimulasi untuk berpikir, siswa tidak dilibatkan dalam merumuskan masalah, kurang melibatkan siswa dalam melakukan percobaan dan investigasi, dan kurang mendorong siswa untuk berprestasi dan belajar mandiri.
•
Kecenderungan pembelajaran adalah ceramah, ada yang menggunakan metode demonstrasi tetapi kurang melibatkan siswa aktif dalam proses mengamati.
•
Beberapa guru yang menggunakan eksperimen tetapi menggunakan LKS yang sudah duterbitkan, sehingga tidak sesuai dengan indikator pembelajaran yang diharapkan.
•
Hands-on activity dalam pembelajaran sains dan matematika masih belum dapat dilakukan dengan baik. kemampuan dalam melakukan evaluasi akhir.
•
Pemanfaatan media pembelajaran yang bersifat local material sangat rendah. Kemampuan guru dalam mengembangkan LKS masih rendah dan tergantung pada LKS yang ada.
•
Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan akhir masih rendah terutama dalam memelibatkan siswa dalam mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari, melibatkan siswa dalam merangkum materi yang dipelajari
10.12. Hasil Observasi Situasi dan Kondisi Sekolah di Tiga Wilayah Permasalahan yang ditemukan terkait dengan hasil observasi situasi dan kondisi sekolah adalah: Ø Fasilitas pembelajaran di kelas masih kurang memadai, Ø Benda-benda manipulatif untuk pembelajaran matematika dan sains masih sangat terbatas, Ø Jumlah buku paket sangat terbatas, sehingga siswa harus membeli sendiri.
10.13 Kapasitas Guru Ø Terdapat adanya mismatch antara latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar. Pada umumnya guru-guru sudah melalui pendidikan S1 walaupun dari bidang study yang berbeda dengan tugas mengajar mereka . Ø Kecenderungan pembelajaran matematika dan sains masih bersifat tradisional 192
(teacher centered) dengan menggunakan metode ceramah. Jarang menggunakan laboratorium untuk kegiatan pembelajaran sains. Ø Masih jarang guru matematika dan sains yang melaksanakan kegiatan hands-on dalam pembelajaran. Biasanya menggunakan pendekatan konvensional, seperti menjelaskan, memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Metode yang paling disenangi guru adalah ceramah, tanya jawab, tugas dan sesekali kerja kelompok. Ø Ketersediaan alat peraga sangat kurang dan keterampilan guru dalam membuat alat peraga sangat rendah. Ø Kemampuan guru membuat LKS masih rendah. Guru pada umumnya menggunakan LKS yang telah diterbitkan. Ø Kemampuan membuat alat evaluasi pembelajaran masih rendah baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar. Ø Banyak siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika dan fisika karena mereka kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran tersebut.
10.14. Pengelolaan Laboratorium Ø Keberadaan laboratorium pada umumnya kurang memadai, demikian pula kelengkapan alat peraga, alat percobaan dan bahan untuk praktikum masih terbatas. Ø Kemampuan guru dalam mengelola laboratorium masih rendah, dan permasalahan yang muncul karena tidak ada tenaga laboran. Ø Motivasi guru dalam melakukan kegiatan laboratorium rendah. Kemampuan guru untuk mengembangkan alat percobaan dari bahan local material masih rendah.
193