1|DANGIANG SUNDA Vol. 3 No. 2 Agustus 2015
MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAMATI CARPON (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung Tahun Ajaran 2014/2015) Emi Suhaemi1, Yayat Sudaryat2, Hernawan3
[email protected],
[email protected],
[email protected] Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya kemampuan mengamati cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan mengamati cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran artikulasi, dan signifikansi model pembelajaran artikulasi dalam mengamati cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretestpostest. Tekniknya adalah tes. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengamati cerpen digunakan analisis data dengan cara analisis statistik, yaitu uji normalitas data menggunakan chi kuadrat, uji homogenitas data menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data yang menggambarkan peningkatan kemampuan siswa antara pretest dan posttest. Dalam pretest, hanya satu orang siswa yang mencapai ≥ 75, sedangkan dalam posttest jumlah siswa yang mencapai nilai ≥70 dalam mengamati cerpen meningkat menjadi 17 siswa atau sebesar 85%. Berdasarkan hasil uji t terbukti bahwa titung > ttabél yaitu (13,78) > (2,54), artinya hipotesis alternative (Ha) diterima, sedangkan (H0) ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran artikulasi bisa meningkatkan kemampuan mengamati cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Artikulasi, Mengamati Cerpen.
1
Penulis Utama Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2 2
Deti Miranti: Modél Student Facilitator and Explaining... |2
MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CARPON (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung Tahun ajar 2014/2015) Emi Suhaemi4, Yayat Sudaryat5, Hernawan6
[email protected],
[email protected],
[email protected] Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK Kasang tukang ieu panalungtikan nya éta kurangna kamampuh ngaregepkeun carpon siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015. Ieu panalungtikan miboga tujuan pikeun mikanyaho kamampuh ngaregepkeun carpon siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015 saméméh jeung sabada ngagunakeun modél Artikulasi, jeung signifikansi modél pangajaran artikulasi dina ngaronjatkeun kamampuh ngaregepkeun carpon siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015. Métode anu digunakeun dina ieu panalungtikan nya éta métode kuasi ékspérimén, kalayan desain pretés-postés, téhnikna nya éta téhnik tés. Pikeun mikanyaho kamampuh siswa dina ngaregepkeun carpon digunakeun digunakeun analisis data ku cara analisis statistik, nya éta uji normalitas data ngagunakeun chikuadrat, uji homogénitas data ngagunakeun uji F, jeung uji hipotésis ngagunakeun uji t. Dumasar kana hasil panalungtikan, kapaluruh data nu ngagambarkeun ngaronjatna kamampuh siswa antara pretest jeung posttest. Dina pretest ngan saurang siswa anu ngahontal ≥ 75, sedengkeun dina posttest, jumlah siswa anu ngahontal peunteun ≥ 75 ngaregepkeun carpon ngaronjat jadi 17 siswa atawa 85%. Dumasar hasil uji t, yén titung > ttabél nya éta (13,78) > (2,54), hartina hipotésis kerja (Ha) ditarima jeung hipotésis nol (Ho) ditolak. Dumasar hasil panalungtikan, bisa disebutkeun yén modél pangajaran artikulasi bisa ngaronjatkeun kamampuh ngaregepkeun siswa kelas X–TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015.
Kecap Galeuh: Modél pangajaran artikulasi, ngaregepkeun carpon.
4
Penulis Utama Penulis Penanggung Jawab 1 6 Penulis Penanggung Jawab 2 5
3|DANGIANG SUNDA Vol. 3 No. 2 Agustus 2015
ARTICULATIONS TEACHING MODEL TO INCREASE ABILITY OF OBSERVING SHORT-STORY (Quasi-Experimental Study of X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung
Academic Year 2014/2015) ˡ) ABSTRACT The Background of this study is the lack ability in observing short story of X-TKJ SMK Kartika Candara XIX Bandung. The method that is used in this study is quasi experimental. The purpose of this study is to describe observing short story of XTKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung academic year 2014-2015, before and after articulation teaching model is applied. And the significance of articulation teaching learning model to increase observing short story of X-TKJ SMK Kartika Candara XIX Bandung. The technique is test. To know the student ability in observing short story, data analysis is used with statistic analysis, which are chi-square for normality data test, f-test for homogeneity data test, and t test for hypothesis data test based on the result of the study the increasing of student ability is gathered from the data of pre-test and post-test. In pre- test, there was one student students who achieve ≥ 75, meanwhile in posttest the number of student who get ≥ 75 in observing short story were increase until 17 students or 85%. Based on the result of the t- test, shown that t value > t table (13,78) > (2,54), it means that the alternative hypothesis (Ha) is accepted, meanwhile (H0) is rejected. From the result of the study it can be conclude that learning model of articulation is able to increase the ability in observing short story of of X-TKJ SMK Kartika Candara XIX Bandung academic year 2014- 2015.
Key Word: Articulation Teaching, Observing Short Story.
Terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan saling melengkapi. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal (Tarigan, 2009, hal. 1). Salah satu keterampilan bahasa yang dapat disampaikan, dikembangkan, dan dilatih adalah keterampilan menyimak. Menurut Tarigan (2009, hal 9) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Salah satu keterampilan berbahasa, di antaranya ada pembelajaran menyimak cerpen. Pembelajaran menyimak cerpen terdapat dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013 hal. 357) mata pelajaran basa Sunda kelas X yaitu Kompetensi Inti ke 2 “menunjukan perilaku jujur, disiplin dan peduli dalam berbahasa Sunda untuk memahami dongéng, carpon, carita wayang, guguritan dan sisindiran”. Dan sesuai dengan KI ke 4 kompetensi dasar
Deti Miranti: Modél Student Facilitator and Explaining... |4
10.3.6 yaitu “mengidentifikasi dan menganalisis carpon sesuai kaidahkaidahnya.” Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di atas erat hubungannya dengan penelitian ini, dan menjadi dasar dilaksanakannya penelitian ini. Beberapa guru menjelaskan mengenai kesulitan pembelajaran menyimak cerpen yang kurang disukai siswa di kelas karna dianggap membosankan. Biasanya, proses pembelajaran menyimak yang terjadi di sekolah yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran (cerpen) menggunakan metode ceramah. Sedangkan siswa sebagai penerima pesan, menyimak materi yang disampaikan guru. Dalam proses tersebut, saat ada siswa yang tidak menyimak materi, secara otomatis siswa akan tertinggal informasi mengenai materi (cerpen) tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siswa tidak mampuh menyimak dengan baik yaitu keadaan lingkungan yang kurang kondusif. Diantaranya letak sekolah di pinggir jalan raya yang dilalui banyak kendaraan sehingga menimbulkan kebisingan. Faktor lainnya, karna adanya beberapa kegiatan di dalam sekolah itu sendiri, seperti kegiatan olahraga dan permainan, sehingga menarik perhatian siswa di dalam kelas untuk melihat keluar. Hal tersebut sering terjadi di sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran di kelas terganggu, karna siswa lebih tertarik melihat lingkungan sekitar dari pada menyimak materi yang disampaikan guru di kelas. Berdasarkan hal di atas, siswa yang tidak menyimak dengan baik secara langsung akan tertinggal materi pelajaran. Siswa tidak mendapat kesempatan dua kali untuk menerima pembelajaran tersebut, karna tidak ada sistem pengulangan. Banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru
untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah model modél pembelajaran Artikulasi. Model pembelajaran Artikulasi merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pandangannya kepada siswa lainnya. Secara teknnis pelaksanaanya model ini dapat digambarkan seperti ini: (1) guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai; (2) guru menyampaikan materi pembelajaran secara garis besarnya saja; (3) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan kepada siswa lainnya, misalnya melalui peta konsep; (4) guru membuat kesimpulan dari ide atau pandangan yang disampaikan oleh siswa; (5) guru menjelaskan semua materi yang telah ada ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran; dan (6) penutup (Rahman, 2011, hal. 27). Digunakannya model pembelajaran ini dikarenakan model ini mempunyai kelebihan yaitu melalui model pembelajaran ini, materi yang disampaikan kepada siswa lebih jelas serta konkrit, dapat melatih siswa menjadi seorang guru karena siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan materi kepada siswa lainnya. Tujuan dari digunakannya model pembelajaran ini yaitu agar semua siswa terampil dalam menyimak. Siswa dapat menyampaikan ide, gagasan dan pandangannya dalam bentuk lisan. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono, (2013, hal. 6) métode eksperimen adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan mencari pengaruh dari perlakuan tertentu. Jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test and post-test dengan rumus seperti di bawah ini:
5|DANGIANG SUNDA Vol. 3 No. 2 Agustus 2015
O1 X O2 Pre-test and Post-test Group Design (Arikunto, 2013, hal. 124) Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes. Instrumen yang digunakan yaitu lembaran tes (prates dan pascates). Menurut Arikunto (2013, hal. 203), instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Digunakannya lembaran tes yaitu untuk mengetahui bagaimanan kemampuan siswa dalam menyimak cerpen sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Artikulasi. Pada penelitian ini, peneliti memakai cara purposive sample atau sampel bertujuan. Sampling purposive atau sampel bertujuan adalah teknik menentukan sampel dikarenakan adanya suatu pertimbangan tertentu (Sugiono, 2013, hal. 68). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2013, hal. 183). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 orang, 2 perempuan dan 18 laki-laki. Alasan dipilihnya kelas VII.16 karena pada semester satu materi mengenai pembelajaran menyimak cerpen belum sempat disampaikan kepada siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai kemampuan siswa dalam menyimak cerpen menggunakan model
pembelajaran artikulasi kepada siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015, bisa disimpulkan seperti di bawah ini. Kemampuan awal menyimak cerpen diukur melalui kegiatan tes awal menggunakan lembaran soal tes. Berdasarkan hasil prates, kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015 sebelum menggunakan model pembelajaran artikulasi dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Kemampuan Menyimak Cerpen Siswa pada Prates Belum Mampu
Mampu
19 orang (95%)
1 orang (5%)
Rata-rata Nilai 42,25
Berdasarkan hasil tabel 4.1 kemampuan menyimak cerpen sebelum menggunakan model pembelajaran artikulasi termasuk kategori belum mampu dengan rata-rata nilai 42,25. KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu 75. Nilai terbesar siswa adalah 75 sedangkan nilai terkecilnya adalah 17. Bisa dilihat pada tabel di atas, 19 orang belum mampu menulis teks pengalaman pribadi, artinya 19 orang siswa kelas XTKJ mendapat nilai kurang dari 75. Sedangkan 1 orang sisanya mendapat nilai pas 75 dan termasuk ke dalam kategori mampu menyimak cerpen. 5% Mampuh Can Mampuh 95%
Grafik 4.1
Deti Miranti: Modél Student Facilitator and Explaining... |6
Presentase Kemampuan Awal Menyimak Cerpen Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi. Ada delapan aspek yang dinilai dalam menyimak cerpen siswa kelas XTKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015 yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar tempat, latar waktu, latar suasana, amanat dan ringkasan. Berdasarkan delapan aspek tersebut, siswa dikatakan belum mampu dalam tes awal atau prates. Di lihat dari setiap aspek yang dinilai dalam menulis tek pengalaman pribadi adalah: (1) skor rata-rata yang diperoleh aspek pertama adalah 7,75 dari skor maksimal 10 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (2) aspek kedua yang dinilai memperoleh skor rata-rata 9,35 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (3) aspek ketiga yang dinilai memperoleh skor rata-rata 4,55 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (4) aspek keempat yang dinilai memperoleh skor rata-rata 6,85 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (5) aspek kelima yang dinilai memperoleh skor rata-rata 5,95 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (6) aspek keenam yang dinilai memperoleh skor rata-rata 3,65 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (7) aspek ketujuh yang dinilai memperoleh skor rata-rata 3,5 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; serta (8) aspek kedelapan yang dinilai memperoleh skor rata-rata 2,25 dengan skor terbesarnya 30 dan skor terkecilnya 0;
3,5
2,25
7,75
3,65 5,95
9,35 6,85
4,55
Tema Palaku Galur Latar tempat Latar waktu Latar suasana Amanat Ringkesan
Grafik 4.2 Rata-rata Tiap Aspek yang Dinilai dalam Menyimak Cerpen Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Setelah mengadakan prates, hal yang selanjutnya dilakukan adalah memberi treatment/perlakuan model. Kemudian setelah model diterapkan di kelas, dilaksanakanlah tes akhir atau pascates. Pascates dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah model pembelajaran Artikulasi diterapkan. Berdasarkan hasil pascates, kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandug tahun ajaran 2014/2015 mengalami peningkatan seperti pada data tabel di bawah ini. Tabél 4.2 Kemampuan Menyimak Cerpen Siswa pada Pascates Belum Mampu
Mampu
3 orang (15%)
17 orang (85%)
Rata-rata Nilai 84,4
Berdasarkan hasil tabel 4.2 kemampuan menulis teks pengalaman pribadi setelah menggunakan model pembelajaran Artikulasi mengalami peningkatan dan masuk kedalam kategori mampu dengan rata-rata nilai 84,4. KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu 75. Nilai terbesar siswa adalah 95 sedangkan nilai terkecilnya adalah 60. Bisa dilihat pada tabel di atas, 3 orang belum mampu menyimak cerpen, artinya 3 orang siswa kelas X-TKJ mendapat nilai kurang dari 75. Sedangkan 17 orang sisanya mendapat nilai lebih dari 75 dan termasuk ke dalam kategori mampu menyimak cerpen.
7|DANGIANG SUNDA Vol. 3 No. 2 Agustus 2015
15% Mampuh Can Mampuh 85%
Grafik 4.3 Presentase Kemampuan Ahir Menyimak Cerpen Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Ada delapan aspek yang dinilai dalam menyimak cerpen siswa kelas XTKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015 yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar tempat, latar waktu, latar suasana, amanat dan ringkasan. Berdasarkan delapan aspek tersebut, siswa dikatakan mampu dalam tes ahir atau pascates. Di lihat dari setiap aspek yang dinilai dalam menulis tek pengalaman pribadi adalah: (1) skor ratarata yang diperoleh aspek pertama adalah 8,0 dari skor maksimal 10 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 0; (2) aspek kedua yang dinilai memperoleh skor rata-rata 9,75 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 5; (3) aspek ketiga yang dinilai memperoleh skor rata-rata 9,5 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 5; (4) aspek keempat yang dinilai memperoleh skor rata-rata 7,55 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 1; (5) aspek kelima yang dinilai memperoleh skor rata-rata 9,0 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 5; (6) aspek keenam yang dinilai memperoleh skor rata-rata 6,75 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 5; (7) aspek ketujuh yang dinilai memperoleh skor rata-rata 9,0 dengan skor terbesarnya 10 dan skor terkecilnya 5; serta (8) aspek kedelapan yang dinilai memperoleh skor rata-rata 23,75 dengan skor terbesarnya 30 dan skor terkecilnya 10;
Dari hasil penelitiam di atas, bisa dilihat bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015 yaitu dari nilai rata-rata 42,25, meningkat menjadi nilai rata-rata 84,4.
8
9,75
23,75 9,5 9 9 6,75
7,55
Tema Palaku Galur Latar Waktu Latar Tempat Latar Suasana Amanat
Grafik 4.4 Rata-rata Tiap Aspek yang Dinilai dalam Menyimak Cerpen Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Uji sifat data terbagi menjadidua bagian, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas. Uji normalitas data mempunyai fungsi untuk mengetahui normal atau tidaknya sebuah distribusi kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015. Berdasarkan pada kriteria menentukan normalitas data yaitu jika χ2hitung < χ2tabel, artinya distribusi data normal dan jika χ2hitung > χ2tabel, artinya distribusi data tidak normal. Hasil dari uji normalitas prates termasuk dalam kategori distribusi data normal. Sebab, χ2hitung (-1,67) lebih kecil (<) daripada χ2tabel (9,21) dengan menggunakan tingkat signifikansi 1%. Begitu pula pada hasil uji normalitas data pascates termasuk dalam kategori distribusi data normal, sebab χ2hitung (-1,67) lebih kecil (<) daripada χ2tabel (9,21). Tujuan dilakukannya uji homogenitas yaitu untuk mengetahui homogen atau tidaknya data dari variasi yang sama. Hasil uji homogenitas dalam
Deti Miranti: Modél Student Facilitator and Explaining... |8
penenlitian ini, didapatkan Fhitung (1,38) dan Ftabel (8,18). Berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan, dijelaskan bahwa penelitian ini mempunyai Fhitung (1,38) < Ftabel (8,18) yang artinya variasi sampel homogen. Selanjutnya yaitu uji gain. Uji gain dilakukan dalam peneltian ini yaitu agar dapat mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan menyimak cerpen antara sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Artikulasi siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015. Adanya perbedaan signifikansi antara kemampuan menulis teks pengalaman pribadi sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Artikulasi, dapat dilihat dari rata-rata hasil prates dan hasil pascates. Nilai rata-rata pratés 42,25 meningkat jadi 84,4 dalam pascates. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistika parametrik yaitu uji t-test. Pada uji t-test didapatkan thitung dengan nilai 2,54. Sedengkan ttabel dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% serta dengan dilai dk-nya 19, bisa dilihat bahwa ttabel mempunyai nilai 13,78. Berdasarkan pada kriteria diterima atau tidaknya suatu hipotesi, menurut hasil data di atas bahwa hipotesis ini diterima. Itu artinya, bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015. KESIMPULAN Kemampuan siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015 dalam menyimak cerpen sebelum menggunakan model pembelajaran Artikulasi termasuk kedalam kategori kurang mampu dengan rata-rata nilai 42,25. Sedangkan kemampuan siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun
ajaran 2014/2015 dalam menyimak cerpen setelah menggunakan model pembelajaran Artikulasi termasuk kedalam kategori mampu. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai yang didapat oleh para siswa yaitu 84,4. Ada perbedaan yang signifikan dari kemampuan siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung taun ajaran 2014/2015 dalam menyimak cerpen anatara sebelm dan sesudah menggunakan model pembelajaran Artikulasi. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dengan menggunakan t-test. Berdasarkan hasil data bahwa thitung mempunyai nilai 13,78, sedangkan nilai ttabel-nya dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% serta dengan nilai dknya 19, maka didpat nilai 2,54. Artinya, hipotesisnya diterima yaitu bahwa model pembelajaran Artikulasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerpen siswa kelas X-TKJ SMK Kartika Candra XIX Bandung tahun ajaran 2014/2015. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Dinas Provinsi Jawa Barat. (2013). Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Kurikulum 2013. Bandung. Rahman. (2011). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqa Prisma Interdelta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, H. G. (2009). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.