TRVLNTC #5
#1
#2
Pimpinan Redaksi Travelnatic magz
Nurul Amin Bacaan bulanan traveler Indonesia Marketing Distribusi E-magz: download di Lala Kharisma website www.travelnatic.com Ummu Unais Distribusi fisik: Djeladjah Coffee
Admin (sosmed) Kontribusi & Iklan
Melisa Siahaya & CEPY
[email protected] Event organizer:
[email protected] Ajib Tantowy interaksi Layout/Desain: www.twitter.com/travelnatic djueinspired www.facebook/travelnatic
#3
#4
Ketentuan kontribusi dan/atau iklan: (1) Setiap konten yang akan dikirim oleh kontributor kami tunggu paling lambat tanggal 15 pada bulan apapun, setiap Volume terbitan. (2) Kami akan menerbitkan Travelnatic Magz pada tanggal 28 pada bulan apapun setiap Volume terbitan. (3) Jika Konten yang masuk sesuai dengan komposisi dalam rencana terbitan tiap volume, maka konten yang lebih duluan masuk ke redaksi akan kami prioritaskan. Tetapi jika tidak, kami akan mempertimbangkan konten lain yang masuk. (4) Kami akan mengonfirmasikan segera jika konten yang dikirim tidak sesuai dengan komposisi dan rencana terbitan tiap volumenya agar kontributor dapat merevisi konten kirimannya. (5) Kami akan memprioritaskan iklan gratis yang berhubungan dengan kegiatan traveling. Jika masih ada spase barulah kami mempertimbangkan iklan lain yang tak berhubungan dengan kegiatan traveling. Informasi lebih lengkap silahkan lihat di www.travelnatic.com..
TRVLNTC #5
DAFTAR ISI #indonesia
#KAKI BAMINYAK
46
TRAVELING & CAMPING TO BEAUTY ISLAND P. SEMAK DAUN
22
P. OSI SERAM BARAT
36
TravelNatic
#indonesia
tsunami aceh
04
BACKPACKING TO TUNDA ISLAND
27
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
21
KARTINIAN ALA PETUALANG 24 DI PULAU OPAK KEPULAUAN SERIBU
negeri di zona merah yang kaya
15
renungan, brain refresh, dan penyiapan diri insan wisata terhadap situasi bencana
20
Indonesia,
HIDUP ADALAH PETUALANGAN
06
10 tahun
NANDONG,
40
BIOGRAPHY: NUGROHO novianto
photo gallery TRADISI YANG MENYELAMATKAN P. SIMELULEU
11
34
ayo kam semua datang ke papua KONTEN
03
OTHERSIDE
Indonesia,
Negeri di Zona Merah Yang Kaya
Foto: djueinspired
#INDONESIA Memiliki dari 13.466 Pulau dengan panjang garis pantai mencapai 99.093 kilometer. Dengan luas lautan 81% total luas wilayah teritorial Indonesia. Tidak seharusnya kita memunggungi pantai dan laut. #INDONESIA Terletak di antara dua benua : Asia – Australia. Terletak di antara dua Samudera Besar, Pasifik dan Hindia TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
#INDONESIA tempat bertemunya kebudayaan besar pembentuk peradaban masa lampau dan masa kini. Budaya India Selatan, Cina dan Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika, serta Eropa. Merupakan Zona ekonomi paling strategis di Dunia sejak masamasa awal pembentukan peradaban. Tercatat, pelabuhan Barus telah dikenal dunia sejak abad sebelum masehi. Tercatat Jalur OTHERSIDE
04
antero jagat ini. Membuatnya kaya dalam begitu banyak hal ; biodiversitas, budaya, hasil alam, panorama dan sebagainya. Aktifitas tektonik membuat wilayah Indonesia kaya dengan gunung api aktif dan potensi bencana geologis. Tercatat 127 gunung Api Aktif. Pertemuan lempeng tektonik tersebut juga membuat Indonesia sangat kaya dengan Gempa Bumi dan bencana turunannya. Di permukaan tanahnya yang riuh hiruk-pikuk manusia, di bawah perFoto: wikipedia.com
Sutera melewati Selat Malaka dan Selat Sunda selama beratus tahun lamanya.
mukaan yang diam, dia terus bergerak aktif, berubah menyeimbangkan dunia secara geologis.
Tak selayaknya masyarakat Indonesia gagap dalam pergaulan internasional. Kadangkala kekayaan bisa menjadi kutukan. Jika kita tak mengetahui, tak peduli, dan alpa dalam mengelola semuanya.
Tercatat Letusan Gunung Toba (Sumatera Utara), Gunung Samalas (Rinjani-Lombok), Gunung Tambora (sumbawa timur), Gunung Krakatau (Selat Sunda), Tsunami Aceh adalah peristiwa monumental yang mengubah sejarah dunia.
#INDONESIA Terletak di pertemuan 3 lempeng tektonik besar: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Merupakan teritori paling aktif dan kaya secara geologis ; zona merah paling mematikan di se-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Sumber data : www.geoenviron.blogspot.com, www.nationalgeographic. co.id, www.wikipedia.org, www.bakosurtanal.go.id, www.indonesiahebat.org
OTHERSIDE
05
OTHERSIDE
10 TAHUN TSUNAMI ACEH
Renungan, brain refresh dan penyiapan diri insan wisata terhadap situasi bencana Foto: Adni Swastiko
Dipenghujung tahun 2004, tepatnya pada hari Minggu, 26 Desember 2004, Indonesia dan delapan negara lainnya di kawasan Samudera India dilanda bencana tsunami sangat hebat. Tsunami tersebut telah merenggut lebih dari seperempat juta jiwa pada beberapa negara Asia dan Afrika yang meliputi : Indonesia, Malaysia, Thailand,
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa, Somalia dan Kenya. Tsunami ditimbulkan oleh gempabumi berkekuatan 9,3 SR yang berpusat di 3,3 LU - 95,98 BT Gempa tersebut telah menimbulkan getaran kuat dan patahan sepanjang ± 1200 km yang membentang dari Aceh sampai ke Andaman. Tragedi tsunami akhir tahun
OTHERSIDE
06
2004 tersebut telah meninggalkan kesedihan dan penderitaan luar biasa bagi masyarakat Provinsi Aceh dan Sumatera Utara khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Merujuk data dari BNPB, 173.741 jiwa meninggal dan 116.368 orang dinyatakan hilang, sedangkan di Sumatera Utara 240 orang tewas, Tsunami aceh mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan rusak, dan menyebabkan hampir setengah juta orang jadi pengungsi. (inatews.bmkg.go.id) Meulaboh, kota di pantai barat Aceh adalah salah satu kota terdampak tsunami paling parah. Hampir seluruh kota luluh lantak penuh dengan puing reruntuhan akibat tsunami. Kehancuran total dibanyak wilayah pantai akibat tsunami menggugah kesadaran, tidak hanya Indonesia, tetapi juga dunia. Tsunami Aceh membuka mata dunia terkait penanganan bencana dan pencegahan efek sekunder dari bencana. Banyak penemuan dibidang geologi diperoleh dari rangkaian tsunami yang terjadi di barat pulau Sumatera. Pulau Simeulue, salah satu pulau di Barat Sumatera yang dekat dengan pusat gempa yang menyebabkan tsunami justru mencatatkan jumlah korban yang sedikit. Jumlah korban di pulau berpenduduk sekitar 80.063 jiwa (tahun 2010) itu kurang dari 10 orang. Pada bulan Juli 2006 gempa Bumi berkekuatan 6,8 skala Richter (versi bmkg) terjadi di lepas pantai Jawa Barat, Indonesia. Terjadi pada 17 Juli 2006 pada pukul 8:19. Gempa Bumi ini menyebabkan TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
tsunami setinggi 2 meter yang menghancurkan rumah di pesisir selatan Jawa, membunuh setidaknya 659 jiwa. Tsunami itu menghantam desa-desa di pesisir selatan Jawa di Cipatujah, Tasikmalaya dan Pangandaran, Ciamis. Dilaporkan tempat liburan pantai Jawa Barat di Pangandaran mengalami rusak parah. Menurut U.S. Geological Survey gempa Bumi ini berpusat pada 9,295°LS 107,347°BT, 48,6 km di bawah dasar laut. Berada 225 km (140 mil) timur laut Pulau Natal dan 240 km (150 mil) tenggara Tasikmalaya, Indonesia, dan 358 km (222 mil) selatan Jakarta. (sumber : id.wikipedia.org)
Tsunami yang menghantam destinasi wisata pantai Pangandaran ini menyadarkan kita pentingnya Early Warning System dan manajemen evakuasi di lokasi-lokasi wisata yang berpotensi bencana. Tahun 2009 Gempa Bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang Sumatera Barat. Gempa terjadi di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. Episentrum Gempa terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukit-
OTHERSIDE
07
Pasca Tsunami Aceh yang menyebabkan pergeseran signifikan pada patahan yang mempertemukan Lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia terjadi peningkatan aktivitas di beberapa gunung dan terjadi pengangkatan di beberapa pulau di barat Pulau Sumatera, misalnya pulau Mentawai. Pergeseran ini disinyalir menimbulkan efek vulkanis tertentu di Indonesia, misalnya aktifnya gunung Sinabung yang sudah 600 tahun dinyatakan tidak aktif, peningkatan aktifitas yang signifikan pada beberapa gunung diluar Sumatera, misalnya gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Gunung Rokatenda di NTT. Meskipun sulit disimpulkan adanya hubungan secara langsung, sebagian peneliti menilai ada pengaruh Gempa Bumi yang terjadi di Aceh tahun 2004 pada peningkatan aktivitas vulkanik di beberapa gunung ini. Foto: wikipedia.com
tinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak ringan (sumber : id.wikipedia.org)
Di sisi lain, antara tahun 2004 sampai 2007, mulai terjadi pengingkatan animo wisatawan domestik di Indonesia. Hal ini dipicu oleh : terjangkaunya biaya transportasi oleh kebanyakan kalangan, semakin meningkatnya daya beli masyarakat kalangan menengah, teknologi informasi yang semakin meningkat, dan teknologi fotografi yang semakin mudah dijangkau. Peningkatan animo wisata ini terus berkembang hingga tahun 2014 ini.
Gempa yang juga menghantam kota Padang ini benar-benar meluluhlantakkan banyak bangunan beton. Dari gempa ini perlu evaluasi besar-besaran di bidang kontruksi, tidak hanya di Padang, tapi juga di seluruh wilayah Indonesia yang rawan bencana Gempa.
Dikalangan anak muda sendiri, selain empat faktor tersebut, ada faktor lain meski pengaruhnya tidak menyeluruh dan tidak besar, serta hanya menjangkau masyarakat kota menengah sampai besar, yaitu efek domino dari film 5 CM dan beberapa film tentang traveling yang lain.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
OTHERSIDE
08
Jika animo wisata ini dikaitkan dengan situasi kebencanaan di destinasi wisata, maka akan ada hal lain yang serius perlu kita pikirkan bersama dan kita terapkan, yaitu manajemen kebencanaan di destinasi wisata. Dalam seminar Nasional, Penanganan Bencana Sedimen, (laporan tahunan Kementerian Pekerjaan Umum) yang diselenggarakan di MM UGM tahun 2013, salah satu narasumber mempresentasikan simulasi evakuasi pengunjung pantai Parangtritis Yogyakarta jika terjadi bencana tsunami. Gambaran yang diperoleh dari Simulasi ini sangat mencengangkan. Dimana dari 3 barak pengungsian yang disediakan, hanya 1 barak yang paling potensial untuk dicapai pengunjung pantai Parangtritis. Sementara untuk mencapai 2 barak lainnya, pengunjung akan menumpuk dijalan raya, kehabisan waktu untuk mencapai lokasi dan akhirnya akan ikut diterjang tsunami.
Foto/dokumentasi: djueinspired
Hal semacam ini perlu dipikirkan oleh Pemerintah (Pusat dan Daerah), swasta (investor dibidang wisata) serta masyarakat yang wilayahnya seringkali terjadi bencana, seperti tsunami dan gempa bumi. Tidak hanya oleh ketiga pihak berkepentingan tersebut, pen-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
gunjung pun perlu mempertanyakan bagaimana manajemen bencana jika terjadi kondisi darurat di destinasi wisata yang dikunjungi. Kenapa? Karena hal ini menyangkut keselamatan jiwa raga dan harta benda pengunjung juga.
OTHERSIDE
09
kanisme dan prosedur baku penanganan kondisi darurat di tempat tersebut? Bagaimana kesiapan sarana prasarana dan infrastruktur untuk evakuasi, misalnya jalur evakuasi, tanda-tanda peringatan tentang bencana, ketersediaan early warning system, lokasi berkumpul, dll. Bagaimana kesiapan kontruksi di penginapan yang akan ditinggali? Apakah di penginapan tersebut tersedia jalur evakuasi jika terjadi kondisi darurat? Apakah kontruksi bangunannya sudah memperhitungkan masalah kebencanaan? Foto/dokumentasi: kabarnusa.com
Setidaknya ada banyak hal yang perlu kita pertanyakan dan cari jawabannya segera, lalu dari jawaban yang diyakini benar, kita praktekkan sebagai sebuah pedoman. Untuk melekatkan pedoman tersebut dalam benak dan perilaku kita, maka kita harus menjadikannya sebagai habit (kebiasaan/keseharian). Untuk menjadikannya sebagai habit, maka diperlukan latihan dan rekayasa pengulangan-pengulangan, atau biasanya kita sebut sebagai latihan simulasi bencana. Bagi pengunjung, informasi yang patut diketahui terkait dengan kebencanaan misalnya : Potensi bencana apa yang mungkin terjadi ditempat yang akan dikunjungi dan bagaimana pemerintah/masyarakat setempat menangani jika terjadi kondisi darurat bencana? Sudah adakah me-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Bagaimana jaringan komunikasi ketika kondisi darurat, adakah media center yang bisa dihubungi? Pertanyaan-pertanyaan ini sebaiknya diketahui sebelum terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun kemungkinannya sangat kecil jika seseorang berada di kondisi tidak diinginkan tersebut. Telah 10 tahun berlalu sejak Tsunami Aceh terjadi. Masih begitu banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan hingga kita menjadi orang yang siap sedia menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk. Bencana tidak dinginkan adanya. Datangnya tidak diketahui kapan pastinya. Bentuknya sulit diprediksi tepat akan sebesar apa. Maka kita harus menyiapkan diri sejak sekarang.
OTHERSIDE
10
OTHERSIDE
Nandong, tradisi yang menyelamatkan pulau Simeulue Oleh: Zulfikar Akbar
Foto: djueinspired
“Nandong, tradisi yang menyelamatkan pulau Simeuleu”, Pemenang Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif (Kemenparekraf) Blog Competition di Kompasiana bertema Memetik Nilai Luhur dari Kearifan Lokal (Desember 2013 – Februari 2014). Tulisan telah diupload di Kompasiana.com pada 4 Januari 2014, 5.45 Am.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Mereka berkulit putih kemerahan, bermata sipit, dan mendiami satu kawasan pulau yang berjarak lebih dari seratus kilometer dari daratan Aceh. Gadis-gadis mereka memiliki kecantikan khas Asia, yang dijaga ketat oleh adat yang sudah mereka pegang secara turun-temurun. Itulah sebagian ciri khas Simeulue, nama pulau tersebut. Salah satu kabupaten di dalam provinsi Aceh, namun mereka OTHERSIDE
11
memiliki bahasa tersendiri, bukan bahasa Aceh. Penduduk di pulau ini memiliki kekayaan tak ternilai, hamparan laut luas dan pantai indah. Tak terkecuali, mereka pun adalah pemilik budaya yang bisa ditempatkan sejajar dengan masyarakat luar pulau. Menuju ke pulau yang menjadi kabupaten sejak 1999 ini, bisa ditempuh lewat dua jalur: laut dan udara. Melalui jalur laut, hanya tersedia kapal feri dari dua lokasi di pesisir selatan Aceh, Singkil dan Labuhan Haji dengan harga tiket berkisar Rp 70-80 ribu. Sementara waktu yang dibutuhkan lewat jalan laut ini sekitar 8-10 jam. Lewat jalur udara, hanya seharga Rp 500-650 ribu (dari Bandara Kuala Namu, Medan ke Bandara Sinabang Lasikin).
Tiba ke pulau ini tak bisa tidak, akan membawa ingatan ke kejadian gempa dan tsunami sembilan tahun lalu. Jika penduduk setempat mengetahui Anda sebagai tamu, dan Anda bisa memperlihatkan keramahan kepada mereka, cerita demi cerita akan meluncur begitu saja dari mulut mereka. Lagi-lagi cerita itu takkan jauh-jauh dari kenangan di masa tragedi 2004 itu terjadi.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Tiba ke pulau ini tak bisa tidak, akan membawa ingatan ke kejadian gempa dan tsunami sembilan tahun lalu. Jika penduduk setempat mengetahui Anda sebagai tamu, dan Anda bisa memperlihatkan keramahan kepada mereka, cerita demi cerita akan meluncur begitu saja dari mulut mereka. Lagi-lagi cerita itu takkan jauh-jauh dari kenangan di masa tragedi 2004 itu terjadi. Iya, ketika Aceh dilanda gempa dan tsunami pada 2004, sempat beredar kabar bahwa pulau itu tenggelam. Dikuatkan dengan berita di radio sebagai media elektronik satu-satunya yang bisa disimak setelah akses televisi sama sekali terputus: pusat gempa dan tsunami berada di Simeulue! Itulah yang kencang berembus dari mulut ke mulut di Aceh daratan. Sebagian masyarakat percaya saja, karena mengira pulau itulah yang paling terancam oleh ombak ganas yang mengguncangkan masyarakat internasional itu. Tapi, kabar dari mulut ke mulut memang kerap menjadi penghias mulut saja. Kebenarannya justru berbeda. Di antara kawasan yang berada dalam ancaman tsunami saat itu, Simeulue justru paling kecil mencatat angka korban. Sebagian besar penduduk di kabupaten pulau ini justru selamat hanya karena mereka memiliki ‘alarm tradisional’ yang disebut dengan “Semong” atau juga kerap disebut dengan “Smong”. Tak ayal, kearifan lokal Semong yang dijaga oleh penduduk Simeulue memikat perhatian dunia. Berbagai media, peneliti, hingga wisatawan penasaran. Berbagai media meliput tentang tradisi masyarakat lokal di pulau yang hanya memiliki luas sekitar 2.125
OTHERSIDE
12
kilometer persegi tersebut. Meski jauh-jauh hari sebelumnya, telah pernah terdapat hasil riset yang menggambarkan tentang tradisi unik masyarakat Simeulue–tak terkecuali oleh penulis Belanda, Martinus Nijhoff (1894-1953). Namun riset Nijhoff ini baru kembali dibicarakan belakangan setelah publik internasional melihat dampak dahsyat dari tradisi Semong tersebut. Tempat ini, saya kira memang layak untuk saya rekomendasikan ditelusuri lebih jauh oleh Indonesia Travel. Semong ini sendiri erat hubungannya dengan “Nandong”, seni tutur yang paling akrab dengan masyarakat Simeulue. Jika masyarakat Aceh daratan mengenal kesenian Rapa’ie sebagai alat edukasi, Nandong juga nyaris serupa. Yang membedakan hanyalah alat atau gendang yang digunakan, sedikit mirip beduk. Meski hanya didukung peralatan yang bisa dikatakan yang sangat seadanya, namun Nandong memiliki efek magis yang sulit dilukiskan.
Dalam nada-nada Nandong, di sana tersimpan kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan alam dan laut nan sangar. Dalam lengkingnya, seolah mewakili kekuatan, bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Yang Mahakuat yang selalu siap menghadapi tantangan.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Dalam lantunan Nandong, kuasa membawa pikiran pendengar melayang-layang. Ombak, pasir, hingga karang, seolah turut berbicara seiring lantunan Nandong yang sesekali lirih, dan sesekali melengking tinggi. Di beberapa bagian, nadanya seperti meratap, di bagian lain bernada garang seolah siap untuk berperang. Dalam nada-nada Nandong, di sana tersimpan kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan alam dan laut nan sangar. Dalam lengkingnya, seolah mewakili kekuatan, bahwa mereka adalah makhluk ciptaan Yang Mahakuat yang selalu siap menghadapi tantangan. Kesenian ini tidak seperti halnya Rapa’ie di Aceh daratan yang kerap dimainkan oleh banyak penari. Nandong hanya cukup dengan dua orang dengan dua gendang yang dipukul di antara tiap lirik senandung. Dengan mata yang terkadang terpejam, pelantun Nandong seakan mengalami semacam ekstase. Di sini efek magisnya akan mengalir kepada siapa saja yang mendengarnya. Magis dari syair-syair Nandong ini yang seolah menjadi penangkal pada saat tsunami tiba: ” Semong rume rumemu, Linon awak awakmo. Elaik keudang keudangmo, Kilek suluh suluhmo (Terj: Semong air mandimu, gempa ayunanmu, petir adalah gendangmu, halilintar adalah lampu-lampumu).” Lazimnya kesenian Aceh lainnya, Nandong pun kerap dipertunjukkan hingga satu malam penuh pada acara-acara semisal pesta pernikahan, khitan, syukuran, dan acara-acara khusus lainnya.
OTHERSIDE
13
Dalam kesederhanaan bentuk tampilan luar kesenian ini, tapi sama sekali tidak disederhanakan oleh masyarakat Simeulue. Mereka masih memperlihatkan animo tinggi untuk menjaga dan memelihara budaya ini. Anak-anak muda yang melemparkan kail ke laut, kerap menyenandungkan syair Nandong sambil berharap mendapatkan tangkapan yang banyak. Begitu juga dengan pemuda yang menggembala kerbau di pinggir-pinggir pantai, syair Nandong seolah mampu menundukkan hewan piaraan mereka yang bertubuh besar itu. Ya, itu cara mereka menjaga kesenian tersebut. Tak pelak, hampir bisa dipastikan, seluruh desa yang terdapat di Simeulue menghafal seluruh lirik di dalam syair Nandong ini. Maka itu, meski gempa bumi dan tsunami 2004 justru berpusat di Simeulue, tapi jumlah korban di kabupaten ini paling sedikit dibanding kawasan Aceh lainnya seperti Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Utara, Banda Aceh, dan beberapa kabupaten/kota lainnya.
saya lari ke bukit,” ujar Kiro, salah satu warga Simeulue yang juga dilansir oleh media USAToday. Masyarakat Simeulue memang diuntungkan dengan kawasan pulau yang memang dipenuhi oleh perbukitan di sekelilingnya. Sehingga, begitu ‘alarm’ Semong diteriakkan dari mulut ke mulut, seketika penduduk berlari ke arah perbukitan itu. Dari atas perbukitan itu mereka bisa dengan leluasa menyaksikan bagaimana keganasan gelombang tsunami menyapu seluruh desa, menghancurkan perumahan, sawah, dan ladang. Meski begitu, dalam perasaan campur aduk, selama seminggu setelah tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu, mereka harus bertahan di atas perbukitan dengan perbekalan seadanya. Nandong seolah membawa pesan kepada dunia, betapa, menjaga budaya tidak sekadar menjaga identitas. Menjaga budaya, bahkan telah membuat nyawa mereka sendiri pun terjaga.
Nyaris sulit dipercaya, ketika belahan Aceh lainnya menelan korban jiwa lebih dari 200 ribu jiwa, di Simeulue hanya terdapat enam orang yang meninggal akibat tsunami pada saat itu. Kecuali dari sisi harta benda saja, setidaknya mereka mengalami kerugian berupa hancurnya sekitar 1.700 rumah. “Begitu terjadi gempa, saya melihat air yang surut jauh. Apa yang saya lihat saat itu, mengingatkan saya kepada Semong, bergegas
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
OTHERSIDE
14
OTHERSIDE
Hidup adalah
Petualangan
Oleh: Emmanuel Ndelu Wele
Foto: Emanuel Ndelu Wele
Sebuah kalimat yang pernah aku baca disalah satu kisah perjalanan seorang sahabat. Kalimat itulah yang membuat aku berpikir sejenak, tentang arti yang terkandung didalamnya.
gu waktu liburan tiba. Mungkinkah aku bisa menjalaninya? Sudah siapkah diriku secara fisik dan mental? Bagaimana kalau aku nyasar dan tidak bisa pulang ? Baik kah orang-orang diluar sana ?
Ketika aku memutuskan untuk memulai petualangan, perasaan ragu seringkali menghiasi hari-hari penantianku, sambil menung-
Ahh. sempat berpikir, apa aku harus membatalkan semuanya ?
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
OTHERSIDE
15
“Berhati-hatilah dengan pemikiranmu, karena itu bisa jadi kenyataan. Ketika aku memutuskan untuk berpetualang, aku sempat bingung. bagaimana aku memulainya ? Namun, kehidupanlah yang membawaku untuk memulai perjalanan ini.” Diantara rasa-ragu yang seringkali datang menghantui, tak sengaja aku teringat akan sebuah tulisan : “Bagaimana kamu akan merasa gagal, kalau kamu tidak pernah mencobanya”. Kata-kata itulah yang begitu menginspirasiku untuk memulai melangkah, menelusuri tapak-tapak jalanan yang belum pernah kulewati sebelumnya. Aku mulai mengumpulkan informasi tempat tujuan petualangku. dari rute perjalanan, estimasi biaya dan waktu, hingga ke hal-hal kecil lainnya, yang kuanggap perlu. Walaupun nantinya aku kembali merasa bahwa itu semua tidak terlalu penting. Seiring berjalannya waktu, aku lebih sering mengikuti kemana arah angin membawa langkah kakiku. Tanpa rencana perjalanan, tanpa ada estimasi biaya dan waktu.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Awal petualangan, ketika aku mulai mendaki salah satu Gunung di Jawa Tengah, disinilah aku mulai menambah belajar tentang arti persahabatan, tolong-menolong, kerjasama kelompok, dan masih banyak lagi. Setelah aku sampai di puncaknya, sejauh mata memandang nampak pemandangan yang begitu indah. Gunung, Lembah, Sungai, Ngarai mengisi luasnya alam. Ternyata Negeri ini indah sekali. Dari situlah mulai timbul niatku untuk menjelajahi tanah di Negeri tercinta ini. Walaupun berbekal pengetahuan yang belum memadai, kondisi keuangan yang menipis, aku tetap nekat untuk menjalaninya. Semoga orang-orang diluar sana bisa membantu selama perjalanan, begitu doa ku. Berhati-hatilah dengan pemikiranmu, karena itu bisa jadi kenyataan. Ketika aku memutuskan untuk berpetualang, aku sempat bingung. bagaimana aku memulainya ? Namun, kehidupanlah yang membawaku untuk memulai perjalanan ini. Berikut adalah daerah-daerah yang pernah aku jelajahi : Pulau Sumatra ; Lampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, Riau, Jambi dan Sumat’ra Barat. Pulau Jawa ; Jakarta, Jawa Barat, Jogjakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pulau Kalimantan ; Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pulau Sulawesi ; Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pulau - Pulau
OTHERSIDE
16
lain ;Bali, Lombok, Bima, Moyo, Gili Laba, Komodo, Rinca, Flores, Timor, Lembata, Alor dan Ternate. Banyak hal yang kupelajari selama pertualangan tersebut. pengalaman-pengalaman selama dijalan, secara perlahan mengubah cara pandang dan pola pikir dari kehidupan yang kujalani sebelumnya. Ketika aku merasa begitu senang, karena impian masa kecil, sampai impian dimasa dewasa mulai terwujud. Dimana aku bisa melihat indahnya Jam Gadang dan Ngarai Sianouk di Kota Bukittinggi, Pantai Teluk Bayur, Bunga Raflesia di Bengkulu, Jembatan Ampera denFoto/dokumentasi: Emanuel Ndelu Wele gan Sungai Musi nya, Monumen Nasional, Tapencil di Jawa Timur, kehujanan dan diterjang badai ketika melakuman Mini Indonesia Indah, Candi Prambanan, Bengawan Solo, Jemkan pendakian disalah satu Gunung, dikejar binatang buas waktu batan Merah, Pantai di Bali dan Lombok, Komodo, Danau Kelimutu, turun dari Gunung, sudah terbiasa menumpang truk pengangkut Perbatasan Indonesia-Timor Leste, Kesultanan Ternate, menggapai sayur dan tebu, berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer. Selain itu puncak Gunung-Gunung yang tinggi, dan masih banyak lagi. aku juga mempunyai banyak teman dan hal-hal baru lainnya. Seringkali aku merasa marah, sedih dan kecewa selama perjalanan. Perjalanan ini membuka lebih lebar lagi mataku, mengenai makna Pernah menghadapi masa-masa sulit ketika kehabisan uang di Kota kehidupan. Mengajarkanku arti sebuah ketulusan dan memberi Jambi. akhirnya aku minta bantuan sama Polisi yang sedang bertutanpa pamrih dan mengenai cinta kepada sesama manusia. gas. Nyasar dan salah jalan ketika malam tiba disebuah dusun ter-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
OTHERSIDE
17
Pengalaman dijalan memperlihatkan kepadaku bahwa diluar sana, masih banyak orang-orang baik di Negeri tercinta ini. Ketika aku salah jalan, tersesat dan kehujanan disebuah Dusun kecil yang sangat terpencil, serta jauh dari keramaian. Dengan ramah, salah satu keluarga yang baru pulang dari ladang mengajakku bermalam di rumahnya yang sangat sederhana. Dua hari aku menetap di rumah keluarga ini, sambil menunggu bajuku yang dijemur karena kebasahan diterpa hujan. Seringkali aku dihadapkan pada pertanyaan: “Sampai kapan dan sampai sejauh mana aku akan melangkah?” dan/atau “Benarkah ini yang ingin kulakukan?”. Namun aku tidak berhenti. Kakiku terus berjalan, terus melangkah, entah sampai kapan.
Foto/dokumentasi: Emanuel Ndelu Wele
Selama perjalanan, aku pernah tinggal di rumah keluarga Hindu, keluarga Nasrani dan keluarga Muslim. Di rumah orang Minang, Melayu, Batak, Jawa, Bali, Suku Sak-Sak, Suku Timor, Banjar, Kutai, Dayak Bakumpay, Dayak Ma’nyan, dan di rumah Suku Bajao. Sering pula tidur di terminal, stasiun kereta api, gubuk di tengah sawah, pos Polisi, pos Kam-Ling, dan di teras Mesjid ketika kemalaman setelah turun dari Gunung. TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Seringkali aku merindukan saat-saat yang pernah terjadi didalam perjalanan tersebut dan membuatku ingin kembali kemasa-masa itu. Aku sangat bersyukur, perjalanan ini pernah terjadi didalam hidupku. Hal seperti ini, menurut pikiranku tidak akan pernah terjadi 2 kali. Semuanya akan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk bekal di kehidupan yang akan datang. Aku sudah terlalu banyak menerima kebaikan dari penduduk-penduduk di daerah yang pernah aku jelajahi. Mereka menerimaku dengan sangat baik sekali. Kiranya Tuhan yang akan membalaskan kebaikan mereka. Dan sekarang giliranku, yang meneruskan kebaikan itu kepada orang lain lagi.
OTHERSIDE
18
EXPERIENCE
Kartinian ala petualang 24 di pulau Opak Kep. Seribu Oleh: Ely Rosnita - Jakarta Foto/dokumentasi: Ely Rosnita
Singkat cerita setahun terakhir gue ketemu keluarga baru di dunia pecinta alam, Petualang 24. Yauda deh kalo komunitas ini ada yang open trip suka ikut jalan-jalan. Nah kali ini temanya mau ngerayain kartinian di Pulau Seribu. Belum tepat tanggal hari kartini sih tapi kita coba ngerayain ala anak pantei, taraaa pake kebayaan di salah satu pulau di Kepualaun Seribu pada tanggal 19-20 April 2014. TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Tim P24 yg ikut kali ini gue sendiri (saat itu belum memutuskan untuk berhijab), Ani, Tungku, Rendy, Teh Lisna, Om Edwin, Mamak Nico, Kak Naili, Nirina, Taufik, Om Aziz, Om Syaf, Tante Yeni, Om Widi, Opa Timbul, Teh Ilin dan bapak TL kita Om Dwi. Planning awal adalah ngecamp di Pulau Semut. Tapi ternyata kapal
EXPERIENCE
20
tidak bisa merapat dikarenakan disana tidak punya dermaga dan karang2 tdk bersahabat untuk kapal merapat disana. Pada akhirnya mencari alternatif pulau yg tidak berpenghuni ke pulau pulau terdekat dikarenakan hari sudah menjelang sore dan ombak sudah mulai mengganas. Sempat mampir ke pulau Kaliage tapi dikarenakan tempatnya tidak terlalu nyaman buat ngecamp. Setelah di cek lumayan kotor dan tidak ada pasir putih. Akhirnya kapalpun mencari pulau lain yg bisa disinggahi. Sampai akhirnya mata tertuju pada sebuah pulau yg pasir putihnya kelihatan dari jauh. Akhirnya minta diantarlah kami ke pulau tersebut Dan dari orang kapal lah kami baru tau kalo itu pulau Opak. Pulau yg tidak berpenghuni dan tidak ada air tawar. Pulau Opak ini persis ada di sebrang Pulau Kelapa, yaaa walaupun masih jauh, tapi pas malam cahaya lampu di Pulau Kelapa, terlihat kok dari Pulau Opak. Walaupun di Pulau Opak sendiri kita cuma bercahaya bintang di langit hehe. Oiya, untuk mencapai Pulau Opak ini, kita berangkat dari Muara Angke trus transit di Pulau Harapan, trus sewa kapal kecil deh buat hoping island sampe akhirnya kita ngecamp di Pulau Opak. Dari komunitas ini juga gue belajar free diving, tuh Om Azis yg suka nenggelemin gue ke bawah laut ga pake pelampung. Hehe tapi seru kok asli. Setelah seharian keliling pulau sambil snorkeling kita buka lapak bobo, trus para cewe-cewe masak deh buat makan malam. Kalo siang tadi kita beli nasi bungkus, nah kalo malam kita masak.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Masak yg gampang aja, sayur sop, ayam goreng, sosis goreng kentang goreng, kalo nasi kita juga udah beli dari Pulau Harapan. Makan kenyang intermezo deh sampe malam, diliatin sama para bintang di langit ditemenin api unggun, waaaaaak romantis haha. Dan besok paginya kita masak terus abis sarapan pagi, terus langsung ganti kostum pake kebaya. Iya kita niat banget sebelum kesini diwajibkan bawa kebaya. PR banget kan tas berat bawa beginian. Mau ngerayain kartinian atau mau latian prewedding hmmm… Say thanks sama Om Syaf yang udah nge-video-in kita pake Gopro Hero3-nya sampe masuk youtube search deh “P24 – Pulau Opak, Kep. Seibu” , Mamak Nico dan Om Widi juga yang suka candid fotoin kita. Mataharinya nyengat banget disana, walaupun udah pake sunblock berkali-kali tetep coy bikin kulit eksotik. Puas foto-foto packing pulaaaaaang. Dijemput sama bapak-bapak yang kita sewa kapal kecilnya ke Pulau Harapan, tepat jam 12 siang. Naik kapal ke Muara Angke dan go back home. See You Pulau Seribu. Setelah kita pulang baru tau, ternyata di Pulau Opak ini rada sereem. Eh sereem banget kali menurut gue. Karena temen gue dapet cerita disini pernah ada yang ilang, si bapak yang kita sewa buang hoping island juga pas pulang baru cerita gitu. Hih.
EXPERIENCE
21
EXPERIENCE
Traveling and Camping to beauty island; Semak Daun island Oleh: Ghe Ardyan - Jakarta
Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
Berawal dari obrolan singkat bersama kawan-kawan serta terhipnotis dengan begitu indahnya foto-foto yang berseliweran di mbah Google, tercetuslah ide traveling ke P. Semak Daun. Semak Daun adalah salah satu bagian dari gugusan Kep. Seribu, Jakarta dengan luas yang tak lebih dari 5 hektar, kira-kira 3-4 lapangan bola kali ya.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Berdasarkan pengalaman sebelumnya saat traveling ke Kep. Seribu (P. Pramuka, P. Pari, P. Tidung, P. Harapan, dan P. Untung Jawa) saya, lebih tepatnya kami harus berangkat dari Pelabuhan Muara Angke pada pagi hari untuk mendapatkan perahu dan posisi yang pas.
EXPERIENCE
22
Bau amis bercampur solar serta air yang menghitam langsung menyapa begitu memasuki kawasan Pelabuhan Muara Angke, salah satu hal yang disayangkan, karena kondisi yang kurang terawat untuk sebuah pelabuhan yang menghubungkan dengan tempat-tempat pariwisata. Dari sini kita harus menaiki perahu untuk mencapai pulau tujuan. Banyak perahu yang siap mengantarkan kita menuju destinasi yang kita inginkan (selama masih di Kep. Seribu). Saya sendiri beserta kawan-kawan menaiki perahu yang bertujuan ke P. Pramuka.
Selepas Dzuhur perjalanan dilanjutkan dengan slowboat, ini perahu suaranya doang yang nyaring banget tapi jalannya mah lelet bener, Setelah terombang-ambing dilaut lepas dari P. Pramuka ke P. Semak Daun akhirnya perahu bersandar perlahan di dermaga P. Semak Daun. Hamparan air laut yang begitu jernih serta pasir putih seperti mengajak untuk segera melompat dari perahu.
Tak terlalu banyak hal yang bisa dilakukan selama perjalanan di perahu selain saling bersenda gurau, berfoto-foto ria dan untuk yang mabuk laut biasanya memilih untuk tertidur dalam lelap hingga sampai ke tujuan. Saya sendiri lebih memilih bersandar disamping pintu masuk perahu sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajah serta cipratan air kala perahu menerjang ombak. Satu kata untuk air yang masuk ke mulut saya ‘asin’. Dua setengah jam perjalanan dan jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB begitu tiba di P. Pramuka, pulau transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju destinasi yang sebenarnya, P. Semak Daun. Makan minum serta beristirahat sejenak untuk melepas boatlag (kalau naik pesawat ada istilah jetlag kalau naik perahu saya nyebutnya boatlag). Satu hal yang saya cari disini, yaitu tempat untuk buang air besar karena berdasarkan informasi yang saya dapatkan hasil googling di P. Semak Daun tidak ada toilet.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
EXPERIENCE
23
“ Oiya enaknya P. Semak Daun itu, lebar badan pantainya mungkin kira-kira 300500 meter dari bibir pantai kedalaman tidak sampai 1 meter. Jadi asik buat yang belum pinter-pinter banget berenang, enak juga buat snorkeling. ”
Keliling pulau itu hal yang pertama kami lakukan, mencari tempat serta posisi yang pas untuk menikmati P. Semak Daun. Ternyata sudah banyak wisatawan yang ada di disini, dari yang lokal sampai luar dan tidak sedikit juga yang sudah mendirikan tenda untuk bermalam disini. Setelah berkeliling selama 30 menit akhirnya kami menemukan spot yang pas, dipinggir pantai yang menyelimuti bakau, di bawah pohon rindang serta tak lupa hiasan ayunan yang melilit dibatangnya. ‘Tempat ini bener-bener tempat yang pas’. Bersih-bersih langsung dilakukan di area yang sudah kami pastikan menjadi tempat bermalam dan tenda segera didirikan. Kemana saya? Saya langsung melepas pakaian serta meninggalkan selembar celana pendek di tubuh lalu kabur menjauh menikmati pantai yang jernih.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Air yang jernih membuat saya begitu mudah menikmati panorama yang tersaji dibalik bening birunya pantai P. Semak Daun. Bermodal kaca mata renang, dengan jelas membuat saya menikmati semuanya. Ikan-ikan yang berseliweran serta karang-karang koral yang begitu mempesona. P. Semak Daun merupakan yang terbaik yang selama ini pernah saya datangi. penyesalan saya : andai punya kamera underwater’. Oiya enaknya P. Semak Daun itu, lebar badan pantainya mungkin kira-kira 300-500 meter dari bibir pantai kedalaman tidak sampai 1 meter. Jadi asik buat yang belum pinter-pinter banget berenang, enak juga buat snorkeling. Tapi hati-hati karena tidak terlalu dalam, karang-karang yang tajam siap melukai tubuh kita. Puas berenang mondar-mandir kaya ikan kesasar bersama beberapa kawan akhirnya saya memutuskan untuk kembali. Air laut juga mulai pasang serta arus semakin kuat karena hari sudah semakin sore. Ketika kembali ke tempat camping tenda sudah berdiri. Saya langsung ikut serta bersama kawan-kawan kembali berkeliling P. Semak Daun mencari objek untuk difoto sekaligus menanti waktu sunset dengan bertelanjang kaki menikmati lembutnya pasir pantai. Ketika berkeliling, baru tersadar ternyata yang datang dan hendak bermalam begitu banyak, terbukti dengan banyaknya tenda-tenda yang berdiri. Namun yang membuat kaget bukan banyaknya tenda yang berdiri diantara tegapnya pohon-pohon rindang di atas pasir
EXPERIENCE
24
Cahaya mentari yang semakin meredup menjadi alarm alam ingatkan kami untuk kembali ke camp. Mencari kayu yang bisa dibakar menjadi tugas selanjutnya, karena kami ingin membuat api unggun sekaligus berguna untuk membakar ayam bakar sebagai santapan makan malam. Saling bersenda gurau bercengkrama menjadi aktivitas wajib dikala malam. Aroma khas kayu yang terbakar serta deburan ombak dengan cahaya rembulan yang mengintip disela-sela dedauan menemani malam kali ini. Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
putih, melainkan sampah-sampah yang menumpuk disisi utara pulau (saya sendiri camp di bagian selatan pulau). Begitu disayangkan dimana pulau ini tak hanya menyimpan keindahan yang menghipnotis setiap yang dating, tapi juga mampu menyimpan sampah yang menumpuk. Asik berkeliling akhirnya kami menemukan spot yang pas untuk menikmati sunset, disisi barat daya pulau. Area ini terlihat seperti pulau mini yang menyumbul. Dan ternyata tempat ini juga menjadi incaran wisatawan lain untuk berkumpul menikmati sunset.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Hawa panas pantai membuat saya tidur di luar beralaskan matras, sambil memandang ke langit malam. Sebelum terlelap dalam hati bersyukur ‘Ya Tuhan terima kasih kau telah lahirkan aku di sebuah negara yang memiliki alam begitu indahnya dan dapat ku nikmati saat ini’. ‘Ada penyu ada penyu’ salah satu kawan berteriak-teriak sambil menunjuk ke arah pantai, sontak membuat heboh kawan-kawan yang lain, memaksa mata untuk terbuka. Apakah benar penyu? Perdebatan beberapa saat akhir terhenti tatkala senter menyorot bahwa yang tadinya dianggap penyu hanyalah sebuah batu.
EXPERIENCE
25
Mata tak dapat terpejam kembali akhirnya membuat saya terjaga. Melihat jam tangan yang telah menunjukkan pukul 5 pagi sontak membuat saya segar. Saya mengajak kawan-kawan untuk sunrise hunting. Dermaga menjadi pilihan karena tempat yang bergitu menjorok ke arah laut. Lagi-lagi keindahan sunrise tak kalah indah dengan pemandangan dikala sunset sore kemarin. Begitu adem deburan ombak yang tak seliar malam serta angin yang begitu semilir. Secangkir kopi benarbenar melengkapi kenikmatan sunrise. Tak bisa berlama-lama di pulau ini, pengemudi perahu yang kemarin membawa kami telah menghubungi. Hal ini yang membuat kami beranjak dari dermaga kembali ke camp untuk bersiap-siap
Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
pulang. Andai saja masih diberi hari lebih, ingin sekali merasakan dan menikmati keindahan pulau ini lebih lama. Pukul 9 pagi perahu yang menjemput telah tiba. Saatnya kami mengucapkan selamat tinggal ke Pulau Semak Daun untuk kembali ke peradaban, Jakarta. See you next time Beauty Island :) Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
EXPERIENCE
26
EXPERIENCE
Backpacking to Tunda Island
Perjalanan manis pahit. Terkenang, dan ditunda disana.. Oleh: Rahma Khaerunnisa Foto: Rahma Kharerunnisa
Backpacker, istilah ini tidak asing lagi untuk para traveler, yaps.. backpacker merujuk pada klasifikasi traveler yang menggunakan tas punggung (dari kata back : belakang, pack : pak, tas, ransel) sebagai tempat menyimpan peralatannya. Berlibur dan bertualang bermodal peralatan yang di pak di ransel punggung bisa menjadi
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
pengalaman menantang. Peralatan, keamanan dan kondisi ala backpacker berbeda dari sekadar mengikuti paket wisata. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya dan teman-teman ketika backpacker-an ke Pulau Tunda, Serang, Banten. Pulau Tunda merupakan sebuah pulau terpencil yang terletak di Laut Jawa, yakni
EXPERIENCE
27
ga selalu diturunkan. Kami berangkat sekitar pukul 16.00 WIB. Perjalanan memakan waktu 8 jam untuk sampai Terminal Merak.
Foto/dokumentasi: Rahma Kharerunnisa
Pukul 23.00 WIB kami tiba di Terminal Merak, Banten dan dari sana kami carter angkot menuju Pelabuhan Karang Antu. Setiba di Pelabuhan Karang Antu, kami memutuskan untuk beristirahat dan bermalam disana mengingat keadaan kami yang sudah lelah dan waktu yang tidak memungkinan. Kami mencari sebuah masjid untuk dijadikan tempat peristirahatan. Namun, nasib baik memang selalu berpihak, kami ditawarkan oleh ibu dan bapak tukang warung dis-
di sebelah utara Teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten yang memiliki luas sekitar 300 hektare.
ana untuk menginap secara cuma-cuma di rumahnya. Allhamdulilah, terimakasih untuk ibu dan bapak yang baik, semoga menjadi berkah.
Jumat, 24 oktober 2014, dengan seluruh perhitungan dan perbekalan yang telah direncanakan sebelumnya, saya dengan 10 orang teman memulai pemberangkatan dari Jatinangor, Sumedang. Kami berangkat memakai Damri jurusan Elang-Jatinangor dan berhenti di Terminal Leuwi Panjang. Disana kami naik bus Arimbi dengan jurusan Merak – Bandung dengan melakukan negosiasi harga terlebih dahulu. Untuk catatan, biasanya jika yang naik bus rombongan, har-
Pukul 09.00 WIB kami memulai pemberangkatan dengan naik kapal yang sudah disewa sebelumnya. Setelah kurang lebih 2-3 jam terombang-ambing di lautan lepas. Terpana dengan seratus juta keindahan warna-warninya lautan, tersihir dengan pemandangan sekitar, dan terperangkap pada imajinasi kami masing-masing, akhirnya tibalah kami di Pulau Tunda, surga dunia yang tersembunyi.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
EXPERIENCE
28
Layaknya wisatawan lainya, kami disambut oleh cerahnya langit utara teluk Banten. Lambaian daun nyiur, jernihnya air laut, kapal-kapal besar, senyum hangat warga sekitar dan seteko air es. Kami tinggal di sebuah rumah tour guide kami, Mas Firman. Rumah yang memberi segala keramahan dan kebaikannya selama kami disana. Tak usah beristirahat berlama-lama, saatnya kita menjelajah Pulau Tunda.. Yeaaaaaaaaaayyy….!!! HAVE FUN TIME ! Seperti yang diceritakan oleh seorang penduduk asli Pulau Tunda, Pulau Tunda memiliki jumlah penduduk kurang dari 3000
Foto/dokumentasi: Rahma Khaerunnisa
orang. Sebagian penduduk yang tinggal di Pulau Tunda adalah orang-orang yang merantau. Sedikit orang yang asli Pulau Tunda Sendiri. Di Pulau Tunda mata pencarian utama mengandalkan hasil laut, karenanya hampir seluruh warga Pulau Tunda merupakan nelayan. Keadaan geografis Pulau Tunda dikelilingi oleh lautan dengan hutan yang lebih banyak dibanding dengan pemukiman warga. Masih sedikit sekali rumah warga yang dibangun disana. Pulau Tunda memiliki sekolah satu atap untuk SD dan SMP, sedangkan untuk melanjutkan ke SMA mereka harus menyeberangi lautan terlebih dahulu.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Selain berprofesi sebagai nelayan, sebagian besar penduduk Pulau Tunda beternak kambing. Kambing dibiarkan berlalu-lalang kesanakemari seharian penuh. Sehingga jangan aneh ketika kita menjelajahi Pulau Tunda seringkali bertemu dengan kambing dimanamana. Seperti Pulau terpencil umumnya, tenaga listrik susah untuk di dapatkan di Pulau Tunda, penduduk disana menggunakan listrik tenaga surya untuk penerangan lainnya. Warga di Pulau Tunda sendiri sudah tidak asing dengan para wisatawan yang hampir tiap hari berkunjung kesana. Mereka menyambut
EXPERIENCE
29
baik kedatangan para wisatawan termasuk kami. Mereka menyambut kami dengan senyum ramah khas orang Indonesia. Sangat disayangkan terdapat banyak sampah di pesisir pantai, hal itu disebabkan mungkin karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuang sampah dilaut sehingga terbawa ombak sampai ke pesisir pantai, dan menjadikan banyak sampah. Pulau Tunda memiliki pantai pasir putih, pasirnya berbaur dengan kerang-kerang kecil. Nanum, air laut disana benar-benar jernih. Dengan berteduh dibawah pohon mangrove kita bisa menikmati keindahan birunya pantai Pulau Tunda dan kapal-kapal yang merayap-rayap di tengah laut sana. Snorkeling dan Diving Ini dia, Pulau Tunda terkenal dengan surga dunianya bawah laut. Pulau Tunda memiliki keindahan bawah laut yang luar biasa dan masih alami. Pulau Tunda dikelilingi dengan terumbu karang yang sangat beragam. Umumnya banyak ditemui karang dengan tipe Pertumbuhan Karang Tepi atau Fringing Reef. Terumbu karang di Pulau Tunda banyak terdapat di bagian utara. Hal ini karena bagian selatan banyak aktivitas manusia. Sedangkan di bagian timur hingga tenggara Pulau Tunda memiliki kondisi arus yang cukup besar sehingga baik untuk kegiatan Drift Div-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Foto/dokumentasi: Ndy Ronaldi
ing. Pepohonan mangrove ditemukan cukup padat dibagian selatan hingga timur. Karena Pulau tunda memiliki keindahan bawah lautnya yang masih alami, maka banyak terdapat spot-spot snorkeling dan Diving. Lumba-lumba Selain snorkeling dan diving, di Pulau Tunda kita juga bisa bertemu lumba-lumba untuk melihat lompatan dan liukannya yang indah. Menurut cerita, pulau ini merupakan lintasan lumba-lum-
EXPERIENCE
30
ba. Jadi kemungkinan bertemu lumbalumba sangat besar. Untuk catatan bawa biskuit ya jika mau ngasih makan lumbalumba. Sedikit cerita, setelah kami beristirahat sebentar, lima teman kami yang lain melakukan snorkeling ke pantai selatan dan utara Pulau Tunda, sedangkan saya dan keempat tempat lainnya berjalan-jalan ke pesisir pantai. Rombongan saya memutuskan untuk berburu hamparan luas pasir putih dan sunset di Barat sana. Perjalanan yang tanpa rencana itu akhirnya berhenti di sebuah pohon dan sebuah vila yang dijaga oleh seorang bapak-ba-
Foto/dokumentasi: Rahma Khaerunnisa
pak yang merantau dari Jakarta. Kami berbincang-bincang, disuguhi air kelapa muda yang langsung diambil dari pohonnya. Setelah maghrib, kami pulang kembali dan tanpa sadar ternyata kami berjalan sangat dan sangat jauh...!
Saya duduk di sebuah saung kecil yang berada di ujung jalan dermaga, memandang laut bebas dan merah tejanya sunrise. Saya tak bisa berkata, imajinasi saya terlalu liar, damai yang saya rasakan saat itu tidak terukur lewat kata-kata.
Pagi-pagi, saya lancang berjalan-jalan ke dermaga sendirian, bertemu dan berkenalan dengan wisatawan-wisatawan dari Jakarta. Kita mengobrol sebentar dan saya melanjutkan untuk jalan-jalan kembali.
Pembuatan Kapal
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Di Pulau Tunda juga ada tempat untuk pembuatan kapal yang letaknya tidak jauh dari dermaga pulau Tunda. Kapal yang dibuat di tempat pembuatan tersebut berukuran kecil dan terbuat dari ba-
EXPERIENCE
31
Ini hanyalah cerita tentang sebagian kecil keindahan Pulau Tunda, Pulai Tunda sebenarnya sudah dapat dijadikan objek pariwisata yang sangat menarik untuk dikaji. Keindahan pantai dan juga keindahan lautnya belum dieksplore lebih jauh. Padahal kegiatan berlayar dengan pemandangan laut dan lumba-lumba, memancing, snorkeling, diving, melihat sunset dan sunrise adalah potensi wisata yang mempesona dan sangat menarik. Berbicara Pulau Tunda, memang tidak akan ada habisFoto/dokumentasi: Rahma Khaerunnisa
han baku berupa kayu. Pembuatan kapal di Pulau Tunda ini sendiri memakan waktu berbulan-bulan. Kapal tersebut di gunakan untuk keperluan masyarakat pulau tundanya sendiri yang mayoritas mata pencahariannya nelayan.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
nya. Semoga lain waktu saya, kamu, kita, kalian semua bisa lagi backpackeran ke Surga dunia lainnya seperti Pulau Tunda. Oke, see you next time..!
EXPERIENCE
32
DESTINASI
Ayo Kam Semua Nikmati Keperawanan Alam Papua Oleh: Melissa - Papua Barat
Foto/dokumentasi: Melissa
“Tanah Papua, tanah yang indah… Disana aku lahir…” sebuah lagu yang memang benar adanya. Saat sampai di dermaga, si penikmat akan dihidangkan air laut yang sangat jernih bagai gaun transparan sehingga sang penikmat bisa langsung melihat terumbu yang indah dengan segala kemolekannya di dalam laut dan sisik ikan-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
ikan berbagai warna berkelip menghiasi terumbu. Bagai seorang wanita bertubuh molek yang menggunakan gaun transparan. Godaan sang wanita perawan semakin menjadi saat pasir putih yang memberi salam hangat selamat datang sambil membelai sela-sela jemari kaki.
DESTINASI
34
Kenikmatan dunia yang disuguhi kepada sang mata, merangsang kaki tuk berlari menghampiri dan tangan yang bersikeras menggenggam kamera, tak sabar mengabadikan apa yang terlihat agar tak hilang begitu saja ditelan detik waktu. Hembusan nafas sang wanita mampu menjamah setiap lekukan tubuh sang penikmat. Nafasnya yang semilir, menelusup lewat celah-celah pakaian sang Penikmat, menyentuh kulit dan menimbulkan sensasi kedamaian. Bulat montok si buah kelapa tak luput dari perhatian. Rasa air kelapa yang sangat manis dan dagingnya yang lembut dan
Foto/dokumentasi: Melissa
renyah, memanjakan lidah. Si bulat montok ini baru akan dipetik saat akan dinikmati. Sehingga rasa air si bulat montok ini terasa manis dan segar. Daging kelapa yang lembut, terasa kenyal-kenyal dimulut. Kerindangan rambut sang wanita yang melambai-lambai ditiup angin. Harum aroma tubuh sang wanita perawan saat terik mentari menyinari menambah gairah untuk menjamah dan menyelami lekuk-lekuk tubuh sang wanita. Jangan heran, karena kemolekan tubuh, aroma tubuhnya, deru nafasnya, akan membuatmu tak
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
mampu meninggalkannya. Akan ada rasa ingin terus menyelam, menikmati kemolekan dan keindahan tubuh sang wanita perawan. Sapaan selamat tinggal dari sang mentari pun tak kalah menggoda. Dengan wajah merah merona, sang mentari berdiri di ufuk barat sambil melambaikan tangan tanda perpisahan. Datanglah ke Papua dan turut menikmati keindahan alam yang belum terjamah, agar kau tau betapa seksi dan merangsangnya sang perawan. Raja Ampat – Papua Barat, Kamis, 21 Agustus 2014
DESTINASI
35
DESTINASI
Pulau OSISeram Barat Oleh: Ria Christella P - Ambon
Foto/dokumentasi: Ria Christella
Penat, stress, galau…Semuanya bercampur aduk didalam otak. Semua tugas kuliah dan deadline pengumpulan laporan praktikum sudah cukup membuat segala rasa bercampur dalam otak dan cukup mempermainkan situasi emosional. Sekarang saatnya liburan dan melupakan semua tugas dari kampus.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Sebenarnya liburan kali ini sangat spesial. Papa mengajak kami sekeluarga berlibur di Pulau Osi. Pulau Osi termasuk dalam Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Perjalanan dari Ambon menuju ke Pulau Osi memakan waktu kurang lebih 4,5 jam. Berhubung saya tinggal di Ambon, saya akan menjelaskan perjalanan ke Pulau Osi mulai dari Kota Ambon.
DESTINASI
36
Setelah melewati gapura, kita melewati daerah rawa dengan banyak pohon mangrove di sebelah kiri dan kanan jalan. Jalan ini hanya bisa dilewati menggunakan kendaraan roda dua atau jalan kaki karna terbuat dari kayu. Kalau menggunakan motor, dari gapura sampai Pulau sekitar 10 menit. Ada sebuah resort di Pulau Osi. Resort ini lebih mirip sebuah rumah yang memiliki 6 kamar, sebuah tempat makan yang besar dan tempat penyewaan peralatan snorkeling dan diving. Harga untuk menginap disini Rp.600.000,-/24 jam.
Foto/dokumentasi: Ria Christella
Kita harus berganti-ganti transportasi menuju kesana. Dari Ambon, kita harus menyeberangi lautan dengan menggunakan kapal ferry menuju ke Hunimua-Seram. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 2 jam. Kita bisa mendapatkan tiket Ferry di kantor Pelni dengan harga Rp.20.000,-/ orang. Kapalnya ada di pelabuhan kota Ambon. Dari kota Hunimua ke Pulau Osi memakan waktu 2,5 jam dan menggunakan transportasi darat. Ada kendaraan umum (angkutan umum dan ojek) menuju ke Pulau Osi. Sebelum masuk ke Pulau Osi, ada gapura dan ada beberapa orang yang menjual tiket masuk Pulau Osi, harga tiketnya Rp 5.000,-/orang.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Bukan hanya resort, ada beberapa tambak ikan dan budidaya rumput laut. Kita diperbolehkan memancing di tambak tersebut. Ikan yang telah dipancing harus dibeli dan tidak boleh dimasukan kembali ke dalam tambak. Hal ini untuk mencegah ikan yang mati akibat sakit. Waktu berlalu begitu cepat, saatnya mentari tidur cantik dan bulan beraktifitas. Keindahan Pulau Osi sangat disesalkan untuk dilewatkan. Bukan hanya Pulau Osi, masih banyak lagi keindahan alam di Maluku yang sayang untuk dilewatkan. Ayo kawan, berkunjunglah sesekali ke Maluku, ada banyak hal yang mampu membuatmu tak mampu berkedip, apalagi berpaling. “See you next trip…“ Sapaku pada sang alam.
DESTINASI
37
BAWA TURUN ATAU TELAN! @PENDAKIBUDIMAN
TRAVELLER PROFILE
Vian Nugroho S1 Ekonomi Akuntansi STIE YKPN Yk Kastalopa Yogyakarta, Subasa 2k, #eduaksi Asal Gunung Kidul – D.I Yogyakarta
Foto/dokumentasi: Vian Nugroho
Traveler yang satu ini sangat menyukai eksplorasi pantai. Mulai dari menikmati sunset, bermain di pasir pantai dengan bertelanjang kaki, beach camp, sampai bermain-main di karang yang tajam. Dia bahkan lupa kapan awalnya menyukai pantai. Tapi dia tau sejak kapan mulai sangat aktif mengeksplorasi pantai. Sekitar tiga tahun lalu, katanya.
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Vian namanya. Pria asal D.I Yogyakarta ini lebih memilih traveling sebagai freelance ketimbang mengikuti komunitas tertentu. Ditanya mengapa? Dia hanya tersenyum saja. Tapi Vian bukan tidak melakukan traveling dengan orang lain. Hanya saja, mungkin ada rasa segan menyebut dirinya tergabung dengan komunitas tertentu.
PROFILE
40
paduan yang sangat serasi. Ada harmoni di balik suara desau angin menerpa daun, ketika tak ada suara kendaraan yang merusaknya. Berikut adalah wawancara singkat kami bersama Vian saat di temui di Djeladjah Coffee, Kledokan, D. I Yogyakarta : Apa yang membuat mas Vian suka mengeksplorasi Pantai? Saya suka mendengarkan suara ombak, menikmati debur angin pantai, dan bonusnya ya menikmati sunset. Kalau di gunung saya juga suka. Di gunung kan buat nikmati sunrise, kalo dipantai nikmati sunset. Pantai mana yang paling sering di eksplorasi? Pantai Kesirat, pantai Woh Kudu, Pantai Gesing, pantai Bekah, pantai Ngetun. Kalo spot yang paling mantap buat ngeliat sunset itu di pantai Ngetun sama pantai Bekah. Entah kenapa saya lebih suka menikmati pantai di daerah Panggang dibanding pantai Gunung Kidul di deretan pantai Baron ke timur yang lain. Menurut mas Vian gimana keadaan pantai Gunungkidul kebanyakan sekarang ini?
Foto/dokumentasi: Vian Nugroho
Menikmati keindahan pantai dengan suara ombak menghempas terkadang memang lebih syahdu jika dilakukan sendirian, atau dengan kelompok kecil. Alam dan kesunyian seakan menjadi dua
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Sekarang ini terlalu banyak campur tangan warga di bibir pantai, misalnya warung-warung yang berdiri sangat dekat dengan pantai, bahkan sampai ke pasirnya. Tempat parkir yang sangat dekat dengan pantai. Hal semacam ini mengurangi kenyamanan berkunjung ke pantai itu sendiri.
PROFILE
41
Foto/dokumentasi: Vian Nugroho
Wisata pantai sangat berdampak pada masyarakat. Dengan adanya pantai, masyarakat memiliki mata pencaharian tambahan. Ada lapangan kerja baru tidak hanya seperti yang semula ada dilokasi tersebut. Misalnya nelayan, nelayan yang biasanya setelah pulang dari melaut harus menjual ikannya ke pasar kini bisa langsung mengolah hasil melautnya di lokasi sekitar pantai untuk dihidangkan ke pengunjung. Dengan begitu kan harga ikan yang seharusnya dijual di pasar dengan harga pasar bisa
Mas Vian pengennya akses dan sarana di pantai itu seperti apa?
naik harganya setelah diolah dan dijual ke pengunjung di pantai.
Seharusnya pantainya dibiarkan tetap alami sebagaimana awalnya. Akses dan sarana seperti tempat parkir, warung-warung, toilet seharusnya dibuat lebih jauh dari badan pantai itu sendiri, dengan begitu kenyamanan berkunjung ke pantai akan terjaga.
Tidak hanya berpengaruh pada masyarakat dilokasi yang dikunjungi. Pengaruhnya juga ada pada masyarakat di sepanjang jalur menuju lokasi. Dengan melewati jalur menuju lokasi wisata, pengunjung jadi mengenal daerah disekitar jalur transportasi, kebudayaannya dan sebagainya.
Sejauh yang mas lihat sekarang ini, bagaimana dampak pembangunan wisata pantai terhadap masyarakat sekitarnya?
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Antara pengunjung dan masyarakat lokal akhirnya berinteraksi degan adanya destinasi wisata pantai sebagai tempat pertemuan,
PROFILE
42
budaya baru atau kebiasaan baru yang diadopsi oleh masyarakat lokal dari pengunjung yang datang ke destinasi wisata pantai ini. Dewasa ini, dengan adanya pembangunan wisata pantai yang massif di Gunung Kidul, bagaimana masyarakat sekitar pantai memandang pengunjung? Terkadang masyarakat menerapkan standar ganda antara pengunjung dengan masyarakat lokal, misalnya contoh dalam menerapkan harga. Ketika masyarakat mengetahui seseorang itu adalah pengunjung pantai, harga yang diberi ke mereka lebih mahal dari yang seharusnya. Ini mungkin bagian dari cara masyarakat untuk mendapatkan pemasukan tambahan. Tapi sebenarnya ini kurang baik dan adil.
Foto/dokumentasi: Vian Nugroho
apa efek dari interaksi dengan pengunjung ini pada masyarakat lokal? Apakah pengunjung ini merubah budaya lokal? Kalau merubah sih tidak, tapi memang tidak dapat dipungkiri ada TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Kita tidak bisa memungkiri bahwa Indonesia ini berada di wilayah cincin api, dan di cincin api ini seringkali terjadi bencana yang disebabkan oleh proses geologis, misalnya gempa dan tsunami. Pantai di Gunung Kidul sangat dekat dengan palung Jawa yang merupakan pertemuan lempeng samudera Hindia dengan Lempeng Eurasia, nah bagaimana pengunjung pantai dan
PROFILE
43
Kita ambil contoh di Pantai Parangtritis, sebenarnya tim SAR disana sudah mengingatkan pengunjung, misalnya dengan adanya sirine, adanya batas pantai yang boleh dijadikan area bermain di pantai. Tapi kadang karena terlalu asyik bermain di pantai, banyak pengunjung yang mengabaikan hal tersebut. Kadang dalam kasus seperti itu tim SAR langsung mendatangi ke pengunjung dan memperingatkan langsung. Pernah terjadi ada batas pantai yang dilanggar pengunjung, dimana diluar batas tersebut banyak ubur-ubur yang bisa menyengat. AkhFoto/dokumentasi: Vian Nugroho
masyarakat lokal seharusnya menyikapi hal semacam ini? Ga bisa dipungkiri, mau ga mau namanya bencana alam kan ga bisa dihindari. Mereka yang datang dan ada di sekitar pantai harus siap dan tanggap Mas kan sering ke pantai, bagaimana menurut mas peran pemerintah dalam mengantisipasi kecelakaan di pantai? Apakah ini sudah efektif?
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
irnya banyak pengunjung yang disengat ubur-ubur. Padahal sebelumnya tim SAR sudah mengingatkan. Apakah tim SAR ini ada disetiap pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta? Tidak sih. Biasanya di beberapa pantai yang pengunjungnya membludak atau ramai sekali selalu ada tim SAR pantai.
PROFILE
44
Apakah tanda peringatan yang dibuat pemerintah seperti jalur evakuasi saat terjadi kondisi darurat, peringatan tentang menjaga kelestarian pantai sudah cukup memadai menurut Mas? Kalau jalur Evakuasi sudah cukup banyak. Biasanya disetiap persimpangan jalan selalu ada penunjuk arah jalur evakuasi. Himbauan untuk menjaga kelestarian pantai juga cukup banyak saya lihat. Beberapa pengunjung banyak juga yang memperhatikan peringatan tersebut, tapi cara mereka menanggapi kadang kurang tepat. Misalnya kawan-kawan yang camping di pantai, kadang cara kawankawan mengelola sampah yang mereka hasilkan masih salah. Mereka biasanya mengubur sampah tersebut dengan menggali lobang di pasir pantai. Ketika ombak datang atau air pasang, sampah ini akhirnya keluar lagi ke permukaan. Ini tidak benar menurut saya.
jutnya pasti ya persiapan pribadi. Terakhir, mas tentu punya harapan baik pada pengunjung, destinasi wisata, masyarakat sekitar pantai, maupun pemerintah, terkait wisata di pantai, bisa dikemukakan? Intinya harus menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Ekosistem di pantai harus dijaga betul. Selain itu, baik pengunjung maupun masyarakat lokal harus saling menghormati dan menjaga etika, baik sebagai tamu maupun sebagai tuan rumah. Sebagai tamu yang harus memposisikan diri dalam bertamu, sebaliknya sebagai tuan rumah juga ga bisa semena-mena memperlakukan tamu. Intinya ada saling menghormati gitu.
Kan ada sebagian travelers yang menyukai suasana sepi dalam berlibur, misalnya mereka berlibur ke tempat yang jarang dijamah orang dan dalam kelompok kecil, mas ada Tips buat teman-teman yang melakukan hal semacam ini? Yang pertama tentu harus mengetahui informasi tentang daerah yang akan dikunjungi. Kedua tentu harus tau budayanya juga. Kalau di Jogja kan budayanya di sepanjang pantai ya sama saja. Selan-
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
PROFILE
45
COMMUNITY REVIEW
#Kakibaminyak
Jangan Buang Sampah di Laut Foto/dokumentasi: Ghe Ardyan
Berangkat dari sebuah nama KAKI BAMINYAK dimana kata itu berasal dari bahasa Indonesia bagian timur (Papua) yang berartikan orang yang tukang jalan yang tidak betah pada suatu tempat atau manusia yang hidupnya tidak pada satu tempat, bisa berpindah dari kota satu ke kota yang lainya [NOMADEN]. Kaki Baminyak kami gunakan untuk sebutan komunitas yang kami usung bersama teman-teman. TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Karena kami juga sering berjalan berpindah ke suatu tempat dimana kami mencari pelajaran tentang hidup, bertahan belajar hidup di suatu pelosok kota dan bersosial kepada masyarakat setempat tentang kebersihan juga keindahan laut, dengan menjaga laut kita dari kotoran sampah.
COMMUNITY
46
bersih-bersih pantai dari sampah yang ada. Kami hanya ingin pantai yang sedang kami kunjungi bersih karena kami terbiasa menikmati indahnya pantai dengan tidur-tiduran di pantai, bercanda, berjoget dan berlari-larian di tepi pantai. Oleh karena itu kami selalu jaga kebersihan sekitarnya. Kemudian dari kebiasaan konyol itu kami punya ide untuk bersosial disetiap tempat yang kami kunjungi. Aksi sosial tersebut adalah sosialisasi DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI LAUT !!!
Foto/dokumentasi: Ichsan Hadi Perdana
Biasanya kami berkunjung ke sebuah pulau, teluk atau kota yang hampir wilayahnya dipenuhi lautan. Kami sangat menyukai laut dan pantai. Laut dan pantai memberi kami ketenanganan pikiran setelah lelah melakukan aktivitas bekerja, relaksasi lebih tepatnya. Memandang laut yang biru beserta pasir putih yang menjernihkan mata dan pikiran. Kami mempunyai kebiasaan unik saking cintanya dengan pantai dan laut. Setiap berkunjung ke sebuah pulau, kami selalu melakukan aksi sosial
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Aksi sosial kami lakukan dengan memasang warning board di tepi pantai yang kami kunjungi dan juga aksi bersih pantai (beach clean up). Maksud dan tujuan pemasangan warning board tersebut hanya sebuah pesan berupa kalimat ajakan untuk tidak membuang sampah di laut. Targetnya sendiri yaitu pengunjung pulau dan pantai serta warga sekitarnya. Tujuan lainnya, agar pesan yang kita sampaikan melalui warning board tersebut sampai kepada yang membaca, dengan harapan terciptanya pulau dan pantai yang indah, terhindar dari sampah yang dapat menggangu ekosistem laut dan juga kurangnya kenyamaanan pantai.
COMMUNITY
47
harus memilih tempat yang pas, tujuanya agar papan yang kita pasang dapat dibaca dan pahami oleh mereka para wisatawan dan juga warga setempat. Aksi sosial Dilarang Membuang Sampah Di Laut kita jalani dari 23 Agustus 2013 pada saat trip pertama kita untuk memasangkan Warning Board di Selatan Yogyakarta tepatnya di Pantai Sadranan Yogyakarta dan sampai saat ini, terakhir kita pasang waning board sebulan yang lalu di Labuan Bajo dan Pulau Komodo bulan September 8 2014. Harapan kami semoga aksi konservasi bersihkan laut dengan pemasangan warning board Dilarang Membuang Sampah di laut yang telah kami lakukan dihargai oleh mereka yang melihat pesan yang kami sampaikan tersebut. Foto/dokumentasi: Ichsan Hadi Perdana
Kegiatan aksi sosial Kaki Baminyak sudah dilakukan di beberapa pantai Indonesia, pemasangan warning board sudah kita lakukan di Pantai Sadranan (Wonosari Yogyakarta), Pantai Glagah (Yogyakarta), Pulau Pantai Krui (Lampung Barat), Pulau Sabesi (Lampung Selatan), pantai anak gunung Krakatau (Lampung Selatan), pulau Pahawang (Lampung Selatan), pulau Karimun Jawa (Jepara), Gili Trawangan (Lombok), Pantai PEDE (Labuan Bajo-Flores), Pulau Komodo (Flores). Kesulitan kita selama pemasangan warning board adalah mencari pantai yang biasanya di kunjungi wisatawan, lalu pantai yang terlihat kurang bersih. Sebelum memasang warning board tersebut kami
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Tuhan sudah memberi kita laut yang indah maka kita yang menikmatinya harus menjaga apa yang telah Dia berikan. Kalau pantai kita bersih dari sampah maka kita juga yang menikmati pantai itu, apabila laut kita bersih maka ekosistem didalamnya akan tetap terjaga. Pokoknya kita harus mencintai kebersihan dan kita harus menjaga keindahan alam agar tetap bersih juga Indah. -salam lestari- #kakibaminyak #dilarangmembuangsampahdilaut Ichsan Hadi Perdana
COMMUNITY
48
PHOTO GALLERY
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Foto: Ndy Ronaldi
50
PHOTO GALLERY
TravelNatic
Travelnaticmagz / Vol. 5 / Desember 2014
Foto: Nia Atmono
51
#6
NEXT TRVLNTC #6
TravelNatic