Modul Perkuliahan IX Modul ke:
09
Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
Public Relations
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm
Judul Sub Bahasan • • • •
Pendekatan Historis Pengertian Analisis Framing Model-Model Analisis Framing Proses Penelitian Analisis Framing
Pendekatan Historis Analisis bingkai, juga disebut sebagai analisis framing, meneliti bagaimana orang menafsirkan peristiwa atau interaksi tertentu. Meskipun analisis bingkai berasal dari teori komunikasi, namun telah digunakan sebagai metode penelitian untuk meneliti bagaimana media, politisi dan pemimpin sipil mempengaruhi bahasa dan pemikiran tentang topik tertentu.
Bingkai mempengaruhi cara individu memandang dunia di sekitar mereka. Analisis bingkai berusaha untuk mengidentifikasi bagaimana frame tersebut dikembangkan dan mengeksplorasi pengaruh mereka pada masyarakat.
Dengan menggunakan analisis bingkai, peneliti dapat menentukan bagaimana orang-orang yang menggunakan frame tersebut mencapai sesuai pendapat. Menurut pihak berwenang pada analisis bingkai, membingkai karya dengan terlebih dahulu menyatakan posisi atau menyajikan argumen tentang topik atau isu tertentu dengan cara yang dimaksudkan untuk merangsang atau menarik perhatian. Kemudian, bingkai presenter mengidentifikasi penyebab masalah tersebut. Menurut analisis bingkai, setelah masalah dan penyebab ditunjukkan, komunikator menyajikan nya pendapat dan solusi untuk masalah tersebut dengan menggunakan faktafakta yang menguntungkan baginya dan mengecilkan atau mengabaikan informasi yang negatif.
Media adalah satu outlet atau wadah untuk komunikasi dimana analisis bingkai telah difokuskan. Outlet ini mempilkan berita dan isu-isu kepada masyarakat umum. Seringkali, konteks cerita dan kapan dan bagaimana itu disajikan mempengaruhi bagaimana masyarakat merespon. Hal ini memberikan media kekuatan untuk mempengaruhi bagaimana peristiwa setiap harinya dirasakan. Wartawan, politisi dan pemimpin lain dapat menggunakan media untuk membingkai persepsi publik. Analisis bingkai berfokus pada pesan, pengantar pesan, target penonton untuk pesan dan cara di mana pesan disajikan. Seseorang yang menggunakan kiasan atau memanipulasi informasi dengan cara yang menguntungkan untuk posisinya untuk mempengaruhi kerangka masyarakat umum.
Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Beger bersama Thomas Luckman, yang banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial dan realitas. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan, tetapi ia dibentuk dan direkonstruksi. Dengan pemahaman seperti itu, realitas berwajah ganda / plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Selain plural, konstruksi sosial juga bersifat dinamis.
Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Disini realitas bukan hanya dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi wartawan dilanda oleh realitas. Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses ekternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut
Pengertian Analisis Framing Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya (Sobur, 2001:162). Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999: 21).
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspekaspek yang tidak menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh berita. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu dan membesarkan cerita dari sebuah realitas atau peristiwa. Di sini media menseleksi, menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak (Soesilo dalam Eriyanto, 2002: 67).
Model-Model Analisis Framing 1. Model Robert N. Entman • Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. • • Penonjolan aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu di suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
2. Model Pan & Kosicki. Dalam tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse, Pan & Kosicki mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural tersebut membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita—kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu—kedalam teks secara keseluruhan.
Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa—pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa—ke dalam bentuk susunan kisah berita. Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita. Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa.
Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Sedangkan struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu.
3. Model Murray Edelman Murray Edelman mensejajarkan framing sebagai “kategorisasi” yaitu pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami (Eriyanto, 2007). Kategori merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran sehingga manusia dapat memahami realitas yang dapat mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik, sama seperti propaganda. Salah satu gagasan utama Murray Edelman adalah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu.
4. Model William A. Gamson & Andre Modigliani Menyebutkan dalam framing, cara pandang terbentuk dalam kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan (Sobur, 2006). Kemasan itu semacam skema dan struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan yang ia terima, cara pandang atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedimikian rupa, dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana (Eriyanto, 2007).
Struktur framing devices (perangkat pembingkai) yang mencakup metaphors (metafora), exemplars (contoh terkait), catchphrases (frase yang menarik), depictions (penggambaran suatu isu yang bersifat konotatif), dan visual images (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai) menekankan aspek bagaimana ‘’melihat’’ suatu isu. Struktur reasoning devices (perangkat penalaran) menekankan aspek pembenaran terhadap cara ‘’melihat’’ isu, yakni roots (analisis kausal), appeals to principle (klaim moral), dan consequences (konsekuensi yang didapat dari bingkai).
•
Proses Penelitian Analisis Framing
Sumber : Mat Hope, Frame Analysis as a Discourse-Method: Framing ‘climate change politics’, 2010. University of Bristol.
Kerangka Primer : Dalam model ini, kerangka utama yang dikonsep dengan referensi langsung ke Goffman (1974). Kerangka utama memiliki kesamaan yang jelas dengan Minsky (1975 ) 'superframes‘ bahwa mereka menggambarkan tingkat yang paling umum dan dasar pemahaman. Metaframes : Metaframes adalah dengan ketidakbermaknaan yang berbeda dari satu sama lain, beberapa framings dapat berkontribusi pada MetaFrame tunggal. Seperti dengan semua frame, pemahaman yang satu akan bergantung pada pemahaman orang lain. Metaframes beroperasi pada satu skala relatif tanpa pemahaman “mutlak”.
• Isu-frame yang dekat dengan apa yang Minsky (1975) gambarkan sebagai 'subframes' dengan beberapa potongan informasi yang berkontribusi terhadap' subframe 'keseluruhan (Minsky, 1975: 223). • Dimensi Framing: • Setelah frame telah ditetapkan, hal itu masih harus dilihat bagaimana proses yang memiliki framing sekarang menciptakan objek yang lebih koheren (terpadu) - mengubah objek menjadi masalah. Elemen ini telah dikonseptualisasikan oleh para ahli yang mengidentifikasi berbagai cara di mana kelompok aksi sosial mendefinisikan kemudian merumuskan masalah yang mereka pilih untuk mencapai tujuan politik (lihat Benford dan Snow, 2000, Gerhards 1995).
Referensi Eriyanto (2002). Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi dan Konstruksi Media. Yogyakarta: LKis. Sobur, Alex (2001). Analisis Teks Media. Satu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mat Hope, Frame Analysis as a Discourse-Method: Framing ‘climate change politics’, 2010. University of Bristol. •
Referensi Nueuman, W. Lawrence (1994). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Allyn and Bacon. Rakhmat, Jalaludin (1999). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Afbaeta. Sukidin, Basrowi (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia. Jabareen, Yosef (2009). Building a Conceptual Framework: Philosophy, Definitions, and Procedure. International Journal of Qualitataive Method. International Institute for Qualitataive Methodology. University of Alberta. Sandelowski, Margarete (2000). Focus on Research Methods Whatever Happened to Qualitative Description? University of North Carolina at Chapel Hill.
Terima Kasih Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm