06 Jun 2008 Jun 2008
Meningkatkan produktifitas, memperbaiki mutu, mengakses pasar yang lebih baik untuk pemangku kepentingan agribisnis Indonesia
Puskud NTT Menerima Penghargaan ‘Praja Mukti Satwa Nugraha’
Membantu PT Aceh Windu Lestari Memperluas Pasar Udang Windu
Puskud NTT belum lama ini mendapatkan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha, yang diwakili oleh Direktur Utamanya, Bpk. Beni Subagyo. SE.
Udang windu telah menjadi kisah sukses bagi perikanan Indonesia pada tahun 90-an di Indonesia.
baca artikel lengkap di halaman 11
baca artikel lengkap di halaman 8
Laporan dari SULAWESI
Pelatihan Teknik Okulasi di Kelompok Tani Dua jenis teknik yang merupakan komponen penting dalam modul pelatihan terakhir yang ditambahkan ke program pelatihan kakao AMARTA yaitu okulasi dini dan sambung pucuk. Pengembangan materi ini merupakan respon dari ancaman yang sedang dihadapi industri kakao di Sulawesi khususnya masalah penyakit Vascular Streak
Peserta pelatihan mempelajari teknik baru dalam menangani ancaman kakao
EDISI INI berfokus pada:
1 Kerjasama Gapkindo Kalselteng dalam Penyediaan
40.180 Bibit Karet Payung Satu (Opas) dan Pasar
2 Berbagi Pembelajaran Dari Pengalaman AMARTA di
Dieback atau VSD (Oncobasidium theobromae). Bagaimanapun, VSD hanyalah salah satu masalah yang menyebabkan penurunan produktivitas kakao dibanyak lokasi di Sulawesi terutama produksi ditingkat petani. Beberapa masalah yang berkembang dan mempengaruhi produksi kakao Sulawesi ditingkat petani seperti: materi klon kakao yang kurang berkualitas; umur pohon kakao yang sudah tua; penyakit VSD dan Phytophthora spp. (menyebabkan busuk buah dan kanker batang). Permasalahan yang dihadapi dan peningkatkan produksi merupakan tantangan bagi petani yang saat ini perlu mepertimbangkan bagaimana meremajakan kembali kebun kakao; apakah dengan penanaman kembali ataupun dengan usaha-usaha rehabilitasi. Untuk tahap pertama dalam proses ini tim AMARTA mengusulkan materi pelatihan berseri yang menggunakan konsep sebuah evaluasi kebun sebagai dasar informasi pengambilan keputusan dan pengembangan sebuah tindakan sesuai rencana dan nantinya memudahkan petani dalam mengambil keputusan. Ditahun terakhir ini kebanyakan inisiatif pelatihan kakao yang telah dilakukan berfokus pada sambung samping dengan tujuan untuk merehabilitasi kebun kakao, meskipun sambung samping belum tentu metode yang tepat, atau mungkin tidak didesain dengan tujuan mengatasi masalah produktivitas secara keseluruhan kebun kakao di tingkat petani. Ketika teknik sambung pucuk dan sambung samping belum dikombinasikan secara keseluruhan dari program pelatihan ASKA maka staf ASKA diberi pelatihan program keberlanjutan kakao AMARTA yang dilakukan ditingkat petani dibeberapa lokasi, di Sulawesi Barat.
Bidang Hortikultura
3 Pondok Pengepakan Pisang Pertama Dibangun di
Desa Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang
4 Perubahan Industri Carrageen Membawa Angin Segar
serta Resiko bagi Petani Rumput Laut Indonesia
5 Memproduksi Kopi Arabika Berkualitas Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
1
AgroCulture Laporan dari SULAWESI
Perubahan Industri Carrageen Membawa Angin Segar serta Resiko bagi Petani Rumput Laut Indonesia Para petani tersebut sudah mengalami peningkatan dua kali lipat “harga pantai” cottonii kering dalam 18 bulan terakhir ini, yang mencapai hampir Rp12.500 (US$1,38) per kilogram. Trend yang sama terjadi diseluruh wilayah produksi rumput laut Indonesia. Para pengamat industri yakin bahwa harga tinggi ini terjadi karena dua faktor: • Rendahnya produksi di Filipina, karena perubahan pola cuaca. • Tingginya permintaan di Cina dan negara-negara berkembang lainnya.
penuh. Adanya pembeli-pembeli baru yang kurang berpengalaman dalam melakukan penilaian kualitas juga mempengaruhi sektor ini.
Namun demikian, industri rumput laut Indonesia memiliki potensi besar. Data usaha menunjukkan bahwa Indonesia menjadi produsen terbesar cottonii pada tahun 2006, dengan produksi tahunan sebanyak 100.000 ton rumput laut kering. Filipina, yang menduduki posisi teratas pada tahun sebelumnya, mengalami penurunan produksi Harga yang tinggi menguntungkan petani hanya sebanyak 60.000 ton. Walaupun ada dalam jangka pendek, dimana petani juga perbedaan jumlah produksi, nilai ekonomi harus menghadapi tingginya biaya produksi ekspor rumput laut dari ke dua negara hampir seperti bahan bakar untuk perahu mereka. sama, sekitar US$60 juta per tahun. Hal ini Karung-karung bibit rumput laut sedang dikumpulkan untuk pembibitan Namun, para konsumen akhir carrageenan dikarenakan Filipina mengekspor carrageenan dapat merubah formulasi mereka dan yang sudah diolah, sedangkan hampir AMARTA telah menjalin kerja sama dengan menggunakan getah dan gel jenis lain bila keseluruhan ekspor Indonesia berupa rumput 15 kelompok tani rumput laut di Kabupaten kappa carrageenan menjadi terlalu mahal, laut kering. Pohuwatu dan Gorontalo Utara. Para petani atau tidak tersedia secara konsisten. Indonesia memiliki peluang besar untuk di kelompok-kelompok tersebut menanam rumput laut dengan spesies Kappaphycus Permasalahan lain adalah menurunnya kualitas memperluas produksi rumput lautnya, alvarezii (atau cottonii). Petani menjual cottonii rumput laut, seperti telah dilaporkan oleh para karena pertanian rumput laut saat ini hanya kering kepada eksportir dan pengolah, dan pelaku bisnis. Produsen kappa carrageenan menempati 0,6% dari garis pantai yang ada. mereka akan melakukan ekstraksi kandungan terbesar di dunia, yang berbasis di Filipina, Juga masih ada peluang untuk menambahkan kappa carrageenan dari rumput laut tersebut. menyatakan bahwa kekuatan gel (yang nilai atas hasil panen, melalui pengekstraksian Kappa carrageenan adalah gel larut air yang adalah pengukuran kualitas utama) rumput carrageenan untuk ekspor. digunakan untuk berbagai produk daging, laut Indonesia mengalami penurunan hingga susu, gula dan produk perawatan tubuh. sebesar 20%. Hal ini mungkin terjadi karena Untuk menciptakan pembibitan yang stabil, AMARTA membantu kelompok-kelompok para petani, yang ingin segera menikmati AMARTA melatih petani untuk panen pada tani untuk membangun usaha pembibitan, harga yang tinggi atau karena kurangnya waktu yang tepat dan mengeringkan rumput yang akan menjamin ketersediaan bibit untuk pengetahuan, memanen tanaman mereka laut secara efisien. terlalu dini, sebelum carrageenan berkembang petani-petani baru.
Laporan dari SULAWESI
Tim Kakao AMARTA Melatih Penyuluh Perkebunan Tentang Penanganan Pasca Panen Sewaktu berkunjung ke kabupaten Pinrang, Ibu Wiwik (salah satu staf BBPP) mendapat informasi kegiatan AMARTA/ASKA dari petani yang berpartisipasi dalam program pelatihan dan yang telah membangun akses langsung ke PT. OLAM (mitra AMARTA) di kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Sekembalinya dari lapangan, Mrs Wiwik menindaklanjuti informsi tersebut dengan mengunjungi kantor AMARTA Makassar, dimana beliau begitu terkesan Presentasi pelatihan kakao dengan metodologi dan tekhnologi pelatihan Kelebihan dari kesusksesan AMARTA pada kakao AMARTA. Setelah itu, BPPP mengundang program AMARTA Sulawesi Kakao Alliance AMARTA untuk mempresentasikan topik (ASKA) tidak hanya dirasakan manfaatnya bagi tentang penanganan panen dan pasca panen petani kakao di wilayah sasaran, namun juga serta berbagi pengalaman dalam memfasilitasi staf Balai Besar Penyuluh Pertanian (BBPP) yang dan mentransfer tekhnologi ke petani kakao, pada lokakarya Pelatihan untuk Pelatih yang berlokasi di Batangkaluku, Sulawesi Selatan. 2
|
AgroCulture Juni 2008
berlangsung antara tanggal 25 - 31 Mei. Pada tanggal 27 Mei, staf teknis AMARTA memberikan pelatihan tentang topik tersebut untuk sekitar 30 penyuluh pertanian yang berpartisipasi (9 diantaranya adalah perempuan). Mereka mewakili propinsi Sulawesi Selatan, Barat, Tengah, Utara dan Tenggara. Para peserta sangat tertarik dengan berbagai alat dan metode pelatihan yang AMARTA miliki, terutama pada VCD kakao. AMARTA mengajak semua partisipan untuk menggunakan materi pelatihan AMARTA. Pada bagian akhir pelatihan, BBPP mengungkapkan rasa terima kasihnya dan meminta agar AMARTA bisa terus memberi bantuan pada kegiatan pelatihan untuk para penyuluh BBPP.
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Laporan dari BALI
Pelatihan Pengemasan Strawberi di Kebun yang Menggunakan Sistim Kendali Kualitas Dalam upaya untuk mengantisipasi permintaan konsumen terhadap strawberi yang memiliki kualitas baik seperti rasa yang manis, ukuran, dan warna mera yang cerah serta meningkatkan daya saing dengan produsen strawberi dari luar Bali, AMARTA menyelenggarakan Pelatihan mengenai pengemasan strawberi di kebun yang menggunakan sistim kendali kualitas pasca panen, yang dikenal dengan sebutan Sistim PHQC Strawberi AMARTA. Pelatihan dilakukan di sentra pengembangan strawberi yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Desa Pancasari, di Kabupaten Buleleng. Pada tanggal 9-12 Juni, para petani dan pengusaha strawberi berpartisipasi untuk meluangkang waktunya mengikuti pelatihan secara langsung di kebun-kebun mereka dan tempat penyimpanan. Konsultan AMARTA, yaitu Lisa Kitinoja dan Jeff Gucker memberikan pelatihan kepada peserta mengenai sistem pascapanen strawberi bagi pemetik, pengumpul, dan pengemas sehingga di dalam pengirimannya dapat menghasilkan buah strawberi yang berkualitas baik seperti: 1. Manis, matang, dan dingin 2. Memiliki masa simpan yang lebih panjang dibandingkan dengan strawberi yang didinginkan secara kurang baik 3. Memiliki nilai jual yang lebih baik di pasar eceran Diharapkan kedepan bahwa strawberi yang dikemas menggunakan Sistim PHQC AMARTA akan memiliki informasi penelusuran produk yang membuat produk dapat dijual di berbagai supermarket di Indonesia, yang memenuhi standar keamanan dan kualitas makanan, dan bahkan menyiapkan produk untuk pasar ekspor yang lebih ketat. Pada akhirnya, akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi untuk petani dan pemasar. Beberapa aspek praktis yang dilatihkan kepada peserta pelatihan adalah meliputi: 1. Strawberi dipetik dalam tingkat kematangan tidak kurang dari 80% 2. Memar buah akan berkurang bila strawberi dikemas dalam keranjang keranjang kecil (punnet) di lapangan 3. Memar buah akan berkurang bila dipetik dengan hati-hati, dikemas dengan cepat dan ditangani dengan hati-hati. 4. Sistim informasi mengenai penelusuran balik tanggal panen, pertanian, pemetik, dan grade akan disusun dan digunakan. 5. Panen akan dilakukan dini hari ketika suhu udara lebih rendah. 6. Resiko keamanan makanan akan berkurang bila menggunakan wadah yang bersih dan tangan yang bersih 7. Peningkatan masa simpan dan kualitas lebih tinggi akan dapat dipertahankan dengan mendinginkan strawberi sebelum pengiriman
1 1
2
3
1. Lisa K memberikan pelatihan di ruang kelas 2. David menyampaikan arahannya kepada peserta 3. Latihan di lapangan tentang cara memetik 4. Lisa K mengajarkan tentang teknik mengepak strawberi di ruang penyeleksian
4
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
3
AgroCulture Laporan dari JAKARTA
Memproduksi Kopi Arabika Berkualitas kopi difermentasi terlalu lama. Biji-biji kopi akan berwarna coklat muda atau kemerahan, dan akan menghasilkan rasa asam pada seduhan kopi. Petani harus mengeringkan biji-biji kopi mereka dengan hatihati untuk menghindari permasalahan ini. • Kerusakan akibat serangga: Terutama ditimbulkan oleh Ada tiga pengukuran kualitas kopi Arabika Coffee Cherry Borer Ukuran biji kopi: Pengukuran ini dilakukan (CCB) Hypthenemus dengan menapis biji-biji kopi menggunakan Hampei. Serangga beberapa tapisan (ayakan) berukuran tertentu. tersebut melubangi 16 untuk biji kopi berukuran sedang dan 18 untuk biji berukuran besar adalah pengukuran buah kopi sebagai tempat untuk menaruh untuk grade-grade pada umumnya. Kopi telur, dan menimbulkan lubang-lubang kecil yang ditanam di dataran tinggi biasanya pada biji kopi. Biji-biji kopi yang mengalami menghasilkan biji-biji kopi yang berukuran lebih kerusakan akibat serangga ini akan cenderung besar dan lebih padat, walaupun tidak selalu menyusut, dan menimbulkan aroma-aroma terjadi demikian. Keseragaman bentuk jauh apak, alkali, dan asin. Petani dapat mengurangi lebih penting daripada ukuran biji kopi, karena kerusakan akibat CCB ini dengan menggunakan biji-biji kopi yang berbeda-beda ukuran tidak Broca Traps, yang mengandung bahan penarik serangga. Penelitian yang telah dilakukan oleh dapat disangrai dengan rata. AMARTA menunjukkan bahwa Broca Traps Cupping: Menyangrai sejumlah kecil kopi dan tersebut dapat mengurangi jumlah kerusakan melakukan cupping atau pencicipan ditujukan akibat serangga dari rata-rata 27% menjadi untuk mengukur jenis-jenis kecacatan yang hanya 7% dari buah-buah kopi. akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini, atau untuk mengukur sifat-sifat positif, yang menjadi Bahan-bahan asing: Termasuk sebagai ciri-ciri khas kopi spesial. Topik ini akan dibahas bahan-bahan asing adalah kayu dan batu, yang lebih mendalam pada artikel lain di newsletter akan mengurangi berat bersih kopi, merusak peralatan dan membuat biji kopi tidak menarik yang akan datang. untuk dipandang. Pecahan-pecahan kulit ari dan Pengukuran jenis-jenis kecacatan: Ada kulit buah juga dihitung sebagai kecacatan. beberapa cara untuk mengukur kecacatan, yang dapat menimbulkan aroma tidak menyenangkan Quakers: Biji-biji kopi yang belum matang, pada seduhan kopi atau membuat kopi menjadi seringkali memiliki permukaan yang berkeruttidak menarik untuk dipandang. Kecacatan yang kerut. Biji-biji kopi seperti ini tidak akan dapat disangrai dengan baik, dan akan tetap berwarna paling serius adalah: kuning. • Biji hitam: Ini adalah jenis kecacatan yang Floaters: Biji-biji kopi yang belum berkembang paling umum terjadi penuh, kosong dan rusak akibat CCB. Buah kopi pada biji kopi. Hal ini akan terapung di air dan akan dihanyutkan pada diakibatkan oleh sejenis saat pengolahan basah. Pada kopi yang dicuci, jamur yang berkembang hal ini merupakan tanda kurang tepatnya proses pada biji kopi yang berasal dari buah kopi grading pada saat pengolahan basah. yang dipungut dari tanah atau dipanen terlalu dini. Biji-biji kopi ini akan menghasilkan aroma Sistim grading yang digunakan oleh berjamur/bulukan atau apak pada seduhan pembeli-pembeli informal kopi. Untuk menghindari terjadinya kecacatan Pembeli-pembeli berskala kecil di Indonesia ini, petani harus melakukan panen hanya pada menggunakan sistim yang disebut sebagai buah kopi yang sudah matang dan melakuan “triage 15%” untuk menentukan harga yang harus mereka bayarkan. Pertama, kandungan sortasi dengan teliti. air dalam biji kopi tidak boleh lebih dari 15%. • Biji asam: Kecacatan ini terjadi ketika biji-biji Kemudian, pembeli akan mengambil sampel Kualitas kopi merupakan komponen utama untuk dapat menjangkapu pasar ekspor. AMARTA, bekerja sama dengan sejumlah koperasi dan Asosiasi Kopi Special Indonesia (SCAI), berusaha untuk meningkatkan kualitas dan memperbesar jangkauan ekspor kopi Indonesia yang sudah terkenal luas di dunia. Untuk dapat memahami standar-standar pengukuran kualitas kopi yang diakui dunia, AMARTA menyusun panduan dasar dibawah ini.
4
|
AgroCulture Juni 2008
100gr biji kopi. Dari sampel tersebut dihitung jumlah biji hitam, biji pecah, biji rusak karena serangga dan bahan-bahan asing. Bila jumlah totalnya kurang dari 15%, maka biji kopi tersebut mendapatkan harga sesuai harga pasar. Bila jumlah totalnya lebih dari 15%, maka harga biji kopi akan dikurangi sebesar kelebihan poin persentase. Sistim grading yang digunakan oleh pemerintah Indonesia Pembeli-pembeli formal menerapkan sistim grading yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Dalam sistim tersebut, dilakukan pemeriksaan terhadap sejumlah sampel biji kopi yang lebih besar, 300gr. Untuk kopi Arabika berukuran sedang, biasanya berisi 600- 650 biji kopi. Sistim ini menentukan beberapa tingkatan kecacatan yang diperbolehkan untuk kopi Grade 1, 2, dan 3 dari setiap kawasan. Contohnya, Kopi Mandheling Grade 1 hanya boleh memiliki 0-11 kecacatan. Kopi Mandheling Grade 2 boleh memiliki 12-25 kecacatan, sedangkan Grade 3 memiliki 26-44 kecacatan. Satu “kecacatan” dihitung sebagai lima biji kopi yang mengalami kerusakan atau potonganpotongan bahan asing. Contohnya, dalam satu sampel 300 gram biji kopi ditemukan 55 biji kopi yang rusak akibat serangga (dan tidak ada permasalahan lain). Itu artinya hanya ada 11 kecacatan, dan karenanya masih dapat dijual sebagai Grade 1. Berdasarkan sampel 600 biji kopi, ini artinya 9,2% dari biji-biji kopi tersebut mengalami kerusakan akibat serangga. Mengingat bahwa Broca Trap dapat mengurangi kerusakan akibat serangga hingga kurang dari 7%, maka alat tersebut sangat penting untuk menjaga kualitas kopi. Pembeli dapat menolak kopi yang mengandung sejumlah kecacatan tertentu, atau membelinya dengan harga yang lebih rendah. Harga transaksi untuk kopi Grade 2 umumnya 10% lebih rendah dari Grade 1. Beberapa eksportir biasanya mensortasi kopi mereka secara manual sebanyak tiga kali untuk menghindari permasalahan tersebut. Industri kopi menyebut proses ini sebagai proses triple pick. Sistim grading Specialty Coffee Association of America (SCAA) SCAA memiliki sistim grading yang memperhitungkan keseragaman ukuran biji kopi, kecacatan, dan profil seduhan. Sistim ini menggunakan sistim yang lebih rumit dalam menentukan kecacatan. Seperti terlihat dibawah, ada beberapa jenis kecacatan primer dan
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Biji kopi hitam penuh Biji kopi asam penuh Buah kopi Ranting kayu atau batu berukuran sedang atau besar Kulit ari Kulit buah Biji kopi pecah atau tidak utuh Biji kopi rusak akibat serangga Biji kopi hitam sebagian Biji kopi asam sebagian Biji kopi yang mengapung Potongan kulit Ranting kayu atau batu kecil Biji kopi rusak akibat air
Kecacatan primer Kecacatan primer Kecacatan primer
1 biji kopi = 1 kecacatan 1 biji kopi = 1 kecacatan 1 biji kopi = 1 kecacatan
Kecacatan primer Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder Kecacatan sekunder
2 hingga 5 biji kopi = 1 kecacatan 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatan 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatan 5 = 1 biji kopi kecacatan 2 hingga 5 = 1 biji kopi kecacatan 2 hingga 3 = 1 biji kopi kecacatan 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatan 5 biji kopi = 1 kecacatan 5 biji kopi = 1 kecacatan 1 biji kopi = 1 kecacatan 2 hingga 5 biji kopi = 1 kecacatan
sekunder, dan jenis kecacatannya ditentukan berdasarkan tingkat keparahan permasalahan. Grade kopi ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis kecacatan, keseragaman ukuran biji kopi dan profil seduhan kopi sebagai berikut: Specialty Grade Green Coffee (1): Kopi grade ini hanya boleh memiliki kurang dari lima kecacatan dalam 300 gram biji kopi. Tidak boleh memiliki kecacatan primer. Toleransi diberikan hanya pada maksimal 5% dari biji yang berukuran lebih besar atau lebih kecil dari ukuran tapisan yang telah ditentukan. Kopi
spesial harus memiliki paling sedikit satu ciri khas dalam body, rasa, aroma, atau keasaman. Kopi ini sama sekali tidak boleh memiliki kerusakan dan pencemaran, serta quakers. Kadar air antara 9-13%. Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (SCAI) juga menggunakan standar ini untuk kopi spesial. Premium Coffee Grade (2): Kopi premium hanya boleh memiliki 8 kecacatan penuh dalam 300gr biji kopi. Boleh memiliki kecacatan primer. Toleransi diberikan hanya pada maksimal 5% dari biji yang telah ditentukan. Kopi harus memiliki paling sedikit satu ciri khas dalam body,
rasa, aroma, atau keasaman. Kopi ini juga harus bebas dari kerusakan dan pencemaran, dan tidak boleh memiliki quakers. Kadar air antara 9-13%. Exchange Coffee Grade (3): Kopi grade exchange ini hanya boleh memiliki 9 - 23 kecacatan penuh dalam 300gr biji kopi. Tidak boleh memiliki lebih dari 50% biji kopi yang berukuran diatas ukuran tapisan 15, dan tidak boleh memiliki lebih dari 5% biji kopi yang berukuran dibawah ukuran tapisan 14. Tidak boleh memiliki kerusakan seduhan dan hanya maksimal lima quakers yang diperbolehkan. Kadar air antara 9 – 13%.
Laporan dari JAKARTA
Sosialisasi Pembelajaran dari Pengalaman dan Keberhasilan AMARTA dalam Bidang Agribisnis Hortikultura Para peserta lokakarya bependapat bahwa dari segi ragam kegiatan, kuantitas dan luas sebaran obyek sasaran, dan hasil yang telah diraih AMARTA tergolong sangat memuaskan. Untuk itu, peserta berharap agar AMARTA terus bekerja sama dengan lembaga pemerintah terkait guna menjamin keberlanjutan dan replikasi paket kegitan yang Lokakarya dihadiri 86 orang peserta yang telah terbukti unggul dan berhasil. AMARTA mencakup pimpinan, peneliti dan penyuluh juga diminta untuk membuat semacam buku dari BBP2TP dan Balai Pengkajian dan panduan yang memuat secara rinci, lengkap Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP); dan mudah dipahami uraian paket kegiatan Penelitian Hortikultura, Pusat Penelitian dan unggulan tepat guna tersebut. Pengembangan Tananaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Menanggapi hal itu, AMARTA menawarkan Pusat Analisis Sosial Ekonopmi dan Kebijakan kerjasama dengan pihak yang berminat untuk Pertanian, International Potato Center (CIP), replikasi dan pelanjutan dari kegiatan tersebut. UN-CAPSA, dan Institut Pertanian Bogor serta AMARTA dapat menyediakan bantuan Direkturat Jenderal Hortikultura, Direktorat tehnis (ahli), pelatihan dan peralatan sesuai Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil kesepakatan pembagian peran. AMARTA juga Pertanian dan Sekretariat Jenderal Departemen bersedia membuat panduan pelaksanaan dari setiap paket kegiatan berdasarkan permintaan Pertanian. dan peruntukan yang jelas. Prosedur (SOP) budidaya jeruk di Kabupaten Karo; (2) Pemakaian Pestisida yang Aman pada Usahatani Hortikultura di Jabipaten Karo; (3) Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang; (4) Pembentukan Aliansi Daya Saing Agribisnis Kawasan.
Para pembicara pada lokakarya AMARTA
Sebagai bagian dari upaya sosialisasi guna mendorong replikasinya oleh instansi pemerintah terkait, di Bogor pada tanggal 30 Juni AMARTA bekerjasama dengan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) melakukan lokakarya paket, hasil dan pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan AMARTA dalam bidang agribisnis hortikultura. Paket kegiatan yang disosialisasikan ialah: (1) Standar Operasi
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
5
AgroCulture Laporan dari JAWA
AMARTA – Lembang Pelatihan Penanganan Sayuran Segar
1
2
Sifat sayuran yang mudah rusak menyebabkan harga sangat berfluktuasi serta menurunnya pendapatan petani. Dilaporkan bahwa di negaranegara berkembang kerusakan hasil karena penanganan pasca panen yang tidak tepat berkisar antara 30-40%.Dalam upaya menangani masalah tersebut AMARTA-BALITSA bekerjasama dengan Asosiasi Peritel Indonesia (APRINDO) menyelenggarakan Pelatihan Penanganan Sayuran Segar, selama dua hari dengan mengacu kepada standar kualitas produk yang dibutuhkan oleh supermarket. Hari pertama diselenggarakan dalam bentuk pelatihan di kelas meliputi teori: • Penangan sayuran Kyuuri • Teknik penangan pasca panen untuk mengurangi susut serta memelihara kualitas produk • Panen dan pasca panen sayuran daun • Penanganan sayuran segar menggunakan ozonisasi
3 • Dinamika dan penguatan kelompok. Hari kedua dilakukan dalam bentuk praktek sortasi, grading, pendinginan, sterilisasi dan pengemasan dengan melibatkan instruktur dari APRINDO. Pelatihan ini diselenggarakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang-Bandung dan diikuti oleh 48 peserta. Baik alat sterilisasi mapun pengemas relatip murah dan terjangkau oleh kemampuan petani, kelompok tani maupun pemasok supermarket skala kecil. Alat ozonisasi dengan skala kecil sekitar Rp. 2,500,000 ($ 260) sementara alat pengemas sekitar Rp. 4,000,000 ($ 450). Selain membunuh bakteri, sterilisasi menggunakan ozonisasi juga mengurangi residu pestisida yang melekat pada buah maupun sayuran. 1. Sterilisasi (mengggunakan Ozon) 2. Pengemasan 3. Produk yang telah dikemas
Laporan dari MEDAN
RACA – Lokakarya di Deli Serdang topik utama yang dibahas antara lain: Transfer Teknologi dan akses; Infrastruktur,Suplai Pertanian dan yang ketiga: Akses Keuangan dan Penanganan Paska Panen, Pemrosesan dan Pasar.
1 Sebuah iklim bisnis yang kondusif adalah suatu syarat kunci dari suatu agribisnis yang perkembangan dan pertumbuhan daya saingnya berkelanjutan.Hubungan yang terbentuk baru-baru ini diantara pemerintah, pengusaha dan masyarakat harus ditingkatkan karena hal ini memiliki dampak infrastruktur, pelaynanan dan pemasaran yang kurang baik yang menyentuh petani-petani pisang. Infrastruktur seperti jalan masuk ke kebun petani untuk mengantar pupuk dan transportasi untuk mengangkut hasil produksi pisang dari kebun petani memegang suatu peranan yang sangat penting. 6
|
AgroCulture Juni 2008
Lokakarya tersebut berhasil membentuk komite masyarakat petani pisang sebagai sebuah forum dialog kebijakan agribisnis yang melibatkan pembuat kebijakan dan masyarakat 2 yang memerlukan dukungan dari pemerintah. Bapak Josep Barus, 45 tahun, seorang petani Dalam usaha untuk mendukung para petani pisang dari Talun Kenas dipilih sebagai Ketua pisang barangan di Talun Kenas dan desa-desa yang memimpin komite ini untuk memberikan lainnya di Deli Serdang, AMARTA mengadakan pelayanan kepada petani-petani pisang sebuah Lokakarya yang berjudul: “Menciptakan barangan dengan mempromosikan agenda Sustu Iklim Usaha Rantai Nilai Buah Tropis yang yang dimiliki oleh komite ini kepada pemerintah berdaya saing di Kabupaten Deli Serdang” pada Kabupaten Deli Serdang. tanggal 29 Mei di Medan. Acara lokakarya dibuka oleh Bupati Deli Serdang dan Kepala Dinas Pertanian dan Buah Tropis. Lokakarya ini dihadiri oleh 319 peserta yang terdiri dari 64 wanita dan 255 petani pria. Selain dari petani1. Pembicara pada lokakarya RACA di Deli Serdang petani yang hadir ada juga PPL, staff dinas 2. Para peserta lokakarya RACA di Deli Serdang pertanian dan perkebunan, dosen Universitas dan mahasiswa dan para pengusaha. Ada tiga Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Laporan dari MEDAN
Pondok Pengepakan Pisang Pertama Dibangun di Desa Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang
1
Produksi pisang barangan dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara mengalami peningkatan volume sejak USAID dan AMARTA melaksanakan kegiatannya di daerah ini. Sejak bulan Mei, Asosiasi Pisang Mandiri telah menjual 15.000 sisir per minggu dari Kabupaten ini yaitu: 11.000 sisir kepada pembeli dari Jakarta, PT. Sewu Segar Nusantara, sebuah perusahaan rekanan AMARTA dan kepada pembeli lainnya.
2
Sebanyak 4.000 sisir per minggu dijual ke pembeli dari kota Medan. AMARTA memberi tanggapan terhadap kebutuhan petani pisang di Kabupaten Deli Serdang yang berasal dari 12 desa dalam dua Kecamatan: STM Hulu dan STM Hilir. Pada bulan Mei 2008, USAID dan AMARTA telah menyelesaikan pembangunan pondok pengepakan pisang pertama di desa Tiga Juhar
untuk mendukung peningkatan kwalitas dan kwantitas produksi pisang barangan di desa Tiga Juhar dimana desa ini memroduksi sekitar 7.000 sisir per bulan. Pondok pengepakan ini berukuran 5x12 meter dibangun diatas tanah seluas 10x30 meter dengan lokasi dipinggir jalan raya Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Del Serdang. Ada lebih dari 30 hektar tanah dengan sekitar 170 orang petani pisang yang ada di desa Tiga Juhar. Hampir semua petani pisang di desa Tiga Juhar sudah mendapat pelatihan tentang penanaman pisang sistim dua jalur dengan teknologi maju yang diawali pada bulan Februari 2008 sampai sekarang. AMARTA akan membangun pondok pengepakan tambahan di desa-desa seperti Talun Kenas, Negara, Kuta Jurung dan BiruBiru. 1. Meja dua tingkat yang akan dilapisi plywood 2. Pondok pengepakan pisang tampak depan
Laporan dari PAPUA
Projek Kopi Arabika di Desa Kamu Moanemani, Papua
1 Proyek Papua Agribusiness Development Alliance (PADA) di Kamu Valley, Papua, berfokus pada peningkatan kualitas dan peningkatan produksi Kopi Arabika. Proyek ini juga bertujuan untuk menciptakan jalur suplai yang berkesinambungan pada pasar kopi spesial internasional. Selain penting untuk membantu kelompok-kelompok tani dengan peralatan yang sesuai dan pelatihan, proyek AMARTAPADA menilai bahwa untuk menciptakan sistem manajemen di Papua adalah vital. Manajemen yang sesuai untuk koperasi kopi akan meningkatkan potensial untuk kesinambungan jangka panjang ekspor kopi Arabika ke pasar dunia. Namun yang terpenting adalah standard kualitas dan pemahaman pasar yang sesuai bagi petanipetani untuk mempertahankan pendapatan yang konsisten, dimana selanjutnya mendukung pertumbuhan ekonomi di Desa Kamu dan desa-desa maupun kota-kota sekitarnya.
Proyek AMARTA - PADA berkolaborasi dengan koperasi Santo Isodorus, Gereja Katolik Diocese, menciptakan sistem manajemen dan menyediakan staff untuk membantu menjalankan 2 proyek ini. Diocese adalah pilihan yang paling tepat sebagai partner mengingat perannya sebagai kelompok masyarakat satu-satunya yang paling berpengaruh dalam agama dan akan tetap ada setelah bantuan AMARTA selesai. Anggota kelompok meliputi Pastor Gereja Katolik Moanemani, Parish Manager Moanemani dan sekretaris Parish. Sementara itu kepala kelompok petani lokal yang memiliki latar belakang pendidikan Pertanian, Didimus Tebay adalah yang bertanggung jawab pada fasilitas pemrosesan kopi dan dengan bantuan dari 2 pegawai pemerintah akan melakukan quality control (pengawasan mutu) secara langsung ke desa - desa. Pertemuan pada tanggal 17 Juni telah membentuk kesepakatan ini. Sosialisasi akan dilakukan untuk memberikan informasi kepada petani petani mengenai keuntungan untuk bergabung dengan koperasi dan mendorong semua kopi Arabika milik petani di Desa Kamu untuk menjadi anggota.
1. Fasilitas produksi kopi Koperasi Santo Isodorus di Moanemani 2. Pertemuan AMARTA dengan pejabat Papua mengenai rencana ekspor kopi
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
7
AgroCulture Laporan dari ACEH
Membantu PT Aceh Windu Lestari Memperluas Pasar Udang Windu
1
2
Sebagai seorang pemilik tambak udang di Bireun selama 20 tahun terakhir, Azwari Asyek telah mengalami masa pasang surutnya usaha budidaya udang windu di Aceh dan Indonesia. Udang windu telah menjadi kisah sukses bagi perikanan Indonesia pada tahun 90-an, namun mengalami penurunan pada tahun 1997 karena beberapa factor termasuk serangan penyakit virus dan kompetisi dengan spesies udang pendatang, yaitu udang putih. Menurut Bpk Asyek, Bireun dulunya merupakan tempat terbaik untuk memproduksi benih udang windu dan merupakan pusat produksi udang windu di Aceh dimana menjadi habitat umum bagi benih udang windu alam. Dahulu berdiri banyak sekali hatchery udang windu di sepanjang pantau timur Bireun karena kualitas air yang ideal tersebut. Bahkan pengusaha kecil dan tradisional banyak yang sanggup memproduksi dengan kualitas tinggu untuk kebutuhan pasar. Permintaan yang tinggi berasal dari Aceh, Sumatera dan semua tempat di Indonesia. Apa yang dibutuhkan oleh penambak udang di Bireun saat ini adalah akses pada informasi bagaimana untuk memulihkan kembali bisnis mereka. AMARTA telah membantu berdirinya PT. Aceh Windu Lestari, yang merupakan kumpulan pengusaha tambak udang di Bireun dan pengusaha perikanan lainnya, dan selanjutnya membuat terpilihnya Bpk Azyek sebagai direktur utama di perusahaan tersebut. AMARTA juga telah memfasilitasi Bpk Azyek dan staff PT. Aceh Windu Lestari untuk berpartisipasi dalam beberapa even seminar nasional dan koferensi internasional, dan membantu perusahaan tersebut dengan peralatan laboratorium dan pelatihan-pelatihan untuk menghadapi permasalahan penyakit udang windu. Melalui berdirinya PT. Aceh Windu Lestari, sebuah perusahaan yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai untuk memproduksi benih udang windu berkualitas tinggi, didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai, diharapkan memenuhi tujuan pemulihan kembali bisnis budidaya udang windu. Suksesnya usaha budidaya udang windu akan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk Aceh yang pada umumnya dan secara traditional telah memiliki dan bersandar pada usaha budidaya udang selama bertahun-tahun. 1. Azwari Asyek, pemilik tambak udang 2. Rapat Dewan Komisaris pertama dan pendirian PT Aceh Windu Lestari
8
|
AgroCulture Juni 2008
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Cerita Sukses
Meningkatkan Kualitas Jeruk dengan Penerapan Teknologi Baru “Pruning”
1
2
1
3
Pak Tongon Ginting, umur 33 tahun sudah berkeluarga memiliki seorang istri dengan tiga orang anak dan tinggal di desa Kuta Gerat. Pak Tongon sudah mengikuti pelatihan AMARTA berupa SPO (Standar Prosedur Operasi) yang didalamnya termasuk penjarangan buah atau ‘pruning’ yang memberikan dampak yang sangat baik pada pohon jeruk miliknya. Sebelum menerapkan tehnik penjarangan buah tangkai dan dahan pohon jeruknya sering patah yang disebabkan oleh berat buah jeruk yang ada pada ranting berlebihan. Pohon jeruknya rusak disebabkan oleh hama yang bersarang pada buah-buah jeruk yang begitu banyak pada dahan-dahannya dan hama akan dengan mudah menyerang tanpa disadari dari sarangnya pada buah jeruk yang menumpuk. Sebagai tambahan, warna buah jeruk akan buram dan tidak menarik disebabkan oleh tertutupnya sinar matahari oleh populasi buah yang terlalu banyak. Setelah menerapkan penjarangan buah yang telah didapatkan dari AMARTA maka hasil berikut ini telah dicapai: • Ukuran buah jeruk lebih besar yaitu rata-rata 8 buah per kilogram dibandingkan dengan sebelumnya 12 sampai 16 buah per kilogram. • Air jeruknya meningkat sampai 60% per buah. • Biaya pemeliharaan seperti penyemprotan dan pemupukan berkurang 50%. • Regenerasi tumbuhnya daun muda baru terjadi secara alami. • Gizi makanan yang diberikan kepada pohon jeruk terkonsentrasi pada buahnya karena tidak ada hama yang seperti jamur yang menghisapnya.
4
1. Papan AMARTA pada demonstrasi plot jeruk di Sumatera Utara 2. Pak Ginting di depan pohon jeruknya 3. Pak Ginting di depan kebun jeruknya 4. Pak Ginting menunjukkan bunga jeruk sehat miliknya
Pak Tongon Ginting beserta keluarga memiliki 550 pohon jeruk pada lahannya, dan mereka memanen 35 ton per tahun dengan harga Rp4.500 per kg. Sebelumnya, buah jeruknya dihargai Rp1.500 - Rp2.000 per kg. Biaya pemeliharaan kebun jeruk keluarga pak Tongon Ginting mencapai Rp 30 juta per tahun termasuk didalamnya membayar tenaga kerja.
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
9
AgroCulture Cerita Sukses
Kerjasama Gapkindo Kalselteng dalam Penyediaan 40.180 Bibit Karet Payung Satu (Opas) dan Pasar
2
1. Stok bibit untuk pengiriman ke Gapkindo 2. Petani memuat bibit ke dalam truk PT. Insan Bonafide
1
AMARTA dan Bridgestone membina beberapa kelompok tani di Kalimantan Selatan yakni : Sari Murni, Karya Mufakat, Karya Bersama, dan Karya Harapan. Kelompok tani tersebut membentuk Gabungan Kelompok Tani, dan pada tanggal 27 Mei 2008 menandatangani kontrak penyediaan bibit karet payung satu (OPAS) sebanyak 40.180 kantong plastik, dan dibeli langsung oleh GAPKINDO Cabang Kalselteng dengan harga Rp2.500 per kantong plastik ($0,27). Total nilai kontrak sebesar Rp100.450.000 ($10.900). Gapkindo Kalselteng menyediakan bibit karet tersebut untuk delapan pabrik karet yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Berikut ini adalah jumlah dan pendistribusian berdasarkan nama pabrik karet: 1. PT. Banua Lima Sejurus, Banjarmasin sejumlah 2. PT. Hok Tong, Banjarmasin, sejumlah 3. PT. Insan Bonafide, Banjarmasin sejumlah 4. PT. Karya Sejati, Banjarmasin sejumlah 5. PT. Sampit, Kalteng, sejumlah 6. PT. Darma Kalimantan Jaya, Haruyan sejumlah 7. PT. Bumi Asri Pasaman, Buntok sejumlah 8. PT. Karias Tabing Kencana, Amuntai, sejumlah
Total
7.590 pohon 3.220 pohon 5.390 pohon 2.610 pohon 6.030 pohon 5.500 pohon 7.590 pohon 2.250 pohon 40.180 pohon
Berdasarkan informasi dari Mr. Sulaiman Abdullah, Sekretaris Gapkindo Kalselteng, bibit karet tersebut diberikan secara gratis kepada pemasok Bokar ke pabrik-pabrik pengolahan karet anggota GAPKINDO. Dia memilih kelompok tani binaan AMARTA dan Bridgestone karena kualitas bibit karet yang dihasilkan. Prosedur penerimaan bibit karet yang dipantau oleh AMARTA dan Bridgestone transparan dan sesuai dengan jumlah yang telah disepakati: Pemasok Bokar ke pabrik-pabrik karet membawa surat dari Gapkindo Kaselteng, kemudian memuat dan membayar sejumlah bibit karet yang telah dialokasikan kepada kelompok tani. Pak Sulaiman juga memberikan catatan bahwa PT. Sampit di Kalimantan Tengah akan menggunakan bibit karet tersebut untuk kebun entres, namun mereka kurang pengetahuan untuk mendisain kebun entres. Pak Sulaiman meminta kepada AMARTA untuk memberikan bantuan teknis kepada PT. Sampit untuk merancang dan membantu secara teknis pembuatan kebun entres. Pengiriman perdana sebanyak 8.500 pohon pada tanggal 18 Juni 2008. Pada tanggal 26 April 2008, Pak Sutarjo ketua Gabungan Kelompok Tani binaan AMARTA dan Bridgestone mengatakan kepada AMARTA bahwa pasaran bibit karet sangat sepi, tetapi dengan adanya penandatangan kontrak dengan Gapkindo Kalselteng dia sekarang percaya bahwa permintaan bahan tanam karet itu tetap ada dan dia tetap akan terus melanjutkan usaha untuk menghasilkan bibit karet. Kontrak baru tersebut akan membantu para pembibit untuk meningkatkan pendapatan mereka dan para petani karet akan mendapat bahan tanam karet untuk peremajaan atau penanaman baru.
10
|
AgroCulture Juni 2008
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Cerita Sukses
1
Puskud NTT Menerima Penghargaan ‘Praja Mukti Satwa Nugraha’ Puskud NTT belum lama ini mendapatkan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha, karena telah menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan program pembibitan dan penggemukan sapi di Indonesia. Melalui bantuan AMARTA, dalam program pembibitan sapi, telah menjawab permasalahan utama kelangkaan sapi bakalan untuk penggemukan. Puskud NTT membeli sapi untuk mengatasi kelangkaan ternak sapi di NTT. Projek ini juga merangkul peternak-peternak anggota Puskud NTT dan KOPNAK di daerah Kupang NTT. AMARTA memberkan 300 ternak sapi, didistribusikan kepada 235 peternak sapi prian dan 65 peternak sapi wanita dimana 30 sapi yang diberikan telah hamil. Program inseminasi buatan ini telah mulai dilakukan sejak 29 April dengan tujuan meningkatkan tingkat kehamilan sapi. Pelatihan cara pembibitan? sapi terbaik telah dilakukan dengan penekanan pada aspek inovasi teknologi, termasuk manajemen pembibitan ternak, pangan, reproduksi, dan manajemen kompos. Projek di NTT ini telah diakui oleh Dirjen Peternakan sebagai contoh terbaik untuk produksi peternakan sapi yang dapat ditiru di daerah lain di Indonesia. Bapak Dirjen telah mengundang yang terhormat Bapak Wapres RI, Yusuf Kalla, untuk mengunjungi program tersebut, namun beliau urung datang karena pertemuan dengan Bapak Presiden. AMARTA akan berkoordinasi dengan USAID dan pemerintah Indonesia untuk merencanakan kembali kunjungan Bapak Jusuf Kalla pada periode berikutnya.
1. Acara penyerahan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha 2. Beni Subagyo, SE. Direktur Utama PUSKUD NTT menerima penghargaan
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture Juni 2008
|
11
AgroCulture Cerita Sukses
Membangun Kemitraan: AMARTA Memperkenalkan Eksportir ke Petani Kakao untuk Meningkatkan Keuntungan
1
2
Cerita sukses dari kabupaten Mamuju Hj. Nurhayati, 42 tahun, peserta pelatihan kelompok tani Sepakat di desa Bunde, Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Sebagian besar petani di desa ini menggantungkan hidupnya dari tanaman kakao yang selama ini menjual hasil kakao seadanya tanpa memperhatikan mutu, padahal harga yang ditetapkan pedagang keliling hanya sekitar Rp 7000 per kg. Selain itu, sebagian besar petani meminjam uang dalam jumlah cukup besar ke tengkulak dan menggunakan hasil kebun kakao sebagai jaminannya. Pada bulan Maret 2008, AMARTA melakukan salah satu topik pelatihan dasar di salah satu buying unit UD Tunas Jaya di desa Tarailu, sekitar 5 km dari desa Bunde. Selama pelatihan, pelatih petani dan petugas buying unit menjelaskan keuntungan petani menjual kakao dengan mutu baik, pentingnya kakao di bersihkan dari kotoran, dan dijemur selama 5 hari sebelum dijual. Hj. Nurhayati dan petani lainnya akhirnya belajar bagaimana biji kakao kering diuji mutunya dan bagaimana harga ditetapkan sesuai dengan mutu. Sejak berpartisipasi di pelatihan tersebut, Hj. Nurhayati mulai memperhatikan mutu kakao dan menjual langsung ke UD Tunas Jaya. Meskipun, harus menunggu sampai 5 hari penjemuran dan melakukan pemisahan kotoran dari biji kakao, beliau memperoleh harga tertinggi karena mutu yang dicapai secara keseluruhan. Ibu Nurhayati pernah melakukan percobaan perbandingan harga dengan membagi 2 bagian hasil panen kakao dengan mutu yang sama, bagian pertama dijual ke pedagang keliling, satunya lagi dijual ke salah satu eksportir. Beliau memperoleh 18% harga lebih tinggi dari eksportir, Rp22.000 per kg, tetapi di pedagang keliling hanya laku Rp18.000 per kg. Berbekal pengalaman dan keuntungan yang telah diperoleh, Ibu Nurhayati berusaha untuk menutupi semua utang yang ada pada tengkulak dan meyakinkan petani-petani lainnya untuk meningkatkan mutu kakao mereka. ‘Terima kasih banyak AMARTA-USAID yang telah memberi pelatihan dan mampu memperbaiki pendapatan keluarga kami.
Cerita sukses dari kabupaten Kolaka Utara H Nika dan Hj Ondeng, pasangan suami istri dari kelompok tani Mattirowalie di desa Lahabaru, kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, memiliki kebun kakao . seluas 3 hektar yang ditanami sekitar 1000 pohon kakao per hektarnya. Berdasarkan data baseline yang dikumpulkan oleh AMARTA pada tanggal 24 Desember 2007, perlu diketahui rata-rata umur pohon kakao mereka berkisar antara 10-20 tahun dengan produksi rata-rata pertahun adalah 800 kg dari setiap hektar, dengan pendapatan sekitar 8 juta pertahun per hektar kebun kakao. Sebelum mengikuti pelatihan dasar program ASKA, baik Hj Ondeng maupun H Nika tidak mengenal eksportir seperti PT.Olam dan PT. Armanjaro, biasanya mereka hanya menjual kakao ke pedagang lokal dengan harga sekitar 9000 Rupiah/kg setelah 2 hari pengeringan. Pada bulan Februari 2008, Ibu Ondeng mengikuti salah satu pelatihan ASKA di kelompok tani mereka dimana mereka mendapat kesempatan berkunjung ke salah satu tempat penjualan PT. OLAM. Dalam kunjungan tersebut, petani belajar proses pengukuran mutu dan penentuan harga, termasuk bagaimana memperoleh informasi harga terkini. Pada tanggal 17 maret 2008 H ondeng menjual kakao sebanyak 28 kg ke salah satu buying unit PT OLAM dengan harga Rp 23.600 per kg, padahal sebelumnya kakao Hj Ondeng sudah ditawar pedagang lokal seharga Rp 18.000 per kg. H. Ondeng sangat senang dengan harga ekspor, dan mengucapkan terima kasih sebesar besanya ke salah satu staf AMARTA , berkata “Saya tidak mau lagi menjual ke pedagang lokal karena mereka terlalu banyak untung dari petani. Saya akan perhatikan kadar air, sampah, jamur dan ukuran biji kakao sebelum dijual ke PT Olam. Pengalaman saya ini akan saya bagi dengan keluarga,teman dan tetangga yang tidak ikut program pelatihan dasar AMARTA. Terima Kasih AMARTA-USAID dan PT.OLAM!” Menghitung sampah dan jamur dalam pelatihan kakao
Hajjah Nurhayati di depan pohon kakaonya
12
|
AgroCulture Juni 2008
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
AgroCulture
May 19th
Kegiatan AMARTA Bulan Juli dan Agustus
1 - 31 Juli Pelatihan petani pisang di Desa Talun Kenas, Negara, Kuta Jurung, Sibiru-Biru dan Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang, Sumut
1 - 31 Juli Pelatihan AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 3 di Sulawesi Tenggara untuk 350 kelompok tani
1 - 31 Juli Tindak lanjut pelatihan AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 1: Penanganan paska panen dan penentuan kualitas di Sulawesi Tenggara untuk 120 kelompok tani
1 - 31 Juli Persiapan lokasi dan identifikasi kelompok tani untuk Pelatihan Kakao AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 3 di Sulawesi Tenggara untuk 350 kelompok tani
Minggu pertama Juli Studi lapangan dan evaluasi untuk menentukan pola terbaik dalam hal produksi nasi dan babi di Agimuga, Kabupaten Mimika, Papua Minggu pertama Juli Pengawasan pembelian ikan, penjualan es, dan memulai sosialisasi untuk proyek kepiting kulit lunak di Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua
4 Juli Penandatangan Nota Kesepahaman dengan Dinas Pertanian Deli Serdang. Nota Kesepahaman di Kabupaten Deli Serdang, Sumut
7 - 11 Juli Kunjungan lapangan oleh STTA (Short Term Technical Assistance) Iain Neish untuk mengadakan pelatihan dalam hal memilih lokasi lahan pertanian di Lemito dan Kwandang Bays, Sulawesi Utara
8 -10 Juli Pelatihan petani jeruk dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Desa Raya, Kabupaten, Sumut
demontrasi cara bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut
10 - 11 Juli Pelatihan karet: pengolahan latex, kualitas dan pemasaran di Desa Pana, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat
11 Juli Sekolah lapangan untuk petani jeruk dalam hal pelaksanaan SOP jeruk di Rh. Kabanjahe dan Desa Bunuraya, Kabupaten Karo, Sumut
14 - 24 Juli Pelatihan Uji Cita rasa kopi untuk Asosiasi Kopi Special Indonesia dipandu oleh Ted Lingle di Medan, Surabaya, Bali, Takengon dan Jakarta
14 Juli Sekolah lapangan untuk petani jeruk dalam hal pelaksanaan SOP jeruk di Desa Perteguhen kabupaten Karo, Sumut
14 - 15 Juli Pelatihan karet: pengolahan latex, kualitas dan pemasaran di Desa Bereng Bekawat, Kecamatan Beduai, Kalimantan Barat
14 - 17 Juli Tim Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) diundang untuk menghadiri dan mendistribusikan materi pelatihan di Kabupaten Mamuju dan Pameran Agrikultura di Mamuju Sulawesi Barat
14 - 18 Juli AMARTA dan ICCRI melakukan pengawasan bersama atas demplot uji coba Clonal, pengumpulan data, dll di Kabupaten Mamuju dan Polman, Sulawesi Barat
14 - 21 Juli Pelatihan untuk Pelatih (TOT) untuk 100 petani rumput laut dan pemilik tambak di Lemito dan Kwandang Bays, Sulut
14 - 31 Juli Pembangunan 50 pengering matahari skala kecil di Kabupaten Polman, Kolaka Utara dan Luwu Utara, Sulawesi Selatan
9 Juli Diskusi dan berbagi pendapat dalam
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388
Minggu ke-2 Juli Pembelian kopi Arabika di Moanemani oleh Koperasi Santo Isodorus untuk memenuhi persyaratan dari kualitas kopi spesial internasional di Moanemani, Kabupaten Paniai, Papua
15 Juli Penguatan kelompok tani/kelompok dinamis untuk petani Kyurii di Argapura, Majalengka, Jawa Barat
15 -17 Juli Pelatihan petani jeruk dalam hal memupuk, penjarangan buah, peremajaan, dan memanen dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Desa Kubu Colia, Kabupaten Karo, Sumut
15 -30 Juli Pertemuan Aliansi Daya Saing Agribinis Regional (RACA) sebagai tindak lanjut dari dengar pendapat di Spectrum, Kabupaten Karo, Sumut
16 Juli Diskusi dan berbagi pendapat dalam demontrasi rumah hijau tentang bagaimana bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut
18 Juli
Pelatihan sekolah jeruk lapangan dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Sukajulu dan Seberaya Kabupaten Karo, Sumut
21 Juli Pelatihan petani wortel di Desa Basam Kabupaten Karo, Sumut
22 Juli Sekolah lapangan petani jeruk dalam hal memupuk, penjarangan buah, peremajaan, dan memanen dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Siberteng, Kabupaten Karo, Sumut
23 Juli Sekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Talimbaru, Kabupaten Karo, Sumut
24 Juli Peresmian kantor SCAI (Specialty Coffee Association of Indonesia) di kantor AMARTA, Jakarta
AgroCulture Juni 2008
|
13
AgroCulture May 19th
Kegiatan AMARTA Bulan Juli dan Agustus
24 Juli
1 Agustus
Penguatan kelompok tani/kelompok dinamis untuk petani brokoli di Manoko, Lembang-Bandung
Pelatihan untuk Lab staf di Lab Perikanan di Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam
24 Juli
Panen perdana brokoli di demplot Manoko, Lembang – Bandung
Pertemuan RACA dengan anggota Masyarakat Hortikultura Deli Serdang di Kantor Dinas Pertanian Deli Serdang
Agustus 15
Minggu ke-1-2 Agustus
Sekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Kuta Gerat dan Tanjung Barus, Kabupaten Karo, Sumut
25 Juli Pertemuan sub komite SCAI tentang indikasi geografis di kantor AMARTA, Jakarta
25 Juli Sekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Nang Belawan Kabupaten Karo, Sumut
27 - 31 Juli Kunjungan belajar kakao dari Kabupaten Tabanan, Bali menuju Sulawesi Tenggara
28 - 29 Juli Pelatihan teknis penyadapan karet untuk 80 petani di Desa Bentok Darat, Kecamatan Bati-bati, Kalimantan Selatan
28 Juli - 4 Agustus Pelatihan untuk pelatih ASKA (TOT) untuk menindaklanjuti para pelatih diputaran 2 untuk 30 staf di Polman atau Palopo
29 Juli Upacara peresmian sertifikasi TRUP oleh AMARTA dan Bridgestone di Kalsel
29 Juli Sekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Bukit, Kabupaten Karo, Sumut
29 Juli Diskusi dan berbagi pendapat dalam demontrasi rumah hijau tentang bagaimana bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut
29 Juli Panen pertama oleh petani kyurii di Argapura, Majalengka, Jabar
Agustus 14
Kenas, Negara, Tiga Juhar, Sibiru-biru dan Kuta Jurung, Kabupaten Deli Serdang
Minggu ke-2 Agustus
Agustus 27
Pelatihan praktek budidaya chrysanthemum di desa Raya, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo
Persiapan pembibitan sayur organik dan pemberdayaan kelompok (pelatihan) di Tarogong, Garut
4 - 9 Agustus
Pelatihan ASKA untuk pelatih tindak lanjut, siklus 2
1 - 30 Agustus
4 - 15 Agustus
Panen perdana kyurii di demplot Argapura, Majalengka
Tindak lanjut pelatihan ASKA, siklus I: Hama dan Penyakit, untuk 40 kelompok tani di Luwu Utara
Pelatihan teknik penyadapan karet di Kalimantan Barat
1 - 30 Agustus
Sosialisasi siklus kedua pelatihan kakao di Tabanan, Bali
Tindak lanjut pelatihan, siklus 1: Penyiapan Pupuk Organik, untuk 50 kelompok tani di Kolaka Utara
1 - 30 Agustus
8 Agustus
15 Agustus Lokakarya RACA di Tabanan, Bali
Pelatihan Dasar ASKA, siklus 3: Hama, Penyakit dan Pemangkasan, untuk 70 kelompok tani di Pinrang
Minggu ke-2 Agustus
Minggu ke-1 Agustus
22 - 23 Agustus
Jadwal pengiriman perdana barang dari dan ke Agimuga dan Timika dengan menggunakan kapal pengangkut barang bertonase lima ton
25 - 29 Agustus
Minggu ke-1 Agustus Pasokan perdana kepiting soka beku dari Timika ke Kokonau
1 - 30 Agustus Pemupukan, pemangkasan pohon, penjarangan, dan panen untuk petani jeruk menggunakan buku panduan SOP di desa-desa Dataran Tinggi Karo
1 - 30 Agustus Sekolah lapangan untuk petani jeruk dan klinik tanaman jeruk di desa-desa Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo
Pasokan perdana kopi olahan dari Moanemani ke pasar lokal di Timika
Pelatihan untuk Dewan Aliansi di Tabanan, Bali
Pelatihan pemurnian klon dan identifikasi klon oleh PT Karini Nursery dan Kelompok Tani Berkah
28 - 29 Agustus Pelatihan untuk pelatih kelompok tani di Tabanan, Bali
Minggu ke-3 Agustus Penyerahan ternak babi kepada kelompok peternak babi di Agimuga
Minggu ke-4 Agustus Ekspor perdana kontainer kopi spesial Arabika Baliem dari Wamena ke AS
1 - 30 Agustus Pelatihan penanaman pisang di desa Talun
14
|
AgroCulture Juni 2008
Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388