Prakarsa BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Kelompok Tani Usaha Maju II Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Kelompok Masyarakat
SARI Kelompok Tani Usaha Maju II adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyakarat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2229 K/74/MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa tahun 2011. Kelompok Tani Usaha Maju II dalam lampiran Keputusan Menteri ESDM tersebut dinyatakan berjasa luar biasa mengembangkan dan mengelola energi Biogas Skala Rumah Tangga (BSRT), dari hasil swadaya dan kemitraan sebanyak 259 Unit, berhasil sebagai inovator filter pemurnian gas metan untuk pembangkitan tenaga listrik, dan printis pengembangbiakan mikro organisma lokal (MOL) pembuatan kompos, dan suplemen nutrisi ternak yang berdampak besar tercapainya kemandirian air, pangan, energi, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 1. BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Kelompok Tani Usaha Maju II yang diketuai oleh M Slamet telah berhasil memprakarsai dan mengembangkan Biogas Skala Rumah Tangga (BSRT) di dusun Bendrong Desa Argosari Kecamatan Jabung Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penggunaan teknologi biogas termasuk sistem manajemennya di dusun Bendrong telah memberikan dampak atau manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar. Manfaat itu antara lain adalah berkurangnya pencemaran lingkungan akibat limbah ternak, pertanian berkembang dengan pemanfaatan limbah biogas, terjaganya kualitas lingkungan termasuk hutan lindung, dan yang terpenting adalah kesejahteraan warga meningkat karena tidak perlu membeli bahan bakar untuk keperluan memasak bahkan dapat menghidupkan generator listrik dan mesin penggilingan padi atau jagung. Awalnya lahan di dusun Bendrong desa Argosari ini masih asri, sebagian besar lahan difungsikan sebagai ladang, perkebunan dan hutan lindung. Potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
yang tersedia cukup melimpah terutama potensi ternak, pertanian, dan kehutanan. Sejalan dengan semakin berkembangnya dusun Bendrong terutama kegiatan ternak sapi perah menimbulkan beberapa masalah yang terkait dengan lingkungan sekitar dusun tersebut. Masalah tersebut antara lain : 1) Banyaknya limbah kotoran ternak. Akibatnya terjadi pencemaran lingkungan serta mudahnya masyarakat sekitar terjangkit penyakit. 2) Perkembangan penduduk yang semakin banyak menyebabkan kebutuhan hidup dan energi yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan memasak maka banyak penduduk yang mulai melakukan pencurian kayu bakar di kawasan hutan terutama hutan lindung. 3) Tenaga kerja melimpah atau banyak penduduk yang menganggur. Upaya mengatasi permasalahan tersebut di atas serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di dusun Bendrong, maka M. Slamet
37
Prakarsa selaku ketua Kelompok Tani Usaha Maju II memprakarsai kegiatan pengembangan Biogas Skala Rumah Tangga (BSRT). Prakarsa tersebut didukung pula oleh Bupati Malang melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang. Sebagai Pemrakarsa M Slamet mula-mula membangun biogas skala rumah tangga (BSRT) sendiri, kemudian secara bertahap menularkan pemahaman pemanfaatan biogas ini kepada masyarakat dusun Bendrong melalui pertemuan-pertemuan warga seperti rapat-rapat RT, arisan, jamaah tahlil dan kegiatan Pos Yandu. Setelah masyarakat dapat menerima dan paham, maka terbentuklah kelompokkelompok untuk mempermudah pengorganisasian dan bantuan-bantuan dari instansi terkait antara lain bantuan teknis dari Dinas teknis atau Perguruan Tinggi, serta bantuan modal dari kemitraan atau melalui Koperasi (Koperasi Agro Niaga, KUD dan Koperasi Simpan Pinjam). Dalam perjalanannya, masyarakat Argosari juga mengembangkan suatu manajemen biogas Sistem Mandiri, Sistem Arisan dan Sistem Yarnen khusus untuk pengadaan instalasi biogas.
2. TEKNOLOGI BSRT Teknologi biogas di Desa Argosari ini menggunakan plastik anaerobik biodigester (Gambar 1), dengan tipe aliran kontinu sehingga perawatan dan pengoperasiannya mudah. Komponen-komponen yang membentuk unit biodigester yang dirancang bangun adalah sebagai berikut : a. Bak pencampur, bak ini (Gambar 2) berfungsi sebagai tempat mencampur bahan dengan air sebelum dimasukkan ke dalam digester. Bak pencampur berbentuk silinder dan diletakkan sebelum inlet digester agar bahan mudah dicampur. Bak pencampur ini dibuat dari batu bata, campuran pasir dan semen. b. Inlet (Gambar 2), berfungsi sebagai jalan masuk bagi bahan baru yang akan diproses menjadi gas bio. Cara kerjanya adalah bahan segar yang akan dimasukkan dialirkan melalui inlet dan dengan gaya gravitasi masuk ke dalam biodigester. Bahan yang digunakan sebagai inlet adalah hing tanah liat dengan diameter 15 cm. Bahan yang telah diaduk diusahakan secepat mungkin masuk biodigester sehingga untuk mempercepat turunnya bahan tersebut maka kemiringan inlet dengan kemiringan sudut sebesar 45o.
Gambar 3. Desain Unit Biodigester
38
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
Prakarsa
Gambar 2. Bak Pencampur c. Outlet (Gambar 3), berfungsi sebagai jalan keluar untuk bahan yang telah diproses atau sludge yang kemudian dimanfaatkan untuk hal lain. Cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan ketinggian outlet yang sama dengan permukaan bahan di dalam digester, dengan adanya bahan segar yang masuk dan tekanan dari gas yang dihasilkan di dalam digester maka sludge akan mengalir keluar. Bahan yang digunakan adalah pipa dengan diameter 15 cm. Sludge atau bahan yang telah melalui proses keluar melalui outlet, ujung outlet memiliki ketinggian yang sama dengan permukaan bahan yang terdapat di dalam digester. d. Digester (Gambar 4), berfungsi sebagai tempat pencernaan bahan oleh bakteri anaerobik dan kemudian diubah menjadi gas bio. Digester yang kedap udara menciptakan
Gambar 3. Outlet
lingkungan yang cocok untuk bakteri anaerobik yaitu tanpa kehadiran oksigen bebas. Bahan yang digunakan adalah plastik polythilene berbentuk silinder dengan diameter 1,2 m dan panjang 6 m. Sebenarnya plastik yang direkomendasikan dalam penggunaan biodigester biogas (FOA) adalah plastik UV. e. Pipa penyaluran gas, pipa ini (Gambar 5) menyalurkan gas dari biodigester ke tempat penyimpanan gas. Gas yang dihasilkan oleh bakteri anaerobik harus disalurkan ke tempat penyimpanan gas agar tidak ada tekanan yang berlebihan pada biodigester. Gas yang terkumpul dalam digester
Gambar 4. Pembuatan dan Digester
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
39
Prakarsa menimbulkan tekanan, dengan adanya pipa penyalur gas akan terdorong menuju tekanan yang lebih rendah. Penyaluran gas menggunakan pipa PVC dengan diameter 0,5 inchi. Letak penyaluran gas berada di permukaan digester. f. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan gas jika terjadi produksi gas yang berlebih. Karburator (Gambar 6) berbentuk tabung slinder yang setengahnya diisi air untuk mengeluarkan gas. Produksi gas yang berlebih akan mengakibatkan tekanan gas bertambah pada penampung gas, sehingga gas menuju karburator akan dikeluarkan beruap gelembung-gelembung udara pada air karburator. g. Pelampung gas, Pelampung ini (Gambar 7) fungsinya sebagi tempat menyimpan gas yang dihasilkan dari digester sebelum digunakan. Pelampung gas ini berukuran 2 m x 2 m x 0,5m yang memiliki volume 2 m3. Gas yang terkumpul pada digester akan mendorong gas untuk menuju tempat penampung gas yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Penampung gas terbuat dari plastik polyethylene seperti halnya pada bahan pembuat digester. Penampung gas yang dirancang pada awalnya horizontal dan cukup dengan digantung pada atap rumah. Tetapi karena ketersediaan tempat tidak memungkinkan dan mekanisme pemanfaatan gas tidak praktis maka digunakan tipe vertikal.
Gambar 5. Sambungan pipa dan pelampung
40
Gambar 6. Karburator
Gambar 7. Sambungan pipa dan pelampung
Gambar 8. Kompor gas
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
Prakarsa Biogas yang dihasilkan dari BSRT tersebut, dimanfaatkan untuk menyalakan Kompor Gas. Kompor gas ini sama seperti kompor gas pada umumnya dengan sedikit perubahan karena menggunakan gas metan. Nyala api akan timbul dengan membuka valve dan menyalakan pemicu api. Selain itu biogas yang dihasilkan dimanfaatkan untuk menghidupkan Generator Listrik dan Mesin Penggilingan padi atau jagung, sebagaimana terlihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Limbah yang dihasilkan dari BSRT dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pupuk nabati sebagaimana terlihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 11. Nutrisi pakan ternak
Gambar 9. Generator listrik
Gambar 12. Pupuk nabati
3. MANAJEMEN BSRT
Gambar 10. Mesin penggiling padi/jagung
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
Kelompok Tani Usaha Maju II mengembangkan Manajemen BSRT, sistem ini diciptakan oleh masyarakat Argosari, terutama untuk membantu
41
Prakarsa masyarakat sekitar yang kurang mampu untuk memperoleh instalasi BSRT. Ada 3 macam sistem pembayaran untuk pengadaan BSRT yang dikembangkan bagi warga yang ingin mendapatkan BSRT, yaitu: – Sistem Mandiri, dimana pengguna biogas membayar tunai; – Sistem Arisan, dimana setiap bulan peserta arisan (25 orang) membayar iuran sebesar Rp 75.000,- lalu setiap bulan diundi. Yang menang akan mendapatkan pengadaan biodigester. – Sistem Yarnen, yaitu Bayar Panen, Petani yang ingin mendapatkan BSRT, diadakan pemilihan untuk Petani yang memiliki sapi antara 1-3 ekor. Biaya awalnya ditalangi dulu oleh perusahaan mitra seperti LSM, PU, Dinas dan KAN Jabung. Dengan demikian biayanya menjadi lebih murah, sementaranya sisanya akan dibayar setelah panen. 4. PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN Keberhasilan dusun Bendrong membangun industri biogas digester menciptakan peluangpeluang usaha ke depannya yang dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat dusun Bendrong khususnya dan masyarakat luar pada umumnya. Prospek-pengembangan ke depan antara lain : a) Tersedianya ahli biogas dari dusun Bendrong yang dapat menularkan keahlian mengembangkan industri biogas di daerah lain. Bisa berupa panggilan sebagai tenaga ahli ataupun dalam bentuk pelatihan.
42
b) Penjualan pupuk organik hasil pemakaian dari biogas akan menambah penghasilan peternak sapi. Kecenderungan makanan sehat masa kini yang didominasi oleh makanan organik akan membantu meningkatkan penjualan pupuk organik. c) Menjadikan dusun Bendrong sebagai daerah tujuan wisata sejalan dengan pencanangan dusun Bendrong oleh Bupati Malang sebagai tempat wisata Biogas. Dengan banyak pengunjung atau turis dari luar daerah yang tertarik akan keberhasilan industri biogas dusun Bendrong akan menumbuh kembangkan industri pariwisata diantaranya makanan dan minuman khas, tempat makan, transportasi, penginapan dan lain-lain. Dengan keberhasilan Kelompok Tani Usaha Maju II ini memperoleh Penghargaan Energi dari Pemerintah, diharapkan Pemerintah Daerah dan instansi terkait dapat menyebarkan keberhasilan dusun Bendrong dalam industri BSRT ke daerah-daerah lain yang memiliki potensi sumber daya yang sama. Dengan demikian diharapkan akan kesejahteraan masyarakat, dalam hal kualitas lingkungan dan yang tidak kalah penting penggunaan energi terbarukan di Indonesia.
*
Disusun oleh Otto Anne., Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan EBT dan Konservasi Energi ; dan Gandhi Kurnia Hudaya, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara
M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011