65
:
! f-
i.
,,.
'
PENURUNAI\ KADAR FBNOL SECARA BIOLOGIS DALAM REAKTOR F'ILTER ANAEROBIK DUA TAHAP Judjono Suwarn0*n Tiarsipenit', dan
Adillah A**
\.-...'
ABSTRAK
*)
.r
.r-1, f1\ 'A
,1
Penelitian untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi fenol dan Hydraulic Recidence ?"ine (HRT) terhadap %o penurunan kandungan fenol dengan bibit mikroba anaerob dgri pengolahan limbah pabrik alkohol telah dilaksanakan di dalarn reaktor filter anaerobik dua tahapFHasilnya, bibit mikroba dari pengolahan limbah pabrik alkohol dapat digunakan, reduksi fenol terbesar (>87,8o/o) untuk konsentrasi fenol 10 ppm dan pada HRT 18 jarn (diantara HRT 6, 12, dan 18 jam). Makin besar konsentrasi fenol makin besar pula pencapaian kestabilan operasi. Kesimpulan lain yang diperoleh adalah: (1) persen reduksi COD pada reaktor I selalu lebih kecil daripada reaktor II; (2) persen reduksi fenol di dalam reaktor I lebih besar daripada reaktor II. Disarankan memilih HRT 6 jam untuk operasi industrial karena % reduksi yang dicapai adalah 80%, masih cukup tinggi (laju pengurangan fenolnya juga tinggi, 1291mg/bari untuk Ci=50 ppm dan 2531 untuk Ci:I00 ppm). Kata kunci: fenol, air limbah, reaktor filter, anaerobik, dua tahap
ABSTRACT Study on the effect of varying initial phenol concentrations and Hydraulic Retention Time (HRT) of the reactor to the % reductions of fenol was conducted in a two steps anaerobic biological filter reactor using reactor. The results were as the follows: the mixed bacteria mixed bacteria from anaerobic alcohol "\'aste from alcohol waste treatment could be used for phenol reduction, the highest 0/o reduction of fenol (>87,8%) was ocurred at HRT of 18 hows (arnong HRT's of 6,72, and 18 hr.) and at phenol concentrations of l0 ppm. The other conclusions obtained were : (1) the percentage of COD reduction in the reactor I was always lower than that ofreactor II; (2) percentage of phenol reduction of the first reactor was always higher than that of the second one. It is recommended to use HRT of 6 hr in industrial operations, because the phenol reduction was 80% and the phenol reduction rate was also high (1291 ,8 rng/day for Ci-50 ppm and 2531,8 mg/day for Ci=100 ppm).
Kelrvords: phenol, wastewater,
I.
fi
lter reactor, anaerobic, lwo-stages
pirolisa batu bara dapat mencapai 400 sampai
PENDAHULUAN
dengan 1500 pprn, sedangkan konsentrasi fenol
Fenol merupakan polutan organik berbahaya yang ditemukan dalarn banyak limbah industri diantaranya industri petrokimia, pestisida, kertas dan pulp, petroleun dan lem plywood. Fenol juga digrrnakan sebagai bahan baku pernbuatan berbagai macam resin diantaranya phenolic resin yang digunakan pada bahan konstruksi mobil, epoxy resin sebagai bahan perekat, polycarbonate untuk pembuatan botol plastik minutnan ringan, dan poly
.
amide dengan berbagai macarn kegunaannya (bng ffi'19-s). Konsentrasi fenol yang terdapat dalam
' _limbah industri gas yang menggunakan
* **
proses
Jurusan Teknik Kimia, FTI, ITS Surabaya Alumni Jurusan Teknik Kimia, FTI, ITS Surabaya
terdapat di dalam lirnbah dari sisa pembakaran
yang kayu
bakar, gergajian, sekam, atau garment dapat mencapai 300 sampai dengan 400 ppm bila sisa pembakaran tersebut dimasukkan ke dalam
air.
.'-.
' :
'!
i,
,,
Kadar maksimal fenol dalam air sungai yang " -,: diijinkan untuk kelas I (bahan baku air minum) adalah 1pp*, untuk kelas II (prasarana./sarana .r rekreasi) adalah 1 pp*, kelas III (untuk keperluan perikanan dan peternakan) adalah 1 ppm dan kelas IV (untuk peftamanan, dll.) adalah tidak disyaratkan
(Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001). Fenol bersifat toxic atau racun yang bila terabsorbsi oleh kulit dalam jumlah yang relatif besar dapat rnenyebabkan kematian. Kontak dengan fenol
Vol.
14, No.
2, Mei 2003 - Majalah IPTEk
,
66
- -l-"
\-. i
i-
i ]
'-
mengakibatkan
kulit terbakar, bahkan uap fenol
dapat menyebabkan mata, hidung, dan
kulit teriritasi
(Kht("Othmer,:19.82). Selain itu fenol dapat merusak bahava i1 . jaringan tub* (S--+$_tSFi:1 MengingatIndonesia d- ua"yur."y"-- iilb;h industri di
mengandung fenol, maka kalangan industri di lndonesia sangat rnenginginkan alat pengolah limbah fenol.
Di dalam proses pengolahan lirnbah
sangat
diinginkan dapat memproses bahan organik berkonsentrasi tinggi dengan persen penurunan
tanpa imobilisasi baktei Pseudomonas putida H dan Cryptococctts elinovii pada kalsium alginmPeneliti ini mendapatkan bahwa 1) baktea terimobilisasi mendegradasi fenol lebih cepat d.ari pada bakteri bebas, dan 2) bakteri campumu mendegradasi fenol lebih cepat daripada bakti tunggal.
Riadi dkk. (1998) yang meneliti proses penurunan fenol dengan bahan imobilisasi sodium alginat untui bakteri Pseudomonas putida ATCC 49451 mendapatkan bahwa bakteri terimobilisasi dapa mendegradasi fenol sampai 99,3yo, pada konsenftas,
konsentrasi bahan organik relatif tinggi. Pengolahan
awal fenol 500 pprn.
limbah industri secara anaerob berkembang pesat
Fang dkk. (1996) meneliti dengan reaktor UASB (proses anaerobik) dengan recycle ratio l:1 dan dengan beban 69 COD/liter.hari serta HRT 12 jam,, Mereka mendapatkan bahwa di dalam granule yang terbentuk di dalam reaktor terdapat mikrobamikroba Syntropus buswellii, Methanothrix, Methanosprillium hungatei, dan Methanobrevi bacter dan bahwa o/o penurunan konsenfiasi fenol nencapai9T o/o.
akhir-akhir ini karena merniliki
beberapa
keuntungan dibandingkan pengolahan secara aerob
yaitu: (1) mampu menerima konsentrasi
bahan
organik yang relatiftinggi karena tidak dibatasi oleh adanya transfer oksigen terlarut; (2) tidak
diperlukannya alat untuk aerasi; (3) produk sludge buangan biologi relatifrendah; (4) keperluan nutrien rendah dan (5) tidak terlalu terpengaruh oleh adanya gangguan mendadak (shock-load). Proses alir kontinyu yang digunakan dalam pengolahan limbah secara anaerob, .dengan adanya filter' dapat mempertahankan mikroba berada di dalam reaktor relatif lama, sehingga tetjaga fase pertumbuhan eksponensial untuk jangka waktu relatif lama. Dengan demikian dalam kondisi steady state dapat dipertahankan keadaan pertumbuhan rnikroba yang selalu lebih besar daripada kematian rnikroba untuk selang waktu yang relatif lama (Benefield 1980)'
2. TINJAUAN PUSTAKA Usaha untuk menurunkan kadar fenol telah dilakukan beberapa peneliti dengan cara aerob
Penyusun belum menjumpai proses penurunan fenotr
yang mempergunakan bibit mikroba yang berasal dari proses pengolahan limbah pabrik alkohol fennentasi. Eckenfelder (1970), menyatakan bahwa kandungan fenol yang sangat kecil (2 ppm), didalam proses pengolahan secara anaerobik untuk limbah pabrik bir, dapat turun menjadi 0,1 ppm. Dari bacaan tersebut penlusun menduga bahwa di dalam campuran mikroba proses pengolahan anaerobik untuk limbah pabrik bir tersebut terdapat pula mikroba pencerna fenol. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini, peny'usun mencoba mempergunakan mikroba campuran dari unit pengolah limbah pabrik alkohol sebagai bibit mikroba pencerna didalam
maupnn anaerob, dengan proses activated sludge, dengan UASB atau dengan reaktor lain, tetapi penurunan kadar fenol dengan menggunakan reaktor filter anaerob dua tahap dan dengan bakteri gabungan yang berasal dari pengolahan anaerobik sampai saat ini belum banyak dilakukan'
reaktornya.
Zache dan Rhem (1989) telah meneliti penurunan konsentrasi fenol dengan proses aerob dengan dan
optimum. Secara umum yang dipakai adalab perbandingan COD : N : P : 1000 : 7 :1 (Malina
Majalah IPTEK - Vol. 14, No. 2 Mei 2003
Dalam pengolahan limbah fenol perlu diperhatikan adanya bahan-bahan pembentuk sel bakteri, karena didalam perturnbuharurya bakteri memerlukan pula unsur C, N dan P, serta unsur kelumit yang cukup untuk mempertahankan laju sintesis mikroba yang
67
dkk. 1992). Pengaturan perbandingan
tersebut
dilakukan dengan menambahkan larutan glukosa (CollrzOo), pupuk urea (CO(NH2)2) sebagai sumber N, dan pupuk TSP (Ca(H:POq)) sebagai sumber P. Selain itu ditarnbahkan pepton, MgCl2.6H2O,
KH2PO4, dan K2HPOa.
3.2.2 P embibitan mikroba
Pelaksanaan percobaan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap perancangan dan pembuatan
reaktor, tahap pembuatan limbah tiruan
dapat dinyalakan.
Na2S.9H2O
(Kobayashi dkk. 1989).
j I
Na2S.9H2O, MgCl2.6H2O, NI{4C1,
Larutan yang diambil dari sludge reaktor anaerob pengolahan limbah pabrik alkohol di Mojokerto, dipompakan ke dalam reaktor I dan II (dijaga tetap anaerob). Kemudian larutan fenol yang sudah disiapkan dengan konsentrasi 10 rng/l dipompa ke reaktor I dan reaktor II lalu disirkulasi dalam keadaan anaerobik sampai timbul gas metana (dicoba dinyalakan). Percobaan dimulai apabila gas
NII4CI, KH2PO4, K2HPO4 dan
r-
0,5 g/l untuk
3. METODOLOGI
dan
pembibitan mikroba, tahap pengamatan dan evaluasi unjuk kerja reaktor, tahap-*.,pe1&poran hasik penelitian. *
3.1 Reaktor
'Reaktor yang digunakan adalah reaktor filter anaerobik dua tahap yang terbuat dari bahan plastik
PVC (paralon), masing-masing dengan diameter 0,10 m, tinggi reaktor total 1,3 m, volume liquid total tanpa filter dalam setiap reaktor adalah 8 liter dan tinggi efektif cairan I m, media imobilisasi (filter) berupa busa dakron dengan tinggi 90 cm. Volume cairan efktif di dalaur reaktor I adalah 7,76 liter dan reaktor II adalah 7,81 liter. Di samping itu reaktor dilengkapi dengan tangki umpan, tangki penampung antara, tangki penampung akhir, pompa umpan ke reaktor satu, pompa ke reaktor II, tangki I penampung gas bio, dan mano meter.
3.2 Pembuatan Limbah Pembibitan Mikroba
Tiruan
dan
3.2.1 Limbah tiruan
Limbah tiruan dibuat dengan cara melarutkan sejumlah berat tertenfu fenol di dalam aquades. Dibuat larutan berkonsentrasi yang relatif tinggi (2000 mg/l). Didalarn pemakaiannya nanti dilakukan
pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi yang
dikehendaki. Dari larutan glukosa dibuat larutan yang mengandung fenol, urea dan TSP dengan konsentrasi sesuai perbandingan yang dibutuhkan, lalu ditambahkan, untuk tiap 0,1 gll fenol, 0,36 g/l MgCl2.6H2O;0,1 gll pepton ; 1,0 g/l NH4CI ; 0,75 g/l KhIzPO4; 0,75 g/l K2HPOa dan masing masing
3.3 Rencana Percobaan Percobaan dilaksanakan dengan mengatw Hydraulic
Retention Time (INT) 6, 12, dan 18 jam, dan dengan konsentrasi fenol 10, 50, dan 100 mg/I. Setiap pergantian konsentrasi fenol dan [IRT, dilakukan dalam keadaan operasi yang relatif stabil, agar hasil dapat dipertanggungjawabkan. Pengarnbilan contoh dilakukan sekali setiap 24 jam
pada inlet reaktor I, outlet reaktor I dan outlet reaktor Ii. Pengamatan dilakukan unhrk COD dan konsentrasi fenol pada setiap contoh, agar diketahui
penunrnan COD dan fenol pada setiap langkah percobaan.
3.4 Pelaksanaan Percobaan
Setelah pelaksanaan pembibitan
mikroba menghasilkan gas yang dapat terbakar, maka percobaan dengan umpan berkonsentrasi 10 nogA dengan HRT 6, 12, dai 18 jam dilaksanakan, diikuti percobaan dengan umpan berkonsentrasi 50 mg/l dan 100mg/1. Umpan berkonsentrasi 200 mg/l hanya dilaksanakan untuk HRT 18 jam saja. Malvonutrient yang disiapkan adalah glukosa (C6Hr2O6), pupuk wea (CO(NH2)2) sebagai sumber N, dan pupuk TSP (Ca(HzPO,r)) sebagai sumber P. Sumber bakteri diambil dari limbah methane bio reactor yang ada dipabrik alkohol Mojokerto. Glukosa 5000 ppm ditambahkan kedalam limbah tersebut lalu diukur COD nya. Karena COD yang terukur masih terlalu tinggi, maka sludge limbah ini diencerkan hingga COD akhir mencapai 10.000 ppm. Urea dan TSP dimasukkan kedalam limbah dengan perbandingan
Vol.
14, No.
2, Mei 2003 - Majalah IPTEK
68
COD : N : P: 1000 : 7 : l. Perbandingan ini sesuai dengan kebutuhan yaitu bahwa untuk beban bahan organik yang rendah, rasio COD : N adalah 1000 : 7. Setelah didiamkan beberapa jam, pH linibah diukur. Bila limbah terlalu asam maka ditambahkan NaOH atau KOH. Sebaliknya bila terlalu basa ditambahi H3PO4. Pengecekan nilai pH dilakukan berulang kali setiap selang waktu 6 jam hingga pH berada pada rentang pH optimum untuk pertumbuhan bakten methanogen, yaitu antara 6.8 - 7.2. Setelah nilai pH optimum tercapai, ditambah NaHCOT agar nilai pH tetap berada di dalam rentangan tersebut.
I.
Limbah yang keluar dari atas reaktor UAI ditanrpung terlebih dulu pada tangki influent II(3) dan efrluent reaktor I ini dipompakan nrenuju tangki we(low reaktor tr (g). Dengan grafitasi dan pada HRT tertentu masuk ke bawah dari Reaktor UAF tr (4), terus naik ke dan keluarannya ditampung di dalam tangki g reaktor tr (5). Setelah sirkulasi berjalan sarnpel limbah diambil dari titik penga sanrpel ffiuent reaktor UAF I (9) dan limbah untuk keluaran reaktor UAF II diambil titik pengambilan sampel effluent reaktor tr (l
itu dilakukan proses start up, yaitu proses momasukkan bibit mikoba dari pabrik alkohol kedalam reaktor I dan II, dengan tujuan agar bakteri
Pengarnbilan sampel pada masing-masing dilakukan setiap 24 jam, kemudian dianalisa COD dan konsentrasi fenolnya. Biogas yang
yang ada dalam limbah menenrpel pada pori-pori dakon. Pada awal start up,limbah di dalarn reaktor I dan tr diperlakukan secara botch tanpa sirkulasi selama dua hari, Setelah itu limbah dalam reaktor I dan tr masing masing disirkulasikan secara batch dengan FIRT 12 jam tetapi konsentrasi COD limbah diencerkan terlebih dulu menjadi Z5OO ppm. Pensirkulasian ini dijalankan hingga gas yang keluar dari reaktor dapat dibakar, menandakan bahwa di dalam kedua reaktor tengah berlangsung proses methanogenesis. Kondisi ini dibiarkan selama beberapa hari agar baken nrethanogen yang sudah
dari kedua reaktor ditampung dalam botol
Setelah
tumbuh dalam reaktor menjadi cukup
stabil.
Kemudian kedua reaktor diisi dengan larutan buffer yaitu larutan yang terdiri dari NaHCO3, KH2PO4,
dan KzFIPO+ dengan perbandingan 10:0,3:0,4 (Dolfing dkk. 1985). Larutan buffer ini diganti beberapa kali hingga wama larutannya terlihat lebih
terang daripada saat larutan buffer pertama kali disirkulasikan. Setelah itu ke dalam tangfu fresh feed (1) dirnasukkan limbah fenol buatan dengan konsentrasi fenol tertentu dan juga dimasukkan beberapa macam mikronutrien sesuai kebutuhan. Limbah bersama nutriennya diukur COD nya dan
(A) yang telah diisi dengan larutan NaOH sebagi pengikat gas CO2 yang terikut dalam biogas. peralatan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 2.
Analisa contoh dilakukan untuk parameter COD, konsentrasi fenol, dengan prosedur sesuai densm metode standar yang termuat dalam buku Standald Method of Analysis of Water and Wastewater, ol&
APHA, AWWA, 14'hed. (1976). 3.4.1 Variabel penelitian Variabel yang akan dilihat adalah I % reduksi fenoi.. 2 % reduksi COD dengan konsentrasi fenol lO, 5CI100, dan 200 mgl serta Hydraulic Retention Tina (FIRT) 18, 12, dan 6 jam
3.4.2 Skema prosedur percobaan Metode penelitian yang telah dijelaskan di atas dapo
diringkaskan dalam bentuk diagram seperti dalam Garnbar
1.
dicatat sebagai COD feed.
Dari tangki fresh feed (l) limbah dan nutriennya di pompa ke tangki overflow reakor I (7) lalu dengan gaya graffiasi masuk ke bagian bawah Reaktor UAF
(Upflow Anaerobik Fiher) I (2) pada HRT yang tertentu, Ialu naik ke bagian atas dari Reaktor UAF
Majalah IPTEK - Vol. 14, No. 2 Mei 2003
Gambar
L Skema percobaan.
69
Keterangan Gambar:
|. Twtgkifresh feed. 2. Reaktor upflow anaerobik filter L 3. Tangki influentteaktot ll. 4, Reaktor upflow anaerobik filter II. 5. Tangki effluentrcaktor ll. 6. Tangki pemanas reaktor I dan IL 7. Tangki overJlow reaktor I. 8. Tangki overflow reaktor II. 9. Pengambilan sampel reaktor L 10. Pengambilan sampel reaktor II. 11. Pengambilan sampel mikroba reaktor I. 12. Pengambilan sampel mikroba reaktor II. A. Botol pengaman. B. Gas Holder. Pl. Pompa pemanas reaktor I dan IL Y2. Pompa fresh feed. P3. Pompa influent reaktor
II.
Gambar 2. Skema peralatan utama penelitian.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil fermentasi untuk konsentrasi awal fenol 10 mgll, didalam seluruh sistem, pada HRT 12 dan 18 jam dapat dilihat dalam Gambar 3. Dari grafik terlihat bahwa pada HRT 18 ju- penurunan konsentrasi fenol lebih besar dari penunman konsentrasi dengan HRT 12 jam. Namun tampaknya laju reaksi untuk kedua HRT harnpir sama. Hasil fermentasi unhrk konsentrasi awal fenol 50 mg/1, didalam seluruh sistem, pada HRT 6, 12, dan 18 jam terlihat dalam Gambar 4. Dan grafik terlihat bahwa pada HRT 18 jam penurunan konsentrasi fenol lebih besar dari penurunan dengan HRT 12 jam dan penunman dengan HRT 6 jam. Narnun tampaknya laju reaksi unftrk ketiga HRT hampir sama.
Hasil fermentasi untuk konsentrasi fenol 100 mg/l, didalam seluruh sistem, pada HRT 6, 12, dan 18 jam dapat dilihat dalam Gambar 5. Dari grafik terlihat bahwa pada HRT 18 jam penurunan konsentrasi fenol lebih besar (100-14,38:85,62 ppm) dari penurunan konsentrasi dengan HRT 12 jam (10015,54=84,46 ppm) dan penurunan konsentrasi dengan HRT 6 jam (100-18,75=8l,25ppm). Namun tampaknya laju reaksi untuk ketiga HRT juga hampir sama. Apabila dilihat dari laju penghilangan fenol, maka proses dengan HRT 6 jam menghasilkan laju penghilangan fenol (LP) terbesar (1291,9 dan 2531,8 mglhari pada Ci:50 dan 100 ppm). Ini dapat diikuti pada hasil penghitungan laju
penghilangan fenol per 24 jam seperti terlihat dalam
Tabel
l. LP:laju
masa fenol inlet, mi, dikurangi laju
masa fenol outlet, mo,
Tabel 1.
dikalikan24 jam.
Hasil penghitungan laju
penghilangan
fenol per 24 jam.
Kons,Ci., HRT,
ppm ja*
10 10 505 50 50 100 100 100
ffio, LP hi, mg/jam mgljammg/zaj
12
6,5 4,3 64,9 32,4 21,6 129,8 64,9
18
43,3
12 18
t2 18
5
0,9 134,6 0,5 91,2 11,1 1291.9 5,0 659,7 3,0 447,5 24,3 2531.8 10,1 1315,9 6,2 889,3
Melihat hasil di atas maka operasi dengan HRT 6
jam dapat dipilih untuk
operasi penurunan kandungan fenol, karena dengan HRT tersebut LPnya tertinggi dan sudah dicapai penunrnan konsentrasi lebih dari 80%.
Laju penurunan fenol pada saat awal (24
Jam)
terjadi sangat drastis (dari 100 menjadi 30-33 ppm' dari 50 menjadi 14-17 ppm, dan dari l0 menjadi 2,7 - 3 pprn) sedangkan pada saat antara 24 sanryai 120 jarn laju penurunan konsentrasi fenol menurun.
Vol.
14, No.
2, Mei
2003
-
Majalah IPTEK
70
Diduga bahwa pada saat-saat awal, keaktifan mikroba masih cukup besar karena tempat kontak antara mikroba dengan cairan limbah tersedia cukup banyak, sedangkan setelah 24-120 jam mikroba mulai saling bertumpuk dalam koloni mikroba oedemikian sehingga menghambat kontak antara
100 b9
80 60
milcroba dengan eairan limbah, sehingga laju reduksi
cA
ll
fenol korutan,
40
,15
o
&
20
0
25 .50 75 100 125 Waktu, jam
bs
Gambar 5. Reduksi total fenol
80
E60 e '& 40
6, 12, lg.
Dari tiga grafik terlihat bahwa kestabilan operasi terjadi pada IZ0-125 jam untuk konsentrasi fenol ppm dan 50 ppm dengan HRT 6, 12, Lgjarn
a
1'
&, 20 25 50 75 100 t25 Waktu, jam
Gambar 3. Reduksi
total fenol (%) di dua reaktor pada fenol awal l0 ppm, HRT 12, lB
jam.
ER
(%) dua reaktor padr
fenol awal 100 ppm, HRT
10
dao
terjadi pada sekitar 150 jam operasi unruk konsentrasi fenol 100 ppm. Juga tirlihat bahws makin besar HRT, semakin besar pula penurumn konsentrasi. Jadi untuk konsentrasi fenol yang semakin besar di perlukan waktu pencapaian kestabilan operasi lebih besar.
Dari pengamatan konsentrasi COD dan fenol pada influen reaktor I, efluen reaktor I dan effluen reahor II didapatkan bahwa untuk HRT 6, 12, dan 1g jam dengan konsentrasi awal COD 1g0 ppm dan konsentrasi awal fenol 10,50, dan 100 ppm, % reduksi COD di reaktor I selalu lebih besar daripada % reduksi COD di dalam reaktor II, sedangkan %
80
E60
_0
;40 'lu R20 d
reduksi fenol di dalam reaktor I selalu lebih kecil daripada % reduksi fenol di dalam reaktor II, lihat Gambar 6 s/d Gambar 13.
5. SIMPULAN Gambar 4. Reduksi
total fenol (%)
di
dua reaktor
pada fenol awal 50 ppm, HRT 6, 12,
Ig.
Dari pembahasan di atas disimpulkan beberapa hal
berikut:
1)
Majalah IPTEK -
Vol, 14, No. 2Mei2003
Limbah segar dari pabrik alkohol di Mojokerto dapat digunakan sebagai bibit mikroba untuk pengolahan limbah fenol tiruan.
7t
HRT 18 jam reduksi fenol terbesar (> 87,8o/o) diantara HRT 6,l2,dan 18 jam, namun HRT 6 jam sebaiknya dipilih untuk operasi karena reduksinya > 80% dan laju penguangan
2) Untuk
:r 100 E
fenol-nya terbesar (1291,8 mg/hari untuk Ci=50 ppm, dan 2531,8 mg/hari untuk Ci=100 ppm).
80
6)
o
3) Makin besar konsentrasi fenol, makin besar pula waktu pencapaian kestabilan operasi.
o o
60
x
:
40
E o d
20 0
0 25 50 75 100 125 150
4) Penurunan konsentrasi fenol didalam reaktor I,
selalu lebih kecil daripada didalam reaktor
II,
penurunan COD didalam
I, selalu lebih
reaktor
Waktu, jam
pemrmnannya
besar
Gambar 8. Reduksi COD/fenol
daripada
di Rldan
R2 pada
COD/fenol awal 180 ppm/50 ppm, HRT 6 jam.
penurunannya didalarn reaktor II.
I -*-coD-R2 I *-Fenol-Rt
s
100
o
co)
80
o o o v65
40
!
c,
E
s
L+trrr'll 100
J
8eo c)
560 o o40 '6 E20 E
60
20
&.0
0
0 25 50 75 100 125 150
0 25 50 75 100 125 150 Waktu, jam
Waktu, jam
Gambar 6. Reduksi COD/fenol
di R1 dan R2
pada
Gambar 9. Reduksi COD/fenol
COD/fenol awal 180 ppm/l0 ppm, HRT 12 jam.
fI
.
-Se-ri.;l
di Rl dan
R2 pada
COD/fenol awal 180 ppm/50 ppm, HRT l2 jam.
---
-#coD-R2 | *Fenol.Rl
| s
100
o cct
80
o o o
60
20
E
0
s
100
o c
80
J
e o o o
40
6 J J
oo
:-f=:tryt.r-
60 40
j6 f lJ
20
&
0
o
0 25 50 75 100 125 150
0 25 50 75 100 125 150
Waktu, jam
Gambar 7. Reduksi COD/fenol
di Rl dan
Waktu, jam
R2 pada
COD/fenol awal 180 ppm/l0 PPm, HRT l8 jarn.
Gambar 10. Reduksi COD/fenol di
Rl
dan R2 pada
COD/fenol awal 180 ppm/50 ppm, HRT 18 jam.
Vol.
14, No.
2, Mei 2003 - Majalah IPTEK
f-72
l--a-t-bD:Rr -j
I *coo.R2
j *Fcnol-Rl
L_t1",,1!y
100
o
80
a o o
@
O
40
ll
20
o
I I I
25 50 75
100 t25
Waktu, jam
Gambar 11. Reduksi C0D/fenot di
Rl
APHA, AWWA eg76), Standard Methods Examination of Water and Wa*ro*" 14'h ed., published by ApHA publ
Office, Washington DC 20036. Benefield, L.D. (1930), Biological Process For Wastewater Treat*ment, Prentice Inc., Englewood Cliffs, N.J.
0
&
DAFTAR ACUAN
dan R2 pada
Dolfing, J.F. dan Owen, W.F. (19g5), Fzr of Anaerobic Digestion,
COD/fenol awal lg0 ppm/100 ppm,
Div.Amer.Soc.Civil
HRT 6 jam.
920.
Eckenfelder,
l.'mni
Erg., ln, ;;:,
W.W. Og70),
Te_chniques
for
Indus
process ,DeiiU
tiiat woit,
-irrot^r*
AIC4E, Seminar, philadelphia.
Fang, H.p., Chen, T., Lie,
100
e o H
o
40
J( .d
20
&
0
o
!]ln6l, Wastewarcr
60
U
y.y.,
Degradation
80
!,::!" 1359.
of
(
dan Chui, -inenot
m
in an.Unflo, irorroOi, ituan
Reacto
r, #";.R;;. 5 i"ir."'Trlo
25 50 75 100 12s Waktu, janr
Gambar 12. Reduksi COD/fenol di
COD/fenol awal HRT 12 jam.
ltR ttotr
e
A
ppm/100 ppm,
1g0
Malina J.F., dan pohland, F.C. (1992), Design I Anaerobic processes for the Treatment d Industrial and Municipal Wastes, ;;.;" Technomic publishing Co., Inc.,Lrn .r*r. Peraturan pemerintah Nomer g2 .Tahun 2001, pasd
t00 80
@
O
40
L
20
o
8 dan lampirannya.
&
25 50 75 100
125
150
Waktu, jam
Gambar 13. Reduksi COD/fenol di
COD/fenol awal HRT t8 jam.
Majalah IPTEK -
1g0
Rl
dan R2 pada
ppm/100 ppm,
Vol. 14, No, 2Mei2003
Riadi
L., pranoto, E., Jeniwati, Susanto, J., & Muntiowati, R. (1998), Orgr;iari f*; dengan Free Cells dan Imm"obitirra'iril, pltda- Sistem Barch, prosiding S;.i; Fundamental dan Aplikasi f"frlrif. firri* A14-l-Al4-5, ITS, Surabaya.