KAJIAN IIUKT]M PENA}IGANAN PASCA GEMPA TEREADAP PELESTARIAN KAIVASAI\I PESANGGRAIIAN TAMANSARI KRATONYOGYAKAR'IA
,
OIeh : Budi Handojo Dosen Pada Akademi Maritim Yogyakarta Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga A"XSTRACf Thit ftsearch is a case sludy on the handling of1ama8ari Rest cdwal presenqtion alet lhe eartlquake strike on 27th May
House as
2tn6 in yog/akata. The r.search aims at ahsve ng tlP fouoving problens; How is the emetgency aclion handling towat^ the Ta ansart Rest House as cultutol prcsenation.listtict 6er the ea hquake?, Whal are lhe obslacle ot ptoblens faced in exealing the yeserralion ofTanonsari Rest House aler the earthqlake? This rcseatch
vith data collecting feld studt. The data
isv jwidical-enpiical la research equipped instrumehts in the fonn of lherary study and wete gained in the rcseotch arca, Tanansari
R.rt House, Potehan Township, Kadipaten Yillage, I
i
247
Laji6 Et&B
P@eM PM
GenEa
knsdap Pel@ialt
.-.- AUA
Ho'&'14 Eal : 217-289)
tution dnd related pa ies could pedoln hardl, an immediate adion a! emeryency meqsve t)ith the nanaSement that cotld be accomted lot The condition becane utorye because ofsone prcblems in rclated $e4 they ate Foblemt of people! pafticipation, problens of people anA social econo'nics changing and also fund problea fo recwery and'the prc.servation.
KeJ Wotals:
CtllItul pesetwdon $eo, Prg:etwtion a l Enehon-
A. Pf,I{DAIITJLUAN
1. Latar Belakang Sdbagai bangsa yang memiliki peradapan maju negara Indone-
sia telah memiliki puncak-puncak kebudayaan daerah yang benda di wilayrih Negara Kesatuar Republik Indonesia (NKRI), terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tonggak kebudayaan tenebut dapat diketahui dari sejarah dan peninggalan yang ad4 seperti adanya kerajaan besar maupun kerajaan kecil yaitu Kerajaan Go4 Kutai, Tarumaneqa&" Sriwijay4 Majapahit dan Mataram, Realitas kebudayaan dad da€rah{aerah ters€but memberikan kontribusi yang saDgat besar unhrk memperkaya kha5anah budaya bangsa Indonesia. Apalagi kondisi ini didukung oleh ikrar sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 bahwa kami bangsa Indonesia menyatakan dengan ini satu tanah a'ir yaitu tanah air Indonesia, satu bangsa yaitu bangsa Indonesia, serta satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sejarah telah me mjrtkkar bahwa bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kaya alian harta bldaya yaog bemilai tinggi, ditun248
YoItu
32, No,
2 lslprttu
2009
jukkan dengan sifat dan keadaannya yang lihas. Sementaia ketahanan nasional suatu bangsa tidak hanya dapat dinilai dad segi kenampuannya mempertaharkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya aslinya (Niken Wirasanti, 2007). Untuk ih.rlah sangat tepat dan sangat mendasar bahwa para pendiri republik ini mencantumkan pentingnya kebudayaan bagi kemajuan peradapan dan peNatuan bangs4 sebagaimana arianat yang termuat dalam konstitusi, yaitu Undang Undang Dasal 1945.
Ketentual Pasal 32 lruD 1945 menyatakan bahwa : (l) Negan memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
' (2)
peradapan dunia dengan menjamin kebebasan nasyarakat dalam melihara dan rnengembangkan nilai-nilai budayanya. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 menegaskan sebagai berikutl Kebudayaan bangsa ialah' kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya nkyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yairg terdapat seb'agai puncak-puncak kebudayaan di daerahdirerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa Usaha.kebudayaan harus mlnuju ke arah kemajuan adab, budaya dan pe$atuaD, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapal memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan baogsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia Setelah kita merdeka kurang lebih 63 tahun maka kebudayaan
249
Kajila llulon
Petatsw PM
eatp< re4alap Peleiluiar .... (tadi Edldojo, Hot : 217-239)
tetap merupakan hal yang salgat ulgen untuk selalu digali dan
dikem-
bangka4 sebagaimana iendapat Tylor rnembe kan mmusan pengertian kebudayaaa yang mencakup tiga ha1 yaitu manusia, masyarakat dan budaya yang merupakan tiga dimensi dari hal kebersamaan, Di dalamya mengandrmg tiga unsur penting dalam kebrdayaan tersebut, pertama kebudayaal sebagai suatu tata kehidupan (order), kedua kebudayaan sebagai iuatu proses, dan ketiga kebudayaan sebagai sesuatu yang memiliki visi atau tujuan tertentu (H.A.R Tilaar, 1999). Sehingga pada saat bangsa Indonesia memasuki era reformasi maka kebudayaan tersebut akan temsi-merrems mengalami proses menuju kemajuan peradapan sebagaimana yang telah dicita-citakan. Agar dapat diketahui sasaran pembangunan kebudayaan Indonesia saat
ini maka nelalui Pemturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. Dalam butir 2, sasaran yang ingin dicapai pada prioritas pembangunan nasional diletakkan pada pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dengan kebijakan yairg diarahkan untuk : a. Mendorong t€iaiptanya wadah yarE terbuka dan demokatis bagi dialog kebudayaan agar benturan-benfin4n yang tedadi tidak m.lebar meujadi konflik sosial, b. Mendorong tuntasnya prdses modemisasi yang dicirikan dengaa te ujud[ya ncgara kebangsaan ludonesia modem yang berkelanjutan dan menguatoya masyankat sipil, c. Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satt't dasar pembangunan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional, s€rta
250
tolw
32, No.
Z
15
)Ra]/a
2009
keciataan masyarakat terhadap budaya dan poduk produk dalam negeri.
d. Meningkatkan
Beranjak dari amanat dan kebij aken tenebut naka pemerintah berkewtrjiban untuk mengar,abil segala langkah dalam usaha memajukan kebudayaan bangsa saa! kini dan masa akan dataog. Temasuk di dalamnya adalah lelerti dikemukakan oleh Uka Tjsndnsasmita (1982), bahwa peninggalan sejarah dan kepurbakalaan dapat pula dibagi menurut zaman, macam, bahaq dan fingsinya. Menuut zamannya ada peninggalan zaman prasejarah, zaman lndonesia Hindu dan Budha atau seringkali dis€but zeman klasil zarnan pengaruh IslauL zaman pengaruh Balat (kolonifi. Metl,tlcll macamnya ada yang berupa benda-benda bergerak dan tak bergera\ misalnya arca, ukiran, alat-alat rumah tanggq alat-alat upacara, naskah, gedung, rumalL bekas permfima& benteng, dan lainJain. Menurut baharurya ada peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang dibuat dari batu, tanah, tulang, logam. kertas. kulit. dan lainlain Adapun menurut fungsinya ada yang berupa candi, kuil, klenteng, gerej4 katon, pura, masji4 punden berundalc, alat perhiasarl alat atau benda upacara ke?rgamaan dan lain-lain (Koesnadi Hardjasoenuntri, 2005). Sebagian besar BCB hrsebut adalah hasil ciptaan baigsa Indonesia di masa lalu, baik benda cagar budaya yang bergemk maupun tak bergeral semua dapat mer{adi sumber kebanggaan bangsa bagi anak cucu, dari generasi ke generasi. Oleh karena itu pelestariatr BCB merupakan upaya dengan tujuan untuk memupuk dan mernperkokoh kebaogsaan dan jati diri keindonesiaan kit4 yang memproyeksikan masa deparnya dengan tetap berpijak pada falsa-
251
Kaji6 \hn P.tuaM Pea
e.nEa T{h..Lp P.Ltt@iat
.--- (Budi
HaadoF, Ital : 247-289)
fah budayanya sendiri. Selain tujuan tersebut pelestarianjuga untuk kepentingan sejaral! ilmu pengetahuan dan kebudayaan, seda pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional (G.Djoko Purwalggono, 2004). Sebagaimana kita kotahui bahwa Propinsi DIY memiliki kekayaan buday4 meliputi budaya fisik dan non fsilq yatrg tersebar di satu kota Yogyakarta dar empat kabupaten yaitu Kabupaien SlemarL Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul. Bahkan potensi budaya fisik dan non fisik serta adat istiadat hingga kini masih bertahan dan dapat dinikmati, semua tidak terlepas dari peran pemerintah dan pafiisipasi masyarakat yang menghargai dan berkeinginan untt* melestarikan warisan budaya (Djoko Butlhi Sulistyo, 2006). Seidng dengan perkembangan zaman dan semakil terbukanya arus reformasi, maka budaya asingjuga masuk dan rnempengaruhi gaya hidup masyarakat. Dari kondisi te$ebut, akhir-akhir ini warisan budaya berupa bangunan-bangunan kuno, yang merupakan benda cagar budaya sema&in kurang mendapat perhatian. Namun demfian berbagai upaya pelestadan warisan budaya monumental stdah dllakukan baik oleh perorangan" kelompolc, maupun i$stansi terkait, meskipun belum seluruhnya dapat ditangani secara optimal. Kendala ini tidak saj a oleh karena warisan budaya yang jurrlalnya prnuhao akan t€tapi juga sikap dan perilaku masyarakat DIY yang belum memahami dan mengerti arti pentitrgnya pelestarian warisan budaya. Babkan masih Delihat adanya pertaoyaao dari sebagian masyarukat,. apa manfaat sefia rclevansinya melaksanakan pelestarian warisan bu&ya.bagi kehidupan di masa kini dan masa datang @joko Budi Sulistyo, 2006).
Yot@ t2, No 2,
I,lsus$
2009
Salah satu benda cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan pelestariarmya sebagaimana ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang BCB adalah Kawasan Pesanggarahan TamaDsari yang berlokasi di dalam lingkungan Kralon Ngayogiokado Hadiningrat, terletak di Ketuahan Patehan, Kecamatan IGato& KotaYo$/akait4 Propinsi DIY Bangunan Pesanggrahan Tamansari ini merupakan ista'Jla afu (Water Cqstee0, sebagai tempat beristiEhat dan besenangsenang qja bersama isti dan keluarganya. Pesanggrahan Tamansari adalah salah satu benhrk peninggalan kebudayaan nenek moyang yang perlu dilestarikan keberadaarmya sebagai benda cagar budaya yang mempunyai nilai adi luhung. Salah satu faktor yang mendukung kelebihan dan keunikan situs Tamansari qdqlah seni bangunan dan tata ruangnya dapat.dinikmati keindahannya. Kawassn Tamansari dibangun dari balun-bahan dasar yang terpilih, disamping konstruksi bangunarnya yang spesifik dan tempat yang artistik sebagai tempat be$enang-senang raja dan keluarganya, sekaligus Situs Tamansari juga menrpakan tempat pertahanan kelajaan (Yuwono Suworo, 2004). Bahan baagunan pendirian Situs Pesanggrahan Tamansari krbuaf dari batu, tatt'h tiat, kayu dan dari waktu ke waktu babanbahan tersebut mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan oleh perilaku manusia seperti pencurian dan aksi vazda&sme yang mengotori banguun situs. Selain itu gangguan yang t€rbesar justlu kepentingan tata ruang peoduduk yang bermukim di dalamny4 dengaa cara hidup dan tradisi yang justlu bertentangan deogal kebaradaan Pesanggahan Tanansari sebagai cagar budaya (Disbud DIY' 2004. Pada saat pemerintah, dalam bal ini melalui Diaas Kebu-
253
Mi8Huhn PaataMPMAetuwrethadzp Pelett
i
....
6'Ai lbnatjo,
HoI : 217-2a9)
dayaan DIY dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala @P-3) Yogyaka a melaksanalian perlindungan dan pelestarian situs Pesanggrahan Tamansari, terjadi bencana alam berupa gempa bumi. Pada bari Sabtq tanggal2T Mei 2006, puhrl 05.55 WIB di wilayah DIY dan sebagian wilayah Prcpitrsi Jawa Tengah bagian selatau dilanda gempa lektonik dengan kekuatan 5,9 skala richter Akibatnya ribuan korban rnanusia meuinggal dan kerugian material yang tidak terhituq jumlahnya. Kita dapat melihat kerusakan pada rumah penduduk, bangunan sekolah, bangunan tempat ibada\ bangunan perkantoran, termasuk juga sejumtah inftastukhl milik pemeriniah juga mendapatkan dampaknya (Kompas, 28 Mei 2000. Salah satu bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi telsebut diantaranya adalah bangunan yang memiliki nilai sejarah, dalam skala regional, nasional atau bahkan idornasional. yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya dan dilindugi undangundang. Propinsi DIY sebagai salah satu wilayah yang memiliki peninggalan bersejarah5 mulai dari situs hunian zaman prasejarah hingga sejumlah bangunan-banguhan yang bercorak arsiiektur Eropa. Sejumlab BCB dan atau situs teNebut sejak gempa lt\ggal2'7 Mei 2006 tetah meagalami kerusakan, dari tingkat nga4 se,l,"g dan berat (rarar). Pada tingkat paling ringan dapat dijumpai adalah retak-retak pada dinding, tingkat kerusakaD sedang berupa tembok mengelupas, genthiog roniok, kemudian kerusakan tingkat bent adalah keretakan shukhr bangqnan, hiogga roboh atau Letidaksiabilan moaumen (Dazgzrun). Yang terpenting adalah kerusakan sekecil apapun yang menimpa benda cagar budaya perlu untuk segera dilakukan penanganan secara cemat dan hati-hali sesuai prinsip-prin-
254
loIM
32,
Na 2,
15
AssalE 2@9
sip arkeologi (Laporar BP-3 Dry 2006). Pesanggahan Tainansari sebagai kawasan cagar budaya yang cukup reF€sentatif dan memiliki keunikan budaya tersendiri juga mengalami kerusakan fibat gempa 27,Juli 2007. Ada bagian yang rusak dngao, rusak ssdang dan rusak berat sehingga sebagai qarisar, buclaya kini kondisinya sangat memprihatinkan, Pada saat usai gempa telah dilakukan tidakan tanggap darurat dan selanjutnya dipedukan upaya nyata penanganan segera, pemugaran dan merehabilitasi serta melindugi kawasan t€rsebut secam berkelanjutan.
2.
Rumusrn M|saleh
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : l) Bagaimana penganganan tarygap daruat yang dilalq*an terhadap perlindungan kawasan cagar budaya Pesanggrahan Tamansari setelah ierjadinya gempa tektonik ? 2) Apa saja kcndala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelestarian kawasan cagar budaya Pesanggrahan Ta$ansari setelah terjadinya gempa tektonik tersebut ?
3.
IUjuu
Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta fumusan masatah teEobut dapat dikemukakan tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui secara obyektif tentang tindakan taDggap darurat yang dilah*an terhadap kawasar cagar budaya Pesanggrahaa
255
Kajian
ltulwn
P.,t
sM Pe.
Cedrn leth4rlq Pet.tt4tiu .... (Btdi H6rdojo, Ed : 277-289)
Tamaosad setelah terjadinya gempa bumi tang gal 21 Mei 2006, sehingga dapat dipeioleh model yang dapat diterapkan dalam kasus datr kejadian yang sejenis dikemudiao hari. 2) Mengetahui secam obyektif tentang upaya-upaya yang dilakukan sertui kendala yarg terjadi dalam rangka perlindungan dan peles&rien Pesanggrahan Tamansari setelah terjadi gempa tan,ggal27
Mei 2006. B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pelestarian Benda Cagrr Budaya Sebuah ilmu pengetahuan yang mengkaji dalam uusan bendabenda purbakala adalah "arkeologi", 1'r,tdtri dari kata. qchaeos berarti purb4 togor berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian arke'mempelajari kejadian-kejadian masa lampau ologi adalah ilmu yang melalui benda-benada bersejarah, warisan nenek moyang yarg dapat kita jumpai, dalam bentuk uhrh atau fragmen-ftagmen. Oleh karena itu perlindungaq pengatnanan, penyelamatan terhadap benda-benda peninggalan sejarah dan kepurbakalaan menjadi sangat penting berkaitan dengan pelestarian benda-benda tersebut untuk kepentingan ilnu pengetahuan dan tasyarakat, Kekhawatiran akao terjadnya kemusnahqn jejak s€jarah.bagi penelitian masa lampau melahirkan perlirdungan terhadap benda-bentla peningadanya "nd,.g-undang galar sejarah dan purbakala (Mudagdo, 2005).
Peoerintah Hindia Belanda mengeluarkan Monumehteq Ordon tanrie (MO) pada tahun 1931 Stb 1.238 yaDg di dalamnya mem-
256
Ibttu
32,
No 2,
lslE tta
20t9
berikan pengertian tentang Benda Purbakala ialah benda-benda bergemk mauprm yang tak bergerak, yaug telah berumur lima puluh tahun atau lebilL dianggap peirting berguna bagi iLnu pengetahuan kepurbakalaan, kesejahteraan, kebudayaao kesenion dan palaenthropologi dt seluiuh Indonesia. Sedangkan yang dimaksud benda tak bergerak adalah bangunan-bangunan candi, masjid, makam, gereja, Henteng, goa-goa pn-sejarah, situs dan banguaan lain yang dianggap memiliki nilai sejarah Selanjutnya yang dimaksud dengan benda bergerak arlalah semua benda hasil karya manusia atau dianggap ada kaitannya dengan kegiatan manusia masa lampau, seperti
alat keperluan manusia (tulisan-tuli84n, arco, patung' mata ucug' bendq lceramih gerqbci) serta benda-benda alam atau geologis sep' erti fosil binatang, manusia dan lain-lain (Koesnadi Hardjasoemantri, 2005).
2. Bentuk Ga[ggurtr Tchsdrp B€rda Cagar Budaya Ada beberapa bentuk pelanggaran hukum atau gangguan dibi' dang cagar budaya antan lain adalah pelanggaran hultunr yang ditenl*ar, oleh Monumenten Ordonnqnlie'Ithwr 1931 No. 238. Bentukbentuk gangguan lainnya ygg menyebabkan rusak atau hilangnya benda-benda/cagar budaya nasional antara lain , (1). Adaoya perang, (2). AdaDya infiltrasi kebudayaaq (3). Adanya gangguar alam sepeti: banjiran, gempa bumi, perubahau ikli4 dan proses biokimia, (4). Adanya penggunaan beda-benda/cagar budaya sebagai obyek perdagangan unhrk kepentirlgan pribadi oleh mereka yang jushu memahami madaat benda-benda,/cagar budaya tersebut. Hal-hal
257
Kaina
ltutut
lewpw Pm
Adpa
L
wlap
Pelsbriu... (Bdi
Ea".loja EA : 47-289)
ini menimbulkan adanya pencurian-pencuriar4 pemindahan-pemindaltan, darr penyelundripan-penyelundupan (Koesnadi Hardjasoemantri, 2005). Demikian juga adanya ancaman terhadap benda-benda cagar budaya daerah dan nasional makin meningkat dengan bertambahnya keinginan varga asing sebagai kolektor benda-benda purbakala, Benda-benda tersebut diselundupkan ke luar regeri dengan memanfaalkan kemajuan komunikasi/transportasi modern sertra banyaknya warga asing datang dan bekerja di Indonesia. Disinyalir ada sindikatsiodikat yang bergerak baik di dalam maupun di luar negeri &lam rangka memperoleh benda-benda cagar budaya nasional secara tidak sah. Pemilikan secara tidak sah terhadap benda-benda cagar budaya Nasional tidak te6atas lagi.pada benda-benda yang bemilai budaya akan tetapi juga telhadap benda-benda yang bemilai religius (&ecganaan) sebagainana te{adi di Bali yang salgat menggelisahkan masyalakat setempat (Kiresnadi Hardjasoemanhi, 2005).
3, Peraturan Perundang- Undetrgan di Bidary Bcnda Cagar Bud&ya PengaturaE lentang benda cagar budaya di lndonesia cukup lam4 iDi dapat dibuktikan oleh besamya perhatian pemerintah Kolonial Belanda terhadap benda-benda cagar budaya di nusantara" Beberapa ker4jaan di nusantara sa4t itu telah memiliki peniggalan yang
ya
gmenyertai keberadaannya, sejak zaman pra sejarah, zaman klastk, zaman Islam dan zaman kolodal, Peratuon perundang-undangan mengenai pedinduncukup banyalg belupa afiefak at,it situs
258
t6lw
32, No. 2, I t
As.d,"
2009
gan peninggalan sejamh dao kepurbakalaan sudah ada sejak zaman
sebelum kemerdekaao, yaitu dengan dikel:uarkafirya Monornenten Ordonnantie 1931 (SraatraladNomor 238 Tahun 1931) yatrg lazim disingkat MO (Kocsradi Hardjasoemantli, 2005). MO tersebut menegaskan pengertian monomentetr tidak hatrya menyangkut benda-benda bergaak dan benda-benda tak bergerak sebagai hasil buatan m,musia yang berasal lebih kurang 50 tahun akan tetapi juga situs-situsnya, batrkan tanaman-tanamarnya serta banguan-bangunannya yang berkepe[tingan langsung bagi keberadaan monumentel. Atas dasa! MO tersebut pemerintah Hindia Belanda menemukan datr melakukan pemugaran terhadap peninggalan purbakala yang cukup bersejarah bagi bangsa lndonesia seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Sesaat sesudah Indonesia merdeka" MO tersebut dirasakan kurang memenuhi syaral bagi perlindungan dm pelestarian benda cagara buday4 baik ierhadap peninggalan yang berujud benda-benda bergerak maupun benda-benda tidak bergerak Alhiniya ketuadah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketertuan-Ketentuan Pokok Lingkungatr Hidup, disingkat UULH khususnya pada Pasal 14 meayebutkan "Ketentuan ientatrg ierlindungan cagar budaya ditetapkan dengan undang-undang". Selanjutnya ditegaskan dalam penjelasannya bahwd "Perlindungan caga{ budaya dituj.krn kepada konservasi peninggalan budaya yang mengandung nilai-nilai
luhur". UULH yang s€jak awsl keberadaannya sebagai payung hukum bagi sektor laiony4 khususnya tentang c€ar budaya l:uka setelah delapan tahun berjalan b€rssrna ketentuan MO, pemerintah akhimya
259
Kajiz"
uthn PenAm Pw
Gtnpa
Mp
P.lMiq
....
Etdi Hdldoh, Eal
: 247-289)
m€neibitkan Undarg-Undang Nomor 5 Tahun 1992 T€rtang Be[da Cagar Buday4 disingkat UUBCB. Dalam undang-udang ini mernberikan alasan atau pertimbangan tentang pentiognya UUBCB adalah : a. Bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting adinya bagi pemahaman dan pengembangaa seja!ah, ilmu pengetahuai dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan
kepentingan nasional.
b. Bahwa untuk me4jaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaa4 pemelikan, penemuan, pencaraian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaar; pemanfaatan dan pengawasan benda cagar budaya.
c. Bahwa pengatumn benda
oagar budaya sebagimana diatur dalam Monumenten Ordornantie Nomor 19 Tahun 1931 (Staasblqd uhun 1931 Nomor 238), Odonnantie Nomor 2l Tahun 1934 (Staatsblqd tahtuL 1934 Nomor 5 1 5), dewasa ini sudah tidak sesuai dengan upaya perlindungan dan pemeliharaan demi pelestarian benda cagar budaya, dan oleh karena itu dipadang perlu menetapkan pengatutan benda cagar budaya dengan undang-un-
dang. Sedangkan pa
I butir 1 UUBCB membedkan penger-
(1) Benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisanya, yang belumur sehmng-kurangnya 50 (tima puluh) .fiun, atau mewakili masa gaya yang klas
260
ttolM.
J2, No. 2, 15
agtu
200t
dan me*akili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lina puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilrnu pengetahuan dan kebudayaan. (2) Benda alam yang dianggap mempuayai nilai penting bagai sejara[ ilmu pengetahuau dan kebudayaan.
l
S€lanjutnya Pasal butii 2 IruBCB meDberikan peogertian tentang situs, adalah lokasi yang mengandung benda cagar budaya iermasuk lingkuogannya yatrg diperlukan bagi pengamanannya. Sedangkan mengenai tujuannya, Pasal2 UUBCB menyebutkan bahwa, "Perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan melestarikan dan memanfaatkan untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia". Kemudian Pasal 3 UUBCB tentang lingkup pengahEan meny€butkan bahwa, "Lingkup pengatuBn undang-undang ini meliputi benda cagar buday4 benda yang diduga benda cagar budaya, benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya dar situs". Selarjuhya penjelasan dari pasat 3 UUBCB tersebut menyebu&ari, penegasan mengenai lingkup ini dip€rlukan agar pengaturan undang-undang ini juga dapat menjangkau masalah benda berharga yaDg tidak dikatahui pemiliknya. Kareda sifat dan hakikal benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya dapat mendekati pengertian benda cagar buday4 maka bencla berharga y'ang tidak diketahui pemiliknya dimasukkan dalam peryaturan Undary-undang ini. Berdasarkan ketetrtuan perundang-undargan tersebut ruaka : a" Hal ihwal terutama dalam hal kegiatan pencaria!, p€tremua[, atau peagangkatao tentang benda berharga yang tidak diketahui pemililoya yang kemudian temyatra merupakan beoda cagar budaya
261
rziidE'hn Pe,a,aM tM
Ca,wtefiadap
P.letuid
...
(Blai Ealdojo, Eat:217-239)
ditunjukkan sepenuhnya pada Undang-undang ini. b. Dalam bal benla berharga yaog tidak diketahui pemiliknya kemudian temyata bukan merupakao benda cagar budaya dituqj.kkan pada perahran perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya sebagai upaya perlindungan dan peletariannya maka pemerintah telah rnengeluarkan peraturan perundang-undangan yang metrgatur pengelolaan kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya di Indonesia" antara lain adalah : a. UU Nomor 4 Tahun 1982, sebagaimana diubah dan diganti dengan UU Nomor 23 Tahun I 997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, b. Nomor 5 Tahun I 992 Tentang Benda Cagar Budaya, c. UUNomor 24Tahun 1992, Sebagaimana diubah dan diganti dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, d. PP Nomor 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, e. Serta peraturan p€rud'Ang-undangan lainnya yang relevan. E, Metodologi Penelitian
1. Sifit dan Lokasi Penelitian Studi lapangatr yang b e$if^t yuridis empiris ioi dil.ksanakan di lokasi Pesanggrahan Tamansari yang terletak di IGmpung PatehaD, Kelurahaa Kadipate4 .Kecarnatan Krator! Kota Yogakarta deagan nam sumber dari ilstarsi terkait terutama Dims Kebudayaan
262
vol6.
,2, No. 2, I t
ls6tet
2009
Propinsi DIY dan Balai Pelesatarian Peninggalan Pubakala (BP-3) Propimi DIY Sedangkdn alat pengumpul data dilakukan secam studi dokumen atau bahan pustaka, observasi, wawancara, kuesioner dam alat peogumpul data lainnya, Mbnurut Soerjono Soekanto (2007) bahwa hukum merupakan bagian dari pergaulan hidup manusia, yang terwujud dalarn perilaku manusia maupun di datim perangkat kaedah-kaedah yang sebenamya juga merupakan abstraksi dari perilaku manusia. Dengan demikian maka perilaku manusia dan ciri-cirinya yang mencakup perilaku verbal dan perilaku nyata yang merupakan data penting dalam penelitiao hukum. Untuk itu setelah data dikumpulkan secara lengkap, baik data sekunder maupun data primer rnaka lahap beriku!rya adalah mengolalt data dan menganalisis data sesuai tatacara yang berlaku dalam penelitian hukum. Selanjutnya berdasarkan pengertian ie$ebut penelitian hukum cenderung menggunakan pendekatan kualitatif, yang pada dasamya berani penyorotan terhadap masalah serta usaha pemecaharurya dilalarkan dengan upaya-upaya yang banyak. Serta didasarkan pada pengukuran untuk memecahkan obyek penelitian ke dalam unsurunsur tertentu untuk kemudian ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya. Dengan demikian pendekatan kualitatif sobenamya merupakan'tata cara penelitian yang menghasilkan penyajian data serara deskiptif Selanjutnya sebagai pengolahan dan analisis rlata pada penelitian ini dilakukan dengatmetode analisis huahlatil yaitu scmua data yang telah diperoleh dari hasil penelitian akan disistematisasi berdasarkan kualitas kebenaran sesuai dengan maled penelitian un-
263
I
Elt'N Pq,aryM PM
Ceapa t:ilhaddp
PAdhiaa
..-. (Bn
tuk kemudian dikaji secara logis, baik secara deduktifmaupua induktif sehingga akalr menghasilkan pemaparan yang bercifat deslviptif ku a I i tat if. P eay ajian de s b ip tif kua I i ta t i.f tidak lain adalah pemaparan
atau uraiaq yatrg melggamba*an permasalahan dan pemecahannya secarajelas, lengkap darl sistematis berdasarkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Dengan demikian kegiatan pengolahan dan anelisis data dengan metode analisis kualiiatif dan penyajian yang bersifat deskiptif kualitatif lersebut dihampkan dapat memperoleh jawaban sesuai rumusan masalah yang diajukan dalam penelitiatr ini. C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sejarah Berdiritrya Pesanggrahar TrEaDsari Kawasan Pasarygrahan Tamansari adalah sebuah kompleks bagian dari Kraton Kasdtanan Jogjakarta yang berisikan bangunan" kolam, dall taman-taman yang pembangunannnya dilaksanakan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Tampat ini dibanguo di sebelah barat dari pagelaran lqaton, dengan tujuan sebagai tempat b€listiraba! menentamkatr hati dan relceasi raja bersama seluruh keluarganya. Kala itu terutama setelah Sultan HB-I dalam waktu agak lama berperang melawan kolonial Belanda ke Batavia antara tahun U46-1755 M. Dengau demikian sebenarnya banguran Tarnnsari nenrpakaa.pesanggrahan Sultan HBJ untuk dapat beroeogkerama dengan seluruh keluarganya. Di samping itu Tamansari juga eedapatkarl sebutan sebagai isl2,na ab (Watet Kastee\, se-
264
YotM.
32. No. 2,
lt
APlatu 2009
bagaimana dinrlis oleh Y Groounan pada tahun I 885, dalam bukunya Het W'aterk4steel ta Jogjakerta (ytwo\o Sri Suwoto, 2004). Sebutao ters€but sangat beralasan oleh kaun Pesanggraban Tamansari banyak memanfaatkan ah seQagai laut buata[ atau kolam tempat pemandian, set'a peraturan yang be aku di Tanransari tidak jauh berbeda dengan yang berlaku di Kraton Yogyaka{a. Demikial pula adanya pintu-phtu gerbang di Tamansali terdapat Fajurit yang menjaga sebagaimana layaknya di kraton. Para abdi dalem melakukan kewajibatr piket secara bergilir sepedi di dalam kratoo, dengan harapan terjadi ketertiban dan keamanan kompleks kraton sebagai pusat pemeriotahan. Apabila ditinjau secara teknis maka KCB Pesanggrahao Tamansarijuga berfimgsi sebagai sarana pertahanan, hal ini menilik banyaknya lorongJorong bawah tanah, adany& menan pengintai, serta
air yang.dapat berfi.mgsi untuk merubah Tamansari bagaikan lautan. Sehingga dari sini dapat diungkap maksud pendiriannya, yaitu bahwa apabila kita bersukaria maka kita tidak boleh lengah terhadap segala benhrk ancaman (Sbjroning among suko tan tinggal duga lan
prayogo). Berdasarkan beberapa literatur dan data sejarah yang ada, diketahui Pesanggrahan Tamansari dibangun pada zaman premeritahan Kralon Jogiakart4 denlan rajanya Sultan Hamengku Buwono I (HBJ). Sultan yang pertama ini terkenal anti penjajall dan kebljakan kerajaan tidak mau bekerja sama dengan pemeriotab Kolonial Belancla Sehingga Sulhn HB-I rnengangkat setrjata melawao penjajah Belanda ke Kota Bstavia (kini Jakarta). Perang melawan Belanda ke Batavia ini cukup lam, sejalk tahm 1746-1755, sehingga
265
lsjid E hn Pa,r.AM Ped
CeqE T.dbdq P4etuiat .... (Budt Eaadnjo, Ital : 217-289)
culnp menyita seluruh aparat kelajaan waktu itu, termasuk beliau Sultu HBl. Situasi dan kondisi peliempuran ini membuat beliau Sultan HB-I sering lelah s€rta memerlukan tempat untuk pemuliharl beristi€hat da! rclseasi bahkan t€mpat meditasi mja. Atas dasar inilah naka Sultan HB-I biririsiatif mendirikan Pesanggmhan Tamansad (Yuwono sri Suwilo, 2004) Terdapat beberapa versi yang berbeda tentang kapan Pesanggrahan Tamansari tersebut dibangun (Yuwono Sri Suwito, 2006),
yaitu
q,
:
YeHi Legenda slsa
Cefiis Rqklat
Pada saat pem€riqtahan Sultal Hemengku Buworc II ada seorang tiban yang konon berasal dari Portugis yang terdampar di pantai Manclngan yang memiliki keahlian bidang bangunan. Orang Portugis tersebut oleh Sultan HBJI telah diangkat menjadi abdi dalem dengan pangkat Demang dan mendapat sebutan Demang Portugis, atau lebih akrab di mata ralcyat sebagai Demang Tegis. Sultan HBII memberi tugas kepada Demang Tegis untuk rnembangun Pesanggrahan Tamansari, sehingga a$itekh[ Tamansari saogat terpengaruh oleh arsitektur Portugis.
b. Veni P.l Yelh P.J Veth di dalrrn bukunya Java Jilid 1Il halaman 631 meDga*akan bahwa Peasnggrahan Tgmansari adalah basil karya orary jawa
asli bila dilihat dari bentuk ragam hias dan langgamnya, Merurut PJ
266
Uolw
32, No. 2.
ls
lstu
2009
Veth ?amaasad dibangun semasa pemerintahan Sultan HB-I]-
c. Yeni Ycrcniman Menurut Y,Groniman dalam artikel yang dihjli*ty4 Het Wate/ka$teel te Jogiakarto, TBG. )Ofi 1885 pada halaman 414-436 menyebutkan bahwa Tamansad dibangun atas perintah Sultan HB-I. Sultan menugaskan kepada Raden Tumenggung Mangundipuro untuk membangun Pesanggahan Tamansari yang saat itu dibantu seorang Luah Dawelengi yang berasal dad Bugis. Untuk melaksanakan tugas tersebut Tumenggung Mangundipuro dua kali di kirim ke Batavia untuk mencari motif bangunan gaya Eropa, itulah sebabnya gaya bangunan Tamansari berlanggam campuar! antara gaya berasitektur Jawa dao asritekhn Eropa.
d, Versi
Noskah
Kratoi JogJakq
a
Berdasarkan naskah yang tersimpan di Kraton Jogjakarta bahwa bangunan Taniansari dibangun atas perintah Sultan HB-I pada tahun 1684 J.(1758 M) yang ditandai dengan candna sengkala memet C4tw Naga Rasa lazggal. Urusan pengawasan pembaDgunal diberikan kepada Raden Temenggung Mangundipuro di bawah pimpinan Radel Harya Natakusuma,.sedangkan Raden Rangga Pnwirasentika (Bupati Madiun) diserahi tugas menyiapkan batu bata, di samping metrdapat tugas uotuk membuat seperangkat gamelan sekaten (Ktai
Nagqwilaga) datrlarflu untuk pengantin puEi sultal Dimulabya pembangunan pajungutan atau pasareyan dalem
267
Ktjid E Ald PmaeM PM G.iqtuT*haizp Pele@id
.... (Btdi Eat loh,
Itd
: 217-239)
di Tamansari serta pembuatan wung-unmg (lorong-lorong) barutah tanah sampai cepuri kaion yang disebut dengan Cruwo Silunan pada tahun 1667 dalam tahun Jawa, yang ditandai dengan candra sergtala Pujining Brahmana Ngobahake Pajnguton Guwa Siluman ini merupakan gedung kecil yang terletak di Kedhaton Kilen, dideka! oya gedung kecil yang bemama Gedhong Songsong sebagai tempat untuk menyimpan payuirg. Fungsi Guwa Siluman ini sebagai pintu masuk Sultan apabila menuju Tamansari secara diam{iam. Adapun jalarmya menuju lorong bawah tanah yang Gmbus ke Snrmur Gemuling, bangunan inti dan beberapa Gapura tamansari yang berhasil diselesaikan pada bulan Syawal 1691 Tahun Jawa 0765 M). Hal ini ditandai dengan candra sengkala memet Lqjefing Kembang Sinesep'Peksi yang berupa omamen seekof burung yang menghisap madu bunga yang telukir di beberapa gapura Tarnansari (D H Sukirman,l98l ). A.ldrimya berdasarkan ke €mpat versi tersebut di atas maka nampak bahwa versi J.Groniman dan naskah Kraton Jogiakarta yang
paling dapat dipercaya kabenarannya oleh karena didukung oleh data yang akurat yakni candra sengkala memet yang clalam iinu aikeolbgi melupakan pengganti prasasti.
2. Lokrsi dsn Kondisi Barigunan Cagar Budaya Tamansari Kawasan Cagar Budaya (KCB) Pasanggraban Taoasari Kraion Kasultanan Jogiakarta tedetak di RukuD Warga GVo 08, 09 dan 10 Kelurahan Patehaq Kecamatan IGatorL Kota Yogyakarta yary lokasinya berbatasan deryan : (1). Sebelah Utara oleh Jatan Polowi-
268
Volw
jar, (2).
32, Na.
Z t5lputat 20$l
Sebelah Timur oleh Jalan Taman, (3). Sebelah Selatan oleh
Jalan Nagan Lor, dan (4). Sebelah Barat oleh Jalan Nogosari Situs Pesang$ahatr Tamansari merupakan pusaka budaya pe[inggalaa HB-I ini seluas 36,6 Ha dengan gugusan bangunan tidak kurang,58 buab- Saat ini usia bangunan kurang lebih 2,5 abad sehingga menjadikan kondisi situs Tamansari cukup memprihatiokan,
bangunarmya banyak yang dmtuh, mengalami kerusakan atau hilang, Berdasarkan iaventadsasi instansi terkait kini Kawasan Tamansad tinggal 12,6 Ha dengan gugusan bangunan yang masih dapat dikenali atau diselamalkan sebanyak 2l bua[ sisanya sebanyak 37 buah benda cagar budaya dinyatakan hilang (BP-3DIY, 2004) Setanjutnya bangunan-bangunan di kawasan Pesanggrahan Tamansad teNebut berjumlah 58 buah BCB, dengan data kondisi dan usaha rehabilitasi sebagaimana dapat dilihat di bawah ini Qabel
l)
Tabel 1. Kondisi Benda Cagar Budaya Pesanggrahan Tamansari No
NaDa BcB
I
PassDsFahad UEbul Einangun
Kondisi
2 Geduu Sekawu 3
cedrog Gapum AguDg
4 Gedunc Teoanteo 5
c€duu P€lgutrjukao
6 Koopl€k3 Pesanggralnn Tbman Ledoksari
TD TD TD TD TD TD
269
Pelak$Dan
Rehabilitali
Tahuo AJESa!3n
Disbud DIY
2004
BPI Kiaton
20M
BPT Krarotr
2004
BPT lfuatotr
20M
BI'f
2c04
Kraton
BP3 DIY 2@1,20a2, & 2003
r,4iat ltuhn Pc@atu
PM Adpt ldt'ah? P€|.ttutiu ..._ @,e Eiet
7 Gedung MndarED,Dapur
I
ce.balYcapura carik
9 Pulo Sumur
cohulitrq
10
Pongangan
lt
Geftang Pulau Pan6mbuu
12
G.p[ro T6man Umbulsari
l3 Gedmg
Pecaosan
14 Gedung GapuraAeung
l5 Cedrrng Lopak-lrpak t6 Gedug Galiitowati l7 cedmg Blawong IE Pogan8an Pel6ib€ri
l9 Urunc-UrunE 20 Pulo Parcmbuos 21
Pulo Keuongo
22 Sumur
Baadug
TD TD TD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD Hilans
23 Gerbaog Pagelana
Hilang
24 Gedung Jsgasatru
Hilary Hilary
Pcngeconn Besi 26 Bastion/Bduwerti Tempat
Hilang
27 Gedmg satageoi
Hilang
28 Kolam Paogoncoen Pemardian
Hilabs
29 Gedung Tempat Latihan Menari
Hilane
30 Kolam Lrtiban Berenaq
Hilang
31
Gedmc Gadok
Hilans
270
tojo, Itat
:
217-289)
DIY 1999 &2000 BP3 DIY 1998 & 1999 Disbud DIY 2004 BP3
1611tu J2, No. 2, lS
Hilans
32 cedutrg Peojagaan 33
Hilang
ce.bang/Gapuro Kenad
Hilang
34 Gumuk Pemandengan 35
Regol Seketeng mtuk piket
36 G€dung Dalatrg pacaosan abdi
Hilans' Hilung
Dalem penandon,
Hilans
37 Kolam Pemaddian G€dolrg Penhu
Hilang
39 Gedung Dapur
Hilang
40 ccdusc Patehan
Hilang
4l
Regol Se$I'an
Hilang
42 Rcgol Pelengkung
Hilans
43
Hilang
3E
Peniagaan
44 Mergi Inggil
Hikrs
45 Pemandian Garjitowati
Hilaug
46
Hilang
Pasiraman Ndalem Umbulsari
47 Pemardiatr Nogoluntak
'
Hilans
4E Kori Butulm
Hilang
49 cerbans Peksiberi
Hil6ng
50 GeduDq Dandos
Hilang
5l
Hilang
Pintu
Air
s2 Banssal Psnscunssaai 53
Pimr Gerbaq Masuk Sumtr
Hilang Hilang
Gumuling 54 Kol6m Tlogo MeEblcng
Hilans
55 Gedung P€rahu
Hilang
271
lAuttet 2009
Kajia Hutun P.M\SM Pee cehpa Ts.had.p pet6@ru
Kelerangan:
(Badi Ha"nojo, Eal : 247-289)
TD : Telah Direhabilitasi BD r Belum DLehabilitrasi
Perlu diketahui bahwa pesanggarahan Tamansari memiliki se_ ah bangunan-bangunan sebanyak 58 bualq dengan rincian se_ banyak 37 buah bangunan dinyatakan hilang (63,t9 %), sisanya sebanyak 21 buah bangunan masih ada dan diusahakan dapat dis_ elamafkan. Selanjutnya dari 2l buah bangunan lersebut sejumlah 9 buah (42,86 %) sudah direhabilitasi serta sebanyak 12 buair bangu_ nan belum dilakasanakan rehabilitasi.
jur
C. ANALISIS PEMBAHASAN
1. PetrargaDaD Pasca Gempa terhadsp pelestarirl Kawasan Pesalggrahan Tamansari Sebagai daerah yang rnerupakan pusat buday4 peadidikan
-
dan pariwisata maka perkernbangan pembangunan perlu pengendal_ ian.d,'l pelgawasan unhrk mewujudkal pemanfaatan ruanfsecara optimal detgan tetap menjag? pe€B darr predikat tersebut. Khusus keberadaamya sebag4ipusat budaya dengan wilayah yang memiliki
KCB
daa
BCB demikian banyak, untuk itu pemerintah piopinsi te_ 1 1 Tahln 2005 fentang fenietotaan
lah mengeluarkan Perda Nomor
272
u.1M
32,
No 2,
Is
AsLttw 2009
Kawasarl Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya- Peraturan Daerah ini merupakan kebijakirn nyata sekaligus dasar 1ruddis bagi daerah untuk mengelola KCB dan BCB, yang fokusnya antara tain sebagai
berikut. daerah mmekankan pada pola pembangulan yang beruawasan pelestarian budaya dengan mengusahakan berbagai sumber daya yang aila pada masyarakat agar dapat membedkan hasil yang optimal untuk kepentingan masyarakat. b. Sebagai KCB dan berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1950, yang taia pemerintahannya berbasis kultural, dengan identitas lokal yang mempunyai nilai-nilai spiritual, nilainilai perjuangan, nilai kesejarahaq dan nilai budaya tercermin dari adanya beberapa varisan budaya dalam bentuk KCB dan BCB. c. Pemerintah dan masyarakat mempunyai kewajiban melakukan perlindungan terhadap BCB dan lingkungarmya" Lingkungan yang dimaksud adalah kawasan di sekitar atau di sekeliling cagar budaya yaug rnemberikan identitas trrsendiri bagi dderal, dengan karatedstik dan spesifk memberikan pengkayaan nilai kullural yang ditunjukkan dengan adanya tradisi budaya masyarakat yang berhubungan dengan warisan budaya sepeni halnya upacara adat dan acara ritua! yang diselenggarakan pada saat-saat tertentu. d. Mengupayakal pelestali:m dan pengembangan KCB dengan melibatkan partisipasi masyarakat, khususnya yang benda di sekitar cagar budaya melalui goto4g royong, saling mendukung, saling mengisi agar pengelolaaa dan pengembangaonya berjalan seca16 berkesinambnng'n, kompal berdaya guna dan lestari, pun sebagai tata nilai Capat memberikan manfaat yang positif bagi
a. Pembangunan
K4iidg tut PeMeM PMcEdpanxhedat Pde&6i
.... (tudi tudaojo,
Ed
: 217-239)
berkernbaagan masyarakat di masa datarg. Sebagai upaya penyelematan lerhadap kawasan cagar budaya Pesanggrahan Tamansad sebagai akibat gempa tektonik tanggal 27 Mei 2006 adalah sebagaimana di bawah ini.
a. Tindakan Tanggap Darurat Sebagai akibat gempa
di wilayah DIY datr
sebagian daerah
Jawa Tengah bagian selatan ielah dilanda gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5,9 skala Richter. Akibat bencana lersebut ribuan korban manusia meoinggal dan kerugian materiil yang tidak terkira jurnlalnya. Kerusakan banyak terjadi pada pemukiman penduduk, bangunan sekolah" bangunan ibadah temnsuk pula dianta&nya sejwnlah inftastruknu vital milik negam yang tulut mengalami kerusakan.
Dari sekian bangunan yang mengalami kerusakan beberapa diantannya telah diklasifikasikan sebagai bangunan bersejarab, baik dalarn skala regional (p/opir.si), nasional maupun intemasional. Sebagian bangunan-bangunan bersejarah lersebut telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya melalui L\J Nomor 5 Tahun 1992, maupun lermasuk dalarr World Herritage Lr'rr. Batrglrnan-ballgunan bersejarah yang berada di.wilayah Propinsi DIY ters€but merupakan buLti phisisk sejarah peradapan manusia yang memiliki ciri khas seda mewakili pada .seliap perkembangan periodesasi sejarahnya $iti }landayani, 2004). Propimi DIY merupakan salah satu wilayah NKRI yang akan
274
lolw
3). No 2, ls
4@
m09
pe.inggalan be$ejaralL nulai dari hunian manusia zaman pm sejarah hingga sej 'mlah baingunan-bangunan bercorak arsitektur Etopa. Sejumlah beda cagar budaya dan situs pasca gempa telilonik 27 Mei 2006 telah mengalami kerusakannyp, dari tingkat ringan hingga parah. Pada tingkat paling ringan kerusakan kita jumpai adalah rctak-retak pada dinding, sedangkan kerusakan tingkat pamh adalah keratakan pada struktlu banguaan, hingga roboh atau ketidakstabilan marLumel (bangunan). Kesusakan sekecil apapun pada KCB atau BcB perlu untuk s€gera dilakukan penanga&n oleh karena sesuai dengan sifatoya sebagai sebuah data arkeologi yang terbatas jumlahnya seria tak terbarukatr (Disbud DIX 2004). BP-3 DIY sebagai yang bertanggung jawab ierhadap KCB Pesanggr*an Tatnansali telah melakukan penanganan kerusakan Situs Tamarsari pasca gempa tektonik, tanggal 27 Mei 2006 dengan tahapan tanggap darurat sebagaimana di bawah ini,
l), TirdNkrD
Rescue
Sebagai langkah yang ditakukan BP3 DIY ierhadap KCB Pesanggrahan Tamansari yang meliputi dua hal yaitu (1). Pembersihan puing-puing dan pe*uatan sementara terhadap tembok bangunan
yang preryalami retak-rctak, (2). Studi Teknis, yaitu tindakan untuk melihat tingkat kerusakan, cala mengatasi dan estimasi terhadap biaya"
275
xojid E tbd
P.tsww Pea
G.ntnT.fiaddp Pzl.starid ,... (Btldi E@ttuiq Edt : 217289)
2), Tindakan Recovery Sebagai langkah yang dilalarkan BP-3 DIY unn* mernbandiDgkan kondisi BCB sebelum dan sesudah gemp4 terus tindakan
tanggap, daru6! menganali beotuk kerusakan, cara menangani kerusakao, volume pekerjaan serta perkiran biaya yang dibutubkan. Bentuk-betrhrk kerusakan pasia gempa antara lain, rctak strukhr, retak plestera4 patah, retak struktur pada ambang pinhf runtuh parsial. Bentuk-bentuk kegiatan tanggap daruat antara laio pe*uabn, perkuatan dengan ijeksi. Benruk pekerjaan peoanganan recovery antara lain seperti rckontn*si, perkuatsn stukttr, pe4uat, injeksi, perbaikan pleshemn, p€masangatr algku4 p€rbaikan motif, pemasangan kembali, peng€catan kembali BP-3 DIY sebagai instansi berwenang dan paling bertanggung jawab dalarn bidang ini mempunyai peran dalam segala upaya pelestarian sebuah BCB,.sehingga dirasa perlu segera melakukan upayaupaya awal atau tanggap darurat untuk bersifat preventif atas keberadaan bangunan bersejarah yang mengalami kerusakan, Sebagai langkah awal telah dilskukan kegiatal obeservasi tingkat kerusakan tersebut. Kegiatair observasi tersebut sebagai tahap awal yang kemu' dian akan ditindak-lanjuti dengan upaya-upaya recovery yang treli!nt6 kpnsolidasi, rehabilittdsi ds! re stotasi. Kegiatan observasi ini meliputi kegiatan pendeskipsian tingkat kerusakan yang terjadi pada monrunent (bangunan'1 yang mudian melakukan estimasi kerugian sekaligus estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan rehabititasi.
k'
276
uol@ 32
No. 2, I5
AsnB U09
b. Dasar EulfrD P€laksanaatr Tatrggap Darurat Pada Undang Undang Nomor 5 tahun 1992 Tentang B€nda ca-
lar Budaya yang terdiri dari: (1). Bab I. Ketentuan Umum, (2). Bab II. Tujnan dan Linekup, (3). Bab III. Penguasaan, Pemilikan, Pen€muan dao PencariaL (4). Bab IV Perlindungan dan Pemeliharaan, (5). Bab V. Pengelolaan, (6). Bab Vl. Pemanfaatat! (7). Bab VII. Panga\rasaq (8). Bab Vnl.Ketentuan Pidanq (9). Bab DC Ketantuan Peraliha4 serta (10). Bab X. Ketentuan Petrutup, Apabila ditelusuri pasal demi pasal dari bab-bab tersebut diatas nampak jelas bahwa UUBCB hanya mengatur tertang hal-hal yang bersifat pengelolaan dalarn keadaan normal. Demikian peraturan pelaksanaan dari IIUBCB juga demikian sehingga tidak terdapat satu pasalpun yang memberikan dasar hukum yang kuat bagi kegiatan pengelolaan BCB bila terjadi keadazn dorwat (force maywere). Namun demikian oleh karcna BP3-DIY sebagai instansi pemerintah yang bertanggung jawab bidang ini maka sebagai dasamya tetah dikeluarkan sunt tugas iebagai perintah kerja dalam pelaksanaan keadaan tanggap daruat pasca gempa. 'Sebagai dasar hukurn kegiatan observasi kerusakan BCB terhadap KCB Pesanggrahan Tamansad, dalam upaya taoggap darurat pasca terjadinya gempa tettonik tanggal 27 Mei 2006 adalah : a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahm 1993 Tentang Pelaksanaan
b.
c.
TJUBCB. Undang-Unzlang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. DIPA Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala DIY Tahun 2006
2'17
Kq@ Htt
d P.tslsM Pea
A.npa rdvdap
Pelesw
... (Bu.li ltatt lojo. Hdt : 217-2aa)
d. Revisi DIPA Balai Pelestarian Peninggalan Pubakala DIY Tabun 2006.
e.
Surat Tugas Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Nomor
1
I
80/A.3/PB/2006 Tanggal
-
DIY
Juni 2006.
Hasil dari penugasan tesebut maka BP3-DIY akhimya memPendat€air dan recovery di Kawasan Kraton Yogykarta, Laporan buat termasuk di dalamnya adalah Ifuwasan Pesanggrahan Tamamari.
2. Kendala dan Upayr Konservasl Ktwasrn P$rnggrahan Tamansari Secara umum p€meritah pusat tetah menetapkan kebljakan
tentang pengelolaan perlindungan dan pelestarian kawasan cagar budaya.dan benda cagar budaya, sebagaimana dimuat dalam Perturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Men€nlah Tahun 2004-2009, bidang p6ngembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan menetapkan Fogram pengelolaan kekayaan budaya. Program iDi bertujuan untuk meningkatkan apresiasi dan kecintaau rnasyarakat terhadap budaya dan produk dalam negeri yang bersifat kasatmata('arrS te) maup'un tidak kasat rnata (irtangible\. Kebijakan dan kegiatan pokok yang akan ditempuh antara lain: a. Pelestarian kekayaan budaya yang meliputi sejara\ kepurbakalaan dan benda cagar budaya. b. Pergembangal sistem infomasi dan database bidang kebudayaan atltala lain peta budaya dan dokumen arsip negam
278
uotutu
c.
32, No.
Z I5 ]/glata 2009
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kekayaan
budalz. d. Peningkatan kapasitas kelembagaan melalui pembenahan sistem manajerial lembaga-lembaga yang pengelola kekayaan budaya sehingga memenuhi kaidah tata pemeridaban yang good governqnce. Pengembangan pbrin serta masyarakat dan swast4 dalam pengelo-
laan kekayaan budaya" misalnya melalui pengembangan film kompetitif dan pengembangan pola iNentif. Review peratunn peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan budaya, dan dan transliterasi naskah-naska[ kuno
g. Transkipsi
Konservasi sebagai kegiatan biasanya berbenfirk pembangunan atau p€ngembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi, replikasi, rekonstnrksi dan atau penggunaan fungsi baru suatu aset yang memiliki nilai sejarah. Dengan memperhatika[ kebijakan pembangunan khususnya dalam pengelolaan kakayaan budaya maka pada dasamya upaya dan kendala yang dihadapi konservasi lingkungan Pesanggrahan TarEsari oleh BP-3 DIY adalah sebagai berikut:
a. Peral Serta Masyaraliat Pada umuuurya masyarakat Da€rah Istimewa Yogyakarta dan khususnya warga masyarakat Tamansari tidak berkebeetatr detrgan adanya rcncana perlindrmgan, pelestariaL p€mugaa€n dan pengembangam KCB dan BCB Pesanggrahan Tamausari. Bagi nasyaraka!
279
Kaii.d
IItb6 PaaRtut PM
Aanp! tuho.kry P.lesrqis ....
(Bu.Ci
Eer.rojo Eal : U7-289)
kawasan Tamalsari secara fisik merupakan kesahran tingkungan kehidupan oasyaraka! baik sebvagai asset budaya maupun sebagai as€t ekowisat4 yang diharapkan ke depan mampu menjadi penglerak kehidupan social dan ekonorni masyarakat. Oleh karena itu upaya konserv"asi dan reshorasi terhadap KCts Tamansari harus dapat sekaligus akan memberikan manfaat optimal bagi kepentingan keduaduanya secara si:rasi, selaras dan seimbang. Kesadaran masyarakat dalam arti keterlibat n warga dalam pelestarian kawasan tamasari, tidak sekedar unfirk memperoleh rnanfaat tetapi sekaligus harus terus-menerus diberikan pnyuluhan dan penerangan terhadap setiap orang yang tinggal dan hidup dalam lingkungan KCB Tamansari, tentang pentingnya penyelamatal dan pelestarian situs pesanggratEn tamansari bagi ilmu pengetahuaq kebudayaan dan pewarisan t€rhadap generasi mendatatrg. SebagaimarE ditegaskan dalan UUBCB Pasal Pengelolaan menyebu*an sebagai berikut.
(1) Petrgelolaan
l8
Tentang
betrda cagar budaya dan situs adatsh tanggurg
ja-
wab p€m€rintah.
(2) Masyarakat, kelompok atau perorangan berperan serta &lam pengelolaan benda cagzir budaya datr situs. mengenai tata cara pengelolaan benda cagar budaya dan situs ditetapkan de[gan peraturan pemerintah.
(3) Ketentu&
Penjabaran dalam implementasi dalam masyarakat atas pasal tersebut bduslah hati-hati, oleh karena sebagai dukemukakan dari
280
lolw
32, No. 2, I5
Aiuda
2009
hasil Studi Liugkungan KCB Tamansari Yogyakarta bahwa; sering kali tedadi, upaya pelesiarian justru menjadikan belenggu bagi masyamkat yang tidak memperoleh dampak menguntungkan bahken inembuat penghurinya harus pindah dari lokasi yang telah menjadi
bagian'dari kehidupannya dalam waktu yang panjang. Seperti hainya kegiatan perencanaan pembaogunaq nasyarakat yang berada di area yang menjadi lingkup perencanaan memilfi peran yang menentukan dalam upaya konservasi. Masyarakat bukan menjadi obyek pembangunan namun justru menjadi subyek yang memiliki peran aklifdan mampu mengembangkan system pembangunao yang botton-up @isbud DlY, 1999).
b. Perubahan masyarakai drtr masalah ekononi Kita sering mendengar kata-kata kepunahar\ kerusakan, pengrusakan, dan pemusnahan suatu aset dad warisan budaya yang merupakan sumber daya yang sangat pelik. Apalagi dalam masyarakat KCB Tamansari yadg semakin modem yang tumbuh pesat dan cepat serta perlu untuk memenuhi kebutulnn-kebutuhannya. Secara alamiah warisan Pesanggrahan tamansati tersebut pasti akan mengalami perubahan, dan dalam pemahamaruya pelestarian memang menerima perubahai. Isu yang berkembang kemudian adalah bagaimana secara selektif, menetapkan komponen yang mana perlu dikembangkan daa batrkan berubah, lerutama terkait dengan aspek masalah ekonomi, Upaya ini rnerupakan l'adah unhrk meradam konflik yang timbul akibat berbagai kepentingan yang muncul, ap'lrgi KCB Ta$an-
281
Kaji6H w P.r@sM PM
G.ntE Tqtatbp
PeLtuiu,...
(Btdi thttdojo, Hd : 217-289)
sari merupakan suatu seting yang dinamik dan selalu tedadi perkembangan seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, Untuk
itu suatu langkah yang dipelhatikan adalah pelesiarian KCB Tamansari harus terkit erat dengan perencanaa! ekonomi masyarakat yang bertujuan uahrk meni4katkan kualitas hidup masyarakat beserta lirgkungannya M€ngingat keberhasilan pelestarian terjadi bila upaya ini merupakan suatu lerakan kebudayaan yang melibatkan masyarakat secara aktif, konsekuensinya masyarakat memang perlu memperoleh kermhmgan dari upaya ini baik secara moril maupun mateliil. Pemahaman ini mengutamakar bukan hanya pada usaha r.rnhrk rneningkatkan pertumbuhan ekonomi semata, namun lebih menekankan pada aspek pemerataan dan kesempatan berusaha dan peningkatan kuatitas hidup masyarakat secara bersama. Pelestarian dalam hal ini perlu sejalan dengan pengembangan
ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di KCB Tamansari, yang perlu diarabkan intuk melakukan pembangunan SDM, mobilisasi sosial, partisipasi, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan ekonomi rhasyankat harus dlaksarakan secara lintassektoral, holistik, terpadu dan berkelanjutan (Disbud DIY, 1999).
c, M$NIah Ketcrsediartr Dana Bedasarkan laporan BP-3 DIY Tentug Peulataan dan Reoovery di Kawasan IGaton kbusustrya penalgalau kerusakan Situs Tamaosad pisca g€mpa tanggal 27 Mei 2006 maka telah diestimasi atau pe.kiraan tcnt ng biaya atau dana yang dibutuhkan p€mugamtr s€bag.iman' di bawah ini Clabel 2).
282
l/olw
32, Na. 2,
tt )sd/rt
2n09
Tabel 2 E;timasi kebutuhan Biaya Darurat Dar Recovery B.s!r Siryr Urrian
No
I
Biaya Rescue Pemb€nihan puing-2 dan pe.kuatan sementaia studi Tehi!
2
Biaya R€cov€ry
Rp 100.000,000,Rp 200.000,000," fu 5.099.359.840,-
3
Juslah biaya yary dibutulk n
Rp 5.39.359.840,-
4
Datra ]€ns dis€diakan BP-3
5
Kekurangan dana
DIY
Rp Rp
50.000.000,-
5.349.359.E-10,-
Sumber I Ho$as BP3-DU 200?
Kekuangan dana sebesar Rp 5.349.359.840,- tersebut, BP3 DIY mengharap ad4 perhatian untuk anggaran dari pusat tahun 2006, 2007 dan 2008 baik dari APBN rnaupun A.PBD Propinsi DII serta bantuaD dari lembaga-lembaga donor yang peduii dibidang pe-
lestarian KCB Pesarggrahan Tamansari, Sebagaimana hasil penemuan Forum Jogia Bangkit yang dipimpin Amarhum Prof. Dr. H.Koesnadi Hardjasoemtri, SH selaku IGtua II yang memfasisiltasi tentang pentingnya rekonstruksi dan rehabilitasi tefiadap kawaian cagar budaya darr benda cagar budaya di DIY, Disbud DIY BP-3 DIY Deqan KebudayaarDl\ dat Jogja Haritage Society (JHS), lebih banyak memberikan paparan tentang penanganan pasca gompa dan kondisi kerusakan saja oleh kendala utaru yang dihadapi adalah masalah ketersediaan dana untuk recovdatang. ery dan masalah pelestarian banguna di masa
'k'n
283
raji E'tn PeMsM PMC6 tn Te^ad.p
P.tet@im..,.lBtdi lhtAojo,
Hat:
7Ja9)
Pertemuan lersebut terus berlanjut guna lebih memantapkan upaya p€mbangunad kembali (recottery) letlnlap KCB Pesanggrahan Tamansari dan Candi Prambanan. Terkait deryan hal itu pada tanggal 5-9 Maret 2007 b€rtempat di Hotel Santika Yogyakarta telah diadakan International Expert Meeting yarLg diprakarsai UNESCO. Dalam p€ltemuan teNebut t€ma uiama yatrg dibahas adalah : a. Menyusun rencana kegiatan ke d€pan tentang p€mbangura{r kembali Kawasan Tamansari b. Pentingnya pengelolaan resiko sebagai antisipasi apabila terjadi bencarn alam, khususnya gempa bumi c. Sebagai sarana bagaimana keterlibatan semua pihak instansi pernerintal4 masyarakat dan lembaga nasional dan intemasiuonal untuk ikut serta peduli dalam masalah pelestarian d: Kemuagkinan mencari sumbef-sumber dana unfuk membeayai renovasi.
Sebagi data pendukung para peserta Inte ritionol Expefi Meeling rrelakrkan kunjungan untuk mengkaji kondisi kerusakan pasca gempa sebagai wujud kepedulian lerhadap pelestarian dan renovasi KCB Pesanggrahan Tamansad, Kraton Yogyakarta. D. KESIMPT'LAN DAN SARAN
1. Kesinpulan Deogan mengingat rumusan masalah yaBg lelah diajukan dan pembahacan diatas maka dapat dikemukakau kesimpulan sebagai
284
Uot@ 32,
berikut
No- 2, I5
lR'nu
2009
:
te{adinya bencana alam berupa gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 yang menimpa Propinsi DII mengakibatkan kenisakan dan kerugian, khususnya terhadap KCB Pesanggrahan Tamansari baik dalam tingkatan rusak ringan, sedang maupuo berat, Sebagai suatu kbad amL datwal (fowce mqyuere) tef,nyalal'Jl.J Nomor 5 Tahun 1992 Tentang BCB, PP Nomor l0 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 1992 Tentang BCB, beserta peraturan pelaksanaarurya lainnya termasuk Peda Propinsi DIY Nomor 1 I Tahrm 2005 Tentang Pengelolaan KCB dan BCB tidak memberikan pengaturan yang cukup oleh karena perahuan perundangan tersebut dibuat untuk pengelolaan dalam keadaan normal, sehingga tidak ada dasar hukum yang kuat bagi pemerintah, masyarakat dan lembaga terkait lainnya untuk melakukan p€rlindungar! p€lesiarian, pemugaraq pemanfaatan da'] revitalisas i. Dengan demikian belum ada dasar hukum yang kuat bagi pemerintah, masyarakat dui lembaga terkait lainnya untuk melakukan ti[dakan segera, sebagai tanggap daruat dengal tata kelola yang dapat dipertarygung jawabkan.
a- Bahwa
Sebagai tiudak-lanjut ptnanganan pasca gempa maka kegiatan perlindunga4 pelestarian, pemugaran pemaDfaatan da rcvitalisari terbadap KCB Pesanggaraban Tamansari, Kraton Yogysk rta adalah sangat diperlukan adanya dukungar dan keterlibatm masyarakat serta kerja sama antara pemerintah pusat dan daerab, seda lembaga nasional mauprm internasional yaDg borkompeten
285
Ktjian Euhn
PtuEM PM edrt
Mladap
Peltuiot
..-.
(Btdi Ho'd4o, Hd : U7-289)
dan memiliki kepedulian terhadap perlindwryan KCB dan BCB.
Dengatr upaya-upaia lersebut diharapkan dapat mengatasi kendala yang terjadi dalam peagelolaan dan pelestarian KCB Pesanggraban Tamansari, seperti masalah peran serta masyarakat, perubahan masyarakat masalah ekonomi dan ketersediaan dana 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas dengan
ini dapat diberikan saran sebagai berikut
:
a. Dengan mengetahui kelemahan yang teldapat dalam peraturan perundang-undangan yang tidak mengatu peDgelolaan dan penanganan KCB dan BCB dalam keadaan darurat (force mayuere) mafu untuk masa yang akan dahng harus dipenimbangkan perlunya undang-undang yang mengatur tentang tata kelolanya keadaan lersebu! sehingga tindakan pemerintah dan masyarakat dapat diperlanggungtawabkin pelaksanaarmya baik secara yuridis, adminiskasi maupun keuanga[
b. KCB Pesanggrahan Tamansari merupakan aset budaya tingkaj nasioMl bahkan telah diakui secara internasional untuk itu dip€rlukan suatu fercana aksi pasca gempa. Sangat diperlukan pedoman yang dapat menjadi acuan bersarna untuk melakukan upaya bertahap, terpadu dan sistematik dalam rangka perlindungan, pelestariar, pemugatan, pemanfaatan dan revitalisasi babkan pengembaugar-nya di masa depan.
ualure
32, No. 2,
]t )grsta
2009
DAFTAR PUSTAKA Mldagdo,200 5, P e rcn B al ai P e l e s tai an P e nin g ga l an P ur b akal a (B P 3) DIT Dalan Perlindungan Bewla Cagar Budaya, Lapotwt Penelitian, Program Pasca Sarjana" Magister Hukum Kenegaran FH-UGM. Handayari, Titi, 2004, Korcep Tata R ong Kota Yogtakarta dan Perkmbangannya, Makalah Dialog Budaya Tamansari, tanggal l3-14 Oktober 2004, Hardjasoemantri, Koesnadi, 2005, Hukum Tato Lingkungan, Edisi VIII, Cet*an ke 18, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta M.Echols, John dan Hassan Shadily, 1992, EnglishJndonesia Dict ionery, PT.Gtumedia, J akaJt^. Purwanggono,G.Djoko, 2004, Membangun Daya Thrik Tamdksa 'Melalui Pengembangan dan Diversifkasi Produk Msatanya, Makalah Dialog Budaya Tamansari, Tanggal l3-14 Oktober .2004, diselenggarakrin oleh Dewan Kebudayaal Propinsi DIY bekerjasama denganJogja Hedtage Society, Yogyakarta Sukr.man, DH, 1987, Seri Peninggalan Sejarah, Mengenal Sebilas P asanggrahan Thmarc ari Yo gtakart a, Dilerbitkan oleh Balai Penelitian Sejarah dan Budaya Yogyakarta,
287
Kii@ EulM Pe@satun
PM
Gmpa
1:dha.tdp
PeLia!'d
.... (Budi Enadojo, Hal :
u7-239)
Soekanto, Soedoro, 2007 : Pengantar Penelitian Hukutt t Cetakat ke tujui, UI Press, Jakaria
Suwoto,Yuwono Sri, 2004, Tamansari Sebagai Aset Wisata Budaya, Makalah Dialog Budaya Tamansai, Diselenggarakan oleh Dewan K€budayaan Propinsi DIY Bekerja sama dengan Jogja Heritage Soci€tt Yogyakada. Suwito,Yuwono Sri, 2006, Upaya Peningkatan Kepedulian dan Partisipasi dalam Pelestarian Warkan Budaya. Makalah Serasehao Pelestarian Warisan Budaya Tanggal I 7 Mei 2006,
Sulistyo, Djoko BldL2006, Sambutan Acara Pembukaan Sarasehan P elestarian Wqt is an B udaya, Dinas Kebudayaan Propinsi D1l Yogyakarta. Tjandrasasmit4 Uka, 1982, Peneliharaan dan Perlindungan Benda Bersejarah dan Purbakalo, Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI, Jakarta _
Wirasanti, Niken, 2O07: Hukum Konsentasi Cagat Budaya, Bahorl . Ajar Magister Ilmu Flukum, FH-UGM, Yogyakarta BaWenAs ,2006 : Pekilaian Awal Kerusakan dan Ketugia Bencand Alam di Yog/akarta dan Jawa Tengah,Ke1a Sarna Pemeriotah Propinsi Propinsi Pemerintah Propinsi Jaraa Tengah dan
DII
Mitl-a lntemasional, Jalafia