REKONSTRUKSI BANGUNAN PASCA GEMPA Dewi Yustiarini1, Nita Yuliani2, dan Fany Nur Afifah3 1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Email:
[email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Email:
[email protected] 3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Email:
[email protected]
ABSTRAK Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menakutkan bagi manusia, yang terjadi secara alami. Hal ini akibat kita selalu mengandalkan tanah tempat kita berpijak di bumi sebagai landasan yang paling stabil yang selalu bisa dalam keadaan diam dan menopang kita. Begitu terjadi gempa bumi kita baru menyadari bahwa tanah yang kita pijak tersebut ternyata bisa kehilangan stabilitasnya sehingga mampu menghancurkan bangunan-bangunan. Rekonstruksi bangunan adalah salah satu hal yang wajib dilaksanakan setelah berakhirnya bencana gempa bumi. Rekonstruksi dilakukan secara bertahap mulai dari kerusakan yang kecil sampai kerusakan yang besar. Tujuannya agar hasil dari proses rekonstruksi menjadi maksimal dan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Rekonstruksi bangunan harus mengacu pada suatu konsep bangunan tahan gempa, yaitu struktur harus menyatu dalam lingkup tiga dimensi, cukup kaku, kuat, dan liat atau tidak getas diguncang gempa. Denah yang berbentuk simetris seperti bentuk kotak dan lingkaran lebih stabil menahan terjangan gelombang gempa dibanding denah berbentuk L. Selain itu untuk mencegah kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi dilakukan cara memperbesar dimensi pada konstruksi beton. Selain memperbesar dimensi, dapat juga dilakukan dengan metode penyelubungan atau menambah jumlah tulangan pada kolom. Pemilihan bahan saat pencampuran sangat berdampak pada kekuatan bangunan. Jika bahan yang kita pilih tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, kemungkinan besar kerusakan akan terjadi pada saat gempa bumi datang. Kerusakan bangunan akibat gempa bumi,diantaranya rusak sebagian misalnya retak, atau bangunan tersebut runtuh total, akibat tidak bisa menahan getaran. Selain itu untuk mengatasi bahaya gempa terhadap bangunan, Pemerintah Indonesia, telah mempunyai standar peraturan perencanaan ketahanan gempa untuk sruktur bangunan (gedung) yaitu SNI-03-1726-2002. Kata kunci: gempa bumi, rekonstruksi bangunan, konsep bangunan tahan gempa
1.
PENDAHULUAN
Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya dalam waktu relatif singkat. Menurut ‘Teori Pelat Tektonik’, para ahli geologi mengasumsikan bahwa dunia terdiri dari beberapa lempengan yang mengambang, dimana masing-masing lempengan tersebut bergerak pada arah yang berlainan sehingga tabrakan/tumbukan antara dua atau lebih dari lempengan tersebut tidak dapat dihindari, dimana lempeng yang kuat akan melengkung ke atas, itulah peristiwa terjadinya ‘pegunungan’, sedangkan lempeng yang lemah akan terdesak ke bawah atau patah, peristiwa terjadi ‘jurang’. Pada peristiwa tabrakan/tumbukan tersebut akan terjadinya gesekan antara dua atau lebih lempengan yang mengakibatkan adanya pelepasan ‘energi’ yang besar sekali, yang berpengaruh pada daerah-daerah yang lemah pada lempengan tersebut. Bila daerah lemah berada di daerah puncak, akan terjadi ‘letusan gunung api’ yang diawali dengan adanya ‘gempa vulkanik’. Pada daerah di bawah, bila terjadi patahan pada lempengan, akan terjadi peristiwa ‘gempa tektonik’. Terletak di kawasan “Cincin Api Pasifik”, Indonesia merupakan sebuah negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana alam. Indonesia berada di daerah pertemuan tiga pelat/lempeng tektonik bumi, yaitu diantaranya lempeng samudra hindia (Indo Australia),Eurasia dan Pasifik sehingga menjadikan Indonesia rawan terhadap bencana gempa. Namun masyarakat Indonesia selalu tidak siap jika pada suatu saat terjadi bencana gempa. Sebagai akibatnya jumlah korban menjadi besar dan penanganan pasca gempa tidak terkondisi. Tsunami tahun 2004 di Aceh merupakan bencana alam terburuk selama beberapa dasawarsa. Lebih dari 167.000 orang tewas dan kerusakan serta kerugian yang cukup besar. Pada bulan Mei 2006, gempa bumi berukuran 6,2 skala Richter melanda Pulau Jawa, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang juga terhitung sangat besar. Gempa bumi tersebut mengguncang salah satu daerah berpenduduk terpadat di dunia yang mengakibatkan kerusakan berat yang terpusat pada perumahan penduduk dan infrastruktur. Kekurangmampuan penduduk untuk membuat bangunan yang tahan gempa turut memperparah skala bencana alam tersebut.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
S-105
Struktur
Kerusakan perumahan penduduk, telah menimbulkan dampak serius terhadap kebutuhan-kebutuhan tempat berlindung, produksi ekonomi dan standar-standar kehidupan dari masyarakat setempat. Tergantung pada kerentanan dari masyarakat yang tertimpa bencana, sejumlah besar orang akibatnya menjadi tidak punya rumah setelah kejadian gempa. Salah satu cara pemulihan untuk daerah-daerah yang terkena dampak gempa bumi adalah dengan cara rekonstruksi bangunan pasca gempa. Rekonstruksi bangunan harus berlandaskan pada kebutuhan riil masyarakat dan mengantisipasi perlindungan terhadap dampak bencana gempa dimasa datang. Dengan tujuan agar masyarakat dapat bermukim kembali kerumah asalnya secara bertahap setelah rekonstruksi.
2.
PEMBAHASAN
Pengertian gempa bumi Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat tubrukan lempeng tektonik bumi. Gempa bumi adalah bencana yang tidak dapat dihindari oleh manusia, Karena bisa terjadi kapanpun waktunya, dan dimanapun tempatnya.Getaran yang disebabkan oleh gempa bumi bisa menimbulkan gelombang tinggi disekitar pantai, yang sering disebut Tsunami. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak dikawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik bumi, diantaranya lempeng samudra Hindia, Eurasia dan Pasifik. Pertemuan ketiga lempeng tektonik bu Mmi ini, Indonesia menjadi kawasan rawan gempa bumi, yang bisa terjadi kapan saja. Sebagai contoh, gempa bumi di DI Yogyakarta, gempa bumi di Aceh yang menimbulkan Tsunami, gempa bumi di Padang, gempa bumi di kepulauan Mentawai yang menimbulkan tsunami. Berbagai rangkaian peristiwa gempa bumi yang terjadi di Indonesia merupakan peristiwa yang datang secara tiba-tiba,tidak tahu kapan dan dimana akan terjadi gempa bumi. Getaran yang dihasilkan oleh tubrukan lempeng ini, berdampak negative, pada infrastruktur yang berada di permukaan bumi. Misalnya bangunan runtuh,bangunan retak, jalan yang hancur serta retak dan sebagainya. Kondisi ini menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi, diantaranya adalah merekonstruksi bangunan tersebut.
Beberapa karakteristik goncangan gempa Pada lokasi bangunan, gempa bumi akan menyebabkan tanah dibawah bangunan dan di sekitarnya tergoncang dan bergerak secara tak beraturan (random). Percepatan tanah terjadi dalam tiga dimensi membentuk kombinasi frekwensi getaran dari 0,5 Hertz sampal 50 Hertz. Jika bangunan kaku (fixed) terhadap tanah (dan tidak dapat tergeser) gaya inersia yang menahan percepatan tanah akan bekerja pada tiap-tiap elemen struktur dari bangunan selama gempa terjadi. Besarnya gaya-gaya inersia ini tergantung dari berat bangunannya, semakin ringan berarti semakin kecil gaya inersia yang bekerja dalam elemen struktur tersebut. Tanggung jawab sebagai orang yang berkecimpung daIam industri konstruksi adalah mendirikan bangunan sedemikian rupa sehingga bangunan tetap mampu berdiri menahan gaya-gaya inersia tersebut.
Rekonstruksi bangunan Rekonstruksi berasal dari dari kata re dan konstruksi. Re- artinya pengulangan dan konstruksi adalah gabungan dari beberapa struktur. Dalam hal ini adalah konstruksi bangunan. Rekonstruksi adalah konstruksi permanen atau penggantian bengunan-bangunan fisik yang rusak parah, pembangunan kembali secara total dari semua pelayananpelayanan dan infrastruktur lokal, dan penguatan ekonomi. Rekonstruksi harus juga memperhatikan kemungkinankemungkinan untuk mengurangi resiko-resiko tersebut lewat penggabungan tindakan-tindakan mitigasi yang memadai. Bangunan yang rusak dan pelayanan-pelayanan tidak harus dibangun kembali seperti bentuk sebelumnya atau dilokasi sebelumnya. Rekonstruksi bisa termasuk penggantian pengaturan-pengaturan sementara yang dibuat sebagai bagian dari tanggapan darurat atau rehabilitasi. Rekonstruksi harus secara penuh dipadukan kedalam rencana pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan, dengan memperhatikan resiko-resiko bencana di masa mendatang. Rekonstruksi bangunan, dilakukan pada bangunan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam, atau kerusakan akibat bangunan sendiri yang tidak kuat menahan beban.
Tujuan rekonstruksi Tujuan rekonstruksi adalah untuk mendorong dan membantu pemulihan bantuan selama fase pasca bencana. Tujuan itu harus direncanakan dan dilaksanakan dengan pemahaman seperti itu dalam pikiran. Pelayanan dan bangunan vital yang rusak harus diperbaiki atau diganti, sebagaimana hal ini bisa melindungi dari resiko-resiko di masa mendatang. Pada waktu yang sama, dan tidak kalah pentingnya, harus ditemukan cara-cara untuk membantu orangorang pulih kembali, khususnya mereka yang mempunyai sumber daya paling sedikit.
Proses rekonstruksi Proses rekonstruksi yang pertama adalah mencari data kerusakan bangunan. Bangunan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya, misalnya sebagai bangunan-bangunan komersil, bangunan pendidikan, bangunan hunian, S-106
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur
bangunan instansi pemerintah dan lain-lain. Pengelompokan ini penting, ditinjau dari segi fungsi bangunan untuk mendukung penanganan bencana. Umumnya bangunanbangunan itu direncanakan dengan baik. Disamping itu kerusakan bangunan menurut kacamata teknik sipil dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis bangunan, yaitu : · Bangunan terencana (Engineered Building). Pada umumnya bangunan terencana adalah bangunan-bangunan publik, seperti rumah sakit, sekolah, bangunan pemerintah dan lain-lain. Bangunan-bangunan ini direncanakan dengan keamanan amat tinggi karena fungsinya sangat vital pada saat terjadi bencana.Bangunan dengan perencanaan adalah bangunan yang memenuhi syarat teknis baik dalam kekuatan ataupun mutunya. Bangunan-bangunan ini pada umumnya direncanakan oleh ahli teknik sipil dan dilaksanakan dengan pengawasan dan pengendalian mutu. · Bangunan Tidak Terencana (non-Engineered Buildings) Pada umumnya bangunan tidak terencana adalah rumah tinggal atau bangunan milik pribadi milik penduduk yang umumnya sulit dikontrol kualitasnya. Dalam banyak hal bahkan bangunan-bangunan tersebut sudahberumur tua dan sudah tidak memenuhi syarat kekuatan maupun kelayakan teknis. Jenis bangunan ini adalah yang paling banyak mengalami kerusakan berat. Pada hakikatnya, data Kerusakan bangunan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : Ø Bangunan rusak total/roboh, Ø Bangunan rusak berat, Ø Bangunan rusak ringan. Proses rekonstruksi yang kedua adalah melakukan proses rekonstruksi bangunan tersebut, misalnya dengan menggunakan metode perbaikan. Namun sebelum melakukan metode perbaikan ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar penentuan metode perbaikan, yaitu diantaranya, jenis kerusakannya, besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, peralatan yang tersedia, kemmapuan tenaga pelaksana, keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksana, waktu pelaksanaan, serta biaya perbaikan. Metode perbaikan yang dilakukan pada umumnya adalah
Patching Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan konvensional, dimana kedalaman kerusakan tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton). Pada metode perbaikan ini, yang perlu diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat. Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjalan dan tidak jatuh setelah terpasang.
Grouting Metode perbaikan ini umumnya dilakukan apabila kerusakan melebihi selimut beton. Metode grouting ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos. Material yang digunakan harus ememiliki sifat mengalir dan tidak susut.
Shotcrete (Beton Tembak) Metode perbaikan ini umumnya digunakan untuk kerusakan yang sangat luas, dimaan metode patching ataupun grouting sudah tidak efektif lagi. Dan pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada umunya. Metode Shotcrete ada dua system, yaitu dry mix dan wet mix. Pada system dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering, dana kan tercampur dengan air diujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang, yang mengatur jumlah air. Tapi system ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcrete, karena tidak prnah terjadi “blocking”. Pada metode wet-mix, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyak bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
Injection Metode ini umumnya digunakan untuk kerusakan yang berupa keretakan. Dalam proses perbaikan dengan metode ini dapat digunakan alat manual ataupun mein bertekanan. Material yang digunakan harus mempunyai viskositas yang rendah, sehingga mampu mengisi keretakan.
Coating Metode ini berupa pemberian lapisan pada permukaan beton, dengan tujuan melindungi beton daris erangan bahan kimia ataupun air laut, biasanya digunakan pada waktu struktur didaerah laut atau struktur yang berada dilingkungan agresif.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
S-107
Struktur
Tingkat pembebanan gempa Pada tahun 1981, studi untuk menentukan besarnya “beban gempa rencana” sudah dilakukan. Studi ini adalah proyek kerja sama antara Pemerintah Indonesia-New Zealand yang menghasilkan. Peraturan Muatan Gempa lndonesia. Pada konsep peraturan tersebut ada 2 (dua) langkah pendekatan untuk menghitung pembebanan gempa yang dapat digunakan. Kriteria pertama, bahwa perencanaan pembebanan gempa sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kerusakan struktur atau kerusakan arsitektural setiap kali terjadi gempa. Kriteria kedua meskipun terjadi gempa yang hebat bangunan tidak boleh runtuh tetapi hanya boleh kerusakan-kerusakan pada bagian struktur yang tidak utama atau kerusakan arsitektur saja. Telah diketahui bahwa adalah tidak ekonomis merencanakan bangunan tahan gempa cara elastis. Jadi untuk gempa yang besar dimana kemungkinan terjadinya kira-kira 15% dari umur bangunan tersebut, dipakai harga perencanaan yang rendah dan perencanaan khusus serta ukuran detail-detail diambil sedemikian sehingga menjamin beberapa bagian tertentu dari struktur akan Ieleh (berubah bentuk dalam keadaan plastis) untuk menyerap sebagian enersi gempa (yang berlaku untuk keadaan kenyal). Besarnya harga beban rencana yang terjadi berhubungan dengan beberapa faktor yang selengkapnya terdapat pada reference, yang disimpulkan sebagai berikut:
Faktor Lapangan (site) Gambar dibawah ini, menunjukkan enam jalur gempa di Indonesia yang menentukan parameter dasar pembebanan. Parameter ini dimodifikasikan untuk perhitungan pada kondisi tanah Iunak dimana goncangan tanah akibat gempa akan diperbesar (mengalami pembesaran).
Faktor Bangunan Beban yang terjadi pada suatu bangunan juga tergantung pada keadaan (features) dari bangunan rersebut, yakni fleksibilitasnya, beratnya dan behan bangunan untuk konstruksinya. Biasanya suatu bangunan yang fIeksibel akan menerima beban gempa yang Iebih kecil dibandingkan bangunan yang lebih kaku. Bangunan yang lebih ringan akan menerimna beban gempa yang Iebih keciI dari pada bangun yang berat dan bangunan yang kenyal akan menyerap beban gempa yang lebih kecil dari pada bangunan yang getas yang mana dalam keadaan pengaruh gempa akan tetap elastis atau runtuh secara mendadak. Bangunan dari kayu digolongkan sebagai bangunan yang kenyal. Untuk struktur kayu harus direncanakan dengan menggunakan Peraturan Muatan Indonesia yang baru. Beban rencana adalah 33% - 50% dari gaya yang menyebabkan struktur belum mulai Ieleh atau masih dalam keadaan elastis. Reduksi ini tidaklah sama besarnya untuk bahan bangunan yang lain, misalnya baja yang mempunyai kekenyalan yang lebih besar dari kayu. Meskipun demikian kekenyalan dapat diciptakan dalam struktur kayu dengan menggunakan alat penyambung yang kenyal pada tiap-tiap hubungan elemen stuktur kayu tersebut. Pada umumnya, sambungan dengan paku memberikan kekenyalan yang cukup.
Tingkat Pembebanan Gempa untuk Bangunan Kayu Dengan memperhatikan faktor lapangan dan faktor bangunan, struktur kayu harus tetap mampu berdiri untuk menahan beban-beban sebagai berikut : (Jakarta, tanah lunak) Rangka kayu kenyal : 0,05 *) x 1,7 = 0,085 · · Dinding geser kayu : 0,05 *) x 2,5 = 0,125 Konstruksi rangka kayu yang diperkuat dengan batang pengaku diagonal: 0,05 *) x 3 = 0,15 · Keterangan : *)
Faktor ini mempunyai harga maksimum 0,13 pada zone I dan 0 pada zone 6.
Hal ini berarti, misalnya suatu dinding geser yang terbuat dari plywood atau particle board, harus dapat menerima gaya horisontal sebesar 0,125 x berat total dari bagian struktur yang membebani dinding tersebut. Meskipun suatu bangunan direncenakan dengan harga pembebanan yang benar, mungkin bangunan. tersebut mengalami kerusakan akibat gempa jika sebagian dari prinsip-prinsip utamanya tidak dipenuhi.
Prinsip-prinsip utama konstruksi tahan gempa § Denah yang sederhana dan simetris Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemenelemen struktur penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata. · Bahan Bangunan Harus Seringan Mungkin Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan bangunan tertentu. Arsitek dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini
S-108
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur
dikarenakan besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu. § Perlunya Sistim Konstruksi Penahan Beban Yang Memadai Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya. Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya. Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup untuk dapat menahan gaya gempa horisosontal. Untuk memberikan gambaran yang jelas, disini diberikan suatu contoh rumah sederhana dengan tiga hal utama yang akan dibahas yaitu struktur atap, struktur dinding dan pondasi.
Struktur atap Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban gempa dalam arah X maka keruntuhan akan terjadi seperti ,diperlihatkan pada gambar berikut: Jika lebar bangunan lebih besar dari lebar bangunan di mungkin diperlukan 2 atau 3 batang pengaku pada tiap-tiap ujungnya. Dengan catatan bahwa pengaku ini harus merupakan sistim menerus sehingga semua gaya dapat dialirkan melalui batang-batang pengaku tersebut. Gaya-gaya tersebut kemudian dialirkan ke ring balok pada ketinggian langit-langit. Jika panjang dinding pada arah lebar (arah pendek) lebih hesar dari 4 meter maka diperlukan batang pengaku horisontal pada sudut untuk memindahkan beban dari batang pengaku pada bidang tegak dinding daIam arah X dimana elemnen-elemen struktur yang menahan beban gempa utama. Sekali lagi ring balok juga harus menerus sepanjang dinding dalam arah X dan arah Y. Sebagai pengganti penggunaan batang pengaku diagonal pada sudut, ada 2 (dua) alternatif yang dapat dipilih oIeh perencana; 1. Ukuran ring balok dapat diperbesar dalam arah horisontal, misalnya 15 cm menjadi 30cm atau sesuai dengan yang dibutuhkan dalam perhitungan. Ring bolok ini dipasang diatas dinding dalam arah X. 2. Dipakai langit-langit sebagai diafragma, misalnya plywood. Untuk beban gempa arah Y, sistim struktur dibuat untuk mencegah ragam keruntuhan. Untuk mengalirkan gaya dari atap kepada dinding dalam arah Y, salah satu alternatif diatas dapat dipilih yaitu penggunaan batang pengaku horisontal ring balok atau memakai langit-langit sebagai diafragma.
Struktur dinding Gaya-gaya aksiaI dalam ring balok harus ditahan oleh dinding. Pada dinding bata gaya-gaya tersebut ditahan oleh gaya tekan diagonal yang diuraikan menjadi gaya tekan dan gaya tarik. Gaya aksiaI yang bekerja pada ring balok juga dapat menimbulkan gerakan berputar pada dinding. Putaran ini ditahan oleh berat sendiri dinding, berat atap yang bekerja diatasnya dan ikatan sloof ke pondasi. Jika momen guling lebih besar dari momen penahannya maka panjang dinding harus diperbesar. Kemungkinan lain untuk memperkaku dinding adalah sistim diafragma dengan menggunakan plywood, particle board atau sejenisnya, atau pengaku diagonal kayu untuk dinding bilik. Penggunaan dinding diafragma lebih dianjurkan karena sering terjadi kesulitan untuk memperoleh sambungan ujung yang lebih pada sistim pengaku diagonal. Beban gempa yang bekerja pada arah Y ditahan dengan cara yang sama dengan arah X. Sebagal sistem struktur utama yang mana dinding harus mampu menahan beban gempa yang searah dengan bidang dinding, dinding juga harus mampu menahan gempa dalam arah yang tegak lurus bidang dinding. Dengan alasan ini maka dinding bata (tanpa tulangan) harus diperkuat dengan kolom praktis dengan jarak yang cukup dekat. Sebagai pengganti kolom praktis ini dapat dipakai tiang kayu.
Struktur pondasi Struktur pondasi berperanan penting untuk memindahkan beban gempa dari dinding ke tanah. Pertama, pondasi harus dapat menahan gaya tarik vertikal dan gaya tekan dari dinding. Ini berarti sloof menerima gaya geser dan momen lentur sebagai jalur Iintasan gaya terakhir sebelum gaya-gaya tersebut mencapai tanah. Akhirnya sloof memindahkan gaya-gaya datar tersebut ke pada tanah yang ditahan oleh daya dukung tanah dan tekanan tanah lateral. Rumah yang terbuat dari kayu dengan lantai kayu dan pondasi kayu seperti gambar-gambar di bawah ini memerlukan batang pengaku untuk mencegah keruntuhan.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
S-109
Struktur
3.
PENUTUP
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat tubrukan lempeng tektonik bumi. Tubrukan lempeng ini berdampak negative pada infrastruktur, misalnya bangunan runtuh,bangunan retak, jalan yang hancur serta retak dan sebagainya. Untuk mengatasi infrastruktur yang hancur atau retak karena gempa bumi salah satu caranya yaitu dengan merekonstruksi bangunan tersebut. Rekonstruksi tidak harus dibangun kembali seperti bentuk sebelumnya atau dilokasi sebelumnya. Tujuan rekonstruksi adalah untuk mendorong dan membantu pemulihan bantuan selama fase pasca bencana. Terdapat dua proses rekonstruksi, yang pertama adalah mencari data kerusakan bangunan dan yang kedua adalah pelaksanaan proses rekonstruksi tersebut. Metode perbaikan yang sering dilakukan pada umumnya ada beberapa, yaitu: patching, grouting, shotcrete. Pada shotcrete terdapat metode injection dan coating. Diharapkan proses rekonstruksi ini dapat membantu masyarakat yang terkena bencana sehingga dapat membangun kembali rumah-rumah mereka, gedung-gedung dan infrastruktur lainnya. Dengan rekonstruksi ulang yang sesuai dengan peraturan yang ada diharapkan infrastruktur yang telah dibangun kembali dapat lebih aman dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA http://pandjiwinoto.co.cc/2009/02/22/konsep-tahan-gempa-dan-bangunan-tahan-gempa/ [13 Maret 2011] (2 Oktober 2009). Rumah Tahan Gempa.Koran Kompas. [Online]. Tersedia:http//www.
[email protected] [13 Maret 2011] (7 Oktober 2009). Bangunan Tahan Gempa.Koran Kompas. [Online]. Tersedia:http//www.
[email protected] [13 Maret 2011] (5 Oktober 2009). Bencana Gempa Akan Terus Terjadi.Koran Kompas. [Online]. Tersedia:http//www.
[email protected] [13 Maret 2011]
S-110
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011