S
S
A
B
B
C Foto 3.14 Satuan breksi vulkanik dengan sisipan batupasir-batulempung. Breksi polimik ( B), Monomik (A) dan litologi batupasir-batulempung (bawah,C)
Pengambilan sampel untuk sisipan batupasir dilakukan di 3 daerah yang berbeda yaitu di daerah Cireundeu Hilir, tepatnya di PR 3.4 dan PR 1.18 (lihat lampiran B, deskripsi sayatan petrografis regional). Pengamatan handspecimen didapat 2 jenis batupasir umumnya memiliki karateristik yang sama yaitu batupasir karbonatan dan non karbonatan, dengan deskripsi sebagai berikut batupasir, berwarna abu abu kecoklatan ukuran butir pasir halus sampai kasar, kemas terbuka, porositas baik, permeabilitas baik, terpilah baik, semen karbonatan dan non karbonatan mineralogi berupa massa dasar berukuran pasir sedang sampai kasar, biotit, plagioklas, mineral minor tak teridentifikasi. Pengamatan petrografis menunjukkan adanya 2 jenis batupasir yaitu feldsphatic wacke dan quartz arenite.
36
Batupasir feldspahtic wacke Batupasir feldspahtic wacke, terpilah sedang, kemas terbuka, dengan komponen penyusun berupa butiran (28%), yaitu kuarsa (5%), k-feldspar (20%), mineral opak(3%); matriks (50%) yang tersusun atas mineral lempung; semen (12%), terdiri atas semen silikaan berupa mikrolit kuarsa, dan porositas (10%) berupa porositas intergranular (lihat foto 3.15).
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 3.15 Sayatan batupasir feldspahtic wacke, tersusun oleh dominasi mineralogi berupa matriks mineral lempung (ditunjukkan dengan mineral dengan ukuran halus), dan butiran berupa k-feldspar (20%, contoh c5,e5,a1, berwarna putih pada x-nikol), kuarsa (5%, contoh e7, secara gambar sulit dibedakan dengan k-feldspar), mineral opak (3%,contoh d7, d5, berwarna hitam baik di //-nikol maupun x-nikol)
Batupasir quartz arenite, terpilah buruk, kemas terbuka, dengan komponen penyusun butiran (40%) yang tersusun atas kuarsa (25%), plagioklas (5%), biotit (3%), K-Feldspar (2%), fosil berupa fosil globigerina sp.(2%), glaukonit (2%), mineral opak (1%); matriks (10%) berupa mieral lempung; semen (40%) berupa semen karbonatan (kalsit); porositas (10%) berupa porositas intergranular (7%), dan interkristalin (3%) (lihat foto 3.16).
37
// - Nikol 1 mm
X - Nikol 1mm
P1
Foto 3.16 Sayatan batupasir quartz arenite tersusun atas butiran yang terdiri dari dominasi butiran diantaranya kuarsa (d2,e2-3), plagioklas (b3,d8), dan mineral penciri laut dangkal berupa glaukonit (d4).
Pengambilan
sampel
Batulempung,
berwarna
abuabu
keputihan,
dengan
semen
nonkarbonatan, tersusun atas mineral lempung, setempat, terdapat pecahan cangkang fosil moluska, contoh pada singkapan batulempung di daerah Lebak Koneng (PR 1.5). Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur dari satuan ini didapat dari analisa foraminifera kecil planktonik (lihat lampiran A, analisa mikrofosil berupa Hastigerina praesiphonifera, Praeorbulina glomerosa curva, Praeorbulina sicana, Praeorbulina transitoria. Fosil ini menunjukkan kisaran umur N7-N8 (Akhir Miosen Awal). Penentuan lingkungan pengendapan ditentukan dengan analisa foraminifera kecil bentonik berupa Rotalia sp, Bullimina sp, Elphidium macellum, Elphidioides americannus, Cibicides sp., Lagena sp., Cassidulina sp.,cyclamina sp. Fosil ini menunjukkan lingkungan pengendapan beragam dari neritik dalam sampai tengah. Pembuktian bahwa satuan ini diendapkan dalam lingkungan laut adalah kehadiran mineral 38
glaukonit yang berbentuk euhedral di sayatan petrografis yang menunjukkan bahwa mineral ini tertransportasi dekat dari sumbernya yang merupakan lingkungan laut dangkal (Neritik Luar-Neritik Tengah). Kesebandingan Stratigrafi Satuan breksi vulkanik ini dapat disebandingkan dengan Breksi Formasi Cimapag berdasarkan ciri litologi dan umur satuan (Sujatmiko dan Santosa, 1962). Hubungan Stratigrafi Satuan batuan ini diendapkan diatas secara tidak selaras diatas breksi tufan. Kontak kedua satuan batuan ini umumnya tidak terlihat dengan jelas di lapangan, hanya berupa batas diperkirakan, namun di beberapa tempat kontak terlihat dengan jelas, seperti di Lebak Koneng bagian barat. Satuan ini juga memiliki hubungan menjemari dengan satuan Batugamping B. 3.2.4 Satuan Batugamping B Penyebaran Satuan batugamping B ini ditandai dengan warna ungu di peta geologi (lihat lampiran F-3, peta geologi). Satuan batuan ini menempati sekitar 5% wilayah penelitian. Satuan batuan ini tersingkap cukup baik di sepanjang aliran Sungai Cikaramat. Satuan batuan ini memiliki orientasi memanjang dari barat ke timur. Pada satuan batugamping B di daerah Lebak Koneng, ditemukan adanya sisipan berupa pasir sangat halus (penentuan jenis batuan melalui analisa petrografi kode sampel LEMPUNG, lihat lampiran deskripsi sampel petrografi). Satuan batugamping B ini selanjutnya menjadi fokus penelitian fasies Batugamping Formasi Cimapag. Pengambilan sampel satuan batugamping B sebagai fokus penelitian dilakukan di beberapa titik di sekitar aliran Sungai Cikaramat yang berada di sekitar Lebak Koneng (lihat lampiran F-5,peta fasies), yaitu : D1-D6 (lokasi 1 pengamatan fasies, Sungai cikaramat utara), D 6- D8 (lokasi 2 pengamatan fasies, Sungai Cikaramat bagian timur), D 9D 16 (lokasi 3 pengamatan fasies Sungai Cikaramat bagian selatan), D 20- D 25 (lokasi 4 penngamatan fasies, Sungai Cikaramat bagian timur), D 23-D 28 (lokasi 5 pengamatan Fasies, Sungai Cikaramat bagian timur), D 30 –D 34 (lokasi 6 pengamatan fasies, sungai Cikaramat tengah).
39
Ciri Litologi Batugamping yang terdapat di daerah ini terdiri dari batu gamping terumbu, dan batugamping bioklastik. Batugamping terumbu berupa koral sedangkan batugamping bioklastik berupa bafflestone-framestone. Pengamatan sampel handspecimen didapat ciri batugamping umumnya berwarna putih, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas buruk, permeabilitas buruk, terdiri dari berbagai jenis fosil diantaranya moluska, foraminifera, cangkang organisme lain yang tak teridentifikasi (lihat foto 3.16). Pengamatan sampel secara petrografis dari sampel pengamatan fasies
didapat
mikrofasies yang bervariasi dari mudstone sampai boundstone (klasifikasi menurut Dunham, 1962). Batugamping mudstone umunya tersusun atas butiran <6 % dengan komposisi utama berupa foraminifera, pecahan moluska, dan alga (lihat deskripsi petrografis sampel D 31 b, D 12, D 16 pada lampiran). Batu gamping packstone-grainstone umunya tersusun atas butiran >40 % yang terdiri atas komponen yang bervariasi berupa foraminifera kecil dan besar (Globigerina sp, Orbulina sp., Miogypsina sp., Discocylina sp.), moluska, alga, dan pecahan kristal seperti kuarsa (lihat deskripsi petrografis sampel PR 1.1, D 4, D 3, D 32 e, D 34 d pada lampiran deskripsi petrografis sayatan satuan batuan dan sayatan fasies). Batugamping boundstone, berupa tubuh koral utuh (lihat deskripsi petrografis sampel D1, D 30 b). Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur dari satuan batugamping ini didapat dari analisa fosil (lihat lampiran A, analisa mikropaleontologi) yang terkandung dalm sayatan. Klasifikasi umur berdasarkan biozonasi Adam, 1984, didapat kisaran umur Te 5 (Akhir Miosen Awal) dengan kehadiran fosil diantaranya Miliolidae sp., Lepidocyclina sp., Spiroclypeus cp. Lingkungan pengendapan batugamping ini berupa lingkungan laut dangkal berdasarkan kehadiran fosil Miliolidae sp. yang merupakan penciri lingkungan laut dangkal. Pertumbuhan batugamping ini diperkirakan terhenti karena aktifnya aktifitas vulkanik yang ditandai dengan adanya aliran lava andesit pada daerah penelitian.
40
B
S
U
Foto 3.17 Satuan batugamping B. A, B, C menunjukkan singkapan Batugamping Formasi Cimapag. A (difoto menghadap kearah selatan) dan C (difoto menghadap utara) berada di aliran sungai Cikaramat di sekitar Lebak Koneng bagian utara, B berada pada aliran Sungai Cikaramat di sekitar Lebak Koneng bagian selatan. D dan E menunjukkan handspecimen dari Batugamping Formasi Cimapag, nampak cetakan fosil moluska (D) dan cangkang moluska (E) pada gambar.
Kesebandingan Stratigrafi Satuan batuan ini termasuk dalam Batugamping Formasi Cimapag, yang diperkirakan berumur Miosen Awal bagian akhir.
(Sujatmiko dan Santosa, 1962). Penyamaan ini 41
didasarkan pada karakteristik batuan berupa batugamping terumbu dan kesamaan umur yaitu pada Miosen Awal bagian akhir Hubungan Stratigrafi Hubungan stratigrafi di lapangan antara satuan ini dengan Breksi Vulkanik Formasi Cimapag di lapangan tidak ditemukan secara jelas, yang kemungkinan disebabkan oleh karena tingginya proses pelapukan di daerah pengamatan. Namun menurut Sujatmiko dan Santosa, 1962 dan berdasarkan hubungan fosil yang menunjukkan
Satuan batuan ini
memiliki rentang umur pengendapan yang sama dengan Breksi Vulkanik Formasi Cimapag yaitu N 7- N 8 dengan demikian dapat diperkirakan bahwa dua satuan batuan ini memiliki hubungan umur berupa hubungan menjemari. 3.2.5 Satuan Intrusi Andesit
Penyebaran Satuan intrusi andesit ditandai dengan warna merah tua cerah pada peta geologi dan kolom stratigrafi (lihat gambar 3.4 dan lampiran F-3, peta geologi). Satuan ini menempati sekitar 8% dari wilayah penelitian. Satuan ini berada di sekitar Lereng G.Tumpang. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari batuan beku andesit berwarna hitam keabuabuan, porfiritik, holokristalin, fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, mineral opak, subhedralanhedral (foto 3.19) . Deskripsi satuan ini berdasarkan analisa petrografi sayatan didapat fenokris (50%) yang terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, dan mineral opak dengan ukuran kristal 0.01-1.5 mm; massa dasar (40%) terdiri dari plagioklas, kuarsa dan mineral opak, dan mineral sekunder berupa klorit (10%) (lihat foto 3.18). Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur dari satuan intrusi andesit G.Tumpang dilakukan dengan umur relatif dan studi pustaka. Intrusi G.Tumpang diperkirakan berumur Kuarter (Sujatmiko dan Santosa,1962), intrusi ini mengintrusi satuan batuan lain yang lebih tua dan merupakan produk dari aktifitas vulkanik Kuarter. Kesebandingan Stratigrafi Satuan ini dimasukkan kedalam Formasi Basalt Kuarter yang berumur Kuarter (Sujatmiko dan Santosa,1962) yang terdiri dari aliran basalt dan intrusi andesitik.
42
Hubungan Stratigrafi Hubungan satuan batuan ini dengan satuan batuan yang lain berupa hubungan tidak selaras berupa intrusi gunungapi dengan kontak berupa scally clay di beberapa tempat.
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 3.18 Sayatan intrusi andesit, terlihat adanya fenokris berupa plagioklas (c2-c3, e2-e4, b6-a6), biotit (b4-c4, a5-b4, d4) dan massa dasar yang sangat halus (berupa plagioklas, kuarsa)
Foto 3.19 Singkapan intrusi andesit yang terdapat di Daerah Cireundeu Peuntas (foto diambil dari Sungai Cireundeu Peuntas ke arah utara)
43
3.2.6 Satuan Aluvial dan Endapan Pantai Satuan ini menempati sebesar 10 % dari daerah penelitian. Pada peta geologi dan kolom stratigrafi ditandai dengan warna abuabu (lihat gambar 3.4 dan lampiran F-3,peta geologi). Satuan ini terdiri dari material lepas seperti pasir, lempung, dan juga hasil rombakan batuan seperti batuan breksi, konglomerat, batupasir, batugamping , batuan beku basal dan andesit dengan ukuran kerikil-bongkah. Satuan ini tersebar di sektar aliran Sungai Cikarangbereum dan juga disepanjang pantai pesisir dari pantai bagian selatan dari wilayah penelitian (lihat foto 3.5) Satuan ini berumur resen dan proses sedminetasi masih terus berlangsung sampai sekarang yang merupakan hasil erosi dari sungai dan pantai. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras diatas satuan batuan lain yang lebih tua.
44
Gambar 3.4 Stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari 6 satuan batuan yaitu satuan breksi tufan (berwarna coklat gelap), satuan batugamping A (berwarna biru gelap), satuan breksi vulkanik (berwarna oranye), satuan batugamping B (berwarna biru terang), satuan intrusi andesit (berwarna merah), satuan aluvial (Iberwarna abu abu)
45
3.3 Analisa Struktur Geologi Daerah Penelitian Interpretasi struktur daerah penelitian dilakukan dengan 2 cara yaitu analisa pola kelurusan dari citra landsat dan peta kontur dan juga dari analisa dinamika dari data pengukuran di lapangan berupa shear fracture, breksiasi dan bidang sesar. 3.3.1 Pola Kelurusan dari Peta Kontur Pola kelurusan yang terdapat di wilayah penelitian (lihat gambar 3.1) dituangkan dalam diagram roset, dan diapat pola kelurusan berarah barat laut-tenggara merupakan pola kelurusan yang dominan yang merupakan refleksi dari pola kedudukan lapisan batuan. Pola kelurusan yang lain yang juga terdapat di daerah penelitian adalah pola kelurusan timur lautbarat daya yang merupakan refleksi dari sesar yang terdapat di wilayah penelitian, dan juga pola utara dan selatan merupakan refleksi dari pola sungai.
Ulangan gambar 3.2 Pola kelurusan dari daerah penelitan yang dituangkan dalam diagram roset menunjukkan pola barat laut-tenggara sebagai pola kelursan dominan yang merupakan refleksi dari kedudukan litologi.
3.3.2 Analisa Sesar Sesar Cikarangbereum Sesar ini terdapat di aliran Sungai Cikarangbereum bagian selatan, tepatnya di daerah Cireundeu. Bukti adanya sesar ditandai dengan adanya zona hancuran pada daerah ini berupa banyaknya shear fracture, breksiasi, dan slicken side (lihat gambar 3.23). Berdasarkan hasil analisa kinematika (lihat lampiran C, analisa struktur)didapat bidang sesar dengan kedudukan 46
N 58.2⁰ E/ 74.6⁰ SW dengan pitch 18⁰,tren N 336⁰ E dan plunge sebesar 15.4⁰, dengan pergerakan sesar menganan naik (lihat foto 3.20).
A B
C
D
Foto 3.20 Sesar Cikarangbereum yang terdapat di aliran Sungai Cikarangbereum didekat daerah Cireundeu:.A.foto air terjun Sungai Cikarangbereum dengan zona hancuran berupa shear fracture, B. slicken side pada dinding sesar Sungai Cikarangbereum, C (difoto menghadap ke arah timur)dan D (difoto menghadap kerah selatan) Rekahan pada diinding Sungai Cikarangbereum.
47
Sesar Pasir Salam Sesar Pasir Salam diinterpretasikan dengan analisa kelurusan dari citra landsat dan juga peta kontur (lihat gambar 3.5) dan juga dari kesamaan karakterisitik litologi berupa batugamping rudstone (satuan batugamping A) yang ada di daerah Pasir Salam dan batugamping rudstone yang ada di luar wilayah penelitian (utara Pasir Salam). Kehadiran sesar disini ditunjukkan dengan adanya zona hancuran pada batugamping berupa breksiasi pada batugamping A.(lihat foto 3.21).
A
B
Gambar 3.5 Pola kelurusan dari citra landsat dan peta kontur. Anak panah biru menunjukkan pola kelurusan dari Sesar Pasir Salam dengan tren timur laut-barat daya, dan zona hijau menunjukkan batugamping A di Pasir Salam (wilayah penelitian) dan zona biru batugamping breksian (di luar wilayah penelitian)
48
S
A
U
B Foto 3.21 Singkapan batugamping di Daerah Pasir Salam. A. Batugamping dengan hancuran, diluar wilayah penelitian dan B. Batugamping breksian diwilayah penelitian (lihat gambar 3.24), terlihat banyaknya fragmen litik berbagai jenis berupa andesit (anak panah biru), batupasir (anakpanah hitam), batulempung (anak panah merah), batugamping yang tertanam dalam massadasar karbonat
49