Sampel lain yang mewakili mikrofasies ini adalah D 34 D, merupakan batugamping packstone, klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, disusun oleh butiran (50%), terdiri dari fragmen fosil berupa alga, foraminifera kecil plankton (?) pecahan moluska (bivalvia (?), mineral kuarsa, dan mineral opak, dengan ukuran <0.2mm->2.5mm berbentuk menyudut tanggung-membundar tanggung, porositas berupa porositas moldic, intergranular (lihat foto 4.4). Kenampakan sayatan sampel ini juga hampir serupa dengan sampel PR 1.1 berupa pecahan echinoidea , pecahan moluska dan juga pecahan foraminifera besar, pemilahan buruk yang merupakan penciri dari sistem pengendapan dengan energi sedang-tinggi dan juga terdapatnya detritus pecahan mineral berupa mineral kuarsa yang merupakan penciri adanya suplai sedimen dari daratan.
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 4.5 Sayatan sampel D 34 D, merupakan batugamping packstone, tersusun atas pecahan echinoid (d8,e3,c2,e4), pecahan bivalvia (a6-e7), foraminifera besar (b4-5), detritus kuarsa (d2,c3,d4), matriks berupa mikrit dan spar (berwarna kecoklatan pada nicol bersilang) dan juga semen berupa blocky kalsit ferroan (berwarna keunguan-kebiruan, e2,e1, d3), dan non ferroan (merah, b1, d2)
61
Kenampakan sampel lainnya yang termasuk dalam mikrofasies ini (lihat lampiran D, deskripsi sayatan petrografis fasies: D3, D1, D30b, D32 e ) menunjukkan karakteristik yang sama yaitu berupa batugamping packstone-grainstone dengan pemilhan buruk dan fragmen bervariasi berupa dominasi koral dan alga, dan juga adanya detritus berupa mineral kuarsa dan mineral lain sebagai bentuk adanya suplai sedimen dari daratan. Dominasi koral dan alga, pecahan cangkang (moluska), dan adanya detritus mineral dari daratan menunjukkan bahwa fasies ini diendapkan pada lingkungan dekat dengan daratan (daerah back reef) . Hal ini didukung juga oleh adanya bukti bahwa adanya kelimpahan foraminifera besar dan bila mengacu pada klasifikasi mikrofasies Wilson, 1975 maka mikrofasies ini termasuk dalam zona lagoon open circulation (Wilson, 1975, lihat gambar 4.4). 4.2.2 Mikrofasies Alga- Foraminifera Mudstone-Wackestone Mikrofasies ini dijumpai pada pertemuan aliran S. Lebak Koneng bagian selatan dengan aliran S.Cikaramat (lihat lampiran F-2, peta lintasan (PR 3.16, PR 3.15) dan peta persebaran data mikrofasies pada lampiran F-4 dan F-5). Singkapan yang ditemui pada daerah ini berupa singkapan batugamping bioklastik, berwarna putih keabuan, kondisi singkapan segar-agak lapuk, tidak menunjukkan adanya perlapisan, komposisi penyusun berupa dominasi matriks lumpur karbonat berwarna putih keabuan, dan juga fragmen penyusun berupa pecahan cangkang moluska, foraminifera, dan cangkang bioklastik lainnya, permeabilitas buruk, porositas buruk. A
U
T
B
Foto 4.6 Singkapan batugamping mudstone-wackestone yang berada di daerah S.Cikaramat ( A) , terlihat adanya cetakan fosil pada singkapan (B). Pengambilan sampel dilakukan di 6 titik lokasi (D6, D23, D10, D12, D16, D18). Sampel yang didapat berupa batugamping mudstone-wackestone (lihat lampiran D,deskripsi sayatan petrografis fasies). 62
Hasil pengamatan petrografis pada sampel D 23 (foto 4.7), didapat batugamping wackestone, klastik, terpilah sedang-baik, kemas terbuka, disusun oleh butiran terdiri dari fragmen fosil berupa alga, foraminifera besar, pecahan koral dan mineral detritus berupa kuarsa dan mineral opak, berbentuk menyudut tanggung-membundar tanggung, dengan matriks berupa mikrit dan spar dengan porositas berupa interpartikel dan moldic. Pemilahan yang didapat dari pengamatan sampel D 23 berupa pemilahan sedang-baik menunjukkan energi pengendapan yang rendah-sedang (berada dibawah normal wave base, lihat gambar 4.4) dan adanya detritus kuarsa menunjukkan bahwa pertumbuhan batugamping ini juga mendapat pengaruh dari suplai sedimen dari daratan.
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 4.7 Sayatan batugamping koral-alga wackestone, terlihat komposisi penyusun berupa alga yang memanjang B8-E5, foramnifera besar (a4-a8) dan koral (b1-e3), matriks berupa mikrit dan spar (berwarna coklat keabuan), detritus kuarsa (c8)
Hasil pengamatan sayatan dengan kode D.6 (foto 4.8) didapat batugamping wackestone, klastik, terpilah sedang, kemas terbuka, disusun oleh butiran (25%), terdiri dari fragmen fosil berupa alga, pecahan formanifera planktonik, pecahan moluska (bivalvia (?), detritus mineral kuarsa dan mineral opak, dengan ukuran lempung-pasir sedang (<0.1mm2.5 mm), berbentuk menyudut tanggung-membundar tanggung, matriks berupa mikrit dan 63
spar dan porositas berupa porositas interpartikel dan moldic. Pemilahan sedang menunjukkan energi pengendapan dari batugamping yang rendah-sedang (dibawah normal wave base) dan adanya detritus pecahan mineral berupa mineral kuarsa yang merupakan penciri adanya suplai sedimen dari daratan.
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 4.8 Sayatan batugamping alga wackestone, terlihat komposisi penyusun berupa alga yang memanjang (a2-c2), pecahan moluska (a1-a3,b7), detritus mineral kuarsa (b6,a6,c7), matriks berupa mikrit dan spar (berwarna coklat keabuan)
Analisa dari sampel lain (lihat lampiran D, deskirpsi sayatan petrografi: D10, D12, D16, D18,PR 3.15) yang merupakan mikrofasies mudstone-wackestone menunjukkan karakteristik
yang sama yaitu dominasi matriks (mud), fragmen didominasi oleh alga,
foraminifera kecil planktonik, dan foraminifera besar seperti Spiroclypeus sp, Lepidocylclina sp., dan juga koral menunjukkan bahwa pengendapan mikrofasies ini berada pada wilayah back reef. Pemilahan yang sedang-baik yang menunjukkan kondisi energi pengendapan dari sedang-rendah (dibawah normal wave base), dan adanya detritus berupa mineral kuarsa menunjukkan bahwa pertumbuhan dan pengendapan batugamping mendapat pengaruh dari suplai sedimen dari daratan. 64
4.3 Lingkungan Pengendapan Batugamping Formasi Cimapag Lingkungan
pengndapan
dari
Batugamping
Formasi
Cimapag
berdasarkan
karakteristik tekstur yang bervariasi dari (mudstone-grainstone), komposisi penyusun fragmen fosil berupa alga, koral, foraminifera bentonik , foraminifera besar Spiroclypeus sp., Lepidocylina sp. pechan cangkang (moluska) adalah shelf lagoonal open circulation (Wilson, 1975, lihat gambar 4.4) pada back reef ( Carozzi et al., 1976). Lingkungan pengendapan yang lebih dekat ke daratan didukung oleh bukti adanya detritus berupa detritus mineral berupa kuarsa yang berasal dari suplai sedimentasi daratan. 4.4 Diagenesa Batugamping Formasi Cimapag Diagenesis adalah proses kimiawi maupun fisika yang terjadi setelah proses sedimentasi pada batuan, perubahan ini tidak termasuk perubahan yang disebabkan oleh perubahan suhu dan tekanan (metamorfisme) (Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003). Proses diagenesis ini dikontrol oleh perubahan dalam sedimentasi oleh karena burial, kondisi pembebanan (waktu burial, kedalam maksimum dari burial, aktifitas tektonik (tekanan dan gaya) dan juga keadaan air formasi (air konat). Diagenesis dapat mempengaruhi karakteristik primer dari batugamping, dan juga dapat dipergunakan sebagai petunjuk perubahan lingkungan pengendapan (naik turun muka air laut) dari batugamping. Proses diagenesis (tidak dibahas secara mendetil pada laporan penelitian ini) terdiri dari : Mikritisasi mikrobial Mikritisasi mikrobial adalah proses perubahan pecahan makhluk hidup (bioklast) oleh mikroorganisme berupa alga, jamur atau bakteri. Hasil perubahan ini berupa material yang lebih halus yang dinamakan mikrit. Neomorfisme Neomorfisme adalah proses penggantian dan rekristalisasi dimana terjadi perubahan mineralogi. Perubahan yang dimasud disini adalah perubahan bentuk kristal dengan komposisi kimia yang sama ataupun perubahan mineralogi baik secara bentuk dan komposisi kimia (replacement), contoh penggantian cangkang aragonit dan semen oleh kalsit (calcitization) (Tucker, 1991).
65
Pelarutan Proses ini terjadi akibat adanya kontak air meteorik dengan batugamping. Topografi hasil bentukan pelarutan batugamping seringkali dikenal dengan nama karst. proses ini dapat terjadi pada dasar laut dan selama deep burial. Menurut Scholle dan Ulmer-Scholle (2003), pelarutan merupakan proses pencucian mineral yang tidak stabil membentuk porositas sekunder, seperti vug dan gua. Kompaksi Proses kompaksi terdiri dari 2 jenis yaitu kompaksi mekanis akibat dari persentuhan butiran satu dengan yang lain akibat meningkatnya pembebanan, dan kompaksi kimiawi, akibat dari pelarutan yang terjadi pada butiran dan mengakibatkan persentuhan. Dolomitisasi Dolomitisasi adalah proses penggantian mineral kalsit (CaCO3) menjadi mineral dolomit (CaMg(CO3)2) akibat adanya kontak batugamping dengan air yang kaya magnesium pada batuan karbonat. Lingkungan diagenesis tidak selalu sama dengan lingkungan
pengendapan
batugamping, hal ini disebabkan oleh karena proses diagenesis akan tetap berlangsung walaupun pertumbuhan batugamping telah berhenti, sehingga dapat dismpulkan bahwa lingkungan diagenesis akan terus berlangsung seiring berjalannya waktu (Longman, 1980). Berikut adalah pembagian lingkungan diagenesis (lihat gambar 4.6) : 1. Zona Marine Phreatic 2. Zona Mixing 3. Zona Meteoric Phreatic 4. Zona Meteoric Vadose 5. Zona Burial
Gambar 4.6 Lingkungan Diagenesa (Longman, 1980).
66
Lingkungan diagenesis daerah penelitian terdiri dari 3 lingkungan diagenesis yaitu marine phreatic, meteroic phreatic dan juga lingkungan mixing 4.4.1 Lingkungan Marine Phreatic Proses diagenesa marine phreatic terjadi ketika seluruh pori dan fragmen telah terendam air laut. Proses ini sangat ditentukan oleh naik turunnya muka air laut. Lingkungan diagenesis ini dibagi menjadi 3 (Tucker dan Wrights, 1980) yaitu zona marine phreatic aktif yang memiliki suplai air dan sirkulasi air yang baik sehingga proses diagenesis yang meliputi pengisina pori dan sementasi lebih intensif, contohnya pada lingkungan reef dan sand shoals, stagnant marine phreatic dengan kondisi sirkulasi air yang kurang baik seperti pada lingkungan lagoon, dan marine vadose yaitu kondisi sementasi yang terbentuk akibat proses evaporasi dari air laut pada lingkungan tidal flat dan pantai. Kehadiran mikritisasi mikroba dan semen mikrit (foto 4.10) dan juga bentuk semen berupa semen fibrous cement (foto 4.9) menandakan pada daerah penelitian pernah berada pada lingkungan diagenesa stagnant marine phreatic.
0
P1 (x- Nikol) 0,5 mm
0
P2 (x – Nikol) 0,2 mm
Foto 4.9 Semen berupa high ferroan calcite dengan bentuk fibrous (anak panah hitam) 67
// - Nikol 1 mm
P1
X - Nikol 1mm
Foto 4.10 Hasil proses diagenesis berupa mikritisasi mikrobial, terlihat fosil foraminifera kecil sudah mulai ter”mikrit”kan (b7, d1), dan terlihat dominasi mikrit (berwarna keabuan)
4.4.2 Lingkungan Meteoric Phreatic Lingkungan ini terletak diantara zona vadose dan zona mixed marine phreaticfreshwater. Semua pori pada zona ini diisi oleh air meteorik yang mengandung karbonat terlarut. Lingkungan yang terbentuk pada zona ini dicirikan oleh proses neomorfisme butir yang diikuti atau tanpa diikuti sementasi kalsit yang intensif. Ciri khas lain yang terjadi pada batuan karbonat akibat dari proses diagenesis adalah Proses neomorfisme menyebabkan mikrit berubah menjadi mikrospar dan pseudospar. Proses neomorfisme juga menyebabkan aragonite dan Mg calcite terubah menjadi kalsit (berubah dalam bentuk dan ukuran kristal). Semen yang dominan pada lingkungan meteoric phreatic adalah kalsit dengan kandungan Mg yang rendah. Morfologi semen pada lingkungan ini adalah isopachus dan blocky (Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003)
68
Hasil dari proses diagenesis didaerah ini adalah berupa semen berbentuk blocky (lihat foto 4.9)
0
P1 (x- Nikol) 0,5 mm
0
P2 (x – Nikol) 0,2 mm
Foto 4.11 Semen berbentuk blocky (berwarna kemerahan (kalsit non ferroan) c5, kiri), berwarna kebiru keunguan (kalsit ferroan) a6, kanan)
4.4.3 Lingkungan Mixing Proses diagenesa yang terjadi pada lingkungan yang terletak diantara marine phreatic dan freshwater phreatic yang ditandai dengan lingkungan dengan keadaaan air yang payau. Ciri khas dari lingkungan ini antara lain sedikitnya jumlah semen karena kecilnya ruang antara zona freshwater dengan marine phreatic. Bentukan semen dari proses mixing ini adalah proses dolomitisasi yang merupakan proses penggantian kalsit menjadi dolomit. Proses ini dikontrol oleh faktor iklim dan juga perubahan muka air laut.
69
0
P1 (x- Nikol) 0,5 mm
0
P2 (x – Nikol) 0,2 mm
Foto 4.12 Dolomit (berwarna putih keabuan, c6, kanan) sebagai bentukan semen dari zona mixing
70